Post on 27-Nov-2015
description
Plasmodium falciparumAdapun gambar Plasmodium falciparum dapat dilihat pada lampiran Gambar B.3. Berikut bentuk – bentuk Plasmodium falciparum dan ciri-cirinya.a. Tropozoit muda : 1. Bentuk cincin dengan inti yang kecil dan sitoplasma yang halus, 2. Seringkala cincin mempunyai 2 inti, 3. Banyak sekali cincin disertai tingkat parasit yang lebih tuab. Tropozoit Dewasa : 1. Vakuole cincin sering tidak ada atau hampir tidak ada, 2. Parasit sangat kecil dan kompak, 3. Sitoplasma biasanya pucat, oval, atau bulat tidak teratur. 4. Sebuah inti yang besar kumpulan pigmen yang berkabut atau kelompok yang sangat gelap kira – kira sebesar inti. 5. Biasanya hanya dijumpai pada infeksi berat saja, dimana terlihat bentuk yang banyak jumlahnya.c. Skizon muda : 1. Tingkat ini jarang terlihat dan biasanya bersama – sama dengan sejumlah besar tropozoit sedang berkembang. 2. Parasit sangat kecil dengan 2 inti atau lebih dan sedikit sekali sitoplasmanya sering berwarna pucat. 3. Pigmen terdiri dari satu kelompok kecil atau lebih, padat dan berwarna gelap sekali.d. Skizon dewasa : 1. Selalu bersamaan dengan banyak bentuk cincin 7 kali, 2. Biasanya mempunyai kira – kira 20 atau lebih merozoit kecil yang berkumpul disekitar satu kelompok kecil, pigmen yang berwarna gelap sekali.e. Gametosit dewasa : 1. Bentuk pisang atau biji kacang kedele, 2. Pada bagian yang tebal dari sediaan, dapat berbentuk bulat, bujur telur atau kelihatan agak rusak, 3. Dapat bersama – sama bentuk cincin atau tanpa cincin.Bentuk Stadium P. falciparum dalam sediaan darah tipisa. Tropozoit awal : 1. Ukuran 1/5 dari eritrosit, 2. Bentuk cincin sangat halus, 3. Kromatin titik halus sering kali dua, 4. Bentuk acole stadium ini tidak ada, 5. Pigmen pada stadium ini tidak ada.b. Tropozoit sedang berkembang : 1. Jarang terlihat dalam darah perifer, 2. Mempunyai ukuran kecil, 3. Berbentuk padat, 4. Vakuole tidak dikenal, 5. Kromatin titik atau batang – batang, 6. Berpigmen bentuk kasar.c. Skizon Imature ( muda ) : 1. Jarang terlihat dalam darah perifer, 2. Ukuran hampir mengisi eritrosit, 3. Pigmen berkumpul ditengah, 4. Kromatin ini banyak berupa massa ireguler.d. Skizon matur ( tua ) : 1. Jarang terlihat dalam darah perifier, 2. Ukuran hampir mengisi eritrosit, 3. Bentuk berpigmen, 4. Pigmen berkumpul ditengah.e. Makrogametosit : 1. Jumlah dalam darah banyak, 2. Ukuran lebih besar daripada eritrosit, 3. Bentuk bulan sabit ujung runang/ bulat, 4. Sitoplasma biru tua, 5. Kromatin granula padat dekat pusat, 6. Pigmen granula hitam dan inti padat/bulat.f. Mikrogametosit : 1. Waktu timbul 7 – 12 hari, 2. Jumlah dalam darah banyak, 3. Ukuran lebih besar daripada eritrosit, 4. Bentuk seperti pisang, 5. Sitoplasma biru kemerahan, 6. Kromatin granula halus tersebar, 7. Pigmen granula gelap tersebar.
PLASMODIUM FALCIPARUM
Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad-jasad yang hidup untuk sementara atau
tetap di dalam atau pada permukaan jasad lain dengan maksud untuk mengambil makanan
sebagian atau seluruhnya dari jasad itu (parasiros = jasad yang mengambil makanan; logos
= ilmu).
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai plasmodium sp dan lebih rinci lagi akan dibahas
mengenai plasmodium Falcifarum.
Plasmodium sp pada manusia menyebabkan penyakit malaria dengan gejala demam,
anemia dan spleomegali (pembengkakan spleen). Dikenal 4 (empat) jenis plasmodium, yaitu
:
1.Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (malaria tertiana begigna).
2.Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana
3.Plasmodium falciparum menyebabkan malaria topika (malaria tertiana maligna).
4.Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.
Malaria menular kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. dalam siklus
hidupnya. Plasmodium sp berproduksi secara sexual (sporogoni)dan asexual (schizogon) di
dalam host yang berbeda, host dimana terjadi reproduksi sexsual, disebut host definitive
sedangakn reproduksi asexual terjadi pada host intermediate. Reproduksi sexual hasinya
disebut sporozoite sedangkan hasil reproduksi asexual disebut merozoite.Plasmodium
falciparum mempunyai sifat – sifat tertentu yag berbeda dengan species lainnya, sehingga
diklasifikasikan dalam subgenus laveran.
1. Plasmodium falciparum mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Haemosporodia
Divisio : Nematoda
Subdivisio : Laveran
Kelas : Spotozoa
Ordo : Haemosporidia
Genus : Plasmodium
Species : Falcifarum
A.Nama penyakit
P.falciparum menyebabkan penyakit malaria falsifarum.
B.Hospes
Manusia merupakan hospes perantara parasit ini dan nyamuk Anopheles betina menjadi
hopses definitifnya atau merupakan vektornya.
C.Distribusi geografik
Parasit ini ditemukan didaerah tropic, terutama di Afrika dan Asia Tenggara. Di Indonesia
parasit ini terbesar di seluruh kepulauan.
D.Morfologi dan daur hidup
Parasit ini merupakan species yang berbahaya karena penyakit yang ditimbulkannya dapat
menjadi berat dan menyebabkan kematian.
Perkembangan aseksual dalam hati hanya menyangkut fase preritrosit saja; tidak ada fase
ekso-eritrosit. Bentuk dini yang dapat dilihat dalam hati adalah skizom yang berukuran ± 30
µ pada hari keempat setelah infeksi.
Jumlah morozoit pada skizon matang (matur) kira-kira 40.000 bentuk cacing stadium
trofosoit muda plasmodium falciparum sangat kecil dan halus dengan ukuran ±1/6 diameter
eritrosit. Pada bentuk cincin dapat dilihat dua butir kromatin; bentuk pinggir (marginal) dan
bentuk accole sering ditemukan. Beberapa bentuk cincin dapat ditemukan dalam satu
eritrosit (infeksi multipel). Walaupun bentuk marginal, accole, cincin dengan kromatin ganda
dan infeksi multiple dapat juga ditemukan dalam eritrosit yang di infeksi oleh species
plasmodium lain pada manisia, kelainan-kelainan ini lebih sering ditemukan pada
Plasmodium Falciparum dan keadaan ini penting untuk membantu diagnosis species.
Bentuk cincin Plasmodium falciparum kemudian menjadi lebih besar, berukuran seperempat
dan kadang-kadang setengah diameter eitrosit dan mungkin dapat disangka parasit
Plasmodium malariae. Sitoplasmanya dapat mengandung satu atau dua butir pigmen.
Stadium perkembangan siklus aseksual berikutnya pada umumnya tidak berlangsumg
dalam darah tepi, kecuali pada kasus brat (perniseosa).
Adanya skizon muda dan matang Plasmodium falciparum dalam sediaan darah tepi berarti
keadaan infeksi yang berat sehingga merupakan indikasi untuk tindakan pengobatan cepat.
Bentuk skizon muda Plasmodium falciparum dapat dikenal dengan mudah oleh adanya satu
atau dua butir pigmen yang menggumpal. Pada species parasit lain pada manusia terdapat
20 atau lebih butir pigmen pada stadium skizon yang lebih tua. Bentuk cincin da tofozoit tua
menghilang dari darah tepi setelah 24 jam dan bertahan dikapiler alat-alat dalam, seperti
otak, jantung, plasenta, usus atau sumsum tulang; di tempat – tempat ini parasit
berkembang lebih lanjut.
Dalam waktu 24 jam parasit di dalam kapiler berkembang biak secara zkisogoni. Bila skison
sudah matang, akan mengisi kira-kira 2/3 eritrosit. Akhirnya membelah-belah dan
membentuk 8 – 24 morozoit, jumlah rata-rata adalah 16. skizon matang Plasmodium
falciparum lebih kecil dari skizon matang parasit malaria yang lain. Derajat infeksi pada jenis
malaria ini lebih tinggi dari jenis-jenis lainnya, kadang-kadang melebihi 500.000/mm3 darah.
Dalam badan manusia parasit tidak tersebar merata dalam alat-alat dalam dan jaringan
sehingga gejala klinik pada malaria falciparum dapat berbeda-beda. Sebagian besar kasus
berat dan fatal disebabkan oleh karena eritrosit yang dihinggapi parasit menggumpal dan
menyumbat kapiler.
Pada malaria falciparum eritrosit yang diinfeksi tidak membesar selama stadium
perkembangan parasit. Eritrosit yang mengandung trofozoit tua dan skizon mempunyai titik
kasar berwarna merah (titik mauror) tersebar pada dua per tiga bagian eritrosit.
Pembentukan gametosit berlamgsung dalam alat-alat dalam, tetapi kadang-kadang stadium
mudah dapat ditentukan dalam darah tepi. Gametosis muda mempunyai bentuk agak
lonjong, kemudian menjadi lebih panjang atau berbentuk elips; akhirnya mencapai bentuk
khas seperti sabit atau pisang sebagai gametosis matang. Gametosis untuk pertama k ali
tampak dalam darah tepi setelah beberapa generasi mengalami skizogoni biasanya kira-kira
10 hari setelah parasit pertama kali tampak dalam darah.
Gametosis betina atau makrogametosis biasanya lebih langsing dan lebih panjang dari
gametosit jantang atau mikrogametosit, dan sitoplasmanya lebih biru dengan pulasan
Romakonowsky. Intinya lebih lebih kecil dan padat, berwarna merah tua dan butir-butir
pigmen tersebar disekitar inti. Mikrogametozit membentuk lebih lebar dan seperti sosis.
Sitoplasmanya biru, pucat atau agak kemerah-merahan dan intinya berwarna merah mudah,
besar dan tidak padat, butir-butir pign\men disekitan plasma sekitar inti.
Jumlah gametosit pada infeksi Falciparum berbeda-beda, kadang-kadang sampai 50.000 –
150.000/mm3 darah, jumlah ini tidak pernah dicapai oleh species Plasmodium lain pada
manusia. Walaupun skizogoni eritrosit pada Plasmodium falciparum selesai dalam waktu 48
jam dan priodisitasnya khas terirana, sering kali pada species ini terdapat 2 atau lebih
kelompok-kelokpok parasit, dengan sporolasi yang tidak singkron, sehingga priodesitas
gejala pada penderita menjadi tidak teratur, terutama pada stadium permulaan serangan
malaria.
Siklus seksual Plasmodium falciparum dalam nyamuk sama seperti pada Plasmodium yang
lain. Siklus berlangsung 22 hari pada suhu 20o C, 15 – 17 hari pada suhu 23o C dan 10 – 11
hari pada suhu 25o C – 28o C. pigmen pada obkista berwarna agak hitam dan butir butinya
relative besar, membentuk pola pada kista sebagai lingkaran ganda sekitar tepinya, tetapi
dapat tersusun sebagai lingkaran kecil dipusat atau sebagai garis lurus ganda. Pada hari ke-
8 pigmen tidak tampak kecuali beberapa butir masih dapat dilihat.
E.Patologi dan gejala-gejala.
Masa tunas intrinsic malaria falciparum berlangsung antara 9-14 hari. Penyakitnya mulai
dengan sakit kepala, punggung dan ekstremitas, perasaan dingin, mual, muntah atau diare
ringan. Demam mungkin tidak ada atau ringan dan penderita tidak tampak sakit; diagnosis
pada stadium ini tergantung dari anamosis tentang kepergian penderita ke daerah endemic
malaria sebelumnya. Penyakit berlangsung terus, sakit kepala, punggung dan ekstremitas
lebih hebat dan keadaan umum memburuk. Pada stadium ini penderita tampak gelisah,
pikau mental (mentral cunfuncion). Demam tidak teratur dan tidak menunjukkan perodiditas
yang jelas.
Ada anemia ringan dan leucopenia dengan monositosis. Pada stadium dini penyakit penyakit
dapat didiagnosis dan diobati dengan baik, maka infeksi dapat segera diatasi. Bila
pengobatan tidak sempurna, gejala malaria pernisiosa dapat timbul secara mendadak.
Istilah ini diberikan untuk penyulit berat yang timbul secara tidak terduga pada setiap saat,
bila lebih dari 5 % eritrosit di-infeksi.
Pada malaria Falciparum ada tiga macam penyulit :
1.Malaria serebral dapat dimulai secara lambat atau mendadak setelah gejala permulaan.
2.Malaria algida menyerupai syok/renjatan waktu pembedahan.
3.gejala gastro-intestinal menyerupai disentri atau kolera.
Malaria falciparum berat adalah penyakit malaria dengam P.falciparum stadium aseksual
ditemukan di dalam darahnya, disertai salah satu bentuk gejala klinis tersebut dibawah ini
(WHO, 1990) dengan menyingkirkan penyebab lain (infeksi bakteri atau virus) :
1.malaria otak dengan koma (unarousable coma)
2.anemia normositik berat
3.gagal ginjal
4.Edema paru
5.Hipoglikemia
6.syok
7.Perdarahan spontan/DIC (disseminated intravascular coagulation)
8.kejang umum yang berulang.
9.Asidosis
10.Malaria hemoglobinuria (backwater fewer)
Manifestasi klinis lainnya (pada kelompok atau daerah didaerah tertentu) :
1.Gangguan kesadaran (rousable)
2.penderita sangat lemah (prosrated)
3.Hiperparasitemia
4.Ikterus (jaundice)
5.hiperpireksia
Hemolisis intravascular secara besar-besaran dapat terjadi dan memberikan gambaran klinis
khas yang dikenal sebagai “blackwater fever” atau febris iktero-hemoglobinuria. Gejala
dimulai dengan mendadak, urin berwarna merah tua samapi hitam, muntah cairan yang
berwarna empedu, ikterus, badan cepat lemah dan morolitasnya tinggi. Pada “blackwater”
parasit sedikit sekali, kadang-kadang tidak ditemukan dalam darah tepi.
F.Diagnosis
Diagnosis malaria falcifarum dapat dibuat dengan menemukan parasit trofozoit muda
( bentuk cincin ) tanpa atau dengan stadium gametosit dalam sediaan darah tepi. Pada
autopsy dapat ditemukan pigmen dan parasit dalam kapiler otak dan alat-alat dalam.
G.Resistensi parasit malaria terhadap obat malaria.
Resistensi adalah kemampuan strain parasit untuk tetap hidup, berkembangbiak dan
menimbulkan gejala penyakit, walaupun diberi pengobatan terhadap parasit dalam dosis
standar atau dosis yang lebih tinggi yang masih dapat ditoleransi. Resistensi P.falciparum
terhadap obat malaria golongan 4 aminokuinolin (klorokuin dan amodiakuin untuk pertama
kali ditemukan pada tahun 1960 -1961 di Kolombia dan Brasil. Kemudian secara berturut-
turut ditemukan di Asia Tenggara, di Muangthai, Kamboja, Malaysia, Laos, Vietnam, Filifina.
Di Indonesia ditemukan di Kalimantan timur (1974), Irian Jaya (1976), Sumatera Selatan
(1978), Timor Timur (1974), Jawa Tengah (Jepara, 1981) dan Jawa Barat (1981). Focus
resistensi tidak mengcakup semua daerah, parasit masih sensitive dibeberapa tempat di
daerah tersebut.
Bila resistensi P.Falciparum terhadap klorokuin sudah dapat dipastikan, obat malaria lain
dapat diberikan , antara lain :
1.Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal
sebanyak 2-3 tablet.
2.Kina 3 x 2 tablet selama 7 hari.
3.Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/hari selama 7-10 hari, minosiklin 2 x 100 mg/hari
selama 7 hari.
4.Kombinasi – kombinasi lain : kina dan tetrasiklin.
Mengapa parasit malaria menjadi resisten terhadap klorokuin, amsih belum diketahui
dengan pasti. Ada beberapa kemungkinan yaitu :
1.Mungkin parasit itu tidak mempunyai tempat (site) untuk mengikat klorokuin sehingga
obat ini tidak dapat dikonsentrasi dalam sel darah merah,
2.Plasmodium yang resisten mempunyai jalur biokimia (biochemical pathway) lain untuk
mengadakan sintesis asam amino sehingga dapat menghindarkan pengaruh klorokuin,
3.Mutasi spontan dibawah tekanan otot.
Criteria untuk menentukan resistensi parasit malaria terhadap 4-aminokuinolin dilapangan
telah ditentukan oleh WHO dengan cara in vivo dan in vitro.
Derajat resistensi terhadapobat secara in vivo dapat dibagi menjadi :
S : Sensitive dengan parasit yang tetap menghilang setelah pengobatan dan diikuti selama
4 minggu.
R I : Resistensi tingkat I dengan rekrusesensi lambat atau dini (pada minggu ke 3 sampai ke
4 atau minggu ke 2)
R II : Resistensi tingkat II dengan jumlah parasit menurun pada tingkat I.
R III : Resistensi tingkat III dengan jumlah parasit tetap sama atau meninggi pada minggu ke
I.
Akhir akhir ini ada laporan dari beberapa Negara (Bombay India, Myanmar, Papua Nugini,
Kepulauan Solomon, Brasil) dan dari Indonesia (Pulau nias Sumatera Utara, Florest NTT,
Lembe Sulawesi Utara, Irian Jaya) mengenai P.vivax yang resistensi ditentukan dengan cara
mengukur konsentrasi klorokuin dalam darah atau serum penderita.
H.Pengobatan Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Malaria
Klasifikasi biologi obat malaria
Berdasarkan suseptibilitas berbagai stadium parasit malaria terhadap obat malaria maka
obat malaria di bagi dalam 5 golongan :
1.Skizontosida jaringan primer : proguanil, pirimetamin, dapat membasmi parasit pra
eritrosit sehingga mencegah masuknya parasit ke dalam eritrosit digunakan sebagai
profilaksis kausal.
2.Skizontosida jaringan sekunder primakuin, membasmi parasit daur eksoeritrosit atau
bentuk-bentuk jaringan P. vivax dan P. ovale dan digunakan untuk pengobatan radikal
infeksi ini sebagai obat anti relaps.
3.Skizontosida darah : membasmi parasit stadium eritrosit yang berhubungan dengan
penyakit akut disertai gejala klinis.
4.Gametositosida : menghancurkan semua bentuk seksual termasuk stadium gametosit
P.falcifarum , juga mempengaruhi stadium perkembangan parasit malaria dalam nyamuk
Anopheles betina
5.Sporontosida : mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk membentuk
ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles
Obat-obat malaria yang ada dapat dibagi dalam 9 golongan menurut rumus kimianya :
1.Alkaloid cinchona (kina)
2.8-aminokuinolin (primakuin)
3.9-aminoakridin (mepakrin)
4.4-aminokuinolin (klorokuin, amodiakuin)
5.Biguanida(proguanil)
6.Diaminopirimidin (pirimetamin, trimetoprim)
7.Sulfon dan sulfonamide
8.Antibiotic ( tetrasiklin, minosiklin, klindamisin )
9.Kuinilinmetanol dan fenantrenmetanol ( meflokuin )
Penggunaan Obat malaria
Suatu obat mempunyai beberapa kegunaan yang dapat dipengaruhi beberapa factor,
seperti spesies parasit malaria, respon terhadap obat tersebut, adanya kekebalan parsial
manusia, risiko efek toksik, ada tidaknya obat tersebut di pasaran, pilihan dan harga obat.
Penggunaan obat malaria yang utama ialah sebagai pengobatan pencegahan (profilaksisi ),
pengobatan kuratif ( terapeutik ), dan pencegahan transmisi.
1.Pengobatan pencegahan (profilaksis). Obat diberikan dengan tujuan mencegah terjadinya
infeksi atau timbulnya gejala. Semua skizontisida darah adalah obat profilaksis klinis atau
supresif dan ternyata bila pengobatan diteruskan cukup lama , infeksi malaria dapat lenyap.
2.Pengobatan terapeutik (kuratif). Obat digunakan untuk pengobatan infeksi yang telah ada,
penanggulangan serangan akut dan pengobatan radikal. Pengobatan serangan akut dapat
dilakukan dengan skizontosida.
3.Pengobatan pencegahan transmisi. Obat yang efektif terhadap gametosit, sehingga dapat
mencegah infeksi pada nyamuk atau mempengaruhi perkembangan sporogonik pada
nyamuk adalah gametositosida atau sporontosida
Pada pemberantasan penyakit malaria, penggunaan obat secara operasional tergantung
pada tujuannya. Bila obat malaria digunakan oleh beberapa individu untuk pencegahan
infeksi, maka disebut proteksi individu atau profilaksis individu.Dalam program
pemberantasan malaria cara pengobatan yang terpenting adalah pengobatan presumtif,
pengobatan radikal, dan pengobatan missal. Pengobatan presumtif adalah pengobatan
kasus malaria pada waktu darahnya diambil untuk kemudian dikonfirmasi infeksi
malarianya. Pengobatan radikal dilakukan dentgan tujuan membasmi semua parasit yang
ada dan mencegah timbulnya relaps.
Pengobatan misal dilakukan di daerah dengan endemisitas tinggi. Tiap orang harus
mendapat pengobatan secara teratur dengan dosis yang telah ditentukan.
Dosis obat malaria
Dosis obat malaria tanpa keterangan khusus berarti bahwa dosis tersebut diberikan kepada
orang dewasa dengan BB kurang lebih 60 kg. Dosis tersebut dapat disesuaikan BB ( 25
mg/kg BB dosis total.
Pencegahan penyakit malaria
Menghindari gigitan nyamuk, misalnya tidur menggunakan kelambu
Mengobati semua penderita untuk menghilangkan sumber penularan
Pemberantasan nyamuk dan larvanya