Post on 25-Aug-2021
1
TAHAP PERKEMBANGAN MENULIS PERMULAAN SISWA AUTIS :
KASUS RIFKI LAZUARDI DAN FATHONI DEWANTOKO, SISWA
KELAS II DI SLB CITRA MULIA MANDIRI, MAGUWOHARJO,
DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh
DWI RETNOWATI
041224025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
ABSTRAK
Retnowati, Dwi.. 2008. Tahap Perkembangan Menulis Permulaan Siswa Autis: KasusRifki Lazuardi dan Fathoni Dewantoko, Siswa Kelas II di SLB Citra Mulia Mandiri,Depok, Sleman, Yogyakarta, Tahun Ajaran 2007/2008. Skripsi. S1 PendidikanBahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tahap perkembangan menulis permulaanyang dialami oleh siswa autis kelas II di SLB Citra Mulia Mandiri, Maguwoharjo,Depok, SLeman, Yogyakarta, tahun ajaran 2007/2008. Rumusan masalah utamapenelitian, yaitu: (1)Bagaimanakah tahap perkembangan menulis permulaan siswa autiskelas II di SLB Citra Mulia Mandiri, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta,Khususnya Rifki Lazuardi dan Fathoni Dewantoko? (2) Adakah perbedaan tahapperkembangan menulis permulaan antara Rifki Lazuardi dan Fathoni Dewantoko?Teknik pengumpulan data menggunakan tes menulis, pengamatan (observasi),wawancara terhadap dua orang guru yang mengampu masing-masing siswa autistersebut. Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen peneliti menggunakanteknk triangulasi, yaitu dengan cara mencocokkan data yang diperoleh dengan data hasilwawancara terhadap dua orang guru yang mengampu kedua siswa. Instrumen tesmenulis di analisis dengan cara menilai dan menyimpulkan hasil pekerjaan siswamenggunakan kriteria Penilaian Acuan Patokan hasil wawancara dianalisis dengan caramentranskip hasil wawancara, mengkoding hasil transkip wawancara, kemudianmendeskripsikannya. Hasil pengamatan (observasi) disimpulkan dengan caramendeskripsikan hasil pengamatan.
Hasil umum analisis deskriptif menunjukkan bahwa tahap perkembangankemampuan menulis yang dialami Rifki Lazuardi adalah tahap pra menulis, tahapmenebalkan huruf, tahap identifikasi huruf, tahap menyalin huruf vokal, tahap menyalinhuruf konsonan, tahap dikte huruf vokal, tahap dikte huruf konsonan, tahap menyalinkata, sedangkan tahapan perkembangan menulis yang dialami oleh Fathoni Dewantokoadalah tahap pra menulis, tahap identifikasi huruf, tahap menyalin huruf vokal, tahapmenyalin huruf konsonan, tahap menyalin kata.
Terdapat perbedaan dalam tahap perkembangan menulis permulaan yang dialamioleh Rifki Lazuardi dan Fathoni Dewantoko. Tahapan yang dilalui oleh Rifki Lazuardidalam perkembangan menulis permulaan jauh lebih banyak daripada tahapanperkembangan menulis permulaan yang dialami oleh Fathoni Dewantoko. Dalamperkembangan menulis permulaan menulis permulaan Rifki Lauardi mengalami delapantahap, sedangkan Fathoni Dewantoko hanya mengalami lima tahap. Ada 2 tahapperkembangan dalam menulis permulaan yang tidak dilalui oleh Fathoni Dewantoko.Tahapan itu antara lain adalah tahapan menebalkan huruf dengan cara menebalkan titik-titik untuk membentuk huruf, dan tahapan dikte huruf. Tahap menebalkan huruf tidak ialewati karena Fathoni Dewantoko mengalami cacat pada matanya sehingga tidak dapatmelihat garis atau titik dengan jelas.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran sebagai berikut,yaitu : (1) Guru yang mengampu siswa SLB Citra Mulia Mandiri Maguwoharjo,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Depok, Sleman, Yogyakarta agar lebih memperhatikan kondisi siswa, baik kondisi fisikmaupun kondisi psikisnya. Hal ini berguna agar guru lebih mudah dalam mendidiksiswa, (2) Sebaiknya guru menempatkan mata pelajaran bahasa Indonesia di awalpembelajaran daripada pelajaran menyanyi, menggambar, dan menari. Hal itudikarenakan mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya pelajaran menulismembutuhkan kemampuan berpikir anak. Jika pelajaran bahasa Indonesia diletakkan diakhir pembelajaran (siang hari) kondisi anak yang cenderung tidak menyukai pelajaranmenulis akan membuat anak mudah bosan dan menangis, (3) Bagi peneliti lain yangingin melanjutkan dan memperdalam penelitian mengenai perkembangan anakautis, sebaiknya melakukan penelitian dalam jangka waktu yang agak lama agarlebih mengetahui secara lebih jelas mengenai kondisi perkembangan siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
ABSTRACT
Retnowati, Dwi. (2008). Development Stage of Early Writing Skills on AutisticStudents; A Study Case on Rifki Lazuardi and Fathoni Dewantoko,Second Grade Students of Citra Mulia Mandiri SLB, Maguwoharjo,Depok, Sleman, Yogyakarta, Academic Years 2007/2008. AnUndergraduate Thesis: Department of Language, Indonesia Letters, andVernacular Education, Faculty of Teachership Education, Sanata DharmaUniversity.
The aim of this research is to describe the developmental stage of earlywriting skills on autistic second grade students of Citra Mulia Mandiri SLB,Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, on the academic year 2007/2008. Themain problem formulations in this research are: (1) “How does the developmentstage of early writing skills on autistic second grade student of Citra MuliaMandiri SLB, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, especially RifkiLazuardi and Fathoni Dewantoko?” (2) “Are there differences on the developmentstage of early writing skills on Rifki lazuardi and Fathoni Dewantoko?” Datacollection is applied using writing tests, observation, and interview toward twoteachers that teach the pupils mentioned. In order to acknowledge the validity andreliability of the instrument, it was brought and discussed with the professionalwho are the headmaster of Citra Mulia Mandiri SLB and the teachers of the pupilsmentioned. The tests instruments were analyzed by grading and summarize thestudents’ result using standard matrix criteria. The interviews were analyzed bytranscript, coding it, and describe it. The observation result was summarized.
The general descriptive analysis showed that the development stage ofwriting skills on Rifki Lauardi and Fathoni Dewantoko which was started fromearly stage (simple one to the more complex one). The stages experienced byRifki Lazuardi were: pre-writing, tracing, identifying, copying vocals, copyingconsonants, dictating vocals, dictating consonants, and copying words. Were elseexperienced by Fathoni Dewantoko were: pre-writing, identifying letters, copyingvocals, copying consonants, copying words.
Rifki Lazuardi and Fathoni Dewantoko experienced difference stages ofearly writing skills. Rifki Lazuardi experienced much more early writing skillsstages than Fathoni Dewantoko did. There were eight stages on Rfiki Lazuardyand only five stages on Fathoni Dewantoko. There are several early sriting skillsstages that Fathoni Dewantoko missed. Those stages are tracing letters made ofdots and dictating letters. Fatoni Dewantoko skips tracing stages for he has an eyesight defect that made him unable to see line and dots visibly.
Based on the results of the research, the writer came to some suggestions,which are: (1) Te teachers who teach at Citra Mulia Mandiri SLB, Maguwoharjo,Depok, Sleman, Yogyakarta to be more concerns to their students conditions, bothphysics and psychological. It will be very useful in teaching their pupils, (2) itwould be better if the teacher puts forth Bahasa Indonesia subject before singing,drawing, and dancing. Based on the fact that Bahasa Indonesia subject, especiallywriting wanted for full concentration, if this subject was given after the other
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
subject (at the end of the day), children who have tendency to disfavored thissubject tend to be bored and cried,(3) For those who had interest in analyzing andmade a further research on developmental stages of autistic students, it would bebetter if they do it in a long period of time to be able to have a full coverage ontheir developmental stages.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
TAHAP PERKEMBANGAN MENULIS PERMULAAN SISWA AUTIS:
KASUS RIFKI LAZUARDI DAN FATHONI DEWANTOKO, SISWA
KELAS II DI SLB CITRA MULIA MSNDIRI, MAGUWOHARJO, DEPOK,
SLEMAN, YOGYAKARTA, TAHUN AJARAN 2007/2008
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demukian saya
memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demukian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Pada tanggal 24 Oktober 2008
Yang menyatakan
(Dwi Retnowati)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah di Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Selama
mengadakan persiapan sampai penulisan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. B. Widharyanto, M.Pd selaku dosen pembimbing, yang memberikan
bimbingan kepada penulis dengan penuh dedikasi dan kesabaran
sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. Drs. J. Prapta Diharja, S.J, M.Hum. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Eny Winarti, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SLB Citra Mulia Mandiri
Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan
penelitian di sekolah tersebut.
4. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan
Daerah, di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang dengan sabar
memberikan bimbingan belajar selama penulis di bangku kuliah.
5. Ayah dan Ibu yang selalu memberiku doa sehingga penulisan skripsi ini
dapat berjalan dengan lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
6. Kakek dan Nenek yang selalu memberikan doa dan semangat pada
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Suamiku tercinta yang selalu memberikan doa dan cinta sehingga skripsi
ini dapat selesai.
8. Adikku Dian yang telah memberiku semangat agar skripsi ini selesai.
9. Sahabatku Dian yang telah banyak membantuku baik nasehat, motivasi,
dan doanya dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh teman-teman seperjuangan yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu yang telah memberikan banyak dukungan sehingga skripsi ini
selesai.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
pengembangan dan menyempurnakan penelitian ini akan penulis terima dengan
senang hati. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta,
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………...ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………..iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………...iv
MOTO………………………………………………………...........................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………...vi
ABSTRAK……………………………………………………………………vii
ABSTRACT…………………………………………………………………..ix
KATA PENGANTAR………………………………………………………..xi
DAFTAR ISI………………………………………………………………….xiii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….xvi
DAFTAR
LAMPIRAN…………………………………………………………………..xvii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….....xviii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………................1
A. Latar Belakang Masalah …...……………………………………….1
B. Pembatasan Masalah ……………………………………………...9
C. Rumusan Masalah ………………. …………………………….....9
D. Batasan Istilah…. ………………………………………………10
E. Tujuan Penelitian …………... …………………………………..10
F. Manfaat Penelitian…………………………………………....11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
G. Sistematika Penyajian……………………………..………………11
BAB II LANDASAN TEORI……………………………12
A. Penelitian yang Relevan …………………………………………..15
B. Kerangka Teoritis………………………………………………..…115
1. Autisme dan Gangguan Perkembangan………………16
2. Anak dengan Kebutuhan Khusus…………………………………23
3. Penanganan Anak Autis…………………………………………..25
4. Perkembangan Perilaku Anak Normal……………………………28
5. Perkembangan dan Pemerolehan Bahasa Anak…………………...41
6. Pengajaran Menulia Permulaan………………………………….46
7. Pengertian Belajar Mengajar……………………………………..48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………….48
A. Jenis Penelitian …...…………………...……………………...…...48
B. Subyek Penelitian………...……………………..…………………50
C. Jenis Data………………………………………………………..50
D. Instrumen Penelitian……………………………………………...52
E. Keandalan Instrumen…………………………………………….52
F. Teknik Pengumpulan Data……………………………………….54
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian…………………………………..55
H. Teknik Analisis Data……………………………………………..59
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA………….…………………..59
A. Pelaksanaan Penelitian di Lapangan………………………………59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
1. Observasi…………………………………………………...63
2. Saat Pembelajaran……………………………………………65
3. Wawancara…………………………………………………67
B. Pembahasan………………………………………………….......67
1. Deskripsi Tahap Perkembangan Menulis Permulaan Rifki
Lazuardi………………………………………………………67
2. Deskripsi Tahap Perkembangan Menulis Permulaan Fathoni
Dewantoko……………………………………………………73
3. Perbedaan Tahapan Perkembangan Menulis Permulaan Rifki
Lazuardi dan Fathoni Dewantoko……………………………79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................79
A. Kesimpulan …………………………………………………….....79
B. Saran……..……………………………………………………….81
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...83
LAMPIRAN ………………………………………………………………....
BIOGRAFI PENULIS………………………………………………………..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1: Instrumen Penelitian.....................................................................2LAMPIRAN 2 : Lembar jawaban menebalkan huruf vokal...................................3LAMPIRAN 3 : Lembar jawaban menebalkan huruf konsonan.............................4LAMPIRAN 4 : Lembar jawaban menyalin huruf vokal.........................................5LAMPIRAN 5 : Lembar jawaban menyalin huruf konsonan..................................6LAMPIRAN 6 : Lembar jawaban menyalin kata....................................................7LAMPIRAN 7 : Lembar jawaban dikte huruf vokal dan konsonan........................8LAMPIRAN 8 : Lembar jawaban melengkapi kata.................................................9LAMPIRAN 9 : Lembar penilaian identifikasi huruf............................................10LAMPIRAN 10 : Hasi penilaian identifikasi huruf Rifki Lazuardi......................11LAMPIRAN 11 : Hasil penilaian identifikasi huruf Fathoni Dewantoko.............12LAMPIRAN 12 : Hasil pekerjaan Rifki Lazuardi.................................................13LAMPIRAN 13 : Hasil pekerjaan Fathoni Dewantoko.........................................23LAMPIRAN 14 : Data hasil tes pra menulis ........................................................33LAMPIRAN 15 : Data hasil tes menulis permulaan .............................................34LAMPIRAN 16 : Data perbedaan tahap perkembangan Rifki dan Fathoni..........36LAMPIRAN 17 : Laporan perkembangan Rifki lazuardi......................................37LAMPIRAN 18 : Laporan Perkembangan Fathoni Dewantoko............................46LAMPIRAN 19 : Buku catatan Rifki Lazuardi………………………………….68LAMPIRAN 20 : Buku catatan Fathoni Dewantoko…………………………….83LAMPIRAN 21 : Transkip wawancara guru 1…………………………………..98LAMPIRAN 22 : Transkip wawancara guru 2…………………………………101LAMPIRAN 23 : Dokumentasi identifikasi huruf……………………………...105LAMPIRAN 24 : Dokumentasi menulis huruf…………………………………107LAMPIRAN 25 : Ijin Penelitian………………………………………………..109LAMPIRAN 26 : Kurikulum SD SLB………………………………………….110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Rifki Lazardi sedang menulis huruf…………………………………69
Gambar 2. Rifki Lazuardi sedang belajar identifikasi huruf vokal………………69
Gambar 3. Rifki Lazuardi sedang identifikasi huruf konsonan…………………69
Gambar 4. Rifki Lazuardi sedang menulis dengan bantuan guru………………70
Gambar 5. Fathoni Dewantoko sedang belajar identifikasi huruf………………74
Gambar 6. Fathoni Dewantoko sedang belajar menulis huruf vokal……………74
Gambar 7. Fathoni Dewantoko sedang belajar menulis huruf konsonan………74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya anak berhak memperoleh pendidikan yang layak. Tetapi
pada kenyataannya masih banyak anak yang belum memperoleh pendidikan
yang memadai. Di samping kurangnya dukungan dari orang tua dan
kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap anak kurang mampu, ternyata
ada hal yang lebih utama, yaitu kesadaran dari anak untuk menuntut ilmu
sebagai suatu kewajiban bukan suatu tekanan atau paksaan. Seharusnya di
zaman yang semakin modern ini, pendidikan harus tetap menjadi nomor satu,
karena kalau tidak, kita akan semakin terbelakang dan tertinggal dari yang
lainnya.
Pendidikan merupakan proses belajar yang mencakup suatu proses
dalam keseluruhan kurun waktu kehidupan individu yang secara terus-
menerus sejak masa prenatal sampai akhir hayat. Pendidikan tidak hanya
berlangsung secara formal melalui sekolah-sekolah tetapi dapat pula
pendidikan non formal yaitu melalui kursus-kursus atau lembaga-lembaga. Di
dalam pendidikan terdapat suatu proses berpikir yang logis sistematis juga
terdapat berbagai macam pengolahan informasi yang telah diperoleh.
Pendidikan dapat pula diartikan sebagai usaha sadar, sengaja, dan
bertanggungjawab yang dilakukan pendidik terhadap anak didik menuju taraf
yang lebih maju (Rumini, 1993:16).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Banyak anak yang kurang mendapatkan perhatian dalam bidang
pendidikan, khususnya bagi mereka anak-anak yang memiliki kecacatan
mental. Mereka tidak bisa bersekolah layaknya anak normal. Dibutuhkan
sekolah atau lembaga khusus untuk menampung anak-anak yang memiliki
kelainan cacat mental. Dalam pengajarannya pun dibutuhkan metode dan
pengajaran khusus yang tidak bisa dilakukan oleh kebanyakan orang.
Pendidikan khusus untuk anak cacat mental dilakukan guna membimbing
mereka agar mereka juga merasakan hak memperoleh pendidikan yang layak.
Di dalam pengajarannya dibutuhkan guru atau pengajar yang telah ahli
dibidangnya.
Banyak anak-anak yang memiliki kelainan ketika ia dilahirkan. Hal
itulah yang akan menjadi hambatan dalam perkembangannya jika ia tidak
diperhatikan, serta kurangnya kepedulian dari orang tuanya. Saat ini anak
dengan kelaianan hambatan perkembangan perilaku telah mengalami
peningkatan yang cukup drastis. Anak special needs atau anak dengan
kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam
perkembangan perilakunya. Perilaku anak-anak ini yang antara lain terdiri dari
wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti anak yang normal. Padahal
kedua jenis perilaku ini penting untuk melakukan komunikasi dan sosialisasi.
Perilaku adalah semua tindakan atau tingkah laku seorang individu, baik kecil
maupun besar, yang dapat dilihat, didengar maupun dirasakan (oleh indra
perasa dikulit, dan bukan yang dirasakan oleh hati) oleh orang lain atau diri
sendiri ( Handojo, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Kelainan perilaku yang serius dan semakin banyak dijumpai yaitu
autisme masa anak-anak (autisma infantil). Autisma berasal dari kata auto
yang berarti sendiri. Penyandang autisma seakan-akan hidup di dunianya
sendiri. Anak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Mereka cenderung lebih suka asyik terhadap dirinya sendiri. Penyimpangan
ini disebut autisma dan para penderitanya disebut autis (Handojo, 2003).
Autisme merupakan masalah yang paling berat yang dihadapi oleh orang tua
dan itu harus diatasi sejak dini serta membutuhkan penanganan yang khusus.
Di sini perhatian dan dukungan lebih banyak dari banyak pihak dibutuhkan
untuk penanganan anak autis. Tidak hanya dukungan dari keluarga, dukungan
dari masyarakat dan pemerintah pun turut menjadi hal yang utama guna
penanganan anak autis ini.
Anak autis tidak dapat bersekolah seperti layaknya anak normal pada
umumnya. Dibutuhkan sekolah atau lembaga khusus yang mampu
menampung mereka. Pemerintah hendaknya memperhatikan hal tersebut
dengan mendirikan sekolah khusus atau lembaga khusus bagi penyandang
autisme. Sekolah khusus untuk anak autis baru beberapa tahun ini didirikan di
Indonesia, itupun dengan jumlah yang masih sedikit. Padahal jumlah anak
dengan hambatan perkembangan perilaku telah mengalami peningkatan yang
sangat mengejutkan. Salah satu contoh sekolah khusus autisme ádalah
Sekolah Luar Biasa Citra Mulia Mandiri, Maguwoharjo, Depok, Sleman,
Yogyakarta. Sekolah ini baru berdiri selama 4 tahun. Pembelajaran di sekolah
ini berbeda dengan sekolah pada umumnya. Pembelajaran dilakukan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
sistem one on one. Dalam artian satu guru mengampu satu siswa dalam
pembelajarannya. Hal ini dikarenakan kondisi anak autis antara anak yang satu
dengan anak yang lain berbeda-beda. Kondisi siswa yang berbeda inilah yang
menyebabkan merekla membutuhkn perhatian dan pengawasan ekstra dari
orang yang telah ahli dibidangnya.
Pembelajaran yang sesuai denmgan kondisi anaka akan mempengaruhi
proses kegiatan belajar mengajar. Proses belajar anak autis ini berbeda dengan
proses pembelajaran pada anak-anak normal pada umumnya. Dibutuhkan
waktu yang lama agar si anak dapat mencapai taraf pembelajaran yang lebih
tinggi. Pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa.
Penyandang autisme memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa,
baik bahasa secara lisan maupun tertulis. Oleh karena itu siswa autis
membutuhkan metode dan penanganan yang khusus dalam pengajarannya.
Anak yang mengalami penyimpangan perilaku seharusnya lebih mendapatkan
perhatian yang khusus dari banyak pihak, terutama dari orang tuanya. Pada
masa awal perkembangannya seharusnya lebih diperhatikan pada
perkembangan bahasanya agar anak-anak tersebut tidak terlalu jauh
mengalami kekurangan dalam pemerolehan bahasanya. Dalam menanganinya
dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran dari pembimbing-pembimbingnya agar
ia tidak terlalu jauh tertinggal dari anak normal pada umumnya. Penguasaan
keterampilan masing-masing anak berbeda antara anak yang satu dengan anak
yang lainnya, tergantung dari tingkat perkembangan usia masing-masing anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Piaget memandang perkembangan intelektual berdasarkan
perkembangan struktur kognitif. Semua anak melewati setiap tahap tersebut
secara hierarki, artinya anak tidak dapat melompati suatu tahap tanpa
melaluinya. Piaget dan kawan-kawan mengidentifikasikan empat tahap
perkembangan kognitif anak-anak yaitu: tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap
pra operasional (2-7 tahun), tahap operasi konkret (6-11 tahun atau 6-12
tahun), dan tahap operasi formal (11-14 tahun).
Anak yang mengalami gangguan perkembangan seringkali mengalami
kesulitan dalam menguasai suatu keterampilan berbahasa, baik lisan maupun
tulis. Dalam menguasai keterampilan berbahasa itu dibutuhkan aspek-aspek
yang mendukung agar pembelajaran akan berhasil. Rofi’udin dan Zuhdi
(1999), mengungkapkan ketiga aspek yang berperan dalam pembelajaran
yaitu, kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan dimensi psikomotorik.
Kesuksesan dalam pembelajaran akan berhasil seiring dengan tahap
perkembangan kemampuan kognitif seorang anak. Untuk menguasai seluruh
keterampilan tersebut tidak mungkin diperoleh secara tiba-tiba, diperlukan
adanya suatu proses yang panjang, hingga pada akhirnya anak dapat
menguasai suatu keterampilan tersebut. Semua tahap ini selalu diawali dengan
proses permulaan hingga pada akhirnya mendapatkan suatu hasil yang
diinginkan dengan ketercapaian tujuan pembelajaran seperti yang sudah
ditentukan.
Sama halnya dengan anak-anak yang normal, pembelajaran bahasa
anak, baik secara lisan maupun tertulis pada anak-anak autis juga memerlukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
suatu tahap yang bertingkat. Tahapan itu dimulai dari yang rendah sampai
pada tingkatan yang tinggi mengikuti proses perkembangan kognitif anak.
Seperti halnya perkembangan membaca, perkembangan anak dalam menulis
juga terjadi secara perlahan-lahan. Dalam tahap ini anak perlu mendapat
bimbingan dalam memahami dan menguasai cara mentransfer pikiran ke
dalam tulisan.
Masalah yang dimiliki anak-anak penyandang autisme saat
mempelajari kata-kata sederhana adalah begitu banyak kalimat mereka
memiliki ciri ekolali (membeo/mengulang kata) dan mengapa penggunaan
bahasa mereka sering tidak memiliki kreativitas dan daya cipta, dan
membatasi diri pada pengulangan kalimat yang telah diucapkan orang lain
(Peeters, 2004:66). Namun demikian, bahasa harus menjadi bagian dari diri
penyandang autisme. Mereka harus mengenal dan menguasai bahasa agar
dapat berinteraksi sosial.
Tentu saja pengajaran bahasa pada penyandang autisme tidak langsung
dengan mempelajari bahasa berupa kalimat lengkap. Dengan demikian, perlu
adanya tahapan-tahapan dalam mengembangkan bahasa. Tahapan-tahapan
perkembangan bahasa selalu dimulai dengan kalimat satu kata atau holoprase
yang telah mencerminkan suatu hubungan konseptual (Mar’at, 2005:58). Dari
segi bahasa tulis, pembelajaran bahasa dimulai dengan pengenalan seluruh
abjad alfabet. Kemudian berlanjut pada penyukuan yang terdiri atas dua huruf
(gabungan huruf vokal dan konsonan). Setelah itu, penggabungan penyukuan
atau pengulangan penyukuan yang dikaitkan dengan pemahaman makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
benda-benda, kejadian, dan orang lain. Hingga pada akhirnya pengenalan kata
dan tanda baca. Begitu tahap berikutnya telah dirambah, tahap sebelumnya
tetap dimunculkan kembali. Cara semacam ini dilakukan secara terus-menerus
untuk mengetahui daya konsentrasi dan pemahaman penyandang autisme
terhadap bahasa.
Merasuknya bahasa pada diri penyandang autisme diawali dengan
kontak mata. Kontak mata sangat perlu agar perhatian penyandang autisme
terfokus dan mereka mengenal lawan bicara. Dari kontak matalah dapat
diketahui kesiapan penyandang autisme untuk belajar bahasa dalam bentuk
rentetan kata-kata bermakna. Setelah kontak mata, tahap selanjutnya adalah
kontak fisik. Lewat sentuhan dan rabaan, penyandang autisme dikenalkan
pada benda dan kata, situasi dan kata, atau tempat dan kata.
Anak-anak mulai menggambar, kemudian menulis “cakar ayam”,
barulah berusaha membentuk bentuk-bentuk huruf. Mula-mula anak belajar
menulis, meskipun ia tidak mengetahui nama-nama huruf. Menuliskan kata-
kata yang dikenalnya dengan baik, misalnya namanya sendiri menolong anak
belajar bahwa huruf yang berbeda melambangkan bunyi-bunyi yang berbeda.
Anak mencoba menggunakan aturan dalam menulis dengan mencocokkan
bunyi dan aturan. Bunyi-bunyi dalam nama huruf dicocokkan dengan bunyi-
bunyi yang didengarnya. Pada mulanya anak hanya memperhatikan huruf
pertama pada setiap kata, huruf-huruf lain dalam setiap kata kurang mendapat
perhatian (Zuchdi dan Budiasih, 1997:21)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Menurut Rofi’udin dan Zuhdi (1999:76) menulis dapat dipandang
sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat fleksibel. Rangkaian aktivitas yang
dimaksud meliputi: pra menulis, penulisan draf, revisi, penyuntingan, dan
publikasi atau pembahasan. Selanjutnya, menurut Tarigan (1984:3)
mengatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergnakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap
muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif
dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis maka sang penulis harus trampil
memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan
menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan
dan praktek yang banyak dan teratur.
Dengan bimbingan guru, anak-anak dapat mengenal sistem tulisan
yang yang berlaku, sampai akhirnya mencapai taraf si anak mampu menulis.
Menurut Temple, dkk; (1998:99) mengidentifikasikan adanya 4 tahap
perkembangan tulisan yang dialami anak, yaitu: tahap prafonemik, fonemik
tahap awal, nama huruf, transisi, dan menguasai. Setiap anak yang sedang
belajar menulis pastilah membutuhkan waktu yang lama sampai anak dapat
menguasai keterampilan tersebut. Dalam menguasai keterampilan menulis
tersebut pastilah anak akan mengalami beberapa tahapan dalam
perkembangannya. Oleh karena itu penelitian tentang tahapan perkembangan
keterampilan menulis permulaan siswa autis dilakukan guna melihat
bagaimana tahapan perkembangan anak autis dalam menguasai suatu
keterampilan berbahasa khususnya bahasa tulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
B. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini masalah yang diteliti adalah tahap perkembangan
menulis permulaan pada siswa autis. Penelitian tentang tahap perkembangan
menulis permulaan ini dilakukan untuk melihat bagaimanakah tahap
perkembangan siswa autis dalam menguasai suatu keterampilan berbahasa,
khususnya bahasa tulis, serta untuk mengetahui adakah perbedaan tahap
perkembangan menulis permulaan yang dialami antara siswa yang satu dengan
siswa yang lain. Penelitian ini dilakukan terhadap 2 orang siswa autis kelas II,
SLB Citra Mulia Mandiri, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Peneliti
hanya mengambil 2 orang siswa dari 7 orang siswa kelas II. Dibandingkan
dengan siswa kelas II yang lain, kedua siswa, yaitu Rifki Lazuardi dan Fathoni
Dewantoko sudah dapat bersoaialisasi dan berkomunikasi dengan baik terhadap
orang lain. Oleh karena itulah, peneliti memilih subyek penelitian kedua anak
tersebut.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah tahap perkembangan menulis permulaan siswa autis di
SLB Citra Mulia Mandiri, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta,
khususnya Rifki Lazuardi dan Fathoni Dewantoko?
2. Adakah perbedaan tahap perkembangan menulis permulaan antara Rifki
Lazuardi dan Fathoni Dewantoko?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
D. Batasan Istilah
1. Tahap adalah bagian dari suatu perkembangan (pertumbuhan) yang ada
awal dan akhirnya, bagian dari urutan, tingkat, atau jenjang (KBBI).
2. Perkembangan merupakan perubahan menuju tingkat yang lebih sempurna
(KBBI).
3. Menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan
orang lain (Tarigan, 1984:3).
4. Anak autis adalah anak yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Mereka cenderung lebih suka asyik terhadap dirinya
sendiri, penyimpangan ini disebut autisma dan para penderitanya disebut
autis (Handojo, 2003).
E. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk.
1. Mendeskripsikan tahap perkembangan menulis permulaan yang dialami
oleh Rifki Lazuardi dan Fathoni Dewantoko, siswa SLB Citra Mulia
Mandiri, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.
2. Mendeskripsikan perbedaan tahap perkembangan menulis permulaan yang
dialami Rifki Lazuardi dan Fathoni Dewantoko.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak antara lain.
1. Guru dan Calon Guru.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
yang berguna dalam meningkatkan proses belajar mengajar bahasa
Indonesia di SLB Citra Mulia Mandiri. Dengan adanya penelitian ini
diharapkan agar guru dapat menerapkan pola-pola pembelajaran yang
tepat sesuai dengan tahap-tahap perkembangan siswa didiknya.
2. Siswa.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan
minat siswa-siswi SLB Citra Mulia Mandiri dalam belajar bahasa
Indonesia. Dengan penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
motivasi dalam belajar bahasa Indonesia.
3. Penulis.
Hasil penelitian ini dapat memberi suatu pengalaman yang menarik
dalam rangka meningkatkan potensi calon guru. Bisa mengetahui tahap-
tahap dalam penguasaan keterampilan menulis pada anak-anak autis.
Berguna bagi rekan-rekan yang berkecimpung di dunia pendidikan pada
umumnya dan guru pada khususnya. Hasil penelitian ini diharapkan
menjadi masukan dan bahan perkembangan maupun perangsang bagi
penelitian-penelitian yang relevan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Farita Wijayanti
(1999) berjudul Pelaksanaan Pengajaran Membaca dan Menulis Permulaan
untuk Anak Tunalaras Kelas II di SLB Bagian E Prayuwana Yogyakarta.
Penelitian ini mengkaji mengenai pelaksanaan pengajaran membaca dan
menulis permulaan untuk anak tunalaras kelas II di SLB Bagian E Prayuwana,
Yogyakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam pengajaran membaca
dan menulis permulaan kelas II di SLB/E Prayuwana Yogyakarta tergantung
kepada 7 komponen utama yaitu: (1) kondisi siswa, (2) kondisi guru, (3)
tujuan pengajaran, (4) materi pelajaran, (5) strategi belajar mengajar, (6)
metode pengajaran, (7) teknik pengajaran.
Di dalam materi pelajaran dijelaskan bahwa materi pelajaran untuk
membaca dan menulis permulaan anak Tunalaras kelas II di SLB Bagian E,
Prayuwana, Yogyakarta meliputi membaca nyaring, menulis tegak
bersambung, menuliskan kata/kalimat sederhana yang dibacakan guru,
menyusun kata-kata ke dalam kalimat yang bermakna kemudian menuliskan
dan membacakannya, dan penggunaan huruf kapital. Di dalam metode
pengajaran disesuaikan dengan kemampuan awal si anak kemudian
dikembangkan oleh guru yang bersangkutan. Metode yang digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
mengajarkan membaca permulaan yaitu dengan metode ejaan. Untuk
pengajaran menulis permulaan di kelas II SLB/E, Prayuwana, Yogyakarta
dilaksanakan dengan menggunakan ejaan. Metode ini diterapkan oleh siswa
yang belum dapat menulis. Pengajaran menulis permulaan untuk siswa yang
sudah mampu menulis yaitu berupa menulis kalimat dengan tulisan tegak
bersambung, penggunaan huruf kapital pada awal kalimat, menuliskan kata-
kata sederhana yang dibacakan guru. Di dalam Teknik Pengajaran, teknik
untuk mengajarkan menulis permulaan yaitu dimulai dengan pengenalan
huruf, menulis suku kata dan kalimat dari huruf-huruf yang telah dikenal.
Penelitian Wiyoso (1999) yang berjudul “Pengajaran Bahasa
Indonesia pada Anak Tunagrahita Mampu Didik Kelas VI di SDLB Hifal
Kodya Pekalongan”. Dari hasil penelitian ini mendeskripsikan mengenai
strategi-strategi pengajaran Bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru, yaitu:
(1) pengetahuan bahasa, merupakan salah satu materi pokok bahasan yang
diutamakan dalam penyampainnya oleh guru. Materi pelajaran diberikan
dengan alokasi waktu tersendiri, (2) kosakata, merupakan strategi pemberian
kosakata yang digunakan oleh guru dengan cara memberikan kata beserta
artinya, kesamaan kata, atau lawan kata, setelah itu siswa diberi tugas
berkaitan dengan materi tersebut, (3) menyimak, dalam pengajaran menyimak
siswa dilibatkan dalam kegiatan yang berhubungan dengan menyimak.
Strategi yang digunakan guru yaitu strategi menyimak sebuah kalimat,
(4) berbicara, dalam pengajaran berbicara disampaikan kepada siswa setelah
guru menyampaikan pelajaran tata bahasa dan kosakata, (5) membaca, Strategi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
yang digunakan yaitu pertama-tama dengan membaca permulaan abjad
dengan strategi membaca nyaring, setelah itu dilakukan dengan cara guru
meminta siswa untuk membaca materi pelajaran yang dituliskan guru yang
berupa kata, frasa, dan kalimat, (6) menulis, untuk meningkatkan kemampuan
menulis dengan tata bahasa dan pemilihan kosakata yang benar, guru
memberikan latihan menulis kepada siswa. Strategi yang dilakukan adalah
guru pertama kali mengajarkan menulis premulaan dari huruf sampai pada
kalimat, kemudian setelah siswa mampu menulis siswa diberi tugas menyusun
kalimat yang berkaitan dengan penyusunan kata-kata untuk dijadikan kalimat.
Kedua penelitian tersebut relevan dengan dengan penelitian yang
berjudul Tahap Perkembangan Menulis Permulaan Siswa Autis: Kasus Rifki
Lazuardi dan Fathoni Dewantoko siswa kelas II di SLB Citra Mulia Mandiri,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.
Penelitian tersebut dikatakan relevan dengan penelitian di atas. Penelitian ini
merupakan langkah permulaan penelitian Tahap Perkembangan Keterampilan
Menulis Permulaan Siswa Autis di SLB Citra Mulia Mandiri, Maguwoharjo,
Depok, Sleman, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
B. Kerangka Teori
1. Autisme dan gangguan perkembangan
Menurut Peeters (2004), Autisme ditempatkan di bawah kategori
gangguan perkembangan pervasif antara retardasi mental dan gangguan
perkembangan spesifik. Di bawah kategori retardasi mental, dapat dikatakan
bahwa perkembangan menjadi lambat. Seseorang yang mengalami retardasi
mental dalam menjalani tahapan perkembangan sama seperti anak normal
pada umumnya, tetapi sangat lambat. Usia mentalnya selalu lebih rendah dari
usia sebenarnya. Di bawah kategori gangguan perkembangan spesifik
dihadapkan kepada perkembangan yang lambat atau tidak normal pada suatu
bidang kemampuan tertentu. Seseorang yang memiliki gangguan ini
mengalami kesulitan yang luar biasa dalam belajar.
Karakteristik yang paling penting dari gangguan perkembangan
pervasif adalah terdapatnya gangguan dominan yang terdiri dari kesulitan
dalam pembelajaran keterampilan kognitif (pengertian), bahasa, motorik
(gerakan), dan hubungan kemasyarakatan. Penderita gangguan perkembangan
pervasif dapat terbelakang secara mental. Kata pervasif menyatakan bahwa
seseorang menderita kerusakan jauh di dalam, meliputi keseluruhan dirinya.
Inilah masalah yang dihadapi para penyandang autisme. Yang membuat hidup
seseorang benar-benar berarti adalah berkomunikasi dengan orang lain,
memahami perilaku mereka, menghadapi benda-benda, situasi, dan orang-
orang dengan cara kreatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Ungkapan gangguan pervasif merupakan cara untuk menjelaskan apa
yang terjadi pada anak autis. Anak yang mengalami kombinasi kesulitan
dalam perkembangan komunikasi, pemahaman dan imajinasi sosial, dan jauh
lebih lagi mengalami kesulitan-kesulitan spesifik dalam memahami apa yang
mereka lihat dan dengar.
Autisme tidak dikelompokkan dalam penyakit mental. Istilah
“penyakit mental” menunjukkan bahwa bentuk perawatan mula-mula bersifat
psikiatrik atau kejiwaan. Ketika perawatan psikiatrik terbukti cukup berhasil
maka kemudian diberikan perhatian kepada beberapa bentuk asuhan dan
didikan.
Dalam kasus gangguan perkembangan pervasif, pendidikan khusus
merupakan prioritas pertama dalam perawatan. Perbedaan antara gangguan
perkembangan pervasif dan penyakit mental adalah menyangkut tujuan akhir
perawatan. Seseorang yang sakit mental, dulu pernah “normal” sehingga
diusahakannya untuk membuatnya normal kembali. Dalam kasus autisme kita
harus diterima bahwa gangguan perkembangannya bersifat permanent (tetap).
Karena itu tujuan perawatannya adalah untuk mengembangkan berbagai
kemungkinan-kemungkinan dalam keterbatasannya. Dengan kata lain
mempersiapkan diri anak untuk menghadapi kehidupan dewasanya sehingga
bisa berintegrasi (menyatu) dalam masyarakat dengan baik.
2. Anak dengan Kebutuhan Khusus ( Special Needs)
Menurut Monks (1989), Autisma berasal dari kata auto yang berarti
sendiri dan dari bahasa Yunani autos yang berarti aku, dalam pengertian non
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
ilmiah bahwa semua anak yang bersikap mengarah pada dirinya sendiri karena
sebab apapun disebut autistik. Penyandang autisme seakan-akan merasa hidup
sendiri. Menurut Hitipeuw (1990:17), Autisme diartikan sebagai
penyimpangan yang terjadi pada anak-anak sejak usia dini sekali yang
ditandai dengan adanya gangguan dalam perkembangan bahasa, komunikasi
sosial, intelegensi, dan perilaku-perilaku individu yang mengalami gangguan.
Penyandang autisme mempunyai tingkah laku yang tidak lazim daripada anak-
anak yang normal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi,1990), autisma adalah
gangguan perkembangan pada anak yang berakibat tidak dapat berkomunikasi
dan tidak dapat mengekspresikan perasaan dan keinginannya sehingga
perilaku hubungan dengan orang lain terganggu. Sedangkan autistik adalah
terganggu jika berhubungan dengan orang lain. Rapin dalam Dardjowidjojo
(1991:109) memberikan pengertian bahwa autisme merupakan gangguan
perkembangan bahasa yang berat. Gejala utamanya berhubungan dengan
sosialisasi, komunikasi, dan bermain.
a. Ciri-ciri Autisme
Peters (2004) menyebutkan bahwa dalam perkembangan anak
abnormal yang terganggu sebelum usia 3 tahun akan menunjukkan
keterlambatan dan fungsi abnormal pada paling sedikit satu dari bidang-
bidang berikut.
1) Interaksi sosial, bahasa yang dipergunakan dalam perkembangan
sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
2) Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial.
3) Permainan simbolik atau imajinatif.
Adapun ganggguan kualitatif dalam berkomunikasi menurut
Peeters (2004) ditunjukkan oleh paling sedikit salah satu dari keadaan
berikut.
1) Keterlambatan atau kekurangan secara menyeluruh dalam berbahasa
lisan (tidak disertai usaha untuk mengimbanginya dengan penggunaan
gesture atau mimik muka sebagai alternatif dalam berkomunikasi).
2) Ciri gangguan yang jelas pada kemampuan untuk memulai atau
melanjutkan pembicaraan dengan orang lain meskipun dalam
percakapan sederhana.
3) Penggunaan bahasa yang repetitive (diulang-ulang) atau stereotip
(meniru-niru) atau bersifat idiosinktratik (aneh).
4) Kurang beragamnya spontanitas dalam permainan pura-pura atau
meniru orang lain yang sesuai dengan tingkat perkembangannya
(2004:1).
Gunawan juga menambahkan lima gejala adanya ganguan
perkembangan pada anak penyandang autisme, yaitu: gangguan
komunikasi, gangguan interaksi, gangguan perilaku, gangguan emosi,
gangguan persepsi sensori.
Anak yang mengalami gangguan komunikasi akan menunjukkan ciri-
ciri sebagai berikut: anak mengalami keterlambatan bicara atau sama sekali
belum dapat berbicara sehingga sangat sulit untuk dapat memulai dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
mempertahankan percakapan. Anak cenderung berkomunikasi dengan
bahasa tubuh, mengulang-ulang kata bahkan anak sering meracau dengan
bahasanya sendiri.
Terganggunya interaksi menyebabkan anak mengalami gangguan
dalam hal hubungan dengan orang-orang sekitar seperti kurang responsive
terhadap isyarat sosial, anak tidak mau menatap mata lawan bicaranya,
apabila dipanggil tidak menengok, anak tidak mau mengekspresikan rasa
senang atau keinginannya bahkan anak akan lebih senang menyendiri tidak
mau bermain dengan teman sebaya.
Anak yang mengalami gangguan perilaku akan menunjukkan ciri-ciri
sebagai berikut: anak cenderung cuek terhadap lingkungan dan terlalu asyik
dengan dunianya sendiri, anak akan bersikap semaunya sendiri, sangat sulit
diatur. Semakin lama perilaku anak menjadi semakin tidak terarah, suka
menyakiti dirinya sendiri, taruntum (mengamuk) dengan sebab yang tidak
jelas.
Anak yang sering tertawa, menangis, marah-marah tanpa sebab yang
jelas merupakan salah satu dari cirri anak yang mengalami gangguan emosi.
Gangguan lain diantaranya adalah ketakutan anak yang kurang jelas dan
tidak wajar, serta emosi anak semakin lama menjadi semakin tidak
terkendali.gejala yang ditunjukkan oleh anak berbeda, antara anak yang satu
dengan anak yang lain. Gangguan yang berhubungan dengan panca indera
disebut ganguan persepsi sensori, adapun cirri anak yang mengalami
gangguan perspsi sensori antara lain sebagai berikut: menjilat-jilat benda,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
mencium benda, menutup telinga bila mendengar suara yang keras dengan
nada tertentu, anak snagat tahan terhadap sakit, dan kecenderungan anak
yang tidak suka memakai bahan yang kasar.
b. Penyebab Autisme
Handoyo (2003) menyebutkan adanya 5 penyebab anak menderita
autisme.
1) Adanya kelainan pada otaknya. Ada tiga lokasi otak yang ternyata
mengalami kelainan neuro-anatomis, yang disebabkan oleh faktor
keturunan, infeksi virus dan jamur, kekurangan nutrisi dan oksigen
serta akibat polusi udara, air, dan makanan. Gangguan tersebut terjadi
pada fase pembentukan organ-organ yaitu pada usia kehamilan antara
0-4 bulan.
2) Adanya kelainan anatomis pada lobus patietalis, cerebellum dan
sistem limbiknya. 43% penyandang autisma mempunyai kelainan
pada lobus parietalis otaknya yang menyebabkan anak cuek terhadap
lingkungannya.
3) Kelainan pada otak kecil (cerebellum). Otak kecil bertanggung jawab
atas proses sensoris, daya ingat, berpikir, belajar bahasa, dan proses
atensi (perhatian).
4) Terdapatnya kelainan yang khas di daerah sistim limbic yang disebut
hippocampus dab amygdale. Akibatnya terjadi gangguan fungsi
kontrol terhadap agresi dan emosi. Anak kurang dapat mengendalikan
emosinya, seringkali terlalu agresif atau sangat pasif. Amygdale
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
bertangung jawab terhadap berbagai rangsangan sensoris seperti
pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, dan rasa.
Hippocampus bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan daya
ingat.
5) Faktor genetika diperkirakan penyebab utama dari kelainan autisma.
Itu dikarenakan dengan adanya kelainan kromosom pada anak
autisma.
c. Jenis-Jenis Autis
Handojo,(2003) menggolongan autis ke dalam 3 bagian.
1) Autisme infantil atau autisme masa kanak-kanak.
Perilaku autistik ini digolongkan dalam 2 jenis yaitu, perilaku
yang ekspresif (berlebihan) dan perilaku yang deficit (kekurangan).
Yang termasuk perilaku ekspresif adalah hiperaktif dan tantrum
(mengamuk) yang berupa menjerit, menyepak, menggigit, mencakar,
memukul, dsb. Di sini juga sering terjadi anak menyakiti diri sendiri
(self abuse). Perilaku deficit ditandai dengan gangguan bicara, perilaku
sosial kurang sesuai, deficit sensoris sehingga sering dikira tuli,
bermain tidak benar, dan emosi yang tidak tepat, misalnya tertawa dan
menagnis tanpa sebab. Karakteristik penyandang autisme ini antara
lain: Selektif berlebihan terhadap rangsang, Kurangnya motivasi untuk
menjelajahi lingkungan baru, Respon stimulasi diri sehingga
menganggu integrasi sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
2) Sindroma Aspeger
Ini mirip dengan autisma Infantil, dalam hal kurang interaksi
sosial. Tetapi mereka masih mampu berkomunikasi cukup baik. Anak
sering memperlihatkan perilaku tidak wajar dan minat yang terbatas.
Anak mampu mengikuti kegiatan sekolah dengan prestasi rata-rata atau
di atas rata-rata.
3) Attention Deficit (hyperactive) Disorder atau AD(H)D.
ADHD dapat diterjemahkan dengan Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas atau GPPH. Gejala anak dengan ADHD
sekilas mirip dengan autisma, tetapi memiliki kemampuan komunikasi
dan interaksi sosial jauh lebih baik. Orang sering menyebut anak tipe ini
dengan anak hiperaktif.
Anak yang hiperaktif sering bermain dengan jari tangan, tidak
bisa duduk diam saat anak lain duduk dengan manis. Ia akan berlari dan
memanjat berlebihan. Gejala GPPH terdiri dari tiga gejala umum yaitu:
inatensivitas atau tidak ada perhatian atau tidak menyimak, impulsivitas
atau tidak sabaran, bisa impulsive motorik dan impulsive verbal atau
kognitif, dan hiperaktivitas atau tidak bisa diam.
4) Anak Gifted.
Anak Gifted adalah anak dengan intelegensi yang super atau
genius, namun memiliki gejala-gejala yang mirip dengan autisma.
Penanganan anak Gifted berbeda dengan penanganan anak autisma.
Pertama-tama perlu dicari dulu dalam bidang apa anak tersebut genius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Biasanya kegeniusan hanya pada satu bidang tertentu dan tidak pada
semua disiplin ilmu atau keterampilan.
3. Penanganan Anak Autis
Deteksi dini pada anak dengan kebutuhan khusus atau anak dengan
perkembangan hambatan perilaku ini merupakan suatau hal yang teramat
penting. Handojo, (2003) menyebutkan gejala-gejala anak autis yang
harus diwaspadai sejak dini.
a. Anak usia 30 bulan belum bisa bicara untuk komunikasi.
b. Hiperaktif dan “cuek” kepada orang tua dan orang lain.
c. Tidak bisa bermain dengan teman sebaya.
d. Adanya perilaku aneh yang diulang-ulang.
Terapi sejak dini harus dimulai sebelum anak berusi 5 tahun.
Perkembangan paling pesat dari otak manusia terjadi pada usia sebelum 5
tahun, puncaknya terjadi pada usia 2-3 tahun oleh karena itu terapi setelah
usia 5 tahun oleh karena itu pelaksanaan terapi setelah usia 5 tahun
hasilnya akan berjalan lambat. Pada usia 5-7 tahun perkembangan otak
menjadi lambat menjadi 25% dari usia sebelum 5 tahun. Tetapi meskipun
anak sudah mencapai usia 5 tahun tetap dilakukan terapi. Untuk
penanganan anak autis terdapat beberapa jenis terapi (Handojo: 2003).
a. Terapi perilaku
Terapi perilaku sangat penting untuk membantu anak-anak ini
untuk bisa menyesuaikan diri dalam masyarakat. Bukan hanya gurunya
yang harus menerapkan terapi perilaku pada saat belajar, namun setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
anggota keluarga dirumah harus bersikap konsisten dalam menghadapi
anak-anak dengan kebutuhan khusus ini. Terapi perilaku terdiri dari
terapi wicara, terapi okupasi, dan menghilangkan perilaku asosial
(tidak wajar).
b. Terapi biomedik (obat, vitain, mineral, food supplements).
Obat-obatan juga dipakai terutama untuk penyandang
autisma, tetapi sifatnya sangat individual dan perlu berhati-hati dosis
dan jenisnya sebaikanya dilakukan oleh dokter spesialis yang
memahami dan mempelajari autisme. Baik obat maupun vitamin
hendaknya diberikan secara sangat berhati-hati karena dapat
menimbulakn efek yang tidak dikehendaki.
c. Sosialisasi ke sekolah regular
Anak dengan kelaiana perilaku, terutama penyandang autisma
yang telah mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik,
dapat dicoba untuk masuk kesekolah ‘normal’ sesuai dengan
umurnya. Perlu diingat bahwa terapi perilakunya jangan ditinggalkan,
karena sangat besar kemungkinan terjadi regresi yaitu perkembangan
perilaku anak mundur kembali.sebaiknya keikutsertaan di sekolah
normal tetap dibarengi dengan penanganan perilaku yang tetap terus
dikembangkan dan dipelihara.
d. Sekolah (pendidikan) khusus
Di dalam pendidikan khusus ini telah diramu terapi perilaku,
terapi wicara, dan terapi okupasi. Pendidikan anak dengan kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
khusus tidak dapat disamakan dengan pendidikan normal, karena
kelainannya sangat bervariatif dan usia mereka berbeda-beda. Tata
cara pelaksaannya sangat jauh berbeda dengan pendidikan normal.
Kalau di pendidikan normal seorang guru dapat menangani beberapa
anak sekaligus, maka untuk anak dengan kebutuhan khusus, biasanya
seorang terapis hanya mampu menangani anak pada saat yang sama
(One-On-One).
C. Perkembangan Perilaku Anak Normal
Setelah membahas mengenai anak-anak autis sebaiknya kita juga harus
mengetahui perkembangan perilaku anak-anak normal. Hal ini sangat penting
untuk mengetahui sejauhmana keterlambatan anak-anak yang mengalami
hambatan perkembangan perilakunya disbanding dengan anak normal pada
ummnya.
Perilaku adalah semua tindakan atau tingkah laku seseorang individu,
baik kecil maupun besar, yang dapat dilihat, didengar dan dirasakan (oleh
indra perasa di kulit, dan bukan dirasakan oleh hati) oleh orang alin atau diri
sendiri. jadi perilaku meliputi bicara atau suara, gerakan-gerakan atau aksi-
aksi baik berupa gerakan yang beraturan atau tidak beraturan, tertuju ataupun
tidak tertuju, sengaja ataupun tidak sengaja, berguna atau tidak berguna
( Handojo, 2003:10)
Semua perilaku individu pasti didahului oleh suatu penyebab atau
antecedent, baik eksternal maupun internal. Penyebab eksternal dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
diperoleh dari individu lain ataupun lingkungan sekitarnya. Penyebab
internal dapat berasal dari sikap atau attitude, dan emosi yang didasari oleh
watak dan kepribadian seseorang. Setiap perilaku juga memberikan suatu
akibat atau consequence, baik bagi individu itu sendiri, orang lain ataupun
pada lingkungannya.
Tabel berikut akan menjelaskan secara singkat tentang perkembangan
perilaku anak normal sampai pada usia 6 tahun.
Tabel 1. Perkembangan perilaku anak normal.
Usia Kemampuan Motorik Kemampuan wicaraLahir Fiksasi pandangan Bereaksi terhadap suara5 minggu Tersenyum sosial2 bulan Mengikuti benda di garis tengah3 bulan Telapak tangan terbuka Guu guu4 bulan Menyatukan kedua tangan Orientasi terhadap suara a-guu,
aguu, mengoceh5 bulan Meraih unilateral Mengoceh
dadadada(menggumam)6 bulan Memeriksa benda Menoleh kepada suara bel fase
II7 bulan Memeriksa benda8 bulan Memeriksa benda Mengerti perintah “tidak boleh”9 bulan Membuka penutup maianan Dada
Menoleh pada suara bel fase III10 bulan Melemparkan benda11 bulan Meletakkan kubus dibawah gelas Mengerti perintah ditambah
mimikMama dan kata pertama selainnmama
12 bulan Melepaskan benda dengansengajaMencoretMemasukkan biji ke dalam botolMinum dari gelas sendiriMenggunakan sendok
Kata kedua
13 bulan Kata ketiga14 bulan Melepaskan biji dengan meniru Mengerti perintah tanpa mimic15 bulan Meniru membuat garis 4-6 kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Menyusun 2 kubus16 bulan Menyusun 3 kubus
Melepaskan biji spontan17 bulan Menunjuk 5 bagian badan yang
disebutkan 7-20 kata18 bulan Membuat garis secara spontan21 bulan Kalimat pendek 2 kata24 bulan Kereta api dengan 4 kubus
Membuka baju sendiri50 kataKalimat terdiri dari 2 kata
25-27 bulan Membuat garis datar dan tegak30 bulan Kereta api dengan cerobong asap
Meniru membuat lingkaran3 tahun Membuat lingkaran spontan
Membuka kancing250 kataKalimat terdiri dari 3 kata
4 tahun Memasang kancing Kalimat terdiri dari 4-5 kataBerceritaMenanyakan arti suatu kataMenghitung sampai 20
5 tahun Mengikatkan tali sepatu6 tahun Membuat tangga dan dinding
dari beberapa kubus tanpa contoh
Berikut ini Tabel perbedaan antara perilaku bayi autisme dan
bayi normal yang dikemukakan oleh Bambang Hartono dkk; dalam Sultana
M.H. Faradz dkk; (2002:107).
Tabel 2. Perbedaan antara perilaku bayi autismo dan bayi normal.
Bayi Autisme Bayi Normal
Komunikasi Komunikasi
Tidak ada kontak mata. “Menyelidiki” wajah ibunya.
Seperti tuli. Gampang bereaksi terhadapbunyi.
Pada awalnya bahasaberkembang lalu mendadakberhenti.
Kamus kata dan kemampuangramatikalnya bertambah.
Hubungan Sosial Hubungan Sosial
Tak peduli terhadap orang yangdatang maupun pergi.
Menangis bila ibunya pergi dan“stres”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Melakukan serangan fisik tanpasebab yang jelas.
Marah bila lapar dan kecewa.
Sulit diajak kontak. Mengenal wajah yang telahakrab lalu tersenyum.
Kemampuan dalam bereaksiterhadap lingkungan
Kemampuan dalam bereaksiterhadap lingkungan
Selalu terpaku pada satuaktivitas.
Berpindah dari kegiatan satu kelainnya.
Melakukan gerakan aneh sepertimenggoyang-goyang bendaberulang-ulang.
Menggunakan anggota tubuhnyasecara bermakna, seperti meraihobjek atau mendapatkan benda.
Menghisap atau menjilatboneka.
Bermain dengan boneka.
Seperti tidak sensitif terhadapnyeri.
Mencari kepuasan danmenghindari nyeri.
5. Perkembangan dan Pemerolehan Bahasa Anak
a. Konsep Dasar Perkembangan
Budiman (2006) dalam bukunya yang berjudul Memahami
Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar, mengemukakan 4 istilah yang
terkait dengan konsep perkembangan (development), yakni pertumbuhan
(growth), kematangan (maturation), belajar (learning), dan latihan
(exercise). Secara konseptual keempat istilah ini memiliki persamaan dan
perbedaan. Persamaannya adalah keempatnya ini terjadi perubahan
(changes). Sedangkan perbedaannya adalah perubahan pada pertumbuhan
dan kematangan lebih bersifat alamiah sedangkan perubahan pada belajar
dan latihan lebih bersifat disengaja dan bertujuan. Perubahan-perubahan
yang terjadi baik sebagai pertumbuhan, kematangan, belajar, maupun
latihan itulah yang disebut perkembangan ( development).
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan
kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari lahir sampai mati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Pengertian lain dari perkembangan adalah perubahan-perubahan yang
dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau
kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis
(rohaniah) (Syamsu ,2004)
Menurut Syamsu (2004) terdapat beberapa ciri-ciri perkembangan
yaitu terjadinya perubahan dalam aspek fisik dan psiskis. Aspek fisik
berupa perubahan tinggi, berat, serta organ-organ tubuh yang lainnya.
Terjadi perubahan dalam proporsi aspek fisik yang berupa proporsi tubuh
anak berubah sesuai dengan fase perkembangannya, dan aspek psikis terjadi
perubahan imajinasi dari yang hanya tertuju pada dirinya sendiri perlahan-
lahan beralih kepada ornag lain atau kelompok besar.
Berbeda dengan pendapat Syamsu, Kartini (1997) dalam bukunya
yang berjudul Psikologi Perkembangan membedakan pengertian antara
pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini akan berlangsung secara
interpenden yang tidak bergantung satu sama lain, tidak dapat dipisahkan,
tetapi dapat dibedakan. Pertumbuhan dapat diartikan suatu perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik, yang
berlangsung secara normal pada diri anak yang sehat, dalam
passage/peredaran waktu atau proses asimilasi dari konstitusi fisik (pesan
tubuh, keadaan jasmaniah) yang hereditas/ warisan dalam bentuk proses
aktif yang kontinu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Pada pertumbuhan sering terjadi perbedaan dalam kecepatan
pertumbuhan. Artinya setiap anak mempunyai kecepatan yang berbeda-beda
dalam setiap tahap pertumbuhan, yang akan mengakibatkan perbedaan dalam
keseluruhan bentuk tubuh dan fungsinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan (Kartini, 1997).
1) Faktor sebelum lahir. Terjadi ketika anak masih dalam kandungan ibu,
contohnya terjadi kekurangan nutrisi pada ibu dan janin, keracunan
sewaktu bayi ada dalam kandungan.
2) Faktor ketika lahir. Kelainan yang terjadi sewaktu bayi dilahirkan.
Contohnya karena ada tekanan dalam dinding rahim ibu sewaktu
dilahirkan sehingga terjadi pendarahan pada bagian kepala bayi
(intracranial haemorhage).
3) Faktor sesudah lahir. Terjadi karena pengalaman traumatik (luka-luka)
pada kepala bayi.
4) Faktor psikologis. Terjadi karena bayi yang ditinggalkan oleh orang
tuanya atau karena sebab-sebab yang lain sehingga anak dititipkan pada
lembaga-lembaga tertentu, sehingga anak mengalami hambatan dalam
pertumbuhan dan kekurangan kasih sayang.
Tahap-tahap dalam suatu perkembangan (Kartini, 1997).
1) Masa Pra-lahir.
Masa yang dimulai ketika terjadi pertemuan antara sperma dan sel
telur sampai seorang bayi dilahirkan, selama 280 hari. Pada proses
perkembangan masa pra-lahir berlangsung secara cephalocaudal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
artinya proses dalam suatu pertumbuhan berlangsung secara
deferensiasi dari bagian kepala sampai pada bagian ujung/ekor.
Pertumbuhan janin sebelum dilahirkan terjadi sangat cepat pada
berbagai jaringan tubuh. Kehidupan pada masa pra-lahir mulai
“mempengaruhi” pertumbuhan fetus dan janin dalam rahim sang ibu.
2) Masa jabang bayi ( neonatus ) = 0 – 2 minggu.
Masa yang terjadi sejak seorang bayi dilahirkan sampai berumur 2
minggu. Suatau masa yang disebut masa penyesuaian terhadap kehidupan
barunya, yang sangat berbeda denngan kehidupan ketika dalam rahim.
3) Masa Bayi : 2 minggu – 1 tahun.
Masa yang sering sekali disebut sebagai masa vital karena
perkembangan bayi menjadi pondasi yang kokoh untuk perkembangan
dan pertumbuhan selanjutnya. Pada masa ini bayi sangat bergantung pada
orang lain.
4) Masa 2-5 tahun
Masa ini sering disebut sebagai masa anak pra-sekolah (masa
kanak-kanak awal). Pada masa ini terjadi perkembangan motorik, dengan
bertambah matangnya perkembangan otak yang mengatur sistem syaraf
yang memungkinkan anak lebih lincah dan aktif bergerak. Selain
perkembangan syaraf juga terjadi perkembangan bahasa dan berfikir,
sebagai alat komunikasi dan mengerti tentang dunianya. Perkembangan
yang lainnya adalah terjadi perkembangan sosial dalam dunia pergaulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
dimana pergaulan anak menjadi lebih luas. Ketrampilan pada bidang
fisik, motorik, mental dan emosi sudah meningkat.
5) Masa 6- 11 tahun
Pada masa ini sering disebut sebagai masa intelektuil atau masa
tenang/ latent, dimana apa yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-
masa sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa selanjutnya.
6) Masa Anak-Anak =12-14 tahun.
Masa ini sering dibagi menjadi masa anak dini, masa pra-sekolah,
dan masa anak sebelum menjelang remaja. Pada masa ini anak mulai
belajar banyak tentang seluruh aspek kehidupan.
7) Masa Remaja 13/14 - ± 21 tahun.
Merupakan masa peralihan dari dunia anak-anak menuju dewasa,
yang ditandai dengan terjadinya kematangan pada kelenjar-kelenjar
kelamin yaitu menarche (haid) pada anak perempuan dan keluarnya air
mani pada anak laki-laki. Pada masa ini terjadi perubahan fisik secara
hebat yang dialami oleh sang anak.
Perkembangan dalam arti sempit dapat diartikan suatu proses
pematangan fungsi-fungsi yang nonfisik. Dalam suatu proses
perkembangan sering kali terjadi suatu perubahan. Perubahan yang terjadi
bisa secara kuantitatif dan kualitatif. Perubahan yang kualitatif adalah suatu
perubahan yang tidak dapat diukur, sedangkan perubahan kuantitatif adalah
perubahan yang dapat diukur dengan menggunakan alat ukur. Jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
perubahan ini terjadi secara terus menerus pada setiap tahapan
perkembangan berikutnya dengan cara yang sama disebut suatu
kontinuitas. Disebut kontinuitas karena yang terjadi pada perkembangan
sebelumnya akan diteruskan pada perkembangan selanjutnya. Tetapi pada
saat tertentu akan terjadi diskontinuitas.
Di atas telah dikemukakan bahwa proses perkembangan adalah
terjadinya suatu perubahan. Setiap saat manusia tidak pernah berhenti
dalam berkembang, karena apa yang ada sekarang sebentar lagi mungkin
akan mengalami perubahan. Setiap perkembangan tidak hanya akan
bertambah terus, tetapi kadang pula terjadi suatu penurunan dalam
perkembangan misalnya, pada usia lanjut ketika terjadi penurunan
keseluruhan perkembangan. Perkembangan dapat diartikan sebagai
perubahan-perubahan psikho-fisis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi psikhis dan fisis pada diri anak, yang ditunjang oleh faktor
lingkungan dan proses belajar dalam passage waktu tertentu, menuju suatu
kedewasaan. Terdapat juga arti lain yaitu proses transmisi daripada
konstitusi psikho-fisis (resam psikhis dan fisis) yang heriditer, di stimulir
oleh faktor-faktor lingkungan yang mengutungkan, dalam perwujudan
proses aktif-menjadi secara kontinu. Setiap fenomena (gejala)
perkembangan anak merupakan produk dari kerja-sama dan pengaruh
timbal-balik diantara potensialitas herediter dengan faktor-faktor
lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Lingkungan (environment) merupakan faktor penting disamping
hereditas yang menentukan perkembangan individu. Lingkungan itu
meliputi fisik, psikis, sosial, dan religius. Sigelman dan Shaffer dalam
Syamsu (2004) mengemukakan bahwa lingkungan perkembangan
merupakan “berbagai peristiwa, situasi atau kondisi di luar organisme yang
diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu”.
Lingkungan ini terdiri atas: fisik yaitu meliputi segala sesuatu dari molekul
yang ada di sekitar janin sebelum lahir sampai kepada rancangan arsitektur
suatu rumah, dan sosial yaitu meliputi seluruh manusia yang secara
potensial mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perkembangan individu.
Lingkungan perkembangan siswa yang berpengaruh terhadap
perkembangan adalah lingkungan keluarga, sekolah, kelompok sebaya, dan
masyarakat. Lingkungan keluargalah yang memiliki pengaruh sangat besar
terhadap perkembangan siswa. Soelaeman (1978: 4-5) mengemukakan
pendapat para ahli mengenai pengertian keluarga.
a) FJ Brown berpendapat bahwa ditinjau dari sudut pandang
sosiologis, keluarga dapat diartikan dua macam, yaitu: Dalam arti luas,
keluarga meliputi semua pihak yang ada hubungan darah atau keturunan
yang dapat dibandingkan dengan clan atau marga, Dalam arti sempit
keluarga meliputi orangtua dan anak.
b) Maciver menyebutkan lima cirri khas keluarga yang umum terdapat
di mana-mana, yaitu: hubungan perpasangan kedua jenis, perkawinan atau
bentuk ikatan lain yang mengokohkan hubungan tersebut, pengakuan akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
keturunan, kehidupan ekonomis yang diselenggarakan dan dinikmati
bersama, dan kehidupan rumah tangga.
Dalam perkembangannya menuju kedewasaan, tiap individu pastilah
mengalami fase-fase perkembangan. Fase perkembangan dapat diartikan
sebagai penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu
yang diwarnai cirri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu. Dalam
hubungannya dengan proses belajar mengajar (pendidikan). Penggolongan
fase-fase perkembangan individu adalah sebagai berikut:
Tahap Perkembangan UsiaMasa usia pra sekolahMasa usia Sekolah DasarMasa usia sekolah menengahMasa usia mahasiswa
0-66-1212-1818-25
Setiap individu dilahirkan kedunia dengan membawa hereditas
tertentu. Ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan
dari pihak orangtuanya. Karakteristik tersebut menyangkut fisik (struktur
tubuh, wrana kulit, dan bentuk rambut) dan psikis atau sifat-sifat mental
(eperti emosi, kecerdasan dan bakat). Hereditas atau keturunan merupakan
aspek individu yang bersifat bawaan dan memiliki potensi untuk
berkembang. Perkembangannya, tergantung pada kualitas hereditas dan
lingkungan yang mempengaruhinya.
Lustin Pikunas dalam Syamsu (2004) membahas tugas perkembangan,
mengemukakan pendapat Mc Candless dan Evans yang berpendapat bahwa
masa remaja akhir ditandai oleh keinginan yang kuat untuk tumbuh dan
berkembang secara matang agar diterimaoleh teman sebaya, orang dewasa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dan budaya. Pada periode ini, remaja memperoleh kesadaran yang jelas
tentang apa yang diharapkan masyarakat darinya.
Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa
(fase) remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam
siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat
diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka, dalam
Yusuf, Syamsu: 2004). Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa
identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah. Dampaknya mereka
mungkain akan mengembangkan perilaku menyimpang (denlinquent),
melakukan kriminalitas, atau menutup diri (mengisolasi diri) dari
masyarakat.
b. Perkembangan Bahasa Anak
Anak-anak belajar berkomunikasi dengan orang lain lewat berbagai
cara. Meskipun anak yang satu dengan anak yang lain berbeda, ada hal-hal
yang umum yang terjadi pada hampir setiap anak. Pengetahuan tentang
hakikat perkembangan bahasa anak, perkembangan bahasa lisan dan tulis yang
terjadi pada mereka, dan perbedaan individual dalam pemerolehan bahasa
sangat penting bagi pelaksanaan pembelajaran bahasa anak, khususnya pada
waktu mereka belajar membaca dan menulis permulaan.
Anak-anak memperoleh komponen-komponen utama bahasa ibu
mereka dalam waktu yang relatif singkat. Ketika mereka mulai bersekolah dan
mempelajari bahasa secara formal, mereka sudah mengetahui cara berbicara
untuk berkomunikasi dengan oreang lain. Mereka sudah mengetahui dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
mengucapkan sejumlah besar kata. Namun perkembangan bahasa tidak
berhenti ketika seorang anak sudah mulai bersekolah atau ketika dia sudah
dewasa. Proses perkembangan terus berlanjut sepanjang hayat.
Bayi mulai memperoleh bahasa ketika berumur kurang dari satu
tahun, sebelum dapat mengucapkan satu kata. Mereka memperhatikan muka
orang dewasa dan menanggapi orang dewasa, meskipun tentu saja belum
menggunakan bahasa dalam arti yang sebenarnya. Mereka juga dapat
membedakan beberapa ucapan orang dewasa ( Eimas, lewat Gleason, 1985:2).
Selanjutnya ketika berumur satu tahun, bayi mengoceh, bermain
dengan bunyi seperti halnya bermain dengan jari-jari tangan dan jari-jari
kakinya. Seperti halnya kemampuan berjalan, kemampuan berbicara anak-
anak seluruh dunia mulai pada umur yang hampir sama dan dengan cara yang
hampir sama pula. Perkembangan bahasa pada periode ini disebut
perkembangan pralinguistik pada masa perkembangan selanjutnya, yakni pada
usia remaja, terjadi perkembangan masa yang paling penting, periode ini
menurut Gleason merupakan umur yang sensitif untuk belajar bahasa. Remaja
menggunakan gaya yang khas dalam berbahasa, sebagai bagian dari
terbentuknya identitas diri ( Zuchdi dan Budiasih:1997).
Menurut Zuchdi dan Budiasih (1997:4), ketika bayi mulai dapat
mengucapkan beberapa kata, perkembangan bahasa mereka juga memiliki
ciri-ciri yang universal. Bentuk ucapan yang digunakan hanya satu kata, kata-
katanya sederhana yaitu yang mudah diucapkan dan memiliki arti konkret.
Kata-kata tersebut adalah nama benda-benda. Kejadian atau orang-orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
disekitar anak misalnya mama, papa, meong, maem, dsb. Perkembangan
fonologis mulai tampak pada periode umur ini, demikian juga perkembangan
semantik yaitu pengenalan makna oleh anak.
Selanjutnya ketika anak kira-kira berusia dua tahun, setelah
mengetahui kurang lebih lima puluh kata, kebanyakan anak mulai mencapai
tahap kombinasi dua kata. Kata-kata yang diucapkan ketika mencapai tahap
satu kata dikombinasikan dalam ucapan-ucapan pendek tanpa kata petunjuk,
kata depan, atau bentuk-bentuk lain yang seharusnya digunakan. Pada tahap
dua kata ini anak mulai mengenal berbagai makna kata tetapi tidak dapat
menggunakan bentuk bahasa yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin, dan
waktu terjadinya peristiwa. Selanjutnya anak-anak mulai dapat membuat
kalimat-kalimat pendek (Zuchdi dan Budiasih, 1997).
Pada waktu mulai masuk taman kanak-kanak, anak-anak telah
memiliki sejumlah besar kosakata. Mereka dapat membuat pertanyaan,
kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat. Mereka memahami kosakata
lebih banyak. Mereka dapat bergurau, bertengkar dengan temannya dan
berbicara sopan dengan orang tua dan guru mereka. Selanjutnya selama
periode usia sekolah dasar Zuchdi dan Budiasih juga berpendapat bahwa anak
dihadapkan pada tugas utama mempelajari bahasa tulis. Hal ini hampir tidak
mungkin kalau mereka belum menguasai bahasa lisan. Perkembangan bahasa
anak pada periode usia sekolah dasar ini meningkat dari bahasa lisan ke
bahasa tulis. Kemampuan mereka dalam menggunakan bahasa berkembang
(Zuchdi dan Budiasih, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Keterampilan berpikir diperlukan agar semua aspek keterampilan
berbahasa berkembang. Piaget, Bruner, dan Vygotsky mengemukakan teori-
teori perkembangan kognitif yang paling komprehensif. Ketiga pakar tersebut
mengetahui bahwa ada hubungan antara pikiran dan bahasa, tetapi mereka
berbeda dalam hal cara pikiran dan bahasa itu berhubungan.
Vygotsky yakin bahwa bahasa merupakan dasar bagi pembentukan
konsep dan pikiran. Kegiatan berpikir tidak mungkin terjadi tanpa
menggunakan kata-kata untuk menggungkapkan buah pikiran. Ditegaskan
bahwa bahasa diperlukan untuk setiap kegiatan belajar. Vygotsky membagi
perkembangan ke dalam dua jenis, yakni: konsep yang spontan dan konsep
yang tidak spontan. Konsep yang spontan terjadi pada anak dengan sendirinya,
misalnya pada pengalaman yang tiba-tiba, dan merupakan perilaku yang tidak
disadari. Konsep yang tidak spontan, atau disebutnya konsep yang
berhubungan dengan pengetahuan yang diperoleh di sekolah, terjadi dengan
disadari dan jelas diketahui lakunya. Kedua konsep ini menurut Vygotsky
saling berhubungan dan pengaruh mempengaruhi (Gunarsa, 44:1981)
Istilah kognitif mulai banyak dikemukakan ketika teori-teori J. Piaget
banyak ditulis lagi, dibicarakan pada kira-kira permulaan tahun 60-an.
Pengertian kognisi sendiri sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur intelek
yang dipergunakan untuk mengetahui sesuatu. Piaget sendiri mengatakan
bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme,
bukan pula pengaruh lingkungan saja, melainkan interaksi antara keduanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Dalam pandangan ini organisme aktif mengadakan hubungan dengan
lingkungannya.
Piaget dalam Zuchdi dan Budiasih (1997) mengungkapkan bahwa ada
penahapan dalam perkembangan ini yang dicapai oleh anak pada waktu yang
tidak sama, tetapi urutannya selalu tetap, tidak bervariasi. Piaget yakin bahwa
perkembangan kognitif anak mendahului perkembangan bahasanya. Piaget,
ilmuwan yang mendalami perkembangan kognitif individu menawarkan empat
fase perkembangan kognitif yang sangat aplikatif bagi suatu proses
pendidikan. Piaget mengganggap hal belajar sebagai suatu proses yang aktif
dan harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan anak. Tahap-tahap
perkembangannya yaitu periode sensori motor, periode pra-operasional,
periode konkret operasional, dan periode formal operasional. Kebanyakan
pembelajaran bahasa terjadi pada akhir periode sensorimotor dan selama fase
pra-operasional. Pada periode ini anak memperoleh bahasa dengan cepat.
Perkembangan fase-fase kebahasaan menurut Piaget dapat dilihat pada
Tabel 3 berikut:
Tahap/ Masa Umur KekhususanI/ sensori-motor 0-2,0 th Perkembangan skema
melaluirefleks-refleks untukmengetahui dunianya.Mencapai kemampuandalam mempersepsikanketetapan dalam obyek.
II/ Pra-operasional 2,0-7,0 th Penggunaan symbol danpenyusunan tanggapaninternal, misalnya dalampermainan bahasa danpeniruan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
III/ Konkrit-operasional 7,0-11,0 th Memcapai kemampuanuntuk berpikir sistimatikterhadap hal-hal atauobyek-obyek yangkonkret. Mencapaikemampuanmengkonversasikan.
IV/ Formal-operasional 11,0-dewasa Mencapai kemampuanuntuk berpikir sistematikterhadap ha-hal yangabstrak dan hipotesis.
Bruner dalam Zuchdi dan Budiasih (1997) seperti halnya Piaget yakin
bahwa anak-anak mengalami perkembangan kognitif menurut fase-fase
tertentu. Bruner mengidentifikasi adanya tiga fase perkembangan.
a. Pertama disebut periode enaktif, dari lahir sampai umur satu tahun, yaitu
periode melakukan tindakan dan pekerjaan.
b. Kedua adalah periode ekonik, saat berkembangnya khayalan, yang pada
umumnya terjadi pada satu sampai empat tahun.
c. Ketiga disebut periode simbolik. Periode ini dimulai pada waktu anak
berumur empat tahun dan berlangsung sepanjang kehidupan. Anak belajar
menggunakan simbol, khususnya bahasa.
6) PENGAJARAN MENULIS PERMULAAN
Menulis berarti “(a) membuat huruf (angka dsb) dengan pena, pensil,
kapur, dsb), (2) melahirkan pikiran atau perasaan” ( Depdikbud, 1995:1079).
Pendapat lain Lado (1964) dalam Ahmadi (1984:17) menyatakan bahwa
menulis berarti “meletakkan atau mengatur simbol-simbol grafis yang
menyatakan pemahaman suatu bahasa sedemikian rupa sehingga orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
dapat membaca simbol-simbol grafis itu, sebagai bagian penyajian satuan-
satuan ekspresi bahasa. Tarigan berpendapat bahwa menulis adalah
menurunkan/ melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat
membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa
dan gambaran grafik itu (Tarigan, 1984:21). Dari beberapa pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa menulis adalah melukiskan lambang-lambang atau
simbol grafis yang dapat dipahami oleh orang lain.
Menulis dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang sifatnya
fleksibel, karena perkembangan menulis anak terjadi secara perlahan-lahan.
Dalam tahap ini anak perlu mendapat bimbingan dalam memahami dan
menguasai cara mentransfer pikiran ke dalam tulisan. Rangkaian aktivitas
yang dimaksud meliputi : pramenulis, penulisan draf, revisi, penyuntingan,
dan publikasi atau pembahasan. ( Rofi’uddin dan Zuchdi, 1999:76).
Yang termasuk kategori pramenulis adalah melemaskan lengan
dengan menulis di udara, memegang pensil dengan benar, melemaskan jari
dengan mewarnai, menjiplak, menggambar, melatih dasar menulis (garis
tegak, miring, lurus, lengkung). Pengajaran menulis (permulaan) difokuskan
pada penulisan huruf, penulisan kata, penggunaan kalimat sederhana, dan
tanda baca.
Temple dkk; dalam Rofi’uddin dan Zuchdi (1999) mengidentifikasi
adanya 4 tahap perkembangan tulisan yang dialami anak, yaitu: Prafonemik,
fonemik tahap awal, nama huruf, transisi, dan menguasai. Dalam tahap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
prafonemik anak sudah mengenali bentuk dan ukuran huruf, tetapi ia belum
dapat menggabungkan huruf untuk menuliskan kata. Dia belum dapat
menguasai prinsip-prinsip fonetik, yakni huruf mewakili bunyi-bunyi yang
membentuk kata. Bimbingan yang perlu diberikan pada anak yag berada pada
taraf ini dapat berupa: bacakan dengan keras kata-kata yang dekat dengan
dunia anak, berikan contoh penulisan huruf, dan jelaskan bentuk serta
ukurannya.
Dalam tahap fonemik awal anak sudah mulai mengenali prinsip-
prinsip fonetik, tahu cara kerja tulisan, tetapi keterampilan mengoperasikan
prinsip fonetik sangat terbatas. Akibat dari terbatasnya keterampilan ini, anak
seringkali menuliskan kata dengan satu atau dua huruf saja.
Dalam tahap nama-huruf (menguasai huruf) anak mulai dapat
menerapkan prinsip fonetik. Dia sudah dapat menggunakan huruf-huruf untuk
mewakili bunyi yang membentuk satu kata. Tulisan yang dihasilkan seringkali
belum dapat dibaca, termasuk oleh anak itu sendiri. bimbingan yang dapat
diberikan pada anak yang berada dalam tahap nama-huruf adalah: latihan
penulisan kata/kelompok kata serta cara mengucapkannnya.
Dalam tahap transisi, penguasaan anak terhadap sistem tatatulis
semakin lengkap. Meskipun belum konsisten, dia sudah dapat menggunakan
ejaan dan tanda baca dalam menulis, khususnya pemberian spasi antarkata.
Bimbingan untuk anak yang berada pada taraf transisi dapat berupa:
memperkenalkan aturan tata tulis, cara mengucapkan kata, cara menulis, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
maknanya dalam konteks. Dan tahap terakhir adalah anak dapat menerapkan
dengan baik semua sistem tatatulis.
Menurut Zuchdi dan Budiasih (1997) Kemampuan menulis merupakan
salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang sifatnya produktif, artinya
kemampuan menulis ini merupakan kemampuan menghasilkan dalam hal
menghasilkan tulisan. Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan
kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan yang diperlukan antara lain
kemampuan berpikir secara teratur dan logis, kemampuan mengungkapkan
pikiran atau gagasan secara jelas, dengan menggunakan bahasa yang efektif,
dan kemampuan menerapkan kaidah tulis menulis dengan baik.
Kemampuan-kemampuan yang diperlukan itu dapat diperoleh melalui
proses yang panjang. Sebelum sampai pada tingkat mampu menulis, siswa
harus mulai dari tingkat awal, tingkat permulaan, mulai dari pengenalan
lambang-lambang bunyi. Pengetahuan dan kemampuan yang diperolah pada
tingkat permulan pembelajaran menulis permulaan itu, akan menjadi dasar
peningkatan dan pengembangan kemampuan siswa selanjutnya ( Zuchdi dan
Budiasih:1997).
Pengajaran menulis permulaan berarti proses mengubah perilaku siswa
dari tidak terampil menjadi terampil menulis dalam tahap permulaan, dalam
arti siswa mampu mengenal huruf dan terampil mengubah bunyi menjadi
huruf serta mampu mempraktekkan pengetahuan dan keterampilan tersebut
dalam menulis lanjut. Keterampilan menulis diajarkan di SD sejak kelas I
sampai kelas VI. Kemampuan yang diajarkan di kelas I dan kelas II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
merupakan kemampuan tahap awal atau tahap permulaan. Oleh sebab itu,
pembelajaran menulis di kelas I dan kelas II disebut pembelajaran menulis
permulaan, sedangkan di kelas II, IV, V, dan VI disebut pembelajaran menulis
lanjut ( Zuchdi dan Budiasih, 1997:62).
Pada KTSP untuk satuan pendidikan dasar SD/MI Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia, untuk kelas I dan II mata pelajaran menulis masih berada
pada taraf permulaan, sedangkan untuk kelas III sampai kelas VI berada pada
taraf menulis lanjut. Demikian juga di Sekolah-sekolah Luar Biasa yang
tingkatannya setara dengan jenjang pendidikan di SD yaitu SDSLB/B.untuk
mata pelajaran menulis juga dibagi dalam dua tahap yaitu keterampilan
menulis permulaan dan keterampilan menulis lanjutan.
Dalam KTSP untuk SD/MI disebutkan bahwa yang termasuk kategori
menulis permulaan diantaranya adalah: menjiplak, menebalkan, mencontoh,
melengkapi, dan menyalin huruf, kata, gambar, dan kalimat sederhana.
Pengajaran menulis permulaan difokuskan pada penulisan bentuk huruf,
penulisan kata, dan penggunaan kalimat sederhana.
Dalam kurikulum untuk SDLB/B juga disebutkan bahwa untuk kelas I
dan II mata pelajaran menulis berada pada taraf menulis permulaan yang
meliputi: menjiplak, mencontoh, dan menyalin tulisan, kata, gambar, atau
kalimat sederhana.
Dalam pembelajaran menulis, metode yang cocok dengan jiwa
anak/siswa adalah metode SAS ( Struktural Analitik Sintetik). Menurut
Supriyadi dalam Zuchdi dan Budiasih (1997: 65), mengemukakan alasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
mengapa metode SAS ini dipandang baik ialah:1. metode ini menganut prinsip
ilmu bahasa umum, bahwa bentuk bahasa yang terkecil ialah kalimat, 2.
metode ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak, dan 3. metode ini
menganut prinsip menemukan sendiri.
Cara penerapan metode SAS dalam pembelajaran menulis. Dalam
penerapannya guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Guru menuliskan sebuah kalimat sederhana
2. Kalimat tersebut diuraikan/dipisah-pisah ke dalam kata-kata.
3. Kata-kata dalam kalimat itu diuraikan lagi atas suku-sukunya.
4. Suku-suku itu diuraikan lagi atas huruf-hurufnya.
5. Setelah guru melakukan penjelasan lebih lanjut, huruf-huruf itu
dirangkaikan lagi menjadi suku kata.
6. Setelah semua siswa selasai, guru merangkaikan suku-suku menjadi kata.
7. Kata-kata tersebut dirangkaikan lagi menjadi kalimat esperti semula.
7) Pengertian Belajar Mengajar
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan
seseorang sebagai subyek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan
mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai
pengajar. Dalam pengertian yang umum atau populer, belajar adalah
mengumpulkan sejumlah pengetahuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Menurut Sudjana (1989:28) belajar bukanlah menghafal dan
mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,
pemahamnannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannnya, kecakapan
dan kemampuannnya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek
yang ada pada individu. Imron (1999) mendefinisikan bahwa belajar sebagai
suatu perubahan dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari
sebuah pengalaman.
Sedangkan pengertian mengajar, Sudjana (1989:29) menjelaskan
mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yakni proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Jadi mengajar
adalah suatu proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam
melakukan proses belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian jenis deskriptif kualitatif. Data-data yang
diperoleh dari lapangan berupa kata-kata, gambar, dan bukan berupa angka-
angka. Data selama penelitian berlangsung kemudian disajikan ke dalam
bentuk kata-kata tertulis. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha
untuk membuat deskripsi tentang fenomena yang diselidiki dengan cara
mengumpulkan data-data kualitatif atau karakteristik fenomena tersebut secara
faktual dan cermat (Hadjar, 1996:274).
B. Subjek penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian studi kasus. Studi kasus
adalah suatu penyelidikan tentang seorang individu atau sekelompok kecil
individu seperti sekolah, keluarga, dan perkumpulan anak remaja secara
mendalam. Dalam studi kasus, peneliti berusaha menyelidiki seorang individu
atau suatu unit sosial secara mendalam. Peneliti mencoba menemukan semua
variabel penting dalam sejarah atau perkembangan penting dalam subjek
tersebut. Peneliti tidak hanya mengumpulkan data tentang keadaan subjek
pada saat ini saja, tetapi juga pengalaman subjek pada masa lalu,
lingkungannya, dan bagaimana semua faktor ini berhubungan satu sama lain
(Furchan, 1982:416).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Penelitian ini dilakukan terhadap 2 orang anak autis kelas II di SLB Citra
Mulia Mandiri, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2007-
2008. SLB Citra Mulia Mandiri menangani 29 anak autis dengan tingkat dan
kondisi yang berbeda-beda. Dari 29 siswa yang terdaftar, hanya ada 16 siswa
yang masih aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Peneliti hanya mengambil
2 orang siswa dari 7 orang siswa kelas II sebagai subyek penelitian. Dua orang
siswa ini dipilih karena kedua anak tersebut, yaitu Rifki Lazuardi dan Fathoni
Dewantoko sudah dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik
dibandingkan dengan siswa kelas II yang lainnya. Peneliti memilih subjek
kelas II karena materi pelajaran untuk menulis permulaan di SLB Citra Mulia
Mandiri diajarkan di kelas II. Kedua anak autis tersebut memiliki ciri-ciri
khusus sebagai berikut.
1. M. Rifki Lazuardi, umur 9 tahun, termasuk jenis autis Infantil, yaitu autis
yang terjadi pada masa kanak-kanak.
Adapun ciri yang ditunjukkan adalah:
a Anak kurang bisa berkomunikasi dengan orang lain,
b Sering menangis tanpa sebab yang jelas,
c Anak sulit memperhatikan orang lain, misalnya tidak menghiraukan
perintah.
2. Fathoni Dewantoko, umur 9 tahun, termasuk ke dalam jenis spectrum
autisma, Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif (GPPH).
Adapun ciri yang ditunjukkan adalah:
a. Informasi secara visual tidak dapat diserap secara maksimal oleh anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
b. Anak sulit mengidentifikasikan dan menyatakan emosi yang dirasa,
misal : marah, senang, atau takut,
c. Kemampuan anak di bawah rata-rata, dengan gejala perilaku antara
lain merusak barang, mudah marah, suka membangkang, takut hal
baru, sulit bicara, dan keras kepala,
d. Anak sulit memahami instruksi yang diberikan,
e. Konsentrasi sangat mudah beralih dan sulit ditarik kembali.
C. Jenis Data
Data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian selama
penelitian ini berlangsung. Data primer yang akan dicari adalah melalui tes
menulis dan pengamatan (observasi). Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari pihak lain (tidak langsung dari obyek yang diteliti). Data
sekundernya berupa catatan mengenai perkembangan siswa selama
mengikuti proses pembelajaran dan wawancara terhadap 2 orang guru yang
mengampu masing-masing anak.
D. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2002 : 136) instrumen penelitian merupakan alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan
sistematis sehingga lebih mudah diolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Tes Menulis
Soal tes menulis berupa soal- soal tulis yang berbentuk soal uraian
(esai) yang disusun berdasarkan tahapan keterampilan menulis
permulaan yang dialami anak. Adapun soal tes sebagai berikut.
Soal untuk tes pra menulis
a. Buatlah garis vertikal, horizontal,dan garis lengkung!
Soal tes menulis permulaan
a. Tunjukkan huruf-huruf berikut kemudian bacalah!
b. Tebalkanlah huruf-huruf vokal berikut: a, i, u, e, o!
c. Salinlah huruf-huruf vokal berikut: a, i, u, e, o!
d. salinlah huruf-huruf konsonan berikut: b, c, d, f, g, k, m, n, p!
e. Salinlah kata-kata berikut: bola, apel, ikan, meja, kuda.
f. Tulislah huruf-huruf vokal yang dibacakan guru!
g. Tulislah huruf-huruf konsonan yang dibacakan guru!
h. Lengkapilah kata berikut dengan huruf yang sesuai: b…la, …pel,
…kan, k…da !
2. Lembar wawancara
Wawancara akan diadakan dengan cara bebas terpimpin, artinya
pewawancara sebelum mengadakan wawancara menuliskan garis besar
pertanyaan yang berkaitan dengan proses pembelajaran menulis
permulaan yang dialami siswa autis tersebut, selanjutnya pertanyaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
akan berkembang sesuai dengan jawaban dari informan. Secara garis
besar daftar pertanyaan untuk wawancara adalah sebagai berikut.
a. Sudah berapa lama ibu mengajar di SLB ini?
b. Bagaimana pembelajaran yang diterapkan di SLB Citra Mulia
Mandiri ini?
c. Pelajaran apa sajakah yang diajarkan kepada siswa?
d. Untuk kegiatan menulis bagaimana tahap pembelajaran yang ibu
ajarkan kepada anak?
e. Tahap manakah yang ibu rasa paling sulit dan paling lama dalam
pengajarannya?
F. Keandalan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
pengamatan dan lembar wawancara. Instrumen tersebut akan diuji dengan
menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu
(Moleong: 195). Teknik triangulasi yang digunakan ialah pemeriksaan
melalui sumber lainnya, yaitu melalui: (1) membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan hasil
wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan sebagai
berikut .
1. Data mengenai tahap- tahap perkembangan menulis permulaan siswa autis
dikumpulkan melalui :
a. Tes
Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk
mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis
atau lisan atau perbuatan. Dalam penelitian ini tes yang akan digunakan
adalah tes menulis. Tes ini digunakan untuk mengukur penguasaan atau
kemampuan menulis siswa sebagai hasil dari suatu proses belajar.
b. Portofolio
Portofolio didapat oleh peneliti dari pihak sekolah yakni guru
yang bersangkutan, yang menangani kedua anak tersebut. Portofolio
berisi laporan kegiatan siswa dan perkembangan anak selama mengikuti
proses belajar mengajar.
c. Pengamatan atau observasi
Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat
kualitatif, yaitu mengenai keaktifan siswa, keseriusan dan pemahaman
siswa pada proses kegiatan belajar mengajar dan kemampuan kognitif.
Pengamatan akan dilakukan pada setiap pertemuan. Mengingat adanya
kesulitan dalam mengamati anak autis, peneliti dalam mengamati akan
dibantu oleh guru yang mengampu kedua anak autis tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
d. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai pemberi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut ( Moleong, 2001: 135).
Dalam penelitian ini, wawancara akan diadakan dengan cara
bebas terpimpin artinya pewawancara sebelum mengadakan
wawancara menuliskan garis besar pertanyaan yang berkaitan dengan
proses pembelajaran menulis permulaan yang dialami siswa autis
tersebut.
Wawancara akan dilakukan kepada guru yang mengampu ke dua
siswa autis tersebut. Pada wawancara yang dilakukan, inti pertanyaan
wawancara mengacu pada seputar proses pembelajaran, pada keadaan
atau kesulitan yang dialami/dihadapi siswa autis selama proses
pembelajaran menulis berlangsung serta untuk mengetahui bagaimana
tahapan perkembangan menulis permulaan yang dialami siswa.
e. Dokumentasi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi, 1990:272),
dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan
penyimpanan informasi dibidang pengetahuan atau pemberian atau
pengumpulan bukti dan keterangan (seperti gambar, kutipan, dll).
Dokumentasi juga dilakukan dengan mengambil gambar-gambar
selama proses pembelajaran berlangsung dan selama observasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian.
1. Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti terlebih dahulu menghubungi
pihak sekolah yang akan digunakan untuk penelitian. Peneliti
menceritakan maksud dan tujuan dari penelitian ini kepada pihak
sekolah.
2. Peneliti melakukan observasi sebelum penelitian, meliputi pengenalan
siswa yang dijadikan subyek penelitian yaitu Rifki dan Fathoni,
memahami sifat dan ciri dari masing-masing anak tersebut serta
melihat bagaimana proses pembelajaran yang dialami oleh dua orang
siswa tersebut
3. Peneliti meminta data-data dari pihak sekolah yang berwenang yaitu
kepala sekolah dan guru yang mengampu kedua anak tersebut,
mengenai dokumen-dokumen/catatan mengenai perkembangan siswa.
4. Mendiskusikan kepada guru yang mengampu kedua siswa tersebut
tentang bagaimana pembelajaran tahap perkembangan menulis
permulaan yang diajarkan kepada kedua anak tersebut.
5. Peneliti membuat instrumen yang berhubungan dengan tahap
perkembangan menulis permulaan siswa autis tersebut.
6. setelah instrumen selesai dibuat, peneliti melakukan tes kepada dua
orang siswa, yaitu Rifki Lazuardi dan Fathoni Dewantoko.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
I. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, untuk menafsirkan semua data-data yang
diperoleh peneliti di lapangan adalah dengan teknik analisis deskriptif
kualitatif. Teknik dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif
diterapkan dalam proses penafsiran dan penyampaian kesimpulan secara
deskriptif. Analisis data tes menulis siswa dilakukan secara langsung dengan
cara menafsirkan dan menyimpulkan data-data yang terkumpul dengan
menggunakan kriteria berdasarkan PAP ( Penilaian Acuan Patokan ).
Penilaian Acuan Patokan adalah penilaian yang membandingkan prestasi
belajar siswa dengan patokan yang telah ditetapkan sebelumnya ( Masidjo,
1995).
Adapun kriteria penilaian adalah sebagai berikut.
1. Bentuk huruf.
Huruf dikatakan benar apabila bentuk huruf yang ditulis sesuai
dengan bentuk huruf abjad. Huruf harus benar, misal huruf i harus ada
titiknya.
2. Keterbacaan.
Dapat tidaknya huruf dibaca oleh orang lain.
Setelah data yang diperlukan diperoleh secara lengkap, maka dibuatlah
teknik analisis data dengan cara pengkodean (coding data). Data-data tersebut
dikelompokkan menurut kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Adapun cara
pengkodean data adalah sebagai berikut. Data-data mengenai tahap menulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
permulaan siswa diteliti dan selanjutnya diberi diberi kode-kode menurut
jenisnya. Adapun kode itu antara lain sebagai berikut:
a. Data mengenai identitas siswa, yaitu Rifki Lazuardi kode (1) yaitu siswa
pertama, dan siswa kedua yaitu Tony Dewantoko kode (2).
b. Data hasil tes diberi kode (T).
1) Tahapan Pra menulis diberi kode (T I).
Membuat garis horizontal, vertikal, dan garis lengkung (a).
2) Tahapan Menulis permulaan diberi kode (T II)
1) Pengenalan bentuk huruf (a)
2) Menebalkan huruf dengan menghubungkan titik-titik (b).
3) Menyalin huruf vokal (c).
4) Menyalin huruf konsonan (d).
5) Menyalin kata (e).
6) Dikte huruf vokal (f).
7) Dikte huruf konsonan (g).
8) Melengkapi kata dengan huruf yang sesuai (h).
c. Data hasil wawancara diberi kode (W)
1) Data mengenai wawancara guru I diberi kode (W I).
2) Data mengenai wawancara guru II diberi kode (W II).
Selanjutnya point-point penting yang terdapat di dalam wawancara diberi
kode xi dan selanjutnya.
Hasil yang telah diperoleh dari wawancara guru yang mengampu
masing-masing siswa autis tersebut dianalisis dengan tahap-tahap sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
berikut, yaitu : (1) Mentranskrip hasil wawancara, (2) Merangkum hasil
transkrip wawancara, (3) Menganalisis rangkuman hasil wawancara untuk
mengetahui tahap perkembangan menulis permulaan yang dialami oleh
kedua siswa autis tersebut.
Dengan demikian setelah pengkodean (coding data) selesai
dilakukan kemudian data-data dimasukkan sesuai dengan klasifikasi yang
telah ditentukan, agar lebih mudah dalam mengklasifikasikan data, maka
data-data dimasukkan ke dalam bentuk kolom-kolom data. Data yang
telah terkumpul selanjutnya dideskripsikan.
T I. ( Data tes Pra menulis)
Kode DataT I. 1a ..............................................................................................T I. 2a ..............................................................................................
T II. (Data tes menulis permulaan)
Kode DataT II.1a ………………………………………………………….. 1b …………………………………………………………. 1c …………………………………………………………. 1d …………………………………………………………. 1e ………………………………………………………… 1f ………………………………………………………… 1g …………………………………………………………. 1h …………………………………………………………T II. 2a ………………………………………………………… 2b ………………………………………………………… 2c ……………………………………………………….. 2d ……………………………………………………….. 2e ……………………………………………………….. 2f ………………………………………………………. 2g ……………………………………………………….. 2h …………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA
A. Pelaksanaan Penelitian Di Lapangan
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di SLB Citra Mulia Mandiri,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta pada tanggal 8 Mei sampai
dengan tanggal 20 Juni 2008. Peneliti mengambil materi menulis permulaan,
sesuai dengan tahapan perkembangan pembelajaran menulis yang dialami
siswa. Subjeknya adalah 2 orang siswa autis kelas D2 yaitu, Rifky Lazuardi
dan Fathoni Dewantoko. Peneliti mengikuti proses pembelajaran yang
berlangsung untuk memperoleh data-data mengenai tahapan perkembangan
menulis siswa autis. Selanjutnya peneliti melakukan tes sebabyak 8 kali untuk
menilai sejauh mana kedua anak tersebut telah berhasil menguasai tahapan
perkembangan yang telah dilaluinya.
1. Observasi
Peneliti melakukan observasi selama 3 kali pertemuan. Pengamatan
dilakukan pada 2 orang siswa yang berbeda yaitu, Rifky Lazuardi dan Fathoni
Dewantoko. Kedua siswa tersebut berada dalam satu kelas, meskipun guru
yang mengampu mereka berbeda. Pada saat mengamati Rifki Lazuardi
ditemukan hal-hal sebagai berikut. Rifki Lazuardi lebih suka pelajaran
menggambar. Untuk pelajaran menulis, ia mudah bosan, setelah itu dia akan
menangis. Kalau anak yang satu menangis, maka anak yang lain yang berada
dalam satu kelas akan ikut menangis juga. Kalau anak sudah mengangis maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
seharian anak tidak akan belajar apa-apa karena anak sudah marah dan sulit
sekali untuk menenangkannya.
Pada saat akan menulis, Rifki Lazuardi harus diberi bantuan pada
waktu awal menulis yaitu dengan cara tangan anak dipegangi dan diarahkan
oleh guru supaya dapat menulis. Setelah itu, anak dapat menulis sendiri. Pada
saat akan berganti huruf, anak harus dibantu lagi pada waktu awal penulisan
huruf. Ketika guru memberikan materi dikte huruf, Rifki Lazuardi masih
belum terlalu menguasai nama-nama huruf. Guru harus menggunakan strategi
tertentu agar anak dapat menuliskan huruf dengan benar. Masing-masing guru
mempunyai strategi yang berbeda-beda agar anak dapat menghafal nama dan
bentuk huruf alfabet. Untuk Rifki Lazuardi sewaktu akan menuliskan huruf
“a” guru harus mengucapkan “lengkung garis”. Huruf “b” guru harus
mengucapkan “garis lengkung”. Huruf “e” guru mengucapkan “leengkuung”.
Huruf “o” guru mengucapkan “lingkaran”. Huruf “i” guru mengucapkan
“garis titik”.
Pada saat identifikasi huruf, Rifki Lazuardi cenderung mengamati
mulut gurunya. Apabila mulut gurunya tidak ada isyarat bunyi, maka anak
akan tetap diam saja tidak dapat menyebutkan huruf yang ditunjukkan oleh
guru. Anak hanya bisa menyebutkan beberapa huruf, diantaranya a dan o.
Anak sudah dapat berbicara tetapi artikulasi banyak yang tidak jelas.
Sosialisasi anak kurang, anak tidak suka bermain dengan teman dan cenderung
asyik dengan dirinya sendiri. Anak lebih sering tertawa dan marah tanpa sebab
yang jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Observasi selanjutnya dilakukan pada Fathoni Dewantoko. Tingkat
penguasaan kognitif Fathoni Dewantoko cenderung lebih lambat daripada
Rifki Lazuardi. Untuk pelajaran menulis, Fathoni Dewantoko baru belajar
menulis huruf vokal. Huruf konsonan baru beberapa huruf yang diajarkan,
diantaranya huruf b, c, d, f, g, h, m, n, belum semua huruf konsonan dipelajari.
Ketika menulis huruf, anak harus memerlukan bantuan penuh dari gurunya,
dalam arti tangan anak masih dipengangi oleh guru untuk diarahkan menulis.
Ketika tangan anak tidak dibantu dalam menulis, tulisan anak tidak terbaca,
cenderung melenceng kemana-mana tidak sesuai dengan garis.
Oleh karena itu, setiap kali Fathoni Dewantooko akan menulis guru
harus membuat garis, kotak atau lingkaran yang jelas, karena anak mengalami
gangguan pada matanya sehingga anak tidak bisa melihat dan menulis dengan
lurus. Kalau pada buku atau kertas tidak diberi warna atau garis yang jelas,
tulisan anak akan melenceng keman-mana dan tidak beraturan. Anak
cenderung menyukai gambar dan warna, jadi sebisa mungkin guru membuat
gambar-gambar berwarna agar anak lebih tertarik untuk menulis.
Karena gangguan penglihatan inilah Fathoni Dewantoko kurang mahir
dalam membuat garis lurus baik horizontal maupun vertikal. Identifikasi huruf
belum bisa, karena konsep bentuk-bentuk huruf Fathoni belum bisa. Anak
masih kesulitan dalam membedakan bentuk huruf a dan huruf b. Kalau
menghafal huruf dari a sampai z, Fathoni sudah hafal. Anak mudah
bersosialisasi dengan teman, Fathoni dapat mengenal teman yang lain dengan
baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Pada saat observasi peneliti dapat menuliskan hal-hal sebagai berikut.
a. Sebelum pelajaran dimulai para siswa diajak jalan-jalan terlebih
dahulu atau senam pagi.
b. Setelah siswa masuk kelas guru harus menyapa siswa dengan
menanyakan nama siswa, kelas, dan rumah.
c. Guru mengajarkan siswa berdoa dan menghafal nama-nama hari.
d. Guru memberikan soal di buku tulis siswa berkaitan dengan
pelajaran yang akan diberikan.
e. Siswa disuruh mengerjakan di buku, mengikuti petunjuk guru.
f. Ketika pelajaran menulis, guru harus sering mengingatkan siswa
dengan cara siswa disuruh untuk menghafal huruf dari a-z, guru
menunjuk huruf di papan tulis siswa mengikuti. Ketika akan
belajar menulis huruf guru harus menggunakan strategi-srategi
tertentu agar anak hafal bentuk hurufnya, Misalnya huruf e, guru
mengatakan: ” Kiki ayo tulis huruf e, lengkung bebek. Huruf o,
lingkaran.”
g. Siswa dapat menyelesaikan soal yang diberikan guru walaupun
masih memerlukan banyak bantuan dari gurunya.
h. Siswa cepat merasa bosan apabila mengerjakan soal menulis
terlalu lama, terkadang ngambek dan marah bila bosan. Sehingga
bila siswa bosan guru kemudian mengajak siswa bernyanyi dan
bermain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
2. Saat Pembelajaran
Model pembelajaran di SLB Citra Mulia Mandiri adalah dengan cara 1
guru mengampu 1 siswa. Hal itu dikarenakan kondisi anak autis antara anak
yang satu dengan anak yang lain berbeda-beda. Tetapi ada kalanya
pembelajaran digabung dengan siswa lainnya. Ini bertujuan agar anak dapat
belajar bersosialisasi dengan siswa yang lain.
Karena untuk mengetahui tahapan perkembangan menulis permulaan
siswa autis, maka pada pertemuan pertama peneliti mengamati siswa belajar
mengidentifikasi huruf vokal dan huruf konsonan. Kondisi kedua siswa yaitu
Rifki Lazuardi dan Fathoni Dewantoko berbeda. Rifki Lazuardi sudah bisa
membedakan beberapa bentuk huruf, tetapi Fathoni Dewantoko belum bisa
membedakan bentuk huruf. Fathoni masih kesulitan dalam membedakan
bentuk huruf antara huruf a dan huruf b. Ketika pertama kali menulis, siswa
harus kembali diingatkan nama huruf dan bagaimana cara menuliskannya.
Setelah siswa itu dapat membedakan huruf yang satu dengan huruf yang lain,
maka siswa itu disuruh untuk menuliskan huruf tersebut dengan bantuan guru.
Siswa menuliskan huruf di buku tulisnya berulang-ulang sampai siswa itu bisa
menulis mandiri tanpa bantuan guru.
Peneliti melakukan 8 kali tes untuk mengetahui seberapa jauh
perkembangan menulis permulaan yang dialami kedua siswa tersebut. Untuk
melakukan tes, peneliti dibantu oleh guru yang mengampu masing-masing
siswa, karena siswa takut kepada orang yang baru dan belum dikenalnya.
Dibutuhkan waktu yang agak lama agar siswa mau mengerjakan soal-soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
tersebut. Siswa mau belajar kalau lagi senang, kalau sedang malas tidak mau
belajar sama sekali. Karena siswa merasa kesulitan dengan perintah yang
diberikan, maka dalam mengerjakan soal-soal itu guru memberikan bantuan
agar siswa dapat mengerti maksudnya.
Tes yang pertama dilakukan untuk meneliti bagaimana tahap awal
perkembangan menulis yang dialami siswa autis kelas 2 SLB Citra Mulia
Mandiri, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Tahun Ajaran
2007/2008. Hasil dari tes tahap awal perkembangan menulis yang dialami
siswa autis di SLB Citra Mulia mandiri, Maguwoharjo, Depok, Sleman,
Yogyakarta, dapat dilihat pada Tabel 4 (Lampiran 14).
No Nama siswa Garis lurus Garis lengkung1 Rifki Lazuardi v x v x2 Fathoni Dewantoko v x v y
Keterangan : v : dapat y : bantuan penuh
- : tidak x : mandiri
Tes yang kedua dilakukan untuk melihat bagaimana tahap menulis
permulaan yang dialami siswa autis di SLB Citra Mulia mandiri,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, dapat dilihat pada Tabel 5
(Lampiran 15).
Identifikasi huruf Menebalkan hurufvokal konsonan vokal kosonan
No
Nama
a i u e o b d f g h j a i u e o k m n p1 Rifki v v - - v v v - - v - - v
xvx
vx
vx
vx
vx
vx
vx
2 Fathoni v v - - v v - - - - - - vx
vy
- vx
- - - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Menyalin huruf Menyalinkata
Dikte huruf
Vocal konsonan vokal konsonan
Melengkapikata
a i u e o m n p b d f k g a i u e o b c d p mvy
vx
vx
vy
vx
vy
vy
vx
vx
vy
- vy
vy
vx
v v v - v v - - v v -
vy
vx
vy
vy
vy
vy
- vy
vy
- vy
vy
- vy
- - - - - - - - - - -
Keterangan : v : dapat x: mandiri- : tidak dapat y: bantuan penuh
3. Wawancara
Dari hasil wawancara terhadap kedua guru tersebut, diperoleh
kesimpulan mengenai data tahap perkembangan menulis permulaan yang
dialami siswa autis kelas II, SLB Citra Mulia Mandiri, Maguwoharjo, Depok,
Sleman, Yogyakarta.
a. WI ( Data wawancara terhadap guru yang pertama).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Wawancara yang pertama dilakukan kepada ibu Siti Susmiyati, guru
yang mengampu Rifki Lazuardi (Lampiran ). Data yang diperoleh dari hasil
wawancara adalah sebagai berikut.
WI xi : Anak belajar duduk dan kontak mata dengan guru, kemudian
memegang benda baru diajari bagaimana memegang pensil yang
benar. Setelah itu, anak belajar mencoret-coret dalam bentuk
apapun yang penting anak bisa mencoret. Setelah bisa mencoret
kemudian menebalkan titik-titik sehingga membentuk garis
vertikal, horizontal, lengkung, dan lingkaran.
xii : Anak mulai menghubungkan titik-titik untuk membentuk huruf.
xiii : Anak belajar mengenali huruf-huruf yang telah ia tebalkan
tersebut dengan cara membacanya berulang-ulang. Huruf
pertama yang diajarkan adalah semua huruf vokal, baru setelah
anak menguasai huruf vokal anak akan belajar huruf konsonan.
xiv : Menyalin huruf vokal.
xv : Menyalin huruf konsonan.
xvi : Dikte huruf vokal.
xvii : Dikte huruf konsonan.
xviii : Menulis suku kata.
b. WII (wawancara terhadap guru yang kedua)
Wawancara yang kedua dilakukan kepada Ibu Diah Damayanti, guru
yang mengampu Fathoni Dewantoko (Lampiran ). Dari hasil wawancara
diperoleh data sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
WII xi : Pertama kali anak belajar memegang pensil, karena anak belum
bisa memegang pensil dengan benar (xi).
xii : anak membedakan bentuk-bentuk huruf vokal a, i, u, e, o
xiii : Anak menulis huruf vokal a, i, u, e, dan o sambil membaca
hurufnya secara berulang-ulang.
xiv : Anak belajar huruf konsonan.
xv : Anak menuliskan kata sambil belajar membaca kata tersebut.
B. Pembahasan
1. Deskripsi Tahap Perkembangan Menulis Rifki Lazuardi
a. Tahap pra menulis
Ketika awal anak masuk sekolah anak belum bisa apa-apa,
sehingga guru harus memberikan beberapa latihan awal sebelum anak
belajar. Beberapa latihan itu termasuk ke dalam kegiatan pra menulis.
Pertama kali anak diajari untuk duduk yang baik dan cara berkontak mata
dengan guru serta mendengarkan perintah guru. Setelah itu anak diajari
untuk memegang benda dengan benar, benda apa saja, tetapi belum
diajarkan memegang pensil. Kemudian setelah anak dapat memegang
benda dengan anak diajari memegang pensil yang benar. Pada tahap ini
anak memerlukan waktu yang cukup lama dalam mempelajarinya. Anak
memerlukan waktu kurang lebih satu bulan.
Selanjutnya setelah anak dapat memegang pensil dengan benar,
anak kemudian akan belajar mencoret-coret di kertas. Coret-coret bukan
dalam bentuk huruf, tetapi masih berbentuk garis yang tak beraturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Kegiatan ini dilakukan untuk menimbulkan semangat dalam diri anak agar
senang menulis. Ketika anak sudah bisa mencoret-coret sendiri, kemudian
guru mengajarkan bagaimana menebalkan titik-titik untuk membuat garis
horizontal, vertikal, dan garis lengkung. Setelah anak bisa menebalkan
garis, anak mulai diajarkan membuat garis horizontal dan vertikal,
kemudian garis lengkung tanpa menggunakan bantuan titik-titik.. Tahap
inilah yang paling lama dan paling sulit yang dialami anak. Anak kesulitan
dalam membuat garis lengkung dan lingkaran. Karena ketika membuat
garis lengkung dibutuhkan kemampuan gerak mata, tangan , dan pikiran,
berbeda ketika anak membuat garis lurus. Ketika anak membuat garis
lurus tidak dibutuhkan kemampuan gerak tangan, mata, dan pikiran karena
anak tinggal mencoret saja.
b. Tahap menulis permulaan
1) Tahap menebalkan huruf
Setelah tahap awal dalam menulis telah dikuasai anak, selanjutnya
anak akan belajar menulis dalam tingkatan yang lebih tinggi. Setelah
anak terbiasa mencoret dan menghubungkan garis, maka tahapan
selanjutnya anak akan mulai menghubungkan titik-titik atau garis-garis
untuk membentuk huruf (menebalkan huruf). Huruf pertama yang
diajarkan adalah huruf vokal a, kemudian e, i, o, dan u. Pertama kali
anak akan menulis anak memerlukan bantuan penuh dari gurunya,
karena anak tidak dapat memahami perintah yang diberikan. Bantuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
yang diberikan berupa: guru memegang tangan anak (di fromt) sampai
anak terbiasa menebalkan huruf dengan sendirinya.
b)Tahap identifikasi huruf
Huruf-huruf yang telah ditebalkan kemudian dibaca berulang-ulang
agar anak mengenali bentuk dan nama huruf. Pertama kali anak belajar
mengenali bentuk-bentuk huruf. Huruf pertama yang dikenalkan pada
anak adalah huruf vokal. Selanjutnya, setelah anak sudah mulai
mengenali huruf-huruf vokal kemudian anak dikenalkan pada bentuk
huruf abjad keseluruhan mulai dari huruf a sampai huruf z. Selanjutnya
agar anak hafal dengan huruf abjad tersebut maka setiap hari anak harus
berlatih menghafal huruf abjad tersebut satu per satu.
c) Tahap menyalin huruf vokal
Tahap yang selanjutnya adalah tahap menyalin huruf vokal. Setelah
Rifki Lazuardi dapat menebalkan huruf, tahapan selanjutnya adalah anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
mulai menyalin huruf tanpa bantuan titik-titik. Guru menuliskan huruf di
buku, kemudian anak menyalin huruf yang sama seperti yang dituliskan
oleh guru. Guru harus memberikan bantuan dengan cara memegangi
tangan anak, karena anak belum terbiasa menulis huruf tanpa bantuan
titik-titik, jadi tangan anak masih kaku. Pada tahap ini guru harus
berkali-kali memberikan bantuan penuh kepada anak dengan cara guru
memegang tangan anak untuk diarahkan menulis. Setiap kali anak akan
menulis huruf yang baru, guru harus berkali-kali memberi bantuan penuh
kepada anak. Setiap akan menulis Rifki Lazuardi harus dituntun satu
huruf, selanjutnya ia dapat melanjutkan menulis dengan sendirinya, yang
penting setiap akan menulis, anak harus dibantu huruf pertama.
Huruf pertama yang diajarkan adalah huruf vokal a, i, u, e, dan o.
Sehari anak menyalin satu huruf. Misal hari senin anak menyalin huruf
a, hari selasa anak menyalin huruf i. Begitu seterusnya sampai semua
huruf vokal dipelajari.
4) Tahap menyalin huruf konsonan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Setelah anak dapat menyalin semua huruf vokal dengan benar,
anak mulai diajarkan menulis huruf konsonan. Kondisi anak ketika
menulis huruf konsonan masih sama seperti ketika anak belajar menulis
huruf vokal. Untuk huruf-huruf yang belum terbiasa dia tulis, Rifki
Lazuardi masih memerlukan bantuan penuh dari guru. Dalam artian
ketika anak akan menulis huruf tangannya harus dibantu dengan cara
dipegangi, baru setelah anak terbiasa menulis huruf-huruf tersebut maka
guru akan membiarkan anak menulis sendiri.
5) Tahap dikte huruf vokal
Setelah anak belajar identifikasi huruf, menulis huruf, menulis
kata, baru kemudian anak akan belajar dikte huruf. Rifki Lazuardi belum
terlalu menguasai bentuk-bentuk huruf, jadi dia agak susah dalam
menuliskan bentuk huruf. Kalau sekedar menyalin, menghafal ia sudah
bisa, tetapi untuk tahapan dikte huruf ia belum menguasai. Karena dalam
dikte huruf dibutuhkan pemahaman anak mengenai konsep-konsep
bentuk huruf. Anak tahu bentuk huruf vokal a, i, u, dan o. Ketika
menulis huruf e anak masih kesulitan.
Saat akan menulis huruf tersebut guru harus menggunakan
strateginya agar anak dapat menuliskan huruf a, i, u, dan o. Guru harus
mengucapkan ”lingkaran” untuk membentuk huruf o, ”garis titik” untuk
membentuk huruf i, ”garis belok naik” untuk membentuk huruf u, dan
”lengkung garis” untuk membentuk huruf a.
f) Tahap dikte huruf konsonan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Ada beberapa huruf konsonan yang diajarkan kepada Rifki
Lazuardi, tetapi belum semuanya diajarkan pada waktu dikte huruf.
Hanya beberapa saja, yang guru anggap bentuknya tidak terlalu
membingungkan untuk anak, seperti huruf b, p, m.
g) Tahap menyalin kata
Setelah anak mempelajari semua huruf abjad, baik vokal maupun
konsonan, anak mulai diajarkan untuk menulis kata. Kata yang diajarkan
belum terlalu panjang, kata baru terdiri dari 3 sampai 4 huruf, karena
kalau hurufnya terlalu banyak anak akan kesulitan. Pada waktu awal
menulis kata guru tetap harus memberikan bantuan kepada Rifki
Lazuardi, kalau tidak Rifki Lazuardi belum bisa memahami perintah
yang diberikan.
Tangan anak harus dipegangi dan diarahkan oleh guru ketika akan
menuliskan huruf (di fromt), selanjutnya anak dapat menyelesaikan
pekerjaannya sendiri. Selain itu, guru harus berkali-kali mengingatkan
anak ketika anak mulai kesulitan pada bentuk hurufnya. Misalnya: ”Kiki,
ingat! Garis, belok, naik.” Baru kemudian anak tahu huruf yang harus
ditulis adalah huruf u. Tahapan terakhir yang dilalui Kiki baru sampai
pada tahap menyalin kata dan dikte huruf.
b. Tahap perkembangan menulis Fathoni Dewantoko
1). Tahap pra menulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Sewaktu pertama kali anak masuk sekolah anak sudah bisa duduk
dengan baik, dan sudah memperhatikan gurunya. Tetapi anak belum bisa
memegang pensil dengan benar. Sebelum mulai menulis Fathoni
Dewantoko belajar caranya memegang pensil dengan benar. Dibutuhkan
waktu yang lama sampai anak dapat memegang pensil dengan benar.
Selanjutnya setelah anak dapat memegang pensil dengan benar, anak
kemudian akan belajar menulis huruf.
2) Tahap menulis permulaan
a) Tahap identifikasi huruf
Setelah tahap awal dalam menulis telah dikuasai anak,
selanjutnya anak akan belajar menulis permulaan, yaitu menulis huruf,
kata, dan kalimat. Sebelum mulai belajar menulis, Fathoni belajar
mengenali bentuk-bentuk dan nama-nama huruf. Huruf pertama yang
diajarkan kepada Fathoni adalah huruf vokal a, i, u, e, dan o.
Selanjutnya anak mempelajari huruf-huruf konsonan. Setelah anak
terbiasa dengan bentuk dan nama huruf, anak mulai belajar menghafal
semua huruf abjad dari a-z. Fathoni sudah hafal huruf abjad dari a-g,
untuk huruf selanjutnya anak dituntun, karena anak belum hafal huruf
secara keseluruhan. Setiap hari anak harus belajar menghafal huruf
sampai anak hafal dan tidak lupa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
b) Tahap menyalin huruf vokal
Tahap menulis permulaan yang dialami Fathoni Dewantoko
selanjutnya adalah tahap menyalin huruf vokal dan huruf konsonan.
Seperti ketika anak belajar identifikasi huruf, huruf pertama yang
diajarkan dalam menulis adalah huruf vokal a, i, u,e, dan o. Guru
menuliskan huruf-huruf di buku, kemudian anak mulai menulis huruf
yang sama seperti contoh yang diberikan guru. Sebelum anak menulis
huruf, anak harus membaca huruf tersebut berulang-ulang, baru setelah
itu anak menuliskan huruf tersebut.
Anak tidak bisa menulis sendiri, anak harus diberi bantuan
penuh oleh guru, yaitu dengan cara guru memegang tangan anak untuk
diarahkan menulis. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai tangan
anak terbiasa dan dapat menulis sendiri. Setiap akan ganti huruf yang
lain guru harus melakukan hal sama kepada anak. Guru berkali-kali
harus memberikan bantuan ketika huruf yang ditulis berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
c) Tahap menyalin huruf konsonan
Setelah anak bisa menyalin semua huruf vokal dengan benar,
anak mulai diajarkan menulis huruf konsonan. Kondisi anak ketika
menulis huruf konsonan masih sama seperti ketika anak belajar
menulis huruf vokal. Untuk huruf-huruf yang belum terbiasa ditulis,
Fathoni masih memerlukan bantuan penuh dari guru. Dalam artian
ketika anak akan menulis huruf, tangannya harus dibantu dengan cara
dipegangi. Setelah anak terbiasa menulis huruf-huruf tersebut maka
guru akan membiarkan anak menulis sendiri.
d) Tahap menyalin kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Setelah anak mempelajari semua huruf abjad, baik vokal
maupun konsonan, anak mulai diajarkan untuk menulis kata. Kata
yang diajarkan belum terlalu panjang. Kata yang diajarkan baru terdiri
dari 3 sampai 4 huruf. Kalau kata yang diajarkan hurufnya terlalu
banyak anak akan kesulitan dalam menyalin kata tersebut
. Pada waktu awal menulis kata guru tetap harus memberikan
bantuan kepada Fathoni, karena anak belum bisa memahami perintah
yang diberikan. Ketika anak menulis kata, anak harus membaca kata
yang dituliskannya itu berulang-ulang dengan bantuan dari gurunya,
setelah itu anak mulai menyalin kata tersebut dengan bantuan dari
gurunya. Tahap terakhir yang dilalui Fathoni Dewantoko adalah
menulis kata.
5. Perbedaan tahapan perkembangan yang dialami oleh Rifki Lazuardi dan
Fathoni Dewantoko
Untuk mengetahui perbedaan tahapan perkembangan dalam menulis
permulaan yang dialami oleh dua orang anak yaitu Rifki Lazuardi dan Fathoni
Dewantoko dapat dilihat pada Tabel 3 (Lampiran ). Tabel tersebut akan
memerinci secara lebih jelas perbedaan tahap perkembangan dalam menulis
permulaan yang dialami oleh Rifki Lazuardi dan Fathoni Dewantoko.
Tahapperkembangan
Tahap perkembanganmenulis permulaan Rifki.
Tahap perkembanganmenulis permulaan
Fathoni.Tahap satu Pra menulis (duduk, kontak
mata, membuat garis lurus dangaris lengkung).
Pra menulis (duduk, kontakmata, membuat garis lurusdan garis lengkung).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Tahap dua Menebalkan huruf. ---------------------------------Tahap tiga Identifikasi huruf vokal dan
konsonan.Identifikasi huruf vokal dankonsonan.
Tahap empat Menyalin huruf vokal. Menyalin huruf vokal.
Tahap lima Menyalin huruf konsonan. Menyalin huruf konsonan.Tahap enam Dikte huruf vokal. --------------------------------Tahap tujuh Dikte huruf konsonan. --------------------------------
Tahap delapan Menulis kata. Menulis kata.
Dalam belajar menulis permulaan, Rifki Lazuardi mengalami lebih
banyak tahapan daripada Fathoni Dewantoko. Rifki Lazuardi mengalami 8
tahapan dalam perkembangan menulisnya. Tahapan tersebut meliputi: pra
menulis, menebalkan huruf, identifikasi huruf, menyalin huruf vokal,
menyalin huruf konsonan, dikte huruf vokal, dikte huruf konsonan, menyalin
kata.
Fathoni Dewantoko mengalami tahapan perkembangan dalam menulis
permulaan jauh lebih sedikit daripada Rifki Lazuardi. Hanya ada 5 tahapan
perkembangan menulis permulaan yang dialami oleh Fathoni Dewantoko.
Tahapan itu antara lain adalah: pra menulis, setelah tahap pra menulis anak
tidak belajar menebalkan huruf, anak kemudian belajar identifikasi huruf,
tahap menyalin huruf vokal, tahap menyalin huruf konsonan, dan tahap
menyalin kata. Fathoni tidak mengalami tahap dikte huruf vokal dan huruf
konsonan.
Perbedaan tahapan perkembangan itu disebabkan karena kondisi fisik
dan psikis anak yang berbeda. Fathoni Dewantoko tidak mengalami tahapan
menghubungkan titik-titik untuk membentuk huruf dikarenakan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
kecacatan pada kedua matanya sehingga ia tidak dapat melihat titik-titik
dengan jelas. Tahapan dikte huruf tidak ia lewati karena pemahaman tentang
konsep bentuk huruf sangat lemah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan data serta analisis data, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
Pertama, Tahapan perkembangan menulis permulaan yang dialami oleh Rifki
Lazuardi dan Fathoni Dewantoko dimulai dari tahap yang mudah menuju ke tahap
yang lebih sulit, sehingga diperlukan kemampuan pemahaman siswa yang lebih
tinggi. Adapun tahapan perkembangan menulis permulaan yang dialami oleh Rifki
Lazuardi adalah sebagai berikut: tahap pra menulis, tahap menebalkan huruf, tahap
identifikasi huruf, tahap menyalin huruf vokal, tahap menyalin huruf konsonan,
tahap dikte huruf vokal, tahap dikte huruf konsonan, dan tahap menyalin kata,
sedangkan tahapan perkembangan menulis permulaan yang dialami oleh Fathoni
Dewantoko adalah sebagai berikut: tahap pra menulis, tahap identifikasi huruf,
tahap menyalin huruf vokal, tahap menyalin huruf konsonan, dan tahap menyalin
kata.
Kedua, tahapan perkembangan menulis permulaan yang dialami oleh Rifki
lazuardi dan fathoni Dewantoko berbeda, tergantung kondisi perkembangan fisik
dan psikis anak. Ada beberapa tahapan dalam perkembangan menulis permulaan
yang tidak dilalui oleh Fathoni Dewantoko. Tahapan itu antara lain adalah tahap
menebalkan huruf dan tahap dikte huruf. Fathoni tidak bisa menebalkan huruf
dengan cara menghubungkan titik-titik dikarenakan ia mengalami cacat pada kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
matanya, sehingga tidak dapat melihat titik-titik dengan jelas. Tahap dikte huruf
tidak ia lewati dikarenakan tingkat pemahaman tentang konsep bentuk huruf sangat
lemah.
B.Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka saran yang dapat
diberikan dalam penelitian ini yaitu : Pertama, guru harus lebih banyak mengajarkan
materi dikte huruf kepada Rifki Lazuardi, agar Rifki Lazuardi hafal secara keseluruhan
huruf abjad dengan baik.
Kedua, karena Fathoni dewantoko mengalami kelainan pada kedua matanya,
sebaiknya sebelum Fathoni menulis, guru harus membuat kotak, lingkaran, atau
gambar dengan jelas dan berwarna agar tulisan anak tidak melenceng kemana-mana.
sebaiknya guru menempatkan mata pelajaran bahasa Indonesia di awal pembelajaran
daripada pelajaran menyanyi, menggambar, dan menari. Hal itu dikarenakan mata
pelajaran bahasa Indonesia khususnya pelajaran menulis membutuhkan kemampuan
berpikir anak. Jika pelajaran bahasa Indonesia diletakkan di akhir pembelajaran (siang
hari) kondisi anak yang cenderung tidak menyukai pelajaran menulis akan membuat
anak mudah bosan dan menangis.
Ketiga, bagi guru yang mengampu siswa SLB Citra Mulia Mandiri
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta agar lebih memperhatikan kondisi siswa,
baik kondisi fisik maupun kondisi psikisnya. Hal ini berguna agar guru lebih mudah
dalam mendidik siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Keempat, ketika guru mengajar bahasa Indonesia, khususnya pelajaran menulis,
guru harus memberikan latihan yang berulang-ulang sampai anak tersebut menguasai
tapan-tahapan dalam menulis dengan baik. Jika dalam suatu tahap tertentu anak belum
menguasai jangan berpindah ke tahap lain yang lebih tinggi. Ketika tahap awal belum
dikuasai, maka anak akan kesulitan dalam menguasai tahapan menulis yang lebih
tinggi.
Kelima, peneliti lain. Bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan dan
memperdalam penelitian mengenai perkembangan anak autis, sebaiknya
melakukan penelitian dalam jangka waktu yang agak lama agar lebih mengetahui
secara lebih jelas mengenai kondisi perkembangan siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Nandang. 2006. Memahami Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar.Jakarta: DEPDIKNAS.
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Prenada Media Group.
Dardjowidjojo, Soenjono. 1991. PELLBA 4. Jakarta: Lembaga Bahasa UnikaAtma Jaya.
DEPDIKBUD. 2007. Kurikulum KTSP untuk Satuan Pendidikan Dsar SD/MISemester I dan II. Jakarta: Cipta Jaya.
DEPDIKBUD. 2007. Petunjuk Pengajaran Membaca dan Menulis Kelas I dan IIdi SD. Jakarta:P2MSDK.
Enre, Fachruddin Ambo. 1998. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Jakarta:Depdikbud.
Gunarsa, Singgih. 1981. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPKGunung Mulia.
Gunawan, Adi. 2006. Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia PustakaUtama.
Gunawan, Julianta. 2001. Laporan Seminar Autisme dalam www. Penabur.com
Handoyo, Y. 2003. Autisma. Jakarta : PT Buana Ilmu Populer KelompokGramedia.
Imanuel, Hitepeuw. 1999. Autisma dan Penanganan Pendidikannya. Jurnal IlmuPendidikan (No.1 Thn XXVI).
Imron, Ali. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Jaya.
Kartono, Kartini. 1979. Psikologi Perkembangan. Alumni: Bandung.
Mar’at, Samsunuwiyati. 2005. Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Bandung: PTRefika Aditama.
Moleong, Lexy J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: RemadjaKarya.
Monks, F, J. Knoers, Rahayu, Siti. 1989. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta :Gajah Mada University Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Muhadjir, Noeng. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: RakeSarasin.
Peeters, Theo. 2004. Autisme. Jakarta : Dian Rakyat.
Rofi’udin, Ahmad dan Darmiyati Zuchdi. 1999. Pendidikan Bahasa dan SastraIndonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: DEPDIKBUD.
Rumini. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UPP UNY.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: SinarBaru.
Tarigan, Henry. 1984. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa.
Wijayanti, Farita. 1999. Pelaksanaan Pengajaran Membaca dan MenulisPermulaan untuk Anak Tunalaras Kelas II di SLBBagian EPrayuwana Yogyakarta. Yogyakarta: Program Studi PendidikanBahasa dan Sastra Universitas Negeri Yogyakarta.
Wiyoso, Reno. 1999. Pengajaran Bahasa Indonesia pada Anak TunagrahitaMampu Didik Kelas VI di SDLB Hifal, Kodya Pekalongan.Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra UniversitasNegeri Yogyakarta.
Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PTRemaja Rosda Karya.
Zuchdi, Darmiyati dan Budiasih. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesiadi Kelas Rendah. Jakarta: DEPDIKBUD.
.
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1: Instrumen Penelitian.....................................................................2LAMPIRAN 2 : Lembar jawaban menebalkan huruf vokal...................................3LAMPIRAN 3 : Lembar jawaban menebalkan huruf konsonan.............................4LAMPIRAN 4 : Lembar jawaban menyalin huruf vokal.........................................5LAMPIRAN 5 : Lembar jawaban menyalin huruf konsonan..................................6LAMPIRAN 6 : Lembar jawaban menyalin kata....................................................7LAMPIRAN 7 : Lembar jawaban dikte huruf vokal dan konsonan........................8LAMPIRAN 8 : Lembar jawaban melengkapi kata.................................................9LAMPIRAN 9 : Lembar penilaian identifikasi huruf............................................10LAMPIRAN 10 : Hasi penilaian identifikasi huruf Rifki Lazuardi......................11LAMPIRAN 11 : Hasil penilaian identifikasi huruf Fathoni Dewantoko.............12LAMPIRAN 12 : Hasil pekerjaan Rifki Lazuardi.................................................13LAMPIRAN 13 : Hasil pekerjaan Fathoni Dewantoko.........................................23LAMPIRAN 14 : Data hasil tes pra menulis ........................................................33LAMPIRAN 15 : Data hasil tes menulis permulaan .............................................34LAMPIRAN 16 : Data perbedaan tahap perkembangan Rifki dan Fathoni..........36LAMPIRAN 17 : Laporan perkembangan Rifki lazuardi......................................37LAMPIRAN 18 : Laporan Perkembangan Fathoni Dewantoko............................46LAMPIRAN 19 : Buku catatan Rifki Lazuardi………………………………….68LAMPIRAN 20 : Buku catatan Fathoni Dewantoko…………………………….83LAMPIRAN 21 : Transkip wawancara guru 1…………………………………..98LAMPIRAN 22 : Transkip wawancara guru 2…………………………………101LAMPIRAN 23 : Dokumentasi identifikasi huruf……………………………...105LAMPIRAN 24 : Dokumentasi menulis huruf…………………………………107LAMPIRAN 25 : Ijin Penelitian………………………………………………..109LAMPIRAN 26 : Kurikulum SD SLB………………………………………….110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
LAMPIRAN 1
Kerjakanlah soal-soal berikut pada lembar jawaban yang tersedia!
Soal untuk tes para menulis
a. buatlah garis vertikal, horizontal dan garis lengkung!
Soal untuk tes menulis permulaan!
a. tunjukkanlah huruf-huruf berikut kemudian bacalah!
b. tebalkanlah huruf-huruf vokal berikut: a, i, u,e, o.
c. Salinlah huruf-huruf vokal berikut: a, i, u, e, o.
d. Salinlah huruf-huruf konsonan berikut: b, c, d, f, g, k, m, n, p!
e. Salinlah kata-kata berikut: bola, apel, ikan ,meja, kuda.
f. Tulislah huruf-huruf vokal yang dibacakan guru!
g. Tulislah huruf-huruf konsonan berikut!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
LAMPIRAN 4
a:u:i:e:o:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
LAMPIRAN 5
b :c :d :f :g :h :k :m :n :p :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
LAMPIRAN 6
1. bola
2. apel
3. ikan
4. meja
5. kuda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
LAMPIRAN 7
DIKTE HURUF VOKAL DAN KONSONAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
LAMPIRAN 8
1. b...la
2. ...pel
3. ...kan
4. mej...
5. k...da
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
LAMPIRAN 9
TES KEMAMPUAN DASAR KOGNITIFNama :
Huruf Keterangan Identifikasi
aj
mnocegpibdh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
LAMPIRAN 10
TES KEMAMPUAN DASAR KOGNITIFNama :Rifki Lazuardi
Keterangan Identifikasi
aSudah hafal, pengucapan huruf sudah jelas.
jmno
Siswa tahu hurufnya, pengucapan jelas tetapii guru harusmenggunakan strateginya dengan mengatakan “lingkaran”.
cSpekulasi. Anak masih sering keliru dengan huruf a.
egpi
Sudah hafal, suara anak sudah jelas.
bSudah hafal, artikulasi kurang jelas, masih terdengar seperti huruf p.
dh
Sudah hafal, bisa menunjuk huruf h, tetapai kalau mengucapkan hurufh seperti huruf a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
LAMPIRAN 11
TES KEMAMPUAN DASAR KOGNITIFNama :Fathoni Dewantoko
Huruf Keterangan Identifikasi
aBelum terlalu hafal, pengucapan huruf sudah jelas. Masih sering kelirudengan huruf b.
jmno
Ketika guru mengucapkan “lingkkaran” anak langsung tahu hurufnya,tetapi harus dibantu sedikit oleh guru.
cPengucapan huruf kurang jelas, sering terdengar seperti huruf j.
egpi
Pengucapan jelas, anak tahu hurufnya, tetapi harus dibantu sedikit olehguru.
bSering keliru dengan huruf a. Pengucapan huruf jelas.
dh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
HASIL PEKERJAAN RIFKI LAZUARDI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
HASIL PEKERJAAN FATHONI
DEWANTOKO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
LAMPIRAN 14
T I. ( Data tes Pra menulis)
Kode DataT I. 1ª Siswa sudah dapat membuat garis lurus dan garis lengkung
tetapi harus diberi contoh pada awalnya saja, setelah itu anakdapat mengerjakan sendiri tanpa bentuan. Garis lurus dan garislengkung sudah jelas.
T I. 2ª Siswa masih kesulitan dalam memahami perintah guru. Siswabelum bisa membuat garis lengkung, tangannnya harus dipegangterus selama mengerjakan soal, tetapi pada waktu membuat garislurus anak sudah bisa, hanya saja perlu diberi contoh padaawalnya saja. Garis lurus sudah berbentuk, garis lengkungbelum jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
LAMPIRAN 15
T II. (Data tes menulis permulaan)Kode Data
T II.1a Dapat menyebutkan huruf vokal a, i, dan o.Dalam menyebutkan huruf konsonan belum lancar. Anakhanya bisa beberapa huruf yaitu: b dan c. Ketikamenyebutkan huruf konsonan artikulasi anak kurang jelasdan masih terbata-bata.
1b Ketika anak menghubungkan titik-titik untuk membentukhuruf anak sudah bisa. Tulisan anak mengikuti titik-titikyang telah disediakan dan sudah rapi. Anak bisamengerjakan semua soal yang diberikan, yaitu huruf e, u,o, i, k, m, n, p.
1c Sudah bisa menyalin huruf a, i, u, e, o. Tulisan anaksudah membentuk huruf dan bisa dibaca, hanya sajauntuk huruf e anak masih kaku dalam membentuk garislengkung, sehingga memerlukan sedikit bantuan. Untukhuruf i anak hanya membentuk garis dan tidak memberitanda titik.
1d Konsonan b, c, d, f, g, k, m, n, p. Huruf konsonan fbelum rapi, kurang bisa terbaca seringkali seperti huruf t.Huruf b masih sering keliru, sehingga ketika menulishuruf b masih terlihat seperti angka 6.
1e Anak dapat menulis kuda, kaki, buku, bumi, toni. Hurufsudah jelas dan bisa dibaca.
1f Untuk beberapa huruf anak sudah bisa, tetapi guru harusmenggunakan trik tertentu agar anak bisa mengingatbentuk hurufnya. Ketika akan menulis huruf a gurumengucapkan ‘lengkung garis ‘, huruf e ‘leeengkung’,huruf i ‘garis titik’, huruf u ‘garis belok naik’, huruf o‘lingkaran’. Anak seringkali masih salah dan guru harusmemberikan sedikit bantuan.
1g Anak belum terlalu hafal bentuk-bentuk huruf, tetapikalau menghafal huruf dari a-z anak sudah hafal. Ketikaakan menulis beberapa huruf konsonan seperti f, k, m, n,s, c, g, t anak belum bisa, tetapi untuk beberapa hurufkonsonan anak sudah bisa tetapi ketika akan menulisharus memerlukan bantuan misalnya untuk huruf b guruakan mengatakan ‘garis perut’, huruf p ‘garis adakepalanya di atas ‘
1h …………………………………………………….T II. 2a Dapat menyebutkan huruf vokal a.
Dapat menyebutkan huruf konsonan b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Catatan : Anak sudah bisa menghafal haruf dari a-z tetapiuntuk menunjukkan huruf anak belum bisa. Membedakanhuruf a da b masih bingung. Saat ini anak baru sampaipada identifikasi huruf a dan b.
2b Huruf yang ditulis masih banyak yang salah dan tidakmengikuti titik-titik yang disediakan. Huruf i tidak diberititik, hanya garis saja. Huruf e, u, dan a belum terbentuk.Huruf o sudah terbentuk dan bisa dibaca tetapi penulisantidak rapiCatatan: anak memiliki kelainan pada matanya sehinggapenglihatan anak terganggu. Ketika anak tidak dibantuguru dalam menghubungkan titik-titik, anak hanyamencoret-coret soal yang diberikan sehingga hurufnyatidak terbentuk.
2c Sudah bisa menyalin huruf meskipun memerlukanbeberapa kali bantuan dari guru dan tulisan harus dihapusberulang-ulang karena huruf tidak terbentuk. Ketikamenulis huruf e dan a bentuk hurufnya hampir sama,sehingga seringkali huruf e terbaca a dan huruf a terbacae. Dalam menulis huruf i anak tidak memberi tanda titik,hanya membuat garis panjang saja sehingga nampakseperti huruf l.
2d Huruf konsonan b, c, d, f, g, k, m, n, p. Huruf b seringterbaca angka 6 karena antara b dan angka 6 bentuknyasama. Huruf d banyak yang salah, masih banyak yangmenyerupai huruf a karena tidak diberi garis ke atas.Huruf m sudah bisa dibaca, meskipun penulisan kurangrapi. Huruf n banyak yang salah, huruf masih menyerupaihuruf o dan r. Huruf p, d, k, g sudah benar.Catatan: anak masih memerlukan beberapa bantuan darigurunya.
2e Sudah bisa menyalin tetapi harus dibantu oleh guru.2f ………………………………………………………….
2g …………………………………………………………… 2h …………………………………………………………..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
LAMPIRAN 16
Tahapperkembangan
Tahap perkembanganmenulis permulaan Kiki.
Tahap perkembanganmenulis permulaan Tony.
Tahap satu Anak belajar duduk dan kontakmata dengan guru, kemudianmemegang benda baru diajaribagaimana memegang pensilyang benar. Setelah itu anakbelajar mencoret-coret dalambentuk apapun yang pentinganak bisa mencoret. Setelahbisa mencoret kemudianmenebalkan titik-titik sehinggamembentuk garis vertikal,horizontal, lengkung, danlingkaran
Pertama kali anak belajarmemegang pensil, karenaanak belum bisa memegangpensil dengan benar.
Tahap dua Anak mulai menghubungkantitik-titik untuk membentukhuruf.
----------------------------------
Tahap tiga Anak belajar mengenali huruf-huruf yang telah ia tebalkantersebut dengan caramembacanya berulang-ulang.Huruf pertama yang diajarkanadalah semua huruf vokal,baru setelah anak menguasaihuruf vokal anak akan belajarhuruf konsonan.
anak membedakan bentuk-bentuk huruf vokal a, i, u, e,o.
Tahap empat Menyalin huruf vokal. menulis huruf vokal a, i, u,e, dan o sambil membacahurufnya secara berulang-ulang.
Tahap lima Menyalin huruf konsonan. Selanjutnya setelah semuahuruf vokal selesaidipelajari, kemudian mulaibelajar huruf konsonan.
Tahap enam Dikte huruf vokal. --------------------------------Tahap tujuh Dikte huruf konsonan. --------------------------------
Tahap delapan Menulis suku kata. Anak menuliskan katasambil membacanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
LAPORAN PERKEMBANGAN
RIFKI LAZUARDI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
LAPORAN PERKEMBANGAN
FATHONI DEWANTOKO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
BUKU CATATAN
SISWA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
LAMPIRAN 21
TRANSKIP WAWANCARA GURU 1
Saya mengajar di SLB ini sudah 5 tahun sejak sekolah ini berdiriyaitu awal Januari 2003. sekolah ini termasuk sekolah yayasan anakautis. Saya mempunyai keahlian khusus dalam mengajar sekolah luarbiasa, karena kebetulan saya adalah lulusan pendidikan luar biasaPGLB, jadi saya mempunya bekal tersendiri untuk mengajar anak luarbisa. Tetapi kalau untuk anak autis belum ada pendidikan khususnya,karena sekolah untuk anak autis adalah sekolah yang baru di Indonesia.Pendidikan yang diajarkan di sekolah ini sama dengan pendidikan yangdiajarkan disekolah-sekolah luar biasa lainnya, meliputi bahasaIndonesia, matematika, agama, musik, Komputer, Musik, Olahraga, dll.Untuk mata pelajaran bahasa indonesia yang diajarkan di sekolah inimeliputi : membaca, menulis, berbicara, dan menyimak.
Khusus untuk mata pelajaan menulis ada tahapan tersendiri dalampengajarannya, karena anak tidak bisa kalau belajar secara tiba-tiba.Agar anak autis berkembang maka anak autis harus diajar secara terus-menerus, sinkron, teratur dan terstruktur. Misalnya: hari ini anak belajarkata, besok juga harus belajar hal yang sama supaya anak tidak lupa.Pelajaran yang diberikan untuk anak autis harus terus menerus, tidaklangsung berhenti begitu saja, harus diulang secara terusmenerus.pembelajaran bagi anak autis berlangsung lama, tetapi yangpenting bukan waktunya lama atau tidak, yang penting adalahpenguasaannya.
Perkembangan belajar untuk Kiki cukup lambat, pertama kali Kikimasuk Kiki belum dapat bebicara, kemudian di sekolah ini mulai diajariberbicara. Pertama kali mengucapkan huruf a, setelah huruf a bisakemudian disambung dengan konsonan. Misal: apa, papa, mama.Pembelajaran awal yang penting vokal, setelah itu baru disusul dengankonsonan.
Setelah itu anak mulai diajari untuk menulis. Anak harus belajardari awal, dari tingkatan yang paling rendah sampai pada anak bisamenulis mandiri. Mengajari Kiki memang dibutuhkan tenaga dan waktuyang sangat ekstra karena pada waktu pertama kali Kiki masuk sekolahini masih awam, belum tahu apa-apa. Tahap pertama yang dilakukanadalah pertama kali mengajari anak duduk dan kontak mata denganguru, kemudian memegang benda baru diajari bagaimana memegangpensil yang benar (xi).. Setelah itu anak saya ajari mencoret-coret dalambentuk apapun yang penting anak bisa mencoret dan sudah mulaimenyukai menulis (xi). Setelah bisa mencoret kemudian menebalkantitik-titik sehingga membentuk garis vertikal, horizontal, lengkung, danlingkaran (xi). Setelah bisa menghubungkan titik-titik untuk membentukgaris, anak mulai menghubungkan titik-titik untuk membentuk huruf(xii). Anak kemudian belajar mengenali huruf-huruf yang telah ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
tebalkan tersebut dengan cara membacanya berulang-ulang. Hurufpertama yang diajarkan adalah semua huruf vokal, baru setelah anakmenguasai huruf vokal anak akan belajar huruf konsonan. Setiap harianak akan belajar menghafal semua huruf abjad sebelum anak tersebutbelajar menulis, hal itu dilakukan supaya anak dapat menghafal nama-nama huruf denagn urut (xiii).
Tahap selanjutnya adalah anak mencontoh praktek langsung.Misal: untuk menulis huruf a anak harus diberi contoh pada waktu awalpenulisan dengan dipegangi tangannya (difromt) dahulu, untuk hurufselanjutnya anak akan bisa dengan sendirinya, yang penting pada waktuawal akan menulis diberi contoh dulu. Huruf yang ditulis pertama kalihuruf vokal dulu (xiv), baru huruf konsonan (xv). Tiap guru mempunyaitrik tersendiri agar anak hafal bentuk huruf. Untuk Kiki ini huruf a harusdiberi kode lengkung garis, huruf u diberi kode garis belok naik, huruf odiberi kode lingkaran, huruf e diberi kode leengkung, huruf i diberi kodegaris titik. Yang lucu dari Kiki ini adalah dia hafal urutan semua hurufabjad dari a-z, tetapi kalau disuruh menunjukkan huruf a yang mana, byang mana, c yang mana dia kurang begitu bisa. Tetapi kalau sayamenyebut ’garis titik’ anak bisa mengerti kalau yang saya maksudadalah huruf i, anak langsung bisa menyebutkannya. Huruf vokal iahafal semua, tetapi untuk huruf e, kiki masih susah menuliskannya kalautidak dibantu, karena untuk menuliskan huruf yang banyak lengkungnyabelum bisa. Setelah semua huruf vokal sudah, kemudian anak saya ajariuntuk menulis huruf konsonan, tetapi tidak semua konsonan sayaajarkan, karena anak akan bingung kalau huruf yang harus dihafalterlalu banyak. Kiki hanya bisa menuliskan beberapa huruf konsonan,yaitu, b, p, dan m. Huruf b saya sering menyebutnya garis ada perutnya.P garis ada kepalanya (xvi). Mungkin ini dikarenakan anak autiscenderung kognitifnya kurang, jadi anak ini bisa menghafal karenakebiasaan yang diulang-ulang. Nah, setelah itu anak mulai diajarkanuntuk menulis suku kata (xvii), kalau kalimat anak belum bisa, karenahurufnya terlalu banyak.
Dari kesekian tahap ini yang paling sulit dan paling lama adalahpada waktu menebalkan dalam bentuk lengkung-lengkung. Karenatangan anak masih kaku untuk digerakkan. Kalau membuat garis tinggalmencoret saja sudah jadi garis, tetapi untuk membuat garis lengkungmemerlukan koordinasi mata, pikiran, dan tangan. Makanya Kikidulunya susah untuk menulis huruf yang banyak lengkungannya sepertihuruf e, o, dan lain sebagainya. Jadi harus diulang-ulang agar anakterbiasa. Sekarang kiki sedang belajar menulis kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
LAMPIRAN 22
TRANSKIP WAWANCARA GURU 2.
Wawancara yang kedua dilakukan kepada ibu Diah Damayanti, guru yangmengampu fathoni Dewantoko.
Saya baru 3 tahun bekerja disini, sebenarnya saya bukan darilulusan pendidikan Luar Biasa. Pada awal saya masuk di sekolah inikarena saya bisa berenang, dan saya disisni khusus untuk mengajarirenang anak. Jadi ketika saya mengajar agak kaget juga karena sayabelum terbiasa. Saya seringkali emosi ketika mengajari Tony.Dibutukan tenaga dan kesabaran ekstra ketika saya harus mengajariTony. Dia itu agak susah dalam menerima pelajaran, kemampuankognitifnya rendah sekali. Tony ini paling senang belajar olah raga danmusik, untuk pelajaran lain seperti membaca, menulis, berbicara, agamadia kurang senang. Tetapi kalau berbicara dia sudah agak lumayan,karena anak dapat berbicara jelas. Anak ini tidak mengalami kesulitandalam pengucapan, kelainan anak ini hanya pada matanya.
Ketika belajar membaca suara anak terdengar jelas, anak bisamenirukan huruf-huruf yang saya bacakan. Tetapi kalau urusanpelajaran menulis, wah benar-benar dibutuhkan kesabaran yang ekstra.Tony menghafal huruf abjad dari a-f lancar, selanjutnya perlu dituntun.Anak hafal huruf asal menghafalnya tidak dibalik-balik, harus urut.Kalau hurufnya dibalik-balik dia akan bingung meskipun dituntun.Meskipun anak bisa menghafal huruf tetapi anak sampai saat ini belumbisa membedakan bentuk huruf . Antara huruf a dan b anak masihkesulitan. Anak belum tahu konsep huruf dan angka. Seringkali ketikaakan menulis huruf anak menuliskan angka-angka.
Pertama kali anak belajar menulis pada awalnya adalah belajarmemegang pensil, karena anak belum bisa memegang pensil denganbenar (xi). Setelah itu saya mengajarkan anak membedakan bentuk-bentuk huruf, baru kemudian anak mulai saya ajarkan menulis. Untuklatihan menulis pertama kali, Tony tidak saya ajarkan menebalkanhuruf, karena anak mengalami kelainan pada matanya, jadi anak tidakdapat melihat garis dengan lurus. Dia tidak bisa menghubungkan titik-titik yang tersedia. Saya pernah mencoba membuat titik-titik, tetapi anaktidak bisa, anak hanya mencoret-coret saja. untuk latihan awal Tonysaya kenalkan pada bentuk-bentuk huruf vokal a, i, u, e, o (xii). Sambilbelajar menulis anak saya biasakan untuk belajar membaca hurufnya.Anak saya ajari membaca huruf itu berulang-ulang baru kemudian sayaajari bagaimana menuliskannya. Sewaktu akan menuliskan huruf, anaktidak bisa sama sekali. Saya harus membantu memegang tangan anaksewaktu menulis. Huruf pertama yang saya ajarkan adalah huruf a,setelah itu, i, dan seterusnya (xiii). Selanjutnya setelah semua hurufvokal selesai dipelajari, kemudian mulai belajar huruf konsonan (xiv).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Anak sudah saya kenalkan pada semua bentuk huruf, baik vokalmaupun konsonan. Tetapi untuk penulisan huruf konsonan belum semuahuruf saya ajarkan, baru beberapa huruf saja yang saya ajarkan. Sayamemilih huruf yang menurut saya tidak terlalu susah untuk tony. Tonytermasuk susah dalam belajar menulis, tangannya masih kaku, dan sayaberkali-kali harus memberikan bantuan ketika anak akan menulis.
Dalam menulis Tony harus diberi perhatian yang ekstra. Tiap akanmenulis saya harus membuatkan kotak-kotak maupun lingkaran, danwarnanya harus jelas, ini digunakan karena tony kalau tanpa bantuanlingkaran maupun kotak-kotak tidak akan bisa menulis dengan lurus,karena matanya mengalami kelainan. Tulisan anak akan melencengkemana-mama. Meskipun diberi garis atau kotak, tulisan anak masihsering melenceng kemana-mana kalau guru tidak memberikan arahan.
Setelah anak mulai terbiasa dengan menulis anak langsung sayaajarkan menuliskan kata sambil membacanya (xv). Untuk dikte karenakemampuan kognitif anak sangat rendah anak belum bisa. Jadi setelahanak belajar menulis huruf vokal dan konsonan saya mengajarkan anakmenulis kata.
Seringkali saya harus mengulang pelajaran dari awal, mulai darimembedakan huruf, kemudian menulis huruf vokal dan konsonan, barukemudian menulis kata. Karena anak seringkali lupa bagaimana caranyamenulis huruf. Jadi sya harus mengajarinya dari awal, dan saya harusmemberikan bantuan kepada anak dalam menulis yaitu dengan caramemegang tangannya. Menurut saya mungkin saja anak ini kalau sudahmempelajari sesuatu yang baru, dan huruf-huruf lain yang telahdipelajari dan jarang ditulis anak akan lupa bagaimana menuliskannnyameskipun hanya menyalin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
LAMPIRAN 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
LAMPIRAN 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
LAMPIRAN 25
33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa
Tunarungu (SDLB – B)
A. Latar Belakang
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, danemosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasian dalammempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantupeserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakan yangmenggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakankemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuanpeserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik danbenar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadaphasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasikemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaanpengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dansastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didikuntuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.
Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia SDLB-B inidiharapkan:1. peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkanpenghargaan terhadap hasil karya dan hasil intelektual bangsa sendiri;
2. guru dapat memusatkan perhatian pada pengembangan kompetensi bahasapeserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dansumber belajar;
3. guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar sesuaidengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;
4. orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaanprogram di sekolah;
5. sekolah dapat menyusun program pendidikan sesuai dengan keadaanpeserta didik dan sumber belajar yang tersedia;
6. daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar sesuai dengan kondisidan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
B. Tujuan
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didikmemiliki kemampuan sebagai berikut.1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun tulis2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dankemampuan berbahasa
6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanahbudaya dan intelektual manusia Indonesia.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponenkemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspeksebagai berikut.
1. Mendengarkan
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis.
Pada akhir pendidikan di SDLB – B peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya 5 buku sastra dan nonsastra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kelas I, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan/menyimak
1. Mengenal suara – suarayang ada di sekitar
1.1 Mengidentifikasi ada atau tidak ada suaradengan atau tanpa ABM
1.2 Menanggapi suara-suara di sekitar yangteridentifikasi dengan berbagai reaksi
Berbicara/berisyarat
2. Memperkenalkan dirisendiri, dan fungsi anggotatubuh serta benda-benda disekitar
2.1 Melakukan percakapan tentang dirisendiri dengan kalimat sederhana danbahasa yang santun dengan bahasaIndonesia yang baik dan benar secara lisandan /atau isyarat
2.2 Menyapa orang lain dengan menggunakankalimat sapaan yang tepat dan bahasa yangsantun dengan bahasa Indonesia yang baikdan benar secara lisan dan/atau isyarat
2.3 Melakukan percakapan tentang, nama danfungsi anggota tubuh, serta benda-benda disekitar dengan kalimat sederhana denganbahasa Indonesia yang baik dan benarsecara lisan dan /atau isyarat
Membaca
3. Menirukan kata, dan kalimatsederhana
3.1 Membaca beberapa kata sederhana.
3.2 Membaca kalimat sederhana
Menulis
4. Menampilkan tulisanpermulaan
4.1 Menjiplak berbagai bentuk gambar,lingkaran, dan bentuk huruf
4.2 Mencontoh tulisan, kata, atau kalimatsederhana dari buku atau papan tulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
dengan benar
4.3 Menyalin bacaan hasil percakapan
Kelas I, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan/menyimak
5. Mengenal suara rabananatau kata – kata yangdiucapkan
5.1 Mengidentifikasi ada atau tidak ada suararabanan atau kata-kata yang diucapkan
5.2 Menirukan rabanan atau kata-kata yangdiperdengarkan
Berbicara /berisyarat
6. Mengidentifikasi isi gambartunggal atau seri, denganpercakapan sederhana
6.1 Melakukan percakapan dari gambar tunggalatau gambar seri sederhana dengan bahasaIndonesia yang baik dan benar secara dan /atauisyarat
6.2 Melakukan percakapan sederhana tentang dirikalimat dan kosakata yang sudah dikuasaidengan bahasa Indonesia yang baik dan benarsecara lisan dan/atau isyarat
Membaca
7. Memahami bacaan hasilpercakapan
7.1 Membaca bacaan sederhana yang terdiri atas3-5 kalimat
7.2 Menjawab pertanyaan dari bacaan yangdibacanya
Menulis
8. Menampilkan kalimat danbacaan sederhana
8.1 Menulis kalimat sederhana denganmenggunakan huruf tegak bersambung yangbenar dan rapi
8.2 Menulis kalimat sederhana yang didiktekan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
guru
8.3 Menyalin bacaan sederhana dengan tulisantegak bersambung
Kelas II, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan/menyimak
1. Mengenal suara atauucapan kata-kata
1.1 Menyimak ada atau tidak ada suara dari kataatau kalimat sederhana dengan atau tanpa ABM
1.2 Menirukan ucapan kata-kata atau kalimat yangdiperdengarkan
Berbicara/berisyarat
2. Mendemontrasikanpertanyaan dan cerita
2.1 Bertanya/menanyakan sesuatu kepada orang laindengan pilihan kata yang tepat dan bahasaIndonesia yang baik dan benar secara lisan dan/atau isyarat
2.2 Menceritakan kegiatan sehari-hari denganbahasa Indonesia yang baik dan benar secaralisan dan /atau isyarat
Membaca
3. Memahami bacaan (10-15kalimat)
3.1 Membaca bacaan pendek (10-15 kalimat) isinya
3.2 Menjawab pertanyaan dari bacaan yangdibacanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Menulis
4. Menampilkan ceritasederhana yang didiktekanguru
4.1 Melengkapi cerita sederhana dengan kata yangtepat
4.2 Menulis kalimat sederhana yang didiktekan gurudengan huruf tegak bersambung memperhatikan
Kelas II, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan/menyimak
5. Mengenal suara panggilannama-nama siswa
5.1 Menyimak ada atau tidak ada suara daripanggilan siswa untuk anak yang memakaiABM atau anak tanpan ABM
5.2 Memberikan reaksi bila namanya dipanggil
Berbicara/berisyarat
6. Mendemontrasikan tentangalam dan cerita anak
6.1 Melakukan percakapan tentang tumbuhanatau binatang di sekitar dengan kalimat yangmudah dipahami orang lain secara lisandan/atau isyarat
6.2 Menceritakan kembali cerita anak yang dibacadengan kata-kata sendiri Indonesia yang baikdan benar secara lisan dan/atau isyarat
Membaca
7. Memahami bacaan 7.1 Membaca bacaan singkat dengan lancar
7.2 Membaca dalam hati bacaan agak panjang(20-25 kalimat)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Menulis
8. Menampilkan deskripsisederhana dan menyalinbacaan
8.1 Menulis deskripsi sederhana tentang tumbuhanatau binatang di sekitar dengan kalimatsederhana
8.2 Menyalin bacaan dengan huruf tegakbersambung
Kelas III, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan/menyimak
1. Memahami kalimat yang disampaikan
1.1 Membaca kalimat –kalimat yang diucapkanuntuk anak yang memakai ABM atau anak tanpaABM
1.2 Menirukan ucapan kalimat – kalimat yangdiperdengarkan dengan intonasi yang benar
Berbicara/berisyarat
2 Mendemontrasikanpengalaman , sesuatu hal,seseorang dan tanggapansecara sederhana
2.1 Melakukan percakapan tentang pengalamannyadan pengalaman teman dengan bahasa Indonesiayang baik dan benar secara lisan dan/atau isyarat
2.2 Melakukan percakapan tentang sesuatu denganbahasa Indonesia yang baik dan benar secaralisan dan/atau isyarat
2.3 Mendeskripsikan benda atau seseorangberdasarkan ciri-cirinya dengan bahasa yangmudah dipahami orang lain dengan bahasaIndonesia yang baik dan benar secara lisandan/atau isyarat
2.4 Memberikan tanggapan dan saran sederhanaterhadap suatu masalah dengan kalimat yangruntut dan pilihan kata yang tepat dengan bahasaIndonesia yang baik dan benar secara lisandan/atau isyarat
Membaca
3. Memahami bacaan 3.1 Membaca teknik dengan teks bacaan (sekitar 10-15 kalimat ) dengan memperhatikan tanda baca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
3.2 Membaca intensif teks (100- 150 kata)
3.3 Menceritakan kembali isi teks
Menulis
4. Menampilkan karangansederhana dan cerita anak
4.1 Menulis karangan sederhana berdasarkan gambarseri dengan pilihan kata dan kalimat yang tepat( ejaan, huruf kapital, dan tanda baca)
4.2 Melengkapi cerita anak berdasarkan gambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Kelas III, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan/menyimak
5. Memahami berbagai jeniskalimat yang diucapkan
5.1 Menyimak ada atau tidak ada suara dariberbagai jenis kalimat yang diucapkan
5.2 Menanggapi kalimat – kalimat yang didengardengan reaksi yang tepat
6.1 Melakukan percakapan melalui telepon dengankalimat ringkas secara ekspresif dengan bahasaIndonesia yang baik dan benar secara lisandan/atau isyarat
Berbicara/berisyarat
6. Mendemontrasikanpercakapan dan peristiwa
6.2 Menceritakan peristiwa yang pernah dialami,dilihat, atau didengar
6.3 Menanggapi peristiwa secara ekspresif denganbahasa Indonesia yang baik dan benar secaralisan dan/atau isyarat
Membaca
7. Mengenal teks dan puisi 7.1 Membaca intensif teks agak panjang (sekitar150-200 kata)
7.2 Meringkas isi teks bacaan.
7.3 Membaca puisi sangat sederhana dengan lafal,intonasi, dan ekspresi yang tepat
Menulis
8. Menampilkan karangan danpuisi
8.1 Menulis karangan tentang berbagai topiksederhana dengan penggunaan ejaan yang tepat
8.2 Menulis puisi berdasarkan gambar denganpilihan kata yang tepat
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Kelas IV, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan/menyimak
1. Menganalis bacaan pendek 1.1 Menunjukkan kalimat yang sedang dibacakan
1.2 Menunjukkan alinea yang sedang dibacakan
Berbicara/berisyarat
2. Mendeskripsikan tempatsesuai denah dan petunjuk
2.1 Menunjukkan tempat sesuai dengan denah ataugambar dengan kalimat yang runtut denganbahasa Indonesia yang baik dan benar secaralisan dan/atau isyarat
2.2 Menjelaskan petunjuk penggunaan suatu alatdengan bahasa Indonesia yang baik dan benarsecara lisan dan/atau isyarat
Membaca
3. Menganalisis petunjukpemakaian,kamus/ensiklopedi, denah,dan teks
3.1 Membaca petunjuk pemakaian sesuatu dalamtanya jawab
3.2 Membaca memindai kamus/ensiklopedi untukinformasi secara tepat
3.3 Membaca denah dengan bahasa yang mudahdimengerti
3.4 Membaca teks bacaan agak panjang (150-200kata)
Menulis
4. Menampilkan bacaan dansurat untuk teman
4.1 Melengkapi bacaan dari percakapan yangbelum selesai dengan penggunaan ejaan yangtepat
4.2 Melengkapi pada bagian awal, tengah, atau akhircerita yang hilang (rumpang) dengankata/kalimat yang tepat sehingga menjadi ceritayang padu
4.3 Menulis surat untuk teman sebaya tentangpengalaman atau cita-cita dengan bahasa yangkomunikatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Kelas IV Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan/menyimak
5. Menerapkan bacaan agakpanjang
5.1 Menunjukkan kalimat di mana bacaan ituberhenti dibacakan
5.2 Meneruskan bacaan dari pembaca sebelumnyadalam satu wacana
Berbicara/berisyarat
6. Mendeskripsikan masalahdan percakapan aktual
6.1 Mempercakapkan masalah – masalah actualyang terjadi di sekitar dengan bahasaIndonesia yang baik dan benar secara lisandan/atau isyarat
6.2 Menuliskan hasil percakapan masalah actualyang terjadi di sekitar dengan tanda baca yangbenar
Membaca
7. Memahami paragraf,pengumuman dan pantun
7.1 Membaca intensif kalimat utama pada tiapparagraf
7.2 Membaca pengumuman dengan lafal danintonasi yang tepat
7.3 Membaca pantun anak secara berbalasandengan lafal dan intonasi yang tepat
Menulis
8. Menampilkan paragraf danpengumuman
8.1 Menyusun paragraf berdasarkan bahan yangtersedia dengan penggunaan ejaan yang tepat
8.2 Menulis pengumuman dengan bahasa yangkomunikati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Kelas V Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan/menyimak
1. Menyimak pengumuman 1.1 Memperhatikan pengumuman menyampaikankembali isinya
1.2 Menanggapi pengumuman dengan berbagaireaksi
Berbicara/berisyarat
2. Memahami suatu persoalanmelalui berwawancarasederhana dengan bahasayang komunikatif secaralisan dan/atau isyarat
2.1 Menanggapi suatu persoalan atau peristiwa
2.2 Memberikan saran pemecahannya denganmemperhatikaan pilihan kata dan santunberbahasa dengan bahasa Indonesia yang baikdan benar secara lisan dan/atau isyarat
2.3 Berwawancara sederhana dengan narasumber(petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll)
2.4 Melaporkan hasil wawancara dengan bahasaIndonesia yang baik dan benar secara lisandan/atau isyarat
Membaca
3. Memahami tekspercakapan, dan puisi
3.1 Membaca teks percakapan dengan lafal danintonasi yang tepat
3.2 Menceritakan kembali isi percakapan dalambeberapa kalimat dengan kata-kata sendiri
3.3 Membaca bacaan
3.4 Menjawab pertanyaan dengan benar
3.5 Membaca puisi dengan lafal dan intonasi yangtepat serta menjelaskan isinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Menulis
4. Menampilkan karangan,surat undangan dan laporanserta memerankan tokoh
4.1 Menulis karangan berdasarkan pengalamandengan sistematika dan penggunaan ejaanyang tepat
4.2 Menulis surat undangan (ulang tahun, acaraagama, kegiatan sekolah, kenaikan kelas, dll)dengan kalimat efektif
4.3 Menulis laporan pengamatan atau kunjunganberdasarkan tahapan (catatan, konsep awal,perbaikan, final) dengan penggunaan ejaanyang tepat
4.4 Menulis dialog yang komunikatif
4.5 Memerankan teks dialog yang dibuat
Kelas V Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan/menyimak
5. Memahami cerita peristiwadan cerita sederhana
5.1 Menyimak cerita tentang peristiwa yangterjadi di sekitar
5.2 Menanggapi cerita dengan berbagai reaksi
Berbicara/berisyarat
6. Mendeskripsikan pendapattentang persoalan faktualdan drama pendek
6.1 Memberikan pendapat tentang persoalan yangfaktual dengan bahasa Indonesia yang baik danbenar
6.2 Memerankan drama pendek dengan lafal,intonasi, dan ekspresi yang tepat
Membaca
7. Memahami dua teks, dancerita anak
7.1 Membaca dua teks
7.2 Membandingkan isi dua teks
7.3 Membaca memindai secara cepat dari berbagaiteks khusus (buku petunjuk telepon, jadwalperjalanan, daftar susunan acara, daftar menu,dll)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
7.4 Membaca cerita anak
7.5 Menjawab pertanyaan tentang isi cerita
Menulis
8. Menganalisis isi buku,poster, dan puisi bebas
8.1 Meringkas isi buku yang dipilih sendiridengan penggunaan ejaan yang tepat
8.2 Membuat poster dengan bahasa yangkomunikatif
8.3 Menulis puisi bebas dengan pilihan kata yangtepat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Kelas VI Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan/menyimak
1. Memahami bacaan teks 1.1 Meperhatikan suatu teks yang sedangdibacakan
1.2 Mengucapkan kembali teks
Berbicara/berisyarat
2. Menampilkan informasidari media, Cetak atauelektronik
2.1 Menyampaikan pesan/informasi yangdiperoleh dari berbagai media dengan bahasayang runtut, baik dan benar secara lisandan/atau isyarat
2.2 Menanggapi sesuatu disertai alasan denganbahasa yang santun, secara lisan dan/atauisyarat
2.3 Menceritakan hasil pengamatan/kunjungandengan bahasa runtut, baik dan benar secaralisan dan/atau isyarat
2.4 Memerankan tokoh-tokoh berdasarkan ceritayang dibaca dengan ekspresi yang sesuai
Membaca
3. Menganalisis laporan danteks dalam kolom khusus
3.1 Membaca intensif laporan hasil pengamatan/kunjungan
3.2 Membahas isi dan penyajiannya
3.3 Membaca sekilas informasi dalamkolom/rubrik khusus (majalah anak, koran,dll)
3.4 Memberikan tanggapan dalam bentukpertanyaan atau saran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
Menulis
4. Menampilkan berbagaijenis formulir, ringkasan,bacaan,dan hasilpercakapan
4.1 Mengisi formulir (pendaftaran, kartu anggota,wesel pos , kartu pos, daftar riwayat hidup,transfer antarbank ,dll) dengan benar
4.2 Membuat ringkasan dari buku yang dibaca.
4.3 Menulis bacaan hasil percakapan tentangberbagai topik dengan penggunaan ejaan yangtepat
Kelas VI Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan/menyimak
5. Memahami pembacaanberita
5.1 Memperhatikan suatu berita sederhana yangada di sekitar
5.2 Menanggapi suatu berita dengan berbagaireaksi
Berbicara/berisyarat
6. Mendemontrasikan pidato,laporan isi buku, dan puisikarya sendiri
6.1 Berpidato untuk berbagai keperluan (acaraperpisahan, perayaan ulang tahun, dll) denganlafal, intonasi, dengan ekspresi yang tepatsecara lisan dan/atau isyarat
6.2 Melaporkan isi buku yang dibaca (judul,pengarang, jumlah halaman, dan isi) dengankalimat yang runtut, yang baik dan benarsecara lisan dan/atau isyarat
6.3 Membaca puisi karya sendiri dengan ekspresiyang tepat.
6.4 Menjelaskan isi puisi dengan bahasa Indonesiayang baik dan benar secara lisan dan/atauisyarat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Membaca
7. Memahami teks bacaandrama. drama
7.1 Membaca intensif suatu teks
7.2 Menemukan makna yang tersirat dalam teks
7.3 Membaca teks drama anak-anak
7.4 Mempercakapkan berbagai unsur teks drama(tokoh, sifat, latar, tema, jalan cerita, atauamanat)
Menulis
8. Mengkontruksi naskahpidato, dan surat
8.1 Menulis naskah pidato (perpisahan, ulangtahun, perayaan sekolah, dll) dengan bahasayang komunikatif dan santun sertamemperhatikan penggunaan ejaan
8.2 Menulis surat dengan memperhatikan pilihankata sesuai dengan orang yang dituju
E. Arah pengembangan
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untukmengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikatorpencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam rancang kegiatanpembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan StandarPenilaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI