Post on 09-Aug-2019
i
KAJIAN ELEMEN DAN FUNGSI KONTEKS SOSIAL DALAM MENENTUKAN MAKSUD BERKOMUNIKASI
ANTARMAHASISWA DAN DOSEN NON-FKIP UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Pilipus Wai Lawet
NIM: 141224002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan segala puji dan syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih, telah
memberikan berkah dan rahmat untuk kelancaran dalam setiap langkah saya.
Karya ini saya persembahkan untuk:
Ayahanda Marselus Lawet dan Ibunda Veronika Ladjar yang selalu
memberikan semangat, kasih sayang, dukungan, dan doa di setiap
langkah saya.
Adik Echa, Jacky, Herlina, Dedong dan Alfred yang selalu
memberikan nasehat, kasih sayang, motivasi untuk menyelesaikan
perkuliahan dengan baik.
Terima kasih kepada Serikat Sabda Allah (SVD) yang telah
memberian doa dan dukungan berharga untuk penulis.
Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan dan senasib
Christy, Ririn, Dewi, Prisca dan Friska.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Hidup ini keras. Dan barangsiapa yang lebih keras daripada hidup, dialah
yang mampu bertahan.
(Pramoedya Ananta Toer)
Hidup yang tak diperjuangkan adalah hidup yang tak layak dihidupi.
(Jetho Lawet)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagimana layaknya karya
ilmiah.
Yogyakarta, 16 Januari 2018
Penulis,
Pilipus Wai Lawet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Pilipus Wai Lawet
Nomor Mahasiswa : 141224002
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
KAJIAN ELEMEN DAN FUNGSI KONTEKS SOSIAL DALAM MENENTUKAN MAKSUD BERKOMUNIKASI
ANTARMAHASISWA DAN DOSEN NON-FKIP UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
Dengan demikian, saya memberikan kepada perpusatakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas,
dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu minta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 16 Januari 2018
Yang menyatakan,
Pilipus Wai Lawet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Lawet, Pilipus Wai. 2018. Kajian Elemen dan Fungsi Konteks Sosial dalam Menentukan Maksud Berkomunikasi Antarmahasiswa dan Dosen Non-FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Akademik 2017/2018. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
Penelitian ini membahas kajian elemen dan fungsi konteks sosial dalam
menentukan maksud berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan elemen-elemen konteks sosial yang terdapat dalam komunikasi antarmahasiswa dan dosen non-FKIP, dan (2) mendeskripsikan fungsi yang diperankan konteks sosial dalam menentukan maksud berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah mahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018, dengan data berupa tuturan yang di dalamnya terdapat elemen dan fungsi konteks sosial. Metode penyediaan data yang digunakan adalah metode simak dengan teknik lanjutan berupa teknik libat cakap, simak bebas libat cakap, catat, dan teknik rekam. Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan metode padan pragmatis.
Hasil dari penelitian ini adalah (1) peneliti menemukan ada konteks sosial yang mengandung sembilan elemen dengan pola OOMUBICAA, ada tuturan yang memuat sepuluh elemen dengan pola OOEMUBICAA dan OOMAUBICAA, dan adapula tuturan yang memuat sebelas elemen dengan pola OOEMAUBICAA (2) fungsi yang diperankan konteks sosial dalam menentukan maksud berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018 berjumlah dua, yakni fungsi memberi informasi tambahan dan memberi penjelasan rinci. Fungsi memberi informasi tambahan dibagi menjadi tiga yakni memberi informasi tambahan peristiwa sebelum tuturan, pengetahuan peserta tutur, dan identitas peserta tutur. Fungsi memberi penjelasan rinci dibagi menjadi dua yakni memberi penjelasan rinci peristiwa sebelum tuturan dan pengetahuan peserta tutur.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan pengetahuan mengenai kajian elemen dan fungsi konteks sosial dalam menentukan maksud berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018.
Kata kunci: Tuturan, konteks sosial, elemen dan fungsi konteks sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Lawet, Pilipus Wai. 2018. Study of Elements and Functions of Social Context in Determining the Purpose of Communicating between Students
and Lecturers Non-FKIP Sanata Dharma University of Yogyakarta Academic Year 2017/2018. Essay. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
This study discusses the study of elements and functions of social context in determining the intent of communicating between students and lecturers of non- FKIP Sanata Dharma University of Yogyakarta Academic Year 2017/2018. The purpose of this research are (1) to describe elements of social context in communication between students and lecturers of non-FKIP, and (2) to describe the function of social context in determining communicative intentions between students and lecturers non-FKIP Sanata Dharma University of Yogyakarta Academic Year 2017 / 2018. The type of this research is qualitative descriptive research. The data source of this research are the students and lecturers of non-FKIP Sanata Dharma University of Yogyakarta Academic Year 2017/2018. The data is the form of speech in which there are elements and functions of social context. The method of providing data is the method refer to advanced techniques in the form of active communication technigue, free active communication, noting found, and record in technique. To analyze the data, researcher uses a pragmatic method. The result of this research were (A) the researcher find speech of social context that contain nine elements that have pattern OOMUBICAA, speech of social context that contain ten elements that have pattern OOEMUBICAA and OOMAUBICAA, and speech of social context that contain eleven elements that have pattern OOEMAUBICAA. (B) function that was played by social context in determining communicative intention between student and lecturer of non-FKIP Sanata Dharma University of Yogyakarta Academic Year 2017/2018 was function of giving additional information and to explain clearly. This research is expected to give contribution and knowledge about study element and function of social context in determining communicative intention between student and lecturers of non-FKIP Sanata Dharma University of Yogyakarta Academic Year 2017/2018. Keywords: Speech, social context, elements and function of social context.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Maha Pengasih atas segala rahmat dan berkat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kajian
Elemen dan Fungsi Konteks Sosial dalam Menentukan Maksud Berkomunikasi
antarMahasiswa dan Dosen Non-FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Tahun Akademik 2017/2018”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidaklah mungkin
terlaksana dengan baik tanpa dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta;
3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi
ini hingga selesai;
4. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis dengan sepenuh hati;
5. Karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
yang telah membantu penulis selama menjalankan pendidikan di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
6. Ayahanda Marselus Lawet dan Ibunda Veronika Ladjar, terima kasih atas
nasehat, doa, cinta, kesabaran, dan dukungan yang diberikan kepada
penulis hingga mampu menyelesaikan perkuliahan dengan baik;
7. Serikat Sabda Allah (SVD) yang telah mendukung dalam doa;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
8. Adik-adikku tersayang Mila, Jacky, Herlina, Dedong dan Alfred;
9. Paman Ardus Keraf dan Bibi sekeluarga yang tak pernah luput
memerhatikan saya;
10. Teman-teman penelitian payung: Kristi, Dewi, Friska, Priska, dan Ririn.
Terima kasih untuk bantuan, kebersamaan, dan rasa kekeluargaan yang
selama ini kita bangun serta bantuan selama penyusunan skripsi.
11. Teman-teman Mahasiswa PBSI Angkatan 2014 A. Terima kasih atas
kebersamaan dan kekompakkan yang telah kita bangun. Semoga kita
semua mampu meraih kesuksesan dalam meniti karir;
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Yogyakarta, 16 Januari 2018
Penulis,
Pilipus Wai Lawet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN PANITIA PENGUJI ............................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................... vi
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. vii
ABSTRAK ............................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................... 4
1.5 Batasan Istilah .............................................................................. 5
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 7
2.1 Penelitian yang Relevan .............................................................. 7
2.2 Bahasa dan Komunikasi .............................................................. 8
2.3 Bahasa sebagai Alat Komunikasi .............................................. 10
2.4 Makna dan Maksud dalam Berkomunikasi ............................... 11
2.5 Pragmatik dan Konteks .............................................................. 12
2.6 Perkembangan Studi Konteks .................................................... 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.7 Elemen dan Fungsi Konteks Sosial ........................................... 17
2.7.1 Hakikat Elemen Konteks Sosial ............................................. 17
2.7.2 Hakikat Fungsi Konteks Sosial ................................................ 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 26
3.1 Jenis Penelitian .......................................................................... 26
3.2 Sumber Data dan Data ............................................................... 26
3.3 Objek Penelitian.......................................................................... 26
3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .................................... 26
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................. 28
3.6 Triangulasi Data......................................................................... 30
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................. 32
4.1 Deskripsi Data ........................................................................... 32
4.1.1 Elemen Konteks Sosial ........................................................... 33
4.1.1.1 Konteks Sosial yang Berpola OOMUBICAA ..................... 35
4.1.1.2 Konteks yang Berpola OOEMUBICAA .............................. 37
4.1.1.3 Konteks Sosial yang Berpola OOMAUBICAA ................... 39
4.1.1.4 Konteks Sosial yang Berpola OOEMAUBICAA ................ 42
4.1.2 Fungsi Konteks Sosial ............................................................ 44
4.1.2.1 Fungsi Konteks Sosial Memberi Informasi Tambahan ....... 45
4.1.2.2 Fungsi Konteks Sosial Memberi Penjelasan Rinci ............... 48
4.2 Analisis Data .............................................................................. 51
4.2.1 Elemen Konteks Sosial ........................................................... 51
4.2.1.1 Konteks Sosial yang Berpola OOMUBICAA ..................... 51
4.2.1.2 Konteks Sosial yang Berpola OOEMUBICAA .................... 55
4.2.1.3 Konteks Sosial yang Berpola OOMAUBICAA ................... 59
4.2.1.4 Konteks Sosial yang Berpola OOEMAUBICAA ................. 61
4.2.2 Fungsi Konteks Sosial ............................................................ 62
4.2.2.1 Fungsi Konteks Sosial Memberi Informasi Tambahan ....... 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4.2.2.2 Fungsi Konteks Sosial Memberi Penjelasan Rinci .............. 74
4.3 Pembahasan ................................................................................ 76
BAB V PENUTUP ................................................................................... 81
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 81
5.2 Saran .......................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 83
LAMPIRAN
Tabulasi Data ............................................................................................ 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia tidak hanya dilahirkan sebagai makhluk berakal budi tetapi juga
makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa berinteraksi dengan
yang lain. Oleh karena itu, manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk
berkomunikasi. Dua ilmuwan Barat, Bloch dan Trager, mendefinisikan bahasa
sebagai suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu
kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi (Hidayat, 2009). Menurut Keraf
(dalam Suandi, 2014:4) bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat,
berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Komunikasi
yang dibangun bertujuan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, maksud, perasaan
maupun emosi secara langsung dari penutur kepada mitra tutur. Maksud dalam
komunikasi tidak hanya bergantung pada unsur linguistik tetapi juga unsur
ekstralinguistik seperti konteks.
Konteks menurut Mey (dalam Nadar, 2009: 4) adalah situasi lingkungan dalam
arti luas yang memungkinkan peserta petuturan untuk dapat berinteraksi, dan yang
membuat ujaran mereka dapat dipahami. Konteks dalam ilmu pragmatik dapat
diklasifikasikan ke dalam berbagai jenis seperti, konteks sosial, konteks situasi,
konteks budaya, dan lain-lain. Konteks sosial berkaitan dengan status penutur atau
mitra tutur dalam bertutur. Seorang penutur dengan status sosial yang lebih tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
memiliki gaya berkomunikasi yang berbeda ketika berinteraksi dengan mitra tutur
yang berstatus sosial rendah. Konteks sosial memuat elemen-elemen dan fungsinya
dalam menentukan maksud berkomunikasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
interaksi linguistik mempertimbangkan interaksi sosial (Yule, 2014). Agar apa yang
diujarkan dalam berkomunikasi menjadi bermakna, maka berbagai macam faktor
yang berkaitan dengan kesenjangan dan kedekatan sosial perlu diperhatikan.
Konteks sosial tidak terlalu mendapatkan perhatian di kalangan mahasiswa dan
dosen non-FKIP Universitas Sanata Dharma. Ujaran yang dibangun secara horizontal
antara penutur (mahasiswa) dan mitra tutur (mahasiswa) ataupun penutur (dosen) dan
mitra tutur (dosen) ketika komunikasi menafikan elemen-elemen dalam konteks
sosial. Akibatnya, maksud yang ingin disampaikan oleh penutur tidak dipahami oleh
mitra tutur.
Penelitian ini mengkaji elemen dan fungsi konteks sosial dalam menentukan
maksud berkomunikasi para mahasiswa dan dosen. Dengan demikian, penutur dan
mitra tutur memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai elemen dan fungsi
konteks sosial yang melingkupi sebuah tuturan. Pemahaman ini diyakini akan
memberikan manfaat berupa tersampaikannya maksud dari penutur terhadap mitra
tutur dalam berkomunikasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
1. Elemen-elemen konteks sosial apa sajakah yang terdapat dalam kegiatan
berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018?
2. Bagaimana pola elemen konteks sosial yang terdapat dalam kegiatan
berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas Sanata
Dharma tahun akademik 2017/2018?
3. Fungsi apa sajakah yang diperankan konteks sosial dalam menentukan
maksud berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini berdasarkan rumusan
masalah, yaitu:
1. Mendeskripsikan elemen-elemen sosial yang terdapat dalam kegiatan
berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018.
2. Mendeskripsikan pola elemen-elemen konteks sosial yang terdapat dalam
kegiatan berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018.
3. Mendeskripsikan fungsi konteks sosial dalam menentukan maksud
berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1.4 Manfaat Penulisan
Penelitian terhadap elemen-elemen dan fungsi konteks sosial dalam
menentukan maksud berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen non-FKIP
Universitas Sanata Dharma diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang
memerlukan.Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian
ini.
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam memperkaya
wawasan mengenai elemen-elemen dan fungsi konteks sosial dalam
bidang pragmatik.
b. Penelitian ini menjadi sumber pengetahuan bagi kalangan mahasiswa dan
dosen non-FKIP Universitas Sanata Dharma dalam membangun
komunikasi.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan dalam membangun
komunikasi bagi antarmahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas Sanata
Dharma sehingga maksud yang diungkapkan dapat tersampaikan.
b. Penelitian ini dapat membantu penutur agar berkomunikasi dengan
memperhatikan elemen dan fungsi konteks sosial sehingga maksud dapat
dipahami mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.5 Batasan Istilah
Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini tentu saja tidak lepas dari
teori elemen-elemen konteks sosial dalam berkomunikasi dan teori lainnya yang
mendukung dalam penelitian ini. Maka peneliti memberikan istilah sebagai berikut:
1. Pragmatik
Menurut Yule (2006) pragmatik adalah ilmu yang mempelajari tentang
makna atau maksud yang disampaikan penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh
pendengar (pembaca). Purwo (1990) mendefinisikan pragmatik sebagai
telaah mengenai makna tuturan (utterance) menggunakan makna yang terikat
konteks sedangkan memperlakukan bahasa secara pragmatik ialah
memperlakukan bahasa dengan mempertimbangkan konteksnya, yakni
menggunakannya pada peristiwa komunikasi.
2. Konteks
Rahardi (2005) mendefinisikan konteks sebagai semua latar belakang
pengetahuan yang diasumsikan sama-sama dimiliki penutur dan mitra tutur
serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan
penutur itu dalam proses bertutur.
3. Konteks sosial
Rahardi (2006) mendefinisikan konteks sosial dan budaya sebagai
segala aspek yang menunjuk pada keseluruhan jaringan konvensi dan institusi
sosial budaya yang ada dalam sebuah masyarakat dalam kurun tertentu.
Menurutnya, konteks sosial adalah konteks yang timbul sebagai akibat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
munculnya interkasi antarangota masyarakat dalam suatu masyarakat sosial
dan budaya tertentu. Dasar kemunculan dari konteks sosial adalah adanya
solidaritas (solidarity).
4. Komunikasi
Menurut Mulyana (2014) komunikasi adalah suatu aktivitas yang terus
berlangsung dan selalu berubah. Ruben dan Stewart (2013) menyatakan
komunikasi manusia adalah proses melalui individu dalam hubungan,
kelompok, organisasi, dan masyarakat membuat dan menggunakan informasi
untuk hubungan satu sama lain dan dengan lingkungannya. Proses
berkomunikasi berjalan baik apabila penutur dan mitra tutur berkerja sama
dalam proses bertutur.
1.6 Sistematika Penulisan
Penelitian ini disajikan ke dalam lima bab. Bab I diuraikan pendahuluan berupa
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
batasan istilah, dan sistematika penulisan. Bab II diuraikan kajian pustaka berupa
penelitian terdahulu yang relevan dan landasan teori yang berguna untuk menjawab
rumusan masalah. Bab III diuraikan metode penelitian yang terdiri dari jenis
penelitian, data penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, metode dan teknik analisis data. Bab IV diuraikan hasil penelitian dan
pembahasannya yang terdiri dari deskripsi data penelitian, analisis data, dan
pembahasan. Adapun Bab V diuraikan penutup yang terdiri dari kesimpulan serta
saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Banyak para ahli mengkaji cabang ilmu Pragmatik lebih mendalam dan
bekenalan lebih dekat dengan ilmu konteks. Dalam ilmu pragmatik konteks dibagi
dalam beberapa macam yakni, konteks sosial, konteks situasi, dan konteks kultural.
Ada dua ahli yang membuat tulisan mengenai konteks berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan, diantaranya Prof. Pranowo, M.Pd. dan Dr. R. Kunjana Rahardi,
M.Hum.
2.1 Penelitian yang Relevan
Pada penelitiannnya tentang konteks, Pranowo (2015) menyampaikan
pemahamannya tentang konteks. Pemahaman maksud dalam kajian bahasa secara
pragmatik tergantung pada konteks. Maksud adalah makna yang ingin disampaikan
oleh penutur. Penentuan konteks dalam pragmatik dapat diidentifikasi antara lain
melalui (i) dasar pemahaman yang sama, (ii) latar belakang budaya, (iii) asumsi
penutur terhadap mitra tutur, (iv) knowledge of the World, (v) kesantunan, (vi) bahasa
non-verbal.
Dalam tulisan yang berjudul “Menemukan Hakikat Konteks Dalam
Pragmatik” Rahardi (2015) menyatakan pandangannya ihwal konteks. Secara umum
dapat dikatakan bahwa ihwal konteks itu dipahami secara variatif oleh sejumlah
pakar. Selain konteks yang berdimensi intralinguistik atau ko-teks yang disebut oleh
beberapa pakar, konteks juga menunjuk pada dimensi-dimensi lingkungan fisik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
lingkungan sosial yang hidup. Pandangan lain menyebutkan bahwa konteks
hakikatnya adalah latar belakang pengetahuan yang sama yang dimiliki oleh para
pelibat tutur. Apakah dimensi-dimensi ekstralinguistik menempatkan aspek-aspek
bahasa non-verbal seperti gerak-gerak kinesik dan proksimik, penulis belum
menemukan referensi yang meyakinkan, dan hingga kini pencarian itu masih
merupakan kegelisahan intelektual yang terus akan diupayakan jawabnya yang pasti.
2.2 Bahasa dan Komunikasi
Bahasa dan komunikasi merupakan dua entitas yang tak dapat dilepaspisahkan.
Tidak ada satu peristiwa komunikasipun yang tidak melibatkan bahasa. Peristiwa
komunikasi membutuhkan kehadiran bahasa sebagai mediatornya.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang arbiter, yan dipergunakan oleh sekelompok masyarakat
untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Block dan Trater
memberikan definisi bahasa sebagai sebuah sistem lambang-lambang vokal yang
bersifat arbitrer (Lubis, 2011). Fodor (1974) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem
simbol dan tanda. Sistem simbol tersebut adalah hubungan simbol dengan makna
yang bersifat konvensional sedangkan sistem tanda adalah bahwa hubungan tanda
dan makna bukan konvensional tetapi ditentukan oleh sifat atau ciri tertentu yang
dimiliki benda atau situasi yang dimaksud.
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah
suatu lambang bunyi arbitrer yang digunakan sekelompok masyarakat untuk bekerja
sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Bahasa mempunyai fungsi yang amat penting bagi manusia, terutama sekali
fungsi komunikatif (Tarigan, 1987). Kinneavy (dalam Chaer, 2009:33) menyebutkan
lima fungsi dasar bahasa yakni fungsi ekspresi, informasi, eksplorasi, persuasi dan
entertainmen. Kelima fungsi dasar ini mewadahi konsep bahwa bahasa alat untuk
melahirkan ungkapan-ungkapan batin yang ingin disampaikan seorang penutur
kepada yang lain. Sementara itu, Finocchinario (dalam Lubis, 2011:4) membagi
fungsi bahasa atas lima bagian, yaitu: fungsi personal, interpersonal, direktif,
referensial dan imaginatif. Berdasarkan kelima fungsi di atas dapat diutarakan bahwa
baik fungsi personal maupun interpersonal tidak dapat dilepaspisahkan dari situasi
tempat fungsi itu dijalankan.
Keberhasilan komunikasi akan sangat ditentukan oleh bagaimana penutur
menyampaikan pesan kepada penerima pesan. Tidak jarang dalam kehidupan sehari-
hari ditemukan komunikasi yang tidak berhasil karena ketidaktepatan cara
berkomunikasi. Wardhaugh (1986) dalam bukunya An Introduction to Sociolinguistic
menjelaskan bahwa ketika orang akan memulai berbicara, ada tiga hal yang patut
diperhatikan. Pertama, apa yang akan dibicarakan. Kedua, dengan siapa dia akan
berbicara. Ketiga, bagaimana dia berbicara. Lebih lanjut, Badudu dalam bukunya
Inilah Bahasa Indonesia yang Benar menjelaskan bahwa berbahasa yang efektif
adalah berbahasa yang sesuai dengan “lingkungan” dimana bahasa itu digunakan.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu: (a) orang yang
berbicara; (b) orang yang diajak berbicara; (c) situasi pembicaraan apakag formal
atau non-formal ; dan (d) topic pembicaraan.Seorang dosen yang mengajar di depan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
kelas tentu menggunakan bahasa formal. Seorang pedagang yang berjualan di pasar
tentu menggunakan bahasa non-formal atau santai. Hofmann mengatakan bahwa
communication is successful if the idea they get (the impact on them) is the same as
what I intended them to get (my intend).
2.3 Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Goris Keraf dalam jurnal yang berjudul “Analisa Bahasa Indonesia Sebagai
Bahasa Komunikasi Antarnegara Anggota ASEAN” menyebutkan bahasa adalah alat
komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia (Harmoko, 2015). Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran
perumusan maksud, melahirkan perasaan, dan memungkinkan kita menciptakan
bahasa sebagai alat komunikasi untuk bekerja sama atau berkomunikasi dalam
kehidupan manusia bermasyarakat. Untuk berkomunikasi sebenarnya dapat juga
digunakan cara lain, misalnya isyarat, lambang-lambang gambar atau kode-kode
tertentu lainnya (Chaer, 2006). Hakikat bahasa sebagai alat komunikasi menunjukkan
fungsi sosial bahasa sedangkan fungsi sosial lain bahasa terlihat pada rumusan yang
menganggap bahasa sebagai identitas penutur, baik secara individual maupun secara
kelompok. Misalnya “Saya orang Flores” atau “Saya orang Kalimantan”, tetapi kalau
Anda tidak bisa berbahasa Flores atau Kalimantan, pengakuan Anda masih “minus”.
Bahasa tidak hanya merupakan suatu produk sosial dan budaya tetapi
merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan itu. Sebagai produk sosial dan
budaya, bahasa merupakan wadah aspirasi sosial, kegiatan dan perilaku masyarakat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
wadah penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh masyarakat
pemakai bahasa itu (Sumarsono, 2014).
2.4 Makna dan Maksud dalam Berkomunikasi
Kajian pragmatik berkaitan erat dengan makna. George Yule (dalam
Parera,2004:3) mengatakan,”Pragmatic is concerned with the study of meaning as
communicated by a speaker (or writer) and interpreted by listener (reader). Menurut
de Saussure (Chaer,2009:29) setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu yang
diartikan (signified) dan yang mengartikan (signifier).Yang diartikan tidak lain dari
pada konsep atau makna dari suatu tanda bunyi. Sedangkan yang mengartikan tak lain
dari bunyi-bunyi itu, yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa kedua unsur ini adalah unsur intralingual yang biasa merujuk
pada suatu referen yang merupakan unsur ekstralingual.
Chaer (2009:35) berpendapat bahwa makna adalah gejalah dalam ujaran
sedangkan maksud adalah gejalah luar ujaran. Verhaar (dalam Chaer 2009:36)
membuat diagram sebagai berikut.
Istilah Segi (dalam keseluruhan
peristiwa pengujaran)
Jenis Semantik
Makna Segi lingual atau dalam ujaran
Semantik kalimat gramatikal, dan leksikal (intralingual)
Informasi Segi objektif Ekstralingual
Maksud Segi objektif Ekstralingual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Berdasarkan diagram di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
antara makna dan maksud. Makna berkaitan dengan aspek intralingual, sedangkan
maksud berkaitan dengan aspek ekstralingual. Aspek ekstralingual tersebut adalah
konteks. Makna merupakan sebuah gejalah dalam bahasa yang interpretasinya tidak
membutuhkan konteks sedangkan maksud merupakan gejalah luar bahasa yang
interpretasinya membutuhkan kehadiran konteks.
2.5 Pragmatik dan Konteks
Pragmatik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang berkaitan dengan
konteks. Pentingnya konteks dalam pragmatik ditekankan oleh Wijana (dalam Nadar,
2009:4) yang menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks.
Levinson (dalam Rahardi, 2010: 48) mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa
yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Lebih lanjut, Yule mengatakan,
“Pragmatics is the study of contextual meaning” (Yule, 2017:3). Gayut dengan apa
yang dikatakan Yule, Kramsch mengutarakan, “Meaning also depend on the external
context of communication of the speech event” (Kramsch, 1993:36). Menurut
Kramsch, maksud bergantung pada konteks yang melingkupi sebuah tuturan. Parker
(dalam Nadar, 2009: 4) mendefinisikan pragmatik sebagai kajian tentang bagaimana
bahasa digunakan dalam komunikasi. Ia menegaskan bahwa pragmatik tidak
menelaah struktur bahasa secara internal seperti tata bahasa, melainkan secara
eksternal. Kajian secara eksternal ini dapat dikategorikan sebagai konteks.
Mey (dalam Nadar, 2009:4) mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian
tentang kondisi penggunaan bahasa manusia sebagaimana ditentukan oleh konteks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
masyarakatnya. Levinson mendefinisikan pragmatik sebagai kajian hubungan antara
bahasa dan konteks yang tergramatikalisasi atau terkodifikasi alam struktur bahasa
(Nadar, 2009). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pragmatik merupakan studi
bahasa yang mempelajari bahasa dalam hubungannya dengan konteks yang
melingkupi sebuah tuturan sehingga dapat dipahami. Menurut Rahardi (2009)
konteks yang dimaksud adalah konteks situasi yang mewadahi bahasa tersebut.
Konteks yang dimaksud dapat mencakup dua hal, yakni konteks yang bersifat sosial
dan konteks yang bersifat sosietal.
Analisis pragmatik mengandaikan adanya kehadiran konteks . Konteks secara
pragmatik dapat dipandang sebagai konteks yang meliputi identitas partisipan,
parameter waktu dan tempat peristiwa pertuturan (Zamzani, 2007). Keith Allan
(dalam Rahardi, 2015) membedakan konteks menjadi tiga kategori, yakni (1) the
physical context or setting of the utterance ‘konteks fisik atau seting tuturan’, (2) the
world spoken of in an utterance ‘sesuatu yang sedang dibicarakan’, dan (3) the
textual environment ‘lingkungan tekstual’. Dalam kaitan dengan fokus tulisan singkat
ini, gagasan Keith Allan yang relevan dan gayut adalah pandangannya tentang
konteks dalam kategori kedua, yakni ‘sesuatu yang sedang dibicarakan’. Apabila
dikaitkan dengan konteks yang dimaksudkan dalam tulisan ini bahwa adanya sesuatu
yang dibicarakan sebagai bentuk kesamaan latar belakang pengetahuan yang dimiliki
oleh penutur dan lawan tutur. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa konteks
sangat penting dalam kajian pragmatik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Berdasarkan definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmati
adalah salah satu ilmu yang memperlajari relasi bahasa dengan konteks yang
melingkupi tuturan tersebut. Konteks adalah latar belakang pemahaman yang dimiliki
oleh penutur ataupun mitra tutur sehingga mitra tutur dapat membuat interpretasi
mengenai apa yang dimaksud oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu.
Konteks itu dapat berupa konteks sosial ataupun sosietal. Kehadiran konteks dalam
tuturan sangat penting sehingga interpretasi maksud yang ingin disampaikan tidak
boleh bebas konteks.
2.6 Perkembangan Studi Konteks
Studi ihwal konteks berawal dari kegiatan penelitian Branislaw Malinowsky
(1882-1944) (Bayardi, 2015). Malinoswky adalah seorang antropolog yang ketika itu
meneliti kebiasan hidup dan kegiatan mencari mata pencaharian di seputar Kepulauan
Trobriand di wilayah Pasifik Selatan. Malinowsky berpikir tentang aspek aspek yang
menyertai terjadinya tuturan. Ternyata dia mendapati bahwa aspek-aspek di luar
bentuk kebahasaan yang direkamnya itu sangat penting pengaruhnya di dalam
menghadirkan maksud penutur yang termanifestasi dalam bentuk-bentuk kebahasaan
itu. Maka kemudian, aspek-aspek luar kebahasaan itu disebutnya sebagai konteks
situasi (Baryadi, 2015). Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa sebutan konteks
situasi, yang akhir-akhir ini banyak digunakan sebagai penentu maksud tuturan
(Leech, 1983) sudah dikenal sejak Malinowsky mempelajari bahasa Kiriwinia di
Kepulauan Trobriand itu. Berdasarkan pandangan antropolog Inggris ternama ini
belum nampak aspek-aspek apa sajakah yang sesungguhnya terkandung dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
konteks situasi. Dia hanya menegaskan bahwa teks hendaknya diterjemahkan dalam
lingkungan yang hidup, baik lingkungan tutur verbal maupun lingkungan tutur non-
verbal.
Firth (1890-1960) menjabarkan konteks itu ke dalam empat elemen yakni
pelibat tutur, tindakan pelibat tutur, unsur situasi yang relevan, dan akibat dari tindak
tutur. Menurut pandangan Firth, pelibat tutur itu menunjuk pada sosok-sosok yang
menjadi penentu terjadinya tuturan, bisa menunjuk pada penutur, mitra tutur, maupun
orang lain yang hadir dalam pertuturan itu. Tindakan pelibat tutur menunjuk pada
aktivitas bertutur yang dilakukan oleh para pelibat tutur dalam sebuah pertuturan.
Selanjutnya unsur situasi yang relevan menunjuk pada segala macam hal, bisa apa
pun juga, yang muncul pada saat kegiatan bertutur itu terjadi. Adapun akibat dari
tindak tutur menunjuk pada manifestasi tindakan yang merupakan dampak dari
terjadinya pertuturan itu (Baryadi, 2015).
Paparan konteks yang juga cukup terperinci adalah komponen tutur yang
disampaikan oleh Hymes (1974). Hymes menyebut konteks ini sebagai komponen
tutur (components of speech). Komponen tutur mencakup delapan elemen yang
dirumuskan dalam istilah memoteknik atau ungkapan mnemonic SPEAKING.
Pandangan Hymes sebagai seorang antorpolog tentang komponen tutur itu banyak
diacu dalam studi sosiolinguistik karena kemunculan teori tersebut tidak terlampau
jauh dengan perkembangan linguistik.
Halliday dan Hasan (1985) menegaskan bahwa konteks dibedakan menjadi (1)
konteks situasi, (2) konteks budaya, (3) konteks intertekstual, dan (4) konteks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
intratekstual. Keempat macam konteks tersebut berpengaruh terhadap pemaknaan
teks, yang hakikatnya merupakan gagasan yang bersifat metafungsional. Gagasan
metafungsional itu mencakup makna ideasional, interpersonal, dan tekstual. Dalam
pandangan penulis, gagasan Halliday dan Hasan ini berbeda dengan gagasan para
pendahulunya seperti yang dipaparkan di depan. Alih-alih berdimensi luar
kebahasaan saya, teks ternyata juga harus dimaknai dalam kaitan dengan aspek
internal maupun aspek eksternal kebahasaan itu. Sebagai contoh berkaitan dengan
keberadaan konteks intratekstual, sebuah teks akan dapat diketahui maksudnya
dengan baik apabila kohesi dan koherensi tulisan itu terjalin dengan baik pula.
Sebaliknya apabila aspek kohesi dan koherensi sebuah teks itu tidak terjaga, maka
pemaknaan sebuah tuturan akan menjadi sangat sulit untuk dilakukan.
Geoffrey N. Leech (1993) menjelaskan tentang aspek-aspek situasi tuturan yang
mencakup lima hal, yakni (1) penutur dan mitra tutur, (2) konteks tuturan, (3) tujuan
tuturan, (4) tuturan sebagai bentuk tindak tutur, (5) tuturan sebaga tindak tutur. Dari
paparan yang disampaikan oleh Leech dalam bukunya The Principles of Pragmatics
diperoleh ketegasan bahwa ternyata konteks itu dipahami agak berbeda dengan
pandangan-pandangan dari para pendahulunya.
Dalam kaitan dengan studi kebudayaan, sepertinya pandangan dari Leech ini
berdekatan dengan konsep dari James Spradly (2006) yang menegaskan bahwa
kebudayaan sesungguhnya merujuk pada pengetahuan yang diperoleh, yang
digunakan orang untuk mengintepretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku
sosialnya. Dalam kaitan dengan pencarian identitas konteks dalam studi pragmatik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
sebagaimana yang dijadian tujuan pokok dari penulisan artikel ilmiah ini, dapat
ditegaskan bahwa sesungguhnay konteks itu bertali-temali erat sekali dengan sesuatu
yang berada di luar lingkup kebahasaan. Bahkan Leech menyebut-nyebut tentang
sesuatu yang sifatnya pemahaman terhadap latar belakang yang sama. Dengan
perkataan lain, konteks dalam pandangannya berada di luar entitas yang sifatnya
intrakebahasaan.
Cutting (2002) menyebut bahwa konteks mencakup tiga hal, yakni konteks
situasi, konteks pengetahuan latar belakang, dan konteks ko-tekstual. Pandangan
Cutting berdekatan dengan pandangan Halliday dan Hasan (1985) dalam hal
kesamaannya dalam melibatkan dimensi internal bahasa. Secara khusus cutting
menyebutnya sebagai kotekstual, sedangkan Halliday dan Hasan menyebutnya
sebagai konteks intratekstual. Berbeda dengan pakar-pakar di atas, Blundell et al
(1982) memaparkan konteks ke dalam hal-hal berikut: (1) latar, (2) topik, (3)
hubungan sosial, (4) suasan batin. Di dalam pandangan Blundell at al, konteks jelas
sekali menunjuk pada aspek-aspek luar kebahasaan.
2.7 Elemen dan Fungsi Konteks Sosial
2.7.1 Hakikat Elemen Konteks Sosial
Konsep komponen tutur yang dikembangkan Poedjosoedarmo (1985)
merupakan pengembangan dari konsep yang disampaikan Dell Hymes. Menurutnya
faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa disebut sebagai konsep
memoteknik OOEMAUBICARA, yaitu (1) O1= orang ke satu, atau penutur (2) O2=
orang ke-2 atau mitra tutur, (3) E= warna emosi O1, (4) M= maksud dan tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
percakapan, (5) A= adanya O3 dan barang-barang lain di sekeliling adegan
percakapan, (6) U= urutan tutur, (7) B= bab yang dipercakapkan; pokok pembicaraan,
(8) I= instrumen tutur atau sarana tutur, (9) C= citarasa tutur, (10) A= adegan tutur,
(11) R= register tutur/genre, (12) A= aturan atau norma kebahasaan . Penjelasan
setiap komponen dapat diringkas sebagai berikut.
(1) O= O1, yaitu pribadi si penutur. Pribadi si penutur berkaitan dengan dua
hal, yaitu siapakah O1 dan dari manakah asal atau latar belakang O1.
Siapakah O1 berkenaan dengan (i) bagaimanakah keadaan fisik O1, (ii)
bagaimana keadaan mental O1, dan (iii) bagaiman kemahiran bahasa O1.
Latar belakang si penutur menyangkut jenis kelamin, asal daerah, asal
golongan kelas masyaraktnya, umur, jenis profesi, kelompok etnik, dan
aliran kepercayaannya.
(2) O= O2. Orang kedua, yaitu orang yang diajak bicara oleh penutur atau
mitra tutur. Faktor ini yang berkaitan dengan dua hal, yaitu anggapan O1
tentang seberapa tinggi tingkatan sosial O2 dan seberapa akrab hubungan
O1 dan O2.
(3) E= warna emosi O1. Warna emosi O1 mempengaruhi bentuk tuturanya.
Seorang yang sedang gugup, marah, sakit dan semacamnya akan
melontarkan ujaran-ujaran yang kurang teratur, banyak frasa-frasa yang
putus, maksud yang diungkapkan tidak terujarkan, dan sukar mengontrol
pilihan tingkat tutur seperti frasa serta kata-katanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
(4) M= maksud dan tujuan percakapan. Maksud dan kehendak O1 sangat
mempengaruhi bentuk-bentuk tutur yang diujarkannya. Maksud O1 ini
dapat mempengaruhi pemilihan bahasa, pemilihan tingkat tutur, ragam
dialek, idiolek, pemilihan ungkapan-ungkapan tertentu, atau pemilihan
unsur suprasegmental tertentu.
(5) A= adanya O3, yaitu kehadiran orang lain. Suatu ujaran dapat berganti
bentuknya dari apa yang biasanya terjadi apabila ada seseorang yang
kebetulan hadir pada adegan tutur. Pengubahan kode bahasa yang
disebabkan oleh adanya O3 terjadi karena ingin mengikutsertakan O3
dalam pecakapan, ingin merahasiakan sesuatu agar O1 memberikan kesan
kepada O3 bahwa O2 sebetulnya ialah orang yang terhormat dan tidak
menggangu O3.
(6) U= urutan bicara. Urutan bicara berkenaan dengan siapa yangharus
berbicara lebih dulu dan siapa yang harus berbicara kemudian. Dalam
masyarakat ada yang emiliki aturan bahwa orang yang berstatus sosial
lebih tinggai atau orang lebi tua harus berbicara lebih dulu. O1 atau
penutur sebagai pengambil inisiatif berbicara dalam menentukan bentuk
tuturnya daripada mitra tuturnya. O2 atau mitra tutur yang menanggapi
tuturan O1 tidak sebebas O1 memilih bentuk tuturannya. Kode bahasa
yang dipilih O2 tergantung pada penilaian terhadap hubungan yang ia
inginkan terhadap o1 atau tergantung pada suasana kebahasaan yang ia
ciptakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
(7) B= bab yang dibicarakan. Bab yang dibicarakan mempengaruhi warna
bicara. Hal ini tidak berarti bahwa setiap pokok pembicaraan harus
dibahas dengan ragam bahasa tertentu. Namun, ada beberapa topik
pembicaraan tertentu yang mengharuskan anggota masyarakat
menggunakan kode bahasa tertentu apabila mereka akan
membicarakannya.
(8) I= instrumen atau sarana tutur. Sarana tutur dapat mempengaruhi bentuk
ujaran. Yang dimaksud dengan saran tutur ialah sarana yang dipakai untuk
menyampaikan sarana tutur. Adanya bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa
lisan dismapaikan secara lngsung dengan menggerakkan alat-alat bicara
mulut sedangkan bahasa tulis disampaikan dengan menggunakan hruf-
huruf di atas kertas atau alat tulis. Pada kebanyakan masyarakat, bahasa
tulis biasanya terikat pada ragam bahasa atau bahkan pada bahasa tertentu.
Sarana-saran tutur, sperti telepon, handphone, email, dan sebagainya yang
mempengaruhi ujaran seorang penutur.
(9) C= citarasa penutur. Nada suara bicara yang secara keseluruhan dapat
mempengaruhi O1 juga berpengaruh pada ragam tutur yang diucapkan
oleh O1. Dalam hal ini sering dibedakan ragam bahasa santai, ragam
bahasa formal, dan ragam bahasa indah.
(10) A= adegan tutur. Adegan tutur terkait dengan tempat, waktu, dan
peristiwa (termasuk kualitas suprasegmental tutur dan pilihan pokok
pembicaraan). Adegan tutur mempengaruhi penutur dalam menentukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
bentuk-bentuk ujaran. “percakapan di dalam masjid, gereja, dan tempat-
tempat ibadah lainnya, rumah sakit, kantor pengadilan biasanya tidak
terlalu keras, dan orang biasanya tidak bersenda gurau. Percakapan harus
sopan, serius, dan khidmat.
(11) R= register atau bentuk wacana. Di dalam masyarakat, terdapat
beberapa macam wacana yang bentuknya sudah mapan. Wacana-wacana
seperti surat-menyurat dinas, perundang-undangan, percakapan dengan
telepon, telegram, pidato pembukaan atau penutup suatu lokakarya,
seminar, konferensi atau pidato seremonial lainnya, atur-atur kenduri, ujub
dan doa kenduri, tajuk rencana surat kabar, mempunyai struktur yang
kurang lebih mapan dan diketahui oleh anggota masyarakat banyak.
Bentuk wacana seperti pidato akan dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang lazim, misalnya dimulai dengan sapaan, salam, introduksi, isi pidato,
dan penutup.
(12) A= aturan atau norma kebahasaan lainnya. Aturan kebahasaan lainnya
bersangkutan dengan norma-norma kebahasaan yang khusus berlaku pada
suatu masyarakat bahasa. Misalnya kejelasan dalam berbicara, topik yang
dibicarakan harus menarik, tidak menanyakan hal-hal yang bersifat
pribadi, menghindari kata-kata yang dianggap tabu dan sebagainya.
Aturan-aturan kebahsaan dapat mempengaruhi O1 dalam menentukan
bentuk tuturannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Rahardi (2010) dalam bukunya Kajian Sosiolinguistik menyatakan ada tiga
belas komponen sebuah tuturan teori Poedjosoedarmo. Ketiga belas komponen itu
disebutkan satu persatu sebagai berikut: 1) pribadi si penutur atau orang pertama, 2)
anggapan penutur terhadap kedudukan sosial dan relasinya dengan orang yang diajak
bicara, 3) kehadiran orang ketiga, 4) maksud dan kehendak si penutur, 5) warna
emosi si penutur, 6) nada suasana bicara, 7) pokok pembicaraan, 8) urutan bicara, 9)
bentuk wacana, 10) sarana tutur, 11) adegan tutur, 12) lingkungan tutur, 13) norma
kebahasaan lainnya.
Pribadi si penutur atau orang pertama menentukan kuantitas tuturan yang
disampaikan seseorang. Seorang penutur atau orang pertama tuturan diharapkan
dapat memberikan informasi yang cukup, dan relatif memadai atas informasi yang
dibutuhkan mitra tutur.Terdapat dua hal penting pada penutur orang pertama, yaitu
pertama adalah siapakah kejatian atau identitas orang pertama, dan yang kedua
adalah dari manakah asal-usul penutur itu. Identitas orang pertama akan ditentukan
oleh tiga hal, yakni (1) keadaan fisiknya, (2) keadaan mentalnya, (3) kemampuan
berbahasanya berkaitan dengan keadaan fisiknya, misalnya orang yang lindahnya
kurang panjang, orang yang penakut, pemalu, mudah merasa gerogi tentu akan
membentuk tuturan yang berbeda dengan orang yang pemberani, tidak mudah
gerogi, dan semacamnya. Jadi dalam tuturan siapa orang yang bertutur sangat
menentukan tuturan yang akan dimunculkan.
Masalah latar belakang penutur dikaitkan dengan masalah jenis kelamin,
daerah asal, suku, umur, golongan kelas dalam masyarakat, dan barangkali agama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
atau kepercayaannya. Seorang yang jenis kelamin pria akan menggunakan tuturan
yang berbeda dengan wanita. Seorang wanita kecenderungan untuk membicarakan
tentang kecantikan, perhiasan, pakaian, masalah rumah tangga, dan semacamnya
sedangkan pria kecenderungan membicarakan olah raga, politik, dan semacamnya
(Rahardi, 2010). Selain itu, orang atau masyarakat golongan atas bertutur dengan
cara yang berbeda dengan orang atau masyarakat golongan bawah. Leech (1983)
menyatakan bahwa jarak sosial antara penutur dan mitra tutur menentukan pilihan
tuturan yang digunakan dalam berkomunikasi.
Kelas sosial (social class) mengacu kepada golongan masyarakat yang
mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang kemasyarakatan seperti ekonomi,
pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta, dan sebagainya (Sumarsono, 2014:43).
Seorang individu mungkin mempunyai status sosial yang lebih dari satu. Misalnya si
A seorang bapak di keluarganya, yang juga berstatus sosial sebagai dosen. Di negara-
negara industri, kelas buruh sebagai kelas terendah sendangkan seorang sarjana
masuk kelas sosial golongan terdidik. Kelas sosial terbagi dalam kelas bawah,
menengah, atas; kelas atas dan menengah pun dibagi menjadi dua golongan, menjadi
kelas atas-atas dan kelas atas-bawah, kelas menegah-atas dan menengah-bawah.
Kasta biasanya dianggap sejenis dengan kelas sosial tetapi ada yang membedakan.
Pada kasta, orang tidak boleh seenaknya bebas memasuki golongan lainnya. Orang
yang dilahirkan pada kasta brahmana pasti harus menjadi kasta itu dan tidak boleh
masuk menjadi anggota kasta sudra . Dari uraian di atas, sudah jelas bahwa konteks
sosial terbentuk dari hubungan horisontal, yakni hubungan dalam komunikasi antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
penutur dan mitra tutur dengan faktor penentu solidaritas. Misalnya pada tingkatan
universitas, yakni mahasiswa dengan mahasiwa atau dosen dengan dosen.
2.7.2 Hakikat Fungsi Konteks Sosial
Tarigan (1987) menyatakan bahwa konteks adalah latar belakang pengetahuan
yang diperkirakan dimiliki dan disetujui bersama oleh pembicara atau penulis dan
penyimak atau pembaca serta yang menunjang interpretasi penyimak atau pembaca
terhadap apa yang dimaksud pembicara atau penulis dengan suatu ucapan tertentu.
Rahardi (2005) mendefinisikan konteks sebagai semua latar belakang
pengetahuan yang diasumsikan sama-sama dimiliki penutur dan mitra tutur serta yang
mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan penutur itu dalam
proses bertutur. Menurutnya, konteks yang dimaksud adalah konteks situasi yang
mewadahi bahasa tersebut. Konteks yang dimaksud dapat mencakup dua hal, yakni
konteks yang bersifat sosial dan konteks yang bersifat sosietal (Rahardi, 2009).
Secara pragmatik dapat dipandang sebagai konteks yang antara lain meliputi identitas
partisipan, parameter waktu dan tempat peristiwa pertuturan (Zamzani, 2007).
Konteks sosial berkaitan dengan kelas sosial. Kelas sosial (sosial class)
mengacu kepada golongan masyarakat yang mempunyai kesamaan tertentu dalam
bidang kemasyarakatan seperti ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta,
dan sebagainya. Misalnya si A adalah seorang bapak di keluarganya, yang juga
berstatus sosial sebagai guru. Jika dia guru di sekolah negeri , dia juga masuk ke
dalam kelas pegawai negeri. Jika dia seorang sarjana, dia bisa masuk kelas sosial
golongan “terdidik”. Tahun 1966, William Labov menerbitkan hasil penelitiannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
tentang tutur kota New York yang berjudul The Social Stratification of English in
New York City (Lapisan Sosial Bahasa Inggris di Kota New York). Labov, dalam
penelitiannya membuktikan bahwa seseorang individu dari kelas sosial tertentu, umur
tertentu, dan jenis kelamin tertentu akan menggunakan variasi bentuk tertentu dalam
situasi tertentu. Tidak hanya itu, Labov juga membagi kelas sosial menjadi empat
kelas, yaitu kelas menengah bawah, kelas pekerja, kelas menengah, dan kelas
menengah atas (Sumarsono, 2017: 49).
Berdasarkan pengertian beberapa ahli di atas peneliti berkesimpulan bahwa
konteks sosial adalah keseluruhan latar belakang sosial yang dimiliki penutur dan
mitra tutur dalam membangun interaksi di masyarakat. Dasar kemunculan konteks
sosial adalah solidaritas (Solidarity) (Rahardi, 2009).
Setiap tuturan yang terjadi antara penutur dan mitra tutur tidak hanya bertujuan
menjalin komunikasi tetapi juga menyampaikan maksud. Gagasan yang tidak dapat
diwakili oleh kata-kata padahal ingin diungkapkan oleh penutur itulah yang dimaksud
dengan konteks. Fungsi konteks dalam tuturan didasarkan pada latar belakang
pemahaman yang sama. Dasar pemahaman yang sama dalam artian penutur dan mitra
tutur memiliki persepsi yang sama terkait hal yang dibicarakan sehingga tidak
menghambat proses komunikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasar pada fakta yang ada atau
fenomena yang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang
dihasilkan perian bahasa seperti apa adanya (Sudaryanto, 1992:62). Penelitian ini
dimaksud untuk mendeskripsikan secara sistematis elemen dan fungsi konteks sosial
dalam menentukan maksud berkomunikasi mahasiswa dan dosen non-FKIP
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018.
3.2 Sumber Data dan Data
Sumber data penelitian ini adalah mahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas
Sanata Dharma. Data penelitian berupa tuturan mahasiswa dan dosen non-FKIP
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018 yang
mengandung elemen dan fungsi konteks sosial.
3.3 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah para mahasiswa dan dosen non-FKIP
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018.
3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan adalah metode padan. Metode padan adalah
metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
(langue) yang bersangkutan. Dalam hal ini, objek penelitian itu, kejatian atau
identitasnya ditentukan berdasarkan tingginya kadar kesepadanan, keselarasan,
kesesuainnya, kecocokannya, atau kesamaannya dengan alat penentu yang
bersangkutan yang sekaligus menjadi standart pembakuannya (Sudaryanto, 2015:15).
Metode padan ini juga dibedakan dalam beberapa jenis, namun yang digunakan
oleh peneliti dalam penelitiannya adalah metode pragmatis. metode pragmatis
aadalah metode yang alat penentunya adalah mitra wicara (bicara). Apabila orang
yang sampai kepada penentuan bahwa kalimat printah atau kalimat imperatif ialah
kalimat yang bila diucapkan menimbulkan reaksi tindakan tertentu dari mitra
wicaranya maka orang yang bersangkutan berada dalam jalur kerja metode padan sub
jenis kelima, yaitu dengan alat penentu mitra wicara atau mitra tutur.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi (1) teknik simak, (2)
teknik rekam, dan (3) teknik catat.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak bebas libat
cakap. Teknik simak bebas libat cakap merupakan imbangan dari teknik simak bebas
libat cakap atau teknik SBLC. Si peneliti tidak terlibat dalam dialog, konversasi atau
imbal-wicana; jadi, tidak ikut serta dalam proses pembicara orang-orang yang saling
berbicara. Dia tidak bertindak sebagai pembicara yang berhadapan dengan mitra-
wicara atau sebagai pendengar yang mitra-wicara yang perlu memperhatikan apa
yang dikatakan pembicara. Dia hanya sebagai pemerhati yang penuh minat tekun
mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang-orang yang hanyut dalam proses
berdialog. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data lisan, yaitu tuturan para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
mahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas Sanata Dharma tahun akademik
2017/2018.
Setelah melakukan penyimakan dan ditentukan objek yang diamati, peneliti
melakukan perekaman terhadap tuturan dalam komunikasi para mahasiswa dan dosen
non-FKIP Universitas Sanata Dharma tahun akademik 2017/2018. Perekaman
dilakukan dengan menggunakan alat rekam tape recorder.
Setelah proses perekaman berhasil dilakukan, teknik selanjutnya adalah teknik
catat. Teknik catat dilakukan untuk mentranskrip tuturan para mahasiswa dan dosen
non-FKIP Universitas Sanata Dharma tahun akademik 2017/2018.
Data yang ada kemudian diolah berdasarkan:
1. Elemen-elemen yang terkandung dalam tuturan.
2. Fungsi yang ingin disampaikan dalam tuturan tersebut.
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, data dianalisis berdasarkan rumusan masalah dalam
penelitian ini. Ada dua permasalahan yang akan diteliti, pertama mengenai elemen
dalam konteks sosial tuturan dan yang kedua terkait fungsi konteks sosial dalam
menentukan maksud berkomunikasi. Untuk mendeskripsikan kedua permasalahan ini
metode yang digunakan adalah metode padan. Menurut Sudaryanto (1993:15) metode
padan adalah metode/ cara yang digunakan dalam upaya menemukan kaidah dalam
tahap analisis data yang alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian
dari bahasa (baca:langue) yang bersangkutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Menurut Furchan (1982: 475) langkah pertama yang harus dilakukan peneliti
dalam menganalisis data yang dilakukan adalah melihat kembali usulan penelitian
guna memeriksa rencana penyajian data dan pelaksanaan data. Beberapa hal yang
akan peneliti kembangkan dalam teknik analisis data adalah sebagai berikut.
Pertama, identifikasi data yang perlu diidentifikasi adalah seluruh hasil
instrumen maupun nontes. Keberhasilan seorang peneliti adalah ketika mampu
mengidentifikasi berdasarkan data yang ada dan teori yang relevan yang telah ia
kemukakan. Misalnya, saat peneliti menemukan kata dalam data yang sekiranya
sesuai dengan teori yang relevan sehingga ia mendapatkan ciri penanda yang terdapat
dalam kata tersebut maka identifikasi itu juga baik untuk diterapkan. Identifikasi akan
dilihat dari hasil analisis kebutuhan, hasil tes objektif, dan hasil wawancara yang
lainnya untuk melihat frekuensi membaca pemahaman dan menarasikan hasil
wawancara.
Kedua, yang perlu diklasifikasi adalah semua hasil instrumen berdasarkan
kriteria tertentu. Dalam kalasifikasi ini maka hasil data yang diperoleh akan disusun
secara bersistem dalam kelompok atau kaidah yang telah ditetapkan. Dengan adanya
klasifikasi ini, pengolahan dan analisis data menjadi lebih mudah dilakukan.
Klasifikasi juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan hasil data yang diperoleh
saat penelitian berlangsung. Mendeskripsikan data berarti memberikan gambaran
berdasarkan data yang digunakan untuk memperoleh bentuk nyata dari responden.
Hal ini dilakukan agar penelitian ini lebih mudah dipahami oleh peneliti itu sendiri
atau pun orang lain yang telah tertarik dengan penelitian ini. Penggambaran data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
harus disesuaikan dengan sumber dan data yang diperoleh. Deskripsi data dalam
penelitian ini akan digambarkan dengan cara mengelompokkan data yang ada dan
mengkajinya berdasarkan teori yang relevan serta sejauh mana tingkat kesantunan itu
terdapat atau tidak terdapat dalam data yang telah ditemukan dari subjek penelitian.
Ketiga, yang perlu ditafsirkan/ interpretasi adalah seluruh hasil instrumen
berdasarkan teori yang ada. Dalam hal ini, peneliti harus memaknai data yang ia
peroleh sebelumnya yang bersumber dari catatan lapangan, dokumen ataupun yang
lainnya. Pemaknaan data ini digunakan untuk menganalisis data yang telah
ditemukan. Tindak lanjut yang akan dilakukan setelah menafsirkan data adalah
pengecekkan keabsahan data.
3.6 Triangulasi Data
Menurut Moleong (2006) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Selain itu, moleong menambahkan bahwa
triangulasi data dilakukan untuk mengecek kembali temuan dengan jalan
membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Penelitian ini
memerlukan triangulasi agar dapat dipertanggungjawabkan keilmiahan keabsahan
hasil analisis data.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu triangulasi penyidik.
Menurut Moleong (2006), triangulasi penyidik ialah triangulasi yang dilakukan
dengan cara memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan
pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Peneliti meminta kesedian Bapak Prof.
Dr. Pranowo, M.Pd., Guru Besar Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
untuk menjadi triangulator. Peneliti memercayai triangulator karena alasan
pengalaman dan kompetensinya.
Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam proses triangulasi hasil analisis data
penelitian. pertama, peneliti menyerahkan data kepada triangulator. Kedua,
triangulator memeriksa hasil analisis data peneliti. Ketiga, peneliti melakukan
perbaikan apabila ditemukan kesalahan pada hasil analisis data sesuai petunjuk
triangulator. Keempat, peneliti menyerakan hasil perbaikan kepada triangulator.
Kelima, setelah triangulator menyatakan keabsahan hasil analisis data, hasilnya akan
digunakan sebagai acuan untuk menyusun pembahasan pada bab IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian hasil penelitian yang terdiri dari beberapa poin penting,
antaralain (1) deskripsi data, (2) analisis data, dan (3) pembahasan. Deskripsi data
dalam bab ini berisi pemaparan data yang diperoleh oleh peneliti. Analisis data berisi
analisis elemen dan fungsi konteks sosial dari data yang diperoleh, sedangkan pada
bagian pembahasan akan dipaparkan lebih lanjut mengenai hasil analisis data yang
telah dilakukan. Adapun ketiga poin tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.
4.1 Deskripsi Data
Data penelitian ini berupa tuturan-tuturan yang mengandung elemen dan fungsi
konteks sosial dalam menentukan maksud berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen
non-FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018. Data
dikumpulkan dengan jangka waktu selama bulan September-Oktober 2017. Data
yang terkumpul berjumlah 47 tuturan.
Data yang terkumpul selanjutnya, diklasifikasikan menurut tuturan yang
mengandung elemen dan fungsi konteks sosial antarmahasiswa dan dosen non-FKIP
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018. Dari 47 data
yang dianalisis, terdapat elemen-elemen konteks sosial pada tuturan antarmahasiswa
dan dosen non-FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik
2017/2018. Elemen-elemen tersebut adalah (1) O1= orang pertama, (2) O2 = orang
kedua, (3) E = emosi, (4) M = maksud tuturan, (5) A= orang ketiga, (6) U = urutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
tutur, (7) B= bab yang dipercakapkan, (8) I= instrumen tutur atau sarana tutur, (9) C=
citarasa tutur, (10) A= adegan tutur, (11) R= register atau bentuk wacana,
(12) A = aturan atau norma kebahasaan.
Adapun klasifikasi fungsi konteks sosial didasarkan dari beberapa kategori
seperti: (1) fungsi memberi informasi tambahan, dan (2) fungsi memberi penjelasan
rinci. Kedua fungsi tersebut merupakan fungsi konteks sosial yang menentukan
maksud berbicara antarmahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas Sanatha Dharma
tahun akademik 2017/2018.
Bagan berikut merupakan gambaran data penelitian tentang elemen dan fungsi
konteks sosial. Peneliti menyajikan data sampel berikut secara terperinci dan
dilengkapi dengan konteks sosial pada tuturan yang mengandung elemen sosial dalam
tuturan. Selanjutnya, peneliti akan memaparkan data tuturan elemen dan fungsi
konteks sosial dalam menentukan maksud berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen
non-FKIP di Universitas Sanata Dharma tahun akademik 2017/2018.
4.1.1 Elemen Konteks Sosial
Pada data tuturan elemen yang merujuk pada teori Poedjosoedarmo (1985)
elemen yang dominan hadir, yakni O1: orang pertama sebagai penutur, O2: orang
kedua sebagai mitra tutur, M: maksud dan tujuan tuturan, U: urutan tuturan, B: pokok
pembicaraan, I: instrumen atau sarana tuturan, C: citarasa tuturan, A: adegan tuturan,
dan A: aturan atau norma kebahasaan lainnya. Namun, terdapat juga beberapa data
yang mengandung elemen lain, yakni A: adanya O3, tetapi elemen tersebut tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
banyak hadir dalam tuturan. Salah satu elemen yang tidak pernah hadir dalam data
tuturan adalah elemen register.
Berikut peneliti menyajikan frekuensi kemunculan tiap elemen konteks sosial
dalam tuturan antarmahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta tahun akademik 2017/2018.
Tabel 4.1 Klasifikasi Elemen Konteks Sosial
No Subkategori Frekuensi
1. O1 = orang pertama 47
2. O2 = orang kedua 47 3. E = warna emosi 13
4. M = maksud tuturan 47
5. A = orang ketiga 3 6. U = urutan tutur 47
7. B = bab yang dibicarakan 47
8. I = instrumen tutur atau sarana tutur 47 9. C = citarasa penutur 47
10. A = adegan tutur 47
11. R = register atau bentuk wacana - 12. A = aturan atau norma kebahasan 47
Tabel 4.1 memperlihatkan kemunculam elemen-elemen konteks sosial. Elemen
O1 muncul sebanyak 47 kali, elemen O2 sebanyak 47 kali, elemen E sebanyak 13
kali, elemen M sebanyak 47 kali, elemen A sebanyak 3 kali, elemen U sebanyak 47
kali, elemen B sebanyak 47 kali, elemen I sebanyak 47 kali, elemen C sebanyak 47
kali, elemen A sebanyak 47 kali, elemen R tidak muncul dalam setiap tuturan, dan
elemen A muncul sebanyak 47 kali. Berdasarkan data kemunculan elemen-elemen di
atas, peneliti kemudian membuat klasifikasi jumlah elemen konteks sosial yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
muncul dalam setiap data tuturan. Peneliti akan menyajikan tabel klasifikasinya
sebagai berikut.
Tabel 4.2
No.
Elemen Konteks Jumlah Pengamatan
1. Sembilan elemen 24
2. Sepuluh elemen 13 3. Sebelas elemen 1
Berdasarkan klasifikasi tersebut, peneliti mendeskripsikan pola kemunculan
elemen konteks sosial dalam menentukan maksud berkomunikasi antarmahasiswa
dan dosen non-FKIP Universitas Sanata Dharma tahun akademik 2017/2018. Ada
empat pola yang ditemukan yakni: OOMUBICAA, OOEMUBICAA,
OOMAUBICAA dan OOEMAUBICAA.
4.1.1.1 Konteks Sosial yang Berpola OOMUBICAA
Sampel data tuturan berikut memiliki elemen dengan pola OOMUBICARA.
Pola tersebut dibangun oleh memuat sembilan elemen konteks sosial dari dua belas
elemen konteks yang dikemukakan Poedjosoedarmo (1985). Adapun sembilan
elemen tersebut adalah O1, yaitu pribadi si penutur. O2, itu orang yang diajak bicara
oleh penutur. M, yaitu maksud dan tujuan percakapan. U, yaitu urutan bicara siapa
yang lebih dulu dan kemudian. B, yaitu bab atau pokok yang dibicarakan. I, yaitu
instrument atau sarana tutur. C, citarasa penutur yang dibedakan ragam bahasa santai,
bahasa formal, dan ragam bahasa indah. A, yaitu adegan tutur yang berkaitan dengan
tempat, waktu, dan peristiwa tutur. A, yaitu aturan atau norma kebahasaan lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Misalnya kejelasan dalam berbicara, topik yang dibicarakan harus menarik, tidak
menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi, dan menghindari kata-kata yang dianggap
tabu. Berikut adalah sampel pertama tuturan yang memuat sembilan elemen konteks
sosial dalam menentukann maksud berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen non-
FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018.
No.
Data Tuturan Deskripsi Konteks Tuturan
Elemen
1. A: Kami dari Farmasi akan menjelaskan mengenai Turbuhaler. B: Emang apa sih itu. A: Turbuhaler adalah salah satu inhaler berbentuk tabung yang di dalamnya terdapat obat dalam bentuk kering.
Tuturan ini terjadi pada hari Rabu 18 Oktober 2017 pukul 09.35 WIB bertempat di depan Sekretariat Prodi Bimbingan Konseling USD Paingan.
O1: Mahasiswa Farmasi semester satu. O2: Mahasiswa BK semester lima. Emosi: - Maksud dan tujuan: Memberitahukan. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Informasi mengenai Turbualer. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan sekretariat BK. Register: - Aturan: Bahasa santun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Data tuturan di atas terdapat sembilan elemen dari dua belas elemen konteks
yang diutarakan oleh Poedjosoedarmo (1985) yang membentuk pola OOMUBICAA.
Hal ini dapat kita ketahui karena pada tuturan tersebut terdapat partisipan, yakni
penuturA dan mitra tutur B. Penutur adalah seorang mahasiswa Prodi Farmasi
semester satu berjenis kelamin laki-laki, sedangkan mitra tuturnya adalah mahasiswa
Prodi Bimbingan Konseling semester tujuh yang berjenis kelamin laki-laki. Tuturan
tersebut bermaksud untuk memberikan informasi mengenai turbuhaler. Tuturan ini
tidak terdapat orang ketiga. Penutur A memulai tuturan kemudian ditanggapi oleh
mitra tutur B dengan menggunakan bahasa yang santun. Tuturan yang menggunakan
bahasa lisan dengan ragam santai ini terjadi di depan Sekretariat Prodi Bimbingan
Konseling Universitas Sanata Dharma Paingan pada pukul 09.35 WIB.
Tuturan di atas tidak memuat elemen E, O3, dan register. Ketidakhadiran
elemen Emosi karena tuturan tersebut tidak mengindikasikan adanya warna emosi
dalam membangun tuturan. Ketidakhadiran elemen O3 karena tuturan tersebut hanya
dibangun oleh dua orang yakni penutur dan mitra tutur sedangkan ketidakhadiran
elemen register karena tuturan tersebut merupakan bentuk wacana yang belum
mapan.
4.1.1.2 Konteks Sosial yang Berpola OOEMUBICAA
Sampel data tuturan berikut mengandung sepuluh elemen dari dua belas elemen
konteks sosial yang dikembangkan Poedjosoedarmo (1985). Kesepuluh elemen
tersebut membentuk pola OOEMUBICAA. Adapun elemen-elemen tersebut adalah
O1, yaitu pribadi si penutur. O2, itu orang yang diajak bicara oleh penutur. E, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
emosi seperti senangm sedih, kecewa. M, yaitu maksud dan tujuan percakapan. U,
yaitu urutan bicara siapa yang lebih dulu dan kemudian. B, yaitu bab atau pokok yang
dibicarakan. I, yaitu instrumenatau sarana tutur. C, citarasa penutur yang dibedakan
ragam bahasa santai, bahasa formal, dan ragam bahasa indah. A, yaitu adegan tutur
yang berkaitan dengan tempat, waktu, dan peristiwa tutur. A, yaitu aturan atau
normaa kebahasaan lainnya, misalnya kejelasan dalam berbicara, topik yang
dibicarakan harus menarik, tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi, dan
menghindari kata-kata yang dianggap tabu. Berikut adalah sampel pertama tuturan
elemen dalam menentukann maksud berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen non-
FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018.
No. Data tuturan Deskripsi
konteks tuturan Elemen konteks
A: Inikan uang dari hasil kerja keras sendiri. B: Oalah. Emang kamu ngapain sih? A: Jualan bunga di lampu merah. B: Wah keren!
Tuturan ini terjadi pada hari Kamis, 12 Oktober 2017 pukul 10.15 WIB bertempat di Student Hall USD Mrican.
O1: Mahasiswa Sastra Indonesia semester tiga. O2: Mahasiswa Sastra Indonesia semester tiga. Emosi: Senang. Maksud dan tujuan: Menginformasi-kan. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Penjualan bunga. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Student Hall. Register: - Aturan: Bahasa santun.
Data tuturan di atas membentuk pola OOEMUBCAA. Hal ini dapat kita ketahui
karena pada tuturan tersebut terdapat partisipan, yakni penutur (O1) dan mitra tutur
(O2 dan O3). Penuturnya adalah mahasiswa Prodi Sastra Indonesia semester tiga
berjenis kelamin laki-laki, sedangkan mitra tuturnya (O2) adalah mahasiswa Prodi
Sastra Indonesia semester tiga yang berjenis kelamin laki-laki. Emosi yang muncul
dalam tuturan tersebut adalah senang. Tuturan tersebut menyatakan penutur A
menginformasikan mitra tutur B tentang perolehan uang dengan cara menjual bunga
di lampu merah. O1 memulai tuturan dan direspon oleh O2. Tuturan yang
menggunakan bahasa lisan dengan ragam santai ini merupakan tuturan yang terjadi di
Student Hall Universitas Sanata Dharma Mrican. Pokok pembicaraan dalam tuturan
yang menggunakan bahasa santun tersebut adalah perolehan uang.
Adapun tuturan di atas tidak terdapat satu elemen konteks seperti yang
diutarakan oleh Poedjosudarmo yakni elemen O3 dan register. Ketidakhadiran
elemen O3 karena tuturan tersebut hanya terjadi antara penutur dan mitra tutur
sedangkan ketidakhadiran elemen register tidak hadir karena tuturan tersebut belum
mapan.
4.1.1.3 Konteks Sosial yang Berpola OOMAUBICAA
Sampel data tuturan berikut mengandung sepuluh elemen dari dua belas
elemen konteks sosial yang dikembangkan Poedjosoedarmo (1985). Kesepuluh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
elemen tersebut membentuk pola OOMAUBICAA. Adapun elemen-elemen tersebut
adalah O1, yaitu pribadi si penutur. O2, itu orang yang diajak bicara oleh penutur. M,
yaitu maksud dan tujuan percakapan. A, yaitu adanya orang ketiga. U, yaitu urutan
bicara siapa yang lebih dulu dan kemudian. B, yaitu bab atau pokok yang
dibicarakan. I, yaitu instrumenatau sarana tutur. C, citarasa penutur yang dibedakan
ragam bahasa santai, bahasa formal, dan ragam bahasa indah. A, yaitu adegan tutur
yang berkaitan dengan tempat, waktu, dan peristiwa tutur. A, yaitu aturan atau
normaa kebahasaan lainnya, misalnya kejelasan dalam berbicara, topik yang
dibicarakan harus menarik, tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi, dan
menghindari kata-kata yang dianggap tabu. Berikut adalah sampel pertama tuturan
elemen dalam menentukann maksud berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen non-
FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018.
No. Data tuturan Deskripsi
konteks tuturan Elemen konteks
1.
A: Kamu lebih suka film atau novel? B : Kalau aku film. C: Aku malah lebih suka baca novelnya ketimbang filmnya.
Tuturan ini terjadi pada hari Kamis 19 Oktober 2017 pukul 11.15 WIB bertempat di depan ruang K 21 USD Mrican
O1: Mahasiswi Sastra Inggris semester satu. O2: Mahasiswi Sastra Inggris semester satu. Emosi: - Maksud dan tujuan: Menyatakan kesukaan O3: Mahasiswi Sastra Inggris semester satu. Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2 dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
O3. Bab: Buku bacaan. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan ruang K 21 Register: - Aturan: Bahasa santun.
Data tuturan di atas membentuk pola OOMAUBICAA. Hal ini dapat diketahui
karena pada tuturan tersebut terdapat partisipan, yakni penutur (O1) dan mitra tutur
(O2 dan O3 ). Penuturnya adalah mahasiswi Prodi Sastra Inggris semester satu
berjenis kelamin perempuan, sedangkan mitra tuturnya (O2 dan O3) adalah
mahasiswi Prodi Sastra Inggris semester satu yang berjenis kelamin perempuan.
Tuturan tersebut menyatakan tujuan untuk mengetahui kesukaan yang dimiliki oleh
penutur dan mitra tutur. O1 memulai tuturan dan direspon oleh O2 dan O3. Tuturan
yang menggunakan bahasa lisan dengan ragam santai ini merupakan tuturan yang
terjadi di depan ruang K21 Universitas Sanata Dharma Mrican. Pokok pembicaraan
dalam tuturan yang menggunakan bahasa santun tersebut adalah kesukaan membaca
novel atau film.
Adapun tuturan di atas tidak terdapat satu elemen konteks seperti yang
diutarakan oleh Poedjosudarmo yakni elemen emosi dan register. Ketidakhadiran
elemen emosi karena tuturan tersebut tidak mengandung perasaan yang dialami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
penutur dan mitra tutur dalam tuturan sedangkan ketidakhadiran elemen register tidak
hadir karena tuturan tersebut belum mapan.
4.1.1.4 Konteks Sosial yang Berpola OOEMAUBICAA
Sampel data tuturan berikut mengandung sebelas elemen dari dua belas elemen
konteks sosial yang dikembangkan Poedjosoedarmo (1985). Sebelas elemen tersebut
membentuk pola OOEMAUBICAA. Adapun elemen-elemen tersebut adalah O1,
yaitu pribadi si penutur. O2, itu orang yang diajak bicara oleh penutur. E, yaitu emosi
seperti senangm sedih, kecewa. O3, yaitu adanya orang ketiga. M, yaitu maksud dan
tujuan percakapan. U, yaitu urutan bicara siapa yang lebih dulu dan kemudian. B,
yaitu bab atau pokok yang dibicarakan. I, yaitu instrumenatau sarana tutur. C, citarasa
penutur yang dibedakan ragam bahasa santai, bahasa formal, dan ragam bahasa indah.
A, yaitu adegan tutur yang berkaitan dengan tempat, waktu, dan peristiwa tutur. A,
yaitu aturan atau normaa kebahasaan lainnya. Misalnya kejelasan dalam berbicara,
topik yang dibicarakan harus menarik, tidak menanyakan hal-hal yang bersifat
pribadi, dan menghindari kata-kata yang dianggap tabu. Data tuturan ini tidak
memuat satu elemen konteks sosial yakni register. Berikut adalah sampel pertama
tuturan elemen dalam menentukann maksud berkomunikasi antarmahasiswa dan
dosen non-FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018.
No. Data tuturan Deskripsi
konteks tuturan Elemen konteks
A: Cieh udah selesai ni e.. B: Harusnya difoto dulu.
Tuturan ini terjadi pada hari Kamis, 12 Oktober 2017
O1: Mahasiswa Sastra Inggris semester 5. O2: Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
C: Iya nih. Ayo kita foto bareng!
bertempat di depan Sekretariat Sastra Inggris USD Mrican.
Sastra Inggris semester 5. Emosi: Senang. Maksud dan tujuan: mengucapkan selamat dan meminta foto bersama. O3: Mahasiswa Sastra Inggris semester 9. Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2 dan O3. Bab: Penyelesaian masa kuliah. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan sekretariat Sastra Inggris. Register: - Aturan: Bahasa santun.
Data tuturan di atas membentuk pola OOEMAUBICAA. Hal ini dapat kita
ketahui karena pada tuturan tersebut terdapat partisipan, yakni penutur (O1) dan mitra
tutur (O2 dan O3). Penuturnya adalah mahasiswa prodi Sastra Inggris semester lima
berjenis kelamin laki-laki, sedangkan mitra tuturnya (O2) adalah mahasiswa Prodi
Sastra Inggris semester sembilan yang berjenis kelamin laki-laki dan O3 adalah
mahasiswa Prodi Sastra Iinggris semester lima berjenis kelamin laki-laki. Emosi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
muncul dalam tuturan tersebut adalah gembira. Tuturan tersebut menyatakan pujian
penutur A kepada mitra tutur B yang telah selesai kuliah. O1 memulai tuturan
dengan memuji O3 yang telah selesai ujian skripsi kemudian O3 mengajak untuk foto
bersama dan dipenuhi oleh O2. Tuturan yang menggunakan bahasa lisan dengan
ragam santai ini merupakan tuturan yang terjadi di depan Sekretariat Sastra Inggris
Universitas Sanata Dharma. Tuturan ini membicarakan tentang mitra tutur B yang
telah selesai ujian skripsi sehingga penutur dan mitra tutur merasa perlu untuk foto
bersama sebagai kenangan. Bahasa yang digunakan dalam tuturan tersebut adalah
bahasa santun.
Adapun tuturan di atas tidak terdapat satu elemen konteks sosial seperti yang
diutarakan oleh Poedjosudarmo yakni elemen register. Ketidakhadiran elemen
tersebut disebabkan karena tuturan tuturan tersebut belum mapan.
4.1.2 Fungsi Konteks Sosial
Peneliti menemukan dua fungsi yang diperankan konteks sosial dalam
menentukan maksud berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018. Dari dua fungsi tersebut,
adalah fungsi memberi informasi tambahan dan fungsi memberi penjelasan rinci.
Fungsi yang dominan hadir dalam tuturan, yakni fungsi memberikan informasi
tambahan sedangkan fungsi memberi penjelasan rinci merupakan fungsi konteks
sosial yang kurang dominan.
Data tuturan fungsi konteks sosial terdiri dari data tuturan yang memuat fungsi
konteks sosial dominan dan kurang dominan dalam menentukan maksud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta tahun akademik 2017/2018. Berikut tabel data fungsi konteks sosial yang
ditemukan peneliti.
Tabel 4.3 Jumlah Data Fungsi Konteks Sosial
No. Subkategori Jumlah
1. Memberi informasi tambahan 47
2. Memberi penjelasan rinci 11
Tabel di atas merupakan ringkasan data penelitian mengenai fungsi konteks
sosial dari tuturan antarmahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas Sanata Dharma
tahun akademik 2017/2018. Adapun tuturan-tuturan tersebut dapat dicermati dalam
lampiran skripsi ini. Peneliti akan mendeskripsikan fungsi konteks sosial yang
dominan dalam temuan data tuturan tersebut sebagai berikut.
4.1.2.1 Fungsi Konteks Sosial Memberi Informasi Tambahan
Fungsi memberi informasi tambahan adalah pemberitahuan, kabar atau berita
tentang sesuatu. Dengan demikian, mitra tutur memperoleh informasi tambahan
mengenai sesuatu hal atau peristiwa. Fungsi ini dapat diperinci lagi ke dalam
beberapa aspek yakni; (1) memberi informasi tambahan peristiwa sebelum tuturan,
(2) memberi informasi tambahan pengetahuan peserta tutur, (3) memberi informasi
tambahan identitas peserta tutur, (4) memberi informasi tambahan kronologis
peristiwa. Fungsi memberi informasi tambahan peristiwa sebelum tuturan merupakan
fungsi konteks sosial yang dominan muncul dalam tuturan sedangkan fungsi memberi
informasi tambahan pengetahuan peserta tutur, identitas peserta tutur dan kronologis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
kurang dominan kemunculannya dalam tuturan. Berikut peneliti akan menyajikan
sampel data fungsi konteks sosial yang dominan dan kurang dominan.
1. Memberi Informasi Tambahan Peristiwa Sebelum Tuturan
Fungsi memberi informasi tambahan peristiwa sebelum terjadi tuturan adalah
pemberitahuan, berita mengenai sebuah peristiwa yang terjadi sebelum peristiwa
tuturan terjadi. Contoh fungsi konteks sosial memberi informasi tambahan peristiwa
sebelum tuturan dapat dicermati dalam data tuturan berikut.
A: Inikan uang dari hasil kerja keras sendiri. B: Oalah. Emang kamu jualan dimana sih? A: Jualan bunga di lampu merah. B: Wah keren! (Konteks tuturan: tuturan ini terjadi pada hari Kamis, 12 Oktober 2017 pukul 10.15 WIB bertempat di Student Hall USD Mrican. Waktu tuturan pada pagi hari dalam suasana santai dengan menggunakan bahasa lisan. Penutur A adalah penutur A adalah mahasiswa Sastra Indonesia semester tiga yang berjenis kelamin laki-laki dengan mitra tutur B adalah mahasiswa Sastra Indonesia semester tiga yang berjenis kelamin laki-laki. Tujuan dari tuturan tersebut adalah memberi informasi mengenai perolehan uang. O1 membuka tuturan dan direspon oleh mitra tutur B).
Tuturan di atas memiliki fungsi memberi informasi tambahan peristiswa
sebelum tuturan. Fungsi ini dapat diidentifikasi melalui konteks yang melingkupi
tuturan. Penutur A adalah mahasiswa dan mitra tutur B juga adalah mahasiswa yang
sedang duduk bercerita di Student Hall Universitas Sanata Dharma. Sebelum tuturan
terjadi, penutur A mencari dana dengan berjualan bunga. Penjualan bunga itu
dilakukan di setiap lampu merah. Dalam tuturan tersebut, penutur A dan mitra tutur B
sudah mempunyai pemahaman yang sama mengenai pencarian dana sehingga muncul
pertanyaan dari mitra tutur B kepada penutur A. Penutur A kemudian memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
informasi tambahan kepada mitra tutur B. Dengan demikian, fungsi konteks sosial
dalam tuturan tersebut adalah memberi informasi tambahan mengenai peristiwa
sebelum tuturan. Sebelum tuturan tersebut terjadi, penutur A menjual bunga di lampu
merah.
2. Memberi Informasi Tambahan Pengetahuan Peserta Tutur
Fungsi memberi informasi tambahan pengetahuan peserta tutur adalah
pemberitahuan, berita dari penutur kepada mitra tuturnya atau sebaliknya.
Berikut cuplikan data tuturannya.
A: Ada yang kosong gak? B: Ada bro sini. A: Dimana? A: Sini lho! B: Yah makasih yah. (Konteks tuturan: tuturan ini terjadi pada hari Senin, 16 Oktober 2017 pukul 12.10 bertempat di parkiran Universitas Sanata Dharma Paingan. Waktu tuturan siang hari dalam suasana santai dengan bahasa lisan. Penutur A adalah mahasiswa Teknik semester lima berjenis kelamin laki-laki dengan mitra tutur B adalah mahasiswa Teknik semester lima berjenis kelamin laki-laki. Tujuan dari tuturan tersebut adalah menunjuk tempat yang kosong untuk memarkir sepeda motor).
Tuturan di atas memiliki fungsi konteks sosial memberi informasi tambahan
pengetahuan peserta tutur. Fungsi ini dapat diiedentifikasi melalui konteks yang
melingkupi tuturan.. Penutur A dan mitra tutur B telah memiliki latar belakang
pemahaman yang sama mengenai apa yang dibicarakan. Penutur A adalah mahasiswa
Sanata Dharma yang sedang berada di tempat parkiran. Mitra tutur B juga adalah
mahasiswa Sanata Dharma yang datang kemudian mencari tempat untuk memarkir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
sepeda motornya.Penutur A yang mengetahui adanya tempat kosong kemudian
menunjukkan kepada mitra tutur B agar segera memarkir sepeda motornya.
3. Fungsi Memberi Informasi Tambahan Identitas Peserta Tutur
Fungsi memberi informasi tambahan identitas penutur adalah pemberitahuan
atau kabar mengenai identitas peserta tutur. Peserta tutur yang dimaksud adalah
penutur atau mitra tutur. Berikut cuplikan datanya.
A: Kamu lebih suka film atau novel? B : Kalau aku film. C: Aku malah lebih suka baca novelnya ketimbang filmnya. (Konteks tuturan: tuturan ini terjadi pada hari Kamis, 19 Oktober 2017 pukul 11.15 WIB bertempat di depan ruang K21 Universitas Sanata Dharma Mrican. Penutur A adalah mahasiswi Sastra Inggris semester satu dan mitra tutur B dan C (O2 dan O3) adalah mahasiswi Sastra Inggris semester satu. Tujuan dari tuturan adalah memberitahukan kesukaan peserta tutur. Tuturan yang dibangun dengan bahasa lisan dalam ragam santai tersebut membicarakan mengenai kesukaan peserta tutur). Fungsi konteks sosial dalam tuturan di atas adalah memberi informasi
tambahan identitas peserta tutur. Fungsi tersebut dapat diidentifikasi melalui konteks
yang melingkupi tuturan. Penutur A, mitra tutur B dan mitra tutur C berstatus sosial
yang sama yakni mahasiswa Universitas Sanata Dharma. Berdasarkan tuturan
tersebut, dapat diketahui identitas peserta tutur. Mitra tutur A adalah mahasiswa
Universitas Sanata Dharma yang memiliki hobi menonton film sedangkan mitra tutur
C adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang memiliki hobi membaca novel.
4.1.2.2 Memberi Penjelasan Rinci
Fungsi memberi penjelasan rinci merupakan uraian yang berisi bagian yang
kecil satu demi satu. Uraian tersebut berkaitan dengan sesuatu hal yang sedang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dibicarakan. Penutur atau mitra tutur membuat perincian mengenai sesuatu hal atau
peristiwa. Fungsi ini dapat diperinci lagi ke dalam beberapa aspek yakni; (1) memberi
penjelasan rinci mengenai peristiwa sebelum tuturan, dan (2) memberi penjelasan
rinci pengetahuan peserta tutur.
1. Memberi Penjelasan Rinci Peristiwa Sebelum Tuturan
Fungsi memberi penjelasan rinci pengetahuan peserta tutur merupakan uraian
yang berisi bagian yang kecil satu demi satu. Uraian tersebut berkaitan dengan
sesuatu hal yang sedang dibicarakan oleh peserta tutur.Uraian itu dapat dituturkan
oleh penutur maupun mitra tutur. Berikut contoh cuplikan datanya.
A: Kalau produksi naik berarti biaya naik juga. B: Gimana yah. Aku gak dong e. A: Masa kamu gak dong sih. Gini, kalo kamu memproduksi mobil banyak otomatis biayanya pun meningkat. (Konteks tuturan:tuturan ini terjadi pada hari Jumat, 13 Oktober 2017 pukul 12.25 bertempat di depan Sekretariat Manajemen Universitas Sanata Dharma Mrican.Tuturan yang menggunakan bahasa lisan dengan ragam santai ini membicarakan mengenai hukum produksi dalam ilmu ekonomi.Penutur A adalah mahasiswa Manajemen semester lima berjenis kelamin dan penutur B adalah mahasiswa Manajemen semester lima berjenis kelamin laki-laki). Tuturan di atas memiliki fungsi konteks sosial memberi penjelasan rinci
pengetahuan peserta tutur. Fungsi tersebut dapat diidentifikasi melalui konteks yang
melingkupi tuturan. Penutur A dan mitra tutur B telah mengikuti mata kuliah yang
berbicara tentang hukum produksi. Namun, Mitra tutur B yang belum paham
mengenai hukum produksi dalam mata kuliah meminta penutur A untuk menjelaskan
kepadanya. Dengan demikian, konteks dalam tuturan tersebut adalah memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
penjelasan rinci mengenai peristiwa sebelum tuturan yakni perkuliahan mengenai
hukum produksi.
2. Memberi Penjelasan Rinci Pengetahuan Peserta Tutur
Fungsi memberi penjelasan rinci pengetahuan peserta tutur merupakan uraian
yang berisi bagian yang kecil satu demi satu. Uraian tersebut berkaitan dengan
sesuatu hal yang sedang dibicarakan oleh peserta tutur.Uraian itu dapat dituturkan
oleh penutur maupun mitra tutur. Berikut cuplikan data tuturannya.
A: Kamu bisa bikin programnya? B: Kalo aku sih jujur belum bisa e. (Konteks tuturan: tuturan ini terjadi pada hari Selasa, 24 Oktober 2017 pukul 10.00 WIB bertempat di halaman tengah Universitas Sanata Dharma Paingan. Penutur A adalah mahasiswa Teknik Elektro semester lima dan mitra tutur B adalah mahasiswa Teknik Elektro semester tiga. Tujuan tuturan adalah bertanya. Pokok yang dibicarakan adalah membuat program. Tuturan ini menggunakan bahasa lisan dalam ragam santai). Fungsi konteks sosial tuturan di atas adalah memberi penjelasan rinci
pengetahuan peserta tutur. Fungsi tersebut dapat diidentifikasi melalui konteks yang
melingkupi tuturan. Penutur A dan mitra tutur B sedang menonton perlombaan
membuat program mobil remote controller di halaman tengah Universitas Sanata
Dharma Paingan. Penutur A kemudian bertanya kepada mitra tutur B. Berdasarkan
konteks tuturan tersebut dapat diutarakan maksud yang ingin disampaikan adalah
memberi penjelasan rinci pengetahuan mitra tutur B. Mitra tutur B belum mampu
membuat program mobil remote controller.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
4.2 Analisis Data
Data yang telah dipaparkan pada bagian deskripsi di atas akan dijelaskan secara
lebih mendalam dan berurutan sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan
sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengkategorikan
konteks yang berpola (1) OOMUBICAA, (2) OOEMUBICAA, (3) OOMUBICAA,
dan (4) OOEMUBICAA.
4.2.1 Elemen Konteks Sosial
Peneliti akan menyajikan data hasi penelitian elemen konteks sosial dalam
menentukan maksud berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas
Sanata Dharma tahun akademik 2017/2018. Data ini peneliti kategorikan berdasarkan
pola elemen yang dibentuk dengan jumlah elemen yang terkandung di dalam setiap
tuturan. Berikut cuplikan analisis datanya.
4.2.1.1 Konteks Sosial yang Berpola OOMUBICAA
Data tuturan konteks sosial berikut mengandung sembilan elemen dari dua
belas elemen konteks yang merujuk pada teori Poedjosoedarmo (1985). Kesembilan
elemen tersebut membentuk pola OOMUBICAA. Adapun elemen adalah O1, yaitu
pribadi si penutur. O2, itu orang yang diajak bicara oleh penutur. M, yaitu maksud
dan tujuan percakapan. U, yaitu urutan bicara siapa yang lebih dulu dan kemudian. B,
yaitu bab atau pokok yang dibicarakan. I, yaitu instrument atau sarana tutur. C,
citarasa penutur yang dibedakan ragam bahasa santai, bahasa formal, dan ragam
bahasa indah. A, yaitu adegan tutur yang berkaitan dengan tempat, waktu, dan
peristiwa tutur. A, yaitu aturan atau normaa kebahasaan lainnya. Misalnya kejelasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
dalam berbicara, topik yang dibicarakan harus menarik, tidak menanyakan hal-hal
yang bersifat pribadi, dan menghindari kata-kata yang dianggap tabu. Berikut
cuplikan datanya.
Data Tuturan 1a
No.
Data Tuturan Deskripsi Tuturan
Elemen
1. D1: Bu, ini blangko surat ijin penelitian, observasi yang dibutuhkan mahasiswa. Surat ini gak boleh ditulis tangan yah Bu! D2: Tapi ini ada yang tulis tangan lho Pak! D1: Iya Bu. Untuk nomor surat boleh ditulis tangan tetapi isi surat gak boleh.
Tuturan ini diambil pada hari Kamis, 26 Oktober 2017 pukul 10.45 WIB di Sekretariat Manajemen.
O1: Dosen pria Prodi Manajemen. O2: Dosen wanita Prodi Manajemen. Emosi: - Maksud dan tujuan: Memberi informasi. O3: - Urutan Bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Blanko surat izin penelitian mahasiswa. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan Sekretariat Manajemen. Register: - Aturan: Bahasa santun.
Data tuturan di atas membentuk pola OOMUBICAA. Pola tersebut memuat
sembilan elemen konteks sosial. Hal ini dapat kita ketahui karena pada tuturan
tersebut terdapat partisipan, yakni penutur (O1) dan mitra tutur (O2 dan O3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Penuturnya adalah dosen Prodi Manajemen berjenis kelamin laki-laki, sedangkan
mitra tuturnya (O2) adalah dosen Prodi Manajemen yang berjenis kelamin
perempuan. Tuturan tersebut menyatakan maksud penutur A memberi informasi
kepada mitra tutur B mengenai blanko surat izin penelitian dan observasi mahasiswa.
O1 memulai tuturan dan direspon O2. Tuturan yang menggunakan bahasa santun
dengan ragam santai ini terjadi di Sekretariat Manajemen Universitas Sanata Dharma.
Pokok pembicaraan tuturan dalam bahasa lisan tersebut adalah regulasi penggunaan
blanko surat ijin penelitian dan observasi mahasiswa.
Adapun data tuturan di atas tidak memuat tiga elemen konteks sosial. Ketiga
elemen tersebut adalah E yaitu warna emosi, O3 yaitu adanya orang ketiga, dan
register. Ketidakhadiran elemen emosi disebabkan oleh tuturan yang tidak
mengindikasikan adanya warna emosi dalam tuturan. Ketidakhadiran elemen O3
disebabkan oleh tuturan yang terjadi antara dua orang yakni penutur dan mitra tutur
sedangkan ketidakhadiran elemen register disebabkan oleh bentuk tuturan yang
belum mapan. Tuturan dikatakan mapan apabila memiliki bentuk pendahuluan, isi
dan penutup.
Tuturan 2a
No. Data Tuturan Deskripsi Tuturan Elemen
1. Tuturan ini terjadi pada hari Rabu, 25 Oktober 2017 pukul 09.15 WIB di depan Sekretariat Manajemen USD
O1: Dosen wanita prodi Manajemen. O2: Dosen pria prodi Manajemen. Emosi: - Maksud dan tujuan: Meminta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Mrican. persetujuan O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Meminta perwakilan dalam sebuah pertemuan. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan sekretariat Manajemen. Register: - Aturan: Bahasa santun.
Data tuturan di atas membentuk pola OOMUBICAA . Pola tersebut memuat
Sembilan elemen konteks sosial. Hal ini dapat kita ketahui karena pada tuturan
tersebut terdapat partisipan, yakni penutur (O1) dan mitra tutur (O2). Penuturnya
adalah dosen Prodi Manajemen berjenis kelamin perempuan, sedangkan mitra tutur
adalah dosen Prodi Manajemen yang berjenis kelamin laki-laki. Tuturan tersebut
bermaksud untuk meminta persetujuan. O1 memulai tuturan dengan bertanya bahwa
apakah pertemuan yang akan diikuti tersebtu dapat diwakilkan. O2 merespon
pertanyaan tersebut dengan mengungkapkan penolakan atau negasi. Tuturan ini tidak
terdapat orang ketiga. Artinya, tuturan tersebut hanya dibangun oleh dua orang.
Tuturan yang menggunakan bahasa lisan dengan ragam santai ini terjadi di
Sekretariat Prodi Manajemen Universitas Sanata Dharma kampus dua. Tuturan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
menggunakan bahasa santun di atas membicarakan mengenai perwakilan dalam
mengikuti pertemuan.
Adapun data tuturan di atas tidak memuat tiga elemen dari dua belas elemen
konteks sosial yang merujuk pada teori Poedjosoedarmo (1985). Ketiga elemen
tersebut adalah E yaitu warna emosi, O3 yaitu adanya orang ketiga, dan register.
Ketidakhadiran elemen emosi disebabkan oleh tuturan yang tidak mengindikasikan
adanya warna emosi dalam tuturan. Ketidakhadiran elemen O3 disebabkan oleh
tuturan yang terjadi antara dua orang yakni penutur dan mitra tutur sedangkan
ketidakhadiran elemen register disebabkan oleh bentuk tuturan yang belum mapan.
Tuturan dikatakan mapan apabila memiliki bentuk pendahuluan, isi dan penutup.
4.1.2.2 Elemen Konteks Sosial yang Berpola OOEMUBICAA
Sampel data tuturan berikut mengandung sepuluh elemen dari dua belas elemen
konteks sosial yang dikembangkan Poedjosoedarmo (1985). Kesepuluh elemen
tersebut membentuk pola OOEMUBICAA. Adapun elemen-elemen tersebut adalah
O1, yaitu pribadi si penutur. O2, itu orang yang diajak bicara oleh penutur. E, yaitu
emosi seperti senangm sedih, kecewa. M, yaitu maksud dan tujuan percakapan. U,
yaitu urutan bicara siapa yang lebih dulu dan kemudian. B, yaitu bab atau pokok yang
dibicarakan. I, yaitu instrumenatau sarana tutur. C, citarasa penutur yang dibedakan
ragam bahasa santai, bahasa formal, dan ragam bahasa indah. A, yaitu adegan tutur
yang berkaitan dengan tempat, waktu, dan peristiwa tutur. A, yaitu aturan atau norma
kebahasaan lainnya, misalnya kejelasan dalam berbicara, topik yang dibicarakan
harus menarik, tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi, dan menghindari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
kata-kata yang dianggap tabu. Berikut adalah sampel pertama tuturan elemen dalam
menentukann maksud berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen non-FKIP
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018.
Data tuturan 1b
No .
Data tuturan Deskripsi
konteks tuturan Elemen konteks
A: Kemarin tuh ada yang jual anak anjing. Genit banget lho. Murah lagi, cuma Rp200.000. B: Terus kamu gak ambil? A: Gak e. Belum ada uang.
Tuturan ini terjadi pada hari Rabu, 1 Oktober 2017 pukul 12.35 bertempat di Student Hall USD Mrican. Bahasa lisan dengan suasana santai.
O1: Mahasiswi Sastra Inggris semester 3. O2: Mahasiswi Sastra Inggris semester 3. Emosi: Gembira. Maksud dan tujuan: Menginformasikan. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Penjualan anak anjing. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Student Hall. Register: - Aturan: Bahasa santun.
Data tuturan di atas membentuk pola OOEMUBICAA. Hal ini dapat kita
ketahui karena pada tuturan tersebut terdapat partisipan, yakni penutur (O1) dan mitra
tutur (O2). Penuturnya adalah mahasiswi Prodi Sastra Inggris semester tiga berjenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
kelamin perempuan, sedangkan mitra tuturnya (O2) adalah mahasiswi Prodi Sastra
Inggris semester tiga yang berjenis kelamin perempuan. Emosi yang muncul dalam
tuturan tersebut adalah gembira. Tuturan tersebut menyatakan penutur A
menginformasikan mitra tutur B tentang penjualan anak anjing. O1 memulai tuturan
dan direspon oleh O2. Tuturan yang menggunakan bahasa lisan dengan ragam santai
ini merupakan tuturan yang terjadi di Student Hall Universitas Sanata Dharma
Mrican. Pokok pembicaraan dalam tuturan yang menggunakan bahasa santun tersebut
adalah penjualan anak anjing.
Adapun tuturan di atas tidak terdapat satu elemen konteks seperti yang
diutarakan oleh Poedjosudarmo yakni elemen O3 dan register. Ketidakhadiran
elemen O3 karena tuturan tersebut hanya terjadi antara penutur dan mitra tutur
sedangkan ketidakhadiran elemen register tidak hadir karena tuturan tersebut belum
mapan.
Data tuturan 2b
No.
Data Tuturan Deskripsi Tuturan
Elemen
1. A: Nomor tiga tadi kok sulit banget. B: Iya e kok sulit banget. Kamu ngerjain gak? A: Ngerjain sih tapi gak selesai.
Tuturan ini terjadi pada hari Selasa, 10 Oktober 2017 pukul 10.30 WIB bertempat di depan ruang K42.
O1: Mahasiswi Manajemen semester 5. O2: Mahasiswa Manajemen semester 5. Emosi: Kecewa. Maksud atau tujuan: Mengungkap-kan kekecewaan mengenai sulitnya soal ujian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Kesulitan mengerjakan soal ujian. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan ruang K42. Register: - Aturan: Bahasa santun.
Data tuturan di atas membentuk pola OOEMUBICAA. Pola tersebut dibentuk
dari sepuluh elemen konteks sosial. Hal ini dapat kita ketahui karena pada tuturan
tersebut terdapat partisipan, yakni penutur (O1) dan mitra tutur (O2). Penutur adalah
seorang mahasiswa Prodi Manajemen semester lima berjenis kelamin laki-laki,
sedangkan mitra tutur adalah mahasiswa Prodi Manajemen semester lima yang
berjenis kelamin laki-laki. Emosi yang muncul dalam tuturan tersebut adalah sakit
hati. Tuturan tersebut bermaksud mengungkapkan kekecewaan karena tidak mampu
mengerjakan soal sulit. O1 membuka tuturan memberi informasi mengenai sulitnya
soal ujian kemudian dipertegas oleh O2. Tuturan ini tidak terdapat orang ketiga.
Artinya, dalam tuturan tersebut hanya terdapat dua orang pembicara. Tuturan yang
menggunakan bahasa lisan dengan ragam santai ini terjadi di depan K42 Universitas
Sanata Dharma. Tuturan yang menggunakan bahasa santun di atas membicarakan
seputar sulitnya soal ujian yang dihadapi penutur A dan mitra tutur B.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Adapun tuturan ini tidak terdapat dua elemen dari dua belas elemen diutarakan
oleh Poedjosoedarmo (1985). Kedua elemen tersebut adalah O3 dan register. O3
tidak hadir dalam tuturan tersebut karena tuturan tersebut hanya terjadi antara dua
orang yakni penutur dan mitra tutur. Sementara itu, register tidak hadir dalam tuturan
tersebut karena tuturan tersebut belum mapan. Tuturan dapat dikatan mapan apabila
memiliki struktur yang jelas seperti pembukaan, isi, dan penutup.
4.1.2.3 Elemen Konteks Sosial yang Berpola OOMAUBICAA
Data tuturan konteks sosial berikut berpola OOMAUBICAA. Pola tersebut
mengandung sepuluh elemen dari dua belas elemen konteks yang merujuk pada teori
Poedjosoedarmo (1985). Adapun sepuluh elemen tersebut adalah O1, yaitu pribadi si
penutur. O2, itu orang yang diajak bicara oleh penutur. A, yaitu adanya orang ketiga.
M, yaitu maksud dan tujuan percakapan. U, yaitu urutan bicara siapa yang lebih dulu
dan kemudian. B, yaitu bab atau pokok yang dibicarakan. I, yaitu instrumenatau
sarana tutur. C, citarasa penutur yang dibedakan ragam bahasa santai, bahasa formal,
dan ragam bahasa indah. A, yaitu adegan tutur yang berkaitan dengan tempat, waktu,
dan peristiwa tutur. A, yaitu aturan atau normaa kebahasaan lainnya. Misalnya
kejelasan dalam berbicara, topik yang dibicarakan harus menarik, tidak menanyakan
hal-hal yang bersifat pribadi, dan menghindari kata-kata yang dianggap tabu. Berikut
cuplikan datanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Data Tuturan 1c
No. Data Tuturan Deskripsi konteks
tuturan Elemen
1. A: Kamu lebih suka film atau novel? B : Kalau aku film. C: Aku malah lebih suka baca novelnya ketimbang filmnya.
Tuturan ini terjadi pada hari Kamis 19 Oktober 2017 pukul 11.15 WIB bertempat di depan ruang K 21 USD kampus 2.
O1: Mahasiswi Sastra Inggris semester satu. O2: Mahasiswi Sastra Inggris semester satu. Emosi: - Maksud dan tujuan: Menyatakan kesukaan O3: Mahasiswi Sastra Inggris semester satu. Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2 dan O3. Bab: Buku bacaan. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan ruang K 21 Register: - Aturan: Bahasa santun.
Data tuturan di atas membentuk pola OOMAUBICAA. Pola tersebut dibentuk
oleh sepuluh elemen konteks sosial. Hal ini dapat kita ketahui karena pada tuturan
tersebut terdapat partisipan, yakni penutur (O1) dan mitra tutur (O2 dan O3).
Penuturnya (O1) adalah seorang mahasiswi Prodi Sastra Inggris semester satu
berjenis kelamin perempuan, sedangkan mitra tuturnya (O2 dan O3) adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
mahasiswi Prodi Sastra Inggris semester satu yang berjenis kelamin perempuan.
Emosi yang muncul dalam tuturan tersebut adalah gembira. Tuturan tersebut
bermaksud untuk menginformasikan kesukaan dari O2 dan O3. O1 membuka tuturan
dengan melontarkan pertanyaan mengenai kesukaan yang dimiliki O2 dan O3,
kemudian dijawab oleh O2 dan O3. Tuturan yang menggunakan bahasa lisan dan
dengan ragam santai ini terjadi di depan ruang K22 Universitas Sanata Dharma
Kampus 2. Tuturan di atas membicarakan seputar kesukaan penutur A dan mitra tutur
B.
Adapun tuturan di atas tidak mengandung dua elemen dari dua belas elemen
konteks sosial yang diutarakan oleh Poedjosoedarmo (1985). Kedua elemen tersebut
adalah O3 dan register. O3 tidak hadir dalam tuturan tersebut karena tuturan tersebut
hanya terjadi antara dua orang yakni penutur dan mitra tutur. Sementara itu, register
tidak hadir dalam tuturan tersebut karena tuturan tersebut belum mapan. Tuturan
dapat dikatan mapan apabila memiliki struktur yang jelas seperti pembukaan, isi, dan
penutup.
4.2.1.4 Konteks Sosial yang Berpola OOEMAUBICAA
Data tututan konteks sosial berikut membentuk pola OOEMAUBICAA. Pola
tersebut mengandung sebelas elemen konteks sosial dari dua belas elemen merujuk
pada teori Poedjosoedarmo (1985). Adapun elemen-elemen tersebut adalah O1, yaitu
pribadi si penutur. O2, itu orang yang diajak bicara oleh penutur. E, yaitu warna
emosi. M, yaitu maksud dan tujuan percakapan. A, yaitu adanya orang ketiga. U,
yaitu urutan bicara siapa yang lebih dulu dan kemudian. B, yaitu bab atau pokok yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
dibicarakan. I, yaitu instrumenatau sarana tutur. C, citarasa penutur yang dibedakan
ragam bahasa santai, bahasa formal, dan ragam bahasa indah. A, yaitu adegan tutur
yang berkaitan dengan tempat, waktu, dan peristiwa tutur. A, yaitu aturan atau
normaa kebahasaan lainnya. Misalnya kejelasan dalam berbicara, topik yang
dibicarakan harus menarik, tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi, dan
menghindari kata-kata yang dianggap tabu. Berikut cuplikan datanya.
Tuturan 1d
No. Data Tuturan Deskripsi Tuturan
Elemen
1. A: Cieh udah selesai ni e.. B: Harusnya difoto dulu. C: Iya nih. Ayo kita foto bareng!
Tuturan ini terjadi pada hari Kamis, 12 Oktober 2017 pukul 10.35 WIB bertempat di depan sekretariat Sastra Inggris USD Mrican.
O1: Mahasiswa Sastra Inggris semester 5. O2: Mahasiswa Sastra Inggris semester 5. Emosi: Senang. Maksud dan tujuan: Mengucapkan selamat. O3: Mahasiswa Sastra Inggris semester 9. Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2 dan O3. Bab: Foto bersama. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Bahasa santai. Adegan tuturan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
depan sekretariat Sastra Inggris Register: - Aturan: Bahasa santun.
Data tuturan di atas membentuk pola OOEMAUBICAA. Pola tersebut
dibangun oleh sebelas elemen konteks sosial dari dua belas elemen konteks sosial
yang diutarakan oleh Poedjosoedarmo (1985). Hal ini dapat kita ketahui karena pada
tuturan tersebut terdapat partisipan, yakni penutur (O1) dan mitra tutur (O2 dan O3).
Penuturnya A adalah mahasiswa Sastra Inggris semester lima berjenis kelamin laki-
laki, mitra tutur B dan C adalah mahasiswa Sastra Inggris semester lima berjenis
kelamin laki-laki. Tuturan tersebut menyatakan bermaksud untuk meminta foto
bersama sebagai kenangan. O1 memulai tuturan kemudian dilanjutkan dengan O2 dan
O3 yang merespon dengan meminta untuk foto bersama sebagai kenangan. Tuturan
yang menggunakan bahasa lisan dengan ragam santai ini terjadi di Sekretariat Prodi
Sastra Inggris Universitas Sanata Dharma kampus dua.
Adapun dalam tuturan ini tidak terdapat elemen register seperti yang diutarakan
oleh Poedjosoedarmo (1985). Ketidakhadiran elemen tersebut disebabkan oleh
tuturan tersebut dikatakan belum mapan sehingga tidak adanya elemen register.
Tuturan dikatakan mapan apabila memiliki bentuk pendahuluan, isi dan penutup.
4.2.2 Fungsi Konteks Sosial
Peneliti menemukan dua fungsi konteks sosial dalam tuturan antarmahasiswa
dan dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018. Kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
fungsi tersebut adalah fungsi konteks sosial memberi informasi tambahan dan fungsi
memberi konteks sosial penjelasan rinci. Berikut cuplikan datanya.
4.2.2.1 Fungsi Memberi Informasi Tambahan
Fungsi memberi informasi tambahan adalah pemberitahuan, kabar atau berita
tentang sesuatu. Dalam fungsi ini pentur dan mitra tutur tidak memerinci suatu hal
atau peristiwa tetapi hanya memberi informasi tambahan. Dengan demikian, mitra
tutur memperoleh informasi tambahan mengenai sesuatu hal atau peristiwa.
Fungsi memberi informasi tambahan dapat diperinci ke dalam beberapa bagian
yakni; (1) memberi informasi tambahan peristiwa sebelum tuturan, (2) memberi
informasi tambahan pengetahuan peserta tutur, (3) memberi informasi tambahan
identitas peserta tutur, dan (4) memberi informasi tambahan kronologis. Berikut
analisis tuturan yang termasuk dalam kategori tersebut.
1. Memberi Informasi Tambahan Peristiwa Sebelum Tuturan
Tuturan 1E
A: Presentasi kelompok kemarin parah banget. B: Kenapa? A: Gak ada yang mengerti. Semua pada diam. (Konteks tuturan: Tuturan ini terjadi pada hari Selasa, 10 Oktober 2017 pukul 10.45 WIB bertempat di Student Hall Universitas Sanata Dharma Mrican. Penutur A adalah mahasiswa Manajemen semester tiga dan mitra tutur B adalah Mahasiswa Manajemen semester tiga.Tujuan dari tuturan tersebut adalah mengungkapkan kekecewaan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa lisan dengan ragam santai). Fungsi konteks sosial data tuturan di atas adalah memberi informasi tambahan
peristiwa sebelum tuturan. Fungsi ini dapat diidentifikasi melalui konteks yang
melingkupi tuturan tersebut. Sebelum tuturan terjadi, penutur A melakukan presentasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
kelompok dalam perkuliahan yang kurang berhasil karena tidak semua teman sekelas
mengerti. Peritiswa itu diinformasikan kepada mitra tutur B. Dengan demikian, mitra
tutur memperoleh informasi tambahan.
Tuturan 2E
A: Kemarin aku sendirian di SH. B: Sendiri? Emang kamu datang jam berapa? A: Jam 10.00. (Konteks tuturan: tuturan ini terjadi pada hari Selasa, 10 Oktober 2017bertempat di Student Hall Universitas Sanata Dharma Mrican. Penutur A adalah mahasiswa Manajemen semester tiga dan mitra tutur B adalah mahasiswa Manajemen semester tiga. Emosi dalam tuturan tersebut adalah kekecewaan. Tujuan dari tuturan adalah mengungkapkan kekesalan atau kekecewaan penutur A. Bahasa yang digunakan dalam tuturan adalah bahasa lisan dengan ragam santai). Fungsi konteks pada tuturan di atas adalah memberi informasi tambahan
peristiwa sebelum tuturan. Fungsi tersebut dapat diidentifikasi melalui konteks yang
melingkupi tuturan. Sebelum tuturan terjadi, penutur A dan mitra tutur B telah
membuat janji untuk mengerjakan tugas kelompok. Namun, apa yang terjadi setelah
perjanjian tersebut tidak sesuai dengan kenyataan. Penutur A datang sendirian ke
Student Hall sementara mitra tutur B tidak datang.
Tuturan 3E
A: Kemarin tuh ada yang jual anak anjing. Genit banget lho. Murah lagi, cuma Rp200.000. B: Terus kamu gak ambil? A: Gak e. Belum ada uang. (Konteks tuturan: tuturan ini terjadi pada hari Rabu, 1 Oktober 2017 pukul 12.35 bertempat di Student Hall Universitas Sanata Dharma Mrican. Penutur A adalah mahasiswa Sastra Inggris semester tiga dan mitra tutur B adalah mahasiswa Sastra Inggris semester tiga. Tujuan dari tuturan adalah memberitahukan informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
penjualan anak anjing. Warna emosi yang terkandung dalam tuturan yang menggunakan bahasa lisan dengan ragam santai tersebut adalah gembira). Tuturan di atas memiliki konteks memberi informasi tambahan peristiwa
sebelum tuturan terjadi. Fungsi tersebut dapat diidentifikasi melalui konteks yang
melingkupi tuturan. Penutur A dan mitra tutur B adalah mahasiswi Universitas
Sanata Dharma yang telah memiliki kesamaan latar belakang pemahaman. Sebelum
tuturan terjadi, penutur A pergi ke pasar hewan untuk membeli anjing. Namun,
penutur A tidak berhasil membeli anak anjing karena uangnya belum cukup.
Tuturan 4E
A: Semalam pulang jam berapa? B: Sembilan e. B: Anjir. Sama siapa sih? A: Sendirian aja. (Konteks tuturan: tuturan ini terjadi pada hari Senin, 16 Oktober 2017 pukul 10.15 WIB bertempat di depan Sekretariat Farmasi Universitas Sanata Dharma Paingan. Penutur A adalah mahasiswa Farmasi semester lima dan mitra tutur B adalah mahasiswa Farmasi semester lima. Tujuan dari tuturan adalah memberitahukan kepada mitra tutur B. Emosi yang terkandung dalam tuturan adalah menyesal. Tuturan tersebut dibangun dengan menggunakan bahasa lisan dan ragam santai). Fungsi konteks dalam tuturan di atas adalah memberi informasi tambahan
peristiwa sebelum tuturan. Fungsi konteks tersebut dapat diidentifikasi melalui
konteks yang melingkupi tuturan. Sebeum tuturan terjadi, Penutur A mengadakan
diskusi kelompok bersama sekelompoknya. Penutur A dan mitra tutur B nampaknya
sudah memiliki latar belakang pemahaman yang sama mengenai aktivitas sebelum
tuturan tersebut sehingga mitra tutur B segera menannggapi pertanyaan penutur A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tuturan 5E
A: Nomor tiga tadi kok sulit banget. B: Iya e kok sulit banget. Kamu ngerjain gak? A: Ngerjain sih tapi gak selesai. (Konteks tuturan: tuturan ini terjadi pada hari Selasa, 10 Oktober 2017 pukul 10.30 WIB bertempat di depan ruang K42. Penutur A adalah mahasiswi Manajemen semester lima dan mitra tutur B adalah mahasiswa semester lima. Tujuan tuturan adalah mengungkapkan kekecewaan. Pokok pembicaraan dalam tuturan adalah soal sulit dalam Ujian Tengah Semester.Tuturan yang menggunakan bahasa lisan dalam ragam santai tersebut dibangun dalam warna emosi kekecewaan). Fungsi konteks sosial dalam tuturan di atas adalah memberi informasi
tambahan peristiwa sebelum tuturan. Fungsi tersebut dapat diidentifikasi melalui
konteks yang melingkupi tuturan. Penutur A dan mitra tutur B adalah mahasiswa
Universitas Sanata Dharma yang telah memiliki latar belakang pemahaman yang
sama dalam membangun tuturan. Sebelum tuturan terjadi, Penutur A dan mitra tutur
B mengikuti Ujian Tengah Semester. Penutur A menuturkan kepada mitra tutur B
terkait soal nomor tiga yang dianggapnya sulit. Mitra tutur B kemudian mengafirmasi
tuturan penutur A. Dengan demikian, fungsi konteks sosial dalam tuturan tersebut
adalah memberi informasi tambahan peristiwa sebelum tuturan.
Tuturan 6E
A: Kelompok kita kemarin bahas bab 5 kan? B: Iya. C: Itu kan tentang pasar Indonesia, bukan? B: Iya tentang pasar Indonesia. (Konteks tuturan: tuturan ini terjadi pada hari Kamis, 12 Oktober 2017 pukul 14.25 WIB bertempat di Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Mrican. Penutur A adalah mahasiswa Manajemen semester tiga dan mitra tutur B adalah semester tiga. Tujuan tuturan adalah memberikan pertanyaan. Pokok pembicaraan tuturan adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
membicarakan mengenai pengerjaan tugas kelompok. Tuturan tersebut menggunakan bahasa lisan dalam ragam santai). Fungsi konteks sosial tuturan di atas adalah memberi informasi tambahan
peristiwa sebelum tuturan. Fungsi tersebut dapat diidentifikasi melalui konteks yang
melingkupi tuturan tersebut. Penutur A, mitra tutur B, dan mitra tutur C adalah
mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang telah memiliki latar belakang pehaman
yang sama mengenai tuturan tersebut. Sebelum tuturan terjadi, peserta tutur telah
melaksanakan presentasi kelompok.
Tuturan 7E
A: Eh..nanti ingetin aku yah! B: Iya. Nanti diingetin biar gak lupa bawain kameranya. A: Makasih. (Konteks tuturan: tuturan ini terjadi pada hari Rabu, 11 Oktober 2017 pukul 12.15 WIB bertempat di Student Hall Universitas Sanata Dharma Mrican. Penutur A adalah mahasiswa Sastra Inggris semester satu dan mitra tutur B adalah mahasiswa Sastra Inggris semester satu. Tujuan tuturan adalah memberikan perintah. Pokok pembicaraan adalah mengenai kamera.Tuturan ini dibangun dengan bahasa lisan dalam ragam santai). Fungsi konteks sosial tuturan di atas adalah memberi informasi tambahan
peristiwa sebelum tuturan. Fungsi tersebut dapat diidentifikasi melalui konteks yang
melingkupi tuturan tersebut. Penutur A dan mitra tutur B adalah mahasiswa
Universitas Sanata Dharma yang telah memiliki kesamaan pemahaman dalam tuturan
tersebut sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman. Sebelum tuturan terjadi,
penutur A menaruh kameranya di sekitar tempat duduk peserta tutur. Penutur A
kemudian meminta mitra tutur B untuk mengingatkannya agar tidak lupa membawa
kamera yang ditaruhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tuturan 8E
A: Kabarin aja yah kalo kamu udah selesai ujian! B: Oh iya deh. A: Di tempat biasa yah! (Konteks tuturan: tuturan ini terjadi pada hari Kamis, 12 Oktober 2017 pukul 10.45 WIB bertempat di depan Sekretariat Sastra Inggris Universitas Sanata Dharma. Penutur A adalah mahasiswa Sastra Inggris semester lima dan mitra tutur B adalah mahasiswa Sastra Inggris semester lima. Tujuan percakapan adalahmemerintah. Pokok pembicaraan dalam tuturan tersebut adalah membuat sebuah perjanjian. Tuturan dibangun dengan menggunakan bahasa lisan dalam ragam santai). Fungsi konteks sosial tuturan di atas adalah memberi informasi tambahan
peristiwa sebelum tuturan. Fungsi tersebut dapat diidentifikasi melalui konteks yang
melingkupi tuturan. Penutur A dan mitra tutur adalah mahasiswa Universitas Sanata
Dharma yang telah memiliki kesamaan pehamaman dalam membangun tuturan.
Sebelum tuturan terjadi, penutur A dan mitra tutur B membuat perjanjian untuk
makan bersama di tempat yang telah mereka sepakati.
Tuturan 9E
A: Fenomena yang langkah harus diabadikan. Ayo foto bareng! B: Benar tuh. A: Ok deh. B: Dishare ke IG ku yah! (Konteks tuturan: tuturan ini terjadi pada hari Rabu, 11 Oktober 2017 pukul 11.30 WIB bertempat di depan Sekretariat Sastra Inggris Universitas Sanata Dharma Mrican. Penutur A adalah mahasiswa Sastra Indonesia semester sembilan dan mitra tutur B adalah mahasiswa Sastra Indonesia semester tujuh. Tujuan tuturan adalah memberi pendapat sedangkan pokok pembicaraan adalah foto bersama. Tuturan ini dibangun dengan menggunakan bahasa lisan dalam ragam santai). Fungsi konteks sosial tuturan di atas adalah memberi informasi tambahan
peristiwa sebelum tuturan. Fungsi tersebut dapat diidentifikasi melalui konteks yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
melingkupi tuturan. Penutur A dan mitra tutur B adalah mahasiswa Universitas
Sanata Dharma yang memiliki kesamaan latar belakang pemahaman yang sama
sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam membangun tuturan. Sebelum
tuturan terjadi, mitra tutur B mengikuti siding skripsi. Seusai sidang, penutur A
mengajak mitra tutur B untuk mengabadikan momen tersebut dengan foto bersama.
Tuturan 10E
A: Ikut Farmasi aja. B: Lewat mana? A: Sini aku tunjukin. Lewat lorong itu. (Konteks tuturan:tuturan ini terjadi pada hari Selasa, 24 Oktober 2017 pukul 11.00 WIB bertempat di halaman tengah Universitas Sanata Dharma Paingan. Penutur A adalah mahasiswi Bimbingan Konseling semester tiga dan mitra tutur B adalah mahasiswi Bimbingan Konseling semester tiga. Tujuan tuturan adalah mengajak. Pokok pembicaraan dalam tuturan tersebut adalah menunjukkan arah jalan. Tuturan di atas menggunakan bahasa lisan dalam ragam santai). Fungsi konteks sosial tuturan di atas adalah memberi informasi tambahan
peristiwa sebelum tuturan. Fungsi tersebut dapat diidentifikasi melalui konteks yang
melingkupi tuturan. Penutur A dan mitra tutur adalah mahasiswa Universitas Sanata
Dharma yang telah memiliki kesamaan pemahaman dalam membangun tuturan.
Sebelum tuturan terjadi, penutur A telah melewati lorong yang berada di sebelah
Fakultas Farmasi. Oleh karena itu, penutur A mengajak mitra tutur B untuk melewati
jalan tersebut.
Tuturan 11E
A: Rambutmu digituin cocok lho. B: Iya po? A: Iya. bagus banget kalo kamu buat gitu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
(Konteks tuturan: tuturan ini terjadi pada hari Rabu, 11 Oktober 2017 pukul 10.20 WIB bertempat di depan Sekretariat Sastra Inggris Universitas Sanata Dharma Mrican. Penutur A adalah mahasiswi Sastra Inggris semester lima dan mitra tutur B adalah mahasiswa Sastra Inggris semester lima. Tujuan tuturan adalah memuji. Pokok pembicaraan dalam tuturan adalah model rambut. Tuturan ini menggunakan bahasa lisan dalam ragam santai).
Fungsi konteks sosial tuturan di atas adalah memberi informasi tambahan
peristiwa sebelum tuturan. Fungsi tersebut dapat diidentifikasi melalui konteks yang
melingkupi tuturan. Penutur A dan mitra tutur B telah memiliki latar belakang
pemahaman yang sama dalam membangun tuturan. Sebelum terjadi tuturan, mitra
tutur B menata rambutnya dengan model yang berbeda dari biasanya. Hal itu
membuat penutur A memberikan pujian kepada mitra tutur B.
Tuturan 12E
A: Lewat kene wae! B: Gak ah. Kene wae. B: Lewat sini lebih dekat bro. (Konteks tuturan: tuturan ini terjadi pada hari Selasa, 17 Oktober 2017 pukul 13.20 WIB bertempat di depan Universitas Sanata Dharma Mrican. Penutur A adalah mahasiswa Sastra Inggris semester tiga dan mitra tutur B adalah mahasiswa Sastra Inggris semester tiga. Tujuan tuturan adalah mengajak. Pokok pembicaraan dalam tuturan tersebut adalah menunjukkan arah jalan. Tuturan tersebut menggunakan bahasa lisan dalam ragam santai). Fungsi konteks sosial dalam tuturan di atas adalah memberi informasi
tambahan peristiwa sebelum tuturan. Fungsi tersebut dapat diidentifikasi melalui
konteks yang melingkupi tuturan. Penutur A dan mitra tutur B adalah mahasiswa
Universitas Sanata Dharma yang telah memiliki latar belakang pemahaman yang
sama. Penutur A yang telah mengetahui jalan menuju ke Kopma mengajak mitra tutur
untuk mengikutinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
2. Memberi Informasi Tambahan Pengetahuan Peserta Tutur
Tuturan 1F
A: Ada tempat yang kosong gak? B: Ada bro sini. A: Dimana? A: Sini lho! B: Yah makasih yah. (Konteks tuturan: tuturan ini terjadi pada hari Senin 16 Oktober 2017pukul 12.10 WIB bertempat di parkiran Universitas Sanata Dharma Paingan. Penutur A adalah mahasiswa Teknik semester lima dan mitra tutur B adalah mahasiswa Teknik semester lima. Tujuan tuturan adalah menunjukan tempat parkir. Tuturan tersebut menggunakan bahasa lisan dalam ragam santai). Fungsi konteks sosial dalam tuturan di atas adalah memberi informasi
tambahan pengetahuan peserta tutur. Fungsi tersebut dapat diidentifikasi melalui
konteks yang melingkupi tuturan. Penutur A dan mitra tutur adalah mahasiswa
Universitas Sanata Dharma yang telah memiliki latar belakang pemahaman yang
sama mengenai apa yang dibicarakan. Penutur A yang sedang berada di tempat
parkiran mengetahui maksud mitra tutur B yang hendak parkir. Penutur A kemudian
memberi informasi kepada mitra tutur B mengenai apa yang diketahuinya yakni
tempat parkir.
Tuturan 2F
A: Kita makan di burjo yah! B: Lesehan aja. Males burjo terus. A: Ya udah. Lesehan mana? B: Itu lho yang deket apatemen Sejahtera. Enak kok di situ makanannya. Murah lagi. (Konteks tuturan: tuturan ini terjadi pada hari Rabu, 18 Oktober 2017 pukul 13.00 WIB bertempat di Parkiran Universitas Sanata Dharma Paingan. Penutur A adalah mahasiswa Teknik Mesin semester satu dan mitra tutur B adalah mahasiswa Teknik Mesin semester satu. Tujuan tuturan adalah mengajak. Pokok yang dibicarakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
adalah tempat makan siang. Tuturan ini dibangun dengan menggunakan bahasa lisan dalam ragam santai).
Fungsi konteks sosial dalam tuturan di atas adalah memberi informasi
tambahan pengetahuan peserta tutur. Fungsi tersebut dapat diidentifikasi melalui
konteks yang melingkupi tuturan. Penutur A dan mitra tutur B telah membuat janji
untuk makan siang bersama. Penutur A mengajak untuk makan di burjo namun
ditolak mitra tutur B. Mitra tutur B menganjurkan untuk makan di lesehan. Mitra
tutur B memiliki pengetahuan mengenai informasi lesehan dan itu dibagikan kepada
penutur A.
3. Memberi Informasi Tambahan Identitas Peserta Tutur
Tuturan 1G
A: Jadi cewe thu kayak gitu. B: Ia ee. A: Jangan terlalu cepat percaya dengan omongan lelaki. B: Emang. Ngapain cepet percaya. (Konteks tuturan: tuturan ini terjadi pada hari Senin, 16 Oktober 2017 pukul 14.25 WIB bertempat di depan Sekretariat Bimbingan Konseling. Penutur A adalah mahasiswa Bimbingan Konseling semester tiga dan mitra tutur B adalah mahasiswa Bimbingan Konseling semester tiga. Tujuan tuturan adalah memberi nasihat. Pokok pembicaraan dalam tuturan tersebut mengenai menjadi seorang cewe yang tidak cepat percaya pada lelaki. Tuturan tersebut menggunakan bahasa lisan dalam ragam santai). Fungsi konteks sosial tuturan di atas adalah memberi informasi tambahan
identitas peserta tutur. Fungsi tersebut dapat diidentifikasi melalui konteks yang
melingkupi tuturan. Penutur A dan mitra tutur B adalah mahasiswi Universitas Sanata
Dharma yang telah memiliki kesamaan pemahaman dalam membangun tuturan.
Sebelum tuturan terjadi, penutur A adalah cewe yang cepat percaya kepada laki-laki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Pengelaman itu membuatnya kecewa sehingga penutur A memberikan nasihat kepada
mitra tutur untuk tidak menjadi cewe yang cepat percaya pada laki-laki.
Tuturan 2G
A: Kue yang enak itu untuk aku yah! B: Yah ini. A: Ada cokelat sama kacang kan? B: Oww yah..ini ada dua. (Konteks tuturan: tuturan ini terjadi pada hari Jumat, 20 Oktober 2017 pukul 11.45 WIB bertempat di Student Hall Universitas Sanata Dharma kampus dua.Tuturan ini menggunakan bahasa santun. Situasi yang melingkupi tuturan ini adalah situasi santai. Penutur A menyuruh mitra tutur B untuk memberikan kepadanya kue yang sedang dijual mitra tutur B untuk dibeli penutur A. Tuturan B1 terjadi antara penutur A adalah mahasiswi Sastra Inggris semester satu yang berjenis kelamin perempuan dan mitra tutur B adalah mahasiswi Sastra Indonesia semester satu yang berjenis kelamin perempuan. Tuturan di atas menyatakan maksud penutur A membeli kue yang dijual mitra tutur B).
Fungsi konteks sosial tuturan di atas adalah memberi informasi tambahan
identitas peserta tutur. Fungsi tersebut dapat diidentifikasi melalui konteks yang
melimgkupi tuturan. Penutur A dan mitra tutur B adalah mahasiswi Sastra Inggris
yang telah memiliki latar belakang pemahaman yang sama. Mitra tutur B yang
berjualan kue telah mengetahui apa yang dimaksudkan oleh penutur A. Dari konteks
tersebut, dapat diketahui bahwa identitas mitra tutur B adalah mahasiswa Sanata
Dharma semester tiga yang memiliki kesukaan pada kue yang ada kacang dan
cokelat.
4.2.2.2 Fungsi Memberi Penjelasan Rinci
Fungsi mempertegas informasi adalah fungsi konteks dalam sebuah tuturan
dimana penutur memberikan informasi kemudian dipertegas oleh mitra tuturnya atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
sebaliknya mitra tutur mempertegas informasi yang disampaikan penutur. Penegasan
informasi itu dapat berupa afirmasi dari mitra tutur. Berikut analisis tuturan yang
termasuk kategori tersebut. Fungsi ini dapat diperinci menjadi dua bagian yakni; (1)
memberi penjelasan rinci peristiwa sebelum tuturan, (2) memberi penjelasan rinci
pengetahuan peserta tutur. Berikut cuplikan analisis datanya.
1. Memberi Penjelasan Rinci Peristiwa Sebelum Tuturan
Tuturan 1H
A: Kalau produksi naik berarti biaya naik juga. B: Gimana yah. Aku gak dong e. A: Masa kamu gak dong sih. Gini, kalo kamu memproduksi mobil banyak otomatis biayanya pun meningkat. (Konteks tuturan: tuturan ini terjadi pada hari Jumat, 13 Oktober 2017 pukul 12.25 WIB bertempat di depan Sekretariat Manajemen Universitas Sanata Dharma Mrican. Penutur A adalah mahasiswa Manajemen semester lima dan mitra tutur B adalah mahasiswa Manajemen. Tujuan tuturan adalah memberitahukan atau menjelaskan. Pokok pembicaraan dalam tuturan mengenai hukum produksi. Tuturan di atas menggunakan bahasa lisan dalam ragam santai). Fungsi konteks sosial tuturan di atas adalah memberi penjelasan rinci peristiwa
sebelum tuturan. Fungsi tersebut dapat diidentifikasi melalui konteks yang
melingkupi tuturan. Penutur A dan mitra tutur B adalah mahasiswa Universitas
Sanata Dharma yang telah memiliki latar belakang pemahaman. Sebelum tuturan
terjadi, penutur A dan mitra tutur B mengikuti kuliah. Kuliah tersebut berbicara
mengenai hukum produksi. Setelah perkuliahan tersebut, mitra tutur B belum
memahami esensi yang dibicarakan dalam mata kuliah. Hal itu membuat mitra tutur
B bertanya kepada penutur A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
2. Memberi Penjelasan Rinci Pengetahuan Peserta Tutur
Tuturan 1I
D1: Bu, ini blangko surat ijin penelitian, observasi yang dibutuhkan mahasiswa. Surat ini gak boleh ditulis tangan yah Bu! D2: Tapi ini ada yang tulis tangan lho Pak! D1: Iya Bu. Untuk nomor surat boleh ditulis tangan tetapi isi surat gak boleh. (Konteks tuturan: tuturan ini terjadi pada hari Kamis, 26 Oktober 2017 pukul 09.40 WIB bertempat di Sekretariat Manajemen. Penutur A adalah dosen Manajemen berjenis kelamin laki-laki dan mitra tutur B adalah dosen Manajemen berjenis kelamin perempuan. Tujuan tuturan adalah memberi informasi. Pokok pembicaraan adalah penggunaan blanko surat ijin penelitian dan observasi mahasiswa. Tuturan menggunakan bahasa lisan dalam ragam santai). Fungsi konteks sosial tuturan di atas adalah memberi penjelasan rinci
pengetahuan peserta tutur. Fungsi konteks tersebut dapat diidentifikasi melalui
konteks yang melingkupi tuturan. Penutur A adalah dosen senior Manajemen
sedangkan mitra tutur B adalah dosen junior Manajemen. Penutur A telah memiliki
pengetahuan yang mumpuni mengenai regulasi dalam surat ijin penelitian dan
observasi mahasiswa. Mitra tutur yang belum memiliki pengetahuan mapan dalam
hal pengurusan surat ijin sehingga memperoleh penjelasan rinci dari penutur A.
4.2 Pembahasan
Data yang telah dianalisis akan dibahas untuk mengetahui elemen konteks
sosial apa saja yang terdapat dalam tuturan dan fungsi apa saja yang diperankan
konteks sosial. Pada bagian pembahasan ini, peneliti akan menunjukkan elemen dan
fungsi yang diperankan konteks sosial berdasarkan data yang telah dianalisis. Peneliti
akan memaknai elemen dan fungsi yang terkandung dalam konteks sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Elemen-elemen konteks sosial yang digunakan peneliti dalam analisis data
tuturan merujuk teori Poedjosoedarmo (1985) sebagai pengembangan konsep Dell
Hymes. Dalam konsep memoteknik OOEMAU BICARA, yaitu (1) O1= orang
pertama, (2) O2= orang kedua, (3) emosi, (4) M= maksud tuturan, (5) A= orang
ketiga, (6) U= urutan tutur, (7) B= bab yang dipercakapkan, (8) I= instrumen tutur
atau sarana tutur, (9) C= citarasa tutur, (10) A= adegan tutur, (11) R= register
tutur/genre, (12) A = aturan atau norma kebahasaan lainnya.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa dalam menentukan maksud
berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta tahun akademik 2017/2018 ditemukan elemen konteks sosial yang
memuat sembilan elemen, elemen konteks sosial yang memuat sepuluh elemen dan
elemen konteks sosial yang memuat sebelas elemen. Elemen konteks yang memuat
sembilan elemen membentuk pola OOMUBICAA. Pola elemen-elemen ini terdiri
atas elemen O1 yakni penutur, O2 yakni mitra tutur, M yakni maksud dan tujuan
percakapan, U yakni urutan tutur, B yakni bab yang dibicarakan, I yakni instrument
atau sarana tutur, C yakni citarasa penutur, dan A yakni adegan tutur. Elemen konteks
yang memuat sepuluh elemen membentuk dua pola yakni; pertama, OOEMUBICAA.
Pola elemen ini terdiri atas O1 yakni penutur, O2 yakni mitra tutur, E yakni warna
emosi, M yakni maksud dan tujuan percakapan, U yakni urutan tutur, B yakni bab
yang dibicarakan, I yakni instrument atau sarana tutur, C yakni citarasa penutur, dan
A yakni adegan tutur. Kedua, pola OOMAUBICAA. Pola elemen ini terdiri atas O1
yakni penutur, O2 yakni Mitra tutur, M yakni maksud dan tujuan tuturan, A yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
adanya O3, U yakni urutan tutur, B yakni bab yang dibicarakan, I yakni instrument
atau sarana tutur, C yakni citarasa penutur, dan A yakni adegan tutur. Selain itu,
konteks sosial yang memuat sebelas elemen membentuk pola OOEMAUBICAA.
Pola ini terdiri atas elemen O1 yakni penutur, O2 yakni mitra tutur, E yakni warna
emosi, M yakni maksud atau tujuan tuturan, A yakni adanya O3, U yakni urutan
tutur, B yakni bab yang dibicarakan, I yakni instrument atau sarana tutur, C yakni
citarasa penutur, dan A yakni adegan tutur.
Berdasarkan jumlah elemen yang membentuk pola tersebut, peneliti
menemukan pandangan bahwa ada dua elemen konteks sosial yang relative yakni
Emosi dan O3. Kehadiran dua elemen konteks sosial ini dikatakan relatif karena
bergantung pada warna emosi dan pelibat tutur dalam sebuah tuturan. Jika tuturan
tersebut hanya dibangun oleh dua (O1 dan O2) orang maka konsekuensi logisnya
elemen O3 tidak hadir. Namun, jika tuturan tersebut dibangun oleh tiga orang atau
lebih, maka elemen O3 hadir dalam tuturan tersebut. Cuplikan data tuturan yang tidak
memuat elemen E dan O3 dapat dilihat pada data tuturan 1a dan 2a.
Selain kedua elemen tersebut, adapula elemen register yang tidak hadir dalam
setiap tuturan. Hal ini disebabkan oleh bentuk tuturan yang dibangun oleh penutur
dan mitra tutur. Peneliti menemukan bentuk tuturan yang dibangun adalah bentuk
tuturan yang belum mapan sehingga elemen register tidak hadir. Bentuk register
dikatakan sudah mapan bila jenis wacana dalam bentuk surat-menyurat dinas, kuliah,
percakapan dengan telepon, pidato (pembukaan dan penutup), atur-atur kenduri, dan
sebagainya (Baryadi, 2015:28). Bentuk tuturan seperti ini pada umumnya terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
dalam situasi formal. Cuplikan data tuturan yang tidak memuat elemen register dapat
dilihat pada semua data tuturan. Hal ini disebabkan karena semua data tuturan tidak
memuat elemen register.
Berdasarkan temuan tersebut maka peneliti berpendapat bahwa teori komponen
tutur atau elemen konteks sosial Poedjosudarmo tidak relevan untuk bentuk tuturan
dalam situasi santai. Teori komponen tutur Poedjosudarmo hanya relevan digunakan
dalam ruang tuturan formal yang telah mempunyai bentuk yang mapan namun tidak
relevan untuk bentuk tuturan informal.
Menurut pandangan peneliti, tuturan yang terjadi dalam sebuah masyarakat
tutur tidak hanya berbentuk formal tetapi juga informal. Tuturan-tuturan yang terjadi
antarmahasiswa dan dosen di luar kelas pada umumnya terjadi dalam situasi santai.
Tuturan-tuturan tersebut tidak surat-menyurat dinas, pidato dan sebagainya yang
memiliki struktur pembukaan, isi, dan penutup. Konsekuensinya, elemen register
tidak hadir. Dengan demikian, perlu adanya teori elemen konteks sosial yang
mewadahi bentuk tuturan tersebut.
Berdasarkan analisis elemen yang telah ditemukan dan dengan dasar
pemahaman yang sama antarpelibat tutur, peneliti juga menemukan fungsi yang
diperankan oleh konteks sosial dalam tuturan..
Rahardi (2005) mendefinisikan konteks sebagai semua latar belakang
pengetahuan yang diasumsikan sama-sama dimiliki penutur dan mitra tutur serta yang
mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan penutur itu dalam
proses bertutur. Menurutnya, konteks yang dimaksud adalah konteks situasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
mewadahi bahasa tersebut. Konteks yang dimaksud dapat mencakup dua hal, yakni
konteks yang bersifat sosial dan konteks yang bersifat sosietal (Rahardi, 2009).
Berdasarkan pandangan tersebut, peneliti berpendapat bahwa konteks sosial berfungsi
sebagai latar belakang pemahaman yang sama antara penutur dan mitra tutur.
Konteks nyatanya tidak hanya berfungsi sebagai latar belakang pemahaman
antara penutur dan mitra tutur tetapi memiliki fungsi lain. Fungsi-fungsi itu adalah
fungsi memberi informasi tambahan dan fungsi memberi penjelasan rinci Fungsi
memberi informasi tambahan dapat dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, fungsi
memberi informasi tambahan peristiwa sebelum tuturan. Fungsi ini dapat
diperhatikan pada analisis data 1E. Kedua, fungsi memberi informasi tambahan
pengetahuan peserta tutur. Fungsi tersebut dapat dilihat pada analisis data 1F. Ketiga,
fungsi memberi informasi tambahan identitas peserta tutur. Fungsi ini dapat dilihat
pada contoh analisis data 1G.
Fungsi memberi penjelasan rinci dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama,
fungsi memberi penjelasan rinci peristiwa sebelum tuturan. Fungsi ini dapat dilihat
pada contoh analisis data 1H. Kedua, fungsi memberi penjelasan rinci pengetahuan
peserta tutur. Fungsi tersebut dapat dilihat pada contoh analisis data 1I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Elemen dan fungsi konteks merupakan dua entitas yang dapat menentukan
maksud berkomunikasi antarmahasiswa dan dosen non-FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018.
Ada dua belas elemen konteks sosial yang dikembangkan oleh
Poedjosudarmo yakni OOEMAUBICARA. Namun, tidak semua elemen itu hadir
dalam sebuah tuturan. Ada tuturan yang memuat sembilan elemen dengan pola
OOMUBICAA, ada tuturan yang memuat sepuluh elemen dengan pola
OOEMUBICAA dan OOMAUBICAA, dan adapula tuturan yang memuat sebelas
elemen dengan pola OOEMAUBICAA. Tuturan-tuturan yang terjadi dalam situasi
informal pada umumnya tidak memiliki register. Hal ini sebabkan karena tuturan-
tuturan tersebut belum mapan.
Berdasarkan data penelitian ditemukan dua fungsi konteks sosial. Kedua
fungsi konteks tersebut adalah fungsi memberi informasi tambahan dan fungsi
memberi penjelasan rinci. Fungsi konteks sosial memberi informasi tambahan dapat
dibagi menjadi empat bagian yakni memberi informasi tambahan peristiwa sebelum
tuturan, memberi informasi tambahan pengetahuan peserta tutur, dan memberi
informasi tambahan kronologis. Fungsi memberi penjelasan rinci dapat dibagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
menjadi dua yakni memberi penjelasan rinci peristiwa sebelum tuturan dan memberi
penjelasan rinci pengetahuan peserta tutur.
5.2 Saran
Peneliti memiliki dua saran yang ingin diajukan. Adapun saran tersebut sebagai
berikut.
1. Penelitian ini saya sadari masih jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran
yang konstruktif sangat membantu peneliti.
2. Peneliti mengharapkan adanya penelitian lanjutan yang lebih dalam mengenai
elemen dan konteks dalam menentukan maksud berkomunikasi antarmahasiswa
dan dosen non-FKIP Universitas Sanata Dharma tahun akademik 2017/2018..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Rhineka Cipta.
Baryadi, I Praptomo. 2015. Teori-Teori Linguistik Pascastruktural Memasuki
Abad Ke-21. Yogyakarta: PT Kanisius. Furchan, Arief.1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional. Hofmann, Th. R. 1995. Realms Of Meaning. New York: Longman Publishing. Harmoko, Danang Dwi.2015. Analisa Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Komunikasi antar Negara Anggota Asean. ABA BSI Jakarta. (http://lppm.bsi.ac.id/SNIT2015/BidangD/D01_01-06_2015-SNIT_DanangDwiHarmoko_BAHASA%20INDONESIA%20SEBAGAI%20BAHASA%20KOMUNIKASI.pdf. Diunduh pada tanggal 25 Oktober 2017.
Kramsch, Claire. 1993. Context and Culture in Teaching Language. New York:
Oxford University Press. Leech, Geoffrey. 1983. The Principles of Pragmatics. New York: Longman Group
Limited. Lubis, Hamid Hasan. 2011. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Penerbit Angkasa. Nadar, F.X. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. 2009. Yogyakarta: Graha Ilmu. Malinowsky, Bronislaw. 1923. “The Problem of Meaning in Primitive Language”
dalam Ogeden , C.K. dan I.A. Richards (ed). The Meaning of Meaning London: Routledge & Keegan. Paul. Ltd.
Moleong, J. Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Parera, J.D. Teori Semantik. Jakarta: Penerbit Erlangga. Pranowo. 2014. Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rahardi, Kunjana. 2005. Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
----------------------.2006. Dimensi-dimensi Kebahasaan. Jakarta: Penerbit Erlangga. ---------------------.2009. Sosiopragmatik. Jakarta: Penerbit Erlangga. Satwiko Budiono. Hubungan Bahasa, Kelas Sosial, dan Umur dalam Masyarakat.
https://satwikobudiono.wordpress.com/2013/10/03/hubungan-bahasa-kelas-sosial-dan-usia-dalam-masyarakat/. Diunduh pada tanggal 12 Januari 2017.
Suandi, I. Nengah. 2007. Sosiolinguitik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press. Sumarsono. 2017. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Penerbit Angkasa. Yule, George. 2017. Pragmatics. New York: Oxford University Press. Zamzani. 2007. Kajian Sosiopragmatik. Yogyakarta: Citra Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Data Tuturan dan Hasil Penelitian Skripsi dengan Judul Kajian Elemen dan Fungsi Konteks Sosial dalam Menentukan Maksud Berkomunikasi Antarmahasiswa dan Dosen
Non-FKIP di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Akademik 2017/2018 Oleh: Pilipus Wai Lawet (141224002)
Pembimbing 1: Dr. Kunjana Rahardi, M.Hum.
Petunjuk Triangulasi: 1. Trianggulator memberikan tanda centang (√) pada kolom ya/tidak yang menggambarkan penilaian Anda. 2. Berilah catatan pada kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisis elemen dan fungsi konteks sosial. 3. Setelah mengisi tabulasi data, triangulator membubuhi tanda tangan pada akhir. Keterangan pengkodean. A : Mahasiswa 1 B : Mahasiswa 2 C : Mahasiswa 3 D1 : Dosen 1 D2 : Dosen 2 No Data Tututran Deskripsi Konteks
Tuturan Elemen Tuturan Fungsi
Tuturan Identifikasi Elemen dan
Fungsi Tuturan
Trianggulasi Keterangan Ya Tidak
1. A: Presentasi kelompok kemarin parah banget. B: Kenapa? A: Gak ada yang mengerti. Semua pada diam.
Tuturan ini terjadi pada hari Selasa, 10 Oktober 2017 pukul
10.45 WIB bertempat di Student Hall USD
Mrican.
O1: Mahasiswa Manajemen semester 3. O2: Mahasiswa Manajemen semester 3. Emosi: Kecewa.
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3 dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Maksud dan tujuan: Mengungkapkan kekesalan atau kekecewaan. O3: - Urutan bicara: O1 memulai pembicaraan kemudian ditanggapi oleh O2. Bab: Hasil presentasi kelompok. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: santai Adegan Tutur: Student Hall. Register: - Aturan: bahasa santun.
2. A: Kemarin aku sendirian di SH. B: Sendiri? Emang kamu datang jam berapa? A: Jam 10.00.
Tuturan ini terjadi pada hari Selasa, 10 Oktober 2017 pukul 15.00 WIB bertempat di Student Hall USD Mrican.
O1: Mahasiswa Manajemen semester 3. O2: Mahasiswa Manajemen semester 3. Emosi: Kesal. Maksud dan tujuan: Menginformasikan. O3: -
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3 dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. kekesalan. Bab : Menunggu di Student Hall. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Studen Hall. Register: - Aturan: Bahasa santun.
3. A: Kemarin tuh ada yang jual anak anjing. Genit banget lho. Murah lagi, cuma Rp200.000. B: Terus kamu gak ambil? A: Gak e. Belum ada uang.
Tuturan ini terjadi pada hari Rabu, 1 Oktober 2017 pukul 12.35 bertempat di Student Hall USD Mrican. Bahasa lisan dengan suasana santai.
O1: Mahasiswi Sastra Inggris semester 3. O2: Mahasiswi Sastra Inggris semester 3. Emosi: Gembira. Maksud dan tujuan: Menginformasikan. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Penjualan anak anjing. Instrumen: Bahasa lisan.
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3 dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Student Hall. Register: - Aturan: Bahasa santun.
4. A: Inikan uang dari hasil kerja keras sendiri. B: Oalah. Emang kamu jualan dimana sih? A: Jualan bunga di lampu merah. B: Wah keren!
Tuturan ini terjadi pada hari Kamis, 12 Oktober 2017 pukul 10.15 WIB bertempat di Student Hall USD Mrican.
O1: Mahasiswa Sastra Indonesia semester tiga. O2: Mahasiswa Sastra Indonesia semester tiga. Emosi: Senang. Maksud dan tujuan: Menginformasikan. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Penjualan bunga. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Student Hall. Register: - Aturan: Bahasa santun.
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3 dan register. Penutur A memberi informasi tambahan kepada mitra tutur B mengenai perolehan uang dengan cara menjual bunga di lampu merah. .
5. A: Kalau produksi naik Tuturan ini terjadi O1: Mahasiswa Memberi Tuturan ini tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
berarti biaya naik juga. B: Gimana yah. Aku gak dong e. A: Masa kamu gak dong sih. Gini, kalo kamu memproduksi mobil banyak otomatis biayanya pun meningkat.
pada hari Jumat, 13 Oktober 2017 pukul 12.25 bertempat di depan sekretariat Manajemen USD Mrican.
manajemen semester lima. O2: Mahasiswa manajemen semester lima. Emosi: - Maksud dan tujuan: Memberitahukan. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Hukum produksi. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Halaman depan sekretariat Manajemen. Register: - Aturan: Bahasa santun.
penjelasan rinci.
memuat elemen O3 dan register. Penutur penjelasan rinci kepada mitra tutur.
6. A: Kamu mau kemana? B: Aku ada kelas e. A: Yah udah. Sukses yah.
Tuturan ini terjadi pada hari Senin, 16 Oktober 2017 pukul 09.30 WIB bertempat di depan sekretariat
O1: Mahasiswi Bimbingan Konseling semester lima. O2: Mahasiswi Bimbingan Konseling
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3 dan register. Penutur memberi informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Bimbingan Konseling USD Paingan.
semester tiga. Emosi: - Maksud dan tujuan: Menginformasikan. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Menginformasikan jadwal kuliah. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: bahasa santai. Adegan tuturan: Halaman depan sekretariat BK. Register: - Aturan: Bahasa santun.
tambahankepada mitra tutur.
7. A: Aku Semalam Pulangnya Jam Sembilan Lho. B: Anjir. Sama siapa sih? A: Sendirian aja.
Tuturan ini terjadi pada hari Senin 16 Oktober 2017 pukul 10.15 WIB bertempat di depan sekretariat Farmasi USD Paingan.
O1: Mahasiswa Farmasi semester lima. O2: Mahasiswa Farmasi semester lima. Emosi: Menyesal. Maksud dan tujuan:
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3 dan register Penutur A memberi informasi tambahan kepada mitra tutur B.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Menginformasikan. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Mengerjakan tugas kuliah. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai Adegan tuturan: Depan sekretariat Farmasi. Register: - Aturan: Bahasa santun.
8. A: Ada tempat yang kosong gak? B: Ada bro sini. A: Dimana? A: Sini lho! B: Yah makasih yah.
Tuturan ini terjadi pada hari Senin 16 Oktober 2017 pukul 12. 10 WIB bertempat di parkiran USD Paingan.
O1: Mahasiswa teknik semester lima. O2: Mahasiswa teknik semester lima. Emosi: - Maksud dan tujuan: Memberitahukan. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Instrumen: Bahasa lisan.
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3. Penutur menginformasi- kan kepada mitra tutur terkait tempat yang masih kosong di area parkiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Ragam bahasa: Lisan. Adegan tuturan: Parkiran Paingan. Register: - Aturan: Bahasa santun.
9. A: Kami dari Farmasi akan menjelaskan mengenai Turbuh Haler. B: Emang apa sih itu. A: Turbuhaler adalah salah satu inhaler berbentuk tabung yang di dalamnya terdapat obat dalam bentuk kering.
Tuturan ini terjadi pada hari Rabu 18 Oktober 2017 pukul 09.35 WIB bertempat di depan Sekretariat Prodi Bimbingan Konseling USD Paingan.
O1: Mahasiswa Farmasi semester satu. O2: Mahasiswa BK semester tujuh. Emosi: - Maksud dan tujuan: Memberitahukan. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Informasi mengenai Turbuhaler. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan sekretariat BK. Register: - Aturan: Bahasa santun.
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
10. A: Kamu lebih suka film atau novel?
Tuturan ini terjadi pada hari Kamis 19
O1: Mahasiswi Sastra Inggris semester satu.
Memberi informasi
Tuturan ini tidak elemen emosi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
B : Kalau aku film. C: Aku malah lebih suka baca novelnya ketimbang filmnya.
Oktober 2017 pukul 11.15 WIB bertempat di depan ruang K 21 USD Mrican
O2: Mahasiswi Sastra Inggris semester satu. Emosi: - Maksud dan tujuan: Menyatakan kesukaan O3: Mahasiswi Sastra Inggris semester satu. Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2 dan O3. Bab: Buku bacaan. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan ruang K 21 Register: - Aturan: Bahasa santun.
tambahan. dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
11. D1: Bu, ini blangko surat izin penelitian, observasi yang dibutuhkan mahasiswa. Surat ini gak boleh ditulis tangan yah Bu! D2: Tapi ini ada yang tulis tangan lho Pak! D1: Iya Bu. Untuk
Tuturan ini diambil pada hari Kamis, 26 Oktober 2017 pukul 09.40 WIB di Sekretariat Manajemen. Bahasa lisan dalam situasi santai.
O1: Dosen pria prodi Manajemen. O2: Dosen wanita prodi Manajemen. Emosi: - Maksud dan tujuan: Memberi informasi. O3: - Urutan Bicara: O1
Memberi penjelasan rinci.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberi penjelasan kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
nomor surat boleh ditulis tangan tetapi isi surat gak boleh.
memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Blanko surat ijin penelitian mahasiswa. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan sekretariat Manajemen. Register: - Aturan: Bahasa santun.
12. A: Nomor tiga tadi kok sulit banget. B: Iya e kok sulit banget. Kamu ngerjain gak? A: Ngerjain sih tapi gak selesai.
Tuturan ini terjadi pada hari Selasa, 10 Oktober 2017 pukul 10.30 WIB bertempat di depan ruang K42.
O1: Mahasiswi Manajemen semester 5. O2: Mahasiswa Manajemen semester 5. Emosi: Kecewa. Maksud atau tujuan: Mengungkapkan kekecewaan mengenai sulitnya soal ujian. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Kesulitan
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3 dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
mengerjakan soal ujian. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: di depan ruang K42. Register: - Aturan: Bahasa santun.
13. A: Kelompok kita kemarin bahas bab 5 kan? B: Iya. C: Itu kan tentang pasar Indonesia, bukan? B: Iya tentang pasar Indonesia.
Tuturan ini terjadi pada hari Kamis, 12 Oktober 2017 pukul 14.25 WIB bertempat di perpustakaan USD kampus dua.
O1: Mahasiswa manajemen semester tiga O2: Mahasiswa Manajemen semester tiga Emosi: - Maksud dan tujuan: Menanyakan. O3: Mahasiswa Manajemen semester tiga. Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2 dan O3. Bab: Presentasi kelompok. Instrumen: Bahasa
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini elemen emosi dan register. Mitra tutur C memberi informasi tambahan kepada penutur A dan mitra tutur B.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: PerpustakaanUSD. Register: - Aturan: Bahasa santun.
14. A: Ngapain? B : Bimbingan. A: Sukses yah!
Tuturan ini terjadi pada hari Selasa, 10 Oktober 2017 pukul 10.30 WIB bertempat di depan Sekretariat Prodi Manajemen.
O1: Mahasiswa Manajemen semester 5. O2: Mahasiswa Manajemen semester 7. Emosi: - Maksud dan tujuan: Bertanya. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Bimbingan skripsi. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Bahasa santai. Adegan tuturan: Sekretariat prodi
Memberi informasi tambahan .
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberikan informasi tambahan kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Manajemen. Register: - Aturan: Bahasa santun.
15. A: Eh..nanti ingetin aku yah! B: Iya. Nanti diingetin biar gak lupa bawain kameranya. A: Makasih.
Tuturan ini terjadi pada hari Rabu, 11 Oktober 2017 pukul 12.15 WIB bertempat di Student Hall USD Mrican. Penutur meminta mitra tutur untuk mengingatkannya.
O1: Mahasiswa Sastra Inggris semester satu. O2: Mahasiswi Sastra Inggris semester satu. Emosi: - Maksud dan tujuan: Menyuruh. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Memerintah. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Student Hall. Register: - Aturan: Bahasa santun.
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tuturnya.
16. A: Kabarin aja yah kalo kamu udah selesai ujian! B: Oh iya deh. A: Di tempat biasa yah!
Tuturan ini terjadi pada hari Kamis, 12 Oktober 2017 pukul 10.45 WIB bertempat di depan Sekretariat
O1: Mahasiswa Sastra Inggris semester 5. O2: Mahasiswi Sastra Inggris semester 5. Emosi: -
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Sastra Inggris USD Mrican.
Maksud dan tujuan: memerintah. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Membuat janji. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: halaman depan sekretariat Sastra Inggris. Register: - Aturan: Bahasa santun.
informasi tambahan kepada mitra tutur.
17. A: Kue yang enak itu untuk aku yah! B: yang mana? A: Yang penting ada cokelat sama kacang. B: Oww yah..ini ada dua.
Tuturan ini terjadi pada hari Jumat 20 Oktober 2017 pukul 11.45 WIB bertempat di Student Hall USD Mrican.
O1: Mahasiswi Sastra Inggris semester satu. O2: Mahasiswi Sastra Indonesia semester satu. Emosi: - Maksud dan tujuan: Membeli kue. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2.
Memberi penjelasan rinci
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberi penjelasan rinci kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Bab: Menyatakan keinginan. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Student Hall. Register: - Aturan: Bahasa santun.
18. A: Fenomena yang langkah harus diabadikan. Ayo foto bareng! B: Benar tuh. A: Ok deh. B: Dishare ke IG ku yah!
Tuturan ini terjadi pada hari Rabu, 11 Oktober 2017 pukul 11.30 WIB bertempat di depan Sekretariat Sastra Inggris USD Mrican.
O1: mahasiswa Sastra Indonesia semester 9. O2: mahasiswa Sastra Indonesia semester 7. Emosi: - Maksud dan tujuan: memberi pendapat. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Mengabadikan peristiwa langkah. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Bahasa santai. Adegan tuturan: Depan sekretariat
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Sastra Inggris. Register: - Aturan: Bahasa santun.
19. A: Ikut farmasi aja. B: Lewat mana? A: Sini aku tunjukin. Lewat lorong itu.
Tuturan ini terjadi pada hari Selasa 24 Oktober 2017 pukul 11.00 WIB halaman tengah USD Paingan.
O1: Mahasiswi Bimbingan Konseling semester tiga. O2: Mahasiswi Bimbingan Konseling semester tiga. Emosi: - Maksud dan tujuan: Mengajak. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Memberi petunjuk jalan. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: halaman tengah kampus USD Paingan. Register: - Aturan: Bahasa santun.
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
20. D1: Kelas gak? D2: Gak e. D1: Ayo ke ruangan saya bentar. Aku ada perlu sebentar ma kamu.
Tuturan ini diambil pada hari Kamis, 26 Oktober 2017 di Sekretariat Sastra Inggris.
O1: Dosen wanita prodi Sastra Inggris. O2: Dosen wanita prodi Sastra Inggris. Emosi: - Maksud dan tujuan: Mengajak. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Meminta persetujuan. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: santai. Adegan tuturan: depan sekretariat Sastra Inggris. Register: - Aturan: Bahasa santun.
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
21. A: Jadi cewe thu kayak gitu. B: Ia ee. A: Jangan terlalu cepat percaya dengan omongan lelaki. B: Emang. Ngapain
Tuturan ini terjadi pada hari Senin 16 Oktober 2017 pukul 14.25 WIB bertempat di depan Sekretariat Bimbingan Konseling USD
O1: Mahasiswa BK semester tiga. O2: Mahasiswa BK semester tiga. Emosi: - Maksud dan tujuan: Memberi nasihat.
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
cepet percaya. Paingan. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Menjadi cewe yang tidak mudah percaya. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan sekretariat BK. Register: - Aturan: Bahasa santun.
mitra tutur.
22. A: Lewat kene wae! B: Gak ah. Kene wae. Lewat sini lebih dekat bro.
Tuturan ini terjadi pada hari Selasa 17 Oktober 2017 pukul 13.20 WIB bertempat di depan USD Mrican.
O1: Mahasiswa Sastra Inggris semester tiga. O2: Mahasiswa Sastra Inggis semester tiga. Emosi: - Maksud dan tujuan: Mengajak. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Mencari jalan. Instrumen: Bahasa lisan.
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur A memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan USD Mrican. Register: - Aturan: Bahasa santun.
23. A: Kita makan di burjo yah! B: Lesehan aja. Males burjo terus. A: Ya udah. Lesehan mana? B: Itu lho yang deket apatemen Sejahtera. Enak kok di situ makanannya. Murah lagi.
Tuturan ini terjadi pada hari Rabu 18 Oktober 2017 pukul 13.00 WIB bertempat di parkiran USD Paingan.
O1: Mahasiswa Teknik Mesin semester satu. O2: Mahasiswa Teknik Mesin semester satu. Emosi: - Maksud dan tujuan: Mencari tempat makan siang. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Mencari tempat makan. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Parkiran Paingan. Register: - Aturan: Bahasa
Memberi penjelasan rinci.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberi penjelasan rinci kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
santun. 24. A: Rambutmu digituin
cocok lho. B: Iya po? A: Iya. bagus banget kalo kamu buat gitu.
Tuturan ini terjadi pada hari Rabu, 11 Oktober 2017 pukul 10.20 WIB bertempat di depan sekretariat Sastra Inggris USD Mrican.
O1: Mahasiswi Sastra Inggris semester 5. O2: Mahasiswi Sastra Inggris semester 5. Emosi: - Maksud dan tujuan: Memuji. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Penataan rambut. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan sekretariat Sastra Inggris. Register: - Aturan: bahasa santun.
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
25. A: Cieh udah selesai ni e.. B: Harusnya difoto dulu. C: Iya nih. Ayo kita foto bareng!
Tuturan ini terjadi pada hari Kamis, 12 Oktober 2017 pukul 10.35 WIB bertempat di depan sekretariat Sastra Inggris USD Mrican.
O1: Mahasiswa Sastra Inggris semester 5. O2: Mahasiswa Sastra Inggris semester 5. Emosi: Senang. Maksud dan tujuan:
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen register. Mitra memberi informasi tambahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Mengucapkan selamat dan meminta foto bersama. O3: Mahasiswa Sastra Inggris semester 9. Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2 dan O3. Bab: Foto bersama. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Bahasa santai. Adegan tuturan: depan sekretariat Sastra Inggris Register: - Aturan: Bahasa santun.
26. A: Minumku dimana yah? B: Nih Pulpimu. A: Makasih yah.
Tuturan ini terjadi pada hari Rabu, 11 Oktober 2017 09.45 WIB bertempat di halaman depan sekretariat Manajemen kampus USD Mrican. Penutur bertanya
O1: Mahasiswi Manajemen semester satu. O2: Mahasiswi Manajemen semester satu. Emosi: - Maksud dan tujuan: Menanyakan.
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
kepada mitra tutur keberadaan botol air minumnya.
O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Mencari minuman. Instrumen: Bahasa lisan Ragam bahasa: bahasa santai Adegan tuturan: Halaman depan sekretariat Manajemen Register: - Aturan: Bahasa santun.
27. A: Katanya ujian. B: Hmm A: Jam berapa? B: Sejam lagi.
Tuturan ini terjadi pada hari Rabu, 11 Oktober 2017 08.30 WIB bertempat di depan Sekretariat Manajemen USD Mrican.
O1: Mahasiswa Manajemen semester 3. O2: Mahasiswi Manajemen semester 3. Emosi: - Maksud dan tujuan: Menanyakan. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3. Penutur memberikan informasi tambahan kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
ditanggapi O2. Bab: Menanyakan jam ujian. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai Adegan tuturan: Depan sekretariat Manajemen. Register: - Aturan: Bahasa santun.
28. A: Mi, bawa buku gak? B: Nih aku bawa. Manajemen Operasi kan? A: Sipp. Makasih yah! A: Ya sama-sama.
Tuturan ini terjadi pada hari Kamis, 12 Oktober 2017 bertempat di depan Sekretariat Manajemen USD Mrican.
O1: Mahasiswi Manajemen semester lima. O2: Mahasiswi Manajemen semester lima. Emosi: - Maksud dan tujuan: Menanyakan. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Buku paket Manajemen. Instrumen: Bahasa lisan
Memberi penjelasan rinci.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberikan penjelasan yang rinci kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Ragam bahasa: Santai Adegan tuturan: Halaman depan sekretariat manajemen Register: - Aturan: Bahasa santun.
29. A: Lagi Nunggu Siapa? B: Kaprodi nih. A: Kayaknya lagi ngajar e.
Tuturan ini terjadi pada hari Kamis, 12 Oktober 2017 pukul 13.25 WIB bertempat di depan sekretariat Sastra Inggris USD Mrican.
O1: Mahasiswa Sastra Inggris semester lima. O2: Mahasiswa Sastra Inggris semester tujuh. Emosi: - Maksud dan tujuan: Menanyakan O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Bertanya untuk menyapa. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Halaman depan sekretariat Manajemen. Register: -
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Aturan: Bahasa santun.
30. A: Ehh..itu kakaknya. B: Yang sok kenal thu lho. A: Dia prodi Sastra Inggris juga lho. B: Iya Semester lima.
Tuturan ini terjadi pada hari Jumat, 13 Oktober 2017 pukul 10.30 WIB bertempat di depan Sekretariat Sastra Inggris USD Mrican.
O1: mahasiswa Sastra Inggris semester tiga. O2: mahasiswa Sastra Inggris semester tiga. Emosi: - Maksud dan tujuan: Bertanya. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Seorang lelaki. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Halaman depan Sekretariat Sastra Inggris. Register: - Aturan: Bahasa santun.
Memberi penjelasan rinci.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberikan penjelasan rinci kepada mitra tutur.
31. A: Mba Ety ada tuh sana. A: Mana? B: Tuh sana pojokan.
Tuturan ini terjadi pada hari Senin 16 Oktober 2017 bertempat di depan ruangan P2TKP USD
O1: Mahasiswa Farmasi semester tiga. O2: Mahasiswa Farmasi semester tiga. Emosi: -
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Paingan. Maksud dan tujuan: Bertanya untuk menegur/menyapa. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Menanyakan kemana perginya seseorang. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan P2TKP Register: - Aturan: Bahasa santun.
informasi tambahan kepada mitra tutur.
32. A: Bab 2 Udah Belum? B: Udah kok. C: Berarti tinggal penutup aja kan? B: Iya.
Tuturan ini terjadi pada hari Senin 16 Oktober 2017 pukul 12.15 WIB bertempat di halaman tengah USD Paingan.
O1: Mahasiswa Farmasi semester lima. O2: Mahasiswa Farmasi semester lima. Emosi: - Maksud dan tujuan: Bertanya. O3: Mahasiswa Farmasi semester
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen emosi dan register. Mitra tutur memberi informasi tambahan kepada penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
lima. Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2 dan O3. Bab: Makalah kelompok. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Halaman tengah USD Paingan. Aturan: Bahasa santun. Register: -
33. A: Udah Siap Belum? B: Belum E. Aku Belum Selesai Buat PPT. B: Mulai jam 2 kan? A: Ya.
Tuturan ini terjadi pada hari Selasa 17 Oktober 2017 bertempat di Student Hall USD Mrican.
O1: Mahasiswa Sastra Indonesia semester satu. O2: Mahasiswi Sastra Indonesia semester satu. Emosi: Cemas. Maksud dan tujuan: Menanyakan waktu untuk presentasi. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3 dan regsiter. Penutur memberikan informasi tambahan kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
ditanggapi O2. Bab: Presentasi kelompok. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Student Hall. Register: - Aturan: Bahasa santun.
34. A: Mana yang lain? B: Entahlah. A: Nay mana? B: Dia lagi mandi.
Tuturan ini terjadi pada hari Selasa 17 Oktober 2017 bertempat di Student Hall USD Mrican.
O1: Mahasiswi Sastra Inggris semester tiga. O2: Mahasiswi Sastra Inggris semester tiga. Emosi: - Maksud dan tujuan: Menanyakan keberadaan anggota kelompok. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Menanyakan keberadaan anggota kelompok. Instrumen: Bahasa lisan.
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Student Hall. Register: - Aturan: Bahasa santun.
35. A: Kamu sekelas sama Olive gak? B: Gak e. Emang kenapa? A: Gak kok. Aku ada perlu ma dia. Makasih yah!
Tuturan ini terjadi pada hari Kamis 19 Oktober 2017 bertempat di depan ruang K 21 USD Mrican.
O1: Mahasiswi Sastra Inggris semester satu. O2: Mahasiswi Sastra Inggris semester satu. Emosi: - Maksud dan tujuan: Bertanya. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Menanyakan keberadaan seseorang. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan ruang K 21 Register: - Aturan: Bahasa santun.
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
36. A: Horison itu apa? B: Itu lho majalah
Tuturan ini terjadi pada hari Kamis 19
O1: Mahasiswi Sastra Inggris semester satu.
Memberi informasi
Tuturan ini tidak memuat elemen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
sastra. Oktober 2017 bertempat di depan ruang K 21 USD Mrican
O2: Mahasiswi Sastra Inggris semester satu. Emosi: - Maksud dan tujuan: Memberi informasi. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Menanyakan tentang majalah Horison. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan ruang K 21. Register: - Aturan: Bahasa santun.
tambahan. O3, emosi dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
37. A: Kamu bisa bikin programnya? B: Kalo aku sih jujur belum bisa e.
Tuturan ini terjadi pada hari Selasa, 24 Oktober 2017 pukul 10.00 bertempat di halaman tengah USD Paingan.
O1: Mahasiswa Teknik Elektro semester lima. O2: Mahasiswa Teknik Elektro semester tiga. Emosi: - Maksud dan tujuan: bertanya.
Memberikan penjelasan rinci.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Mitra tutur B memberi penjelasan secara rinci kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Menanyakan kesanggupan. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Ruang tengah USD Paingan. Register: - Aturan: Bahasa santun.
38. A: Kamu punya novel gak? B: Novel apa? A: Novel Matahari. B: Oh yang penulisnya Tere Liye? A: Iya. B: Gak e. Kamu punya pinjem dong! A: Gak punya juga aku.
Tuturan ini terjadi pada hari Kamis 19 Oktober 2017 bertempat di Student Hall USD Mrican.
O1: Mahasiswa Sastra Indonesia semester satu. O2: Mahasiswi Sastra Indonesia semester satu. Emosi: - Maksud dan tujuan: Bertanya untuk meminjam buku. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2.
Memberi penjelasan rinci.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberikan penjelasan rinci mengenai sebuah novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Student Hall. Register: - Aturan: Bahasa santun.
39. A: Foto dimana nih? B: Sini aja. A: Ihh…aku malu. Apa di sana aja yah? Gak ada orang di sana. A: Yah udah sana aja.
Tuturan ini terjadi pada hari Senin 23 Oktober 2017 bertempat di halaman tengah USD Mrican.
O1: Mahasiswi Sastra Inggris semester satu. O2: Mahasiswi Sastra Inggris semester satu. Emosi: malu. Maksud dan tujuan: bertanya. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Tempat untuk memotret. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Halaman tengah kampus USD Mrican. Register: - Aturan: Bahasa
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3 dan regsiter. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
santun. 40. A: Ngapain lu kuliah?
B: Yah untuk masa depan lah. A: Gak usah kuliah aja.
Tuturan ini terjadi pada hari Senin 16 Oktober 2017 bertempat di depan sekretariat Farmasi USD Paingan.
O1: Mahasiswa Farmasi semester lima. O2: Mahasiswa Teknik Mesin semester lima. Emosi: Gembira. Maksud dan tujuan: Bercanda. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Kuliah. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan sekretariat Farmasi. Register: - Aturan: Bahasa santun.
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3. Mitra tutur memberi informasi tambahan kepada penutur.
41. A: Gita kamu ukuran berapa? B: Gak usah ngece! Ukuran apa sih? A: Gak ngece.
Tuturan ini terjadi pada hari Rabu 18 Oktober 2017 bertempat di depan Sekretariat Prodi
O1: Mahasiswi BK semester satu. O2: Mahasiswi BK semester satu. Emosi: Senang.
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3 dan register. Penutur memberi penjelasan rinci
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
B: Kita sama kan? A: Emang iya po? B: Ya ialah.
Bimbingan Konseling kampus USD Paingan.
Maksud dan tujuan: Bercanda. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: ukuran baju. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan sekretariat BK. Register: - Aturan: Bahasa santun.
kepada mitra tutur.
42. A: Lho..tidak ikut merasakan kenikmatan? B: Gak dikasih sih. A: Nih coba dikit. B: Makasih.
Tuturan ini terjadi pada hari Selasa 24 Oktober 2017 di depan ruang konsultasi Psikologi USD Paingan.
O1: Mahasiswa Psikologi semester lima. O2: Mahasiswi Psikologi semester lima. Emosi: Gembira. Maksud dan tujuan: Bertanya dan bercanda. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2.
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3 dan register. Memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Bab: Makan manga. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan ruang konsul Psikologi. Register: - Aturan: Bahasa santun.
43. A: Fis…katanya air di kosanmu mati po? B: Kata siapa? A: Kata ibu kosmu. B: Mungkin ibu kos yang mati.
Tuturan ini terjadi pada hari Selasa 24 Oktober 2017 parkiran USD Paingan.
O1: Mahasiswi Farmasi semester lima. O2: Mahasiswi Farmasi semester lima. Emosi: Senang. Maksud dan tujuan: Bercanda. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Air. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Parkiran Paingan.
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3 dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Register: - Aturan: Bahasa santun.
44. A: Suster Katrin! B: Ya. Terlambat kamu. Cepat sudah masuk kelas! A: Hehehehe
Tuturan ini terjadi pada hari Rabu 18 Oktober 2017 pukul 10.30 WIB bertempat di depan Sekretariat Prodi Bimbingan Konseling USD Paingan.
O1: Mahasiswa BK semester lima. O2: Mahasiswi BK semester lima. Emosi: Senang. Maksud dan tujuan: Menyapa. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: keterlambatan. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan sekretariat BK. Register: - Aturan: Bahasa santun.
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3 dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
45. A: Landasan teori siapa yah? B: Aku aja deh! A: Ya udah kamu yah. B: Oke. Berarti kamu bagian pembahasan.
Tuturan ini terjadi pada hari Rabu 18 Oktober 2017 pukul 11.00 WIB bertempat di halaman tengah USD Paingan. Waktu
O1: Mahasiswa Farmasi semester lima. O2: Mahasiswi Farmasi semester lima.
Memberi informasi tambahan..
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Mitra tutur memberi informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
pukul 11.00 WIB. Situasi santai.
Emosi: - Maksud dan tujuan: Menyepakati. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: Pembagian tugas membuat makalah. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Halaman tengah kampus USD Paingan. Register: - Aturan: Bahasa santun.
tambahan kepada penutur.
46. A: Kamu udah baca novel yang kemaren? B: Moodku lagi gak baik buat baca e. A: Yayaya.
Tuturan ini terjadi pada hari Kamis 19 Oktober 2017 bertempat di Student Hall USD Mrican.
O1: Mahasiswi Sastra Inggris semester satu. O2: Mahasiswi Sastra Inggris semester satu. Emosi: - Maksud dan tujuan: Memberikan informasi. O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
ditanggapi O2. Bab: Membaca buku. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Student Hall. Register: - Aturan: Bahasa santun.
47. D1: Bisa gak kalo dipakai perwakilan? D2: Ra iso. Harus leadernya ikut. D1: Oh iya Pak.
Tuturan ini terjadi pada hari Rabu, 25 Oktober Oktober 2017 di depan Sekretariat Manajemen USD Mrican.
O1: Dosen wanita prodi Manajemen. O2: Dosen pria prodi Manajemen. Emosi: - Maksud dan tujuan: Meminta persetujuan O3: - Urutan bicara: O1 memulai kemudian ditanggapi O2. Bab: meminta perwakilan dalam sebuah pertemuan. Instrumen: Bahasa lisan. Ragam bahasa: Santai. Adegan tuturan: Depan sekretariat
Memberi informasi tambahan.
Tuturan ini tidak memuat elemen O3, emosi dan register. Penutur memberi informasi tambahan kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Manajemen. Register: - Aturan: Bahasa santun.
Yogyakarta, November 2017
Menyetujui
Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI