Post on 28-Apr-2019
i
HALAMAN JUDUL
GAMBARAN KEBUTUHAN DAN TEKANAN PSIKOLOGIS
REMAJA TUNANETRA MENGGUNAKAN METODE
ANALISIS TEMATIK CERITA MIMPI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Clothilde Arum Jayatri Rejeki
119114080
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
HALAMAN JUDUL
PSYCHOLOGICAL NEEDS AND PSYCHOLOGICAL
PRESSURES FOR VISUALLY IMPAIRED ADOLESCENT
ACKNOWLEDGED BY USING THE THEMATIC ANALYSIS
OF DREAM
A Final Thesis
Presented as Partial Fulfillment of The Requirements
To Obtain Sarjana Psikologi Degree
In Psychology Study Program
By:
Clothilde Arum Jayatri Rejeki
119114080
PSYCHOLOGY STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF PSYCHOLOGY
FACULTY OF PSYCHOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
GAMBARAN KEBUTUHAN DAN TEKANAN PSIKOLOGIS
REMAJA TUNANETRA MENGGUNAKAN METODE
ANALISIS TEMATIK CERITA MIMPI
Disusun oleh:
Clothilde Arum Jayatri Rejeki
119114080
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Dr. Tjipto Susana, M.Si Tanggal:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
GAMBARAN KEBUTUHAN DAN TEKANAN PSIKOLOGIS
REMAJA TUNANETRA MENGGUNAKAN METODE
ANALISIS TEMATIK CERITA MIMPI
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama : Clothilde Arum Jayatri R.
NIM : 119114080
Telah dipertahankan di depan panitia penguji
pada tanggal 16 November 2015
dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji:
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Dr. Tjipto Susana M.Si
_____________
Sekretaris : C. Siswa Widyatmoko M.Si
_____________
Anggota : C. Wijoyo Adinugroho M.Psi _____________
Yogyakarta,
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
(Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si). M.Sc)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN MOTTO &
PERSEMBAHAN
Don’t let anyone look down on you because
you are young, but set an example for the
believers in speech, in conduct, in love, in
faith, and in purity.
1 Timothy 4 : 12
Tulisan ini kupersembahkan untuk
Tuhan Yesus yang Maha Baik, Bapak, Mama, Ibu, Mbak Ayu, dan
Mas Lian!
How wonderful the Lord is putting the people we need in our life to shape us and
mold us to be just the way we should be.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Oktober 2015
Penulis,
Clothilde Arum Jayatri Rejeki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
GAMBARAN KEBUTUHAN DAN TEKANAN PSIKOLOGIS REMAJA
TUNANETRA MENGGUNAKAN METODE ANALISIS TEMATIK
CERITA MIMPI
Clothide Arum Jayatri Rejeki
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan psikologis remaja
penyandang tunanetra. Analisis penelitian ini menggunakan metode analisis tema
yang dibuat oleh Murray dengan menggunakan cerita mimpi dengan tema
tertentu. Analisis tematik cerita mimpi dipilih karena sesuai dengan pernyataan
yang telah dikemukakan oleh Freud bahwa mimpi memiliki kemampuan untuk
mengungkap gambaran mengenai kebutuhan dan kecemasan. Subjek berjumlah 3
orang yang berusia antara 16-18 tahun dengan kriteria tunanetra yang tinggal di
asrama. Data yang dikumpulkan berupa cerita mimpi para penyandang tunanetra
dengan tema-tema yang sudah ditentukan oleh peneliti. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa remaja penyandang tunanetra memiliki kebutuhan akan
penerimaan, kebutuhan menyerang orang lain serta kebutuhan bebas untuk dirinya
sendiri. Tekanan yang dimiliki oleh remaja penyandang tunanetra adalah
perlakuan tidak baik, ketidakmampuan serta kesendirian. Berdasarkan pada
dinamika yang dimiliki oleh remaja penyandang tunanetra, terlihat bahwa
penyandang tunanetra cenderung memiliki anxious-ressistant attachment, self
accusation, dan mengalami deprivasi emosi.
Kata Kunci: kebutuhan, tekanan psikologis, mimpi, remaja penyandang tunanetra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
PSYCHOLOGICAL NEEDS AND PSYCHOLOGICAL PRESSURES FOR
VISUALLY IMPAIRED ADOLESCENT ACKNOWLEDGED
BY USING THE THEMATIC ANALYSIS OF DREAM
Clothilde Arum Jayatri Rejeki
ABSTRACT
This study aims to find out the psychological needs of young people with
visual impairment. Analysis of this study is using the thematic analysis made by
Murray. Analysis is carried out on the dream story of the subject with the specific
theme which is created by the researcher. Thematic analysis of the dream story is
chosen because it is correspond with the statement that has been put forward by
Freud that dreams are the expression of the needs and pressures. Subjects were 3
people aged between 16-18 years with the criteria of visually impaired
adolescents who lives in dormitories. The data collected is in the form of a dream
story of the visually impaired adolescent with the themes that have been
determined by the researcher. The results showed that visually impaired
adolescents have a need for acceptance, the need to attack others as well as the
need to free him-self. Not treated well, incompetence and loneliness are the
psychological pressures by these young people with visual impairment. Based on
the dynamics that are owned by young people with visual impairments, it appears
that visually impaired adolescent tend to have anxious-resistant attachment, self-
accusation, and experienced emotional deprivation.
Key Words: Need, Press, Dream, Visually Impaired Adolescent.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Clothilde Arum Jayatri Rejeki
Nomor Mahasiswa : 119114080
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“Gambaran Kebutuhan Dan Tekanan Psikologis Remaja Tunanetra
Menggunakan Metode Analisis Tematik Cerita Mimpi”
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 3 Desember 2015
Yang menyatakan
(Clothilde Arum Jayatri Rejeki)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat, rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Gambaran Kebutuhan dan Tekanan Psikologis Remaja
Tunanetra Menggunakan Metode Analisis Tematik Cerita Mimpi”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat
memperoleh gelar sarjana psikologi program studi S1 jurusan Psikologi
Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Selesainya skripsi ini tidak lepas dari peran penting berbagai pihak,
sehingga pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati serta rasa
hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. Pada proses
penulisan tugas akhir ini, saya ucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas segala berkat dan kasih karunia-
Nya yang diberikan dari awal sampai akhir penulisan skripsi.
2. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. selaku pembimbing yang memberikan
pengarahan serta solusi dalam pengerjaan skripsi ini hingga selesai.
Terimakasih atas pertanyaan-pertanyaan yang membimbing saya untuk
semakin mendalami secara lebih baik.
3. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, M.Si atas bimbingannya serta diskusi
dalam melakukan analisis tematik dan pembahasan. Terimakasih atas
masukan yang telah diberikan.
4. Ibu dan Bapak Wiyoto selaku Kepala Yayasan Yaketunis atas
kesempatan, bimbingan, dan diskusinya selama pengambilan data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Bapak, Mama, Ibu, Mbak Ayu, dan Mas Lian yang telah mendukung
penulis dalam segala hal serta memberikan motivasi. Terima kasih
yang tak terhingga buat kalian. Love you!
6. Kekasih hati Aluisius Bachtiar Bayu S. , serta Ibu, Bapak, Mas Pungki,
Zeta, dan Rere yang selalu menemani penulis dan memberikan
dukungan selama penulisan ini.
7. Sahabat seperjuangan Silla, Hervy, Yoan, Netty, Jojo, Mbak Tirza,
Clara, Suster Petra, Anita, Wila, Mandana, dan Bella. Dinamika
selama penulisan skripsi ini tidak akan seru tanpa kalian guys!!!
8. Seluruh dosen di Jurusan Psikologi Universitas Sanata Dharma yang
telah memberikan ilmu pengetahuan yang berguna selama penulis
duduk di bangku kuliah dan seluruh karyawan Jurusan Psikologi
Universitas Sanata Dharma (Mas Gandung, Bu Nanik, Pak Gik),
terima kasih atas pelayanan yang diberikan sehingga penulis dapat
kuliah dengan nyaman dan pada akhirnya dapat menyelesaikan skripsi
dengan baik.
9. Seluruh teman Psikologi USD Angkatan 2011 (Jangan Panik, Mari
Piknik) terimakasih teman, kalian memberikan warna selama
perkuliahan ini.
10. Semua pihak, baik langsung maupun tidak, yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
skripsi ini. Saran dan kritik diharapkan untuk perbaikan-perbaikan pada masa
yang akan datang. Semoga dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
Yogyakarta, 10 Oktober 2015
Penulis
Clothilde Arum Jayatri R
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN .......................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
1. BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 10
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 10
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12
2.1 Kebutuhan Psikologis ............................................................................. 12
2.1.1 Pemahaman tentang Kebutuhan Psikologis ........................................ 12
2.1.2 Hal-hal yang berkaitan dengan Kebutuhan Psikologis. ...................... 14
2.1.2.1 Motivasi .......................................................................................... 14
2.1.2.2 Motif ................................................................................................ 15
2.1.2.3 Press ................................................................................................ 16
2.1.2.4 Interaksi Kebutuhan dan Tekanan : Tema ...................................... 17
2.1.3 Tipe-tipe Kebutuhan Psikologis ......................................................... 18
2.1.4 Review Literatur tentang Metode Asesmen Kebutuhan Psikologis
Tunanetra........................................................................................................... 30
2.2 Remaja Tunanetra ................................................................................... 31
2.2.1 Pengertian Remaja Tuna Netra ........................................................... 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.2.2 Tunanetra dalam Tinjauan Mendetail ................................................. 32
2.2.3 Karateristik Tunanetra ........................................................................ 34
2.2.4 Review literatur tentang Remaja Tunanetra ....................................... 40
2.3 Analisis Cerita Mimpi ............................................................................ 41
2.3.1 Pemahaman Mimpi ............................................................................. 41
2.3.1.1 Hubungan Need dapat terlihat dari Mimpi ...................................... 42
2.3.2 Analisis Tematik ................................................................................. 48
3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 51
3.1 Metode Penelitian ................................................................................... 51
3.2 Fokus Penelitian ..................................................................................... 51
3.3 Subjek Penelitian .................................................................................... 52
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 54
3.5 Analisis Data .......................................................................................... 55
3.6 Validitas Penelitian ................................................................................. 56
4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 57
4.1 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 57
4.2 Hasil Penelitian ....................................................................................... 58
4.2.1 Subjek I ............................................................................................... 58
4.2.2 Subjek II .............................................................................................. 69
4.2.3 Subjek III ............................................................................................ 79
4.2.4 Dinamika Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek
1, 2 dan 3 ........................................................................................................... 90
4.2.5 Pembahasan ........................................................................................ 97
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 99
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 99
5.2.1. Saran ................................................................................................. 100
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 102
LAMPIRAN ........................................................................................................ 107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar bagan motivasi ....................................................................... 15 Gambar 2. Interaksi kebutuhan dan tekanan ......................................................... 17
Gambar 3. Diagram need dan press ...................................................................... 44 Gambar 4. Proses need menjadi mimpi................................................................. 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jenis Kebutuhan ....................................................................................... 19 Tabel 2 Contoh dari analisis tematik :................................................................... 50 Tabel 3 Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek I .................. 62 Tabel 4 Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek II ................. 72
Tabel 5 Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek III ............... 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Individu yang mengalami tunanetra adalah individu yang indera
penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima
informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang yang punya penglihatan
yang baik. Berdasarkan pada tingkat ketajaman penglihatan, tunanetra terbagi atas
dua macam yaitu buta dan low vision . Dikatakan buta jika individu sama sekali
tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar. Sementara individu yang low
vision masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajamannya
lebih dari 6/21 yang artinya berdasarkan tes hanya mampu membaca huruf pada
jarak 6 meter yang oleh orang berpenglihatan normal dapat dibaca pada jarak 21
meter, atau jika hanya mampu membaca ’headline’ pada surat kabar (Somantri,
2007).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2009 sekitar 314
juta jiwa di seluruh dunia mengalami gangguan penglihatan dengan 45 juta jiwa
mengalami kebutaan atau tunanetra (Zeeshan & Aslam, 2013). Berbagai penyakit
yang menyebabkan tingginya angka kebutaan di Indonesia, antara lain katarak
(0,78%), glukoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%), sedangkan sisanya akibat
penyakit kornea (0,10%), retina (0,13%), dan kekurangan vitamin A
(xeroftalmia). Berdasarkan hasil survei kesehatan tahun 2008, Indonesia memiliki
prosentase kebutaan sebesar 0,9% dan termasuk negara yang memiliki angka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kebutaan karena katarak terbesar se-Asia Tenggara (Anna, 2011). Berdasarkan
komposisi difabilitas di Indonesia, individu yang mengalami tunanetra cukup
banyak yaitu sebesar 15,9%. (Yogasari, 2013)
Seorang tunanetra, dalam kondisinya yang khusus atau luar biasa dengan
berbagai kesulitannya, sering menghadapi berbagai masalah karena hambatan
dalam fungsi penglihatannya. Para penyandang tunanetra mengalami keterbatasan
dalam keanekaragaman pengalaman, interaksi dengan lingkungan, serta dalam
mobilitasnya, mereka semakin terhambat karena tidak tersedianya fasilitas yang
memadahi (“Fasilitas minim”, 2015). Pada akhirnya perlakuan yang diterima anak
tunanetra membentuk sikap tersendiri, menurut Sukini Pradopo (dalam Somantri,
2005) terdapat beberapa gambaran sifat anak tunanetra diantaranya ialah ragu-
ragu, rendah diri, dan curiga pada orang lain. Sedangkan Sommer (dalam
Somantri, 2005) mengatakan bahwa anak tunanetra cenderung memiliki sifat-sifat
takut yang berlebihan, menghindari kontak sosial, mempertahankan diri dan
menyalahkan orang lain, serta tidak mengakui kecacatannya.
Kesehatan dan fungsi fisik seseorang juga mempengaruhi dan membentuk
kesejahteraan psikologis individu, sehingga tidak semua orang dapat menjadi
sejahtera, terutama kaum minoritas (Schmitt & Branscombe dalam Lianawati,
2008) yang dalam hal ini adalah kaum penyandang tunanetra. Kesejahteraan
psikologis merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kesehatan
psikologis individu berdasarkan pemenuhan kriteria fungsi psikologis positif
(positive psychological functioning). Hal ini dikemukakan oleh para ahli
psikologi, Ryff (dalam Amawidyati & Utami, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Para penyandang tunanetra menunjukkan penurunan kesejahteraan
psikologis yang secara spesifik berkaitan dengan fungsi visualnya, misalnya
dalam hal relasi sosialnya dan penerimaan dukungan sosial (Mclivane &
Reinhardt, 2001; Pinquart & Pfeiffer, 2009). Selain itu, mereka cenderung
mengalami stres lebih tinggi, tingkat kepuasan perkawinan yang lebih rendah,
kesehatan mental dan kendali akan kesejahteraan psikologis yang menurun
(Gardner & Harmon, 2002). Bahkan apabila dibandingkan dengan populasi
normal, para penyandang tunanetra di usia awal cenderung memiliki tingkat
depresi yang lebih tinggi dan kesejahteraan yang lebih rendah.
Diungkapkan pada studi yang sama, pada populasi tunanetra di Eropa,
terganggunya fungsi penglihatan membawa dampak negatif terbesar dalam
menurunkan kesejahteraan individu (Carney, 2004; Linely & Joseph, 2005),
Padahal, Mills (2010) menjelaskan bahwa kesejahteraan psikologis merupakan
indikator keseimbangan antara dampak negatif dan positif dari suatu kondisi yang
dialami individu. Selain itu, kesejahteraan psikologis penting karena memiliki
kesejahteraan psikologis yang tinggi akan mendukung kesehatan yang lebih baik,
memperpanjang umur, meningkatkan usia harapan hidup, dan menggambarkan
kualitas hidup dan fungsi individu (Diener dkk, 2009).
Menurut Davis (dalam Kartikasari 2013), individu-individu yang
mendapatkan dukungan sosial memiliki tingkat psychological well-being yang
lebih tinggi. Dukungan sosial sendiri diartikan sebagai rasa nyaman, perhatian,
penghargaan, atau pertolongan yang dipersepsikan oleh seorang individu yang
didapat dari orang lain atau kelompok (Cobb, 1976; Gentry & Kobasa, 1984;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Wallston, Alagna, DeVellis, & DeVellis, 1983; Wills, 1974, dalam Sarafino,
1990). Dukungan ini dapat berasal dari berbagai sumber, diantaranya pasangan
keluarga, teman, rekan kerja, dokter, maupun organisasi sosial.
Subjective well-being merupakan salah satu kajian dalam psikologi positif,
dan pendekatan teori yang ada salah satunya menggunakan teori need and goal
satisfaction (McGregor & Little, 1998). Penelitian Nayana (2013) menjelaskan
bahwa kebutuhan remaja akan keberadaan dan perhatian orang tua dapat menjadi
salah satu penentu kondisi well-being seorang anak. Kesejahteraan juga dapat
dijelaskan dengan teori-teori klinis yang turut dijadikan dasar seperti teori
Abraham Maslow mengenai aktualisasi diri, yang menjelaskan bahwa seorang
akan mencapai aktualisasi diri ketika kebutuhannya telah terpenuhi secara
optimal. (Alwisol, 2007)
Penjelasan diatas menunjukan pengalaman dan kesejahteraan dari anak-
anak tunanetra ternyata berbeda dengan anak yang tumbuh normal pada
umumnya. Fakta dalam kehidupan keseharian, kelompok tunanetra kurang
mendapatkan perhatian dan seringkali terhambat pula dalam relasi sosialnya.
Kecacatan fisik karena tidak dapat melihat menjadi kendala tersendiri bagi
kelompok tunanetra untuk dapat berinteraksi dengan sesamanya. Sebagian besar
dari orang tunanetra sudah tinggal di asrama sejak kecil dan hanya melakukan
relasi dengan teman-teman di asrama, hal ini dapat menimbulkan keterhambatan
dan kebutuhan afeksi dalam perkembangan anak. (Hurlock, 1980). Kebutuhan
psikologis yang tidak terpenuhi dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan
psikologis, seperti tertekan (Murray dalam Hall & Lindzey, 1993). Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Maslow (dalam Alwisol, 2007) juga mengungkapkan akibat dari kegagalan
pemenuhan kebutuhan psikologis. Kegagalan memenuhi kebutuhan cinta menjadi
sumber hampir semua bentuk psikopatologi, dan kegagalan memenuhi kebutuhan
keamanan dapat mengakibatkan obssesive-compulsive.
Santrock (2003: 24) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial, remaja
mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam
emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam
perkembangan. Kebutuhan psikologis yang tidak terpenuhi dapat menimbulkan
permasalahan-permasalahan psikologis, seperti tertekan (Murray dalam Hall &
Lindzey, 1993). Selain itu, Maslow (dalam Alwisol, 2007) juga mengungkapkan
akibat dari kegagalan pemenuhan kebutuhan psikologis.
Kegagalan memenuhi kebutuhan cinta menjadi sumber hampir semua
bentuk psikopatologi, dan kegagalan memenuhi kebutuhan keamanan dapat
mengakibatkan obsesif-kompulsif. Erikson (dalam Alwisol, 2009) mengatakan
bahwa masa remaja merupakan masa krisis. Hal ini dikarenakan pada masa ini
remaja berusaha untuk menemukan indentitas dirinya. Kekacauan indentitas
mungkin terjadi seperti terbaginya gambaran diri, ketidakmampuan membina
persahabatan yang akrab, dan lain sebagainya. Kekacauan identitas yang berlebih
dapat mengakibatkan penyesuaian diri yang patologis dalam bentuk regresi ke
perkembangan sebelumnya.
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran
kebutuhan psikologis remaja penyandang tunanetra. Alasan peneliti melihat
kebutuhan psikologis sebagi aspek yang penting untuk diteliti karena pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dasarnya setiap kebutuhan akan menuntut untuk dipenuhi. Menurut Murray
(dalam Alwisol, 2007), pada dasarnya setiap tingkah laku seseorang terdorong
untuk melakukan pemenuhan kebutuhan yang muncul. Pemenuhan kebutuhan ini
akan membuat seseorang mendatangkan kondisi yang menenangkan maupun
memuaskan. Begitu pula sebaliknya, kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi akan
menimbulkan perasaan yang mengecewakan hingga kondisi menekan (Hall &
Lindzey, 1993). Maka, kebutuhan-kebutuhan psikologis yang tidak dapat
terpenuhi akan menimbulkan permasalahan-permasalahan psikologis, seperti
cemas, depresi.
Dalam melihat kebutuhan diketahui ada beberapa alat tes yang dapat
menunjukan kebutuhan seseorang. Pada penelitian sebelumnya Herlina, Euis, dan
Sitti (2008) mencari tentang profil kebutuhan psikologis mahasiswa tunanetra
yang belajar di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Sampel penelitian berjumlah 10 orang. Metode pengumpulan data menggunakan
kuesioner, wawancara, dan tes psikologi yaitu tes EPPS. Alat tes psikologis
seperti EPPS dianggap tidak sesuai sebagai alat ukur kebutuhan psikologis bagi
remaja tunanetra, dimana EPPS belum memiliki alat tes braille untuk remaja
tunanetra dan EPPS hanya mencakup 15 kebutuhan saja dan memungkinkan
subjek untuk melakukan faking good. Gronlund (1997) menunjukkan bahwa
ketika soal EPPS dibacakan secara lisan dalam pengerjaannya, hal ini akan
menimbulkan gangguan dari suara atau pelavalan dari tester yang membacakan.
Jika tidak membacakan dengan nada yang netral, maka hal ini akan menjadikan
petunjuk bagi subjek dalam menjawab pertanyaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
A. Reber dan Reber (2010) mengatakan bahwa cara paling efektif untuk
melihat kebutuhan psikologis seseorang adalah dengan menggunakan alat tes
projektif. Thematic Apperception Test (T.A.T). T.A.T merupakan salah satu tes
projektif dengan metode analisis isi, dimana subjek diminta untuk menceritakan
kejadian dalam kartu yang dirancang secara ambigu (Bellak & Abrams, 1997).
Namun, pada kenyataannya TAT tidak dapat digunakan oleh anak tunanetra
karena mereka tidak dapat melihat gambar kartu untuk mereka ceritakan
gambaran kebutuhan mereka.
Analisis Mimpi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
melihat kebutuhan dan tekanan psikologis bagi remaja tunanetra dikarenakan
analisis mimpi bersifat mengungkap ketidaksadaran seseorang dan dapat
diterapkan oleh remaja tunanetra. Analisis mimpi dapat mengungkan kebutuhan
dan tekanan seseorang, oleh karena itu analisis mimpi merupakan dasar pemikiran
Murray dalam pembuatan tes projektif T.A.T (Bellak & Abrams, 1997).
Penelitian sebelumnya menyebutkan fungsi mimpi seperti halnya
psikoterapi yang dapat membuat seseorang menjadi lebih baik. Sebuah mimpi
yang kita alami bisa menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan sesuatu dan
juga mengetahui sesuatu yang akan terjadi (Weiss & Lillie, 1986). Ketika kita
bermimpi maka kita seperti melakukan katarsis yang melibatkan rangkaian
peristiwa beserta emosi yang muncul dalam mimpi tersebut, sehingga itu akan
mengurangi tegangan dari dalam pikiran kita dan juga menjadi bahan refleksi
dalam bertindak. (Blumer 1933; Denzin 1990)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Mimpi merupakan salah satu dari aktivitas otak ketika kita sedang tertidur.
Mimpi diciptakan oleh otak yang berfungsi untuk memikirkan kembali kejadian
yang telah terlewat dan mengaturnya dalam ingatan kita. Saat kita tertidur, otak
merefleksikan hal-hal yang kita ingat atau yang kita pikirkan disaat belum tidur
dan membuatnya seperti film yang terlihat nyata disaat kita bermimpi. (Hunt,
1989). Tanpa kita sadari, mimpi selalu berhubungan dengan pengalaman sehari-
hari kita. Mimpi yang muncul dalam cerita merupakan hasil konstruksi pikiran
dan refleksi dari pengalaman yang kita alami. Goffman (dalam Freud, 1956)
menyatakan bahwa mimpi terdiri dari konstruksi visual imagery yang melibatkan
emosi dan perasaan seseorang. Sebuah mimpi adalah deretan pemikiran, citra,
suara, dan emosi yang dialami pikiran saat tidur (Freud, 1956)
Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa orang tunanetra dapat
bermimpi, (Kirtley, 1975), ketika seseorang tidak dapat melihat dan hanya
mengandalkan indera lain untuk menangkap rangsangan dan informasi sekitar,
maka seseorang pasti lebih berusaha keras untuk dapat membangun sebuah
rangkaian pengalaman. Bermimpi adalah pengalaman yang sangat visual untuk
orang-orang yang melihat. Sekitar setengah dari semua mimpi tunanetra juga
memiliki sensasi pendengaran, tapi dalam dua penelitian berskala besar kurang
dari satu persen yang merasakan sensasi pembauan, penciuman, serta perabaan
sensorik (Snyder, 1970; Zadra, Nielsen, & Donderi, 1998).
Kerr (1993) menunjukkan bahwa sifat sangat visual dalam mimpi
tunanetra. Studi peserta tunanetra yang tidur dalam laboratorium menggunakan
awakenings selama periode REM untuk mengumpulkan laporan mimpi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
menunjukkan hasil serupa dengan kuesioner dan wawancara studi (Amadeo &
Gomez, 1966; Berger, Olley, & Oswald, 1962; Kerr, Foulkes, & Schmidt, 1982
dalam Kerr, 1993). Substantif konten dalam laporan mimpi orang buta kurang
mendapat perhatian daripada ada atau tidaknya citra visual. Dari beberapa jurnal
yang ada, sebagian besar jurnal hanya menjelaskan mengenai konteks dalam
mimpi tunanetra. Kurangnya penjelasan penelitian mengenai analisis konten
mimpi bagi tunanetra untuk melihat kebutuhan dan tekanan yang muncul dalam
ketidaksadaran menjadi perhatian tersendiri. Berdasarkan penjabaran teoritis yang
ada peneliti ingin mengetahui dinamika kebutuhan siswa tunanetra.
Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif analisis tematik dengan
cerita mimpi. Pengambilan data penelitian akan menggunakan metode wawancara
terstruktur dan pengungkapan cerita mimpi dengan tema yang telah disusun oleh
peneliti. Metodologi ini menitikberatkan pada analisis cerita mimpi dan intepretasi
peneliti dalam mengungkapkan kebutuhan dan tekanan yang terkandung dalam
cerita subjek. Intepretasi tersebut akan didukung pula dengan hasil wawancara
dari significant other.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada apa yang telah dipaparkan, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran kebutuhan dan tekanan psikologis
yang dimiliki remaja penyandang tunanetra yang terungkap dalam cerita mimpi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kebutuhan
psikologis remaja penyandang tunanetra dengan analisis tematik menggunakan
cerita mimpi.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan
pengetahuan dan pemahaman ilmu psikologi, terutama psikologi
kepribadian dan psikologis perkembangan mengenai kebutuhan psikologis
(need) dan tekanan (press) pada remaja penyandang tunanetra.
2. Manfaat Praktis
a. Gambaran mengenai kebutuhan psikologis yang dimiliki oleh remaja
penyandang tunanetra diharapkan dapat membantu para penyandang
tunanetra untuk lebih memahami diri sendiri.
b. Penelitian ini juga bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat sekitar
para penyandang tunanetra agar dapat lebih menyadari mengenai
kebutuhan-kebutuhan psikologis yang dimiliki para penyandang
tunanetra sehingga dalam upaya melakukan pemenuhan kebutuhan
psikologis dapat memberikan bantuan agar kebutuhan psikologis para
penyandang tunanetra dapat terpenuhi secara maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebutuhan Psikologis
2.1.1 Pemahaman tentang Kebutuhan Psikologis
Menurut Murray (dalam Alwisol, 2009), pemahaman diri harus dilakukan
secara personal. Dalam prinsip ini, Murray sangat terpengaruh oleh Freud yang
menekankan mengenai keunikan manusia secara individualitas. Murray melihat
bahwa masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang semuanya memiliki
pengaruh yang sama dalam menentukan perilaku individu dan perlu adanya
pemahaman mengenai fungsi lainnya. Dalam “A need theory of personaliy”
Murray menjelaskan bahwa disadari atau tidak, setiap perilaku manusia didasari
oleh motivasi tertentu Ini merupakan asumsi dasar dari pandangan psikologi.
Motivasi merupakan kekuatan dinamis, pemberi energi, dan pengarah perilaku
manusia. Dalam pembahasan motivasi harus berbicara mengenai kebutuhan-
kebutuhan. Teori Murray bersifat neurofisiologis, dalam arti kepribadian manusia
dipahami dari akar fisiologisnya. Murray menjelaskan bahwa manusia memiliki
tegangan dalam diri salah satunya dijelaskan dengan tidak tepenuhinya kebutuhan.
Kebutuhan menurut Murray (dalam Alwisol, 2009 ; Hall & Lindzey, 1993)
merupakan suatu konstruk pada bagian otak yang memiliki suatu kekuatan dan
mengatur beberapa hal seperti persepsi, apersepsi, konasi dan mengubah situasi
yang ada dan yang tidak memuaskan. Kebutuhan dapat langsung dibangkitkan
melalui proses internal, tetapi lebih sering dibangkitkan oleh pengaruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
lingkungan. Kebutuhan menunjukkan dirinya dengan mengarahkan individu untuk
mendapatkan atau menghindari, mengarahkan perhatian dan merespon tekanan-
tekanan tertentu. Setiap kebutuhan biasanya dibarengi oleh perasaan atau emosi
tertentu yang khas dan memiliki cara tertentu untuk mengekspresikannya.
Kebutuhan dapat bersifat lama atau sementara.
Biasanya, kebutuhan bertahan lama dan memunculkan serangkaian
perilaku yang mengubah situasi awal menjadi situasi yang menenangkan atau
memuaskan individu tersebut. Adanya kebutuhan dapat disimpulkan dari: (1) hasil
akhir dari tingkah laku, (2) pola-pola khusus dari tingkah laku, (3) perhatian dan
respon yang terjadi terhadap kelompok stimuli tertentu, (4) ekspresi terhadap
suasana emosi tertentu, (5) ekspresi kepuasan atau ketidakpuasan pada hasil
akhir,(6) ungkapan atau laporan subjektif mengenai perasaan, maksud dan tujuan
(Alwisol, 2009 ; Hall & Lindzey, 1993).
Kebutuhan-kebutuhan ini saling berinteraksi dan saling mempengaruhi.
Hal ini dikarenakan tidak ada kebutuhan yang berdiri sendiri dan setiap kebutuhan
memiliki kekuatan yang berbeda. Kebutuhan juga dapat dibedakan menurut
kondisi kepentingannya atau keinginannya dengan yang mana ada kekuatan
emosional dalam melakukan suatu tingkah laku, suatu karakteristik yang Murray
sebut sebagai kebutuhan prepotency. Apabila, sebagai contoh, kebutuhan terhadap
udara dan air tidak terpuaskan, hal tersebut bisa menjadi kebutuhan yang paling
diinginkan dan menjadi tingkah laku yang mendominasi secara keseluruhan. Pada
waktu lainnya, apabila kebutuhan primer sudah dipuaskan, kebutuhan agresi
mungkin menjadi kebutuhan yang terkuat. Kebutuhan tertentu bisa saling ber-fusi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
meskipun tidak selalu sama, bisa jadi saling melengkapi, sehingga dapat
dipuaskan oleh satu tingkah laku atau satu set tingkah laku. Sebagai contoh,
dengan mendapatkan popularitas dan kekayaan melalui suatu pekerjaan,
pencapaian prestasi, penguasaan, dan otonomi semua kebutuhannnya akan
terpuaskan. Konsep subsidiation mengacu pada situasi dimana satu kebutuhan
dilakukan untuk membantu memuaskan kebutuhan lainnya. Sebagai contoh, untuk
memuaskan kebutuhan afiliasi (n Aff) dengan bergabung dan berbaur bersama
orang lain, mungkin menjadi penting untuk berlaku sopan dan menghargai orang
lain (hanya untuk memenuhi kebutuhan dihargai). Kebutuhan untuk dihargai
kemudian menjadi pelengkap bagi kebutuhan afiliasi. (Schultz, 1981)
Berdasarkan pada definisi kebutuhan psikologis diatas, kebutuhan
merupakan sesuatu yang bersifat abstrak yang dimiliki oleh setiap individu yang
memiliki suatu kekuatan dan mengatur beberapa hal seperti persepsi, apersepsi,
konasi dan mengubah situasi yang ada dan yang tidak memuaskan. Kebutuhan
dapat muncul dari proses internal maupun eksternal. Pada dasarnya, dalam diri
individu terdapat banyak kebutuhan psikologis dan kebutuhan-kebutuhan
psikologis tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi sesuai dengan
kekuatan dari masing-masing kebutuhan tersebut.
2.1.2 Hal-hal yang berkaitan dengan Kebutuhan Psikologis.
2.1.2.1 Motivasi
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan
seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini
diantaranya adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Berdasarkan teori hierarki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
kebutuhan Abraham Maslow, arti motivasi adalah 'alasan' berkaitan dengan
pleasure principle yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang
individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang
tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang
diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Jadi, motivasi
merupakan suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia, yang
menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah laku.
Gambar 1. Gambar bagan motivasi
Sumber: “Modul TAT Universitas Surabaya”, oleh Sutyas Prihanto, 1993
2.1.2.2 Motif
William G Scott (1962: 82) menerangkan tentang motive adalah
kebutuhan yang belum terpuaskan yang mendorong individu untuk mencapai
tujuan tertentu. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan, motive adalah
dorongan yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan perbuatan guna
memenuhi kepuasannya yang belum terpuaskan. Selain itu, Maslow sebagaimana
diungkap pada halaman sebelumnya membagi kebutuhan manusia ke dalam
Kebutuhan
(need)
Dorongan
(drive)
Motif
Perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
beberapa hirarki, yakni kebutuhan-kebutuhan fisik, keselamatan dan keamanan,
sosial, penghargaan atau prestise dan kebutuhan aktualisasi diri.
Motif merupakan dorongan dalam diri manusia yang timbul dikarenakan
adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia tersebut. Motif
berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau to move. Karena itu
motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang
mendorong untuk berbuat atau driving force. Motif sebagai pendorong sangat
terikat dengan faktor - faktor lain, yang disebut dengan motivasi. Motivasi
merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku
ke arah tujuan.
2.1.2.3 Press
Tekanan dari suatu objek (bisa berupa manusia, benda, atau situasi) adalah
apa yang dapat dilakukan objek itu kepada subjek (penerima tekanan), suatu
kekuatan yang dimiliki oleh objek untuk mempengaruhi subjek dengan cara
tertentu. Variasi tekanan yang mengenai diri seseorang tak terhingga banyaknya,
atau sama dengan jumlah peristiwa yang ditemui orang setiap saat. Murray (1938)
menyebut berbagai tekanan terpenting yang biasanya dialami anak-anak. Ragam
tekanan pada anak-anak mudah dikenali dan diklasifikasi karena variasi
pengalaman anak yang masih sempit.
Ada dua jenis tekanan; tekana alfa (alfa press): kualitas lingkungan yang
muncul dalam kenyataan; dan tekanan beta (Beta Press): kualitas lingkungan
sebagaimana teramati oleh individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2.1.2.4 Interaksi Kebutuhan dan Tekanan : Tema
Dinamika sebuah unit perilaku dijelaskan Murray dengan mengajukan
tema , yang berkaitan dengan interaksi antara kebutuhan dan tekanan. Dalam
beberapa hal, tema adalah sebuah aspek proceeding; yang terakhir mendefinisikan
sebuah interaksi orang-orang atau orang objek yang dapat diamati dan dengan
waktu yang terbatas; yang pertama menjelaskan motif-motif yang bekerja dalam
interaksi itu.Karena beberapa proceeding dapat membentuk sebuah serial maka
sejumlah tema dapat dikombinasikan untuk membentuk tema serial.
Berkaitan dengan gagasan tema dan konsep kebutuhan utama Murray
menyebut need integrate (kebutuhan utuh)- sebuah kebutuhan untuk jenis
interaksi tertentu dengan jenis orang atau objek tertentu. Seringkali terjadi bahwa
seseorang mengasosiasikan objek tertentu dengan kebutuhan tertentu. Satu contoh
dari need integrate yaitu cinta pada musik klasik berhadapan dengan misalnya
rock, country atau jenis musik lain. Kita akan menghadapi need integrate dalam
cara yang lain nanti.
Gambar 2. Interaksi kebutuhan dan tekanan
Sumber: “Modul TAT Universitas Surabaya”, oleh Sutyas Prihanto, 1993
Secondary
(Psychogenic)
Need
Alpha
Beta
Press
Combine, Fuse,
and Interact
Differentiated
Behavior (Thema)
Primary
(Viscerogenic)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2.1.3 Tipe-tipe Kebutuhan Psikologis
Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993) membedakan tipe kebutuhan ke
dalam lima kelompok, yaitu:
a. Viscerogenic and Psychogenic Needs (Kebutuhan Viskerogenik atau Kebutuhan
Primer dan Kebutuhan Psikogenik atau Kebutuhan Sekunder)
Kebutuhan viskerogenik merupakan kebutuhan yang berhubungan dengan
organ-organ tubuh terutama berkaitan dengan kepuasan fisik. Contoh: kebutuhan
akan udara, air, makan, seks, laktasi, kencing dan defekasi. Sedangkan kebutuhan
psikogenik merupakan kebutuhan yang berasal dari kebutuhan viskerogenik dan
tidak memiliki hubungan dengan kepuasan fisik. Kebutuhan sekunder sebanyak
28 buah. Contoh: kebutuhan berprestasi, pengakuan, otonomi, eksibisi, dll.
b. Proactive and Reactive Needs (Kebutuhan Proaktif dan Kebutuhan Reaktif)
Kebutuhan proaktif adalah kebutuhan yang hampir selalu ditentukan dari
dalam diri. Kebutuhan ini bergerak dengan spontan sebagai akibat dari sesuatu
yang berasal dari dalam diri orang tersebut bukan akibat dari lingkungan.
Sedangkan kebutuhan reaktif merupakan kebutuhan yang digerakkan dari luar diri
individu sebagai akibat dari respon individu terhadap lingkungan.
c. Overt and Covert Needs (Kebutuhan Terbuka dan Kebutuhan Tertutup)
Kebutuhan overt merupakan kebutuhan yang nyata, dimana kebutuhan ini
dapat dilihat secara langsung atau segera yang tercermin dalam tingkah laku
motorik. Sedangkan kebutuhan covert merupakan kebutuhan yang laten atau
tersembunyi, dimana kebutuhan ini biasanya dikekang, dihambat atau ditekan
yang biasanya muncul dalam bentuk fantasi atau impian. Kebutuhan tertutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
merupakan hasil dari penginternalisasian superego, dimana superego menentukan
perilaku-perilaku yang pantas atau dapat diterima.
d. Focal and Diffuse Types of Needs (Kebutuhan yang Memusat dan Kebutuhan
yang Menyebar)
Kebutuhan yang memusat berarti kebutuhan yang memiliki hubungan
yang erat dengan objek-objek tertentu, sedangkan kebutuhan yang menyebar
berarti kebutuhan ini bersifat umum yang berlaku hampir di setiap keadaan.
e. Effect and Modal Types of Needs (Kebutuhan Akibat dan Kebutuhan Modal)
Kebutuhan akibat adalah kebutuhan yang mengarah pada suatu keadaan
yang diinginkan, sedangkan kebutuhan modal adalah kecenderungan untuk
melakukan perilaku-perilaku tertentu demi perilaku itu sendiri.
Tabel 1.
Jenis Kebutuhan Menurut Murray
Daftar Kebutuhan
Menurut Murray
Batasan Singkat Emosi yang
Terlibat
Press yang
Menyumbang
N Abasement
(merendah)
Tunduk secara pasif
kepada kekuatan
eksternal, merasa
bersalah bila orang
lain berbuat
kesalahan,
menerima
inferioritas,
fitnahan, kesalahan,
Malu
Berdosa
Rendah diri
Aggression (Agresi)
Dominance
(Kekuasaan orang
lain )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Daftar Kebutuhan
Menurut Murray
Batasan Singkat Emosi yang
Terlibat
Press yang
Menyumbang
kekalahan,
menyalahkan atau
membahayakan diri.
N Achievement
(berprestasi)
Untuk
menyelesaikan
sesuatu yang sulit
dan menarik,
menguasai,
mengatasi rintangan,
dan mencapai
standar, berbuat
sebaik mungkin,
bersaing
mengungguli orang
lain.
Semangat
Ambisi
Competing
Contemporary
(Tugas
Saingan )
N Affiliation
(berafiliasi)
Mendekati dan
menyenangi
kerjasama dengan
orang lain,
mendapat afeksi dari
orang yang
disenangi, menjadi
Kepercayaan
Afeksi
Cinta
Empati
Aloneness
(Kesendirian)
Friendship
(Positif: banyak
teman
Negatif: tidak
memiliki teman)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Daftar Kebutuhan
Menurut Murray
Batasan Singkat Emosi yang
Terlibat
Press yang
Menyumbang
teman bagi orang
lain, berbaik hati,
berbuat sesuatu
bersama dengan
orang lain.
N Agression
(menyerang)
Mengatasi oposisi
dengan kekerasan,
berkelahi, membalas
penghinaan,
menghukum,
melukai,
membunuh,
meremahkan,
mengutuk dan
memfitnah.
Menyerang
pendapat orang lain,
mempermainkan
orang lain.
Marah
Mengamuk
Benci
Agression (Agresi)
physical danger,
physical Injury
(Keterancaman
karena superioritas)
Rejection
(Penolakan)
N Autonomy
(mandiri)
Untuk menjadi
bebas, melawan
paksaan atau
Terhambat
Marah
Physical Insupport,
Coercion (Positif:
toleran, terbuka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Daftar Kebutuhan
Menurut Murray
Batasan Singkat Emosi yang
Terlibat
Press yang
Menyumbang
hambatan,
menghindari
kekuasaan orang
lain, mandiri, tidak
terikat, menolak
kelaziman. Berdiri
sendiri dalam
membuat keputusan,
menghindari urusan
dan campur tangan
orang lain.
Negatif: hambatan
fisik, kekuasaan )
N Counteraction
(mengimbangi)
Memperbaiki
kegagalan dengan
berjuang lagi,
menghilangkan
pelecehan,
mengatasi
kelemahan,
menekan takut,
mengembalikan
nama baik,
mempertahankan
Kebanggaan
Bersalah
Succorance
(Tuntutan tanggung
jawab )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Daftar Kebutuhan
Menurut Murray
Batasan Singkat Emosi yang
Terlibat
Press yang
Menyumbang
harga diri.
N Blame Avoidance
(membela diri)
Mempertahankan
diri terhadap
serangan, kritik dan
celaan,
menyembunyikan
atau membenarkan
perbuatan tercela,
menyembunyikan
kegagalan,
penghinaan.
Malu
Kecemasan
Kecil
Deception
(Ancaman moral
Beban yang terlalu
berat )
N Deference
(menghormati)
Mengagumi dan
menyokong atasan,
memuji,
menyanjung.
Menyuruh orang
lain memutuskan
sesuatu mengenai
dirinya, tunduk,
menyesuaikan diri
dengan harapan
Inferioritas
Keamanan
Prohibition
(Wibawa )
Dominance
(Kekuatan
organisasi )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Daftar Kebutuhan
Menurut Murray
Batasan Singkat Emosi yang
Terlibat
Press yang
Menyumbang
orang lain, berbuat
lebih baik dari
contohnya.
N Dominance
(menguasai)
Mengontrol
lingkungan orang
lain, mempengaruhi
dengan sugesti,
persuasi atau
perintah, membuat
orang lain
mengerjakan apa
yang disuruhnya.
Untuk diperlakukan
sebagai pemimpin.
Keyakinan diri
Dikagumi
Inferiority
(Inferioritas orang
lain )
N Recognition
(penonjolan diri)
Untuk
mengesankan,
dilihat dan didengar,
membuat orang lain
kagum, bergairah,
terpesona, terhibur,
terkejut, terangsang,
terpikat. Menjadi
Kebanggaan
Superioritas
Ekstasi
Social/Indulgence
(Lingkungan yang
toleran
Sanjungan )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Daftar Kebutuhan
Menurut Murray
Batasan Singkat Emosi yang
Terlibat
Press yang
Menyumbang
pusat perhatian,
menonjolkan
prestasi, menyatakan
keberhasilannya.
N Harm Avoidance
(menghindari
bahaya)
Menghindari rasa
sakit, luka, penyakit,
kematian. Melarikan
diri dari situasi
bahaya, tindakan
pencegahan. Untuk
melindungi diri
sendiri tanpa
mengadakan
perlawanan.
Rasa aman
Kecurigaan
physical danger,
physical Injury
(Situasi yang tidak
menentu
Bahaya yang
tersembunyi )
N Inavoidance
(menghindari rasa
hina)
Menghindari
penghinaan, keluar
dari situasi yang
memalukan, kondisi
yang bisa
menimbulkan
pelecehan, makian,
ejekan, atau sikap
Gamang
Takut
Superiority
(Kekuatan luar yang
kuat dan tidak dapat
diduga )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Daftar Kebutuhan
Menurut Murray
Batasan Singkat Emosi yang
Terlibat
Press yang
Menyumbang
masa bodoh.
Menahan diri untuk
bertindak karena
takut gagal.
N Nurturance
(merawat,
memelihara)
Memberi simpati,
membantu,
melindungi,
menyenangkan
orang lain yang
tidak berdaya atau
bayi atau orang yang
lemah, membantu
orang dalam bahaya.
Untuk mengampuni
dan berlaku
dermawan untuk
orang lain.
Kasih sayang
Terharu
Lembut hati
Succorance (Situasi
yang mengiba
meminta bantuan )
N Order (teratur) Membuat semua
teratur, menjaga
kebersihan, susunan,
organisasi,
keseimbangan,
Tenang
Tidak terburu-buru
Discipline (Disiplin
Kerapian )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Daftar Kebutuhan
Menurut Murray
Batasan Singkat Emosi yang
Terlibat
Press yang
Menyumbang
kerapian, ketelitian.
Untuk berbuat
secara teratur
dengan perencanaan
yang cermat
sebelumnya.
N Play (bermain) Bersenang-senang
tanpa tujuan lain,
tertawa dan
berkelakar, relaksasi
dari stress secara
menyenangkan, ikut
dalam permainan,
sport, menari,
minum dan berjudi.
Untuk
mentertawakan
segala hal.
Gembira
Santai
Tanpa beban
Sentience (Tugas
yang ringan
Waktu luang)
N Rejection
(penolakan)
Memisahkan diri
dari orang yang
tidak disenangi.
Mengucilkan,
Benci
Menghina
Tidak senang
Deception
(Lingkungan yang
tidak
menguntungkan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Daftar Kebutuhan
Menurut Murray
Batasan Singkat Emosi yang
Terlibat
Press yang
Menyumbang
melepaskan,
mengusir, tidak
mempedulikan,
menghina atau
memutuskan
hubungan dengan
objek yang tidak
dikehendaki.
N Sentience
(keharuan)
Mencari dan
menikmati kesan
yang menyentuh
perasaan. Untuk
memiliki dan
menikmati
keindahan,
kesempurnaan yang
abadi.
Terharu
Ke-Ilahian
Sentience
(Ketenteraman
Keindahan
Ketenangan )
N Sex (seks) Membangun
hubungan erotik,
nelakukan hubungan
seksual.
Memperoleh
Terangsang
Cinta
Exposure
(Rangsangan erotik)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Daftar Kebutuhan
Menurut Murray
Batasan Singkat Emosi yang
Terlibat
Press yang
Menyumbang
rangsangan fisik dan
psikologik,
memuaskan libido.
N Succorance
(membuat orang
iba)
Mendapat kepuasan
dengan memperoleh
seimpati dari orang
lain, mendekat
kepada
pelindungnya, untuk
dinasehati,
dimaafkan.
Membuat orang lain
mengerti dan
membantu dirinya.
Kecemasan
Tidak berdaya
Tanpa harapan
Nurturance
(Positif: simpati
lingkungan )
Rejection
(Negatif: ditolak
lingkungan )
N Under-standing
(memahami)
Menanyakan atau
menjawab
pertanyaan umum,
tertarik pada teori,
memikirkan,
merumuskan,
menganalisa dan
menggeneralisir.
Eksplorasi
Paranoid
Intellectual
(Lingkungan
akademik )
Diskusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Daftar Kebutuhan
Menurut Murray
Batasan Singkat Emosi yang
Terlibat
Press yang
Menyumbang
Untuk memahami
apa saja fenomena
yang merangsang
dirinya.
2.1.4 Review Literatur tentang Metode Asesmen Kebutuhan Psikologis
Tunanetra.
Penelitian sebelumnya mengenai kebutuhan mahasiswa tunanetra pernah
dilakukan oleh Herlina, dkk (2008) mencari tentang profil kebutuhan psikologis
mahasiswa tunanetra yang belajar di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia. Sampel penelitian berjumlah 10 orang. Metode
pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara, dan tes psikologi yaitu
tes EPPS. Data diolah dengan menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan profil kebutuhan psikologis antara
mahasiswa tunanetra yang mengalami kebutaan sejak lahir dengan mahasiswa
tunanetra yang mengalami kebutaan setelah lahir.
Namun, alat tes psikologis seperti EPPS dianggap masih memiliki
kerkurangan sebagai alat ukur kebutuhan psikologis bagi remaja tunanetra,
dimana EPPS belum memiliki alat tes braille untuk remaja tunanetra dan EPPS
hanya mencakup 15 kebutuhan saja dan memungkinkan subjek untuk melakukan
faking good. Gronlund (1997) menunjukkan bahwa ketika soal EPPS dibacakan
secara lisan dalam pengerjaannya, hal ini akan menimbulkan gangguan dari suara
atau pelavalan dari tester yang membacakan. Jika tidak membacakan dengan nada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
yang netral, maka hal ini akan menjadikan petunjuk bagi subjek dalam menjawab
pertanyaannya.
2.2 Remaja Tunanetra
2.2.1 Pengertian Remaja Tuna Netra
Santrock (2002) menjelaskan masa remaja merupakan masa transisi dari
masa anak-anak menuju masa dewasa. Hurlock (1980) membagi masa remaja
menjadi masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa remaja awal berlangsung
kira-kira antara usia 13-16 tahun, dan masa remaja akhir berlangsung antara usia
16-18 tahun. Menurut Santrock (2003) perubahan fisik yang terjadi pada remaja
terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat
badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar
pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan
menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat
reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan
tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarlito Wirawan Sarwono, 2006: 52).
Sementara itu, Erikson (dalam Alwisol, 2009) mengatakan bahwa masa remaja
merupakan masa krisis. Hal ini dikarenakan pada masa ini remaja berusaha untuk
menemukan indentitas dirinya. Kekacauan indentitas mungkin terjadi seperti
terbaginya gambaran diri, ketidakmampuan membina persahabatan yang akrab,
dan lain sebagainya. Kekacauan identitas yang berlebih dapat mengakibatkan
penyesuaian diri yang patologis dalam bentuk regresi ke perkembangan
sebelumnya.
Pengertian Individu yang mengalami tunanetra adalah individu yang
indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang yang punya penglihatan
yang baik. Sementara itu, pemilihan subjek remaja yang memiliki kisaran umur
12-17 tahun yang dipilih oleh peneliti dengan asumsi bahwa remaja penyandang
tunanetra sudah matang dalam berbahasa dibandingkan dengan anak penyandang
tunanetra.
2.2.2 Tunanetra dalam Tinjauan Mendetail
a. Jenis-jenis Tunanetra.
Berdasarkan pada tingkat ketajaman penglihatan, tunanetra terbagi atas
dua macam yaitu buta dan low vision . Dikatakan buta jika individu sama sekali
tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar (Somantri, 2007). Definisi
ketunanetraan menurut WHO didasarkan pada ketajaman penglihatan dan lantang
pandang yang dimiliki seseorang. Seseorang dikatakan buta jika ketajaman
penglihatannya <3/60, sedangkan low vision jika <6/18 sampai ≥3/60, dengan
lantang pandang <20 . (Mason & Mc Call, 1999). Kebutaan atau ketunanetraan
memiliki beberapa istilah dan pengertian. Menurut aspek pendidikan, definisi
ketunanetraan didasarkan pada fungsi penglihatan untuk kepentingan pendidikan,
sehingga diklasifikasikan kedalam tiga kategori, yaitu :
1. Blind (buta): seseorang yang belajar menggunakan materi perabaan
dan pendengaran
2. Low vision (kurang lihat): seseorang yang dalam belajarnya masih
dapat menggunakan penglihatannya dengan adaptasi tertentu
3. Limited vision: seseorang yang mengalami gangguan penglihatan
dalam belajar pada situasi yang normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
b. Penyebab Gangguan Pengelihatan
Klasifikasi dari gangguan penglihatan lazimya didasarkan pada daerah
permasalahan secara anatomis. Seperti kelainan dapat dikelompokkan ke dalam
struktur refraktif mata, anomali otot di dalam sistem penglihatan, dan struktur
reseptif dari mata.
a. Masalah-Masalah Refraktif
Jenis yang paling umum dari gangguan penglihatan adalah di dalam
masalah-masalah refraksi yang terjadi ketika struktur refraksi dari mata
(kornea atau lensa) gagal untuk memfokuskan cahaya secara tepat ke
retina. Terdapat empat jenis masalah refraktif: hyperopia (mata jauh),
myopia (mata dekat), astigmatisme(penglihatan kabur), dan katarak (lensa
menjadi buram atau tak tembus cahaya).
b. Kelainan-Kelainan Otot
Kelainan-kelainan ini timbul ketika satu atau lebih otot mata yang utama
menjadi lemah dan tidak stabil, yang mengakibatkan hilangnya kontrol
dan kemampuan untuk menjaga tegangan (tension). Individu-individu
yang menderita kelainankelainan otot umumnya memiliki
kesulitan/hambatan dalam menjaga fokus mereka terhadap benda tertentu
bahkan untuk waktu yang sangat singkat. Terdapat tiga jenis kelainan-
kelainan otot: nystagmus (gerakan mata cepat yang tak terkontrol),
strabismus (mata juling), amblyopia (mata yang nampak normal, tetapi
tidak berfungsi seharusnya).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
c. Masalah-Masalah Reseptif
Kelainan-kelainan ini diakibatkan dari degenerasi atau kerusakan
retina dan syaraf optik. Kelainan yang diasosiasikan denga struktur
reseptif dari mata meliputi atrophy optik, retinitis pigmentosa, lepas retina,
retinopathy prematur (ROP). Usia terjadinya kehilangan penglihatan
secara signifikan mengubah tingkatan dan variasi dari dampak pada
perkembangan seseorang. Apabila penglihatan hilang sebelum usia 5
tahun, gambaran-gambaran visual yang berguna dapat hilang dan pengaruh
negatif pada fungsi secara keseluruhan cenderung menjadi yang paling
besar. Apabila penglihatan terganggu atau hilang pada usia setelah 5
tahun, beberapa ingatan-ingatan visual dapat tersimpan dan dapat
membantu “dalam membayangkan dan memahami konsep-konsep” (Best,
1992, hal. 3). Ingatan-ingatan visual akan tersimpan selama beberapa
tahun.
2.2.3 Karateristik Tunanetra
Pada dasarnya manusia menghendaki semua kebutuhan-kebutuhannya
dapat terpenuhi secara wajar baik kebutuhan biologis, kebutuhan psikologis, dan
kebutuhan sosiologis. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut secara
memadai akan mendatangkan keseimbangan dalam perkembangannya dan
keutuhan integritas pribadi. Keberhasilan dalam mencapai tugas perkembangan
pada suatu fase akan membawa konsekuensi kebahagiaan serta akan
memperlancar tugas perkembangan pada fase berikutnya, dan sebaliknya jika
pada suatu fase mengalami kegagalan maka akan mengganggu proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
perkembangan pada fase berikutnya. Begitu halnya dengan anak tunanetra yang
mengalami keterhambatan dalam beberapa perkembangannya, hal ini dapat
mempengaruhi terhambatnyaa pemenuhan kebutuhan.
1. Perkembangan Kognitif Anak Tunanetra
Menurut Somantri (2012: 67) “Indera penglihatan ialah salah satu
indera penting dalam menerima informasi yang datang dari luar
dirinya.”Setiap manusia membutuhkan indera penglihatan untuk
mengamati objek atau untuk memperoleh suatu informasi yang berada di
lingkungan sekitarnya. Melalui indera penglihatan, manusia akan
memperoleh pengetahuan dari lingkungan sekitarnya dengan jelas, karena
dengan indera penglihatan sesuatu yang bersifat abstrak dapat
digambarkan secara konkrit. Sehingga informasi yang perolehnya dapat
lebih cepat dan mudah dipahami. “Anak tunanetra memiliki keterbatasan
atau bahkan ketidakmampuan dalam menerima rangsang atau informasi
dari luar dirinya melalui indera penglihatannya”, Somantri (2012: 68).
Seseorang yang mengalami tunanetra tidak dapat menafsirkan suatu objek
atau benda dengan sempurna. Biasanya seseorang yang mengalami
tunanetra menafsirkan suatu objek atau benda dengan menggunakan
indera-indera yang lain, seperti indera peraba, pembau, dan pengecap,
terutama indera yang sering digunakan yaitu, indera pendengaran. Dalam
hal ini, proses memperoleh informasinya dengan mendengarkan dari orang
lain, yaitu secara lisan (ucapan), sehingga hanya dapat melukiskan sesuatu
objek atau benda dengan arahnya, ukurannya, dan tempat objek itu berada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Menurut Somantri (2012: 68) “Bagi tunanetra setiap bunyi yang
didengarnya, bau yang diciumnya, kualitas kesan yang dirabanya, dan rasa
yang dicecapnya memiliki potensi dalam pengembangan kemampuan
kognitifnya.”
Menurut Salsabila (2013) kemampuan kognitif anak tunanetra
dapat dioptimalkan melalui fasilitas, seperti bacaan dan tulisan Braille,
keyboarding, alat bantu menghitung, mesin baca Kurzweil, buku bersuara,
komputer, latihan orientasi dan mobilitas, menggunakan pemandu, tongkat
pemandu dan kemampuan diri dalam melakukan aktivitas.
2. Perkembangan Motorik Anak Tunanetra
Perkembangan motorik anak tunanetra menurut penjelasan
Somantri (2012):
Perkembangan motorik anak tunanetra cenderung lambat
dibandingkan dengan anak awas pada umumnya, karena dalam
perkembangan perilaku motorik diperlukan adanya koordinasi fungsional
antara neuromuscular system (sistem persyarafan dan otot) dan fungsi
psikis (kognitif, afektif, dan konatif), serta kesempatan yang diberikan
oleh lingkungan. Fungsi neuromuscular system tidak bermasalah tetapi
fungsi psikisnya kurang mendukung serta menjadi hambatan tersendiri
dalam perkembangan motoriknya. Secara fisik, mungkin anak mampu
mencapai kematangan sama dengan anak awas pada umumnya, tetapi
karena fungsi psikisnya (seperti pemahaman terhadap realitas lingkungan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
kemungkinan mengetahui adanya bahaya dan cara menghadapi,
keterampilan gerak yang serba terbatas, serta kurangnya keberanian dalam
melakukan sesuatu) mengakibatkan kematangan fisiknya kurang dapat
dimanfaatkan secara maksimal dalam melakukan aktivitas motorik.
Hambatan dalam fungsi psikis ini secara langsung atau tidak langsung
terutama berpangkal dari ketidakmampuannya dalam melihat.
Menurut Mestika (2012) “Pergerakan motorik anak tunanetra yang
sudah dapat berjalan dapat dilatih dengan olahraga yang dilakukan untuk
saluran penghubung kualitas hidup melalui sarana bantu atletik lari dengan
sistem kerja line follower.” Menurut Rudiyati (2009) “Selain melakukan
olahraga dapat pula diberikan kepekaan non-visual untuk melatih
perkembangan motorik penderita tunanetra melalui kegiatan latihan
kepekaan pendengaran, latihan kepekaan taktual, latihan kepekaan
pembau, latihan kepekaan pencecap, latihan kinestetik dan latihan
keseimbangan/vestabula.”
3. Perkembangan Emosi Anak Tunanetra
Menurut Somantri (2012: 80-83) perkembangan emosi anak
tunanetra digambarkan sebagai berikut: Perkembangan emosi anak
tunanetra akan sedikit mengalami hambatan dibandingkan dengan anak
yang awas. Keterlambatan ini terutama disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan anak tunanetra dalam proses belajar. Pada awal masa kanak-
kanak, anak tunanetra mungkin akan melakukan proses belajar mencoba-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
coba untuk menyatakan emosinya, namun hal ini tetap dirasakan tidak
efisien karena dia tidak dapat melakukan pengamatan terhadap reaksi
lingkungannya secara tepat. Akibatnya pola emosi yang ditampilkan
mungkin berbeda atau tidak sesuai yang diharapkan oleh diri maupun
lingkungannya.
Kesulitan bagi anak tunanetra ialah ia tidak mampu belajar secara
visual tentang respon apa saja yang harus diberikan terhadap stimulus-
stimulus tersebut. Dengan kata lain anak tunanetra memiliki keterbatasan
dalam berkomunikasi secara emosional melalui ekspresi atau reaksi-reaksi
wajah atau tubuh lainnya untuk menyampaikan perasaan yang
dirasakannya kepada orang lain. Perkembangan emosi anak tunanetra akan
semakin terhambat apabila mengalami deprivasi emosi, yaitu kurang
memiliki kesempatan untuk menghayati pengalaman emosi yang
menyenangkan seperti kasih sayang, kegembiraan, perhatian dan
kesenangan. Anak yang mengalami deprivasi emosi ini adalah anak-anak
yang pada masa awal kehidupan atau perkembangannya ditolak
kehadirannya oleh keluarga atau lingkungannya. Deprivasi emosi ini akan
sangat berpengaruh terhadap aspek perkembangan lainnya seperti
kelambatan dalam perkembangan fisik, motorik, bicara, intelektual, dan
sosialnya.
Jadi perkembangan emosi anak tunanetra harus ditangani dengan
tepat agar tidak terjadi deprivasi emosi melalui kasih sayang, kegembiraan,
perhatian dan kesenangan dari keluarganya. Memberikan motivasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
lebih agar anak tunanetra tidak memiliki rasa takut, malu, khawatir, cemas,
mudah marah, iri hati, serta kesedihan yang berlebihan.
4. Perkembangan Sosial Anak Tunanetra
Perkembangan sosial anak tunanetra dijelaskan Somantri (pg 83-
85) sebagai berikut, yaitu: Hambatan-hambatan muncul pada anak
tunanetra sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari
ketunanetraan, yaitu kurangnya motivasi, kekuatan menghadapi
lingkungan sosial, perasaan rendah diri, malu, penolakan masyarakat,
penghinaan, sikap tak acuh, ketidakjelasan tuntutan sosial, terbatasnya
kesempatan belajar tentang pola tingkah laku yang diterima merupakan
kecenderungan tunanetra yang dapat mengakibatkan perkembangan
sosialnya menjadi terhambat.
Pengalaman sosial anak tunanetra pada usia dini yang tidak
menyenangkan sebagai akibat dari sikap dan perlakuan negatif orang tua
dan keluarganya akan sangat merugikan perkembangan anak tunanetra.
Hal ini karena usia tersebut merupakan masa-masa kritis dimana
pegalaman-pengalaman dasar sosial yang terbentuk pada masa itu akan
sulit untuk diubah dan terbawa sampai ia dewasa. Untuk menghindari
kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam
perkembangan sosial anak tunanetra, sikap dan perlakuan orang tua serta
keluarga tunanetra nampaknya harus menjadi perhatian terutama pada usia
dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
5. Perkembangan Kepribadian Anak Tunanetra
Pada hakikatnya perkembangan apapun mengenai anak tunanetra
sangat bergantung pada orang yang menanganinya. Jika anak tunanetra
didukung dan dipercaya untuk melakukan kegiatan yang positif maka
perkembangannya pun akan bermakna. Sebagai orang terdekat, orang tua
dan keluarga sangat berperan dalam perkembangan segala aspek anak
tunanetra sehingga dianjurkan bahkan diharuskan pihak-pihak ini memberi
dorongan/ motivasi, terus secara continue memberi semangat dan
memberikan input yang dapat menimbulkan perkembangan positif bagi
anak tunanetra termasuk dalam perkembangan kepribadian sehingga anak
tunanetra dapat menyadari, mengenali dan memiliki konsep diri.
Davis Kirtley, 1975 (dalam Somantri, 2012: 85-86) menyatakan
mengenai proses perkembangan awal anak tunanetra, yaitu: Dalam proses
perkembangan awal, diferensiasi konsep diri merupakan sesuatu yang sulit
untuk dicapai sehingga untuk memasuki lingkungan baru, seorang anak
tunanetra harus dibantu oleh ibu atau orang tuanya melalui komunikasi
verbal, memberikan semangat dan memberikan gambaran lingkungan
tersebut sejelas-jelasnya seperti anak tunanetra mengenal tubuhnya sendiri.
2.2.4 Review literatur tentang Remaja Tunanetra
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Safitri (2013) menjelaskan
bahwa dukungan sosial dari keluarga khususnya orang tua yang sangat diperlukan
untuk remaja tunanetra dalam mengembangkan rasa percaya dirinya. Berdasarkan
hasil penelitian disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
antara persepsi terhadap dukungan sosial orang tua dengan kepercayaan diri pada
remaja tunanetra. Penelitian Khoiroh dan Paramita (2013) menjelaskan bahwa
bentuk dukungan sosial yang paling banyak diterima oleh remaja tunanetra di
sekolah khusus adalah dari lingkungan sekolah. Remaja tunanetra menerima
pendidikan mereka dalam berbagai pengaturan, termasuk kelas pendidikan umum,
sumber daya kamar, kelas mandiri, dan, sekolah perumahan bagi siswa tunanetra.
Bagi remaja tunanetra yang bersekolah di sekolah umum, memiliki
kesempatan yang kecil untuk bertemu seseorang dengan gangguan pengelihatan
tidak dapat melihat seperti dirinya. Jadi sebagian besar remaja tunanetra merasa
tidak ada seorangpun yang dapat memahami tantangan seperti yang dia alami.
Seperti semua remaja, ia akan membutuhkan keluarga, teman, guru dan orang
dewasa lain yang mendengarkan dengan seksama dan mencoba untuk
memahaminya. Remaja tunanetra mungkin mengalami perasaan terisolasi dan
kekurangan model sesuai usia peran dengan siapa mereka dapat mengidentifikasi
(Hutto & Hare, 1997; Peanstiehl, 1983; Sacks, 1996).
2.3 Analisis Cerita Mimpi
2.3.1 Pemahaman Mimpi
Definisi mimpi menurut Freud (1956) merupakan kehidupan pikiran saat
kita tertidur, kehidupan yang menyerupai kehidupan saat kita terbangun hanya
saja lebih sempit dan berbeda. Mimpi mewakili bermacam-macam bentuk pikiran
dan cara kerja intelektual. Cara kerja psikoanalitik berhubungan dengan pikiran
laten yang merupakan akar mimpi, tetapi berpusat pada proses pikiran bawah
sadar manusia. Manifestasi konten mimpi sebagai produk kerja mimpi yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
proses mental yang membentuk pikiran laten mimpi yang akan menjadi mimpi
manifest serta memiliki banyak makna tersembunyi yang harus kita cari.
Komponen dalam motif aktual yang membentuk mimpi adalah keinginan
bawah sadar yang berusaha dipenuhi. Interpretasi mimpi berhubungan dengan
pikiran laten, residu pada hari sebelumnya, sesuatu di bawah sadar, sesuatu yang
direpres sehingga semuanya membentuk mimpi. Sebuah harapan akan
membangkitkan mimpi yang diperkuat oleh ingatan masa kanak-kanak.
Pengalaman masa kanak-kanak memainkan perannya sebagai sumber mimpi dari
isi mimpi laten. Penggabungan faktor-faktor menjadikan sebuah mimpi tampak
dapat dipercaya sebagai pengulangan peristiwa di masa kecil. Setiap mimpi akan
terhubung dengan pengalaman yang baru saja terjadi, sementara melalui isi laten
terhubung dengan pengalaman yang sangat jauh.
2.3.1.1 Hubungan Need dapat terlihat dari Mimpi
Freud Freud (1956) mengatakan bahwa Id merupakan faktor pendorong
(sumber energi) dari perilaku manusia, Murray menambahkan pendangan bahwa
ada sifat positif (dorongan dalam diri yang diterima masyarakat) dan negatif
(dorongan primitif yang tidak diterima masyarakat), besarnya Id antara manusia
juga berbeda-beda. Menurut Murray, Kebutuhan manusia terkandung di dalam Id.
Murray menempatkan stress yang besar dalam kekuatan yang dapat
mempengaruhi lingkungan sosial, yang biasanya disebut sebagai budaya, dalam
kepribadian. Menurut Murray (dalam Alwisol, 2009), apabila suatu kebutuhan
muncul, individu berada dalam keadaan tegang dan pemuasan kebutuhan akan
membawa individu ke dalam kondisi reduksi tegangan. Seiring dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
berjalannya waktu, individu belajar untuk memperhatikan objek-objek serta akan
melakukan kembali tindakan yang mengakibat tekanan. Dalam perkembangannya,
individu belajar untuk tidak hanya memberikan respon demi mereduksi tekanan
dan mengalami kepuasan saja, tetapi individu juga belajar untuk memberikan
respon yang mengembangkan tekanan sehingga pada saat mereduksi tekanan,
individu akan mengalami kepuasan yang lebih besar.
Sependapat dengan Freud, ia mengartikan superego sebagai proses
internalisasi nilai-nilai budaya, norma-norma, dan lainnya, yang mengatur
individu untuk mengevaluasi dan menilai tingkah laku dirinya sendiri dan juga
orang lain. Bentuk dan hakekat dari superego pada anak-anak ditentukan oleh
orang tua dan figur-figur penting lainnya pada usia dini, seperti yang dikatakan
Freud. Selagi superego berkembang, begitu juga halnya dengan ego-ideal. Ego-
ideal ini membantu individu menetapkan tujuan jangka panjang untuk melakukan
usaha keras. Ego-ideal merupakan ”gambaran seseorang ’dalam masa depan
terbaiknya’”. Ideal ini sendiri mengandung ambisi dan aspirasi individu. Ini bisa
saja sejalan dengan nilai-nilai dari superego atau bahkan bisa bertentangan. Ego
merupakan pengatur rasionalitas dari kepribadian, dimana, dalam pandangan
Freud, mencoba untuk mengubah atau menunda dorongan id yang tidak dapat
diterima. Bagaimanapun juga, Murray mempertimbangkan ego melakukan lebih
banyak hal daripada sekedar menjadi ”polisi” kepribadian.
Dalam perannya sebagai pengatur utama seluruh tingkah laku, ego juga
secara sadar menentukan dan berhasrat mengarahkan pada tingkah laku yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
positif. Ego dianggap sebagai penentu yang lebih berperan aktif dalam
menentukan tingkah laku dibandingkan dengan apa yang telah disetujui Freud.
Kebutuhan manusia berasal dari kesadarannya, namun sebagian berasal
dari ketidaksadarannya. Upaya pemenuhan kebutuhan akan membentuk suatu
kepribadian karena adanya bantuan atau hambatan dari lingkungan. Ada beberapa
kebutuhan yang diloloskan dan ada yang dihambat oleh press. Kebutuhan yang
muncul akan menyebabkan tegangan dalam diri manusia. Manusia akan berusaha
untuk menurunkan tegangan dan berusaha memenuhi kebutuhannya. Freud (1901)
mengemukakan bahwa pemenuhan dalam diri terlihat dalam bentuk keseleo lidah,
kekeliruan perilaku, fantasi, lamunan, dan mimpi. Penjelasan diatas dapat dilihat
dari skema yang digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3. Diagram need dan press
Sumber: “Modul TAT Universitas Surabaya”, oleh Sutyas Prihanto, 1993
NEED PRESS
“n” Situasi yang ada
di lingkungan
Tegangan
Berusaha menurunkan
ketegangan dengan
memenuhi kebutuhan
(menuju tujuan/goal)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Analisis mimpi dapat mengungkan kebutuhan dan tekanan seseorang,
oleh karena itu analisis mimpi merupakan dasar pemikiran Murray dalam
pembuatan tes projektif T.A.T (Bellak & Abrams, 1997). Dorongan Id merupakan
dorongan yang murni, belum dipengaruhi oleh kebudayaan, dan dorongan ini
berada dalam ketidaksadaran. Dorongan Id meliputi dorongan untuk bertahan
hidup (life instinct) yang disebut dengan Erros, yaitu dorongan seksual atau libido
dan dorongan kematian (death instinct) yang disebut Thanatos. Menurut Murray
(dalam Alwisol, 2009), kebutuhan manusia terkandung di dalam Id. Upaya
pemenuhan kebutuhan akan membentuk suatu kepribadian karena adanya bantuan
atau hambatan dari lingkungan. Ada beberapa kebutuhan yang diloloskan dan ada
yang dihambat oleh press. Kebutuhan yang tidak terpenuhi akan menyebabkan
tegangan dalam diri manusia. Pada dasarnya manusia akan berusaha untuk
menurunkan tegangan dan berusaha memenuhi kebutuhannya.
Freud (1901) mengemukakan bahwa pemenuhan dalam diri terlihat
dalam bentuk keseleo lidah, kekeliruan perilaku, fantasi, lamunan, dan mimpi.
Studi PET (Positron emission Tomography) menunjukan penambahan dalam
Hallucinatory Perception (The cortical areas of the parietal lobe) dan penurunan
aktivasi pada dorsolateral prefrontal cortex sehingga mengidentifikasi memori,
refleksi, diri dan membesarkan halusinasi. Dalam mimpi REM, periodik cerita
yang terjadi merupakan penggabungan dari cerita aktivitas keseharian ketika
terbangun. Kesesuaian antara pembentukan cerita dalam tiap episodik mimpi
sesuai dengan pernyataan Murray bahwa keberadaan kebutuhan dapat
disimpulkan atas dasar: Identifikasi perhatian selektif dan respon terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
stimulus tertentu dengan penggambaran cerita dalam mimpi serta didukung
dengan ekspresi dan emosi yang muncul ketika bermimpi. Penelitian selajutnya
juga didukung oleh Gordon H.L (1952) yang menunjukan adanya korelasi positif
antara studi analisis mimpi seseorang dengan hasil respon dalam cerita TAT.
Gambar 4. Proses need menjadi mimpi
Dikembangkan dari “Modul TAT Universitas Surabaya”, oleh Sutyas Prihanto,
1993.
Untuk membuat suatu batasan dalam penelitian menggunakan cerita
mimpi, maka peneliti membuat sebuah ringkasan tema-tema yang telah
disesuaikan dengan kartu TAT untuk dapat dianalisis dan dapat mengungkap 20
kebutuhan Murray serta tekanan yang muncul, yaitu :
1. Mimpi mengenai Ayah (Kartu 1 & 2) : Focal and Diffuse Types of
Needs (Kebutuhan yang Memusat dan Kebutuhan yang Menyebar)
Need (Id)
Super ego
mengijinkan
Objek Pemuas
Kebutuhan
Super ego
menolak
Ego
menjalankan
Ego merepres,
ada
ketegangan
MIMPI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
contoh: n. Deference, n. Harm avoidance, n. Affiliation, n. Nurturance,
n.Couteraction, n. Dominance.
2. Mimpi mengenai Ibu (Kartu 1, 2, 6BM, 7 GF): Focal and Diffuse
Types of Needs (Kebutuhan yang Memusat dan Kebutuhan yang
Menyebar) contoh: n. Deference, n. Harm avoidance, n. Affiliation, n.
Nurturance, n.Couteraction, n. Dominance.
3. Mimpi mengenai Saudara (Kartu 9GF) : Focal and Diffuse Types of
Needs (Kebutuhan yang Memusat dan Kebutuhan yang Menyebar)
contoh: n. Deference, n. Harm avoidance, n. Affiiation, n. Nurturance,
n.Couteraction, n. Dominance.
4. Mimpi mengenai Teman (Kartu 2 & 9GF) : Effect and Modal Types of
Needs (Kebutuhan Akibat dan Kebutuhan Modal) contoh: n. Change,
n. Playmirth, n. Abasement,n. Blame avoidance, n. Cognizance, n.
Retention, n. Sentience.
5. Mimpi mengenai Teman lawan jenis (Kartu 4 & 13MF) : Overt and
Covert Needs (Kebutuhan Terbuka dan Kebutuhan Tertutup) contoh:
n. Affiliation, n. Sex, n. Achievement, n. Acquisition, n. Recognition, n.
Understanding, n. Deference, n. Succorance.
6. Mimpi yang paling membahagiakan (Kartu 1, 2 & 9GF) : Focal and
Diffuse Types of Needs (Kebutuhan yang Memusat dan Kebutuhan
yang Menyebar) contoh: n. Deference, n. Harm avoidance, n.
Affiiation, n. Nurturance, n.Couteraction, n. Dominance.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
7. Mimpi yang paling menakutkan (Kartu 3BM, 3GF, & 8BM): Focal
and Diffuse Types of Needs (Kebutuhan yang Memusat dan Kebutuhan
yang Menyebar)contoh: n. Deference, n. Harm avoidance, n.
Affiiation, n. Nurturance, n.Couteraction, n. Dominance.
8. Mimpi yang paling aneh/tidak terduga (Kartu 2, 3BM, 3GF, 8BM,
13MF): Viscerogenic and Psychogenic Needs (Kebutuhan
Viskerogenik atau Kebutuhan Primer dan Kebutuhan Psikogenik atau
Kebutuhan Sekunder)
2.3.2 Analisis Tematik
Dalam Bellak dan Abrams (1997) dikatakan bahwa setiap psikoterapis
memiliki tipenya sendiri dalam melakukan interpretasi. Analisis mimpi
menggunakan asosiasi bebas ini akan menggunakan Analisis Tematik seperti
halnya yang dilakukan dalam analisis di TAT.
a. Tema Deskriptif
Tema deskriptif sangat dekat dengan observasi dan merupakan rinkasan cerita
yang memiliki arti untuk menjelaskan psikodinamika subjek. Tujuan dari tema
deskriptif ini adalah untuk mengetahui isi mimpi dan susunan periodik mimpi
subjek serta memilih kalimat-kalimat dalam cerita subjek yang memiliki arti
penting. Dalam tema deskriptif ini mengandung karakteristik subjek, perilaku atau
kebutuhan, tekanan baik dari orang lain maupun lingkungan, kecemasan, konflik,
mekanisme pertahanan diri dan id-ego-superego. Tahapan dalam penulisan
deskriptif adalah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
1. Membuat daftar episodik-episodik cerita mimpi dari jawaban atau respon
partisipan dengan menunda prasangka peneliti (bracketing) untuk
memungkin cerita tersebut tampil sebagaimana adanya. Setiap cerita
episodik pengalaman bermimpi partisipan diperlakukan secara sama
(horizonalization).
2. Membuat klaster dan menuliskan tema terhadap episodik cerita mimpi yang
konsisten, tidak berubah dan memperlihatkan kesamaan.Serta sebisa
mungkin menggunakan kata-kata subjek dan membuat menggunakan
kacamata dan pandangan dari subjek.
b. Tema Interpretif
Tema interpretif merupakan tema yang dinyatakan dalam kalimat yang
bersifat hipotesis dengan dilakukan generalisasi. Fungsi tema interpretif selain
untuk mendapatkan hipotesis, juga untuk membantu interpreter menangkap arti
dari yang dimaksud subjek. Pada tingkat ini, apa yang sudah dirumuskan dalam
tingkat deskriptif dicoba digeneralisasikan atau dibawa ke konsep yang lebih
umum. Untuk memudahkan generalisasi, digunakan awalan (jika seseorang... ,
bila seseorang.......)
c. Tema Diagnostik
Tema diagnostik merupakan penyataan yang pasti bukan lagi bersifat
hipotesis. Dalam tema diagnostik ini, interpreter menemukan arti dari tema-tema
interpretif yang meliputi konsep diri, kebutuhan, tekanan, kecemasan, konflik dan
mekanisme pertahanan diri. Contohnya, tokoh utama yang mencintai seorang
wanita tetapi wanita tersebut membencinya. Dari sini terlihat bahwa tokoh utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
memiliki kebutuhan mencintai atau afiliasi yang bertemu dengan tekanan dari
kebencian atau penolakan. Pada tingkat ini, dikemukakan pernyataan definitif
yang mudah diterjemahkan dalam intepretasi klinis.
Tabel 2
Contoh dari Analisis Tematik
Tema Deskriptif Intepretatif Diagnostik
Ada anak laki-laki,
perempuan, dan laki-laki.
Mereka adalah tiga
bersaudara. Anak- anak
tersebut sedang lapar.
Ini ada bapaknya yang
lagi ngunjungin anak-
anaknya.
Jika anak, yang sedang
merasa lapar, maka
orangtua akan
mengunjungi anaknya
untuk makan.
Kebutuhan untuk
makan (Need of oral)
Kebutuhan untuk
memahami saudara.
(Need of
understanding)
Kebutuhan untuk
diperhatikan oleh figur
otorita (Need of
affiliation)
Pertahanan diri represi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
3. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Analisis tematik menggunakan cerita mimpi adalah metode yang
digunakan untuk menangkap pesan alam bawah sadar terhadap alam sadar, pesan-
pesan ini berisi keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktivitas emosi lain,
hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari serta mengungkap
masalah-masalah yang ditekan oleh diri seseorang tetapi terus mendorong keluar
secara tidak disadari. Metode analisis tematik dengan cerita mimpi dapat
digunakan untuk mengungkap permasalahan terpendam, baik berupa hasrat,
ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh
seseorang. Ketika hal masalah-masalah alam bawah sadar ini telah berhasil
diungkap, penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah untuk diselesaikan. Freud
berpendapat bahwa tujuan dari mimpi-mimpi yang dialami manusia adalah untuk
sarana memuaskan atau pemenuhan hasrat (wish fulfillment) dari dorongan insting
alamiah yang tidak bisa diterima oleh masyarakat seperti agresi, kekerasan, atau
dorongan seksual. (Hall dan Lindzey, 1985). Analisis yang ada akan
menggunakan pendekatan bersifat analisis tematik untuk dapat membantu dalam
mengambil kesimpulan secara lebih jernih dan mendalam.
3.2 Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan melihat mengenai gambaran
kebutuhan psikologis remaja penyandang tunanetra. Kebutuhan psikologis
merupakan kebutuhan merupakan sesuatu yang bersifat abstrak yang dimiliki oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
setiap individu yang memiliki suatu kekuatan dan mengatur beberapa hal seperti
persepsi, apersepsi, konasi dan mengubah situasi yang ada dan yang tidak
memuaskan. Adanya suatu kebutuhan dalam diri seseorang dapat disimpulkan
dari: (1) hasil akhir dari tingkah laku, (2) pola-pola khusus dari tingkah laku, (3)
perhatian dan respon yang terjadi terhadap kelompok stimuli tertentu, (4) ekspresi
terhadap suasana emosi tertentu, (5) ekspresi kepuasan atau ketidakpuasan pada
hasil akhir, (6) ungkapan atau laporan subjektif mengenai perasaan, maksud dan
tujuan (Hall & Lindzey, 1993; Alwisol, 2009). Identifikasi perhatian selektif dan
respon terhadap stimulus tertentu dengan penggambaran cerita yang muncul di
dalam mimpi. Kesesuaian yang ada juga didukung dengan ekspresi dan emosi
yang muncul ketika bermimpi. Selain itu, penelitian ini juga berfokus pada
tekanan (press), untuk melihat bagaimana dinamika kebutuhan psikologis (need)
dengan tekanan (press) pada remaja penyandang tunanetra. Murray (dalam Hall &
Lindzey, 1993; Alwisol, 2009) mengatakan bahwa “Tekanan suatu objek ialah apa
yang dapat dilakukan oleh objek itu terhadap subjek atau untuk subjek – daya
yang dimiliki oleh objek untuk mempengaruhi kesejahteraan subjek dengan cara
tertentu”.
3.3 Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan subjek remaja awal antara usia 16-18 tahun.
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat kebutuhan psikologis remaja
tunanetra. Subjek remaja dipilih peneliti karena masa remaja merupakan usia
bermasalah dimana individu menghadapi transisi dari masa anak-anak ke masa
dewasa (Hurlock, 1980). Sejalan dengan itu, Erikson (dalam Alwisol, 2009)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa krisis. Hal ini dikarenakan pada
masa ini remaja berusaha untuk menemukan identitas dirinya. Kekacauan
identitas yang berlebih dapat mengakibatkan penyesuaian diri yang patologis
dalam bentuk regresi ke perkembangan sebelumnya. Selain itu, pemilihan subjek
remaja dilakukan peneliti dengan asumsi bahwa remaja penyandang tunanetra
sudah matang dalam berbahasa dibandingkan dengan anak penyandang tunanetra.
Dalam penelitian ini digunakan prosedur pemilihan subjek secara
purposive sampling. Dalam metode ini pemilihan kasus kaya akan informasi dan
bertujuan (Poerwandari, 2005), peneliti telah menetapkan bahwa subjek yang
dipilih merupakan remaja tunanetra yang tinggal di asrama. Subjek dalam
penelitian ini adalah remaja tunanetra yang bertempat tinggal di Asrama
Yaketunis terletak di kota Yogyakarta bagian selatan, yaitu di kampung
Danunegaran, Kelurahan Mantrijeron, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta.
Adapun alamat dari asrama ini adalah Jl. Parangtritis No. 46 Yogyakarta, 55143.
Prosedur penentuan subyek dalam penelitian kualitatif menampilkan
beberapa karakteristik (Sarantakos, 1993 dalam Poerwandari 2005) yaitu, tidak
diarahkan pada jumlah sampel besar, melainkan kasus-kasus tipikal yang sesuai
dengan konteks dan masalah penelitian. Smith (2008) mengatakan bahwa, seorang
mahasiswa pemula diperbolehkan melakukan penelitian dengan jumlah subjek 3
orang, namun memiliki dampak pada kelemahan penelitian dalam transferabilitas,
yaitu belum dapat membuktikan sejauhmana penelitian ini dapat diterapkan pada
kasus lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah secara tertulis
dengan menggunakan metode analisis mimpi dan asosiasi bebas. Pengumpulan
data dilakukan secara tertulis dan recording. Analisis mimpi merupakan sebuah
metode yang dikenalkan oleh Freud untuk melihat kebutuhan dan tekanan dalam
ketidaksadaran. Tahapan dalam melakukan pengambilan data:
1. Mencari subjek remaja tunanetra yang tinggal di asrama dan bersedia
menjadi partisipan dalam penelitian ini.
2. Melakukan rapport, perkenalan, menjelaskan tujuan penelitian dan
memastikan kesanggupan subjek serta significan others subjek untuk
menjadi partisipan dalam penelitian ini.
3. Membuat jadwal wawancara sesuai kesepakatan subjek, significan others
subjek dan peneliti.
4. Wawancara semi terstruktur dan pengungkapan cerita mimpi dengan tema
yang telah disusun oleh peneliti.
Data yang diperoleh melalui wawancara dan hasil intepretasi cerita
mimpi digabungkan untuk diinterpretasi lebih lanjut. Proses ini dilakukan hingga
peneliti menemukan data yang mampu menggambarkan pengalaman subjek
secara utuh (Creswell, 2007). Data wawancara yang dilakukan dengan subjek
dibuat secara tertulis lalu hasil akan direkam menggunakan recorder lalu data
wawancara yang dilakukan dengan significan others subjek direkam dengan
digital recorder.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Pengumpulan data guna kepentingan penelitian dilakukan menggunakan
wawancara dengan pedoman berdasarkan acuan teoretis secara lebih mendalam
terhadap responden dengan karakteristik tertentu. Wawancara dilakukan dengan
maksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna – makna subjektif yang
dipahami responden dengan topik yang diteliti (Banister, dkk., 2004). Menurut
Patton (1990) dalam Poerwandari (2005), wawancara dengan pedoman umum
dapat berbentuk wawancara mendalam dimana peneliti mengajukan pertanyaan
mengenai berbagai segi kehidupan responden secara utuh dan mendalam.
Dalam wawancara kepada responden juga dilakukan observasi guna
mengetahui respon nonverbal responden. Observasi diarahkan pada kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut
(Poerwandari, 2005). Data observasi akan dijadikan data penunjang bagi peneliti
dalam menganalisis data hasil wawancara sehingga dapat memperkaya hasil
penelitian
3.5 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis tematik dengan
melakukan interpretasi terhadap tema-tema yang mengandung kebutuhan-
kebutuhan subjek. Dalam (Bellak & Abrams, 1997) dikatakan bahwa analisis
melalui fenomenologi interpretif dibagi ke dalam 3 tahap, yaitu:
a. Tema Deskriptif
Dalam tema deskriptif peneliti meringkas cerita yang memiliki
arti untuk sesuai dengan tujuan penelitian.
b. Tema Interpretif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Dalam tema interpretif peneliti merumuskan deskripsi cerita
dalam bentuk yang lebih umum.
c. Tema Diagnostik
Dalam tema diagnostik peneliti membatasi tema-tema yang sesuai
dengan tujuan dan fokus penelitian ini.
3.6 Validitas Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep dependabilitas.
Dalam Poerwandari (2005), dikatakan bahwa konsep dependabilitas
menggantikan konsep reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Bagian dari
dependabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskursus. Diskursus
adalah sejauh mana peneliti peka dan teliti mendiskusikan temuan dan analisisnya
dengan orang lain. Validitas, kedalaman arti dan insight yang dimunculkan dalam
penelitian kualitatif lebih berhubungan dengan kekayaan informasi dan kecocokan
konteks dari kasus atau sampel yang dipilih daripada tergantung pada jumlah
sampel (Patton dalam Poerwandari, 2005). Dalam penelitian ini, peneliti
mendiskusikannya dengan dosen pembimbing. Selain itu, untuk menjaga validitas
data, peneliti akan mendapatkan pemantauan oleh independent auditor yang
berpengalaman dalam melakukan analisis mimpi menggunakan analisis tematik,
yaitu Bapak V. Didik Suryo Hartoko, M.Si. Beliau merupakan dosen pengajar di
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan men gampu dalam mata kuliah
Psikologi Proyektif dan TAT.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
4. BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan selama ± 2 minggu,
yaitu :
NO Hari/Tanggal Deskripsi Kegiatan Tempat
Pelaksanaan
1 Senin, 23 Juni 2015 Meminta ijin penelitian dengan
kepala yayasan Yaketunis dan
mengadakan pendekatan
dengan ketiga subjek
penelitian.
Di Asrama
Yaketunis
2 Senin, 30 Juni 2015 Mengadakan wawancara
dengan kedua subjek dan tes
untuk analisis mimpi
Di Asrama
Yaketunis
3 Rabu, 1 Juli 2015 Wawancara dengan significant
others ibu ketua yayasan
Di Ruang Kepala
Yayasan Yaketunis
4 Minggu, 2 Agustus
2015
Mengadakan wawancara
dengan subjek ketiga dan tes
untuk analisis mimpi
Di Asrama
Yaketunis
Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara baik terhadap
subjek maupun significant others subjek agar peneliti memiliki gambaran
mengenai latar belakang subjek yang dapat membantu dalam penggalian cerita
Mimpi Setelah dilakukan wawancara, peneliti memberikan 6 pertanyaan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
tema cerita mimpi yang telah ditentukan peneliti kepada subjek. Waktu
pengambilan data dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati oleh
subjek yang bersangkutan.
4.2 Hasil Penelitian
Berikut adalah profil subjek dalam penelitian ini:
4.2.1 Subjek I
1. Profil Subjek I
Pandangan Diri Subjek
Subjek merupakan seorang remaja berusia 16 tahun dan merupakan
siswa kelas 1 SMA yang bersekolah di SMAN Aliyah, Maguwoharjo.
Subjek mengalami kebutaan dengan golongan low vision yaitu tahap
seseorang yang dalam belajarnya masih dapat menggunakan
penglihatannya dengan adaptasi tertentu. Subjek memiliki hobi bermain
bersama teman-temannya seperti nonton sepak bola dan konser musik.
Subjek juga merupakan seorang yang taat menjalankan sholat lima waktu
serta membaca al-quran.Subjek memandang dirinya merupakan sosok
yang mudah bergaul dan bersosialisasi. Ia melihat kekurangan dirinya
adalah sosok yang mudah marah ketika menghadapi sesuatu, seperti ketika
dirinya mendapatkan ejekan dari lingkungan sekitarnya mengenai dirinya
yang memiliki keterbatasan dalam melihat. Subjek sendiri sebenarnya
merasa puas untuk menerima dirinya saat ini.
Cita-cita yang diinginkan subjek adalah untuk menjadi seseorang
yang berguna bagi bangsa dan agama. Subjek selalu berusaha belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
dengan baik dan menjalankan perintah agamanya. Subjek bercerita
mengenai pengalaman menyenangkannya ketika dirinya masih kecil yaitu
ketika dimanjakan oleh orangtua dan saudara terdekat. Ketika
menceritakan kembali pengalamannya subjek merasakan kerinduan dan
ingin mengulang waktu kembali. Ketika menceritakan pengalaman yang
paling menakutkan yaitu saat mengalami gempa di tahun 2006, ia masih
merasa takut dan kekhawatiran jika kejadian tersebut terulang kembali.
Relasi Dengan Keluarga
Subjek memiliki kedua orangtua yang juga mengalami kebutaan.
Subjek merasakan keharmonisan dan kedekatan di dalam keluarganya.
Ayah subjek bekerja sebagai tukang pijit, sedangkan ibu berwirausaha,
yaitu membuka warung. Subjek memandang ayah sebagai sosok yang
penyayang dan selalu bekerja keras, namun memiliki kekurangan yaitu
sering memaksakan kehendaknya dengan meminta anak agar menjadi
seperti dirinya.
Subjek memandang ibu sebagai sosok yang penyayang dan
memiliki ketajaman perasaan tentang kejadian sekitarnya. Ketajaman
perasaan yang dialami bermula ketika subjek mengalami kecelakaan
ketika berboncengan dengan teman sekolahnya. Ketika ibunya berada di
rumah, ibu subjek sudah mengalami perasaan tidak enak dan mengetahui
bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan anaknya. Menurut Ibu Asrama
relasi subjek dengan orangtua sangat baik, karena orangtua subjek
terkadang dating berkunjung untuk melihat kondisi anaknya di asrama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Relasi dengan Teman Sebaya
Subjek memiliki banyak teman sebaya di asrama, di rumah,
maupun di sekolah. Subjek bercerita mengenai perbedaan pengalaman
ketika berkumpul dengan teman-teman sekolahnya yang kebanyakan dapat
melihat dan ketika berkumpul dengan teman asramanya yang seluruhnya
merupakan penyandang tunanetra. Subjek merasa lebih bebas dalam
bergerak ketika berkumpul bersama dengan teman sekolahnya, seperti
contohnya ketika mengajak menonton bola di stadion maguwoharjo
ataupun menonton konser, teman sekolahnya langsung menyetujui dan
akhirnya menonton bersama-sama. Berbeda ketika subjek mengajak teman
sesama tunanetra, yang menolak karena merasa dirinya tunanetra dan
memiliki banyak kecemasan ketika mereka akan melakukan suatu hal.
Subjek merasa ruang geraknya lebih bebas ketika berkumpul bersama
teman sekolahnya dibandingkan ketika berkumpul bersama teman asrama.
Ketika subjek mengalami permasalahan dengan temannya, subjek
biasanya hanya membiarkannya sampai kondisinya kembali baik seperti
semula.
Untuk relasi subjek dengan teman lawan jenis sendiri, subjek
merasa suatu hal yang berbeda ketika berkumpul dengan teman perempuan
di sekolahnya dan teman teman di asrama. Subjek merasa bahwa teman
perempuan di sekolahnya lebih santai dan terbuka, sedangkan teman di
asrama cenderung lebih tertutup. Subjek bercerita bahwa beberapa kali
subjek dekat dengan seorang perempuan, namun mengalami penolakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Hal tersebut tidak menghentikan semangat subjek dan saat ini pun subjek
sedang menjalin proses relasi pendekatan pada seorang perempuan. Ibu
Asrama menjelaskan bahwa subjek merupakan anak yang mudah bergaul
dengan teman sebaya di asrama. Subjek pun rajin dalam menjalankan
kegiatan keanggotaan di asramanya.
Relasi dengan Lingkungan Sekitar
Ketika berelasi dengan orang sekitar, subjek tetap merasa
bersyukur dan puas dengan keadaannya yang menyandang tunanetra.
Subjek cukup aktif dalam kegiatan sosial misalnya dalam keagamaan.
Subjek hanya terkadang merasa marah ketika orang lain memandang
dirinya sebelah mata. Seperti ketika di rumahnya lingkungan sekitar
berkata bahwa dirinya sebaiknya tidak boleh kemana-mana dan tidak usah
berpergian, karena tempatnya hanya di rumah. Subjek pun terkadang
merasa sedih dan jatuh seketika, namun tidak daat berbuat apa-apa dan
hanya bisa mendiamkan saja apa yang dialami.
Ketika dirinya berada di jalan subjek juga sering kali mendapatkan
perlakuan yang tidak baik dari lingkungan sekitarnya. Subjek pernah suatu
ketika mendapatkan ejekan dari orang sekitarnya dengan berteriak padanya
“lurus, lurus, awas nabrak...” Subjek pun akhirnya membalas orang yang
memperlakukan dirinya dengan tidak sopan dengan perkataan yang kasar
dan tidak sepantasnnya. Subjek seringkali merasa marah dan kecewa
dengan pandangan lingkungan sekitarya yang hanya memandang dirinya
sebelah mata. Ibu Asrama menjelaskan bahwa subjek memiliki perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
yang sopan terhadap lingkungan sekitar dengan keterbatasan yang dia
miliki.
2. Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek I
Tabel 3
Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek I
Need/ Press/
Anxiety/
Defense
Mechanism
Cluster Jenis Need/
Press
Tema
Need Keinginan
untuk
Penerimaan
- Affiliation
“Ketika sedih dan galau ayah
memeuk saya, ketika ayah
memeluk saya merasa bahagia”
(Tema Ayah)
“Suasana saat itu sedang santai
dan gembira, Ibu mengajak
ngobrol-ngobrol” (Tema Ibu)
“Ketika kakak meninggalkan
saya, perasaan saya sedih”
(Tema Saudara)
“Dimimpi, saya mendapatkan
respon yang positif dari dari
perempual yang saya sukai”
(Tema Lawan Jenis)
“Saya berkumpul bersama
keluarga besar dan merasa
sangat senang” (Tema yang
Membahagiakan)
- Rejection “Tidak ada sesuatu yang begitu
penting yang dikatakan oleh
ibu, jadi saya lupa yang
dikatakan ibu” (Tema Ibu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
- Abasement “Saat itu terasa tidak seperti
biasa, dia memarahi saya”
(Tema Saudara)
“Saya ditengah itu menjadi
sasaran lemparan” (Tema
Teman)
- Succorance “Ayah memeluk dan
memberikan dukungan” (Tema
Ayah)
“Ketika dia meninggalkan saya,
perasaan saya saat itu sedih”
(Tema Saudara)
Keinginan
pertahanan diri
dari Ancaman.
-Harm
Avoidance
“Aku merasa panik saat itu
rasanya mau bergerak dari situ”
(Tema yang Menakutkan)
-Succorance “Posisi saya di tengah
kerusuhan, tapi saya tidak bisa
apa-apa” (Tema Teman)
“Mendengar suara teriakan,
namun saya tidak dapat berbuat
apa-apa” dan “Ketika panik aku
tidak dapat berbuat apa-apa”
(Tema yang Menakutkan)
Keinginan
untuk Diri
Sendiri
-Playmirth “Setelah berkumpul bersama-
sama lalu jalan-jalan bersama
keluarga” (Tema yang
Membahagiakan)
“Saat itu keadaan di pasar
malam ramai, banyak orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
datang bermain.” (Tema yang
Aneh / Tidak Terduga)
-Passivity “Suasana saat itu sedang santai
dan gembira” (Tema Ibu)
-Sex “Saya berada disebuah kamar
dengan seorang perempuan
memakai pakaian seksi, dan
akhirnya menimbulkan hawa
nafsu” (Tema Lawan Jenis
- Change “Keadaan saat itu seperti pasar
malam yang berada di halaman
rumahku” (Tema yang paling
aneh/tidak terduga)
- Sentience “Suasana saat itu begitu
romantis, perasaan saya sangat
senang” (Tema Lawan Jenis)
“Suasana saat itu seperti sedang
lebaran” (Tema
Membahagiakan)
Press Keterpisahan - Aloneness “Saya bermimpi mengenai
ayah, ketika saya merasa sedih
dan galau, ayah memeluk saya”
(Tema Ayah)
“Ketika dia meninggalkan saya,
perasaan saya saat itu sedih.”
(Tema Saudara)
Ancaman dari
lingkungan
-Aggresion “ Posisi saya ditengah
kerusuhan, tapi posisi saya
tidak bisa apa-apa” (Tema
Teman)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
“Ada banyak orang disitu, ada
banyak teriakan disitu. Saya
merasa sangat ketakutan
mendengarnya. (Tema
Menakutkan)
“Keadaannya itu seperti di
Palestina. Aku merasakan
seperti kenyataan dihadapanku.
Aku seperti mengalami
peperangan ada suara tembakan
dan teriakan. Aku merasa
kepanikan” (Tema
Menakutkan)
-Physical
Injury
“ Posisi saya ditengah tawuran
menjadi sasaran lemparan
mereka semua” (Tema Teman)
Anxiety Kecemasan
ditinggalkan /
berpisah
-Succorance “Ketika dia meninggalkan saya,
perasaan saya saat itu sedih”
(Tema Saudara)
Kecemasan
terhadap
ancaman
-p.
Aggresion
“Posisi saya berada ditengah
kerusuhan, tapi posisi saya
tidak bisa apa-apa. Saya
ditengah menjadi sasaran
lemparan mereka semua,
setelah itu saya terjatuh” (Tema
Teman)
-p.Aggresion “Ketika itu saya mendengar
suara teriakan bayi, teriakan
orang tolong-tolong.. Ada
banyak orang disitu. Saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
merasa ketakutan
mendengarnya. (Tema
Menakutkan)
Defense
Mechanism
Immature Regression “Saya bermimpi ketika saya
merasa sedih dan galau, ayah
memeluk saya memberi
dukungan pada saya” (Tema
Ayah)
Blocking “Ketika ngobrol bersama ibu,
tidak ada sesuatu yang begitu
penting yang dikatakan ibu.
Jadi saya lupa apa yang
dikatakan oleh ibu.” (Mimpi
Ibu)
Anxiety Projection “Di dalam mimpi saya
mendapatkan respon yang
positif dari perempuan lain.
Dalam mimpi itu suasananya
romantis”(Mimpi Lawan
Jenis)
3. Dinamika Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek I
Berdasarkan pada hasil yang diperoleh, subjek memiliki kebutuhan
yang mendukung kebutuhan lainnya sehingga memudahkan kebutuhan
lainnya dalam beroperasi. Contohnya kebutuhan Affiliation didukung oleh
kebutuhan Playmirth serta kebutuhan Sentience dimana subjek ingin
menikmati kenangan dan melakukan hal yang menyenangkan bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
keluarga. Hal ini terlihat dalam cerita mimpi subjek dalam tema
Membahagiakan:
“Suasana saat itu seperti lebearan. Saat itu saya berkumpul bersama
keluarga, saudara. Seletah berkumpul bersama-sama, lalu jalan-jalan
bersama keluarga. Saya merasa sangat senang saat itu.”
Di sisi lain, subjek memiliki kebutuhan yang saling berlawanan,
seperti dalam cerita mimpi dengan tema ibu. Subjek menggambarkan ibu
sebagai seorang yang penyayang dan memiliki ketajaman perasaan terhadap
kondisi yang dimilikinya. Hal ini menyebabkan subjek memiliki kebutuhan
memiliki kebutuhan diterima oleh figur afeksi serta kebutuhan subjek untuk
bersikap mengabaikan figur afeksi yang saling berlawanan. Contohnya dalam
cerita mimpi dengan tema Ibu:
“Suasana saat itu sedang santai dan gembira seperti biasa. Ibu
mengajak mengobrol-ngobrol. Ketika ngobrol bersama ibu, tidak ada sesuatu
yang begitu penting yang dikatakan oleh ibu. Jadi, saya lupa apa yang
dikatakan oleh ibu dan tidak mengingatnya.”
Berdasarkan pada tabel kebutuhan psikologis (Need) dan tekanan
(Press), terlihat bahwa subjek melihat lingkungan sekitar sebagai sebuah
ancaman, sehingga menimbulkan kecemasan. Meskipun demikian, subjek
hanya menerima keadaan yang ada. Subjek memiliki rasa tidak berdaya dan
tidak dapat melakukan apa-apa, sehingga subjek memiliki kebutuhan untuk
mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar. Hal ini terlihat dalam cerita
mimpi subjek dalam tema saudara, teman, dan hal yang menakutkan. Dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
keseluruhan tema cerita tersebut memiliki kesamaan isi mengenai ancaman
dari lingkungan sekitar dan ketidakberdayaan subjek dalam menghadapi
ancaman tersebut. Hasil ini sesuai dengan profil subjek mengenai relasi
dengan lingkungan sekitar yang menyatakan bahwa, seringkali subjek
mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dan mendapatkan ejekan dari
lingkungan dengan memandang subjek sebelah mata.
Selain itu, subjek juga memiliki kesulitan dalam penerimaan dari orang
sekitar, yang menimbulkan subjek memiliki kebutuhan untuk diterima dan
dicintai oleh pasangan. Hal ini terlihat dalam cerita mimpi dengan tema lawan
jenis, dimana subjek mendapatkan respon positif dari teman lawan jenis yang
disukainya. Sementara itu, subjek memiliki perasaan sedih ketika harus
ditinggalkan dengan orang terdekat, yang menunjukan kebutuhan afiliasi. Hal
ini nampak dalam cerita mimpi dengan tema saudara, yang menceritakan
kesedihannya karena kakak sepupu yang marah dan pergi meninggalkannya
Subjek membutuhkan dukungan dari seorang figur otoritas, yaitu ayah.
Subjek menggambarkan ayah sebagai sosok yang penyayang dan dapat
mendukung ketika subjek mengalami kesedihan. Hal ini terlihat dalam cerita
mimpi dalam tema ayah, yang bercerita bahwa ketika subjek mengalami
kesedihan, maka ayah akan memeluk dan memberikan dukungan pada subjek.
Subjek akan merasa senang ketika mendapatkan dukungan dari ayah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
4.2.2 Subjek II
1. Profil Subjek II
Pandangan Diri Subjek
Subjek merupakan seorang remaja berusia 16 tahun, anak pertama
dari 4 bersaudara. Subjek merupakan siswa kelas 3 SMP yang bersekolah
di Madrasyah Yaketunis. Subjek merupakan tunanetra dengan golongan
low vision yaitu tahap seseorang yang dalam belajarnya masih dapat
menggunakan penglihatannya dengan adaptasi tertentu. Subjek memiliki
hobi memasak. Subjek juga merupakan seorang yang menjunjung akhlak
muslim yang baik, taat sholat lima waktu, serta membaca al-quran.Subjek
memandang dirinya merupakan sosok yang sangat senang membantu
sesama dengan ikhlas, hal ini merupakan ajaran orangtua sejak ia masih
kanak-kanak. Subjek merasa bahwa kekurangan dirinya adalah kurang
mampu menghafal dan matematika.
Subjek mempunyai cita-cita menjadi seorang chef, karena hobi
sejak kecil untuk memasak. Subjek bercerita mengenai pengalaman
menyenangkannya ketika dirinya masih kecil yaitu ketika berkumpul
dengan teman, saudara, dan keluarga di rumah, ketika menceritakan
kembali pengalamannya subjek merasakan kerinduan dan merasa ingin
mengulang waktunya kembali. Subjek juga bercerita mengenai cerita yang
paling menyedihkan yaitu, ketika ia masih kanak-kanak, ia menerima
hinaan dan makian karena kebutaannya. Subjek seringkali mengalami
kesedihan dan kekecewaan atas kebutaannya. Seiring berjalannya waktu
subjek berusaha bangkit kembali dan menjalani kehidupan selayaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
anak normal pada umumnya, serta ia tidak ingin tergantung pada orang
lain, namun ingin menjadi seorang yang berguna dan membantu orang
banyak.
Relasi Dengan Keluarga
Subjek memiliki kedua orangtua yang juga dapat melihat. Pada
awalnya orangtua subjek tidak percaya saat dirinya terlahir dengan kondisi
tidak melihat, namun saat ini mereka sudah dapat menerima. Subjek
merasakan keharmonisan dan kedekatan di dalam keluarganya. Subjek
sendiri memandang ayah sebagai sosok panutan, bijaksana dan memiliki
ketegasan sebagai laki-laki, hal ini menjadikan patokan subjek dalam
berpikir dan bertindak sebagai laki-laki.
Subjek memandang ibu sebagai sosok yang penyayang karena
telah melahirkan dan merawatnya sejak kecil hingga saat ini. Ketika di
rumah orangtua subjek menganggap subjek tidak seperti orang tunanetra
dan memperlakukannya sama dengan orang melihat pada umumnya,
sehingga subjek tetap aktif dalam pekerjaan di rumahnya seperti pada
umumnya orang yang dapat melihat.
Ketiga adik subjek mempunyai kondisi yang dapat melihat. Subjek
sering kali bertanya mengapa hanya dirinya yang tidak dapat melihat dan
merasa sedih. Ketiga saudaranya sering kali berkumpul bermain bersama
atau berpergian bersama. Ketika orangtua pergi, subjek dan saudaranya
juga seringkali memasak bersama. Ibu asrama menjelaskan bahwa subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
memiliki relasi yang baik dengan keluarga, walaupun orangtua jarang
mengunjungi karena jarak keluarga yang jauh dan kemandirian subjek.
Relasi dengan Teman Sebaya
Subjek memiliki banyak teman sebaya di asrama, di rumah,
maupun di sekolah. Subjek bercerita mengenai perbedaan pengalaman
ketika berkumpul dengan teman-teman. Subjek bercerita tentang teman-
teman di rumahnya yang merupakan teman masa kecilnya. Saat ini mereka
berpisah karena mereka sudah masuk SMA bahkan Kuliah, dan subjek
sendiri pun saat ini tinggal di asrama. Subjek menilai teman teman di
asrama lebih memahami perasaannya karena mereka sama-sama
mengalami nasib serupa karena tidak dapat melihat.
Untuk relasi subjek dengan teman lawan jenis sendiri, subjek
merasa bahwa perempuan merupakan sosok yang ingin dimengerti dan
dilindungi. Subjek pun menganggap teman perempuannya sebagai adik
yang harus disayang dan dilindungi. Subjek sendiri merasa bahwa saat ini
dia belum mengalami hubungan khusus dan dekat dengan perempuan. Ibu
Asrama menjelaskan bahwa subjek merupakan anak yang mudah bergaul
dengan teman sebaya di asrama. Subjek pun rajin dalam menjalankan
kegiatan keanggotaan di asramanya.
Relasi dengan Lingkungan Sekitar
Ketika berelasi dengan orang sekitar, subjek tetap menjalankan
aktivitas seperti orang normal pada umumnya. Subjek cukup aktif dalam
kegiatan sosial yang diadakan di lingkungan serta dalam keagamaan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
masjid. Subjek hanya terkadang merasa marah ketika orang lain
memandang subjek sebelah mata. Seperti ketika subjek mengalami ejekan
dan hinaan ketika berada di lingungan rumahnya, pada akhirnya subjek
memukuli orang yang menghina keadaan yang dialaminya. Hal itu kadang
membuat subjek merasa tidak bisa menerima dirinya yang terlahir dengan
kondisi tunanetra, apalagi kondisinya tersebut menjadi bahan ejekan yang
menyakiti keluarganya.
Subjek terkadang melihat akhlak dan kesopanan orang yang dapat
melihat lebih buruk dibandingkan orang yang mengalami kesamaan nasib
tunanetra sepertinya. Karena kebanyakan teman di asrama menjalankan
nilai sesuai ajaran al-quran dan sesuai dengan Hadish agama muslim yang
baik. Ibu asrama menjelaskan pribadi subjek yang sangat ringan tangan
dalam membantu kegiatan di asrama dan memiliki inisiatif yang tinggi
untuk mengadakan kegiatan bagi asrama.
2. Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek II
Tabel 4
Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek II
Need/ Press Cluster Jenis Need Tema
Need Keinginan
untuk
Penerimaan
- Affiliation “Kangen ingin bertemu
dengan ayah, sudah lama
tidak pulang” (Tema Ayah)
“Di sms dan ditelpon ibu
untuk cepat pulang, saya
jadi merasa kangen” (Tema
Ibu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
“Ingin cepat-cepat kumpul
bersama adik-adik” (Tema
Saudara)
“Perasaan saya senang dan
melepas kangen bersama
teman-teman yang sudah
lama tidak ketemu” (Tema
Teman)
“Saya dan teman-teman
bersama pergi boncengan
menggunakan motor untuk
mengunjungi teman” (Tema
Paling Menyenangkan)
“Saya memasak masakan
yang sangat dicintai oleh
banyak orang, saya begitu
sennag dan tersanjung saat
itu” (Tema Aneh / Tidak
Terduga)
“Rasanya jika bicara dengan
perempuan itu lebih tenang,
lebih enjoy, dan
meringankan beban.”
(Mimpi Lawan Jenis)
- Deference “Saya juga menelpon ayah
dan memberikan kabar
bahwa saya akan pulang”
(Tema Ayah)
- Nurturance “Motornya ternyata mogok
dan temanku membutuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
bantuanku untuk membantu
mendorongnya” (Tema
Membahagiakan)
- Acquisition “Saya bermimpi saya
menjadi chef yang terkenal
di restoran mewah” (Tema
Aneh / Tidak Terduga)
- Abasement “Saya sedang disekap, kaki
dan tanganku diikat dan
disuruh untuk duduk”
(Tema Menakutkan)
Keinginan
untuk
Pertahanan diri
dari ancaman.
- Aggression “Saya ingin membalas
orang itu” (Mimpi
menakutkan)
- Succorance “Saya melihat adik saya
dipukuli dan saya tidak bisa
berbuat apa-apa” (Mimpi
Menakutkan)
Keinginan
untuk Diri
Sendiri
-Playmirth “Bermain bersama,
bercanda bersama, kemana-
mana bersama seperti dulu
begitu saat ketika saya
masih ada di rumah” (Tema
Saudara)
“Bermain bola, melakukan
saat pergi bersama-sama.”
(Tema Teman)
“Saya dan teman-teman
bersama-sama pergi
boncengan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
motor mengunjungi teman”
(Tema Menyenangkan)
Press Keterpisahan -Affiliation “Di sms dan ditelpon ibu
untuk cepat pulang, saya
jadi merasa kangen” (Tema
Ibu)
-Aloneness “Kangen ingin bertemu
ayah, karena sudah lama
tidak pulang.” (Tema
Ayah)
“Saat kangen itu rasanya
saya ingin cepat cepat
pulang, tapi saya juga belum
tau kapan akan pulang ke
rumah.” (Tema Ibu)
“Mimpi pingin cepat-cepat
kumpul bersama adik-adik
saya gitu.” (Tema
Saudara)
Ancaman dari
lingkungan
-Coercion “Di sms dan di telepon ibu
dan meminta untuk cepat
pulang ke rumah” (Tema
Ibu)
-Physical
Danger &
Succorance
“Lalu motornya ternyata
mogok dan temanku
membutuhkan bantuanku”
(Tema Menyenangkan)
-Physical Injury “Kaki dan tanganku diikat
dan disuruh untuk duduk”
(Tema Menyedihkan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
-Competing
contemporery
“Ketika bermain bola, pada
akhirnya saya menang.
Sama halnya ketika
kenyataan saat bermain bola
bersama teman-teman.”
(Tema Teman)
Anxiety Kecemasan
terhadap
ancaman
-Press Physical
Injury
“Saya disekap, kaki dan
tangan ku diikat dan disuruh
utnuk duduk. Saya merasa
sangat sedih karena tidak
dapat berbuat apa-apa”
(Tema Menakutkan)
Defense
Mechanism
Immature -Introyeksi “Saya bermimpi menjadi
chef terkenal di restoran
mewah” (Mimpi Aneh/
Tidak Terduga)
-Blocking “Saya pernah mengalami
mimpi basah, tapi susah
untuk menjelaskannya
dengan kata-kata.” (Mimpi
Lawan Jenis)
Anxiety -Repression “Cerita seperti itu
(seksualitas) seharusnya kan
tidak diceritakakan, jadi ya
saya pendam saja.” (Mimpi
Lawan Jenis)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
3. Dinamika Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press)
Subjek II
Berdasarkan pada hasil yang diperoleh, subjek memiliki kebutuhan
yang mendukung kebutuhan lainnya sehingga memudahkan kebutuhan
lainnya dalam beroperasi. Contohnya kebutuhan Affiliation didukung oleh
kebutuhan Playmirth serta kebutuhan Sentience dimana subjek ingin
menikmati kenangan dan melakukan hal yang menyenangkan bersama
orang terdekat. Hal ini terlihat dalam cerita mimpi subjek dalam tema
Saudara:
“Mimpi ingin cepat cepat kumpul bersama adik-adik saya.
Bermain bersama, bercanda bersama, kemana-mana pergi bersama
seperti dulu saat saya masih ada di rumah.”
Di sisi lain, subjek memiliki kebutuhan yang saling berlawanan atau
berkonflik, seperti kebutuhan memiliki kebutuhan agresi terhadap
lingkungan yang mengancam dan kebutuhan succorance karena perasaan
tidak berdaya yang dimiliki subjek. Contohnya dalam cerita mimpi dengan
tema menakutkan:
“Saya melihat adik saya dipukuli, saya tidak terima dan ingin
membalas. Tapi saya tidak dapat berbuat apa-apa, karena saya juga dalam
kondisi disekap. Tangan dan kaki saya ditali, saya merasa mimpi yang
sangat buruk.”
Berdasarkan pada tabel kebutuhan psikologis (Need) dan tekanan
(Press), terlihat bahwa subjek melihat lingkungan sekitar sebagai sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
ancaman, sehingga menimbulkan kecemasan. Meskipun demikian, subjek
hanya menerima keadaan yang ada. Subjek memiliki rasa ingin melawan,
namun tidak berdaya dan tidak dapat melakukan apa-apa, sehingga subjek
memiliki kebutuhan untuk mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar.
Hal ini terlihat dalam cerita mimpi subjek dalam tema menakutkan dengan
isi cerita pengalaman melihat saudara yang dipukuli dan ketidakberdayaan
subjek untuk membalas ataupun melakukan sesuatu.
Subjek juga memiliki kesulitan dalam penerimaan dari orang sekitar,
yang menimbulkan subjek memiliki kebutuhan untuk diterima dan dicintai
oleh lingkungan. Hal ini terlihat dalam cerita mimpi dengan tema yang
paling aneh/tidak terduga, subjek merasa menjadi cheff yang sangat dicintai
oleh banyak orang. Selain itu keinginan subjek untuk penerimaan terhadap
orang lain membuat subjek memiliki kebutuhan untuk dapat membantu
orang disekitarnya, hal ini terlihat dalam cerita mimpi dengan tema
membahagiakan, yang bercerita bahwa teman subjek membutuhkan dirinya
untuk membantu dan subjek akhirnya dapat membantu mendorong motor
teman yang sedang bocor ban motornya. Hal ini juga didukung dengan
profil subjek dari cerita ibu asrama, yang menjealskan bahwa subjek adalah
orang yang inisiatif dalam membantu lingkungan sekitarnya.
Subjek membutuhkan kedekatan dari seorang figur otoritas dan figur
afeksi, yaitu ayah dan ibu. Subjek menggambarkan ayah sebagai sosok
panutan dan ibu sebagai sosok yang penyayang. Subjek memiliki kedekatan
dengan orangtua dan saat ini terpisah jarak dan memunculkan kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
afiliasi dengan ayah dan ibu. Hal ini terlihat dalam cerita mimpi dalam tema
ayah dan ibu, yang bercerita mengenai kerinduan subjek untuk pulang ke
rumah dan kembali bertemu dengan ayah dan ibu.
Subjek memiliki sikap tertutup dalam relasi lawan jenis, dari hasil
wawancara diketahui bahwa subjek cenderung menutupi dan menganggap
bahwa relasi lawan jenis merupakan hal yang tidak seharusnya dibicarakan
dengan oranglain. Tidak adanya cerita mengenai relasi lawan jenis, bukan
berarti subjek tidak memiliki kebutuhan yang berkaitan dengan relasi lawan
jenis, namun dikarenakan subjek cenderung memendam dan menutupi
kebutuhan yang dimilikinya.
4.2.3 Subjek III
1. Profil Subjek III
Pandangan Diri Subjek
Subjek merupakan seorang remaja berusia 17 tahun, anak pertama
dari dua bersaudara. Subjek merupakan siswi kelas 5 SD yang bersekolah
di SLB Yaketunnis. Subjek mengalami kebutaan dengan golongan total
blind yaitu tahap seseorang yang seseorang yang belajar menggunakan
materi perabaan dan pendengaran. Subjek mengalami kebutaan sejak
memasuki usia 8 tahun secara bertahap. Keadaan tersebut bermula ketika
subjek mengalami panas tinggi pada umur 4 tahun, ibu ketua yayasan
menjelaskan bahwa subjek mengalami kebutaan juga diakibatkan karena
penyakit diabetes yang dideritanya. Subjek pada awalnya bersekolah di
sekolah SD biasa, dan mulai mau bersekolah kembali di SLB pada umur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
16 tahun. Ibu asrama yang juga selaku ketua yayasan menjelaskan bahwa
subjek sempat mengalami keputusasaan ketika dinyatakan sebagai
tunanetra dan akhirnya mengalami gangguan dalam pergaulan maupun
akademiknya. Beliau juga menambahkan bahwa perasaan putus asa dan
belum dapat menerima kenyataan membuat subjek menjadi orang yang
cenderung tertutup dan pendiam. Subjek merasa tidak puas pada diri
sendiri dan belum dapat menerima keterbatasan yang dimilikinya. Subjek
memandang bahwa diri ideal yang seharusnya adalah, seorang yang
memiliki pengelihatan secara normal.
Cita-cita yang diinginkan subjek adalah menjadi seseorang guru
matematika. Subjek selalu berusaha belajar dengan baik untuk menggapai
cita-citanya. Subjek bercerita mengenai pengalaman menyenangkannya
ketika dirinya masih kecil yaitu ketika perayaan ulang tahun ke 5, karena
saat itu perayaan diselenggarakan bersamaan dengan ulangtahun adiknya
dan mengundang teman-teman terdekatnya. Ketika menceritakan kembali
pengalamannya subjek merasakan kerinduan. Ketika menceritakan
pengalaman yang paling menakutkan yaitu ketika mengalami kebutaan
yang bermula ketika subjek mengalami panas tinggi. Ketika mengingat
kembali kejadian itu, subjek merasa sedih dan kecewa
Relasi Dengan Keluarga
Subjek memiliki kedua orangtua yang dapat melihat secara normal.
Subjek merasakan bahwa dirinya lebih dekat dengan ayah ketimbang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dengan ibu. Ayah subjek bekerja sebagai karyawan swasta. Subjek melihat
sosok ayah sebagai orang yang sangat penyabar.
Subjek memandang ibu juga sebagai sosok yang penyabar. Subjek
sempat bercerita mengenai kegiatan yang pernah dilakukan bersama ibu,
yaitu ketika dirinya diajak tur dari perusahaan tempat ibunya bekerja.
Subjek juga menceritakan relasi yang dekat dengan adiknya. Subjek
seringkali bermain dan berfoto-foto bersama adiknya. Namun seringkali
subjek merasa iri karena ibunya lebih memanjakan adiknya. Menurut
pandangan dari Ibu Asrama relasi subjek dengan orangtua sangat baik,
karena orangtua subjek selalu datang berkunjung untuk menjemput dan
mengantarkan subjek ketika liburan telah tiba.
Relasi dengan Teman Sebaya
Subjek memiliki banyak teman sebaya di asrama, maupun di
sekolah. Berbeda dengan ketika di rumah, subjek hanya sering bermain
bersama teman dari adiknya dan tidak memiliki teman yang sepantaran.
Subjek bercerita kesamaan pengalaman ketika berelasi dengan teman di
asrama dan di sekolah. Subjek menggambarkan teman sekolah sebagai
sosok yang baik dan mudah bergaul. Ketika subjek berelasi dengan teman
sesama tunanetra, subjek melihat bahwa mereka menerima keterbatasan
yang mereka punya. Subjek terkadang merasa iri ketika melihat teman
sesama tunanetra yang terlihat tidak memiliki masalah ketika berkumpul
bersama dengan yang lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Relasi subjek dengan teman lawan jenis sendiri, subjek merasa
bahwa laki-laki lebih banyak menyebalkannya dibandingkan perempuan,
walaupun terkadang teman laki-laki juga bersikap baik. Subjek juga
menceritakan ketika mengalami permasalahan dalam hidupnya, subjek
cenderung menyimpannya di dalam hati dan meminta maaf serta berjanji
pada diri sendiri untuk tidak mengulangi perbuatannya. Ibu asrama juga
menjelaskan bahwa subjek merupakan anak yang pendiam ketika
bergabung bersama dengan teman sekolah dan juga teman di asrama,
bahkan ketika subjek memiliki masalah subjek cenderung menyimpan
untuk dirinya sendiri.
Relasi dengan Lingkungan Sekitar
Ketika berelasi dengan orang di rumahnya subjek cenderung
tertutup dan sulit bergaul. Subjek bercerita bahwa dirinya pada akhirnya
memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta, karena subjek ingin mencari
ketenangan. Ketika subjek masuk di asrama subjek mengalami sedikit
demi sedikit perubahan yang dialami. Subjek saat ini mulai mau untuk
bergaul dengan lingkungan dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan di
asramanya. Ibu asrama menjelaskan bahwa pada awalnya subjek sulit
untuk berelasi dengan orang lain, karena tidak percaya diri dan
keputusasaan yang dialami karena harus mengalami kebutaan. Hal tersebut
menyebabkan subjek tertutup dalam pergaulan dengan lingkungan
sekitarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
2. Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek III
Tabel 5
Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek III
Need/ Press Cluster Jenis Need Tema
Need Keinginan
untuk
Penerimaan
- Affiliation “Selama seminggu aku
belum bertemu ayah dan
merasa kangen ingin
bertemu” (Tema Ayah)
“Seseorang meneleponku
dan memberitahukan
bahwa ibu telah mengalami
kecelakaan, aku pun
menyebut astagfirullah
alhazim dan terbangun
mencari mama” (Tema
Ibu)
“Pertama kali datang ke
Jogja, aku merasa belum
tau dan belum bisa lepas
dari adik dan orangtuaku”
(Tema Saudara)
“Aku sedang berkumpul
bersama-sama teman –
teman” (Tema Teman)
“Saat umur 5/6 tahun, aku
bermimpi ingin berjalan
memutari rumah seseorang
yang aku sukai, untuk
dapat bertemu” dan
“Ketika bertemu dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
orang yang saya sukai saya
merasa sangat senang”
(Tema Lawan Jenis)
“saya bermimpi bertemu
dengan artis idola saya
yaitu Raffi Ahmad” dan
“Akhirnya dapat bertemu
dengannya dan salaman”
(Tema Menyenangkan)
- Recognition “Hanya mau muter ke
rumahnya saja, saya harus
mandi sore, terus pakai
baju rapi, pakai kaca mata,
terus pakai topi” (Tema
Lawan Jenis)
“Selesai acara, saya teriak-
teriak untuk memanggil
Kak Raffi” (Tema
Menyenangkan)
- Succorance “Ketika sadar aku hanya
bermimpi, aku merasa
ingin menangis karena
tidak dapat bertemu dan
foto bareng dengan Kak
Raffi” (Tema
Menyenangkan)
“Ketika saya menyadari
kenyataan saat terbangun,
saya merasa sedih” ( Tema
Aneh/ Tidak Terduga)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
- Cognizance “Raffi Ahmad syuting di
rumah ku. Saya merasa
penasaran dan heran”
(Tema Aneh / Tidak
Terduga)
- Sentience “Hanya mau muter ke
tempat dia, saya harus
mandi sore, terus pakai
baju rapi, pakai kacamata,
terus pakai topi.” (Tema
Lawan Jenis)
Keinginan
untuk
Pertahanan
-Harm
Avoidance
“Tiba-tiba ada pocong
disitu, lalu kami pun
berlarian untuk dapat bebas
dari pocong tersebut.”
(Tema Menakutkan)
-Counteraction “Akhirnya kami berusaha
masuk ke dalam rumah,
walaupun pada awalnya
tidak bisa (Tema
Menakutkan)
Keinginan
untuk Diri
Sendiri
-Playmirth
“Ketika liburan sekolah,
aku pergi berkunjung ke
rumah mbah ku di
purworejo.” (Tema Ayah)
“Aku bermimpi sedang
berkumpul bersama teman-
teman di asrama. kami
bermain-main, bercanda-
canda, ketawa, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
ngobrol” (Tema Teman)
Press Keterpisahan -Insupport
Family
“Bermimpi sedang
berpamitan dengan adikku
saat akan berpisah ke Jogja
dan kami pun saling
menangis karena akan
berpisah” (Tema Saudara)
“Ada seseorang yang
menelpon ku dan
memberitahukan bahwa ibu
telah mengalami
kecelakaan.” (Tema Ibu)
- Friendship “berkumpul bersama
teman-teman di asrama.
kami bermain-main,
bercanda-canda, ketawa-
tawa ngobrol.” (Tema
Teman)
-Loss
Companionship
“aku merasa ingin
menangis karena tidak bisa
bertemu dan foto bareng
dengan Kak Raffi.” (Tema
Menyenangkan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Ancaman dari
Lingkungan
-Aggression “Ketika aku bermain
bersama adik ku, keadaan
saat itu gelap. Tiba-tiba ada
pocong disitu, lalu kami
pun berlarian dai pocong
tersebut” (Tema
Menakutkan)
-Claustrum “Ketika kami berlarian ke
utara, di depan sudah ada
pocong lagi, balik ke
selatan, ada pocong,
kemana pun tidak bisa.
(Tema menakutkan)
Anxiety Kecemasan
ditinggalkan /
berpisah
-p.Affiliation “Aku bermimpi sedang
berpamitan dengan adikku
saat akan berpisah ke Jogja
dan kami pun saling
menangis karena akan
berpisah” (Tema Saudara)
Kecemasan
terhadap
ancaman
-p. Aggression “Ketika aku bermain
bersama adikku keadaan
saat itu sangat gelap. Tiba-
tiba ada pocong disitu, lalu
kami pun berlarian untuk
dapat bebas dari pocong
tersebut.” (Tema
Menakutkan)
Defense
Mechanism
Immature -Regresi “Aku bermimpi sedang
berpamitan dengan adikku
saat akan berpisah ke Jogja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
dan kami pun saling
menangis karena akan
berpisah” (Tema Saudara)
-Introyeksi “Raffi Ahmad syuting di
daerah kawasan rumah ku.
Saya merasa heran dan
penasaran” (Tema Aneh/
Tidak Terduga)
Mature -Sublimasi “Saya teriak-teriak untuk
memanggil Kak Raffi, lalu
akhirnya dapat bertemu
dengannya dan salaman”
(Mimpi Menyenangkan)
3. Dinamika Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press)
Subjek III
Berdasarkan pada hasil yang diperoleh, subjek memiliki kebutuhan
yang mendukung kebutuhan lainnya sehingga memudahkan kebutuhan
lainnya dalam beroperasi. Contohnya kebutuhan Affiliation didukung oleh
kebutuhan Playmirth dimana subjek ingin menjalin kedekatan dan
melakukan hal yang menyenangkan bersama dengan orang lain. Hal ini
terlihat dalam cerita mimpi subjek dalam tema Teman:
“Aku bermimpi sedang berkumpul bersama teman-teman di asrama.
kami bermain-main, bercanda-canda,ketawa, ngobrol. Aku merasa senang
karena bisa berkumpul bersama teman-teman.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Di sisi lain, subjek memiliki kebutuhan yang saling berlawanan atau
berkonflik, seperti kebutuhan memiliki kebutuhan untuk mandiri dan
kebutuhan affiliation karena masih ingin dekat dengan keluarga. Contohnya
dalam cerita mimpi dengan tema Saudara:
“Pertama kali datang ke Jogja, aku merasa belum tau dan belum
bisa lepas dari adik dan orangtuaku. Aku bermimpi sedang berpamitan
dengan adikku saat akan berpisah ke Jogja dan kamipun saling menangis
karena akan berpisah..”
Berdasarkan pada tabel kebutuhan psikologis (Need) dan tekanan
(Press), terlihat bahwa subjek melihat lingkungan sekitar sebagai sebuah
ancaman, sehingga menimbulkan kecemasan. Meskipun demikian, subjek
hanya menerima keadaan yang ada. Subjek memiliki rasa tidak berdaya dan
tidak dapat melakukan apa-apa, sehingga subjek memiliki kebutuhan untuk
mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar. Hal ini terlihat dalam cerita
mimpi subjek dalam tema saudara, teman, dan hal yang menakutkan. Dari
keseluruhan tema cerita tersebut memiliki kesamaan isi mengenai ancaman
dari lingkungan sekitar dan ketidakberdayaan subjek dalam menghadapi
ancaman tersebut. Hasil ini sesuai dengan profil subjek mengenai relasi
dengan lingkungan sekitar yang menyatakan bahwa, seringkali subjek
mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dan mendapatkan ejekan dari
lingkungan dengan memandang subjek sebelah mata.
Selain itu, subjek juga memiliki kesulitan dalam penerimaan dari
orang sekitar, yang menimbulkan subjek memiliki kebutuhan untuk diterima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
dan dicintai oleh pasangan. Hal ini terlihat dalam cerita mimpi dengan tema
lawan jenis, dimana subjek berusaha menarik perhatian orang lain untuk
mendapatkan penerimaan. Sementara itu, subjek memiliki perasaan sedih
ketika harus ditinggalkan dengan orang terdekat, yang menunjukan
kebutuhan afiliasi. Hal ini nampak dalam cerita mimpi dengan tema saudara,
tema ayah, dan tema ibu yang menceritakan kesedihannya ketika harus
berpisah ataupun kehilangan orang terdekat.
Subjek membutuhkan kedekatan dari seorang figur otoritas dan figur
afeksi, yaitu ayah dan ibu. Subjek menggambarkan ayah sebagai sosok
panutan dan ibu sebagai sosok yang penyayang. Subjek memiliki kedekatan
dengan orangtua dan saat ini terpisah jarak dan memunculkan kebutuhan
afiliasi dengan ayah dan ibu. Hal ini terlihat dalam cerita mimpi dalam tema
ayah dan ibu, yang bercerita mengenai kerinduan subjek dengan figur ayah
dan kecemasan subjek ketika harus kehilangan sosok ibu.
4.2.4 Dinamika Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek
1, 2 dan 3
Ketiga responden dalam penelitian ini memiliki beberapa ciri kebutuhan
yang cenderung sama. Berdasarkan wawancara terhadap 3 responden nampak
kebutuhan yang terbagi dalam tiga cluster, yaitu keinginan akan penerimaan,
keinginan pertahanan diri dari ancaman dan keinginan bebas untuk dirinya sendiri.
Keinginan bebas untuk diri sendiri muncul dari ketiga subjek. Hal ini terlihat
dalam tema saudara, teman, dan tema yang menyenangkan. Kebutuhan yang
muncul antara lain tentang kebutuhan utnuk bermain, kebutuhan menikmati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
kenangan ataupun keindahan, serta kebutuhan perubahan. Seperti contoh dalam
cerita subjek pertama :
“Suasana saat itu seperti lebaran. Saat itu saya berkumpul bersama
keluarga, saudara. Seletah berkumpul bersama-sama, lalu jalan-jalan bersama
keluarga. Saya merasa sangat senang saat itu.”
Kebutuhan yang paling menonjol dari ketiga responden adalah
kecenderungan dalam kebutuhan akan afeksi, penerimaan, dan kebutuhan untuk
menjalani kedekatan dengan sekitarnya. Keinginan untuk penerimaan orang lain
pada ketiga subjek muncul melalui tema ayah, tema ibu, tema saudara, tema lawan
jenis, dan tema yang membahagiakan. Keinginan akan penerimaan orang lain
muncul dalam kebutuhan untuk diperhatikan. Seperti contohnya dalam cerita
subjek ketiga melalui tema lawan jenis:
“Waktu aku berumur 5 tahun/ 6 tahun aku ingin berjalan memutari rumah
seorang teman yang saya sukai, untuk dapat bertemu. Rumahnya berada di
belakang musollah di dekat rumah ku. Hanya mau muter ke tempat dia, saya
harus mandi sore, terus pakai baju rapi, pakai kacamata, terus pakai topi.
Berdasarkan pada dinamika kebutuhan yang muncul dari ketiga subjek
diantaranya kebutuhan untuk membentuk pertemanan dan untuk bersosialisasi,
untuk berinteraksi secara dekat dengan orang lain, untuk bekerja sama dan
berkomunikasi dengan orang lain dengan cara bersahabat, dan untuk jatuh cinta.
Wrigthsman (1977) menyebutkan bahwa sebenarnya afiliasi merupakan
kebutuhan manusia yang teramat kuat dan harus dipenuhi sesering mungkin.
Menurut Schachter (dalam Deaux dkk, 1993) faktor yang menyebabkan individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
berafiliasi adalah karena bila berada di sekitar orang lain secara langsung dapat
mengurangi kecemasan. Kecemasan akan keterpisahan dan ditinggalkan pun
muncul pada cerita subjek pertama dan ketiga.
Di sisi lain, ketiga subjek juga memiliki kebutuhan yang saling
berlawanan atau berkonflik. Pada subjek 1, terlihat dalam tema ibu Subjek
memiliki kebutuhan afiliasi dengan ibu, namun di sisi lain subjek juga memiliki
kebutuhan mengabaikan terhadap ibu karena perkataan yang tidak begitu penting.
Pada subjek 2, kebutuhan yang saling berkonflik terlihat dalam tema menakutkan,
dimana subjek kebutuhan subjek untuk bersikap agresif terhadap lingkungan
sekitarnya, namun juga memiliki kebutuhan untuk menerima tekanan yang berasal
dari lingkungannya. Sedangkan pada subjek 3, kebutuhan yang saling berkonflik
terlihat dalam tema saudara, dimana subjek memiliki kebutuhan untuk dekat
dengan keluarga, namun disisi lain subjek memiliki kebutuhan untuk mandiri
dalam kehidupannya.
Berdasarkan pada dinamika kebutuhan yang berkonflik ini, terlihat bahwa
ketiga subjek memiliki kebutuhan yang ambivalen, dimana kedua subjek memiliki
keinginan untuk diterima tetapi juga memiliki keinginan untuk menyerang
terhadap figur yang bersangkutan. Anxious-resistant attachment menurut Mary
Ainsworth (dalam Santrock, 1995) dicirikan dengan memperlihatkan
ketidakamanan dengan menolak figur kelekatan terutama ibu. Contohnya,
seseorang yang bersandar pada figur kelekatannya tetapi juga menolak
keterikatannya misalnya mengabaikan sosok ibu disaat yang bersamaan. Wenar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
dan Kerig (2000) mengatakan bahwa individu dengan resistant attachment akan
menunjukkan ambivalensi ketika berpisah dengan figur lekatnya.
Ketiga responden memiliki keinginan untuk pertahanan diri dari ancaman,
muncul melalui tema teman dan tema yang menakutkan. Ketika subjek
menghadapi kesulitan, maka subjek cenderung mencoba lari dari masalah dan
ancaman yang ada, namun seringkali subjek merasa tidak berdaya dan pada
akhirnya hanya menerima kenyataan yang ada. Ketiga subjek cenderung
memandang ancaman dari sekitar sebagai superior sehingga mereka cenderung
kesulitan dan merasa tidak berdaya dalam menghadapi. Seperti contoh pada cerita
tema menakutkan pada subjek kedua :
“Saya melihat adik saya dipukuli, saya tidak terima dan ingin membalas.
Tapi saya tidak dapat berbuat apa-apa, karena saya juga dalam kondisi disekap.
Tangan dan kaki saya ditali, saya merasa mimpi yang sangat buruk.”
Menurut Murray, cerita mengenai reaksi orang lain dapat memberi
informasi tentang situasi, sehingga memberi kejelasan terhadap pikiran-pikiran
(kognisi) individu, orang lain merupakan pembanding. Seorang yang cenderung
membutuhkan kedekatan dengan orang lain dapat mengevaluasi dirinya
berdasarkan perilaku orang tersebut. Menurut Adler (1956) kebutuhan akan kasih
sayang (needs for affection) yang tidak terpenuhi seseorang cenderung melakukan
self accusation ditandai dengan rasa bersalah bahkan dorongan untuk menyiksa
diri sendiri. Rasa bersalah seringkali memunculkan tindakan penuduhan diri
sendiri, seperti contohnya ketidakmampuan yang dimiliki. Penuduhan diri
merupakan sebuah cara mencapai keunggulan pribadi. Orang ini akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
merendahkan diri sendiri agar memunculkan rasa penderitaan bagi orang lain
sembari melindungi rasa percaya diri mereka yang lemah. Orang dengan
kecenderungan ini membutuhkan sosok yang dominan yang mampu melindungi
dan membimbing. Mereka akan cenderung memandang orang lain sebagai orang
yang superior, bahkan pada hal-hal yang mereka kuasai mereka akan memandang
orang lain lebih superior (Schultz, 1998).
Kecemasan yang muncul ketika menghadapi masalah terjadi dikarenakan
ketiga subjek mengalami press physical danger, physical Injury ,dan press
claustrum. Tekanan yang dihadapi subjek berupa ancaman dari luar, merasa orang
lain lebih dominan, serta ancaman yang membuat merasa terjebak. Seperti contoh
cerita subjek pertama:
“Teman saya berlarian, berteriak,dan saling melempar. Saya ditengah itu
menjadi sasaran lemparan mereka semua. Setelah itu saya terjatuh..”
Dari jenis tekanan yang muncul, menunjukan bahwa ketiga subjek
cenderung merasa dirinya terancam terhadap lingkungan sekitarnya. Para remaja
tunanetra masih menganggap lingkungan sekitar sebagai ancaman mereka. Hal ini
sesuai dengan keadaan para tunanetra yang belum mendapatkan kesetaraan dalam
hal pemenuhan fasilitas dan aksebilitas untuk aktivitas kesehariannya. Lingkungan
bahkan negara belum menyediakan dan belum memberikan kesempatan dan
perlakuan yang sama bagi difabel terutama tunantera. Sesuai dengan wawancara
yang menjelaskan keadaan seorang tunantera yang tidak dapat melihat
menyebabkan para penyandang tunanetra kesulitan dan merasa terancam secara
fisik dikarenakan masih merasa tidak aman, serta terbatas dalam mobilitasnya .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Kecemasan akan keterpisahan dan kesendirian juga muncul dari cerita diantaranya
Press aloneness, press friendship, press family insupport, press loss
companionship dan press coercion. Tekanan dirasakan pula dari lingkungan
sekitar subjek seperti cerita subjek ketiga yaitu :
“Ketika aku sedang di rumah, dan ibu bekerja tiba-tiba ada seseorang
yang menelpon ku dan memberitahukan bahwa ibu telah mengalami kecelakaan.
Aku pun langsung menyebut astagfirullah alhazim dan terbangun untuk mencari
mama.”
Dinamika dalam cerita-cerita subjek menunjukan kecemasan,
ketergantungan dan keinginan penerimaan para remaja tunanetra terhadap orang
lain dan mereka memiliki kepatuhan terhadap tokoh yang lebih dominan.
Kecemasan yang terdapat dalam diri remaja tunanetra juga membuat diri mereka
cenderung untuk memiiki mekanisme dalam mempertahankan diri salah satunya
dengan regresi, sublimasi, proyeksi, represi, blocking, dan introyeksi.
Dinamika keseluruahan cerita subjek menunjukan kesesuain dengan teori
Adler (1927) yang mengatakan setiap pribadi yang lahir ke dunia selalu
“diberkati” dengan kelemahan-kelemahan fisik tertentu, dan kelemahan-
kelemahan ini selalu mengarah kepada perasaaan-perasaan inferioritas. Manusia
yang membesar-besarkan kelemahan tubuhnya, kadang-kadang mengembangkan
perasaan inferioritas secara berlebih-lebihan, karena ingin mengompensasikan
secara besar-besaran perasaan ketidaktepatan mereka. Mereka akan cenderung
merasa hidup di negeri musuh, rasa takut dan kecemasan sudah mengalahkan
mereka lebih daripada hasrat untuk mencapai keberhasilannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Dari keseluruhan cerita ketiga subjek terlihat pula emosi subjek yang akan
cenderung sedih ketika mengalami keterpisahan ataupun ketidakberdayaan,
sehingga akan cenderung membutuhkan bantuan orang lain disekitarnya. Emosi
ketakutan juga akan muncul ketika mengalami ancaman dari lingkungan sekitar.
Ketiga subjek akan mengalami perasaan bahagia ketika mendapatkan penerimaan
dari lingkungan sekitar. Gambaran emosi yang muncul dari keseluruhan cerita
subjek menunjukan bahwa ketiga subjek yang merupakan remaja tunanetra
mengalami deprivasi emosi, yaitu keadaan dimana anak tunanetra kurang
memiliki kesempatan untuk menghayati pengalaman emosi yang menyenangkan
seperti kasih sayang, kegembiraan, perhatian, dan kesenangan. Hal ini didukung
dengan hasil wawancara terhadap ketiga subjek yang merasakan penolakan ketika
masih kecil dan harus mengalami keterpisahan dengan orangtua dan keluarga
sejak dini karena harus masuk asrama ketika masih kanak-kanak. Ketiga subjek
mengalami keterhambatan dalam pengalaman sosialnya.
Somantri (2007) menjelaskan bahwa deprivasi emosi terjadi karena pada
tahap anak-anak, pada masa awal kehidupan atau perkembangan anak tunantera
ini mengalami penolakan kehadiran dari lingkungan keluarga maupun lingkungan
sekitarnya. Kecenderungan bahwa anak tunanetra pada masa awal
perkembangannya mengalami deprivasi emosi akan membuat kecenderungan
bersifat menarik diri, mementingkan diri sendiri, serta sangat menuntut
pertolongan atau perhatian kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
4.2.5 Pembahasan
Ketiga responden seperti telah dijelaskan diatas memiliki beberapa
kesamaan. Pertama, kebutuhan yang muncul melalui analisis cerita mimpi jika
diklasifikasikan ketiga subjek memiliki kebutuhan yang ambivalen, dimana kedua
subjek memiliki keinginan untuk diterima tetapi juga memiliki keinginan untuk
menyerang terhadap figur yang bersangkutan. Anxious-resistant attachment.
Penemuan kedua dalam analisis cerita mimpi menggunakan teori Adler
(1956) yang merupakan kelanjutan dari kebutuhan akan kasih sayang (needs for
affection) yang tidak terpenuhi seseorang cenderung melakukan self accusation
ditandai dengan rasa bersalah bahkan dorongan untuk menyiksa diri sendiri. Rasa
bersalah seringkali memunculkan tindakan penuduhan diri sendiri, seperti
contohnya ketidakmampuan yang dimiliki. Penuduhan diri merupakan sebuah
cara mencapai keunggulan pribadi. Orang ini akan merendahkan diri sendiri agar
memunculkan rasa penderitaan bagi orang lain sembari melindungi rasa percaya
diri mereka yang lemah. Orang dengan kecenderungan ini membutuhkan sosok
yang dominan yang mampu melindungi dan membimbing. Mereka akan
cenderung memandang orang lain sebagai orang yang superior, bahkan pada hal-
hal yang mereka kuasai mereka akan memandang orang lain lebih superior
(Schultz, 1998).
Penemuan ketiga menjelaskan gambaran emosi yang muncul dari
keseluruhan cerita subjek menunjukan bahwa ketiga subjek yang merupakan
remaja tunanetra mengalami deprivasi emosi, yaitu keadaan dimana anak
tunanetra kurang memiliki kesempatan untuk menghayati pengalaman emosi yang
menyenangkan seperti kasih sayang, kegembiraan, perhatian, dan kesenangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Somantri (2007) menjelaskan bahwa deprivasi emosi terjadi karena pada tahap
anak-anak, pada masa awal kehidupan atau perkembangan anak tunantera ini
mengalami penolakan kehadiran dari lingkungan keluarga maupun lingkungan
sekitarnya.
Selain temuan dan kelebihan-kelebihan ini, penelitian ini memiliki
kelemahan dalam mencari subjek yang bersedia, sehingga penelitian ini belum
dapat membuktikan penelitian dapat ditransfer pada kasus lainnya. Kurangnya
pendekatan significant others subjek juga mempengaruhi hasil wawancara,
dimana wawancara kurang dapat menghasilkan data yang mendalam baik keadaan
subjek maupun relasi subjek dengan keluarga. Hal ini dikarenakan keluarga ketiga
subjek yang berada di luar kota, yang membuat peneliti tidak dapat
mewawancarai secara langsung.
Kelemahan lainnya adalah terbatasnya ruang untuk mewawancarai subjek
sehingga adanya gangguan dari sekitar ketika melakukan wawancara, seperti
teman yang tiba-tiba datang dan mengajak bercanda. Tetapi gangguan tersebut
tidak sepenuhnya berpengaruh besar terhadap hasil pengambilan data wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
5. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kebutuhan psikologis remaja penyandang tunanetra yang dominan muncul
adalah kebutuhan diterima. Kebutuhan akan penerimaan muncul dari banyak figur
baik itu ayah, ibu, keluarga, teman, maupun lingkungan sekitar. Selain itu,
kebutuhan akan rasa untuk menghindari ancaman juga muncul dominan dengan
berbagai variasi, seperti kebutuhan rasa aman dengan menghindari pelaku
kekerasan, bahkan dengan menunjukan ketidakberdayaan. Terdapat pula
kebutuhan lain yang muncul dalam bentuk yang agresif, yaitu kebutuhan agresi.
Selain itu, keinginan untuk diri sendiri juga muncul dalam bentuk kebutuhan
otonomi, maupun mencari kesenangan diri dan menikmati keadaan sekitar.
Sementara itu, lingkungan sekitar yang menekan menimbulkan tekanan
(press). Tekanan yang dominan muncul pada remaja penyandang tunanetra adalah
press physical danger, physical Injury, coercion,dan press claustrum. Tekanan
tersebut memunculkan kecemasan pula didalam diri anak tunanetra.
Selain itu, penemuan lain dari penelitian ini terlihat dari konflik antar
kebutuhan serta ambivalensi sikap subjek terhadap tekanan yang dialaminya
menunjukkan bahwa ketiga subjek mengalami anxious-resistant attachment.
Kebutuhan akan rasa kasih sayang yang tidak terpenuhi menimbulkan
perasaan self accusation. Perasaan ini akan memunculkan tindakan penuduhan
diri sendiri, seperti contohnya ketidakmampuan yang dimiliki. Anak tunanetra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
juga mengalami deprivasi emosi, hal ini membuat kecenderungan bersifat menarik
diri, mementingkan diri sendiri, serta sangat menuntut pertolongan atau perhatian
kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya.
5.2.1. Saran
Beberapa saran yang dikemukakan oleh peneliti:
1. Bagi peneliti selanjutnya
a. Berdasarkan pada kelemahan penelitian ini, peneliti mengusulkan
supaya peneliti selanjutnya melakukan pendekatan yang mendalam,
serta menambah jumlah bagi subjek maupun significan others subjek
sehingga hasil wawancara dapat lebih mendalam dan kuat dalam
pembuktian transferabilitas (pengeneralisasian) penelitian.
b. Berdasarkan pada hasil penelitian ini, penelitian lebih lanjut dapat
dilakukan dengan melihat secara lebih spesifik mengenani hubungan
penyandang tunanetra dan hubungan keluarga maupun lingkungan
sekitar terkait dengan peningkatan kesejahteraan, anxious-resistant
attachment, self accusation, dan deprivasi emosi yang telah terungkap
pada remaja penyandang tunanetra.
2. Bagi keluarga
Kebutuhan psikologis yang muncul sangat tergantung dari relasi subjek
dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, agar remaja
penyandang tunanetra dapat memenuhi kebutuhan psikologisnya serta
mengurangi tekanan yang dialaminya, sebaiknya keluarga dan lingkungan
melakukan penerimaan, perhatian, dan kasih sayang. Seperti yang
dikatakan oleh Adler, kegagalan memenuhi kebutuhan/keinginan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
mengalami penolakan sejak masa kanak-kanak menjadi sebab hampir
semua bentuk psikopatologi, contohnya dalam penelitian ini adalah
anxious-resistant attachment, self accusation, dan deprivasi emosi. Oleh
karena itu, penerimaan tidak bersyarat penting untuk diberikan kepada
penyandang tunanetra.
3. Bagi Lingkungan Sekitar
Kondisi anak dengan kebutuhan tunanetra membutuhkan penerimaan
berupa keberadaan fasilitas yang adil dari lingkungan. Dukungan dan
penerimaan dari lingkungan sangat penting bagi perkembangan anak
tunanetra. Ketidakadilan merupakan salah satu bentuk kurang siapnya
lingkungan terhadap penerimaan para penyandang tunanetra dan hal ini
dapat menyebabkan anxious-resistant attachment, self accusation, dan
deprivasi emosi.
4. Bagi praktisi klinis
Melihat kondisi yang dialami oleh remaja penyandang tunanetra, praktisi
klinis dapat melakukan penyuluhan dan pengertian terhadap orang tua
yang memiliki anak tunanetra serta lingkungan sekitar akan pentingnya
penerimaan dan rasa aman sehingga tidak menimbulkan anxious-resistant
attachment, self accusation, dan deprivasi emosi yang akan menetap
hingga dewasa dan dapat menyulitkan kehidupan anak tunanetra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
DAFTAR PUSTAKA
Adelson E. & Fraiberg S. (1974). Gross Motor Development in Infants Blind from Birth.
Wiley on behalf of the Society for Research in Child Development
Alwisol. (2007). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Amawidyati, S. A. G & Utami, M. S. (2007). Religiusitas dan Psychological Well-
Being Pada Korban Gempa. Jurnal Psikologi, 3(2), 165-171.
Anna, K. L. (2011). Katarak penyebab utama kebutaan. Diambil dari Kompas Online
http://health.kompas. com/read/2011/06/23/06230534/Katara k.Penyebab.Ut
ama.Kebutaan
Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Smith, E., & Bern, D. (1987). Pengantar Psikologi
(Edisi 11). Batam: Interaksara.
Bellak, L., & Abrams, D. (1997). The TAT, The CAT, The SAT in Clinical Use. 6th
ed.
Boston: Allyn & Bacon.
Blumer, Herbert 193 1: Science without Concepts. American Journal of Sociology, 36,
515-33
Charney, D. S. (2004). Psychological mechanism of resilience and vulnerability:
Implication for successful adaptation to extreme stress. American Journal of
Psychology, 161(2), 195-216.
Creswell, J. W. (2007). Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing Among
Five Approaches. California: Sage Pulications, Inc.
Denzin, Norman K. 1969. Symbolic Interactionism and Ethnomethodology : A
Proposed Synthesis. American Sociological Review, 34, 922-34
Dewi K.S. & Harimukthi M.T. (2014) Eksplorasi Kesejahteraan Psikologis Individu
Dewasa Awal Penyandang Tunanetra. Jurnal Psikologi Undip Vol.13 No.1
Dewi U. & Rahayu S. (2012) Pelayanan Publik Bagi Pemenuhan Hak-Hak Disabilitas
Di Kota Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.
Diener, E., Wirtz, D., Biswas-Diener, R., Tov, W., Kim-Prieto, Chu, Choi, Dong-won,
& Oishi, S. (2009). New measures of well-being. E. Diener (ed.), Assessing well-
being: The collected works of Ed Diener, Social Indicators Research Series 39,
doi: 10.1007/978-90-481-2354-4 12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Fitriyah, C. & Rahayu S.A. (2013). Konsep Diri Pada Remaja Tunanetra Di Yayasan
Pendidikan Anak Buta (Ypab) Surabaya Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 04, No.
01, 46-60
Foster G.M. & Maccoby M. (1970). Methods Of Studying Mexican Peasant
Personality: Rorschach, Tat And Dreams. The George Washington University
Institute For Ethnographic Research
Freud S. (1920). Dream Psychology, Psychoanalysis For Beginners. New York : The
James A. McCann Company.
Gardner, J., & Harmon, T. (2002). Exploring resilience from parent’s perspective: A
qualitative study of six resilient mothers of children with intellectual disability.
Australian Social Work, 55(1), 60-68.
Gottesman M. (1973). Conservation Development In Blind Children. Wiley On Behalf
Of The Society For Research In Child Development
Green, Andre (2012) On construction in Freud’s work. Int J Psychoanal 93:1238–1248
Gronlund, N. E. (1999). How to write and use instructional objectives (6th ed.).
Bellevue, WA: Merril Press.
Hall, C.S., & Lindzey, G. (1993). Teori-Teori Holistik (Organismik –
Fenomenologis); Editor A. Supratiknya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Hallam, F. M.& Weed ,S. C. (1896). A Study of the Dream-Consciousness. The
American Journal of Psychology, Vol. 7, No. 3, pp. 405-411
Herlina, Dkk (2008). Profil Kebutuhan Psikologis Mahasiswa Tunanetra Di Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Universitas Pendidikan
Indonesia
Fasilitas publik minim akses bagi penyandang disabilitas. (2015, 26 Juni). KOMPAS.
Diunduh dari :
http://print.kompas.com/baca/2015/06/26/Fasilitas-Publik-Minim-Akses-bagi-
Penyandang-Disabilitas
Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Hurovitz, C., Dunn, S., Domhoff, G. W., & Fiss, H. (1999). The dreams of blind men
and women: A replication and extension of previous findings. Dreaming, 9, 183-
193.
Hutto, M.D., & Hare, D. (1997). Career advancement for young women with visual
impairments. Journal of Visual Impairment and Blindness, 91, 280-295.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Kartikasari, N,Y. (2013). Body Dissatisfaction terhadap Psychological Well Being pada
Karyawati. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Malang.
Khalimah S. (2014). Pembentukan Perilaku Sosial Difabel Netra Di Slb-A Yayasan
Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis) Yogyakarta. Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta
Kerr, N., & Domhoff, G. W. (2004). Do the blind literally "see" in their dreams? A
critique of a recent claim that they do. Dreaming, 14, 230-233.
Kerr, N.H., Foulkes, D., & Schmidt, M. (1982). The structure of laboratory dream
reports in blind and sighted subjects. Journal of Nervous and Mental Disease,
170, 286-294.
Kirtley, D. (1975). The Psychology of Blindness. Chicago: Nelson-Hall.
Lianawati, E. (2008). Kesejahteraan Psikologis Istri ditinjau Dari Sikap PeranGender
Pasutri Muslim. Jurnal Psikologi, 2(1), 29-30.
Linely, P. A. & Joseph, S. (2005). The human capacity for growth through adversity.
The American Psychologist, 60(3), 262-264.
Matsumoto D. & Willingham B. (2008) Spontaneous Facial Expressions Of Emotion Of
Congenitally Andnoncongenitally Blind Individuals. Attitudes And Social
Cognition
Mazidah, Lutfiyah (2012) Kesejahteraan Tuna Netra Dewasa ini. Universitas Sunan
Kalijaga.
McGregor, I., & Little, B. R. (1998). Personal projects, happiness, and meaning: On
doing well and being yourself. Journal of Personality and Social Psychology, 74,
494–512.
Mclivane, J. M. & Reinhardt, J. P. (2001). Interactive effect of support from family and
friends in visually impaired elders. The Journals of Gerontology, B series,
Psychological Sciences and Social Sciences, 56(6), 374-382.
Mestika, P.Addina (2012) Sarana Bantu Atletik Lari Tuna Netra Dengan Sistem Kerja
Line Follower. Institut Teknologi Bandung
Mills. (2010). Psychological well-being in long term care. Diambil dari
http://gerospychology.wordpress.com/2 010/01/psychological-well-being-in-
long-term-care/
Monroe, Will S. (1905) Mental Elements of Dreams. The Journal of Philosophy,
Psychology and Scientific Methods, Vol. 2, pp. 650-652
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Morewedge C.K. & Norton M.I (2008) When Dreaming Is Believing: The (Motivated)
Interpretation Of Dreams. Attitudes And Social Cognition
Mujimin W.M. (2007) Penyediaan Fasilitas Publik Yang Manusiawi Bagi Aksesibilitas
Difabel. Dinamika Pendidikan No. 1/ Th. XIV
Nayana F.N. (2013) Kefungsian Keluarga Dan Subjective Well-Being Pada Remaja.
Issn: 2301-8267vol. 01, No.02,
Nelson, J. (1888). A Study of Dreams. The American Journal of Psychology, Vol. 1, No.
3, pp. 367-401
Pelangi, Samira (2014). Gambaran Psikologi Remaja Penyandang Tunarungu
Diungkap dengan Thematic Apperception Test (T.A.T.). Universitas Sanata
Dharma.
Peanstiehl, M.R. (1983). Role models for high-achieving visually impaired women.
Journal of Visual Impairment and Blindness, 77, 259-261.
Pinquart, M. & Pfeiffer, J. P. (2009). Psychological well-being in visually impaired and
impaired individuals. British Journal of Visual Impairment, 29(1), 27-45.
Poerwandari, K. (2005). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia.
Jakarta: LPSP3 Universitas Indonesia.
Reber, A., & Reber, E. (2010). Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sacks, S.2. (1996). Psychological and social implications of low vision. In A.L. Corn &
A.J. Koenig (Eds.), Foundations of low vision: Clinical and functional
perspectives (pp.26-42). New York: AFB Press.
Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup (Edisi
5). Jakarta: Erlangga.
Sarafino, E.P. 1998. Health Psychology. New York: Biopsychology Interaction.
Savary L.M., dkk (1984). Dreams and Spiritual Growth: A Judeo-Christian Way of
Dreamwork. Paulus Press.
Schultz, D., & Schultz, S. E. (1998). Theories of Personality (6th Edition ed.).
California: Brooks/Cole Publising Company.
Smith, Jonathan A. (2008). Qualitative Psychology : A Practical Guide To Research
Methods (2nd Ed). London: Sage Publication.
Snyder, F. (1970). The phenomenology of dreaming. In L. Madow & L. Snow (Eds.),
The psychodynamic implications of the physiological studies on dreams (pp. 124–
151). Springfield, IL: Thomas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Somantri, Sutjihati. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.
Wardani, M.Candra (2012). Motivasi Perilaku Merokok Pada Mahasiswi.Universitas
Sanata Dharma
Weiss , Lillie (1987). Dream Analysis in Psychotherapy. Family Relations, Vol. 36, No.
1p. 108
Yogasari R. S. (2013) National Geographic Indonesia.. Jakarta : Gramedia Indonesia
Zadra, A. L., Nielsen, T. A., & Donderi, D. C. (1998). Prevalence of auditory, olfactory,
and gustatory experiences in home dreams. Perceptual and Motor Skills, 87, 819–
826.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
LAMPIRAN
SUBJEK I
Mimpi Mengenai Ayah
Saya pernah mimpi mengenai Ayah. Ehmm.. Sebentar mbak saya ingat ingat dulu.
Saya dulu ingat Ayah ketika itu memeluk saya, dan saat itu posisi saya sedang
galau dan sedih. Saya merasa bahagia karena ayah mendukung saya.
Inquiry
Apakah pada kenyataannya ayah mu memelukmu ketika kamu sedang
dalam masalah? Iya, ayah saya sering memeluk saya ketika saya sedang ada
masalah.
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Saya bermimpi
mengenai ayah,
ketika saya
merasa sedih dan
galau, ayah
memeluk saya
Jika subjek
merasa sedih dan
galau, maka ayah
akan memeluk
saya.
- Pelukan/Perhatian
dari figur otoritas. (n.
Affiliation)
- Perasaan sedih.
- MD Regression
- P. Aloneness
- Saat
memiliki
masalah
butuh
dukungan
Ayah memeluk
dan memberikan
dukungan pada
saya
Jika ayah
memeluk saya,
maka ayah
mendukung saya.
- Pelukan/Perhatian
dari figur otoritas. (n.
Affiliation),
- Dukungan dari figur
otoritas. (n.
Succorance)
Saya merasa
bahagia ketika
ayah memeluk
untuk
Jika ayah
mendukung saya,
maka saya akan
merasa bahagia
- Pelukan/Perhatian
dari figur otoritas. (n.
Affiliation),
- Dukungan dari figur
- Ketika
mendapat
dukungan
akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
memberikan
dukungan untuk
saya.
otoritas. (n.
Succorance)
- Perasaan bahagia.
bahagia
Mimpi Mengenai Ibu
Ehmm.. Aku agak lupa soalnya.. Pernah sih sekilas mimpi tentang Ibu. Kata-kata
dan kejadiannya aku agak lupa mbak. Ibu seperti mengatakan sesuatu kayanya.
Saya lupa apa yang dikatakan, tapi posisinya dan keadaan sedang santai-santai
namun gembira.
Inquiry
Bagaimana kah cerita lengkap mengenai kejadian mimpi tersebut? Ehmm,,
Ya kaya ngobrol-ngobrol santai biasa sih mbak. Tapi gak ada sesuatu pesan yang
penting gitu.
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Saya pernah
bermimpi tentang
ibu, suasana saat
itu sedang santai
dan gembira
seperti biasa. Ibu
mengajak
mengobrol-
ngobrol.
Jika kumpul santai
dengan ibu, ,akan
ibu akan mengajak
ngobrol.
- Berkumpul akrab
dengan figur
afeksi
(n.Affiliation),
- Bersantai-santai
(n. Passivity).
- Perasaan subjek
gembira.
- Butuh dekat
dengan
orang tua
Ketika ngobrol
bersama ibu, tidak
sesuatu yang
begitu penting
Jika ibu mengajak
ngobrol, maka
tidak ada hal
penting yang
- Anggapan tidak
penting
(n.Rejection)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
yang dikatakan
oleh ibu.
dikatakan ibu
Jadi saya lupa apa
yang dikatakan
oleh ibu dan tidak
mengingatnya
Jika tidak ada hal
penting yang
dikatakan, maka
subjek akan
melupakannya.
- Mengabaikan
pembicaraan (n.
Rejection)
- MD. Blocking
- Butuh
mengabaikan
hal yang
tidak
penting.
Mimpi Mengenai Saudara
Saya mimpi tentang kakak sepupuku. Ya,, apa ya agak lupa sih. tapi saat itu
suasananya suasananya itu mbak ku itu gak biasanya kaya apa ya marahin aku apa
gimana,, mau ninggalin aku apa gimana gitu. Terus, dia itu kayanya apa itu mau
ninggalin aku lah intinya gitu. Perasaanya saat itu sedih. Namun, ketika terbangun
saya sadar bahwa itu gak mungkin.
Inquiry
Apakah pada kenyataannya kamu dekat dengan kakak sepupumu? Iya, saya
dekat dengan mbak saya. Karna saya anak tunggal, jadi sejak kecil saya
menganggap dia seperti kakak saya sendiri.
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Saya bermimpi
mengenai kakak
sepupu saya. Saat
itu terasa tidak
seperti biasanya.
Dia memarahi
saya.
Jika mbak marah,
maka itu bukan hal
yang biasa.
- Menerima
kemarahan dari
kakak (n.
Abasement)
- Kecemasan
ketika
ditinggalkan
Ketika dia marah Jika mbak marah, - Menerima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
padaku, dia ingin
meninggalkan saya
pergi.
maka dia akan
meninggalkan
subjek.
kemarahan dari
kakak (n.
Abasement),
- Hubungan dekat
dengan kakak (n.
Affiliation)
Ketika dia
meninggalkan
saya, perasaan
saya saat itu sedih.
Jika subjek
ditinggalkan mbak,
maka subjek
merasa sedih.
- Menerima
kemarahan dari
kakak (n.
Abasement),
- Hubungan dekat
dengan kakak (n.
Affiliation)
- Kehilangan ketika
ditinggalkan
(n.Succorance)
- P. Aloneness
- Perasaan sedih.
- Ditinggalkan
menjadi sedih
Mimpi tentang Teman
Saya pernah mimpi lihat teman saya berkelahi itu pernah. Saya dulu itu kayanya,
ehmm kayak itu lebih kayak tawuran gitu deh mbak. Aku mimpi tawuran. Posisi
aku itu kayaknya gimana ya, kayanya aku tuh ada ditengah- tengah kerusuhan
gitu. Tapi aku gak berbuat apa-apa. Temen ku yaudah cuma pada lari-lari, teriak-
teriak, terus lempar-lempar gitu aja. Kaya orang-orang tawuran gitu. Walaupun
aku ditengah itu tapi tetep tetep aku kaya dijadikan sasarannya gitu dilempar-
lemparin, kayanya pas itu aku mau jatuh kaya gimana ya? Pas jatuhnya itu aku
langsung sadar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Inquiry
Bagaimana perasaan yang kamu alami ketika mimpi itu? Apa yah,, Panik sih.
Lalu ketika bangun kaget dan keringat mengucur. Hehehe. Apakah sebelumnya
kamu pernah melakukan hal itu? Enggak sih mbak, hanya meihat di tv saja ada
cerita tawuran.
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Mimpi lihat
teman saya
berkelahi. Mereka
tawuran. Posisi
saya berada
ditengah tengah
kerusuhan itu.
Tapi posisi saya
tidak bisa apa-
apa.
Ketika subjek
berada ditengah
kerusuhan tawuran,
subjek tidak dapat
melakukan apa-
apa.
- Merasa tidak
dapat berbuat
apa-apa (n.
Succorance).
- Press Aggresion
- Perasaan tidak
berdaya (Rendah
Diri)
- Tak berdaya
saat ada
ancaman
Teman saya
berlarian,
berteriak, dan
saling melempar.
Saya ditengah itu
menjadi sasaran
lemparan mereka
semua. Setelah itu
saya terjatuh.
Ketika teman-
teman mengalami
kerusuhan, subjek
merasa menjadi
sasaran sampai
membuatnya
terjatuh.
- Merasa tidak
dapat berbuat
apa-apa (n.
Succorance).
- Menerima rasa
sakit (n.
Abasement)
- Ingin menghindar
dari serangan (n.
Harm Avoidance)
- Press Physical
Injury
- Kecemasan
terhadap
ancaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Mimpi Mengenai Teman Lawan Jenis
Wahh,, ini.. Pubertas sih sebenarnya. Hehehe.. Jujur wae aku. Jujur ya mbak.
Terus pernah aku tuh Makk. Mbak, yang mimpi itu aku tuh lebih ke hubungan
gitu. Dia pakai pakaiannya ya seksi gitu. Tapi jangan bilang-bilang ya mbak.
Biasa sih lelaki kalo mau itu, ya biasa sih nganu itu ya nafsu sih. hahaha. Ya gitu
mbak. Ya hampir banget melakukan kayak gitu terus aku bangun ya udah kayak
gitu ceritanya. Itu kondisinya di kamar. Yah, pokoknya begitu lah kondisinya.
Pernah juga aku lagi mimpi bertemu seseorang yang aku suka. Dimimpi itu aku
mendapatkan respon yang positif dari dia. Dalam mimpiku itu suasananya
romantis gitu mbak. Perasaan saya ya sangat senang saat itu.
Inquiry
Apakah pada kenyataan sesuai dengan mimpi itu? Pada kenyataanya itu
enggak mbak. Aku suka dia tapi dia kayanya gak suka sama aku.
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Mimpi pubertas
yang berkaitan
dengan hubungan
badan. Saya berada
di sebuah kamar
dengan seorang
perempuan
memakai pakaian
seksi, dan akhirnya
menimbulkan hawa
nafsu. Saya merasa
hampir melakukan
Jika subjek berada
di kamar bersama
dengan seorang
perempuan
berpakaian seksi,
subjek akan merasa
nafsu untuk
berhubungan
badan.
- Hubungan dekat
dengan lawan
jenis (n.
Affiliation),
- Hubungan
seksualitas
dengan lawan
jenis (n. Sex).
- Perasaan
terangsang dan
cinta.
- Butuh cinta
dan
penerimaan
dari lawan
jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
hubungan badan
namun tidak terjadi
karena terbangun
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Pernah juga mimpi
bertemu seseorang
yang saya suka.
Dimimpi itu aku
mendapatkan
respon yang positif
dari perempuan itu.
Dalam mimpi itu
suasananya
romantis gitu mbak.
Perasaan ku sangat
senang.
Ketika subjek
mengalami respon
positif dari
seorang yang
dicintai, maka
subjek akan
merasa senang
- Hubungan dekat
dengan lawan
jenis (n.
Affiliation),
- Menikmati
suasana romantis
(n. Sentience),
- Perasaan bahagia
- MD. Proyeksi
- Perasaan cinta
- Butuh cinta
dan
penerimaan
dari lawan
jenis.
Mimpi yang Membahagiakan
Pernah aku mimpi membahagiakan tapi aneh. Padahal mimpinya itu masih jauh
dari bulan puasa, masih jauh dari lebaran, tapi aku mimpinya lebaran mbak.
Kayaknya itu kaya lebaran sebelumnya ramai kumpul-kumpul sama keluarga
terus jalan-jalan gitu. Saat bangun, wah kok lebaran masih lama malah mimpi
lebaran ya?
Inquiry
Bagaimana perasaanmu ketika itu? Ehm, ya senang sih. kaya suasana lebaran
beneran. Ketemu keluargaku, saudara-saudaraku, ya lengkaplah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Mimpi suasana
saat itu seperti
lebaran. Saat itu
saya berkumpul
bersama keluarga,
saudara.
Ketika lebaran,
maka subjek akan
bersama keluarga
besar.
- Hubungan dekat
dengan keluarga (n.
Affiliation),
- Menikmati
kenangan bersama
keluarga (n.
Sentience)
- Keinginan
dekat dengan
keluarga
Setelah
berkumpul
bersama-sama,
lalu jalan-jalan
bersama keluarga.
Saya merasa
sangat senang
saat itu.
Ketika berkumpul
dan jalan bersama
keluarga, maka
subjek akan
merasa senang.
- Melakukan hal
membahagiakan (n.
Playmirth),
- Hubungan dekat
dengan keluarga (n.
Affiliation),
- Mengingat
kenangan bersama
keluarga (n.
Sentience).
- Perasaan senang.
Mimpi yang paling Menakutkan
Sering banget kalo mimpi buruk e mbak. Ketika tidur sehabis sahur, Aku mimpi
suara teriakan bayi, teriakan orang tolong-tolong, dan aku sama sekali tidak bisa
apa-apa. Ada banyak sekali orang disitu, ada banyak teriakan.
Pernah juga mimpi kaya di Palestina itu. Sepertinya aku mengalami beneran dan
itu ada di depanku gitu. Aku tuh kaya mengalami kejadian perangnya ada tembak
tembakan, ada suara orang teriak-teriak gitu mbak. Posisiku sedang tidak jelas,
tapi aku tuh mau bergerak itu sulit sekali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Inquiry
Bagaimana perasaan mu ketika itu? Saya merasakan kepanikan saat itu.
Apakah ada hubungan dengan dunia nyata? Ya saya sering melihat itu di
berita di tv.
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Ketika itu saya
mendengar suara
teriakan bayi,
teriakan orang
tolong-tolong, dan
saat itu aku tidak
bisa apa-apa.
Ketika
mendengar suara
teriakan, maka
subjek merasa
tidak bisa apa-
apa.
- Ketidak mampuan
(n. Succorance).
- Press Aggression
- Perasaan tidak
berdaya
- Merasa tak
berdaya
ketika ada
ancaman
Ada banyak orang
disitu, ada banyak
teriakan disitu.
Saya merasa
ketakutan
mendengarnya.
Ketika
mendengar
teriakan banyak
orang, maka
subjek merasa
ketakutan.
- Ketidakmampuan
tidak mampu (n.
Succorance).
- Press Aggression
- Kecemasan
terhadap
ancaman
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Keadaannya itu
seperti di negara
Palestina. Aku
merasakan seperti
kenyataan
dihadapanku. Aku
seperti mengalami
peperangan ada
suara tembakan,
Jika ada
peperangan, maka
subjek merasa
kepanikan.
- Menghindar dari
ancaman (n.
Harm
Avoidance),
- Press Aggression
- Perasaan
kecemasan
- Kecemasan
terhadap
ancaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
ada suara teriak-
teriak. Aku
merasakan
kepanikan saat itu.
ketika panik,
posisiku sedang
tidak jelas saat itu,
aku rasanya mau
bergerak dari situ.
Ketika panik,
subjek ingin pergi
dari situ.
- Menghindar dari
ancaman (n.
Harm
Avoidance),
- Press Aggression
Namun, aku tidak
dapat bergerak dan
berbuat apa-apa
Ketika kondisi
panik, subjek
tidak dapat
berbuat apa-apa.
- Menghindar dari
ancaman (n.
Harm
Avoidance),
- Tidak dapat
berbuat apa-apa
(n. Succorance) ,
- Press aggression
- Perasaan tidak
berdaya.
- Merasa tak
berdaya
ketika ada
ancaman
Mimpi yang paling Aneh (yang tidak terduga)
Pernah sih mimpi di halaman rumahku ada pasar malam, tapi kok ya ada gitu.
Padahal biasanya ada di lapangan. Ramai ada banyak orang datang main. Aku
hanya merasa heran, tapi senang juga.
Inquiry
Adakah pengalaman khusus dengan pasar malam? Ada, di kampungku sering
ada pasar malam mbak, tapi di lapangan. Aku sering main kesana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Keadaan saat itu
seperti pasar
malam yang
berada di halaman
rumahku.
Biasanya pasar
malam itu berada
di lapangan. Saya
merasa heran.
Jika ada pasar
malam di rumah,
maka itu tidak
biasa dan
membuat heran.
- Melakukan hal
yang
menyenangkan (n.
Playmirth),
- Merasakan
pengalaman baru
(n. Change).
- Keinginan
dekat dengan
orang di
sekitar
Saat itu keadaan
di pasar malam
ramai, banyak
orang datang
bermain. saya
merasa senang
Jika banyak teman
datang ke rumah
untuk bermain,
maka subjek
merasa senang.
- Melakukan hal
yang
menyenangkan (n.
Playmirth),
- Merasakan
pengalaman baru
(n. Change).
- Perasaan senang.
- Jika dekat
dengan orang
sekitar akan
senang
SUBJEK II
Mimpi Mengenai Ayah
Yaa.. Kangen ingin bertemu dengan ayah gitu mbak. Soalnya udah lama ini belum
pulang gitu. Jadi ya pingin pulang. Di mimpi itu apa ya, kondisinya itu aku lagi
nata nata barang pingin pulang begitu. Pingin ketemu ayah gitu. Ayah saya di
rumah, tapi ya saya komunikasi telepon saya pingin pulang begitu.
Inquiry
Perasaan yang kamu rasakan saat bermimpi seperti apa? Ya saya bahagia
bercampur dengan senang begitu bahwa nanti bisa bertemu dengan ayah dan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
lain. Apakah pada kenyataan kamu merasakan hal yang sama? Iya, saya
memang sudah lama tidak pulang ke rumah saya di daerah Jawa Timur.
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Kangen ingin
bertemu ayah,
karena sudah lama
tidak pulang.
Ketika lama tak
pulang, maka
subjek akan merasa
kangen untuk
bertemu ayah.
- Kedekatan
dengan figur
otoritas (n.
Affiliation)
- P. Aloneness
- Keinginann
dekat dengan
keluarga
Saya menata-nata
barang karena
ingin pulang ke
rumah. Saya juga
menelpon ayah
dan memberikan
kabar bahwa saya
akan pulang.
Ketika akan
pulang, maka
subjek akan
memberitahu ayah
terlebih dahulu.
- Kedekatan
dengan figur
otoritas. (n.
Affiliation),
- Melapor pada
figur otoritas. (n.
Deference).
Ketika akan
pulang, perasaan
saya sangat senang
karena akan
bertemu dengan
ayah dan keluarga.
Ketika akan
bertemu ayah dan
keluarga, maka
subjek akan sangat
senang.
- Kedekatan
dengan figur
otoritas. (n.
Affiliation),
- Perasaan senang.
- Ketika dekat
dengan
keluarga akan
senang
Mimpi Mengenai Ibu
Ibu ya juga sama. Ya sekangen itu, kangen ingin bertemu juga. Ya mimpinya
belum lama ini. Beberapa kali ini kan saya juga gak pulang, jadi ya kangen gitu
mbak pingin ketemu. Bedanya ibu yang sering sms telepon telepon suruh cepat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
pulang begitu. Tapi ya saya bilang saya bilang belum tahu kapan seperti itu. Tapi
ya apa ya, saya udah kepingin pulang.
Inquiry
Perasaan yang kamu rasakan saat bermimpi seperti apa? Ya saya itu rasanya
ya memang kepingin cepat-cepat pulang begitu.
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Mimpi di sms dan
ditelpon ibu dan
diminta untuk
cepat pulang ke
rumah. Saya jadi
merasa kangen.
Ketika ibu sms/
telpon, maka
subjek akan
merasa kangen.
- Kedekatan
dengan figur
afeksi (n.
Affiliation).
- Press of coercion
- Perasaaan Afeksi
- Keinginan
dekat dengan
keluarga
Saat kangen itu
rasanya saya ingin
cepat cepat
pulang, tapi saya
juga belum tau
kapan akan pulang
ke rumah.
Ketika kangen,
maka subjek akan
merasa ingin
pulang ke rumah.
- Kedekatan
dengan figur
afeksi (n.
Affiliation).
- P. Aloneness
Mimpi Mengenai Saudara
Ya ceritanya hampir- hampir sama seperti itu. Saya pingin cepat-cepat kumpul
bersama adik-adik saya gitu. Ya bermain bersama, bercanda bersama, kemana-
mana bersama ya kan seperti dulu begitu saat ketika saya masih ada di rumah.
Inquiry
Perasaan yang kamu rasakan saat bermimpi seperti apa? Ya, rasanya itu
kepingin kumpul kepingin pulang, tempatnya sama tapi suasananya berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Mimpi pingin
cepat-cepat
kumpul bersama
adik-adik saya
gitu. Bermain
bersama,
bercanda
bersama, kemana-
mana bersama
seperti dulu
begitu saat ketika
saya masih ada di
rumah.
Ketika subjek
kangen dengan
saudara, maka
subjek teringat
ketika dulu
bermain dan pergi
bersama-sama.
- Hubungan dekat
dengan orang
terdekat (n.
Affiliation),
- Melakukan hal
menyenangkan (n.
Playmirth).
- Menikmati
kenangan (n.
Sentience)
- Perasaan afeksi
- P. Aloneness
- Keinginan
dekat dengan
keluarga
Mimpi Mengenai Teman
Teman juga hampir sama, mimpi bermain bola, melakukan saat pergi bersama
sama. Perasaan saya senang dan melepas kangen bersama teman-teman gitu lho
mbak udah lama gak ketemu gitu. Ketika bermain bola, allhamdullillah seringnya
menang mbak. Mau mimpi maupun gak bermimpi.
Inquiry
Perasaan yang kamu rasakan saat bermimpi seperti apa? Merindukan saat-
saat berkumpul bersama. Apakah pada kenyataan kamu merasakan hal yang
sama? jadi saya dulu itu punya teman ya sering main bersama, main sepak bola
bersama. Kumpul bersama, kemana-mana bersama tapi sekarang kan sudah
enggak, sudah jarang berkumpul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Mimpi bermain
bola, melakukan
saat pergi bersama
sama. Perasaan
saya senang dan
melepas kangen
bersama teman-
teman yang sudah
lama tidak ketemu
gitu.
Ketika rindu
dengan teman-
teman, maka
subjek melepas
kerinduan dengan
pergi bermain
sepak bola
bersama.
- Hubungan dekat
dengan orang
terdekat (n.
Affiliation),
- Melakukan hal
menyenangkan (n.
Playmirth).
- Keinginan
dekat dengan
orang sekitar
Ketika bermain
bola, pada
akhirnya saya
menang. Sama
halnya ketika
kenyataan saat
bermain bola
bersama teman-
teman.
Ketika bermain
bola bersama
teman, maka
subjek akan
menang dalam
permainan.
- Sikap kompetitif
(n. Achievement),
- Melakukan hal
menyenangkan (n.
Playmirth).
- Perasaan Ambisius
- P. Competing
contemporery
Mimpi Mengenai Teman Lawan Jenis.
Saya tidak pernah mengalami mimpi bersama teman-teman perempuan, seringkali
bermimpi bersama teman laki-laki yang merindukan saat-saat dulu bersama.
Inquiry
Apakah benar kamu belum pernah bermimpi mengenai teman perempuan?
Belum pernah mbak. Bagaimana kamu melihat perempuan? Apa ya, ya
pengertian yang luas itu kan, ya yang seperti kita lihat itu kan bagus, istimewa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
salah satu anugerah Tuhan yang diberikan kepada kita ya jika kita bisa melihat
seorang perempuan. Apalagi bisa berbicara, berkomunikasi gitu kan enak. Apalagi
jika kita ada masalah gitu kan kalo kita bicara sama laki-laki tuh beda rasanya
kalo kita bisa berbicara ke perempuan. Apa perbedaan yang kamu rasakan?
Rasanya itu lebih tenang gitu kalo sama perempuan, lebih enjoy, apa ya
meringankan beban. Kamu saat ini berusia 17 tahun, apakah kamu pernah
mengalami mimpi basah? Pernah sih mbak, dua tahun yang lalu. Bagaimana
kamu menanggapi tentang pubertas yang kamu alami? Ya pertamanya itu ya
ngerasa ya agak gimana gitu ya. Ya gimana ya mimpi yang kaya begitu gitu. Mau
menjelaskan tuh bingung gitu dengan kata-kata bingung mau menjelaskannya.
Bagaimana perasaan mu ketika mengalami hal itu? Saya merasa lebih besar
sedikit, sudah dewasa. Bagaimana kamu menanggapi seksualitas? Ya kalo itu
kan laki-laki dan perempuan pasti punya rasa nafsu, tapi kan gak mungkin
menceritakan atau memperlihatkan ke orang lain, jadi ya seharusnya dipendam
saja. Kalo sama laki-laki, ya buka bukaan, tapi kalo sama perempuan ya jangan
diceritakan.
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Pengertian yang
luas mengenai
perempuan itu
bagus, istimewa,
salah satu anugerah
Tuhan yang
diberikan kepada
kita jika kita bisa
Jika kita bisa
melihat
perempuan, maka
itu menjadi
anugerah yang
tertinggi.
- Hubungan
dekat dengan
orang terdekat
(n. Affiliation)
- Keinginan
dekat dengan
sosok lawan
jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
melihat seorang
perempuan.
Apalagi bisa
berbicara,
berkomunikasi gitu
kan enak. Apalagi
jika kita ada
masalah gitu kan
kalo kita bicara
sama laki-laki tuh
beda rasanya kalo
kita bisa berbicara
ke perempuan.
Jika kita memiliki
masalah, maka
akan lebih
menyenangkan
berkomunikasi
dengan
perempuan.
- Hubungan
dekat dengan
orang terdekat
(n. Affiliation)
- Perasaan
senang
Rasanya jika bicara
dengan perempuan
itu lebih tenang,
lebih enjoy, dan
meringankan beban.
Jika bicara dengan
perempuan, maka
akan meringankan
beban.
- Hubungan
dekat dengan
orang terdekat
(n. Affiliation)
- Perasaan
tenang
Saya pernah
mengalami mimpi
basah, tapi susah
untuk
menjelaskannya
dengan kata-kata.
Saya menjadi sudah
dewasa.
Jika saya
mengalami mimpi
basah, maka saya
menjadi dewasa
dan sulit untuk
menjelaskannya.
- Hubungan
seksualitas (N.
Sex)
- MD. Blocking
- Memendam
cerita yang
tidak sesuai
dengan norma
Cerita seperti itu
(seksualitas)
seharusnya kan
Jika ada cerita
mengenai
seksualitas, maka
- Hubungan
seksualitas (N.
Sex)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
tidak diceritakakan,
jadi ya saya pendam
saja.
dipendam. - MD.
Repression
Mimpi yang Paling Menyenangkan
Apa ya? Mimpi Apa ya? Mimpi saya bisa saat itu ada teman yang membutuhkan
saya. Dan apa? Saya bisa menolongnya. Ya terus apa, yang senang banget juga
apa bisa ketemu adik lamaa banget. Ketika bermimpi teman saya itu sedang
membutuhkan saya, bantuan untuk membantu dia gitu. Dia ada kesulitan gitu. Dia
sepertinya memerlukan bantuan tenaga saya gitu untuk menolong kendala dia
dalam beraktivitas. Agak agak terkendala gitu. Itu pas hari itu kan, apa ya itu kan
baru naik motor gitu ya mbak ya. Boncengan motornya mogok. Nah, itu. Pas itu
saat nya juga sore pas anak-anak juga sedang bermain bola. Kita tuh intinya mau
menghampirin temen gitu lho. Tapi malah motornya mogok. Lalu saat itu ya saya
ndorong.
Inquiry
Bagaimana perasaan mu saat itu? Ya saya sangat senang dapat membantu
teman yang sedang membutuhkan dan dapat berguna bagi orang lain.
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Pada sore hari saya
dan teman-teman
bersama-sama pergi
boncengan
menggunankan
motor untuk
Jika subjek
berkumpul
bersama teman,
maka subjek akan
mengajak teman
lain untuk
- Hubungan dekat
dengan orang
terdekat (n.
Affiliation),
- Melakukan hal
menyenangkan (n.
- Keinginan
dekat dengan
orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
mengunjungi teman,
dan saat itu
bertepatan dengan
saat orang bermain
sepak bola.
bermain bersama. Playmirth).
Lalu motornya
ternyata mogok dan
teman ku
membutuhkan
bantuan ku untuk
membantu
mendorong.
Jika teman dalam
kesulitan, maka
subjek akan
membantu.
- Hubungan dekat
dengan orang
terdekat (n.
Affiliation),
- Membantu sesama
(n. Nurturance),
- Press.
Succorence.
- Keinginan
berdaya dan
berguna bagi
orang lain
Saya sangat senang
karena bisa
membantu dan
berguna bagi orang
lain yang kesulitan
Jika subjek
membantu dan
berguna untuk
oranglain, maka
subjek akan
senang
- Hubungan dekat
dengan orang
terdekat (n.
Affiliation),
- Membantu sesama
(n. Nurturance).
- Perasaan senang
Mimpi yang Paling Menakutkan
Apa ya? Ya juga belum lama lama ini mimpi buruk mbak. Mimpi eee.. ya mimpi
hantu ato mimpi orang yang kita cintai dan kita sayangi di sakiti oleh orang lain.
Dilukai gitu. Saya juga pernah, ya kalo yang disakiti itu adik saya itu di apa ya
ada yang mukulin adik saya gitu. Saya gak terima ya saya juga ya ingin
membalas. Kalo yang mimpi buruk itu ya mimpi setan mimpi apa yang
sewajarnya orang mimpikan juga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Inquiry
Ketika mimpi mengenai adikmu yang dilukai bagaimana cerita lengkapnya?
Ketika adik saya dipukuli, saya itu gak bisa apa-apa, karena saya juga sedang di
sekap. Ya saya di di duduk, tangan kaki saya di tali, tapi saya lihat adik saya
dipukuli gitu. Jadikan saya merasa itu mimpi yang sangat buruk, sedih karena
merasa kenapa sampai saya saya tidak bisa membantu begitu.
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Mimpi orang
yang saya sayangi
dan cintai
tersakiti. Saya
melihat adik saya
dipukuli oleh
orang lain.
Rasanya saya
ingin membalas
orang itu tetapi
saya tidak bisa
berbuat apa-apa
saat itu.
Jika orang yang
disayangi oleh
subjek terancam,
maka subjek ingin
membalas namun
tidak bisa
melakukan apa-
apa.
- Merasa tidak
dapat berbuat apa-
apa (n.
Succorance).
- Membalas orang
yang melukai (n.
Aggression)
- Menerima rasa
sakit (n.
Abasement)
- Melindungi orang
yang kesulitan (n.
Nurturance)
- Press Physical
Injury
- Perasaan tidak
berdaya
- Kecemasan
terhadap
ancaman
Saya sedang
disekap, kaki dan
tanganku diikat
dan disuruh untuk
Ketika subjek
tidak dapat berbuat
apa-apa untuk
menolong, maka
- Merasa tidak
dapat berbuat apa-
apa (n.
Succorance).
- Tidak berdaya
ketika ada
ancaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
duduk. Saya
merasa sangat
sedih karena tidak
dapat berbuat apa-
apa
subjek akan
merasa sangat
sedih.
- Menerima rasa
sakit (n.
Abasement)
- Melindungi orang
yang kesulitan (n.
Nurturance)
- Press Physical
Injury
Mimpi yang Paling Aneh/Tidak Terduga
Mimpi apa ya? Ya mimpi masa depan saya sih. di dalam mimpi saya itu wuahhh,
saya itu sudah menjadi chef yang yang amat terkenal begitu dan sangat apa ya,
masakannya itu sangat sangat dicintai oleh banyak orang gitu lho. Saya sedang ya
saya sedang memasak saat itu. Untuk restoran yang mewah begitu. Chef restoran
mewah begitu.
Inquiry
Bagaimana perasaanmu ketika itu? Ya saya bahagia ya mbak, sekaligus rasa
tersanjung kok bisa bisa seperti itu dan impian saya bisa terwujud begitu di
waktu yang akan datang.
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Saya bermimpi
masa depan saya
terwujud. Saya
bermimpi sudah
menjadi chef yang
terkenal di
restoran mewah.
Jika subjek
menjadi chef,
maka impian
subjek terwujud.
- Bekerja mencapai
tujuan (n.
Achivement),
- Mencapai
mobilitas sosial
(n. Acquisition)
- MD Introjection
- Keinginan
dicintai dan
diterima oleh
orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Saya memasak
makanan yang
sangat dicintai
oleh banyak
orang. Saya begitu
senang dan
tersanjung saat itu.
Jika subjek dicintai
banyak orang,
maka subjek akan
senang dan
tersanjung.
- Dicintai oleh
lingkungan
sekitar (n.
Affiliation)
- Bekerja mencapai
tujuan (n.
Achivement),
- Mencapai
mobilitas sosial
(n. Acquisition)
- Perasaan senang,
dan tersanjung.
- MD Introjection
Subjek III
Mimpi Mengenai Ayah
Kalo mimpi tentang ayah ehmm.. lupa lupa inget.. ehhm. Oh aku ingat.
Sebenarnya itu mimpi seneng ya.. jadi kan waktu itu aku lagi di kampung sama
mbah ku. Aku kan lagi libur. Lah, aku tuh sudah seminggu gak ketemu ayah ku.
Lha kangen. Terus mereka tuh, kan hari itu malam minggu. Mereka tuh gak bilang
kalo hari minggu mau datang, dalam mimpi aku lihat ayah datang ke kampung itu,
ke tempat mbahku itu. Eh, ternyata besok nya mereka benar sampai disitu di
daerah purworejo
Inquiry
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Perasaan yang kamu rasakan saat bermimpi seperti apa? Ya senang ya mbak.
Apakah pada kenyataan kamu merasakan hal yang sama? Iya, saya memang
sedang kangen dan ingin ayah pulang saat itu..
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Ketika liburan
sekolah, aku pergi
berkunjung ke
rumah mbah ku di
purworejo
Jika libur, maka
subjek akan pergi
ke kampung mbah.
- Kebutuhan untuk
liburan (n.
Playmirth)
- Kedekatan
dengan figur
otoritas (n.
Affiliation)
- Keinginan
dekat dengan
keluarga
Selama seminggu
aku liburan, aku
belum bertemu
dengan ayah dan
merasa kangen
ingin bertemu.
Jika subjek tidak
bertemu ayah
selama seminggu,
maka subjek
merasa kangen.
- Kebutuhan untuk
liburan (n.
Playmirth)
- Kedekatan
dengan figur
otoritas. (n.
Affiliation),
- Perasaan Afeksi
Mereka tuh gak
bilang kalo hari
minggu mau
datang, dalam
mimpi aku lihat
ayah datang ke
kampung itu, ke
tempat mbahku
itu.
Jika subjek kangen
ayah, subjek ingin
ayah untuk datang.
- Kedekatan
dengan figur
otoritas. (n.
Affiliation),
Eh, ternyata besok Jika ayah datang, - Kedekatan - Ketika dekat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
nya mereka benar
sampai disitu di
daerah purworejo.
maka subjek akan
merasa senang.
dengan figur
otoritas. (n.
Affiliation),
- Perasaan senang.
dengan
keluarga akan
senang
Mimpi Mengenai Ibu
Kalo sama ibu itu.. ehm. Aku pernah mimpi ibu tuh kaya gini. Terjadi ini. Ehh, ini
sih mimpi buruk. Ya aku tuh lagi di rumah. Trus aku kan lagi di rumah, trus ibu
ku kan kerja, ya aku tiba-tiba dapat telpon katanya mama mu kecelakaan nah, aku
langsung bangun langsung aku menyebut astagfirullah alhazim. Terus aku
langsung bangun mencari mama. Alhamdullilah mama ku ada. Aku tuh bener-
bener wahhh..
Inquiry
Perasaan yang kamu rasakan saat bermimpi seperti apa? Kayanya tuh aku
kaget gitu, kayanya di hati gimana gitu yah. Kaya pingin nangis gitu.
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Ketika aku sedang di
rumah, dan ibu
bekerja tiba-tiba ada
seseorang yang
menelpon ku dan
memberitahukan
bahwa ibu telah
mengalami
kecelakaan. Aku pun
langsung menyebut
astagfirullah alhazim
Jika subjek
mendapat kabar
buruk tentang
mama, maka
subjek akan
terbangun untuk
memastikan dan
mencari mama
- Kedekatan
dengan figur
afeksi (n.
Affiliation).
- Mengungkap rasa
ingin tahu. (n.
Cognizance)
- P. Family
Insupport
- Kecemasan
ditinggalkan
oleh orangtua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
dan terbangun untuk
mencari mama.
Kayanya tuh aku
kaget gitu, kayanya
di hati gimana gitu
yah. Kaya pingin
nangis gitu.
Jika subjek
mendapat kabar
buruk tentang
mama, maka
subjek akan
merasa kaget dan
sedih.
- Kedekatan
dengan figur
afeksi (n.
Affiliation).
- Perasaan sedih
- Ketika
ditinggalkan
akan sedih
Mimpi Mengenai Saudara
Ya kalo sama adik sih pernah, jadi aku kan pas mau ke sini nih. Ke jogja. Aku tuh
mimpi aku tuh pamitan adik ku tuh nangis. Itu tuh aku pertama-tama kesini, jadi
kan aku juga belum tau, belum bisa lepas gitu dari adik aku, orangtua aku. Nah
aku tuh pas lagi tidur di kereta tuh aku mimpi masih sama adik aku gitu. Eh,
pamitan ya mau nangis itu. Eh, pas aku bangun aku tuh lagi di kereta gak lagi
sama adik ku.
Inquiry
Perasaan yang kamu rasakan saat bermimpi seperti apa? Ya sedih mbak
pisah sama adik ku.
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Pertama kali
datang ke Jogja,
aku merasa belum
tau dan belum bisa
lepas dari adik dan
orangtua ku.
Jika subjek akan
pergi, maka subjek
merasa belum
dapat berpisah dari
keluarga
- Hubungan dekat
dengan orang
terdekat (n.
Affiliation),
- Perasaan Afeksi
- Kecemasan
berpisah
dengan
keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
aku bermimpi
sedang berpamitan
dengan adikku
saat akan berpisah
ke Jogja dan kami
pun saling
menangis karena
akan berpisah.
Jika subjek
berpisah dengan
adik, maka mereka
akan menangis
karena sedih.
- Hubungan dekat
dengan orang
terdekat (n.
Affiliation),
- Menikmati
kenangan (n.
Sentience)
- Press Affiliation
- MD. Regression
Mimpi Mengenai Teman
Kan saya kalo lagi sama teman kan ya kumpul, ya main. Nah abis itu kan tidur, eh
pas tidur tuh masih berasa main gitu sama teman-teman. Bangun- bangun, yah
pagi udah waktunya sekolah lagi. Di mimpi tuh aku main-main, bercanda-canda,
ketawa-tawa ngobrol. Itu kondisinya lagi disini di asrama.
Inquiry
Perasaan yang kamu rasakan saat bermimpi seperti apa? Ya senang mbak
bisa kumpul sama teman-teman ku. Apakah pada kenyataan kamu merasakan
hal yang sama? Iya sama dengan saat kenyataan di asrama.
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Aku bermimpi
sedang berkumpul
bersama teman-
teman di asrama.
kami bermain-
main, bercanda-
canda, ketawa-
Jika subjek
berkumpul
bersama teman-
teman, subjek
akan bermain dan
bercanda bersama
- Hubungan dekat
dengan orang
terdekat (n.
Affiliation),
- Melakukan hal
menyenangkan (n.
Playmirth).
- Keinginan
dekat dengan
orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
tawa ngobrol.
saya merasa
senang karena
bisa berkumpul
bersama teman
teman
Jika subjek
berkumpul
bersama teman,
maka subjek akan
merasa senang
- Mencari perhatian
(n. Recognition).
- Perasaan senang
- P. Friendship
Mimpi Mengenai Teman Lawan Jenis.
Apa ya. Pernah sih, ya biasa lah. Aku tuh masih inget banget, itu waktu aku umur
5 tahun/6 tahun ya. Ya apa ya.. ya mau main aja, bukan mau main sih sebenarnya
cuma mau muterin rumah doang. Itu tuh temen cowo yang aku suka itu tuh rumah
nya kan di apa yah itu namanya di sebelah, bukan sebelahh rumah sih di belakang
musolah. Itu kan sebenarnya rumah ku di dalam gang. Tapi kalo mau ke tempat
dia muter. Lah aku tuh Cuma mau muter ke tempat dia tuh gaya gaya udah mandi
sore, terus pakai baju rapi, pakai kacamata, terus pakai topi. Ahahahaa. Gituu.
Cuma pingin muter ke tempat dia yaa, harus dandan kaya gitu. Ternyata cuma
mimpi. Heheheee.
Inquiry
Kamu mimpi mengunjungi rumah orang yang kamu suka ya? Bukan, itu
Cuma pingin supaya dilihat aja gitu. Hahahaa. Bagaimana perasaan mu ketika
bertemu orang yang kamu suka? Ya seneng banget mbak. hehehee
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Waktu aku umur
5 tahun/6 tahun
ya aku ingin
Jika subjek suka
dengan seseorang,
maka subjek ingin
- Hubungan dekat
dengan lawan
jenis (n.
- Keinginan
untuk
diperhatikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
berjalan
memutari rumah
seorang teman
yang saya sukai,
untuk dapat
bertemu.
Rumahnya
berada di
belakang
musolah di dekat
rumah ku.
berjalan agar dapat
bertemu dan dilihat
oleh orang yang
disukai.
Affiliation),
- Mencari perhatian
(n. Recognition),
dan dicintai.
Hanya mau
muter ke tempat
dia , saya harus
mandi sore, terus
pakai baju rapi,
pakai kacamata,
terus pakai topi.
Jika ingin bertemu
dengan orang yang
disukai, maka
subjek akan
mempersiapkan diri
sebaik mungkin.
- Hubungan dekat
dengan lawan
jenis (n.
Affiliation),
- Mencari perhatian
(n. Recognition)
- Mencari kesan
yang
menyenangkan (n.
Sentience,
- Perasaan
kebanggaan
Ketika aku
bertemu dengan
orang yang saya
sukai saya akan
merasa sangat
senang
Jika subjek bertemu
dengan orang yang
disukai, maka
subjek akan senang
- Hubungan dekat
dengan lawan
jenis (n.
Affiliation),
- Perasaan bahagia
- Ketika orang
lain
mencintai
akan senang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Mimpi yang Paling Menyenangkan
Wuah, dimimpi membahagiakan di kenyataan enggak e mbak. Ehm, jadi kan aku
ngefans sama Raffi Ahmad. Itu tuh ya Allah, aku pingin banget ketemu sama dia,
sampai-sampai kebawa mimpi. Nah itu tuh aku di dalam mimpi tuh seselesai nya
acara ya aku lari-lari ngejar dia. Kak Raffi, Kak Raffi! Terus ih, ketemu,salaman,
ngobrol-ngobrol. Eh pas itu kan, eh gak ding cuma salaman doang. Itu juga dia
buru-buru. Dia buru-buru pergi. Akhirnya tuh pas aku. Aku tuh manggil manggil.
Teriak-teriak di dalam mimpi itu tapi. Tapi aku ngigau atau gak aku nggak ngerti.
Untung di kamar itu gak ada siapa-siapa. Gak ada yang denger, tekutnya nyebut-
nyebut terus teriak teriak begitu. Pas bangun aku kepingin nangis beneran.
Inquiry
Kenapa saat itu ingin menangis? Karena tuh aku pingin ketemu, pingin ngobrol,
foto bareng gitu gak bisa. Hahahaaa.
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Saya bermimpi
bertemu dengan
artis idola saya
yaitu Raffi
Ahmad. Aku ingin
sekali bertemu
dengan dia.
Ketika itu aku
melihat dia selesai
acara.
Jika subjek
memiliki artis
idola, maka subjek
ingin sekali
bertemu.
- Hubungan dekat
dengan orang
terdekat (n.
Affiliation),
- Melakukan hal
menyenangkan (n.
Playmirth).
- Keinginan
diterima
orang yang
dikagumi
Saya teriak-teriak
untuk memanggil
Jika subjek
melihat artis idola,
- Hubungan dekat
dengan orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Kak Raffi, lalu
akhirnya dapat
bertemu
dengannya dan
salaman tetapi dia
buru-buru untuk
pergi.
maka subjek akan
berusaha untuk
dapat bertemu dan
bersalaman
terdekat (n.
Affiliation),
- Melakukan hal
menyenangkan (n.
Playmirth).
Ketika sadar aku
hanya bermimpi,
aku merasa ingin
menangis karena
tidak bisa bertemu
dan foto bareng
dengan Kak Raffi.
Jika subjek
menyadari bahwa
tidak dapat
bertemu artis
idola, maka sujek
akan merasa sedih.
- Hubungan dekat
dengan sosok idola
(n. Affiliation),
- Merasa tidak
berdaya (n.
Succorance)
- Perasaan sedih
- MD. Sublimation
- P. Loss
Companionship
Mimpi yang Paling Menakutkan
Wah, kalo ini aku inget banget ini. Jadi aku kan lagi main sama adik ku. Tapi tuh
tempatnya tuh gelap banget. Gelaap banget. Eh, tiba-tiba tuh ada pocong gitu loh
mbak. Pocong. Kita tuh udah lari-larian untuk bebas dari pocong itu tuh tapi tuh
tetep. Apa. Kita kan lari misalkan lari ke utara itu tuh di depan kita ada pocong
lagi. Terus kita balik lagi ke selatan, ada pocong lagi. Gitu loh. Kita udah lari
kemana aja gak bisa. Dan itu kan ke dalam rumah, tadinya gak bisa. Ya
alhamdulilah akhirnya bisa masuk ke dalam rumah terus aku langsung bangun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Abis bangun aku tuh alhamdulilah karna Cuma mimpi. Heheheee. Habis bangun
tuh saya seperti orang habis berlari gitu mbak engap, kecapekan gitu.
Inquiry
Bagamaina perasaan mu ketika mengalami hal itu? Saya merasa ketakutan
karena terjebak dan bertemu dengan pocong.
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Ketika aku
bermain bersama
adik ku, keadaan
saat itu sangat
gelap. Tiba-tiba
ada pocong disitu,
lalu kami pun
berlarian untuk
dapat bebas dari
pocong tersebut.
Jika ada ancaman
yang menakutkan,
maka subjek akan
berlari untuk lepas
dari ancaman.
- Tindakan yang
merangsang
ketegangan (n.
Excitance),
- Melarikan diri
dari ancaman (n.
Harm avoidance)
- Kecemasan
terhadap
ancaman
Namun, ketika
kami berlari ke
utara, di depan
sudah ada pocong
lagi, balik ke
selatan, ada
pocong,
kemanapun tidak
bisa. Akhirnya
kami berusaha
masuk ke dalam
rumah, walaupun
pada awalnya
Ketika terjebak
ancaman, maka
subjek berusaha
mencari tempat
perlindungan.
- Tindakan yang
merangsang
ketegangan (n.
Excitance),
- Melarikan diri
dari ancaman (n.
Harm avoidance)
- Mencari jalan
keluar bagi
permasalahan (n.
Counteracntion)
- Press Claustrum
- Keinginan
terlepas dari
ancaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
tidak bisa.
Ketika terjebak
dan bertemu
pocong, saya
merasa ketakutan
Ketika bertemu
dengan ancaman,
maka subjek akan
sangat ketakutan.
- Tindakan yang
merangsang
ketegangan (n.
Excitance),
- Perasaan takut
Mimpi yang Paling Aneh/Tidak Terduga
Salah satunya mimpi yang Raffi Ahmad itu. Itu aneh, anehnya apa yaa. Aneh
karena apa ya masa tempat studio dia syuting itu tuh gak ada mobil dan itu tu dia
tuh naik motor. Itu tuh motornya dia gitu lho. Dan selesai syuting ada artisnya ya
dia doang gitu lho. Aneh gitu lho. Dan itu tuh kawasannya kaya kawasan ditempat
ku gitu lho. Kaya kawasan rumah aku. Ya aku tuh pas bangun tuh ya merasa sedih
tapi tuh kaya penasaran, kaya heran. Kok bisa gitu lho.
Inquiry
Bagaimana perasaanmu ketika itu? Ya aku tuh pas bangun tuh ya merasa sedih
tapi tuh kaya penasaran, kaya heran. Kok bisa gitu lho.
Tema Deskriptif Tema Intepretatif Tema Diagnostik Kesimpulan
Ketika bertemu
dengan Raffi
Ahmad, di studio
tempat syuting
disana tidak ada
mobil dan dia
hanya mengendarai
motor. Selesai
syuting hanya ada
Jika artis idola
hanya seorang diri
dan menaiki
motor, maka
subjek akan
merasa sangat
aneh.
- Menyimak
keadaan sekitar (n.
Cognizance)
- Hubungan dekat
dengan sosok
idola (n.
Affiliation)
- Keinginan
dekat dengan
orang yang
dikagumi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
dia sendiri artis
yang hadir. Saya
merasa sangat
aneh.
Raffi ahmad
syuting di daerah
kawasan rumah ku.
Saya merasa
penasaran dan
heran
Jika artis idola
syuting di daerah
rumah, maka
subjek akan
merasa heran dan
penasaran.
- Menyimak
keadaan sekitar (n.
Cognizance)
- Hubungan dekat
dengan sosok
idola (n.
Affiliation)
- Perasaan
penasaran.
- MD. Introjection
Ketika saya
menyadari
kenyataan saat
terbangun, saya
merasa sedih.
Jika subjek
menyadari bahwa
impiannya bukan
kenyataan, maka
subjek akan
merasa sedih.
- Hubungan dekat
dengan sosok
idola (n.
Affiliation)
- Merasa tidak
berdaya (n.
Succorance)
- Perasaan sedih
- P. Companionship
- Ketika tidak
dapat dekat
dengan orang
yang
dikagumi
akan sedih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Panduan Pertanyaan Wawancara Untuk Subjek
No. Pertanyaan Tujuan Pertanyaan Hubungan dengan
kemunculan Needs
1. Apa saja kelebihan dan
kelemahan yang anda
dimiliki?
Untuk melihat konsep diri
subjek. Viscerogenic and
Psychogenic Needs
(Kebutuhan
Viskerogenik atau
Kebutuhan Primer
dan Kebutuhan
Psikogenik atau
Kebutuhan Sekunder) 2. Cita-cita anda ingin
menjadi apa? Serta apa
yang sudah anda lakukan
untuk meraih cita-cita
anda?
Untuk melihat harapan
masa depan serta usaha
dalam pencapaian.
Overt and Covert
Needs (Kebutuhan
Terbuka dan
Kebutuhan Tertutup)
contoh:
n.Achievement,
n.Acquisition,
n.Recognition,
n.Understanding,
n.Deference,
n.Succorance. 3. Pengalaman apa yang
paling menyenangkan
dan menyedihkan yang
anda ingat dari masa
kecil? Ceritakanlah
secara lengkap.
Untuk melihat bagaimana
subjek menyikapi masa
lalu yang menyenangkan
maupun tidak.
Focal and Diffuse
Types of Needs
(Kebutuhan yang
Memusat dan
Kebutuhan yang
Menyebar)contoh: n.
Deference, n. Harm
avoidance,
n.Affiiation,
n.Nurturance,
n.Couteraction, n.
Dominance. 4. Ceritakan bagaimana
orangtuamu? (Anda
cenderung dekat dengan
ayah atau ibu? Apa
kelebihan dan kelemahan
dari ayah dan ibu anda?)
Untuk melihat relasi
subjek dengan orang
tuanya serta pandangan
subjek mengenai orang
tuanya.
Focal and Diffuse
Types of Needs
(Kebutuhan yang
Memusat dan
Kebutuhan yang
Menyebar) contoh: n.
Deference, n. Harm
avoidance, n.
Affiiation, n.
Nurturance,
n.Couteraction, n.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Dominance.
5. Ceritakanlah mengenai
saudara anda (kakak atau
adik)? Apa saja yang
sering kalian lakukan?
Untuk melihat relasi
subjek dengan saudaranya
serta persaingan
persaudaraan dalam
keluarga.
Focal and Diffuse
Types of Needs
(Kebutuhan yang
Memusat dan
Kebutuhan yang
Menyebar) contoh: n.
Deference, n. Harm
avoidance,
n.Affiiation,
n.Nurturance,
n.Couteraction, n.
Dominance. 6. Ceritakanlah hubungan
anda dengan teman-
teman anda? (Apakah
anda termasuk orang
yang mudah bergaul?
Bagaimana anda memilih
teman?)
Untuk melihat relasi
interpersonal subjek. Effect and Modal
Types of Needs
(Kebutuhan Akibat
dan Kebutuhan
Modal) contoh: n.
Change, n. Playmirth,
n. Abasement,
n.Blame avoidance,
n.Cognizance,
n.Retention,
n.Sentience. 7. Apakah anda memiliki
teman lawan jenis?
Ceritakan relasi anda
dengan teman lawan
jenis anda.
Untuk melihat relasi
subjek dengan lawan
jenisnya.
Overt and Covert
Needs (Kebutuhan
Terbuka dan
Kebutuhan Tertutup)
contoh:
nAchievement,
n.Acquisition,
n.Recognition,
n.Understanding,
n.Deference,
n.Succorance. 8. Menurut anda, orang
yang menyandang tuna
netra itu seperti apa?
Untuk melihat pandangan
subjek mengenai
ketunanetraan yang
dialaminya dari
pandangan subjek sendiri.
Overt and Covert
Needs (Kebutuhan
Terbuka dan
Kebutuhan Tertutup)
contoh: n.
Achievement,
n.Acquisition,
n.Recognition,
n.Understanding,
n.Deference, n.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Succorance.
9. Menurut anda,
bagaimana pandangan
orang lain yang bukan
tunanetra terhadap orang
yang menyandang
tunanetra?
pandangan orang lain
mengenai tunanetra
menurut subjek.
Overt and Covert
Needs (Kebutuhan
Terbuka dan
Kebutuhan Tertutup)
contoh:
n.Achievement,
n.Acquisition,
n.Recognition,
n.Understanding, n.
Deference, n.
Succorance. 10. Masalah apa yang sedang
anda hadapi saat ini?
Dalam diri sendiri,
sekolah, keluarga, dan
teman sekitar.
(Bagaimana anda
menyelesaikannya?)
Untuk melihat cara
pemecahan masalah
subjek.
Proactive and
Reactive Needs
(Kebutuhan Proaktif
dan Kebutuhan
Reaktif) contoh: n.
Understanding, n.
Dominance, n,
rejection, n. Passivity,
n. Counteraction.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Panduan Pertanyaan Wawancara Untuk Significan Others Subjek
No. Pertanyaan Tujuan Pertanyaan Hubungan dengan
kemunculan Needs
1. Apa saja kelebihan dan
kelemahan yang dimiliki
subjek? Bagaimana
perilaku subjek di rumah,
sekolah maupun
komunitas?
Untuk melihat pandangan
significan others terhadap
subjek dari beberapa
setting.
Viscerogenic and
Psychogenic Needs
(Kebutuhan
Viskerogenik atau
Kebutuhan Primer
dan Kebutuhan
Psikogenik atau
Kebutuhan Sekunder) 2. Ceritakanlah mengenai
subjek! Apa saja kegiatan
yang sering kalian
lakukan bersama dan
teman sebaya lain?
Untuk melihat hubungan
subjek dengan significan
others. (interpersonal)
Effect and Modal
Types of Needs
(Kebutuhan Akibat
dan Kebutuhan
Modal) n. Change, n.
Playmirth,
n.Abasement,n. Blame
avoidance,
n.Cognizance,
n.Retention,
n.Sentience. 3. Ceritakan bagaimana
subjek ketika menghadapi
permasalahan nya?
Untuk melihat cara
pemecahan masalah
subjek. Dilihat dari
significan others.
Proactive and
Reactive Needs
(Kebutuhan Proaktif
dan Kebutuhan
Reaktif) contoh:
n.Understanding,
n.Dominance,
n,rejection,
n.Passivity,
n.Counteraction. 4. Menurut anda, orang
yang menyandang tuna
netra itu seperti apa?
(Menurut anda,
bagaimana pandangan
penyandang tuna netra
terhadap
ketunanetraannya?)
Untuk melihat pandangan
significan others terhadap
ketunanetraan yang
dialami oleh subjek.
Overt and Covert
Needs (Kebutuhan
Terbuka dan
Kebutuhan Tertutup)
contoh: n.
Achievement,
n.Acquisition,
n.Recognition,
n.Understanding,
n.Deference,
n.Succorance.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI