PEWARNAAN BAKTERI

Post on 31-Oct-2015

39 views 6 download

Transcript of PEWARNAAN BAKTERI

PEWARNAAN BAKTERI(Laporan Praktikum Mikrobiologi Air)

OlehAcib Saputra Dwi Yuda1114111002

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG2012

HALAMAN PENGESAHAN

Nama Mahasiswa: Acib Saputra Dwi YudaNPM: 1114111002Progam Studi: Budidaya PerairanFakultas: PertanianJudul Prkatikum: Pewarnaan BakteriTempat: Laboratorium Budidaya PerairanWaktu Praktikum: Selasa, 16 Oktober 2012Kelompok: 6 (Enam)

Bandar Lampung, 23 Oktober 2012

CatatanNilai

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI AIR (BDI 206)

PEWARNAAN BAKTERI

Disusun Oleh :Acib Saputra Dwi Yuda (NPM. 1114111002)

Jurusan Budidaya PerairanFakultas PertanianUniversitas Lampung2012

ABSTRAK

Inokulasi merupakan kegiatan memisahkan bakteri dari lingkungannya di alam. Pemisahan umumnyan dilakukan pada media yang sesuai dengan kebutuhan bakteri untuk tumbuh berkembang. Bakteri di alam umumnya tumbuh dalam populasi yang terdiri dari berbagai spesies. Oleh karena itu, untuk mendapatkan biakan murni, sumber bakteri harus diperlakukan dengan pengenceran agar didapat hanya 100-200 bakteri yang ditransfer ke medium, sehingga dapat tumbuh menjadi koloni yang berasal dari bakteri tunggal. Ada beberapa metode untuk menginokulasi bakteri sesuai dengan jenis medium tujuannya. Metode yang digunakan seperti metode gores, metode tuang, metode pemaparan, dan metode sebar. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik inokulasi biakan mikroorganisme pada medium steril. Kata kunci: Inokulasi, media TSA, media Zobell 2216E, mikroorganisme, Pemurnian bakteri.

I. PENDAHULUANPewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi. Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarnaan Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan diferensial yang banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi guna pencirian dan identifikasi bakteri. Pewarnaan gram memilahkan bakteri menjadi kelompok Gram positif dam Gram negatif. Bakteri Gram positif berwarna ungu karena bakteri tersebut mengiknt kompleks zat warna kristal ungu-iodium, sedangkan bakteri Gram negatif berwarna merah karena mengikat zat warna sekunder yang berwarna merah. Perbedaan hasil dalam pewarnaan ini disebabkan perbedaan struktur dinding sel bakteri don perbedaan kandungan asam ribonukleat antnra bakteri Gram positif dan Gram negatif.

Berdasar dari hal tersebut diatas, maka diadakanlah praktikum Pewarnaan Bakteri ini guna memberikan pemahaman kepada kita tentang hal-hal yang berkaitan dengan pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial serta menambah pengetahuan dan keterampilan kita tentang teknik atau tata cara pewarnaan bakteri dalam mikrobiologi.

Pada praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu melakukan berbagai pewarnaan bakteri sesuai dengan peruntukannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Streptococcus pyogenes ialah bakteri Gram-positif bentuk bundar yang tumbuh dalam rantai panjang dan merupakan penyebab infeksi Streptococcus Grup A. Streptococcus pyogenes menampakkan antigen grup A di dinding selnya dan beta-hemolisis saat dikultur di plat agar darah. Streptococcus pyogenes khas memproduksi zona beta-hemolisis yang besar, gangguan eritrosit sempurna dan pelepasan hemoglobin, sehingga kemudian disebut Streptococcus Grup A (beta-hemolisis). Streptococcus bersifat katalase-negatif. Streptococcus pyogenes adalah penyebab banyak penyakit penting pada manusia yang berkisar dari infeksi kulit permukaan yang ringan hingga penyakit sistemik yang mengancam hidup. Infeksi khasnya bermula di tenggorokan atau kulit. Infeksi ringan Streptococcus pyogenes termasuk faringitis ("radang kerongkongan") dan infeksi kulit setempat ("impetigo"). Erisipelas dan selulitis dicirikan oleh perbiakan dan penyebaran samping Streptococcus pyogenes di lapisan dalam kulit. Serangan dan perbiakan Streptococcus pyogenes di fasia dapat menimbulkan fasitis nekrosis, keadaan yang besar kemungkinan mengancam hidup yang memerlukan penanganan bedah. Infeksi akibat strain tertentu Streptococcus pyogenes bisa dikaitkan dengan pelepasan toksin bakteri. Infeksi kerongkongan yang dihubungkan dengan pelepasan toksin tertentu bisa menimbulkan penyakit jengkering (scarlet fever). Infeksi toksigen Streptococcus pyogenes lainnya bisa menimbulkan sindrom syok toksik streptococcus, yang bisa mengancam hidup. Streptococcus pyogenes juga bisa menyebabkan penyakit dalam bentuk sindrom "non-pyogenik" (tak dihubungkan dengan perbiakan bakteri dan pembentukan nanah setempat) pascainfeksi. Komplikasi yang diperantarai autoimun itu mengikuti sejumlah kecil persentase infensi dan termasuk penyakit rematik dan glomerulonefritis pasca-streptococcus akut. Kedua keadaan itu muncul beberapa minggu menyusul infeksi awal streptococcus. Penyakit rematik dicirikan dengan peradangan sendi dan/atau jantung menyusul sejumlah faringitis streptococcus. Glomerulonefritis akut, peradangan glomerulus ginjal, bisa mengikuti faringitis streptococcus atau infeksi kulit. Bakteri ini benar-benar sensitif terhadap penisilin. Kegagalan penanganan dengan penisilin umumnya dikaitkan dengan organisme komensal lain yang memproduksi -laktamase atau kegagalan mencapai tingkat jaringan yang cukup di tenggorokan. Strain tertentu sudah kebal akan makrolid, tetrasiklin dan klindamisin (Starr,2006).

III. METODELOGI

A. Waktu dan TempatPraktikum mikrobiologi air dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 2012 pukul 11.30-14.00 WIB di Laboratorium Budidaya Perairan .

B. Alat dan BahanAdapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kertas saring, penjepit tabung reaksi, kaca preparat, pipet tetes, mikroskop, Bunsen, dan jarum ose.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bakteri dari ginjal ikan mas bakteri air PDAM, bakteri Aeromonas hydrophila, bakteri V. harvei, larutan biru metilen (MB 1%), larutan kristal violet, larutan lugol, larutan aseton alkohol (larutan pemucat), larutan safranin, minyak imersi dan aquades..

C. Cara KerjaCara kerja pada praktikum kali ini adalah:a. Pewarnaan Sederhana1. Buat preparat ulas dengan cara member setetes aquades yang telah steril ke atas kaca preparat.2. Ambil biakan bakteri dari ginjal ikan mas yang telah dibuat sebanyak 1 ose, lalu oleskan bakteri di aquades secara merata dan setipis mungkin. Saat mengambil biakan harus dilakukan di dekat bunsen yang menyala.3. Jepit kaca preparat dengan penjepit tabung reaksi, lalu fiksasi di atas api sampai preparat kering.4. Beri larutan biru metilen 1% selama 30 detik.5. Cuci/siram dengan aquades, keringkan secara hati-hati dengan kertas saring.6. Amati di bawah mikroskop.7. Cara yang sama juga dilakukan untuk bakteri air PDAM, bakteri Aeromonas hydrophila, bakteri V. harvei.b. Pewarnaan Diferensial1. Buat preparat ulas dengan cara member setetes aquades yang telah steril ke atas kaca preparat.2. Ambil biakan bakteri dari ginjal ikan mas yang telah dibuat sebanyak 1 ose, lalu oleskan bakteri di aquades secara merata dan setipis mungkin. Saat mengambil biakan harus dilakukan di dekat bunsen yang menyala.3. Jepit kaca preparat dengan penjepit tabung reaksi, lalu fiksasi di atas api sampai preparat kering.4. Beri larutan Kristal violet selama 30 detik.5. Cuci/siram dengan aquades, selama 5 detik.6. Beri larutan lugol selama 1 menit.7. Cuci dengan aquades selama 5 detik.8. Beri larutan pemucat selama 10-20 detik. Lakukan setetes demi setetes sampai kristal violet hilang dari preparat. Perhatikan waktu, pemucatan yang terlalu lama akan menyebabkan hasil pewarnaan yang menyimpang.9. Cuci dengan aquades selama 5 detik.10. Beri larutan safranin selama 15 detik.11. Cuci dengan aquades selama 5 detik, kemidian keringkan dengan kertas saring.12. Perhatikan warna akhir yang terbentuk. Organisme gram positif akan berwarna ungu atau biru, sedangkan organisme gram negatif akan berwarna merah muda atau merah.13. Amati di bawah mikroskop dengan penambahan minyak imersi..14. Cara yang sama juga dilakukan untuk bakteri air PDAM, bakteri Aeromonas hydrophila, bakteri V. Harvei

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

a. Hasil Pengamatan

b. PembahasanPrinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.

Pewarnaan sederhana digunakan untuk memperlihatkan atau memperjelas kontras antara sel dan latar belakangnya sehingga dapat mempertajam bentuk dari sel-sel mikroba itu sendiri, dengan cara mewarnai sel-sel mikroba dengan zat warna khususnya warna Kristal violet. Setelah pengecatan diperoleh bakteri tersebut berwarna ungu, yang berarti bakteri tersebut menyerap zat warna cat tersebut sehingga nampak pada mikroskop. Zat warna yang umunya digunakan yakni yang bersifat alkalin (kromatofornya bermuatan +).

Pewarnaan gram termasuk pewarnaan diferensial yang digunakan untuk membedakan bakteri gram negative dan bakteri gram positif. Pewarnaan ini menggunakan 4 jenis larutan yaitu Kristal violet sebagai pewarna utama, larutan lugol sebagai pengintensifan warna utama, aseton alkhol untuk pencucian dan safranin sebagai pewarna penutup. Bakteri yang bersifat gram positif yang berarti bakteri dapat mengikat dengan kuat warna utama cristal violet berwarna ungu, pada saat bakteri Gram positif ditambahkan dengan kristal violet maka gram positif akan mengabsorbsi larutan tersebut hanya pada dinding sel, dengan pemberian larutan lugol maka kristal violet akan masuk sampai ke inti sel, pemberian alkohol menyebabkan pori-pori dinding sel mengecil sehingga warna ungu tertahan di dalam sel disebabkan oleh rendahnya kandungan lipid. Sedangkan bakteri yang bersifat gram negative tidak dapat mengikat kuat warna utama dan dapat diwarnai oleh cat lawan yakni merah dari pewarna safranin.

Prinsip dasar dari pewarnaan gram yaitu bakteri akan menyerap zat warna tertentu yaitu Kristal violet. Dengan penguatan lugol, bakteri Gram positif akan etap mengikat warna ungu meskipun ada penambahan safranin sedangkan bakteri Gram negatif akan melepaskan warna ungu dengan adanya penambahan alkohol dan akan mengikat safranin menjadi warna merah.

Sedangkan pada pewarnaan sederhana memiliki prinsip yaitu adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Pewarna asam dapat tejadi karena bila senyawa pewarna bermuatan negatif. Dalam kondisi pH mendekati netral dinding sel bakteri cenderung bermuatan negatif, sehingga pewarna asam yang bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding sel, maka sel tidak berwarna. Pewarna asam ini disebut pewrna negatif. Contoh pewarna asam misalnya : tinta cina, larutan Nigrosin, asam pikrat, eosin dan lain-lain.Pewarnaan basa bisa terjadi bila senyawa pewarna bersifat positif, sehingga akan diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri jadi terwarna dan terlihat. Contoh dari pewarna basa misalnya metilin biru, kristal violet, safranin dan lain-lain.Pewarnaan Diferensial (Gram)atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (18531938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru (Fitria, 2009).

Kristal violet adalah larutan berwarna ungu yang merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi warna mikroorganisme target. Kristal violet bersifat basa sehingga mampu berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam, dengan begitu sel mikroorganisme yang transparan akan terlihat berwarna (Ungu).

Kendala pada saat praktikum yaitu ketika pada saat melakukan pewarnaan pada bakteri sebab terjadi kesalahan dan warna yang terlalu tebal. Sehingga pada saat pengamatan bakteri yang diamati susah untuk terlihat.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

a. KesimpulanKesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:1. Pewarnaan mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara yaitu dengan pewarnaan diferensial (gram), pewarnaan sederhana2. Pewarnaan sederhana digunakan untuk melihat bentuk dan struktur sel bakteri dengan menggunakan satu jenis pewarna seperti safranin atau kristal violet.3. Pewarnaan gram digunakan untuk membedakan antara bakteri gram (+) dan gram (-) dengan lebih dari satu zat warna sedangkan pewarnaan negative berguna untuk mewarnai latar belakang preparat dan bakteri sendiri tidak terwarnai.4. Bakteri gram negatif pada teknik pewarnaan akan menghasilkan warna merah dan bakteri gram positif akan menghasilkan warna ungu.

b. SaranSaran dari saya adalah agar sebaiknya pada saat praktikum benar-benar diperhatikan prosedur pewarnaan terutama pada lama waktu dan urutan pewarnaan agar tidak terjadi kesalahan dan warna yang terlalu tebal serta ada interaksi yang lebih baik antara praktikan dan asisten. Serta keanekaragaman bakteri yang digunakan dapat bertambah lagi sehingga hasil yang diperoleh dapat bervariasi..

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1998.Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.

Gupte, Satish. 1990. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Binarupa Aksara.

Pelezar, M.1986.Dasar-Dasar Mikrobiologi I. Jakarta: Erlangga.Prescot. Et.al. 2008.Foodborne Microorganisms of Public Health Significance. 4ed..AIFST (NSW Branch).Australia.Singleton dan Sainsbury. 2006. Microbiolgy I. AIFST (NSW Branch).Australia.Waluyo, L. 2005.Mikrobiologi Umum.Malang: MM Press

Winarni, D. 1997.Diktat Teknik Fermentasi. Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS : Surabaya.

Starr C, Engleberg N (2006). "Role of hyaluronidase in subcutaneous spread and growth of group A streptococcus". Infect Immun 74 (1): 40-8. PMID 16368955

LAMPIRAN