Post on 03-Mar-2019
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG BOGOR
(VIGNA SUBTERRANEA (L.) VERDCOURT) PADA
BEBERAPA JARAK TANAM DAN FREKUENSI
PEMBUMBUNAN
AULIA RAHMAWATI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan dan
Produksi Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) pada Beberapa Jarak
Tanam dan Frekuensi Pembumbunan adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Aulia Rahmawati
NIM A24090064
ABSTRAK
AULIA RAHMAWATI. Pertumbuhan dan Produksi Kacang Bogor (Vigna
subterranea (L.) Verdcourt) pada Beberapa Jarak Tanam dan Frekuensi
Pembumbunan. Dibimbing oleh HENI PURNAMAWATI dan YUDIWANTI
WAHYU EK.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jarak tanam yang optimal dan
frekuensi pembumbunan yang tepat untuk mendapatkan hasil panen terbaik.
Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT)
faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah jarak tanam
yang terdiri atas enam taraf, yaitu 40 cm x 25 cm, 50 cm x 25 cm, 60 cm x 25 cm,
40 cm x 40 cm, 50 cm x 50 cm, dan 60 cm x 60 cm. Faktor kedua adalah
frekuensi pembumbunan yang terdiri dari dua taraf yaitu dua kali pembumbunan
dan tiga kali pembumbunan. Hasil penelitian menunjukkan jarak tanam
berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah daun, lebar kanopi, indeks luas daun
(ILD), bobot brangkasan kering per tanaman, bobot polong basah per tanaman,
bobot polong kering per tanaman, bobot biji per tanaman, jumlah polong bernas
per tanaman, jumlah tanaman yang dipanen, bobot polong basah petak, bobot
polong kering petak, dan bobot biji petak, sedangkan frekuensi pembumbunan
hanya berpengaruh nyata pada peubah bobot brangkasan kering per tanaman.
Jarak tanam 60 cm x 25 cm dan 40 cm x 40 cm memberikan hasil panen terbaik
dan sesuai digunakan dalam budidaya kacang bogor.
Kata kunci: jarak tanam, kacang bogor, pembumbunan
ABSTRACT
AULIA RAHMAWATI. Growth and Yield of Bambara Groundnut (Vigna
subterranea (L.) Verdcourt) in Several Plant Spacings and Ridging Frequencies.
Supervised by HENI PURNAMAWATI and YUDIWANTI WAHYU EK.
This research aimed to get optimal plant spacing and proper frequency in
ridging to produce the best yields. This research was conducted in randomized
complete block design factorial with two factors and three replications. The first
factor is plant spacing which consist of six levels: 40 cm x 25 cm, 50 cm x 25 cm,
60 cm x 25 cm, 40 cm x 40 cm, 50 cm x 50 cm, and 60 cm x 60 cm. The second
factor is ridging frequencies which consist of two levels: twice and three times
ridging. The result of this research showed that plant spacing effected
significantly the number of leaves, canopy width, leaf area index, plant dry weight
per plant, pods wet weight per plant, pods dry weight per plant, seed weight per
plant, number of filled pods per plant, number of harvested plant, pods wet weight
plot, pods dry weight plot, and seed weight plot, whereas ridging frequency only
effected significantly on plant dry weight per plant. Plant spacing 60 cm x 25 cm
and 40 cm x 40 cm produced the best yields and suitable for use in plant
cultivation.
Keywords: bambara groundnut, plant spacing, ridging
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
Pertumbuhan dan Produksi Kacang Bogor (Vigna
subterranea (L.) Verdcourt) pada Beberapa Jarak Tanam dan
Frekuensi Pembumbunan
AULIA RAHMAWATI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Pertumbuhan dan Produksi Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.)
Verdcourt) pada Beberapa Jarak Tanam dan Frekuensi
Pembumbunan
Nama : Aulia Rahmawati
NIM : A24090064
Disetujui oleh
Dr Ir Heni Purnamawati, MSc Agr
Pembimbing I
Dr Ir Yudiwanti Wahyu EK, MS
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: Per.:.u.L...."'Cil..L!1 dan Produksi Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) \ . ~ . • ;tada Beberapa Jarak Tanam dan Frekuensi Pernl:mm::ror..an
Nama NIM
Disetujui oleh
Dr Ir Heni Pumamawati, .\1Sc Agr Dr Ir Yudiw EK MS Pembimbing I
Tanggal Lulus: ..
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi umur
panjang, kekuatan, serta hidayah-Nya untuk menyelesaikan proposal penelitian
yang berjudul “Pertumbuhan dan Produksi Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.)
Verdcourt) pada Beberapa Jarak Tanam dan Frekuensi Pembumbunan”.
Penellitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Bawah, IPB Dramaga,
Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Dr Ir
Heni Purnamawati, MScAgr selaku pembimbing skripsi 1 dan Dr Ir Yudiwanti
Wahyu EK, MS selaku pembimbing skripsi 2 yang telah memberikan banyak
masukan dan saran untuk pelaksanaan penelitian ini serta kepada Dr Ir
Trikoesoemaningtyas Msc selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan
dan saran untuk penulis. Penulis juga berterima kasih kepada Dr Ir Winarso D
Widodo MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan
dan masukan selama penulis melaksanakan studi. Tidak lupa penulis juga
berterima kasih kepada kedua orang tua dan kakak, teman-teman AGH 46 dan
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2014
Aulia Rahmawati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Hipotesis 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Syarat Tumbuh 2
Teknik Budidaya 2
METODE 4
Tempat dan Waktu 4
Bahan dan Alat 4
Metode Penelitian 4
Pelaksanaan 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Kondisi Umum 6
Fase Vegetatif 8
Fase Generatif 10
Produksi Kacang Bogor 13
Uji Korelasi Antar Karakter 14
KESIMPULAN DAN SARAN 16
Kesimpulan 16
Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 17
RIWAYAT HIDUP 25
DAFTAR TABEL
1. Jumlah tanaman kacang bogor yang dipanen per petak 7
2. Jumlah daun kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan frekuensi
pembumbunan 8
3. Lebar kanopi kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan frekuensi
pembumbunan 9
4. Indeks luas daun kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan frekuensi
pembumbunan 10
5. Bobot brangkasan kering (BBK), bobot polong basah (BPB), bobot
polong kering (BPK), dan bobot biji (BBJ) per tanaman kacang bogor 11
6. Jumlah polong bernas (JPB), jumlah polong cipo (JPC), jumlah polong
hijau (JPH), dan indeks panen (IP) per tanaman kacang bogor 12
7. Produksi kacang bogor 13
8. Koefisien korelasi antar karakter tanaman kacang bogor 15
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jarak tanam dan frekuensi
pembumbunan terhadap peubah fase vegetatif dan generatif kacang
bogor 19
2. Sidik ragam pengaruh jarak tanam dan frekuensi pembumbunan
terhadap jumlah daun kacang bogor 20
3. Sidik ragam pengaruh jarak tanam dan frekuensi pembumbunan
terhadap lebar kanopi kacang bogor 21
4. Sidik ragam pengaruh jarak tanam dan frekuensi pembumbunan
terhadap indeks luas daun kacang bogor 22
5. Sidik ragam Sidik ragam pengaruh jarak tanam dan frekuensi
pembumbunan terhadap bobot brangkasan kering, bobot polong basah,
bobot polong kering, dan bobot biji per tanaman kacang bogor 22
6. Sidik ragam pengaruh jarak tanam dan frekuensi pembumbunan
terhadap jumlah polong bernas, jumlah polong cipo, jumlah polong hijau,
dan indeks panen per tanaman 23
7. Sidik ragam pengaruh jarak tanam dan frekuensi pembumbunan
terhadap bobot polong basah, bobot polong kering, dan bobot biji
kacang bogor per perlakuan 24
8. Data curah hujan wilayah Darmaga Februari-Juli 2013 25
9. Keragaan per tanaman kacang bogor pada umur 8 MST pada beberapa
jarak tanam 26
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Vigna subterranea (L.) Verdcourt atau yang lebih dikenal dengan kacang
bogor kurang dikenal di pasaran Indonesia, tetapi kacang jenis ini sudah sangat
dikenal oleh masyarakat Afrika. Menurut Deshpande dan Damodaran (1990)
kacang bogor ini bisa dikonsumsi saat masih muda atau pun saat telah matang.
Biji yang masih muda biasa dikonsumsi segar atau dipanggang. Biji dapat direbus
dalam keadaan muda dan masih hijau baik dengan atau tanpa cangkangnya. Biji
dari kacang bogor memiliki kandungan gizi yang lengkap karena mengandung
protein, karbohidrat, dan lemak dengan proporsi yang cukup untuk menyediakan
makanan yang bernutrisi. Studi oleh Amarteifio dan Maholoo (1998) melaporkan
bahwa kacang bogor mengandung 11.4 % protein, 53.1 % karbohidrat, 6.1 %
lemak, 6.1 % serat, 0.097 % kalsium, 0.007 % zat besi, 1.2 % kalium, dan
0.003 % sodium.
Hasil biji kering tertinggi pada kondisi lapang yang pernah tercatat yaitu 4
ton/ha. Rata-rata biji kering yang dihasilkan berkisar antara 300 - 800 kg/ha,
namun panen yang kurang dari 100 kg/ha pun banyak ditemukan (Brink et al.
2006). Hasil panen 300 - 800 kg/ha biasa ditemukan di budidaya tradisional dan
bisa mencapai 3 ton/ha pada budidaya yang intensif (Baudoin and Mergeai 2001).
Praktek budidaya intensif perlu dilakukan agar hasil panen tanaman dapat
ditingkatkan, salah satunya dengan pengaturan kerapatan tanam. Peningkatan
kerapatan tanaman sampai batas tertentu dapat meningkatkan produksi setiap
satuan luas, tetapi selanjutnya produksi akan menurun sejalan oleh meningkatnya
persaingan tanaman (Turmudi et al. 1996). Tanaman yang ditanam rapat akan
memperbesar kemungkinan terjadinya kompetisi antar tanaman sejenis dan
kompetisi dengan gulma. Kompetisi tersebut dapat mempengaruhi hasil dari
tanaman pokok. Menurut Hasanuddin et al. (1999), hal inilah yang menyebabkan
diperlukannya jarak tanam optimal untuk menentukan kerapatan tanaman yang
memberikan hasil yang paling baik. Turmudi dan Suprijono (2004) menyatakan
bahwa pengaturan jarak tanam optimal pada setiap komoditas dapat mengurangi
ruang gerak pertumbuhan gulma.
Tanaman kacang bogor memiliki bunga yang tumbuh di atas permukaan
tanah dan akan terus terbentuk sampai tanaman mati. Saat polong terbentuk perlu
dilakukan pembumbunan agar kualitas polong yang terbentuk baik dan tidak
berwarna hijau. Pembumbunan dilakukan untuk menutup polong-polong muda
yang tumbuh. Pembumbunan dapat dilakukan secara manual maupun
menggunakan alat bantu. Kegiatan ini dapat meningkatkan hasil panen, tapi
membutuhkan banyak tenaga kerja (Brink et al. 2006). Menurut Purseglove
(1992) pembumbunan biasanya dilakukan pada baris tanaman dan di beberapa
tempat dilakukan untuk mendukung produksi polong. Curah hujan yang tinggi
dapat mengakibatkan erosi tanah sehingga menjadikan polong tidak tertutup
tanah. Curah hujan di Bogor cukup tinggi, oleh karena itu, frekuensi
pembumbunan menjadi penting dipelajari.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian dilaksanakan bertujuan untuk:
1. Mendapatkan jarak tanam terbaik yang memberikan hasil panen yang
tertinggi.
2. Mendapatkan frekuensi waktu pembumbunan yang menghasilkan polong
dengan kualitas terbaik.
Hipotesis
1. Terdapat jarak tanam yang memberikan hasil panen tertinggi.
2. Terdapat frekuensi pembumbunan yang memberikan hasil panen tertinggi.
3. Terdapat interaksi antara jarak tanam dengan frekuensi pembumbunan yang
memberikan hasil panen terbaik.
TINJAUAN PUSTAKA
Syarat Tumbuh
Linnemann dan Ali (1993) menyatakan bahwa waktu perkecambahan
kacang bogor yang dibudidayakan memiliki kisaran antara 7-15 hari, sedangkan
perkecambahan dari tanaman kacang bogor liar varietas spontanea lambat dan
tidak menentu, yaitu berkisar antara 26-31 hari. Kacang bogor mulai berbunga
pada umur 30 hingga 55 hari setelah tanam dan dapat berlanjut hingga tanaman
mati. Kacang bogor yang bergenotipe genjah mencapai tahap dewasa saat 90 hari
setelah tanam, sedangkan tanaman yang berumur panjang memerlukan 150 hari
hari atau lebih.
Kacang bogor memungkinkan untuk dikembangkan di daerah setengah
kering dan tanah yang miskin hara. Tanaman ini dapat beradaptasi dengan baik
dengan hari pendek. Di daerah tropis kacang bogor dibudidayakan sampai
ketingian 1600 m dpl. Tanaman ini pun termasuk yang menyukai cahaya dan
hidup pada kisaran suhu harian 20-28°C. Kondisi curah hujan yang cocok adalah
600-750 mm/tahun. Hasil optimal didapatkan pada tanah sedikit berpasir dan
pmemiliki cukup kandungan kalsium dengan pH 5.0-6.5 (Sutarno 1993).
Teknik Budidaya
Teknik budidaya yang tepat merupakan salah satu cara agar tanaman dapat
mencapai produksi maksimum. Salah satu teknik budidaya yang menentukan
produksi dari suatu tanaman adalah penentuan jarak tanam. Jarak tanam mengatur
tata letak dan populasi tanaman dengan jarak yang pasti menurut dua arah tertentu
dalam satu area (Zaubin 1985). Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman,
keefisienan penggunaan cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antartanaman
3
dalam menggunakan air dan zat hara. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
jarak tanam dapat mempengaruhi hasil (Harjadi 1991).
Pada umumnya, produksi tiap satuan luas yang tinggi tercapai dengan
populasi tinggi, karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal
pertumbuhan. Akan tetapi pada akhirnya, penampilan masing-masing tanaman
secara individu menurun karena persaingan untuk cahaya dan faktor-faktor
tumbuh lainnya. Tanaman memberikan respon dengan mengurangi ukuran baik
pada seluruh tanaman maupun bagian-bagian tanaman. Kerapatan optimal
ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomi dalam menentukan
keuntungan optimal (Harjadi 1991).
Kacang bogor ditanam menggunakan biji dan biasanya ditanam sendiri
ataupun bersamaan dengan tanaman serealia (Gibbon dan Pain 1985). Ocran et al.
(1998) melaporkan bahwa kacang bogor dapat ditanam tunggal atau tumpang sari
dengan kacang tanah atau sorgum. Tanaman ini pun sering digunakan dalam
sistem rotasi tanaman. Biasanya kacang bogor ditanam di awal musim tanam
kemudian dilanjutkan dengan singkong, atau pada tahun berikutnya dapat ditanam
bersamaan dengan tanaman serealia, sayuran, kacang tanah atau kacang-kacangan
jenis lain. Doku (1995) menyatakan bahwa penanaman campuran juga ditemukan
yaitu dengan ubi; kacang bogor yang ditanam dalam guludan bersamaan dengan
ubi dapat mencegah terjadinya erosi, mempertahankan kelembaban dan
meminimalisasi fluktuasi suhu.
Kacang bogor tumbuh optimum pada tanah yang dibajak dalam dan
membentuk guludan yang memungkinkan polong tanaman tumbuh ke dalam
tanah. Pembumbunan disarankan untuk dilakukan jika tanah dangkal atau rentan
tergenang air (Brink et al. 2006). Baudoin dan Mergeai (2001) melaporkan bahwa
penggemburan tanah dapat membantu penetrasi polong selama pengisian polong
dan meningkatkan hasil.
Penanaman secara monokultur menggunakan jarak tanam antar tanaman 10-
15 cm dan antar barisan 45 cm, atau jarak tanam 20 cm dalam dua baris pada
bedengan yang lebarnya 90 cm untuk setiap ha lahan diperlukan benih 25-75 kg
(Sutarno 1993). Tindall (1997) menyatakan bahwa setiap biji ditanam ke dalam
lubang dengan kedalaman 3-5 cm. Daya berkecambah yang dihasilkan bervariasi
pada beberapa lokasi.
Waktu penanaman bervariasi tergantung dari lokasi penanaman. Sebagai
contoh di Zambia dan Botswana penanaman dilakukan dari bulan November
sampai Februari. Kadang-kadang penanaman bertahap terjadi seperti di
Skumaland, Tanzanian (Brink et al. 2006). Penanaman dua kali dalam satu tahun
mungkin dilakukan di daerah savana, Ghana, penanaman pertama dilakukan pada
bulan Mei-Juni dan penanaman kedua dilakukan pada bulan Oktober (Tweneboah
2000). Penanaman di Guinea dilakukan pada September-November saat hujan
tersedia, di Sudan biasanya dibudidayakan menjelang akhir musim hujan yang
panjang (Doku 1995).
4
METODE
Tempat dan Waktu
Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan IPB Dramaga,
Bogor, Jawa Barat. Percobaan dilaksanakan dari bulan Maret 2013 sampai dengan
Juli 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih varietas lokal kacang bogor (Vigna
subterranea (L.) Verdcourt) yang berasal dari Desa Cipicung, Kabupaten
Sumedang, pupuk kandang kambing, pupuk NPK (15:15:15), fungisida berbahan
aktif propineb, insektisida berbahan aktif profonofos dan insektisida berbahan
aktif karbofuran. Alat-alat yang digunakan terdiri atas alat budidaya pertanian,
leaf area meter LI-3000C, timbangan analitik, label percobaan, ajir contoh dan
alat tulis.
Metode Penelitian
Perlakuan terdiri dari dua faktor, yaitu jarak tanam dan frekuensi
pembumbunan. Faktor pertama yaitu jarak tanam yang terdiri dari enam taraf,
yaitu: A1 = 40 cm x 25 cm, A2 = 50 cm x 25 cm, A3 = 60 cm x 25 cm, A4 = 40
cm x 40 cm, A5 = 50 cm x 50 cm, dan A6 = 60 cm x 60 cm. Faktor kedua yaitu
frekuensi pembumbunan yang memiliki dua taraf, yaitu: B1= pembumbunan
dilakukan 2 kali pada 8 dan 10 MST, dan B2= pembumbunan dilakukan 3 kali
pada 8, 10 dan 12 MST.
Percobaan ini memiliki 12 kombinasi perlakuan. Setiap perlakuan diulang
sebanyak tiga kali, sehingga percobaan ini memiliki 36 satuan percobaan. Tiap
satuan percobaan berupa petakan tanaman percobaan berukuran 3 m x 2.5 m. Dari
masing-masing satuan percobaan diamati lima tanaman contoh, sehingga jumlah
seluruh tanaman contoh adalah 180 tanaman.
Perlakuan disusun dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT) faktorial dengan dua faktor diulang sebanyak tiga kali.
Model statistik yang digunakan untuk rancangan tersebut adalah:
, dimana:
: nilai pengamatan pada faktor jarak tanam taraf ke-i, faktor frekuensi
pembumbunan taraf ke-j, dan ulangan ke-k
: rataan umum
: pengaruh ulangan ke-i
: pengaruh perlakuan jarak tanam ke-j
: pengaruh perlakuan frekuensi waktu pembumbunan ke-k
: pengaruh kombinasi perlakuan jarak tanam taraf ke-j dan frekuensi
pembumbunan taraf ke- k
: pengaruh acak yang menyebar normal (0, )
5
Pengaruh dari seluruh perlakuan dapat diketahui dengan menggunakan uji F
pada taraf 5%. Apabila terdapat pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati
maka setiap perlakuan dibandingkan dengan menggunakan uji BNT pada taraf 5%.
Pelaksanaan
Persiapan lahan
Lahan yang digunakan memiliki ukuran 3 m x 2.5 m untuk setiap satuan
percobaan. Sebelum dilakukan penanaman lahan diolah terlebih dahulu, kemudian
diberi pupuk kandang kambing dengan dosis 2 ton ha-1
.
Penanaman
Lahan yang telah diolah dibuat lubang tanam dengan jarak tanam sesuai
perlakuan. Jumlah benih per lubang yang ditanam adalah satu benih. Insektisida
berbahan aktif Karbofuran dengan dosis 15 kg ha-1
diberikan saat benih ditanam.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman, pemupukan,
penyiangan gulma, penyiraman, pembumbunan, dan penyemprotan. Penyulaman
dan pemupukan dilakukan pada umur 2 MST. Pemupukan menggunakan NPK
(15:15:15) dengan dosis 200 kg ha-1
. Penyiangan gulma dilakukan sebanyak tiga
kali sekaligus dilakukan untuk menggemburkan tanah. Penyiraman pada tanaman
dilaksanakan jika tidak terjadi hujan dalam satu minggu. Pembumbunan dilakukan
sesuai perlakuan. Penyemprotan terhadap hama dan penyakit dilakukan dengan
fungisida berbahan aktif propineb dengan dosis 1.5 g liter-1
dan insektisida
berbahan aktif profonofos dengan dosis 4 cc liter-1
. Penyemprotan dilakukan
mulai tanaman berumur 4 minggu setelah tanam (MST) sebanyak empat kali, satu
kali per minggu.
Pemanenan
Panen kacang bogor dilakukan pada 17 MST dan saat 80% daun
menguning/mengering. Polong tanaman yang siap panen tidak lagi berwarna putih.
Pengamatan
Saat tanaman berumur 4 MST dilakukan pengamatan pada lima tanaman
contoh pada setiap petak percobaan. Peubah yang diamati adalah:
1. Jumlah daun per tanaman; menghitung jumlah helaian daun yang telah
membuka sempurna. Pengamatan dilakukan pada 4 – 12 MST dengan interval
2 minggu.
2. Lebar kanopi per tanaman; mengukur lebar terpanjang dan lebar tegak
lurusnya yang kemudian nilainya dirata-ratakan. Pengamatan dilakukan pada 4
– 12 MST dengan interval 2 minggu.
3. Perhitungan Indeks Luas Daun (ILD) dilakukan sebanyak dua kali, yaitu saat
6 dan 10 MST. Perhitungan ILD menggunakan bantuan alat leaf area meter
LI-3000C.
6
Komponen produksi yang diamati yaitu:
1. Jumlah tanaman yang dipanen; menghitung seluruh jumlah tanaman yang
dapat dipanen dari seluruh petak percobaan.
2. Bobot brangkasan kering per tanaman; menimbang bobot basah dan kering
seluruh bagian tanaman pada tanaman contoh. Pengeringan menggunakan
bantuan oven dengan suhu 70-80°C selama 3 hari.
3. Bobot polong basah dan kering per tanaman; menimbang polong basah dan
kering dari tanaman contoh pada setiap petak percobaan. Pengeringan
menggunakan bantuan oven dengan suhu 70-80°C selama 3 hari.
4. Bobot biji per tanaman: menimbang bobot biji tanaman contoh pada setiap
petak percobaan.
5. Jumlah polong bernas, hijau, dan cipo per tanaman contoh; menghitung
jumlah polong bernas, hijau, dan cipo tanaman contoh pada setiap petak
percobaan.
6. Indeks panen; menghitung rasio antara bobot brangkasan kering dan bobot
polong kering.
7. Bobot polong basah dan kering per petak; menimbang seluruh polong basah
dan kering dari seluruh petak percobaan.
8. Bobot biji per petak: menghitung bobot biji petak percobaan dengan
mengkonversi dari bobot biji per tanaman contoh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Secara keseluruhan kondisi pertanaman kacang bogor saat penelitian cukup
baik, namun struktur tanah pada saat penanaman masih berupa bongkahan-
bongkahan karena hari-hari sebelumnya belum turun hujan (Lampiran 8). Pada
awal pertanaman cuaca cukup kering, sehingga beberapa kali dilakukan
penyiraman untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Hal ini merupakan kendala
yang cukup berat di awal penelitian. Benih yang baru ditanam perlu air yang
cukup agar dapat segera berkecambah.
Tanaman kacang bogor berkecambah pada 10-14 hari setelah tanam (HST).
Benih berkecambah tidak dalam waktu yang bersamaan. Hal ini diduga karena
benih yang digunakan merupakan benih varietas lokal. Persentase daya tumbuh
yang dihitung pada 2 MST memiliki rata-rata sebesar 58.53%. Selanjutnya
dilakukan penyulaman. Penyulaman dilakukan untuk menggantikan benih yang
tidak hidup saat ditanam, sehingga jumlah tanaman yang dipanen tidak terlalu
sedikit. Jumlah tanaman yang dipanen mempengaruhi bobot polong total yang
dipanen. Pada Tabel 1 diperlihatkan jumlah tanaman kacang bogor yang dipanen
pada setiap petak perlakuan. Hampir semua petak memiliki rata-rata jumlah
tanaman yang dipanen lebih tinggi dibandingkan persentase daya tumbuh sebelum
dilakukan penyulaman. Selain itu, pada Lampiran 9 dapat dilihat keragaan
tanaman kacang bogor yang berbeda-beda berdasarkan jarak tanamnya.
7
Tabel 1 Jumlah tanaman kacang bogor yang dipanen per petak
Jarak tanam
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata
40 cm x 25 cm 47
(62.67%)
26
(34.67%)
38
(50.67%)
37
(49.34%)
50 cm x 25 cm 45
(75.00%)
30
(50.00%)
38
(63.33%)
38
(62.78%)
60 cm x 25 cm 33
(66.00%)
31
(62.00%)
26
(52.00%)
30
(60.00%)
40 cm x 40 cm 32
(68.09%)
23
(48.93%)
32
(68.09%)
29
(61.70%)
50 cm x 50 cm 28
(93.33%)
16
(53.33%)
19
(63.33%)
21
(69.99%)
60 cm x 60 cm 16
(76.19%)
14
(66.67%)
13
(61.90%)
14
(68.25%)
Penyulaman dilakukan pada 14 HST. Penyemprotan menggunakan
fungisida berbahan aktif propineb dengan dosis 1.5 g liter-1
dan insektisida
berbahan aktif profonofos dengan dosis 4 cc liter-1
. Penyemprotan dilakukan
mulai tanaman berumur 4 minggu setelah tanam (MST) sebanyak empat kali, satu
kali per minggu. Penyemprotan dilakukan pada hari cerah agar efektif.
Benih yang tidak tumbuh ada yang disebabkan dimakan oleh serangga dan
juga ada yang terserang cendawan. Benih yang tidak tumbuh karena dimakan
serangga akan menyisakan kulit biji di tanah, sedangkan benih yang tidak tumbuh
karena cendawan akan tampak membusuk dan terselubungi oleh hifa cendawan.
Tanaman yang terserang penyakit kerdil ditemukan pada pertanaman kacang
bogor pada 7 MST. Terdapat lima tanaman yang terserang penyakit kerdil dari
seluruh tanaman yang ada. Penyakit ini menyebabkan tanaman tumbuh secara
abnormal dengan ukuran daun mengecil dan mengeriting. Tanaman yang
terserang penyakit ini harus segera dicabut karena jika tidak dapat menular pada
tanaman yang lain. Selain itu terdapat beberapa hama yang menyerang tanaman
kacang bogor. Hama tersebut adalah Valanga nigricornis. Valanga nigricornis
menyerang bagian daun tanaman, daun yang diserang hama ini akan tampak
bergerigi pada ujungnya.
Gulma yang tumbuh di sekitar pertanaman berkompetisi untuk mendapatkan
unsur hara yang diperlukan. Penyiangan gulma pada budidaya kacang bogor
sangat perlu untuk dilakukan untuk mendapatkan produksi yang baik. Ridwan et
al. (1997) juga menyatakan bahwa penyiangan manual membuat tanah menjadi
gembur, sehingga pertumbuhan tanaman subur dan pembentukan cabang
sempurna. Penyiangan gulma dilakukan secara manual sebanyak 3 kali yaitu pada
5, 8 dan 12 MST. Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan pembumbunan.
Tanaman kacang bogor memasuki fase generatif pada umur 6 MST dan
70% populasi tanaman berbunga pada 7 MST. Tanaman dipanen pada umur 17
MST. Tanaman yang siap panen ditunjukkan dengan warna daun yang sudah 80%
menguning dan polong tidak lagi berwarna putih.
8
Fase Vegetatif
Pada fase vegetatif terdapat tiga peubah tanaman yang diamati, yaitu jumlah
daun, lebar kanopi dan indeks luas daun (ILD). Peubah jumlah daun dan lebar
kanopi diamati pada 4 - 12 MST dengan frekuensi pengamatan dua kali seminggu.
Peubah indeks luas daun diamati pada 5 MST. Menurut tabel sidik ragam
(Lampiran 1) jarak tanam berpengaruh nyata pada peubah jumlah daun, lebar
kanopi, dan indeks luas daun, sedangkan frekuensi pembumbunan tidak
berpengaruh nyata pada semua peubah fase vegetatif.
Jumlah Daun
Daun merupakan salah satu tempat proses fotosintesis berlangsung.
Fotosintesis akan menghasilkan karbohidrat yang pada fase generatif digunakan
lebih banyak untuk pembentukan dan pengisian polong. Karena itu semakin
banyak daun yang dimiliki tanaman akan semakin banyak pula karbohidrat yang
digunakan untuk pembentukan dan pengisian polong. Atifach (1992) juga
menyatakan hal yang selaras yaitu jumlah daun berkorelasi nyata dan positif
terhadap hasil, ini berarti semakin banyak jumlah daun yang dihasilkan akan
semakin meningkatkan hasil.
Pada Lampiran 2 terlihat bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata
pada peubah jumlah daun pada 4, 10 dan 12 MST. Pada awal fase pertumbuhan
terlihat bahwa tanaman dengan jarak tanam 40 cm x 25 cm, 50 cm x 25 cm, dan
60 cm x 25 cm memiliki jumlah daun nyata lebih banyak daripada jarak tanam
lain, akan tetapi pada minggu-minggu selanjutnya jarak tanam yang lebar yaitu 60
cm x 60 cm dan 50 cm x 50 cm memiliki jumlah daun nyata lebih banyak
daripada jarak tanam lain (Tabel 2). Hal ini dikarenakan tanaman yang berjarak
tanam 60 cm x 60 cm dan 50 cm x 50 cm memiliki persaingan faktor tumbuh
yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman dengan jarak tanam yang rapat.
Tabel 2 Jumlah daun kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan frekuensi
pembumbunan
Perlakuan Umur tanaman (MST)
4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST
Jarak tanam -------------------Jumlah dauna---------------
40 cm x 25 cm 8.80 ab 22.33 50.69 53.33 c 58.17 b
50 cm x 25 cm 8.73 ab 21.90 38.94 53.23 c 57.00 b
60 cm x 25 cm 9.60 a 23.66 37.27 52.77 c 57.03 b
40 cm x 40 cm 7.70 b 20.47 39.63 56.00 bc 58.83 b
50 cm x 50 cm 7.40 b 23.67 46.57 65.17 a 67.43 a
60 cm x 60 cm 7.83 b 23.70 43.68 62.97 ab 66.23 a
Frekuensi pembumbunan
Dua kali 8.04 21.69 40.90 56.70 60.30
Tiga kali 8.64 23.55 44.68 57.79 61.26 aAngka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom perlakuan yang sama menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%
9
Pada 10 dan 12 MST pertambahan jumlah daun semakin sedikit. Pada
minggu-minggu tersebut tanaman kacang bogor sudah dimulai memasuki fase
generatif. Hasil fotosintesis berupa karbohidrat yang pada awal pertumbuhan
hanya digunakan untuk mendukung pertumbuhan vegetatif tanaman, pada fase
generatif karbohidrat tersebut juga disalurkan untuk pembentukan dan pengisian
polong tanaman. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sobariah (1999) yang
berpendapat pada tanaman sorgum yang sudah memasuki fase generatif, yang
secara fisiologis ditandai dengan munculnya bunga pada sebagian populasi
dengan demikian tidak seluruh karbohidrat digunakan untuk pertumbuhan
vegetatif karena sebagian karbohidrat digunakan untuk pertumbuhan generatif.
Lebar Kanopi
Panjang tajuk diukur searah dengan arah barisan tanaman dan lebar kanopi
diukur tegak lurus dengan arah barisan tanaman. Perlakuan jarak tanam
memberikan pengaruh nyata pada peubah lebar kanopi pada 8, 10 dan 12 MST
(Lampiran 3). Rata-rata lebar kanopi pada tanaman dengan jarak tanam 50 cm x
50 cm dan 60 cm x 60 cm nyata lebih lebar daripada jarak tanam lain (Tabel 3).
Tabel 3 Lebar kanopi kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan frekuensi
pembumbunan
Perlakuan Umur tanaman (MST)
4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST
Jarak tanam ---------------cma--------------
40 cm x 25 cm 29.70 44.37 51.52 cd 54.42 b 57.08 b
50 cm x 25 cm 29.90 43.67 50.83 cd 55.23 b 57.70 b
60 cm x 25 cm 32.15 45.07 50.07 d 55.05 b 57.58 b
40 cm x 40 cm 29.33 42.98 53.90 abc 56.55 b 59.40 b
50 cm x 50 cm 29.75 46.32 55.22 a 60.92 a 63.53 a
60 cm x 60 cm 28.05 45.15 55.05 ab 62.02 a 63.99 a
Frekuensi pembumbunan
Dua kali 30.14 44.72 52.88 56.80 59.13
Tiga kali 29.28 44.46 52.64 57.93 60.63 aAngka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom perlakuan yang sama menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%
Menurut Juwita (2012) lebar kanopi berkorelasi positif dengan bobot polong
basah, bobot polong kering dan jumlah polong bernas, sehingga semakin besar
lebar kanopi tanaman kacang bogor akan menghasil bobot polong yang semakin
tinggi pula. Selain itu Actaria (2012) juga menyatakan tanaman dengan lebar
kanopi yang besar memiliki jumlah cabang dan buku yang merupakan tempat
munculnya polong yang besar pula, sehingga jumlah polong akan lebih banyak.
Indeks Luas Daun (ILD)
Pengamatan indeks luas daun dilakukan satu kali selama penelitian
berlangsung pada saat tanaman belum berbunga, yaitu umur 5 MST. Pengukuran
dilakukan menggunakan alat bantu leaf area meter LI-3000C. Jarak tanam
berpengaruh nyata terhadap peubah indeks luas daun (Lampiran 4). Berdasarkan
10
Tabel 4 tanaman dengan jarak tanam 40 cm x 25 cm memiliki indeks luas daun
terbesar dan berbeda nyata dengan jarak tanam lain. Suryadi et al. (2013)
menyatakan bahwa pada kerapatan tanaman yang lebih tinggi, jumlah tanaman per
satuan luas semakin banyak dan tajuk antar tanaman saling menutupi satu sama
lain dalam usaha untuk mendapatkan cahaya matahari sehingga akan
menghasilkan indeks luas daun yang besar.
Tabel 4 Indeks luas daun kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan frekuensi
pembumbunan
Perlakuan Indeks luas dauna
Jarak tanam
40 cm x 25 cm 0.39 a
50 cm x 25 cm 0.27 b
60 cm x 25 cm 0.22 bc
40 cm x 40 cm 0.17 cd
50 cm x 50 cm 0.18 cd
60 cm x 60 cm 0.11 d
Frekuensi pembumbunan
Dua kali 0.23
Tiga kali 0.22 aAngka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom perlakuan yang sama menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%
Daun memiliki peranan penting sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis
dalam tanaman. Indeks luas daun merupakan perbandingan antara satu sisi luas
daun terhadap luas lahan ternaungi yang merupakan jarak tanam. Indeks luas daun
menggambarkan nilai luasan daun tertentu yang digunakan untuk fotosintesis.
(Juliarina 2012). Indeks luas daun erat kaitannya dengan populasi tanaman, luas
daun, dan jumlah daun, karena indeks luas daun merupakan luas total daun per
unit luas lahan. Semakin rapat tanaman semakin besar indeks luas daunnya dan
semakin dikurangi daunnya (dipangkas) semakin berkurang indeks luas daunnya
(Asyiardi dan Nurnayetti 1995).
Fase Generatif
Fase generatif tanaman kacang bogor dimulai saat tanaman mulai berbunga
yaitu pada 6 MST. Bunga kacang bogor berwarna kuning dan tumbuh dari ruas-
ruas batang yang tumbuh menjalar. Menurut tabel sidik ragam (Lampiran 5, 6, 7)
perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh nyata pada peubah bobot
brangkasan kering per tanaman (BBK), bobot polong basah per tanaman (BPB),
bobot polong kering per tanaman (BPK), bobot biji per tanaman (BBJ), jumlah
polong bernas per tanaman (JPB), jumlah tanaman yang dipanen, bobot
brangkasan kering petak, bobot polong basah petak, bobot polong kering petak,
dan bobot biji petak, sedangkan frekuensi pembumbunan hanya memberikan
pengaruh nyata pada peubah bobot brangkasan kering per tanaman (BBK).
11
Bobot Brangkasan dan Polong per Tanaman
Bobot brangkasan kering per tanaman terbesar dimiliki oleh tanaman
dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm, tidak berbeda nyata dengan tanaman dengan
jarak tanam 60 cm x 25 cm dan 40 cm x 40 cm, namun berbeda nyata dengan
tanaman dengan jarak tanam lain. Hasil analisis juga menunjukkan tiga kali
pembumbunan menghasilkan bobot brangkasan kering per tanaman yang lebih
besar daripada dua kali pembumbunan. Selain itu dapat dilihat bahwa semakin
besar jarak antarbaris akan menghasilkan bobot brangkasan kering yang lebih
besar (Tabel 5).
Tabel 5 Bobot brangkasan kering (BBK), bobot polong basah (BPB), bobot
polong kering (BPK), dan bobot biji (BBJ) per tanaman kacang bogor
Perlakuan Peubah
BBKa BPB
a BPK
a BBJ
a
Jarak tanam -------------gram-------------
40 cm x 25 cm 21.99 c 95.00 c 25.63 d 17.00 d
50 cm x 25 cm 27.40 bc 108.75 bc 33.31 cd 22.06 cd
60 cm x 25 cm 32.73 ab 128.33 bc 46.67 bc 27.62 bc
40 cm x 40 cm 37.52 ab 101.67 bc 34.68 cd 23.16 cd
50 cm x 50 cm 27.80 bc 154.33 ab 49.49 b 35.19 b
60 cm x 60 cm 41.09 a 184.50 a 78.07 a 50.66 a
Frekuensi pembumbunan
Dua kali 26.90 b 128.94 42.22 27.89
Tiga kali 35.94 a 128.58 47.07 30.67 aAngka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom perlakuan yang sama menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%
Jarak tanam lebar memungkinkan akar tanaman dapat tumbuh dengan
leluasa tanpa terhalang akar lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Muliasari (2009)
yang menyatakan jarak tanam yang lebar memungkinkan akar tanaman tersebut
menjangkau lebih jauh untuk memperoleh unsur hara dan air dalam tanah,
akibatnya pertumbuhan akar lebih baik dengan jarak tanam yang lebih lebar
dibandingkan jarak yang lebih rapat. Hal ini menyebabkan bobot brangkasan yang
dihasilkan tanaman dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm paling besar.
Pada peubah bobot polong basah dan kering, serta bobot biji tanaman
dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm memiliki bobot yang nyata paling besar
dibandingkan dengan tanaman dengan jarak tanam lain. Daun-daun yang tumbuh
pada tanaman dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm tidak saling menutupi, sehingga
lebih efektif menyerap cahaya matahari yang kemudian digunakan dalam proses
fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat bagi tanaman. Menurut Salisbury dan
Ross (1995) pada tanaman yang mendapat cahaya yang lebih banyak, maka
intensitas cahaya yang diterima akan lebih tinggi dan akibatnya proses foto-
sintesis akan berjalan lebih cepat, sehingga suplai karbohidrat akan bertambah.
Tanaman dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm dapat tumbuh dengan
kompetisi atau persaingan yang lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman yang
ditanam dengan jarak tanam yang lebih rapat. Hal ini sejalan dengan pendapat
Harjadi (1996) yang menyatakan bahwa adanya persaingan yang intensif diantara
12
tanaman akan mengakibatkan terjadinya perubahan morfologi pada tanaman,
seperti sejumlah organ yang terbentuk berkurang sehingga berdampak kurang baik
terhadap perkembangan dan hasil tanaman.
Jumlah Polong Bernas, Hijau, dan Cipo per Tanaman serta Indeks Panen
Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah polong bernas terbanyak ada
pada tanaman dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm yang berbeda nyata dengan
perlakuan lain (Tabel 6). Seperti pada peubah bobot jarak tanam juga
memperngaruhi jumlah polong bernas pada kacang bogor. Kompetisi yang terjadi
tidak hanya mempengaruhi bobot polong, tetapi juga pada jumlah polong. Kari et
al. (1993) menyatakan bahwa jumlah polong per tanaman yang berubah
berdasarkan jarak tanam karena adanya persaingan dalam pengambilan zat hara
dan cahaya.
Tabel 6 Jumlah polong bernas (JPB), jumlah polong cipo (JPC), jumlah polong
hijau (JPH), dan indeks panen (IP) per tanaman kacang bogor
Perlakuan Peubah
JPBa JPC JPH IP
Jarak tanam
40 cm x 25 cm 20.9 d 0.7 1.5 0.53
50 cm x 25 cm 24.9 cd 0.7 0.9 0.56
60 cm x 25 cm 30.7 bc 0.9 0.9 0.58
40 cm x 40 cm 23.9 cd 0.9 3.6 0.49
50 cm x 50 cm 38.1 b 0.3 0.9 0.62
60 cm x 60 cm 49.9 a 1.1 1.5 0.65
Frekuensi pembumbunan
Dua kali 29.8 0.6 1.5 0.59
Tiga kali 33.0 0.9 1.5 0.56 aAngka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom perlakuan yang sama
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%
Polong cipo merupakan polong yang tidak berbiji atau hampa, sedangkan
polong hijau merupakan polong yang tidak tertimbun tanah sehingga berwarna
hijau. Polong cipo yang dihasilkan pada penelitian ini tidak banyak. Hal ini
dikarenakan waktu panen yang tepat. Menurut Atifach (1992) sifat pembentukan
polong pada kacang bogor pada buku-buku terujung/terluar terus berlangsung
sepanjang masa pertumbuhannya. Polong yang terakhir terbentuk akan banyak
yang belum terisi, sementara polong-polong yang terbentuk terlebih dahulu dan
berada di dekat pangkal cabang telah mencapai kematangannya dan siap untuk
dipanen.
Pada kacang tanah, polong terbentuk di dalam tanah, karena ginofornya
panjang dan masuk ke dalam tanah setelah terjadi proses pembuahan. Pada
tanaman kacang bogor, ginofor lebih pendek sehingga polong yang di permukaan
tanah berwarna hijau. Polong berwarna hijau sangat disukai tikus. Tindakan
pembumbunan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan menutup
polong agar cepat masak sangat diperlukan (Redjeki 2007). Hasil analisis
13
menunjukkan bahwa jarak tanam dan frekuensi pembumbunan tidak berpengaruh
nyata terhadap jumlah polong hijau.
Perhitungan indeks panen menggambarkan pembagian bahan kering oleh
tanaman pada hasil panen biologis dan hasil panen ekonomis atau
menggambarkan penimbunan bobot kering total tanaman. Indeks panen tinggi
menunjukan bahwa semakin banyak asimilat yang disalurkan ke bagian ekonomis
(Juliarina 2012). Hasil analisis menunjukkan jarak tanam tidak berpengaruh nyata
pada indeks panen, namun dapat dilihat terdapat kecenderungan semakin besar
jarak antarbaris akan menghasilkan indeks panen yang lebih besar.
Produksi Kacang Bogor
Pengamatan bobot polong basah dilakukan dengan menimbang seluruh
polong dari satu petak perlakuan lalu mengkoversinya ke dalam satuan hektar.
Tabel 7 menunjukkan tanaman dengan jarak tanam 50 cm x 25 cm memiliki bobot
polong basah terbesar dan hanya berbeda nyata dengan tanaman dengan jarak
tanam 60 cm x 60 cm.
Tabel 7 Produksi kacang bogor yang dikonversi ke hektar (Ha)
Perlakuan
Peubah
Bobot polong
basaha
Bobot polong
keringa
Bobot
bijia
Jarak tanam ------------------------ton ha-1
----------------------
40 cm x 25 cm 5.90 a 1.72 ab 1.15 a
50 cm x 25 cm 5.96 a 1.84 ab 1.19 a
60 cm x 25 cm 5.64 a 2.04 a 1.23 a
40 cm x 40 cm 5.69 a 1.95 ab 1.29 a
50 cm x 50 cm 5.20 a 1.52 bc 1.06 a
60 cm x 60 cm 3.15 b 1.13 c 0.74 b
Frekuensi
pembumbunan
Dua kali 5.33 1.68 1.10
Tiga kali 5.19 1.72 1.12 aAngka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom perlakuan yang sama
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%
Perhitungan bobot polong kering dilakukan dengan melakukan pengurangan
antara bobot polong basah dengan hasil perkalian kadar air yang diperoleh dari
perhitungan tanaman contoh dengan bobot polong basah dari masing-masing
petak perlakuan lalu mengkonversinya ke dalam satuan hektar. Berdasarkan
analisis data diketahui bahwa tanaman dengan jarak tanam 60 cm x 25 cm
memiliki bobot polong kering nyata lebih besar daripada tanaman dengan jarak
tanam 50 cm x 50 cm dan 60 cm x 60 cm.
Perhitungan bobot biji kering didapatkan dengan mengalikan persentase
bobot kulit kacang dengan bobot polong kering dari masing-masing peta lalu
mengkonversinya ke dalam satuan hektar. Hasil analisis data menunjukkan bobot
14
biji terbesar dihasilkan dari tanaman dengan jarak tanam 40 cm x 40 cm dan
hanya berbeda nyata dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm.
Tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 60 cm x 25 cm dan 40 cm x 40
cm memiliki jumlah tanaman yang dipanen lebih banyak dibandingkan dengan
yang ditanam dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm (Tabel 1). Jadi, meskipun pada
pengamatan peubah per tanaman (Tabel 5 dan Tabel 6) diketahui bahwa tanaman
yang ditanam dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm menghasilkan bobot dan jumlah
polong yang terbesar, tetap tidak dapat menyaingi jumlah tanaman yang dipanen
pada tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 60 cm x 25 cm dan 40 cm x 40
cm.
Kegiatan pembumbunan dilakukan pada budidaya kacang bogor guna
memberikan produksi yang lebih baik, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Kegiatan pembumbunan ini perlu dilakukan pada waktu dan frekuensi yang tepat
agar didapatkan hasil yang baik. Perlakuan frekuensi pembumbunan yang
digunakan hampir tidak berpengaruh untuk semua peubah kecuali pada peubah
bobot brangkasan kering. Hal ini diduga karena frekuensi yang digunakan kurang
intensif, selain itu juga bisa dikarenakan waktu dilakukan pembumbunan kurang
tepat.
Uji Korelasi Antar Karakter
Hubungan antara satu karakter dengan karakter lainnya perlu diketahui.
Karakter bobot polong dan jumlah polong bernas merupakan karakter produksi
yang diharapkan akan baik hasilnya dalam penelitian ini (Juwita 2012). Karakter
bobot polong dan jumlah polong bernas ini sulit diamati di lapang ketika tanaman
belum dipanen. Maka dari itu perlu diketahui karakter fenotip yang berkorelasi
dengan karakter bobot polong tersebut.
Tabel 8 menunjukkan bahwa karakter jumlah daun nyata berkorelasi
positif dengan lebar kanopi. Meskipun dalam penelitian ini tidak ditemukan
korelasi antara karakter jumlah daun, lebar kanopi, jumlah polong, dan bobot
polong, namun pada penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa jumlah daun
dan lebar kanopi berkorelasi positif dengan karakter jumlah dan bobot polong
(Damayanti 1991; Atifach 1992; Actaria 2012; Juwita 2012).
Karakter indeks luas daun berkorelasi negatif dengan bobot polong basah
dan bobot biji per tanaman. Hal tersebut terjadi karena pada indeks luas daun yang
besar kerapatan tanaman juga akan semakin tinggi dan pada kerapatan tanaman
yang tinggi kompetisi yang terjadi pada tanaman akan semakin tinggi pula yang
kemudian akan menghasilkan bobot polong basah dan bobot biji per tanaman
yang rendah.
Bobot brangkasan kering per tanaman nyata berkorelasi positif dengan
bobot polong basah dan jumlah polong hijau per tanaman. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin banyak fotosintat yang diakumulasikan di bagian
atas tanaman semakin banyak pula yang diangkut ke polong. Kasno et al. (1983)
menyatakan adanya korelasi positif antara bobot brangkasan basah per tanaman
dengan hasil pada kacang tanah.
15
Tab
el 8
Koef
isie
n k
ore
lasi
anta
r kar
akte
r ta
nam
an k
acan
g b
ogor
a JD
= j
um
lah
dau
n,
ILD
= i
nd
eks
luas
dau
n,
LK
= l
ebar
kan
op
i, B
BK
= b
ob
ot
bra
ngkas
an k
erin
g,
BP
B =
bo
bo
t po
lon
g b
asah
, B
PK
= b
ob
ot
po
lon
g k
erin
g,
BB
J =
bo
bo
t b
iji,
JP
B =
ju
mla
h
po
lon
g b
ern
as,
IP =
ind
eks
pan
en,
BP
BP
= b
ob
ot
po
lon
g b
asah
pet
ak,
BP
KP
= b
ob
ot
polo
ng k
erin
g p
etak
, B
BJP
= b
obo
t b
iji
pet
ak;
JPB
= j
um
lah
po
lon
g b
ern
as,
IP =
in
dek
s p
anen
, B
PB
P =
bo
bo
t p
olo
ng b
asah
pet
ak,
BP
KP
= b
obo
t p
olo
ng k
erin
g p
etak
, B
BJP
= b
ob
ot
bij
i p
etak
, (4
, 6
, 8
, 1
0, 1
2)
MS
T;
* =
ber
ko
rela
si n
yat
a p
ada
tara
f 5
%;
** =
ber
ko
rela
si n
yat
a p
ada
tara
f 1
%
Kar
akte
ra
JD 4
JD
6
JD 1
0
JD 1
2
LK
6
LK
8
LK
10
L
K 1
2
ILD
B
BK
B
PB
B
PK
B
BJ
JPB
JP
C
JPH
IP
B
PB
P
BP
KP
JD 6
0
.14
JD 1
0
-0.8
1*
0.4
6
JD 1
2
-0.7
6
0.5
3
0.9
9**
LK
6
-0.1
5
0.9
2*
0.6
6
0.7
1
LK
8
-0.9
5
0.1
0
0.9
2*
0.8
9*
0.3
4
LK
10
-0
.75
0.4
9
0.9
7**
0.9
6**
0.5
9
0.8
9*
LK
12
-0
.79
0.4
6
0.9
8**
0.9
7**
0.5
9
0.9
1*
0.9
9**
ILD
0
.55
-0.2
2
-0.6
6
-0.6
0
-0.2
3
-0.6
5
-0.7
7
0.7
7
BB
K
-0.5
3
0.1
6
0.5
9
0.5
9
0.0
7
0.6
7
0.7
5
-0.7
2
-0.7
4
BP
B
-0.3
7
-0.1
7
0.4
6
0.4
2
-0.1
9
0.6
5
0.6
1
0.6
0
-0.8
4*
0.8
9*
BP
K
-0.5
9
-0.7
8
-0.1
1
-0.2
1
-0.7
1
0.1
3
-0.0
9
-0.0
7
-0.2
1
0.1
2
0.4
3
BB
J -0
.44
-0.6
1*
0.0
6
-0.0
1
-0.6
3
0.4
1
0.1
8
0.1
7
-0.4
5*
0.5
3
0.7
3
0.8
9*
JPB
0
.47
-0.6
2
0.1
7
0.0
9
-0.5
7
-0.5
1
0.2
4
0.2
5
-0.4
4
0.4
8
0.6
9
0.9
2**
0.9
8**
JPC
0
.44
0.2
8
-0.2
4
-0.2
2
0.1
3
0.2
9
-0.2
1
-0.2
5
0.2
6
-0.3
3
-0.4
7
0.0
6
-0.0
4
-0.0
8
JPH
-0
.23
0.0
7
0.2
5
0.2
9
-0.1
3
0.3
5
0.4
4
0.3
9
-0.3
2
0.8
6*
0.6
4
0.0
6
0.4
7
0.3
8
-0.1
5
IP
0.0
1
-0.7
0
-0.4
2
-0.4
9
-0.6
3
-0.3
1
-0.4
8
-0.4
5
0.2
9
-0.4
3
-0.1
8
0.8
0
0.5
2
0.5
6
0.4
3
-0.3
3
BP
BP
-0
.58
0.3
9
-0.2
1
-0.1
5
0.4
6
-0.3
9
-0.4
7
-0.3
5
0.6
3
-0.7
0
-0.8
5*
-0.7
7
-0.9
6**
-0.9
2**
0.0
5
-0.5
9
-0.3
1
BP
KP
0
.54
0.3
3
-0.3
1
-0.2
5
0.3
7
-0.4
7
-0.4
5
-0.4
4
0.6
7
-0.7
2
-0.8
4*
-0.7
5
-0.9
5**
-0.9
2**
0.0
2
-0.5
7
-0.2
9
0.9
9**
BB
JP
0.5
5
0.3
3
-0.3
3
-0.2
6
0.3
5
-0.4
9
-0.3
7
-0.4
6
0.7
4
-0.7
1
-0.8
8*
-0.7
5
-0.9
3**
-0.9
1*
0.0
9
-0.5
2
-0.2
7
0.9
9**
0.9
9** 15
16
Bobot polong basah dan jumlah polong bernas per tanaman berkorelasi
negatif dengan bobot polong basah dan kering serta bobot biji petakan. Keadaan
ini berkaitan kembali dengan jarak tanam yang digunakan. Tanaman yang ditanam
dengan jarak tanam 40 cm x 25 cm, 50 cm x 25 cm, dan 60 cm x 25 cm
menghasilkan bobot dan jumlah polong per tanaman yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 40 cm x 40 cm,
50 cm x 50 cm, dan 60 cm x 60 cm karena kompetisi yang terjadi lebih kuat. Hal
yang berkebalikan terjadi yaitu tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 40 cm
x 25 cm, 50 cm x 25 cm, dan 60 cm x 25 cm menghasilkan bobot dan jumlah
polong lebih tinggi jika ditinjau dari setiap petakan perlakuan. Hal ini berkaitan
dengan lebih banyaknya jumlah tanaman. Tanaman yang ditanam dengan jarak
tanam 40 cm x 25 cm, 50 cm x 25 cm, dan 60 cm x 25 cm jumlahnya lebih
banyak sehingga dapat menghasilkan bobot dan jumlah polong yang lebih tinggi
dibandingkan yang ditanam dengan jarak tanam 40 cm x 40 cm, 50 cm x 50 cm,
dan 60 cm x 60 cm.
Bobot polong kering per tanaman nyata berkorelasi positif dengan bobot
biji per tanaman dan jumlah polong bernas per tanaman. Hal ini berarti semakin
banyak jumlah polong bernas pada tanaman, akan semakin besar bobot polong
kering dan bobot bijinya. Elia (1985) menyatakan bahwa jumlah polong dan
jumlah cabang per tanaman merupakan komponen hasil yang penting pada kacang
bogor. Bobot polong basah petakan nyata berkorelasi positif dengan bobot polong
kering dan bobot biji petakan. Bobot polong kering petakan nyata berkorelasi
positif dengan bobot biji petakan. Hal ini berarti semakin besar bobot polong
basah dan kering petakan akan semakin besar pula bobot biji yang dihasilkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Jarak tanam 60 cm x 60 cm memberikan potensi pertumbuhan dan hasil
yang paling baik jika dilihat dari tiap individu tanaman. Jarak tanam 60 cm x 25
cm dan 40 cm x 40 cm memberikan pertumbuhan dan produksi yang paling baik
dibandingkan jarak tanam lain. Frekuensi pembumbunan yang digunakan belum
memberikan pengaruh pada peubah-peubah yang diamati.
Saran
Perlu dilakukan penentuan waktu yang tepat untuk dilakukan pengamatan
suatu peubah agar dapat memberikan hasil yang lebih akurat. Perlu dicari pula
frekuensi dan waktu pembumbunan yang berbeda dengan yang sudah pernah
diteliti sehingga didapatkan frekuensi dan waktu pembumbunan yang tepat untuk
memberikan hasil yang lebih baik lagi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Actaria D. 2012. Evaluasi galur-galur kacang bogor (Vigna subterranea (L.)
Verdcourt) asal Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Amarteifio JO dan Maholoo D. 1998. The chemical composition of four legumes
consumed in Botswana. Journal of Food Composition and Analysis. 11:281-
288.
Asyiardi dan Nurnayetti. 1995. Pengaruh jarak barian tanam dan pemangkasan
daun bawah tanaman jagung dalam tumpangsari dengan kacang tanah terhadap
efisiensi radiasi surya dan produksi. Risalah Seminar Balittan Sukarami.
8:104-115.
Atifach A. 1992. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan fosfor terhadap
pertumbuhan dan hasil kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Vercourt)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Baudoin JP, Mergeai G. 2001. Grain Legumes in Crop Production in Tropical
Africa. Accra (GN).
Brink M, Ramolemana GM, Sibuga KP. 2006. In: Brink M, Belay G, editors.
Vigna subterranea (L.) Verdcourt. Plant Resources of Tropical African
Cereals and Pulses; Wagenigen, Netherlands. Wagenigen (NL): PROTA
Foundat, p 213-218.
Damayanti A. 1991. Pengaruh pemiloahan warna benih terhadap hasil dan
komponen hasil (Vigna subterranea (L.) Verdcourt). Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Deshpande SS, Damodaran S. 1990. Food legumes: chemistry and technology.
Adv Cer Sci Tech. (10):147-241.
Doku EV. 1995. Conservation and Improvement of Bambara Groundnut (Vigna
subterranea (L.) Verdc). Harare (ZW): University of Ghana.
Elia FM. 1985. Variability for yield and seed yield components in Bambara
groundnut (Voandzeia subterranea Thoars). Trop. Grain Legume Bull. 31:39-
44.
Gibbon D, Pain A. 1985. Crops of the Drier Regions of the Tropics. London
(GB): Longman.
Harjadi SS. 1991. Pengantar Agronomi. Jakarta (ID): PT. Gramedia.
Hasanuddin, Bahri L, Adrizal. 1999. Analisis pertumbuhan tanaman kedelai pada
berbagai varietas, jarak tanam dan pemupukan. Agrista. 3(1):47-52.
Juliarina NWS. 2012. Kapasitas fotosintesis 5 varietas kacang tanah dalam
hubungannya dengan produktivitas [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Juwita L. 2012. Pembentukan populasi dasar untuk perbaikan produksi kacang
bogor (Vigna subterranea (L.) verdcourt) asal Dramaga, Sukabumi, dan Parung
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kasno A, Bari A, Mattjik AA, Solahuddin S, Somaatmadja S dan Subandi. 1987.
Telaah interaksi genotipe x lingkungan pada kacang tanah, 1. Pendugaan
parameter genetik hasil dan komponen hasil kacang tanah (Arachis hypogea
(L.) Merr). Penelitian Palawija. 2(2):81-88.
Linnemann AR, Azam-Ali S. 1993. Bambara Groundnut (Vigna subterranea).
Williams, editor. London (GB): Chapman and Hall.
18
Muliasari AA. 2009. Optimasi jarak tanam dan umur bibit pada padi sawah
(Oryza sativa L.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ocran VK, Delimini LL, Asuboah RA, Asiedu EA. 1998. Seed Management
Manual for Ghana. Accra (GN): MOFA.
Purseglove JW. 1992. Tropical Crops (Dicotyledons). London (GB): Longman.
Redjeki ES. 2007. Pertumbuhan dan hasil tanaman kacang bogor (Vigna
subterranea (L.) Verdcourt) galur Gresik dan Bogor pada berbagai jenis biji.
Seminar Nasional Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah Kompetitif
[internet]; 2007 Agustus 1-2; Bogor Indonesia. Bogor (ID): Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Gresik. Hlm 114-118; [diunduh 2013
Sept 10]. Tersedia pada: http://www.agrohort.ipb.ac.id/downloads/Prosiding
%20Hibah%20Insentif%202007%20%28Purnabakti%20Prof.%20Jajah%20
Koswara%29/Redjeki.pdf
Ridwan LB, Adrizal. 1997. Pengaruh sistem jarak tanam dan pengendalian gulma
pada kacang tanah. Stigma. 5(1):125-129.
Salisbury FB dan CW Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid II. Lukman DR,
Sumaryono, penerjemah. Bandung (ID): ITB Bandung. Terjemahan dari:
Plant Phisiology.
Suryadi, Setyobudi L, Soelistyono. 2013. Kajian intersepsi cahaya matahari pada
kacang tanah (Arachis hypogaea L.) diantara tanaman melinjo menggunakan
jarak tanam berbeda. Jurnal Produksi Tanaman. 1(4):42-50.
Sutarno H. 1993. Kacang bogor. Di dalam: Naiola, Siregar M, editor.
Pendayagunaan Tanaman kacang-kacangan pada Lahan Kritis; Bogor,
Indonesia. Bogor (ID): Yayasan PROSEA-MAB Indones. hlm 17-19.
Sobariah L. 1999. Uji adaptasi dan pengaruh jarak tanam terhadap sorgum manis
(Sorghum bicolor (L.) Moench) varietas RIO, RGV, dan Cowley pada lahan
kering iklim basah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tindall HD. 1997. Vegetables in the Tropics. London(GB): Macmillan.
Turmudi E, Gonggo B, Irwan M. 1996. Keragaan jagung manis pada berbagai
kerapatan tanaman dalam sistem tumpang sari dengan cabe merah [catatan
penelitian]. Penelitian UNIB. (7):14-18.
Turmudi E, Suprijono E. 2004. Pertumbuhan dan hasil tanaman kacang bogor
pada berbagai tingkat kerapatan tanaman dan frekuensi penyiangan [catatan
penelitian]. Penelitian UNIB. (10):1-10.
Tweneboah CK. 2000. Modern Agriculture in the Tropics Food Crops. Accra
(GN): Co-wood.
Zaubin M. 1985. Pengaruh tumpang sari jagung, kacang panjang, dan populasi
terhadap produksi bawang putih (Allium sativum L.) [catatan penelitian].
Jember (ID): Fakultas Pertanian Universitas Jember.
19
Lampiran 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jarak tanam dan frekuensi
pembumbunan terhadap peubah fase vegetatif dan generatif kacang
bogor
Peubah Jarak
tanam
Frekuensi
pembubunan Interaksi KK
Jumlah daun per tanaman
4 MST * tn tn 13.93
6 MST tn tn tn 12.33
8 MST tn tn tn 23.44
10 MST * tn tn 11.93
12 MST * tn tn 9.93
Lebar kanopi per tanaman
4 MST tn tn tn 12.87
6 MST tn tn tn 6.96
8 MST * tn tn 5.63
10 MST ** tn tn 4.26
12 MST ** tn tn 4.28
Indeks luas daun ** tn tn 29.08
Bobot brangkasan kering
per tanaman * ** tn 28.70
Bobot polong basah per
tanaman * tn tn 22.98
Bobot polong kering per
tanaman ** tn tn 30.21
Bobot biji per tanaman ** tn tn 29.33
Jumlah polong bernas per
tanaman ** tn tn 21.68
Jumlah polong cipo per
tanaman tn tn tn 117.75
Jumlah polong hijau per
tanaman tn tn tn 115.53
Indeks panen tn tn tn 19.82
Jumlah tanaman dipanen ** tn tn 26.29
Persentase jumlah tanaman
dipanen tn tn tn 22.58
Bobot polong basah petak ** tn tn 23.76
Bobot polong kering petak * tn tn 24.19
Bobot biji petak * tn tn 24.14
20
Lampiran 2 Sidik ragam pengaruh jarak tanam dan frekuensi pembumbunan
terhadap jumlah daun kacang bogor
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah
F
hitung Pr > f
4 MST
Ulangan 2 19.29291667 9.64645833 7.14 0.0041
Jarak tanam (JT) 5 20.92812500 4.18562500 3.10 0.0289
Bumbun 1 3.27006944 3.27006944 2.42 0.1341
JT*bumbun 5 3.99034722 0.79806944 0.59 0.7073
Galat 22 29.73541667 1.35160985
Total 35 77.21687500
6 MST
Ulangan 2 199.0029167 99.5014583 12.79 0.0002
Jarak tanam (JT) 5 51.4647917 10.2929583 1.32 0.2910
Bumbun 1 31.2667361 31.2667361 4.02 0.0574
JT*bumbun 5 35.5870139 7.1174028 0.91 0.4896
Galat 22 171.1454167 7.7793371
Total 35 488.4668750
8 MST
Ulangan 2 261.2000222 130.6000111 1.30 0.2934
Jarak tanam (JT) 5 796.8998472 159.3799694 1.58 0.2062
Bumbun 1 128.1801361 128.1801361 1.27 0.2713
JT*bumbun 5 261.3328472 52.2665694 0.52 0.7590
Galat 22 2214.738578 100.669935
Total 35 3662.351431
10 MST
Ulangan 2 30.8143056 15.4071528 0.33 0.7223
Jarak tanam (JT) 5 888.9453472 177.7890694 3.81 0.0123
Bumbun 1 10.6167361 10.6167361 0.23 0.6381
JT*bumbun 5 64.4770139 12.8954028 0.28 0.9212
Galat 22 1026.774028 46.671547
Total 35 2021.627431
12 MST
Ulangan 2 20.4954167 10.2477083 0.28 0.7576
Jarak tanam (JT) 5 677.7033333 135.5406667 3.72 0.0137
Bumbun 1 8.3136111 8.3136111 0.23 0.6376
JT*bumbun 5 54.9413889 10.9882778 0.30 0.9067
Galat 22 801.821250 36.446420
Total 35 1563.275000
21
Lampiran 3 Sidik ragam pengaruh jarak tanam dan frekuensi pembumbunan
terhadap lebar kanopi kacang bogor
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah
F
hitung
Pr > f
4 MST
Ulangan 2 68.23722222 34.11861111 2.32 0.1222
Jarak tanam (JT) 5 52.94472222 10.58894444 0.72 0.6162
Bumbun 1 3.93361111 3.93361111 0.27 0.6105
JT*bumbun 5 6.73138889 1.34627778 0.09 0.9928
Galat 22 324.0761111 14.7307323
Total 35 455.9230556
6 MST
Ulangan 2 152.4266667 76.2133333 7.89 0.0026
Jarak tanam (JT) 5 42.0358333 8.4071667 0.87 0.5166
Bumbun 1 0.6136111 0.6136111 0.06 0.8033
JT*bumbun 5 18.3913889 3.6782778 0.38 0.8564
Galat 22 212.4600000 9.6572727
Total 35 425.9275000
8 MST
Ulangan 2 250.3444667 125.1722333 14.19 0.0001
Jarak tanam (JT) 5 150.6220000 30.1244000 3.41 0.0196
Bumbun 1 0.5088444 0.5088444 0.06 0.8124
JT*bumbun 5 37.5455556 7.5091111 0.85 0.5287
Galat 22 194.1051333 8.8229606
Total 35 633.1260000
10 MST
Ulangan 2 10.3105556 5.1552778 0.86 0.4361
Jarak tanam (JT) 5 321.0747222 64.2149444 10.74 <.0001
Bumbun 1 11.4469444 11.4469444 1.91 0.1804
JT*bumbun 5 27.6680556 5.5336111 0.93 0.4835
Galat 22 131.5827778 5.9810354
Total 35 502.0830556
12 MST
Ulangan 2 24.6861681 12.3430840 1.88 0.1765
Jarak tanam (JT) 5 289.6960868 57.9392174 8.82 0.0001
Bumbun 1 20.4078063 20.4078063 3.11 0.0919
JT*bumbun 5 29.0961979 5.8192396 0.89 0.5073
Galat 22 144.5658486 6.5711749
Total 35 508.4521076
22
Lampiran 4 Sidik ragam pengaruh jarak tanam dan frekuensi pembumbunan
terhadap indeks luas daun kacang bogor
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah
F
hitung
Pr > f
Ulangan 2 0.02585828 0.01292914 3.06 0.0674
Jarak tanam (JT) 5 0.29220713 0.05844143 13.81 <.0001
Bumbun 1 0.00108878 0.00108878 0.26 0.6170
JT*bumbun 5 0.01416200 0.00283240 0.67 0.6507
Galat 22 0.09307878 0.00423085
Total 35 0.42639498
Lampiran 5 Sidik ragam Sidik ragam pengaruh jarak tanam dan frekuensi
pembumbunan terhadap bobot brangkasan kering, bobot polong
basah, bobot polong kering, dan bobot biji per tanaman kacang bogor
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah
F hitung Pr > f
Bobot brangkasan kering
Ulangan 2 618.829739 309.414869 3.91 0.0353
Jarak tanam (JT) 5 1504.174014 300.834803 3.80 0.0124
Bumbun 1 734.500336 734.500336 9.27 0.0059
JT*bumbun 5 626.440014 125.288003 1.58 0.2065
Galat 22 1742.286994 79.194863
Total 35
5226.231097
Bobot polong basah
Ulangan 2 7717.59722 3858.79861 1.97 0.1631
Jarak tanam (JT) 5 36211.86806 7242.37361 3.70 0.0140
Bumbun 1 1.17361 1.17361 0.00 0.9807
JT*bumbun 5 10389.03472 2077.80694 1.06 0.4079
Galat 22 43056.56944 1957.11679
Total 35 97376.24306
Bobot polong kering
Ulangan 2 3.39734 1.69867 0.01 0.9894
Jarak tanam (JT) 5 10402.72188 2080.54438 13.00 <.0001
Bumbun 1 212.33347 212.33347 1.33 0.2617
JT*bumbun 5 1144.63401 228.92680 1.43 0.2524
Galat 22 3519.89099 159.99505
Total 35 15282.97770
Bobot biji
Ulangan 2 2.779672 1.389836 0.02 0.9787
Jarak tanam (JT) 5 4410.521989 882.104398 13.68 <.0001
Bumbun 1 69.500011 69.500011 1.08 0.3105
JT*bumbun 5 813.560822 162.712164 2.52 0.0597
Galat 22 1418.756328 64.488924
Total 35 6715.118822
23
Lampiran 6 Sidik ragam pengaruh jarak tanam dan frekuensi pembumbunan
terhadap jumlah polong bernas, jumlah polong cipo, jumlah polong
hijau, dan indeks panen per tanaman
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah
F hitung Pr > f
Jumlah polong bernas
Ulangan 2 5.723889 2.861944 0.07 0.9360
Jarak
tanam (JT)
5 3569.014722 713.802944 16.54 <.0001
Bumbun 1 93.766944 93.766944 2.17 0.1546
JT*bumbun 5 329.668056 65.933611 1.53 0.2219
Galat 22 949.309444 43.150429
Total 35 4947.483056
Jumlah polong cipo
Ulangan 2 0.87500000 0.43750000 0.54 0.5880
Jarak
tanam (JT)
5 2.15250000 0.43050000 0.54 0.7473
Bumbun 1 0.61361111 0.61361111 0.76 0.3918
JT*bumbun 5 2.29472222 0.45894444 0.57 0.7216
Galat 22 17.69166667 0.80416667
Total 35 23.62750000
Jumlah polong hijau
Ulangan 2 3.01166667 1.50583333 0.50 0.6124
Jarak
tanam (JT)
5 32.06583333 6.41316667 2.14 0.0990
Bumbun 1 0.00694444 0.00694444 0.00 0.9621
JT*bumbun 5 1.08138889 0.21627778 0.07 0.9958
Galat 22 66.0616667 3.0028030
Total 35 102.2275000
Indeks panen
Ulangan 2 0.01983889 0.00991944 0.77 0.4752
Jarak
tanam (JT)
5 0.11082222 0.02216444 1.72 0.1719
Bumbun 1 0.01137778 0.01137778 0.88 0.3576
JT*bumbun 5 0.04138889 0.00827778 0.64 0.6699
Galat 22 0.28349444 0.01288611
Total 35 0.46692222
24
Lampiran 7 Sidik ragam pengaruh jarak tanam dan frekuensi pembumbunan
terhadap bobot polong basah, bobot polong kering, dan bobot biji
kacang bogor per perlakuan
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah
F hitung Pr > f
Bobot polong basah per perlakuan
Ulangan 2 0.32521667 0.16260833 0.19 0.8322
Jarak
tanam (JT)
5 19.12429167 3.82485833 4.36 0.0066
Bumbun 1 0.13080278 0.13080278 0.15 0.7032
JT*bumbun 5 2.57618056 0.51523611 0.59 0.7099
Galat 22 19.31238333 0.87783561
Total 35 41.46887500
Bobot polong kering per perlakuan
Ulangan 2 0.05051667 0.02525833 0.27 0.7690
Jarak
tanam (JT)
5 1.83535833 0.36707167 3.86 0.0116
Bumbun 1 0.00422500 0.00422500 0.04 0.8349
JT*bumbun 5 0.57982500 0.11596500 1.22 0.3328
Galat 22 2.09075000 0.09503409
Total 35 4.56067500
Bobot biji per perlakuan
Ulangan 2 19960.6951 9980.3476 0.25 0.7835
Jarak
tanam (JT)
5 663539.5045 132707.9009 3.28 0.0231
Bumbun 1 2264.5226 2264.5226 0.06 0.8152
JT*bumbun 5 275352.0943 55070.4189 1.36 0.2768
Galat 22 890112.233 40459.647
Total 35 1851229.049
25
Lampiran 8 Data curah hujan wilayah Darmaga Februari-Juli 2013
Lokasi : Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor
Lintang : 06º31' LS
Bujur : 106º44' BT
Elevasi : 207 m
Tanggal Februari Maret April Mei Juni Juli
------------------------------curah hujan (mm)----------------------------------------
1 4.0 2.0 32.2 - TTU 18.3
2 - - - 85.9 - 1.9
3 3.3 TTU 5.2 - - 12
4 - 6.0 0.2 TTU 26.1
5 55.0 71.5 24.4 - 1.1 12.6
6 60.5 0.9 TTU - 1 0.5
7 5.0 1.6 9.2 - 1 -
8 53.9 - 8.3 5 - -
9 0.2 25.6 TTU 6.6 2.7 1.8
10 1.1 18.1 4.9 11.7 0.8 49.3
11 8.2 1.4 1.5 95.6 11.5 -
12 49.3 TTU 0.1 73 4.3 92.7
13 96.5 0.6 4.2 0.1 0.5 TTU
14 3.2 TTU TTU - 0.3 10
15 10.0. TTU 26.7 - - TTU
16 0.4 12.5 4.2 TTU - 11.6
17 5.3 16.2 1 0.4 TTU 5.5
18 1.2 0.1 35.2 29.1 0.2 1.9
19 12.5 - 12.2 - TTU 21.4
20 2.6 22.0 1.5 7.2 TTU -
21 7.8 4.5 - - - 3
22 0.5 - 1.8 TTU TTU 43
23 3.5 TTU 19.1 TTU - 16.4
24 16.9 62.6 0.8 4.5 - -
25 5.3 9.5 - 3.6 - -
26 - TTU 2.5 0.3 - 3
27 - TTU 17.2 7 36.5 0.6
28 TTU 10.1 3.6 4.6 2.3 6.8
29 7.3 - TTU - -
30 17.3 - 41.2 0.1 8
31 - 23.5 13.8 a(-) Tidak ada hujan; (TTU) Curah hujan tidak terukur
26
Lampiran 9 Keragaan per tanaman kacang bogor pada umur 8 MST pada
beberapa jarak tanam
27
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 23 Februari 1991 dari ayah Adang
Sukanta dan ibu Resnapsih Nilawidyanti. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga
bersaudara. Penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 4 Bogor pada tahun 2006
dan SMA Negeri 5 Bogor pada tahun 2009.
Tahun 2009 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI dan diterima di
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Penulis pernah aktif
dalam acara Farmer Field Day.