pertemuan ke 7-Imitasi.ppt

Post on 10-Dec-2015

266 views 6 download

Transcript of pertemuan ke 7-Imitasi.ppt

PENGEMBANGAN TEORI BELAJAR PERILAKU

“PERSPEKTIF TEORI IMITASI” “JULIAN ROTTER”

Sulastry Pardede M. Psi

Pertemuan ke 7

Imitasi

Imitasi yaitu proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik sikap penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa-apa yang dimilikinya. Imitasi pertama kali muncul di lingkungan keluarga, kemudian lingkungan tetangga dan lingkungan masyarakat.

Sedangkan dari wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Imitasi  adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan indera sebagai penerima rangsang

Imitasi

Menurut Tarde faktor imitasi ini merupakan satu-satunya faktor yang mendasari atau melandasi interaksi sosial. Seperti yang dikemukakan oleh Gerungan (1966:36). Imitasi tidak berlangsung secara otomatis melainkan dipengaruhi oleh sikap menerima dan mengagumi terhadap apa yang diimitasi.

Untuk mengadakan imitasi atau meniru ada faktor psikologis lain yang berperan. Dengan kata lain imitasi tidak berlangsung secara otomatis, tetapi ada faktor lain yang ikut berperan, sehingga seseorang mengadakan imitasi.

Bagaimana orang dapat mengimitasi sesuatu jika orang yang bersangkutan tidak mempunyai sikap menerima terhadap apa yang diimitasi itu. Dengan demikian untuk mengimitasi sesuatu perlu adanya sikap menerima, ada sikap mengagumi terhadap apa yang diimitasi itu, karena itu imitasi tidak berlangsung dengan sendirinya.

Contoh dari imitasi adalah bahasa; anak belajar berbahasa melalui peniruan terhadap orang lain selain itu mode-mode yang melanda masyarakat berkembang karena faktor imitasi.

Imitasi dapat mendorong seseorang untuk berbuat baik. Pada buku Psikologi Pendidikan dijelaskan bahwa: “Sikap seseorang yang berusaha meniru bagaimana orang yang merasakan keadaan orang lain maka ia berusaha meniru bagaimana orang yang merasakan sakit, sedih, gembira, dan sebagainya. Hal ini penting didalam membentuk rasa kepedulian sosial seseorang” (Purwanto, 1999 : 65). Sedangkan ahli lain mengatakan pula bahwa: “Anak-anak yang meniru keadaan orang lain, akan cenderung mampu bersikap sosial, daripada yang tidak mampu meniru keadaan orang lain” (Nawawi, 2000 : 42). 

Dari kedua pendapat tersebut diatas, jelaslah bahwa imitasi dapat mempengaruhi sikap sosial seseorang, dimana seseorang yang berusaha meniru (imitasi) keadaan orang lain akan lebih peka dalam merasakan keadaan orang lain, apakah orang sekitarnya itu dalam keadaan susah, senang ataupun gembira.

Perspektif Teori Belajar Sosial “Julian Rotter”

TEORI JULIAN ROTTER

Perilaku tidak terjadi dalam ruang hampa. Seseorang akan terus memberikan reaksi

terhadap aspek-aspek lingkungan eksternal dan internalnya.

Rotter, Bandura, dan Skinner sepakat bahwa sebagian perilaku bisa dipelajari.

Rotter nampaknya melihat bagian luar dan dalam suatu organisme, yakni penguatan dan proses-proses kognitif dalam, guna menjelaskan perilaku

TEORI JULIAN ROTTER

Rotter menyebut karyanya sebagai teori kepribadian “pembelajaran-sosial” untuk menunjukkan kepercayaannya bahwa kita bisa mempelajari perilaku kita melalui pengalaman sosial kita.

Kita merasakan diri kita sebagai seseorang yang memiliki kesadaran, mampu mempengaruhi pengalaman kita dan mengambil keputusan yang bisa mengatur kehidupan kita.

TEORI JULIAN ROTTER

Kepribadian akan terus mengalami perubahan sebagai akibat dari penampakan pengalaman baru kita.

kepribadian juga memiliki tingkat stabilitas atau kontinuitas tinggi sebab ini dipengaruhi oleh pengalaman kita sebelumnya.

mengintegrasikan dua kecenderungan terpisah dan penting dalam riset kepribadian: teori-teori penguatan dan teori-teori kognitif.

Konsep-Konsep Dasar Teori Pembelajaran-Sosial

Potensi PerilakuPotensi perilaku mengacu pada kemungkinan bahwa perilaku tertentu akan terjadi dalam sebuah situasi tertentu.

Expectancy (pengharapan)Kepercayaan individu bahwa dia berperilaku secara khusus pada situasi yang diberikan yang akan diikuti oleh penguatan yang telah diprediksikan.

Konsep-Konsep Dasar Teori Pembelajaran-Sosial

Nilai penguatan(reinforcement value)tingkat pilihan untuk satu reinforcement sebagai ganti yang lain.

Situasi Psikologiskita secara terus menerus memberikan reaksi pada lingkungan internal maupun lingkungan eksternal kita. Selanjutnya masing-masing lingkungan ini secara konstan saling mempengaruhi yang lain.

Konsep-konsep teori pembelajaran-sosial yang lebih luas

Kebebasan BergerakHarapan yang besar akan memberikan kebebasan bergerak yang luas, sementara harapan yang kecil juga berakibat pada kebebasan bergerak yang sempit

Tingkat Tujuan Minimal penguatan adalah suatu rangkaian yang terjadi terus-menerus, dimana rangkaian mulai dari penguatan yang sangat diinginkan hingga penguatan yang sangat tidak diinginkan

Konsep-konsep teori pembelajaran-sosial yang lebih luas

Motivasi PrilakuRotter percaya bahwa semua prilaku memiliki aspek langsung; yaitu diarahkan untuk tujuan tertentu. Aspek prilaku kita secara langsung didapatkan dari efek-efek penguatan dan menjelaskan kemampuan kita untuk merespon secara selektif terhadap tanda-tanda lingkungan dan menunjukkan prilaku pilihan

Rotter mengajukan enam kategori kebutuhan, antara lain:

1. Pengakuan-Status Kebutuhan untuk dianggap kompeten atau baik

dalam aktivitas profesional, sosial pekerjaan, atau permainan; kebutuhan untuk memperoleh posisi sosial atau kerja – yakni lebih terlatih atau lebih baik daripada yang lainnya

2. Proteksi-Dependensi Kebutuhan untuk mendorong orang lain atau

kelompok orang untuk mencegah frustrasi atau hukuman, atau untuk memberikan kepuasan kebutuhan orang lain

Rotter mengajukan enam kategori kebutuhan, antara lain:

3. Dominasi Kebutuhan untuk mengarahkan atau mengontrol

tindakan-tindakan orang lain, termasuk anggota-anggota keluarga dan teman, kebutuhan untuk melakukan tindakan yang dilakukan oleh orang lain sebagaimana yang ia sarankan.

4. Independensi Kebutuhan untuk membuat keputusan sendiri dan

bergantung pada diri sendiri, bersama-sama dengan kebutuhan untuk mengembangkan skill untuk memperoleh kepuasan secara langsung, tanpa mediasi dari orang lain

Rotter mengajukan enam kategori kebutuhan, antara lain:

5. Cinta dan afeksi Kebutuhan untuk diterima dan disukai oleh

individu-individu lain, yang bertentangan dengan kebutuhan untuk pengakuan-status, bukan yang berhubungan dengan posisi sosial atau profesional namun mencari rasa hormat dari orang lain.

6. Kenyamanan fisik Kebutuhan terpelajari terhadap kepuasan fisik

yang berhubungan dengan pemerolehan keamanan

TERIMA KASIHSulastry Pardede M.Psi