Post on 04-Feb-2018
PERSEPSI PARA GURU TENTANG
PERPAJAKAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN
ORANG PRIBADI ATAS DANA BANTUAN
OPERASIONAL SEKOLAH
(Studi Kasus SDN & SMPN Se-Jakarta Barat)
Disusun Oleh :
FARID MUHARAM
(103082029456)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2010
PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN DAN
PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI ATAS DANA
BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
(Studi Kasus SDN dan SMPN Se-Jakarta Barat)
Skripsi
Diajukan Kepada fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
FARID MUHARAM NIM: 103082029456
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS Rini, SE, Ak, MSi
NIP. 195706171985031002 NIP. 19760315200501002
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010
PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN DAN
PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI ATAS DANA
BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
(Studi Kasus SDN dan SMPN Se-Jakarta Barat)
Skripsi
Diajukan Kepada fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
FARID MUHARAM NIM: 103082029456
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS Rini, SE, Ak, MSi NIP. 195706171985031002 NIP. 19760315200501002
Penguji I Penguji II
Dr. Amillin, SE, Ak. MSi Afif Sulfa, SE, Ak, Msi
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010
Hari ini Kamis Tanggal Enam Belas Bulan April Tahun Dua Ribu Sembilan. telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Farid Muharam dengan NIM :
103082029456 dengan judul skripsi ”PERSEPSI PARA GURU TENTANG
PERPAJAKAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ORANG
PRIBADI ATAS DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH” (Studi
Kasus SDN dan SMPN Se-Jakarta Barat). Memperhatikan penampilan mahasiswa
tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Univesitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 April 2009
Tim Penguji Komprehensif
Dr. Amillin, SE, Ak. MSi Hepi Prayudiawan, SE, Ak, MM
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BIODATA
Nama : Farid Muharam
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Oktober 1983
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Komp. Deplu Caraka Buana Blok C3 RT 01 RW 06
No. 24 Jurang Mangu Timur
Email : fuarid@yahoo.com
Telepon : 081310753594/021-92143201
Motto : Sebaik-baiknya Manusia adalah yang Bermanfaat
Untuk Manusia
PENDIDIKAN
1990 – 1996 : Tamat SD Cendrawasih, Jak-sel
1996 – 1999 : Tamat SLTP PGRI 13 Menteng, Jak-pus
1999 – 2003 : Tamat MA. Al-Ghifharri, Bogor
1999 – 2003 : Tamat Pondok Pesantren Modern Al- Ghifharri, Bogor
2003 – 2010 : Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Jurusan Akuntansi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
PENGGALAMAN ORGANISASI
• Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
• Departemen Olahraga dan Kesenian Badan Eksekutif Mahasiswa UIN
Syarif hidayatullah Jakarta (2004 – 2005).
• Ketua Ikatan Keluarga Mesjid Al – Ghifhari (IKMAL)Tahun (2002–
2003).
ABSTRACT
The purpose of this research is to know and measure the perception of tax and
witholding of personal income tax to operational of assistance funds in school. To
analyze the perseption, the researcher uses statistic descriptive analyzs.
This research used random sampling in determaining samples, that is ransoming
to 300 samples of teachers, the result is the following analysis:
The elemetery’s and junior’s high school teachers tend to understand the
witholding personal income tax to operational of assistance funds in school.
Spreading questionnaire was done in eigth places of sub district of west Jakarta,
about 300 questionnaires gave out to the teachers that was obliged to pay
personal income tax from operationl of assistance funds in school. Then each
question points is taste with validity and reliability test, so yielded valid result and
reliable result. Each questions was analyzed with refer to answer result of
respondents.
Based on the data which the writer got from the result of questionnaire which
distributed to eight sub district in west Jakarta (for the sake of getting a valid
result). After analyzing and processing the data by using SPSS program, the the
writer get significant result that the teacher tend to understand of tax and
witholding of personal income tax to operational of assistance funds in school. It
can be conclude that the teacher having positive for tax and witholding personal
income tax to operational of assistance funds in school.
Key words: Personal Income Tax, Operasional of Assistance Funds in School
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengukur persepsi para guru
terhadap perpajakan dan pemotongan pajak penghasilan orang pribadi atas dana
Bantuan Operasional Sekolah. Untuk menganalisis persepsi tersebut dilakukan
dengan mengunakan analisis statistik deskriptif.
Dalam penentuan sampel digunakan random sampling yang diacak untuk
dijadikan sampel yang berjumlah 300 guru SDN dan SMPN dengan menghasilkan
sebuah analisa yaitu:
Para guru SDN dan SMPN se-Jakarta Barat cenderung mengetahui dan
memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas
honorarium yang menjadi objek pajak dari dana BOS.
Penyebaran kuesioner dilakukan dengan menyebarkan di 8 titik kecamatan di
wilayah Jakarta Barat sebanyak 300 kuesioner ke para guru yang telah terkena
kewajiban membayar pajak atas dana Bantuan Operasional Sekolah yang menjadi
objek pajak, kemudian diuji tiap poin pertanyaan dengan uji validitas dan
realibilitas dan dihasilkan dengan hasil yang valid dan realiabel, kemudian tiap
poin pertanyaan dianalisa hasil dan responden menjawabnya.
Berdasarkan data yang penulis peroleh dari hasil keusioner yang disebarkan ke 8
kecamatan di Jakarta Barat, untuk mendapatkan hasil yang valid dari penelitian
tersebut, setelah melakukan analisa dan pengolahan data dengan menggunakan
program SPSS diperoleh hasil yang signifikan bahwa para guru cenderung
mengerti dan memahami terhadap perpajakan dan pemotongan pajak penghasilan
orang pribadi atas dana Bantuan Operasional Sekolah, dapat disimpulkan bahwa
para guru memiliki persepsi terhadap perpajakan dan pemotongan pajak
penghasilan orang pribadi atas dana Bantuan Operasional Sekolah.
Kata kunci : Pajak Penghasilan Orang Pribadi, Dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS).
KATA PENGANTAR
Dengan Menyebut Asma ALLAH yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Bahwa segala sesuatu ada dalam kekuasaannya, syukur yang tak terhingga
selalu terucap kepada ALLAH Subhannahu Wa ta’ala, atas segala karunia yang Ia
beri. Ia yang Maha Mengasihi dan Maha Menyayangi setiap makhluknya. Tuhan,
karuniakan aku ketulusan mencinta, menghamba, dan bersimpuh tunduk
dijalanMu. Shalawat semoga selalu tercurah untuk Rasulullah, yang cintaNya bagi
kita umatnya, dalam tertanam dijiwanya. Tuhan karuniakan aku kekuatan
mengikuti jejak RasulMu, hingga dapat kutatap wajahnya di SurgaMu.
Sudah merupakan kelaziman yang umum, bahwa setiap mahasiswa yang
akan mengakhiri atau menyelesaikan masa pendidikannya, diwajibkan untuk
menyusun skripsi sebagai syarat dalam menempuh ujian sidang kesarjanaan (S-1)
pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini berjudul ”Persepsi Para Guru Tentang Perpajakan dan
Pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas Dana Bantuan
Operasional Sekolah” (Studi Kasus Guru SDN dan SMPN di wilayah Jakarta
Barat) disusun berdasarkan data yang penulis peroleh dari studi kepustakaan dan
penelitian lapangan. Selanjutnya penulis menyadari bahwa dengan selesainya
laporan ini tidak lepas dari kontribusi dan motivasi dari berbagai pihak untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. UMMI tercinta ”Hj Siti Mariam” hamba sangat mengerti dengan Surgamu
berada dibawah telapak kaki Ibumu, Perjuanganmu tiada henti tak akan
mampu membalasnya ( maafin arid ”Mi” ). APPAku tersayang ”H. M.
Nasir dan tante Hj. Endang Suprihatin” doa tulus ikhlas dan motivasi yang
tak pernah padam, jadikan semangat dan hamparan ruhul hayat yang tak
pernah ternilai. Khususson kakak keduaku ”Fauzi Rayadi (alm)” Rest In
Peace doa arid akan slalu mengiringi, serta aa, teteh dan adikku yang slalu
memberikan bantuan morril dan materilnya dan keponakan-keponakanku
Fathan, Faiza dan Fathir yang selalu memberikan keceriaan dalam
keseharianku ketika kepanatan menghampiriku selama mengerjakan
skripsi ini.
2. Bapak Prof. DR. H. Abdul Hamid, MS selaku dosen pembimbing I dan
juga Dekan FEIS UIN yang telah memberikan banyak bimbingan dan
pertolongan kepada penulis.
3. Ibu Rini, SE, Ak, Msi. Selaku Dosen Pembimbing II yang begitu sabar
dalam memberikan arahan dan selalu memberikan saran saat penulisan
skripsi ini (terima kasih Ibu, maaf jika agak lama....).
4. Bapak Afif Sulfa, SE, Ak, Msi.selaku Ketua Jurusan Akuntansi FEIS UIN.
5. Seluruh Pengajar dan staf FEIS yang telah memberikan andil selama masa
kulliah penulis dan selama penyelesaian skripsi ini.
6. Pemerintah Daerah DKI Jakarta Barat yang telah memberikan izin dan
membantu dalam melakukan riset (penelitian) yang berkaitan dengan judul
skripsi. Terima kasih untuk informasi dan data-datanya.....
7. Para Bapak - Ibu Guru SDN dan SMPN se-Jakarta Barat terima kasih atas
kesediaannya untuk meluangkan waktu dengan mengisi kuesioner. (Kalau
Bapak-Ibu benar jangan pernah takut untuk diaudit Dana Bosnya).
8. Khususson untuk sahabat yang tak pernah terlupakan berserta Keluarga
alm YASIN PUASA skripsi ini di dedikasikan untukmu brother, Bapak-
ibu,kakak-kakak dan adik almarhum kalian sudah seperti keluarga.
9. Spesial tuk Irna Yunia Madjid, thanks for everything mudah-mudahan kita
ga lama lagi untuk menempuh kehidupan yang baru.
10. Rekan–rekan seperjuangan, brothers n sisters, sahabat-sahabati dan
segenap sivitas kampus UIN, Para Santri se-indonesia khususnya
Pondokku Al-Ghifarri, teman-teman diAsrama Putra 2003-2004, geng
kos’an, Jurusan Akuntansi dari angkatan pertama hingga kini, Fakultas
Ekonomi dari baru lahir, teman-teman diorganisasi baik dalam dan luar
kampus (salam pergerakan) bangsa ini menuggu karyamu. Club
berolahraga ajang silahtuhrahmi anak basket dan futsal. Dan tidak lupa
pula teman-teman senasib dalam meniti karir Lokal staff DEPLU klo
sudah dinegeri orang jangan pernah meninggalkan culture bangsa kita.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan didalam penyusunan skripsi ini,
oleh karena itu kritikan dan saran menuju penyempurnaan penulis sangat
harapkan.
Akhirnya dengan tulus hati yang paling dalam penulis berdoa semoga bantuan
dari semua pihak menjadi amal shaleh dan semoga Allah S.W.T. membalas jasa
dan amal baik kalian dengan balasan yang berlipat ganda ”amin”. Harapan
penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan
penulis khususnya.
Jakarta, Januari 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.......................................................................................... i
Lembar Pengesahan Dosen ..................................................................... ii
Lembar Pegesahan Komprehensif .......................................................... iii
Daftar Riwayat Hidup.............................................................................. iv
Abstract.................................................................................................... v
Abstrak..................................................................................................... v
Kata Pengantar......................................................................................... vi
Daftar Isi.................................................................................................. ix
Daftar Tabel............................................................................................. xi
Daftar Gambar.......................................................................................... xii
Daftar lampiran........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ............................................. 1
B. Perumusan Masalah....................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pajak............................................................ 8
B. Fungsi Pajak dan Syarat - syarat Pemungutan Pajak..... 10
C. Jenis-jenis Pajak............................................................. 13
D. Tata Cara Pemungutan Pajak ........................................ 14
E. Tarif Pajak...................................................................... 17
F. Pengertian Pajak Penghasilan Orang Pribadi................. 18
G. Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi........................ 19
H. Pengertian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). 21
I. Tujuan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)................. 22
J. Sasaran Program dan Besar Bantuan ............................ 24
K. Waktu Penyaluran Dana................................................ 25
L. Jenis Biaya Pendidikan................................................. 25
M. Landasan Hukum.......................................................... 26
N. Pengguanaan Dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS)................................................................................. 29
O. Kebijakan Program Dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009.................................................................... 32
P. Sekolah Penerima Bantuan Operasional Sekolah ......... 33
Q. Organisasi Pelaksana Dana Bantuan Operasional
Sekolah......................................................................... 34
R. Persepsi ......................................................................... 36
S. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya..................... 37
T. Kerangkan Pemikiran..................................................... 39
U. Hipotesis........................................................................ 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian............................................. 41
B. Metode Penetuan Sampel.............................................. 42
C. Metode Pengumpulan Data............................................ 42
D. Metode Analisis Data.................................................... 43
E. Operasional Variabel Penelitian.................................... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.................. 51
1. Sejarah DKI Jakarta................................................... 51
2. Pemerintahan............................................................. 52
3. Geografis Jakarta Barat ............................................ 53
B. Penemuan dan Pembahasan........................................... 55
1. Demografi Responden............................................... 55
2. Hasil Uji dan Validitas.............................................. 58
3. Hasil Uji Realibilitas Penelitian................................ 60
4. Pembahasan dan Analisa Penelitian......................... 61
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan................................................................... 77
B. Impliksi.......................................................................... 78
C. Saran Penelitian............................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Dana BOS Per Siswa Per Tahun 24
3.1 Skala Sikap Responden 47
3.2 Operasional Variabel Penelitian 49
4.1 Batas Wilayah Jakarta Barat 52
4.2 Kecamatan di DKI Jakarta 53
4.3 Kelurahan di Kecamatan-kecamatan di Kota Jakarta Barat 54
4.4 Karakteristik Responden (Gender dan Pendidikan) 56
4.5 Karakteristik Responden (Pengalaman Mengajar) 57
4.6 Uji Validitas Penelitian 58
4.7 Uji Realibilitas Penelitian 59
4.8 Hasil Penyebaran Kuesioner Para Guru SD dan SMPN 62
4.9 Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SDN 63
Terhadap Perpajakan
4.10 Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SDN 66
Terhadap Pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
atas dana Bantuan Operasional Sekolah
4.11 Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SMPN 68
Terhadap Perpajakan
4.12 Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SMPN 71
Terhadap Pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
atas dana Bantuan Operasional Sekolah
4.13 Jenjang Instrumen Variabel Penelitian 74
4.14 Analisa Persentase Instrumen Variabel Penelitian 74
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
1 Kerangka Pemikiran 39
2 Grafik Persepsi Para Guru SDN Terhadap Perpajakan 63
3 Grafik Persepsi Para Guru SDN Terhadap Pemotongan 66
Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas Dana bantuan
Operasional Sekolah
4 Grafik Persepsi Para Guru SMPN Terhadap Perpajakan 69
5 Grafik Persepsi Para Guru SMPN Terhadap Pemotongan 72
pajak Penghasilan Orang Pribadi atas Dana Bantuan
Operasional Sekolah
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
Lampiran 1 Hasil Pengolahan Data 80
Lampiran 2 Tabel Krejcie 81
Lampiran 3 Surat Keterang Riset 82
Lampiran 4 Kuesioner 83
Lampiran 5 Hasil Jawaban Responden 87
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan suatu masyarakat adil
dan makmur yang merata dan berkesinambungan antara materiil dan spritual.
Oleh karena itu, peranan masyarakat dalam pembiayaan pembagunan harus
terus ditumbuh kembangkan dengan cara mendorong kesadaran, pemahaman
dan penghayatan bahwa pembangunan adalah hak, kewajiban dan tanggung
jawab seluruh rakyat. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu
bangsa dan negara dalam pembiayaan pembangunan tersebut adalah dengan
menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri, yaitu berupa pajak.
Pajak ini digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi
kepentingan bersama terutama dalam rangka mewujudkan kemandirian
pembangunan nasional.
Penerimaan pajak merupakan penerimaan yang paling dominan dari
seluruh penerimaan negara. Sifat dari pemungutan pajak adalah dapat
dipaksakan karena didasarkan pada undang-undang, sehingga terdapat unsur
kekuasaan untuk dapat melakukan sesuai yang diinginkan atau untuk membuat
sesuatu terjadi dengan cara yang diinginkan. Bisa dilihat bahwa pendekatan
kekuasan untuk pendekatan pajak tidak dapat diyakini keberhasilannya. Untuk
itu haruslah dijalankan secara bersama-sama dengan prinsip memberikan
pelayanan yang sesuai dengan keinginan wajib pajak sehingga dapat
mendorong penerimaan pajak.
Agar pendapatan negara dapat terealisasi dari sumber pendapatan
nonmigas, yaitu melalui penerimaan pajak, maka Direktorat Jendral Pajak
sebagai penerima otoritas untuk melakukan pemungutan pajak tingkat pusat,
menetapkan rencana strategis yang mengarah pada yang utama yaitu
mengamankan penerimaan yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) setiap tahun dengan cara memperkokoh sistem self
assesment dalam pemungutan pajak.
Salah satu aloksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang
terbesar adalah sektor pendidikan. Sektor ini adalah sektor yang paling banyak
mendapat perhatian publik. Hal ini dikarenakan sektor pendidikan merupakan
sektor yang paling banyak mendapat alokasi biaya, terlebih lagi sudah
diamanatkan dalam Undang Undang Dasar 1945 dan UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 49, dimana dana
pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada
sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). Namun pada pelaksanaannya alokasi tersebut tidak mencapai
persentase yang diharapkan.
Dunia pendidikan merupakan wilayah yang sangat luas. Ruang lingkupnya
mencakup seluruh pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan.
Setiap orang pernah mendengar tentang perkataan pendidikan, dan setiap
orang waktu kecilnya pernah mengalami pendidikan, atau setiap orang, guru,
telah melaksanakan pendidikan. Namun tidak setiap orang mengerti dalam arti
yang sebenarnya apa pendidikan itu, dan tidak setiap orang mengalami
pendidikan ataupun menjalankan sebagaimana mestinya. Pendidikan
merupakan aspek terpenting untuk dimiliki oleh setiap umat manusia. Karena
dengan pendidikan dapat menciptakan perubahan sikap yang baik pada diri
seseorang. Pendidikan mempunyai dua proses utama yaitu mengajar dan
diajar. Mengajar ditingkat pendidikan formal biasanya dilakukan dengan
seorang guru.
Tidak tercapainya anggaran untuk alokasi pendidikan dikarenakan
anggaran penerimaan itu sendiri belum maksimal dalam hal realisasi
penerimaannya terutama dalam hal penerimaan dari sektor nonmigas yaitu
sektor pajak. Untuk itu perlu kesadaran dan pemahaman dari para wajib pajak
karena dalam sistem pemungutan pajak (self assesment) yang dianut Indonesia
ini maka wajib pajak berkewajiban menghitung, memperhitungkan, menyetor,
dan melapor pajak terhutang dilakukan sendiri oleh wajib pajak (Siti Resmi,
2005:20). Dengan sistem self assesment ini dibutuhkan sukarela dari wajib
pajak dimana tingkat kepatuhan ini dapat terwujud jika terpenuhi unsur
kesadaran perpajakan dan unsur tindakan penegakan hukum.
Salah satu subjek pajak yang dinilai kurang memahami atau mengerti
perihal kewajibannya dalam hal perpajakan adalah para pegawai disektor
pendidikan, antara lain guru dan tenaga pendidikan lainnya. Karena melihat
latar belakang para guru dan tenaga pendidikan yang mayoritas bukan dari
dunia keuangan atau dunia perpajakan maka sangat wajar jika tingkat
kesadaran dan pengetahuan perihal perpajakannya masih rendah. Dalam
kaitannya dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yaitu
pada sektor pendidikan dimana alokasi sektor pendidikan terutama pada
tingkat pendidikan dasar maka pemerintah mencanangkan Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) sebagai bentuk subsidi/bantuan pemerintah dalam
rangka Wajib Belajar 9 tahun yang bermutu.
Salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar 9 tahun diukur
dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMP/sederajat. Pada tahun
2008 Angka Partisipasi Kasar (APK) rata-rata telah mencapai 96,18%
sehingga program Wajib Belajar 9 tahun telah tuntas sesuai dengan waktu
yang telah ditargetkan pemerintah Indonesia dan bahkan target itu dapat
dicapai 7 tahun lebih awal dibandingkan dengan komitmen internasional yang
dideklarasikan di Dakar mengenai Education for All (EFA) tahun 2000 yang
mewajibkan semua Negara di dunia harus menuntaskan Wajib Belajar 9 tahun
paling lambat tahun 2015 nanti. (Tanpa nama, http://dispendik-
kabkediri.net/informasi-mengenai-bantuan-operasional-sekolah-th-2009/, 28
Januari 2009 ).
Dalam program bantuan operasional sekolah (BOS) terdapat pula sumber-
sumber penerimaan negara berupa pajak yang diperoleh dari honorarium,
tunjangan dan lain sebagainya yang menjadi objek pajak dari para guru dan
tenaga pendidik yang telah menerima dana tersebut. (Depdiknas dan Depag,
2006:19)
Berkaitan dengan sumber daya manusia yaitu para guru dan tenaga
pendidik yang mayoritas bukan dari dunia keuangan atau perpajakan maka
sangatlah wajar jika para guru dan tenaga pendidik kurang menyadari serta
memahami perihal kewajiban perpajakannya. Dalam penulisan penelitian ini,
penulis mencoba mengkaji lebih lanjut dalam skripsi dengan judul “Persepsi
Para Guru Tentang Perpajakan Dan Pemotongan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi atas Dana Bantuan Operasional Sekolah.”(Studi Kasus
SDN dan SMPN Se- Jakarta Barat).”
B. Perumusan Masalah
Untuk menghindari melebarnya pembahasan dan selanjutnya memudahkan
dalam melakukan analisa pembahasannya maka penulis mencoba membatasi
permasalahan mengenai persepsi para guru terhadap perpajakan dalam hal
pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang telah diterima atas pembayaran hak-haknya
yang berkaitan dengan honorarium, tunjangan, dan sebagainya yang menjadi
objek pajak.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis mengemukakan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah persepsi para guru SDN dan SMPN se-Jakarta Barat
tentang perpajakan dan pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
(PPh 21) atas honorarium yang menjadi objek pajak dari dana BOS?
2. Apakah terdapat perbedaan persepsi para guru SDN dan SMPN se-Jakarta
Barat tentang perpajakan dan pemotongan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi (PPh 21) atas honorarium yang menjadi objek pajak dari dana
BOS secara bersama-sama ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui persepsi para guru tentang perpajakan dan pemotongan
Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas honorarium yang
menjadi objek pajak dari dana BOS.
b. Untuk mengetahui adakah perbedaan persepsi para guru SDN dan
SMPN se-Jakarta Barat tentang perpajakan dan pemotongan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas honorarium yang menjadi
objek pajak dari dana BOS secara bersama-sama.
2. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak, di
antaranya:
a. Penulis
Dapat menyadari betapa pentingnya pajak dan mengetahui
permasalahan dan pemecahannya dalam masyarakat, khususnya Pajak
Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21), tidak hanya melalui teori yang
ada.
b. Guru
Membantu memberikan pemahaman kepada guru tentang hal-hal yang
berkaitan dengan perpajakan dan pemotongan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi (PPh 21) atas dana BOS.
c. Pihak Lain
Memberikan kontribusi pada pengembangan teori terutama berkaitan
dengan perpajakan dan pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
(PPh 21) atas dana BOS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pajak
Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk
mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung
dari masyarakat, guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan sosial
ekonomi masyarakat.
Pajak secara bebas dapat dikatakan sebagai suatu kewajiban Warga Negara
berupa pengabdian serta peran aktif Warga Negara dan anggota masyarakat
untuk membiayai berbagai keperluan negara yang berupa pembangunan
nasional yang pelaksanannya diatur dalam Undang-Undang dan Peraturan-
Peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara.
Ada beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli yang
memberikan pengertian berbeda-beda namun pada inti dan tujuannya adalah
sama.
1. Definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum (Siti Resmi, 2005:1).
2. Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I. Djajadiningrat:
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke
kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perpautan yang
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak
ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara
kesejahteraan secara umum (Siti Resmi, 2005:1).
3. Definisi pajak yang dikemukakan oleh Mr. Dr. N. J. Feldmann:
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada
penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa
adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum (Siti Resmi, 2005:1).
4. Definisi pajak dalam UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa:
Pajak adalah semua jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat,
termasuk bea masuk dan cukai, dan pajak yang dipungut oleh Pemerintah
Daerah menurut undang-undang dan peraturan daerah.
Kesimpulan dari beberapa definisi tersebut adalah:
1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang serta
aturan pelaksanaannya.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh pemerintah pusat maupun daerah.
4.
Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang
bila
dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk
membiayai public investment.
B. Fungsi Pajak dan Syarat-syarat Pemungutan Pajak
1. Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak, yaitu: (Siti Resmi, 2005:2)
a. Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk
membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai
sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukan uang
sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh
dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak
melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak.
b. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
2. Syarat-syarat Pemungutan Pajak
Karena pajak merupakan peralihan kekayaan dari sektor swasta ke
sektor negara maka pemungutannya agar tidak menimbulkan berbagai
hambatan atau perlawanan, maka harus memenuhi beberapa syarat, antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)
Tujuan dari setiap hukum adalah membuat adanya keadilan,
demikian pula dalam hukum pajak pun mempunyai tujuan yang sama
dengan tujuan hukum-hukum lainnya yaitu membuat adanya keadilan
dalam hal pemungutan pajak, baik dalam perundang-undangan
maupun adil dalam pelaksanaannya. Salah satu jalan yang harus
ditempuh dalam mencari keadilan adalah mengusahakan agar
pemungutan pajak diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga dapat
diperoleh tekanan yang sama atas seluruh rakyat, dan keadilan inilah
yang dinamakan asas pemungutan pajak menurut falsafah hukum atau
syarat keadilan.
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis)
Hukum pajak harus dapat memberikan jaminan hukum yang perlu
untuk menyatakan keadilan yang tegas, baik untuk negara maupun
untuk warganya. Bagi negara-negara hukum, maka segala sesuatu
harus diatur atau ditetapkan undang-undang termasuk pemungutan
pajak. Pemungutan pajak di Indonesia diatur juga dalam Undang-
Undang Dasar 1945, yaitu pada pasal 23 ayat 2 yang menyatakan
bahwa:
“Pengenaan dan pemungutan pajak (termasuk bea dan cukai) untuk
keperluan negara hanya boleh terjadi berdasarkan undang-undang.”
Pemungutan pajak harus memperoleh persetujuan dari rakyat
melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Di samping itu dalam
menyusun undang-undangnya pun harus diusahakan oleh pembuat
undang-undang untuk tercapainya keadilan dalam pemungutan pajak.
c. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomi)
Keseimbangan dalam kehidupan ekonomi tidak boleh terganggu
karena adanya pemungutan pajak, bahkan harus tetap dipupuk olehnya,
sesuai dengan fungsi kedua dari pemungutan pajak, yaitu fungsi
mengatur. Oleh karena itu kebijaksanaan pemungutan pajak harus
diusahakan supaya tidak menghambat lancarnya perekonomian, baik
dalam bidang produksi maupun perdagangan dan jangan sampai
merugikan kepentingan umum dan menghalang-halangi usaha
rakyatnya dalam menuju kebahagiaan.
d. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial)
Hasil pemungutan pajak sedapat mungkin cukup untuk menutup
sebagian dari pengeluaran-pengeluaran negara sesuai dengan fungsi
pertama dari pemungutan pajak yaitu sebagai sumber keuangan negara
(budgetair). Oleh karena itu untuk melaksanakan pemungutan pajak
hendaknya tidak memakan biaya pemungutan yang besar, dan
pemungutan ini hendaknya dapat mencegah inflasi. Untuk mencapai
efisiensi pemungutan pajak serta untuk memudahkan wajib pajak
untuk menghitung dan memperhitungkan pajaknya maka harus
disertakan sistem pemungutan pajak yang sederhana dan mudah
dilaksanakan sehingga masyarakat tidak terganggu dengan
permasalahan pajak yang sulit sehingga dapat menimbulkan
inefisiensi.
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Untuk mencapai efisiensi pemungutan pajak serta untuk
memudahkan warga masyarakat untuk menghitung dan
memperhitungkan pajaknya, maka harus diterapkan sistem pajak yang
sederhana yang mudah dilaksanakan dan akan meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam membayar pajak.
C. Jenis-jenis Pajak
1. Menurut Golongannya: (Siti Resmi, 2005:6)
1. Pajak Langsung
Yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak
Penghasilan.
2. Pajak Tidak Langsung
Yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Contoh: Pajak
Pertambahan Nilai.
2. Menurut Sifatnya
a. Pajak Subjektif
Yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan pada keadaan
pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan
keadaan subjeknya. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif
Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan wajib pajak. Contoh: PPN dan PPnBM.
3. Menurut Lembaga Pemungutnya
a. Pajak Pusat (Pajak Negara)
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Contoh: PPh,
PBB, Bea Materai, PPN dan PPnBM.
b. Pajak Daerah
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Contoh: Pajak
Kendaraan Bermotor, Pajak Pembangunan, Dan Lain-lain.
D. Tata Cara Pemungutan Pajak
Tata cara pemungutan pajak terdiri dari stelsel pajak, asas pemungutan
pajak, dan sistem pemungutan pajak. (Siti Resmi, 2005:8)
1. Stelsel Pajak
1. Stelsel Nyata (riil)
Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada
objek yang sesungguhnya terjadi. Oleh karena itu pemungutan
pajaknya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah
semua penghasilan yang sesungguhnya dalam suatu tahun pajak
diketahui. Kelebihan stelsel nyata adalah perhitungan pajak didasarkan
pada penghasilan yang sesungguhnya sehingga lebih akurat dan
realistis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat diketahui pada akhir
periode sehingga:
1) Wajib pajak akan dibebani jumlah pembayaran pajak yang tinggi
pada akhir tahun sementara pada waktu tersebut belum tentu
tersedia jumlah kas yang memadai.
2) Semua wajib pajak akan membayar pajak pada akhir tahun
sehingga uang beredar secara makro akan terpengaruh.
2. Stelsel Anggapan (fiktif)
Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada
suatu anggapan yang diatur oleh Undang-Undang. Dengan stelsel ini
berarti besarnya pajak yang terutang pada tahun berjalan sudah dapat
ditetapkan atau diketahui pada awal tahun yang bersangkutan.
Kelebihan stelsel fiktif ini adalah pajak yang dibayar selama tahun
berjalan, tanpa harus menunggu sampai akhir tahun.
3. Stelsel Campuran
Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada
kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun,
besarnya pajak dihitung berdasarkan anggapan kemudian pada akhir
tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan keadaan yang
sesungguhnya. Jika besarnya pajak berdasar keadaan sesungguhnya
lebih besar dari pada besarnya pajak menurut anggapan, wajib pajak
harus membayar kekurangan tersebut. Sebaliknya, jika besarnya pajak
sesungguhnya lebih kecil dari pada besarnya pajak menurut anggapan,
atas kelebihan tersebut dapat diminta kembali (restitusi) ataupun
dikompensasikan pada tahun-tahun berikutnya, setelah diperhitungkan
dengan utang pajak yang lain.
2. Asas Pemungutan Pajak
a. Asas Domisili (asas tempat tinggal)
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas
seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya,
baik penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun penghasilan
yang berasal dari luar negeri.
b. Asas Sumber
Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak atas
penghasilan yang bersumber di wilayahnya yang memperhatikan
tempat tinggal wajib pajak.
c. Asas Kebangsaan
Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan
kebangsaan suatu Negara.
3. Sistem Pemungutan Pajak
a. Official Assesment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan
aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang
terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang
perpajakan yang berlaku. Dalam hal ini, inisiatif dan kegiatan
meghitung serta memungut pajak sepenuhnya berada ditangan para
aparatur perpajakan.
b. Self Assesment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib
pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak terutang setiap tahunnya
sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.
Dalam hal ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta pelaksanaan
pemungutan pajak berada ditangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap
mampu menghitung pajak, mampu memahami peraturan perpajakan
yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta
menyadari akan arti pentingnya membayar pajak.
c. With Holding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak sesuai dengan Ketentuan Undang-Undang
Perpajakan yang berlaku.
E. Tarif Pajak
Untuk mencapai kondisi adanya keadilan atau tekanan yang sama bagi
wajib pajak, maka salah satu alatnya adalah tarif. Tarif yang berlaku harus
dapat mencerminkan adanya keadilan pajak sebagai berikut: (Siti Resmi,
2005:13)
1. Tarif Pajak Proporsional
Tarif pajak proporsional yaitu tarif berupa persentase tetap terhadap
jumlah berapa pun yang menjadi dasar pengenaan pajak.
2. Tarif Pajak Meningkat (Progresif)
Tarif pajak progresif adalah tarif pajak yang persentase nya menjadi
lebih besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin
besar memperhatikan kenaikan persentase tarifnya. Tarif progresif dapat
dibagi menjadi:
a. Tarif Progresif Progresif
Dalam hal ini kenaikan persentase nya semakin besar.
b. Tarif Progresif Tetap
Kenaikan persentase nya tetap.
c. Tarif Progresif Degresif
Kenaikan persentase nya semakin kecil.
3. Tarif Pajak Degresif
Tarif pajak degresif adalah persentase tarif pajak yang semakin
menurun apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak menjadi
semakin besar.
4. Tarif Pajak Tetap
Dalam tarif pajak tetap ini adalah tarif berupa jumlah yang tetap (sama
besarnya) terhadap berapa pun jumlah yang menjadi dasar pengenaan
pajak. Oleh karena itu besarnya pajak yang terutang tetap (Waluyo dan
Wirawan, 2003:11).
F. Pengertian Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21)
Menurut UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, definisi
penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk
apapun.
Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21), selanjutnya disebut PPh pasal
21, merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan lain yang
dilakukan wajib pajak orang pribadi dalam negeri. (Siti Resmi, 2005:145)
Pembayaran pajak penghasilan ini dilakukan dalam tahun berjalan melalui
pemotongan oleh pihak-pihak tertentu. Pihak yang wajib melakukan
pemotongan dan pelaporan PPh 21 adalah pemberi kerja, bendaharawan
pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan. Jumlah pajak yang telah
dipotong dan disetorkan dengan benar oleh pemberi kerja dan pemotong
lainnya dapat digunakan oleh wajib pajak untuk dijadikan kredit pajak atas
pajak pengasilan pada akhir tahun.
G. Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21)
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, yang menjadi objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21)
adalah:
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang
pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan
komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur,
uang sokongan, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan jabatan,
tunjangan khusus, tunjangan pendidikan, premi asuransi yang dibayar
pemberi kerja dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa
produksi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, bonus, premi tahunan, dan
penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap.
3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan.
4. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama, dan dalam
bentuk apapun dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak dalam negeri
terdiri dari:
a. Tenaga ahli yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter,
konsultan, notaris, penilai dan aktuaris.
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
sutradara, crew film model.
c. Olahragawan
d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator.
e. Penerimaan dalam bentuk natura atau kenikmatan lainnya dengan
nama apapun yang diberikan oleh bukan wajib pajak yang dikenakan
pajak penghasilan yang bersifat final dan dikenakan pajak penghasilan
berdasarkan norma perhitungan khusus (deemed profit)
H. Pengertian Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Salah satu maksud dan tujuan program pengurangan subsidi pemerintah
atas Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah memindahkan alokasi subsidi dari
bentuk subsidi untuk konsumsi ke bentuk subsidi investasi. Salah satu bentuk
investasi yang selama ini kurang mendapat perhatian adalah bidang
pendidikan, untuk itu sebagian besar alokasi subsidi Bahan Bakar Minyak
(BBM) dipindahkan ke sektor pendidikan yang kemudian disebut pemerintah
dengan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak
(PKPS-BBM).
Pasca penerapan subsidi di bidang pendidikan maka pemerintah melalui
program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) menanggung semua biaya
pendidikan siswa dan siswi Wajib Belajar 9 tahun secara total atau gratis.
Untuk itu dalam mekanismenya pemerintah membagi biaya yang diperlukan
rata-rata siswa setiap tahun dalam proses belajar yang kemudian disebut Biaya
Bantuan Pendidikan (BSP) kedalam dua jenis yaitu Bantuan Satuan
Pendidikan Investasi dan Bantuan Satuan Pendidikan Operasional. (Depdiknas
dan Depag, 2006:7)
Bantuan Satuan Pendidikan Investasi adalah biaya yang dikeluarkan per
siswa setiap tahunnya untuk menyediakan sumber daya yang tidak habis pakai
yang digunakan dalam waktu lebih dari satu tahun, misalnya untuk pengadaan
tanah, bangunan, buku, alat peraga. Sedangkan Bantuan Satuan Pendidikan
Operasional adalah biaya yang dikeluarkan per siswa dalam satu tahun untuk
menyediakan sumber daya pendidikan habis pakai yang digunakan satu tahun
atau kurang dari masa tersebut. Bantuan Satuan Pendidikan Operasional
mencakup biaya personil dan non personil. Adapun biaya personil meliputi:
1. Biaya untuk kesejahteraan (honor kelebihan jam mengajar (KJM), guru
tidak tetap (GTT), pegawai tidak tetap (PTT), uang lembur)
2. Pengembangan profesi guru (Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) guru,
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Kerja Kepala
Sekolah (MKKS), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Kelompok
Kerja Guru (KKG), dll)
Sedangkan biaya non personil meliputi:
1. Biaya penunjang Kegiatan Belajar Mengajar (KMB)
2. Evaluasi/penilaian
3. Perawatan/pemeliharaan
4. Daya dan Jasa
5. Pembinaan kesiswaan
6. Rumah tangga sekolah dan supervisi
I. Tujuan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bertujuan untuk
membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan
bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang
lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan Wajib Belajar 9 tahun.
(Depdiknas dan Depag, 2009:4)
Menurut Prof.Suyanto, Phd, tujuan program Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) dibagi kedalam 2 tujuan, yaitu:
1. Tujuan Umum
Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bertujuan untuk
meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam
rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu.
2. Tujuan Khusus
a. Menggratiskan seluruh siswa miskin di tingkat pendidikan dasar dari
beban biaya operasi sekolah, baik di sekolah negeri maupun sekolah
swasta.
b. Menggratiskan seluruh siswa SD negeri dan SMP negeri terhadap
biaya operasi sekolah, kecuali pada Sekolah Bertaraf Internasional
(SBI) dan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
c. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah
swasta.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari program Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) adalah meringankan setiap siswa dari biaya operasi sekolah
sehingga setiap siswa dapat menikmati pendidikan yang sama antara yang satu
dengan yang lainnya sehingga tidak ada siswa miskin yang putus sekolah
karena tidak mampu membayar iuran/pungutan yang dilakukan oleh sekolah.
J. Sasaran Program dan Besar Bantuan
Sasaran program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah semua
sekolah setingkat SD dan SMP baik negeri maupun swasta diseluruh provinsi
di Indonesia. Program kejar Paket A, Paket B tidak termasuk sasaran dari
program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ini. Selain itu, Madrasah Diniah
Takmiliyah (suplemen) juga tidak berhak memperoleh Bantuan Operasional
Sekolah (BOS), karena siswanya telah terdaftar di sekolah reguler yang telah
menerima Bantuan Operasional Pendidikan (BOS).
Mulai tahun pelajaran 2007/2008 (mulai bulan Juli 2007), SMP Terbuka
(regular dan mandiri) dan Madrasah Diniyah Formal yang menyelenggarakan
Program Wajib Belajar 9 tahun termasuk dalam sasaran program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS).
Besar dana Bantuan Operasional Sekolah yang diterima oleh sekolah
dihitung berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan:
Tabel 2.1 Dana BOS
(*Per siswa per tahun)
Sekolah Tahun 2008 Tahun 2009
SD/MI/SDLB/Salafiah/Sek
olah Keagamaan Non
Islam setara SD
Rp 254.000,- Kab: Rp 397.000,-
Kota: Rp 400.000,-
SMP/SMPLB/Salafiah/Sek
olah Keagamaan Non
Islam setara SMP
Rp 354.000,- Kab: Rp 570.000
Kota: Rp 575.000,-
Sumber: Depdiknas
K. Waktu Penyaluran Dana
Tahun Anggaran 2009, dana Bantuan Operasional Pendidikan (BOS) akan
diberikan selama 12 bulan untuk periode Januari sampai Desember 2009, yaitu
semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 dan semester 1 tahun pelajaran
2009/2010. Penyaluran dana dilakukan setiap periode 3 bulanan, yaitu periode
Januari-Maret, April-Juni, Juli-September dan Oktober-Desember. Penyaluran
diharapkan dilakukan di bulan pertama setiap triwulan.
L. Jenis Biaya Pendidikan
Sebagaimana tertuang dalam PP No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan, pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
Biaya pendidikan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Biaya Satuan Pendidikan
Biaya satuan pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan. Biaya ini terdiri dari:
a. Biaya investasi adalah biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), dan modal kerja tetap.
b. Biaya operasi, terdiri dari biaya personalia dan biaya nonpersonalia.
1) Biaya Personalia terdiri dari gaji pendidik dan tenaga kependidikan
serta tunjangan-tunjangan yang melekat pada gaji.
2) Biaya nonpersonalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air,
jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dll.
c. Bantuan biaya pendidikan yaitu dana pendidikan yang diberikan
kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu
membiayai pendidikannya.
d. Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada
peserta didik yang berprestasi.
2. Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan adalah biaya
penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau
penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.
3. Biaya Pribadi Peserta Didik adalah biaya personal yang meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa
mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
M. Landasan Hukum
Landasan hukum dalam pelaksanaan program bantuan Operasional
Sekolah (BOS) tahun 2009 meliputi semua peraturan perundang-undangan
yang berlaku, antara lain sebagai berikut:
1. Pasal 4 ayat (1) Undang Undang dasar 1945
2. Undang-Undang No. 17 Tahun 1965 tentang Pembentukan Badan
Pemeriksa Keuangan.
3. Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang no. 43 Tahun 1999.
4. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelesaian Negera yang
Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
5. Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Bendaharawan Wajib
Memungut Pajak Penghasilan.
6. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
7. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
8. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
9. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
10. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemrintah Daerah.
11. Peraturan Pemerintah No. 47 tentang Wajib Belajar.
12. Peraturan pemerintah No. 48 tentang Pendanaan Pendidikan.
13. Peraturan Pemerintah No. 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan.
14. Peraturan pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
15. Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
16. Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan
Pemberantasan Buta Aksara.
17. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 078/M/2008 tentang
Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) 145 Judul Buku Teks Pelajaran
yang Hak Ciptanya Dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional.
18. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 036/U/1995 tentang
Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar.
19. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002 tentang Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah.
20. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 060/U/2002 tentang
Pedoman Pendirian Sekolah.
21. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 11 Tahun 2005 tentang Buku
Teks Pelajaran.
22. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 46 Tahun 2007 tentang
Penetapan Buku teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat-syarat Kelayakan
untuk Digunakan Dalam Proses Pembelajaran.
23. Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia No. 12 Tahun 2008
tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan
Untuk Digunakan Dalam proses Pembelajaran.
24. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 28 Tahun 2008 tentang
Perubahan Peraturan menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2008
tentang Harga Eceran Tertinggi Buku Teks Pelajaran Yang Hak Ciptanya
Dibeli Oleh Departemen Pendidikan Nasional.
25. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 34 Tahun
2008 tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran Yang Memenuhi Syarat
Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran (SD: PKn, IPA,
IPS, Matematika, Bahasa Indonesia dan SMP: IPA, IPS, Matematika,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris).
26. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 41 tahun
2008 tentang Penetapan Buku, teks Pelajaran Yang Memenuhi Syarat
Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran.
27. Surat Edaran Dirjen Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia No.
SE-02/PJ/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemenuhan Kewajiban
Perpajakan Sehubungan dengan Penggunaan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) oleh Bendaharawan dan Penaggung Jawab Pengelolaan
Penggunaan Dana BOS di masing-masing Unit Penerima BOS.
N. Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Menurut Prof. Suyanto, Phd, ada 2 penggunaan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS), yaitu:
1. Untuk membeli buku teks pelajaran (BOS Buku)
Sebagian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) harus untuk
membeli buku yang hak ciptanya telah dibeli oleh pemerintah sebanyak
jumlah siswa. Harga buku harus mengikuti Harga Eceran Tertinggi (HET)
yang ditetapkan oleh Depdiknas.
a. SD: buku IPS (kelas 4, 5 dan 6) dan PKN (kelas 1 s/d 6)
b. SMP: buku PKN (kelas 7 s/d 9) dan IPA (kelas 7 s/d 9)
Pembelian dapat dilakukan bertahap, akan tetapi harus terpenuhi
seluruhnya sebelum tahun ajaran baru.
2. Untuk operasional sekolah (BOS Tunai)
a. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru:
biaya pendaftaran, penggandaan formulir, administrasi pendaftaran,
dan pendaftaran ulang, serta kegiatan lain yang berkaitan langsung
dengan kegiatan tersebut (misalnya untuk foto kopi, konsumsi panitia,
dan uang lembur dalam rangka penerimaan siswa baru)
b. Pembelian buku referensi untuk dikoleksi di perpustakaan sekolah
c. Pembiayaan kegiatan pembelajaran remidial, pembelajaran pengayaan,
olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah
remaja dan sejenisnya (misalnya untuk honor jam mengajar tambahan
diluar jam pelajaran, biaya transportasi dan akomodasi siswa/guru
dalam rangka mengikuti lomba)
d. Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan laporan
hasil belajar siswa (misalnya untuk foto kopi, honor koreksi ujian dan
honor guru dalam rangka penyusunan rapor siswa)
e. Pembelian bahan-bahan habis pakai: buku tulis, kapur tulis, pensil,
spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris,
langganan koran/majalah pendidikan, minuman dan makanan ringan
untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah.
f. Pembiayaan langganan daya dan jasa: listrik, air, telepon, termasuk
untuk pemasangan baru jika sudah ada jaringan di sekitar sekolah.
Khusus di sekolah yang tidak ada jaringan listrik, dan jika sekolah
tersebut memerlukan listrik untuk proses belajar mengajar di sekolah,
maka diperkenankan untuk membeli Genzet.
g. Pembiayaan perawatan sekolah: pengecatan, perbaikan atap bocor,
perbaikan pintu dan jendela, perbaikan mebeler, perbaikan sanitasi
sekolah dan perawatan fasilitas sekolah lainnya.
h. Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga
kependidikan honorer. Untuk sekolah SD diperbolehkan untuk
membayar honor tenaga yang membantu administrasi sekolah.
i. Pengembangan profesi guru: pelatihan, KKG/MGMP dan
KKKS/MKKS.
j. Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang
mengahadapi masalah transport dari dan ke sekolah. Jika dinilai lebih
ekonomis, dapat juga untuk membeli alat transporasi sederhana yang
akan menjadi barang inventaris sekolah (misalnya sepeda, perahu
penyeberangan, dll)
k. Pembiayaan pengelolaan BOS: alat tulis kantor (ATK), penggandaan,
surat menyurat, intensif bagi satu orang penyusunan laporan BOS dan
biaya transportasi dalam rangka mengambil dana BOS di Bank/PT
Pos.
l. Pembelian personal komputer untuk kegiatan belajar siswa: maksimum
1 set untuk SD dan 2 set untuk SMP dalam satu tahun anggaran.
m. Bila seluruh komponen 1 s/d 12 diatas telah terpenuhi pendanaannya
dari BOS dan masih terdapat sisa dana, maka sisa dana BOS tersebut
dapat digunakan untuk membeli alat peraga, media pembelajaran,
mesin ketik dan mebeler sekolah.
O. Kebijakan Program Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009
Kebijakan dasar pelaksanaan program Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) tahun 2009 adalah sebagai berikut:
1. Biaya satuan BOS , termasuk BOS buku, untuk tiap siswa/tahun mulai
Januari 2009 naik secara signifikan menjadi : SD di kota Rp 400.000, SD
di kabupaten Rp 397.000, SMP di kota Rp 575.000, dan SMP di kabupaten
Rp 570.000
2. Dengan kenaikan kesejahteraan guru PNS dan kenaikan BOS sejak Januari
2009, semua SD dan SMP negeri harus membebaskan siswa dari biaya
operasional sekolah, kecuali RSBI dan SBI.
3. Pemda wajib megendalikan pungutan biaya operasional di SD dan SMP
swasta sehingga siswa miskin bebas dari pungutan tersebut dan tidak ada
pungutan berlebihan kepada siswa mampu.
4. Pemda wajib menyosialisasikan dan melaksanakan kebijakan BOS tahun
2009 serta menyanksi kepada pihak yang melanggar.
5. Pemda wajib memenuhi kekurangan biaya operasional dari APBD bila
BOS dari Depdiknas belum mencukupi.
P. Sekolah Penerima Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Dalam buku panduan Bantuan Operasional Sekolah (BOS), sekolah
penerima BOS antara lain:
1. Semua sekolah SD/SDLB/SMP/SMPLB/SMPT negeri wajib menerima
dana BOS. Bila sekolah tersebut menolak BOS, maka sekolah dilarang
memungut biaya dari peserta didik , orang tua atau wali peserta didik.
2. Semua sekolah swasta yang telah memiliki izin operasional yang tidak
dikembangkan menjadi bertaraf internasional atau berbasis keunggulan
lokal wajib menerima dana BOS.
3. Bagi sekolah yang menolak BOS harus melalui persetujuan orang tua
siswa melalui komite sekolah dan tetap menjamin kelangsungan
pendidikan siswa miskin di sekolah tersebut.
4. Seluruh sekolah yang menerima BOS harus mengikuti pedoman BOS
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
5. Sekolah negeri kategori RSBI dan SBI diperboleh memungut dana dari
orang tua siswa yang mampu dengan persetujuan Komite Sekolah. Pemda
harus ikut mengendalikan dan mengawasi pungutan yang dilakukan oleh
sekolah tersebut agar tercipta prinsip pengelolaan dana secara transparan
dan akuntabel.
6. Sekolah negeri yang sebagian kelasnya sudah menerapkan sistem sekolah
bertaraf RSBI atau SBI tetap diperbolehkan memungut dana dari orang tua
siswa yang mampu dengan persetujuan Komite Sekolah, serta
menggratiskan siswa miskin.
Q. Organisasi Pelaksana Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Pengelolaan program BOS untuk SD dan SMP di tingkat pusat dikelola
oleh masing-masing direktorat. Direktorat Pembinaan TK/SD bertanggung
jawab terhadap program BOS untuk SD/SDLB, sedangkan Direktorat
Pembinaan SMP bertanggung jawab terhadap program BOS untuk
SMP/SMPLB/SMPT. Pengelolaan program BOS di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota dikelola oleh satu tim.
1. Tim Pengarah
a. Tingkat Nasional
1) Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat
2) Ketua Bappenas
3) Menteri Pendidikan Nasional
4) Menteri Agama
5) Menteri Keuangan
6) Menteri dalam Negeri
b. Tingkat Provinsi
1) Gubernur
2) Ketua Bappeda Provinsi
c. Tingkat Kabupaten/Kota
1) Bupati/Walikota
2) Ketua Bappeda Kabupaten/Kota
2. Tim Manajemen BOS Pusat
a. Penanggung jawab umum
b. Penanggung jawab BOS SD/SDLB
c. Penanggung jawab BOS SMP/SMPLB/SMPT
d. Tim pelaksana BOS SD/SDLB
e. Tim pelaksana BOS SMP/SMPLB/SMPT
f. Tugas dan tanggung jawab tim manajemen BOS pusat
3. Tim Manajemen BOS Provinsi
a. Penanggung jawab
b. Tim Pelaksana BOS
c. Tugas dan tanggung jawab tim manajemen BOS provinsi
4. Tim Manajemen BOS Tingkat Kabupaten/Kota
a. Penanggung jawab
b. Tim Pelaksana BOS
c. Tugas dan tanggung jawab tim manajemen BOS kabupaten/kota
5. Tingkat Sekolah
a. Penanggung jawab
b. Anggota
c. Tugas dan tanggung jawab sekolah
R. Persepsi
Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang alami bagi setiap
individu didalam memahami informasi tentang linkungan baik melalui
penglihatan, pendengaran, penerimaan, dan penghayatan perasaan
(Kartono,1990). Menurur Zarkasi (1986) dalam Zamroni (2006). Persepsi
dalam arti sempit ialah penglihatan, yakni bagaimana cara seseorang melihat
sesuatu, sedangkan dalam arti luas pandangan atau pengertian, yaitu
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Kata persepsi
berasal dari “perception” yang berarti penglihatan, tanggapan, daya
memahami, atau menanggapi sesuatu (Eschol dan Sadily, 2000:424). Dalam
kamus Bahasa Indonesia, persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan)
langsung dari sesuatu atau proses seseorang dalam mengetahui beberapa hal
melalui panca inderanya (Depdiknas, 2003:863)
Para ahli mengemukakan pendapat secara definitif yang berbeda satu sama
lainnya. Alisuf Sabri berpendapat bahwa persepsi adalah proses individu dapat
mengenali proyek dan fakta obyektif dengan menggunakan alat individu
(Sabri, 1993:45). Persepsi seseorang terhadap sesuatu obyek tidak berdiri
sendiri akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik berasal dari dalam
maupun dari luar dirinya. Adapun menurut singgih Singgih Dirgaganansa,
faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya adalah: Pertama, motif
merupakan faktor inernal yang dapat merangsang perhatian, adanya motif
dapat menyebabkan munculnya keinginan individu melakukan sesuatu dan
sebaliknya. Kedua, kesedian dan harapan. Hal ini akan menentukan pesan
mana yang akan dipilih untuk diterima selanjutnya sebagaimana pesan yang
dipilih itu akan ditata dan diinterpretasikan. Ketiga, intensitas rangsangan.
Kuat dan lemahnya rangsangan yang diterima akan sangat berpengaruh bagi
individu. Keempat, pengulangan. Suatu rangsangan yang muncul atau terjadi
secara berulang-ulang akan menarik perhatian sebelum mencapai titik jenuh
(Dirgaganansa, 1993:7).
Menurut Bimo Walgito (1999) dalam Hakim (2005), faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi, yaitu: Pertama, stimulus yang cukup kuat. Kedua,
fisiologis dan psikologis. Jika sistem fisiologi terganggu maka akan
berpengaruh dalam persepsi orang, sedangkan segi psikologis mencakup
penggalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan sebagainya, juga akan
berpengaruh bagi seseorang dalam mempersepsikan. Ketiga, lingkungan.
Situasi yang melatarbelakangi stimulus juga mempengaruhi persepsi.
Persepsi pada akhirnya menjadi masalah penting yang sebisa mungkin
diharapkan dapat “dibentuk” oleh obyek yang dipersepsikan. Bila dalam
kenyataannya ditemukan suatu persepsi negatif dan positif terhadap obyek
yang dipersepsikan, maka jika persepsi tersebut negatif dapat diambil
kesimpulan bahwa obyek yang dipersepsikan memberikan stimulus kondisi
yang meyimpang dari yang seharusnya dipenuhi oleh obyek persepsi tersebut.
Begitu juga sebaliknya dengan persepsi positif (Abdullah dan Selamat,
2002:24).
S. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya.
Adapun penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Sukamto dengan judul
“Persepsi dan Tingkat Kesadaran Masyarakat Terhadap Pembayaran Pajak
Penghasilan Orang Pribadi dan Zakat Profesi (Studi Kasus Masyarakat
Kecamatan Ciputat)” dan hasil dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa:
1. Masyarakat Ciputat sangat sadar dalam membayar pajak dan juga zakat
profesi. Hal ini dibuktikan dengan persepsi yang diukur melalui kuesioner
dari 20 pertanyaan yang diajukan kebanyakan rata-rata masyarakat Ciputat
setuju untuk membayar keduanya dan sangat sadar dalam membayar Pajak
Penghasilan dan zakat profesi, baik sadar dilihat dari sisi hukum maupun
sadar dari sisi peraturan perpajakan juga sisi peraturan zakat.
2. Dari hasil analisa berdasarkan kuesioner masyarakat Ciputat cenderung
lebih setuju membayar zakat ketimbang pajak penghasilan karena menurut
masyarakat efek langsung membayar zakat lebih terasa khususnya
pengentasan kemiskinan.
3. Analisa masyarakat Ciputat sangat siap untuk membayar keduanya yakni
pajak penghasilan dan zakat profesi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
penelitian dimana masyarakat Ciputat sadar dalam hal tersebut.
4. Tingkat kesadaran masyarakat Ciputat ternyata sangat besar dalam hal
pembayaran pajak penghasilan.
Adapun perbedaan dengan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah
bahwa penelitian ini menggunakan objek penelitian para guru atas persepsi
perpajakannya terhadap Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang dipotong atas
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang telah diterimanya disekolah
mereka masing-masing.
Beberapa referensi jurnal terkait dengan penelitian ini :
a. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi
Penampilan Akuntan Publik Dalam Persepsi Akuntan Pendidik.
(Arya Permana, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
b. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Penyusunan
Laporan Keuangan.(Yulianti, Universitas Indonesia).
c. Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNAIR Jurusan
Akuntasnsi Terhadap Profesi Akuntan Pendidik. (Drs.Lindawati
Gani,Ak,. Lembaga Penelitian Universitas Airlangga).
d. Persepsi Akuntan Pendidik, Akuntan Publik, dan Mahasiswa
Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. (Jaka
Winarna,. Universitas Sebelas Maret Surakarta).
e. My amount is little, but my support is sincere.”From Wikipedia,
the free encyclopedia, Yizhao Lang, Augustus 24, 2009
T. Kerangka Pemikiran
Persepsi Para Guru SD & SMP tentang Perpajakan
PPh 21atas Dana BOS
U. Hipotesis
Dengan melihat permasalahan disertai dengan konsep-konsep
pemikirannya, disusun hipotesis tentang hubungan antar variabel sebagai
berikut:
1. Tidak dapat diketahui persepsi para guru SDN (X1) dan SMPN (X2) se-
Jakarta Barat tentang perpajakan dan pemotongan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
secara bersama-sama (Y).
2. Tidak terdapat perbedaan yang yang signifikan antara persepsi para guru
SDN (X1) dan SMPN (X2) se-Jakarta Barat tentang pemotongan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) secara bersama-sama.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam Penelitian ini, penulis mencoba menganalisis seberapa besar
persepsi dari para guru mengenai perpajakan dan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi (PPh 21) yang telah dipotong atas dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) yang telah mereka terima disekolah mereka masing-masing. Adapun
sekolah yang akan menjadi objek penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri
(SDN) dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di dalam wilayah
Jakarta Barat. Jumlah Sekolah Dasar Negeri (SDN) adalah sebanyak 509
sekolah dan jumlah Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) adalah
sebanyak 51 sekolah. (Tanpa nama, http://www.cengkareng.info/edukasi
/46.education/241-smp-kalideres.html?tmpl=componen&pri, 11 Mei 2009)
Dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis seberapa besar persepsi
dari para guru mengenai perpajakan dan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
(PPh 21) yang telah dipotong atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
yang telah mereka terima di sekolah mereka masing-masing dengan
melakukan penelitian yang datanya dikumpulkan sekaligus. Selain itu peneliti
menggunakan unit analisis organisasional karena unit yang dianalisis
merupakan penjumlahan dari seluruh data individual pekerja yang menjadi
anggota suatu organisasi. (Nur Indriantoro dan Supomo, 1999:94)
B. Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel yang digunakan adalah metode simple random
sampling, yaitu penentuan sampel secara acak sederhana sehingga
memberikan kesempatan yang sama yang bersifat tidak terbatas pada setiap
elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel (Nur Indriantoro dan Supomo,
2002:124). Sampel yang digunakan dalam hal ini adalah para guru di Sekolah
Dasar Negeri (SDN) dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) yang
berada di dalam wilayah Jakarta Barat.
Dalam penelitian ini penulis menentukan jumlah sampel berdasarkan
Tabel Krejcie dimana dalam perhitungan ukuran sampel didasarkan atas
kesalahan 5%. Jadi, sampel yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95%
terhadap populasi (Sugiono, 1999:64). Dari penelitian ini jumlah populasi
adalah 1960 guru dari seluruh sekolah baik SDN maupun SMPN di wilayah
Jakarta Barat. Berdasarkan Tabel Krijcie, jumlah sampel dari penelitian ini
adalah 300.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam perolehan data yang dibutuhkan guna melengkapi proses penelitian
ini, penulis melakukan serangkaian kegiatan yang bersumber dari:
1. Data Primer
Penulis menggunakan data primer dengan melakukan penelitian langsung
kepada guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMPN) yang berada di dalam wilayah Jakarta Barat.
Dasar penyusunan kuesioner ini dibuat sesuai dengan penelitian yang
dilakukan sebelumnya yaitu yang dibuat oleh Sukamto dalam skripsinya
yang berjudul “Persepsi dan Tingkat Kesadaran Masyarakat Terhadap
Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan Zakat Profesi (Studi
Kasus Masyarakat Kecamatan Ciputat).”
2. Data Sekunder
Penulis pun menggunakan data sekunder yang bersifat internal dan
eksternal. Data yang bersifat internal dilakukan dengan cara melihat
dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek penelitian. Selain itu
penulis menggunakan data bersifat eksternal seperti buku, artikel, internet,
jurnal, dan semua yang berhubungan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan
deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian deskriptif kunatitatif ini,
menggambarkan pengukuran persepsi dari para guru mengenai Perpajakan dan
Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) yang telah dipotong atas dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang telah mereka terima di sekolah
masing-masing. Selain itu metode analisis yang digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian ini adalah dengan analisis statistik deskriptif. Tujuan
utama dari analisis ini adalah memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (Iman Ghozali, 2005:19).
Selanjutnya dalam bagian ini diuraikan mengenai data primer dari masing-
masing variabel yang didasarkan atas jawaban yang diberikan oleh responden
yaitu para guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMPN) yang berada di dalam wilayah Jakarta Barat, atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam daftar pertanyaan kuesioner. Dari
sini kemudian akan diketahui mengenai frekuensi nilai terbanyak yang
diberikan oleh responden.
1. Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
untuk mengungkapkan suatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Jadi
validitas ingin mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang sudah
dibuat betul-betul dapat mengukur yang hendak kita ukur (Ghozali,
2005:45).
Pengujian validitas dilakukan terlebih dahulu dengan mempersiapkan
tabulasi jawaban responden atas pernyataan penelitian, kemudian dihitung
angka korelasionalnya atau r hitung dari jawaban setiap responden untuk
tiap butir pertanyaan dengan jumlah nilai jawaban keseluruhan pertanyaan
untuk setiap responden. Angka korelasionalnya tersebut kemudian di
bandingkan dengan angka kritis atau responden kritis untuk seluruh
responden dengan tingkat signifikansi sebesar 5% pada tabel product
moment yang digunakan pada rumus korelasi.
Suatu istrumen (setiap butir pertanyaan atau pertanyaan) dikatakan valid
bila angka korelasionalnya yang diperoleh dari perhitungan berkisar 0.
Adapun kriteria pengambilan keputusan untuk menentukan valid yakni jika
harga r hitung sama dengan atau lebih besar dari r tabel pada taraf
signifikansi 5%. Dan begitu sebaliknya, bila r hitung lebih kecil dari r tabel,
maka data tidak valid (Ghozali, 2005:45).
2. Uji Reliabilitas
Setelah menentukan validitas instrument penelitian, tahap selanjutnya
adalah mengukur reliabilitas data dan instrumen penelitian. Uji reliabilitas
adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari
suatu variabel. Suatu koesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu (Ghozali, 2005:45).
Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini adalah one shot, yaitu
pengukuran dilakukan sekali saja dan hasilnya kemudian dibandingkan
dengan pertanyaan atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.
Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah
dipastikan validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini untuk
menunjukan tingkat reliabiltas konsistensi internal. Teknik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan mengukur koefesien cronbach’s alpha,
yaitu menggunakan tabulasi jawaban responden. Reliable jika cronbach’s
alpha > 0,6.
3. Analisis Deskripsi Variabel
Selanjutnya dalam bagian ini diuraikan mengenai data primer dari masing-
masing variabel yang didasarkan atas jawaban yang diberikan oleh responden
yaitu para guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan Sekolah Menengah Pertama
Negeri (SMPN) di wilayah Jakarta Barat atas pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam daftar pertanyaan seperti terlampir. Dari sini kemudian akan
diketahui mengenai :
a. Nilai jawaban responden terendah dan tertinggi serta jangkauannya.
b. frekuensi nilai terbanyak yang diberikan oleh responden
c. Jenjang kategori dari masing-masing responden melalui interval
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur persepsi dari para guru
mengenai perpajakan dan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) yang
telah dipotong atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang telah
mereka terima disekolah mereka masing-masing. Untuk menilai
instrument penelitian akan digunakan skala pengukuran. Dengan
menggunakan skala pengukuran, maka nilai variabel yang diukur dengan
instrument tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga lebih
akurat, efesien, dan komunikatif. Skala pengukuran pada penelitian ini
menggunakan skala likert, dimana variabel akan diukur dan dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator variabel tersebut
dijabarkan menjadi komponen yang teratur untuk kemudian dijadikan
sebagai titik tolak menyusun instrument berupa pertanyaan atau untuk
dijawab oleh responden.
Untuk keperluan analisis secara kuantitatif, maka jawaban diberi nilai
mulai dari 1 sampai 5. Adapun tingkat preferensi jawaban dengan pilihan
sebagai berikut.
Tabel 3.1
Tabel Skala Sikap Responden Penelitian
No Uraian Kondisi / Nilai
1 Sangat Setuju 5
2 Setuju 4
3 Netral 3
4 Tidak Setuju 2
5 Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, Hal 74
Berdasarkan rumusan masalah yang akan dikaji dan model yang disusun
dalam landasan teorirtis maka variabel penelitian dapat dijabarkan sebagai
berikut
Persepsi para guru tentang perpajakan dan Pemotongan Pajak Penghasilan
(PPh 21) orang pribadi atas dana bantuan operasional sekolah (BOS). Dengan
berdasarkan pada Pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) yang dibayarkan
oleh wajib pajak atas penghasilan yang diterimannya dan disesuaikan
berdasarkan tarif yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dana bantuan
operasional sekolah (BOS) yang telah diterima atas pembayaran hak-haknya
yang berkaitan dengan honorarium, tunjangan, dan sebagainya yang menjadi
objek pajak.
Dalam penelitian ini operasional variabel yang digunakan adalah sebagai
berikut :
a. Perpajakan atau Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai
tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung
maupun tidak langsung dari masyarakat, guna membiayai pengeluaran
rutin serta pembangunan sosial ekonomi masyarakat. Pajak secara bebas
dapat dikatakan sebagai suatu kewajiban Warga Negara berupa
pengabdian serta peran aktif Warga Negara dan anggota masyarakat untuk
membiayai berbagai keperluan negara yang berupa pembangunan nasional
yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang dan Peraturan-
Peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara.
b. Pajak Penghasilan (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS). Pajak Penghasilan Pasal 21, selanjutnya disebut PPh 21,
merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan lain yang
dilakukan dalam bentuk tahun berjalan melalui pemotongan oleh pihak-
pihak tertentu. Pihak yang wajib melakukan pemotongan dan pelaporan
PPh 21 adalah pemberi kerja, bendaharawan, dana pensiun, badan,
perusahaan. Jumlah pajak yang telah dipotong dan disetorkan dengan
benar oleh pemberi kerja dan dipemotongan lainnya dapat digunakan oleh
wajib pajak untuk dijadikan kredit pajak atas pajak penghasilan yang
terutang pada akhir tahun. Adapun objek Pajak Penghasilan (PPh21) atas
Dana Bantuan Operasional Sekolah adalah sebagia berikut :
a. Biaya untuk kesejahteraan (honor kelebihan jam mengajar (KJM),
guru tidak tetap (GTT), pegawai tidak tetap (PTT), uang lembur)
b. Pengembangan profesi guru (Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT)
guru, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Kerja
Kepala Sekolah (MKKS), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS),
Kelompok Kerja Guru (KKG), dll)
2. Indikator Kuesioner Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan indikator
kuesioner dalam melakukan penyebaran data sehingga data yang akan
dihasilkan dapat memberikan jawaban dari setiap perumusan masalah
yang ada.
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian
No
Variabel
Indikator
Konsep
&
Teori
Item
1 Persepsi Para
Guru Tentang
Perpajakan.
1.Pengatuhan Dasar
2. Pemahaman
3. Pendapat
4. Pemikiran
5. Tanggapan
1. Siti Resmi Tahun 2005.
2. UU Perpajakan.
3. UU No.19 Th.
2000 Tentang
Penagihan Dengan
Surat Paksa.
4. UU No. 36 Tahun
2008 Tentang
Pajak Penghasilan.
1,4,9
2,8
6,7
3
5,10
2 Persepsi Para
Guru Tentang
Pemotongan
Pajak
Penghasilan
Orang Pribadi
(PPh 21) Atas
Dana Bantuan
Operasional
Sekolah (BOS).
1. Pemahaman
2. Pengetahuan
3. Peraturan
1. Panduan BOS
Buku 2009.
2. PP No. 48 Tahun 2008 Tentang
Pendanaan
Pendidikan.
3. UU No.14 Tahun
2006 Tentang
Guru dan Dosen.
4. UU No. 20 Tahun
2003 Tentang
Sistem Pendidikan
Nasional.
5. UU No. 36 Tahun
2008 Tentang
Pajak Penghasilan.
11,14 16,18
13,17
19,20
12,15
Sumber : Data Primer
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah DKI Jakarta
Jakarta merupakan daerah yang memiliki peran penting dalam
perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Sejak era kolonialisme Belanda,
Jakarta yang ketika itu bernama Batavia merupakan pusat pemerintahan
Hindia-Belanda. Saat dimulainya pergerakan perjuangan kemerdekaan
secara nasional, Jakarta merupakan jantung pergerakan yang
memompakan darah perjuangan kemerdekaan ke seluruh pelosok tanah
air.
Denyut kehidupan di Jakarta diketahui sudah sangat tua. Setidaknya
sejak 2000 tahun sebelum masehi, wilayah Jakarta sudah dihuni oleh
manusia, yaitu, pada waktu terjadinya gelombang migrasi dari kawasan
selatan Cina. Pada awal tarikh masehi, penduduk yang mendiami wilayah
Jakarta sudah berhubungan dengan negara lain. Hal ini dibuktikan dengan
masuknya kebudayaan Hindu yang diketahui dari banyaknya prasasti di
daerah sekitar Jakarta, misalnya prasasti yang ditemukan di daerah
Cilincing.
Sejak abad 15, pelabuhan Sunda Kelapa yang sekarang terletak di
Jakarta Utara menjadi pelabuhan penting di pesisir utara Jawa bagian
barat. Pelabuhan tersebut langsung dapat diakses dari pusat kerajaan
Pajajaran, yaitu, pakuan (Bogor) melalui Sungai Ciliwung. Sunda Kelapa
yang waktu itu masih termasuk wilayah kekuasaan Pajajaran menjadi
target penguasaan pihak lain, baik kerajaan nusantara lain maupun pihak
asing. Untuk menghadapi ancaman tersebut, yang datang dari Banten dan
Cirebon, tepatnya tahun 1522, Pajajaran mengizinkan Portugis mendirikan
benteng di Sunda Kelapa.
Belanda terus berusaha menguasai kembali Indonesia, salah satunya
adalah dengan melakukan politik pecah belah (devide et impera), yaitu,
dengan mendirikan Republik Indonesia Serikat (RIS). Ketika Republik
Indonesia menjadi Negara federal tersebut, Jakarta menjadi ibukota
Negara federal. Kekuasaannya berdiri sendiri dibawah kekuasaan
pemerintahan pusat RIS. Namun status ibukota RIS tidak lama, setelah
NKRI berdiri kembali, Jakarta menjadi ibukotanya.
Mulai tahun 1961, status Jakarta mengalami perubahan dari kota praja
menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI). Soemarno merupakan gubernur
pertama DKI Jakarta. Perkembangan pesat diberbagai bidang dicapai DKI
Jakarta ketika berada dibawah kepemimpinan Letjen KKO Ali Sadikin
(1966-1977). Pria yang biasa dipanggil Abang Ali ini berhasil menghapus
citra Jakarta sebagai “kampung besar” menjadi sebuah kota metropolitan.
(Tanpa nama, http://sejarahbangsaindonesia.co.cc/1_11_Sejarah-DKI-
Jakarta.html, 5 Mei 2009)
2. Pemerintahan
Dasar hukum bagi DKI Jakarta adalah Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2007, tentang Pemerintahan Provinsi Daerah
Khusus Ibukota sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. UU
ini menggantikan Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta serta UU
Nomor 11 Tahun 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah
Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta yang keduanya tidak
berlaku lagi.
Jakarta berstatus setingkat provinsi dan dipimpin oleh seorang
gubernur. Berbeda dengan provinsi lainnya, Jakarta hanya memiliki
pembagian dibawahnya berupa kota administrative dan kabupaten
administrative, yang berarti tidak memiliki perwakilan rakyat tersendiri.
Dengan demikian, DKI Jakarta hanya memiliki DPRD Provinsi dan tidak
memiliki DPRD Kabupaten/Kota.
3. Geografis Jakarta Barat
Wilayah Kotamadya Jakarta Barat mempunyai luas wilayah 12.615,14
Ha dan terletak antara 1060-48
0 BT, 60
0-12
0 LU dan dibatasi oleh wilayah
sebagai berikut:
Tabel 4.1
Batas Wilayah Jakarta Barat
Batas Wilayah
Utara Kabupaten/Kotamadya Tangerang dan Kotamadya Jakarta
Utara
Selatan Kotamadya Jakarta Selatan
Barat Kabupaten dan Kotamadya Tangerang
Timur Kotamadya Jakarta Utara dan Kotamadya Jakarat Pusat
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta
Wilayah ini secara administratif terbagi menjadi 8 kecamatan dan 56
kelurahan dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 127,11 Km2. (Tanpa
nama, http://wwwjakarta.go.id/pemerintahan/kotamadya/jakbar/, 5 Mei
2009)
Tabel 4.2
Kecamatan di DKI Jakarta
Ibukota Jakarta
Jakarta Barat Cengkareng, Grogol, Kalideres, Kebon Jeruk,
Kembangan, Palmerah, Taman Sari, Tambora
Jakarta Pusat Cempaka Putih, Gambir, Johar baru, Kemayoran,
Menteng, Sawah Besar, Senen, Tanah Abang
Jakarta Selatan Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran Baru, Kebayoran
Lama, Mampang Prapatan, Pancoran, Pasar
Minggu, Pesanggrahan, Setiabudi, Tebet
Jakarta Timur Cakung, Cipayung, Ciracas, Duren Sawit,
Jatinegara, Kramat Jati, Makasar, Matraman, Pasar
Rebo, Pulo Gadung
Jakarta Utara Cilincing, Kelapa Gading, Koja, Pademangan,
Penjaringan, Tanjung Priok
Kepulauan Seribu Kepulauan Seribu Selatan, Kepulauan Seribu Utara
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/kalideres_Jakarta _Barat
Tabel 4.3 Kelurahan di Kecamatan-kecamatan di Kota Jakarat Barat
Kecamatan Kelurahan
Cengkareng Kedaung Kali Angke, Kapuk, Cengkareng Barat,
Cengkareng Timur, Rawa Buaya, Duri Kosambi
Grogol
Petamburan
Tomang, Grogol, Jelambar, Jelambar Baru, Wijaya
Kalideres Kamal, Tegal Alur, Pegadungan, Kalideres,
Semanan
Kebon Jeruk Duri Kepa, Kedoya Selatan, Kedoya Utara, Kebon
Jeruk, Sukabumi Utara, Kelapa Dua, Sukabumi
Selatan
Kembangan Kembangan Selatan. Kembangan Utara, Meruya
Utara, Srengseng, Joglo, Meruya Selatan
Palmerah Slipi, Kota Bambu, Jatipulo, Palmerah,
Kemanggisan
Taman Sari Pinangsia, Glodok, Keagungan, Krukut, Taman
Sari, Maphar, Tangki, Mangga Besar
Tambora Tanah Sareal, Tambora, Roa Malaka, Pekoja,
Jembatan Lima, Krendang, Duri Utara, Duri
Selatan, Kali Anyar, Jembatan Besi, Angke
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/kalideres_Jakarta _Barat
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Demografi Responden
Dalam pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa penelitian ini
adalah untuk menganalisis persepsi dari responden penelititan, yaitu para guru
yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMPN) mengenai perpajakan dan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi (PPh 21) yang telah dipotong atas dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) yang telah mereka terima disekolah mereka masing-masing. Adapun
sekolah yang akan menjadi objek penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri
(SDN) dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di dalam wilayah
Jakarta Barat. Jumlah Sekolah Dasar Negeri (SDN) adalah sebanyak 509
sekolah dan jumlah Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) adalah
sebanyak 51 sekolah.
Dalam penelitian ini penulis menentukan jumlah sampel berdasarkan
Tabel Krejcie dimana dalam perhitungan ukuran sampel didasarkan atas
kesalahan 5%. Jadi, sampel yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95%
terhadap populasi (Sugiono, 1999:64). Dari penelitian ini jumlah populasi
adalah 1960 guru dari seluruh sekolah baik SDN maupun SMPN di wilayah
Jakarta Barat. Berdasarkan Tabel Krijcie, jumlah sampel dari penelitian ini
adalah 300.
Data yang diuji dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebarann
kuesioner penelitian secara langsung kepada para responden, penyebaran
kuesioner dilakukan secara kolektif kepada para pimpinan sekolah atau para
guru. Untuk memudahhkan penulis dalam melakukan perhitungan maka
diperoleh sampel responden dengan jumlah perbandingan responden para guru
SDN dan SMPN yang seimbang yaitu 150 kuesioner, baik itu para guru SDN
dan SMPN. Sehingga jumlah keseluruhan responden ialah 300.
Dari aspek gender, terdapat 177 responden guru laki-laki dan 123
responden guru perempuan, yang jika dipersentasekan keduanya bernilai
masing-masing 59 dan 41 persen. Sementara itu, dari segi tingkat pendidikan,
sebanyak 99 responden telah menyelesaikan diploma 1 (D1) atau sebesar 33%
dari total responden, sebanyak 81 responden telah menyelesaikan diploma 2
(D2) atau sebesar 27% dari total responden, dan 78 responden diantaranya
telah menyelesaikan studi diploma 3 (D3) atau sebesar 26% dari total
responden. Sementara yang telah memiliki gelar srata 1 (S1) ialah 42
responden yaitu 14% dari total responden. Pola penyebaran kuesioner,
karakteristik-karakteristik dari segi gender dan tingkat pendidikan dijelaskan
pada tabel 4.4
Tabel 4.4
Karakteristik Responden (gender & pendidikan)
Para guru Jumlah responden %
SDN 150 50
SMPN 150 50
Jumlah 300 100
Keterangan
1.Jenis kelamin
a. Laki-laki b. Perempuan
177 123
59 41
Jumlah 300 100
2.Tingkat Pendidikan
a. D1
b. D2
c. D3
d. S1
99
81
78
42
33
27
26
14
Jumlah 300 100 Sumber: Data Primer Diolah
Selanjutnya dari segi pengalaman mengajar, sebanyak 54 responden atau
sebesar 18% dari total yang responden memiliki pengalaman mengajar kurang
dari 3 tahun. Sebanyak 69 responden atau sebesar 23% dari total responden
yang memiliki pengalaman mengajar 3-6 tahun. Sebanyak 75 responden atau
sebesar 25% dari total responden yang memiliki pengalaman mengajar 6-10
tahun. Sementara itu 57 responden atau sebesar 19% dari total responden yang
memiliki pengalaman mengajar 10-15 tahun. Dan sebesar 15% dari total
responden yaitu 45 responden memiliki pengalaman mengajar lebih dari 15
tahun.
Tabel 4.5
Karakteristik Responden (Pengalaman Mengajar)
Interval Pnegalaman Jumlah Responden %
< 3 tahun 54 18
3-6 tahun 69 23
6-10 tahun 75 25
10-15 tahun 57 19
>15 tahun 45 15
Jumlah 300 100
Sumber: Data Primer Diolah
2. Hasil Uji dan Validitas
Uji validitas menunjukan sejauh mana alat ukur itu mengukur apa yang
ingin diukur. Sekiranya peneliti menggunakan kuesioner di dalam
pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disususnnya harus
mengukur apa yang diukurnya. Setelah kuesioner tersebut tersusun dengan
teruji validitasnya, maka praktek belum tentu data yang terkumpul adalah data
yang valid. Banyak hal-hal lain yang akan mengurangi validitas data; misalnya
apakah si pewawancara atau pemberi kertas angket pertanyaan yang
mengumpulkan data betul-betul mengikuti petunjuk yang telah ditetapkan
dalam keusioner. Selain itu validitas data akan ditentukan oleh keadaan
responden sewaktu diwawancarai. Bila waktu menjawab pertanyaan
responden merasa bebas tanpa ada rasa malu, takut dan cemas maka data yang
diberikan akan valid, namun sebailknya, jika responden menjawab pertanyaan
dengan rasa takut dan malu kemungkinan responden akan memberikan
jawaban yang tidak benar.
Dalam penelitian ini, keusioner yang ditampilkan memiliki 20 butir
pertanyaan yang tiap pertanyaan diuji coba dengan menguji sebanyak 50
responden dari perwakilan guru SDN dan SMPN di Jakarta Barat :
Tabel 4.6
Uji Validitas Penelitian
Butir Pertanyaan r Tabel r Hitung Keterangan
X1 0,301 0,644 Valid
X2 0,301 0,802 Valid
X3 0,301 0,345 Valid
X4 0,301 0,622 Valid
X5 0,301 0,669 Valid
X6 0,301 0,705 Valid
X7 0,301 0,339 Valid
X8 0,301 0,691 Valid
X9 0,301 0,688 Valid
X10 0,301 0,472 Valid
X11 0,301 0,646 Valid
X12 0,301 0,547 Valid
X13 0,301 0,654 Valid
X14 0,301 0,616 Valid
X15 0,301 0,640 Valid
X16 0,301 0,751 Valid
X17 0,301 0,769 Valid
X18 0,301 0,643 Valid
X19 0,301 0,503 Valid
X20 0,301 0,511 Valid
Sumber : Data Primer Diolah
Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan
dengan angka kritik. Tabel korelasi nilai – r. Angka kritik diperoleh
dengan baris N-2 maka diperoleh nilai r-tabel sebesar 0.301, ini
menunjukan bahwa nilai r- tabel lebih kecil dibandingkan r- hitung,
sedangkan dalam ilmu statistik bila r – hitung lebih besar dari r – tabel
maka pernyataan tersebut signifikan. Hal ini berarti bahwa pertanyaan-
pertanyaan tersebut memiliki nilai validitas konstrak. Dalam bahasa
statistik tersebut memiliki konsistensi internal ( internal consistency)
dalam pernyataan-pernyataan tersebut.
3. Hasil Uji Realibilitas Penelitian
Tujuan realibilitas adalah untuk mengetahui konsistensi alat ukur
(kuesioner). Terlihat nilai Alpha Cronbach pada tabel 4.7 adalah sebesar
0.750. Suatu instrumen dapat dikatakan andal (reliable) bila memiliki
koefesien keandalan realibilitas sebesar 0,6 dan untuk menentukan kriteria
indeks dapat dilihat pada tabel metodologi penelitian yang telah
dipaparkan.
Tabel 4.7
Uji Realibilitas Penelitian Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
,750 ,750 20
Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel diatas, maka hasil Alpha untuk setiap butir
instrument pertanyaan pada indeks adalah sangat tinggi. Hal ini berarti
bahwa item pertanyaan yang digunakan akan mampu memperoleh data
yang konsisten dalam arti jika pertanyaan tersebut diajukan lagi maka akan
memperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban pertama sehingga
dapat dikatakan bahwa semua variabel adalah variabel, karena nilai Alpha
Cronbach lebih besar dari 0,6.
4. Pembahasan dan Analisa Variabel Penelitian
a. Hasil Penyebaran Kuesioner
Tabel 4. 8
Hasil Penyebaran Kuesioner Para Guru SDN dan SMPN
No Pernyataan SS S N TS STS
1. Pajak merupakan suatu
kewajiban setiap Warga Negara
46
135
110
4
5
2. Pajak digunakan untuk
membiayai berbagai keperluan
Negara dengan tujuan
kesejahteraan bangsa dan negara.
63
163
74
0
0
3. Dalam pembayaran pajak tidak
dapat ditunjukan adanya
kontraprestasi langsung kepada
setiap individu oleh pemerintah.
57
152
91
0
0
4. Pajak atas penghasilan berupa
gaji, honorarium, bonus, THR,
dan penghasilan yang diperoleh
secara teratur maupun tidak
teratur wajib dipotong pajak.
69
161
70
0
0
5. Pajak dipungut oleh pemerintah
pusat dan pemerintah daerah.
70
136
94
0
0
6. Pajak sangat memberatkan setiap Warga Negaranya.
46
144
94
0
0
7. Setiap pemotongan pajak tidak
memiliki tarif yang jelas /tidak
sesuai dengan UU atau peraturan
yang berlaku.
69
110
98
23
0
8. Pemotongan dan pelaporan pajak
hanya dapat dilakukan oleh
pemberi kerja saja.
70
129
89
12
0
9.
Penasihat, pengajar, pelatih,
penceramah seharusnya tidak
dipotong pajak penghasilan. 54 98 95 41 12
10. Dengan membayar pajak
seharusnya pemerintah
memberikan kontraprestasi
langsung kepada setiap
individunya.
57
113
86
34
10
11. Salah satu maksud dan tujuan
program pengurangan subsidi
pemerintah atas Bahan Bakar
Minyak (BBM) adalah dengan
memindahkan alokasi konsumsi
ke bentuk alokasi investasi, yaitu
di bidang pendidikan.
90
138
72
0
0
12. Dengan adanya program
Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) maka pemerintah
menanggung semua biaya
pendidikan siswa-siswi wajib
belajar 9 tahun secara gratis.
94
137
69
0
0
13. Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) digunakan untuk biaya
personil (biaya untuk
kesejahteraan guru, biaya
pengembanagn profesi guru) dan
biaya non personil (biaya
penunjang kegiatan belajar
mengajar, pemeliharaan, rumah
tangga sekolah, dll)
59
152
89
0
0
14. Dengan adanya dana Bantua
Operasional Sekolah (BOS)
maka setiap siswa mempunyai
kesempatan untuk memperoleh
layanan pendidikan dasar yang
lebih bermutu sampai tamat
dalam rangka penuntasan wajib
belajar 9 tahun.
69
167
64
0
0
15. Sasaran Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) adalah semua
sekolah setingkat SD dan SLTP
baik negeri maupun swasta di
seluruh Indonesia.
66
168
66
0
0
16. Dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) yang dibayarkan
kepada setiap guru sebagai biaya
kesejahteraan guru seharusnya
tidak perlu dipotong pajak.
43
146
99
12
0
17. Saya sebagai seorang guru
sangat paham mengapa setiap
penghasilan yang diperoleh dari
dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) harus dipotong
pajak penghasilan terlebih
dahulu.
60
145
89
6
0
18. Pajak atas penghasilan yang
berasal dari dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS)
yang dibagikan sebagai biaya
kesejahteraan guru sangatlah
memberatkan.
68
135
78
19
0
19. Saya tidak mengetahui secara
pasti berapa persentase
pemotongan pajak penghasilan
yang diperoleh atas biaya
kesejahteraan guru yang
diperoleh dari dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS).
97
120
80
3
0
20. Saya tidak tahu alasannya
mengapa penghasilan yang
diterima setiap guru dari dana
Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) harus dipotong pajak
penghasilan.
41
156
103
0
0 Sumber : Data Primer Diolah.
b. Persepsi Para Guru SDN Tentang Perpajakan
Pada pembahasan mengenai persepsi para guru SDN tentang perpajakan.
Dianalisa dengan memberi keusioner yang berisi pertanyaan yang
memiliki pernyataan pengetahuan mendasar para guru mengenai
perpajakan secara umum, dimana para guru menyampaikan persepsinya
mengenai perpajakan berdasarkan pertanyaan kuesioner yang diberikan.
Analisa point pertanyaan yang berhubungan dengan persepsi para guru
terhadap perpajakannya dapat dilihat pada Tabel dan Grafik 4.9 dalam
point ini terdapat 10 (sepuluh) pertanyaan yang berhubungan dengan
perpajakan secara umum dan komprehensif. Yaitu point pertanyaan nomor
satu (1) hingga pertanyaan nomor sepuluh (10) dimana tiap point
pertanyaan menggambarkan pendapat serta analisis para guru terhadap
pengetahuannya pada perpajakan.
Persepsi para guru tentang perpajakan ketika dihitung berdasarkan
hasil yang didapat dari kuesioner kemudian diolah menunjukan hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.9
Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SDN Tentang Perpajakan Uji Proporsi Alternatif
Jawaban 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Prosentase
STS 3 0 0 0 0 0 0 0 7 5 0.01 TS 3 0 0 0 0 9 12 6 20 18 4.53% N 58 36 47 36 48 47 49 46 48 44 30.6% S 63 81 76 81 69 72 56 65 51 56 44.67% SS 23 33 27 33 33 22 33 33 24 27 19.2%
Total 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 100% Sumber : Data Primer Diolah.
Grafik Tabel 4.9
Persepsi Para Guru SDN Tentang Perpajakan
Persepsi Para Guru SDN
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perpajakan
STS
TS
N
S
SS
Berdasarkan gambaran diagram diatas terlihat jelas bahwa
kebanyakan para guru SDN mengajukan opsi Setuju dengan persentase
44.67% atas pendapatnya dalam hal ketentuan perpajakan secara umum
yang telah disepakati oleh pemerintah. Begitu besar perhatian para guru
SDN Jakarta Barat dalam mencermati perpajakan yang diikuti dengan
peran serta pemerintah dalam mensosialisasikan program wajib pajak pada
setiap warga negara Indonseia khususnya pada dunia pendidikan. Maka
dari hasil ini diharapkan pemerintah dapat lebih serius lagi untuk
menggalakan program sosialisasi perpajakan dengan pengetahuan
perpajakan kepada seluruh warga negaranya akan kepentingan perpajakan
terutama untuk kesejahteraan bangsa dan negara. Himbauan pada
pemerintah kepada setiap warga negaranya akan sadar pada perpajakannya
terutama pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) yang diterima dari
penghasilannya ataupun tunjangan yang berupa honorarium yang menjadi
objek pajak. Memang diketahui bersama adalah membayar pajak
penghasilan merupakan kewajiban bagi warga negara yang telah mencapai
PKP (Penghasilan Kena Pajak) harus membayarkan pajak penghasilannya
kepada negara. Dengan membayar pajak kita telah turut serta dalam usaha
membangun negara Indonesia ini kearah lebih maju, karena pajak
merupakan sumber penerimaan keuangan negara yang paling dominan dari
seluruh penerimaan negara. Sifat umum dari perpajakan dapat didasarkan
pada undang-undang, sehingga terdapat unsur kekuatan untuk dapat
melakukan sesuai dengan cara yang diinginkan. Pajak digunakan untuk
membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama
terutama dalam rangka mewujudkan kemandirian pembangunan nasional.
c. Persepsi Para Guru SDN tentang Pemotongan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS).
Pada pembahasan mengenai persepsi para guru SDN tentang
pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS). Dianalisa dengan memberi keusioner yang
berisi pertanyaan yang memiliki pernyataan pengetahuan mendasar para
guru SDN mengenai pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh
21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara umum, dimana
para guru SDN menyampaikan persepsinya mengenai pemotongan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) berdasarkan pertanyaan kuesioner yang diberikan.
Analisa point pertanyaan yang berhubungan dengan persepsi para
guru SDN tentang pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21)
atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dapat dilihat pada Tabel
dan Grafik 4.10 dalam point ini terdapat 10 (sepuluh) pertanyaan yang
berhubungan dengan pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh
21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara umum dan
komprehensif. Yaitu point pertanyaan nomor sebelas (11) hingga
pertanyaan nomor duapuluh (20) dimana tiap point pertanyaan
menggambarkan pendapat serta analisis para guru terhadap
pengetahuannya pada pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh
21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Persepsi para guru tentang pemotongan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ketika
dihitung berdasarkan hasil yang didapat dari kuesioner kemudian diolah
menunjukan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.10
Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SDN Tentang
Pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi ( PPh 21 ) Atas Dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Uji Proporsi Alternatif
Jawaban 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Prosentase
STS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 TS 0 0 0 0 0 6 3 9 2 0 1.3% N 36 35 45 32 33 51 45 39 42 51 27.2% S 69 69 75 85 84 72 72 68 60 78 48.8% SS 45 46 30 33 33 21 30 34 46 21 22.6% Total 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 100%
Sumber : Data Primer Diolah.
Grafik Tabel 4.10
Diagram Persepsi Para guru SDN Tentang Pemotongan Pajak Penghasilan
PPh 21 Atas Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Persepsi Para Guru SDN
100
80 TS
60 N
40 S
20 SS
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PPh21 Atas Dana BOS
Berdasarkan gambaran diagram diatas terlihat jelas bahwa
kebanyakan para guru SDN mengajukan opsi Setuju dengan persentase
48.8% atas pendapatnya dalam hal ketentuan pemotongan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) secara umum yang telah disepakati oleh pemerintah.
Begitu besar perhatian para guru SDN Jakarta Barat dalam mencermati
pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang diikuti dengan peran serta pemerintah
dalam mensosialisasikan program wajib pajak pada setiap warga negara
Indonseia khususnya pada dunia pendidikan. Maka dari hasil ini
diharapkan pemerintah dapat lebih serius lagi untuk menggalakan program
sosialisasi perpajakan dengan pengetahuan perpajakan kepada seluruh
warga negaranya akan kepentingan perpajakan terutama untuk
kesejahteraan bangsa dan negara. Himbauan pada pemerintah kepada
setiap warga negaranya akan sadar pada perpajakannya terutama pajak
penghasilan orang pribadi (PPh 21) yang diterima dari penghasilannya
ataupun tunjangan yang berupa honorarium yang menjadi objek pajak.
Memang diketahui bersama adalah membayar pajak penghasilan
merupakan kewajiban bagi warga negara yang telah mencapai PKP
(Penghasilan Kena Pajak) harus membayarkan pajak penghasilannya
kepada negara. Dengan membayar pajak kita telah turut serta dalam usaha
membangun negara Indonesia ini kearah lebih maju, karena pajak
merupakan sumber penerimaan keuangan negara yang paling dominan dari
seluruh penerimaan negara. Sifat umum dari perpajakan dapat didasarkan
pada undang-undang, sehingga terdapat unsur kekuatan untuk dapat
melakukan sesuai dengan cara yang diinginkan. Pajak digunakan untuk
membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama
terutama dalam rangka mewujudkan kemandirian pembangunan nasional.
d. Persepsi Para Guru SMPN Tentang Perpajakan
Pada pembahasan mengenai persepsi para guru SMPN tentang
perpajakan. Dianalisa dengan memberi keusioner yang berisi pertanyaan
yang memiliki pernyataan pengetahuan mendasar para guru mengenai
perpajakan secara umum, dimana para guru menyampaikan persepsinya
mengenai perpajakan berdasarkan pertanyaan kuesioner yang diberikan.
Analisa point pertanyaan yang berhubungan dengan persepsi para
guru SMPN tentang perpajakannya dapat dilihat pada Tabel dan Grafik 4.1
dalam point ini terdapat 10 (sepuluh) pertanyaan yang berhubungan
dengan perpajakan secara umum dan komprehensif. Yaitu point
pertanyaan nomor satu (1) hingga pertanyaan nomor sepuluh (10) dimana
tiap point pertanyaan menggambarkan pendapat serta analisis para guru
tentang pengetahuannya pada perpajakan.
Persepsi para guru tentang perpajakan ketika dihitung berdasarkan
hasil yang didapat dari kuesioner kemudian diolah menunjukan hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.11
Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SMPN Tentang
Perpajakan Uji Proporsi Alternatif
Jawaban 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Prosentase
STS 2 0 0 0 0 0 0 0 5 5 0.8% TS 1 0 0 0 0 7 11 6 21 16 4.13% N 52 38 44 34 46 47 49 43 47 42 29.47% S 72 82 76 80 67 72 54 64 47 57 44.73% SS 23 30 30 36 37 24 36 37 30 30 20.87% Total 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 100%
Grafik Tabel 4.11 Persepsi Para Guru SMPN Tentang Perpajakan
Persepsi Para Guru SMPN
100
80 STS
60 TS
N 40
S
20 SS
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perpaja kan
Sumber : Data Primer Diolah.
Berdasarkan gambaran diagram diatas terlihat jelas bahwa
kebanyakan para guru SMPN mengajukan opsi Setuju dengan persentase
44.73% atas pendapatnya dalam hal ketentuan perpajakan secara umum
yang telah disepakati oleh pemerintah. Begitu besar perhatian para guru
SMPN Jakarta Barat dalam mencermati perpajakan yang diikuti dengan
peran serta pemerintah dalam mensosialisasikan program wajib pajak pada
setiap warga negara Indonseia khususnya pada dunia pendidikan. Maka
dari hasil ini diharapkan pemerintah dapat lebih serius lagi untuk
menggalakan program sosialisasi perpajakan dengan pengetahuan
perpajakan kepada seluruh warga negaranya akan kepentingan perpajakan
terutama untuk kesejahteraan bangsa dan negara. Himbauan pada
pemerintah kepada setiap warga negaranya akan sadar pada perpajakannya
terutama pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) yang diterima dari
penghasilannya ataupun tunjangan yang berupa honorarium yang menjadi
objek pajak. Memang diketahui bersama adalah membayar pajak
penghasilan merupakan kewajiban bagi warga negara yang telah mencapai
PKP (Penghasilan Kena Pajak) harus membayarkan pajak penghasilannya
kepada negara. Dengan membayar pajak kita telah turut serta dalam usaha
membangun negara Indonesia ini kearah lebih maju, karena pajak
merupakan sumber penerimaan keuangan negara yang paling dominan dari
seluruh penerimaan negara. Sifat umum dari perpajakan dapat didasarkan
pada undang-undang, sehingga terdapat unsur kekuatan untuk dapat
melakukan sesuai dengan cara yang diinginkan. Pajak digunakan untuk
membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama
terutama dalam rangka mewujudkan kemandirian pembangunan nasional.
e. Persepsi para guru SMPN tentang pemotongan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS).
Pada pembahasan mengenai persepsi para guru SMPN tentang
pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS). Dianalisa dengan memberi keusioner yang
berisi pertanyaan yang memiliki pernyataan pengetahuan mendasar para
guru SMPN mengenai pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh
21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara umum, dimana
para guru SMPN menyampaikan persepsinya mengenai pemotongan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) berdasarkan pertanyaan kuesioner yang diberikan.
Analisa point pertanyaan yang berhubungan dengan persepsi para guru
SMPN tentang pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21)
atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dapat dilihat pada Tabel
dan Grafik 4.12 dalam point ini terdapat 10 (sepuluh) pertanyaan yang
berhubungan dengan pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh
21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara umum dan
komprehensif. Yaitu point pertanyaan nomor sebelas (11) hingga
pertanyaan nomor dua puluh (20) dimana tiap point pertanyaan
menggambarkan pendapat serta analisis para guru terhadap
pengetahuannya pada pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh
21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Persepsi para guru tentang pemotongan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ketika
dihitung berdasarkan hasil yang didapat dari kuesioner kemudian diolah
menunjukan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.12
Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SMPN Tentang Pemotongan
Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) Atas Dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) Alte rna tif Uji Proporsi Ja w aba n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Prose nta se
STS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 TS 0 0 0 0 0 6 3 10 1 0 1.3% N 36 34 44 32 33 48 44 39 38 52 26.67% S 69 68 77 82 84 74 73 67 60 78 48.8% SS 45 48 29 36 33 22 30 34 51 20 23.2% Tota l 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 100%
Sumber : Data Primer Diolah.
Grafik Tabel 4.12
Persepsi Para Guru SMPN Tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi (PPh 21) Atas Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Persepsi Para Guru SMPN
100
80 TS
60 N
40 S
20 SS
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PPh21 Atas Dana BOS
Berdasarkan gambaran diagram diatas terlihat jelas bahwa kebanyakan
para guru SMPN mengajukan opsi Setuju dengan persentase 48.8% atas
pendapatnya dalam hal ketentuan pemotongan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara
umum yang telah disepakati oleh pemerintah. Begitu besar perhatian para
guru SMPN Jakarta Barat dalam mencermati pemotongan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang
diikuti dengan peran serta pemerintah dalam mensosialisasikan program
wajib pajak pada setiap warga negara Indonseia khususnya pada dunia
pendidikan. Maka dari hasil ini diharapkan pemerintah dapat lebih serius
lagi untuk menggalakan program sosialisasi perpajakan dengan pengetahuan
perpajakan kepada seluruh warga negaranya akan kepentingan perpajakan
terutama untuk kesejahteraan bangsa dan negara. Himbauan pada
pemerintah kepada setiap warga negaranya akan sadar pada perpajakannya
terutama pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) yang diterima dari
penghasilannya ataupun tunjangan yang berupa honorarium yang menjadi
objek pajak. Memang diketahui bersama adalah membayar pajak
penghasilan merupakan kewajiban bagi warga negara yang telah mencapai
PKP (Penghasilan Kena Pajak) harus membayarkan pajak penghasilannya
kepada negara. Dengan membayar pajak kita telah turut serta dalam usaha
membangun negara Indonesia ini kearah lebih maju, karena pajak
merupakan sumber penerimaan keuangan negara yang paling dominan dari
seluruh penerimaan negara. Sifat umum dari perpajakan dapat didasarkan
pada undang-undang, sehingga terdapat unsur kekuatan untuk dapat
melakukan sesuai dengan cara yang diinginkan. Pajak digunakan untuk
membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama
terutama dalam rangka mewujudkan kemandirian pembangunan nasional.
Untuk mendapatkan hasil akhir dari penelitian ini, bagaimana
menganalisa hubungan persepsi para guru SDN dan SMPN di Jakarta Barat
tentang Perpajakan dan Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas dana Bantuan
Operasional Sekolah akan diterangkan dengan metode deskriptif kuantitatif.
Dimana variabel yang diuji untuk menganalisa ini adalah dengan
menghubungkan skala sikap dan point pertanyaan yang berhubungan dengan
keduanya yaitu : Perpajakan dan Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas dana
Bantuan Operasional Sekolah yang telah mereka terima disekolahnya
masing-masing dan keduanya sebagai variabel. Hasil pengelompokan
tersebut dapat dilihat dari tabel yang dibuat dan digunakan untuk melihat
keeratan hubungan skala sikap dengan point pertanyaan.
Untuk sampai pada tujuan akhir dari penelitian ini, akan diambil
kesimpulan dari hasil analisa berdasarkan prosentasi yang dihitung
berdasarkan tingkat jenjang point pertanyaan yaitu :
Tabel 4.13
Jenjang Instrumen Variabel Penelitian
Point
Pertanyaan
Instrumen Variabel
Point 01 s-d 10 Persepi Para Guru Tentang Perpajakan
Point 11 s-d 20 Persepsi Para Guru Tentang Pajak Penghasilan Orang Pribadi
atas Dana Bantuan Operasional Sekolah Sumber : Data Primer Diolah.
Tiap point pertanyaan mempunyai tingkat skala dalam point pertanyaan,
sehingga akan memudahkan peneliti untuk mengukur seberapa besar hasil
analisa yang didapat, berikut kesimpulan atau hasil perhitungan berdasarkan
persentase tiap jenjang instrumen variabel penelitian.
Dari hasil analisa yang dideskripsikan diatas terdapat sebuah analisa
sebagai berikut, berdasarkan hasil dari persentase terbesar maka akan
didapat analisa hasil persentase sebagai berikut :
Tabel 4.14
Analisa Persentase Instrumen Variabel Penelitian
Instrumen Variabel SDN SMPN
Persepi Para Guru Terhadap Perpajakan 44,67% 44,73%
Persepsi Para Guru Terhadap PPh 21 atas dana BOS 48,8% 48,8%
Sumber : Data Primer Diolah.
Dari analisa yang didapat berdasarkan persentase maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam hal persepsi para guru SDN tentang Perpajakan
didapatkan hasil yang menjawab setuju 44,67% sedangkan para guru SMPN
didapatkan hasil 44,73% dan persepsi para guru SDN tentang Pemotongan
Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas dana Bantuan Operasional Sekolah
didapatkan hasil yang menjawab setuju 48,8% begitupun dengan persepsi
para guru SMPN didapatkan hasil yang menjawab setuju 48,8%. Maka
dalam hal ini, analisa dalam penelitian ini bahwa para guru cenderung setuju
dan memahami untuk menunaikan kewajiban perpajakannya yang
khususnya pajak penghasilan orang pribadi demi kemajuan bangsa dan
negara ini dapat dilihat dari perhitungan berdasarkan persentase yaitu
kebanyakan responden sangat setuju dan setuju dalam hal perpajakannya
dan pemotongan pajak penghasilan orang pribadi atas dana bantuan
operasional sekolah, maka didapatkan kesimpulan analisa penelitian bahwa :
Para guru SDN dan SMPN di Jakarta Barat cenderung mengerti dalam
menjalankan perpajakannya terhadap pemotongan pajak penghasilan orang
pribadi atas dana bantuan operasional sekolah .
Maka dalam hal ini jawaban analisa dari penelitian ini diterima karena
berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas dan persentase yang
menunjukan jumlah yang lebih besar pada point pertanyaan yang
berhubungan dengan keduanya.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi para guru tentang
perpajakan dan pajak penghasilan orang pribadi atas dana bantuan operasional
sekolah. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan konon diketahui
bahwa salah satu subjek pajak yang dinilai kurang memahami atau mengerti
perihal kewajibannya dalam hal perpajakan adalah para pegawai disektor
pendidikan, antara lain guru dan tenaga pendidikan lainnya. Karena melihat
latar belakang para guru dan tenaga pendidikan yang mayoritas bukan dari
dunia keuangan atau dunia perpajakan maka sangat wajar jika tingkat
kesadaran dan pengetahuan perihal perpajakannya masih rendah. Dalam
kaitannya dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yaitu
pada sektor pendidikan dimana alokasi sektor pendidikan terutama pada
tingkat pendidikan dasar maka pemerintah mencanangkan Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) sebagai bentuk subsidi/bantuan pemerintah dalam
rangka Wajib Belajar 9 tahun yang bermutu.
Atas dasar data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dengan teknik
proporsi, persentase (%) dapat ditarik kesimpulan mengenai penelitian skripsi
ini yaitu persepsi para guru terhadap perpajakan dan pemotongan pajak
penghasilan orang pribadi atas dana bantuan operasional sekolah adalah
sebagai berikut :
1. Bahwa para guru SDN dan SMPN di Jakarta Barat sangat mengerti dan
memahami dalam perihal perpajakannya, hal ini terbukti dengan persepsi yang
diukur melalui kuesioner dari 20 pertanyaan yang diajukan kebanyakan rata-
rata para guru sangat mengerti dan memahami dalam perihal perpajakannya
dan pemotongan pajak penghasilan orang pribadi atas dana bantuan
operasional sekolah yang telah mereka terima di sekolah masing-masing
secara bersama-sama.
2. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa para guru sangat mengerti
dengan pengetahuan perpajakannya dan juga memahami bahwa didalam Dana
Bantuan Operasional Sekolah yang mereka terima di sekolah masing-masing
terdapat objek pajak atau Pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh
21) yang harus disetorkan kepada negara.
3. Selain itu dari hasil analisa berdasarkan kuesioner penelitian ini dapat
disimpulkan pula bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
persepsi para guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMPN) perihal perpajakan dan pemotongan pajak
penghasilan orang pribadi (PPh 21) atas dana bantuan operasional sekolah
(BOS).
B. Impilikasi
Guru adalah sebagai suatu profesi akan terus menghadapi berbagai isu
tentang integritas mereka. Oleh karena itu, faktor persepsi menjadi sangat
penting keberadaannya karena merupakan salah satu kunci penentu dalam
penilaian terhadap integritas. Dengan demikian ini, penelitian ini akan
memberikan implikasi yang cukup besar sebagai sebuah input informasi,
untuk kemudian melakukan langkah-langkah antisipatif dalam rangka menjaga
integritas, dalam hal ini adalah perpajakan dan pemotongan pajak penghasilan
orang pribadi atas dana bantuan operasional sekolah, baik oleh para guru
secara individu maupun asosiasi yang menanganinya.
Sudah menjadi ukuran bahwa respon para guru terhadap persepsi
perpajakan dan dalam menjalankan kewajibannya menunaikan pemotongan
Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas Dana Bantuan Operasional Sekolah tak
terlepas dari iklim kemajemukan para guru yang begitu terasa.
Hal ini menjadi angin segar bagi para guru, karena respon yang besar dari
para guru dan banyaknya lembaga-lembaga pemerintahan serta iklim
pembangunan yang baik, secara tidak langsung merupakan buah dari
penerapan para guru yang memahami dan sadar dalam hal perpajakan dan
membayar Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas dana Bantuan Operasional
Sekolah.
Lebih khusus, Pemerintah Daerah Khusus ibukota Jakarta Barat dapat
mengali potensi lebih dalam lagi utamanya untuk lebih meningkatkan
pemahaman dan kesadaran para guru dalam hal perpajakan dan membayar
Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas Dana Bantuan Operasional Sekolah agar
sasaran pembangunan dapat tercapai dan menjadikan Jakarta Barat sebagai
daerah percontohan bagi Daerah Khusus Ibukota lainnya dalam hal Perpajakan
dan Pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas Dana Bantuan
Operasional Sekolah.
C. Saran Penelitian
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini, maka
terdapat beberapa saran yang diajukan, sebagai berikut :
1. Dalam penelitian selanjutnya, akan semakin baik jika jumlah responden
dapat diperbanyak. Begitupun dengan area penelitian, sebaiknya juga
diperluas. Dengan begitu diharapkan, hasil penelitian dapat lebih
komprehensif karena populasi yang ada dapat terwakili dengan
representatif.
2. Peran aktif para guru dan pemerintah khususnya dalam penggalakan
sosialisasi mengenai pengetahuan perpajakan dan kesadaran membayar
pajak penghasilan orang pribadi atas dana bantuan operasional sekolah
khususnya diwilayah Jakarta Barat dan di wilayah lain.
3. Ruang lingkup penelitian diharapkan kedepan agar lebih luas tidak hanya
mengukur persepsi akan tetapi juga mengukur faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
4. Bagi pemerintah daerah disarankan agar potensi yang begitu besar dalam
hal penerimaan pajak dapat lebih ditingkatkan dan digalakkan demi
kemajuan pembangunan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas dan Depag. Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan
BOS Buku, Jakarta, 2009.
Gani, Lindawati. Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNAIR Jurusan
Akuntasnsi Terhadap Profesi Akuntan Pendidik.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Universitas
Diponogoro, Semarang, 2005.
Hamid, Abdul. Pandan Penulisan Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2004.
Indriantoro, Nur dan B. Supomo. Metodologi Penelitian Bisnis, BPFE-
Yogyakarta, 1999.
Lang, Yizhao. My amount is little, but my support is sincere.”From Wikipedia,
the free encyclopedia”, 2009.
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan.
Permana, Aria. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi
Penampilan Akuntan Publik Dalam Persepsi Akuntan Pendidik. 2008.
Resmi, Siti. Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta, 2005.
Sukamto. Persepsi dan Tingkat Kesadaran Masyarakat Terhadap Pembayaran
Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan Zakat Profesi (Studi Kasus
Masyarakat Ciputat), Jakarta, 2007.
Santoso, Singgih. Menggunakan SPSS untuk Analisis Multivariate, Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2005.
Sugiono. Metode Penelitian Administrasi, CV ALFABETA, Bandung, 1999.
Yuliana. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Penyusunan Laporan
Keuangan. 2004.
Waluyo dan B. Ilyas, Wirawan. Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta,
2003.
Winarna, Jaka. Persepsi Akuntan Pendidik, Akuntan Publik, dan Mahasiswa
Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. 2005.
Undang-Undang Perpajakan , Mitra Wacan Medika, 2006.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2006 tentang Guru dan Dosen.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tetang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
http://dispendik-kabkediri.net/informasi-mengenai-bantuan-operasional-sekolah-
th-2009/, 28 Januari 2009
http://sejarahbangsaindonesia.co.cc/1_11_Sejarah-DKI-Jakarta.html, 5 Mei 2009
http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta, 5 Mei 2009
http://www.cengkareng.info/edukasi/46.education/241-smp-
kalideres.html?tmpl=componen&pri, 11 Mei 2009