Persentasi Rhinitis

Post on 10-Aug-2015

63 views 10 download

Transcript of Persentasi Rhinitis

RINITIS ALERGIKA

Presented by Karina

Identitas Pasien

Nama : Bp.S

Umur : 33 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : PNS

Alamat : Dlingo, Bantul

Tgl Pemeriksaan: 13 February 2012

No. RM : 44.18.08

Definisi

• Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung.

• Penyakit inflamasi yang disebabkan reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulang dengan alergen spesifik tersebut ( Von Pirquet, 1986).

Etiologi• Rinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh interaksi dari pasien yang

secara genetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan

• Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas:

1. Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.

2. Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang.

3. Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan lebah.

4. Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan

• Faktor pemicu yang lain : asap rokok, polusi udara, bau aroma yang kuat atau merangsang dan perubahan cuaca.

Prevalensi

• Di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 40 juta orang menderita rinitis alergi atau sekitar 20% dari populasi.

• Di Eropa sekitar 10-15%• Di Thailand sekitar 20%• Di Jepang sekitar 10% • Di New Zealand 25%.

• Indonesia ????

Ada penelitian di suatu daerah di Jakarta mendapatkan prevalensi sebesar 23,47%, sedangkan di Bandung memperoleh insidensi sebesar 1,5%

Anatomi

Patofisiologi Rinitis Alergi

Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu • Immediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) yang

berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya • Late Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang

berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiperreaktifitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung sampai 24-48 jam

Sensitisasi

Reaksi Cepat

Reaksi Lambat

Faktor kemotaktik seperti IL5 menyebabkan infiltrasi eosinofil ke dalam mukosa hidung

Teraktivasi dan menghasilkan mediator lain ECP, EDP, MBP, dan EPO

Menimbulkan gejala Hipereaktivitas dan hiperesponsif hidung

Gejala Klinis

Diagnosis• Anamnesis

– Serangan bersin berulang– Rinore– Hidung tersumbat– Hidung dan mata gatal– Lakrimasi– Gejala alergi di luar hidung (asma, dermatitis atopi, injeksi

konjungtiva, dan lain sebagainya).

• Pemeriksaan fisik– Rinoskopi Anterior : tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat atau livid di

sertai adanya sekret encer yang banyak, , mukosa inferior ampak hipertrofi – Allergic Shiner (terdapatnya bayangan gelap di daerah bawah mata yang terjadi

karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung)– Allergic Salute (menggosok-gosok hidung, karena gatal, dengan punggung

tangan)– Allergic Crease (Keadaan menggosok hidung ini lama kelamaan akan

mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah)

– Allergic Gape (mulut selalu terbuka agar bisa bernafas)– Fades adenoid (Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi,

sehingga akan menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi-geligi )– Cobblestone Appearance (Dinding posterior faring tampak granuler dan edema )– Geographic Gongue (Lidah tampak seperti gambaran peta )– "Bunny rabbit" nasal twiching sound (suara yang dihasilkan karena lidah

menggosok palatum yang gatal dan gerakannya seperti kelinci mengunyah.)– Deviasi atau perforasi septum

Tanda Rhinitis Alergika

Rinoskopi Anterior Rinitis Alergi dengan Kelainan Warna Membran Mukosa Hidung

allergic shiner

Allergic Creasecobblestone appearance

• Pemeriksaan sitologi hidung.

Tidak dapat memastikan diagnosis pasti, tetap berguna sebagai pemeriksaan pelengkap. Ditemukan eosinofil dalam jumlah banyak menunjukkan kemungkinan alergi inhalen. Jika basofil mungkin disebabkan alergi makanan, sedangkan jika ditemukan PMN menunjukkan adanya infeksi bakteri.

• Hitung eosinofil dalam darah tepi.

• Uji kulit. uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End-point

Titration/SET) uji cukit (Prick Test) uji gores (Scratch Test)

• Tes penunjang lainnya

Tes IgE spesifik dengan RAST (Radio Immunosorbent test) atau ELISA (Enzyme linked immuno assay). IgE total > 200 IgE RAST untuk alergen

Skin Prick Test

Diagnosis Banding

• Rinitis alergika harus dibedakan dengan:– Rinitis vasomotor– Rhinitis bacterial– Rinitis virus– Influenza (Flu)

Rhinitis Alergi VS Rhinitis Vasomotor

Rhinitis Alergi VS Influenza

Terapi

• Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari kontak dengan alergen penyebabnya (avoidance) dan eliminasi

Terapi

• Antihistamin – Generasi 1 (klasik) bersifat lipofilik ; difenhidramin,

klorfeniramin, prometasin, siproheptadin – Generasi-2 (non sedatif) bersifat lipofobik ;

• Kelompok pertama adalah astemisol dan terfenadin yang mempunyai efek kardiotoksik

• Kelompok kedua adalah loratadin, setirisin, fexofenadin, deslora tadin dan levosetirisin

Kortikosteroid

• Menghambat respon alergi fase awal maupun fase lambat.• Efek utama pada mukosa hidung :

1. mengurangi inflamasi dengan memblok pelepasan mediator

2. mengurangi edema intrasel,

3. menyebabkan vasokonstriksi ringan dan menghambat reaksi fase lambat yang diperantarai oleh sel mast

4. mencegah pengeluaran protein sitotoksik dari eosinofil, mengurangi aktifitas limfosit, mencegah bocornya plasma

• Direkomendasikan sebagai terapi awal disertai dengan penghindaran terhadap alergen

Dekongestan

Continue…• Sodium Kromoglikat topikal

– bekerja menstabilkan mastosit sehingga penglepasan mediator dihambat. Pada respons fase lambat, obat ini juga menghambat proses inflamasi dengan menghambat aktifasi sel netrofil, eosinofil dan monosit.

• Antikolinergik Topikal ; ipratropium bromida– Memiliki sifat antisekretori bermanfaat untuk mengatasi rinore,

karena aktifitas inhibisi reseptor kolinergik pada permukaan sel efektor.

• Operatif– Tindakan konkotomi parsial (pemotongan sebagian konka

inferior), konkoplasti atau multiple outfractured, inferior turbinoplasty bila tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai AgNOS 25% atau triklor asetat

• Imunoterapi

Imunoterapi VS Desensitisasi

• Imunoterapi merupakan proses yang lambat dan bertahap dengan menginjeksikan alergen yang diketahui memicu reaksi alergi pada pasien dengan dosis yang semakin meningkat.

• Tujuannya adalah agar pasien mencapai peningkatan toleransi terhadap alergen, sampai dia tidak lagi menunjukkan reaksi alergi jika terpapar oleh senyawa tersebut.

Caranya.....

• Larutan alergen yang sangat encer (1:100.000sampai 1:1000.000.000 b/v) diberikan 1 – 2 kali seminggu.

• Konsentrasi kemudian ditingkatkan sampai tercapai dosis yang dapat ditoleransi.

• Dosis ini kemudian dipertahankan setiap 2-6 minggu tergantung pada respon klinik.

• Terapi dilakukan sampai pasien dapat mentoleransi alergen pada dosis yang umumnya dijumpai pada paparan alergen.

Jika ada conjungtivitis :

-Oral H1-blocker atau-Intraocilar H1-blocker atau-Intraocular chromone

Komplikasi Rinitis Alergi

Pada rinitis alergi secara mikroskopik tampak:

• tampak adanya dilatasi pemb.darah dengan pembesaran sel goblet dan sel pembentuk mukus

• pembesaran ruang interseluler dan penebalan membran basal

• proliferasi jaringan ikat dan hiperplasia mukosa

sehingga tampak mukosa hidung edema

KOMPLIKASI RINITIS ALERGI

Sinusitis paranasal

Kompleks Ostiomeatal

Terjadi perubahan pada mukosa hidungyaitu terjadi proliferasi jar.ikat dan hiperplasia mukosa, sehingga tampak mukosa hidung edema

Sumbatan ostia menyebabkan terjadinya penurunantekanan udara rongga sinus dan terjadi hipooksigenasi.

terjadinya transudasi, bila kondisi menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik untuk pertumbuhan bakteri

Sinusitis

terganggunya gerakan silia, sehingga pembersihan melalui sistem transport mukosilia terganggu

akibatnya sekret semakin tertimbun dalam sinus.

Polip Nasal

• Penyebab terbentuknya polip hidung dan kekambuhan polip hidung dan biasanya tumbuh di meatus medius

terjadi hiperplasia mukosa akibat peradangan, sehingga mukosa hidung edema akibatnya aliran udara bertubulensi terutama

di daerah sempit di kompleks ostiomeatal.

Akibatnya terjadi prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitelisasi dan pembentukan kelenjar baru. Juga terjadi peningkatan penyerapan natrium

oleh permukaan sel epitel yang berakibat retensi air

menimbulkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya sehinggajaringan yang lemah ikatannya akan terisap oleh tekanan negatif tersebut

Polip nasal

Otitis media

• Fungsi tuba eustachius– Ventilasi– drainase sekret– dan menghalangi

masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah.

Pada anak, tuba lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya

lebih horizontal dari tuba orang dewasa

Gangguan telinga tengah

Mudahnya terjadi obstruksi tuba

Terimakasih

TERIMA KASIH