Post on 05-Oct-2021
i
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SIMPANAN NASABAH BANK
SYARIAH DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
DI BNI SYARIAH KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
KHAIRUN NISA
NIM: 105 25 11059 16
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H/ 2020 M
i
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SIMPANAN NASABAH BANK
SYARIAH DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
DI BNI SYARIAH KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
KHAIRUN NISA
NIM: 105 25 11059 16
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H/ 2020
ii
vii
vii
i
v
vii
vii
ABSTRAK
Khairun Nisa. 105 251 1059 16. 2020. Perlindungan hukum terhadap simpanan
nasabah bank syariah dalam perspektif ekonomi islam di Bank BNI Syariah kota
makassar. Dibimbing oleh Ibu St.Saleha Majid dan ibu Siti Walida Mustamin
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum
terhadap simpanan nasabah yang yang di terapkan di Bank BNI Syariah kota
makassar.
Penelitian ini dilaksanakan di kota Makassar yang berlangsung selama 2
bulan mulai dari Januari sampai Maret 2020. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara wawancara dengan pegawai dan nasabah Bank BNI Syariah
kota Makassar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk perlindungan hUkum
terhadap simpanan nasabah Bank BNI Syariah sudah mengikuti ketentuan
Undang-Undang No.10 Tahun 1998 dimana bank memberikan perlindungan
kepada nasabahnya melalui proses mediasi perbankan serta penyelesaian di
lembaga penjamin simpanan (LPS), dan juga bentuk perlindungan yang diberikan
oleh pihak Bank sudah berjalan sesuai dengan konsep ekonomi islam.
Kata Kunci: Perlindungan, Simpanan Nasabah, Ekonomi Islam
i
KATA PENGANTAR
Ahamdulillahi Rabbil Alamin, Segala puji dan syukur senantiasa saya
ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya-Nya berupa ilmu pengetahuan, kesehatan dan hidayah-Nya. Shalawat
serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah SAW. Beserta seluruh
keluarga, sahabat serta orang-orang yang selalu istiqomah dijalan-Nya, berpegang
teguh pada sunnah-Nya.
Tiada jalan tanpa rintangan, tiada puncak tanpa tanjakan, tiada kesuksesan
tanpa. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah akhirnya
sampai pada titik akhir penyelesaian skripsi. Saya menyadari bahwa penelitian ini
tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun
materil. Terimah kasih untuk Kedua orang tua saya tercinta , Agussalim dan
Hajrawati serta adik saya Khumairah Kautsarni dan keluarga besar saya yang
tiada henti-hentinya, mendoakan, memberikan dukungan selama saya menempuh
pendidikan.Ucapan terimah kasih juga yang tak terhingga, peneliti hanturkan
kepada :
1. Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, MM, Selaku Rektor Universitas
Muhamdiyah Makassar.
2. Drs. H. Mawardi Pewangi, M,Pd.I Selaku Dekan Fakultas Agama
Islam
3. Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP. Selaku Ketua Prodi Hukum
Ekonomi Syariah Serta Sekertaris Prodi Hukum Ekonomi Syariah,
Dan Para Dosen Prodi Hukum Ekonomu Syariah Fakultas Agama
Islam Universtitas Muhammadiyah Makassar
4. St.Saleha Majid, S.Ag.,MH dan Siti Walida Mustamin, S.pd.,M.Si
selaku dosen pembimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
viii
vii
5. Keluarga besar HES 016 B, dillah, Inten , Kak Rahmat, Kak Achy,
SPBU Team, dan Teman-Teman PKL Seperjuangan yang telah
banyak memberikan motivasi serta dukungannya.
Penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai
pihak yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu
persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-
mudahan skrispi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca,
terutama bagi pribadi penulis. Aamin.
Makassar , 19 Dzulqaidah 1441
10 Juli 2020
Penulis
Khairun Nisa
ix
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................. iii
BERITA ACARA MUNAQASYA ..................................................................... iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 7
A. Tinjauan Umum Tentang Bank Syariah ....................................................... 7
B. Hukum Perbankan Syariah ......................................................................... 14
C. Tinjauan Umum Tentang Nasabah............................................................. 15
D. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum ....................................... 16
E. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Penyimpan Dana .............................. 18
F. Tinjauan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam ........................ 23
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 29
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 29
B. Lokasi Objek Penelitian ............................................................................. 29
C. Fokus dan Deskripsi Penelitian .................................................................. 30
D. Sumber Data ............................................................................................... 30
E. Instrumen Penelitian................................................................................... 31
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 32
x
vii
G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 34
A. Gambaran Umum lokasi penelitian ........................................................... 34
B. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Simpanan Nasabah Di Bank
BNI Syariah Kota Makassar ....................................................................... 48
C. Konsep Hukum Ekonomi Islam Terhadap Perlindungan Nasabah Selaku
Konsumen Bank Syariah ............................................................................ 59
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 67
A. Kesimpulan ................................................................................................ 67
B. Saran ........................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
xi
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kantor PT. Bank BNI Syariah Cabang
Makassar ........................................................................................... 45
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga perbankan di Indonesia pada saat ini sudah demikian umum dan
menjadi kebutuhan masyaraka yang sifatnya mendasar, berbagai macam jasa dan
kemudahan layanan yang ditawarkan oleh lembaga perbankan menjadi salah satu
daya tarik tersendiri bagi masyarakat pengguna jasa perbankan. Hal ini seiring
dengan semakin cepat dan bervariasinya aktivitas masyarakat pada umumnya.
Dan para pelaku khususnya dalam bidang perekonomian.1Perbankan merupakan
salah satu sumber dana diantaranya dalam bentuk pengkreditan bagi masyarakat,
perorangan atau badan usaha untuk memenuhi kebutuhann konsumsinya atau
untuk meningkatkan produksinya.2
Sebagai lembaga yang menjalankan usaha di bidang keuangan bank
bukanlah sembarang badan usaha melainkan secara hukum memiliki status yang
kuat dengan kekayaan sendiri yang mampu melayani kebutuhan masyarakat
Berdasarkan rumusan definis bank dapat dipahami pula bahwa kegiatan usaha
bank pada pokoknya meliputi 3 ( tiga ) bentuk kegiatan yaitu; (1) menghimpun
dana. (2) menyalurkan, dan (3) memberikan jasa keuangan.3
Bank sebagai suatu lembaga yang melindungi dana nasabah juga
berkewajiban menjaga kerahasiaan terhadap dana nasabahnya dari pihak-pihak
1 Syamsul Iskandar, Bank dan Lembaga Keuangan lain, jakarta: PT. Semesta Asia
Bersama 2008. hal 6 2 Sutarno, S.H., M,M., aspek-aspek hukum pengkerditan pada bank.: Bandung
: CV. Alfabeta, 2004, hal 1 3 Abdul Muhammad dan Rida Murniati, 2000, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan
pembiayaan, Bandung: Citra Aditya Bakti.
2
yang dapat merugikan nasabah. Dan sebaliknya masyarakat yang mempercayakan
dananya untuk dikelola oleh bank juga harus dilindungi terhadap tindakan yang
semena-mena yang dilakukan oleh bank yang dapat merugikan nasabahnya.4 Di
Negara Indonesia maupun di Negara lain ada beberapa bank yang mengalami
persoalan dalam memberikan perlindungan terhadap hak-hak nasabahnya
sehingga berdampak merugikan masyarakat.
Berkaitan dengan itu lembaga perbankan adalah suatu lembaga yang sangat
tergantung kepada kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, tanpa adanya
kepercayaan dari masyarakat, tentu suatu bank tidak akan mampu menjalankan
kegiatan usahanya dengan baik. Dalam rangka untuk menghindari kemungkinan
terjadinya kekurangan kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan, yang
pada saat ini tengah gencar melakukan ekspansi untuk mencari dan menjaring
nasabah, maka perlindungan hukum bagi nasabah penyimpan terhadap
kemungkinan terjadinya kerugian yang sangat diperlukan dan dilandasi begitu
pentingnya sandaran hukum mengenai lembaga penjamin.5 Salah satu masalah
yang sering dikeluhkan terus menerus adalah tidak adanya atau kurangnya
perlindungan terhadap nasabah,baik nasabah debitur, nasabah deposan maupun
nasabah non debitur- non deposan. Banyak kasus-kasus bank yang pernah terjadi
menunjuk bahwa kedudukan para nasabah bank tidak dilindungan oleh hukum
bahkan banyak mendapat sorotan dari masyarakat.
Upaya meraup keuntungan yang berlipat-lipat pihak bank bekerja keras
untuk menarik simpati para nasabah. Mulai dari iklan kemudahan transaksi,
4 Zainuddin ali,2007, hukum perbankan syariah , sinar grafika, jakarta hal 5
5 Hermansyah 2009, Edisi Refisi Hukum Perbankan Nasional Indonesia, jakarta : kencana
hal. 144
3
fasilitas iming-iming hadiah yang besarpun gencar dipromosikan. Namun mereka
lupa akan suatu hal yang terpenting dari itu semua, yaitu kepentingan konsumen
pada kurun waktu tersebut seolah-olah tertinggal jauh jika dibandingkan dengan
kepentingan para pelaku usaha, bahkan hak-hak konsumen termasuk menuntut
ganti rugi pada saat di rugikan akibat mengkonsumsi, menggunakan atau memakai
barang dan jasa untuk kebutuhannya tidak jelas peraturannya. Fakta menunjukka
bahwa konsumen adalah pihak yang lemah yang membutuhkan perlindungan
hukum.
Faktor utama yang menjadi kememahan nasabah adalah tingkat pemahan
masyarakat akan haknya masih rendah. Dalam usaha melindungi secara umum
maka ada undang-undang yang mengatur tentang perlindungan konsumen
(Undang-Undang No.8 tahun 1999 ) tentang perlindungan konsumen. Undang-
Undang tersebut dimaksudkan untuk menjadi landasan kuat untuk pemerintah
maupun masyarakat secara swadaya melakukan upaya pemberdayaan konsumen.
Sejalan dengan program perubahan Undang-Undang nomor 7 tahun 1992
tentang perbankan perlindungan hukum yang diberikan oleh bank atas
penggunaan jasa layanan perbankan jika dilihat berdasarkan UU 10/1998 terdiri
atas adanya kewajiban setiap bank untuk menjamin dana masyarakat. Ketentuan
pasal 37B mengatur : (1) Setiap bank wajib menjamin dana masyarakat yang di
simpan pada bank yang bersangkutan (2) Pembentukan lembaga penjamin
4
simpanan. (3) Mekanisme penjamin dana masyarakat dan kelembagaannya akan
lebih mudah di atur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.6
Bank syariah lembaga keuangan yang bernuansa islam menggunakan
pedoman Sunnah dan Al-Quran dengan prinsip bagi hasil, pada umumnya bank
syariah merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa perbankan lainnya yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.7
Kegiatan usaha perbankan syariah diatur dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang adanya kewajiban setiap bank untuk menjamin dan
masyarakat perbankan sebagaI mana di ubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang perbankan. Namun secara khusus untuk bank syariah
kegiatan usahanya dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah. Disamping itu,
terdapat undang-undang yang secara khusus mengatur mengenai prinsip
perbankan syariah yaitu Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun
2008 tentang perbankan syariah memberikan harapan segar bagi nasabah.
Di tengah berbagai macam persoalan perlindungan konsumen dalam teori
yang digunakan selama ini, muncul wacana dan pemikiran tentang hal tersebut
dalam hukum atau ekonomi islam. Para pemikir dan ekonomi islam mencoba
menggali lebih dalam hukum-hukum perlindungan konsumen dalam khazanah
perbendaharaan hukum islam. Hukum atau ekonomi islam sangat kaya dalam hal
hukum perlindungan konsumen, hal ini karena memang islam mempunyai
6 Muhammad Djumhana, 2006, Hukum Perbankan di Indonesia,Bandung : Citra Aditya
Bakti, hal.145 7 M. Syafi‟I Antonio, Bank Syariah: Teori ke praktik.Jakarta:Gema Insani press, 2001 hal
26
5
keunggulan dari ciri khas dibandingkan dengan hukum ekonomi yang lain.
Nampak dari nash-nash syara‟ tentang mu‟amalah yang lebih cendenrung dan
tertuju pada usaha menghindarkan segala bentuk kedzaliman terhadap semua
pihak baik pelaku usaha maupun konsumen. Hukum dan teori-teori dalam
ekonomi islam lebih banyak mengedepankan unsur moral yang bertujuan
tercapainya keadilan tanpa ada yang dirugikan.
Berdasarkan masalah dan fenomena tersebut di atas peneliti merasa tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul: Perlindungan Hukum Terhadap
Simpanan Nasabah Bank Syariah dalam Perspektif Ekonomi Islam di BNI
Syariah Kota Makassar.
Judul penelitian ini menarik untuk diteliti karena jumlah nasabah tiap tahun
selalu meningkat , sehingga perlu pengetahuan mengenai perlindungan dana yang
nasabah miliki sangat diperlukan. Pemahaman nasabah mengenai perlindungan
dana akan mempengaruhi minat menabung nasabah kedepannya semakin tinggi
dan kepercayaan terhadap lembaga perbankan syariah semakin kuat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah utama penelitian, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Simpanan Nasabah Di
Bank BNI Syariah Kota Makassar ?
2. Bagaimana Konsep Hukum Ekonomi Islam Terhadap Perlindungan Nasabah
Selaku Konsumen Bank Syariah ?
6
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Perlindungan Hukum Simpanan Kepada Para
Nasabah Penyimpan Di Bank BNI Syariah Kota Makassar
2. Untuk Mengetahui Konsep Hukum Ekonomi Islam Terhadap Perlidungan
Nasabah Selaku Konsumen Bank Syariah.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan pustaka bagi para pembaca
khususnya dalam hal pengembangan ilmu.
2. Secara Praktis
a. Penulis
Menambah wawasan untuk berfikir dan sistematis dalam menghadapi
permasalahan yang terjadi sebagai alat dalam mengimplementasikan
teori-teori ilmu ekonomi khususnya terkait dengan ekonomi syariah
(islam) yang diperoleh selama kuliah.
b. Penulis selanjutnya
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk
membangun penelitian selanjutnya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Menurut kamus besar bahasa indonesia pengertian bank adalah badan yang
mengurus uang, menerima simpanan dan memberi pinjaman dan memungut
bunga, dan syariah menurut bahasa (kamus) adalah hukum yang telah di tetapkan
oleh tuhan, berasal dari kata syariat, berarti hukum yang tidak bisa diakal-akali
oleh manusia sekalipun. Jadi bank syariah ialah bank yang berfungsi sebagaimana
fungsinya , namun dengan aturan dan hukum yang telah ditetapkan sesuai islam.
Pengertian bank syariah adalah bank „yang beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah islam. Maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti
ketentuan-ketentuan syariat islam, khususnya yang menyangkut tata cara
bermasalah secara islam.
Menurut Edy Wibowo dalam bukunya bank syariah adalah bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam bank ini tata. cara
beroperasinya sesuai dengan kententuan-ketentuan al-Quran dan hadist.8 Bank
yang beroperasi nya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam maksdunya
adalah bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah
islam, khusunya yang menyangkut tata cara bermuamalah dalam secara islam.
Dalam tata cara praktik itu dijauhi praktik-praktik yang dikawatirkan mengandung
8 Edy Wibowo, dkk, Mengapa Memilih Bank Syariah?, Bogor: Ghalia Indonesia
cet.I,2005 hal.33
8
unsur-unsur riba, untuk di isi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi
hasil dan pembiayaan perdagangan atau praktik-praktik usaha yang dilakukan di
zaman rasulullah atau bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya, tetapi
tidak di larang oleh beliau.
Menurut sutan remy shahdeiny bank syariah adalah lembaga yang berfungsi
sebagai intermediasi yaitu mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk
pembiayaan tanpa berdasarkan prinsip bunga, melainkan berdasarkan prinsip
syariah.9
Secara filosofis, bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan
masalah riba. Dengan demikian penghindaran bunga yang dianggap riba
merupakan salah satu tantangan yang dihadapi dalam dunia islamihadapi dalam
dunia islamihadapi dalam dunia islam.10
Dalam undang-undang republik indonesia
nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, di jelaskan bahwa perbankan
syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah, unit usaha
syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.Pengoperasionalan sistem kerja bank syariah
menggunakan prinsip syariah .
9 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti , cet ke-3,
2007 hal.1 10
Amir Macmud dan Rukmana, Bank Syariah,Teori dan Kebijakan Studi Empiris di
Indonesia. Jakarta : Erlangga, 2010, hal 4
9
2. Prinsip Prinsip Dasar Bank Syariah
Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Oleh karena itu, kegiatan
usaha yang berdasarkan prinsip syariah yang kegiatan usahanya tidak
mengandung unsur-unsur antara lain;
a. Riba yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil ) antara lain dalam
transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas dan
waktu penyerahan (fadlh), atau dalam transaksi pinjam meminjam yang
mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang di
terimah melebih pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi‟ah).
Hadis tersebut nabi dengan tegas mengatakan bahwa uang riba itu haram
meskipun hanya sedikit, nabi katakan lebih besar dosanya jika dibandingkan
dengan berzina bahkan meski berulang kali. Dan menegaskan hendaklah
menjauhi segala jenis riba, apapun bentuknya yang namanya riba tetap
diharamkan dan termasuk dosa yang sangat besar.
b. Maysir, yaitu transaksi yang di gantungkan pada suatu keadaan yang tidak
pasti dan bersifat untung-untungan
c. Gharar yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak di
ketahui keberadaannya atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi
dilakukan, kecuali di atur lain dalam syariah.11
Nilai moral dan prinsip syariah islam yang dijelaskan oleh perbankan
syariah adalah dalam menjalankan aktifitasnya berdasarkan sistem bagi hasil dan
11
Pipin Syarifin hukum dagang di indonesi’ Bandung : cv pustaka setia 2012
10
meninggalkan sistem bunga. Sistem bunga dalam pengertian uang dari masyarakat
pemilik dana ketika pihak lembaga keuangan menerima simpanan dan menjual
uang kepada masyarakat yang memerlukan dana ketika lembaga keuangan
memberi pinjaman. Dari prinsip syariah hal ini tersebut di namakan dengan riba,
umat islam dilarang mengambil riba , larangan islam agar umat islam tidak
melibatkan diri dengan riba bersumber dari berbagai surah dalam al-quran dan
hadist rasulullah saw salah satunya sebagai berikut:
Q.s : Ali Imran ayat 130
با أضعافا يضاعفت واتمىا الل آيىا ل تأكهىا انش ا أها انز
نعهكى تفهحى
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada ALLAH SWT supaya kamu mendapat
keberuntungan.12
Wahai orang orang yang beriman kepada allah dan rasulnya serta
melaksanakan syariatnya jauhilah riba dengan segala jenisnya dan janganlah
kalian mengambil tambahan dalam pinjaman kalian melebihi jumlah modal harta
kalian meskipun sedikit apalagi bila tambahan itu berjumlah banyak menjadi
berlipat ganda tiap kali jatuh tempo pembayaran hutang dan bertakwalah kepada
allah dengan komitmen dengan ajran syariatnya supaya kalian mendapat
keberuntungan dunia akhirat. Perbankan syariah bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan,
12
Departeman Agama Ri, Al-Qur‟an dan Terjemahnya.
11
kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Tegasnya dalam mencapai
tujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.
3. Produk – Produk Bank Syariah
Secara garis besar, produk yang di tawarkan oleh perbankan syariah
terbagi menajdi tiga bagian besar yaitu produk penghimpunan dana (funding),
produk penyaluran dana ( financing ) dan produk jasa (service).
1. Produk Penghimpun Dana (funding)
a. Tabungan
Menurut Undang-Undang Perbankan Syariag Nomo 21 tahun 2008,
Tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi‟ah atau investasi dana
berdasarkan mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan yang
telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek bilyet giro atau di
persamakan dengan itu. Tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yang besifat
likuid, artinya produk ini dapat diambil sewaktu-waktu apabila nasabah
membutuhkan, tetapi bagi hasil ditawarkan kepada nasabah penabung kecil.
b. Deposito
Deposito menurut Undang-Undang Perbankan Syariah No.21 tahun 2008
adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah, yang penarikannya hanya dapat dilakukan
pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah
atau Unit Usaha Syariah. Deposito adalah bentuk simpanan nasabah yang
12
mempunyai jumlah minimal tertentu, jangka waktu tertentu, dan bagi hasilnya
lebih tinggi daripada tabungan.
c. Giro
Giro menurut Undan-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 tahun 2008
adalah simpanan berdasarkan akad wadiah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet, giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan
perintah pemindah bukuan. Giro adalah bentuk simpanan nasabah yang diberikan
bagi hasil, dan pengambilan dana menggunakan cek, biasanya digunakan oleh
perusahaan atau yayasan dan atau bentuk badam hukum lainnya dalam proses
keuangan mereka. Dalam giro meskipun tidak memberikan bagi hasil, pihak bank
berhak memberikan bonus kepada nasabah yang besarnya tidak ditentukan di awal
bergantung pada kebaikan pihak bank. Prinsip operasional bank syariah
diterapkan secara luas dalam menghimpun dana masyarakat adalah prinsip
wadi‟ah dan mudharabah berikut penjelasannya :
a) Prinsip Wadi‟ah
Prinsip wadi‟ah yang diterapkan adalah wadi‟ah yadamanah. Bank
dapat memanfaatkan dan menyalurkan dana serta menjamin bahwa dana
tersebut dapat ditarik setiap saat oleh nasabah penyimpan dana. Namun
demikian rekening tidak boleh mengalami saldo negative (overdraft) .
b) Prinsip Mudharabah
Dalam pengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan dana atau
deposan bertindak sebagai shahibul mal (pemilik modal) dan bank sebagai
13
mudharib (pengelola). Bank kemudian melakukan penyaluran pembiyaan
kepada nasabah peminjam yang membutuhkan dengan menggunakan dana
yang diperoleh tersebut, baik dalam bentuk murabahah, ijarah,
mudharabah, musyarakah atau bentuk lainnya. Hasil usaha ini selanjutnya
akan dibagi hasilkan kepada nasabah penabung berdasarkan nisbah yang
disepakati. Apabila bank menggunakannya untuk melakukan mudharabah
kedua, bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi.
2. Produk penyaluran Dana/pembiyaan financing
Pembiyaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah di rencanakan,
baik dilakukan sendiri maupun lembaga dengan kata lain pembiyaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakana.
3. Produk Jasa ( service )
Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediares (penghubung) antara
pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana, bank syariah dapat
pula melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan
mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan.13
B. Hukum Perbankan Syariah
Mengingat kewenangan peraturan terhadap bank secara teknis ada pada
bank indonesia, maka ketentuan yang ada dalam fatwa DSN tepat jika
dimasukkan ke dalam peraturan bank indonesia. Untuk itu, pada tahun 2005
13
M. Syafi‟I Antonio Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta : Pustaka alfabeta
2006 hal 2
14
keluarlah PBI No.7/46/PBI tentang akad penghimpunan dan dan penyaluran dana
bagi bank yang melaksanakan usaha berdasarkan syariah, PBI dimaksud pada
tahun 2007 di cabut dengan PBI No 9/19/20-7 tentang prinsip syariah dalam
kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana serta layanan jasa bank
syariah.dalam rangka menyesuaikan dengan Undang-Undang nomor 21 tahun
2008 tentang perbankan syariah PBI No. 10/16/PBI/2007 diubah dengan
No.10/16/PBI/2008.
Kemudian untuk mempersamakan cara pandang bagi setiap pelaku dalam
industri perbaankan syariah, termasuk pengelola bank/pemilik dana/pengguna
dana, serta otoritas pengawas dirasa perlu perlu menetapkan ketentuan tentang
penghimpunan dana dan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah dalam peraturan bank indonesia. Kalau kita
baca ketentuan dalam PBI Nomor 7/46/PBI/2005 yang kemudian dicabut dengan
PBI No.9/19/PBI/2007, ternyata menjelaskan implementasi akad-akad atau
perjanjian dalam islam ke perbankan secara lebih teknis. Untuk itu setiap
stakeholders yang ada diharapkan mampu memahami dan melaksanakan
ketentuan ini dengan sebaik-baiknya.
Dalam sengketa yang mungkin terjadi antara bank syariah dan nasabah juga
telah terdapat pengaturan yaitu Undang-Undang nomor 3 tahun 2006 tentang
perubahan atas undang-undang nomor 2007 tahun 1989 tentang peradilan agama
yang didalamnya mengatur mengenai perluasan kewenangan peradilan agama.
Dalam undang-undang nomor 3 tahun 2006 ini, pengadilan agama diberikan
kewenangan menyelesaikan sengketa dibidang syariah , termasuk tetapi tidak
15
terbatas pada sengketa yang terjadi antara bank syariah dengan nasabah. Sengketa
juga dapat diselesaikan melalui alternatif penyelesaian sengketa sebagaimana
yang diatur dalam undang-undang nomor 30 tahun 1999 tentang arbitrase dan
alternatif penyelesaian sengketa.
C. Tinjauan Umum Tentang Nasabah
Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank. Penghimpunan dana
dan pemberian kredit merupakan pelayanan jasa perbankan yang utama dari
semua kegiatan lembaga keuangan bank.
Menurut Undang-Undang no. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah,
pasal 1 ayat 16. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank syariah
dan/atau UUS, berdasarkan produk yang ditawarkan diperbankan syariah, nasabah
terbagi menjadi tiga kategori yaitu:
a. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank
syariah dan/ atau UUS dalam bentuk simpanan berdasarkan akad antara
bank syariah atau UUS dan nasabah yang bersangkutan.
b. Nasabah investor adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank
syariah dan/atau UUS dalam bentuk investasi berdasarkan akad antara
nasabah syariah atau UUS dan nasabah yang bersangkutan.
c. Nasabah penerima fasilitas adalah nasabah yang memperoleh fasilitas dana
atau dipersamakan dengan, berdasarkan prinsip syariah.14
Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada bank
syariah atau unit usaha syariah berdasarkan akad wadiah atau akad lain yang tidak
14
UU RI No 21, tahun 2008, Sinar Grafika, jakarta.
16
bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk giro, tabungan, atau bentu
lainnya yang di persamakan dengan itu.
D. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum
Menurut Satjipto Rahardjo, adalah bentuk perlindungan hukum yang
melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan
kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut.15
E.M Mayers
mengatakan, bahwa hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan
kesusilaan ditinjau kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat dan yang
menjadi pedoman penguasa-penguasa negara dalam melakukan tugasnya.16
Menurut R.Soeroso perlindungan hukum didefiniskan sebagai suatu perlindungan
yang diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik
bersifat tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum
sebagai sesuatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep yang dapat
memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan, dan kedamaian.17
Perlindungan hukum kepada nasabah kepada nasabah dimaksudkan agar
tidak terjadi keuntungan yang tidak wajar atau tidak sebanding besarnya pada
suatu pihak, sedangkan pihak lain pada waktu yang sama semakin terdesak
kepentingannya. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang di berikan
terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat
preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis atau pun tidak
15
Hermasnyah, Hukum Perbankan Nasional jakarta : kencana, 2007 hal.131 16
http://hukum-on.blogspot.com/2012/pengertian-hukum-menurut-para-ahli-.html.
Diakses pada hari Selasa pukul 20;36 tanggal 26 November 2019 17
R.Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, jakarta, sinar grafika, 1998 hal 49
17
tertulis.18
Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari
fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan,
ketertiban, kepastian, kemanfaatan, dan kedamaian.
Teori perlindungan hukum Johanes Gunawan digunakan untuk menjelaskan
bahwa perlindungan hak-hak nasabah harus dilakukan pada sebelum terjadinya
transaksi ataupun setelah transaksi. Perlindungan hukum terhadap nasabah pada
saat sebelum terjadinya (pra-transaksi) melalui legislation yaitu peraturan
perundang-undangan yang selanjutnya dijabarkan dalam voluntary self regulation
melalui peraturan yang di buat oleh bank secara sukarela bagi dirinya sendiri agar
lebih berhati-hati dan waspada dalam menjalankan kegiatan usahanya. 19
Nasabah sebagai konsumen wajib mandapat perlindungan hukum atas
pemanfaatan produk jasa yang ditawarkan oleh bank. Perlindungan hukum
merupakan suatu upaya dalam mepertahankan serta memelihara kepercayaan ,
masyarkat luas khusunya nasabah.20
Perlindungan hak-hak nasabah pra-transaksi meliputi perlindungan
kebutuhan nasabah atas informasi tentang spesfikasi produk atau jasa perbankan.
Informasi yang disediakan bank harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing nasabah sebagai dasar nasabah untuk memilih dan membandingkan antara
produk atau jasa yang satu dengan produk jasa perbankan lainnya.
Perlindungan hak-hak nasabah pada saat transaksi merupakan perlindungan
hukum yang diperoleh nasabah saat melakukan transaksi atau saat melakukan
18
http://prasxo.wordpress.com/2011/02/17/definisi-perlindungan-hukum/. Diakses pada
hari Selasa pukul 21:20 tanggal 26 November 2019 19
Hasanah, Perlindungan Hukum hal.69 20
Hermansyah,2011, hukum perbankan nasional indonesia, edisi refisi, kencana jakarta,
hal 146
18
perjanjian kontrak baik simpanan maupun kredit. Tapi kebanyakan perlindungan
pada saat transaksi ini sering terabaikan oleh suatu bank itu sendiri, dengan
membuat perjanjian secara sepihak atau dengan istilah lainnya perjanjian baku
yang di buat oleh suatu lembaga yang bersangkutan.
Perlindunga hukum setelah melakukan transaksi (pasca transaksi)
merupakan perlindungan yang diberikan untuk melindungi sesudah adanya
konflik yang disebabkan oleh kerugian yang dialami nasabah. Setiap nasabah
yang dirugikan dapat menggugat bank melalui lembaga yang bertugas
menyelesaikan sengketa atau peradilan umum atau di luar pengadilan berdasarkan
pilihan sukarela para pihak yang bersangkutan.
E. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Penyimpan Dana
Perlindungan hukum bagi nasabah adalah dengan melindungi hak-hak
nasabah sebgai konsumen, meskipun beraneka ragam. Hubungan hukum antara
nasabah penyimpan dana dan bank didasarkan atas suatu perjanjian. Untuk itu
tentu adalah sesuatu yang wajar apabila kepentingan dari nasabah yang
bersangkutan memperoleh perlindungan hukum, sebagaimana perlindungan yang
diberikan oleh hukum kepada bank. Tidak dapat disangkal bahwa memang telah
ada political will dari pemerintah untuk melindungi kepentingan nasabah bank,
terutama nasabah penyimpan dana. Ini dibuktikan dengan dikeluarkannya.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, selain
yang diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 . Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Berkaitan dengan perlindungan hukum
terhadap nasabah ini.
19
1. Macam-Macam Bentuk Perlindungan Hukum
Marulak Pardede mengemukakan bahwa dalam sistem perbankan Indonesia,
mengenai perlindungan terhadap nasabah penyimpan dana, dapat dilakukan
melalui 2 (dua) cara, yaitu
1. Perlindungan secara implisit
Perlindungan secara implisit (implicit deposit protection), yaitu
perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan bank yang efektif,
yang dapat menghindarkan terjadinya kebangkrutan bank. Perlindungan ini yang
diperoleh melalui :
a. Peraturan perundang-undangan di bidang perbankan,
b. Perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan yang
efektif, yang dilakukan oleh Bank Indonesia,
c. Upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai sebuah lembaga
pada khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada
umumnya,
d. Memelihara tingkat kesehatan bank,
e. Melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian,
f. Cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan
nasabah, dan
g. Menyediakan informasi risiko pada nasabah.
2. Perlindungan secara explisit
Perlindungan secara explisit (explicit deposit protection), yaitu perlindungan
melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin simpanan masyarakat,
20
sehingga apabila bank mengalami kegagalan, lembaga tersebut yang akan
mengganti dana masyarakat yang disimpan pada bank yang gagal tersebut. 21
Perlindungan ini diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin
simpanan masyarakat, sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden RI Nomor
26 tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Bank Umum dan dalam
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
(LPS).
Undang-Undang No.10 tahun 1998 mengatur lembaga penjamin simpanan.
Lembaga ini merupakan suatu badan hukum yang menyelenggarakan kegiatan
penjamin atas simpanan nasabah penyimpan melaui skim asuransi dana
penyangga, atau skim lainnya. 22
pengaturan tentang lembaga penjamin simpanan
di atur dalam pasal angka 24 dan pasal 37 B undang-undang No.10 tahun 1998.
Pasal 1 menjelaskan bahwa lembaga penjamin simpanan merupakan suatu badan
hukum yang menyelenggarkan kegiatan penjami atas simpanan nasabah
penyimpan melalui skim asuransi, dan penyangga atau skim lainnya.23
Kedudukan LPS diatur dalam bab II UU No.24 tahu 2004 tentang lembaga
penjamin simpanan. Menurut pasal 2, LPS merupakan badan hukum yang
berkedudukan di ibu kota Negara RI. LPS dapat mempunyai kantor perwakilan di
wilayah negara RI . persyaratan dan tata cara pembentukan kantor perwakilan
diatur dengan dewan komisoner. LPS merupakan lembaga yang independen ,
21
Marulak pardede. Likuidasi Bank dan Perlindungan Nasabah, (sinar harapan : Jakarta
1992 ) hal 133 22
Neni sri imayanti, pengantar hukum perbankan indonesia, (bandung : PT refika
aditama, 2010), hal 191 23 UU Nomor 10 Tahun 1998
21
transparan dan akuntabel dalam melaksanakan tugasnya. LPS bertanggung jawab
kepada presiden.
Fungsi LPS berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2004 pasal 4
adalah sebagai berikut :
a. Menjamin simpanan nasabah penyimpanan
b. Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan
Dalam melaksanakan fungsinya, LPS mempunyai tugas :
a. Merumuskan dan menetapkan dan menetapkan
b. Melaksanakan penjamin simpanan (pasal 5 ayat 1)
Menurut Undang-Undang RI nomor 24 tahun 2004 pasal 5 ayat 2 LPS
mempunyai tugas:
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktiv
memelihara stabilitas sistem perbankan
b. Merumuskan , menetapkan dan melaksanakan kebijakan penyelasaian bank
gagal (bank resolution) yang tidak berdampak sistematik
c. Melaksankan bank gagal yang berdampak sistematik24
Dengan adanya keterkaitan antara bank dan nasabah dalam menjalankan
fungsi bank, mengakibatkan timbulnya hubungan hukum antara keduanya.
Fiduciary relation atau hubungan kepercayaan (trust) merupakan prinsip
hubungan hukum antara nasabah dan bank. Bekerjanya bank dalam pengelolaan
dana nasabah yang telah disimpan atas dasar kepercayaan, mengharuskan
24
UU RI Nomor 24 tahun 2004
22
perbankan untuk berupaya dalam memelihara, menjaga serta dalam
mempertahankan suatu kepercayaan nasabah pada bank itu sendiri.
Bentuk perlindungan dari Bank Indonesia (BI) Pada pokoknya Bank
Indonesia mempunyai 3 bidang tugas, yaitu (1) menetapkan dan melaksanakan
kebijkan moneter, (2) mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran dan
(3) mengatur dan mengawasi bank. Kewenangan mengatur ini yang kemudian
pada bulan januari tahun 2004 Bank Indonesia membuat arsitektur perbankan
Indonesia, dengantujuan untuk memberikan peta perbankan dimasa yang akan
dating.
Menurut Hermansyah, perlindungan hukum bagi nasabah penyimpan dana
pada hakikatnya adalah melindungi kepentingan dari nasabah penyimpan dana
simpanannya yang disimpan di suatu bank tertentu terhadap suatu risiko kerugian.
Perlindungan hukum ini juga merupakan upaya untuk mempertahankan dan
memelihara kepercayaan masyarakat khususnya nasabah, maka sudah sepatutnya
dunia perbankan perlu memberikan perlindungan hukum itu.
Perlindungan hukum terhadap nasabah penyimpan dana itu ada dua macam,
yaitu perlindungan hukum secara tidak langsung dan perlindungan hukum secara
langsung.
1) Perlindungan Hukum Secara Tidak Langsung
Perlindungan hukum secara tidak langsung diberikan oleh bank kepada
nasabah terhadap segala resiko kerugian yang timbul akibat suatu kegiatan
usaha dari bank. Jadi secara tidak langsung bank memberikan perlindungan
hukum kepada nasabah penyimpan dana terhadap dana-dana dari nasabah
23
Bentuk perlindungan secara tidak langsung yang diberikah oleh bank
kepada nasabahnya adalah menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip kehati-
hatian tersebut mengharuskan pihak bank untuk selalu hati-hati dalam
menjalankan kegiatan usahanya, dalam arti harus selalu konsisten dalam
melaksanakan peraturan perundang-udangan bidang perbankan berdasarkan
profesionalisme dan itikad baik.
2) Perlindungan Hukum Secara Langsung
Perlindungan hukum secara langsung yang diberikan kepada nasabah yaitu
ada dua cara: hak prefen dan adanya lembaga asuransi deposito. Hak prefen
adalah suatu hak yang diberikan kepada seorang kreditor untuk di dahulukan
dari kreditor-kreditor yang lain. Maksudnya jika terjadi kebangkrutan pada
bank, dalam hal ini bank wajib meneritahukan kepada nasabah penyimpan
dana untuk memberikan resiko-resiko kemungkinan terjadinya kerugian
bank.25
Undang-Undang No.10 tahun 1998 pasal 29 ayat (4) menyatakan untuk
kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan
terjadinya resiko kerugian sehubung dengan transaksi nasabah yang dilakukan
melalui bank.
F. Tinjauan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam
Menurut alimin dalam bukunya menjelaskan mengenai konsumen dalam
islam yaitu kelompok atau badan hukum pemakai suatu harta benda atau jasa
karena adanya hak yang sah, baik ia dipakai untuk pemakaian akhir ataupun untuk
25
Hermansyah, hukum perbankan nasional indonesia, kencana premada media grup
jakarta, 2005 hal 71
24
proses produksi selanjutnya. Dalam hukum ekonomi islam tidak membedakan
antara pemakai akhir dengan pemakai medium.26
Perlindungan konsumen sebagai yang termuat dalam UUPK merupakan
perlindungan yang berlaku secara umum meliputi segenap rakyat indonesia tanpa
melihat agama yang dianutnya, adapun muatan UUPK diantaranya terkait hak dan
kewajiban baik pelaku usaha, dianggap telah berkesesuaian sesuai dengan prinsip-
prinsip islam. Namun demikian, mengingat bahwa mayoritas masyarkat indonesia
adalah umat islam, maka diperlukan bentuk-bentuk perlindungan hukum lainnya
yang khusus melindungi konsumen muslim.
Pengertian perlindungan konsumen dalam Ekonomi Islam adalah
merupakan cara bagaimana ekonomi islam memenuhi kebutuhan konsumen
(komunitas muslim) dalam mengonsumsi suatu jenis barang. Dalam konteks
ini, bisa juga berarti bagaimana ekonomi islam mengatur produsen dalam
kegiatan produksinya menyediakan kualitas barang yang dikonsumsi. Hal ini
dilakukan melalui tindakan penerapan sifat pasar yang islami dan terkontrol.
Dengan demikian pengertian Perlindungan konsumen dalam ekonomi Islam
dapat diartikan sebagai Sebuah gerakan yang terorganisir untuk melindungi
kepentingan ekonomi semua kalangan konsumen (muslim dan non-muslim)
yang dipraktekkan ke berbagai lembaga pemerintah dan non-pemerintah yang
bertujuan untuk menjamin hak-hak konsumen sehubungan dengan barang dan
jasa yang benar dan bermanfaat mencakup informasi yang diinginkan dan
sesuai dengan legitimasi, tidak hanya perlindungan konsumen dalam pemasaran
26
Muhammad dan alimin, etika dan perlindungan konsumen ekonomi islam ( BPFE
yogyakarta , 2005 )
25
barang dan jasa namun juga meluas ke tahap perlindungan konsumen dalam
kegiatan produksi.
1. Landasan Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Hukum Islam
Sumber hukum dalam Islam yang telah disepakati oleh para fuqaha ada 4,
yaitu berdasarkan Al-Qur‟an, Sunnah, Ijma‟, dan Qiyas. Sumber-sumber hukum
ini dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan hukum perlindungan konsumen
dalam Islam. AlQur‟an merupakan sumber hukum pertama (sumber primer)
dalam ajaran Islam. Sunnah adalah sumber hukum kedua (sumber sekunder)
setelah Al-quran, dan dapat dijadikan sumber hukum pertama (sumber primer)
apabila tidak ditemukan penjelasan atas suatu masalah di dalam Al-Qur‟an.
Adapun ijma‟ adalah kesepakatan semua mujtahid dari kalangan umat Islam pada
suatu masa, setelah wafatnya Rasulullah SAW atas suatu hukum syara‟ mengenai
suatu kejadian maupun kasus27
. Ijma‟ hanya ditetapkan setelah wafatnya
Rasulullah SAW dan hanya dapat dijadikan sebagai sumber hukum apabila tidak
ditemukan penjelasan atau norma-norma hukum di dalam Al-Qur‟an maupun
sunnah mengenai nai suatu masalah atau kasus. Sedangkan qiyas adalah
menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada nash-nya kepada kejadian yang
ada nash-nya, dalam hukum yang telah ditetapkan oleh nash.28
Qiyas ini
merupakan metode dalam pengambilan hukum yang didasarkan pada illat-illat
hukum yang terkandung di dalamnya.
2. Pembentukan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam
27
Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam,
Bandung, Alma‟arif, 1986, Hlm. 58-59 28 Ibid, Hlm. 66
26
Pembentukan Perlindungan konsumen dalam Ekonomi Islam
Perlindungan konsumen dalam ekonomi islam sudah sering disebut semenjak
periode antara tahun 1 H sampai dengan tahun 40 H yang merupakan periode
berdirinya Negara islam dan juga pembentukan basis legislative dimana di
dalamnya diwujudkan prinsip – prinsip islam dalam semua urusan kehidupan
dan tingkat budaya masyarakat dari waktu ke waktu. Pembentukan
perlindungan konsumen ini didasarkan pada penjelasan dalam Al-Qur‟an dan
al-hadist sebagai berikut:
a) Al-Quran
Pelaksanaan perekonomian dalam Islam sepenuhnya berdasarkan
ajaranyang terkandung dalamAl-Quran,sunnah Rasul Saw, dan ajaran yang
dilaksanakan para sahabat. Dengan adanya perlindungan hukum maka diharapkan
kehidupan masyarakat akan lebih baik, aman, dan terhindar dari tindakan
yangmerugikan. Terlepas dari hal yang tersebut di atas, yang tidak kalah
pentingnya adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan
perlindungan kepada konsumen.Tentu saja hal ini tidak lepas dari adanya
kesadaran produsen(pelaku usaha) sehingga kedua belah pihak tidak saling
dirugikan.
Allah SWT berfirman dalam Qs. Surah Al-Maidah Ayat 67:
نى ت سبك وئ ك ي زل ئن سىل بهغ يا أ ا بهغت ا أها انش فعم ف
ل هذي انمىو انكافش الل اناس ئ ك ي عص سسانته والل
27
Terjemahnya :
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dariTuhanmu. Dan jika
tidak kamu kerjakan (apayang diperintahkan itu,berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Allah memeliharakamu dari (gangguan)
manusia.Sesungguhnya Allah tidak memberipetunjuk kepada orang-orang yang
kafir.(Qs. Al-Maidah: 67)
Ayat ini mengingatkan Rasul agar menyampaikan ajaran agama kepada
Ahl-al-Kitab tanpa menghiraukan ancaman mereka, yang mana Allah
berjanjimemelihara Rasul dari gangguan dan tipu daya orang-orang Yahudi
danNasrani. Dengan kata lain Ayat ini berbicara tentang perlindungan yang
diberikan Allah kepada mereka yang menyampaikan ajaran agama Allah, untuk
merealisasikan kemashlahatan manusia dengan menjamin kebutuhan.
b) Hadist
Hadist Islam juga memiliki prinsip dalam hal melindungi kepentingan
manusia,sebagaimana sabda Rasulullah yang menyatakan:
Dari Abu Sa‟idSa‟d bin Sinan al-Khudri ia berkata:
sesungguhnyaRasulullah SAW bersabda: “Tidak boleh melalukan perbuatan
yangmemudharatkan dan tidak boleh membalas kemudharatan dengancara
yang salah”.(HR. ibnu Majjah dan al-Daruqutni).
Maksud hadits di atas adalah sesama pihak yang berserikat hendaknya
saling menjaga hak dan kewajiban masing-masing, sehingga tidak
tejadinyakecurangan-kecurangan yang dapat mengakibatkan kerugian sebelah
pihak yang melakukan perserikatan tersebut..29
29
Fathturrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transasksi di Lembaga
Keuangan Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2012)
28
Selain itu dalam lapangan ekonomi syariah (mu‟amalah) para ulama juga
menggariskan rukun dan syarat akad. Rukun akan terdiri dari dari 4 pilar yaitu;
1. Kesepakatan Untuk Mengikatkan Diri (Shigat Al-’Aqdu),
2. Pihak-Pihak Yang Berakad (Al-Muta’aqqidin/Al-’Aqidi),
3. Objek Akad (Al-Ma’qud ’Alaih/Mahalu ’Al-Aqd),
4. Tujuan Akad (Maudhu’ Al’aqdu).
Sedangkan syarat akad meliputi pertama, syarat terjadinya akad (syurut al-
in’iqad) berupa hal yang umum (‟am) dan khusus (khas) yang tidak bertentangan
dengan aturan agama (syara‟). Kedua, syarat sah akad (syuruth al-shihhah) supaya
terhindar dari dampak akad seperti ketidakjelasan spesifikasi jenis, harga dan
tanggung jawab (al-jahalah), keterpaksaan (al-ikrah), pembatasan waktu (al-
tauqit), ketidakjelasan atau fiktif (al-gharar), mudarat (al-dharar), permainan harga
(syarthu al-fasid). Ketiga, syarat pelaksanaan akad (syuruth al-nafadz) meliputi
aspek kepemilikan (al-milk) dan kekuasaan/kewenangan (al-wilayah). Keempat,
kepastian hukum (syuruth al-luzum)30
30
Suyud Margono, et. al. , Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah, (CV Novindo Pustaka
Mandiri, 2009
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan kualitatif . Penelitian
ini diharapkan mampu memberikan gambaran secara rinci dari teori mengenai
perlindungan hukum yang sistematik menyeluruh mengenai hal hal yang
berhubungan dengan kegiatan usahan bank dengan prinsip syariah, khususnya
dalam menghimpun dana karena penelitian ini menganalisa aspek,
perlindungan kepada para nasabah melalui perangkat hukum perbankan yang
berlaku.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan yuridis sosiologis karena data
sekunder untuk melihat aturan undang-undang tentang perbankan syariah dan
data primer untuk meninjau hubungan hukum antara bank dengan para
nasabah dengan melihat aspek perlindungan hukumnya.
B. Lokasi Objek Penelitian
Lokasi Penelitian dilaksanakan di PT. Bank BNI Syariah Cabang
Makassar yang terletak di Jalan Dr.Ratulangi, Parang, Kecamatan Mamajang,
Kota Makassar, Sulawesi Selatan, 90125. Dimana penetapan lokasi ditentukan
untuk mempermudah penelitian dan penelitian di rencanakan selama 2 (dua) bulan
pada tahun 2020.
30
C. Fokus dan Deskripsi Penelitian
Dalam penelitian ini mengfokuskan bagaimana bentuk perlindungan
hukum terhadap simpanan nasabah sebagai konsumen bank syariah di bank BNI
syariah.
Penelitian ini berfokus pada dalam 2 hal pokok permasalahan yaitu :
1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap simpanan nasabah yang
diterapkan oleh pihak bank BNI syariah kota makassar.
2. Bagimana konsep hukum ekonomi islam terhadap perlindungan nasabah
sebagai konsumen bank syariah.
D. Sumber Data
1. Sumber data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti
(atau petugasnya) dari seumber pertamanya.31
Data primer diperoleh dari
lokasi yang secara langsung melalui observasi dan wawancara dengan
pegawai di Bank BNI Syariah Kota Makassar.
2. Sumber data sekunder adalah diperoleh dari sumber yang telah ada. Data
tersebut diperoleh dari perpustakaan atau laporan-laporan penelitian
terdahulu dang berbentuk tulisan.32
aturan hukum perundang-undangan
dan yang di buat secara resmi oleh aparat hukum dan berdasarkan prinsip-
prinsip ekonomi islam melalui buku-buku yang berkonsep hukum
ekonomi islam dan perlindungan konsumen.
31
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Rajawali, 1987), Hal 93 32
Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya (Jakarta:
Ghalia IKAPI, 2002) Hal 82
31
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2006: 149) merupakan
alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Sedangkan menurut Suharsimi
Arikunto dalam edisi sebeumnya adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah
diolah.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen yaitu satu-satunya
instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Peneliti
mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data seperti
tape recorder, video kaset, atau kamera. Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-
alat ini sangat tergantung pada peneliti itu sendiri.
Peneliti melalui observasi langsung di lokasi (disebut "Participant-
Observer") di samping memiliki kelebihan-kelebihan, juga mengandung beberapa
kelemahan. Kelebihannya antara lain, pertama, peneliti dapat langsung melihat,
merasakan, dan mengalami apa yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dengan
demikian, peneliti akan lambat laut "memahami" makna-makna apa saja yang
tersembunyi di balik realita yang kasat mata (verstehen). Ini adalah salah satu
tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian kualitatif.
Kedua, peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data telah
mencukupi, data telah jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam penelitian
kualitatif, pengumpulan data tidak dibatasi oleh instrumen (berupa wawancara)
yang sengaja membatasi penelitian pada variabel-variabel tertentu saja.
32
Ketiga, peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data,
menganalisanya, melakukan refleksi secara terus menerus, dan secara gradual
"membangun" pemahaman yang tuntas tentang sesuatu hal. Ingat, dalam
penelitian kualitatif, peneliti memang "mengkonstruksi" realitas yang tersembunyi
(tacit) di dalam masyarakat.33
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan:
1. Observasi
Didalam artian penelitian observasi mengadakan pengamatan langsung di
lokasi penelitian secara berulang terhadap suatu objek pengamatan pada tempat
yang sama ataupun berbeda. Observasi difokuskan pada pengamatan langsung
terhadap perlindungan hukum terhadap simpanan nasabah
2. Wawancara ( interview )
Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai akan mencatat opini
dan hal lain yang berkaitan dengan perlindungan bank kepada simpananan
nasabahnya. Wawancara dilakukan guna memperoleh data primer tentang
bentuk perlindungan simpanan nasabah.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan guna mendapatkan data sekunder dengan cara
melakukan kajian terhadap data-data dokumen pribadi dan dokumen resmi,
baik visual maupun berupa tulisan yang berkaitan dengan masalah penelitian
33
Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
RosdaKarya. 2000), h. 19.
33
berupa buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan
serta keterangan yang wdapat mendukung penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisa data kualitatif dilakukan secara interaktif serta
berlangsung secara terus menerus hingga tuntas. Adapun analisis data
menggunakan data sebagai beriku :
1. Reduksi data
Peneliti melakukan pengambilan data di lapangan melalui dengan
mewawancara sumber data utama, peneliti mencatat atau merekam semua
jawaban yang di kemukakan oleh sumber yang di peroleh oleh penulis. Maka
yang harus dilakukan penulis adalah mereduksi data dengan merangkum semua
hasil wawancara, observasi dan dokumentasi kemudian menfokuskan mengambil
permasalahan yang ingin dikaji.
2. Penyajian data
Setelah pendapat informasi dari tahap wawancara, penulis memasuki Proses
penyajian data dimana menyajikan data yang sudah di peroleh melalui tahap
wawancara dan menganalisa kembali yang diuraikan dengan singkat dan jelas.
3. Kesimpulan
Setelah data disajikan dan diverifikasi dalam bentuk naratif berdasarkan hasil
data data yang di kumpulkan di lapangan peneliti selanjutnya menarik kesimpulan
sesuai dengan fokus masalah yang telah diteliti.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Bank BNI Syariah
BNI Syariah didirikan pada tanggal 5 Juli 1946 berdasarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang N0. 2 Tahun 1946 dengan nama Bank
Negara Indonesia yang berfungsi sebagai Bank Sentral dimana sebagai Bank
Pertama yang secara resmi dimiliki Negara RI, BNI merupakan pelopor
terciptanya berbagai produk dan layanan jasa perbankan.
Pada tahun 1949 pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia
sebagai Bank Sirkulasi atau Bank Sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan
sebagai Bank Pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai
Bank Devisa dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri. Sehubungan
dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia
diubah menjadi Bank Komersial milik pemerintah. Perubahan ini dengan putusan
penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari indentitas perusahaan. Nama
Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan
ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai “BNI 46”, dan
karena ingin menggunakan nama panggilan yang mudah diingat maka dirubah
menjadi “Bank BNI” bersamaan dengan perubahan identitas perusahaan tahun
1988. Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara
Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik
diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996
35
dan PT Bank Negara Indonesia (Persero), kini berubah menjadi PT Bank Negara
Indonesia, Tbk. Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai
digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah
keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan “Bank BNI” dipersingkat
menjadi “BNI”, sedangkan tahun pendirian yaitu “46” digunakan dalam logo
perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang
lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berangkat dari semangat
perjuangan yang berakar pada sejarahnya, BNI bertekad untuk, memberikan
pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta senantiasa menjadi kebanggaan negara.
Setelah dikeluarkannya Undang-Undang No.10 Tahun 1998 yang
memperbolehkan Bank Konvensional untuk membuka layanan syariah, kemudian
pada tahun 1999 terbentuklah Tim Proyek Cabang Syariah. Setelah terjadinya
krisis ekonomi moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998, melihat situasi
dan kondisi yang terjadi, banyaknya bank yang dilikuidasi, hanya bank yang
memiliki prinsip syariah yang masih berdiri kokoh. Dengan berlandaskan pada
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, pada tanggal 29 April 2000, didirikan Unit
Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang yaitu di Yogyakarta, Malang,
Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang
menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.
Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor
Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan kurang 1500 outlet yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional
perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah.
36
Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh Dr.
Hasanuddin, M.Ag yang sebelunya diketuai oleh KH. Ma‟ruf Amin, semua
produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi
aturan syariah.34
Di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2000 ditetapkan bahwa status
UUS bersifat temporer dan akan dilakukan Spin off tahun 2009. Rencana tersebut
terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai
Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak
terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan
diterbitkannya UU No.19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN) dan UU No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.
Pada tahun 2003 dilakukan penyusunan corporate plan UUS BNI yang
didalamnya termasuk rencana independensi BNI Syariah diperkuat dengan
kebijakan otonomi khusus yang diberikan oleh BNI kepada UUS BNI pada tahun
2005. Pada tahun 2009, BNI membentuk tim implementasi pembentukan Bank
umum syariah, sehingga terbentuk PT. BNI Syariah yang efektif dan beroperasi
sejak tanggal 19 Juni 2010. Berdasarkan surat keputusan Gubernur Bank
Indonesia No. 12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010, setelah sebelumnya
pendirian Perseroan telah ditetapkannya Akta No.160 dan telah disahkan melalui
Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor: AHU-15574, AH.01.01
Tahun 2010, tanggal 25 Meret 2010.
34
Betara Indra Gunawan, Sejarah Berdirinya Bank Negara Indonesia Syariah,
http://ktara.blogspot.com/2015/03/sejarah-berdirinya-bank-negara-indonesia-syariah.html
diakses pada tanggal 3 April 2020 pukul 10.51
37
Pada akhir tahun 2018, jaringan usaha BNI Syariah tersebar mencapai 2
Kantor wilayah, 68 Kantor Cabang, 196 Kantor Cabang Pembantu, 16 Kantor
Kas, 23 Mobil Layanan Gerak, dan 52 Payment Point.35
2. Visi dan Misi Bank BNI Syariah
1. Visi PT. Bank BNI Syariah Cabang Makassar
Menjadi Bank Syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan
kinerja.
2. Misi PT. Bank BNI Syariah Cabang Makassar
a) Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada
kelestarian lingkungan.
b) Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jassa perbankan
syariah.
c) Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.
d) Menciptakan wahan terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya
dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah.
e) Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.
3. Budaya Kerja PT. Bank BNI Syariah Cabang Makassar
1. Amanah
a) Jujur dan menepati janji
b) Bertanggung jawab
c) Bersemangat untuk menghasilkan karya terbaik
d) Bekerja ikhlas dan mengutamakan niat ibadah
35 www.bnisyariah.co.id diakses pada tanggal 03 April 2020 pada pukul 12.14
38
e) Melayani melebih harapan
2. Jamaah
a) Peduli dan berani memberi maupun menerima umpan balik yang
konstruktif
b) Membangun sinergi secara profesional
c) Membagi pengetahuan yang bermanfaat
d) Memahami keterkaitan proses kerja
e) Memperkuat kepemimpinan yang efektif
4. Kegiatan Operasional Perusahaan
1. Penghimpunan Dana (funding)
a. Produk Tabungan
Tabungan merupakan simpanan dalam bentuk mata uang rupiah yang
dikelola berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah mutlaqah
atau akad wadiah. Bank sebagai pihak yang bebas tanpa pembatasan dari
pemilik dana menyalurkan dana nasabah tersebut dalam bentuk
pembiayaan kepada usaha-usaha yang menguntungkan dan tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. Atas keuntungan yang didapat dari
penyaluran dana, bank memberikan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang
telah disepakati. Jenis tabungan yang ada di BNI Syariah yaitu:
a). Tabungan iB Hasanah
Yaitu tabungan dengan akad mudharabah atau wadiah yang memberikan
berbagai fasilitas serta kemudahan dalam mata uang rupiah.
39
b). Tabungan iB Bisnis Hasanah
Yaitu tabungan dengan akad mudharabah yang dilengkapi dengan detil
mutasi debet dan kredit pada buku tabungan dan bagi hasil yang lebih
kompetitif dalam mata uang rupiah.
c). Tabungan iB Prima Hasanah
Tabungan iB prima Hasanah yaitu tabungan dengan akad mudharabah
yang memberikan berbagai fasilitas dan kemudahan bagi nasabah
segmen high networth individuals secara perorangan dalam mata uang
rupiah dan bagi hasil yang kompetitif.
d). Tabungan iB Tunas Hasanah
Yaitu tabungan dengan akad wadiah yang diperuntukkan bagi anak-anak
dan pelajar yang berusia dibawah 17 tahun.
5. Produk Transaksi
Produk transaksi di BNI Syariah yaitu Giro iB Hasanah. Simpanan Giro iB
Hasanah merupakam produk penyimpanan dana yang menggunakan prinsip
wadiah yad ad-dhamanah (titipan murni). Pada produk ini nasabah menitipkan
dana dan bank akan mempergunakan dana tersebut sesuai dengan prinsip syariah
dan menjamin akan mengembalikan titipan tersebut secara utuh bila sewaktu-
waktu nasabah membutuhkannya.
6. Produk Investasi
1) Deposito iB Hasanah
Deposito iB Hasanah adalah simpanan berjangka yang ditujukan untuk
berinvestasi bagi nasabah perorangan dan perusahaan, dengan menggunakan
40
prinsip mudharabah mutlaqah. Dana nasabah dikelola dengan cara
disalurkan melalui pembiayaan usaha produktif yang sesuai dengan prinsip
syariah dan menghasilkan bagi hasil yang kompetitif bagi nasabah.
2) Tabungan iB Baitullah Hasanah
Yaitu tabungan dengan akad mudharabah atau wadiah yang dipergunakan
sebagai sarana untuk mendapatkan kepastian porsi berangkat menunaikan
ibadah haji (reguler/khusus) dan merencanakan ibadah umrah sesuai
keinginan penabung dengan sistem setoran bebas atau bulanan dalam mata
uang rupiah dan USD.
3) Tabungan iB Tapenas Hasanah
Yaitu tabungan dengan akad mudharabah untuk perencanaan masa depan
yang dikelola berdasarkan prinsip syariah dengan sistem setoran bulanan
yang bermanfaat untuk membantu menyiapkan rencana masa depan seperti
rencana liburan, idadah umrah, pendidikan ataupun rencana pendidikan
masa depan lainnya.
7. Penyaluran Dana (financing)
Penyaluran dana (pembiayaan) di BNI Syariah ada dua yaitu:36
a. Produktif
a). Tunas Usaha iB Hasanah
Tunas Usaha iB Hasanah (TUS) adalah pembiayaan modal kerja atau
investasi yang diberikan untuk usaha produktif yang feasible namun
36
Sri Ekawati. 2018. Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) di PT Bank BNI
Syariah Kantor Cabang Utama Makassar. h 60-61.
41
belum bankable dengan prinsip syariah dalam rangka mendukung
pelaksaan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007.
b). Wirausaha iB Hasanah
Wirausaha iB Hasanah (WUS) adalah fasilitas pembiayaan produktif
yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan usaha-usaha
produktif (modal kerja dan investasi) yang tidak bertentangan dengan
syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c). Usaha Kecil iB Hasanah
Yaitu fasilitas pembiayaan produktif yang diberikan untuk
pengembangan usaha yang fesible guna memenuhi kebutuhan modal
kerja atau investasi.
d). Umrah Keluarga Hasanah
b. Konsumtif
Berikut merupakan pembiayaan konsumtif yang disalurkan oleh Bank
BNI Syariah:37
a). Griya iB Hasanah
Pembiayaan Griya iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan komsumtif
yang diberikan kepada anggota masyarakat untuk membeli, membangun,
merenovasi rumah (termasuk ruko, rusun, rukan, apartemen, dan
jenisnya), dan membeli tanah kavling, yang besarnya disesuaikan dengan
kebutuhan pembiayaan dan kemampuan pembayaran kembali masing-
amsing calon nasabah.
37
BPP (Buku Panduan Perusahaan), BNI Syariah KCU Makassar. h. 27
42
b). Oto iB Hasanah
Oto iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif murabahah yang
diberikan kepada anggota masyarakat untuk pembelian kendaraan
bermotor dengan agunan kendaraan bermotor yang dibiayai dengan
pembiayaan ini.
c). Multiguna iB Hasanah
Multiguna iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif dengan
akad murabahah (jual beli) yang diberikan kepada anggota masyarakat
untuk pembelian barang kebutuhan konsumtif dan atau jasa sesuai prinsip
syariah dengan disertai agunan berupa fixed asset seperti tanah dan
bangunan yang ditinggali bersatu SHM atau SHGB dan bukan barang
yang dibiayai.
d). Fleksi iB Hasanah
Fleksi iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan komsumtif bagi
pegawai/karyawan suatu perusahaan/lembaga untuk pembelian barang
dan penggunaan jasa sesuai syariat Islam.
e). Fleksi Umrah iB Hasanah
Fleksi Umrah iB Hasanah adalah pembiayaan konsumtif untuk
memenuhi kebutuhan pembelian manfaat jasa paket perjalanan ibadah
umrah bekerjasama dengan Biro Perjalanan Umrah.
f). Pembiayaan Emas iB Hasanah
Pembiayaan Emas iB Hasanah (BNI Syariah Kepemilikan Emas)
merupakan fasilitas pembiayaan dengan akad murabahah (jual beli) yang
43
diberikan untuk membeli emas logam mulia dalam bentuk batangan yang
diangsur secara pokok setiap bulannya.
a. Produk Jasa
Produk jasa yang ada pada BNI Syariah Cabang Makassar adalah sebagai
berikut:
a. ATM (Autometic Teller Machine)
b. Kliring (proses pelunasan hutang piutang antar bank)
c. Transfer atau kirim uang
1. Struktur Organisasi Perusahaan dan Deskripsi Tugas
Struktur organisasi merupakan salah satu hal penting dalam pencapaian
tujuan dan sasaran organisasi yang secara langsung membuat skema wewenang
dan tanggung jawab tiap-tiap anggota organisasi pada setiap pekerjaan demi
terwujudnya tujuan organisasi tersebut. Selain itu, struktur organisasi sering
disebut bagan atau skema organisasi dengan cara memberikan gambaran secara
skematis tentang hubungan pekerjaan antara orang yang satu dengan lainnya yang
terdapat dalam satu organisasi untuk mencapai tujuan bersamaa. Demikian pula
halnya dengan PT. Bank BNI Syariah, personilnya melakukan pekerjaan sesuai
dengan tanggung jawab dan wewenangnya masing-masing, dan satu sama lainnya
saling berhubungan dalam usaha menciptakan tujuan perusahaan yang akan
dicapai.
Untuk lebih jelasnya, akan digambarkan struktur organisasi PT. Bank BNI
Syariah Cabang Makassar, sebagai berikut:38
38
Sumber: PT. Bank BNI Syariah (Persero) Tbk. Kantor Cabang Makassar
44
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT. Bank BNI Syariah (Persero) Tbk. Kantor Cabang
Makassar
Sumber: PT. Bank BNI Syariah (Persero) Tbk. Kantor Cabang Makassar
45
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat mengenai tugas setiap bagian
pada PT. Bank BNI Syariah Cabang Makassar:39
1) Kepala Cabang (Branch Manager)
a. Mengelola secara optimal sumber daya cabang agar dapat mendukung
kelancaran operasi cabang.
b. Mengkordinir rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) tahunan
cabang.
c. Menetapkan dan melaksanakan strategi pemasaran produk bank guna
mencapai tingkat volume atau sasaran yang telah ditetapkan baik
pendanaan maupun jasa-jasa.
2) Pemimpin Bidang Operasional (Operational Manager)
a. Membantu pemimpin cabang terhadap pelaksanaan fungsi pokok unit
pelayanan nasabah dan unit operasional.
b. Mengontrol pelaksanaan fungsi pokok unit pelayanan nasabah dan unit
operasional.
3) Manager Bisnis (Bussiness Manager)
a. Bertanggung jawab pada pelaksanaan fungsi bisnis.
b. Mengontrol pelaksanaan fungsi bisnis unit pelayanan nasabah dan unit
operasional.
4) OSH (Operational Service Head)
a. Menyelenggarakan pelayanan dan pengadministrasian atas transaksi-
transaksi jasa perbankan serta pemupukan dana di kantor cabang.
39
Dokumen BNI Syariah KCU Makassar Tahun 2013, Tugas dan Tanggung Jawab
Karyawan BNI Syariah KCU Makassar, h.2.
46
b. Menyelengarakan pembukuan accounting atas transaksi keuangan di kantor
cabang.
c. Menyelenggarakan pengadministrasian dan pemantauan atas transaksi
pembiayaan di kantor cabang.
d. Menyelenggarakan pelaporan transaksi kegiatan jasa-jasa perbankan,
pemupukan dana, posisi likuiditas dan pembiayaan di kantor cabang sesuai
pedoman atau ketentuan yang berlaku.
5) Processing
a. Memastikan bahwa semua pembiayaan, penambahan pembiayaan telah
mendapatkan persetujuan pejabat yang berwenang sesuai dengan limit.
b. Memastikan kebenaran administrasi atas pembiayaan yang diberikan.
c. Memeriksa kelengkapan dan keabsahan nota administrasi pembiayaan.
d. Memastikan bahwa fisik jaminan sesuai dengan nilai dan lokasinua.
6) Unit Branch Internal Control
Dimana unit tersebut merupakan unit yang berdiri sendiri/independent
dan tidak dibawahi lagi oleh pemimpin cabang melainkan langsung dibawahi
Divisi Kepatuhan. Unit tersebut sebelumnya disebut Control Internal, tugas-
tugas pokoknya adalah:
a. Melakukan pengawasan dengan cara melaksanakan pemeriksaan terhadap
aktivitas unit sehari-hari.
b. Melakukan pemeriksaan atas aktivitas unit secara harian, berkala atau
mendadak.
c. Menindaklanjuti temuan SPI/Audit, baik internal maupun eksternal.
47
7) Unit Pemasaran Bisnis (Marketing)
a. Memasarkan produk jasa perbankan kepada nasabah/calon nasabah.
b. Memperbanyak penjualan silang (Cross Selling) kepada nasabah/calon
nasabah.
c. Mengelola permohonan pembiayaan.
d. Melakukan pemantauan nasabah/kolektibilitas pinjaman.
e. Melakukan penyelamatan/penyelesaian pembiayaan bermasalah.
f. Membantu kantor besar atau cabang lain di bidang pemasaran bisnis.
g. Melayani dan mengembangkan hubungan dengan nasabah wholesale dan
middle.
h. Mencari nasabah-nasabah baru dan memperkenalkan dan menawarkan
produk perbankan.
i. Melakukan penelitian potensi ekonomi daerah maupun kegiatan usaha
setempat.
8) Unit Operasional
a. Mengelola administrasi pembiayaan.
b. Mengelola administrasi keuangan.
c. Mengelola administrasi dalam negeri dan luar negeri.
d. Mengelola administrasi umum, logistik, dan kepegawaian.
48
9) Customer Service
a. Mengerjakan dan menyelesaikan semua operasional baik berupa tabungan,
deposito, inkaso secara umum ataupun operasional pembayaran dan
pembukuannya.
b. Memberikan pelayanan kepada nasabah dengan pedoman pada sistem
pedoman operasional yang benar sehingga kedua pihak merasa puas.
c. Memberikan informasi dan penjelasan kepada nasabah mengenai produk
yang ditawarkan oleh bank atau yang ditanyakan oleh nasabah.
10) Teller
a. Memberikan pelayanan kepada nasabah yang berhubungan dengan
penerimaan dan penarikan uang.
b. Mencatat semua transaksi yang terjadi setiap hari.
c. Membuat laporan atas transaksi-transaksi yang terjadi kemudian dilaporkan
kepada bagian pembukuan.
B. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Simpanan Nasabah Di Bank BNI
Syariah Kota Makassar
Perlindungan hukum adalah untuk menciptakan rasa aman dan terlindungi
bagi para nasabah. Sedangkan nasabah bank syariah adalah konsumen jasa
perbankan yang bertransaksi dilembaga perbankan syariah ataupun unit usaha
syariah. Hukum perbankan di indonesia, dengan adanya jaminan kerahasiaan atas
semua data masyarakat daam hubungannya dengan bank, maka bank memercayai
49
bank tersebut, maka mereka akan memercayakan uangnya pada bank atau
memanfaatkan jasa bank.40
Syamsir Djarung Nasabah Bank BNI Syariah Mengungkapkan,
salah satu yang menjadi pertimbangannya dalam memilih perbankan yaitu
dilihat dari bentuk perlindungan dan adanya jaminan dari pihak bank itu
sendiri.41
Fitri Indah warga juga mengungkapkan pendapatnya,
Saat ini masih banyak warga yang ragu menggunakan jasa perbankan
untuk menitipkan dananya, terkait banyaknya kasus yang beredar tentang
kebobolan, dan Bahwa memang benar kepercayaan masyarkat lahir
apabila dari bank ada jaminan bahwa pengetahuan bank tentang simpanan
dan keadaan keuangan nasabah tidak akan disalahgunakan.42
Kepala keuangan BNI Syariah, Tuti Asriani, Mengungkapkan,
Kepercayaan merupakan inti dari perbankan sehingga sebuah bank harus
mampu menjaga keprcayaan dari para nasabahnya. Adapun bentuk
perlindungan hukum terhadap nasabahnya, itu diatur dalam undang-
undang NO.7 tahun 1992 yang diubah menjadi Undang-undang no 10
tahun 1998 . begitupun perlindungan hukum terkait bank apabila
mengalami likuidasi di BNI Syariah makassar.43
Jadi dapat disimpulkan pokok utama para nasabah dalam memilih
perbankan yaitu keamanan dari apa yang akan dititipkannya yaitu dana, selain dari
adanya kepastian perlindungan hukum yang akurat bisa meredakan kecemasan
para nasabah menyangkut keamanan dana mereka.
1. Bentuk perlindungan hukum dari peraturan Bank Indonesia
40
Muhammad Djumhana, 2012, Hukum perbankan di indonesia, Bansung : PT Citra
Aditya Bakti 41 Syamsir Djarung Wawancara Nasabah Bank BNI Syariah Kota Makassar 05 juni 2020 42
Fitri indah, wawancara warga makassar 10 juni 2020 43
Tuti Asriani, kepala keuangan BNI Syariah Makassar, Wawancara Kantor Bni Syariah
Cabang Ratulangi Makassar 12 Juni 2020
50
Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan secara administrasi
memberikan perlindungan kepada nasabahnya. Perbankan sebagai lembaga
intermediasi keuangan (financisl intermediary insituation) memegang peran
penting dalam proses pembangunan nasional. Perlindungan hukum bagi nasabah
bank antara lain dengan diintrodusinya lembaga penjamin simpanan (LPS) dalam
Undang-Undang No.10 Tahun 1998. Ditingkat teknis payung hukum yang
melindungi nasabah antara lain adanya pengaturan mengenai penyelesaian
pengaduan nasabah dan mediasi perbankan dalam peraturan Bank Indonesia
(PBI). Kepercayaan merupakan inti perbankan sehingga harus menjaganya.
Diantara Undang-Undang mapun peraturan Bank Indonesia ( PBI) terdapat
pengaturan untuk menjaga kepercayaan masyarakat perbankan dan sekaligus
dapat memberikan perlindungan hukum bagi nasabah.pertama untuk memberikan
perlindungan hukum bagi nasabah penyimpan dana. Undang-Undang No.10 tahun
1998 mengamanatkan dibentuknya Lembaga Penjamin Simpanan dan
mewajibkan setiap bank untuk menjamin dana masyarkat yang disimpan dalam
bank yang bersangkutan yaitu BNI Syariah Makassar
Perlindungnn hukum yang diberikan oleh bank atas penggunaan jasa layanan
perbankan jika dilihat berdasarkan UU 10/1998 terdiri atas :
1. Penyediaan Informasi Mengenai Kemungkinan Timbulnya Risiko Kerugian
Pasal 29 ayat (4) UU 10/1998 Menyatakan “ Untuk kepentingan nasabah,
bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko
kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.
51
dimaksudkan agar akses untuk memperoleh informasi perihal kegiatan usaha dan
kondisi bank menjadi lebih terbuka yang sekaligus menjamin adanya transparansi
dalam dunia perbankan.
2. Rahasia Bank Berdasarkan Pasal 1 Angka 28 UU 10/1998 :
Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan
mengenai nasabah dan simpanannnya. Kemudian pasal 40 ayat (1) dan (2) UU
10/1998 menyatakan:
1. bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpanan dan
simpanannya kecuali dalam pasal 41, pasal 41A, PASAL 42, PASAL 43,
PASAL 44, DAN PASAL 44A.
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi pihak
terafilasi
3. Jaminan atas simpanan nasabah melalui lembaga penjamin simpanan
Perlindungan lainnya yang diberikan UU 10/1998 adalah dibentuknya
lembaga penjamin simpanan sebagaimana disebut dalam Pasal 37B ayat
(1) dan (2) UU 10/1998:
a. Setiap bank wajib menjamin dana masyarakat yang disimpan pada
bank yang bersangkutan .
b. Untuk menjami simpanan masyarakatpada bank sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dibentuk Lembaga Penjamin Simpanan.44
2. Perlindungan Dari Lembaga Penjamin Simpanan
44
UU No.10 Tahun 1998, Sinar Grafika, jakarta
52
Lembaga Penjamin Simpanan adalah badan hukum yang
menyelenggarakan kegiatan penjaminan atas simpanan Nasabah Penyimpan
melalui skim asuransi, dana penyangga, atau skim lainnya. Jadi, UU 10/1998
mengamanatkan dibentuknya Lembaga Penjamin Simpanan dan mewajibkan
setiap bank menjamin dana masyarakat yang disimpan dalam bank yang
bersangkutan. Adapun dasar hukum dari lembaga ini adalah Undang-Undang
Nomor 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpana sebagaimana yang
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin
Simpanan yang telah ditetapkan sebagai undang-undang melalui Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2009.
Tuti Asrinani kepala Keuangan BNI Syariah Makassar menyatakan,
Adapun dana para nasabahnya yang tersedia dalam rekening nasabah
dijamin dalam program penjaminan yang diselenggarakan lembaga
penjamin simpanan (LPS) Sesuai dengan syarat dan ketentuan yang
ditetapkan LPS.45
Adapun beberapa persyarata agar dana simpanan dijamin oleh lembaga
penjamin simpanan yaitu:46
1. Simpanan nasabah tercatat oleh bank
2. Simpanan yang dijamin maksimal RP.2.000.000.000-,
3. Nasabah yang tidak mempunyai masalah terhadap bamk
45
Tuti Asriani, kepala keuangan BNI Syariah Makassar, Wawancara Kantor Bni Syariah
Cabang Ratulangi Makassar 12 Juni 2020
46
Muhammad Rizki, skripsi tentang perlindungan terhadap nasabah bank dalam hal
terjadi tindak pidana dibidang perbankan , depok 2009 hal 49 diunduh pada tanggal 01 mei 2020
pukul 13:00
53
Amanat dimaksud telah direalisasikan dengan undang-undang No.24 tahun
2004 tentang lembaga penjamin simpanan. Fungsinya adalah menjamin simpanan
nasabah penyimpan dalam turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem
perbankan sesuai dengan kewenangannya.
Upaya perlindungan yang diberikan oleh undang-undang perbankan
terhadap dana masyakarat merupakan penegasan bahwa sekalipun uang yang
disimpan oleh nasabah penyimpan dana telah manjadi milik bank sejak
disetorkan dan selama penyimpanan bank, tetapi dalam hal ini bank tidak
mempunyai kebebasan mutlak untuk menggunakan uang itu, bank hanya bisa
menggunakan uang itu untuk tujuan dan dengan cara yang dapat menjamin
kepastian bahwa bank itu nantinya akan mampu membayar kembali dana
masyarakat yang disimpan apabila ditagih oleh para penyimpannya, maka
hubungan bank dengan nasabahn penyimpan dana adalah hubungan kontraktual
antara debitur dan kreditur yang dilandasi atas prinsip kehati-hatian.
3. Perlindungan dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen
Berdasarkan ketentuan pasa; 1 ayat 1 Undang-Undang No 8 tahun 1999
definisi perlindungan konsumen meliputi seluruh upaya untuk memastikan
kepastian hukum demi memberikan perlindungan kepada konsumen. Di indonesia
perhatian pemerintah terhadap perlindungan konsumen atau nasabah nampak jelas
pada Undang-Undang tahun 1998 dilanjutkan dengan disahkannya Undang-
Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen telah memberikan
harapan besar bagi konsumen, hal ini dikarenakan seorang konsumen akan
54
mempunyai landasan serta payung hukum untuk melindungi segala kepentinga-
kepentingan dalam dunia usaha tidak terkecuali terhadap nasabah bank syariah,
Disamping Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, usaha pemerintah untuk
melindungi nasabah/konsumen secara umum juga dapat ditemukan dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen („‟UU
8/1999‟‟). Berlakunya UU 8/1999 ini memberikan konsekuensi logis terhadap
pelayanan jasa perbankan. Pelaku usaha jasa perbankan oleh karenanya dituntut
untuk:
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
2. Memberikan informasi yang benar , jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan jasa yang diberikannya;
3. Memberikan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
4. Menjamin kegiatan usaha perbankannya berdasarkan ketentuan standar
perbankan yang berlaku;
5. Dan sebagainya.
Jadi dapat disimpulkan berdasarkan ketentuan undang-undang tersebut bank
BNI syariah diwajibkan menaati segala aturan yang berlaku untuk memberikan
perlindungan kepada nasabahnya. Dalam hal tersebut dilakukan supaya terhindar
dari hal-hal yang dapat merugikan nasabah sebagai pelaku konsumen serta
pendidikan kepada konsumen akan dapat memaksimalkan perannya dalam dunia
perdagangan, bisnis, perbankan dan lain sebagainya. Adanya Undang-Undang ini
juga sebagai konsekuensi, sanksi terhadap pelaku jika terjadi pelanggaran dengan
55
demikian upaya untuk lebih menjadikan seorang konsumen sebagai bagian yang
patut mendapatkan perlindungan benar-berar terwujud.
Tujuan hukum adalah untuk mewujudkan keadilan, kemanfaatan dan
kepastian hukum. Hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas
dan kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan
masalah penyediaan dan penggunaan produk konsumen antara penyedia dan
penggunaannya, dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini terkait dengan Pasal 64
Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang berbunyi: “segala ketentuan
perundang-undangan yang bertujuan melindungi konsumen yang telah ada pada
saat undang-undang ini diundAngkan, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
di atur secara khusus dan/atau tidak bertentangan dengan ketentuan dalam
undang-undang ini”.47
4. Penyelesaian Permasalahan Terkait Simpanan Nasabah Bank BNI Syariah
Makassar
Dalam setiap hubungan timbal balik, tidak terkeuali dalam dunia
perbankan, minimal ada dua subjek hukum, yang masing-masing subjek hukum
tersebut hak dan kewajiban secara timbal balik dalam melaksanakan perjanjian
yang mereka perbuat, namun dalam suatu perjanjian, tidak terkecuali dalam suatu
pelayanan jasa-jasa perbankan ada kemungkinan salah satu pihak tidak
melaksanakan perjanjian atau tidak memenuhi isi perjanjian sebagaimana telah
disepakati bersama-sama, atau tidak terpenuhinya kepentingan konsumen atau
47
Ahmad Miru, Hukum Perlindungan Konsumen…, hlm. 293.
56
nasabah ini. Tetapi dalam menyelesaikan permasalahan terkait simpanan nasabah
BNI syariah mempunyai cara-cara dalam menyelesaikan permasalahannya yaitu:
a. Pertanggung Jawaban Bank
Upaya peningkatan dan pemberdayaan nasabah dalam menangani dan
menyelesaikan berbagai keluhan dan pengaduan nasabah untuk menghindari
berlarut-larutnya penanganan pengaduan diperlukan standar waktu yang jelas dan
berlaku secara umum di setiap bank dalam menyelesaikan setiap pengaduan
nasabah.
Pertanggung jawaban bank BNI Syariah apabila nasabah mengalami
kerugian yaitu dengan cara melakukan perdamaian baerupa pengaduan langsung
ke bank bersangkutan apabila terjadi kekeliruan untuk selanjutnya diproses untuk
dibuktikan guna pemberian ganti rugi.
Tuti Asriana selaku kepala keuangan BNI Syariah juga mengungkapkan bahwa.
Apabila terjadi resiko terhadap dana simpanan nasabah di Bank BNI
Syariah Makassar, bank akan mempertanggung jawabkannya atau
mengganti kerugian nasabah, jika itu terjadi akibat kelalaian dari pihak
bank itu sendiri, tetapi jika terjadi karena pihak dari kelalaian dari pihak
nasabah, pihak bank tidak akan bertanggung jawab dengan cara mengganti
keseluruhannya, tetapi hanya bisa membantu apa-apa saja yang dibutuhkan
nasabah dalam menyelesaikan masalahnya.48
Jadi dapat disimpulkan diperlukan suatu kehati-hatiann dalam menentukan
siapa yang bertanggungg jawab atas suatu pengurusan bank terjadi suatu kerugian
yang dialami oleh para nasabah.
b. Pengaduan Nasabah Dan Mediasi
48
Tuti Asriani, kepala keuangan BNI Syariah Makassar, Wawancara Kantor Bni Syariah
Cabang Ratulangi Makassar 12 Juni 2020
57
Sebagaimana diatur dalam peraturan Bank indonesia No.7/7PBI/2005 yang
telah diubah dalam PBI No. 10/10/PBI/2008, Bank berkewajiban melakukan
penanganan atas pengaduan nasabah, termasuk penyelesainnya dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan. Standarisasi penyelesaian pengaduan nasabah ini
merupakan salah satu bentuk peningkatan perlindungan konsumen dalam rangka
menjamin hak-hak konsumen dalam berhubungan dengan bank.
Pengaduan adalah ungkapan ketidakpuasan nasabah yang disebabkan oleh
adanya potensi kerugian finansial pada nasabah yang diduga karena kesalaham
atau kelalaian bank. Dalam hal ini, sesuai dengan pasal 5 peraturan Bank
indonesia No.7/7PBI/2005, bank wajib mempublikasikan keberadaan unit dan
fungsi khusus penanganan dan penyelesaian pengaduan kepada masyarat secara
tertulis dan atau elektornis.
Putri Rezki Utami selaku operator umum BNI mengemukakan bahwa,
Jika Nasabah wajib memberitahukan setiap perubahan data informasi para
nasabahnya demi keamanan agar dikemudian hari tidak terjadi kelalaian
atau resiko yang timbul dalam pihak bank. Dia juga mengunkapkan sejauh
ini di bank BNI syariah belum ada kasus yang terjadi sehingga
menimbulkan resiko terhadap dana nasabahnya yang berlarut sampai
keperadilan umum.dia juga menambahkan bahwa setiap pengguna jasa bank
BNI syariah baik yang memiliki rekening ataupun tidak memiliki rekening
dan pernah melakukan transaksi di BNI Sayariah dapat melakukan
pengajuan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pasca melakukan
transaksi.49
Jadi nasabah dapat mengajukan secara lisan atau tertulis pada kantor bank
terdekat, kantor bank tempat nasabah melakukan transaksi keuangan, atau kantor
bank tempat nasabah membuka rekening. Nasabah juga dapat mengajukan
49
Putri rezki utami operator unit umum BNI Syariah, Wawancara kantor BNI Syariah
cabang ratulangi 16 juni 2020
58
pengaduan melalui call center, hotline service, ataupun melalui media lain yang
disediakan bank.
Apabila nasabah mengajukan pengajuan paduan secara lisan, pengaduan
nasabah akan ditangani dan diselesaikan dalam waktu 2 (dua) hari kerja oleh
bank. Dalam hal pengaduan yang nasabah ajukan ternyata memerlukan
penanganan dan penyelesaian lebih dari 2 (dua) hari kerja, maka petugas bank
akan menghubungi nasabah dan meminta nasabah untuk mengajukan pengaduan
secara tertulis. Apabila nasabah mengajukan pengaduan secara tertulis, maka
nasabah perlu melengkapi pengaduan yang diajukan dengan dokumen
pendukung yang memadai seperi :
1. Fotocopy bukti identitas
2. Fotocopy rekening\
3. Fotocopy bukti transaksi keuangan
4. Fotocopy dokumen pendukung lainnya yang terkait masalah yang diadukan.
Pengaduan tertulis nasabah ajukan akan diselesaikan oleh bank dalam waktu
20 (dua puluh) hari kerja dan dapat diperpanjang sampai dengan 20 (dua puluh)
hari kerja berikutnya dalam hal kondisi tertentu. Apabila bank akan
memperpanjang jangka waktu penyelesaian pengaduan, maka bank wajib
menginformasikan hal tersebut terlebih dahulu kepada nasabah. Agar pengaduan
dapat segera diselesaikan oleh bank, nasabah perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Tentukan inti permasalahan yang akan diadukan
59
2. Siapkan dokumen pendukung terkait dengan permasalahan yang akan
diadukan
3. Siapkan dokumen pendukung yang terjaik dengan permasalahan yang
akan diadukan
4. Simpan dengan baik dokumen-dokumen asli yang nasabah miliki dan
sampaikan kepada bank fotocopy dokumen tersebut bersamaan dengan
pengajuan pengaduan tertulis.
5. Catat nomor registrasi pengaduan yang diberikan bank kepada nasabah
dan gunakan nomor registrasi tersebut untuk mengetahui status
penyelesaian pengaduan nasabah.
6. Simpan dengan baik dokumen surat-menyurat dengan bank termasuk surat
hasil penyelesaian pengaduan yang disampaikan bank kepada nasabah.
Apabila nasabah masih belum merasa puas dengan hasil penyelesaian
dengan bank, termasuk surat yang disampaikan bank, nasabah dapat melanjutkan
upaya penyelesaian pengaduan melalui mediasi perbankan, proses mediasi
perbankan merupakan kelanjutan dari pengaduan nasabah apabila nasabah merasa
tidak puas atas penanganan dan penyelesaian yang diberikan oleh bank.
C. Konsep Hukum Ekonomi Islam Terhadap Perlindungan Nasabah selaku
Konsumen Bank Syariah
Hukum ekonomi Islam telah mengatur tentang perlindungan konsumen.
Dalam Islam melindungi konsumen merupakan syarat mutlak untuk suatu
keberhasilan.Islam telah mengajarkan umat manusia untuk tidak melakukan suatu
60
perbuatan yang dapat merugikan orang lain, terutama dalam hal pemakaian
barang dan jasa. Sumber hukum perlindungan konsumen yang diakui oleh
mayoritas ulama dalam islam ada empat, yaitu Al-Quran, sunnah, ijma dan qiyas.
Dimana Al-Quran dan sunnah berdiri sendiri sebagai dalil hukum, sedangkan
qiyas dan ijma tidak dapat berdiri sendiri sebagai dalil hukum karena proses ijma
dan qiyas harus berdasarkan kepada dalil penyandaran dari al-quran dan sunnah
sebagaimana dikatakan oleh para ulama jumnhur.50
Sebagaimana firman Allah dalam Suart an-Nisa Ayat 29
تكى كى بانباطم ئل أ آيىا ل تأكهىا أيىانكى ب ا أها انز
اتجاس بكى سح كا الل فسكى ئ كى ول تمتهىا أ تشاض ي ة ع
Terjemahnya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perdagangan/perniagaan suka sama-
suka di antara kamu.51
Maksud dari ayat diatas adalah sesama pihak yang berserikat hendaknya
saling menjaga hak dan kewajiban masing-masing sehingga tidak terjadinya
kecurangan kecurangan yang dapat mengakibatkan kerugian sebelah pihak yang
melakukan perserikatan tersebut.
Selain itu Hadist Nabi yang mengatakan bahwa:
Artinya:
50
Wahbah al-zuhaily, ushul al-fiqh al-islamiy. (berut dar al-fikri 1986) jilid 1 h 558 51
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya.
61
ه و ه لال: لال سسىل الله صهى الله عه الله ع ش ة سض أب هش ع
ف تظشانساعت,ك ئضاعتها اسسىل الله؟ لال: سهى: ئراضعت الأيات فا
كتاب تظشانسا عت. )اخشجه انبخا سي ف ش أههه فا ئرا أسذالأيش ئنى غ
انشلاق(
Dari Abu Huraira r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda: Apabila amanah disia-
siakan maka tunggulah saat kehancurannya. Salah seorang sahabat bertanya:
“bagaimana menyia-nyiakan, hai Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab:
Apabila perkara itu diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah
saat kehancurannya. (HR. Imam Bukhari).
Berdasarkan hadits diatas apabila suatu amanah itu telah diamanatkan
kepada seseorang maka harus ditunaikan dan disampaikan, karena amanah
merupakan tanggung jawab penerima amanah, dan jangan menyia-nyiakan
amanah tersebut apabila telah di amahkan. Pemberian amanah disamakan dengan
pemberian titipan (wadiah). Wadiah yaitu pemberian kuasa oleh penitip kepada
orang yang menjaga hartanya tanpa kompensasi (ganti). Dasar hukum dapat
dilihat dalam hadits Rasulullah saw.
ه عه ا استىدع ودعت فلا ض ي
Artinya:
Dari Amru bin Syu‟ain, dari ayahnya, dari kakeknya Ra. Bahwa Nabi SAW.
bersabda, “Barang siapa yang dititipi suatu titipan, maka tidak ada
tanggungan atasnya.” (HR: Ibnu Majah)
Konsep ekonomi islam dalam perlindungan konsumen mengacu pada
beberapa aspek dan dirumuskan langkah-langkah sebagai beriku;
62
1. Perlindungan Dari Pemalsuan Dan Informasi Tidak Benar, Terhadap Hak
Pilih
2. Perlindungan Dari Nilai Tukar Tidak Wajar
3. Perlindungan Terhadap Suatu Keamanan Produk
4. Hak Terhadap Lingkungan Yang Sehat
5. Perlindungan Dari Pemakaian Alat Ukur Tidak Tepat
6. Perlindungan Dari Penyalahgunaan Keadaan
7. Hak Mendapat Advokasi Dan Penyelesaian Sengeketa
8. Hak Mendapat Ganti Rugi Akibat Negatif (Cacat) Produk
Perlindungan konsumen harus sesuai dengan konsep kemashlahatan, yaitu
asas al-dharuriy yaitu faktor dasar yang harus ada pada manusia agar
terbentuknya kemashlahatan yang hakiki bagi manusia. Asas ini berhubungan erat
dengan pelaksanaan kaidah Islam, yaitu:
1. Ad-Dhien, yaitu memelihara kemashlatahan agama
2. An-Nafs, yaitu asas pemeliharaan dan penjagaan jiwa
3. An-Nasb, yaitu menjaga dan memelihara kehormatan dan keturunan
4. Al-Aql, yaitu menjaga dan memelihara kejernihan akal pikiran
5. Al-Mal, yaitu menjaga dan memelihara harta benda
Dari kelima kaidah tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kepentingan
konsumen tidak boleh diabaikan begitu saja, akan tetapi harus diperhatikan agar
kepentingan konsumen dapat terlindungi dengan baik. Kemashlahatan yang
dikehendaki adalah kemashlahatan untuk semua pihak baik penyedia jasa maupun
konsumen. Syariah islam datang dengan berbagai ketetapan hukum salah satunya
63
dalam bidang ekonomi untuk selalu menjaga dan menunjang keberadaan lima hal
tersebut sebagai serangkaian ketentuan untuk mencapai tujuan diantaranya adalah
hal dalam menjaga perlindungan konsumen dalam mengonsumsi jenis barang atau
jasa.
Salah satu jenis bidang hukum perlindungan konsumen adalah bidang
perbankan syariah, nasabah sebagai pelaku konsumen produk dan jasa yang harus
di lindungi. Hak ini muncul dari perjanjian antara pihak manajemen bank dan
nasabah akibat adanya akad atau perjanjian transaksi produk barang dan jasa.
Perlindungan hak-hak konsumen berbeda dengan istilah perlindungan hak-hak
konsumen dalam islam, tetapi jika di kaji secara mendalam dari sisi pengaturan,
nilai dan tujuan memiliki peran dan fungsi yang sama dalam perlindungan
konsumen menurut Undang-Undang.52
Dalam ekonomi islam, kondisi ideal dalam transaksi yaitu masing-masing
pihak yang melaksanakannya mempunyai informasi yang sama terhadap objek
akad, sehingga terjadi kesukarelaan dari masing-masing pihak.53
Dalam kaitannya
dengan penghimpun dana hubungan bank syariah dengan nasabah penghimpunan
(deposan), merupakan hubungan kemitraan, karena sesaui dengan prinsipnya
semua pengelolaan dana di serahkan sepenuhnya kepada bank syariah. Sehingga
bank syariah sebagai pemegang amanah harus menerapkan prinsip keterbukaan,
kepercayaan, keadilan dan transparansi, sesuai dengan prinsip mudharabah,
pekerjaan sepenuhnya di serahkan kepada pengelola dana hal ini sangat
52
Zulham, hukum perlindungan konsumen jakarta : kencana prenada Media grup,
2013.hal 62. 53
Faturrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah, jakarta : sinar grafika 2007 hal 41
64
diperlukan kejujuran, keterbukaan, dan keadilan.54
. Dalam ekonomi islam
kegiatan bermuamalah dilakukan atas dasar pertimbangan untuk mendatangkan
manfaat dan menghindari mudharat dan dalam hal ini perlindungan konsumen
atau nasabah sangat penting.
Perlindungan hukum konsumen pada produk dan jasa perbankan syariah
ini juga ditunjang dengan adanya bentuk metode penetapan hukum yang selaras
dan sesuai dengan hukum islam yaitu maslahat dan marsalah yang merupakan
pertrimbangan aspek kepentingan masyarakat umum yang bertujuan untuk
melindungi simpanan nasabah.
Menurut Fitri indah salah satu warga mengemukakakan
upaya memberikan perlindungan konsumen dari produk-produk haram
telah dilakukan dalam berbagai peraturan perundang-undangan, hanya saja
masih dilakukan secara persial sehingga tidak dirasakan sebagai
perlindungan konsumen muslim karena nama peraturan perundang-
undangan tersebut tidak jelas menyebutkan perlindungan konsumen
muslim.55
Tuti Asriani Kepala Keuangan Mengatakan
Bahwasanya dalam perlindungan nasabahnya selain dengan menganut
ketentuan peraturan perundang-undangan , tidak lepas juga dengan
ketententuan prinsip-prinsip islam yang berlandaskan dengan al-quran dan
as-sunnah. Dimana dalam perlindungan dalam konsep ekonomi islam sangat
memperhatikan perlindungan dari pemalsuan dan informasi tidak benar,
disini antara bank nasabah untuk tidak adanya kekeliruan masing masing
saling menjaga informasi satu sama lainnya. Disamping itu juga di bank
BNI Syariah tidak menganut sistem riba jadi sesuai dengan ketententuannya
uang yang tersimpan direkening nasabah bebas dari riba. Dari perlindunga
keduanya maka bank BNI Syariah sudah menunjukkan komitmen akan
prinsip-prinsip yang dimaikan dalam perbankan syariah., perlindungan
dikuatkan lagi dala isi Undang-Undang.56
54
Muhammad yusuf, Bisnis syariah , jakarta : Mitra Wacana Media, 2011.
55
Fitri indah wawancara warga kota makassar 56
Tuti Asriani, kepala keuangan BNI Syariah Makassar, Wawancara Kantor Bni Syariah
Cabang Ratulangi Makassar 12 Juni 2020
65
Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep perlindungan ekonomi islam ini
memang sangat-sangat diperlukan, dimana dalam perkembangan dunia perbankan
diberbagai negara bahwa konsep ekonomi islam dapat menjadi pilihan yang patut
diperhitungkan, hal ini merupakan salah satu bentuk perlindungan hukum yang
bersifat khsusus, dengan kata lain merupakan perlindungan konsumen yang
bersifat khusus bagi nasabah kaum muslim, ini pula salah satu hal yang
menjadikan perbedaan perlindungan perbankan syariah dan konvensional . dan
juga baik dalam ekonomi islam dan hukum positif mengharpkan segala bentuk
transaksi yang saling memberikan manfaat, setiap transaksi yang mampu
meberikan manfaat terutama kepada pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi
tersebut tentu membuat kerja sama yang dibangun akan berlangsung lama. Dan
dengan adanya manfaat para pihak akan selalu mempertahankan kerja sama yang
telah dibangun.
Dalam Al-Quran ( Al-baqarah ayat 283 ) disebutkan aturan bermuamalah
secara jelas dan sangat modern dimana setiap transaksi muamalah yang tidak tunai
harus dilakukan dengan tertulis dan ada saksi dan bila saat transaksi tersebut tidak
di temukan orang yang pandai dalam menulis dalam bidang tersebut maka di
perintahkan untuk menyerahkan agunan sebagai jaminan .57
Q.S Al-baqarah ayat 283
بعضكى أي يمبىضت فا تى عهى سفش ونى تجذوا كاتبا فشها ك وئ
ىا انشهاد سبه ول تكت أياته ونتك الل بعضا فهإد انزي اؤت ة وي
عهى هى ا تع ب ها فاه آثى لهبه والل كت
57 Zainal arifin Mekanisme Kerja Perbaankan islam dan permasalahannya.’ Jurnal
hukum bisnis, volume II 2000 hal 44 di akses pada tanggal 04 desember 2019 pukul 21:00
66
Terjemahnya:
jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah secara tidak tunai ) sedang kamu
tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang
di pegang ( oleh yang berpiutang ). Akan tetapi jika kamu mempercayai sebagaian
yang lain, maka hendaklah yang di percaya itu menunaikan amanatnya
(hutangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada allah tuhannya, dan janganlah
kamu para saksi menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya
dan allah maha maha mengetahui apa yang kamu kerjakan58
Maksud dari ayat tersebut adalah apabila kalian bepergian jauh dan tidak
menemukan orang yang bisa mencatat dokumen utang-piutang untuk kalian, maka
orang yang bertanggung jawab atas utang itu cukup menyerahkan gadai (jaminan)
yang diterimah oleh si pemberi, sebagai jaminan atas haknya sampai si
penanggung jawab hutang melunasi hutangnya. Jika sebagian dari kalian dari
kalian percaya kepada yang lain maka tidak harus ada catatam, saksi atau jaminan.
Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam, hukum tentang
perlindungan konsumen dalam syariat Islam, baik dari produk teks-teks al-Quran
dan al-Hadist maupun dari produk fikih Islam, peneliti melihat bahwa khazanah
Islam sangat kaya dalam hal ini, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman
perlindungan konsumen kontemporer karena keunggulan dan ciri khas hukum
ekonomi Islam dalam perlindungan hak konsumen, karena Nampak nya sebagian
besar nash-nash syara‟ tentang mu‟amalah lebih tertuju pada usaha
menghindarkan segala kezaliman terhadap kedua belah pihak, konsumen dan
pelaku usaha.
58
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Perlindungan Hukum Terhadap
Simpanan Nasabah Bank Syariah dalam Perspektif Ekonomi Islam di Bank BNI
Syariah Kota Makassar.
1. Perlindungan hukum terhadap simpanan nasabah bank syariah secara umum
diatur dengan aturan Undang-Undang nomor 10 tahun 1998, Undang-Undang
nomor 8 tahun 199, dimana bank memberikan perlindungan kepada
nasabahnya. Bank syariah melalui proses pengaduan, proses mediasi serta
penyelesaian sesuai dengan proses di lembaga penjamin simpanan (LPS).
Bentuk perlindungan hukum terhadap simpanan nasabah bank BNI Syariah
sudah cukup memadai dengan adanya bentuk perlindungan hukum tersebut..
2. . Perlindungan konsumen dalam ekonomi islam sudah cukup memadai
sebagai acuan perlindungan hukum. Hukum tentang perlindungan konsumen
dalam syariat Islam, baik dari produk teks-teks al-Quran dan al-Hadist
maupun dari produk fikih Islam, khazanah Islam dalam hal ini, dapat
dijadikan sebagai pedoman perlindungan konsumen karena keunggulan dan
ciri khas hukum ekonomi Islam dalam perlindungan hak konsumen, karena
sebagian besar nash-nash syara‟ tentang mu‟amalah lebih tertuju pada usaha
menghindarkan segala kezaliman terhadap kedua belah pihak, konsumen dan
68
pelaku usaha dan menekankan kesetaraan hak atau asas keseimbangan antar
kedua belah pihak
B. Saran
1. Pemerintah dan bank indonesia harus membuat regulasi khusus terkait
perlindungan hukum bagi nasabah agar kedepannya hak-hak dari para
nasabah bisa terjamin dari suatu aturan yang ada.
2. Bank BNI Syariah walaupun sampai saat ini belum ditemukan permasalah
dengan nasabah sampai berlarut-larut. Namun sebagai penanggung jawab
terhadap permasalahan nasabah di Bank BNI Syariah wajib mempersiapkan
alur penyelesaian masalah serta proses pemberian ganti rugi terhadap suatu
nasabah yang menganut asas mudah, cepat dan biaya ringan.
69
DAFTAR PUSTAKA
Agama Departemen RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya.
Antonio M. Syafi‟I , 2006, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta :
Pustaka alfabeta
_________________, 2001, Bank Syariah: Teori ke praktik. Jakarta: Gema Insani
Ali Zainuddin,2007, Hukum Perbankan syariah , sinar grafika, jakarta
Abdul Muhammad dan Rida Murniati, 2000, Segi Hukum Lembaga Keuangan
dan pembiayaan, Bandung: Citra Aditya Bakti.
BPP (Buku Panduan Perusahaan), BNI Syariah KCU Makassar.
Dokumen tahun 2013,BNI Syariah KCU Makassar Tugas dan Tanggung Jawab
Karyawan BNI Syariah KCU Makassar
Djakfar Muhammad, 2009, Hukum Bisnis: Membangun Wacana Integras
Perundangan Nasional dengan Syariah, Yogyakarta : PT Lkis Printing
Cemerlang
Djumhana Muhammad, 2006, Hukum Perbankan di Indonesia ,Bandung : Citra
Aditya Bakti,
Djamil Faturrahman, 2007. Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di
Lembaga Keuangan Syariah,( jakarta : sinar grafika)
Ekawati sri, 2018 Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) di PT Bank
BNI Syariah Kantor Cabang Utama Makassar.
alamsyah 2009, Edisi Refisi, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, jakarta :
kencana
__________2007. Hukum Perbankan Nasional jakarta : kencana,
__________2011, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, edisi refisi, kencana
jakarta,
__________2005. Hukum Perbankan Nasional Indonesia, kencana premada
media grup jakarta,
Hasan iqbal , 2002 Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya
Jakarta: Ghalia IKAPI
70
Imayanti sri neni, 2010. Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, (bandung : PT
refika aditama),
Iskandar Syamsul. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan lain, ( jakarta: PT.
Semesta Asia Bersama)
Indra betara gunawan, sejarah berdirinya Bank Negara Indonesia Syariah,
http://ktara.blogspot.com/2015/03/sejarah-berdirinya-bank-negara-
indonesia syariah, html
Machmud Amir dan Rukmana, 2010, Bank Syariah,Teori dan Kebijakan Studi
Empiris di Indonesia. Jakarta : Erlangga
Moleong, 2000 Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
RosdaKarya)
Pardede Marulak. 1992. Likuidasi Bank dan Perlindungan Nasabah, (sinar
harapan : Jakarta)
Sjahdeini remy Sutan, 2007. Perbankan Islam, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti
, cet ke-3
Soeroso R, 1998, Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. Sinar Grafika
Sumadi Suryabrata Sumadi, 1987 Metode Penelitian (Jakarta: Rajawali, )
Sutarno, S.H., M,M., 2004, aspek-aspek hukum pengkerditan pada bank.:
Bandung : CV. Alfabeta.
Syarifin Pipin, 2012. hukum dagang di indonesi’ Bandung : CV.Pustaka Setia
Tho‟in Muhammad, 2016 Larangan Riba dalam Teks dan Kontek (Studi atas
Hadits Riwayat Muslim Tentang Pelaknatan Riba), Jurnal, (Surakarta:
STIE-AAS)
Wibowo Edy, 2005. dkk, Mengapa Memilih Bank Syariah?, Bogor: Ghalia
Indonesia cet.I,
Yahya Muktar dan Fatchurrahman 1986, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqh
Islam, Bandung, Alma‟arif
Yusuf Muhammad, 2011. Bisnis syariah , jakarta : Mitra Wacana Media
Zulham, 2013. Hukum Perlindungan Konsumen (jakarta : kencana prenada Media
grup,)
71
Zainal arifin Mekanisme Kerja Perbaankan islam dan permasalahannya.‟ Jurnal
hukum bisnis, volume II 2000 hal 44 di akses pada tanggal 04 desember
2019 pukul 21:00
http://prasxo.wordpress.com/2011/02/17/Definisi-Perlindungan-Hukum/. Diakses
pada hari Selasa pukul 21:20 tanggal 26 November 2019
http://hukum-on.blogspot.com/2012/pengertian-hukum-menurut-para-ahli-.html.
Diakses pada hari Selasa pukul 20;36 tanggal 26 November 2019
UU RI No 21, tahun 2008, Sinar Grafika, jakarta.
UU RI No 10 tahun 1998, Sinar Grafika, Jakarta
RIWAYAT HIDUP
Khairun Nisa Lahir di Sungguminasa pada tanggal 06 Mei
1998. Anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan
Agussalim dan Hajrawati. Penulis mengawali Pendidikan di
bangku Taman Kanak-Kanak Almarhama Barembeng , lulus
tahun 2004. Sekolah Dasar di SD Negeri Barembeng II, lulus
pada tahun 2010. Kemudian peneliti melanjutkan Pendidikan
Sekolah Menengah Pertama di SMP PGRI Barembeng , lulus pada tahun 2013.
Selanjutnya menempuh Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3
Gowa,jurusan IPA, dan lulus pada tahun 2016. Pada tahun 2016, penulis
melanjutkan Pendidikan pada program Strata 1 (S1) Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
Selama ini penulis menjadi mahasiwa aktiv selama kuliah hingga 8 semester.
Atas Ridho Allah SWT dan dengan kerja keras, pengorbanan, serta
kesabaran, pada tahun 2020 penulis mengakhiri masa perkuliahan S1 dengan
judul skripsi “Perlindungan Hukum Terhadap Simpanan Nasabah Bank
Syariah dalam Pesrpektif Ekonomi Islam di Bank BNI Syariah Kota
Makassar.”
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
1. Bagaimana Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Dibank
Syariah ?
2. Bagaimana Bentuk Perlindungan Hukum Yang Diterapkan Bank BNI
Syariah Kota Makassar ?
3. Apa Saja Upaya Bank BNI Syariah Untuk Menjaga Simpanan Nasabahnya
?
4. Adakah Kasus Yang Pernah Terjadi Terkait Simpanan Di Bank BNI
Syariah ?
5. Jika Terjadi Resiko Terhadap Simpanan Nasabah Bagaimana Pertanggung
Jawaban Bank BNI Syariah ?
6. Bagaimana Tahap Penyelesaian, Jika Terjadi Permasalahan Barlarut-Larut
Terkait Simpanan Nasabah Antara Pihak Bank Dan Nasabah ?
7. Apakah Bank BNI Syariah juga menerapkan perlindungan konsumen
sesuai dengan konsep ekonomi islam ?
DOKUMENTASI