Post on 11-Dec-2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia, dan sekaligus merupakan
investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk
meningkatkan indeks pembangunan manusia. Oleh karena itu, menjadi suatu
keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat (Depkes RI, 2003).
Pemenuhan kesehatan bagi anak-anak merupakan tahap awal dari
suatu proses berkesinambungan. Hal ini berkaitan dengan proses pertumbuhan
dan perkembangan fisik dan psikologis anak yang tidak dapat dipisahkan,
yang dimulai sejak fase prenatal, post natal, balita hingga ia menjadi remaja
(Hurlock, 2005).
Istilah tumbuh kembang dalam kehidupan manusia pada dasarnya
mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit
dipisahkan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan
dalam skala besar besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
maupun individu yang dapat diukur. Sedangkan perkembangan (development)
adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Didalamnya mencakup perkembangan emosi, intelektual dan
1
1
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya (Hidayat, A.
Aziz, 2008).
Pertumbuhan adalah proses bertambah sempurnanya fungsi dari alat
tubuh. Dengan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak, kita akan
mengetahui tumbuh kembang anak normal, dapat berkomunikasi secara efektif
sesuai dengan fase tumbuh kembang anak serta bagian bahan dasar dalam
mengkaji tingkat kesehatan anak (Sugeng dan Weni, 2010).
Dengan demikian, memenuhi kebutuhan dasar anak merupakan
kewajiban orangtua dalam menunjang perkembangan anak. Kebutuhan dasar
anak yang meliputi kebutuhan fisik, kebutuhan emosi dan kebutuhan akan
stimulasi mental, merupakan media bagi orangtua dan anak untuk melakukan
interaksi (Soetjiningsih dalam Sujono Riyadi, 2009).
Pada tahun 2006 diperkirakan jumlah anak usia 0-5 tahun mencapai
sekitar 27,6 juta jiwa, atau sekitar 12,79% dari seluruh populasi Indonesia
sebesar 215,93 juta jiwa. Anak balita terlantar dan hampir terlantar di
Indonesia pada tahun 2009, adalah sebesar 17.694.000 jiwa (22,14%),
sementara data dari Direktorat Pelayanan Anak melaporkan bahwa anak yang
telah mendapatkan pelayanan sosial hanya 1.186.941 jiwa (6,71%). Pada
tahun 2005, prevalensi anak balita kurang gizi mencapai 28%, sekitar 8,8%
diantaranya menderita gizi buruk (Depsos RI, 2009).
Stimulasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang
kemampuan dasar anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih cepat berkembang dari
2
pada anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi.
(Soetjiningsih dalam Hidayat, A. Aziz, 2009).
Dari paparan data situasi anak diatas, kita mengetahui bahwa tantangan
untuk mempersiapkan generasi penerus yang sehat jiwa dan raganya sangat
berat. Banyaknya jumlah anak yang dihadapkan pada berbagai persoalan
sosial akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan psikologisnya.
Bahkan, berbagai fenomena permasalahan anak (mis. kenakalan remaja)
dalam lingkungan masyarakat merupakan dampak dari gagalnya orangtua
membina dan menjaga pertumbuhan dan perkembangan anak dari sisi
psikologis. Sehingga anak tidak mampu mengembangkan potensi positif
dalam lingkungannya.
Pada sisi yang lain, kita dihadapkan pada suatu persoalan yang lebih
kompleks. Tingkat pengetahuan masyarakat kita terhadap perkembangan
psikologis anak masih sangat rendah, terutama dalam menstimulasi
perkembangan anak sehingga mereka tidak mampu memberikan perlakuan
yang baik dan wajar sesuai dengan tahapan perkembangannya.
Sikap orangtua terhadap anak juga memberikan pengaruh yang sangat
kuat dalam perkembangannya. Sikap yang kaku dan otoriter dalam mendidik
dan mengasuh anak akan berpengaruh terhadap proses sosialisasi anak dengan
lingkungan. Hal ini juga berhubungan erat dengan tingkat pengetahuan
orangtua dalam mendidik anak (Sujono Riyadi, 2009).
Pada sisi yang lain, tindakan orangtua dalam mendidik dan mengasuh
anak merupakan cerminan dari sikap dan pengetahuan itu sendiri. Artinya,
3
tinggi rendahnya pengetahuan dan bijak atau tidaknya orangtua dalam
mendidik anak akan tercermin dari tindakan mereka dalam pola asuh terhadap
anak (Sujono Riyadi, 2009).
Dari pengamatan awal di Gampong Sagoe Langgien Kecamatan
Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya, terdapat bahwa perilaku orangtua dalam
menstimulasi perkembangan anak relatif masih kurang. Dari 128 orang anak
usia pra sekolah, hanya sebagian kecil yang mengenyam masa pendidikan pra
sekolah, baik berupa play group, TK, TKQ, dsb. Hal ini disebabkan oleh
minimnya pengetahuan dan kesadaran orangtua terhadap perkembangan anak,
sehingga pendidikan anak usia pra sekolah menjadi terabaikan. Dengan
demikian untuk menunjang stimulasi perkembangan anak diperlukan perilaku
orangtua yang dapat menstimulasi perkembangan dengan baik.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
serangkaian penelitian yang berkaitan dengan Gambaran Perilaku Orangtua
Dalam menstimulasi Perkembangan Psikologis Anak Usia Pra Sekolah di
Gampong Sagoe Langgien Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya
Tahun 2012.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran perilaku orangtua dalam
menstimulasi perkembangan anak di Gampong Sagoe Langgien Kecamatan
Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012.
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran perilaku orangtua dalam
menstimulasi perkembangan anak usia pra sekolah di Gampong Sagoe
Langgien Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran perilaku orangtua dalam menstimulasi
perkembangan anak usia pra sekolah ditinjau dari pengetahuan.
b. Mengetahui gambaran perilaku orangtua dalam menstimulasi
perkembangan anak usia pra sekolah ditinjau dari sikap.
c. Mengetahui gambaran perilaku orangtua dalam menstimulasi
perkembangan anak anak usia pra sekolah ditinjau dari tindakan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang gambaran perilaku
orangtua dalam menstimulasi perkembangan anak usia pra sekolah.
2. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan kajian referensi penelitian lebih lanjut tentang gambaran
perilaku orangtua dalam menstimulasi perkembangan anak usia pra
sekolah.
5
3. Dinas Kesehatan Pidie Jaya
Sebagai salah satu masukan dalam pengambilan kebijakan bagi
kesejahteraan anak, khususnya peningkatan kesadaran dan perilaku
masyarakat dalam menstimulasi perkembangan anak.
4. Dinas Pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dan referensi terhadap
program-program yang berhubungan dengan perkembangan anak.
5. Responden
Sebagai bahan masukan dan wawasan dalam usaha mengubah pola pikir
terhadap pentingnya menjaga perkembangan anak.
6. Peneliti lainnya
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk
penelitian lanjutan sehubungan dengan stimulasi perkembangan anak usia
prasekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari luasnya permasalahan, penulis membatasi ruang
lingkup penelitian pada beberapa variabel yang mempengaruhi perilaku orang
tua dalam menstimulasi perkembangan anak usia pra sekolah. Variabel yang
diteliti antara lain; pengetahuan, sikap dan tindakan.
Penelitian ini dilakukan di Gampong Langgien Kecamatan Bandar
Baru Kabupaten Pidie Jaya, dan responden dalam penelitian ini adalah orang
tua yang mempunyai anak usia pra sekolah.
6
F. Sistematika Penulisan
Karya tulis ini terdiri atas VI (enam) bab yang disusun secara sistematis
sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, mencakup latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan pustaka yang terdiri atas tinjauan umum tentang
topik/substansi yang diteliti dan kerangka teori.
BAB III : Kerangka konsep mencakup kerangka konsep, defenisi operasional
dan cara pengukuran variabel.
BAB IV : Metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, populasi dan
sampel, lokasi dan waktu penelitian, pengumpulan data pengolahan
data, analisa data dan penyajian data.
BAB V : Hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari gambaran umum
lokasi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan .
BAB VI : Penutup yang mencakup kesimpulan dan saran.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkembangan Anak
1. Pengertian Perkembangan
Istilah tumbuh kembang dalam kehidupan manusia pada dasarnya
mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan
sulit dipisahkan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah
perubahan dalam skala besar besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat
sel, organ maupun individu yang dapat diukur. Sedangkan perkembangan
(development) adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan. Didalamnya mencakup
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya (Hidayat, A. Aziz, 2008).
Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang
teratur sebagai akibat kematangan. Pengertian perubahan progresif
perubahan menuju kemajuan. Pengertian teratur berarti dalam
perkembangan terdapat inter-relasi antara tugas-tugas perkembangan
sebelumnya, saat ini dan persiapan tugas perkembangan selanjutnya.
Perubahan saat ini dipengaruhi perubahan sebelumnya dan perubahan saat
ini akan memengaruhi perubahan berikutnya (Herri Zan Pieter dan
Namora Lumongga Lubis, 2010).
8
8
Adapun ciri-ciri dari perkembangan sebagai berikut:
a. Perkembangan mengikuti proses kontinu dan diskontinu.
Proses kontinu adalah perkembangan tingkah laku secara terus-
menerus bertambah, sedikit demi sedikit dan bersifat kuantitatif,
seperti bertambahnya perbendaharaan kosakata pada anak bayi.
Adapun proses diskontinu adalah proses perkembangan yang terjadi
lompatan dan bersifat kualitatif, seperti ketrampilan bayi mulai
merangkak berubah menjadi ketrampilan berjalan.
b. Perkembangan mengikuti pola teratur.
Berarti, proses perkembangan mengikuti alur satu tahap ke tahap
berikutnya, seperti perkembangan tengkurap babyhood, semula diawali
dengan mengangkat kepala, kemudian mengangkat dada.
c. Dalam perkembangan ada diferensiasi.
Artinya, setiap tahap perkembangan memiliki ciri-ciri khusus di setiap
perkembangannya, seperi ketrampilan tangan babyhood. Semula
menyentuh, memegang, dan menggenggam, kemudian menjepit
menggunakan jari-jari.
d. Perkembangan bersifat progresif.
Artinya, setiap kegiatan dalam tugas perkembangan mengalami
kemajuan perkembangan dari tahap perkembangan sebelumnya.
Misalnya, tahap-tahap perkembangan babyhood mulai dari tidur
telentang, tengkurap, duduk, merangkak, berdiri, dan berjalan.
9
e. Perkembangan mengikuti fase-fase tertentu.
Artinya proses perkembangan mengikuti fase-fase tertentu dan
memiliki ciri-ciri khas tersendiri. Namun, terkadang ada proses
perkembangan terjadi lebih cepat dari periode perkembangan lainnya
dan ada yang lamban dari periode perkembangannya (Lies Hadi
Saputro dalam Herri Zan Pieter dan Namora Lumongga, 2010).
2. Prinsip Perkembangan
Proses perkembangan manusia didasarkan kepada beberapa prinsip
dibawah ini.
a. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti, yang
berlangsung sejak masa konsepsi hingga usia lanjut.
b. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi. Setiap aspek
perkembangan individu, baik fisik, kognitif, maupun psikososial, satu
sama lainnya saling mempengaruhi.
c. Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap periode
perkembangan merupakan hasil perkembangan pada periode
sebelumnya dan akan mempengaruhi periode yang akan datang.
d. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan. Perkembangan
aspek tertentu mencapai kematangan pada waktu dan tempo yang
berbeda.
e. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas.
f. Setiap individu yang normal akan mengalami tahap/fase
perkembangan (Dede Rahmat Hidayat, 2009).
10
3. Tahapan Perkembangan Anak
Setiap anak akan melalui suatu “milestone” yang merupakan
tahapan dari tumbuh kembangnya dan tiap-tiap tahap mempunyai ciri
tersendiri. Dan sesungguhnya tiap-tiap tahap tumbuh kembang tidak
terdapat batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan secara
berkesinambungan (Soetjiningsih dalam Hidayat, A. Aziz, 2009).
Tahap-tahap tumbuh kembang anak terbagi kedalam beberapa
kelompok umur sebagai berikut.
a. Masa pranatal
1) Masa mudigah/embrio : konsepsi – 8 minggu
2) Masa janin/fetus : 9 minggu – lahir
b. Masa bayi : usia 0 – 1 tahun
1) Masa neonatal : 0 – 28 hari
- Masa neonatal dini : 0 – 7 hari
- Masa neonatal lanjut : 8 – 28 hari
2) Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun
c. Masa anak : usia 1 – 2 tahun
d. Masa Prasekolah : usia 3 – 5 tahun
e. Masa sekolah : usia 6 – 18/20 tahun
1) Masa pra-remaja : usia 6 – 10 tahun
2) Masa remaja :
- Masa remaja dini
11
- Masa remaja lanjut (Soetjiningsih dalam
Hidayat, A. Aziz, 2009).
4. Aspek-aspek Perkembangan Pada Anak Pra-sekolah
Perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik halus,
perkembangan motorik kasar, perkembangan bahasa dan perkembangan
perilaku (Hidayat, A. Aziz, 2009).
Perkembangan manusia mencakup perubahan dan kestabilan
berbagai aspek dalam dirinya, mencakup perkembangan fisik, kognitif,
dan psikososial, dan dalam kehidupannya, aspek-aspek tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain. Perkembangan fisik (misalnya,
pertumbuhan badan dan otak, kapasitas sensori, ketrampilan motorik dan
kesehatan) mungkin mempengaruhi aspek lain dalam perkembangan.
Perkembangan kognitif (perubahan dan stabilitas pada kemampuan
mental: belajar, ingatan, bahasa, berpikir, penalaran moral, dan kreativitas)
berhubungan erat dengan perkembangan fisik dan emosi. Perkembangan
psikososial (perubahan dan stabilitas pada kepribadian dan relasi sosial),
aspek ini akan mempengaruhi fungsi kognitif dan fisik (Dede Rahmat
Hidayat, 2009).
Adapun aspek-aspek perkembangan anak pada masa prasekolah
adalah sebagai berikut.
a. Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus dapat dilihat pada anak, yaitu
mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki,
12
menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang
dan menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu
menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk
bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum
dari cangkir dengan bantuan, makan dengan jari, serta membuat
catatan di atas kertas.
b. Perkembangan Motorik Kasar
Perkembangan motorik kasar masa prasekolah ini dapat diawali
dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik,
melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki,
menjelajah, membuat posisi merangkak, dan berjalan dengan bantuan.
c. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa diawali dengan adanya kemampuan
menyebutkan hingga empat gambar; menyebutkan satu hingga dua
warna; menyebutkan kegunaan benda; menghitung; mengartikan dua
kata; mengerti empat kata depan; mengerti beberapa kata sifat dan
jenis kata lainnya; menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek,
orang, dan aktivitas; menirukan berbagai bunyi kata; memahami arti
larangan; serta merespon panggilan orang dan anggota keluarga dekat.
d. Perkembangan Perilaku/Adaptasi Sosial
Perkembangan adaptasi sosial pada masa prasekolah adalah
adanya kemampuan bermain dengan permainan sederhana, menangis
jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh,
13
menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, serta
mengenali anggota keluarga (Wong, 2000).
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, setiap
individu akan mengalami siklus yang berbeda pada kehidupan manusia.
Peristiwa tersebut dapat secara cepat maupun lambat tergantung dari
individu atau lingkungan. Proses percepatan dan perlambatan tersebut
dapat dipengaruhi oleh faktor herediter, faktor lingkungan, dan faktor
hormonal (Hidayat, A. Aziz, 2009).
a. Faktor herediter
Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan
sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak disamping
faktor-faktor lain. Faktor herediter meliputi bawaan, jenis kelamin, ras,
dan suku bangsa (Hidayat, A. Aziz, 2009).
Pada dasarnya, ciri-ciri dari faktor bawaan manusia yang
esensial bagi setiap orang dari berbagai ras atau kelompok etnis ialah
sama. Namun yang membedakan yaitu sifat-sifat spesifik yang
disumbangkan oleh masing-masing individu sangat bervariasi. Jadi
pada hakekatnya faktor pembawaan tidak hanya semata akan
memberikan potensi perkembangan, namun juga memberikan
perbedaan individual yang spesifik dan khas (Herri Zan Pieter dan
Namora Lumongga, 2010).
14
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan
penting dalam menentukan tercapai atau tidaknya potensi yang sudah
dimiliki. Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal
(yaitu, lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (yaitu,
lingkungan bayi setelah lahir) (Hidayat, A. Aziz, 2009).
c. Faktor hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak
antara lain hormon somatotropin, tiroid dan glukokortikoid. Hormon
somatotropin (growth hormone) berperan dalam memengaruhi tinggi
badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan
sistem skeletal. Hormon tiroid berperan menstimulasi metabolisme
tubuh. Hormon glukokortikoid mempunyai fungsi hormon
pertumbuhan sel interstisial dari testis (untuk memproduksi
testosteron) dan ovarium (untuk memproduksi estrogen), selanjutnya
hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan seks, baik pada
anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran
hormonnya (Wong, 2000)
6. Stimulasi Perkembangan Anak
a. Pengertian
Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan
diluar individu anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih
cepat berkembang dari pada anak yang kurang atau bahkan tidak
15
mendapatkan stimulasi. Dengan kata lain, stimulasi merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan dasar anak agar
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Soetjiningsih dalam
Hidayat, A. Aziz, 2009).
b. Bentuk-bentuk stimulasi
1) Bermain
Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan dengan cara
memberikan permainan atau bermain. Ketika anak sudah memasuki
masa bermain, maka anak akan selalu membutuhkan kesenangan pada
dirinya. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila masa anak-anak
identik dengan masa bermain. Bermain merupakan suatu aktivitas
dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan ketrampilan,
memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreativ, serta
mempersiapkan diri berperan dan berperilaku dewasa (Hidayat, A.
Aziz, 2009).
Bentuk-bentuk permainan yang mempunyai peranan dalam
menstimulasi perkembangan anak antara lain adalah sebagai berikut :
(i) Bermain afektif sosial
Model bermain ini menunjukan adanya perasaan senang dalam
berhubungan dengan orang lain. Hal ini dapat dilakukan
misalnya, orangtua memeluk anaknya sambil berbicara,
bersenandung, kemudian anak memeberikan respon seperti
tersenyum, tertawa, bergembira, dan lain-lain. Sifat dari bermain
16
ini adalah orang lain yang berperan aktif dan anak hanya
merespon dalam menstimulasi sehingga akan memberikan
kesenangan dan kepuasan bagi anak.
(ii) Bermain bersenang-senang
Model bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak
melalui objek yang ada, sehingga anak merasa senang dan
bergembira tanpa adanya kehadirqan orang lain, misalnya
bermain boneka, binatang-binatangan dan lain-lain. Disini
orangtua dituntut untuk memberikan arahan dan pengawasan
terhadap objek yang digunakan anak, sehingga tidak
menimbulkan bahaya atau keadaan yang tidak diinginkan bagi
anak.
(iii) Bermain ketrampilan
Permainan ini diberikan untuk menstimulasi daya kreasi anak
dengan menggunakan objek tertentu, misalnya bongkar pasang,
latihan memakai baju dan lain sebagainya. Orangtua hanya
mengarahkan anak untuk menggunakan objek dengan benar dan
mengawasi objek-objek tertentu yang memberikan resiko bahaya
bagi anak.
(iv) Bermain drama
Model bermain ini dapat dilakukan dengan mencoba memberikan
peran bagi anak untuk menjadi karakter tertentu, misalnya
menjadi seorang ibu, seorang guru, dan karakter lainnya.
17
Orangtua diharapkan dapat membimbing karakter anak sesuai
dengan tata nilai dan norma yang berlaku terhadap karakter itu
sendiri. Permainan ini bersifat aktif dan merangsang kecerdasan
anak.
(v) Bermain menyelidiki
Permainan ini bersifat aktif dan membutuhkan stimulasi dari
orang lain dan mampu meningkatkan kecerdasan pada anak.
Model ini dilakukan dengan meminta anak untuk menyelidiki
atau memeriksa isi atau muatan suatu benda atau objek tertentu.
Disini orangtua harus memastikan bahwa objek yang digunakan
tidak berbahaya bagi anak.
(vi) Bermain konstruksi
Model permainan ini bertujuan untuk menyusun sutu objek
hingga menjadi sebuah konstruksi tertentu. Permainan ini bersifat
aktif dan merangsang sisi kecerdasan anak.
(vii) Bermain onlooker
Model bermain ini dilakukan dengan cara melihat dan
memperhatikan apa yang dilakukan oleh anak lain yang sedang
bermain, tetapi anak tidak ikut bermain. Model ini bersifat pasif,
namun anak akan memperoleh kesenangan atau kepuasan
tersendiri.
18
(viii) Bermain soliter/mandiri
Model permainan ini bersifat aktif dan tidak membutuhkan
stimulasi dari orang lain. Namun, akan menciptakan kemandirian
pada anak.
(ix) Bermain paralel
Model bermain ini adalah bermain sendiri di tengah-tengah anak
lain yang sedang melakukan permainan yang berbeda atau tidak
ikut bergabung dalam permainan. Permainan ini bersifat aktif
secara mandiri, tetapi masih dalam satu kelompok, dengan
harapan kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas mandiri
dalam kelompok tersebut terlatih dengan baik.
(x) Bermain asosiatif
Merupakan bermain bersama dengan tidak terikat pada aturan
yang ada, semuanya bermain tanpa mempedulikan teman yang
lain dalam sebuah aturan main. Model ini akan menumbuhkan
kreativitas anak karena adanya stimulasi dari anak yang lain,
namun belum dilatih untuk mengikuti aturan dalam kelompok.
(xi) Bermain kooperatif
Dalam model ini bermain bersama ini telah terdapat aturan yang
jelas untuk diikuti dan ditaati, sehingga terbentuk rasa
kebersamaan dan hubungan antara pemimpin dan pengikut.
Permainan ini bersifat aktif, dimana anak selalu menumbuhkan
kreativitasnya. Selain itu permainan ini dapat melatih anak untuk
19
mengikuti peraturan dan nilai-nilai yang ada (Hidayat, A. Aziz,
2009)
2) Stimulasi visual
Pemberian rangsangan visual akan mempengaruhi
perkembangan sensorik dan motorik anak. Misalnya pemberian
stimulasi visual pada ranjang anak akan meningkatkan perhatian anak
pada lingkungannya. Anak akan gembira dan menggerak-gerakkan
seluruh tubuhnya.
3) Stimulasi afektif
Stimulasi yang diberikan untuk merangsang perkembangan
aspek sosial dan kognitif anak sehingga akan terwujud perkembangan
yang optimal baik fisik, mental dan sosial.
Orangtua dituntut untuk mengarahkan anak untuk selalu
bergerak, baik melalui bermain dengan sesama teman sebaya maupun
melalui pemberian latihan ringan seperti memakai baju.
4) Stimulasi verbal
Stimulasi yang diberikan untuk merangsang perkembangan
bahasa anak pada tahun pertama kehidupannya. Karena kualitas dan
kuantitas vokalisasi seorang anak dapat bertambah dengan mendengar
dan menirukan kata-kata yang didengarnya. Stimulasi yang dapat
diberikan oleh orangtua dapat berupa dialog atau monolog yang
merangsang anak berbicara. Bernyanyi merupakan hal yang sangat
dominan dilakukan untuk merangsang kemampuan verbal anak.
20
5) Stimulasi visual-verbal
Stimulasi ini merupakan kolaborasi dari stimulasi visual dan
verbal. Pemberian stimulasi ini sangat penting untuk menimbulkan
sifat-sifat ekspresif.
6) Stimulasi taktis
Stimulasi ini diberikan untuk merangsang perkembangan sosial
dan emosional anak. Bentuk dari stimulasi ini umumnya berupa
permainan asosiatif, baik dengan keluarga terdekat maupun lingkungan
sebaya. Kurangnya stimulasi taktis akan berdampak pada
penyimpangan perilaku sosial, emosional dan motorik.
c. Fungsi stimulasi
Fungsi-fungsi pemberian stimulasi pada anak adalah sebagai
berikut:
1) Membantu perkembangan sensorik dan motorik
2) Membantu perkembangan kognitif
3) Meningkatkan kemampuan sosialisasi anak
4) Meningkatkan kreativitas
5) Meningkatkan kesadaran diri
6) Mempunyai nilai terapeutik
7) Mempunyai nilai moral pada anak (Hidayat, A.
Aziz, 2009).
21
B. Konsep Perilaku
1. Pengertian
Dari aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Jadi perilaku pada
hakikatnya adalah tindakan aktifitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas, antara lain berjalan, berbicara,
menangis tertawa, bekerja dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar), oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui
proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme
tersebut merespons (Notoatmodjo, 2007).
2. Domain Perilaku
Domain perilaku itu sendiri terdiri atas aspek pengetahuan, sikap,
dan tindakan dijelaskan sebagai berikut :
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera dimilikinya (mata,
hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebahagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
22
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo,
2005).
Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi:
1) Pengetahuan tentang penyakit.
2) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dengan cara
hidup sehat.
3) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan (Notoatmodjo, 2005).
b. Sikap
1) Pengertian
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus
atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan
emosi yang bersangkutan (senang, tidak senang, setuju, tidak
setuju, baik, tidak baik dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2005).
2) Komponen Sikap
Sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :
i) Kepercayaan atau keyakinan, ide, konsep terhadap objek;
artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pikiran
terhadap objek. Sikap orang terhadap penyakit kusta misalnya
berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang terhadap
penyakit kusta.
23
ii) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek;
artinya bagaimana penilaian orang (terkandung didalamnya
faktor emosi) tersebut, seperti contoh butir di atas tersebut
berarti bagaimana orang menilai terhadap penyakit kusta,
apakah penyakit yang biasa saja atau penyakit yang
membahayakan.
iii) Kecenderungan untuk bertindak; artinya setiap sikap adalah
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku
terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau
berperilaku terbuka (tindakan), misalnya tentang contoh sikap
terhadap penyakit kusta di atas adalah apa yang dilakukan
seseorang bila ia menderita penyakit kusta (Notoatmodjo,
2005).
c. Tindakan
Tindakan adalah suatu sikap yang belum otomatis terwujud
dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi
yang memungkinkan, antara lain fasilitas.
Tindakan terdiri dari beberapa tingkat, yaitu:
1) Persepsi
Mekanisme mengenal dan memilih berbagai objek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
2) Respon terpimpin
24
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
dan sesuai dengan contoh.
3) Mekanisme
Dapat melakukan sesuatu secara otomatis tanpa menunggu
perintah atau ajakan orang lain.
4) Adopsi
Suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik,
artinya tindakan itu telah dimodifikasikan tanpa mengurangi
kebenaran dari tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007).
C. Kerangka Teoritis
Gambar 2.1 : Kerangka Teoritis
25
(Notoatmodjo, 2005)
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
Perilaku
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan suatu kerangka
konsep terhadap variabel yang akan diteliti yang terdiri dari variabel independen
dan variabel dependen (Nursalam, 2001).
Dari konsep tersebut penulis dapat menyatakan sebagai berikut.
Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian
26
Pengetahuan
Tindakan
Perilaku orangtua dalam
menstimulasi perkembangan
anak usia prasekolah
Sikap
27
B. Defenisi Operasional
NoVariabel
PenelitianDefenisi
OperasionalCara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
1 Perilaku Respon orangtua terhadap perkembangan anak usia prasekolah, terdiri atas pengetahuan, sikap dan tindakan
- - - -
2 Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui oleh orangtua dalam memberikan rangsangan (stimulus) terhadap perkembangan anak usia prasekolah.
Menyebarkan kuesioner
Kuesioner Tinggi
Sedang
Rendah
Ordinal
3 Sikap Reaksi atau respon orangtua yang masih dalam menstimulasi perkembangan anak usia prasekolah
Menyebarkan kuesioner
Kuesioner Positif
Negatif
Ordinal
4 Tindakan Segala perbuatan yang dilakukan orangtua dalam menstimulasi perkembangan anak usia prasekolah
Menyebarkan kuesioner
Kuesioner Positif
Negatif
Ordinal
27
C. Cara Pengukuran Variabel
1. Variabel Pengetahuan
Variabel pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan, nomor 1 s/d 10,
yang dibagi atas 3 kategori yaitu :
a. Tinggi ; jika responden jawaban benar 76% - 100%.
b. Sedang ; jika responden jawaban benar 56% - 75%.
c. Rendah ; jika responden jawaban benar < 56% (Nursalam, 2002).
2. Variabel Sikap
Variabel sikap terdiri dari 10 pernyataan, nomor 1 s/d 10 dengan
skala liker untuk pernyataan positif dan negatif. Variabel Sikap dibagi atas
2 kategori yaitu :
a. Positif ; jika responden mendapat nilai > 50% dari total skor.
b. Negatif ; jika responden mendapat nilai < 50% dari total skor (Alimul,
2003).
3. Variabel Tindakan
Variabel tindakan terdiri dari 10 pertanyaan, nomor 1 s/d 10. Pada
variabel ini, terdapat 3 opsi jawaban, dimana salah satunya merupakan
jawaban yang paling tepat dan mewakili dari sikap positif orangtua dalam
memberikan stimulasi terhadap perkembangan anak. Variabel tindakan
dibagi atas 2 kategori yaitu :
a. Positif ; jika responden jawaban benar > 50% dari total skor.
b. Negatif ; jika responden jawaban benar < 50% dari total skor (Alimul,
2003).
28
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif, sehingga dapat
memperjelas gambaran perilaku orangtua dalam menstimulasi perkembangan
psikologis anak usia pra sekolah di Gampong Sagoe Langgien Kecamatan
Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh orangtua yang
mempunyai anak usia pra sekolah di Gampong Sagoe Langgien
Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya, sebanyak 128 jiwa.
2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling)
dengan menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2005).
29
n = N
1 + N (d)2
n = 128
1 + 128 (10%)2
n = 128
1 + 128 (0,01)
30
Jadi besarnya sample adalah 56 orang
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah Populasi
d : Tingkat Signifikan
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel acak
sederhana.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Gampong Sagoe Langgien Kecamatan Bandar Baru Kabupaten
pidie Jaya.
2. Waktu
Penelitian ini dilakukan dari tanggal 15 s/d 25 Juni 2012.
D. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
a. Data Primer
Data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner.
30
n = 128
1 + 128 (10%)2
2,28n =
128
n = 56
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Geuchik Gampong Sagoe Langgien
Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya.
Sumber data yang akan digunakan adalah berdasarkan data primer.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah dengan cara
penyebaran kuesioner.
3. Alat / Instrumen Pengumpulan Data
Alat dan instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah
menggunakan kuesioner.
E. Pengolahan Data
Tahapan-tahapan pengolahan data yang akan dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Editing (pemeriksaan data)
Editing adalah suatu proses pemeriksaan data yang teha
dikumpulkan, karena kemungkinan data yang dimasukkan (raw data) itu
tidak logis dan meragukan.
Tujuan editing adalah untuk menghilangkan kesalahan yang
didapat pada pencatatan di lapangan.
2. Coding (pemberian kode)
Tehnik ini dilakukan dengan memberikan tanda masing-masing
jawaban dengan kode berupa angka, selanjutnya dimasukkan ke dalam
lembar tabel kerja untuk memudahkan pengolahan.
31
3. Processing / Entry
Data yang dikumpulkan menurut kategori yang telah ditentukan,
selanjutnya data ditabulasikan dengan melakukan penentuan data sehingga
memperoleh frekuensi dari masing-masing variabel penelitian. Data
kemudian dipindahkan ke dalam tabel yang sesuai kriteria.
4. Cleaning
Adalah kegiatan pengecekan data yang sudah di entry/dimasukkan.
F. Analisa Data
Menurut Budiarto (2002) data yang diperoleh dari kuesioner
dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi di persentasekan ke tiap-tiap
kategori dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
P : Persentase
f : Frekuensi teramati
n : Jumlah responden yang menjadi sampel
G. Penyajian Data
Data yang telah dikumpulkan, diolah secara manual kemudian
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai dengan penjelasan
secara narasi.
32
ƒ
n=P 100 %
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
Gampong Sagoe Langgien terletak dalam wilayah Kecamatan Bandar
Baru Kabupaten Pidie Jaya yang berbatasan dengan beberapa desa lainnya
sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Baroh Cot.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Cut
Langgien.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Teupin Raya, dan
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Meunasah
Dayah.
2. Data Demografis
Jumlah penduduk Gampong Sagoe Langgien Kecamatan Bandar Baru
Kabupaten Pidie Jaya tahun 2012 berjumlah 1.023 jiwa yang terdiri dari 320
KK (kepala keluarga) dengan laki-laki berjumlah 403 dan perempuan
berjumlah 620 jiwa.
3. Fasilitas Desa
Fasilitas yang dimiliki Gampong Sagoe Langgien antara lain terdiri
atas 1 meunasah, 1 TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) dan 4 balai pengajian.
33
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari tanggal 15 Juni
sampai dengan 25 Juni 2012 di Gampong Sagoe Langgien Kecamatan
Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya bertujuan untuk melihat gambaran
perilaku orangtua dalam menstimulasi anak usia prasekolah dapat
disajikan dalam tabel distribusi frekwensi di bawah ini.
1. Pengetahuan
Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Dalam menstimulasi Perkembangan Anak Usia Prasekolah Di Gampong Sagoe
Langgien Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012
No Pengetahuan Frekwensi Persentase (%)
1 Tinggi 11 19,64
2 Sedang 24 42,86
3 Rendah 21 37,50
Jumlah 56 100
Sumber : Data Primer (diolah Juli 2012)
Dari tabel tersebut terlihat bahwa 24 responden (42,86 %)
memiliki tingkat pengetahuan sedang.
2. Sikap
34
34
Hasil yang didapatkan dari penelitian adalah sebagai sebagai
berikut :
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Sikap Responden Dalam menstimulasi Perkembangan Anak Usia Prasekolah Di Gampong Sagoe Langgien
Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012
No Sikap Frekwensi Persentase (%)
1 Positif 49 87,50
2 Negatif 7 12,50
Jumlah 56 100
Sumber : Data Primer (diolah Juli 2012)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 49 (87.50 %)
responden memiliki sikap positif dalam menstimulasi perkembangan anak
usia pra sekolah.
3. Tindakan
Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Dalam menstimulasi Perkembangan Anak Usia Prasekolah Di Gampong Sagoe Langgien
Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012
No Tindakan Frekwensi Persentase (%)
1 Positif 45 80,36
2 Negatif 11 19.64
35
Jumlah 56 100
Sumber : Data Primer (diolah Juli 2012)
Dari tabel tersebut terlihat bahwa 45 (80,36 %) responden memiliki
tindakan positif dalam menstimulasi perkembangan anak usia prasekolah.
C. Pembahasan
1. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian di Gampong Sagoe Langgien
Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya tahun 2012 diketahui
bahwa 11 (19,64 %) responden memiliki pengetahuan yang tinggi, 21
(37,50 %) responden memiliki tingkat pengetahuan yang rendah, dan
sisanya 24 (42,86 %) responden memiliki tingkat pengetahuan sedang.
Dengan demikian, tingkat pengetahuan orangtua dalam menstimulasi
perkembangan anak usia prasekolah di Gampong Sagoe Langgien
Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie 2012 mayoritas berada pada
kategori sedang.
Pengetahuan merupakan suatu pemahaman yang diperoleh secara
sadar melalui serangkaian analisa terhadap suatu objek tertentu. Hal ini
sejalan dengan pendapat yang menyebutkan bahwa pengetahuan adalah
hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2005).
Asumsi peneliti bahwa tingkat pengetahuan orangtua dalam
menstimulasi perkembangan anak mayoritas berada pada kategori sedang.
Hal ini dikarenakan sebagian responden tidak mengetahui defenisi, fungsi
36
dan jenis-jenis stimulasi. Artinya, responden tidak dibekali pemahaman
ilmiah tentang stimulasi perkembangan anak. Namun demikian, apa yang
telah mereka ketahui tentang stimulasi perkembangan anak merupakan
bentuk kesadaran naluriah dari fungsi dan tanggung jawab mereka sebagai
orangtua kepada anak-anak nya.
2. Sikap
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 49 (87,50 %) responden
memiliki sikap positif dan selebihnya 7 (12,50 %) responden memiliki
sikap yang negatif dalam menstimulasi perkembangan anak usia
prasekolah di Gampong Sagoe Langgien Kecamatan Bandar Baru
Kabupaten Pidie Jaya tahun 2012.
Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang, tidak senang, setuju, tidak setuju, baik, tidak baik
dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2005).
Asumsi peneliti bahwa sikap orangtua dalam menstimulasi
perkembangan anak berada pada kategori positif. Artinya mereka telah
memiliki sikap yang baik terhadap perkembangan anak.
Sehubungan dengan stimulasi perkembangan anak dalam
penelitian ini, sikap terbuka dan bebas untuk bermain dan
mengekspresikan diri, merupakan sikap yang paling banyak diberikan
orang tua kepada anak-anaknya.
37
Pada sisi yang lain, banyak responden yang ragu-ragu bahwa
kurangnya stimulasi pada anak akan berdampak pada keterbelakangan
mental anak. Hal ini merupakan bentuk dari pemahaman mereka dalam
menstimulasi perkembangan anak secara keseluruhan. Sehingga sikap
mereka tidak begitu jelas terhadap hal-hal yang sifatnya lebihk husus.
Artinya, responden tidak dapat menjabarkan lebih jauh hubungan antara
stimulasi dengan keterbelakangan mental anak. Padahal sejatinya,
pengaruh stimulasi terhadap keterbelakangan mental anak tetap ada,
namun hanya saja besar kecilnya pengaruh yang sering tidak dapat
diperhitungkan.
Melihat sikap responden secara keseluruhan, penulis berasumsi
bahwa meskipun dibekali dengan pengetahuan yang terbatas, namun
responden pada umumnya telah memiliki sikap yang jelas tentang
bagaimana seharusnya mereka mendidik anak-anak.
3. Tindakan
Dari hasil penelitian yang dipaparkan diatas terlihat bahwa 45
(80,36 %) responden memiliki tindakan positif dan sebesar 11 (19,64 %)
responden memiliki tindakan negatif dalam menstimulasi perkembangan
anak. Dengan demikian asumsi penulis terhadap tindakan responden
sehubungan dengan stimulasi perkembangan anak usia prasekolah di
Gampong Sagoe Langgien Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya
tahun 2012 sudah cukup baik.
38
Tindakan merupakan suatu manifestasi akhir dari perwujudan
pengetahuan dan sikap responden, yang dapat dijadikan cerminan riil dari
baik tidaknya sikap maupun tinggi rendahnya pengetahuan responden. Hal
ini sejalan dengan pendapat yang menyebutkan bahwa tindakan
merupakan suatu sikap yang belum otomatis terwujud dalam suatu
tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara lain fasilitas (Notoatmodjo, 2007).
Asumsi peneliti bahwa tindakan responden dalam stimulasi
perkembangan anak berada pada kategori positif. Artinya, tindakan
responden didasari oleh pengetahuan dan sikap yang baik dalam
menstimulasi perkembangan anak. Hal ini dapat dilihat pada tindakan
responden dalam menanggapi keluhan anak-anak. Begitu juga halnya
dengan komunikasi yang dibangun antara anak dan orangtua.
39
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang gambaran perilaku orangtua dalam
menstimulasi perkembangan anak usia prasekolah di Gampong Sagoe
Langgien Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya tahun 2012 ditinjau
dari segi pengetahuan, sikap dan tindakan.
1. Tingkat Pengetahuan dari 56 responden yang diteliti
mayoritas berada pada kategori sedang yakni sebesar 24 responden
(42,86%). Tingkat pengetahuan responden yang sedemikian rupa, tentu
akan mempengaruhi sikap dan tindakan mereka dalam menstimulasi
perkembangan anak.
2. Dari 56 responden yang diteliti, 49 responden (87,50%)
diantaranya memiliki sikap postif dalam menstimulasi perkembangan anak
usia prasekolah. Positifnya sikap responden akan memberikan pengaruh
yang positif pula terhadap tindakan responden dalam stimulasi
perkembangan anak.
3. Responden dengan tindakan positif berjumlah sebesar
45 responden (80,36%). Tindakan responden yang positif merupakan
cerminan dari tingkat pengetahuan dan sikap responden dalam
menstimulasi perkembangan anak.
40
B. Saran
1. Peneliti
Diharapkan dalam melakukan penelitian yang lebih lanjut tentang
stimulasi perkembangan anak usia prasekolah dapat menggunakan
penelitian ini sebagai salah satu referensi. Dan diharapkan dapat terjadi
perbaikan terhadap berbagai kekurangan dalam penelitian ini.
2. Institusi Pendidikan
Lembaga pendidikan (kampus) seharusnya lebih konsen dalam
program-program peningkatan pengetahuan masyarakat khususnya dalam
hal stimulasi perkembangan anak usia prasekolah.
3. Dinas Pendidikan
Diharapkan dapat merumuskan dan mewujudkan program-program
yang berkaitan dengan stimulasi perkembangan anak dengan melakukan
koordinasi dengan pihak terkait pendidikan kesehatan masyarakat.
4. Dinas Kesehatan
Diharapkan dapat meningkatkan kegiatan sosialisasi tentang
stimulasi perkembangan anak usia prasekolah untuk seluruh kecamatan
yang berada dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Pidie Jaya. Dengan
demikian diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan wawasan
masyarakat terhadap pentingnya stimulasi perkembangan anak.
5. Tempat Penelitian
41
41
Melalui organisasi pemerintahan gampoeng, diharapkan dapat
melakukan koordinasi dengan instansi-instansi terkait kesehatan
masyarakat untuk melakukan sosialiasi dan pendidikan praktis sehubungan
dengan stimulasi perkembangan anak.
6. Responden / masyarakat
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang stimulasi
perkembangan anak. Sehingga dapat memahami defenisi, fungsi dan jenis-
jenis stimulasi perkembangan anak yang sesuai dengan kebutuhan anak.
42