Post on 19-Jul-2018
LAPORAN KINERJA
DIREKTORAT PERLINDUNGAN
PERKEBUNAN 2015
DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2016
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015 disusun dalam rangka
pelaksanaan pertanggungjawaban Direktorat Perlindungan Perkebunan sesuai dengan
Tugas Pokok dan Fungsi seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pertanian
Republik Indonesia No. 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian.
Penyusunan Laporan Kinerja ini mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 29 Tahun 2010 tanggal 31 Desember 2010
tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pertanian No. 31/Permentan/OT.140/3/2010,
tanggal 19 Maret 2010 tentang Pedoman Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Pembangunan Pertanian. Materi yang disajikan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015 ini merupakan kegiatan pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) Direktorat Perlindungan Perkebunan secara garis besar.
Pada bulan Januari 2015 telah disahkan Penetapan Kinerja yang merupakan dokumen
pernyataan kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dengan Direktur Perlindungan
Perkebunan untuk mewujudkan target kinerja yaitu Pengendalian OPT Tanaman
Perkebunan.
Berdasarkan hasil penilaian kinerja kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan dengan
capaian kinerja untuk keuangan mencapai 82,15% dari pagu dan realisasi fisik mencapai
98,07% dengan kategori berhasil.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh jajaran lingkup Direktorat
Perlindungan Perkebunan dan pihak terkait lainnya yang telah memberikan dukungan dan
kerjasamanya, sehingga tugas-tugas yang dibebankan kepada Direktorat Perlindungan
Perkebunan dapat diselesaikan dengan baik seperti tertuang pada Laporan Akuntabilitas
Kinerja Direktorat ini.
Kiranya laporan ini dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan sebagai
bahan untuk kelanjutan kegiatan di masa yang akan datang.
Jakarta, Januari 2016
Direktur,
Drs. Dudi Gunadi, BSc, MSi
ii
LAKIP Direktorat Perlindungan Perkebunan - 2015
IKHTISAR EKSEKUTIF
Perubahan lingkungan strategis global dan perubahan lingkungan domestik,
kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan dan kebugaran kaitannya dengan
konsumsi makanan, telah meningkatkan tuntutan konsumen akan kandungan nutrisi dari
produk-produk perkebunan yang sehat, aman dan menunjang kebugaran. Disamping itu
meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup dan pentingnya faktor Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) telah mendorong masuknya berbagai aspek tersebut dalam
pertimbangan agribisnis perkebunan.
Pada era otonomi terjadi pergeseran peran pemerintah yang semula dominan dalam
pembangunan agribisnis berubah menjadi fasilitator, stimulator, promotor dan regulator.
Dalam konteks pengendalian, peran masyarakat menjadi lebih dominan serta peran
pemerintah daerah menjadi lebih besar dalam pelaksanaan perlindungan tanaman.
Koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah pusat (Ditjen Perkebunan dan UPT Pusat)
dengan pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota menjadi hal yang sangat penting
untuk dapat terlaksananya pembangunan perlindungan tanaman perkebunan yang sinergis,
efektif dan efisien.
Sebagai penjabaran tugas pokok dan fungsi Direktorat Perlindungan Perkebunan,
serta memperhatikan perubahan lingkungan strategis domestik maupun internasional,
Renstra Pembangunan Perkebunan dan Renstra Ditjen Perkebunan, maka dirumuskan Visi
Direktorat Perlindungan Perkebunan yaitu “Profesional dalam Memfasilitasi
Perlindungan Perkebunan”.
Untuk mencapai visi tersebut, maka misi Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah
sebagai berikut :
1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM petugas dan petani, ketersediaan teknologi,
pemanfaatan sarana dan prasarana dan pemantapan sistem perlindungan perkebunan;
2) Meningkatkan sistem pengamatan, peramalan, pemantauan, dan pengendalian OPT
serta antisipasi dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran lahan perkebunan;
3) Memantapkan jejaring dan kerjasama di bidang perlindungan dengan Puslit/Balit,
Perguruan Tinggi, BBP2TP, BPTP, UPTD, Dinas Perkebunan, dan pihak terkait
lainnya;
4) Memperkuat sistem informasi perlindungan perkebunan.
Untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan perkebunan 2015-2019
sebagaimana telah ditetapkan dalam Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan, maka
Direktorat Perlindungan Perkebunan mempunyai tujuan mendukung peningkatan produksi
dan produktivitas tanaman perkebunan yaitu penurunan luas areal serangan OPT,
peningkatan penanganan kebakaran lahan dan kebun dan peningkatan penanganan
dampak perubahan iklim.
Sasaran Direktorat Perlindungan Perkebunan yang ingin dicapai pada tahun 2015 -
2019 adalah sebagai berikut :
1) Tersedianya rumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pengendalian OPT tanaman
semusim, rempah, penyegar, dan tahunan
2) Tersedianya rumusan kebijakan pencegahan kebakaran lahan dan dampak perubahan
iklim.
iii
LAKIP Direktorat Perlindungan Perkebunan - 2015
3) Tersedianya Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) di bidang identifikasi dan
pengendalian organisme OPT tanaman semusim, rempah, penyegar, dan tahunan, serta
pencegahan kebakaran lahan dan dampak perubahan iklim.
4) Terlaksananya kebijakan dan NSPK di bidang identifikasi dan pengendalian OPT
tanaman semusim, rempah, penyegar, dan tahunan serta pencegahan kebakaran lahan
dan dampak perubahan iklim.
5) Meningkatnya kuantitas dan kualitas pelayanan organisasi.
Pengukuran kinerja tahun 2015 untuk kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan
diperoleh capaian realisasi keuangan 82,15% dan fisik 98,07%. Untuk kegiatan daerah
yang tersebar di 32 Provinsi, diperoleh capaian fisik sebesar 96,15% dengan realisasi
keuangan sebesar 81,86%, sedangkan khusus untuk pengukuran kinerja lingkup Direktorat
Perlindungan Perkebunan tahun 2015, realisasi keuangan sebesar 88,07% dengan capaian
fisik 100%.
Pengukuran Kinerja terhadap capaian sasaran kegiatan berupa output dengan rincian
sebagai berikut :
1) Pemberdayaan Perangkat Perlindungan secara keseluruhan mencapai 93,33%, yang
terdiri dari :
a. Operasional Laboratorium Lapangan dari target 28 unit terealisasi 28 unit atau
mencapai 100%.
b. Operasional Laboratorium Utama Pengendalian Hayati (LUPH) dari target 4 unit
terealisasi 4 unit atau mencapai 100%.
c. Operasional Sub Lab Hayati dari target 12 unit terealisasi 12 unit atau mencapai
100%.
d. Operasional Brigade Proteksi Tanaman dari target 31 unit terealisasi 31 unit atau
mencapai 100%.
e. Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun dari target 60 unit
terealisasi 51 unit atau mencapai 85,00%.
2) Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) dari target 223 kelompok tani
terealisasi 219 kelompok tani atau mencapai 98,21%.
3) Antisipasi Dampak Perubahan Iklim terdiri dari:
a. Fasilitasi pemantauan kebakaran, dampak perubahan iklim dan bencana alam target
9 dokumen terealisasi 9 dokumen atau mencapai 100%.
b. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian
Kebakaran Lahan dan Kebun dari target 149 KT terealisasi 124 KT atau mencapai
83,33%.
c. Apel siaga penanggulangan kebakaran lahan dan kebun dari target 9 dokumen
terealisasi 6 dokumen atau mencapai 66,67%.
d. Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dari target 12 KT terealisasi 12 KT atau
mencapai 100%.
e. Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon dari target 11 KT
terealisasi 11 KT atau mencapai 100%.
4) Pengendalian OPT tanaman Perkebunan untuk 12 komoditas secara keseluruhan
terealisasi 98,86 % yaitu :
a. Pengendalian OPT tanaman tahunan (kelapa, karet, kelapa sawit, jambu mete) dari
target 15.950 hektar terealisasi 15.950 hektar atau mencapai 100%.
b. Pengendalian OPT tanaman semusim (tebu, tembakau, kapas, nilam) dari target
7.563 hektar terealisasi 6.938 hektar atau mencapai 91,74%.
iv
LAKIP Direktorat Perlindungan Perkebunan - 2015
c. Pengendalian OPT tanaman rempah dan penyegar (lada, kopi, cengkeh, kakao) dari
target 9.850 hektar terealisasi 9.850 hektar atau mencapai 100%.
5) Koordinasi kegiatan perlindungan berupa insentif kepada petugas pengamat dari target
989 orang terealisasi 989 orang atau mencapai 100%
6) Koordinasi, Pembinaan dan Monev Kegiatan Perlindungan Pusat dari target 20
dokumen terealisasi 20 dokumen atau mencapai 100%.
7) Layanan Perkantoran Pusat secara keseluruhan mencapai 100% terdiri dari :
a. Administrasi Kegiatan
b. Operasional PPK Direktorat Perlindungan Perkebunan
Permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan yang mempengaruhi kinerja perlindungan
secara keseluruhan antara lain : (1) Penetapan PPK, Bendahara/PUM, Tim Pelaksana
kegiatan Provinsi/Kabupaten dan CP/CL seringkali terlambat sehingga pelaksanaan
kegiatan menjadi tidak tepat waktu sesuai target, (2) Pedoman Teknis yang diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Perkebunan sebagai acuan teknis dalam pelaksanaan kegiatan
perlu dijabarkan ke dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis),
namun seringkali terlambat disusun atau bahkan seringkali tidak dibuat oleh penanggung
jawab kegiatan, (3) Terlambatnya penelaahan dan sinkronisasi antara kegiatan dalam
DIPA/POK dengan Pedoman Teknis sehingga menghambat pelaksanaan kegiatan, (4)
Proses pengadaan barang/jasa khususnya untuk kegiatan pengendalian OPT pada tanaman
perkebunan sering tidak tepat waktu sehingga berakibat penyediaan sarana pengendalian
OPT tidak tepat sasaran, (5) Jadual pelaksanaan dan tahapan penarikan uang kegiatan
belum sepenuhnya sesuai dengan ROPAK yang telah disusun, (6) Kegiatan yang telah
selesai dilaksanakan tidak segera dilaporkan kepada Pusat tetapi menunggu sampai akhir
tahun anggaran. Bahkan ada beberapa kegiatan di daerah yang sudah selesai dilaksanakan
tetapi laporannya tidak dikirimkan ke pusat.
Langkah-langkah yang akan diambil untuk mengantisipasi agar pencapaian sasaran
ditahun-tahun mendatang menjadi lebih baik maka diperlukan: a) komitmen pimpinan dan
persepsi yang sama diantara instansi terkait di pusat dan daerah terhadap konsepsi
penerapan PHT pada pengendalian OPT dan penanganan dampak perubahan iklim serta
pencegahan kebakaran; b) komitmen semua pelaku usaha perkebunan tentang pentingnya
penanganan perlindungan perkebunan di dalam pengembangan sistem usaha agribisnis; c)
penyediaan/penambahan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional dan perangkat
pendukung untuk menangani hal-hal yang terkait dengan penerapan PHT, penanganan
dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; d) penyediaan Sistem dan Informasi
Manajemen Perlindungan Perkebunan yang efektif dan efisien; dan e) penyediaan dana
yang memadai. Dalam implementasinya diperlukan peningkatan koordinasi dan
sinkronisasi pusat dan daerah.
v
LAKIP Direktorat Perlindungan Perkebunan - 2015
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
IKHTISAR EKSEKUTIF ii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Organisasi 1
BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 3
2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-
2019
3
2.1.1. Visi dan Misi 3
2.1.2. Nilai-Nilai 3
2.1.3. Tujuan 4
2.1.4. Sasaran 5
2.1.5. Kebijakan 5
2.1.6. Strategi 6
2.1.7. Kegiatan 6
2.1.8. Fokus Kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan 7
2.1.9. Keluaran (Output) dan Sub Kegiatan (Sub Output) 7
2.2 Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2015 8
2.2.1. Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan 8
2.2.2. Sasaran Dukungan Perlindungan Perkebunan 8
2.3. Perjanjian Kinerja 9
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 11
3.1. Pengukuran Kinerja 11
3.1.1. Pengukuran Kinerja Berdasarkan Penetapan Kinerja 11
3.1.2. Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Kegiatan (Outputs)
Berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan 2015
12
3.2. Evaluasi Kinerja Sasaran Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan
Tahun 2015
19
3.2.1. Evaluasi Kinerja Sasaran Kegiatan Dukungan Perlindungan
Perkebunan Tahun 2015 Berdasarkan Tahun 2014
19
3.2.2. Evaluasi Kinerja Kegiatan Pengendalian OPT Berdasarkan Target
Renstra 2015-2019
19
3.3 Akuntabilitas Keuangan 20
3.3.1. Pemberdayaan Perangkat Perlindungan Perkebunan 20
3.3.2. SL-PHT Perkebunan 21
3.3.3. Antisipasi Dampak Perubahan Iklim 21
3.3.4. Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan 21
3.3.5. Koordinasi, Pembinaan dan Monev Kegiatan Perlindungan Pusat 21
3.3.6. Layanan Perkantoran Pusat 22
3.4. Permasalahan dan Upaya Tindak Lanjut 22
vi
LAKIP Direktorat Perlindungan Perkebunan - 2015
BAB IV. PENUTUP 24
4.1. Kesimpulan 24
4.2. Saran Rekomendasi 24
vii
LAKIP Direktorat Perlindungan Perkebunan - 2015
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Target dan Realisasi Sasaran Kegiatan Dukungan
Perlindungan Perkebunan Tahun 2015 Berdasarkan
Penetapan Kinerja
11
Tabel 2 : Target dan Realisasi Sasaran Kegiatan Dukungan
Perlindungan Perkebunan Tahun 2015 Berdasarkan
Rencana Kegiatan Tahunan 2015
12
Tabel 3 : Perkembangan Luas Areal Pengendalian OPT Tahun
2014-2015
19
Tabel 4 : Evaluasi Kinerja Pengendalian OPT Berdasarkan
Target Renstra 2015-2019
19
Tabel 5 : Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan
Utama Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun
2015
20
viii
LAKIP Direktorat Perlindungan Perkebunan - 2015
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Penetapan Kinerja (PK)Tahun 2015 26
Lampiran 2 : Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2015 28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi serta pengelolaan sumberdaya, kebijakan dan program bagi instansi pemerintah,
maka diperlukan sistem akuntabilitas yang memadai. Penyusunan Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) didasarkan atas Rencana Strategis (Renstra), Rencana
Kinerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK). Laporan ini disusun sesuai dengan
Instruksi Presiden RI No.77 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
dan dalam penyusunannya mengacu pada Pedoman Penyusunan dan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagaimana yang ditetapkan dalam Keputusan
Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI No.239/IX/6/8/2003 tanggal 25 Maret
2003 yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayaagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN & RB) No.29 Tahun 2010 tanggal 31
Desember 2010.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI No.61/Permentan/OT.140/10/2010,
tugas Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah „melaksanakan penyiapan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur,
serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan perkebunan‟
Sebagai acuan dalam pelaksananaan tugas direktorat dan arahan dalam
pengembangan perlindungan perkebunan adalah Rencana Strategis (Renstra) Direktorat
Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019 yang disusun berdasarkan analisis dan
pencermatan lingkungan strategis atas potensi, kelemahan, peluang dan tantangan terkini
yang dihadapi dalam peningkatan dukungan perlindungan selama kurun waktu 2010-2014.
Renstra Direktorat Perlindungan Perkebunan memberikan dukungan dan memfasilitasi
kegiatan Pemberdayaan Perangkat, Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu,
Kesiapsiagaan Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun, Antisipasi Dampak Perubahan
Iklim, Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Perkebunan, Pemberdayaan
Petugas Pengamat OPT dan Koordinasi Pelaksanaan Dukungan Perlindungan Perkebunan.
1.2. Organisasi
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.
61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pertanian telah ditetapkan bahwa unit kerja Eselon II lingkup
Direktorat Jenderal Perkebunan terdiri dari 6 (enam) unit yaitu: Sekretariat Direktorat
Jenderal Perkebunan, Direktorat Tanaman Tahunan, Direktorat Tanaman Semusim,
Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar, Direktorat Perlindungan Perkebunan serta
Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha.
Organisasi Direktorat Perlindungan Perkebunan terbagi dalam 4 (empat) Sub
Direktorat dan delapan Seksi serta Sub Bagian Tata Usaha yaitu :
1) Sub Direktorat Identifikasi dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
(OPT) Tanaman Semusim, membawahi Seksi Identifikasi serta Seksi Pengendalian;
2) Sub Direktorat Identifikasi dan Pengendalian OPT Tanaman Rempah dan Penyegar,
membawahi Seksi Identifikasi serta Seksi Pengendalian;
3) Sub Direktorat Identifikasi dan Pengendalian OPT Tanaman Tahunan, membawahi
Seksi Identifikasi serta Seksi Pengendalian;
4) Sub Direktorat Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran, membawahi
Seksi Dampak Perubahan Iklim dan Seksi Pengendalian Kebakaran;
5) Sub Bagian Tata Usaha;
6) Kelompok Jabatan Fungsional.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI No.61/Permentan/ OT.140/10/2010,
tugas Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah “melaksanakan penyiapan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur,
serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan perkebunan”.
Dalam melaksanakan tugas di atas, Direktorat Perlindungan Perkebunan
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pengendalian organisme
penganggu tanaman semusim, rempah, penyegar, dan tahunan serta dampak
perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;
2) Pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan pengendalian organisme penganggu
tanaman semusim, rempah, penyegar, dan tahunan serta dampak perubahan iklim dan
pencegahan kebakaran;
3) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang identifikasi dan
pengendalian organisme penganggu tanaman semusim, rempah, penyegar, dan
tahunan serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;
4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pengendalian
organisme penganggu tanaman semusim, rempah, penyegar, dan tahunan serta
dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; dan
5) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Perkebunan.
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-
2019
Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-2019
disusun berdasarkan analisis dan pencermatan lingkungan strategis atas potensi,
kelemahan, peluang dan tantangan terkini yang dihadapi dalam peningkatan dukungan
perlindungan selama kurun waktu 2015-2019. Renstra Direktorat Perlindungan
Perkebunan memberikan dukungan dan memfasilitasi kegiatan identifikasi dan
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan, fasilitasi
pemantauan kebakaran lahan dan kebun, pemberdayaan perangkat, pemberdayaan
pengamat, dan pelaksanaan SL-PHT perkebunan serta mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim.
2.1.1. Visi dan Misi
Sebagai penjabaran tugas pokok dan fungsi Direktorat Perlindungan Perkebunan,
serta memperhatikan perubahan lingkungan strategis domestik maupun internasional dan
Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan 2015- 2019 maka dirumuskan visi Direktorat
Perlindungan Perkebunan yaitu “Profesional dalam Memfasilitasi Perlindungan
Perkebunan”.
Untuk mencapai visi tersebut, maka misi Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah
sebagai berikut :
1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM petugas dan petani, ketersediaan teknologi,
pemanfaatan sarana dan prasarana dan pemantapan sistem perlindungan perkebunan;
2) Meningkatkan sistem pengamatan, peramalan, pemantauan, dan pengendalian OPT
serta antisipasi dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran lahan
perkebunan;
3) Memantapkan jejaring dan kerjasama di bidang perlindungan dengan Puslit/Balit,
Perguruan Tinggi, BBP2TP, BPTP, UPTD, Dinas Perkebunan, dan pihak terkait
lainnya;
4) Memperkuat sistem informasi perlindungan perkebunan.
2.1.2. Nilai-Nilai
Nilai-nilai yang melandasi pelaksanaan pelayanan Direktorat Perlindungan
Perkebunan adalah :
1) Kebersamaan (Cooperative): rencana kerja disusun secara demokratis dan tugas
dilaksanakan secara bersama/tim guna mencapai hasil yang optimal;
2) Keterbukaan (Transparency): sebagai upaya menuju pemerintahan yang bersih dan
akuntabel untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan SOP;
3) Profesional (Professionalism): fasilitasi pelayanan dilakukan secara efisien dan efektif
berdasarkan tuntunan agama dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan
didukung SDM yang handal sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilan;
4) Terukur (Measureable) : dapat diukur dengan skala penilaian tertentu yang disepakati
berupa pengukuran kuantitas dan kualitas;
5) Dapat dipertanggungjawabkan (Accountable): hasil atau layanan yang diberikan dapat
dipertanggungjawabkan kepada semua pihak.
2.1.3. Tujuan
Untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional dan pembangunan
pertanian 2015-2019 pada periode jangka menengah tahun 2015-2019, maka Direktorat
Jenderal Perkebunan menetapkan tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan dalam
pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 yang akan dicapai sesuai visi, misi serta tugas
pokok dan fungsi organisasi sebagai berikut :
1) Meningkatkan produksi dan produktivitas tanman perkebunan melalui rehabilitasi,
intensifikasi, ekstensifikasi dan diversivikasi yang didukung oleh penyediaan benih
unggul bermutu dan bersertifikat, sarana produksi dan alat mesin pertanian serta
pembangunan kebun sumber benih tanaman semusim, tanaman tahunan dan tanaman
rempah dan penyegar;
2) Melakukan pengembangan komoditas unggulan perkebunan pada lahan-lahan
eksisting dan lahan bukaan baru sesuai potensi kearifan lokal, kebutuhan
pengembangan kawasan dan kesiapan daerah pengembangan melalui pendekatan
kawasan yang terintegrasi antar sektor dan memperhatikan kelayakan ekonomi,
agroekosistem, sosial, pasar dan pengembangan potensi berkelanjutan;
3) Melakukan pembinaan, bimbingan teknis dan pendampingan kepada pekebun dalam
mendorong usaha agribisnis perkebunan dibudidayakan melalui sistem budidaya
perkebunan yang baik, berkelanjutan dan memperhatikan isu-isu lingkungan terutama
dalam penggunaan benih dan sarana produksi (pupuk dan pestisida);
4) Memberikan fasilitasi kegiatan pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan
kelompok petani tanaman semusim, tanaman tahunan dan tanaman rempah penyegar
melalui pelatihan penumbuhan kebersamaan/dinamika kelompok, pelatihan penguatan
kelembagaan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana
prasarana budidaya, dukungan penyediaan fasilitasi pembiayaan dan permodalan serta
kemudahan akses ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, pascapanen dan
perlindungan perkebunan;
5) Memfasilitasi penyediaan/pengadaan alat pascapanen tanaman semusim, tanaman
tahunan dan tanaman rempah penyegar yang spesifik lokasi dan fungsi;
6) Melakukan upaya strategis dan bimbingan teknis dalam memfasilitasi penerapan
pembinaan usaha perkebunanberkelanjutan, perizinan usaha perkebunan, penilaian
usaha perkebunan serta inventarisasi, identifikasi dan penanganan kasus gangguan
usaha dan konflik perkebunan;
7) Memfasilitasi ketersediaan teknologi perlindungan perkebunan, pengamatan,
pemantauan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), pencegahan
kebakaran lahan/kebun dan penanganan dampak perubahan iklim;
8) Memberikan pelayanan perencanaan, program, anggaran, kerjasama teknis,
administrasi keuangan, aset, umum, organisasi, tata laksana, kepegawaian, hukum,
humas, administrasi perkantoran , evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data
serta informasi yang berkualitas;
9) Melakukan upaya pengembangan komoditas perkebunan sumber bio-energy, sitem
pertanian polikultur serta penerapan integrasi tanaman perkebunan dalam mendukung
pengembangan sistem pertanian bio-industry melalui pendekatan zero waste
management
Untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan perkebunan 2015-2019
sebagaimana telah ditetapkan dalam Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan, maka
Direktorat Perlindungan Perkebunan mempunyai tujuan mendukung peningkatan produksi
dan produktivitas tanaman perkebunan yaitu penurunan luas areal serangan OPT,
peningkatan penanganan kebakaran lahan dan kebun dan peningkatan penanganan
dampak perubahan iklim.
2.1.4. Sasaran
Sasaran strategis Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 adalah :
a. Peningkatan ketahanan pangan: Komoditi tebu sebagai pangan pokok nasional;
komoditi sagu sebagai pangan pokok lokal.
b. Pengembangan ekspor dan subtitusi impor produk pertanian: karet, kelapa, jambu
mete, kakao, kopi, teh, cengkeh, lada, pala, kapas, nilam dan tembakau.
c. Pengembangan ketersediaan bahan baku bio-industri dan bio-energy: kelapa sawit,
kemiri sunan, integrasi kelapa sawit-ternak sapi.
Sasaran yang ingin dicapai oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan dalam rangka
mendukung pencapaian sasaran pembangungan perkebunan tahun 2015-2019 adalah :
Penurunan Luas Areal Serangan OPT, Peningkatan Penanganan kebakaran lahan dan
kebun, dan peningkatan penanganan dampak perubahan iklim. Sasaran tersebut akan
dicapai melalui :
a. Pemberdayaan Perangkat Perlindungan Perkebunan;
b. Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Perkebunan;
c. Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT);
d. Kesiapsiagaan Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun;
e. Antisipasi Dampak Perubahan Iklim;
f. Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT;
g. Koordinasi Pelaksanaan Dukungan Perlindungan Perkebunan.
2.1.5. Kebijakan
Sesuai dengan amanah Undang-undang No. 12 Tahun1992 Tentang Sistem Budidaya
Tanaman dan UU Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan serta Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman, bahwa pengendalian OPT
dilaksanakan dengan Sistem Pengendalian Hama Terpadu. Dalam penerapannya
pemerintah diarahkan untuk mampu mengoptimalkan peran serta dan kemampuan petani
dalam melakukan pengendalian OPT dan non OPT secara swadaya.
Kebijakan Teknis Direktorat Perlindungan Perkebunan terdiri dari 2 (dua) aspek
yaitu aspek OPT dan non OPT sebagai berikut :
Aspek OPT :
1) Perlindungan merupakan tanggung jawab masyarakat, pemerintah dapat memberikan
bantuan sesuai dengan kemampuan yang ada;
2) Perlindungan tanaman dengan Sistem PHT yaitu Budidaya Tanaman sehat,
pengamatan, pemanfaatan dan pelestarian musuh alami. Mendorong petani agar mau
dan mampu secara mandiri menerapkan PHT yang memperhatikan keragaman ekologi
dan sosial budaya, aspek ekonomi, keunggulan komparatif dan kompetitif,
keberlanjutan produksi dan mutu produk.
3) PHT harus menjiwai Sistem dan usaha Agribisnis
4) Dalam keadaan Eksplosi pemerintah secara berjenjang dapat membantu sarana atau
peralatan pengendalian sesuai dengan kemampuan.
5) Fasilitasi Penyediaan Data dan Informasi. Penyediaan dan pendistribuan informasi
keadaan OPT dan non OPT (komponen iklim) kepada user.
6) Karantina sebagai garda terdepan perlindungan tanaman.
Aspek Non OPT :
1) Pencegahan kebakaran melalui penerapan PLTB
2) Mendorong optimalisasi sistem peringatan dini kebakaran lahan dan dampak
perubahan iklim.
3) Mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim.
2.1.6. Strategi
Memperhatikan strategi Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 maka
strategi yang akan ditempuh Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah :
1) Fasilitasi peningkatan kemampuan teknis petugas dan petani melalui magang petugas
dan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT);
2) Fasilitasi Peningkatan sistem pengamatan, peramalan, pemantauan, dan pengendalian
OPT melalui Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT dan Penanganan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Perkebunan;
3) Fasilitasi antisipasi dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran lahan dan
kebun melalui kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun; antisipasi
dampak perubahan iklim dan Operasional Brigade Pencegahan Kebakaran Lahan dan
Kebun;
4) Pemanfaatan jejaring dan kerjasama di bidung perlindungan dengan Puslit/Balit,
Perguruan Tinggi, BBPPTP, BPTP, UPTD, Dinas Perkebunan, dan pihak terkait
lainnya melalui Pemberdayaan Perangkat Perlindungan Perkebunan;
5) Penguatan sistem informasi perlindungan perkebunan melalui Koordinasi pelaksanaan
Dukungan Perlindungan.
2.1.7. Kegiatan
Untuk mendukung program Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Perlindungan
Perkebunan mempunyai tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan yaitu “Dukungan
Perlindungan Perkebunan”
2.1.8. Fokus Kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan
Fokus kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan adalah :
1) Pemberdayaan Perangkat;
2) Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu;
3) Kesiapsiagaan Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun;
4) Antisipasi Dampak Perubahan Iklim;
5) Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Perkebunan;
6) Pemberdayaan petugas pengamat OPT;
7) Koordinasi Pelaksanaan Dukungan Perlindungan Perkebunan;
2.1.9. Keluaran (Output) dan Sub Kegiatan (Sub Output)
Output dari Direktorat Jenderal Perkebunan yang terkait dengan Perlindungan
Perkebunan adalah Penurunan Luas Areal Serangan OPT, Peningkatan Penanganan
kebakaran lahan dan Kebun , dan Peningkatan penanganan dampak perubahan iklim. Out
Direktorat Jenderal Perkebunan merupakan outcomes dari Direktorat Perlindungan
Perlindungan Perkebunan, yang akan dicapai melalui kegiatan perlindungan perkebunan
yang dijabarkan menjadi serangkaian sub kegiatan. Akumulasi dari keseluruhan sub
kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan baik Pusat maupun Daerah akan
menghasilkan Out-puts Direktorat Jenderal Perkebunan. Sub kegiatan yang merupakan
penjabaran dari kegiatan perlindungan perkebunan adalah sebagai berikut :
(1) Pemberdayaan Perangkat;
a. Operasional Laboratorium Lapangan (LL)
b. Operasional Laboratorium Utama Pengendalian Hayati (LUPH)
c. Operasional Sub Laoboratorium Hayati
d. Oprasional Brigade Proteksi Tanaman Perkebunan
e. Operasional Brigade Pencegahan Kebakaran
(2) Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT);
(3) Kesiapsiagaan Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun;
a. Fasilitasi pemantauan kebakaran dan dampak perubahan iklim dan bencana alam
b. Apel siaga penanggulangan kebakaran lahan dan kebun
(4) Antisipasi Dampak Perubahan Iklim;
a. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian
Kebakaran
b. Mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim
c. Pengembangan model perkebunan rendah emisi karbon pada perkebunan kopi
rakyat
(5) Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Perkebunan;
a. Pengendalian OPT Tanaman Tahunan
b. Pengendalian OPT Tanaman Semusim
c. Pengendalian OPT Tanaman Rempah dan Penyegar
(6) Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT;
(7) Koordinasi Pelaksanaan Dukungan Perlindungan Perkebunan
a. Pembuatan Buku
b. Pengawalan Identifikasi dan Pengendalian OPT Tanaman Rempah dan Penyegar
c. Pengawalan Identifikasi dan Pengendalian OPT Tanaman Semusim
d. Pengawalan Identifikasi dan Pengendalian OPT Tanaman Tahunan
e. Bimbingan dan Pembinaan SLPHT
f. Pembinaan dalam rangka Pemberdayaan Perangkat Perkebunan
g. Pengawalan Pemantauan Kebakaran Lahan dan Kebun
h. Pengawalan Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim
i. Pengawalan Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi karbon
j. Pembahasan Program dan Anggaran
k. Pertemuan Kebijakan Perlindungan Perkebunan
l. Koordinasi Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun Serta Penanganan Dampak
Perubahan Iklim
m. Pengembangan Perkebunan Wilayah Pasca Bencana
n. Koordinasi dan Sinkronisasi Program Kegiatan Perlindungan Perkebunan
o. Fasilitasi MPTHI dan KPT Perlindungan
p. Bimbingan Teknis Sistem Perkebunan Rendah Emisi Karbon
q. Bimbingan Teknis Penggunaan , Perawatan dan Kalibrasi Peralatan Pengendalian
r. Pembinaan dalam rangka Pengembangan Data Base OPT Perkebunan
s. Pemberdayaan Pejabat Fungsional POPT/Petugas Teknis Perlindungan Perkebunan
t. Bimbingan Teknis dan Pengembangan Jabatan Fungsional POPT Perkebunan
u. Administrasi Kegiatan
v. Operasional PPK Direktorat Perlindungan
2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2015
2.2.1. Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan
Rencana Kinerja Tahunan Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun 2015
merupakan bagian Program Pembangunan Perkebunan tahun 2015-2019 yaitu :
“Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan
Berkelanjutan”.
2.2.2. Sasaran Dukungan Perlindungan Perkebunan
Sasaran strategis Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah “Penurunan luas areal
yang terserang OPT”. Untuk mengukur kinerja pelaksanaan kegiatan dukungan
perlindungan perkebunan telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat
Perlindungan Perkebunan sesuai tugas dan fungsinya yaitu :
(1). Tugas
Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang perlindungan perkebunan.
(2). Fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim, rempah, penyegar, dan
tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan tanaman semusim, rempah, penyegar, dan tahunan, serta
dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang identifikasi dan
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim, rempah,
penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan
kebakaran;
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim, rempah, penyegar, dan
tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; dan
e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Perkebunan.
(3). Sasaran dan Indikator Kinerja Utama
Untuk mengukur kinerja dari pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan
perkebunan telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian Nomor : 49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang
Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014, maka
Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah sebagai
berikut :
No. Sasaran Indikator Kinerja
Utama
Sumber Data
1. Penurunan luas areal yang
terserang OPT
Luas areal pengendalian
OPT Perkebunan
Dinas yang
membidangi
perkebunan Propinsi,
Kab/Kota
Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Perlindungan Perkebunan yang meliputi
Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Target kegiatan disajikan pada Lampiran 1.
2.3. Perjanjian Kinerja
Dokumen Perjanjian Kinerja merupakan suatu dokumen pernyataan
kinerja/kesepakatan kinerja/Penetapan Kinerja antara atasan dengan bawahan untuk
mewujudkan suatu capaian kinerja pembangunan dari sumber daya yang tersedia melalui
target kinerja serta indikator kinerja yang menggambarkan keberhasilan pencapaiannya
berupa hasil (outcome) dan keluaran (output).
Penyusunan penetapan kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan tahun 2014
berdasarkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) tahun 2015 yang disusun setelah DIPA
Direktorat Jenderal Perkebunan diterima pada bulan Januari 2015 dengan mengikuti
format sesuai Pedoman Permen- PAN dan RB No. 29 Tahun 2010. Penetapan Kinerja
Direktorat Perlindungan Perkebunan ditandatangani oleh Direktur Perlindungan
Perkebunan dan Direktur Jenderal Perkebunan pada bulan Maret 2015.
Dukungan Perlindungan Perkebunan mendapat alokasi anggaran APBN tahun 2015
sebesar Rp. 174.404.758.000,-. Dana tersebut untuk mendukung kegiatan
Pengendalian/Penanganan OPT Tanaman Perkebunan untuk 12 komoditi yaitu lada, kopi,
cengkeh, kakao, tebu, tembakau, kapas, nilam, kelapa, karet, kelapa sawit dan jambu mete,
SLPHT, Antisipasi Dampak Perubahan Iklim, Koordinasi Kegiatan Perlindungan,
Koordinasi, Pembinaan dan Monev Kegiatan Perlindungan dan Layanan Perkantoran
Pusat.
Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja serta target yang telah disusun dalam
Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Perlindungan Tahun 2015 sebagai berikut:
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Pengukuran Kinerja
Setiap akhir tahun anggaran dan berakhirnya kegiatan, instansi harus melakukan
Pengukuran Kinerja untuk mengetahui pencapaian target kinerja yang ditetapkan dalam
dokumen Penetapan Kinerja. Pengukuran pencapaian target kinerja dilakukan dengan
membandingkan antara target kinerja dan realisasi kinerja dengan menggunakan format
Pengukuran Kinerja yang ditetapkan dalam Permen-PAN dan RB Nomor 29 Tahun 2010.
Untuk mengukur keberhasilan kinerja sesuai kesepakatan di lingkup Kementerian
Pertanian ditetapkan 4 kategori keberhasilan yaitu:
1. Sangat berhasil (capaian > 100%);
2. Berhasil (capaian 80% - 100%);
3. Cukup berhasil (capaian 60% - 79%); dan
4. Tidak berhasil (capaian < 60%) dari target sasaran.
3.1.1. Pengukuran Kinerja Berdasarkan Penetapan Kinerja
Setelah adanya APBNP dan beberapa revisi, target beberapa kegiatan dalam
Penetapan Kinerja mengalami perubahan dan penyesuaian .Capaian kinerja Direktorat
Perlindungan Perkebunan berdasarkan Penetapan Kinerja disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Target dan Realisasi Sasaran Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan
Tahun 2015 Berdasarkan Penetapan Kinerja
Realisasi kinerja berdasarkan penetapan kinerja untuk kegiatan penanganan
organisme pengganggu tanaman perkebunan mencapai 98,13%. Dari target 33.363 hektar
tidak terealisasi 625 hektar, yaitu kegiatan pengendalian OPT tebu di Sumatera Selatan
seluas 175 hektar dan di Jawa Timur seluas 450 hektar.
Kegiatan Pemberdayaan Perangkat terealisasi 128 unit (94,81%) dari target 135 unit.
Yang tidak terealisasi adalah 4 (unit) di Provinsi Aceh dan 3 unit di Provinsi Sumatera
Utara.
Antisipasi dampak perubahan iklim yang terdiri dari 3 kegiatan yaitu mitigasi dan
adaptasi dampak perubahan iklim, penerapan model perkebunan rendah emisi karbon pada
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Target
Setelah
Revisi
Realisasi %
1 Menurunnya Luas
Areal yang
terserang OPT dan
terfasilitasinya
pencegahan
kebakaran lahan
dan kebun,
bencana alam serta
dampak perubahan
iklim
1 Penanganan organisme
pengganggu tanaman perkebunan
33.336 Ha 33.363 Ha 32.738Ha 98,13
2 Pemberdayaan Perangkat 135 unit 135 unit 128 unit 94,81
3 Antisipasi Dampak Perubahan
Iklim
77 KT 172 KT 147 KT 85,47
4 Kesiapsiagaan Pencegahan
Kebakaran Lahan dan Kebun
18 dok 18 dok 15 dok 83,33
5 SLPHT Tanaman Perkebunan 224 KT 223 KT 219 dok 98,21
6 Pemberdayaan Petugas Pengamat
OPT
994 orang 989 orang 989 orang 100
7 Koordinasi Kegiatan
Perlindungan Perkebunan
20 dok 20 dok 20 dok 100
perkebunan kopi rakyat dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka pencegahan
kebakaran lahan dan kebun, dari target 172 KT terealisasi 147 KT (85,47%). Sejumlah 25
KT dalam kegiatan Pemberdayaan masyarakat dalam rangka pencegahan kebakaran lahan
dan kebun dalam kegiatan tidak terealisasi yaitu 13 KT di Provinsi Aceh dan 12 KT di
Provinsi Sumatera Utara.
Kesiapsiagaan Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun yang terdiri dari kegiatan
Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim serta Bencana Alam dan
kegiatan Apel Siaga Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Kebun dari target 18
dokumen terealisasi 15 dokumen (83,33%). Apel Siaga tidak dilaksanakan di 3 Provinsi
yaitu Aceh, Riau dan Jambi.
SLPHT tanaman perkebunan dilaksanakan pada 9 komoditas perkebunan yaitu
cengkeh, kakao, karet, kelapa, kopi, lada, teh, jambu mete dan tebu. Dari target 223 KT
terealisasi 219 KT (98,21%). SLPHT Kakao di Kab. Bengkulu Tengah untuk 2 KT dan
SLPHT tebu di Provinsi Gorontalo untuk 2 KT tidak dilaksanakan.
Pemberdayaan petugas pengamat OPT yang kegiatannya berupa pemberian insentif
untuk petugas pengamat sejumlah 989 orang terealisasi 100%.
Koordinasi Kegiatan Perlindungan Perkebunan yang merupakan kegiatan Pusat
terealisasi 100% dari target 20 dokumen.
3.1.2. Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Kegiatan (Outputs) Berdasarkan
Rencana Kinerja Tahunan 2015.
Dalam Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015
telah ditetapkan target-target kegiatan sebagai berikut :
Capaian kinerja untuk kegiatan dukungan perlindungan berdasarkan Rencana Kinerja
Tahunan 2015 seperti pada tabel 2.
Tabel 2. Target dan Realisasi Sasaran Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan
Tahun 2015 Berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan 2015.
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %
1 Penurunan Luas
Areal Serangan
OPT
2 Peningkatan
penanganan
kebakaran lahan
dan kebun
3 Peningkatan
penanganan
dampak perubahan
iklim
1. Pemberdayaan Perangkat 135 unit 128 unit 94,81
- Operasional Laboratorium
Lapangan
28 unit
28 unit 100
- Operasional Laboratorium Utama
Pengendalian Hayati (LUPH)
4 unit 4 unit 100
- Operasional Sub Lab Hayati 12 unit 12 unit 100
- Operasional Brigade Proteksi
Tanaman
31 unit 31 unit 100
- Operasional Brigade Pengendalian
Kebakaran Lahan dan Kebun
60 unit 51 unit 85,00
2. Penanganan OPT Tanaman
Perkebunan
33.363 Ha 32.738 Ha 98,13
- Pengendalian OPT Lada 600 Ha 600 Ha 100
- Pengendalian OPT Cengkeh 1.800 Ha 1.800 Ha 100
- Pengendalian dan Demfarm OPT
Kakao
4.650 Ha 4.650 Ha 100
- Pengendalian OPT Kopi 2.800 Ha 2.800 Ha 100
- Pengendalian, Demfarm serta
Demplot OPT Tebu
6.883 Ha 6.258 Ha 90,92
- Pengendalian OPT Tembakau 325 Ha 325 Ha 100
- Pengendalian OPT Kapas 325 Ha 325 Ha 100
- Demplot pengendalian OPT Nilam 30 Ha 30 Ha 100
- Pengendalian dan Demfarm OPT
Kelapa
8.920 Ha 8.920 Ha 100
- Pengendalian dan Demfarm OPT
Karet
5.670 Ha 5.670 Ha 100
- Pengendalian dan Demfarm OPT
Jambu Mete
460 Ha 460 Ha 100
- Pengendalian OPT Kelapa Sawit 900 Ha 900 Ha 100
3. SLPHT 223 KT 219 KT 98,21
4. Antisipasi Dampak Perubahan
Iklim :
- Fasilitasi pemantauan kebakaran
dampak perubahan iklim dan
bencana alam
9 Dok
9 Dok 100
- Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Rangka Pencegahan dan
Pengendalian Kebakaran lahan
Kebun
149 KT 124 KT 83,22
- Apel siaga penanggulangan
kebakaran lahan dan kebun
9 Dok 6 Dok 66,67
- Mitigasi dan adaptasi dampak
perubahan iklim
12 KT 12 KT 100
- Pengembangan model perkebunan
rendah emisi karbon pada
perkebunan kopi rakyat
11 KT 11 KT 100
5. Pemberdayaan Petugas Pengamat
OPT
989 orang 989 orang 100
6. Koordinasi Pelaksanaan Dukungan
Perlindungan Perkebunan
20 dok 20 dok 100
- Pembuatan Buku 1 dok 1 dok 100
- Pengawalan dan Identifikasi OPT
Tanaman Rempah dan Penyegar
1 dok 1 dok 100
- Pengawalan dan Identifikasi OPT
Tanaman Semusim
1 dok 1 dok 100
- Pengawalan dan Identifikasi OPT
Tanaman Tahunan
1 dok 1 dok 100
- Bimbingan dan Pembinaan SL-
PHT
1 dok 1 dok 100
- Pembinaan Dalam Rangka
Pemberdayaan Perangkat
Perlindungan Perkebunan
1 dok 1 dok 100
- Pengawalan Pemantauan
Kebakaran Lahan dan Kebun
1 dok 1 dok 100
- Pengawalan Mitigasi dan Adaptasi
Dampak Perubahan Iklim
1 dok 1 dok 100
- Pengawalan Pengembangan
Model Perkebunan Rendah Emisi
Karbon
1 dok 1 dok 100
- Pembahasan Program dan
Anggaran
1 dok 1 dok 100
- Pertemuan Kebijakan
Perlindungan Perkebunan
1 dok 1 dok 100
- Koordinasi Pencegahan Kebakaran
Lahan dan Kebun Serta
Penanganan Dampak Perubahan
Iklim
1 dok 1 dok 100
- Pemberdayaan Masyarakat
Perkebunan pada Wilayah Pasca
Bencana
1 dok 1 dok 100
- Koordinasi dan Sinkronisasi
Program Kegiatan Perlindungan
Perkebunan
1 dok 1 dok 100
- Fasilitasi MPTHI dan KPT
Perlindungan
1 dok 1 dok 100
- Bimbingan Teknis Sistem
Perkebunan Rendah Emisi Gas
Rumah Kaca
1 dok 1 dok 100
- Bimbingan Teknis Penggunaan,
Kalibrasi dan Perawatan Peralatan
Alat-alat Pengendalian OPT
1 dok 1 dok 100
- Pembinaan Dalam Rangka
Pengembangan Data Base OPT
Perkebunan
1 dok 1 dok 100
- Pemberdayaan Petugas Teknis
Perlindungan Perkebunan
1 dok 1 dok 100
- Bimbingan Teknis Pengendalian
Hama Vertebrata Pada Tanaman
Tebu
1 dok 1 dok 100
7. Layanan Perkantoran Pusat 2 dok 2 dok 100
- Administrasi Kegiatan 1 dok 1 dok 100
- Operasional PPK Dirat
Perlindungan
1 dok 1 dok 100
Dari tabel 2 terlihat bahwa realisasi kinerja berdasarkan output kegiatan hampir secara
keseluruhan tidak mencapai 100%, kecuali kegiatan Koordinasi, Pembinaan dan Monev
Kegiatan Perlindungan Pusat dan Layanan Perkantoran Pusat, capaian kinerja secara rinci
diuraikan sebagai berikut :
1) Pemberdayaan Perangkat Perlindungan secara keseluruhan mencapai 94,81%, yang
terdiri dari :
a. Operasional Laboratorium Lapangan dari target 28 unit terealisasi 28 unit atau
mencapai 100%. Kegiatan ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,
DIY, Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, NTT (2 unit), Papua (2 unit),
Bengkulu, Banten, Gorontalo, Papua Barat dan Sulawesi Barat.
b. Operasional Laboratorium Utama Pengendalian Hayati (LUPH) dari target 4 unit
terealisasi 4 unit atau mencapai 100%. Kegiatan ini dilaksanakan di Provinsi
Lampung, Bali, Sulawesi Utara dan Maluku Utara.
c. Operasional Sub Lab Hayati dari target 12 unit terealisasi 12 unit atau mencapai
100%. Kegiatan ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Tengah, DIY, Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Bali, NTT (2
unit) dan Bangka Belitung.
d. Operasional Brigade Proteksi Tanaman dari target 31 unit terealisasi 31 unit atau
mencapai 100%. Kegiatan ini dialokasikan ke Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,
DIY, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Lampung, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, NTB, NTT,
Papua, Bengkulu, Banten, Bangka Belitung, Gorontalo, Kepulauan Riau, Papua
Barat, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Maluku dan Jawa Timur.
e. Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun dari target 60 unit
terealisasi 51 unit atau mencapai 85,00%. Kegiatan ini dialokasikan ke Provinsi
Aceh (5 unit), Sumatera Utara (5 unit), Riau (8 unit), Jambi (8 unit), Sumatera
Selatan (8 unit), Kalimantan Barat (8 unit), Kalimantan Tengah (8 unit),
Kalimantan Selatan (5 unit) dan Kalimantan Timur (5 unit). Kegiatan yang tidak
dilaksanakan adalah di Provinsi Aceh 5 unit dan di Provinsi Sumatera Utara 4 unit.
2) Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) dari target 223 kelompok tani
terealisasi 219 kelompok tani atau mencapai 98,21%. SLPHT dilaksanakan di 23
provinsi yaitu Aceh (4 KT), Sumatera Utara (4 KT), Riau (2 KT), Sumatera Selatan (6
KT), Bengkulu (10 KT), Bangka Belitung (8 KT), Lampung (10 KT), Banten (4 KT),
Jawa Barat (25 KT), Jawa Tengah (20 KT), DIY (10 KT), Jawa Timur (26 KT), Bali
(12 KT), NTB (14 KT), NTT (14 KT), Kalimantan Barat (14 KT), Kalimantan Timur
(6 KT), Sulawesi Utara (4 KT), Gorontalo (6 KT), Sulawesi Tengah (4KT), Sulawesi
Tenggara (6 KT), Sulawesi Barat (2 KT), Sulawesi Selatan (22 KT). SLPHT yang
tidak dilaksanakan sejumlah 4 KT yaitu 2 KT di Kab. Gorontalo Prov. Gorontalo dan 2
KT di Kab. Bengkulu Tengah Prov. Bengkulu
3) Antisipasi Dampak Perubahan Iklim terdiri dari 5 kegiatan yaitu:
a. Fasilitasi pemantauan kebakaran dampak perubahan iklim dan bencana alam dari
target 9 dokumen terealisasi 9 dokumen (100%). Kegiatan ini dilaksanakan di
Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi Sumatera Selatan, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
b. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian
Kebakaran lahan Kebun dari target 149 KT terealisasi 124 KT (83,33%). Kegiatan
ini dilaksanakan di Provinsi Riau (22 KT), Jambi (19 KT), Kalimantan Barat (22
KT), Aceh (13 KT), Sumatera Utara (15 KT), Sumatera Selatan (15 KT),
Kalimantan Selatan (12 KT) dan Kalimantan Timur (12 KT). Kegiatan yang tidak
dilaksanakan adalah 13 KT di Provinsi Aceh dan 12 KT di Provinsi Sumatera
Utara.
c. Apel siaga penanggulangan kebakaran lahan dan kebun terealisasi 6 dokumen
(66,67%) dari target 9 dokumen. Kegiatan ini dialokasikan di 9 provinsi yaitu
Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi Sumatera Selatan, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Yang tidak
dilaksanakan adalah apel siaga di Provinsi Aceh, Riau dan Jambi.
d. Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dari target 12 KT terealisasi 12 KT atau
mencapai 100%. Kegiatan ini dilaksanakan untuk 1 KT di masing-masing provinsi
yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Bali, NTB, NTT, Banten, Gorontalo dan Sulawesi Barat.
e. Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon dari target 11 KT
terealisasi 11 KT atau mencapai 100%. Kegiatan ini dilaksanakan untuk 1 KT di
masing-masing provinsi yaitu Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT,
Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Tenggara.
4) Pengendalian OPT tanaman Perkebunan untuk 12 komoditas secara keseluruhan
terealisasi 98,13 % dengan rincian sebagai berikut :
a. Pengendalian OPT lada seluas 600 Ha terealisasi 600 Ha (100%). Kegiatan ini
dilaksanakan di 3 provinsi yaitu Bangka Belitung (300 Ha), NTT (100 Ha) dan
Kalimantan Barat (200 Ha)
b. Pengendalian OPT cengkeh seluas 1.800 Ha terealisasi 1800 Ha (100%). Kegiatan
ini dilaksanakan di 7 provinsi yaitu Jawa Tengah (200 Ha), Jawa Timur (200 Ha),
Maluku Utara (300 Ha), Maluku (300 Ha), Sulawesi Utara (200 Ha), Sulawesi
Tenggara (300 Ha) dan Bali (100 Ha)
c. Pengendalian dan demfarm OPT kakao seluas 4.650 Ha terealisasi 4.650 Ha
(100%). Kegiatan dilaksanakan di 10 provinsi yaitu Jawa Tengah (100 Ha), DIY
(50 Ha), Aceh (425 Ha), Sumatera Barat (200 Ha), Sulawesi Tengah (1.950 Ha),
Sulawesi Selatan (420 Ha), Bali (525 Ha), NTB (525 Ha), Sulawesi Barat (250 Ha)
dan NTT (200 Ha)
d. Pengendalian OPT kopi dari target 2.800 Ha terealisasi 2.800 Ha (100%). Kegiatan
ini dilaksanakan di 6 provinsi yaitu Jawa Barat (1.050 Ha), Sulawesi Selatan (250
Ha), Bali (900 Ha), NTT (200 Ha), Aceh (200 Ha) dan NTB (200 Ha)
e. Pengendalian, demfarm serta demplot OPT tebu dari target 6.883 Ha terealisasi
6.258 Ha (90,92%). Kegiatan ini dilaksanakan di 9 provinsi yaitu Jawa Tengah
(2.260 Ha), Jawa Barat (475 Ha), Jawa Timur (2.663 Ha), Sumatera Selatan (175
Ha), Lampung (125 Ha), Sulawesi Selatan (190 Ha), Papua (20 Ha), Gorontalo
(100 Ha) dan DIY (125 Ha). Kegiatan yang tidak dilaksanakan adalah di Provinsi
Jawa Timur 450 Ha dan Sumatera Selatan 175 Ha.
f. Pengendalian OPT tembakau dengan target 325 Ha terealisasi 325 Ha (100%).
Kegiatan ini dilaksanakan di 4 provinsi yaitu Jawa Barat (50 Ha), Jawa Tengah (50
Ha), Jawa Timur (100 Ha) dan NTB (125 Ha).
g. Pengendalian OPT kapas dengan target 325 Ha terealisasi 325 Ha (100%).
Kegiatan ini dilaksanakan di 4 provinsi yaitu Jawa Timur (125 Ha), Sulawesi
Selatan (100 Ha), Bali (50 Ha) dan NTB (50 Ha).
h. Demplot pengendalian OPT nilam dengan target 30 Ha terealisasi 30 Ha (100%).
Kegiatan ini dilaksanakan di 5 provinsi yaitu Jawa Barat (10 Ha), Jawa Tengah (5
Ha), Aceh (5 Ha), Sumatera Barat (5 Ha) dan Sulawesi Tenggara (5 Ha).
i. Pengendalian dan demfarm OPT kelapa dengan target 8.920 Ha terealisasi 8.920
Ha (100%). Kegiatan ini dilaksanakan di 12 provinsi yaitu Riau (200 Ha),
Kalimantan Tengah (100 Ha), Sulawesi Utara (1.620 Ha), Sulawesi Tengah (1.935
Ha), NTB ( 600 Ha), Jawa Barat (300 Ha), Jawa Tengah (750 Ha), DIY (600 Ha),
Kalimantan Barat (600 Ha), Sulawesi Selatan (350 Ha), NTT (600 Ha), Lampung
(200 Ha) dan Bali (200 Ha)
j. Pengendalian dan demfarm OPT karet dengan target 5.670 Ha terealisasi 5.670 Ha
(100%). Kegiatan ini dilaksanakan di 9 provinsi yaitu Jawa Barat (560 Ha),
Sumatera Selatan (1.010 Ha), Kalimantan Barat (1.160 Ha), Kalimantan Selatan
(410 Ha), Kalimantan Tengah (600 Ha), Banten (100 Ha) dan Aceh (550 Ha)
k. Pengendalian dan demfarm OPT jambu mete dengan target 460 Ha dengan realisasi
460 Ha (100%). Kegiatan ini dilaksanakan di 2 provinsi yaitu Bali (310 Ha) dan
NTT (150 Ha).
l. Pengendalian OPT kelapa sawit dengan target 900 Ha terealisasi 900 Ha (100%).
Kegiatan ini dilaksanakan di Provinsi Riau.
5) Koordinasi kegiatan perlindungan berupa insentif kepada petugas pengamat dari target
989 orang terealisasi 989 orang atau mencapai 100%. Kegiatan ini dilaksanakan di 28
provinsi.
6) Koordinasi, Pembinaan dan Monev Kegiatan Perlindungan Pusat dari target 20
dokumen terealisasi 20 dokumen atau mencapai 100% dengan rincian sebagai berikut :
a. Pembuatan Buku terealisasi 100% (1 dok). Kegiatan ini terdiri dari penyusunan dan
pencetakan buku sebanyak 4 judul dengan total 2.000 eksemplar, Buku Petunjuk
Lapang sebanyak 2 judul dengan jumlah total 1.000 eksemplar, Buku saku
sejumlah 6 judul dengan jumlah total 3.000 eksemplar dan leaflet 8 judul dengan
jumlah total 8.000 eksemplar.
b. Pengawalan dan Identifikasi OPT Tanaman Rempah dan Penyegar terealisasi 100%
(1 dok). Kegiatan dilaksanakan berupa pengawalan kegiatan pengendalian OPT
tanaman semusim di 17 provinsi (20 kali), monitoring dan evaluasi kegiatan
pengendalian OPT tanaman rempah dan penyegar di 15 provinsi (21 kali) serta
konsultasi di 5 Pusat Penelitian/Balai Penelitian/Perguruan Tinggi.
c. Pengawalan dan Identifikasi OPT Tanaman Semusim terealisasi 100% (1 dok).
Kegiatan dilaksanakan berupa pengawalan kegiatan pengendalian OPT tanaman
semusim di 11 provinsi (34 kali), monitoring dan evaluasi kegiatan pengendalian
OPT tanaman semusim di 10 provinsi (23 kali) serta konsultasi di 6 Pusat
Penelitian/Balai Penelitian/Perguruan Tinggi.
d. Pengawalan dan Identifikasi OPT Tanaman Tahunan terealisasi 100% (1 dok).
Kegiatan dilaksanakan berupa pengawalan kegiatan pengendalian OPT tanaman
tahunan di 18 provinsi (35 kali), monitoring dan evaluasi kegiatan pengendalian
OPT tanaman tahunan di 14 provinsi (36 kali) serta konsultasi di 7 Pusat
Penelitian/Balai Penelitian/Perguruan Tinggi.
e. Bimbingan dan Pembinaan SL-PHT terealisasi 100% (1 dok). Kegiatan
dilaksanakan berupa bimbingan dan pembinaan dan pelaksanaan SLPHT di 23
provinsi (44 Kali)
f. Pembinaan Dalam Rangka Pemberdayaan Perangkat Perlindungan Perkebunan
terealisasi 100% (1 dok). Kegiatan pembinaan ini dilaksanakan di 31 provinsi yang
mendapat alokasi anggaran Operasional Laboratorium Lapangan, Sub Lab Hayati,
LUPH serta Brigade Proteksi Tanaman.
g. Pengawalan Pemantauan Kebakaran Lahan dan Kebun terealisasi 100% (1 dok).
Kegiatan dilaksanakan berupa pemantauan hotspot, pengawalan kebakaran lahan
dan kebun serta pendataan hotspot di 9 provinsi rawan kebakaran.
h. Pengawalan Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim terealisasi 100% (1
dok). Kegiatan dilaksanakan berupa pengawalan kegiatan mitigasi dan adaptasi
dampak perubahan iklim di 12 provinsi.
i. Pengawalan Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon terealisasi
100% (1 dok). Kegiatan dilaksanakan berupa pengawalan pelaksanaan kegiatan
pengembangan model perkebunan rendah emisi karbon di 11 provinsi.
j. Pembahasan Program dan Anggaran terealisasi 100% (1 dok). Kegiatan ini
dilaksanakan dalam rangka penyusunan program dan anggaran kegiatan
perlindungan perkebunan pusat dan daerah tahun 2015.
k. Pertemuan Kebijakan Perlindungan Perkebunan terealisasi 100%. Kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 25-27 Maret 2015 bertempat di Wisma Industri, Bogor.
l. Koordinasi Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun Serta Penanganan Dampak
Perubahan Iklim terealisasi 100%. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4-6
Maret 2015 bertempat di Wisma Industri, Bogor
m. Pemberdayaan Masyarakat Perkebunan pada Wilayah Pasca Bencana terealisasi
100% (1 dok). Kegiatan ini merupakan bantuan sosial yang diberikan ke wilayah
pasca bencana Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara .
n. Koordinasi dan Sinkronisasi Program Kegiatan Perlindungan Perkebunan
terealisasi 100%. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 22-24 April 2015
bertempat di Wisma Kementan, Bogor.
o. Fasilitasi MPTHI dan KPT Perlindungan terealisasi 100%. Untuk kegiatan
Fasilitasi MPTHI dilaksanakan pada Pertemuan MPTHI ke XIII di Ambon Provinsi
Maluku pada tanggal 2-5 September 2015. Untuk fasilitasi KPT Perlindungan
dilaksanakan untuk 2 pertemuan yaitu KPT I di BPTP/Hotel Alana DIY tanggal 10-
12 Juni 2015 dan KPT II di Hotel 101 Suryakencana Bogor pada tanggal 24-26
November 2015.
p. Bimbingan Teknis Sistem Perkebunan Rendah Emisi Gas Rumah Kaca terealisasi
100% (1 dok). Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4-8 Mei 2015 bertempat di
Perusahaan Daerah Citra Mandiri/Unit Hotel Kesambi Hijau Semarang Jawa
Tengah
q. Bimbingan Teknis Penggunaan, Kalibrasi dan Perawatan Peralatan Alat-alat
Pengendalian OPT terealisasi 100%. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 9-13
Juni 2015 bertempat di Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian
Rawa Banteng Cibitung Bekasi Jawa Barat.
r. Pembinaan Dalam Rangka Pengembangan Data Base OPT Perkebunan terealisasi
100% (1dok). Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk sosialisasi dan pengembangan
database OPT Perkebunan di 16 provinsi.
s. Pemberdayaan Petugas Teknis Perlindungan Perkebunan terealisasi 100% (1 dok).
Kegiatan ini dilaksanakan melalui pelatihan/magang sebanyak dua kali, yaitu pada
tanggal 8-12 Juni 2015 di P3GI Pasuruan Jawa Timur dan tanggal 3-7 Agustus
2015 di Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Jawa
Tengah.
t. Bimbingan Teknis Pengendalian Hama Vertebrata Pada Tanaman Tebu Kegiatan
ini dilaksanakan pada tanggal 18-22 Mei 2015 bertempat di Perusahaan Daerah
Citra Mandiri/Unit Hotel Kesambi Hijau Semarang Jawa Tengah.
7) Layanan Perkantoran Pusat secara keseluruhan mencapai 100% terdiri dari :
a. Administrasi Kegiatan
b. Operasional PPK Direktorat Perlindungan Perkebunan
3.2. Evaluasi Kinerja Sasaran Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan
tahun 2015
3.2.1 Evaluasi Kinerja Sasaran Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan
tahun 2015 berdasarkan Tahun 2014
Hasil evaluasi kinerja dukungan perlindungan perkebunan untuk kegiatan utama yaitu
Pengendalian OPT dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Perkembangan Luas Areal Pengendalian OPT Tahun 2014-2015
No
Kegiatan
Tahun (Ha) Laju Pertumb
(%) 2014 2015
1
Pengendalian OPT (Ha) :
a. Tanaman Tahunan
b. Tanaman Semusim
c. Tanaman Rempah & Penyegar
15.039
6.106
5.221
3.712
33.363
15.950
7.563
9.850
121,84
161,22
44,86
165,36
Luas areal pengendalian OPT tahun 2015 dibandingkan tahun 2015 mengalami
kenaikan sebesar 18.324 hektar atau sebesar 121,84% Kenaikan ini terjadi pada
Pengendalian OPT Tanaman Tahunan (161,22%), Pengendalian OPT Tanaman semusim
mengalami kenaikan sebesar 44,86% dan Pengendalian OPT Tanaman Rempah dan
Penyegar mengalami kenaikan sebesar 165,36%.
3.2.2 Evaluasi Kinerja Kegiatan Pengendalian OPT berdasarkan Target Renstra
2015-2019
Tabel 4. Evaluasi Kinerja Pengendalian OPT Berdasarkan Target Renstra 2015-2019
Uraian Rencana
2015-2019
Rencana Tahunan
2015 2016 2017 2018 2019
Target Renstra (Ha) 97.538 33.698 15.960 15.960 15.960 15.960
Realisasi sd 2015 (Ha) 33.363 32.738 - - - -
% sd 2015 34,21 97,15 - - - -
Berdasarkan target Renstra Direktorat Perlindungan Perkebunan 2015-2019, sampai
dengan tahun 2015 luas areal pengendalian mencapai 33.363 Ha atau mencapai 34,21%
dari target yang direncanakan sampai dengan tahun 2019 yaitu 97.538 Ha.
3.3. Akuntabilitas Keuangan
Realisasi penyerapan anggaran kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan pusat
dan daerah mencapai 82,15%, untuk kegiatan pusat mencapai 88,07% sedangkan untuk
kegiatan di daerah mencapai 81,86%. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut
karena adanya optimalisasi dan efisiensi pada beberapa kegiatan serta adanya beberapa
kegiatan yang tidak dilaksanakan. Untuk kegiatan yang sifatnya pertemuan ataupun
bimbingan teknis terjadi penghematan atau efisiensi sehubungan dengan adanya Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 6 Tahun 2015
tentang Pedoman Pembatasan Pertemuan/Rapat Di Luar Kantor Dalam Rangka
Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas Kerja Aparatur serta Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 31/Permentan/PW.230/5/2015 tentang Petunjuk Teknis Pertemuan/Rapat di Luar
Kantor yang Dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Kementerian Pertanian.
Rincian capaian serapan keuangan untuk output kegiatan utama Dukungan
Perlindungan Perkebunan dilihat pada Tabel 5 berikut :
Tabel 5. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Utama Dukungan
Perlindungan Perkebunan tahun 2015
Kode Program Anggaran
Pagu Realisasi Fisik
Rp. Rp. % %
1799 Dukungan Perlindungan
Perkebunan 174.404.758.000 143.275.482.774 82,15 98,07
DAERAH 166.193.493.000 136.044.173.190 81,86 96,15
1779.002 Pemberdayaan Perangkat 48.034.549.000 38.973.715.071 81,14 100
1779.005 SL-PHT Perkebunan 22.121.920.000 20.886.133.575 94,41 98,21
1779.011 Antisipasi Dampak
Perubahan Iklim 29.231.267.000 21.401.313.420 73,21 84,40
1779.012 Pengendalian OPT
Tanaman Perkebunan 57.192.060.000 45.934.678.499 80,32 98,14
1779.015 Pemberdayaan Petugas
Pengamat 9.614.147.000 8.848.332.625 92,03 100
PUSAT 8.210.815.000 7.231.309.584 88,07 100
1779.014
Koordinasi, Pembinaan
dan Monev Kegiatan
Perlindungan Pusat
6.825.700.000 6.057.213.506 88,74 100
1779.994
Layanan Perkantoran
Pusat (Dirat
Perlindungan)
1.385.115.000 1.174.096.078 84,77 100
*Sumber : SAU Kementerian Keuangan, Posisi 22 Februari 2016
3.3.1. Pemberdayaan Perangkat Perlindungan Perkebunan
Realisasi serapan keuangan untuk Pemberdayaan Perangkat Perlindungan
Perkebunan yang terdiri dari Operasional Laboratorium Lapangan, Operasional Lab Hayati
(LUPH), Operasional Sub Lab Hayati dan Operasional Brigade Proteksi Tanaman sebesar
Rp. 38.973.715.071 dari pagu yang dialokasikan sebesar Rp. 48.034.549.000 (81,14%).
3.3.2. SL-PHT Perkebunan
SL-PHT Perkebunan target 223 kelompok tani, capaian realisasi fisik 219
kelompok tani (98,21%) dan serapan anggaran sebesar Rp. 20.886.133.575 (94,41%) dari
pagu yang dialokasikan sebesar Rp. 22.121.920.000.
3.3.3. Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Realisasi serapan keuangan untuk kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
yng terdiri dari kegiatan fasilitasi pemantauan kebakaran dampak perubahan iklim dan
bencana alam, pemberdayaan masyarakat dalam rangka pencegahan dan pengendalian
kebakaran lahan kebun, apel siaga penanggulangan kebakaran lahan dan kebun, mitigasi
dan adaptasi dampak perubahan iklim dan pengembangan model perkebunan rendah emisi
karbon pada perkebunan kopi rakyat terealisasi sebesar Rp. 21.401.313.420 (73,21%), dari
pagu yang dialokasikan sebesar Rp. 29.231.267.000.
3.3.4. Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan
Realisasi serapan keuangan untuk kegiatan Pengendalian OPT sebesar Rp. 45.934.678.499
(80,32%) dari pagu yang dialokasikan sebesar Rp. 57.192.060.000.
3.3.5. Koordinasi, Pembinaan dan Monev Kegiatan Perlindungan Pusat
Koordinasi, Pembinaan dan Monev Kegiatan Perlindungan Pusat target 20
dokumen, capaian realisasi fisik 20 dokumen (100%) dan serapan keuangan mencapai Rp.
6.057.213.506 (88,74%) dari pagu yang dialokasikan Rp. 6.825.700.000 terdiri dari :
1) Pembuatan buku, serapan keuangan mencapai Rp. 217.998.052 (37,31%) dari pagu
sebesar Rp. 584.350.000. Terdapat efisiensi dan optimalisasi dalam pembuatan buku
terutama pada harga satuan yang nilainya lebih rendah daripada yang dianggarkan.
2) Pengawalan Identifikasi dan Pengendalian OPT Tanaman Rempah dan Penyegar
serapan keuangan mencapai Rp. 411.998.100 (96,69%) dari pagu sebesar Rp.
426.100.000
3) Pengawalan Identifikasi dan Pengendalian OPT Tanaman Semusim serapan keuangan
mencapai Rp. 456.117.703 (97,14%) dari pagu sebesar Rp.469.600.000
4) Pengawalan Identifikasi dan Pengendalian OPT Tanaman Tahunan serapan keuangan
mencapai Rp. 426.178.027 (88,49%) dari pagu sebesar Rp. 481.600.000
5) Bimbingan dan Pembinaan SLPHT serapan keuangan mencapai Rp. 372.404.126
(90,92%) dari pagu sebesar Rp. 409.600.000
6) Pembinaan dalam Rangka Pemberdayaan Perangkat Perlindungan Perkebunan serapan
keuangan mencapai Rp. 309.733.800 (91,75%) dari pagu sebesar Rp. 337.600.000
7) Pengawalan dan Pemantauan Kebakaran Lahan dan Kebun serapan keuangan
mencapai Rp. 390.038.784 (95,22%) dari pagu sebesar Rp. 409.600.000
8) Pengawalan Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan iklim serapan keuangan
mencapai Rp. 109.906.858 (95,90%) dari pagu sebesar Rp. 114.600.000
9) Pengawalan Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon serapan
keuangan mencapai Rp. 123.677.943 (96,17%) dari pagu sebesar Rp. 128.600.000
10) Pembahasan Program dan Anggaran serapan keuangan mencapai Rp. 186.018.796
(96,58%) dari pagu sebesar Rp. 192.600.000
11) Pertemuan Kebijakan Perlindungan Perkebunan serapan keuangan mencapai Rp.
159.594.500 (89,36%) dari pagu sebesar Rp. 178.600.000
12) Koordinasi Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun serta Penanganan Dampak
Perubahan Iklim serapan keuangan mencapai Rp. 129.680.000 (76,92%) dari pagu
sebesar Rp.168.600.000
13) Pemberdayaan Masyarakat Perkebunan pada Wilayah Pasca Bencana serapan
keuangan mencapai Rp. 1.829.648.300 (98,74%) dari pagu sebesar Rp. 1.853.000.000
14) Koordinasi dan Sinkronisasi Program dan Kegiatan Perlindungan Perkebunan serapan
keuangan mencapai Rp. 69.374.000 (68,28%) dari pagu sebesar Rp. 101.600.000
15) Fasilitasi MPTHI dan KPT Perlindungan serapan keuangan mencapai Rp. 134.765.540
(96,87%) dari pagu sebesar Rp.139.800.000
16) Bimbingan Teknis Sistem Perkebunan Rendah Emisi Gas Rumah Kaca serapan
keuangan mencapai Rp. 170.337.894 (96,87%) dari pagu sebesar Rp. 175.850.000
17) Bimbingan Teknis Penggunaan, Kalibrasi dan Perawatan Alat-Alat Pengendalian OPT
serapan keuangan Rp. 190.459.200 (78,83%) dari pagu sebesar Rp. 241.600.000
18) Pembinaan dalam Rangka Pengembangan Data Base OPT Perkebunan serapan
keuangan Rp. 124.051.858 (82,87) dari pagu sebesar Rp. 149.700.000
19) Pemberdayaan Petugas Teknis Perlindungan Perkebunan serapan keuangan mencapai
Rp. 64.632.600 (85,89%) dari pagu sebesar Rp. 75.600.000
20) Bimbingan Teknis Pengendalian Hama Vertebrata Pada Tanaman Tebu serapan
keuangan mencapai Rp. 180.536.752 dari pagu sebesar Rp. 187.100.000.
3.3.6. Layanan Perkantoran Pusat
Layanan perkantoran pusat berupa Administrasi Kegiatan dan Operasional PPK
Direktorat Perlindungan anggaran yang terserap mencapai Rp. 1.174.096.078 (84,77%)
dari pagu sebesar Rp. 1.385.115.000 dengan rincian sebagai berikut :
1) Administrasi Kegiatan serapan keuangan mencapai Rp. 1.137.872.052 (85,39%) dari
pagu sebesar Rp. 1.332.495.000
2) Operasional PPK serapan keuangan mencapai Rp. 36.224.026 (68,84%) dari pagu
sebesar Rp. 52.620.000
3.4. Permasalahan dan Upaya Tindak Lanjut
Dalam pelaksanaan kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan terdapat
permasalahan dan upaya yang perlu dilakukan sebagai berikut:
1) Penetapan PPK, Bendahara/PUM, Tim Pelaksana kegiatan Provinsi/Kabupaten dan
CP/CL seringkali terlambat sehingga pelaksanaan kegiatan menjadi tidak tepat waktu
sesuai target, oleh karena itu diperlukan adanya percepatan penetapan agar kegiatan
berjalan sesuai waktu yang ditetapkan.
2) Pedoman Teknis yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan sebagai acuan
teknis dalam pelaksanaan kegiatan perlu dijabarkan ke dalam Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis), namun seringkali terlambat disusun atau bahkan
seringkali tidak dibuat oleh penanggung jawab kegiatan. Penyusunan juklak/juknis
oleh Dinas seharusnya dilakukan sebelum kegiatan dimulai sehingga dapat
menjabarkan/mengakomodir hal-hal yang spesifik lokasi namun tidak bertentangan
dengan Pedoman Teknis Pusat.
3) Terlambatnya penelaahan dan sinkronisasi antara kegiatan dalam DIPA/POK dengan
Pedoman Teknis sehingga menghambat pelaksanaan kegiatan. Untuk itu KPA segera
menunjuk penanggung jawab kegiatan untuk kelaksanakan sinkronisasi.
4) Proses pengadaan barang/jasa khususnya untuk kegiatan pengendalian OPT pada
tanaman perkebunan sering tidak tepat waktu sehingga berakibat penyediaan sarana
pengendalian OPT tidak tepat sasaran. Untuk itu perlu pengawalan setiap tahapan
proses pengadaan barang dan jasa di ULP.
5) Jadual pelaksanaan dan tahapan penarikan uang kegiatan belum sepenuhnya sesuai
dengan ROPAK yang telah disusun. Penarikan anggaran harus mengacu pada ROPAK
dan dilaksanakan secara konsisten.
6) Kegiatan yang telah selesai dilaksanakan tidak segera dilaporkan kepada Pusat tetapi
menunggu sampai akhir tahun anggaran. Bahkan ada beberapa kegiatan di daerah yang
sudah selesai dilaksanakan tetapi laporannya tidak dikirimkan ke pusat. Sebaiknya
penyelesaian dan penyampaian laporan dilakukan paling lambat dua minggu setelah
kegiatan dilaksanakan, tanpa harus menunggu akhir tahun.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Laporan Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan tahun 2015 merupakan salah
satu bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan tugas dan fungsi yang diemban selama
periode tahun 2015. Kesemuanya merupakan penjabaran dari penyelenggaraan program
kerja Kementerian Pertanian yang dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra)
Pembangunan Perkebunan dan Renstra Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2015-
2019.
Program pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 yang menjadi tanggungjawab
Direktorat Jenderal Perkebunan adalah : Peningkatan Produksi, Produktivitas dan
Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan. Keberhasilan program ini perlu didukung
oleh Dukungan Perlindungan Perkebunan antara lain (1) Pemberdayaan Perangkat , (2)
SL-PHT, (3) Antisipasi Dampak Perubahan Iklim, (4) Pengendalian OPT Tanaman
Perkebunan, (5) Koordinasi Kegiatan Perlindungan, (6) Koordinasi, Pembinaan dan
Monev Kegiatan Perlindungan Pusat, (7) Layanan Perkantoran Pusat (Dirat Perlindungan).
Berdasarkan hasil penilaian kinerja yang berpedoman pada Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010, tentang
pedoman penyusunan penetapan kinerja dan pelaporan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah, maka keluaran (outputs) capaian kinerja keuangan mencapai 82,15% dari
pagu dan realisasi fisik mencapai 98,07% dengan kategori berhasil.
Permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan yang mempengaruhi kinerja perlindungan
secara keseluruhan antara lain : (1) Penetapan PPK, Bendahara/PUM, Tim Pelaksana
kegiatan Provinsi/Kabupaten dan CP/CL seringkali terlambat sehingga pelaksanaan
kegiatan menjadi tidak tepat waktu sesuai target, (2) Pedoman Teknis yang diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Perkebunan sebagai acuan teknis dalam pelaksanaan kegiatan
perlu dijabarkan ke dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis),
namun seringkali terlambat disusun atau bahkan seringkali tidak dibuat oleh penanggung
jawab kegiatan, (3) Terlambatnya penelaahan dan sinkronisasi antara kegiatan dalam
DIPA/POK dengan Pedoman Teknis sehingga menghambat pelaksanaan kegiatan, (4)
Proses pengadaan barang/jasa khususnya untuk kegiatan pengendalian OPT pada tanaman
perkebunan sering tidak tepat waktu sehingga berakibat penyediaan sarana pengendalian
OPT tidak tepat sasaran, (5) Jadual pelaksanaan dan tahapan penarikan uang kegiatan
belum sepenuhnya sesuai dengan ROPAK yang telah disusun, (6) Kegiatan yang telah
selesai dilaksanakan tidak segera dilaporkan kepada Pusat tetapi menunggu sampai akhir
tahun anggaran. Bahkan ada beberapa kegiatan di daerah yang sudah selesai dilaksanakan
tetapi laporannya tidak dikirimkan ke pusat.
4.2. Saran Rekomendasi
Saran Rekomendasi yang perlu dilakukan antara lain :
1) Perlu adanya percepatan penetapan PPK, Bendahara/PUM, Tim Pelaksana kegiatan
Provinsi/Kabupaten dan CP/CL agar kegiatan berjalan sesuai waktunya.
2) Penyusunan juklak/juknis oleh Dinas seharusnya dilakukan sebelum kegiatan dimulai
sehingga dapat menjabarkan/mengakomodir hal-hal yang spesifik lokasi namun tidak
bertentangan dengan Pedoman Teknis Pusat.
3) Satker agar melaksanakan penelaahan sejak awal setelah diterimanya Pedoman Teknis
dan pengusulan revisi segera dilakukan pada awal tahun.
4) Perlu ada sinkronisasi perencanaan dan pengawalan sejak pengusulan sampai
penetapan DIPA.
5) Perlu pengawalan setiap tahapan proses pengadaan barang dan jasa di ULP.
6) Penarikan anggaran harus mengacu pada ROPAK dan dilaksanakan secara konsisten.
7) Sebaiknya penyelesaian dan penyampaian laporan dilakukan paling lambat dua
minggu setelah kegiatan dilaksanakan, tanpa harus menunggu akhir tahun anggaran.
LAMPIRAN
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN
TAHUN 2015
REVISI I
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
1
RKT-2015 – Direktorat Perlindungan Perkebunan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian, khususnya pembangunan perkebunan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembagunan Nasional (SPPN) menyatakan bahwa
penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN)
berpedoman kepada Rencana Kinerja Pemerintah (RKP) yang merupakan
dokumen perencanaan tahunan nasional dan penjabaran dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional yang memuat: 1)
prioritas pembangunan, 2) rancangan kerangka ekonomi makro, 3) program
Kementerian/Lembaga (K/L), dan 4) program lintas K/L dan kewilayahan
dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif.Berdasarkan RPJM, setiap K/L menyusun Rencana Strategis
(Renstra) K/L dan untuk program tahunan dituangkan kedalam Rencana
Kinerja Kementerian/Lembaga (Renja KL) dan Rencana Kinerja Tahunan
(RKT).
Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dibangun dalam rangka
mewujudkan good governance dan sekaligus result oriented government,
perlu terus di kembangkan dan informasi kinerjanya diintegrasikan kedalam
sistem penganggaran dan pelaporan sesuai dengan amanat Undang-
Undangnomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang secara tegas
telah dinyatakan bahwa Pemerintah diwajibkan menyusun anggaran dengan
menggunakan pendekatan anggaran terpadu, kerangka pengeluaran jangka
menengah dan penganggaran berbasis kinerja.
Berdasarkan amanat undang-undang tersebut di atas, Direktorat
Perlindungan Perkebunan memandang perlu menyusun Rencana
KinerjaTahunan (RKT) tahun 2015 yang menjabarkan target kinerja yang
harus dicapai dalam tahun 2015. Rencana Kinerja Tahunan ini merupakan
dokumen yang mempresentasikan nilai kuantitatif dikaitkan dengan setiap
indikator kinerja, baik pada tingkat sasaran strategis maupun tingkat
kegiatan, dan merupakan proses pengukuran keberhasilan atau kegagalan
Direktorat Perlindungan Perkebunan pada tahun yang bersangkutan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka penyiapan dan penyusunan rencana
kinerja tahunan harus mengacu pada Rencana Strategis.
2
RKT-2015 – Direktorat Perlindungan Perkebunan
1.2. Maksud dan Tujuan
A. Maksud
Penyusunan RKT tahun 2015 dimaksudkan sebagai acuan Direktorat
Perlindungan Perkebunan dalam pelaksanaan kegiatan untuk pencapaian
sasaran yang telah ditetapkan dalam Renstra dan sebagai tolok ukur yang
digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan
kegiatan dalam tahun 2015.
B. Tujuan
Penyusunan RKT tahun 2015 bertujuan untuk: 1. Memberikan arah dalam pelaksanaan dan pencapaian target kegiatan;
2. Menyediakan alat pengukur/dasar penilaian kinerja;
3. Membantu dalam penetapan target kinerja, pemantauan dan evaluasi
kinerja.
1.3. Sasaran
Tercapainya target kinerja tahun 2015 sesuai dengan rencana strategis
1.4. Dasar Hukum
1. Undang Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan;
2. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 2006 tentang Tatacara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
5. Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi tahun 2010-2025;
6. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 135 tahun 2013 tentang Pedoman
Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian
7. Peraturan Menteri Reformasi Birokrasi Nomor 29 tahun 2010 tentang
Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan LAKIP
8. Peraturan Menteri Reformasi Birokrasi 25 tahun 2012 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
9. Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Instansi
Pemerintah;
3
RKT-2015 – Direktorat Perlindungan Perkebunan
BAB II
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
2.1. Visi dan Misi
A. Visi
Sebagai penjabaran tugas pokok dan fungsi Direktorat Perlindungan
Perkebunan, serta memperhatikan Renstra Pembangunan Perkebunan
tahun 2015- 2019 maka dirumuskan visi Direktorat Perlindungan
Perkebunan yaitu “Profesional dalam Memfasilitasi Perlindungan
Perkebunan”.
B. Misi
Sebagai penjabaran dari misi ke 4(empat) Direktorat Jenderal Perkebunan
yaitu: Memfasilitasi ketersediaan teknologi, sistem perlindungan
perkebunan, pengamatan dan pengendalian OPT dan penanganan
gangguan usaha serta dampak perubahan iklim maka ditetapkan Misi
Direktorat Perlindungan Perkebunan sebagai berikut:
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM petugas dan petani,
ketersediaan teknologi, pemanfaatan sarana dan prasarana dan
pemantapan sistem perlindungan perkebunan;
2. Meningkatkan sistem pengamatan, peramalan, pemantauan, dan
pengendalian OPT serta antisipasi dampak perubahan iklim dan
pencegahan kebakaran lahan perkebunan;
3. Memantapkan jejaring dan kerjasama di bidang perlindungan dengan
Puslit/Balit, Perguruan Tinggi, BBPPTP, BPTP, UPTD, Dinas
Perkebunan, dan pihak terkait lainnya;
4. Memperkuat sistem informasi perlindungan perkebunan.
2.2. Tujuan dan Sasaran
A. Tujuan:
Tujuan dukungan perlindungan perkebunan adalah untuk mendukung
peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan
melalui: Pemberdayaan perangkat; Sekolah Lapang Pengendalian Hama
Terpadu; Antisipasi Dampak Perubahan Iklim; Penanganan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) Perkebunan; Pemberdayaan petugas
pengamat OPT dan Koordinasi Pelaksanaan Dukungan Perlindungan
Perkebunan.
4
RKT-2015 – Direktorat Perlindungan Perkebunan
B. Sasaran:
Sasaran utama yang ditetapkan oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan
dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pembangunan perkebunan
tahun 2015 adalah :
1. Pemberdayaan Perangkat Perlindungan Perkebunan sebanyak 135
unit;
2. Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Perkebunan
seluas 33.583 Ha;
3. Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) sebanyak 223
kelompok tani.
4. Antisipasi Dampak Perubahan iklim sebanyak (51 dokumen dan 152
KT);
5. Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT sebanyak 994 orang.
6. Koordinasi pelaksanaan Dukungan Perlindungan Perkebunan selama
12 bulan.
2.3. Strategi
Berdasarkan strategi pembangunan perkebunan tahun 2015- 2019 maka strategi yang ditempuh Direktorat Perlindungan Perkebunan untuk mendukung peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan adalah: 1. Fasilitasi Peningkatan kemampuan Teknis Petugas dan Petani melalui
magang petugas, Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).
2. Fasilitasi Peningkatan sistem pengamatan, peramalan, pemantauan, dan pengendalian OPT melalui Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT dan Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Perkebunan.
3. Fasilitasi antisipasi dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran lahan dan kebun melalui antisipasi dampak perubahan iklim dan Operasional Brigade Pengendalian kebakaran lahan dan kebun.
4. Pemantapan jejaring dan kerjasama di bidang perlindungan dengan Puslit/Balit, Perguruan Tinggi, BBPPTP, BPTP, UPTD, Dinas Perkebunan, dan pihak terkait lainnya melalui Pemberdayaan Perangkat Perlindungan Perkebunan;
5. Penguatan sistem informasi perlindungan perkebunan melalui Koordinasi pelaksanaan Dukungan Perlindungan Perkebunan
5
RKT-2015 – Direktorat Perlindungan Perkebunan
2.4. Kebijakan dan Program
A. Program
Program pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 adalah
“Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan
Berkelanjutan.
B. Arah Kebijakan Direktorat Perlindungan Perkebunan
Undang-undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1995 tentang
Perlindungan Tanaman mengamanatkan bahwa pengendalian OPT
dilaksanakan dengan Sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Selanjutnya Undang Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan mengamanatkan bahwa setiap pelaku usaha perkebunan dilarang membuka dan atau menggunakan lahan dengan cara pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup;
Berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut maka
Kebijakan teknis Direktorat Perlindungan Perkebunan sebagai berikut :
1. Aspek OPT
a. Perlindungan merupakan tanggung jawab masyarakat,
pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan
kemampuan yang ada.
b. Perlindungan Tanaman dengan sistem PHT yaitu Budidaya
Tanaman Sehat, pengamatan, pemanfaatan dan pelestarian
musuh alami. Mendorong agar petani mau dan mampu secara
mandiri menerapkan PHT yang memperhatikan keragaman
ekologi dan sosial budaya, aspek ekonomi, keunggulan
komparatif dan kompetitif, keberlanjutan produksi dan mutu
produk.
c. PHT harus menjiwai Sistem dan Usaha Agribisnis
d. Dalam keadaan Eksplosi pemerintah secara berjenjang dapat
membantu sarana atau peralatan pengendalian sesuai dengan
kemampuan.
e. Fasilitasi Penyediaan Data dan Informasi
f. Penyediaan dan pendistribusian Informasi keadaan OPT dan
Non OPT (komponen iklim) kepada user.
g. Karantina sebagai garda terdepan perlindungan tanaman.
2. Aspek Non OPT
1. Pencegahan kebakaran lahan dan kebun melalui penerapan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar
6
RKT-2015 – Direktorat Perlindungan Perkebunan
2. Mendorong optimalisasi sistem peringatan dini kebakaran lahan dan dampak perubahan iklim
3. Mitigasi dan Adaptasi dampak perubahan iklim
BAB III
PERENCANAAN KEGIATAN
3.1. Kegiatan dan Penjabaran Kegiatan dalam Sub Kegiatan
Rencana kerja tahunan dukungan perlindungan perkebunan tahun 2015
merupakan bagian dari rencana kerja tahunan Direktorat Jenderal
Perkebunan Tahun 2015. Out put kegiatan perlindungan perkebunan adalah
luas areal pengendalian OPT, jumlah Kelompok Tani Peduli Api (KTPA) dan
luas penanganan Dampak Perubahan Iklim (DPI).
Rencana kerja dukungan perlindungan perkebunan APBN Refocusing tahun
2015 adalah:
A. Pemberdayaan Perangkat
1. Operasional Laboratorium Lapangan sebanyak 28 unit;
2. Operasional Laboratorium Utama Pengendalian Hayati (LUPH)
sebanyak 4 unit;
3. Operasional Sub Lab. Hayati sebanyak 12 unit;
4. Operasional Brigade Proteksi Tanaman sebanyak 31 unit;
5. Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun
sebanyak 9 unit.
B. Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman
Perkebunan
Penanganan OPT Perkebunan melalui Pengendalian OPT tanaman
perkebunan terdiri dari pengendalian OPT, demfarm pengedalian serta
demplot pengendalian OPT (tebu, kapas, tembakau, nilam, lada, kopi,
kakao, kelapa, kelapa sawit, karet dan jambu mete) dengan luas areal
pengendalian OPT sekitar 19.843 ha dengan rincian sebagai berikut:
1. Pengendalian OPT Lada seluas 500 ha;
2. Pengendalian OPT Cengkeh seluas 900 ha;
3. Pengendalian dan Demfarm OPT Kakao seluas 2.895 ha;
4. Pengendalian OPT Kopi seluas 1.300 ha;
5. Pengendalian, demfarm serta demplot OPT Tebu seluas 4.593 ha;
6. Pengendalian OPT Tembakau seluas 125 ha;
7. Pengendalian OPT Kapas seluas 175 ha;
7
RKT-2015 – Direktorat Perlindungan Perkebunan
8. Demplot pengendalian OPT Nilam seluas 30 ha;
9. Pengendalian dan Demfarm OPT Kelapa seluas 5.570 ha;
10. Pengendalian dan Demfarm OPT Karet seluas 3.120 ha;
11. Pengendalian dan Demfarm OPT Jambu Mete seluas 235 ha;
12. Pengendalian OPT Kelapa Sawit seluas 400 ha.
C. SL-PHT
Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) sebanyak 143
Kelompok Tani (KT)
D. Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
1. Fasilitasi pemantauan kebakaran dampak perubahan iklim dan
bencana alam sebanyak 9 Dokumen di 9 provinsi;
2. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Pencegahan dan
Pengendalian Kebakaran lahan Kebun sebanyak 5 dokumen di 5
provinsi;
3. Apel siaga penanggulangan kebakaran lahan dan kebun di 9 Provinsi;
4. Mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim sebanyak 12 dokumen
di 12 provinsi;
5. Pengembangan model perkebunan rendah emisi karbon pada
perkebunan kopi rakyat sebanyak 11 dokumen di 11 provinsi.
E. Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT
Pemberdayaan pengamat melalui pemberian Insentif Pengamat sebanyak
994 orang
F. Koordinasi pelaksanaan Dukungan Perlindungan Perkebunan
1. Pembuatan Buku
2. Pengawalan dan Identifikasi OPT Tanaman Rempah dan Penyegar
3. Pengawalan dan Identifikasi OPT Tanaman Semusim
4. Pengawalan dan Identifikasi OPT Tanaman Tahunan
5. Bimbingan dan Pembinaan SL-PHT
6. Pembinaan Dalam Rangka Pemberdayaan Perkebunan
7. Pengawalan Pemantauan Kebakaran Lahan dan Kebun
8. Pengawalan Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim
9. Pengawalan Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi
Karbon
10. Pembahasan Program dan Anggaran
11. Pertemuan Kebijakan Perlindungan Perkebunan
8
RKT-2015 – Direktorat Perlindungan Perkebunan
12. Koordinasi Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun Serta
Penanganan Dampak Perubahan Iklim
13. Pemberdayaan Masyarakat Perkebunan pada Wilayah Pasca
Bencana
14. Koordinasi dan Sinkronisasi Program Kegiatan Perlindungan
Perkebunan
15. Fasilitasi MPTHI dan KPT Perlindungan
16. Bimbingan Teknis Sistem Perkebunan Rendah Emisi Gas Rumah
Kaca
17. Bimbingan Teknis Penggunaan, Perawatan dan Kalibrasi Peralatan
Pengendalian
18. Pembinaan Dalam Rangka Pengembangan Data Base OPT
Perkebunan
19. Pemberdayaan Pejabat Fungsional POPT/Petugas Teknis
Perlindungan Perkebunan
20. Bimbingan teknis Pengendalian Hama Vertebrata pada Tanaman
Tebu
21. Administrasi Kegiatan
22. Operasional PPK Direktorat Perlindungan
Rencana kerja dukungan perlindungan perkebunan APBNP tahun 2015
adalah:
A. Pemberdayaan Perangkat
1. Operasional Laboratorium Lapangan sebanyak 28 unit;
2. Operasional Laboratorium Utama Pengendalian Hayati (LUPH)
sebanyak 4 unit;
3. Operasional Sub Lab. Hayati sebanyak 12 unit;
4. Operasional Brigade Proteksi Tanaman sebanyak 31 unit;
5. Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun
sebanyak 51 unit.
B. Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman
Perkebunan
Penanganan OPT Perkebunan melalui Pengendalian OPT tanaman
perkebunan terdiri dari pengendalian OPT, demfarm pengedalian serta
demplot pengendalian OPT (tebu, kapas, tembakau, nilam, lada, kopi,
kakao, kelapa, kelapa sawit, karet dan jambu mete) dengan luas areal
pengendalian OPT sekitar 33.363 ha dengan rincian sebagai berikut:
1. Pengendalian OPT Lada seluas 600 ha;
2. Pengendalian OPT Cengkeh seluas 1.800 ha;
9
RKT-2015 – Direktorat Perlindungan Perkebunan
3. Pengendalian dan Demfarm OPT Kakao seluas 4.650 ha;
4. Pengendalian OPT Kopi seluas 2.800 ha;
5. Pengendalian, Demfarm serta Demplot OPT Tebu seluas 6.883 ha;
6. Pengendalian OPT Tembakau seluas 325 ha;
7. Pengendalian OPT Kapas seluas 325 ha;
8. Demplot pengendalian OPT Nilam seluas 30 ha;
9. Pengendalian dan Demfarm OPT Kelapa seluas 8.920 ha;
10. Pengendalian dan Demfarm OPT Karet seluas 5.670 ha;
11. Pengendalian dan Demfarm OPT Jambu Mete seluas 460 ha;
12. Pengendalian OPT Kelapa Sawit seluas 900 ha.
C. SL-PHT
Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) sebanyak 223
Kelompok Tani (KT)
D. Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
1. Fasilitasi pemantauan kebakaran dampak perubahan iklim dan
bencana alam sebanyak 9 Dokumen di 9 provinsi;
2. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Pencegahan dan
Pengendalian Kebakaran lahan Kebun sebanyak 149 KT;
3. Apel siaga penanggulangan kebakaran lahan dan kebun sebanyak 9
Dokumen di 9 Provinsi;
4. Mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim sebanyak 12 KT di 12
provinsi;
5. Pengembangan model perkebunan rendah emisi karbon pada
perkebunan kopi rakyat sebanyak 11 KT di 11 provinsi.
E. Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT
Pemberdayaan pengamat melalui pemberian Insentif Pengamat sebanyak
989 orang
F. Koordinasi Pelaksanaan Dukungan Perlindungan Perkebunan
1. Pembuatan Buku
2. Pengawalan dan Identifikasi OPT Tanaman Rempah dan Penyegar
3. Pengawalan dan Identifikasi OPT Tanaman Semusim
4. Pengawalan dan Identifikasi OPT Tanaman Tahunan
5. Bimbingan dan Pembinaan SL-PHT
6. Pembinaan Dalam Rangka Pemberdayaan Perangkat Perlindungan
Perkebunan
7. Pengawalan Pemantauan Kebakaran Lahan dan Kebun
10
RKT-2015 – Direktorat Perlindungan Perkebunan
8. Pengawalan Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim
9. Pengawalan Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi
Karbon
10. Pembahasan Program dan Anggaran
11. Pertemuan Kebijakan Perlindungan Perkebunan
12. Koordinasi Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun Serta
Penanganan Dampak Perubahan Iklim
13. Pemberdayaan Masyarakat Perkebunan pada Wilayah Pasca
Bencana
14. Koordinasi dan Sinkronisasi Program Kegiatan Perlindungan
Perkebunan
15. Fasilitasi MPTHI dan KPT Perlindungan
16. Bimbingan Teknis Sistem Perkebunan Rendah Emisi Gas Rumah
Kaca
17. Bimbingan Teknis Penggunaan, Kalibrasi dan Perawatan Peralatan
Alat-alat Pengendalian OPT
18. Pembinaan Dalam Rangka Pengembangan Data Base OPT
Perkebunan
19. Pemberdayaan Petugas Teknis Perlindungan Perkebunan
20. Bimbingan Teknis Pengendalian Hama Vertebrata Pada Tanaman
Tebu
G. Layanan Perkantoran Pusat
1. Administrasi Kegiatan
2. Operasional PPK Direktorat Perlindungan
3.2. Cara Melaksanakan Kegiatan
Cara melaksanakan kegiatan mengacu pada pedoman teknis dukungan
perlindungan perkebunan tahun 2015 sebagai berikut:
1. Pendekatan umum
Pendekatan umum meliputi hal yang terkait dengan administrasi dan manajemen kegiatan, yaitu : SK Tim Pelaksana Kegiatan; Rencana kerja; Juklak, Juknis; Koordinasi dan Sosialisasi; Pelelangan/pengadaan; Monitoring dan Evaluasi; Pelaporan
2. Pendekatan Teknis setiap kegiatan sebagai berikut:
a. Pemberdayaan Perangkat Perlindungan Perkebunan.
Meningkatkan kemampuan teknis petugas LL, LUPH, Sub Lab Hayati
, Brigade Proteksi Tanaman Perkebunan dan Brigade Pengendalian
Kebakaran Lahan dan Kebun
11
RKT-2015 – Direktorat Perlindungan Perkebunan
b. Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman
Perkebunan.
Melakukan pengendalian OPT pada pusat-pusat serangan dan pada
daerah–daerah serangan dengan intensitas serangan yang secara
ekonomis masih dapat dikendalikan.
c. Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT).
Melaksanakan peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani
dalam pengelolaan OPT melalui pendekatan paradigma PHT dengan
pemanfaatan rekayasa sosial (kelompok) dan dengan cara belajar dari
pengalaman
d. Antisipasi Dampak Perubahan iklim.
Memberikan cara penanganan dampak perubahan iklim kepada
petani melalui adaptasi dan mitigasi penanganan dampak perubahan
iklim dalam bentuk demplot
e. Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT.
Memberikan dukungan dan fasilitasi kegiatan kepada petugas
pengamat OPT untuk melaksanakan kegiatan pengamatan, pelaporan
dan pengendalian OPT
f. Koordinasi pelaksanaan Dukungan Perlindungan Perkebunan
Menyelenggarakan kegiatan administrasi dalam mendukung
pelaksanaan kegiatan Dukungan perlindungan perkebunan.
BAB IV
PENUTUP
Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Perlindungan Perkebunan dibuat
dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pencapaian target kinerja
kegiatan yang dipercayakan kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan,
berdasarkan sasaran yang ditetapkan. Pencapaian target kinerja tersebut
memerlukan dukungan dan peran serta aktif seluruh intansi terkait pusat
dan daerah serta partisipasi masyarakat.
Rencana Kinerja Tahunan ini merupakan acuan yang dapat digunakan di
Direktorat Perlindungan Perkebunan mulai dari perencanaan, pelaporan
dan evaluasi serta tindak lanjutnya.
12
RKT-2015 – Direktorat Perlindungan Perkebunan
Lampiran 1
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN
Unit Organisasi Eselon II : Direktorat Perilndungan Perkebunan Tahun : 2015
Sasaran Strategis
Indikator Kerja Target
1 Penurunan Luas Areal Serangan OPT
2 Peningkatan penanganan kebakaran lahan dan kebun
3 Peningkatan penanganan dampak perubahan iklim
1 Pemberdayaan Perangkat 135 Unit
2 Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu
223 KT
3 Penanganan Organisme Pengganggu (OPT) Tanaman perkebunan
33.363 Ha
4 Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
18 172
Dokumen KT
5 Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT
989 Orang
6 Koordinasi pelaksanaan Dukungan Perlindungan perkebunan
12 Bulan