Post on 31-Jan-2018
PERILAKU IBU DALAM PENANGANAN AWAL DIARE PADA BALITA
DI DESA TEGUHAN KELURAHAN PLUMBUNGAN KECAMATAN
KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN
SKRIPSI
“Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan”
Oleh :
Danu Prasetyo
NIM. S11011
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Danu Prasetyo
NIM : S.11011
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untukmendapatkan gelar
akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma HusadaSurakarta maupun di
perguruan tinggi lain.
2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukanTim Penguji.
3. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulisatau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelasdicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan namapengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hariterdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, makasaya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yangtelah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan normayang berlaku di
perguruan tinggi ini.
Surakarta, 27 Juli 2015
Yang membuat pernyataan,
(Danu Prasetyo)
S.11011
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas
segala rahmat, karunia, hidayah serta petunjuk yang telah dilimpahkan-Nya.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul“PERILAKU IBU
DALAM PENANGANAN AWAL DIARE PADA BALITA DI DESA
TEGUHAN KELURAHAN PLUMBUNGAN KECAMATAN
KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN”sebagai salah satu persyaratan
untukmemperoleh gelar kesarjanaan ini dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini,
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk
memperbaiki dan menyempurnakan penulisan skripsi selanjutnya. Ucapan rasa
terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, sehingga dalam kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Agnes Sri Harti, Msi. selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Anita Istiningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing Utama yang telah
memberikan banyak masukan dan bimbingan serta arahan dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Galih Setia Adi, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing Pendamping yang
telah memberikan banyak masukan, bimbingan serta arahan dalam
penyusunanskripsi ini.
5. Seluruh staf pengajar dan akademik Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta yang telah membantu penulis.
6. Ibu Sumiati Selaku Kepala Posyandu Desa Teguhan Kelurahan Plumbungan
Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen yang telah memberikan ijin
untuk melakukan penelitian.
7. Orang Tua tercinta Bapak Bejo Utomo dan Ibu Nyamini, yang selalu
mendoakan, memberikan motivasi dan pengorbanannya baik dari segimoril,
materi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunanskripsi ini.
8. Istri Agiel Fadhillah Arum dan Anak Gielda Dera Anatasya yang
memberikan dukungan moril dan motivasi sehingga membuat saya semangat
dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
9. Sahabat dirumah Risang, Agus, Ganu, Condro, Mare, Ilwan, Junda, Ismun,
Jhon, Hendra, dan Samohung yang memberikan dukungan.
10. Teman S.11 seperjuangan Nandung, Syahrul, Ahmat Mujiono, Dwi Pras,
Greg, Didik, Andreas, Tridi, dan Triyadiyang telah banyak memberikan
bantuan, dorongan dan semangat.
11. Teman-teman S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan
2011 yang telah berjuang bersama menyelesaikan penyusunan skripsi.
12. Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini.
13. Semua pihak, yang tanpa mengurangi rasa terima kasih tidak dapat
disebutkansatu per satu
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan
kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari
berbagai pihak. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.
(Danu Prasetyo)
Surakarta, 27 Juli 2015
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
SURAT PERNYATAAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
ABSTRAK xii
ABSTRACT xiii
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 5
1.3. Tujuan 5
1.4. Manfaat 5
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1. Konsep Diare 7
2.2. Konsep Perilaku 15
2.3. Pengertian Balita 21
2.4. Kerangka Teori 25
2.5. Kerangka Konsep 26
2.6. Keaslian Penelitian 27
BAB III Metodologi Penelitian
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian 28
3.2. Populasi dan Sampel 28
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian 30
3.4. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran 30
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpula Data 31
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data 35
3.7. Etika Penelitian 36
BAB IV Hasil Penelitian
4.1. Karakteristik Responden 38
4.2. Analisis Bivariat 39
BAB V Pembahasan
5.1. Karakteristik Usia 40
5.2. Karakteristik Pendidikan 41
5.3. Perilaku Ibu dalam melakukan penanganan awal pada balita yang
mengalami diare 42
BAB VI Penutup
6.1. Kesimpulan 46
6.2. Saran 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
2.1
Judul Tabel
Keaslian Penelitian
Halaman
27
3.1
Variabel, Definisi Operasional, dan Skala
Pengukuran
30
4.1 Distribusi FrekuensiUsiaIbu di Desa Teguhan 38
4.2 Distribusi FrekuensiPendidikanIbu di Desa
Teguhan
39
4.3 Gambaran Perilaku Ibu dalam Melakukan
Penanganan Awal pada Balita yang Mengalami
Diare
64
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar
Halaman
2.1 Kerangka Teori 25
2.2 Kerangka Konsep 26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : F.01 Usulan Topik Penelitian
Lampiran 2 : F.02 Pengajuan Persutujuan Judul
Lampiran 3 : F.04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4 : Surat Jawaban Ijin Studi Pendahuluan KESBANGPOL
Lampiran 5 : Surat Jawaban Ijin Studi Pendahuluan BAPPEDA
Lampiran 6 : Surat Jawaban Ijin Studi Pendahuluan Dinas Kesehatan
Lampiran 7 : Jadwal Penelitian
Lampiran 8 : F.05 LembarOponent
Lampiran 9 : F.06 Lembar Audience
Lampiran 10 : Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 11 : Surat Permohonan Ijin Validitas
Lampiran 12 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 13 : Surat Jawaban Ijin Penelitian KESBANGPOL
Lampiran 14 : Surat Jawaban Ijin Penelitian BAPPEDA
Lampiran 15 : Surat Jawaban Ijin Penelitian Dinas Kesehatan
Lampiran 16 : Surat Jawaban Ijin Penelitian Kecamatan
Lampiran 17 : Kuesioner Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 18 : Hasil Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 19 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 20 : Hasil Penelitian
Lampiran 21 : Dokumentasi
Lampiran 22 : Lembar Konsultasi Pembimbing Utama
Lampiran 23 : Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Danu Prasetyo
Perilaku Ibu dalam Penanganan Awal Diare pada Balita di Desa Teguhan
Kelurahan Plumbungan Kecamatan Karangmalang
Kabupaten Sragen
ABSTRAK
Diare merupakan salah satu penyakit paling sering menyerang anak di
seluruh dunia, termasuk Indonesia. Penyebab utama tingginya kasus diare,
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor infeksi, malabsorbsi, alergi,
keracunan dan immunodefisiensi, faktor perilaku dan lingkungan. Perilaku sehat
pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Peran
ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare diperlukan suatu
pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor
predisposisi yang penting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Perilaku
Ibu dalam Penanganan Awal Diare pada Balita di Desa Teguhan Kelurahan
Plumbungan Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen
Jenis penelitian ini adalahkuantitatif deskriptif. Pemilihan sampel
dilakukan dengan metode Total Samplingpada 57responden. Instrumen yang
digunakan adalah kuesioner penanganan awal diare pada balita kepada 57 ibu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilakuibudalam penanganan awal
diare pada balita sebagian besar berperilaku baik yaitu sebanyak 30 responden
(52,6%).Perilakuibudalam penanganan awal diare pada balita sebagian besar
dalam kategori baik dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ; sebagian besar
responden berpendidikan SMA, posyandu berjalan dengan rutin, dan Fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat (puskesmas) dapat diakses masyarakat dengan
mudah.
Kata Kunci: Diare, Balita, Ibu, Perilaku, Penanganan Awal
Daftar Pustaka : 32 (2002 – 2015)
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Danu Prasetyo
Mothers’ Behavior in the Early Treatment of Diarrhea of Toddlers at
Teguhan Village, Plumbungan Ward, Karangmalang Sub-district, Sragen
ABSTRACT
Diarrhea is a disease that often affects children throughout the world,
including Indonesia. The main cause of the high incidence of diarrhea is
influenced by several factors, namely: infection, malabsorption, allergy, poisoning
and immunodeficiency, behavior and environment. Basically, Healthy behavior is
a person's response to the stimulus which is associated with illness and disease,
health care system, food and the environment. Mothers’ role in diarrhea
management requires knowledge because knowledge is one important component
of predisposing. The objective of this research is to investigate the mothers’
behavior in the early treatment of diarrhea of toddlers at Teguhan Village,
Plumbungan Ward, Karangmalang Sub-district, Sragen.
This research used the descriptive quantitative method. The samples of
research were 57 respondents and were taken by using the total sampling
technique. The data were collected through questionnaire.
The result of this research shows that 30 respondents (52.6%) had good
early treatment of diarrhea of toddlers. Mother's behavior in the early treatment of
diarrhea of toddlers was categorized as a good one and was influenced by several
factors: most of respondents held Senior Secondary School graduates, integrated
service post run routinely, and the nearest health care facilities (health centers)
could easily be accessed by the public.
Keywords: Diarrhea, toddlers, mothers, behavior, early treatment
References: 32 (2002 – t015)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyakit paling sering menyerang anak di
seluruh dunia, termasuk Indonesia. Diperkirakan, anak berumur di bawah
lima tahun mengalami 203 episode diare per tahunnya dan empat juta anak
meninggal di seluruh dunia akibat diare dan malnutrisi. Kematian akibat diare
umumnya disebabkan karena dehidrasi (kehilangan cairan). Lebih kurang
10% episode diare disertai dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit
tubuh secara berlebihan. Bayi dan anak kecil lebih mudah mengalami
dehidrasi dibanding anak yang lebih besar (Firmansyah, 2009).
Penyakit diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun(WHO,
2007). Angka kematian bayi dan anak di bawah lima tahun di indonesia
hampir sepertiganya disebabkan oleh penyakit diare. Penyakit diare di
Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama,
hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang
menimbulkan banyak kematian terutama pada anak. Angka kesakitan diare di
Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat (Soebagyo, 2008).Angka
kematian akibat diare di Indonesia masih cukup tinggi. Data Depkes RI
menunjukan kasus diare mengalami peningkatan dibandingkan tahun
sebelumnya. Tahun 2005 jumlah penderita diare sebanyak 5.051 orang dan
meninggal 127 orang dengan Case Fatality Rate (CFR) = 2,51%. Tahun
2
2006, meningkat menjadi 10.980 kasus dengan 277 orang meninggal (CFR =
2,52%)(Depkes RI, 2007).
Penyebab utama tingginya kasus diare, dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Hal ini sesuai dengan pernyataan Depkes RI yaitu faktor infeksi,
malabsorbsi, alergi, keracunan dan immunodefisiensi, faktor perilaku dan
lingkungan. Perilaku sehat pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan lingkungan, sedangkan perilaku terhadap lingkungan
merupakan respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan
kesehatan manusia yang mencakup perilaku yang berhubungan dengan air
bersih, limbah, kebersihan diri, rumah sehat, sampah, dan pemberantasan
vektor (Notoatmodjo, 2007).
Penyebab utama tingginya kasus ini yaitu kurangnya perilaku hidup
bersih masyarakat dan sanitasi yang buruk. Menurut Kasubdit Diare dan
Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya untuk menurunkan penyakit diare
tersebut pihaknya telah memfokuskan strategi penanganan penatalaksanaan
diare pada tingkat rumah tangga, sarana kesehatan dan KLB diare (Profil
Kesehatan Indonesia, 2007).
Diare dapat diatasi dengan menjaga kebersihan dan mengolah
makanan yang sehat dan bersih, sebagian ibu yang mempunyai balita dengan
diare mengalami kesulitan atau tidak dapat mengatasi dan memanajemen
untuk penanganan awal diare karena kurangnya pengetahuan ibu mengenai
pencegahan dan penanggulangan awal diare. Melihat dari fenomena diatas
3
maka kita perlu memberikan gambaran pada ibu yang mempunyai balita,
tentang diare, tanda gejala diare, penyebab, dampak dan anjuran pada ibu
untuk mencegah dan menanggulangi diare secara cepat dan tepat agar angka
morbiditas dan mortalitas diare menurun(Soebagyo, 2008).
Tatalaksana dalam perawatan dan penanganan diare yang tidak tepat
maka akan berdampak pada munculnya komplikasi serius yaitu asidosis
metabolik dan gangguan elektrolit yang dapat mengakibatkan perdarahan di
dalam otak, kesadaran menurun dan balita dan bila balita tidak segera
ditolong maka akan berakibat fatal pada balita yaitu kematian (Erich,2007).
Peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare
diperlukan suatu pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu
komponen faktor predisposisi yang penting. Pertolongan pertama dapat
dilakukan ibu dengan pemberian oralit pembuatan sendiri dengan campuran
gula dan garam, adapula yang memberikan daun jambu kepada balitanya.
pemberian daun jambu ini juga bermacam-macam yaitu dengan cara di
kunyah-kunyah oleh balita yang terserang diare, dan adapula yang memasak
daun jambu dengan air kemudian airnya diminum, pemberian cairan penganti
(cairan rehidrasi) untuk menganti cairan yang hilang(Susi, 2006).
Kesadaran orang tua terhadap kesehatan anaknya sangat penting agar
anak yang sedang mengalami diare tidak jatuh pada kondisi yang lebih buruk
harus segera dilakukan tindakan. Orang tua wajib mengetahui langkah apa
saja yang harus dilakukan pertama kalijika anaknya mengalami diare. Tahap
awal berikan cairan secara oral dan teruskan pemberian makanan selama
4
anakmau. Diare apabila berlanjut dengan frekuensi yang cukup sering (lebih
dari enam kali) disertai muntah yang frekuen, atau frekuensi tidak terlalu
sering tetapi feces disertai lendir atau darah, sebaiknya anak dibawa ke pusat
layanan kesehatan untuk mendapatkan penangganan lebih lanjut (Dinas
Provinsi Gorontalo, 2013).
Kasus pada dehidrasi sedang dan berat penderita diare memerlukan
rehidrasi intravena (infus) untuk menggantikan cairan yang hilang.Tindakan
perilaku ibu tentang penatalaksanaan rehidrasi oral juga tergolong dalam
kategori kurang hal ini bisa dilihat bahwa jumlah persentase ibu yaitu sebesar
52,8% ibu yang belum melakukan penaganan awal bila anak diare yaitu
dengan pemberian larutan gula dan garam bila anak diare, kebanyakan dari
ibu tidak pernah membuat larutan gula dan garam bila anak diare, mereka
hanya lebih banyak memilih datang ke puskesmas untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan(Dinas Provinsi Gorontalo, 2013).
Studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan November 2014 di
Desa Teguhan Plumbungan Karangmalang Sragen, didapatkan data dari
Puskesmas Karangmalang ada empat balita yang menderita diare dari 25
penderita diare. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada
ibu yang mempunyai balita diare didapatkan hasil satu ibu langsung
memberikan penangganan awal diare pada balita dengan memberikan
makanan yang banyak mengandung air (sup, bubur) untuk menganti cairan
yang hilang dan mencegah terjadinya dehidrasi pada balita yang mengalami
diare. Tiga ibu lainnya langsung membawa balita yang mengalami diare
5
kepuskesmas untuk mendapatkan perawatan, karena ketiga ibu tersebut tidak
mengetahui penangganan awal yang harus dilakukan pada balita diare.
1.2 Rumusan Masalah
Kurang tahunya ibu dalam memberikan penangganan awal diare pada
balita dan penangganan awal diare yang terlambat dapat menyebabkan
dehidrasi pada balita diare. Rumusan masalah penelitian ini adalah
bagaimanakah perilaku ibu dalam penangganan awal diare pada balita di
Desa Teguhan Kelurahan Plumbungan Kecamatan Karangmalang Kabupaten
Sragen ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum dalam penelitian adalah untuk mengidentifikasiperilaku
ibu dalam pertolongan pertama diare pada balita.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik responden.
2. Mengidentifikasi tingkat perilaku ibu dalam penanganan awal diare
pada balita.
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi masyarakat
a) Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu dalam perilaku
penangganan awal ibu pada balita diare.
b) Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan perilaku
masyarakat dalam memberikan cara menangani balita diare dengan
baik dan benar.
1.4.2 Manfaat bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya literature ilmu
keperawatan khususnya tentang gambaran perilaku ibu dalam
pertolongan pertama diare pada balita.
1.4.3 Manfaat bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini digunakan sebagai informasi dan acuan untuk
melakukan penelitian-penelitian selanjutnya terkaitperilaku ibu dalam
pertolongan pertama diare pada balita.
1.4.4 Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini bermanfaat sebagai proses belajar untuk mengaplikasikan
ilmu yang diperoleh dari program Studi Ilmu Keperawatan
terkaitperilaku ibu dalam pertolongan pertama diare pada balita.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Diare
2.1.1 Definisi Diare
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan
yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan
bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2005). Diare merupakan
salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat, karena angka kesakitan masih tinggi dan berpotensi
menyebabkan kematian, terutama apabila penanganan penderitanya
terlambat dilakukan (Depkes RI, 2002). Penyakit diare disebabkan
karena infeksi dari bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi dari
makanan maupun air minum, infeksi karena virus, alergimakanan
khususnya susu atau laktosa, dan parasit yang masuk melalui makanan
atauminuman yang kotor (Depkes RI, 2002).
2.1.2 Etiologi
Penyebab utama tingginya kasus diare, dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Hal ini sesuai dengan pernyataan Depkes RI (2002) yaitu faktor
infeksi, makanan, psikologis, pendidikan, pekerjaan, umur balita,
lingkungan, gizi, sosial ekonomi masyarakat, makanan dan minuman
yang dikonsumsi, laktosa(susu kaleng) (Notoatmodjo, 2007).
1. Faktor Infeksi
8
a. Infeksi enteral
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi parenteral
ini meliputi:
a) Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
b) Infeksi virus: Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan
lain-lain.
c) Infestasi parasite : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,
Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica,
Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (candida
albicans).
b. Infeksi parenteral
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar
alat pencernaan, seperti Otitis Media akut (OMA),
Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
9
3. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan
diare terutama pada anak yang lebih besar.
4. Faktor Pendidikan
Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan
status pendidikan SLTP ke atas mempunyai kemungkinan 1,25
kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita
dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD
ke bawah. Diketahui juga bahwa pendidikan merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita. Semakin
tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat
kesehatan yang diperoleh si anak.
5. Faktor pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-
rata mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan
ayah dan ibu yang bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis
pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan
pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan
anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai risiko
lebih besar untuk terpapar dengan penyakit.
10
6. Faktor umur balita
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun.
Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi
diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59 bulan.
7. Faktor lingkungan
Penyakit diare merupakan merupakan salah satu penyakit
yang berbasisi lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu
sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan
berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Faktor
lingkungan apabila tidak sehat karena tercemar kuman diare
serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat
pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat
menimbulkan kejadian penyakit diare.
8. Faktor Gizi
Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya.
Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan baik merupakan
komponen utama penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita
yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare.
Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi
dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang =
<90-70, buruk = <70 dengan BB per TB.
11
9. Faktor sosial ekonomi masyarakat
Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap
faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan anak mudah
menderita diare berasal dari keluarga besar dengan daya beli
yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai
penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan.
10. Faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi
Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air,
terutama air minum yang tidak dimasak dapat juga terjadi
secara sewaktu mandi dan berkumur. Kontak kuman pada
kotoran dapat berlangsung ditularkan pada orang lain apabila
melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan kemulut
dipakai untuk memegang makanan. Kontaminasi alat-alat
makan dan dapur. Bakteri yang terdapat pada saluran
pencernaan adalah bakteri Etamoeba colli, salmonella, sigella.
Dan virusnya yaitu Enterovirus, rota virus, serta parasite yaitu
cacing (Ascaris, Trichuris), dan jamur (Candida albikan).
11. Faktor terhadap Laktosa (susu kaleng)
Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko
untuk menderita diare lebih besar daripada bayi yang diberi
ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga
lebih besar. Menggunakan botol susu ini memudahkan
12
pencemaran oleh kuman sehingga menyebabkan diare. Dalam
ASI mengandung antibody yang dapat melindungi kita
terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti Sigella dan V.
Cholerae.
2.1.3 Manifestasi Klinis
Awalnya balita sering cengeng, rewel, gelisah, suhu tubuh
meningkat, nafsu makan menurun yang disertai dengan timbulnya
diare. Keadaan kotoran (tinja) makin cair dan berlendir, kadang juga
disertai dengan adanya darah atau lendir, yang berwarna kehijau-
hijauan yang disebabkan karena bercampur dengan empedu. Anus dan
sekitarnya menjadi lecet yang mengakibatkan tinja menjadi asam
(Ngastiyah, 2005).
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari diare
akut, diare persisten, diare kronik (Iskandar, 2011) :
1. Diare akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang
meningkat dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan
bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu
kurang dari 2 minggu. Menurut Depkes (2002), diare akut
yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa
13
diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan
banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi
penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori,
yaitu: (1) Diare tanpa dehidrasi, (2) Diare dengan dehidrasi
ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, (3)
Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang
berkisar 5-8% dari berat badan, (4) Diare dengan dehidrasi
berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10%.
2. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari,
merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara
diare akut dan kronik.
3. Diare kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung
lama dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif
terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun.
Lama diare kronik lebih dari 30 hari.
2.1.5 Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Hipokalemi
3. Hipokalsemi
4. Cardiac dysrhythmias akibat hipokalemia dan hipokalsemi
14
5. Hiponatremi
6. Syok hipovolemik
7. Asidosis. (Suriadi, 2005)
2.1.6 Penangganan Awal Diare
Penangganan awal diare dapat dilakukan ibu denganpemberian
oralit pembuatan sendiri dengan campuran gula satu sendok teh penuh
+ garam ¼ sendok teh + air masak satu gelas dicampur diaduk sampai
larut benar minum 2 gelas oralit setelah BAB, adapula yang
memberikan daun jambu biji kepada balitanya. Pemberian daun jambu
biji ini juga bermacam-macam yaitu dengan cara di kunyah-kunyah
oleh balita yang terserang diare, dan adapula yang memasak daun
jambu biji dengan air kemudian airnya diminum, pemberian cairan
penganti (cairan rehidrasi) untuk menganti cairan yang hilang (Susi,
2006). Berikan ASI dan cairan agar balita tidak mengalami
dehidrasi. Mencuci botol susu balita dengan baik dan benar apabila
balita masih menggunakan botol susu agar kuman yang ada dalam botol
susu tidak masuk ke dalam tubuh balita (Suriadi, 2005). Menjaga
kondisi balita selalu bersih dan berada ditempat yang sehat.
Menghentikan mengonsumsi makanan atau obat-obatan yang dicurigai
menjadi penyebab diare pada balita yang dikonsumsi ibu menyusui.
Jangan berikan obat anti diare kepada penderita penyakit diare pada
balita karena justru akan menghambat kuman yang akan keluar dari
15
dalam tubuh balita. Membersihkan bahan-bahan makanan yang
dikonsumsi balita dengan air bersih. Beri makanan yang mengandung
pectin yang akan membantu dalam menyerap air dalam tubuh balita,
makananan yang mengandung pectin seperti apel, kentang, pisang dan
wortel, ibu dapat mengolahnya menjadi sayur dengan tambahan bahan-
bahan yang lain yang balita sukai untuk membantu meningkatkan nafsu
makan balita.Berikan makanan seperti biasa ketika balita sehat,
mengurangi sedikit porsi makan dan berikan lebih sering, menghindari
makanan yang mengandung banyak serat seperti sayur dan
buah.Berikan jus dari buah-buahan yang bersifat netral untuk menganti
cairan yang hilang. Tidak memberi makanan pada balita yang dapat
memicu terjadinya diare seperti makanan yang digoreng, gula atau
pemanis buatan, makanan berserat dan kubis. Menjaga kebersihan
lingkungan terutama pada air yang setiap harinya dipakai. Mencuci
tangan ibu dengan sabun antiseptik setelah melakukan kegiatan rumah
tang ga sebelum kontak langsung pada balita. Mencuci tangan balita
sebelum makan dan setiap habis bermain, memakaikan alas kaki jika
balita bermain ditanah. Menerapkan pola hidup serta pola makan yang
sehat (Ngastiyah, 2005).
2.2 Konsep Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
16
pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.
Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat,
bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan) (Sarwono, 2004). Perilaku
manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri, yang
mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara,
bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai
aktifitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak
langsung (Notoatmodjo, 2007).
2.2.1 Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Skinner dalam Notoatmodjo adalah
suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, minuman dan lingkungan. (Notoatmodjo, 2007).)
Klasifikasi tentang perilaku kesehatan yang terdiri
dari:Notoatmodjo (2007)
2.2.1.1 Perilaku Hidup Sehat
Perilaku Hidup Sehat adalah perilaku yang berkaitan
dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan
dan meningkatkan kesehatannya yang mencakup antara lain:
1. Makan dan menu seimbang (appropriate diet)
2. Olahraga teratur
17
3. Tidak merokok
4. Tidak minum-minuman keras dan narkoba
5. Istirahat yang cukup
6. Mengendalikan stress
7. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan,
misalnya tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan
seks.
2.2.1.2 Perilaku sakit (IIInes behaviour)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap
sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan
tentang : gejala dan penyebab penyakit, dan sebagainya.
2.2.1.3 Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)
Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban
sebagai orang sakit,yang harus diketahui oleh orang sakit itu
sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya). Perilaku ini
disebut perilaku peran sakit (the sick role) yang meliputi:
1. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
2. Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana
pelayanan/penyembuhan penyakit yang layak.
3. Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan,
memperoleh pelayanan kesehatan, dan sebagainya) dan
kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada
18
orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak
menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya).
Perilaku sehat untuk masyarakat kadang-kadang bukan hanya
perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja,
melainkan diperlukan contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh
agama, dan para petugas terutama petugas kesehatan dan diperlukan
juga undang-undang kesehatan untuk memperkuat perilaku tersebut
(Notoatmodjo, 2007).
2.2.2 Perilaku Sakit
Adalima macam reaksi dalam mencari proses pengobatan
sewaktu sakit yaitu:
1. Shoping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari
medical care untuk satu persoalan atau yang lain, meskipun
tujuannya adalah untuk mencari dokter yang akan mendiagnosis dan
mengobati yang sesuai harapan.
2. Fragmentation atau proses pengobatan oleh beberapa fasilitas
kesehatan pada lokasi yang sama.
3. Procastination atau penundaan pencarian pengobatan sewaktu gejala
sakit dirasakan.
4. Self Medication atau mengobati sendiri dengan berbagai ramuan atau
membelinya diwarung obat.
19
5. Discontuinity atau proses tidak melanjutkan (menghentikan
pengobatan). (Suchman dalam Sarwono, 2004).
2.2.3 Bentuk-Bentuk Perilaku
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup
yang sangat luas.Perilaku dibagi ke dalam tiga domain atau
ranah/kawasan yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif
(affective domain) dan ranah psikomotor (psychomotor domain),
meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang
jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan
tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga
domain perilaku tersebut yang terdiri dari:
1. Pengetahuan peserta terhadap materi pendidikan yang diberikan
(knowledge).
2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang
diberikan (attitude).
3. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan
dengan materi pendidikan yang diberikan (practice) (Notoatmodjo,
2007).
Notoatmodjo (2007), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Berdasarkan rumus teori Skinner tersebut maka
perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
20
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih
belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon
seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,
pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah
berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar
atau observable behavior.
Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu
terbentuk di dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor
utama, yaitu :
1. Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri
seseorang.
Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik
lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya,
ekonomi maupun politik.
2. Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri
seseorang.
Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari
luar dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi,
sugesti dan sebagainya.
21
Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal merupakan
faktor yang memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk
perilaku manusia karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya
dimana seseorang itu berada (Notoatmodjo, 2007).
Kategori perilaku
1. Kategori Kurang skor 30-60
2. Kategori Cukup skor 61-90
3. Kategori Baik skor 91-120
2.3 Pengertian Balita
2.3.1 Balita
Balita merupakan individu yang berumur 0-5 tahun, dengan
tingkat plastisitas otak yang masih sangat tinggi sehingga akan lebih
terbuka untuk prosos pembelajaran dan pengayaan (Departemen
Kesehatan RI, 2009). Balita terbagi menjadi dua golongan yaitu
balita dengan usia satu sampai tiga tahun dan balita dengan usia tiga
sampai lima tahun (Soekirman, 2006).
2.3.2 Perkembangan Balita
Perkembangan merupakan kondisi yang ditandai dengan
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
(Departemen Kesehatan RI, 2009). Perkembangan balita dibagi
menjadi empat aspek yaitu perkembangan psikologis, perkembangan
22
psikoseksual, perkembangan sosial dan perkembangan kognitif
(Nicki, 2007).
Berbicara tentang perkembangan balita banyak kita temui teori
yang membahas tentang tumbuh kembang balita. berikut merupakan
beberapa teori tentang perkembangan balita menurut berbagai tokoh:
1. Perkembangan psikososial
Krisis perkembangan psikososial pada bayi adalah
pada saat masa percaya dan tidak percaya. Kualitas
hubungan antara orang tua dan balita akan sangat
berpengaruh dalam tahap ini. Teori ini berpendapat masa
autonomi atau kebebasan mulai muncul pada usia todler
dan pada usia ini anak akan mulai menjalin hubungan
sosial dengan lingkungan (Potter dan Perry, 2005).
2. Perkembangan kognitif
Perkembangan periode sensorimotor merupakan
perkembangan tahap pertama dari perkembangan kognitif.
Periode sensorimotor akan berlangsung sampai dengan
tahun ke dua kelahiran dan setelah itu akan beralih pada
tahap pemikiran praoperasional. Tahap ini ditandai dengan
penggunaan simbol untuk menunjuk benda, tempat atau
orang dan pada tahap ini anak juga belajar meniru kegiatan
yang dilakukan orang lain (Kinney, 2009).
23
3. Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa akan sangat dipengaruhi oleh
lingkungnnya. Bahasa bukan kemampuan yang diperoleh
dalam sekali waktu namun perkembangan bahasa terjadi
secara bertahap. Dalam perkembangan bahasa dibutuhkan
kelengkapan struktur dan fungsi dari indra pendengaran,
pernafasan, dan kognitif yang dibutuhkan untuk
berkomunikasi. Perkembangan bahasa antar individu
sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh kemampuan saraf
dan perkembangan kognitif masing-masung individu
(Wong, 2001).
4. Perkembangan sensori motor
Perkembangan sensori motor sangat erat kaitannya
dengan dunia bermain anak. Pada saat bermain anak akan
menggunakan kemampuan otot dan persarafannya. Dengan
semakin berkembangnnya kemampuan sensori motor,
individu akan mulai mengeksplor lingkungan sekitarnya
(Wong, 2001).
5. Perkembangan motorik kasar
Dalam perkembangan gerak motorik kasar dapat
dievaluasi dari empat posisi yaitu ventral suspension,
prone, sitting, dan standing. Posisi suspension merupakan
24
posisi balita tengkurap dan berusaha mengangkat pantat
(Pillitteri, 2003).
6. Perkembangan motorik halus
Gerak yang melibatkan gerakan bagian tubuh yang
melibatkan otot-otot kecil. Gerak motorik halus dimulai
dengan kemampuan balita untuk menghisap ibu jari. Balita
usia tiga bulan mulai menjangkau benda-benda yang
berada didekatnya. Kemampuan tersebut terus berkembang
sampai pada usia 12 bulan balita dapat menggambar garis
simetris (Pillitteri, 2003).
25
2.4 Kerangka Teori
Gambar 2.1 K erangka Teori (Notoadmodjo, 2007)
Penyebab:
a) Faktor infeksi
b) Makanan
c) Psikologis
d) Pendidikan
e) Pekerjaan
f) Umur balita
g) Lingkungan
h) Gizi
i) Sosial ekonomi
masyarakat
j) Makanan&minuman
yang dikonsumsi
k) Laktoza(Susu kaleng)
Tandan dan gejala:
a) Sering BAB dengan
konsistensi tinja cair
atau encer
b) Terdapat tanda dan
gejala dehidrasi
c) Keram abdominal
d) Demam
e) Mual dan muntah
f) Anorexia
g) Lemah
h) Pucat
i) Perubahan tanda vital
j) Menurun atau tidak ada
pengeluaran urine
Diare Perilaku ibu
Penanganan awal
diare
a) Memberikan
cairan sebanyak
mungkin
b) Larutan garam
oralit
c) Memberikan daun
jambu
Akibat Diare
Kekurangan cairan
(dehidrasi)
26
2.5 Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Perilaku ibu dalam
Penangganan awal diare pada
balita
27
2.6 Keaslian penelitian
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian
No Nama peneliti Judul Metode Hasil
1 Haryati Ningsih,
Muh. Syafar,
Mappeaty
Nyorong (2011)
Perilaku ibu terhadap
pencengahan dan
pengobatan anak balita
penderita diare di
wilayah kerja
puskesmas belawa
kabupaten wajo
Kualitatif
fenomonologi
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
tindakan yang dilakukan
ibu dalam upaya
pencegahan dan
pengobatan penyakit diare
anak balita adalah
menjaga kebersihan
sanitasi lingkungan
rumah, memberikan
makanan yang bergizi,
memberikan ASI,
mencuci tangan dengan
sabun dan memotong
kuku.
2 Novie E. Mauliku
dan Eka Wulansari
(2012)
Hubungan antara faktor
perilaku ibu dengan
kejadian diare pada
balita di Puskesmas
Batu jajar Kabupaten
Bandung Barat
cross
sectional
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pengetahuan ibu
berhubungan dengan
terjadinya diare p=0,006
(p<0,05), Sikap ibu
berhubungan dengan
terjadinya diare p=0,019
(p<0,05), dan tindakan
ibu berhubungan dengan
terjadinya diare p=0,002
(p<0,05).
3 Lidwina Triastuti
Listianingsih,
Maria Yunita
Indriarini,
Harry Olivia
Sitompul
(2009)
Hubungan pengetahuan
ibu dengan sikap dalam
penangganan awal
diare pada anak
prasekolah di rw 12
Desa Jaya Mekar
Padalarang
cross
sectional
Hasil penelitian adalah
ada hubungan antara
pengetahuan dengan sikap
dalam penanganan awal
diare pada anak
prasekolah di RW 12
Desa Jaya Mekar (p-value
=0,000<0,05).
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan objek atau peristiwa
yang bertujuan untuk mengetahui keadaan yang terjadi pada saat sekarang
(Notoatmodjo, 2012). Peneliti menggunakan desain deskriptif karena bertujuan
untuk mengetahuitingkat perilaku ibu dalam melakukan penanganan awal pada
balita yang mengalami diare di Desa Teguhan Kelurahan Plumbungan Kecamatan
Karangmalang Kabupaten Sragen.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2011). Seseorang yang ingin meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2010).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruhibu yang berada di
desa Teguhan Kelurahan Plumbungan Kecamatan Karangmalang
Kabupaten Sragen sebanyak 57 responden.
29
3.2.2 Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sampling
adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili
populasi yang ada (Nursalam, 2011). Sampel pada penelitian ini adalah
seluruh ibu yang berada di desa Teguhan Plumbungan Kecamatan
Karangmalang Kabupaten Sragen.
Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan totalsampling
yaitu cara pengambilan sampel ini diambil keseluruhan jumlah
sampelnya. Peneliti mengambil semua sampel karena jumlah populasi
tidak begitu banyak sehingga peneliti mengambil semuanya agar hasil
lebih valid. Sampel yang akan diambil adalah seluruhibu yang berada di
Desa Teguhan Kelurahan Plumbungan Kecamatan Karangmalang
Kabupaten Sragen sejumlah 57 responden
1. Kriteria inklusi:
Ibu dari anak balita yang berada diDesa Teguhan Kelurahan
Plumbungan Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen
2. Kriteria eksklusi:
a) Ibu dari anak balita yang sedang sakit pada saat pembagian
kuesioner
b) Ibudengan gangguan mental
c) Ibu dari anak balita dengan jam kerja pagi hingga sore hari
30
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat Penelitian
Tempat Penelitian dilakukan di Desa Teguhan Kelurahan
Plumbungan Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen.
3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2015.
3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
Tabel 3.1 DefinisiOperasional
Variabel Pengertian Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Karakteristik
responden:
Umur
Umur responden
dalam tahun
pada saat
penelitian
berlangsung
Kuesioner
1. 18-27 tahun
2. 28-37 tahun
3. < 40 tahun
Interval
Tingkat
pendidikan
Pendidikan
terakhir yang
dijalani
responden
Kuesioner 1. SMP
2. SMA
3. Perguruan Tinggi
Ordinal
Perilaku ibu
dalam
managemen
diare
Merupakan
beberapa
respon
ibu
tentang
penanganan
diare
Kuesioner Tingkat perilaku ibu:
1. Baik : 76% - 100% 76100 x 19 = 14,4 100100 x 19 = 19
Skore = 14,4 – 19
2. Cukup : 56% - 75% 56100 x 19 = 10,64 75100 x 19 = 14,25
Skore = 10,64 – 14,25
3. Kurang : < 55% 55100 x 19 = 10,45
Skore = 10,45
Ordinal
31
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1 Alat Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah jenis
pengukuran dengan mengumpulkan data secara formal kepada subjek
untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam, 2011).
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah
closedended questions yaitu kuesioner yang sudah tersedia jawabannya
sehingga responden tinggal memilih (Nursalam, 2011). Penelitian ini
menggunakan kuesioner yang berisi karakteristik ibu dan
tingkatperilaku ibu dalam managemen diare. Kuesioner terdiri dari 30
item pernyataan, dinyatakan 20 pertanyaan validdengan jawaban D :
Dilakukan, TD : Tidak dilakukan.
1. Uji Validitas
Uji Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan
tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto
2010). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Penelitian ini
menggunakan uji validitas dengan rumus product moment,
yaitu:
rxy = N. ΣXY − ΣX. ΣY��N ΣX2 − (ΣX)2� �NΣY2 − (ΣY)2�
32
Keterangan :
N : Jumlah responden
rxy : Koefisien korelasi product moment
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Uji validitas dilakukan di Desa Jambangan Kelurahan
Kedawung Kabupaten Sragen pada kuesioner perilaku ibu
dalam penanganan awal diare pada 30 responden. 30 item
pernyataan dinyatakan 20 pertanyaan valid karena nilai t
hitung > t tabel dengan taraf signifikan 5% (0,361).
Instrument dikatakan valid jika nilai rhitung>rtabel (0,361)
(Riwidikwo, 2010).
Yang dinyatakan tidak valid t hitung < t tabel dengan
taraf signifikan 5% ( 0,361) yaitu item
6,7,10,11,17,21,26,28,29, dan 30.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius,
mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban tertentu.
33
Data yang sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun
diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto 2006).
Untuk menguji reliabilitas instrument peneliti
menggunakan Alpha Chronbach dengan bantuan program
komputer SPSS. Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai
berikut:
r11 = � kk − 1� �1 − Σσb2σ2t �
Keterangan
r11 := Reliabilitas Instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Σσb� = Jumlah varian butir
σ2t = Varians total
Hasil uji instrumen dikatakan reabilitas jika nilai alpha
cronbach 's> rkriteria (0,7) (Djemari 2003 dalam Riwidikdo,
2012).Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan
pada 20 item kuesioner didapatkan nilai alpha cronbach
0,940. Dari 20 pertanyaan tersebut dinyatakan 19 pertanyaan
reliabel atau layak diujikan karena nilai alpha croncbach >
0,7 yang berarti kuesioner tersebut layak digunakan.
3.5.2 Cara Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer adalah data atau kesimpulan fakta yang dikumpulkan
secara langsung pada saat berlangsungnya penelitian
34
(Sugiono,2013). Data primer dalam penelitian ini adalah data yag
diambil dari subyek peneliti yang diukur sesudah pemberian
kuesioner tentang pertolongan pertama pada balita yang mengalami
diare.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang ada di desa Teguhan Kelurahan
Plumbungan Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen, literatur
yang relevan dan sumber lain yang mendukung penelitian ini.
3.5.3 Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimulai setelah mengurus surat ijin
pengambilan data yang dikeluarkan oleh Progam Study S-1
Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta yang ditujukan kepada
direktur Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) dan kepada
direktur Puskesmas Karangmalang Sragen. Setelah mendapatkan ijin
melakukan studi pendahuluan, surat diserahkan kepada kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sragen dan
kepala Dinas Kesehatan Sragen. Surat kemudian diserahkan kepada
direktur PuskesmasKarangmalang Sragen agar mendapatkan
persetujuan untuk mengambil data di Rekam Medis Puskesmas
Karangmalang Sragen. Kemudian peneliti memberikan penjelasan
tentang penelitian dan memberikan lembar inform consent untuk
menjadi responden.
35
3.5.4 Tahap Pelaksanaan
Tahap pertama, peneliti menetapkan objek penelitian dengan
pemilihan sampel yaitu semua ibu yang berada di desa Teguhan
Kelurahan Plumbungan Kecamatan Karangmalang Sragen. Tahap
kedua, peneliti melakukan pengambilan data dengan caramemberikan
kuesioner perilaku. Tahap ketiga, peneliti melakukan pengambilan data
penangana awal diare. Tahap keempat, peneliti membuat laporan hasil
penelitian.
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
3.6.1 Pengolahan Data meliputi :
1. Editing atau mengedit data, dimasukan untuk mengevaluasi
kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian kriteria data yang
diperlukan untuk mengunci hipotesis atau menjawab tujuan
penelitian.
2. Coding atau mengkode data merupakan suatu metode untuk
mengobservasi data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam
simbol yang cocok untuk keperluan analisis terhadap hasil observasi
yang dilakukan. Dalam penelitian ini perilaku responden
dikatakanbaikapabilanilai76-100%,cukupapabilanilai56-75%,
36
dankurangapabila nilai< 56% dengan penghitungan skore
Jumlah Jawaban Benar100 x Jumlah Soal
3. Entri data merupakan proses memasukkan data kedalam computer.
4. Tabulasi merupakan proses mengklasifikasikan data menurut criteria
tertentu sehingga frekuensi dari masing-masing item.
3.6.2 Analisa Data
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk
menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian yang Disajikan dalam
bentuk distribusi yang dinarasikan (Notoatmodjo, 2005). Analisa
univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik responden
meliputi umur dan pendidikan terakhir, dan tingkat karakteristik
perilaku ibu dalam melakukan penanganan awal pada balita diare.
Data tersebut akan dideskripsikan menggunakan distribusi frekuensi
dengan ukuran presentase atau proposi(Dahlan, 2008).
3.7 Etika Penelitian
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lai adalah sebagai berikut :
3.7.1 Informed Consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan senelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud
37
dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek
bersedia, maka mereka harus menanda tangani lembar
persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada
dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi perawat,
tujuan dilakukanya tindakan, jenis data yang dibutuhkan,
komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan
terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi,
dan lain-lain.
3.7.2 Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar
alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3.7.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang perilaku Ibu dalam
melakukan penanganan awal pada balita yang mengalami diare di Desa Teguhan
Kelurahan Plumbungan Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen.
Berdasarkan data yang diambil pada tanggal 25 Juli 2015 dengan 57 responden
yang telah memenuhi kriteria. Dari kegiatan penelitian, didapatkan hasil sebagai
berikut :
4.1 Karakteristik responden
Responden dalam penelitian ini adalah Ibu dari anak Balita di Desa
Teguhan Kelurahan Plumbungan Kecamatan Karangmalang Kabupaten
Sragen yang telah sesuai dengan kriteria peneliti dan memiliki
karakteristik yang beragam. Sesuai dengan hasil penelitian, diperoleh data
karakteristik responden sebagai berikut:
4.1.1 Usia responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Ibu di Desa Teguhan
(N=57)
NO Usia
Responden
Frekuensi Persentase (%)
1 18-27 30 52,6
2 28-37 17 29,8
3 < 40 10 17,6
Total 57 100
39
Pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berada
pada usia 18-27 tahun yaitu sebanyak 30 responden (52,6%).
4.1.2 Pendidikan responden
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu di Desa Teguhan
(N=57)
No Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
1 SMP 9 15,8
2 SMA 36 63,2
3 Perguruan Tinggi 12 21
Total 57 100
Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
berpendidikan SMA yaitu sebanyak 36 responden (63,2%).
4.2 Analisis Bivariat
4.2.1 Perilaku Ibu dalam melakukan penanganan awal pada balita yang
mengalami diare di Desa Teguhan Kelurahan Plumbungan Kecamatan
Karangmalang Kabupaten Sragen
Tabel 4.3 Perilaku Ibu dalam melakukan penanganan awal pada balita
yang mengalami diare
(N=57)
No Perilaku Ibu Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 23 40,3
2 Cukup 30 52,6
3 Kurang 4 7,1
Total 57 100
Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar berperilaku Baik
yaitu sebanyak 30 responden (52,6%) dalam melakukan penanganan awal pada
balita yang mengalami diare di Desa Teguhan Kelurahan Plumbungan Kecamatan
Karangmalang Kabupaten Sragen.
40
BAB V
PEMBAHASAN
Pembahasan adalah kesenjangan yang muncul setelah peneliti melakukan
penelitian. Pembahasan penelitian ini memaparkan secara lebih rinci interpretasi
dan diskusi hasil penelitian ini merujuk kepada hasil penelitian, tujuan literatur
dan juga penelitian yang ada sebelumnya.
5.1 Usia
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden
berada pada usia 18-27 tahun yaitu sebanyak 30 responden (52,6%). Usia
mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakinbertambahnya usia akan semakin berkembang pula daya tanggap
danpola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakinmembaik. Semakin tua seseorang akan semakin bijaksana,
semakinbanyak informasi yang dijumpai, dan semakin banyak hal yang
dikerjakansehingga menambah pengetahuannya (Sitompul, 2012)
Seseorang yang makin tua umurnya maka proses perkembangan
mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya
proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur
belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur.
41
Penelitian dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat
berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi
pada umur-umur tertentu mengingat atau menjelang usia lanjut kemampuan
penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang
(Notoatmojo, 2007).
Menurut penelitian Kurniati (2013), menunjukkan bahwa
berdasarkan hasil uji statistik diperoleh bahwa dari 6 variabel yang diduga
sebagai faktor yang berhubungan dengan upaya penanganan diare ternyata
hanya 2 variabel yang memperlihatkan kemaknaan secara statistik yaitu
pengetahuan ibu (P= 0,027) dan dukungan keluarga (0,000).
Pada penelitian ini sebagian besar memiliki rentang usia 18-27
tahun, karakteristik usia tersebut dikarenakan mayoritas responden
melakukan pernikahan setelah menempuh jenjang pendidikan tingkat
menengah, kemudian juga didapatkan responden yang melakukan
pernikahan ditengah menempuh jenjang perguruan tinggi.
5.2 Pendidikan
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden
berpendidikan SMA yaitu sebanyak 36 responden (63,2%). Pendidikan
dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum
seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan
yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya
lebih rendah. Seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki
pengetahuan yang lebih tentang penatalaksanaan diare pada balita
42
dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya lebih rendah
(Notoatmojo, 2007).
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan
dan kebahagiaanya. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah menerima informasi (Wawan & Dewi, 2011).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fediani (2011) dengan judul Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Tindakan
Ibu Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Tanjung Sari.
Adapun hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden mempunyai
tingkat pengetahuan sedang (48%) dengan sebagian besar berpendidikan
SMA (48%). Didapatkan mayoritas tindakan termasuk dalam kategori baik
(58%).
5.3 Perilaku Ibu dalam melakukan penanganan awal pada balita yang
mengalami diare
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar berperilaku
Baik yaitu sebanyak 30 responden (52,6%) dalam melakukan penanganan
awal pada balita yang mengalami diare di Desa Teguhan Kelurahan
Plumbungan Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen.Teori Lawrence
Green (2005) mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat
kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyrakat dipengaruhi oleh 2 faktor
43
pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku
(non-behaviour causes)
Perilaku dalam penatalaksanaan diare pada balita ditentukan atau
terbentuk dari 3 faktor yaitu ; 1.) Faktor predisposisi (predisposing factors)
yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, pendidikan, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. 2.) Faktor pendukung (Enabling
factors) yang terwujud dalam keterampilan orang tua (ibu), fasilitas-fasilitas
atau sarana-sarana kesehatan, ketersediaan pelayanan, dan sebagainya. 3.)
Faktor pendorong (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat (Green, 2005).
Seseorang yang tidak tepat dalam penatalaksanaan diare pada
balita dapat disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui
bagaimana cara yang tepat dan benar dalam melakukan perawatan pada
anaknya (predisposingfactors). Atau barangkali juga karena rumahnya jauh
dari puskesmas tempat untuk membawa anaknya saat mengalami diare
(enabling factors). Sebab lain, mungkin karena para petugas kesehatan
disekitarnya tidak memberikan perawatan yang baik dan benar pada anaknya
(reinforcing factors) (Green, 2005).
Perilaku responden di Desa Teguhan Kelurahan Plumbungan
Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragensebagian besar berada pada
kategori baik dalam melakukan penanganan awal pada balita yang
mengalami diare dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ; sebagian besar
44
responden berpendidikan SMA sehingga pendidikan tersebut mempengaruhi
proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi.
Seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari
media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Namun perlu ditekankan
bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula (Widayatun, 2004).
Faktor lain yang berpengaruh terhadap responden sebagian besar
berada pada kategori baik dalam melakukan penanganan awal pada balita
yang mengalami diare adalah posyandu berjalan dengan rutin, dengan
demikian sebagian besar Ibu di Kelurahan Plumbungan mendapatkan
informasi kesehatan dari kader posyandu yang rutin mengenai berbagai
penanganan masalah kesehatan termasuk penanganan awal diare pada anak.
Fasilitas pelayanan kesehatan terdekat (puskesmas) dapat diakses
masyarakat dengan mudah berpengaruh terhadap responden sebagian besar
berada pada kategori baik dalam melakukan penanganan awal pada balita
yang mengalami diare, aksesibilitas ke fasilitas kesehatan yang berada di
Kelurahan Plumbungan Kabupaten Sragentidak terlalu sulit karena rata-rata
penduduk memiliki kendaraan sendiri dan kendaraan umum untuk dilalui ke
sarana fasilitas kesehatan hal ini sesuai dengan penelitian Rahadi (2012)
diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara keterjangkauan
45
aksessibilitas terhadap upaya penanganan diare. Pemanfaatan fasilitas
pelayanan kesehatan merupakan fungsi dari faktor yang memungkinkan
(pendapatan, jumlah anggota keluarga, pendidikan, dan sebagainya). Faktor
yang mempengaruhi (pengetahuan, perilaku, dan sebagainya), faktor
keterjangkauan (jarak, atau waktu yang di tempuh ke fasilitas kesehatan),
dan tingkat kesehatan yang dirasakan.Terkait dengan transportasi atau akses
berarti cakupanpelayanan kesehatan tergantung dari jarak dan waktu
terhadap suatu fasilitas atau sarana kesehatan.
46
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
6.1.1 Karakteristik responden di Desa Teguhan Kelurahan Plumbungan
Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen menunjukkan bahwa
sebagian besar responden berada pada usia 18-27 tahun yaitu
sebanyak 30 responden (52,6%).
6.1.2 Karakteristik responden di Desa Teguhan Kelurahan Plumbungan
Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen menunjukkan bahwa
sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 36
responden (63,2%).
6.1.3 Perilaku ibudi Desa Teguhan Kelurahan Plumbungan Kecamatan
Karangmalang Kabupaten Sragen diketahui bahwa sebagian besar
berperilaku Baik yaitu sebanyak 30 responden (52,6%) dalam
melakukan penanganan awal pada balita yang mengalami diare.
47
6.2 Saran
6.2.1 Ibu Di Desa Teguhan
Ibu hendaknya aktif mencari pendidikan kesehatan tentang
penanganan awal diare pada Anak sehingga masyarakat mampu
mengetahui dan melaksanakan penanganan awal diare pada anak
dengan benar.
6.2.2 Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Kelurahan Plumbungan
Perawat dan tenaga kesehatan lain dapat melakukan
pendidikan kesehatan ke masyarakat di Desa Teguhan Kelurahan
Plumbungan Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen untuk
meningkatkan pengetahuan Ibu dalam penanganan awal diare pada
Anak.
6.2.3 Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan diharapkan dapat bekerjasama dengan
Instansi kesehatan yang berada di wilayahnya untuk mewujudkan
pelatihan tentang kesehatan khususnya terampil dalam penanganan
awal diare pada Anak. Sehingga kesehatan serta keselamatan anak
terjaga dengan benar.
6.2.4 Peneliti Lain
Peneliti lain dapat melakukan penelitian tdengan mengubah
metode kualitatif tentang pengalaman ibu dalam penanganan awal
diare pada anak.
48
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Asfriyanti. (2003). Pengaruh Keluarga Terhadap Kenakalan Anak. Medan:
Sumatra Utara
AzwaR. (2005). Ilmu Perilaku. Jakarta : CV Sagung Seto.
Dahlan, M.S. (2008). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Deskriptif,
Bivariat dan Multvariat dan Lengkapi Dengan Menggunakan SPSS.
Jakarta : Salemba Medika.
Depkes RI. (2002). Pedoman Pemberantasan Diare. Jakarta :Depkes RI
Depkes RI. (2007). Pedoman Tatalaksana Penderita Diare. Jakarta : Rineka
Cipta.
Depkes RI. (2009). Sitem Kesehatan Nasional. Jakarta
Dinas Provinsi Gorontalo(2013). Data tentang DIARE tahun 2010-2012
Erich (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Firmansyah, A (2009). Tata Laksana Diare Pada Anak. Jakarta: Pendidikan
Berkesinambungan Patologi Klinik.
Hidayat. (2007). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba medika.
Iskandar. (2011). Pedoman Pertolongan Pertama yang Harus Dilakukan Saat
Gawat dan Darurat Medis. Yogyakarta: Andi Offset
Kinney, Raiborn, Cecily A, Michael R. (2009). Cast Accouting: Foundations And
Evolutions 7 Th Edition. South-western : Mason
L. zulkili. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Notoatmodjo. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rieneka
Cipta
Pillitteri A. (2003). Maternal And Child Health Nursing. Care Of The Child
Bearning Family
Potts, nicky L (2007). Pediatric Nursing Caring For Childern And Their Families
Second Editions. New York: Thomson Delmar Learning
Sarwono, S. W. (2004).Psikologi Remaja. (Edisi 8). Jakarta: Raja Grafindo
Pustaka
Soebagyo. (2008). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Diare.
Jakarta : EGC
Sugiyono (2013). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Suriadi & Rita Yuliani (2005). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta
Susi, I(2006). Khasiat Jambu Biji Sebagai Anti Oksidan. Dalam: Buletin
Penelitian Kesehatan; Vol 24: pp. 77-96
Whaley’s dan Wong. (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung : Remaja Rosdakarya