Post on 30-Jan-2016
description
MAKALAH
KAPITA SELEKTA KEILMUAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
Tentang;
Perbedaan Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Oleh
RAZIKIN MASRURINIM 150614806176
Off A
UNIVERSITAS NEGERI MALANGPROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAH RAGA2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan
khidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini terselesaikan dengan lancar.
Adapun pembahasan didalam makalah ini membahas tentang Perbedaan
kurikulum Pendidikan jasmani dan olahraga.
Penulis akan berupaya untuk mengupas tentang bagaimana perbedaan
kurikulum Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Semoga makalah ini bisa
memperluas wawasan kita tentang kurikulum yang berlaku untuk Pendidikan
Jasmani dan Olahraga pada sekolah. Akhirnya, tidak ada gading yang tak retak.
Oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca sangat berharga untuk
perbaikan makalah ini.
Malang, 2015
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
DAFTAR RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di sekolah merupakan salah satu tempat yang menjadi bagian
dari kehidupan anak-anak. Di sekolah, anak banyak melakukan berbagai aktivitas
baik fisik maupun psikis, mulai dari belajar di kelas sampai bermain di halaman
sekolah atau di dalam kelas. Dengan demikian, fungsi dan peran sekolah bagi
perkembangan anak tersebut membawa kehadiran guru di kelas dan teman-taman
siswa di sekolah, semakin meyakinkan bahwa kebermaknaan lingkungan sekolah
dapat memberi pengaruh terhadap tahap-tahap perkembangan belajar anak.
Guru merupakan orang yang sudah dididik dan dipersiapkan secara khusus
dalam bidang pendidikan. Dengan mengusai segenap bekal pengetahuan dan
keterampilan yang bisa menjadikan stimulus bagi perkembangan anak-anak yang
mereka dapatkan di bangku kuliah yang dilengkapi dengan penguasaan ilmu
pengetahuan tentang strategi, teknik dan metode/model dalam pembelajaran.
Dalam konteks perkembangan anak, kehadiran guru merupakan keunggulan dari
pada orang-orang dewasa lainnya. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pengalaman
interaksi pendidikan dengan guru di sekolah khususnya di sekolah dasar akan
membawa interaksi pengalaman anak yang bermakna dari pada dengan sembarang
orang.
Pengaruh sekolah terhadap perkembangan aspek kognitif sangat terlihat
jelas. Kegiatan utama anak di sekolah adalah mengikuti kegiatan belajar yang
sangat berkaitan dengan proses pengembangan kognitif anak. Berbagai penelitian
memberikan kontribusi yang meyakinkan bahwa perkembangan kognitif anak
yang sekolah sangat berbeda dengan anak yang tidak sekolah. Namun, bila ditilik
dari segi muatan isi kurikulum yang eksplisit (explicit curriculum) maupun yang
bersifat implisit (hidden curriculum), banyak unsur-unsur muatan yang bernilai
dengan aspek-aspek sosiomoral lainnya yang terlibat dalam proses interaksi
pendidikan dengan anak di sekolah dasar. Hal itu dapat diartikan, bahwa interaksi
pendidikan di sekolah dasar tidak hanya berkenaan dengan perkembangan aspek
kognitif anak, lebih dari itu juga berkenaan dengan perkembangan aspek afektif,
psikomotor dan aspek pribadi lainnya.
Pendidikan di sekolah harus mempunyai pondasi yang kuat untuk
memupuk aspek-aspek yang ingin dicapai. Pondasi pendidikan adalah bagaimana
sekolah menyediakan kebutuhan belajar dari peserta didik dan memperhatikan
aspek yang akan menjadi tujuan pendidikan melalui kurikulum yang telah
dirancang dan disediakan. Menurut H. H. Giles, S. P. McCutchen, and A. N.
Zechiel (1933) Tujuan dari pendidikan umum adalah untuk memenuhi kebutuhan
individu dalam aspek-aspek dasar dari hidup sedemikian rupa untuk
mempromosikan realisasi sepenuhnya pribadi potensi dan partisipasi yang paling
efektif dalam suatu masyarakat demokratis. Kurikulum dipersiapkan untuk
memenuhi kebutuhan dasar yang mampu diterapkan pada masyarakat.
Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) sekarang dikenal
dengan UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003 menyatakan Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pada kurikulum terdapat
mata pelajaran dengan pokok-pokok isi pembelajaran di dalam pembelajaran
tersebut yang harus ditempuh pada setiap jenjang pendidikan oleh peserta didik.
Dari uraian tersebut di atas, dapat dimaknai bahwa dari sisi perkembangan
anak, sekolah dasar berfungsi dan bertujuan untuk memfasilitasi proses pada tahap
perkembangan belajar anak di sekolah dasar secara menyeluruh, sehingga dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan harapan dan norma yang berlaku di
masyarakat. Meskipun tampaknya sekolah itu sangat dominan dalam
perkembangan aspek intelektual dan kognitif anak, namun sebenarnya sekolah
berfungsi dan berperan dalam mengembangkan segenap aspek perubahan perilaku
dan aspek sosiomoral serta emosi ke arah jenjang selanjutnya yang lebih baik
yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain, agama, bangsa dan negaranya
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Sekolah bagi perkembangan anak sangat penting. Mengingat sekolah
tempat belajar, sekolah juga rumah bagi anak-anak dalam mencari jati diri yang
sebenarnya. Perkembangan anak dimulai dari ia belajar, dengan belajar tersebut
anak akan semakin tumbuh dan berkembang sejalan dengan apa yang ia lihat dan
apa yang ia rasakan. Sekolah sebagai sarana ia berkembang menuju harapan masa
tuanya. Dari berbagai aspek kehidupan, fungsi dan peran sekolah sangatlah luas
dan banyak sekali manfaatnya untuk bekal mereka (siswa) pada nantinya
dikemudian. Dari sekolah itulah anak menjadi tahu dan mengerti pola sikap yang
baik, berkata dan berpikir objektif serta manata kemandiriannya sejalan bersama
tumbuh kembangnya usia.
Dalam kurikulum terdapat isi dan tujuan pendidikan, Mengingat
pertumbuhan dan perkembangan anak pada krikulum terdapat pendidikan jasmani
dan olahraga yang menjadi media belajar dan tempat bereksplorasi untuk ranah
psikomotor. Seperti yang kita tahu pendidikan jasmani dan olahraga pada sekolah
merupakan mata pelajran yang harus ditempuh oleh anak mulai dari jenjang
pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi sekalipun. Pendidikan jasmani
dan olahraga selain memberikan pengalaman bergerak dan bermain melainkan
juga memberikan pengetahuan akan pentingnya kebutuhan gerak dan gaya hidup
sehat pada peserta didik.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengemukakan
yang dimaksud dengan Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran
melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,
mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan
aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara
seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah,
jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa. Sedangkan olahraga
adalah aktivitas fisik yang dilakukan dalam sebuah bentuk permainan yang
bertujuan untuk mengembangkan potensi gerak pada individu maupun kelompok.
Perbedaan antara pendidikan jasmani dan olahraga sudah jelas, namun
pada realita pembelajaran yang berlangsung di sekolah guru sering kali
menyamakan konsep pembelajarannya. Dengan adanya kurikulum pendidikan
jasmani dan olahraga sekarang ini diharapkan guru dapat meraih tujuan yang akan
dicapai oleh peserta didik. Harapan dengan kurikulum yang siswa lulusan sekolah
sudah mempunyai berbagai keterampilan gerak dasar dan siap untuk belajar
keterampilan yang lebih bersifat spesifik dan kompleks pada jenjang berikutnya.
Peningkatan keterampilan gerak, kesegaran jasmani, pengetahuan, dan
sikap positif terhadap Pendidikan Jasmani sangat ditentukan oleh sebuah
kurikulum yang baik. Kurikulum itu sendiri nampaknya terlalu abstraks untuk
didefinisikan secara tegas dan jelas sebab di dalam kurikulum tersebut termasuk
segala sesuatu yang direncanakan dan diterapkan oleh para guru, baik secara
implisit maupun eksplisit. Namun secara sederhana mungkin dapat dikatakan
bahwa kurikulum pada dasarnya merupakan perencanaan dan program jangka
panjang tentang berbagai pengalaman belajar, model, tujuan, materi, metode,
sumber, dan evaluasi termasuk pula ‘apa’ dan ‘mengapa’ diajarkan. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut sudah barang tentu sangat untuk sulit dijawab dengan tegas,
namun demikian pertanyaan tersebut paling tidak akan membantu para guru
dalam menentukan arah program yang dibuatnya.
B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang yang tsudah dipaparkan di atas maka terdapat rumusan
masalah yang menjadi pokok bahasan, diataranya:
1. Apa itu kurikulum?
2. Bagaimana kurikulum Pendidikan Jasmani dan Olahraga?
3. Apa perbedaan kurikulum Pendidikan Jasmani dan Olahraga?
C. Tujuan
1. Untuk menambah pemahaman terhadap kurikulum pendidikan.
2. Memahami kurikulum pendidikan jasmani dan olahraga.
3. Mengetahui perbedaan kurikulum pendidikan jasmani dan olahraga.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kurikulum Pendidikan
1. Pengertian Kurikulum Pendidikan
Kata “kurikulum” sudah di kenal orang sejak ratusan tahun yang lalu.
Secara etimologis, kata” kurikulum” berasal dari bahasa latin yang kata dasarnya
adalah currere, berarti jarak yang harus ditempuh oleh para pelari dari mulai start
sampai finish (Sudjana, 2002). Kata ini digunakan untuk memberi nama lapangan
perlombaan lari. Karena dipakai untuk sebuah perlombaan, pada lapangan tersebut
terdapat garis “start” dan batas “finish”, untuk menunjukan tempat mulai dan
mengakhiri perlombaan. Dalam perkembangannya, kata ini kemudian diadopsi
oleh dunia pendidikan yang berarti sejumlah mata pelajaran di perguruan tinggi.
Kurikulum adalah lingkungan belajar yang dirancang untuk mengembangkan
minat dan kemampuan anak agar dapat berpatisipasi dalam kehidupan masyarakat
dan bangsa (Imron, 2003).
Harold B, Alberty (1965) dalam Nasution (1988 : hal 11) “All of the
activities that are provided for the student by the school”. Kegiatan yang disajikan
oleh sekolah bagi para pelajar. Tidak ada pembatasan antara kegiatan didalam
kelas dan diluar kelas. Menurut Saylor (1956) dalam Nana S. Sukmadinata (1998 :
hal 3) “A curriculum is total effort of the school to going abaout desired out
comes in school and out-of-school situation”. Kurikulum adalah usaha maksimal
dari sekolah untuk mencapai hasil yang diinginkan didalam sekolah dan diluar
situasi sekolah.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, mendifinisikan kurikulum sebagai “seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu”.
Menurut beberapa pengertian para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kurikulum adalah usaha sekolah dalam merencakan kegiatan belajar dan
pembelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk mencapai hasil dan tujuan
yang diinginkan.
2. Tahap Penerapan Kurikulum
Kauffman dalam Purwanto (2009) perencanaan merupakan peroses
penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan
sumber yang diperlukan untuk seefesien dan seefektif mungkin perencanaan
secara umum. Menurut Sudjana adalah proses sistematis sesuai dengan prinsip
dalam pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik secara ilmiah
serta kegiatan yang terorganisasi tentang kegiatan yang dilakukan pada waktu
yang akan datang.
Menurut Beane (1996) perencanaan kurikulum adalah suatu peroses ketika
berbagai komponen dalam berbagai level membuat keputusan tentang bagaimana
seharusnya sebuah tujuan belajar, cara mencapai tujuan tersebut melalui situasi
belajar mengajar, serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode
tersebut.
Berdasarkan berbagai pendapat tentang perencanaan kurikulum tersebut
maka dapat di simpulkan bahwa perencanaan kurikulum sebagai usaha atau
kegiatan yang terorganisir secara sistematis agar berbagai komponen terkait
mampu membuat sebuah perencanaan terhadap bagaimana sebuah kurikulum
dibuat, diimplementasikan, dan dievaluasi guna memperoleh hasil-hasil yang
diinginkan.
Tahap penerapan kurikulum dapat di bagi menjadi beberapa tahap yaitu:
a. Tahap Pengorganisasian Kurikulum (Organizing)
Wayudin (2014) mendifinisikan “pengorganisasian kurikulum merupakan
pola atau desain bahan kurikulum yang tujuannya untuk mempermudah siswa
dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif.
Pengorganisasian kurikulum dapat dilihat dari dua pendekatan yakni
secara struktural dalam kontek manajemen, dan secara fungsional dalam kontek
akademik atau kurikulum (Hamalik, 2007). Secara struktural, organisasi sangat
diperlukan untuk melaksanakan peroses manajemen, yakni (1) organisasi
perencanaan kurikulum, yang di laksanakan oleh suatu lembaga pengembangan
kurikulum, atau suatu tim pengembangan kurikulum, (2) organisasi dalam rangka
pelaksanaan kurikulum, baik pada tingkat daerah maupun tingkat sekolah atau
lembaga pendidikan yang melaksanakan kurikulum, dan (3) organisasi dalam
evaluasi kurikulum, yang melibatkan berbagai pihak dalam peroses evaluasi
kurikulum.
Selanjutnya secara akademik, organisasi kurikulum dikembangkan dalam
bentuk-bentuk organisasi yakni: (1) kurikulum mata pelajaran, yang terdiri dari
sejumlah mata pelajaran secara terpisah, (2) kurikulum bidang studi, yang
memfungsikan beberapa mata pelajaran sejenis, (3) kurikulum integral, yang
menyatukan dan memusatkan kurikulum pada topik atau masalah tertentu, dan (4)
core curriculum, yaitu kurikulum yang berdasarkan masalah kebutuhan siswa.
b. Tahap Penggerakan atau Pelaksanaan Kurikulum (Actuating)
Penggerakan (actuating) lebih ditekankan pada tujuan yang akan dicapai,
pekerjaan yang akan dilakukan, dan orang yang akan melakukannya dalam
pelaksanaan kurikulum tersebut. Pergerakan yang efektif bila dapat membuat
pekerjaan dilakukan dengan pengeluaran waktu, tenaga, dan material yang
minimal, dengan kualitas kerja yang sesuai dengan yang diharapkan.
Hamalik (2010) mengemukakan bahwa pelaksanaan kurikulum dibagi
menjadi dua tingkatan yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan tingkat
kelas. Dalam tingkat sekolah yang berperan adalah kepala sekolah, yaitu
bertanggung jawab untuk melaksanakan kurikulum dilingkungan sekolah yang
dipimpinnya, dan pada tingkat kelas yang berperan adalah guru, yaitu tugas guru
yang diatur secara administrasi tersebut meliputi: (1) pembagian tugas mengajar,
(2) pembagian tugas pembina ekstrakulikuler, dan (3) pembagian tugas bimbingan
belajar.
c. Kontrol Kurikulum
Hamalik (2010) memukakan merupakan kontrol kurikulum dapat
dipandang sebagai peroses pembuatan keputusan-keputusan tentang kurikulum
disekolah atau proses pengajaran yang dibatasi oleh minat-minat pihak luar,
seperti orang tua, karyawan, masyarakat lokal atau masyarakat luas. Lebih lanjut
Hamalik (2010) menegaskan sehubungan dengan kontrol atau pemantauan
kurikulum hal-hal yang dijadikan sebagai sasaran pemantauan adalah;
1. Persiapan pelaksanaan kurikulum yang meliputi lahan, sarana dan prasarana,
tenaga, jadwal, waktu, biaya dan unsur penunjang lainya;
2. Pelaksanaan kurikulum yang terdiri dari program kegiatan, metode/prosedur,
diklat media pendidikan, bimbingan dan pelayanan, penilaian permasalahan
dan hambatan;
3. Hasil pelaksanaan kurikulum atau hasil diklat yang terdiri dari jumlah
lulusan dan kualitas lulusan dan produktifitas serta dampak program
pendidikan;
4. Tindak lanjut pemanfaat diklat, yang terdiri dari penempatan dan
penyebaran lulusan, bidang, tugas, lokasi, pada lembaga apa, siapa pembina,
respon masyarakat dan lain-lain.
3. Faktor yang mempengaruhi penerapan kurikulum
Implementasi Kurikulum dipengaruhi oleh tiga faktor berikut.
a. Karakteristik kurikulum yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu
kurikulum dan kejelasannya bagi pengguna di lapangan.
b. Strategi implementasi yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi,
seperti diskusi profesi, seminar, penataran, loka karya, penyediaan buku
kurikulum, dan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong penggunaan
kurikulum di lapangan.
c. Karakteristik pengguna kurikulum yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap kurikulum, serta kemempuanya
untuk merealisasikan kurikulum dalam pembelajaran.
Sejalan dengan uraian di atas, Mars (1998) mengemukakan tiga faktor
yang mempengaruhi implementasi kurikulum, yaitu dukungan kepala sekolah,
dukungan rekan sejawat guru, dan dukungan internal yang datang dalam diri guru
sendiri. Dari beberapa faktor tersebut guru merupakan faktor penentu disamping
faktor-faktor yang lain.
4. Perinsip Penerapan Kurikulum
Dalam implementasi kurikulum , terdapat berbagai prinsip yang
menunjang tercapainya keberhasilan yaitu:
a. Perolehan kesempatan yang sama
Prinsip ini mengutamakan penyediaan tempat yang memberdayakan peserta
didik secara demokratisdan berkeadilan, untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
b. Berpusat pada anak
Upaya memandirikan peserta didik untuk belajar, berkerja sama, dan menilai
diri sendiri sangat diutamakan, agar peserta didik mampu membangun
kemauan , pemahaman dan pengetahuannya. Penyajiannya disesuaikan
dengan tahapan-tahapan perkembangan peserta didik melalui perkembangan
peserta didik melalui pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
c. Pendekatan dan kemitraan
Pendekatan yang digunakan dalam pengorganisasian pengalaman belajar
berfokus pada kebutuhan peserta didik yang berpariasi dan mengintregasikan
berbagai disiplin ilmu.
d. Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan
Standar kopetensi disusun oleh pusat, dan cara penyampaiannya disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing daerah atau sekolah.
Standar kopetensi dapat dijadiknan acuan penyusunan kurikulum
berdivertifikasi , berdasarkan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta
didik, serta bertaraf internasional.
Permen Nomor 22 Tahun 2006 menetapkan pula prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum. Berikut adalah prinsip pengembangan kurikulum yang
dinyatakan dalam Permen tersebut:
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya
b. Beragam dan terpadu
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmupengetahuan, teknologi, dan seni
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
f. Belajar sepanjang hayat
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
B. Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Olahraga
1. Perjalanan Kurikulum Penjas di Indonesia
Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan
adalah kurikulum pendidikannya. Karena pentingnya maka setiap kurun waktu
tertentu kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar.
Departemen Pendidikan Nasional juga secara teratur melakukan evaluasi terhadap
peraturan yang berkait dengan kurikulum.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi, pengetahuan dan
metode belajar semakin lama semakin maju pesat. Oleh karena itu, tidak mungkin
dalam suatu instansi pendidikan tetap mempertahankan kurukulum lama; hal ini
dikhwatirkan akan mengakibatkan suatu instansi sekolah tidak dapat sejajar
dengan sekolah-sekolah yang lain.
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat. Sementara di
sisi lain, prioritas kebijakan nasional ikut berubah. Begitu pun pola pembiayaan
pendidikan serta kondisi sosial, termasuk perubahan pada tuntutan profesi serta
kebutuhan dan keinginan pelanggan. Semua itu ikut memberikan dorongan bagi
penyelenggara pendidikan untuk selalu melakukan proses perbaikan, modifikasi,
dan evaluasi pada kurikulum yang digunakan.
Di dalam proses pengendalian mutu, kurikulum merupakan perangkat
yang sangat penting karena menjadi dasar untuk menjamin kompetensi keluaran
dari proses pendidikan. Kurikulum harus selalu diubah secara periodik untuk
menyesuaikan dengan dinamika kebutuhan pengguna dari waktu ke waktu.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968,
1975, 1984, 1994, 2004 dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi
logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek
dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
Begitu juga dengan perkembangan dari pendidikan jasmani. Sebab,
kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara
dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua
kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila
dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta
pendekatan dalam merealisasikannya.
a) Kurikulum Tahun 1947 (Rentjana Pelajaran 1947)
Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana
Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih
dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya
meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh
dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana
kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan
maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar
dengan bangsa lain di muka bumi ini.
b) Kurikulum 1952 (Rentjana Pelajaran 1947)
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran
Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan
nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa
setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari.
c) Kurikulum 1964 (Rentjana Pendidikan 1964)
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana
Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari
kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
d) Kurikulum 1968 (Rencana Pendidikan 1968)
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan
sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi
pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang
sehat dan kuat. Tahun 1968 dikenal juga dengan istilah olahraga merupakan
karunia Ilahi, karena orang yang berolahraga harus mempunyai kebugaran tubuh
yang baik.
e) Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan
pendekatan-pendekatan diantaranya sebagai berikut. Berorientasi pada tujuan :
- Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran
memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-
tujuan yang lebih integratif.
- Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
- Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa
mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan
dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
- Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus
respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak
mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam
GBHN 1983 menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan
kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun
1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.
f) Kurikulum 1984 (Kurikulum CBSA)
Ciri-Ciri umum dari Kurikulum CBSA adalah:
- Berorientasi pada tujuan instruksional.
- Pendekatan pembelajaran adalah berpusat pada anak didik; Pendekatan
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
- Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB).
- Materi pelajaran menggunakan pendekatan spiral, semakin tinggi tingkat
kelas semakin banyak materi pelajaran yang di bebankan pada peserta
didik.
- Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
Konsepkonsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian,
baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang
pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa
memahami konsep yang dipelajarinya.
g) Kurikulum 1994
Ciri-Ciri Umum Kurikulum 1994:
- Perubahan dari semester ke Caturwulan (Cawu)
- Dari pola pengajaran berorientasi TEORI belajar mengajar menjadi
berorientasi pada muatan (isi).
- Bersifa populis yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk
semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti
sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri
disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
- Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental,
fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan
bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka,
dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
h) Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK))
Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciriciri sebagai berikut:
- Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.
- Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
- Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
- Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
- Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
i) Kurikulum 2006 (KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Secara substansial, pemberlakuan (baca: penamaan) Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada,
yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan
pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan
bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter), yaitu:
- Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.
- Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
- Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
- Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
- Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan kurikulum berbasis
kompetensi sebelumnya (versi 2002 dan 2004), bahwa sekolah diberi kewenangan
penuh menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada standar-standar
yang telah ditetapkan, mulai dari tujuan, visi – misi, struktur dan muatan
kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan, hingga pengembangan silabusnya.
Pergantian kurikulum adalah suatu keniscayaan yang harus diberlakukan
untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perilaku
dan metode pengajaran yang setiap saat terus berkembang. Untuk menyikapi
pergantian kurikulum maka yang harus disiapkan adalah: Kesiapan dari guru
penjas itu sendiri (apapun kurikulumya apabila guru penjas memahami akan
esensi dari kurikulum maka tidak akan terjadi (permasalahan), kesiapan sekolah,
kesiapan pemerintah dan kesiapan stake holder pendidikan. Semoga analisis dan
gambaran dari kurikulum dan berbagai perubahan-perubahan yang terjadi di
Indonesia ini dapat sedikit memberikan pencerahan tentang kurikulum penjas di
Indonesia, sehingga dapat lebih menimbulkan kearifan dalam proses belajar-
mengajar.
C. Perbedaan Kurikulum Penididikan Jasmani dan Olahraga
1. Pengertian Pendidikan jasmani dan olahraga
Ada yang berpendapat bahwa dua istilah yaitu pendidikan jasmani dan
olahraga mempunyai satu pengertian yang sama, padahal keduanya memiliki
makna yang berbeda. Sebelum mengetahui perbedaan antara pendidikan jasmani
dan olahraga, perlu diketahui definisi istilah dari pendidikan jasmani dan
olahraga.
a. Pendidikan Jasmani
Mata pelajaran Pendidikan Jasmani telah beberapa kali mangalami
perubahan nama. Nama terakhir adalah Pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari system
pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek
kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis,
keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola
hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani,
olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (BSNP 2006:512, 648).
Pendidikan jasmani adalah aktivitas psikomotorik yang dilaksanakan
atas dasar pengetahuan (kognitif), dan pada saat melaksanakannya akan terjadi
perilaku pribadi yang terkait dengan sikap/afektif (seperti kedisiplinan,
kejujuran, percaya diri, ketangguhan) serta perilaku sosial (seperti kerjasama,
saling menolong), atau pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai suatu proses
pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain secara sistematik untuk
meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
yang akan baik pelaksanaannya apabila didukung dengan pengetahuan tentang
cara melakukannya, perilaku hidup sehat, aktif, akan mengembangkan sikap
jujur, disiplin, percaya diri, tangguh, pengendalian emosi, serta kerjasama, dan
saling menolong.
Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1950 tentang dasar-dasar
pendidikan dan pengajaran pasal 9 bahwa "Pendidikan jasmani yang menuju
kepada keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan
merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
sehat dan kuat lahir batin, diberikan pada segala jenis ssekolah". Sedangkan
Pendidikan Jasmani dalam KTSP adalah suatu proses pendidikan melalui
aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,
mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat
serta aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi. Lingkngan belajar diatur secara
seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah,
jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif setiap siswa.
Abdulkadir Ateng (1993) mengemukakan bahwa, pendidikan jasmani
merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai
kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik,
neuromuskuler, intelektual dan emosional. Abdul Gafur dalam Imran (2013)
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai
perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan
sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan
jasmani,kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan,
kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam
rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
Jasmani merupakan aktivitas fisik melalui proses pendidikan yang dilakukan
secara sadar dengan tujuan untuk perkembangan, pertumbuhan dan kesegaran
jasmani serta memperhatikan perkembangan aspek emosional dan intlektual.
b. Olahraga
Pengertian Olahraga (Menpora Maladi) adalah Olahraga mencakup
segala kegiatan manusia yang ditujukan untuk melaksanakan misi hidupnya
dan cita-cita hidupnya, cita-cita nasional politik, sosial, ekonomi, kultural dan
sebagainya. Adapun Menuerut UNESCO mengartikan bahwa olahraga sebagai
“setiap aktivitas tubuh berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan
unsur-unsur alam, orang lain, ataupun diri kita sendiri”.
Cholik Mutohir dalam Imran (2013) Olahraga adalah proses sistematik
yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong
mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah
seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat berupa permainan,
petandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia yang memiliki
Ideologi yang seutuhnya dan berkualitas berdasarkan Dasar Negara atau
Pancasila.
Dengan pengertian beberapa ahli diatas dapat dirumuskan bahwa
Pendidikan olahraga merupakan proses pendidikan yang mengarah pada
pengenalan dan penguasaan keterampilan suatu cabang olahraga. Terdapat
perbedaan pokok yang sangat jelas terutama dalam substansinya. Pendidikan
jasmani akan mengarahkan proses belajar itu pada pengembangan keterampilan
gerak insani sebagai bekal keterampilan hidup (life skill) sedangkan pendidikan
olahraga akan mengarah kepada penguasaan suatu keterampilan cabang
olahraga. Kalaupun substansi proses dari pendidikan jasmani itu berlainan
namun demikian keduanya sama-sama bertendensi perilaku gerak yang
bernuansakan dan bersuasanakan pendidikan.
2. Aspek yang membedakan perancanngan atau Kurikulum Pendidikan
Jasmani dan Olahraga
Ada beberapa aspek yang membedakan antara Pendidikan Jasmani dengan
Olahraga antara lain:
a. Tujuan Pendidikan Jasmani disesuaikan dengan tujuan pendidikan yang
menyangkut pengembangan seluruh pribadi anak didik, sedangkan tujuan
Olahraga adalah mengacu pada prestasi unjuk laku motorik setinggi-tingginya
untuk dapat memenangkan dalam pertandingan.
b. Isi Pembelajaran dalam pendidikan jasmani disesuaikan dengan tingkat
kemampuan anak didik, sedangkan pada olahraga isi pembelajaran atau isi
latihan merupakan target yang harus dipenuhi.
c. Orientasi Pembelajaran pada pendidikan jasmani berpusat pada anak didik.
Artinya anak didik yang belum mampu mencapai tujuan pada waktunya diberi
kesempatan lagi, sedangkan pada olahraga atlet yang tidak dapat mencapai
tujuan sesuai dengan target waktu dianggap tidak berbakat dan harus diganti
dengan atlet lain.
d. Sifat kegiatan pendidikan jasmani pada pemanduan bakat yang dipakai untuk
mengetahui entry behavior, sedangkan pada olahraga bertujuan untuk memilih
atlet berbakat.
Penjas merupakan aktivitas fisik dan dapat berupa permainan. Tujuannya
tidak sama akan tetapi dalam bagian tertentu menunjukkan kaitan satu sama lain.
Berdasarkan dokumen yang resmi, pendidikan jasmani (physical education)
digunakan untuk kalangan pendidikan sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan sedangkan olahraga untuk kegiatan di luar pendidikan yang
berorientasi pada peningkatan prestasi.
Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Pendidikan Jasmani Olahraga
Pemahaman gerak
Berpacu pada satuan kurikulum
Subyeknya pelajar
Pribadi anak seluruhnya
Pengaturan disesuaikan
Gerak kehidupan sehari – hari
Perhatian ekstra pada anak lamban
Prestasi
Bebas
Subyeknya Atlet
Kinerja Motorik
Aturan Baku
Gerak Fungsional Cabang
Ditinggalkan
Tidak mesti dilombakan
Wajib
Selalu Bertanding
Bebas
Dua prinsip utama pendidikan jasmani pertama : menguatamakan
partisipasi semua siswa, kedua : upaya pendidikan harus dapat membentuk
kebiasaan hidup aktif sepanjang hayat. Prinsip yang kedua berkaitan dengan usaha
untuk mencapai kualitas hidup sehat. Bagian penting dari itu adalah kebugaran
atau kesegaran jasmani yang dengan kata lain adalah physical fitness. Sumbangan
penting dari aktivitas jasmani adalah terciptanya derajat kesegaran jasmani. Jadi
kurikulum disiapkan agar semua siswa mendapat bagian dari pendidikan jasamani
dan wajib ditempuh untuk mendapatkan tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran pendidikas jasmani. Tujuannya adalah untuk mendapatakan ilmu
yang lebih banyak dan pengetahuan yang luas mengenai pendidikan jasmani dan
kesehatan. Sedangkan tujuan daripada olahraga adalah untuk mencapai sebuah
prestasi yang diharapkan melalui berbagai macam pertandingan tergantung pada
cabang olahraga yang diikuti. Kurikulum olahraga dirancang unutk siswa agar
menguasai suatu keterampilan dalam sebuah cabang olahraga dan bertujuan untuk
mendapatkan prestasi dalam cabang olahraga tersebut yang bersifat latihan dalam
pelaksanaannya, berbeda dengan pendidikan jasmani dimana siswa diharapkan
mendapat kesegaran jasmani secara menyeluruh melalui aktivitas fisik.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sekolah merupakan tempat dimana anak bangsa mendapatkan ilmu dan
pengetahun yang berguna bagi kehidupan. Terdapat sistem dimana proses
pembentukan jati diri seorang anak dapat diraih melalui pendidikan salah satunya
dengan adanya kurikulum di sekolah. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan
bahwa kurikulum adalah adalah usaha sekolah dalam merencakan kegiatan belajar
dan pembelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk mencapai hasil dan
tujuan yang diinginkan. Kurikulum dirancang sebagai usaha atau kegiatan yang
terorganisir secara sistematis dalam melaksanakan kegiatan belajar dan
pembelajaran agar berbagai komponen terkait mampu membuat sebuah
perencanaan terhadap tujuan yang hendak ingin dicapai dlam sebuah proses
pendidikan.
Dalam kurikulum pendidikan jasmani dan olahraga, terdapat rancangan
yang berbeda baik dalam pelaksanaan, isi atau materi pembelajaran, tujuan serta
aspek-aspek yang menjadi pencapaian bagi siswa. Pada perancangan kurikulum
Pendidikan jasmani mengutamakan partisipasi semua siswa dalam
pelaksanaannya dan upaya pendidikan harus dapat membentuk kebiasaan hidup
aktif sepanjang hayat. Prinsip ini berkaitan dengan usaha untuk mencapai kualitas
hidup sehat. Bagian penting dari itu adalah kebugaran atau kesegaran jasmani
yang dengan kata lain adalah physical fitness. Sumbangan penting dari aktivitas
jasmani adalah terciptanya derajat kesegaran jasmani. Sedangkan perancangan
kurikulum olahraga disiapkan untuk mencapai sebuah prestasi yang diharapkan
melalui berbagai macam pertandingan tergantung pada cabang olahraga yang
diikuti. Olahraga bertujuan untuk mendapatkan kemampuan individu menguasai
suatu keterampilan dalam sebuah cabang olahraga dan bertujuan untuk
mendapatkan prestasi dalam cabang olahraga tersebut berbeda dengan pendidikan
jasmani dimana siswa diharapkan mendapat kesegaran jasmani secara menyeluruh
melalui aktivitas fisik.
Daftar Rujukan
Ahmad, dkk. 1998. Pengembangan Kurikulum. Bandung : CV Pustaka Setia.
Amran. 2013. Pendidikan Jasmani dan Olahraga. POR: Universitas Negeri Makasar http://berachunk-amrank.blogspot.co.id/2013/09/defenisi-penjas-dan-olahraga.html
Ateng, A. 1993. Pendidikan Jasmani Di Indonesia. Jakarta: Yayasan Ilmu Keolahragaan Guna Krida Prakasa Jati.
Beane, J. A. 1996. Curriculum integration “desining the core of democratic ednukation”. New York and London: Teacher College Press: Colombia University.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS).
Giles, H. H., S. P. Mc. Cutchen, and A. N. Zechiel. 1933. Exploring the Curriculum: The Work of the Thirty Schools from the Viewpoint of Curriculum Consultants. New York and London: Published By Harper & Brothers
Hamalik, O. 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hamalik, O. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosadakarya.
Imron. A. 2003. Manajemen Pendidikan, Analisis Substantif dan Aplikasinya dalam Institusi Pendidikan. Malang. Universitas Negeri Malang.
Mulyasa. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution. 1988. Asas-asas Kurikulum. Bandung: Jemmars Bandung.
Nasution, S. (1990). Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Citra Aditya Bakti.
Rink, J. & Chair. Reston. 1995. Moving into the future: National Standars for physical education. National Association for Sport and Physical Education/AAHPERD. USA: Mosb.
Purwanto, N. 1998. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Peraturan Mentri. 2006. PERMEN tentang Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum.
Sudjana, N. 2002. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di sekolah. Bandung: Sinar Barn Algesindo.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Wahyudin, D. 2014. Manajemen kurikulum. Bandung: PT. Remanaja Rosdakarya.