Post on 12-Jan-2020
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PERBANYAKAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULAR (CMA)
PADA MEDIA BAHAN ORGANIK DAN UJI KOMPATIBILITAS
PADA DUA VARIETAS RAMBUTAN (Nephelium sp.)
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Magister
Program Studi Biosain
Oleh
Dwianna Oktasari
S901008004
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERBANYAKAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULAR (CMA)
PADA MEDIA BAHAN ORGANIK DAN UJI KOMPATIBILITAS
PADA DUA VARIETAS RAMBUTAN (Nephelium sp.)
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Magister
Program Studi Biosain
Oleh
Dwianna Oktasari
S901008004
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
Dwianna Oktasari. S901008004. 2012. Perbanyakan Cendawan Mikoriza
Arbuskular (CMA) Pada Media Bahan Organik dan Uji Kompatibilitas
Pada Dua Varietas Rambutan (Nephelium sp.). TESIS. Pembimbing I: Prof.
Dr. Sugiyarto, M.Si., Pembimbing II: Dr. Edwi Mahajoeno, M.Si. Program Studi
Biosain, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Abstrak
Penggunaan CMA sebagai pupuk hayati merupakan jalan keluar yang baik
bagi tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan perbanyakan CMA untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Pemanfaatan bahan organik sebagai media tanam
untuk perbanyakan CMA menyediakan perspektif baru yang dapat dilakukan
secara mudah, murah, dan ramah lingkungan. Tujuan dari penelitian ini: 1) untuk
mengetahui media tanam berupa bahan organik yang berpengaruh terhadap
perbanyakan CMA. 2) untuk mengetahui kompatibilitas CMA yang dihasilkan
dari media tanam bahan organik terhadap dua varietas tanaman rambutan.
Penelitian ini dilakukan dua tahap. Tahap pertama perbanyakan CMA
menggunakan inang Pueraria yang ditanam pada tanah dan bahan organik, yaitu:
tanah (K0), tanah+serasah (K1), tanah+sebuk gergaji (K2), dan campuran
tanah+serasah+serbuk gegaji (K3) yang dengan 1 faktor dan 5 ulangan. Tahap
kedua adalah uji kompatibilitas CMA hasil perbanyakan, diaplikasikan pada
tanaman rambutan varietas Rapiah dan Cibulus. Kedua varietas ditanam pada
media tanah (T0), tanah+kompos (T1), tanah+arang sekam (T2), dan
tanah+kompos+arang sekam (T3) dengan 1 faktor dan 3 ulangan. Analisis data
menggunakan ANOVA pada taraf 5%.
Macam kombinasi bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap
perbanyakan CMA. Pengaruh tertinggi diperoleh pada media kontrol. Jenis spora
yang teridentifiksi yaitu Genus Acaulospora, sp., Glomus, sp 1., dan Glomus,
sp2. Kompatibilitas CMA yang dihasilkan pada dua varietas tanaman rambutan
dalam media tanam bahan organik yang berbeda menunjukkan pengaruh yang
nyata dan pengaruh tertinggi terdapat pada media tanah (kontrol).
Kata kunci: CMA, Media organik, Kompatibilitas, Rambutan
vi
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
Dwianna Oktasari. S901008004. 2012. Multiplication Of Arbuscular
Mycorrhiza Fungi (AMF) Trough A Media Of Organic Material And
Compatibility Test On Two Varieties Of Rambutan (Nephelium sp.).
THESIS. Supervisor I: Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si., Supervisor II: Dr. Edwi
Mahajoeno, M.Si. Bioscience, Postgraduate Program Sebelas Maret University of
Surakarta.
Abstract
The use of arbuscular mycorrhiza fungi (AMF) as a biological fertilizer is
a good solution for plants. Therefore it is necessary for the multiplication of the
AMF to meet those needs. Utilization of organic materials as media for the
propagation of the CMA provides a new perspective that can be made easy,
inexpensive, and environmentally friendly. The purpose of this study: 1) to know
the media of organic material effect on the propagation of AMF. 2) to know the
compatibility of AMF produced from organic media toward two varieties of
rambutan.
The research was conducted in two phases. The first phase was the
multiplication of AMF using Pueraria’s host planted on soil and organic materials,
i.e. soil (K0), soil+litter (K1), soil+sawdust (K2), and a mixture of
soil+litter+sawdust (K3) of the 1 factor and 5 repetitions. The second phase was
the compatibility test of CMA resulted was applied to rambutan Rapiah and
Cibulus varieties. Both varieties are planted in the soil (T0), soil+compost
(T1), soil+arang sekam (T 2), and soil +compost+arang sekam (T3) with 1 factor
and 3 repetitions. Analysis of data using ANOVA the extent of 5%.
Variety of combinations of organic materials do not significantly affect the
propagation CMA. Obtained the highest influence on the soil media. Types of
spores identified the Genus Acaulospora, sp., Glomus, sp 1., And Glomus, sp2. Compatibility CMA produced in two varieties of rambutan in the growing media
of different organic materials show the influence of the real and ultimate effect
present in the soil (control).
Key words: AMF, organic media, Compatibility, Nephelium, sp.
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang terkasih yang sangat
kucintai dan berarti dalam hidupku Ayah Jatmiko, S.Pd.I. dan Ibu Nurniar
Chaniago, Suamiku Sa’dulloh Muzammil, M.Pd., Calon buah hatiku, Ibu
Mertuaku Hj. Jamilatun, Abangku Nurul Huda Eko Cahyadi, S.Hut.,
serta Adikku Dhuha Aprilianto, A.Md. yang telah mendoakan,
memberi curahan pengorbanan, dorongan, untaian
doa dalam setiap nafas yang terlalui, dan
dengan sabar menunggu kelulusanku.
Untuk Kakak Iparku Mas Aguswan Khotibul Umam, M.S. dan Mbak Tri
Darmastuti, S.Pd., Mas Sayadi, S.Ag. dan Mbak Nasyiatun Budiarti,
S.Ag., serta keponakanku Mariszayyan Nurraihan, Fatkhan Afiful
Akbar, Naila Salwa Salsabila, Syahroza Farassofa, dan si kecil
Qisya Azka Fariza atas dukungan dan semangatnya.
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Betapa banyak jalan keluar yang datang setelah rasa putus asa dan betapa
banyak kegembiraan datang setelah kesusahan. Siapa yang berbaik
sangka pada pemilik ‘Arasyi, dia akan memetik manisnya buah
yang di petik di tengah-tengah pohon berduri
(L.G. Hazala)
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah, SWT. Yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
dengan judul ” Perbanyakan Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA) Pada
Media Tanam Bahan Organik dan Uji Kompatibilitas Pada Dua Varietas
Tanaman Rambutan (Nephelium sp.)”.
Nilai penting penelitian ini adalah untuk mendapatkan hasil terbaik dalam
perbanyakan CMA dengan penggunaan berbagai media bahan organik dan uji
kompatibilitasnya pada dua varietas tanaman rambutan yang dilihat dari besarnya
infeksi CMA pada akar tanaman.sehingga dapat memberi kontribusi bagi
khasanah ilmu pengetahuan dan implementasi teknologi tepat guna bagi
masyarakat.
Dalam penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak baik moril maupun materiil. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan penyusunan tesis. Semoga bantuan, dukungan, dan dorongan yang
telah diberikan mendapatkan limpahan barokah dari Allah S.W.T.
Disadari bahwa dalam penulisan ini terdapat kekurangan dan keterbatasan
yang dimiliki penulis, walaupun telah berupaya segala kemampuan untuk lebih
teliti, tetapi masih dirasakan banyak kelemahan dan kekurangan, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini lebih bermanfaat.
Surakarta, Agustus 2012
Penulis,
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah, SWT. Yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
dengan judul ” Perbanyakan Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA) Pada
Media Tanam Bahan Organik dan Uji Kompatibilitas Pada Dua Varietas
Tanaman Rambutan (Nephelium sp.)”. Dalam kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin untuk
mengadakan penelitian ini.
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya mengikuti pendidikan pascasarjana ini.
3. Bapak Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pascasarjana
Biosain sekaligus Pembimbing Kedua atas saran, arahan, dan bimbingan yang
telah diberikan.
4. Bapak Dr. Edwi Mahajoeno, M.Si., selaku Pembimbing Pertama atas
perhatian, saran, arahan, nasehat, dan bimbingan yang telah diberikan kepada
penulis.
5. Ibu Dr. Siti Chalimah, M.Pd., selaku Dosen Universitas Muhammadiyah
Surakarta atas nasehat, perhatian, arahan, dan saran, yang telah diberikan
kepada penulis.
6. Kepala UPT sub Laboratorium Biologi Universitas Sebelas Maret yang telah
berkenan mengijinkan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.
7. Teman satu tim penelitian penulis, Hesti Nur Laili, atas kerjasama dan
bantuan selama penelitian.
8. Dodik Lutfianto, M.Si., atas bantuan dan dukungan selama penelitian dan
penyusunan tesis.
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
9. Semua teman-teman Jurusan Biosain Pascasarjana UNS angkatan 2010, atas
kebersamaan, persahabatan, dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan tesis ini.
Semoga Allah, SWT. Membalas semua kebaikan yang telah mereka
berikan dan penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat.
Surakarta, Agustus 2012
Penulis
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS ................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................ vi
ABSTRACT .............................................................................................. vii
PERSEMBAHAN ..................................................................................... viii
MOTTO.......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................... x
UCAPAN TERIMAKASIH ....................................................................... xi
DAFTAR ISI .......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Mikoriza............................................................... ........................... 7
B. Media tanam untuk Perbanyakan CMA .......................................... 9
C. Media Tanam dan Kompatibilitas CMA Pada Tanaman
Rambutan........................................................................................... 13
D. Kerangka berpikir ........................................................................... 18
E. Hipotesis ........................................................................................ 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan tempat penelitian ........................................................ 23
B. Alat dan bahan penelitian .............................................................. 23
C. Rancangan penelitian .................................................................... 23
D. Prosedur Penelitian .......................................................................... 24
E. Pengambilan/pengumpulan data ..................................................... 27
F. Analisis data ................................................................................... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perbanyakan CMA pada Media Bahan Organik .............................. 29
B. Uji Kompatibilitas CMA pada Dua Varietas Tanaman Rambutan
(Nephellium, sp.) ............................................................................... 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN ............................................................................. 41
B. SARAN ......................................................................................... 41
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 43
LAMPIRAN ............................................................................................. 47
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kandungan unsur hara pada serasah Sengon.................................... 11
Tabel 2. Komposisi unsur hara serbuk gergaji dan arang sekam.................... 12
Tabel 3. Komposisi unsur hara pada beberapa kotoran hewan....................... 17
Tabel 4. Jumlah spora hasil perbanyakan menggunakan inang
Pueraria dalam berbagai media perbanyakan (25g)........................... 29
Tabel 5. Persentase infeksi akar pada tanaman rambutan varietas
Rapiah dan Cibulus............................................................................ 34
Tabel 6. Hasil Analisis Kimia Tanah.............................................................. 47
Tabel 7. Kandungan kimia kotoran ayam........................................................ 47
Tabel 8. Hasil analisis deskriptif persentase infeksi akar pada varietas
Rapiah................................................................................................ 48
Tabel 9. Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %
pada varietas Rapiah.......................................................................... 49
Tabel 10. Hasil analisis deskriptif persentase infeksi akar pada varietas
Cibulus ........................................................................................... 49
Tabel 11. Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %
pada varietas Cibulus....................................................................... 50
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema kerangka berpikir ............................................................. 21
Gambar 2. Jenis spora yang ditemukan dalam perbanyakan CMA
menggunakan media bahan organik............................................. 32
Gambar 3. Grafik persentase infeksi akar pada tanaman rambutan
varietas Rapiah dan Cibulus......................................................... 34
Gambar 4. Kompatibilitas CMA pada Varietas Rapiah (kiri) dan
Varietas Cibulus (kanan) pada media tanah (kontrol)
(1a dan 1b), tanah+kompos (2a dan 2b), tanah+arang sekam
(3a dan 3b), dan campuran antara tanah+kompos+arang sekam
(4a dan 4b)................................................................................... 36
Gambar 5. Tanaman Pueraria pada media perbanyakan umur 2 minggu (a),
1 bulan (b), dan 3 bulan (c)......................................................... 51
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mikoriza merupakan hubungan simbiosis mutualisma antara cendawan
dengan akar tanaman. Struktur tersebut dibentuk dari dua pasangan, yaitu
cendawan dan akar (Miyasaka, 2003). Dalam interaksi ini cendawan menerima
karbohidrat (gula) dan faktor-faktor yang mempercepat pertumbuhan yang berasal
dari tanaman dan sebaliknya akar tanaman dalam pertumbuhan hidupnya
mendapatkan sumber nutrisi yang lebih banyak dari dalam tanah dengan bantuan
penyerapan yang lebih luas dari organ-organ mikoriza pada sistem perakaran
(Santoso, et.al., 2006).
Tanaman yang bermikoriza biasanya tumbuh lebih baik daripada yang
tidak bermikoriza. Hal ini terjadi karena mikoriza secara efektif dapat
meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan beberapa unsur hara mikro.
Selain itu, CMA mempunyai kemampuan spesifik dalam meningkatkan
penyerapan P dari bentuk P yang sukar larut menjadi bentuk yang tersedia bagi
tanaman pada tanah-tanah marginal yang ketersediaan P nya rendah (Utama, et
al. 2003). CMA juga berperan dalam mengatasi kekurangan air dari pori-pori
tanah pada saat akar tanaman kesulitan dalam mendapatkan air.
Cendawan mikoriza arbuskular (CMA) mampu memperbanyak jalinan
hifa yang berfungsi untuk menyerap unsur hara pada jaringan korteks tanaman
dan membentuk cabang-cabang hifa (arbuskular) sehingga terjadi pertukaran hara
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
antara cendawan dengan tanaman (Turk, et al., 2006). Selama CMA masih
berasosiasi dengan tanaman maka perbanyakan hifa akan berlangsung secara
intensif dan akan terus menginfeksi jaringan korteks tanaman, sehingga kebutuhan
tanaman akan unsur hara tetap terpenuhi (Ruairidh, et al., 1993).
Setiap jenis CMA memiliki kemampuan yang berbeda-beda di dalam
membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman (Tian et al., 2004). Menurut
Chalimah (2007), hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam perbanyakan
inokulum adalah inang yang kompatibel, tempat tumbuh, dan lingkungan. Satu
hal yang penting untuk memproduksi inokulum CMA adalah media tumbuh yang
cocok. Tanah merupakan media tumbuh yang umum digunakan. Untuk produksi
inokulum, CMA memerlukan kandungan P yang cukup yang dapat diserap
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Namun, kelebihan P akan
mengurangi kolonisasi dan produksi spora (Basrudin, 2005).
Lebih dari 90% jenis tanaman yang ada di alam dapat berasosiasi dengan
simbion mikoriza. Kompatibilitas antara CMA dan tanaman budidaya adalah
kemampuan kedua simbion melakukan fungsi simbiosis secara penuh (Burrows
and Pfleger, 2000). Melalui simbiosis antara CMA dengan akar tanaman, CMA
mampu memperbaiki tingkat serapan hara dan air terutama unsur fosfat dan
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan patogen tanah. Secara tidak
langsung CMA dapat meningkatkan pembentukan dan penyebaran akar tanaman
melalui hifa eksternal yang mengakibatkan meningkatnya serapan unsur hara lain
oleh tanaman (Ruairidh, et al., 1993).
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Kompatibilitas CMA pada tanaman juga dapat dilihat dari kemampuan
CMA dalam memberikan hormon pada tanaman. Auksin yang diberikan pada
tanaman dapat berfungsi untuk mencegah atau memperlambat proses penuaan
akar, dengan demikian fungsi akar sebagai penyerap unsur hara dan air
diperpanjang (Mansur, 2007).
Salah satu tanaman budidaya yang perlu mendapat perhatian adalah
tanaman rambutan. Alasannya karena sebagai komoditas non-migas, rambutan
merupakan buah yang cukup penting untuk di ekspor ke manca negara
(Mahisworo, et al., 2001). Produksi buah rambutan mengalami kenaikan hingga
kurang lebih dua kali lipat pada tahun 2003. Pada tahun 2007 mencapai 705.823
ton. Namun terdapat banyak hambatan dalam bertanam rambutan, mulai dari
teknik penyiapan bibit, penanggulangan hama dan penyakit, sampai pengolahan
panen. Oleh karena itu, penelitian untuk meningkatkan mutu buah yang
memenuhi standar ekspor dalam hal ukuran dan mutu serta keterampilan petani
terhadap teknologi budidaya rambutan perlu ditingkatkan (Tim Karya Tani
Mandiri, 2011).
Bagi tanah-tanah pertanian, kandungan bahan organik di dalam tanah
sangat penting. Kandungan unsur hara pada lapisan permukaan tanah tergantung
pada tinggi rendahnya bahan organik di dalam tanah (Tim Karya Tani Mandiri,
2011). Masukan bahan organik akan meningkatkan kandungan bahan organik
tanah sehingga kapasitas penyangga tanah semakin tinggi. Masukan bahan
organik ke dalam tanah juga dapat menurunkan derajat keasaman tanah dan tanah
menjadi gembur (Mahisworo, et al., 2001). Selain aplikasi CMA pada media
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
pertanaman rambutan, untuk menambah kesuburan tanah pada pertanaman
rambutan dapat diberi tambahan pupuk kompos dan pupuk organik berupa arang
sekam.
Aplikasi CMA sebagai pupuk hayati pada tanaman rambutan diharapkan
kompatibel terhadap tanaman karena salah satu yang sangat berpengaruh dalam
budidaya tanaman rambutan adalah tanah yang gembur dan subur yang banyak
mengandung bahan organik serta air yang cukup untuk pertumbuhannya (Tim
Karya Tani Mandiri, 2011). Dalam budidaya rambutan, pemupukan merupakan
hal yang sangat menentukan peningkatkan perbanyakan buah rambutan. Namun
sejauh ini, petani rambutan masih sangat mengandalkan pupuk buatan berupa
campuran pupuk urea, TSP atau SP-36, dan KCI. Seperti diketahui bahwa pupuk
buatan memiliki manfaat yang bersifat sementara baik bagi tanaman maupun
lahan budidaya karena penggunaan pupuk buatan yang terus menerus akan
berpengaruh pada penurunan kualitas fisik dan kimia tanah (Mahisworo, et al.,
2001). Selain itu, keamanan produk makanan merupakan salah satu kendala yang
harus dihadapi karena umumnya buah rambutan dibuka dengan cara digigit
sehingga keberadaan residu pupuk buatan pada kulit rambutan merupakan sebuah
permasalahan yang signifikan. Tingginya tingkat residu pupuk buatan pada
tanaman rambutan mengakibatkan merosotnya pangsa pasar ekspor buah
rambutan (Tim Karya Tani Mandiri, 2011).
Untuk mengurangi penggunaan pupuk buatan maka penggunaan CMA
merupakan solusi yang baik dalam budidaya tanaman rambutan karena melalui
hifa eksternal, CMA mampu meningkatkan serapan hara immobil dari dalam
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
tanah (terutama P) sehingga dapat mengurangi gejala defisiensi dan menghemat
penggunaan pupuk NPK. Inokulasi CMA pada tanaman jagung meningkatkan
hasil sekitar 62% dibandingkan dengan menggunakan pupuk buatan (NPK)
(Nwaga, et.al., 2000) sehingga residu tanaman terhadap pupuk buatan dapat
diatasi.
Permasalahnnya adalah upaya untuk memperbanyak inokulan mikoriza
dalam skala besar masih sulit dan proses perbanyakannya memakan waktu yang
lama. Selain itu penggunaan mikoriza masih mendapatkan kesulitan karena
dalam aplikasi penggunaannya membutuhkan jumlah yang relatif besar. Seiring
dengan perkembangan dan untuk meningkatkan pemanfaatan CMA, dirasakan
perlu dicarikan alternatif bahan pembawa lain yang lebih ekonomis dan mudah
didapat serta digunakan, tanpa harus mengurangi kualitas dari inokulan cendawan
mikoriza. Selain itu, pemilihan isolat CMA yang benar-benar kompatibel dengan
tanaman yang dibudidayakan perlu dilakukan. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut maka pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan produksi rambutan
berupa penggunaan CMA sebagai pupuk dapat dijadikan solusi dalam budidaya
rambutan.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh macam kombinasi bahan organik sebagai media tanam
terhadap perbanyakan CMA?
2. Bagaimana kompatibilitas CMA yang dihasilkan pada dua varietas tanaman
rambutan dalam media bahan organik yang berbeda?
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh macam kombinasi bahan organik sebagai media
tanam terhadap perbanyakan CMA.
2. Untuk mengetahui kompatibilitas CMA yang dihasilkan pada dua varietas
tanaman rambutan dalam media bahan organik yang berbeda.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi perkembangan
ilmu dan menentukan kebijakan mengenai metode yang tepat dalam penggunaan
media bahan organik untuk perbanyakan CMA dan kompatibilitasnya terhadap
tanaman rambutan sehingga dapat diaplikasikan oleh masyarakat untuk
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman rambutan.
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mikoriza
Banyak Faktor biotik dan abiotik yang menentukan perkembangan CMA.
Faktor-faktor tersebut antara lain suhu, tanah, kadar air tanah, pH, bahan organik
tanah, intensitas cahaya dan ketersediaan hara. Suhu yang relatif tinggi akan
meningkatkan aktivitas cendawan. Suhu Optimum untuk perkecambahan spora
sangat beragam tergantung pada jenisnya. Suhu yang tinggi pada siang hari ( 5
) tidak mengham at perkem angan akar dan aktivitas fisiologi M Peran
mikori a han a menurun pada suhu di atas (Mosse ). Pada tanaman
yang tumbuh di daerah kering, adanya CMA menguntungkan karena dapat
meningkatkan kemampuan tanaman untuk tumbuh dan bertahan pada kondisi
yang kurang air.
Radiasi rendah, hari pendek, dan fotosintesis yang rendah akan
mengurangi penyebaran akar yang bermikoriza (James, et.al., 2002). Beberapa
laporan mengungkapkan bahwa kolonisasi akar berkurang pada cahaya rendah
dalam hubungannya dengan suplai karbohidrat. Kolonisasi lebih tinggi pada
intensitas cahaya yang lebih tinggi dalam hubungannya dengan konsentrasi gula
di akar (Smith dan Read, 1997). Meningkatnya jumlah karbohidrat (gula) di akar
sehingga membuat tanaman lebih peka terhadap infeksi oleh CMA.
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
Cendawan pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan pH tanah.
Meskipun demikian daya adaptasi masing-masing spesies CMA terhadap pH
tanah berbeda-beda karena pH tanah mempengaruhi perkecambahan,
perkembangan, dan peran mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman (Clark, 1997).
Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Nwaga, et.al. (2000)
bahwa tingkat perkecambahan CMA bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan
pH tanah. Pada tanaman jagung dan sorgum, rata-rata 44%-62% spora
berkecambah dalam kisaran pH 3,8-6,7 tetapi optimum sekitar pH 5 dan 6.
Cendawan mikoriza arbuskula mempunyai kemampuan untuk dapat
meningkatkan kapasitas penyerapan nutrisi karena CMA berperan dalam
memperluas bidang perakaran dan mampu meningkatkan mobilitas dan transfer
unsur hara makro (P, N, dan K) maupun mikro (Cu dan Zn) dari tanah ke tanaman
karena CMA bekerja dengan cara menginfeksi sistem perakaraan tanaman inang
kemudian memperbanyak jalinan hifa secara intensif untuk memenuhi kebutuhan
tanaman (Turk, et al., 2006).
Selain itu penggunaan pupuk hayati dengan CMA dapat memberikan
manfaat dalam perbaikan kesuburan tanah dan peningkatan daya tahan tanaman
terhadap kekeringan karena CMA dapat melindungi butir-butir tanah dengan cara
memperbaiki struktur tanah sehingga stabilitas agregat tanah meningkat. Struktur
hifa yang menyebar di dalam tanah mampu meningkatkan luas areal untuk
penyerapan hara dan air untuk ditranslokasikan ke tanaman (Suhardi, 2003).
Adanya hifa eksternal pada tanaman bermikoriza menyebabkan CMA mampu
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
mengagregasi butir-butir tanah sehingga kemampuan tanah menyimpan air
meningkat (Nwaga, et.al. (2000).
Kolonisasi akar pada CMA diawali dari pertumbuhan hifa dari ketiga
sumber inokulum (spora, hifa, atau potongan akar terinfeksi CMA). Kemudian
rizosfer mengalami perluasan dan hifa tumbuh menuju akar. Meskipun ada
peningkatan pertumbuhan hifa pada akar, hifa tidak selalu langsung tumbuh
menuju akar, sampai hifa-hifa tersebut benar-benar sangat dekat dengan akar.
Sekali terjadi kontak, langsung terjadi percabangan pada permukaan akar.
Rangsangan prekolonisasi disebabkan oleh adanya flavonoid hasil eksudat akar
(Smith dan Read, 1997).
Studi tentang CMA dalam bersimbiosis secara ekosistem alami dengan
jelas menggambarkan berbagai keuntungan diberbagai iklim dan geografis.
Secara praktek perlu dipertimbangkan manajemen dan inokulasi CMA yang
memerlukan pengetahuan yang lebih tentang berfungsinya kedua mitra simbiosis.
Kompleksitas ekosistem alami mencerminkan kenyataan adanya interaksi antara
tanaman yang berhubungan dengan mikroba, seperti CMA (Read, 2002).
B. Media tanam untuk Perbanyakan CMA
Mengingat besarnya manfaat yang dihasilkan dalam pengguanaan CMA
pada tanaman maka penelitian mengenai mikoriza telah mulai dilakukan, dan
usaha untuk perbanyakannya harus mulai ditingkatkan. Namun dalam
perbanyakan CMA masih terdapat beberapa kendala yaitu teknik perbanyakan
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
CMA yang efektif dan efisien belum tersedia. Pemanfaatan bahan organik
sebagai media tanam untuk perbanyakan CMA diharapkan menyediakan
perspektif baru untuk memungkinkan dilakukan perbanyakan CMA secara
mudah dan murah serta ramah lingkungan.
Menurut Simanungkalit, et. al. (2006), bahan organik yang berasal dari
sisa tanaman umumnya sedikit mengandung bahan berbahaya yang dapat
mencemari lingkungan. Bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting
seperti: (1) penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn,
Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Penggunaan
bahan organik dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah
yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang;
(2) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah; dan (3) dapat membentuk
senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan
Mn.
Bahan organik merupakan salah satu komponen penyusun tanah yang
penting di samping bahan anorganik, air, dan udara. Bahan organik juga berperan
sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan
aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman. Bahan organik
memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung
tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah
dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun (Fiqa, 2010).
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
Salah satu bahan organik yang akan dimanfaatkan sebagai media untuk
perbanyakan CMA dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan serasah dan
serbuk gergaji. Serasah pada umumnya terdiri dari bermacam-macam bagian
tumbuhan yang jatuh ke tanah, yaitu daun, bunga, buah, ranting, dan cabang.
Serasah memiliki peran penting karena merupakan sumber humus, yaitu
lapisan tanah teratas yang subur. Serasah juga menjadi rumah dari serangga
dan berbagai mikro organisme lain. Serasah memiliki kandungan bahan
organik lignin (40-60%), polifenol (20-30%), sellulosa (50-60%) (Fiqa, 2010).
Berikut adalah kandungan C, N, P, dan K yang terdapat pada beberapa serasah
tanaman (Tabel 1.).
Tabel 1. Kandungan unsur hara pada serasah Sengon
No Tanaman %Ca %N Fe %P %K
1 Sengon 5,61 1,33 2,10 0.85 0,36
Sumber: Puslitbang Kehutanan (2011)
Kayu merupakan jenis tumbuhan tropis yang sangat banyak dijumpai di
Indonesia, tetapi hasil dari proses industri penggergajian kayu
kebanyakan menyisakan limbah padat berupa serbuk gergaji dan serpihan
kayu yang terbuang menumpuk di suatu lokasi tertentu yang dapat mengganggu
kondisi lingkungan sekitar, sehingga diperlukan penanganan terhadap limbah
padat hasil kayu tersebut.
Salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah memanfaatkannya
menjadi produk yang bernilai tambah dengan teknologi aplikatif dan
kerakyatan, sehingga hasilnya mudah disosialisasikan kepada masyarakat.
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
Salah satunya yaitu dengan memanfaatkan serbuk gergaji tersebut sebagai media
tanam. Pada industri penggergajian kayu, 40% yang menjadi limbah
terdiri dari serbuk gergaji (15%) dan serpihan kayu (25%). Kayu memiliki
komposisi antara lain selulosa 40-50%, hemiselulosa 20-30%, lignin 25-30%
(Pari, 2002). Tabel 2. adalah komposisi unsur hara yang terdapat pada serbuk
gergaji dan arang sekam.
Tabel 2. Komposisi unsur hara serbuk gergaji dan arang sekam
No Jenis %N %P %K %Ca
1 Serbuk gergaji 1,33 0.07 0,50 1,44
2 Arang sekam 0,32 0.15 0,31 0.96
Sumber: BPTP-Banten (2011)
Digunakannya serasah dan serbuk gergaji sebagai media karena
merupakan bahan organik yang belum banyak digunakan sebagai bahan pembawa
inokulan CMA. Selain itu, sekarang ini semakin sedikit tanah pertanian yang
dapat dimanfaatkan untuk pertanaman karena bergeser menjadi lahan pemukiman
dan pusat industri. Penggunaan serasah dan serbuk gergaji sebagai media tanam
diharapkan dapat menggantikan peran tanah sebagai media yang sering digunakan
sehingga dapat meningkatkan nilai guna serasah dan serbuk gergaji bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
C. Media Tanam dan Kompatibilitas CMA Pada Tanaman Rambutan
Buah rambutan (Nephelium, sp.) merupakan buah populer di kawasan
ASEAN, khususnya di tanah air dan di negara Jiran Malaysia, tempat asal buah
rambutan. Rambutan merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvi
dengan famili Sapindacaeae. Tanaman buah tropis ini dalam bahasa Inggrisnya
disebut Hairy Fruit. Di Indonesia, buah ini diberi nama rambutan. Kata
"rambutan" berasal dari bentuk buahnya yang mempunyai kulit menyerupai
rambut. Hingga saat ini telah menyebar luas di daerah yang beriklim tropis
seperti Filipina dan negara-negara Amerika Latin dan ditemukan pula di daratan
yang mempunyai iklim sub-tropis. Di Indonesia, sentra produksi buah rambutan
tersebar dibeberapa pulau antara lain pulau Sumatera (Aceh dan Riau), pulau Jawa
khususnya di Bekasi, Kuningan, Malang, Probolinggo, Lumajang dan di Garut,
serta di Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat (Tim Karya Tani Mandiri,
2011).
Berdasarkan data yang ada, terdapat 22 jenis rambutan baik yang berasal
dari galur murni maupun hasil okulasi atau penggabungan dari dua jenis dengan
galur yang berbeda. Ciri-ciri yang membedakan setiap jenis rambutan dilihat dari
sifat buah (dari daging buah, kandungan air, bentuk, warna kulit, panjang rambut).
Dari sejumlah jenis rambutan diatas hanya beberapa varietas rambutan yang
digemari orang dan dibudidayakan (Tim Karya Tani Mandiri, 2011).
Menurut Mahisworo, et al. (2001), rambutan merupakan tanaman yang
dimanfatkan terutama pada buahnya dan dibudidayakan orang karena selain
rasanya yang enak, juga memiliki nilai ekonomis yang relatif tinggi. Buah
rambutan dapat dikonsumsi langsung (buah segar) ataupun diolah menjadi buah
kaleng dan manisan buah rambutan. Selain sebagai buah segar yang digemari,
buah rambutan juga mempunyai gizi, zat tepung, sejenis gula yang mudah terlarut
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvii
dalam air, zat protein dan asam amino, zat lemak, enzim-enzim yang esensial dan
nonesensial, vitamin dan zat mineral makro, mikro yang menyehatkan keluarga.
Kayu pohon rambutan bagus sekali untuk kayu bakar. Akar tanaman ini
dapat dimanfaatkan untuk obat demam, kulit kayunya untuk obat radang mulut,
dan daunnya untuk obat sakit kepala sebagai tapal (popok). Selain itu ada pula
sebagian masyarakat yang memanfaatkan tanaman rambutan sebagai pohon
pelindung di pekarangan karena tanamannya dapat mencegah erosi tanah, atau
sebagai tanaman hias (Mahisworo, et al., 2001).
Tanaman rambutan tumbuh dan berbuah baik di dataran rendah hingga
ketinggian 500 m dpl dengan curah hujan antara 1.500-3.000 mm per tahun dan
merata sepanjang tahun. Tanaman rambutan akan dapat tumbuh berkembang serta
berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 25 oC dan. Sinar matahari harus dapat
mengenai seluruh areal penanaman. Kekurangan sinar matahari dapat
menyebabkan penurunan hasil atau buah kurang sempurna (kempes). Tanah yang
diinginkan tanaman rambutan adalah tanah yang gembur dan subur.
Tingkat/derajat keasaman tanah (pH) yaitu antara 6 - 6,7. Tanah masam dengan
pH kurang dari 5,5 kurang mendukung tanaman untuk tumbuh baik dan perlu
dilakukan pengapuran terlebih dahulu (Mahisworo, et al., 2001).
Melihat semakin meningkatnya permintaan konsumen dan persaingan
petani dalam menghasilkan buah rambutan, serta besarnya manfaat rambutan, hal
ini menjadikan rambutan sebagai komoditi primadona yang memiliki prospek
cukup cerah di Asia dan di negara-negara lainnya. Pasar dalam negeri maupun
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxviii
pasar luar negeri masih merupakan lahan pemasaran yang menjanjikan sehingga
sangat tepat untuk membudidayakan buah rambutan secara intensif dengan
didukung oleh teknik budidaya yang baik dan kondisi alam yang ada. Maka perlu
dilakukan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi rambutan secara
tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, salah satu aspek agronomi yang
berperan adalah teknik budidaya yang tepat, mulai dari pembibitan sampai
pemanenan. Oleh karena itu perlu diusahakan cara budidaya yang baik dan
berbasis teknologi organik yang berorientasi pada kualitas, kuantitas dan
kelestarian lingkungan. Media tanam untuk pertumbuhan rambutan merupakan
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya rambutan. Tanah yang
dipakai terus-menerus untuk menanam dan mengembangkan tanaman tanpa
melakukan pemeliharaan atau perbaikan-perbaikan akan berkurang kesuburannya.
Untuk mendapatkan produksi tanaman yang baik diperlukan kandungan bahan
organik dan unsur hara yang cukup di dalam tanah.
Menurut Sutanto (2006), bahan organik merupakan bahan pembenah tanah
yang sangat baik karena dapat meningkatkan pembentukan agregat tanah yang
stabil sehingga aerasi tanah menjadi lebih baik serta lebih mudah ditembus
perakaran tanaman, membantu mencegah terjadinya erosi, meningkatkan
ketersediaan unsur hara N, P, K, dan Si, memperbaiki draenase tanah,
meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air sehingga tidak mudah
hilang dari jerapan tanah akibat evapotranspirasi. Selain itu, bahan organik juga
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxix
mengandung humus yang mampu meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah
sehingga kesuburan tanah dapat meningkat dan pada akhirnya dapat
meningkatkan produktivitas tanaman.
Kompos merupakan salah satu bahan organik yang dapat dijadikan sebagai
pupuk organik. Kompos yang digunakan dapat berasal dari sisa tanaman dan
kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Selama
ini sisa tanaman dan kotoran hewan tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan
sebagai pengganti pupuk buatan. Kompos yang baik adalah yang sudah cukup
mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna yang sudah berbeda dengan warna
bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan sesuai suhu ruang.
Kompos merupakan salah satu komponen untuk meningkatkan kesuburan tanah
dengan memperbaiki kerusakan fisik tanah akibat pemakaian pupuk anorganik
(kimia) pada tanah secara berlebihan yang berakibat rusaknya struktur tanah
dalam jangka waktu lama (Purwanto, et. al., 2007). Tabel 3. adalah komposisi
unsur hara yang terkandung pada kotoran ayam.
Tabel 3. Komposisi unsur hara pada beberapa kotoran hewan.
No Jenis Kotoran %N %P %K
1 Sapi 0.40 0.20 0,10
2 Kambing 0.60 0.30 0,17
3 Domba 0.75 0.50 0,45
4 Ayam 1.00 0,80 0,40
5 Kerbau 0,60 0,30 0,34
Sumber: Puslitbang Pertanian Deptan ( 2007)
Selain kompos, penggunaan arang sekam sebagai campuran media dapat
dimanfaatkan. Sekam padi merupakan salah satu produk samping dari proses
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxx
penggilingan padi yang selama ini hanya menjadi limbah dan belum dimanfaatkan
secara optimal. Sekam padi merupakan lapisan keras yang terdiri dari dua bentuk
daun, yaitu sekam kelopak dan sekam mahkota. Saat proses penggilingan padi,
sekam akan terpisah dari butiran beras dan menjadi bahan sisa/limbah dari
penggilingan padi. Dari penggilingan padi akan menghasilkan sekitar 25% sekam,
8% dedak, 2% bekatul & 65% beras. Ditinjau dari komposisi kimia, sekam padi
mengandung beberapa unsur kimia penting yaitu kadar air (9,02%), protein kasar
(3,03%), lemak (1,18%), serat kasar (35,68%), abu (17,17%) dan karbohidrat
(33,71%) (Nugroho, 2009).
Penggunaan CMA sebagai pupuk hayati pada tanaman rambutan juga
diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman karena CMA memiliki peranan
yang besar dalam pertumbuhan tanaman. Cendawan mikoriza arbuskula adalah
simbion penting dalam perakaran karena mampu bersimbiosis dengan sebagian
besar spesies tanaman (90 %) (Miyasaka, et.al., 2003), diantaranya adalah
tanaman komersial kelompok tanaman pangan, hortikultura, kehutanan,
perkebunan, dan pakan ternak (Smith dan Read, 1997). Penambahan CMA dan
penggunaan bahan organik berupa kompos dan arang sekam pada tanah pertanian
diharapkan akan mampu meningkatkan fungsi dan produktivitasnya sehingga
memberikan kesempatan kepada tanaman untuk tumbuh dengan baik.
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxi
D. Kerangka Berpikir
Penggunaan pupuk hayati mikoriza pada tanaman merupakan salah satu
upaya dalam rangka perbaikan kesuburan biologi tanah karena tanaman yang
bermikoriza biasanya tumbuh lebih baik dari pada tanaman yang tidak
bermikoriza. CMA yang berkualitas baik dapat diperoleh dengan cara teknik
perbanyakan yang baik. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk perbanyakan
CMA yaitu dengan menggunakan inang dan bahan organik sebagai media tanam
berupa serasah dan serbuk gergaji. Setiap tanaman inang memiliki tingkat
infektivitas yang berbeda-beda dalam kemampuannya memberikan respons dalam
simbiosisnya dengan mikoriza.
Selain pemilihan inang, menurut Nurbaity, et.al., (2009), perbanyakan
CMA juga dipengaruhi oleh media sebagai bahan pembawa inokulan cendawan
mikoriza arbuskular. Media yang digunakan sebagai inokulan sangat berpengaruh
terhadap sporulasi dan tingkat infeksi akar yang akan dihasilkan. Mengacu pada
pernyataan tersebut maka dalam penelitian ini, selain untuk mengetahui bahan
organik berupa serasah, serbuk gergaji, dan campuran serasah dan serbuk gergaji
sebagai media tanam terbaik untuk perbanyakan inokulan CMA, juga akan
diaplikasikan pada tanaman rambutan untuk mengetahui kompatibilitasnya serta
media tanam yang baik untuk produksi tanaman rambutan.
Dalam budidaya rambutan, untuk menghasilkan tanaman rambutan yang
berkualitas baik maka diperlukan varietas tanaman yang berkualitas baik pula.
Varietas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rambutan varietas Rapiah
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxii
dan Cibulus. Pemilihan kedua varietas ini didasarkan karena varietas Rapiah
merupakan rambutan yang berasal dari varietas unggul di Indonesia. Sedangkan
untuk varietas Cibulus, merupakan varietas lokal Indonesia. Namun dalam
budidayanya, baik rambutan varietas Rapiah maupun Cibulus masih mengalami
kendala berupa rendahnya produksi yang dihasilkan untuk setiap panennya.
Dengan menggunakan dua varietas rambutan yang memiliki keunggulan yang
berbeda nantinya dapat dilihat apakah pemberian CMA dan penggunaan media
bahan organik akan memberikan pengaruh yang nyata pada kedua varietas.
Salah satu penyebab rendahnya produksi pada tanaman rambutan dapat
dipengaruhi oleh kekahatan P di dalam tanah. Pertumbuhan tanaman rambutan
sangat membutuhkan unsur N, P, dan K. Kekurangan unsur yang berlebih dapat
menurunkan produktivita tanaman, bahkan dapat menyebabkan kematian. Di
dalam tanah, P total berada dalam jumlah yang banyak. Masalahnya, jika P
difiksasi (diikat) oleh Al dan Fe di dalam tanah maka menjadi tidak atau kurang
tersedia bagi tanaman. Oleh karena itu harus dilakukan pemeliharaan terhadap
tanah dengan sebaik-baiknya agar terdapat keseimbangan antara pengambilan
hasil dan pemeliharaan tanah.
Untuk menghasilkan buah yang baik, diperlukan unsur hara yang
seimbang. Unsur hara ini ini diperoleh dari media tanamnya berupa tanah.
Namun, ketersediaan unsuh hara di dalam tanah tidak selamanya sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan tanaman. Pengambilan hasil yang terus menerus tanpa
diimbangi dengan pemeliharaan tanah menyebabkan tanah tidak akan mampu lagi
memberikan jaminan hidup bagi tanaman. Oleh karena itu, untuk memenuhi
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiii
ketersediaan unsur hara dibutuhkan penambahan pupuk, baik aplikasi mikoriza
pada tanaman maupun penambahan kompos dan arang sekam pada tanaman.
Kompos merupakan salah satu komponen yang dapat meningkatkan
kesuburan tanah dengan memperbaiki kerusakan fisik tanah akibat pemakaian
pupuk anorganik (kimia) pada tanah secara berlebihan yang berakibat rusaknya
struktur tanah dalam jangka waktu lama. Penggunaan kompos yang mempunyai
kandungan N, P dan K yang tinggi sebagai media tanam dapat mensuplai unsur
hara yang dibutuhkan tanah dan memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik.
Untuk penggunaan arang sekam sebagai campuran media karena media
tanam sekam bakar bersifat steril, poros, banyak mengandung unsur hara, dan
ringan untuk mobilisasi sehingga semua tanaman bisa tumbuh baik dengan
menggunakan sekam bakar. Namun kandungan unsur hara arang sekam tidak
sebanyak yang ada pada pupuk buatan.
Penambahan kompos dan arang sekam pada media tanam diharapkan
dapat meningkatkan kesuburan tanah dan kualitas tanah menjadi baik, serta
aplikasi CMA pada tanaman dapat mencukupi kebutuhan tanaman akan unsur
hara dan zat-zat makanan yang diperlukan sehingga pertumbuhan dan
perkembangan tanaman menjadi tinggi. Dengan demikian nantinya akan
didapatkan produksi buah rambutan yang memiliki kualitas dan kuantitas yang
lebih baik.
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiv
Aplikasi dan uji Kompatibilitas
Gambar 1. Skema kerangka berpikir.
Inang Pueraria
Media:
Tanah (Kontrol)
Serasah Angsana
Serbuk gergaji kayu jati
Peningkatan jumlah spora
meningkat
CMA hasil perbanyakan
Media:
Tanah (Kontrol)
Kompos kotoran ayam
Arang sekam padi
Tanaman rambutan
Kompatibel
Persentase kolonisasi pada akar
Perbanyakan CMA
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxv
E. Hipotesis
3. Terdapat pengaruh macam kombinasi bahan organik sebagai media tanam
terhadap perbanyakan CMA.
4. Terdapat kompatibilitas CMA yang dihasilkan pada dua varietas tanaman
rambutan dalam media tanam bahan organik yang berbeda.
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Demakan, Kecamatan Mojolaban,
Kabupaten Sukoharjo, Surakarta selama 12 bulan, mulai dari bulan Mei 2011
sampai dengan Mei 2012.
B. Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag, kertas label,
seedbox, alat tulis, gelas air mineral, mikroskop, cawan petri, saringan berukuran
450 µm, 250 µm dan 45 µm, pinset, botol flakon, pipet, gelas preparat, gelas ukur,
timbangan, ependorf, dan sentrifuge. Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah media tanam berupa serasah kayu Angsana dan serbuk
gergaji kayu Jati, kompos kotoran ayam, arang sekam, bibit rambutan varietas
Rapiah dan Cibulus, air, aquades, hiponex merah, larutan HCl, larutan KOH,
larutan trypan blue, dan gliserol.
C. Rancangan Penelitian
Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan untuk
menguji hipotesis, penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap.
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvii
1. Tahap I
Pada tahap pertama untuk perbanyakan CMA, tanaman Pueraria yang
digunakan sebagai inang ditumbuhkan pada media tanam bahan organik berupa
sisa-sisa tanaman. Media yang digunakan berupa media bahan organik, terdiri
dari: tanah (K0), tanah+serasah (K1), tanah+sebuk gergaji (K2), dan campuran
tanah+serasah+serbuk gegaji (K3) dengan 5 ulangan.
2. Tahap II
Pada tahap kedua untuk uji kompatibilitas pada tanaman rambutan, CMA
yang diperbanyak dari media tanam bahan organik pada tahap I diaplikasikan
pada tanaman rambutan varietas Rapiah dan Cibulus. Media tanam yang
digunakan untuk menanam rambutan yaitu: tanah (T0), tanah+kompos (T1),
tanah+arang sekam (T2), dan campuran tanah+kompos+arang sekam (T3). Disain
percobaan diterapkan dalam 1 faktor dengan 3 ulangan.
D. Prosedur Penelitian
A. Tahap I
1. Pengisian polibag
Media tanam yang digunakan untuk perbanyakan CMA berupa
tanah (K0), tanah+serasah (K1), tanah+sebuk gergaji (K2), dan campuran
tanah+serasah+serbuk gegaji (K3) dimasukkan ke dalam masing-masing
gelas air mineral berukuran 250 ml dengan perbandingan 1:1.
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxviii
2. Penanaman
Tanaman pueraria yang telah dikecambahkan dan berumur 2
minggu (telah muncul 2 daun) ditanam pada media tanam kemudian
diberi CMA pada media tanam yang telah dimasukkan ke dalam gelas air
mineral 250 ml.
3. Pemeliharaan
Pemeliharan CMA dilakukan dengan cara penyiangan gulma dan
penyiraman tiap 2 hari sekali. Selain itu, setelah tanaman berumur 45
hari, tanaman diberi larutan hiponix merah untuk memacu terbentuknya
kolonisasi spora. Pertumbuhan tanaman Pueraria pada umur 2 minggu, 1
bulan, dan 3 bulan dapat dilihat pada lampiran (Gambar 5.).
4. Pemanenan
Pemanenan mikoriza dilakukan setelah mikoriza berumur 7 bulan
dan siap untuk di panen. Tanaman inang yang berumur 7 bulan
selanjutnya dipanen dengan memisahkan antara akar dan pangkal batang.
Kemudian 25g masing-masing media perlakuan+akar yang terinfeksi
mikoriza disieving dengan menggunakan saringan bertingkat ukuran 450
µm, 250 µm, dan 45 µm. Hasil saringan pada ukuran 45 µm kemudian
ditambahkan aquades sampai 20ml, larutan gula 50 % sampai 45 ml,
kemudian disentrifuse dengan kecepatan 2000 rpm selama 5 menit.
Pengamatan dan penghitungan spora dilakukan dengan menggunakan
mikroskop binokuler 10x4. Penghitungan spora dilakukan berdasarkan
sistem tuang saring basah Paccioni (1993).
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxix
B. Tahap II
1. Pengisian polibag
Aplikasi CMA pada 2 varietas tanaman rambutan dimulai dengan
mempersiapkan media tanam berupa tanah (T0), tanah+kompos (T1),
tanah+arang sekam (T2), dan campuran tanah+kompos+arang sekam
(T3). Kemudian media tersebut masing-masing dimasukkan ke dalam
polybag.
2. Penanaman
Mula-mula biji rambutan dikecambahkan pada media persemaian.
Perkecambahan rambutan dilakukan dengan cara membenamkan
masing-masing benih varietas tanaman rambutan, yaitu varietas Rapiah
dan varietas Cibulus ke dalam media tanam. Setelah rambutan berumur
1,5 bulan kemudian dipindahkan pada polibag pada masing-masing
perlakuan. Bersamaan dengan itu CMA diaplikasikan pada rambutan.
Penanaman rambutan dilakukan di green house untuk menghindari
sengatan sinar matahari secara langsung.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman rambutan meliputi penyiraman, dan
penyiangan gulma. Penyiraman dilakukan setiap hari pada awal
penanaman. Setelah tanaman berumur 2 minggu penyiraman dilakuak
setiap 2 hari sekali.
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xl
4. Pemanenan
Pemanenan rambutan dilakukan setelah tanaman berumur 3 bulan
di polibag.
E. Pengambilan atau Pengumpulan Data
1. Tahap I
Variabel bebas untuk perbanyakan CMA berupa penggunaan media tanam.
Variabel pengamatan yang digunakan adalah penghitungan jumlah spora dan
identifikasi spora sebagai variabel terikat.
2. Tahap II
Variabel bebas pada uji kompatibilitas CMA berupa penggunaan media
tanam. Variabel pengamatan pada tanaman rambutan adalah analisis persentase
infeksi akar oleh mikoriza sebagai variabel terikat. Untuk menghitung persentase
infeksi akar, hal pertama yang harus dilakukan yaitu memisahkan akar dan batang
rambutan yang telah dipanen. Kemudian akar dicuci bersih sampai tidak terdapat
lagi tanah, kompos, dan arang sekam yang menempel pada akar. Sampel akar
yang diambil yaitu akar lateral. Setelah itu, sampel akar dimasukkan pada flakon
dan diberi larutan KOH 10%. Setelah itu akar dikukus selama 30 menit.
Kemudian larutan KOH 10% dibuang dan akar dicuci kembali sampai bersih
dengan air. Setelah itu akar diberi larutan HCl 2% dan dikukus kembali selama
15 menit. Kemudian larutan HCl 2% dibuang dan akar dicuci kembali sampai
bersih dengan air. Setelah itu akar diberi larutan trypan blue dan dikukus kembali
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xli
selama 15 menit. Setelah itu akar didiamkan selama 1 hari untuk diamati
persentase infeksi akarnya.
Cara mengamati persentase infeksi akar yaitu dengan memotong akar yang
telah diberi larutan trypan blue sepanjang 1 cm dan masing-masing potongan
diletakkan pada slide. Kemudian diberi larutan gliserol dan ditutup menggunakan
gelas preparat. Setelah itu akar bisa diamati dibawah mikroskop untuk
mengetahui besarnya persentase infeksi akar (Brundrett, 1996).
F. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan ANOVA. Uji lanjut menggunakan
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlii
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perbanyakan CMA pada Media Bahan Organik
Penelitian perbanyakan CMA dilakukan dengan menggunakan media yang
terdiri dari tanah sebagai kontrol, tanah+serasah, tanah+serbuk gergaji, dan
campuran antara tanah+serasah+serbuk gergaji. Berikut adalah Jumlah spora
hasil perbanyakan menggunakan inang Pueraria dalam berbagai media
perbanyakan (25g) (Tabel 4).
Tabel 4. Jumlah spora hasil perbanyakan menggunakan inang Pueraria dalam
berbagai media perbanyakan (25g).
Media Jumlah spora
Tanah (Kontrol) 86
Tanah+Serasah 32
Tanah+Serbuk gergaji 57
Tanah+Serasah + Serbuk gergaji 18
Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa perbanyakan CMA terbaik
terdapat pada tanah (kontrol), disusul kemudian tanah+serbuk gergaji,
tanah+serasah, dan terakhir campuran antara tanah+serasah+serbuk gergaji.
Untuk tanah+serbuk gergaji dan tanah+serasah, produksi CMA pada
tanah+serbuk gergaji menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan
tanah+serasah dan campuran antara tanah+serasah+serbuk gegaji.
Dalam penelitian ini tidak dapat dipastikan apakah penyebab rendahnya
pembentukan spora pada media bahan organik terdapat pada unsur hara yang
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliii
terkandung pada media karena tidak dilakukannya analisis kandungan kimia pada
masing-masing media bahan organik. Namun melihat pada data pendukung yang
didapat dari sumber yang ada terlihat bahwa komposisi unsur hara, terutama P
yang terkandung pada serasah dan serbuk gergaji (Sumber: Puslitbang Kehutanan
(2011) dan BPTP-Banten (2011) lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan P
pada tanah yang di ambil dari gunung Kidul (Lampiran Tabel 6.). Digunakannya
serasah Sengon sebagai acuan karena Sengon merupakan satu famili dengan
Angsana yang digunakan dalam penelitian, yaitu berasal dari famili Leguminosae.
Dengan melihat kandungan P pada Sengon diharapkan memiliki kedekatan
dengan Angsana.
Menurut Klironomos et al (2000), kolonisasi di dalam akar dan produksi
spora oleh CMA dipengaruhi oleh cendawan itu sendiri, lingkungan (pH tanah,
suhu, kelembaban tanah, intensitas cahaya, dan P tanah) dan inang. Besarnya
jumlah spora yang diproduksi CMA pada tanah (kontrol) disebabkan karena CMA
sangat baik pertumbuhannya pada media yang sedikit atau kurang kandungan
bahan organiknya, atau yang disebut dengan tanah marginal.
Pada tanah marginal, unsur-unsur makro terutama P yang dibutuhkan oleh
tanaman yang terfiksasi oleh unsur lain, dengan adanya simbiosis antara tanaman
inang dan CMA pada tanah marginal maka kemampuan tanaman untuk menyerap
hara P dapat ditingkatkan. Hal ini didukung oleh Barea dan Jeffries (2001),
bahwa simbiosis CMA dengan tanaman memainkan peran kunci untuk membantu
tidak hanya ketahanan hidup tanaman, tetapi menjadikan produktif dalam kondisi
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliv
tanah marginal. Dengan demikian aktifitas kerja CMA untuk menjerap air dan
unsur hara, terutama P lebih responsif dibandingkan pada ketiga media yang lain.
Menurut Rainiyati (2007), perbedaan lingkungan berupa jenis media, hara
tanaman, kelembaban, dan intensitas cahaya juga sangat mempengaruhi tingkat
perkembangan spora. Pada penelitian terlihat bahwa masing-masing media
memiliki tingkat kelembaban yang berbeda. Pada media tanah, air lebih cepet
diserap oleh tanaman dibandingkan pada media yang lain, dan pada media
tanah+serasah terlihat lambat dalam proses penyerapan air. Hal ini karena
kelembaban di dalam media lebih tinggi.
Jika dibandingkan antara penggunaan media tanah+serasah dengan
tanah+serbuk gergaji, jumlah spora lebih besar diperoleh pada penggunaan media
tanah+serbuk gergaji. Berkaitan dengan hubungannya pada kelembaban media,
hal ini kemungkinan disebabkan karena kandungan kimia berupa lignin pada
serbuk gergaji lebih rendah, yaitu 25-30% (Pari, 2002) dibandingkan dengan
kandungan lignin pada serasah, yaitu 40-60% (Fiqa, 2010). Menurut Fiqa (2010),
bahan organik yang mengandung senyawa lignin sukar untuk didekomposisi
karena tersusun atas senyawa siklik yang sukar diputus atau dirombak menjadi
senyawa yang lebih sederhana. Hal ini menyebabkan jika dilakukan penyiraman
pada tanaman, air menjadi sukar diserap sehingga media tanam menjadi lembab.
Menurut Khade dan Adholeya (2009), di dalam media yang tergenang air,
kekurangan oksigen dapat menghambat pembentukan dan perkembangan spora
dan tingkat infeksi cendawan terhadap akar tanaman.
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlv
Jenis spora yang ditemukan dalam penelitian perbanyakan CMA dengan
menggunakan bahan organik ini antara lain terdiri dari Acaulospora, sp., Glomus,
sp 1., dan Glomus, sp2 (Gambar 2.). Jenis spora diidentifikasi dengan cara
mikroskopis dengan melihat karakteristik morfologi dengan mencocokkannya
menggunakan buku Working with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture
(Brundrett, 1996) yang berisi gambar inventaris jenis spora.
Glomus, sp1 Glomus, sp2 Acaulospora, sp.
Gambar 2. Jenis spora yang ditemukan pada perbanyakan CMA menggunakan
media bahan organik pada perbesaran 10x4.
Karakteristik dari spora Glomus, sp1 yaitu spora berbentuk bulat, berwana
kuning sampai cokelat, relatif kecil, permukaan relatif halus, dan dinding tebal
berwarna orange. Glomus, sp2 berupa spora bulat, berwarna kuning cokelat,
permukaan relatif halus, dinding spora tebak berwarna cokelat muda dan menebal
pada daerah pelekatannya. Untuk Acaulospora, sp., spora berbentuk bulat,
berwarna kuning, permukaan spora halus, dan dinding spora tebal. Proses
perkembangan spora Glomus dimulai dari ujung hifa yang membesa (yang disebut
Clamidospora) sampai ukuran maksimal. Untuk jenis Acaulospora, proses
perkembangan spora dimulai dari ujung hifa (Substanding terminus) yang
membesar seperti spora (hifa terminus). Antara substanding terminus dan hifa
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvi
terminus akan muncul bulata kecil yang makin lama makin besar dan membentuk
spora (Budi, 2009).
Pada penelitian ini, spesies CMA yang mendominasi pada setiap media
adalah dari genus Glomus. Spora Glomus yang ditemukan dalam penelitian ini
umumnya berbentuk bulat, transparan, kuning muda, sampai cokelat tua. Dinding
spora berjumlah satu lapis tebal. Spora yang ditemukan ada yang berkelompok
dan ada yang sendiri-sendiri. Spora Acaulospora berbentuk bulat dan berwarna
cokelat.
Clark (1997) menyatakan bahwa kemampuan suatu spesies CM A disuatu
lingkungan sangat dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi spesies terhadap
lingkungan setempat. Ini menunjukkan bahwa genus Glomus memiliki tingkat
adaptasi yang tinggi. Hal in didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Chalimah dan Mahajoeno (2008) pada lahan kering dan berkapur, yang
menyatakan bahwa genus Glomus mempunyai penyebaran tertinggi dibandingkan
spesies lain yang ditemukan. Anggota CMA genus Glomus dapat tumbuh baik
dan lebih berhasil pada tanah terganggu (Oehl et al., 2003). Hal ini juga didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Hartoyo, et al. (2011) bahwa Genus Glomus
selalu ditemukan paling dominan pada semua lokasi pengambilan contoh, yaitu
sebesar 52,3%, disusul kemudian Acaulospora sebesar 20,9%.
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvii
B. Uji Kompatibilitas CMA pada Dua Varietas Tanaman Rambutan
(Nephellium, sp.)
Uji kompatibilitas CMA dilakukan dengan menggunakan media tanah
sebagai kontrol, tanah+kompos, tanah+arang sekam, dan campuran antara
tanah+kompos+arang sekam. Kompatibilitas tanaman pada aplikasi CMA dan
penggunaan media dilakukan dengan mengamati persentase infeksi akar pada
tanaman. Hasil perhitungan analisis deskriptif persentase infeksi akar untuk
varietas Rapiah dapat dilihat pada Lampiran Tabel 8. dan Lampiran Tabel 10.
untuk varietas Cibulus. Berikut adalah hasil perhitungan DNMRT varietas Rapiah
dan Cibulus (Tabel 5.)
Tabel 5. Persentase infeksi akar pada tanaman rambutan varietas Rapiah dan
Cibulus
Perlakuan Persentase Infeksi Akar (%)
Varietas Rapiah Varietas Cibulus
Tanah (Kontrol) 92,67 c
90,67 c
Tanah+Kompos 72,33 b
77,33 b
Tanah+Arang sekam 73,67 b
75,00 b
Tanah+Kompos+Arang sekam 49,67 a
18,00 a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata antar perlakuan pada DMRT taraf 5%.
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlviii
Berikut adalah histologi persentase infeksi akar pada varietas Rapiah dan Cibulus
(Gambar 3.).
Gambar 3. Grafik persentase infeksi akar pada tanaman rambutan varietas Rapiah
dan Cibulus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi CMA pada varietas
rambutan baik Rapiah maupun Cibulus menunjukkan pengaruh tertinggi pada
varietas tanaman yang ditanam di media tanah (kontrol). Persentase infeksi akar
tanaman rambutan tidak berpengaruh nyata pada penggunaan media tanam
kompos, arang sekam, dan campuran antara kompos dan arang sekam. Sedangkan
dengan penggunaan media campuran antara kompos dan arang sekam
menunjukkan hasil yang paling rendah pada kedua varietas.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Tan
ah
Tan
ah+
Kom
pos
Tan
ah+
Ara
ng
sekam
Tan
ah+
kom
pos+
Ara
ng s
ekam
Tan
ah
Tan
ah+
Kom
pos
Tan
ah+
Ara
ng
sekam
Tan
ah+
kom
pos+
Ara
ng s
ekam
Varietas Rapiah (V1) varietas cibulus (V2)
infe
ksi
ak
ar
(
%)
Varietas Rapiah Varietas Cibulus
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlix
Gambar 4. merupakan gambar akar tanaman yang terinfeksi CMA pada masing-
masing varietas dan penggunaan media tanam.
Gambar 4. Kompatibilitas CMA pada Varietas Rapiah (kiri) dan Varietas Cibulus
(kanan) pada media tanah (kontrol) (1a dan 1b), tanah+kompos (2a
dan 2b), tanah+arang sekam (3a dan 3b), dan campuran antara
tanah+kompos+arang sekam (4a dan 4b).
1a
a
1b
a
2a
a
2b
a
3b
a
3a
a
4a
a
4b
a
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
l
Adanya bentuk asosiasi antara cendawan mikoriza dan akar tanaman
merupakan suatu simbiosis yang saling menguntungkan. Dalam simbiosis ini
cendawan tidak merusak atau membunuh tanaman inangnya tetapi memberi
keuntungan kepada tanaman inang dan sebaliknya. Proses infeksi dimulai dari
pembentukan appresorium yaitu struktur yang berupa penebalan masa hifa yang
kemudian menyempit seperti tanduk. Appresorium membantu hifa menembus
ruang sel epidermis melalui permukaan akar, atau rambut-rambut akar. Hifa yang
telah masuk ke lapisan korteks kemudian menyebar di dalam dan di antara sel-sel
korteks, hifa ini akan membentuk benang-benang bercabang yang mengelompok:
disebut arbuskula yang berfungsi sebagai jembatan transfer unsur hara, antara
cendawan dengan tanaman. Arbuskula merupakan hifa bercabang halus yang
dapat meningkatkan luas permukaan akar, dua hingga tiga kali. Pada sistem
perakaran yang terinfeksi akan muncul hifa yang terletak di luar, yang menyebar
di sekitar daerah perakaran dan berfungsi sebagai alat pengabsorbsi unsur hara.
Hifa ini dapat membantu memperluas daerah penyerapan hara oleh akar tanaman
(Hardiatmi, 2008).
Berdasarkan hasil analisis tanah, komposisi P pada media tanah yang
diperoleh dari gunung Kidul (Lampiran Tabel 6.) memiliki kandungan yang
rendah. Sedangkan untuk media kompos, arang sekam, dan campuran antara
kompos+arang sekam tidak dilakukan analisis tanah, sehingga tidak diketahui
besarnya kandungan P pada media. Namun sebagai acuan, dari data pendukung
yang ada diketahui bahwa kandungan unsur P pada arang sekam dan kompos
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
li
kotoran ayam memperlihatkan hasil yang lebih tinggi (Tabel 2. dan Tabel 3.)
dibandingkan dengan media tanah.
Menurut Smith dan Read (1997), derajat infeksi terbesar terjadi pada
tanah-tanah yang mempunyai kesuburan yang rendah, khususnya pada tanah yang
miskin P. Infeksi terjadi karena adanya eksudat atau senyawa khas yang
dihasilkan dan dikeluarkan oleh akar tanaman sehingga menyebabkan
perkembangan CMA terangsang. Menurut Hapsoh (2003), rendahnya konsentrasi
P-tersedia akan meningkatkan efektivitas CMA dalam mengkolonisasi akar,
karena dalam kondisi P-tersedia rendah permeabilitas membran sel akar akan
meningkat dan aktivitas akar semakin meningkat sehingga akar mudah diinfeksi
oleh CMA.
Cendawan MVA mempunyai hubungan mutualistik dengan tanaman
inang, dengan jalan memobilisasi fosfor dan hara mineral lain dalam tanah,
kemudian menukarkan hara ini dengan karbon inang dalam bentuk fotosintat. Hal
sangat penting, yaitu cendawan mikoriza ini memiliki enzim pospatase yang
mampu menghidrolisis senyawa phytat (senyawa phospat komplek) yang
tertimbun di dalam tanah hingga 20%-50% dari total phospat organik. Dengan
bantuan enzim phospatase, phytat dapat dihidrolisis menjadi myoinosital,
phosphor bebas dan mineral, sehingga ketersediaan phosphor dan mineral dalam
tanah dapat terpenuhi. Dengan demikian cendawan mikoriza terlibat dalam siklus
dan dapat memanen unsur P (Hardiatmi, 2008).
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lii
Baik pada perbanyakan CMA maupun uji kompatibilitas CMA
menggunakan bahan organik, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah
spora dan infektifitas sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan organik yang
terdapat pada media. Berdasarkan hasil analisis tanah diketahui bahwa
kandungan bahan organik pada tanah sebesar 1,52%, hal ini kemungkinan
memberikan pengaruh yang nyata dalam merangsang terbentuknya spora dan
infektifitas akar. Dalam penelitian ini, kompos kotoran ayam yang digunakan
berasal dari kotoran ayam penelitian Luthfianto, D. (2010). Berdasarkan hasil
analisis kimia diketahui bahwa kandungan bahan organik pada kotoran ayam
terlihat sangat tinggi, yaitu 41,22% (Lampiran Tabel 7.). Menurut Pujianto
(2001), jumlah spora CMA berhubungan erat dengan kandungan bahan organik di
dalam tanah. Jumlah maksimum spora ditemukan pada tanah-tanah yang
mengandung bahan organik 1-2% sedangkan pada tanah-tanah berbahan organik
kurang dari 0,5% dan lebih dari 2% produksi sporanya sangat rendah.
Iskandar (2003) menyatakan bahwa teknik penggunaan pupuk hayati
dengan mikoriza dapat memberikan manfaat pada tanaman untuk tumbuh dan
berproduksi dengan baik pada lahan marginal melalui peningkatan daya tahan
tanaman terhadap kekeringan. Peningkatan penyerapan tersebut terutama
disebabkan oleh hifa yang memperpendek jarak penyerapan dari nutrisi yang
masuk dengan cara difusi ke dalam akar tanaman.
Peningkatan persentase infeksi CMA akibat inokulasi dapat dihubungkan
dengan peningkatan jumlah spora di dalam tanah (Smith dan Read, 1997).
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liii
Menurut Marschner (2002), infeksi cendawan pada akar tanaman dipengaruhi
oleh spesies cendawan, tanaman, dan lingkungannya. Hal ini menunjukkan
bahwa besar kecilnya infeksi akar ditentukan oleh populasi dan distribusi spora
yang ada di dalam tanah dan populasi dan distribusi spora sendiri ditentukan oleh
kemampuan akar bermikoriza untuk membentuk spora-spora baru (Mansur,
2007).
Ketersediaan unsur hara yang cukup di dalam tanah memberikan pengaruh
negatif pada perkembangan cendawan mikoriza karena perkembangan hifa pada
cendawan akan terhambat pada keadaan tanah yang subur. Tanah dengan
ketersediaan unsur hara yang cukup menyebabkan semakin rendah
ketergantungan tanaman terhadap CMA dan kondisi tersebut dalam waktu yang
lama dapat menurunkan populasi dan keragaman CMA (Sieverding, 1991).
Sutanto (2006) menyatakan bahwa kesuburan tanah mempengaruhi jumlah
produksi spora yang terbentuk, dan akhirnya berpengaruh pada kemampuan hidup
dari CMA. Tingkat kandungan unsur hara yang tinggi dalam media tanam
biasanya akan mengurangi terbentuknya spora dan infektivitasnya pada akar
tanaman.
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liv
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Hasil analisis yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Macam kombinasi bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap
perbanyakan CMA. Ada kecenderungan pengaruh terbaik terdapat pada
media tanah (kontrol). Jenis spora yang teridentifikasi antara lain terdiri dari
acaulospora, sp., glomus, sp 1., dan glomus, sp2. dan spesies CMA yang
mendominasi pada setiap media adalah dari genus Glomus.
2. Kompatibilitas CMA yang dihasilkan pada dua varietas tanaman rambutan
dalam media tanam bahan organik yang berbeda menunjukkan pengaruh yang
nyata. Pengaruh tertinggi terdapat pada media kontrol, disusul kemudian
tanah+arang sekam dan tanah+kompos, dan terakhir campuran
tanah+kompos+arang sekam.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, terdapat beberapa saran yang
diberikan sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penambahan waktu yang digunakan untuk pemanenan inang
pada saat perbanyakan agar dihasilkan spora yang matang.
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lv
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menggunakan media bahan organik
dan harus diketahui terlebih dahulu kandungan unsur-unsur bahan organik
tersebut.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menggunakan kombinasi media
bahan organik yang tepat.
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lvi
DAFTAR PUSTAKA
Barea, J.M. and Jeffries. 2001. Arbuscular Mycorrhiza- a Key Component of
Sustainable Plant-Soil Ecosystems. In The Mycota a Comprehensive
Treatise on Fungi as Experimental System for Basic and Applied
Research, Fungal Associations, K Esser (Ed). Hal 95.
Basrudin. 2005. Pengaruh Inang, Media Tumbuh, dan Trigger Terhadap
Peningkatan Kualitas Inokulum Cendawan Mikoriza Arbuskular.
Pascasarjana IPB. Bogor.
BPTP Banten. 2011. Pembuatan Pupuk Kompos. BPTP Banten. Banten.
Brundrett, M.C., Baugher, N., Dell, B., Grove, T., and Malajczuk, N. 1996.
Working with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. Canberra.
Australian Centre for International Agricultural Research.
Burrows, R.L. and F.L. Pfleger. 2000. Arbuscular mycorrhizal fungi respond to
increasing plant diversity. Botani 80: 120–130.
Chairuman, N. 2008. Efektivitas Cendawan Mikoriza Arbuskular pada Beberapa
Tingkat Pemberian Kompos Jerami Terhadap Ketersediaan Fosfat Serta
Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo di Tanah Ultisol. Usu e-
Repository.
Chalimah, S. 2007. Pemanfaatan teknologi in vitro untuk perkembangan spora
Gigaspora margarita dan Acaulospora tuberculat. Biosmart 8(1):1-7.
Chalimah, S. Dan Mahajoeno, E. 2008. Keanekaragaman Cendawan Mikoriza
(CMA) pada Lahan Kering dan Berkapur. Universitas PGRI
Ronggolawe Tuban.
Clark, R.B. 1997. Arbuscular mycorrhizal adaptation, spore germination, root
colonization, and host plant growth and mineral acquisition at low pH.
Plant and Soil 192(1): 15-22.
Fiqa, A.P. 2010. Naman Koleksi Kebun Raya Purwodadi dalam Upaya
Menghasilkan Kompos Berkualitas Tinggi. UPT BKT Kebun Raya
Purwodadi-LIPI.
Hapsoh. 2003. Kompatibilitas MVA dan Beberapa Genotip Kedelai Pada
Berbagai Tingkat Cekaman Kekeringan Tanah Ultisol [Disertasi].
Bogor: Pascasarjana, Institut Pertanian bogor.
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lvii
Hardiatmi, S.J.M. 2008. Pemanfaatan Jasad Renik Mikoriza untuk Memacu
Pertumbuhan Tanaman Hutan. Inovasi Pertanian 7(1): 1 - 10
James A. E., P.T. Rygiewicz, L.S. Watrud, P.K. Donnelly. 2002. Influence of
Adverse Soil Conditions on the Formation and Function of Arbuscular
Mycorrhizas. Advances in Environmental Research 7: 123-138
Khade, S.W. and A. Adholeya. 2009. Arbuscular Mycorrhizal Association in
Plants Growing on Metal-Contaminated and Noncontaminated Soils
Adjoining Kanpur Tanneries, Uttar Pradesh, India. Water Air Soil
Pollutant 202: 45-56.
Klironomos, J.N., J.Mc Cune, M. Hart, and J. Neville. 2000. The Influence of
Arbuscular Mycorrhizae on The Relationship Between Plant Diversity
and Productivity. Ecology 3:137-141.
Luthfianto, D. 2010. Pengaruh macam limbah organik dan pengenceran terhadap
produksi biogas dari bahan biomassa limbah peternakan ayam. Tesis
Pascasarjana UNS. Surakarta. (Unpublished).
Mahisworo, K. Susanto, dan A. Anung. 2001. Bertanam Rambutan. Penebar
Swadaya. Jakarta. 84 hlm.
Marschner, H. 2002. Mineral Nutrition of Higher Plants. Fifth printing.
Academic Press. London. UK.
Mansur, I. 2007. Prospek dan Potensi Pemanfaatan Simbiosis Mikoriza. Di dalam:
Percepatan Sosialisasi Teknologi Mikoriza untuk Mendukung
Revitalisasi Kehutanan, Pertanian dan Perkebunan. Prosiding Kongres
Nasional Mikoriza II. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Miyasaka, S.C., M. Habte, J.B. Friday, and E.V. Johnson. 2003. Manual on
Arbuscular Mycorrhizal Fungus Production and Inoculation
Techniques. College of Tropical Agriculture and Human Resources
(CTAHR).
Mosse, S. 1981. Vesicular Arbuscular Mycorrhiza Research for Tropical
Agriculture. Ress. Bull No. 194. Hawaii Institute of Tropical
Agriculture and Human Resources. University of Hawaii. Honolulu.
Nugroho, F. 2009. Manfaat Abu Sekam Padi.
http://www.febrinugroho/blogspot.com.
Nurbaity, A., D. Herdiyantoro, dan O. Mulyani. 2009. Pemanfaatan Bahan
Organik Sebagai Bahan Pembawa Inokulan Fungi Mikoriza Arbuskula.
Biologi XIII (1): 11—17.
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lviii
Nwaga, D., C. The, A. Kiki, R., N. Mangaptche, E.L. and T. Megueni, C. 2000.
Selection of Arbuscular Mycorrhizal Fungi for Inoculating Maize and
Sorghum Grown in Oxisols/Ultisol and Vertisols in Cameroon.
Microbiology & Biofertiliser University of Yaounde, Cameroon.
Octavitani, N. 2009. Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA)
sebagai Pupuk Hayati untuk Meningkatkan Perbanyakan Pertanian.
http://www.uwityangyoyo.com.
Oehl, F., Sieverding, E., Ineichen, K., Mader, P., Boller, T., Wiemken, A. 2003.
Impact of Land Use Intensity on The Species Diversity of Arbuscular
Mycorrhizal Fungi in Agroecosystem of Central Europe. Applied and
Environmental microbiology 69: 2816-2824.
Pacioni G. 1993. Wet Sieving and Decanting Techniques for the Extraction of
Spores of VA Mycorrhizal Fungi. Di dalam: Methods in Microbiology.
San Diego. Academic Press Inc.
Pari G. 2002. Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan
Kayu. Makalah Falsafah Sains. Program Pascasarjana IPB, Bogor.
Prematuri, R. dan N. Faiqoh. 1999. Produksi Inokulum Cendawan Mikoriza
Arbuskula. Laboratorium Bioteknologi Hutan. IPB.
Pujianto. 2001. Pemanfaatan Jasad Mikro Jamur Mikoriza dan Bakteri dalam
Sistem Pertanian Berkelanjutan di Indonesia. Makalah Falsafah Sains
PPs IPB. Bogor.
Purwanto, T dan Prihandini, P.W. 2007. Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos
Berbahan Kotoran Sapi. Puslitbang Peternakan Balitbang Pertanian
Deptan.
Puslitbang Kehutanan. 2011. Tekno Hutan Tanaman. Puslitbang Peningkatan
Produktivitas Hutan, 4(1). Jakarta.
Rainiyati. 2007. Status dan Keanekaragaman Cendawan Mikoriza Arbuskula
(CMA) Pisang Raja Nangka dan Potensi Pemanfaatannya untuk
Peningkatan Produksi Pisang Asal Kultur Jaringan di Kabupaten
Merangin, Jambi. Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. 140p.
Read, D.J. 2002. Mycorrhizas and nutrient cycling in ecosystems – a journey
towards relevance?. New Phytologist 157: 475–492
Ruairidh JH Sawers, G. Caroline and U. Paszkowski. 2008. Review, Cereal
mycorrhiza: an ancient symbiosis in modern agriculture. Trends in
Plant Science 2(13):10-13.
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lix
Santoso, E., M. Turjaman, dan R.S.B. Irianto. 2006. Aplikasi Mikoriza untuk
Meningkatkan Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Terdegradasi.
Prosiding Ekspose Hasil-hasil Penelitian.
Simanungkalit, R.D.M., Suriadikarta, D.A., Saraswati, R., Setyorini, D., dan
Hartatik, W. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jawa Barat.
Sieverding, E. 1991. Vesikular-Arbuskular Mycorrhiza Management in Tropical
Agrosystem, 163. Deutsche Gessellschaft for Technische
Zusammenarbeit (GTZ), Eaachborrn.
Sirappa, M.P. 2003. Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia sebagai
Komoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan, dan Industri. Litbang
Pertanian, 22(4):133-140.
Smith, S.E. and D.J. Read. 1997. Mycorrhizal Symbiosis. Academic Press. San
Diego, CA.
Soerianegara, I. dan RHMJ. Lemmens (eds.). 2002. Sumber Daya Nabati Asia
Tenggara 5(1): Pohon penghasil kayu perdagangan yang utama.
PROSEA – Balai Pustaka. Jakarta. ISBN 979-666-308-2. Hal. 404-410
Suhardi. 2003. Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA). Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Tian, C.Y., G. Feng, X.L. Li and F.S. Zhang. 2004. Different Effects of
Arbuscular Mycorrhizal Fungal Isolates from Saline or non-Saline Soil
on Salinity Solerance of Plants. Applied Soil Ecology 26(2): 143-148.
Tim Karya Tani Mandiri. 2011. Pedoman Bertanam Rambutan. Nuansa Aulia.
Bandung. 162 hlm.
Toler, H.D., J. B. Morton and J. R. Cumming. 2005. Growth and Metal
Accumulation of Mycorrhizal Sorghum Exposed to Elevated Cooper
and Zink. Water, Air, and Soil Pollution 164: 155–172.
Turk, M.A., T.A. Assaf, K.M. Hameed, and A.M. Al-Tawaha. 2006.
Significance of Mycorrhizae. Agricultural Science 2(1): 16-20.
Utama, M.Z.H., W. Haryoko, dan Y.M. Zen. 2003. Peran mikoriza, Rhizobium,
dan Asam Humat terhadap Pertumbuhan Beberapa Spesies Legum
Penutup Tanah. Stigma 2(4): 357 – 361.
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lx
LAMPIRAN
Tabel 6. Hasil Analisis Kimia Tanah
Nomor : 86/LT.UNS/V/2012
H a l : Analisis Kimia Tanah
Alamat : Pasca Sarjana UNS
No Kode
C.
Organik
( % )
BO
( % )
N
( % )
P2O5
Tersedia
( ppm )
K2O
Tertukar
( me % )
pH
1 Tanah 0,88 1,52 0,070 8,88 0.14 5,77
Tabel 7. Kandungan kimia kotoran ayam
No Jenis C organik (%) BO (%) N (%) C/N ratio (%)
1 Kotoran ayam 23,91 41,22 1,35 17,71
Sumber: Luthfianto (2010)
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxi
Tabel 8. Hasil analisis deskriptif persentase infeksi akar pada varietas Rapiah
Descriptives
Infeksi Akar
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Min Max
Lower
Bound
Upper
Bound
T0 3 92.67 .577 .333 91.23 94.10 92 93
T1 3 72.33 4.726 2.728 60.59 84.07 67 76
T2 3 73.67 .577 .333 72.23 75.10 73 74
T3 3 49.67 8.021 4.631 29.74 69.59 42 58
Total 12 72.08 16.407 4.736 61.66 82.51 42 93
Test of Homogeneity of Variances
Infeksi Akar
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.520 3 8 .069
ANOVA
Infeksi Akar
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2786.250 3 928.750 42.538 .000
Within Groups 174.667 8 21.833
Total 2960.917 11
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxii
Tabel 9. Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 % pada varietas
Rapiah.
Homogeneous Subsets
INFEKSI AKAR
Duncan
MEDIA N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Tanah+Kompos+Arang sekam 3 49.6700
Tanah+Arang sekam 3 72.3300
Tanah+Kompos 3 73.6700
Tanah (Kontrol) 3 92.6700
Sig. 1.000 .736 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Tabel 10. Hasil analisis deskriptif persentase infeksi akar pada varietas Cibulus
Descriptives
Infeksi Akar
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval for
Mean
Min Max
Lower
Bound Upper Bound
T0 3 90.6667 .57735 .33333 89.2324 92.1009 90.00 91.00
T1 3 77.3333 1.52753 .88192 73.5388 81.1279 76.00 79.00
T2 3 75.0000 3.00000 1.73205 67.5476 82.4524 72.00 78.00
T3 3 18.0000 6.08276 3.51188 2.8896 33.1104 14.00 25.00
Tot
al 12 65.2500 29.31994 8.46394 46.6210 83.8790 14.00 91.00
Test of Homogeneity of Variances
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiii
Infeksi Akar
Levene Statistic df1 df2 Sig.
5.252 3 8 .027
ANOVA
Infeksi Akar
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 9358.917 3 3119.639 256.409 .000
Within Groups 97.333 8 12.167
Total 9456.250 11
Tabel 11. Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 % pada
varietas Cibulus.
Homogeneous Subsets
INFEKSI AKAR
Duncan
MEDIA N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Tanah+Kompos+Arang sekam 3 18.0000
Tanah+Arang sekam 3 75.0000
Tanah+Kompos 3 77.3333
Tanah (Kontrol) 3 90.6667
Sig. 1.000 .436 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiv
Gambar 5. Tanaman Pueraria pada media perbanyakan umur 2 minggu (a), 1
bulan (b), dan 3 bulan (c).
a b c
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i