Post on 26-Apr-2019
649
PERAN BANK WAKAF MIKRO DALAM UPAYA MEMPERKUAT
EKONOMI KERAKYATAN
THE ROLE OF MICRO WAQF BANK IN EFFORTS TO STRENGTHEN THE
ECONOMY OF COMPLIANCE
Ani Faujiah
Dosen Stai An Najah Indonesia Mandiri Sidoarjo Jl. Raya Sarirogo No.1 Sarirogo Sidoarjo
email : anifaujiah99@gmail.com
ABSTRAK
Bank Wakaf Mikro memiliki potensi besar dalam membantu pengembangan perekonomian
nasional. Wakaf saat ini harus berevolusi dari aktivitas sosial, keagamaan, menjadi kegiatan
ekonomi seperti membangun jalan, jembatan, menggarap lahan pertanian, perkebunan, hingga
perdagangan. Kehadiran Bank Wakaf Mikro diyakini dapat meningkatkan inklusi keuangan.
Masyarakat, khususnya pelaku Usaha Kecil dan Mikro (UKM) akan mudah mendapat permodalan.
Perbankan mengenakan bunga yang cukup besar kepada debitur. Sedangkan, bank wakaf mikro
hanya mengenakan biaya operasional dan biaya adiministrasi sebesar tiga persen per tahun. Sehingga,
pinjaman modal dengan jumlah kecil bisa didapat masyarakat melalui bank wakaf mikro ini. Di
bawa naungan OJK, telah diluarkan izin kepada 20 lembaga Bank Wakaf Mikro di lingkungan
pondok pesantren. Pembiayaan diberikan tanpa agunan dengan nilai maksimal Rp 3 juta dan margin
bagi hasil setara tiga persen. Selain itu, disediakan pelatihan dan pendampingan serta pola
pembiayaan yang dibuat per kelompok atau tanggung renteng. Lembaga tersebut tidak diperkenankan
mengambil simpanan dari masyarakat karena memiliki fokus pemberdayaan masyarakat melalui
pembiayaan disertai pendampingan usaha. Lembaga ini juga berstatus sebagai lembaga keuangan
mikro syariah yang diberi izin dan diawasi oleh OJK. Pendirian Bank Wakaf Mikro di pesantren
bertujuan agar para santri bisa belajar mengelola perbankan. Sehingga, apabila Bank wakaf mikro
tumbuh besar, ekonomi umat dapat berjalan dengan baik. Bank Wakaf Mikro juga menjadi bukti
bahwa pemerintah tidak hanya mengurus para pemodal besar yang ada di perbankan konvensional.
Kata kunci : Bank wakaf Mikro, Pendampingan, OJK
ABSTRACT
Micro Waqf Bank has great potential in helping the development of the national economy.
Waqf must now evolve from social, religious activities, to economic activities such as building
roads, bridges, working on agricultural, plantation, and trade fields. The presence of Micro Waqf
Banks is believed to increase financial inclusion. Communities, especially Small and Micro
Enterprises will easily gets capital. Bank charge substantial interest to debtors. Meanwhile, micro
waqf bank only charge operational costs and administrative costs of three percent per year. So that, a
small amount of capital loans can be obtained by the community through this micro waqf bank.
Under the auspices of OJK, permission has been issued to 20 Micro Waqf Bank institutions
in Islamic boarding schools. Financing is provided without collateral with a maximum value of Rp
3 million and a profit sharing margin equal to three percent. In addition, training and assistance
are provided as well as financing patterns that are made per group or joint responsibility. The
institution is not permitted to take deposits from the public because it has a focus on community
empowerment through financing along with business assistance. This institution also has the status as
a sharia microfinance institution that is licensed and supervised by the OJK. Establishment of Micro
Waqf Bank in Islamic boarding schools aims to enable students to learn to manage banking. So, if
650
the micro waqf bank grows large, the people's economy can run well. Micro Waqf Bank are also proof
that the government does not only take care of the large investors in conventional banking.
Keywords: Micro waqf Bank, Assistance, OJK
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Salah satu fungsi dan tujuan didirikannya sebuah negara adalah menciptakan kesejah-
teraan dan kemakmuran bagi rakyatnya. Oleh karena itu, keberfungsian sebuah negara tergambar
pada seberapa sejahtera dan makmur rakyatnya. Dalam teori ekonomi pembangunan, kesejahteraan
dan kemakmuran sebuah negara diukur melalui sejumlah indikator. Dua di antaranya adalah bisa
dilihat dari sisi Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita dan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM). Berdasarkan data tentang kedua indikator tersebut, Indonesia hingga tahun 2010 masih
berada jauh di bawah Negara maju di kawasan Asia seperti Jepang dan Korea Selatan. Bahkan
di Asia Tenggara, dilihat dari IPM-nya, Indonesia masih berada di bawah Singapura, Brunei
Darussalam, Malaysia, dan Filipina. Indonesia hanya berada lima tingkat di atas Vietnam dan 12
tingkat di atas Timor Leste. Hal tersebut, ditambah dengan masih lebarnya kesenjangan antara ―si
kaya‖ dan ―si miskin,‖ mengindikasikan bahwa negara dan bangsa kita masih harus bekerja keras
dan mungkin lebih tepat bekerja cerdas untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyatnya. Kaitan antara tingkat pencapaian kesejahteraan dan kemakmuran dengan tatanan
ekonomi nasional, khususnya kedudukan ekonomi kerakyatan yang ―diwakili‖ oleh koperasi dan
usaha mikro, kecil, dan menengah akan menjadi fokus bahasan.1
Koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah merupakan bentuk organisasi ekonomi
yang selaras dengan sistem ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi. Melalui pemberdayaan
koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah, pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan
pertumbuhan yang dibarengi dengan pemerataan di mana kesenjangan antara ―si kaya‖ dan ―si
miskin‖ semakin sempit, akan dapat diwujudkan. Upaya ke arah yang dicita-citakan oleh
sebagian besar rakyat Indonesia tersebut merupakan tanggung jawab semua pihak atau semua
pemangku kepentingan (stakeholders) yakni rakyat di segala lapisan dan pemerintah.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia pelaku usaha dan pengelola/pengurus serta anggota
koperasi dalam arti luas merupakan kunci dari semua upaya pemberdayaan koperasi dan usaha
mikro, kecil, dan menengah. Dengan demikian, produk domestik bruto (PDB) per kapita yang
tinggi dan indeks pembangunan manusia (IPM) yang juga tinggi dibarengi dengan kecilnya
kesenjangan antara ―si kaya‖ dan ―si miskin‖ atau pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan
sosial pada saatnya akan terwujud.
Di tengah sulitnya akses permodalan bagi pengusaha kecil lahirlah Bank wakaf Mikro
(BWM). Keberadaan Bank Wakaf Mikro (BWM) mulai terasa. Dimana dengan uang pinjaman
minimal Rp1 juta per nasabah, kehadiran BWM semakin ditunggu pengusaha kecil.
Memperpanjang napas bisnis mereka. Jerat rentenir yang mencekik pengusaha dengan bunga
tinggi mulai bisa dikurangi. Berganti dengan pinjaman yang hanya dibayar Rp 20 ribu per
minggu. Total lebih kurng 52 minggu uang itu harus dikembalikan. Nama BWM memang
menjadi perhatian sejak akhir tahun lalu. Berawal saat Presiden Joko Widodo (Jokowi)
meresmikan BWM KHAS Kempek di Cirebon, kemudian, BWM Al Fithrah Wava Mandiri
diresmikan di Surabaya. Dan dilanjutkan , Jokowi kembali meresmikan BWM di Pesantren An
Nawawi Tanara di Serang, Banten. Gencar. Bank Wakaf Mikro merupakan lembaga baru
keluaran pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Statusnya sama sekali berbeda dengan
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) atau Badan Wakaf yang sudah ada. BWM
merupakan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) yang dikelola oleh masyarakat. Dananya
berasal dari donatur yang disalurkan oleh lembaga amil zakat(LAZ). Dari catatan OJK, sejak
1 https://h3r1y4d1.wordpress.com/2012/04/05/peranan-ekonomi-kerakyatan-sebagai-landasan-
perekonomian-indonesia/
651
2017 sudah ada 20 BWM yang menjadi pilot project. Mereka menyalurkan pembiayaan mikro
dengan kisaran antara Rp1 juta sampai dengan Rp 3 juta, dan tidak lebih dari itu. Program
tersebut hasilnya mulai terlihat, sejak meluncur Oktober 2017, BWM sudah menyalurkan
pembiayaan sebanyak Rp3,63 miliar hingga 31 Maret 2017. Jumlah nasabah yang tadinya
ratusan kini berjumlah 3.873 nasabah. Kepada Jurnalis Dream, Arie D Budiawati, Kepala
Departemen Pengawas Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ahmad Soekro
Tratmono, berbicara panjang lebar tentang perjalanan lembaga keuangan mikro yang masih awal
ini.2
B. Rumusan masalah Dalam penelitian ini ada difokuskus untuk menjawab permasalahan :
1. Bagaimana latar belakang sejarah lahirnya Lembaga Bank Wakaf Mikro di Indonesia ?
2. Bagaimana potensi Bank Wakaf Mikro dalam memperkuat perekonomian rakyat di Indonesia?
C. Tujuan penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui latar belakang sejarah lahirnya Lembaga Bank Wakaf Mikro di Indonesia
2. Mengetahui potensi Bank Wakaf Mikro dalam memperkuat perekonomian rakyat
D. Tinjauan pustaka Berdasarkan hasil penelitian Gustani yang berjudul ―Bank Wakaf sebagai Lembaga
Intermediai sosial (suatu inovasi pemerdayaan wakaf Tunai untuk meningkatkan kesejahteraan
umat)‖ menyimpulkan bahwa desain bank wakaf sangat cocok untuk mengatasi masalah peyebab
kemiskinan yaitu karena sulitnya akes permodalan dan kualitas SDM yang rendah. Bank wakaf
hadir memberikan solusi dengan pemberian modal sekaligus pendampingan usaha.3
Hasil Penelitian Muhammad Yunus dari Bangladesh yang terkenal dengan mengem-
bangkan konsep Pinjaman mikro. Rata-rata usahanya difokuskan pada ibu-ibu. Menurut beliau
ibu-ibu mempunyai keterampilan untuk menjadi meneger keuangan keluarga. Dan salah satu bukti
usahanya adalah dengan didirikannya Grameen Bank.4
Artlikel lain yang juga menjadi penguat penelitian ini adalah tulisan Ani Faujiah yang
berjudul ―Bank Wakaf Mikro Dan Pengaruhnya Terhadap Inklusi Keuangan Pelaku Usaha Kecil
Dan Mikro (UKM)‖, menyebutkan bahwa Bank Wakaf Mikro telah memainkan peranan yang
penting sebagi salah satu atlernatif pemanfaatan wakaf uang. Artikel ini mendiskusikan tentang
peran Bank Wakaf Mikro dalam upaya meningkatkan inklusi keuangan pelaku usaha kecil dan
mikro (UKM) di Indonesia yang belakangan ini menjadi program utama pemerintah.5
E. Analisis data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu untuk meneliti
pada kondisi objek secara alamiah.6
Dengan teknik pengumpulan data secara trigulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada
generalisasi. Data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis, namun hasil
penelitian tersebut berupa deskripsi atau gejala-gejala yang diamati.7
Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan beberap metode, yaitu :
2 https://www.dream.co.id/dinar/masyarakat-bawah-sulit-mendapatkan-akses-keuangan-180410b.html 3 http://www.researchgate.net/publication/303994722 4 Muhammad Yunus, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan : Jakarta, Gramedia
5 Proceedings the 2nd Annual Conference for Muslim Scholars. Mercure Hotels-Grand Mirama Surabaya, 21-22 April
2018. Bank Wakaf Mikro Dan Pengaruhnya Terhadap Inklusi Keuangan Pelaku Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) 6 Sugiyono. 2008, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatis, R & D, Alfabeta, Bandung. 7 Subana & Sudrajat.2005, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Pustaka Setia, Bandung.
652
1. Interview (wawancara)
Metode ini digunakan untuk pengumpulan data dan menggali informasi lebih mendalam yang
langsung ditujukan kepada lembaga pengelola bank wakaf Mikro, para penerima bantuan
dana bank wakaf mikro dan akademisi yang konsen dalam fiqih dan perkembangan wakaf
2. Studi kepustakaan
Metode ini digunakan untuk menggali dasar-dasar teori yang terkait hukum wakaf dan
perkembangn pengelolaan wakaf.
Hasil Penelitian ini disusun untuk mengekplorasi fenomena yang terjadi dengan
memadukan konsep dan operasional lembaga pengelola bank wakaf mikro, sebagai lembaga atau
badan yang bergerak di bidang sosial. Dalam menganalisis terhadap permasalahan, terlebih dahulu
melakukan proses analisis terhadap permasalahan kemudian mengaitkan skema dari pola kerja
yang tepat.8
Agar memeroleh kebenaran yang ilmiah, penelitian ini dilakukan dengan mem-
perhatikan beberapa tahapan yaitu tahap penyajian bukti atau fakta (skeptik), memperhatikan
permasalahan yang relevan (analitik), dan tahap menimbang secara obyektif untuk berpikir logis
(krikik).
HASIL PEMBAHASAN
1. Sejarah Lahirnya Bank Wakaf Mikro
Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi
rakyat. Ekonomi kerakyatan umumnya kegiatannya dilakukan secara tradisional. Kegiatan
ekonomi dikembagkan untuk membantu dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sendiri.9
Bank wakaf mikro merupakan penawaran alternatif strategi pengembangan perekonomian berbasis
kerakyatan.
Menurut Mubaryo, dalam bukunya yang berjudul : Reformasi Sistem Ekonomi (dari
Kapitalis Menuju Ekonomi Kerakyatan), menyatakan bahwa ekonomi kerakyatan adalah ekonomi
yang demokratis yang ditujukan untuk kemakmuran rakyat kecil.10
Sedangkan ekonomi kerakyatan menurut Zulkarnain, di dalam bukunya yang berjudul:
Kewirausahaan (Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah dan penduduk Miskin), ekonomi
kerakyatan adalah suatu sistem ekonomi yang harus dianut sesuai dengan falsafah negara kita
yang menyangkut dua aspek, yakni keadilan dan demokrasi ekonomi, serta keberpihakan kepada
ekonomi rakyat.11
Sedangkan menurut A. Simarmata Istilah demokrasi ekonomi yang secara tegas
terdapat pasal penjelasan, dapat ditafsirkan sebagai setara dengan ekonomi kerakyatan. Penjelasan
pasal 33 UUD 45 menyatakan bahwa ekonomi kerakyatan yakni sistem ekonomi dimana
produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, serta dibawah pemilikan anggota-anggota
masyarakat. Dengan demikian salah satu pilar dari demokrasi ekonomi itu adalah keikutsertaan
semua orang dalam kegiatan produksi.12
Pemahaman tentang ekonomi rakyat dapat dipandang dari dua pendekatan yaitu:
pertama, pendekatan kegiatan ekonomi dari pelaku ekonomi berskala kecil, yang disebut
perekonomian rakyat. Berdasarkan pendekatan ini, pemberdayaan ekonomi rakyat dimaksudkan
adalah pemberdayaan pelaku ekonomi skala kecil. Kedua, pendekatan sistem ekonomi, yaitu
demokrasi ekonomi atau sistem pembangunan yang demokratis, disebut pembangunan partisipatif
8 Lexy J. Meleong.1997, Metode PenelitianKualitatif, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung 9 https:// succesary.wordpress.com (20/09/2018)
10 Mubaryo.1999, Reformasi Sistem Ekonomi: Dari Kapitalis Menuju Ekonomi Kerakyatan, Yogyakarta:
Aditya Media. 11
Zulkarnain. 2006, Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Dan Penduduk Miskin,
Yogyakarta : Adicita Karya Nusa. 12 A. Simarmata.1998, Reformasi Ekonomi, Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
653
(participatory development).
Berdasarkan pendekatan yang kedua ini, maka pemberdayaan ekonomi rakyat
dimaksudkan untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi dalam pembangunan. Hal ini bermakna
bahwa ekonomi rakyat adalah sistem ekonomi yang mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat
dalam proses pembangunan dimana seluruh lapisan tersebut tanpa terkecuali sebagai penggerak
pembangunan. Dan pendekatan kedua ini juga sering disebut sebagai ekonomi kerakyatan atau
sistem ekonomi kerakyatan.13
Para pengelola Bank wakaf Mikro ada baiknya belajar dari pengalaman Muhammad
Yunus dan Grameen Bank Bangladesh. Dimulai dari analisis tentang Social Entrepreneurship
telah diakui sebagai solusi yang mampu mengatasi problem sindrom kemiskinan di berbagai
negara. Perspektif tentang istilah social entrepreneurship pun berkembang dan beragam di
kalangan akademisi, praktisi dan institusi terkait. Namun mereka sepakat bahwa tujuan akhir
yang hendak dicapai harus bermuara pada kepentingan dan pemberdayaan masyarakat.
Muhammad Yunus dari Bangladesh telah membuktikan keampuhan social
entrepreneurship melalui pengembangan mind set bahwa setiap manusia memiliki marketable
skill, potensi yang tak terbatas, termasuk jiwa entrepreneurship. Kemiskinan bangsanya bukan
disebabkan oleh kemalasan atau tidak dimilikinya keterampilan, akan tetapi faktor kesempatan
dan kebijakan yang kurang berpihak kepada mereka menjadi kunci utamanya.
Akhirnya Yunus mewujudkan mimpinya dan sejarah telah mencatat keberhasilannya dalam
mengatasi masalah kemiskinan melalui lembaga keuangan mikro “Grameen Bank” yang
didirikannya dengan keberanian dan ketulusan. Prestasi inilah yang mengantarkannya
memperoleh hadiah Nobel Perdamaian Dunia tahun 2006. Kemudian konsep Grameen Bank
menginspirasi banyak bangsa dan dipraktikkan di berbagai negara.
Grameen Bank telah membuktikan bahwa integritas, kreativitas, dan inovasi mampu
mengalahkan suatu sistem yang mentradisi. Muhammad Yunus sosok yang patut diapresiasi dan
diteladani telah membuktikannya dengan melakukan perubahan ekonomi masyarakat yang
mengagumkan dunia. Dia tidak terjebak pada kompleksitas masa lalu, namun lebih berfokus pada
masa depan bangsanya. Keberhasilan Grameen Bank yang telah dirasakan jutaan manusia tidak
datang tiba-tiba atau terjadi secara kebetulan saja. Tapi kesuksesannya benar-benar dirancang
secara matang dengan bekal komitmen, ilmu pengetahuan, perencanaan dan tindakan yang
konsisten. Apa yang diyakininya, dilakukannya dengan tulus sehingga berwujud kebenaran.
Muhammad Yunus layak menyandang predikat social entrepreneur, karena jiwa
entrepreneurship-nya telah mampu mendorong dia untuk berani menciptakan kegiatan bisnis
kreatif dan inovatif di bidang keuangan, dengan sistem yang baru dan tentu penuh dengan resiko.
Aspek sosialnya tampak nyata pada visi dan misi lembaga yang bergerak dalam bidang bisnis,
namun berorientasi pada nilai-nilai pemberdayaan masyarakat marjinal.
Dunia tidak cukup hanya berdecak kagum. Bersama-sama menerapkan dan mengem-
bangkan sistem Grameen Bank di berbagai negara dengan penyesuaian seperlunya adalah sesuatu
yang layak dilakukan. Termasuk juga bagi Indonesia, negara yang kondisi jumlah dan tingkat
ekonomi masyarakatnya bisa dikatakan tak jauh berbeda dengan Bangladesh. Resonansi
Grameen Bank di Indonesia telah dirasakan sejak tahun 1989, dengan dilakukannya kerjasama
penelitian antara Pusat Sosial Ekonomi (PSE) Departemen Pertanian dan Lembaga
Pengembangan Perbankan Indonesia dengan Asian and Pasific Development Centre (APDC).
Penelitiannya tentang pola kelayakan kredit pedesaan ―Karya Usaha Mandiri‖ (KUM) ini
dilakukan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi di Kecamatan Nanggung-Bogor.(Mahmud
Toha, 2000:30-31) Selain itu di beberapa wilayah lain di Indonesia, Grameen Bank telah menjadi
inspirasi. Namun sejauh manakah tingkat keberhasilan lembaga-lembaga keuangan yang ada di
Indonesia dalam mengurangi angka kemiskinan, tentu dibutuhkan penelitian lanjutan yang serius,
metodologis serta komprehensif.14
13
A. Z. Fachri Yasin, dkk. 2002, Petani, Usaha Kecil Dan Koperasi Berwawasan Ekonomi Kerakyatan,
Pekanbaru : Unri Press. 14
Jurnal Bisnis, Manajemen & Perbankan Vol. 2 No. 1 2016 : 31-48 P. ISSN 2338-4409 E.ISSN 2528-4649.
654
2. Bank Wakaf Mikro
Pada perkembngannya wakaf kerap diarahkan kepada benda wakaf yang tidak ber-
gerak, sedangkan wakaf benda bergerak baru mengemuka akhir-akhir ini. Diantara wakaf benda
bergerak yang ramai diperbincangkan saat ini adalah wakaf uang yang dikenal dengan Cash
waqf. Wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang dan lembaga atau
badan hukum dalam bentuk tunai/uang.
Bank Wakaf Mikro diyakini dapat meningkatkan inklusi keuangan, khususnya pada
masyarakat dan pelaku usaha kecil dan mikro (UKM) untuk mendapat kemudahan permodalan.
Sebagai mana dasar hukum wakaf itu adalah, adanya ketetapan (keabadian) barang yang
diwakafkan dan keberadaannya bisa dinikmati masyarakat secara luas. Sama halnya dengan bank
wakaf mikro (wakaf uang) ini, masyarakat bisa menggunakan untuk modal usaha, dan
mengembalikan dalam waktu yang telah disepakati, dan ini bisa dinikmati tidak hanya satu orang
tapi seluruh masyarakat sekitar. Untuk diketahui, lembaga tersebut tidak diperkenankan
mengambil simpanan dari masyarakat karena memiliki fokus pemberdayaan masyarakat melalui
pembiayaan disertai pendampingan usaha. Lembaga ini juga berstatus sebagai lembaga keuangan
mikro syariah yang diberi izin dan diawasi oleh OJK.
Bank Wakaf Mikro, memiliki potensi besar dalam membantu pengembangan pereko-
nomian nasional. Di Arab Saudi telah terbentuk lembaga semacam perusahaan untuk meningkatkan
peran bank wakaf dalam perekonomiannya. Di Bangladesh terus memperbesar peran Bank Wakaf
agar kesenjangan dan ketimpangan ekonomi bisa dikurangi. Kampus legenda dan tertua di
dunia, Universitas Al-Azhar, menunjukkan betapa wakaf memainkan peran penting dalam dunia
pendidikan, dengan memberikan hasil yang maslahat bagi seluruh dunia. Kampus-kampus lain di
Barat pun seperti Harvard, Oxford, Cambridge, dan lain-lainnya muncul dari pola kerja ekonomi
seperti wakaf.15
Dan Badan Wakaf Indonesia (BWI), menyatakan potensi wakaf tanah saja di atas
Rp 370 triliun, sementara wakaf tunai Rp 180 triliun. Ini belum termasuk menghitung potensi
wakaf tanah yang masih belum muncul, yang bisa mencapai Rp 2.000 triliun.16
Wakaf berevolusi dari aktivitas sosial, keagamaan, menjadi kegiatan ekonomi seperti
membangun jalan, jembatan, menggarap lahan pertanian, perkebunan, hingga perdagangan.
Seperti kata Presiden Joko Widodo (Jokowi), ada potensi besar yang bisa digali dari wakaf .
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) kini mulai menjadikan wakaf atau dalam
bahasa sehari-hari berupa pemberian harta (tanah maupun uang) untuk diambil manfaatnya bagi
kepentingan umat sebagai program prioritas pembangunan ekonomi. Wakaf produktif menjadi
menu utama Pemerintahan Jokowi dalam mengangkat derajat kaum miskin menjadi lebih baik,
mereka yang tidak punya menjadi produktif, dan perekonomian bergerak dari bawah. Bank wakaf
pun dibentuk OJK, sementara BI membangun Waqaf Core Principles bersama BWI.
Kehadiran Bank Wakaf Mikro diyakini dapat meningkatkan inklusi keuangan.
Masyarakat, khususnya pelaku Usaha Kecil dan Mikro (UKM) akan mudah mendapat
permodalan. Presiden Joko Widodo mengatakan, Bank Wakaf Mikro bisa menyelesaikan
masalah-masalah yang tidak bisa diselesaikan perbankan, karena ketika pelaku usaha kecil ingin
pinjam ke bank harus punya agunan dan administrasi bertumpuk-tumpuk baru bisa ke bank.17
Perbankan mengenakan bunga yang cukup besar kepada debitur. Sedangkan, Bank Wakaf Mikro
hanya mengenakan biaya operasional dan biaya adiministrasi sebesar tiga persen per tahun.
Sehingga, pinjaman modal dengan jumlah kecil bisa didapat masyarakat melalui bank wakaf
mikro ini. Hadirnya bank wakaf mikro ini, berawal dari kemiskinan dan ketimpangan. Diketahui
15
―pengelolaan-wakaf-uang-di-sibl-bangladesh‖ dalam https://bwi.or.id/index.php/in/publikasi/artikel/695 16
―Direktur Utama Inisiatif Wakaf, Romdlon Hidayat, mengatakan, wakaf merupakan bagian dari syariat Islam
yang sangat dianjurkan, dalam keterangan persnya yang diterima SINDOnews,Selasa (9/1/2018)‖. dalam
https://nasional.sindonews.com/read/1272072/15/potensi-aset-wakaf-di-indonesia-capai-rp2000-triliun-
1515446944. 17
―Presiden Joko Widodo saat meresmikan bank wakaf mikro di Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya
pada hari Selasa tanggal 10 Maret 2018‖ dalam https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180310064906-78-
281918/ojk-beri-izin-usaha-20-bank- wakaf-mikro.
655
saat ini, jumlah penduduk miskin di Indonesia sebanyak 26,6 juta jiwa atau sekitar 10,12%. Hal
tersebut diikuti dengan ketimpangan yang masih tinggi, yaitu pada tingkat 0,39.
Indonesia memiliki tingkat kemiskinan 12 - 28% atau berada di atas rata-rata nasional.
Oleh karenanya, diperlukan peran aktif seluruh elemen masyarakat, salah satunya melalui
pemberdayaan ekonomi umat yang juga menjalankan fungsi pendampingan. Pemberdayaan
ekonomi umat harus hadir menjadi salah satu solusi dalam pengentasan ketimpangan dan
kemiskinan.
Salah satu elemen masyarakat yang memiliki fungsi strategis dalam pendampingan
untuk mendorong perekonomian masyarakat adalah Pesantren. Di Indonesia telah berdiri 28.194
pesantren, pesantren-pesantren tersebut yang nantinya memilliki potensi yang besar untuk
memberdayakan umat dan berperan dalam mengikis kesenjangan ekonomi dan mengentaskan
kemiskinan. 18
Pendirian Bank Wakaf Mikro di pesantren bertujuan agar para santri bisa belajar
mengelola perbankan. Sehingga, apabila Bank Wakaf Mikro tumbuh besar, ekonomi umat
dapat berjalan dengan baik. Bank Wakaf Mikro juga menjadi bukti bahwa pemerintah tidak
hanya mengurus para pemodal besar yang ada di perbankan konvensional. OJK telah
mengeluarkan izin kepada 20 lembaga Bank Wakaf Mikro di lingkungan pondok pesantren.
Hingga awal Maret 2018, dari 20 Bank Wakaf Mikro yang merupakan proyek percontohan
telah disalurkan pembiayaan kepada 2.784 nasabah dengan total nilai pembiayaan sebesar Rp 2,45
miliar.
Pembiayaan diberikan tanpa agunan dengan nilai maksimal Rp 3 juta dan margin bagi
hasil setara tiga persen. Selain itu, disediakan pelatihan dan pendampingan serta pola pembiayaan
yang dibuat per kelompok atau tanggung renteng. Lembaga Bank Wakaf Mikro tersebut tidak
diperkenankan mengambil simpanan dari masyarakat karena memiliki fokus pemberdayaan
masyarakat melalui pembiayaan disertai pendampingan usaha. Lembaga ini juga berstatus sebagai
lembaga keuangan mikro syariah yang diberi izin dan diawasi oleh OJK.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, Bank Wakaf Mikro
tersebar di berbagai daerah, seperti di Cirebon, Bandung, Ciamis, Serang, Lebak, Purwokerto,
Cilacap, Kudus, Klaten, Yogyakarta, Surabaya, Jombang, dan Kediri.
3. Skema Pembiayaan Bank Wakaf Mikro
Skema Bank Wakaf Mikro merupakan pembiayaan tanpa agunan dengan margin setara
3%. Sesuai prinsip syariah, Bank Wakaf Mikro tidak mengenakan bunga. Penyaluran pembiayaan
dilakukan melalui organisasi yang memiliki tokoh masyarakat yang berpengaruh seperti pesantren
yang disebut Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS). Menurut Soekro, satu LKMS biasanya
butuh Rp4 miliar untuk dana penyaluran. Sementara untuk pembiayaan operasionalnya, biaya
diambil dari donasi yang berasal dari Lazis dan dimasukkan di deposito bank syariah.
Sepanjang perkembangannya, BWM memang banyak didirikan di sekitar pesantren yang
sudah memiliki komunitas bisnis. Melalui Bank Wakaf Mikro, para santri maupun masyarakat di
lingkungan pondok pesantren yang telah bekerjasama dapat memperoleh pinjaman usaha maksimal
Rp3 juta. Sampai saat ini, pembentukan Bank Wakaf Mikro telah mencapai 20 unit, hasil
kerjasama dengan lembaga-lembaga pesantren di kota Cirebon, Bandung, Ciamis, Purwokerto dan
lainnya.
Untuk mengembangkannya, OJK terus melakukan upaya jemput bola kepada pesantren-
pesantren yang ada di seluruh Indonesia. Selain itu, OJK juga menerima kesertaan pesantren yang
berminat bergabung. Untuk itu, tentu saja OJK akan melihat terlebih dahulu potensi masyarakat di
sekitar pesantren, apakan memerlukan pembiayaan di segmen mikro dan bagaimana produktivi-
tasnya.19
Skema pembiayaan Bank Wakaf Mikro cukup sederhana. Tidak ada syarat khusus ataupun
18
https://www.cnbcindonesia.com/syariah/20180406100953-29-9911/bank-wakaf-mikro-bukan-bank-
justru-lembaga-non-bank 19
https://danaxtra.com/artikel/mengenal-bank-wakaf-mikro
656
agunan untuk mendapatkan pembiayaan. Masyarakat hanya akan didampingi dan dilakukan
pembinaan sebelum menerima dana. Kemudahan menjadi salah satu karakteristik Bank Wakaf
Mikro.
Skema permodalan dari Bank Wakaf Mikro juga terbilang unik. Setiap LKMS akan
menerima sekitar Rp3 miliar sampai Rp4 miliar. Dana tersebut tidak akan disalurkan semuanya
menjadi pembiayaan, karena sebagian akan diletakkan dalam bentuk deposito di bank umum
syariah.
Pembiayaan akan di fokuskan kepada pelaku usaha dan untuk modal usaha. Ada sekitar Rp
3 miliar per LKMS. Dana donatur untuk satu pesantren saat ini sekitar Rp 4 miliar. Nantinya
maksimal dapat sekitar Rp 5 miliar. Dana yang ditempatkan pada deposito bank umum syariah
sekitar 50%. Itu digunakan untuk membiayai beban operasional Bank Wakaf Mikro.
Skema unik tersebut dipercaya dapat membantu biaya operasional dan menekan jumlah imbal hasil
bagi nasabah dan LKMS. LKMS sendiri hanya mematok maksimal 3% imbal hasil per tahun.
Angka tersebut terbilang sangat kecil untuk lembaga keuangan.
Permasalahan hukum wakaf tunai merupakan perkara muamalah. Oleh sebab itu
diperlukan pendapat hukum dari para ahli fiqh untuk melakukan proses pemahaman terhadap
Qur‟an dan Hadits yang hanya memuat secara umum. Dalam bidang fiqih muamalah, hukum wakaf
tunai masih masuk dalam wilayah khilafiyah (debateble). Perbedaan pendapat hukum dari para
ulama tersebut diakibatkan kultur dimasyarakat yang masih bergelut diwilayah wakaf tidak
bergerak. Madzhab Hanafi dan malikiyah membolehkan wakaf tunai atas dasar Istihsan bi al-„Urfi,
sedangkan argumentasi hukum imam al-Zuhri membolehkan wakaf tunai atas dasar kemaslahatan,
yaitu dapat dimanfaatkan secara produktif untuk meningkatkan ekonomi. Sebaliknya Imam Syafi‟i
tidak membolehkan wakaf tunai karena menilai wakaf secara tunai tidak kekal seperti halnya benda
wakaf tidak bergerak.
Di Indonesia, secara legalitas formil membenarkan adanya wakaf tunai. Ini terbukti dengan
diterbitkannya Undang-Undang 41 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor. 42 tahun 2006
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 sebagai payung hukum perwakafan di
Indonesia. Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 Tentang Wakaf, menentukan bahwa benda yang
dapat diwakafkan tidak saja benda tetap (tidak bergerak) tetapi terdiri dari benda bergerak dan tidak
bergerak. Di antara benda yang bergerak yang dapat diwakafkan adalah wakaf tunai (wakaf
uang).20
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membidik 50 Bank Wakaf Mikro (BWM) terbentuk tahun
2018 guna mendukung pemberdayaan ekonomi umat dan masyarakat menengah bawah. Kepala
Departemen Perbankan Syariah OJK Ahmad Soekro mengatakan penambahan bank wakaf mikro
nantinya tidak hanya di wilayah Jawa, tetapi juga luar Jawa, seperti Sumatera dan kawasan
Indonesia timur.
Kemungkinan OJK juga bentuk bank wakaf mikro ini di luar pesantren karena selama
ini pilot project bank wakaf mikro hanya di kawasan pesantren. Bank wakaf mikro masuk dalam
lembaga keuangan mikro syariah yang izinnya dikeluarkan oleh OJK. Meski demikian, penam-
bahan jumlah bank wakaf mikro ini perlu didukung dengan peningkatan jumlah donatur.
Saat ini, paling tidak dibutuhkan dana minimal sebesar Rp 4 miliar untuk mendirikan satu
bank wakaf mikro guna mendorong program inklusi keuangan. Rp 4,25 miliar untuk satu BWM,
idealnya kan Rp 8 miliar. Kalau bisa Rp 8 miliar itu perputaran akan lebih bagus, tapi dengan Rp 4
miliar sudah cukup nanti akan ditambah-tambah lagi donasinya sama Laznasnya. Hingga
pertengahan Maret 2018, total donasi dari donatur telah mencapai Rp 80 miliar dengan penyaluran
baru sebesar Rp 3,1 miliar kepada 3.800 nasabah. Adapun saat ini sudah ada 20 BWM yang telah
berdiri dan beroperasi di sejumlah pesantren di Indonesia. Secara keseluruhan, OJK mengharapkan
pembentukan bank wakaf mikro bisa memenuhi kebutuhan pembiayaan masyarakat menengah
bawah yang belum tersentuh model pembiayaan konvensional. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo
(Jokowi) meresmikan bank wakaf mikro di Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya. Menurut
20
Naimah, ―Kedudukan Hukum Wakaf Tunai Dalam Telaah Fiqh Muamalah Serta Implementasinya Dalam Hukum
Positif Di Indonesia‖ dalam Jurnal Ilmu Hukum dan Pemikiran, Vol 15, No. 1 Juni (Banjarmasin : Syariah, 2015), 85.
657
Presiden, bank wakaf mikro bisa menyelesaikan masalah-masalah yang tidak bisa diselesaikan
perbankan. Menurut kepala negara, perbankan mengenakan bunga yang cukup besar kepada
debitur. Sementara bank wakaf mikro hanya mengenakan biaya operasional dan biaya adiministrasi
sebesar tiga persen per tahun.21
Dibandingkan dengan capaian pada akhir 2017, jumlah nasabah terlayani bertambah
402,1% atau 3.325 nasabah dari sebelumnya hanya 827 nasabah. Adapun dari sisi nilai pinjaman,
angkanya bertambah 525,3% atau Rp3,52 miliar dari sebelumnya hanya Rp 658 juta.
Bank Wakaf Mikro adalah platform lembaga keuangan mikro syariah yang menyediakan
pembiayaan sekaligus pendampingan, non deposito taking, imbal hasil rendah maksimal 3% per
tahun, berbasis kelompok, dan tanpa agunan. Bank Wakaf mikro fokus pada pembedayaan
masyarakat miskin produktif. Bank Wakaf Mikro mendapatkan pendanaan dari donatur yang
menghibahkan dananya melalui lembaga amil zakat (LAZ).Bank Wakaf Mikro berbadan hukum
koperasi dengan ijin usaha lembaga keuangan mikro syariah.
Berikut ini daftar 20 Bank Wakaf Mikro berbasis pesantren yang telah beroperasi.22
1. BWM Bankwakaf Alpansa
2. BWM Denanyar Sumber Barokah
3. BWM Amanah Berkah Nusantara
4. BWM Almuna Berkah Mandiri
5. BWM Berkah Bersama Baiturrahman
6. BWM Berkah Rizqi Lirboyo
7. BWM Buntet Pesantren
8. BWM KHAS Kempek
9. BWM Ranah Indah Darussalam
10. BWM An Nawawi Tanara
11. BWM Tebuireng Mitra Sejahtera
12. BWM Amanah Makmur Sejahtera
13. BWM Bankwakaf Al Manshur
14. BWM Lan Taburo
15. BWM Nahdlatul Wathon Cijantung
16. BWM Al Fithrah Wava Mandiri
17. BWM Al Ihya Baitul Auqof
18. BWM Bahrul Ulum Barokah Sehatera
19. BWM Assa Berkah Sejahtera
20. BWM El-Manhaji
4. Potensi Bank Wakaf Mikro dalam memperkuat perekonomian rakyat di Indonesia
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong sinergi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
dengan bank wakaf mikro (BWM). Diharapkan upaya tersebut dapat segera direalisasikan paling
dalam tahun ini. ―Akan kami bangun sebuah sinergi antara BWM dan BUMDes,‖ kata Kepala
Departemen Perbankan Syariah OJK, Ahmad Soekro Tratmono dalam pelatihan dan media
Gathering di Purwokerto Jawa Tengah. Dia mencontohkan sinergi yang terjadi bisa dalam bentuk
nasabah BWM menjual produk-produk usahanya di BUMDes. Sementara BUMDes bisa memberi
akses keuangan kepada masyarakat sekitar melalui layanan pembiayaan yang diberikan oleh BWM.
Soekro berharap kerja sama ini bisa diwujudkan secepatnya dan diharapkan tahun ini bisa
direalisasikan.
Direktur Pengembangan Inklusi Keuangan OJK, Eko Ariantoro, mengatakan desa
memiliki potensi yang bagus untuk dikembangkan. Berdasarkan data OJK, ada 74.958 desa di
Indonesia. Jika dilihat dari potensinya, ada 61.821 desa yang memiliki potensi pertanian, 20.034
21 https://www.wartaekonomi.co.id/read176513/ojk-bakal-sinergikan-bumdes-dan-bwm-tahun- 22 http://finansial.bisnis.com/read/20180505/89/791983/20-bank-wakaf-mikro-layani-4.152-nasabah- berikut-ini-daftar-bwm
658
desa berpotensi perkebunan, 12.827 perikanan, 1.902 wisata, dan 64.587 energi baru terbarukan.23
Desa juga memiliki potensi keuangan yang sangat besar di mana OJK bisa
mengembangkan berbagai jenis lembaga keuangan mikro di desa. ―Ada 35 ribu desa yang sudah
menikmati KUR,‖ kata dia. Eko mengatakan OJK ― masuk‖ ke desa untuk mengembangkan
lembaga keuangan mikro supaya makin bertumbuh dan berkembang. Caranya, OJK akan
mensinergikan BUMDes dengan layanan inklusi keuangan OJK, melalui BWM.
OJK akan memfasilitasi BUMDes menjadi BUMDes dengan model yang inklusif (dan)
partisipasi masyarakatnya besar, ada akses keuangan yang sehat, dan IT yang bisa memfasilitasi
BUMDes dengan baik.
Bank Wakaf Mikro kali pertama diinisiasi pembentukannya oleh Otoritas Jasa Ke-
uangan (OJK) dengan menggunakan model Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) sebagai
program prioritas pembangunan ekonomi umat. Sebagian besar dari kita pada umumnya pernah
bersentuhan dengan lembaga keuangan bank maupun non bank. Dunia keuangan mengenal sebutan
microfinance, yang merupakan akses bagi orang miskin untuk berinteraksi dengan lembaga
keuangan, orang miskin sering diasosiasikan dengan tidak mampu untuk membayar utang. Aplikasi
pengajuan pembiayaan hal pertama yang akan diminta bank adalah kolateral. Pada umumnya orang
miskin tidak memiliki kolateral. Jika tidak memiliki uang kas maka hal selanjutnya yang akan
dipertimbangkan adalah jumlah kas yang dimilki, setelah itu reputasi dalam menyelesaikan kredit
yang pernah diajukan. Hal terakhir adalah penilaian terhadap karakter. Hal ini tentu saja bersifat
subjektif. Jika sebelumnya orang miskin tidak pernah berinteraksi dengan bankir maka mengacu
pada poin poin yang telah disebutkan bisa dipastika orang miskin terisolasi dari fasilitas fasilitas
keuangan.
Sejak dimulai Oktober 2017 lalu, program Bank Wakaf Mikro telah berkembang 20
unit dengan 2.000 nasabah yang tersebar di Provinsi Banten, Jawa Barat dan Jawa Timur.
Program pemerintah bersinergi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Lembaga Amil
Zakat Nasional (Laznas) ini bertujuan untuk menurunkan tingkat ketimpangan dan kemiskinan.
Sesuai namanya, platform pembiayaan Bank Wakaf Mikro menyasar masyarakat kecil
serta usaha kelompok mikro dan kecil. Dana penyaluran pembiayaan Bank Wakaf Mikro berasal
dari donasi perusahaan maupun individu yang dihimpun oleh Lembaga Amil Zakat Nasional
(Lazis).
Menurut Kepala Departemen Perbankan Syariah (DPBS) Ahmad Soekro, untuk
pendirian Bank Wakaf Mikro ditetapkan 3 syarat yaitu donatur, pesantren dan masyarakat
produktif.
Karakteristik Bank Wakaf Mikro adalah pendampingan. Ada seleksi sebelum menjadi
nasabah, targetnya masyarakat ekonomi bawah dengan kemauan dan semangat tinggi. Tentunya
untuk meningkatkan kesejahteraan.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Desain Bank Wakaf Mikro telah mampu menunjukan potensinya dalam meperkuat sistem
ekonomi kerakyatan
2. Bank Wakaf mikro menawarkan solusi kemudaan akses permodalan dan meningkatkan
kualitas SDM melalui pendapingan usaha
3. Modal kerja yang disalurkan merupakan modal kerja dengan hanya pengembalian pokoknya
saja sehingga masyarakat miskin atau pengusaha kecil yang mnggunakan modal ini tidak
terbebankan dengan pengembalian yang tinggi
4. Potensi Bank wakaf Mikro yang mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin akan
meningkatkan minat masyarakat untuk berwakaf
23 https://www.dream.co.id/dinar/ojk-dorong-sinergi-bumdes-bank-wakaf-mikro-180406x.html
659
B. Saran
1. Lembaga pengelola Bank wakaf Mikro. Konsep bank wakaf mikro yang diresmikan oleh
pemerintah di beberapa kota di Indonesia patut dikembangkan. Karena konsep ini merupakan
upaya meningkatkan perekonomian, sehingga usaha mikro dan kecil yang dimiliki masya-
rakat miskin bisa kuat dan berkembang.
2. Pemerintah. Agar dapat membuat peraturan terhadap operasional Bank Wakaf Mikro agar
dalam praktiknya tidak berbenturan dengan regulasi perbankan.
3. Akademisi. Agar dapat membuat kajian-kajian sejenis dalam rangka menambah koleksi
khazanah ilmiah secara khusus pada keilmuan pengelolaan bank wakaf mikro
4. Masyarakat secara umum. Agar dapar berpartisipasi mendukung program bank wakaf mik-
ro dengan menyumbangkan beberapa uangnya.
DAFTAR PUSTAKA ―Direktur Utama Inisiatif Wakaf, Romdlon Hidayat, mengatakan, wakaf merupakan bagian dari
syariat Islam yang sangat dianjurkan, dalam keterangan persnya yang diterima SINDO
news,Selasa (9/1/2018)‖. Dalam ―pengelolaan-wakaf-uang-di-sibl-bangladesh‖dalam
https://bwi.or.id/index.php/in/publikasi/artikel/695
―Presiden Joko Widodo saat meresmikan bank wakaf mikro di Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya
pada hari Selasa tanggal 10 Maret 2018‖ dalam
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180310064906-78-281918/ojk-beri-izin-usaha-20-
bank- wakaf-mikro
A. Simarmata.1998, Reformasi Ekonomi, Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI
A.Z. Fachri Yasin, dkk. 2002, Petani, Usaha Kecil Dan Koperasi Berwawasan Ekonomi Kerakyatan,
Pekanbaru : Unri Press
http://finansial.bisnis.com/read/20180505/89/791983/20-bank-wakaf-mikro-layani-4.152-nasabah-
berikut-ini-daftar-bwm
http://www.researchgate.net/publication/303994722 https:// succesary.wordpress.com (20/09/2018)
https://danaxtra.com/artikel/mengenal-bank-wakaf-mikro
https://h3r1y4d1.wordpress.com/2012/04/05/peranan-ekonomi-kerakyatan-sebagai-landasan-
perekonomian-indonesia/
https://nasional.sindonews.com/read/1272072/15/potensi-aset-wakaf-di-indonesia-capai-rp2000-
triliun-1515446944
https://www.cnbcindonesia.com/syariah/20180406100953-29-9911/bank-wakaf-mikro-bukan-bank-
justru-lembaga-non-bank
https://www.dream.co.id/dinar/masyarakat-bawah-sulit-mendapatkan-akses-keuangan-180410b.html
https://www.dream.co.id/dinar/ojk-dorong-sinergi-bumdes-bank-wakaf-mikro-180406x.html
https://www.wartaekonomi.co.id/read176513/ojk-bakal-sinergikan-bumdes-dan-bwm-tahun- Lexy J.
Meleong.1997, Metode PenelitianKualitatif, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung
Mubaryo.1999, Reformasi Sistem Ekonomi: Dari Kapitalis Menuju Ekonomi Kerakyatan, Yogyakarta:
Aditya Media
Muhammad Yunus, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan : Jakarta , Gramedia
Naimah, ―Kedudukan Hukum Wakaf Tunai Dalam Telaah Fiqh Muamalah Serta Implementasinya
Dalam Hukum Positif Di Indonesia‖ dalam Jurnal Ilmu Hukum dan Pemikiran, Vol 15, No.
1 Juni (Banjarmasin : Syariah, 2015), 85
660
Nurhayati, Jurnal Bisnis, Manajemen & Perbankan Vol. 2 No. 1 2016 : 31-48 P. ISSN 2338-4409 E.
ISSN 2528-4649
Proceedings the 2nd Annual Conference for Muslim Scholars. Mercure Hotels-Grand Mirama
Surabaya, 21-22 April 2018. Bank Wakaf Mikro Dan Pengaruhnya Terhadap Inklusi
Keuangan Pelaku
Usaha Kecil Dan Mikro (UKM)
Subana & Sudrajat.2005, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Pustaka Setia, Bandung. Sugiyono. 2008,
Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatis, R & D, Alfabeta, Bandung
Zulkarnain. 2006, Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Dan Penduduk Miskin, Yogyakarta
: Adicita Karya Nusa.