Post on 11-Apr-2019
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP ENERGI CAHAYA DENGAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA
SISWA KELAS II SD NEGERI KARANGANYAR 03
WERU SUKOHARJO TAHUN 2011
SKRIPSI
Oleh:
ERFANA NURHIDAYAH
X7109029
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
���
�
PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP ENERGI CAHAYA DENGAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA
SISWA KELAS II SD NEGERI KARANGANYAR 03
WERU SUKOHARJO TAHUN 2011
Oleh:
ERFANA NURHIDAYAH
X7109029
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
����
�
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I
Drs. Djaelani, M. Pd
NIP. 19520317 198303 1 002
Pembimbing II
Dra. Siti Kamsiyati, M.Pd
NIP. 19580620 198312 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
���
�
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi fakultas
keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M. Pd
Sekretaris : Drs. Usada, M. Pd
Anggota I : Drs. Djaelani, M. Pd
Anggota II : Dra. Siti Kamsiyati, M. Pd
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
��
�
ABSTRAK
Erfana Nurhidayah.Peningkatan Penguasaan Konsep Energi Cahaya Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Pada Siswa Kelas II SD Negeri Karanganyar 03 Weru Sukoharjo Tahun 2011.Skripsi,Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Universitas Sebelas Maret. Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep Energi Cahaya dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kuantum pada siswa kelas II SD Negeri Karanganyar 03 Weru Sukoharjo Tahun 2011. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tiga siklus.Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri Karanganyar 03 Weru Sukoharjo dengan banyaknya siswa 38 siswa. Teknik Pengumpulan data digunakan metode observasi,kajian dokumen,dan tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif komparatif yaitu membandingkan antar siklus. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: Dengan penggunaan model pembelajan kuantum dapat meningkatkan penguasaan konsep energi cahaya. Hal ini dapat dibuktikan dari capaian nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan. Peningkatan ini dapat dilihat dari rata-rata kenaikan hasil belajar pada setiap siklus yang KKM dalam materi konsep energi cahaya ini adalah 62. Pada kondisi awal nilai rata-rata kelas 42, pada siklus I nilai rata-rata kelas 48, pada siklus II nilai rata-rata kelas 64, dan pada siklus III nilai rata-rata kelas 81.Sehingga pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 7.81 %, pada siklus II naik menjadi 44,82 % , dan pada sikus III mengalami peningkatan sebesar 26,32 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
���
�
ABSTRACT
Erfana Nurhidayah. Improving Understanding of the concept of shine energy in the Natural science subject Matter though Quantum Learning Model of the students in Grade II of state Primary school of Karanganyar 03, Weru, Sukoharjo in the Academic Year 2011. skripsi, Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University.
The purpose of this research is to improve understanding of the concept of heat energy in the Natural Science subject matter through quantum learning model of the students in Grade II of state Primary school of Karanganyar 03, Weru, Sukoharjo, in the academic year of 2010/2011.
A classroom action research method with three cycles. The subjects of the research were 38 students in Grade II of State Primary School of Karanganyar 03, Weru, Sukoharjo, in the acadernic year of 2010/2011. Its data were gathered through observation, in-depth interview, document analysis, and test.
The results of the analysis show that: the implementation of the quantum learning model can improve understanding of the concept of shine energy as indicated by the improvement of the class average score achievement. The score achievement indicates that the students had improvement in understandin of defining, identifying, grouping, and applying the concept of heat energy in daily life. The improvement can be seen from the average improvement of the learning result in each cycle. In the early condition, the average score is, 42. In cycles I, II, and III the average scores are 48, 64, and 81 respectively. So that, in cyclec I the improve is 7.81 , in cyclec II the improve is 44.82, and in cyclec III the improve is 26.32.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
����
�
MOTTO
”Hai orang-orang yang beriman,bersiap-siagalah kamu,dan majulah (ke medan
pertempuran) berkelompok-kelompoklah,atau majulah bersama-sama)”.
(Qs. An Nisaa’: 71)
”Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kau akan hidup selama-
lamanya. Dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kau akan mati,
besok!
(Nabi Muhammad SAW)”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
�����
�
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan teristimewa untuk:
1. Ibu Harmini dan Bapak Haryono, terima kasih atas doa,
kasih sayang, pengorbanan dan semangat luar biasa
yang tak pernah putus.
2. Kakakku,Eka Ismawati. Bantuan dan motivasimu
sangat berarti untukku.
3. Dhani Agus Pambudi. Terima kasih untuk doanya.
4. Elvyna Anna dan Arum Dewi.Terima kasih atas
bantuanmu selama ini.
5. Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
���
�
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi telah melibatkan berbagai
pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M. Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta serta Drs.
Hasan Mahfud, M. Pd selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Djaelani, M. Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini serta Dra. Siti Kamsiyati, M. Pd
selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Tolu Winarto, selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri Karanganyar 03
yang telah memberikan izin tempat penelitian serta Guru-guru SD Negeri
Karanganyar 03 yang telah memberi motivasi dan bantuan dalam
melaksanakan penelitian ini.
6. Berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari masih ada kekurangan Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
��
�
Semoga semua pihak mendapat limpahan rahmat dari Allah dan menjadi
amal kebaikan yang tiada putus-putusnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi SD dan dunia pendidikan pada umumnya.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
���
�
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN … .................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................ v
MOTTO .................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ..................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .. .......................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Perumusan Masalah .......................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ................................................................. 5
1. Tinjauan Tentang Pengertian Konsep Energi cahaya . 5
2. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kuantum ...... 10
B. Penelitian Yang Relevan ................................................... 17
C. Kerangka Berpikir ............................................................ 17
D. Hipotesis Tindakan ........................................................... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 21
B. Subjek Penelitian ............................................................... 21
C. Sumber Data ...................................................................... 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
����
�
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 22
E. Teknik Analisis Data ......................................................... 23
F. Indikator Pencapaian ......................................................... 23
G. Prosedur Penelitian............................................................ 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................. 31
B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................ 62
BAB V SIMPULAN,IMPLIKASI,DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................... 66
B. Implikasi ............................................................................ 67
C. Saran .................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 69
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
�����
�
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas...................................................71
Tabel 2. Data Nilai Siswa sebelum tindakan.................................................72
Tabel 3. Data Nilai Siswa Siklus 1................................................................73
Tabel 4. Data Nilai Siswa Siklus II...............................................................74
Tabel 5. Data Nilai Siswa Siklus III..............................................................75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
����
�
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir....................................................................88
Gambar 2. Prosedur Penelitian...........................................................................89
Gambar 3. Foto Kegiatan Pembelajaran............................................................125
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
���
�
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas...................................................71
Lampiran 2. Data Nilai Siswa sebelum tindakan.................................................72
Lampiran 3. Data Nilai Siswa Siklus 1................................................................73
Lampiran 4. Data Nilai Siswa Siklus II...............................................................74
Lampiran 5. Data Nilai Siswa Siklus III .............................................................75
Lampiran 6. Hasil Observasi Siswa Pada Siklus I...............................................76
Lampiran 7. Hasil Observasi Siswa Pada Siklus II..............................................78
Lampiran 8. Hasil Observasi Siswa Pada Siklus III............................................80
Lampiran 9. Hasil Kinerja Guru Pada Siklus I...................................................82
Lampiran 10. Hasil Kinerja Guru Pada Siklus II..................................................84
Lampiran 11. Hasil Kinerja Guru Pada Siklus III.................................................86
Lampiran 14. Silabus IPA Kelas II........................................................................90
Lampiran 15. Silabus Bahasa Indonesia Kelas II.................................................9
Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) Siklus 1.......................91
Lampiran 17. Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) Siklus 1I....................105
Lampiran 18. Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) Siklus 1II..................115
Lampiran 19. Ijin Penelitian ...............................................................................130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ��
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah agar
siswa memenuhi konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan
metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam
(Depdikbud, 1997:2). Pembelajaran IPA memiliki fungsi yang fundamental dalam
menimbulkan serta mengembangkan kemampuan befikir kritis, kreatif dan
inovatif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan
cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu melalui proses dan
sikap ilmiah.
Mutu pembelajaran IPA perlu ditingkatkan secara berkelanjutan untuk
mengimbangi perkembangan teknologi. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran
tersebut, tentu banyak tantangan yang dihadapi. Begitu pula permasalahan yang
dihadapi siswa di SD Negeri Karanganyar 03, hasil pembelajaran IPA yang belum
tuntas yakni belum mencapai angka kriteria ketuntasan minimum 62 yang telah
ditentukan. Salah satu faktor dalam pembelajaran IPA guru lebih banyak
berceramah, sehingga siswa menjadi cepat bosan dan menyebabkan hasil belajar
IPA rendah. Guru belum menghayati hakekat IPA karena pembelajaran di sekolah
baru menekankan produk saja. Hal itu ditambah dengan pendapat siswa bahwa
pembelajaran IPA dianggap sulit, sehingga tidak menarik untuk belajar, yang
berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa khususnya materi
pokok energi.
Pada umumnya prestasi belajar IPA di SD rendah. Siswa kurang
memahami konsep, kurang menguasai ketrampilan proses dalam pembelajaran
(mengamati, menggolongkan, mengukur, menafsirkan, mengkombinasikan hasil,
mempredisikan dan melakukan percobaan). Kegiatan pembelajaran juga masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ��
terpusat pada guru, serta model pembelajaran kurang menarik, sehingga
pengalaman yang diperoleh kurang bermakna.
Kenyataan di lapangan tujuan pembelajaran IPA yang dirumuskan dalam
kurikulum 2004 tersebut belum dicapai dengan optimal. Untuk anak-anak yang
taraf berfikirnya masih berada pada tingkat konkret, maka semua yang diamati,
diraba, dicium, dilihat, didengar, dan dikecap akan kurang berkesan kalau sesuatu
itu hanya diceritakan, karena mereka belum dapat menyerap hal yang bersikap
abstrak. Perlu diketahui bahwa tingkat pemahaman tiap-tiap siswa tidak sama,
sehingga kecepatan siswa dalam mencerna bahan pengajaran berbeda.
Berdasarkan ketrampilan proses hasil belajar bukan semata-mata
bergantung pada apa yang sisajikan guru, melainkan dipengaruhi oleh interaksi
antara berbagai informasi yang diminati kepada anak dan bagaimana anak
mengolah informasi bedasarkan pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Aspek
pokok pembelajaran IPA adalah anak dapat menyadari keterbatasan pengetahuan
mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk mengenali pengetahuan baru dan akhirnya
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari pengamatan awal di SD Negeri Karanganyar 03 kelas 11 dengan
jumlah siswa 38 anak,siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami dan
membedakan beberapa konsep energi, salah satunya adalah kesulitan memahami
konsep energi cahaya.Berdasarkan pengamatan, siswa kelas 11 masih kesulitan
untuk membedakan antara energi panas dan energi cahaya.Dalam proses
pembelajaran IPA kurang adanya penggunaan pendekatan, media dan metode
yang tepat, sehingga cenderung guru yang aktif dan siswa pasif. Nilai paling
rendah sebelum tindakan adalah 20, ini kurang dari kriteria ketuntasan minimal
IPA yaitu 62. Selengkapnya pada lampiran 2 hal 73.
Dari uraian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA di SD memiliki
prestasi rendah ini tidak terlepas dari sistem pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru. Guru pada umumnya menerapkan model pembelajaran konvensional dimana
siswa hanya menerima materi dari guru tanpa adanya timbal balik,sehingga
Pembelajaran Kuantum berupaya memadukan dan mengolaborasikan faktor
potensi diri manusia selaku pebelajar dengan lingkungan sebagai konteks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ��
pembelajar.IPA merupakan pembelajaran yang mengembangkan konsep dan sikap
ilmiah sebagai landasan untuk menguasai konsep-konsep berikutnya. Agar
pembelajaran IPA memberikan pengalaman yang utuh dan bermakna bagi siswa
serta memberikan hasil yang memuaskan sesuai dengan tujuan yang diharapkan,
maka guru harus dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tingkatan
perkembangan anak terutama di kelas II, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai optimal. Atas dasar uraian permasalahan-permasalahan di atas ingin
dilakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Penguasaan Konsep Energi
cahaya dengan penerapan model Pembelajaran Kuantum pada siswa kelas II SD N
Karanganyar 03 Weru Sukoharjo tahun 2011.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
Apakah penerapan model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan
penguasaan konsep energi cahaya dalam mata pelajaran IPA di kelas II SD
Negeri Karanganyar 03, Weru, Sukoharjo ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas bertujuan untuk:
Untuk meningkatkan penguasaan konsep energi cahaya dalam mata pelajaran
IPA melalui model Pembelajaran Kuantum di kelas II SD Negeri Karanganyar
03.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ��
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat
antara lain:
1. Manfaat teoritis, yaitu dengan karya ilmiah ini diharapkan memberikan
sumbangan kazanah ilmu pengetahuan bidang pendidikan IPA di SD.
2. Manfaat praktis:
a. Bagi guru kelas
Bermanfaat untuk meningkatkan ketrampilan dalam proses kegiatan
proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran
kuantum.
b. Bagi siswa
Dapat memberikan motivasi agar lebih tertarik belajar IPA sehingga
dapat meningkatkan prestasi belajar IPA.
c. Bagi sekolah
Dapat memberikan masukan dalam mengambil kebijaksanaan untuk
meningkatkan kualitas dan efektivitas dalam kegiatan belajar IPA.
d. Bagi pemerintah
Bermanfaat untuk memperbaiki kurikulum pendidikan.
e. Bagi pemerhati pendidikan
Dapat memberikan masukan dalam mengambil kebijakan dalam
pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ��
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan pustaka
1. Tinjauan tentang pengertian Konsep Energi Cahaya
a. Tinjauan Tentang Pengertian Konsep
Edward De Bono menyatakan bahwa konsep merupakan titik awal dari
sekumpulan hubungan atau ide dan semua hal lain yang dihubungkan
dengannya.Sedangkan Menurut hulse ( 1981 ) menyebutkan lima tipe
konsep,yaitu : konsep afirmatif, konjungtif, disjungtif, kondisional, dan
bikondisional; a. Konsep afimatif adalah konsep yang menunjukkan bahwa suatu
obyek atau peristiwa memiliki suatu nilai spesifik dalam suatu dimensi partikuler;
b. Konsep konjungtif adalah konsep yang mempertemukan dua kondisi simultan;
c. Konsep disjungtif adalah konsep yang satu atau lain kriteria, tetapi tidak
keduanya, harus dipertemukan; d. Konsep kondisional adalah konsep yang dapat
dikenali dari susunan gramatikal” jika…,maka…”; e. Konsep bikondisional
adalah konsep yang memiliki obyek ditiadakan dari keanggotaan kategorinya
(mengambil kesamaan dari yang berbeda ).
Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan cirri-ciri
umum dari sekelompok objek, fakta peristiwa atau fenomena
lainnya.(http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2035426-pengertian -
konsep/ ).
b. Tinjauan tentang energi cahaya
Maskoeri Jasin menyatakan bahwa Energi cahaya terutama cahaya
matahari banyak diperlukan terutama oleh tumbuhan yang berhijau
baun.Tumbuhan itu membutuhkan energi cahaya untuk mengadakan proses foto
sintesis.
Cahaya merupakan energi yang menyertai dari proses perpindahan
elektron dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ��
(kembalinya elektron yang sudah tereksitasi ke tempatnya semula). Elektron
tersebut berada dalam tereksitasi karena diberikan energi (misalnya energi
cahaya). Untuk kembali ke keadaan awalnya energi tersebut harus dilepaskan
kembali(dilepaskan dalam bentuk energi cahaya). Sinar LASER (Light
Amplification by Stimulated Emission of Radiation) mempunyai karakteristik
tersendiri: monokromatik ( satu panjang gelombang yang spesifik), koheren(pada
frekuensi yang sama), dan menuju satu arah yang sama sehingga cahayanya
menjadi lebih kuat, terkonsentrasi, dan terkoordinir dengan baik. Cahaya
biasa(bukan sinar laser)memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda pula
(incoherent light) sehingga cahayanya termasuk cahaya yang lemah. Energi
cahaya dapat menolong kita untuk melihat benda. Mata dapat mendeteksi adanya
energi cahaya. Contoh benda-benda yang mempunyai energi cahaya antara lain:
• Cahaya matahari
• Cahaya bintang
• Cahaya lampu senter
• Cahaya lampu listrik
• Cahaya las karbit
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang kasat
mata dengan panjang gelombang sekitar 380-750 nm. Pada bidang fisika, cahaya
adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata
maupun yang tidak.Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton
Kedua definisi diatas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara
bersamaan sehingga disebut “dualism gelombang-partikel”. Paket cahaya yang
disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan
sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan
area riset yang penting pada fisika modern.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ��
c. Tinjauan tentang pembelajaran IPA
a. Pengertian belajar
Menurut Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford(1992) dalam
Nabisi Lanopo,Belajar adalah kegiatan pemrosesan informasi, neurofisiologi, dan
sains kognitif.
Lebih lanjut Menurut Chatarina Tri Anni (2004) dalam
(http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-belajar-dan-
pembelajaran di unduh tanggal 3 Maret 2011), belajar merupakan sebuah sistem
yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga
menghasilkan perubahan tingkah laku.Selanjutnya Menurut Harold Spears dalam
Agus Suprijono (2009:2), learning is to observer to read,to imitate,to try
something themselves, to listen, to follow direction. Dengan kata lain, belajar
adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan
mengikuti arah tertentu.
Lebih lanjut menurut Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra(2008)
mendefinisikan bahwa:”Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang
dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam
kemampuan,keterampilan, dan sikap. Perubahan itu sendiri berangsur-angsur di
mulai dari sesuatu yang tidak dikenalnya, untuk kemudian dikuasai atau
dimilikinya dan dipergunakannya sampai pada suatu saat dievaluasi oleh yang
menjalani proses belajar itu.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ada
beberapa unsur yang termasuk ciri-ciri adanya proses belajar yaitu : 1)Usaha
untuk memperoleh sejumlah pengetahuan, nilai, dan sikap; 2)Belajar
menghasilkan adanya perubahan tingkah laku; 3)Belajar yang efektif adalah
melalui pengalaman; 4)Perubahan tingkah laku adalah hasil interaksi aktif dengan
lingkungannya.
Berdasarkan pendapat-pendapat siswa yang belajar dipandang sebagai
organisasi yang hidup sebagai keseluruhan yang bulat, yang selalu aktif dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� �
senantiasa mengadakan interaksi dengan lingkungannya, menerima, menolak,
mencari sendiri dan juga mengubah terhadap lingkungannya.
b. Pengertian pembelajaran
Menurut Robert W. Gagne dalam Nabisi Lanopo,pembelajaran sebagai
pengaturan peristiwa yang ada diluar diri seseorang peserta didik ,dan dirancang
serta dimanfaatkan untuk memudahkan proses belajar.Sedangkan menurut UU
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas,pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
.(http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-belajar-dan-
pembelajaran diunduh tanggal 15 Maret 2011).
Dari kedua definisi tersebut ada tiga prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu:
pertama, belajar menghasilkan perubahan perilaku anak didik yang relatif
permanen. Dalam hal ini guru berperan sebagai pelaku perubahan( agent of
change). Kedua, anak didik memiliki potensi yang secara kodrati untuk
ditumbuhkembangkan secara terus menerus.
Proses pembelajaran diharapkan dapat membantu para siswa untuk dapat
mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka. Ketiga, perubahan atau
pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh alami linier sejalan proses kehidupan.
Artinya proses belajar mengajar didesain khusus demi tercapainya kondisi atau
kualitas ideal seperti yang diharapkan.
Dari beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan guru guna mengembangkan potensi yang
ada pada diri anak untuk mencapai suatu perubahan perilaku yang relatif
permanen.
c. Pengertian mata pelajaran IPA
Menurut Depdiknas 2006,Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara terbimbing.IPA merupakan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-
konsep, prinsip-prinsip , proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan
Sains di SD bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar. Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� �
kegiatan praktis untuk mengembangkan komptensi agar siswa mampu menjelajahi
dan memahami alam sekitar cecara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk
“mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Lebih jauh Carin menyatakan bahwa,IPA adalah suatu kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis,yang didalam penggunaannya secara
umum terbatas pada gejala-gejala alam.Perkembangan Science tidak hanya
ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja, tetapi juga timbulnya metode ilmiah dan
sikap ilmiah. (http://techonly13.wordprees.com/2009/07/04/definisi-ipa/)
Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetehuan yang mempelajari alam sekitar
baik biotik maupun abiotik dengan jalan mengadakan pengematan langsung dari
berbagai jenis dan lingkungan buatan manusia.
d. Prinsip pembelajaran IPA di SD
Menurut Asy’ari,Muslicah (2006:25) memaparkan prinsip pembelajaran
IPA di SD sebagai berikut : (a)Empat pilar pendidikan global,yang meliputi
learning to know, learning to do, learning to be, learning to live together;
(b)Prinsip inkuiri; (c) Prinsip konstruktivisme; (d) Prinsip salingtemas
(sains,lingkungan,teknologi,masyarakat); (e) Prinsip pemecahan masalah ; (f)
Prinsip pembelajaran nilai ; (g) prinsip pakem.
Ketujuh prinsip itu perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA yang
kontekstual di SD, Hal ini bertujuan agar pembelajaran IPA lebih bermakna dan
menyenangkan bagi siswa,sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa
maksimal.(http://www.sekolahdasar.net).
e. Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Tujuan Pengajaran IPA menurut Depdiknas(2006) bertujuan agar siswa :
a) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan,keindahan,dan keteraturan alam ciptaan-Nya; b) mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; c) mengembangkan rasa ingin tahu,sikap
positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ���
IPA,lingkungan,teknologi dan masyarakat; d) mengembangkan ketrampilan
proses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkan masalah dan membuat
keputusan; e) memperoleh bekal pengetahuan,konsep,dan ketrampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
2. Tinjauan tentang model pembelajaran kuantum
a. Konsep model Pembelajaran Kuantum
Menurut Porter dan Hernacki(1999:15) pembelajaran Kuantum adalah
seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis
untuk semua tipe orang dan segala usia. Pembelajaran Kuantum pertama kali
digunakan di supercamp. Di supercamp ini menggabungkan rasa percaya diri,
keterampilan belajar, dan keterampilan berkomunikasi dalam lingkungan yang
menyenangkan.
Menurut Porter dan Hernacki (1999:16) Pembelajaran Kuantum
didefinisikan sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika adalah
kuantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Atau
sudah biasa dikenal dengan E=mc2. Tubuh kita secara materi di ibaratkan sebagai
materi, sebagai pelajar tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya;
interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.
Menurut Porter dan Hernacki(1999:14), Pembelajaran Kuantum berakar
dari upaya Lozanov, seorang pendidik yang berkebangsaan Bulgaria yang
bereksperimen dengan apa yang disebut sebagai “Suggestology” atau
“Suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi
hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif atau pun
negatif, ada beberapa tehnik yang dapat digunakan untuk memberikan sugesti
positif yaitu mendudukan murid secara nyaman, memasang musik latar didalam
kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan media pembelajaran
untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan
guru-guru yang terlatih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ���
Menurut De Porter dan Hernacki(1999:16) pembelajaran Kuantum
menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP(Program
Neurolinguistik) dengan teori, kenyakinan dan metode kami sendiri. Termasuk
diantaranya konsep-konsep kunci dari sebagai teori dan strategi belajar yang lain
seperti : 1)Teori otak kanan atau kiri; 2)Teori otak 3 in 1; 3)Pilihan
modalitas(visual, auditorial dan kinetik); 4)Teori kecerdasan ganda; 5)Pendidikan
Holistik(menyeluruh); 6)Belajar berdasarkan pengalaman; 7)Belajar dengan
simbol (Metaphoric Learning); 8)Simulasi atau permainan.
Suatu proses pembelajaran akan menjadi efektif dan bermakna apabila ada
interaksi anatar siswa dan sumber belajar dengan materi, kondisi ruangan,
fasilitas, penciptaan suasana dan kegiatan belajar yang tidak menonton
diantaranya melalui penggunaan music pengiring. Interaksi ini berupa keaktifan
siswa dalam mengikuti proses belajar. Menurut De Porter dan Hernacki (1999:12)
dengan belajar menggunakan pembelajaran Kuantum akan didapatkan berbagai
manfaat yaitu:
1) Bersikap positif
2) Meningkatkan motivasi
3) Keterampilan belajar seumur hidup
4) Membaca dengan cepat
5) Berpikir kreatif
6) Mengembangkan hafalan yang menakjubkan
b. Karakteristik Pembelajaran Kuantum
Menurut Sugiyanto (2008:63) menyatakan model pembelajaran kuantum
memiliki beberapa karakteristik umum : 1)Pembelajaran Kuantum berpangkal
pada psikologi kognitif, sehingga pandangan tentang pembelajaran, belajar dan
pebelajar dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif; 2)Pembelajaran
kuantum lebih bersifat humanistic, sehingga manusia selaku pebelajar menjadi
pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi, dan
sebagainya dari pebelajar yang diyakini dapat berkembang secara maksimal atau
optimal; 3)Dalam model pembelajaran kuantum, nuansa konstruktivisme relativ
kuat dengan menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ���
pembelajaran yang efektif dan optimal dan memudahkan keberhasilan pencapaian
tujuan pembelajaran; 4)Pembelajaran kuantum berupaya memadukan dan
mengolaborasikan factor petensi diri manusia selaku pebelajar dengan lingkungan
sebagai konteks pembelajar. Dalam pandangan pembelajaran kuantum,
lingkungan fisikal-mental dan kemampuan pikiran atau diri manusia sama
pentingnya dan saling mendukung; 5)Model pembelajaran kuantum memusatkan
perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna. Dapat dikatakan bahwa
interaksi tela menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam pembelajaran kuantum.
Karena itu pembelajaran kuantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi,
frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna. Proses
pembelajaran dipandang sebagai penciptaan interaksi-interaksi bermutu dan
bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah
pebelajar menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pebelajar.
Dalam kaitan inilah komunikasi menjadi sangat penting dalam pembelajaran;
6)Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada percepatan pembelajaran
dalam taraf keberhasilan tinggi. Menurut pembelajaran kuantum, proses
pembelajaran harus berlangsung cepat, dengan keberhasilan tinggi. Untuk itu,
segala hambatan dan halangan yang dapat memperlambat proses pembelajaran
harus dihilangkan atau dimanipulasi. Disini berbagai cara dapat dipergunakan,
misalnya dengan pencahayaan, iringan musik, suasana yang menyegarkan,
lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks dan sebagainya. Jadi
segala sesuatu yang mendukung percepatan pembelajaran harus diciptakan dan
dikelola sebaik-baiknya; 7)Pembelajaran kuantum sangat menekankan
kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, menimbulkan suasana nyaman,
segar, sehat, rileks, santai dan menyenangkan, sedang kepura-puraan
menimbulkan suasana tegang, kaku dan membosankan. Pembelajaran kuantum
sangat menekankan pada kebermaknaan proses pembelajaran. Proses
pembelajaran yang tidak bermakna dapat menumbuhkan kegagalan, dalam arti
tujuan pembelajaran tidak tercapai. Oleh karena itu segala upaya yang
memungkinkan tujuan kebermaknaan pembelajaran harus dilakukan oleh pengajar
atau fasilitator. kedalam dunia siswa; 8)Pembelajaran kuantum merupakan model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ���
pembelajaran yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks
pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh,
lingkungan yang menggairahkan dan mendukung serta rancangan belajar yang
dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang
lentur, ketrampilan belajar dan keterampilan hidup. Konteks dan isi ini tidak
terpisah dan saling mendukung, sehingga akan membuahkan keberhasilan
pembelajaran; 9)Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan
keterampilan akademis keterampilan hidup, dan prestasi. Ketiganya harus
diperhatikan dan dikelola secara seimbang dan relative sama dalam proses
pembelajaran, tetapi juga terbentuknya ketrampilan akademis dan proses prestasi
pembelajaran, tetapi juga terbentuknya ketrampilan hidup pebelajar;
10)Pembelajaran keantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan
keseragaman dan ketertiban. Oleh karena itu dalam pembelajaran kuantum
diakuai adanya keragaman gaya pelajar, dikembangkan aktivitas-aktivitas yang
beragam dan digunakannya bermacam-macam kiat metode untuk
memfasilitasinya
c. Prinsip-prinsip dalam model Pembelajaran Kuantum
Menurut De Potter, Reardon, singer-Nourie (2000:36),Dalam model
pembelajaran kuantum adalah membawa dunia memreka (pebelajar/siswa)
kedalam dunia kita(pebelajar). Setiap bentuk interaksi dengan pebelajar, setiap
rancangan kurikulum, dan setiap metode pembelajaran harus dibangun diatas
prinsip utama tersebut. Prinsip tersebut menuntut pengajar untuk memasuki dan
memahami dunia siswa, sebagai langkah pertama pembelajaran selain juga
mengharuskan pengajar untuk membangun jembatan otentik memasuki kehidupan
siswa, untuk itu pengajar dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman yang
dimiliki siswa sebagai titik tolaknya. Dengan jalan ini pengajar akan mudah
membelajarkan siswa baik dalam bentuk memimpin, mendampingi dan
memudahkan siswa menuju kesadaran dan ilmu yang lebih luas. Jika hal tersebut
dapat dilaksanakan, maka siswa akan memperoleh pemahaman baru yang
bermanfaat dalam menghadapi permasalahan yang mereka temui, sehingga terjadi
proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ���
Selain itu dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses
pembelajaran merupakan permainan orchestra simfoni, dimana dalam
penerapannya digunakan beberapa prinsip-prinsip dasar, yaitu : 1)Mengetahui
bahwa segalanya berbicara. Dalam pembelajaran kuantum segala sesuatu mulai
lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang
sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar sampai dengan
rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang maksud
pembelajaran; 2)Mengetahui bahwa segalanya bertujuan. Semua yang terjadi
dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan. Tidak ada kejadian yang tidak
bertujuan, sehingga baik siswa harus menyadari bahwa kejadian yang dibuatnya
selalu bertujuan; 3)Menyadari bahwa pengalaman mendahului penanaman. Proses
pembelajaran yang paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi
tersbut sebelum mereka memperoleh nama terhadap apa yang mereka pelajari.
Apabila hal ini terjadi, maka proses pembelajaran akan lebih bermakna;
4)Mengetahui setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran. Seperti diketahui
bahwa pembelajaran atau belajar merupakan suatu proses perubahan yang dapat
terjadi pada aspek kognitif, efektif maupun psikomotorik. Dalam proses
pembelajaran berarti pembelajaran akan membongkar pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya. Pada waktu pembelajaran melakukan langkah ini, mereka
patut memperoleh pengakuan atas kecakapan dan kepecayaan diri mereka.
Bahkan sekalipun mereka melakukan kesalahan, perlu diberi pengakuan atas
usaha yang mereka lakukan; 5)Menyadari bahwa sesuatu yang layak dipelajari
layak pula dirayakan. Segala sesuatu yang layak dipelajari oleh siswa sudah pasti
layak pula dirayakan keberhasilannya. Perayaan atas sesuatu yang telah dipelajari
dapat memberikan belikan mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi
positif dengan pembelajaran. Berdasarkan pada prinsip dasar model.
Pembelajaran kuantum dapat disusun kerangka rancangan bagi guru
mengacu pada kepanjangan dari “TANDUR”. Dapat dilakukan prosedur
pembelajaran sebagai berikut :
a) T = Tumbuhkan, minat dengan mengatakan : Apa Manfaatnya
Bagiku? Dan cara memanfaatkan dalam kehidupan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ���
Prinsip tumbuhkan manfaat akan dilalui siswa ketika mereka
mengetahui menfaat yang diperoleh dari mempelajari suatu
materi
b) A = Alami, artinya menciptakan atau mendatangkan
pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua siswa.
Prinsip Alami dapat dilakukan dengan memanfaatkan
modalitas belajar siswa baik visual, audio maupun
kinestetiknya, salah satunya melalui pemanfaatan music. Hal
ini dilakukan yang mengiringi siswa pada saat mempelajari
suatu materi, menganalisa dan menyelesaikan suatu kasus
secara berkelompok. Pada saat siswa membentuk kelompok
/bergabung dengan kelompoknya diputarkan music dengan
tempo dan volume yang agak keras. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan gairah belajar siswa. Kemudian setelah siswa
berada dalam kelompoknya dan mulai mengerjakan tugas,
diiringi music dengan tempo lambat dan lembut. Hal ini
dimaksudkan untuk membantu siswa meningkatkan
konsentrasi.
c) N =Namai, menyediakan kata kunci pada konsep, model,
rumus, strategi. Prinsip namai dapat diimplementasikan dengan
cara tiap-tiap kelompok diberi nama sesuai dengan konsep atau
tema pembelajaran. Masing-masing kelompok akan
mempekenalkan cirri-ciri dari kelompok masing-masing
diiringi dengan yel-yel kelompok. Pad tahapan ini dari hasil
diskusi kelompok, siswa akan mengetahui konsep-konsep dari
materi pembelajaran
d) D = Demonstrasi, menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
menunjukkan bahwa mereka tau dan pasti bisa. Prinsip
Demonstrasikan dapat diimplementasikan dengan cara tiap
kelompok mempresentasikan tugasnya didepan kelas. Tujuan
dari kegiatan ini adalah agar siswa mengalami langsung / aktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ���
dalam proses pembelajaran. Pada tahapan ini guru adalah
meyakinkan siswa dengan memberikan penguatan bahwa
mereka mampu melakukannya. Bila anggota kelompok ada 5
orang siswa, maka dari mereka ada yang bertugas mengkonsep
materi, presentasi, membuat contoh dan membuat pertanyaan
dari kelompok lain. Dengan rancangan ini semua siswa akan
terlibat secara aktif dan akan menunjukkan kemampuannya.
e) U = Ulangi, menunjukkan kepada siswa secara mengulang
materi dan menegaskan “aku tahu bahwa aku memang tahu
ini”. Prinsip ulangi dapat diimplementasikan dengan cara siswa
mengulang atau membahas contoh-contoh soal, tugas guru
adalah memberikan penekanan-penekanan. Hal ini berguna
untuk menghindari salah satu konsep yang timbul atau
keraguan yang ada.
f) R = Rayakan, memberikan pengakuan, reward/ hadiah atas
selesainya suatu tugas, atas partisipasinya dalam berbagai
kegiatan/ keterampilan atau pemerolehan pengetahuan. Prinsip
Rayakan dapat diimplementasikan dengan cara guru berusaha
memberikan Reward (hadiah)atau pengakuan atas presasi
maupun partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
dapat dilakukan antara lain dengan pemberian pujian, tepuk
tangan, dan lain-lain.
1650 Technology Drive Suite 800,The International Journal of Quantum
Chemistry is corcerned with the quantum mechcnical description of the
stuctur,properties,and dynamics of atoms,molecules,condensed, matter,and
biomoleculer systems.the Journal is interested in publishing applications where
quantum mechanical concepts interact with moleculer.(http://www.quantum.com)
N.Yngve Ohrn,Quantum Corporation is a leading supplier of digital linear
tape(DLT) technology used to backup data.It has sold more than 100 million half-
inch cartridge tapes for the two million DLT tape drives in use.Quantum also
produces disk based data backup systems.(http://me.manuscriptcentral.com/qua).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ���
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh: Istichomah, dengan judul
peningkatan pemahaman konsep energi panas dalam mata pelajaran IPA melalui
model pembelajaran kuantum pada siswa kelas IV di SD N Bonagung I,dapat
disimpulkan(1).Dengan penggunaan model kuantum dapat meningkatkan
pemahaman konsep energi panas. Hal ini dapat dilihat dari capaian nilai rata-rata
kelas terjadi peningkatan secara optimal .
Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan pemahaman dalam
mendefinisikan,mengidentifikasi,mengelompokkan,maupun menerapkan
pemahaman konsep energi panas dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aji Wasito dengan judul
peningkatan kemampuan kognitif pada pembelajaran IPA melalui metode
kuantum pada siswa kelas 1V SD N Sapen 03, kecamatan mojolaban kabupaten
sukoharjo tahun 2009/2010.Menyimpulkan dengan model pembelajaran kuantum
dapat mengatasi hambatan-hambatan siswa dalam kemampuan
kognitifnya,sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Adapun persamaan penelitian saya dan Istichomah serta Aji Wasito adalah
pada variabel X yaitu penggunaan model pembelajaran Kuantum. Perbedaan pada
penelitian kami adalah pada variabel Y. Pada penelitian saya variabel Y,
penguasaan konsep energi cahaya, sedangkan Istichomah variabelnya pemahaman
konsep energi panas, dan Aji Wasito variabelnya tentang peningkatan kemampuan
kognitif pada pembelajaran IPA.
C. Kerangka Berfikir
Pada pembelajaran IPA, khususnya pemahaman tentang”Konsep Energi
Cahaya, dikelas II SD Negeri Karanganyar 03 hasilnya belum sesuai dengan yang
diharakan. Hal ini akan terlibat dari belum tercapainya Kriteria Ketuntasan
Minimal pada materi tersebut. Berdasarkan pengamatan, hal ini akan terjadi
karena model pembelajaran yang digunakan kurang sesuai, dalam arti guru belum
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran (konvensional). Semua itu
menyebabkan rendahnya kemampuan siswa tentang “Konsep Energi Cahaya”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ��
Apabila hal ini dibiarkan terus menerus, maka lama kelamaan akan merugikan
siswa. Prestasi mereka akan semakin menurun.
Melihat kejadian tersebut, peneliti mempunyai alternativ untuk melakukan
tindakan guna meningkatkan pemahaman siswa tentang “Konsep Energi Cahaya”.
Upaya yang akan dilakukan peneliti yaitu dengan merubah model pemebelajaran
lama dengan model yang baru. Model pembelajaran yang digunakan dalam rangka
meningkatkan pemahaman tentang “Konsep Energi Cahaya” pada siswa kelas II
adalah model pembelajaran Kuantum. Penggunaan model pembelajaran kuantum
anak akan merasakan gembira, serta mendapatkan pengetahuan, keterampilan
dalam pengalaman belajarnya. Untuk meningkatkan pemahaman proses
pembelajaran melalui percobaan-percobaan pembelajaran dapat membantu siswa
dalam hal belajar pengamatan dan praktikum permulaan. Penggunaan model
pembelajaran yang dikemas sedemikian rupa akan menimbulkan daya tarik sendiri
bagi yang menggunakannya. Kegiatan belajar dan mengajar dengan menggunakan
model pembelajaran kuantum proses pembelajaran dapat menciptakan suasana
belajar yang menarik dan materi akan terkesan pada diri siswa. Hal ini siswa akan
menjadi lebih jelas dalam menerima materi yang disampaikan guru, sehingga hasil
belajar IPA lebih meningkat. Dalam model pembelajaran ini terdapat beberapa
siklus guna mengamati perkembangan kemajuan siswa. Pada setiap siklus
dilakukan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus yang dilakukan
disesuaikan dengan kebutuhan sampai dengan pembelajaran dapat tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ��
Berdasarkan uraian di atas, secara skematis kerangka alur berfikir
dapat dilihat pada gambar I
Gambar I : Alur Kerangka Berfikir
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Guru belum menggunakan model pembelajaran kuantum
Pemahaman konsep energi cahaya rendah
Guru menggunakan model pembelajaran
kuantum
Siklus I 1. Meningkatkan pemahaman
konsep energi cahaya 2. Mendemonstrasikan perambatan
cayaha menggunakan model pembelajaran kuantum
Siklus III 1. Meningkatkan pemahaman
konsep energi cahaya 2. Mendemonstrasikan perambatan
cayaha menggunakan model pembelajaran kuantum
Siklus II 1. Meningkatkan pemahaman
konsep energi cahaya 2. Mendemonstrasikan perambatan
cayaha menggunakan model pembelajaran kuantum
Di duga melalui model pembelajaran kuantum
meningkatkan pemahaman konsep energi cahaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ���
D. Hipotesis penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir yang telah di uraikan
diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Penerapan model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan pemahaman Konsep Energi Cahaya pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas II SDN Karanganyar 03 Weru Sukoharjo tahun 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ���
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Karanganyar 03
Weru Sukoharjo. Alasan pemilihan tempat ini karena sekolah ini sebagai tempat
mengajar peneliti sehingga dengan pertimbangan tempat mengajar dan data-data
yang diperlukan mudah didapatkan serta peneliti dapat secara langsung
menggunakan data-data yang ada sebagai pertimbangan untuk langkah atau
tindakan selanjutnya. Dipilih kelas II karena peneliti melihat bahwa pembelajaran
IPA di kelas II, siswanya kurang berminat dalam mengikuti kegiatan belajar-
mengajar.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan Selama enam bulan, yakni bulan Mei-Juni
2011. Dengan rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel
1 hal 90.
B. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil subjek penelitian siswa dan guru
kelas II SD Negeri Karanganyar 03 Weru Sukoharjo. Dalam pembelajaran IPA
pokok bahasan panas. Jumlah siswa kelas IV sebanyak 38 anak, dengan perincian
laki-laki 14 anak dan Perempuan 24 anak.
C. Sumber Data
Data atau informasi yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian
ini sebagian besar berupa data kualitatif. Data atau informasi tersebut digali dari
berbagai sumber dan jenis yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini yaitu:
1. Data primer yaitu siswa kelas II dan Informasi dari guru kelas II Sekolah
Dasar Negeri Karanganyar 03 Weru Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ���
2. Data sekunder yaitu arsip yang berupa nilai,raport dan tes hasil belajar
serta kegiatan belajar mengajar di kelas II Sekolah Dasar Negeri
Karanganyar 03 Weru Sukoharjo dan proses pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesusai dengan apa yang diharapkan dalam
penelitian, diperlukan alat dan metode untuk mendapat data yang tepat dan
objektif. Penetapan metode pengumpulan data berdasarkan pada tujuan penelitian
yang akan dicapai juga berdasar pada kebutuhan dan sumber data. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Menurut Suharsimi Arikunto,Observasi adalah mengamati atas hasil atau
dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Kegiatan
yang dilakukan adalah melakukan “pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi
ketika tindakan berlangsung.
Dalam melakukan pengamatan ini, peneliti mencatat sedikit demi sedikit
apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat, serta mengamati jalannya
proses pembelajaran berlangsung. Selain mengamati proses pembelajaran yang
berlangsung juga mengamati kerja guru dalam mengelola kelas. Observasi siswa
difokuskan pada hasil belajar IPA selama proses pembelajaran berlagsung.
Sedangkan observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam
menerapkan pembelajaran kuantum. Hasil observasi didiskusikan bersama guru
pengampu untuk kemudian dianalisis bersama untuk mengetahui berbagai
kelemahan ataupun kelebihan dalam penerapan pembelajaran kuantum yang telah
dilakukan untuk kemudian diupayakan solusinya. Solusi yang telah disepakati
bersama antara peneliti dan guru pengampu dapat dilaksanakan pada siklus
berikutnya. Observasi terhadap guru difokuskan pada perilaku guru saat mengajar,
observsi ini difokuskan pada perilaku para siswa sebelum tindakan dan ketika
tindakan berlangsung berkaitan dengan peningkatan hasil belajar IPA pada konsep
energi cahaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ���
2. Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (1997:206) menyatakan,Dokumentasi adalah suatu
proses pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel.Teknik ini digunakan
untuk mengumpulkan data-data tertulis, serta digunakan sebagai gambaran secara
lengkap tentang dokumen dan arsip. Dokumen atau arsip, yang berupa rencana
pelaksanaan pembelajaran, daftar nilai, kriteria ketuntasan minimal, silabus dan
program semester, daftar hadir siswa hasil pekerjaan siswa dan buku analisis
penilaian dan arsip-arsip lain yang dimiliki guru kelas II.
3. Tes
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang
diperoleh siswa atau seberapa besar tingkat pemahaman siswa terhadap energi
cahaya. Syarat tes yang baik adalah harus memiliki 2 hal yaitu validasi dan
reabilitas.Validitas mencakup 4 hal yaitu : validitas isi, validitas susunan, validitas
bandingan, validitas ramalan. Tes dilakukan sebelum dilaksanakan pembelajaran
kuantum dan sesudahnya. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui peningkatan
pemahaman siswa terhadap energi cahaya pada pembelajaran sebelum
menggunakan model kuantum maupun sesudahnya. Materi tes berisi tentang
“Energi Cahaya”.
E. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalam model
diskriptif komparatif yaitu membandingkan antar siklus. Menurut Sarwiji
Suwandi (2009:143)”Apabila jumlah indikator dari suatu KD yang telah tuntas
lebih dari 50%,peserta didik dapat mempelajari KD berikutnya dengan mengikuti
remedial untuk KD yang belum tuntas.Sebaliknya,apabila nilai indikator dari
suatu KD lebih kecil dari kriteria ketuntasan,dapat dikatakan peserta didik belum
menuntaskan indikator tersebut”.
F. Indikator Pencapaian
Menurut Sarwiji Suwandi (2009:72) indikator kinerja merupakan rumusan
kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolok ukur dalam menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ���
keberhasilan atau keefektifan penelitian.Indikator keberhasilan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah 85% dari seluruh siswa memperoleh nilai > 62 atau
jumlah siswa yang belajar tuntas meningkat.Hal tersebut berdasarkan Standar
Ketuntasan Minimum di SD Karanganyar III untuk mata pelajaran IPA.Indikator
Kerja yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan penguasaan
Energi Cahaya malalui model Pembelajaran Kuantum pada siswa kelas II di SD
Karanganyar III 2010/2011.Indikator Keberhasilan tindakan ini dirumuskan di
dalam table 2 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ���
Tabel 2.Indikator Keberhasilan Tindakan Penelitian untuk Aspek Kualitas Proses
Indikator
Keberhasilan
Aspek yang
diukur
Target Capaian Cara mangukur
1.Proses
pembelajaran
2.Hasil
Penbelajaran
Kualitas Proses
Kemampuan
konsep energi
cahaya
1.Siswa menunjukkan kesungguhan dalam mengikuti pembelajaran IPA,khususnya pada pokok bahasan energi cahaya. 2.Siswa bersemangat dalam pembelajaran dan berani mengemukakan pendapat.�
85% dari seluruh
siswa
memperoleh nilai
> 62 atau jumlah
siswa yang
belajar tuntas
meningkat
Diamati pada saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung jumlah siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran IPA pada pokok bahasan energi cahaya.
Tes
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari siklus-siklus untuk
mengetahui permasalahan yang menyebabkan rendahnya penguasaan IPA di
Kelas II Sekolah Dasar Negeri Kranganyar 03 Weru Sukoharjo, dilakukan
observasi terhadap kegiatan pembelajaran. Tindakan yang tepat dalam
meningkatkan prestasi belajar IPA yaitu melalui model pembelajaran kuantum.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ���
1. Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan pemantauan keadaan siswa yang akan diteliti dan
mempersiapkan semua instrumen. Pada penelitian tindakan kelas ini,
digunakan 6 instrumen yaitu:
a. Silabus
b. Rencana Pembelajaran
c. Media Pembelajaran
d. Lembar Observasi Siswa
e. Lembar Observsi Guru
f. Alat Evaluasi (tes)
2. Pelaksanaan
a. Siklus I
1) Perencanaan
Pada tahap ini menyusun Rencana Pembelajaran (RP) dan menyiapkan
materi untuk siklus I.
2) Tindakan
Proses tindakan dalam siklus I adalah:
a) Satu atau dua hari sebelum proses belajar dan mengajar
berlangsung member tugas kepad asiswa untuk membaca dn
mempelajari materi tentang “Energi Cahaya”.
b) Siswa mengamati demonstrasi alat-alat yang menghasilkan Energi
cahaya di depan kelas.
c) Siswa diberi tugas untuk mengemukakan gagasan atau ide dari
informasi demonstrasi. Kemusian siswa melakukan percobaan I
besama kelompoknya, sebagai hasil diskusi bersama kelompoknya.
d) Siswa mencoba mempresentasikan hsil diskusi kelompoknya
mengenai masalah yang dibahas dari percobaan tersebut tentang
materi energi cahaya dan siswa yang lain dapat memberikan
tanggapan dari hasil presentasi yang telah disampaikan oleh
temannya tadi.
3) Observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ���
Observsi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Aspek-aspek yang diamati adalah perilaku siswa dn guru selama
proses pembelajaran berlangsung.
4) Analisis dan Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis
sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Untuk
memperkuat hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan digunakan
data yang berasal dari data observasi. Hasil analisis data yang
dilaksanakan dalam tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk
merencanakan siklus berikutnya.
b. Siklus II
1) Perencanaan
Pada tahap ini menyusun Rencana Pembelajaran (RP) dan
menyampaikan materi untuk siklus II berdasarkan hasil refleksi pada
siklus I.
2) Tindakan
Proses tindakan dalam siklus II adalah:
a) Siswa diberi tugas untuk mengungkapkan pengalamannya
mengenai “Energi Cahaya” yang telah dijelaskan oleh guru.
b) Siswa melakukan sebuah percobaan ke II bersama kelompoknya
sebagai hasil pengamatan dan diskusi dalam kelompoknya
mengenai energi cahaya dan memahami proses perambatan cahaya.
c) Siswa mencoba mempresentasikan hasil percobaan tersebut dan
diskusi dalam kelompoknya mengenai “Energi Cahaya” dn
memahami proses perambatan panas dan siswa yang lain dapat
memberikan tanggapan dari hasil presentasi yang telah
disampaikan oleh temannya tadi.
d) Guru menjelaskan dan member penguatan tentang materi energi
cahaya dengan pembelajaran kuantum yang telah dibuat oleh guru
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ��
3) Observasi
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Aspek-aspek yang diamati adalah perilaku siswa dan guru selama
proses pembelajaran berlangsung.
4) Analisis dan Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta
dianalisis, sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah
dilakukan digunakan data yang berasal dari data observasi. Hasil
analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan digunakan
sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
c. Siklus III
1) Perencanaan
Pada tahap ini menyusun Rencana Pembelajaran (RP) dan menyampaikan
materi untuk siklus III berdasarkan hasil refleksi pada siklus II.
2) Tindakan
Proses tindakan dalam siklus III adalah:
a) Siswa melakukan percoban ke-3 bersama kelompoknya sebagai hasil
pengamatan dan diskusi dalam kelompoknya tentang energi cahaya
dan memahami proses perambatan cahaya.
b) Siswa membuat sebuah laporan sementara dengan kelompoknya
sebagai hasil percobaan.
c) Siswa mencoba mempresentasikan hasil percobaan tersebut dan
diskusi dalma kelompknya mengenai “Energi Panas” dan memahami
proses perambatan cahaya dan siswa yang lain dapat memberikan
tanggapan dari hasil presentasi yang telah disampaikan oleh temannya
tadi.
d) Guru menjelaskan dan member penguatan tentang materi energi
cahaya dan proses perambatan cahaya dengan pembelajaran kuantum
yang telah dibuat oleh guru tersebut.
3) Observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ��
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Aspek-
aspek yang diamati adalah perilaku siswa dan guru selama proses
pembelajaran berlangsung.
4) Analisis dan Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis,
sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Untuk
memperkuat hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan digunakan data
yang berasal dari data observasi. Hasil analisis data yang dilaksanakan
dalam tahap ini akan digunakan sebagai acuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ���
Berdasarkan Uraian diatas maka dapat dibuat prosedur penelitian seperti gambar berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
� ���
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD negeri
Karanganyar III yang beralamat di dukuh Tlemek RT 02/04 desa karanganyar
kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo.Sekolah dasar negeri karanganyar 03 ini
berdiri pada tanggal 1 juli 1977.Sekolah ini letaknya sangat strategis yaitu dengan
jalan umum sehingga memudahkan siswa menuju ke sekolah ini.Sekolah dasar
negeri Karanganyar 03 ini mempunyai jumlah siswa terbanyak kedua dalam satu
kecamatan,dengan jumlah siswa keseluruhan dari kelas 1 hingga kelas 6 sebanyak
193 siswa.Selaku kepala sekolah Bp.Tolu Winarto yang membawahi 13 guru dan
karyawan.Sekolah sekolah dasar negeri karanganyar 03 mempunyai 1 ruang
guru,1 ruang kepala sekolah yang menyatu dengan ruang guru.Sekolah ini juga
mempunyai 6 ruang kelas,1 ruang UKS,1 ruang perpustakaan,1 ruang komputer
dan 1 aula sebagai gedung pertemuan.Aula di sekolah dasar negeri 03 menjadi
satu-satunya tempat pertemuan dan acara-acara penting se-Kecamatan Weru,
karena hanya sekolah ini yang mempunyai gedung pertemuan.
Halaman sekolahnya cukup luas, dikelilingi oleh bermacam-macam
tumbuhan yang memberikan kesejukan di sekolah ini.Fasilitas yang ada di
sekolah ini kurang memadai. Berbagai jenis alat peraga untuk berbagai mata
pelajaran yang tersedia kurang lengkap.Alat peraga tersebut tidak dimanfaatkan
oleh guru dengan baik dalam proses pembelajaran.
Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas II SD Negeri Karanganyar III..
Pemilihan tempat tersebut didasarkan pada pertimbangan: Pertama, peneliti
merupakan guru wiyata bakti di SD Negeri Karanganyar III. Kedua, sekolah
tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian yang serupa sehingga
terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. Ketiga, berdasarkan hasil observasi
peneliti di lapangan terdapat permasalahan dalam pembelajaran IPA khususnya
materi energi cahaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Karakter siswa-siswi kelas II tempat penelitian tidak jauh berbeda
dengan kelas lain. Kebanyakan siswa menganggap IPA sebagai suatu mata
pelajaran sulit, sehingga penguasaan konsep energi cahaya belum mencapai
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan sekolah pada awal semester.
Partisipasi siswa dalam pembelajaran IPA juga kurang optimal. Siswa masih
banyak tergantung pada guru dalam memecahkan masalah konsep energi cahaya.
Hal itu menyebabkan rendahnya penguasaan konsep energi cahaya siswa pada
mata pelajaran IPA. Untuk mengantisipasi hal tersebut peneliti mengadakan
penelitian di kelas II. Peneliti menggunakan Model Pembelajaran Kuantum yang
dapat meningkatkan penguasaan konsep energi cahaya pada siswa kelas II.
Dengan penelitian ini diharapkan siswa Sekolah Dasar Negeri
Karanganyar III lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar IPA, sehingga
penguasaan konsep energi cahaya siswa kelas II meningkat.
2. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan observasi pada siswa kelas II SD Negeri Karanganyar III,
tahun pelajaran 2010/2011 pada materi energi cahaya.
Berdasarkan hasil observasi sebelum melakukan tindakan, masih
terdapat permasalahan yang ditemui pada diri siswa, antara lain:
a. Pembelajaran yang digunakan Guru
Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional dalam proses
pembelajaran sehingga pembelajaran tidak berjalan seimbang antara guru dengan
siswa, dan dimana segala proses belajar mengajar berpusat pada guru sehingga
penguasaan konsep energi cahaya rendah.
Guru kurang menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga siswa kurang
berani mengajukan pertanyaan maupun mengungkapkan gagasannya. Guru masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional. Guru belum
mengembangkan pembelajaran yang menarik yang dapat mengoptimalkan
kreativitas dan keaktifan siswa. Guru selama ini lebih mementingkan hasil akhir
pelajaran bukan proses pembelajaran.
b. Teknik Menginteraktifkan Siswa
Kebiasaan lama mengajar, ketergantungan guru pada buku LK dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar yaitu guru hanya meminta siswa untuk
mengerjakan tugas-tugas yang ada dalam buku LK. Dengan cara seperti ini
kegiatan pembelajaran konsep energi cahaya seolah-olah hanya berada pada
tataran kognitif sedangkan aspek psikomotorik yang seharusnya menjadi fokus
pembelajaran konsep energi cahaya tidak mempeoleh proporsi yang seharusnya.
Dalam proses belajarpun hanya terlihat interaksi dua arah, yaitu antara
guru dengan siswa saja. Guru tidak menciptakan interaksi antara siswa dengan
siswa atau siswa dengan kelompok. Sehingga siswa ragu-ragu dalam bertanya dan
menjawab pertanyaan ,
c. Permasalahan yang ditemui pada diri siswa.
Siswa kurang aktif pada saat kegiatan pembelajaran, cenderung tidak
serius dan tidak memperhatikan saat guru sedang memaparkan materi pelajaran,
tidak berani tampil di depan kelas, siswa kurang antusias dalam menjawab
pertanyaan guru, dan siswa cenderung menunjukkan sikap jenuh dan bosan pada
pembelajaran yang diterapkan guru, dilihat dari sikap siswa yang asyik bermain
sendiri ataupun mengobrol dengan teman.
Rendahnya penguasaan konsep energi cahaya cacah siswa kelas II yang
ditunjukkan dari nilai ulangan mengenai penguasaan konsep energi cahaya yaitu
dari 38 siswa hanya 5,26 % atau 2 siswa yang mendapat nilai di atas sama dengan
batas KKM. Sedangkan 94,73 % atau 36 siswa berada di bawah batas KKM yaitu
62.
Fakta hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa sebagian siswa kelas
II di SD Negeri Karanganyar 03 mendapatkan nilai rendah pada materi pokok
konsep energi cahaya. Dengan demikian konsep energi cahaya siswa kelas II SD
N Karanganyar III perlu ditingkatkan. Data nilai tersebut dilihat dalam lampiran 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Berdasarkan hasil nilai belajar siswa pada lampiran 2 di halaman 72,maka
dapat dibuat table seperti berikut:
Tabel 4.1. Frekuensi Data Nilai Tes Siswa sebelum Tindakan
Nomor Rentang Nilai Frekuensi(fi) Nilai Tengah
(fi) x (xi) Prosentase
1 20 –28 1 24 24 2,63 %
2 29 – 37 6 33 198 15,7 %
3 38 – 46 16 42 672 39,47 %
4 47 – 55 10 51 510 21,05%
5 56 – 64 2 60 180 2,63 %
6 65 – 73 3 69 207 7,89 %
Jumlah 38 555 1791 100 %
Berdasarkan tabel 3. maka dapat digambarkan pada grafik.
KKKK1
Gambar 5. Grafik Nilai Tes Siswa sebelum Tindakan
Berdasarkan data nilai di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan, siswa kelas II SD Negeri Karanganyar 03 banyak siswa yang
memperoleh di bawah batas nilai KKM yaitu 62. Data ketuntasan belajar pada
kondisi awal dapat diketahui pada tabel di bawah ini.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
nilai tengah
frek
uen
si
24 33 42 51 60 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 4.2 Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes sebelum Tindakan
No
Ketuntasan
Jumlah Siswa
Pra Siklus
Jumlah Persen
1 Tuntas 3 7,89 %
2 Tidak Tuntas 35 92,11 %
Jumlah 38 100 %
Berdasarkan data nilai di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan, siswa kelas II SD Negeri Karanganyar 03 sebanyak 38 siswa hanya 3
siswa atau 7,89 % yang memperoleh nilai di atas sama dengan batas nilai KKM.
Sebanyak 35 siswa atau 92,11 % memperoleh nilai di bawah batas nilai KKM
yaitu 62.
Hasil rata-rata nilai tes sebelum dilakukan tindakan dapat ditujukkan
dalam tabel berikut :
Tabel 4.3 Hasil rata-rata nilai tes sebelum dilakukan tindakan
No Keterangan Tes Awal
1 Nilai terendah 20
2 Nilai tertinggi 65
3 Rata-rata nilai 42
4 Siswa belajar tuntas 7,89 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Untuk memperjelas hasil rata-rata nilai tes sebelum dilakukan tindakan
dapat digambarkan dalam grafik berikut ini
Gambar 6. Grafik Nilai Rata-rata Nilai Tes Siswa sebelum Tindakan
Dari hasil tes awal pada tabel di atas dapat disimpulkan sementara bahwa
penguasaan konsep energi cahaya oleh siswa kelas II SD Negeri Karanganyar 03
masih kurang. Adanya. Maka peneliti mengadakan konsultasi dengan dewan guru
untuk melaksanakan pembelajaran energi cahaya melalui Model Pembelajaran
Kuantum.Dan nila
3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan
Deskripsi data pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini
terdiri dari deskripsi tindakan siklus I,deskripsi tindakan siklus II, dan deskripsi
tindakan siklus III setiap siklus 2 kali pertemuan masing- masing terdiri atas 4
tahapan yaitu, (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi
dan (4) refleksi tindakan
a. Deskripsi Tindakan Siklus I
Penerapan pembelajaran konsep energi cahaya pada siklus I dengan
menggunakan model pembelajaran Kuantum sebagai berikut:
65
20
42
0
10
20
30
40
50
60
70
Nilaitertinggi
Nilaiterendah
Rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
1) Perencanaan Tindakan Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 7-14 Maret 2011 membahas tentang
konsep energi cahaya.Indikator hasil belajar meliputi, 1) siswa menuliskan
kembali macam-macam sumber energi cahaya; 2) Menggolongkan benda yang
termasuk benda energi cahaya dan yang bukan; 4) Menjelaskan keuntungan energi
cahaya.Siklus ini dilaksanakan 4x35 menit dalam 2x pertemuan.Pembelajaran
dilaksanakan dengan model pembelajaran kuantum.Media penunjang yang
digunakan adalah KIT IPA dan benda-benda disekitar kita.dan siswa melakukan
diskusi kecil.
Pada siklus I guru membuat rencana pembelajaran dan menggunakannya
sesuai dengan skenario yang telah dibuat.Pembelajaran dilaksanakan dengan
model pembelajaran kuantum,yang meliputi : apersepsi,eksplorasi,diskusi dengan
penjelasan dan pengembangan dengan aplikasi.
2). Pelaksanaan pembelajaran siklus I
a) Pertemuan pertama pada siklus I
Pada tahap apersepsi. Guru mengkondisikan siswa agar siap
mengikuti kegiatan pembelajaran,siswa mengamati demonstrasi guru
alat-alat yang menghasilkan energi cahaya serta hal-hal yang pernah
dipelajari sebelumnya dan menanyakan secara langsung tentang
konsep energi cahaya.
Pada tahap eksplorasi. Guru membagi siswa menjadi 4
kelompok dan membagikan LKS yang digunakan untuk melakukan
diskusi dengan kelompoknya sesuai dengan materi yang
diberikan.Pada kegiatan ini,siswa melakukan diskusi untuk
mendapatkan pemahaman dan langsung mengetahui tentang konsep
energi cahaya.Diskusi yang dilakukan akan berguna agar siswa lebih
memahamimateri pelajaran dan melatih siswa untuk bekerja sama
yang baik dalam kelompok.Kemudian siswa melakukan percobaan
berkaitan dengan energi cahaya dengan bimbingan guru.Pada akhir
kegiatan ini siswa menjawab soal pada lembar LKS yang sudah
disediakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tahap diskusi dan penjelasan. Guru memberikan penjelasan
tentang konsep energi cahaya,penghematannya,kelebihan dan
kekurangannya dengan solusi yang didasarkan pada hasil
diskusi.Guru menguatkan konsep yang telah dipelajari yaitu tentang
energi cahaya sehingga siswa tidak ragu tentang konsepsi yang
diungkapkan sebelumnya.Guru berusaha menjelaskan materi dengan
sejelas-jelasnya sehingga membuat siswa semakin mengerti dan
paham tentang konsep energi cahaya.
Tahap pengembangan aplikasi.Pada tahap ini guru membagikan
soal test yang dikerjakan secara individu dan guru memberikan
petunjuk cara mengerjakan soal.Dalam kegiatan ini siswa tampak
serius dalam mengerjakan soal.
b) Pertemuan kedua pada siklus I
Pada tahap apersepsi. Guru mengkondisikan siswa agar siap
mengikuti kegiatan pembelajaran,secara sekilas guru mengadakan
pertanyaan tentang energi cahaya dari pertemuan sebelumnya,serta
hal-hal yang pernah dipelajari sebelumnya dan menanyakan secara
langsung tentang konsep energi cahaya.
Pada tahap eksplorasi.Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok
dan membagikan LKS yang digunakan untuk melakukan diskusi
dengan kelompoknya sesuai dengan materi yang diberikan.Pada
kegiatan ini,siswa melakukan diskusi untuk mendapatkan
pemahaman dan langsung mengetahui tentang konsep energi cahaya
sama seperti pertemuan pertama namun dengan alat dan media yang
berbeda.Diskusi yang dilakukan akan berguna agar siswa lebih
memahamimateri pelajaran dan melatih siswa untuk bekerja sama
yang baik dalam kelompok.Kemudian siswa melakukan percobaan
berkaitan dengan energi cahaya dengan bimbingan guru.Pada akhir
kegiatan ini siswa menjawab soal pada lembar LKS yang sudah
disediakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tahap diskusi dan penjelasan. Guru memberikan penjelasan
tentang konsep energi cahaya, penghematannya, kelebihan dan
kekurangannya dengan solusi yang didasarkan pada hasil
diskusi.Guru menguatkan konsep yang telah dipelajari yaitu tentang
energi cahaya sehingga siswa tidak ragu tentang konsepsi yang
diungkapkan sebelumnya.Guru berusaha menjelaskan materi dengan
sejelas-jelasnya sehingga membuat siswa semakin mengerti dan
paham tentang konsep energi cahaya.
Tahap pengembangan aplikasi. Pada tahap ini guru membagikan
soal test yang dikerjakan secara individu dan guru memberikan
petunjuk cara mengerjakan soal.Dalam kegiatan ini siswa tampak
serius dalam mengerjakan soal.
3). Observasi
Pengamatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara kolaboratif
antara guru kelas dan observer dengan siswa. Selama melaksanakan tindakan,
guru melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap siswa selama mengikuti
pembelajaran konsep energi cahaya, serta meminta teman sejawat sebagai
observer untuk mengamati guru dalam mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran Kuantum.
a) Hasil Observasi bagi Guru
Berdasarkan data observasi dalam siklus I selama 2 kali pertemuan
diperoleh hasil observasi sebagai berikut :
1. Guru telah mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan dalam
kegiatan pembelajaran, baik buku pedoman, maupun media yang sesuai,
2. Guru telah melaksanakan apersepsi dengan baik untuk dapat memusatkan
perhatian siswa terhadap kegiatan pembelajaran,
3. Guru sudah menggunakan media atau alat peraga dalam kegiatan
pembelajaran, dan penyampaian materi pelajaran sudah baik,
4. Guru belum optimal dalam, membimbing diskusi kelompok kecil,
5. Guru kurang baik dalam pengelolaan kelas,
6. Guru kurang dapat memanfaatkan waktu dengan baik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
7. Guru sudah mampu merangsang siswa untuk aktif bertanya dan
mengemukakan pendapat karena pembelajaran dibuat menyenangkan,
8. Guru kurang memberi kesempatan tiap kelompok untuk menyampaikan
hasil percobaan di depan kelas, Guru kurang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk merangkum dan menyimpulkan pelajaran yang telah
diajarkan, dapat terlihat dari buku pelajaran siswa yang cenderung masih
kosong,
9. Guru sudah berkeliling untuk mengecek kegiatan siswa- siswa dalam
proses pembelajaran, serta pengelolaan waktu pada langkah-langkah
pembelajaran kurang ditaati oleh guru, jadi aplikasi pengajaran kurang
terealisasi dengan baik.
Berdasarkan hasil observasi kinerja guru pada lampiran 10 hal 83,maka dapat
dibuat tabel seperti berikut :
Tabel 4.4 Observasi kinerja guru pada siklus 1
No. Keterangan Siklus I
Pertemuan 1 Pertemuan 2
1. Total skor 27 30
2. Rata-rata skor 2,25 3,00
3. Rata-rata skor siklus 1 2,625
Grafik Hasil kinerja guru pada siklus 1
Gambar 7. Grafik Hasil kinerja guru pada siklus I
2.25
3.00
00.5
11.5
22.5
33.5
4
Pert 1 Pert 2
Sko
r
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
b) Hasil Observasi bagi Siswa
Berdasarkan data observasi pada siklus I diperoleh data hasil belajar
afektif siswa sebagai berikut:
1. Perhatian siswa terhadap pelajaran sudah mulai terfokus, dengan adanya
media yang digunakan guru, siswa mulai tertarik dan termotivasi untuk
dapat mengikuti pelajaran dengan baik ,siswa sudah mulai aktif terlibat
dalam kegiatan pembelajaran, siswa sudah mulai memahami maksud dari
materi yang disampaikan oleh guru,
2. Siswa kurang dalam kerjasama dalam kelompok,
3. Siswa dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugas baik tugas individu
atau tugas kelompok, keberanian siswa maju ke depan untuk
mempresentasikan hasil tugas observasi masih kurang.
4. Siswa kurang berminat mencatat dan merangkum bahan pelajaran dengan
baik dan sistematis, siswa sudah berani bertanya dan meminta saran
kepada guru mengenai bahan pelajaran yang masih belum jelas, banyak
siswa yang mengangkat tangan mengajukan pertanyaan,dan mau
berkomunikasi dengan guru, serta kemauan siswa untuk berdiskusi dengan
teman sudah baik, terlihat pada saat diberi waktu untuk berdiskusi, siswa
mampu bekerjasama dengan teman.Berdasarkan lampiran 6 hal 77, maka
aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5 Hasil aktivitas siswa pada siklus I.
No. Keterangan Siklus I
Pertemuan 1 Pertemuan 2
1. Total skor 16 18
2. Rata-rata skor 2,28 2,57
3. Rata-rata skor siklus 1 2,425
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Grafik Aktivitas Siswa kelas II pada siklus I.
Gambar 8. Grafik Aktivitas Siswa kelas II pada siklus I.
4) Analisis dan Refleksi
Dari hasil penelitian pada siklus 1, maka guru mengulas masih ada 30
siswa yang belum mencapai KKM. Maka peneliti melanjutkan siklus ke II untuk
materi energi cahaya dengan menindak lanjuti siklus I. Dari hasil analisa data
perkembangan prestasi belajar siswa pada tes siklus I dapat disimpulkan bahwa
siswa yang tuntas belajar di siklus I sebesar 15,7%.Besarnya nilai terendah yang
diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 30. Untuk nilai tertinggi terdapat
kenaikan dari 60 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 48 nilai
tersebut belum di atas rata-rata,nilai yang diinginkan dari pihak guru, peneliti dan
sekolah.
Dari hasil unjuk kerja secara keseluruhan hanya 60% siswa yang mampu
mencapai batas ketuntasan yakni yang mendapat nilai 61 ke atas,dan hasil nilai
pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 3 hal 74.
2.28 2.57
00.5
11.5
22.5
33.5
4
Pert 1 Pert 2
Sko
r
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel 4.6 Frekuensi Data Nilai Tes Siswa Pada Siklus 1
Nomor Rentang Nilai Frekuensi(fi) Nilai Tengah
(fi) x (xi) Prosentase
1 20 –28 4 24 96 10,52 %
2 29 – 37 15 33 495 15,7 %
3 38 – 46 8 42 294 18,42 %
4 47 – 55 5 51 255 13,15 %
5 56 – 64 6 60 360 15,78 %
Jumlah 38 555 1500 100 %
Grafik persentase hasil belajar siswa pada siklus I
Gambar 8.Grafik frekuensi hasil belajar siswa pada siklus I.
Tabel 4.7: Tabel Persentase Hasil Belajar IPA Kelas II SDN Karanganyar III
Th.2011 pada Siklus I
No Uraian Pencapaian Hasil Jumlah /Nilai
1 Siswa yang mendapat nilai di atas 62 6
2 Siswa yang mendapat nilai di bawah 62 32
3 Rerata 15,7
4 Ketuntasan Klasikal 16 %
0
2
4
6
8
10
12
14
16
nilai tengah
frek
uen
si
24 33 42 51 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Berdasarkan uraian dari tabel 2 dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki
ketuntasan belajar (dengan nilai 62 ke atas) sebanyak 6 siswa atau 15,7% dari 38
siswa. Dari data diatas, dapat dibuat grafik pada gambar 1.
Grafik 1.Daftar Ketuntasan Nilai IPA Smtr II Kelas II
SDN Karanganyar III Pada Siklus I
Gambar 9. Histogram Kriteria Ketuntasan pada Siklus I
Dalam penelitian tindakan kelas siklus I masih banyak ditemukan
kekurangan-kekurangan, antara lain:
a) Bagi Guru
(1) Penggunaan alat peraga yang belum optimal serta guru kurang dapat
mengendalikan kelas, terlihat dari adanya beberapa siswa yang ramai
dibiarkan saja.
(2) Guru belum optimal dalam membimbing siswa untuk melaksanakan
diskusi kelompok kecil dengan baik, guru kurang jelas memberikan
arahan atau petunjuk diskusi kelompok kecil pada siswa terlihat dari
banyaknya siswa yang masih bingung dan belum mengerti apa yang
harus dilakukan,
84%
16%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
TidakTuntas
Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
(3) Guru belum optimal dalam pemaparan hasil diskusi yang dilakukan oleh
siswa.
b) Bagi Siswa
(1) Masih terlihat beberapa siswa ramai dalam kegiatan pembelajaran, siswa
sudah mulai aktif dalam kegiatan belajar mengajar, namun masih perlu
ditingkatkan lagi agar hasil belajar lebih maksimal,
(2) Motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran perlu
ditingkatkan lagi.
Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan pembelajaran pada siklus II.
b. Deskripsi Tindakan Siklus II
Tindakan Siklus II dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari siklus yang
pertama. Siklus ke II berlangsung mulai dari tanggal 21 Maret 2011 sampai
dengan 28 Maret 2011, sedangkan pelaksanaannya terdiri dari 2 x pertemuan.
Pada siklus kedua ini, penggunaan model pembelajaran Kuantum untuk dapat
meningkatkan penguasaan tentang energi cahaya yang dilaksanakan dalam 4
tahapan, taitu: tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan analisis
serta refleksi.
1) Perencanaan Tindakan Siklus II
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 21-28 Maret 2011.Siklus II
dilaksanakan dalam 2x pertemuan dengan alokasi waktu 4x35 menit dengan
pokok bahasan energi cahaya. Pada siklus I guru membuat rencana pembelajaran
dan menggunakannya sesuai dengan skenario yang telah dibuat.Setelah sedikit
mengulas materi yang telah disampaikan, guru menggali pengetahuan siswa
tentang pembelajaran minggu kemarin mengenai konsep energi cahaya.Tujuan
kegiatan ini untuk membangun kembali pengetahuan yang sudah ada dan
membawa siswa kemateri yang akan dipelajari.Indikator hasil belajar meliputi, 1)
siswa menuliskan kembali macam-macam sumber energi cahaya; 2)
Menggolongkan benda yang termasuk benda energi cahaya dan yang bukan; 3)
Menjelaskan kelebihan dan kekurangan energi cahaya.Siklus ini dilaksanakan
4x35 menit dalam 2x pertemuan.Pembelajaran dilaksanakan dengan model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
pembelajaran kuantum. Media penunjang yang digunakan adalah KIT IPA dan
benda-benda disekitar kita.dan siswa melakukan diskusi kecil.
.Pembelajaran dilaksanakan dengan model pembelajaran kuantum,yang
meliputi : persepsi,eksplorasi,diskusi dengan penjelasan dan pengembangan
dengan aplikasi.
2). Pelaksanaan pembelajaran siklus II
(a). Pertemuan pertama pada siklus II
Pada tahap apersepsi. Guru mengkondisikan siswa agar siap
mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru membawa siswa untuk
mengungkapkan hal-hal yang pernah dipelajari sebelumnya dan
menanyakan secara langsung tentang konsep energi cahaya.
Pada tahap eksplorasi. Guru membagi siswa menjadi 4
kelompok dan membagikan LKS yang digunakan untuk melakukan
diskusi dengan kelompoknya sesuai dengan materi yang diberikan.
Dari percobaan yang dilakukan pada kegiatan pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran kuantum ini dilakukan siswa
secara kelompok yang jumlahnya sama seperti waktu siklus 1.
Diskusi yang dilakukan akan berguna agar siswa lebih memahami
materi pelajaran dan melatih siswa untuk bekerja sama yang baik
dalam kelompok. Kemudian siswa melakukan percobaan berkaitan
dengan energi cahaya dengan bimbingan guru. Pada akhir kegiatan
ini siswa menjawab soal pada lembar LKS yang sudah disediakan.
Tahap diskusi dan penjelasan. Guru memberikan penjelasan
tentang konsep energi cahaya,penghematannya,kelebihan dan
kekurangannya dengan solusi yang didasarkan pada hasil
diskusi.Guru menguatkan konsep yang telah dipelajari yaitu tentang
energi cahaya sehingga siswa tidak ragu tentang konsepsi yang
diungkapkan sebelumnya.Guru berusaha menjelaskan materi dengan
sejelas-jelasnya sehingga membuat siswa semakin mengerti dan
paham tentang konsep energi cahaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tahap pengembangan aplikasi. Pada tahap ini guru membagikan
soal test yang dikerjakan secara individu dan guru memberikan
petunjuk cara mengerjakan soal. Dalam kegiatan ini siswa tampak
serius dalam mengerjakan soal. Dalam pembelajarn ini tugas guru
adalah sebagai motivator dan fasilitator.
(b). Pertemuan kedua pada siklus II
Pada tahap apersepsi. Guru mengkondisikan siswa agar siap
mengikuti kegiatan pembelajaran,secara sekilas guru mengadakan
pertanyaan tentang energi cahaya dari pertemuan sebelumnya, serta
hal-hal yang pernah dipelajari sebelumnya dan menanyakan secara
langsung tentang konsep energi cahaya.
Pada tahap eksplorasi. Guru membagi siswa menjadi 4
kelompok dan membagikan LKS yang digunakan untuk melakukan
diskusi dengan kelompoknya sesuai dengan materi yang
diberikan.Pada kegiatan ini,siswa melakukan diskusi untuk
mendapatkan pemahaman dan langsung mengetahui tentang konsep
energi cahaya sama seperti pertemuan pertama namun dengan alat
dan media yang berbeda. Diskusi yang dilakukan akan berguna agar
siswa lebih memahami materi pelajaran dan melatih siswa untuk
bekerja sama yang baik dalam kelompok.Kemudian siswa
melakukan percobaan berkaitan dengan energi cahaya dengan
bimbingan guru. Pada akhir kegiatan ini siswa menjawab soal pada
lembar LKS yang sudah disediakan.
Tahap diskusi dan penjelasan. Guru memberikan penjelasan
tentang konsep energi cahaya,penghematannya,kelebihan dan
kekurangannya dengan solusi yang didasarkan pada hasil diskusi.
Guru menguatkan konsep yang telah dipelajari yaitu tentang energi
cahaya sehingga siswa tidak ragu tentang konsepsi yang
diungkapkan sebelumnya. Guru berusaha menjelaskan materi dengan
sejelas-jelasnya sehingga membuat siswa semakin mengerti dan
paham tentang konsep energi cahaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tahap pengembangan aplikasi. Pada tahap ini guru membagikan
soal test yang dikerjakan secara individu dan guru memberikan
petunjuk cara mengerjakan soal. Dalam kegiatan ini siswa tampak
serius dalam mengerjakan soal.
3). Observasi
(a) Observasi siswa
Pengamatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara kolaboratif
dengan observer menggunakan lembar observasi,dan observer terhadap siswa
kelas II SD Negeri Karanganyar III.
Pelaksanaan siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan (4 x 35) menit,
pada tanggal 21-28 Maret 2011.
Pada pelaksanaan siklus II, guru mengawali pembelajaran dengan berdoa
yang dipimpin oleh ketua kelas, selanjutnya guru menanyakan keadaan siswa dan
menanyakan kehadiran siswa hari ini..
Dalam pelaksanaan siklus II ini siswa lebih serius lagi dibandingkan
dalam pelaksanaan siklus I kemarin. Keaktifan siswa meningkat terlihat ketika
guru memasuki ruang kelas untuk memulai pelajaran dan mengeluarkan alat
peraga, karena setelah selesai untuk melakukan pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran energi
cahaya, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
1) Siswa aktif selama pembelajaran berlangsung sebanyak 85 %, sedangkan yang
15 % kurang serius dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dikarenakan
kurangnya motivasi belajar pada sebagian siswa dan menggantungkan dirinya
pada teman yang dirasanya pandai.
2) Siswa mampu mengerjakan soal-soal dengan baik hanya 75% siswa,
sedangkan yang 25% masih kurang mampu untuk mengerjakan soal-soal yang
diberikan oleh guru. Hal ini disebabkan karena saat guru memberikan
penjelasan siswa tidak mau memperhatikan dengan baik, dirumah jarang
belajar dan sulitnya siswa tersebut untuk menerima penjelasan dari guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Berdasarkan pengamatan keadaan siswa selama dalam melaksanakan
proses pembelajaran sudah baik yang mencapai rata-rata 78,57%.Namun masih
ada juga yang perlu perhatian dan perbaikan, diantaranya kedisiplinan siswa,
kesiapan siswa menerima pelajaran, keaktifan siswa, kemampuan siswa menjawab
pertanyaan dalam percobaan dan diskusi. Hanya pada kemampuan siswa
melakukan percobaan dan diskusi yang mencapai rata-rata 100%.
Berdasarkan lampiran 7 halalan 79 maka aktivitas siswa dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.8 aktivitas siswa pada Siklus II.
No. Keterangan Siklus II
Pertemuan 1 Pertemuan 2
1. Total skor 23 24
2. Rata-rata skor 3,28 3,42
3. Rata-rata skor siklus 1I 3,35
Grafik Aktivitas Siswa kelas II pada siklus II.
Gambar 10 .Histogram hasil aktivitas siswa pada siklus II.
(b) Hasil Observasi bagi Guru
Berdasarkan data observasi dalam siklus I selama 2 kali pertemuan
diperoleh hasil observasi sebagai berikut :
1. Guru telah mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan dalam
kegiatan pembelajaran, baik buku pedoman, maupun media yang sesuai,
3.28 3.42
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
Pert 1 Pert 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2. Guru telah melaksanakan apersepsi dengan baik untuk dapat memusatkan
perhatian siswa terhadap kegiatan pembelajaran,
3. Guru sudah menggunakan media atau alat peraga dalam kegiatan
pembelajaran, dan penyampaian materi pelajaran sudah baik,
4. Guru belum optimal dalam, membimbing diskusi kelompok kecil,
5. Guru cukup baik dalam pengelolaan kelas,
6. Guru cukup dalam memanfaatkan waktu dengan baik,
7. Guru sudah mampu merangsang siswa untuk aktif bertanya dan
mengemukakan pendapat karena pembelajaran dibuat menyenangkan,
8. Guru sudah memberi kesempatan tiap kelompok untuk menyampaikan
hasil percobaan di depan kelas, Guru sudah memberikan kesempatan
kepada siswa untuk merangkum dan menyimpulkan pelajaran yang telah
diajarkan.
9. Guru sudah berkeliling untuk mengecek kegiatan siswa- siswa dalam
proses pembelajaran, serta pengelolaan waktu pada langkah-langkah
pembelajaran kurang ditaati oleh guru, jadi aplikasi pengajaran kurang
terealisasi dengan baik.Berdasarkan lampiran 10 hal 83 maka hasil kinerja
guru dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 4.9 kinerja guru pada siklus II
No. Keterangan Siklus II
Pertemuan 1 Pertemuan 2
1. Total skor 23 24
2. Rata-rata skor 3,25 3,66
3. Rata-rata skor siklus 1I 3,45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Grafik Hasil Kinerja Guru pada siklus II.
Gambar 11 .Histogram hasil kinerja guru pada siklus II.
4). Analisis dan Refleksi
Dari hasil penelitian pada siklus I1,sudah tampak lebih baik daripada
siklus 1.Dalam pelaksanaan pembelajaran kegiatan guru mencapai 75% aspek
yang ada sudah dilaksanakan guru dengan baik.Dalam kegiatan
pembelajaransiswa juga sudah mengalami perubahan.Kesiapan siswa menerima
pelajaran sudah lebih baik,namun juga masih ada hambatan-hambatan yang harus
diperbaiki.Keaktifan siswa masih 75%,kemapuan siswa menjawab pertanyaan
masih 75%,dan kemampuan siswa mengerjakan soal test masih 75%.
Dari hasil unjuk kerja secara keseluruhan hanya 60% siswa yang mampu
mencapai batas ketuntasan yakni yang mendapat nilai 62 ke atas,dan hasil belajar
siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 4 hal 75.
3.25 3.66
00.5
11.5
22.5
33.5
4
Pert 1 Pert 2
Sko
r
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 4.10. Frekuensi Data Nilai Tes Siswa Pada Siklus II
Nomor Rentang Nilai Frekuensi(fi) Nilai Tengah
(fi) x (xi) Prosentase
1 38 – 46 1 42 42 2,63 %
2 47 – 55 5 51 255 13,15 %
3 56 – 64 14 60 840 31,57 %
4 65 – 73 14 69 966 31,57 %
5 74 – 82 3 78 24 7,89 %
6 83 – 91 1 87 87 2,63 %
Jumlah 38 555 2216 100 %
Grafik frekuensi hasil belajar siswa pada siklus II.
Gambar .Grafik hasil belajar siswa pada siklus II
Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90 dan yang mendapat nilai
terendah adalah 40.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
nilai tengah
frek
uen
si
42 51 60 69 78 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 4.11 Tabel Persentase Hasil Belajar IPA Kelas II Semester II
SDN Karanganyar III Th 2011 pada Siklus II
No Uraian Pencapaian Hasil Jumlah /Nilai
1 Siswa yang mendapat nilai di atas 62 23
2 Siswa yang mendapat nilai di bawah 62 15
3 Rerata 60,52
4 Ketuntasan Klasikal 60 %
Berdasarkan uraian dari tabel 2 dapat dilihat bahwa siswa yang
memiliki ketuntasan belajar (dengan nilai 62 ke atas) sebanyak 23 siswa
atau 60% dari 38 siswa. Dari data diatas, dapat dibuat grafik pada gambar
2.3.
Tabel 2.3 Daftar Ketuntasan nilai IPA Kelas II Semester II
SDN Karanganyar 03 Tahun 2011
Gambar 12. Histogram Kriteria Ketuntasan pada Siklus II
Dalam penelitian tindakan kelas siklus II masih banyak ditemukan
kekurangan-kekurangan, antara lain:
40%
60%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
TidakTuntas
Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
a). Bagi Guru
(2) Penggunaan alat peraga yang belum optimal serta guru kurang dapat
mengendalikan kelas, terlihat dari adanya beberapa siswa yang ramai
dibiarkan saja.
(3) Guru belum optimal dalam membimbing siswa untuk melaksanakan
diskusi kelompok kecil dengan baik, guru kurang jelas memberikan
arahan atau petunjuk diskusi kelompok kecil pada siswa terlihat dari
banyaknya siswa yang masih bingung dan belum mengerti apa yang
harus dilakukan,
(4) Guru belum optimal dalam pemaparan hasil diskusi yang dilakukan oleh
siswa.
b). Bagi Siswa
(1) Masih terlihat beberapa siswa ramai dalam kegiatan pembelajaran, siswa
sudah mulai aktif dalam kegiatan belajar mengajar, namun masih perlu
ditingkatkan lagi agar hasil belajar lebih maksimal,
(2) Motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran perlu
ditingkatkan lagi.
Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan pembelajaran pada siklus
III.
c. Deskripsi Tindakan Siklus III
Tindakan Siklus III dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari siklus yang
pertama. Siklus ke II berlangsung mulai dari tanggal 4 April 2011 sampai dengan
11 Maret 2011, sedangkan pelaksanaannya terdiri dari 2 x pertemuan. Pada siklus
kedua ini, penggunaan model pembelajaran Kuantum untuk dapat meningkatkan
penguasaan tentang energi cahaya yang dilaksanakan dalam 4 tahapan, taitu: tahap
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan analisis serta refleksi.
1) Perencanaan Tindakan Siklus III
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 4-11 April 2011 membahas tentang
konsep energi cahaya.Indikator hasil belajar meliputi, 1) siswa menuliskan
kembali macam-macam sumber energi cahaya; 2) Menggolongkan benda yang
termasuk benda energi cahaya dan yang bukan; 4) Menjelaskan keuntungan energi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
cahaya.Siklus ini dilaksanakan 4x35 menit dalam 2x pertemuan.Pembelajaran
dilaksanakan dengan model pembelajaran kuantum.Media penunjang yang
digunakan adalah KIT IPA dan benda-benda disekitar kita.dan siswa melakukan
diskusi kecil.
Pada siklus I guru membuat rencana pembelajaran dan menggunakannya
sesuai dengan scenario yang telah dibuat.Pembelajaran dilaksanakan dengan
model pembelajaran kuantum,yang meliputi : persepsi,eksplorasi,diskusi dengan
penjelasan dan pengembangan dengan aplikasi.
2). Pelaksanaan pembelajaran siklus III
a) Pertemuan pertama pada siklus III
Pada tahap apersepsi. Guru mengkondisikan siswa agar siap
mengikuti kegiatan pembelajaran,siswa mengamati demonstrasi guru
alat-alat yang menghasilkan energi cahaya serta hal-hal yang pernah
dipelajari sebelumnya dan menanyakan secara langsung tentang
konsep energi cahaya.
Pada tahap eksplorasi. Guru membagi siswa menjadi 4
kelompok dan membagikan LKS yang digunakan untuk melakukan
diskusi dengan kelompoknya sesuai dengan materi yang
diberikan.Pada kegiatan ini,siswa melakukan diskusi untuk
mendapatkan pemahaman dan langsung mengetahui tentang konsep
energi cahaya.Diskusi yang dilakukan akan berguna agar siswa lebih
memahamimateri pelajaran dan melatih siswa untuk bekerja sama
yang baik dalam kelompok.Kemudian siswa melakukan percobaan
berkaitan dengan energi cahaya dengan bimbingan guru.Pada akhir
kegiatan ini siswa menjawab soal pada lembar LKS yang sudah
disediakan.
Tahap diskusi dan penjelasan. Guru memberikan penjelasan
tentang konsep energi cahaya,penghematannya,kelebihan dan
kekurangannya dengan solusi yang didasarkan pada hasil
diskusi.Guru menguatkan konsep yang telah dipelajari yaitu tentang
energi cahaya sehingga siswa tidak ragu tentang konsepsi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
diungkapkan sebelumnya.Guru berusaha menjelaskan materi dengan
sejelas-jelasnya sehingga membuat siswa semakin mengerti dan
paham tentang konsep energi cahaya.
Tahap pengembangan aplikasi. Pada tahap ini guru membagikan
soal test yang dikerjakan secara individu dan guru memberikan
petunjuk cara mengerjakan soal. Dalam kegiatan ini siswa tampak
serius dalam mengerjakan soal.
b) Pertemuan kedua pada siklus III
Pada tahap apersepsi. Guru mengkondisikan siswa agar siap
mengikuti kegiatan pembelajaran,secara sekilas guru mengadakan
pertanyaan tentang energi cahaya dari pertemuan sebelumnya,serta
hal-hal yang pernah dipelajari sebelumnya dan menanyakan secara
langsung tentang konsep energi cahaya.
Pada tahap eksplorasi. Guru membagi siswa menjadi 4
kelompok dan membagikan LKS yang digunakan untuk melakukan
diskusi dengan kelompoknya sesuai dengan materi yang
diberikan.Pada kegiatan ini,siswa melakukan diskusi untuk
mendapatkan pemahaman dan langsung mengetahui tentang konsep
energi cahaya sama seperti pertemuan pertama namun dengan alat
dan media yang berbeda. Diskusi yang dilakukan akan berguna agar
siswa lebih memahamimateri pelajaran dan melatih siswa untuk
bekerja sama yang baik dalam kelompok.Kemudian siswa
melakukan percobaan berkaitan dengan energi cahaya dengan
bimbingan guru. Pada akhir kegiatan ini siswa menjawab soal pada
lembar LKS yang sudah disediakan.
Tahap diskusi dan penjelasan. Guru memberikan penjelasan
tentang konsep energi cahaya,penghematannya,kelebihan dan
kekurangannya dengan solusi yang didasarkan pada hasil diskusi.
Guru menguatkan konsep yang telah dipelajari yaitu tentang energi
cahaya sehingga siswa tidak ragu tentang konsepsi yang
diungkapkan sebelumnya. Guru berusaha menjelaskan materi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
sejelas-jelasnya sehingga membuat siswa semakin mengerti dan
paham tentang konsep energi cahaya.
Tahap pengembangan aplikasi. Pada tahap ini guru membagikan
soal test yang dikerjakan secara individu dan guru memberikan
petunjuk cara mengerjakan soal. Dalam kegiatan ini siswa tampak
serius dalam mengerjakan soal.
3). Observasi
(a) Observasi siswa
Pengamatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara kolaboratif
dengan observer menggunkan lembar observasi, observer terhadap guru kelas
sebagai peneliti, dan observer terhadap siswa kelas II SD Negeri 1 Boyolali.
Pelaksanaan siklus III dilaksanakan dua kali pertemuan (4 x 35) menit,
tanggal 4 April dan 11 April 2011.
Pada pelaksanaan siklus III, guru mengawali pembelajaran dengan
berdoa yang dipimpin oleh ketua kelas, selanjutnya guru menanyakan keadaan
siswa dan menanyakan kehadiran siswa hari ini..
Dalam pelaksanaan siklus III ini siswa lebih serius lagi dibandingkan
dalam pelaksanaan siklus II kemarin. Keaktifan siswa meningkat terlihat ketika
guru memasuki ruang kelas untuk memulai pelajaran dan mengeluarkan alat
peraga, karena setelah selesai untuk melakukan pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran, diperoleh
gambaran tentang aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
1) Siswa aktif selama pembelajaran berlangsung sebanyak 91%, sedangkan yang
9% kurang serius dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dikarenakan
kurangnya motivasi belajar pada sebagian siswa dan menggantungkan dirinya
pada teman yang dirasanya pandai.
2) Siswa mampu mengerjakan soal-soal dengan baik hanya 90% siswa,
sedangkan yang 10% masih kurang mampu untuk mengerjakan soal-soal yang
diberikan oleh guru. Hal ini disebabkan karena saat guru memberikan
penjelasan siswa tidak mau memperhatikan dengan baik, dirumah jarang
belajar dan sulitnya siswa tersebut untuk menerima penjelasan dari guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Berdasarkan lampiran 8 halaman 81 maka hasil aktivitas siswa pada siklus III
dapat dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 4.12 Hasil Aktivitas Siswa Pada Siklus III
No. Keterangan Siklus III
Pertemuan 1 Pertemuan 2
1. Total skor 26 27
2. Rata-rata skor 3,71 3,85
3. Rata-rata skor siklus 1II 3,78
Grafik Aktivitas Siswa kelas II pada siklus III.
Gambar 13 .Histogram hasil aktivitas siswa pada siklus III
(b) Observasi kinerja guru
Berdasarkan data observasi dalam siklus II selama 2 kali pertemuan
diperoleh hasil observasi sebagai berikut :
1. Guru telah mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan dalam
kegiatan pembelajaran, baik buku pedoman, maupun media yang
sesuai,
2. Guru telah melaksanakan apersepsi dengan baik untuk dapat
memusatkan perhatian siswa terhadap kegiatan pembelajaran,
3. Guru sudah menggunakan media atau alat peraga dalam kegiatan
pembelajaran, dan penyampaian materi pelajaran sudah baik,
4. Guru sudah optimal dalam, membimbing diskusi kelompok kecil,
3.71 3.85
00.5
11.5
22.5
33.5
4
Pert 1 Pert 2
Sko
r
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
5. Guru baik dalam pengelolaan kelas,
6. Guru dapat memanfaatkan waktu dengan baik,
7. Guru sudah baik dalam merangsang siswa untuk aktif bertanya dan
mengemukakan pendapat karena pembelajaran dibuat menyenangkan,
8. Guru baik dalm memberi kesempatan tiap kelompok untuk
menyampaikan hasil percobaan di depan kelas, guru kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk merangkum dan
menyimpulkan pelajaran yang telah diajarkan, dapat terlihat dari buku
pelajaran siswa yang cenderung masih kosong,
9. Guru sudah berkeliling untuk mengecek kegiatan siswa- siswa dalam
proses pembelajaran, serta pengelolaan waktu pada langkah-langkah
pembelajaran kurang ditaati oleh guru, jadi aplikasi pengajaran kurang
terealisasi dengan baik.Berdasarkan lampiran 11 hal 87 maka hasil
kinerja guru dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 4.13 kinerja guru pada siklus III
No. Keterangan Siklus III
Pertemuan 1 Pertemuan 2
1. Total skor 26 27
2. Rata-rata skor 3,5 3,58
3. Rata-rata skor siklus 1II 3,54
Grafik Hasil Kinerja Guru pada siklus III.
Gambar 14 .Histogram hasil kinerja guru pada siklus III.
3.5 3.58
00.5
11.5
22.5
33.5
4
Pert 1 Pert 2
Sko
r
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
4). Analisis dan Refleksi
Dari hasil penelitian pada siklus III,pembelajaran dengan model
Kuantum 100% dalam kategori sangat baik Pengamatan terhadap siswa juga
mengalami kemajuan daripada siklus II.Pada siklus II mencapai 87 % dalam
kategori sangat baik.Pelaksanaan siklus III mampu memperbaiki dari siklus I dan
siklus II.Hal ini ditunjukkan pada hasil rata-rata kelas nilai tesnya 81 nilai yang
diinginkan dari pihak guru, peneliti dan sekolah.
Dari hasil unjuk kerja secara keseluruhan 87% siswa sudah mampu
mencapai batas ketuntasan yakni yang mendapat nilai 62 ke atas,dan hasil belajar
pada siklus III dapat dilihat pada lampiran 5 hal 76.
Tabel 4.14 Frekuensi Data Nilai Tes Siswa Pada Siklus III
Nomor Rentang Nilai Frekuensi(fi) Nilai Tengah
(fi) x (xi) Prosentase
1 47 – 55 2 51 102 5,26 %
2 56 – 64 5 60 300 15,78 %
3 65 – 73 3 69 207 5,26 %
4 74 – 82 11 78 858 28,94 %
5 83 – 91 12 87 1044 31,57 %
6 92 - 100 5 96 480 13,15 %
Jumlah 38 555 2991 100 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Grafik frekuensi hasil belajar siswa pada siklus III.
Grafik.frekuensi hasil belajar siswa pada siklus III
Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100 dan mendapat nilai
terendah adalah 55.
Tabel 4.15: Tabel Persentase Hasil Belajar IPA Kelas II Semester II
SDN Karanganyar III pada Siklus III
No Uraian Pencapaian Hasil Jumlah /Nilai
1 Siswa yang mendapat nilai di atas 62 33
2 Siswa yang mendapat nilai di bawah 62 5
3 Rerata 86,84
4 Ketuntasan Klasikal 87 %
Berdasarkan uraian dari tabel 2 dapat dilihat bahwa siswa yang
memiliki ketuntasan belajar (dengan nilai 62 ke atas) sebanyak 33 siswa
atau 87% dari 38 siswa. Dari data diatas, dapat dibuat grafik pada gambar
3.3
0
2
4
6
8
10
12
14
nilai tengah
frek
uen
si
51 60 69 78 87 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Grafik Daftar Ketuntasan nilai IPA Kelas II Semestar II
SDN Karanganyar III Th.2011
Gambar 15. Histogram Kriteria Ketuntasan pada Siklus III
Berdasarkan grafik di atas maka siswa yang mengalami ketuntasan
belajar pada siklus tiga ini mengalami peningkatan.Dari 38 siswa yang belajar
tuntas mencapai 87 % dan yang belum tuntas hanya 13 %.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I,II dan III dapat dinyatakan
bahwa pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Kuantum dapat
meningkatkan penguasaan konsep energi cahaya pada siswa kelas II SD Negeri
Karanganyar III, baik dari segi kognitif,afektif maupun psikomotorik.Berdasarkan
analisis data maka dapat dituliskan :
1. Data hasil nilai belajar siswa menunjukkan peningkatan,sebelum
tindakan siswa yang belajar tuntas hanya 7,89 % kemudian pada siklus
I naik menjadi 15,7 % kemudian pada siklus II naik lagi menjadi 60,52
% dan pada siklus III naik lagi menjadi 86,84 %.
13%
87%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
TidakTuntas
Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
2. Data aktivitas siswa juga mengalami peningkatan, pada siklus 1 skor
aktivitas siswa pada pertemuan pertama yaitu 2,28 dan pada pertemuan
kedua naik menjadi 2,57 dengan rata-rata 2,425. Pada siklus II,pada
pertemuan pertama 3,28 kemudian pada pertemuan kedua naik menjadi
3,42 dengan rata-rata 3,35. Pada siklus III, pertemuan pertama 3,71
kemudian pada pertemuan kedua naik menjadi 3,85 dengan rata-rata
3,78.
3. Data hasil kinerja guru juga mengalami peningkatan, pada siklus 1
skor kinerja guru pada pertemuan pertama yaitu 2,25 dan pada
pertemuan kedua naik menjadi 3,00 dengan rata-rata 2,625. Pada siklus
II, pada pertemuan pertama 3,25 kemudian pada pertemuan kedua naik
menjadi 3,35 dengan rata-rata 3,3.Pada siklus III, pertemuan pertama
3,5 kemudian pada pertemuan kedua naik menjadi 3,58 dengan rata-
rata 3,54. Dan perbandingan frekuensi dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 4.16. Perbandingan frekuensi nilai penguasaan konsep pada
siklus I, siklus II dan siklus III siswa kelas II SDN Karanganyar 03.
No Rentang
Nilai
Sebelum
Tindakan
Siklus I Siklus II Siklus III
f % f % f % f %
1 20-28 1 2,63 15 39,47 0 0 0 0
2 29-37 6 15,7 7 18,42 0 0 0 0
3 38-46 15 39,47 5 13,15 1 2,63 0 0
4 47-55 8 21,05 6 15,78 5 13,15 2 5,26
5 56-64 1 2,63 0 0 12 31,57 4 15,78
6 65-73 3 7,89 0 0 12 31,57 2 5,26
7 74-82 0 0 0 0 3 7,89 11 28,94
8 83-91 0 0 0 0 1 2,63 12 31,57
9 92-100 0 0 0 0 0 0 5 13,15
Total 38 100 38 100 38 100 38 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 4.17. Perbandingan Hasil tes siklus I, siklus II, dan siklus III
siswa kelas II SDN Karanganyar III
Keterangan Pra Tindakan Siklus I Siklus II Siklus III
Nilai terendah 20 30 45 55
Nilai tertinggi 65 60 90 100
Rata-rata nilai 42 48 64 81
Sehingga dari tabel 4.17 dapat dilihat dari gambar grafik .
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
TesSebelumTindakan
Tes Siklus I Tes SiklusII
Tes SiklusIII
Data Nilai
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Nilai
Gambar 16. Grafik Perbandingan nilai dari tes pra tindakan tes
siklus I, tes siklus II dan tes siklus III.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Nilai terendah yang diperoleh siswa pada siklus I 30; pada siklus II naik
menjadi 45; dan pada siklus III naik lagi menjadi 55. Nilai terendah yang
diperoleh siswa pada siklus I 30; pada siklus II naik menjadi 45; dan pada
siklus III naik lagi menjadi 55.Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus
I sebesar 70; pada siklus II naik menjadi 90; dan pada siklus III 100.Nilai rata-
rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada siklus I sebesar 548; siklus II 64;
dan pada siklus III 81
Dari analisis data dan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran
pada siklus III, secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan.
Guru dalam melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes dengan
kekurangan-kekurangan kecil diantaranya kontrol waktu.
Prosentase perkembangan belajar kognitif, afektif dan psikomotorik
siswa meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan siswa mencetuskan
pendapat, mengeluarkan pendapat, berinteraksi dengan guru, mampu
medemonstrasikan, kerjasama dengan kelompok meningkat, dan
menyelesaikan soal-soal latihan. Dengan partisipasi siswa yang aktif dan
kreatif siswa dalam pembelajaran yang semakin meningkat, suasana kelaspun
menjadi lebih hidup dan menyenangkan dan pada akhirnya penguasaan
konsep bentuk energi pada siswa kelas II SDN Karanganyar III meningkat.
Berdasarkan peningkatan pemahaman konsep bentuk energi yang ditandai
dengan nilai tes belajar yang telah dicapai siswa, maka pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dianggap cukup dan diakhiri pada siklus ini.
Perkembangan belajar afektif siswa
a. Siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh.
b. Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru meningkat.
c. Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.
d. Siswa aktif dalam pembelajaran.
e. Siswa aktif mengajukan pertanyaan dan pendapat.
f. Kerjasama dalam kelompok meningkat.
g. Tugas individu atau tugas kelompok terlaksana dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan Model Pembelajaran Kuantum
pada siswa kelas II SD Negeri Karanganyar III tahun pelajaran 2011, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Penguasaan konsep energi cahaya pada siswa kelas II SDN Karanganyar III
Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 setelah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kuantum mengalami
peningkatan pada setiap siklus. Nilai KKM dalam konsep energi cahaya
adalah 62. Hasil tes sebelum penelitian dilakukan menunjukkan nilai rata-rata
kelas 42. Hasil tes pada silkus 1 menunjukkan nilai rata-rata 48 dan
mengalami peningkatan sebesar 7,81%.Kemudian pada siklus 11
menunjukkan nilai rata-rata kelas 64 dan mengalami peningkatan sebesar
44,82%. Sedangkan pada siklus 111 menunjukkan nilai rata-rata kelas 81 dan
mengalami peningkatan sebesar 26,32%.
2. Data aktivitas siswa juga mengalami peningkatan,pada siklus 1 skor aktivitas
siswa pada pertemuan pertama yaitu 2,28 dan pada pertemuan kedua naik
menjadi 2,57 dengan rata-rata 2,425.Pada siklus II,pada pertemuan pertama
3,28 kemudian pada pertemuan kedua naik menjadi 3,42 dengan rata-rata 3,35.
Pada siklus III, pertemuan pertama 3,71 kemudian pada pertemuan kedua naik
menjadi 3,85 dengan rata-rata 3,78.
3. Data hasil kinerja guru juga mengalami peningkatan, pada siklus 1 skor
kinerja guru pada pertemuan pertama yaitu 2,25 dan pada pertemuan kedua
naik menjadi 3,00 dengan rata-rata 2,625. Pada siklus II, pada pertemuan
pertama 3,25 kemudian pada pertemuan kedua naik menjadi 3,35 dengan rata-
rata 3,3. Pada siklus III, pertemuan pertama 3,5 kemudian pada pertemuan
kedua naik menjadi 3,58 dengan rata-rata 3,54.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
4. Hambatan-hambatan dalam penggunaan metode Kuantum dalam
meningkatkan penguasaan konsep energi cahaya pada siswa kelas 11 SDN
Karanganyar 111 Weru Sukoharjo tahun 2011 adalah sebagai berikut :
(1) siswa kurang serius dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan
oleh guru; (2) siswa belum mampu membedakan benda yang termasuk dalam
sumber energi cahaya dan mana yang bukan; (3) siswa kurang berani untuk
menyampaikan pendapat; (4) siswa kurang berani menyampaikan hasil
diskusinya di depan kelas.
3. Solusi dari hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut : (1) sebelum
pembelajaran dimulai guru memberikan stimulus kepada siswa agar
mempunyai semangat untuk belajar; (2) Penggunaan media dri KIT IPA
maupun penggunaan media konkret disekitar kita; (3) pemberian motivasi
kepada siswa agar siswa lebih berani untuk menyampaikan pendapatnya.
B. Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini, maka dapat
diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan penguasaan konsep
energi cahaya baik secara teoretis maupun secara praktis.
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan penguasaan
konsep energi cahaya pada siswa dan mendapatkan respon positif dari siswa.Hasil
penelitian ini dapat dipergunakan sebagai gmbrn dn bahan pertimbangan untuk
menentukan model atau metode pembelajaran yang tepat pad mata pelajaran IPA.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan pemahaman
konsep perkalian bilangan cacah yang akan dicapai. Pemahaman konsep perkalian
bilangan cacah dapat ditingkatkan dengan menerapkan Model pembelajaran dan
media yang tepat bagi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan Model Pembelajaran
Kuantum pada siswa kelas II SD Negeri Karanganyar 111 tahun pelajaran 2010 /
2011, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi
siswa SD Negeri Karanganyar 111 pada khususnya sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah
a. Memberikan pilihan pendekatan pembelajaran yang efektif untuk kegiatan
belajar mengajar di sekolah dasar.
b. Menciptakan dan meningkatkan kualitas pembelajaran Kuantum para guru.
2. Bagi Guru
a. Untuk meningkatkan penguasan konsep energi cahaya, dengan penerapan
Model Pembelajaran Kuantum.
b. Meningkatnya kualiatas pembelajaran guru serta terciptanya pembelajaran
yang lebih efektif.
c. Untuk memperbaiki pendekatan pembelajaran yang selama ini
dilaksanakan sehingga dapat memberikan layanan terbaiknya bagi siswa.
3. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.