Post on 12-Mar-2019
i
Penggunaan Metode Drill And Practice Berbantuan
Video Di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
(Studi Kasus : SMPLB Wantuwirawan)
Artikel Ilmiah
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Oleh:
Marthalin Timparosa
702011176
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
1
Penggunaan Metode Drill And Practice Berbantuan Video Di
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
(Studi Kasus : SMPLB Wantuwirawan) 1
Marthalin Timparosa, 2)
Adriyanto Juliastomo Gundo,
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia
Email : 1)
incez_imyut@yahoo.com, 2)
adriyanto.gundo@staff.uksw.edu,
Abstract
This research is aimed to increase the participation and learning outcomes of
students in Junior High School Extraordinary Wantuwirawan through the implementation
multimedia technologies and Drill learning methods. This research is a classroom action
research with a systematic study using two cycles. This research target is to increase
participation and student learning outcomes in teaching English. The steps are used in this
study is to give material that is taught using multimedia-based and drill learning model on
each cycle, then do a quiz at the end of each lesson. Data were analyzed descriptively using
percentages. The results of this study indicate that participation and learning outcomes of
students has increased each cycle. This could be seen from the increase in average pre-cycle
aspects of student participation of 62.5%, for Cycle 1 students who participate by 81.25%,
with a passing score of 100% and the average value of grade 90. Cycle 2 of 87 , 5%, with a
passing score of 100% and the average value of a class of 100. Keywords :Multimedia, Drill lerning method, Disabilities
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa di Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa Wantuwirawan melalui penerapan teknologi multimedia dan metode
pembelajaran drill. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas dengan sistematika
penelitian menggunakan 2 siklus. Sasaran penelitian ini adalah peningkatan partisipasi dan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu memberikan materi yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran drill berbasis
multimedia pada setiap siklusnya, selanjutnya dilakukan kuis di setiap akhir pembelajaran. Data
dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
partisipasi dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan tiap siklusnya. Hal ini bisa dilihat dari
meningkatnya rata-rata aspek partisipasi dari pra siklus siswa sebesar 62,5%, untuk siklus 1 siswa
yang berpartisipasi sebesar 81,25%, dengan nilai kelulusan 100% dan rata-rata nilai kelas 90. Siklus 2
sebesar 87,5%, dengan nilai kelulusan 100% dan rata-rata nilai kelas 100.
Kata Kunci: Multimedia, Metode pembelajaran Drill, Tunagrahita
1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
2
1. Pendahuluan
Pendidikan merupakan indikator pertumbuhan sebuah Negara. Seperti halnya di
Indonesia yang merujuk dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945 yang
menyatakan bahwa setiap warga Negara memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang
layak dan setara, terlepas dari keadaan sosial dan budaya.Hal ini berarti pendidikan
merupakan suatu hak istimewa yang dimiliki oleh setiap warga negaraIndonesia sejak lahir.
Tujuan utama dari pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa demi terwujudnya
kesejahteraan bangsa. Berdasarkan tujuan ini pemerintah berupaya untuk terus mewujudkan
cita-cita tersebut. Koty berpendapat bahwa, [1] pemerintah memberi kesempatan bagi setiap
warga negara untuk mengenyam pendidikan dan telindungi dalam payung hukum. Hal
tersebut dimaksudkan agar setiap warga negara bisa mengembangkan diri, berkarya,
berprestasi, dan mandiri termasuk warga negara yang membutuhkan pelayanan khusus
(penyandang cacat).Pendidikan bagi siswa dengan kebutuhan khusus telah menjadi perhatian
masyarakat internasional sejak pernyataan United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 1994 dan framework untuk para peserta didik
yang berkebutuhan khusus [2].
Berdasarkan peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia nomor 1
tahun 2008, terdapat lima kategori standar proses pendidikan khusus, diantaranya: Tunanetra,
Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, dan Tunalaras[3]. Kraglund-Gauthier berpendapat
bahwa Penyandang cacat merupakan istilah umum, yang meliputi gangguan, keterbatasan
aktivitas dan pembatasan partisipasi [4]. Salah satu klasifikasi anak berkebutuhan khusus
adalah anak tunagrahita. Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki tingkat intelegensi
yang dibawah rata-rata atau disebut juga dengan istilah dengan keterbelakangan mental atau
reterdasi mental [5].
Rachmawati berpendapat bahwa tunagrahita merupakan seseorang yang mempunyai
tingkat kemampuan dibawah rata-rata dan mempunyai batasan dalam kemampuan akademik
tapi bisa diberikan keterampilan vokasional untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pendidikan
secara khusus untuk penyandang tunagrahita lebih dikenal dengan sebutan sekolah luar biasa
(SLB). Pendidikan Khusus (PK) dan Pendidikan Layanan Khusus (PLK), sekolah-sekolah ini
adalah salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan pengelolaan pendidikan luar biasa,
juga sebagai usaha untuk membawa masyarakat memahami lebih jauh tentang dunia
pendidikan luar biasa. Tujuan sekolah-sekolah ini yaitu menciptakan inklusifitas lebih dini
dengan melakukan peningkatan pemberian kecakapan hidup dalam pembelajaran
keterampilan, peningkatan kualitas produksi standar, kemampuan memasarkan produk dan
sebagai pusat informasi layanan PK dan PLK[6].
Untuk menciptakan suatu komunikas yang lebih interaktif dari sebuah informasi maka
teknologi komputasi multimedia dapat mengintegrasikan teks, grafik, suara, animasi, video
yang mampu mempengaruhi sebanyak mungkin indera yang dimiliki oleh manusia seperti
penglihatan, pendengaran dan perasaan. Media teks digunakan untuk menciptakan tulisan-
tulisan, sedangkan media gambar dan grafik digunakan untuk menciptakan suatu citra yang
dapat menerangkan dan berbicara lebih banyak dari tulisan-tulisan yang ada. Disamping itu
penambahan sound dapat lebih menciptakan suasana interaktif bagi pemakainya.
Melihat perkembangan teknologi yang sekarang mulai dipakai untuk menunjang
proses belajar mengajar disekolah, penelitian ini akan berfokus pada penerapan teknologi
terkhususnya penggunaan multimedia pada Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
Wantuwirawan yang belum menggunakan teknologi terkhususnya multimedia dalam proses
belajar mengajar. Penerapan multimedia di SMPLB Wantuwirawan untuk melihat partisipasi
3
siswa yang kebanyakan hanya pasif dan mendengarkan guru berbicara. Penerapan
multimedia menggunakan Power point yang menampilkan video-video, yang diharapkan
lebih mengundang partisipasi siswa. Metode penerapan multimedia di SMPLB
Wantuwirawan adalah dengan menggunakan metode Drill yang diharapkan dapat
meningkatkan partisipasi siswa dengan kebutuhan khusus.
2. Kajian Pustaka
Penelitian terdahulu dengan “Profil penyelenggaraan ketrampilan kecakapan hidup
(Life Skill) bagi anak tunagrahita”. Penelitian ini berfokus pada siswa dengan
keterbelakangan mental dalam hal ini tunagrahita yang mengikuti program Life Skill di
lokakarya ketrampilan.Penelitian ini dilakukan untuk melihat model pembelajaran dalam
pelaksanaan life skill dari materi pelajaran tata boga dan untuk menyelidiki peran guru dalam
membantu mengorganisir keterampilan hidup tata boga dan juga untuk mengetahui kendala
yang dihadapi dalam pelaksanaan kehidupan keterampilan tataboga. Penelitian ini dilakukan
di SLBN 2 Padang, di Profil Kecakapan Hidup Pelaksanaan di keterbelakangan mental
anak[10].
Penelitian selanjutnya dengan judul “Aplikasi Multimedia Pembelajaran Interaktif
Strategi Permainan Catur”. Penelitian ini berfokus pada pembelajaran strategi bermain catur
via mulltimedia pembelajaran interaktif yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi,
pemahaman dan ketrampilan pengguna dalam bermain catur. Penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan, yaitu mengembangkan aplikasi multimedia pembelajaran interaktif
strategi permainan catur menggunakan Adobe Flash. Metodenya menggunakan metode
pengembangan multimedia pembelajaran a.l: analisis kebutuhan, analisis konten, flowchart
dan storyboard. Aplikasi ini mencakup pembelajaran yang lengkap tentang catur dan strategi
permainannya, beserta contoh-contoh penerapan dan latihan[11].
Penelitian selanjutnya dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Drill
Berbantuan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Keterampilan Mengolah Data
Menggunakan Microsoft Excel 2007”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
metode drill berbantuan multimedia interaktif dapat meningkatkan sikap dan minat belajar
keterampilan mengolah data menggunakan Microsoft Excel 2007. Hasil yang diperoleh yaitu
peningkatan sikap dan minat belajar yang ditunjukkan dari motivasi belajaryang meningkat,
mengerjakan latihan dengan baik, berani menyampaikan pendapat sesuai dengan materi yang
telah dipelajari, dan menjawab soal evaluasi dengan baik[12].
Penelitian lainnya adalah “Metode Drill Bermedia Video Terhadap Keterampilan
Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan”. Kesimpulan penetitian ini berdasarkan data hasil
penelitian dan pengolahan data tentang penerapan metode drill bermedia video terhadap
keterampilan bina diri anak tunagrahita ringan, dengan perhitungan hasil uji tanda dengan
nilai Zh = 2,05 > Z tabel 5% = 1,64 maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode drill
bermedia video berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan bina diri menggosok
gigi anak tunagrahita ringan kelas V SLB C Pertiwi Mojokerto[13].
Perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumya adalah dalam penelitian ini akan
memanfaatkan multimedia dalam proses belajar mengajar. Penelitian ini juga menggunakan
pendekatan metode Drill untuk mengukur perkembangan siswa disekolah menengah pertama
luar biasa Wantuwirawan. Penerapan metode Drill sebagai cara untuk meningkatkan
partisipasi dan hasil belajar siswa, partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran tersebut
mencakup kegiatan seperti memperhatikan pelajaran, dan motivasi untuk mengerjakan soal-
soal latihan yang diberikan oleh guru.
4
2.1 Anak Tunagrahita
Salah satu klasifikasi anak berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita. Anak
tunagrahita adalah anak yang memiliki tingkat intelegensi yang dibawah rata-rata atau
disebut juga dengan istilah keterbelakangan mental atau reterdasi mental [5].Sistem
pendidikan dan pengajaran anak berkelainan khususnya anak tunagrahita ringan berbeda
dengan pendidikan anak normal pada umumnya. Pendekatan anak tunagrahita ringan lebih
bersifat individual, fleksibel, dengan cara informal, dan harus bersifat konkrit serta dapat
menarik perhatian sehingga membantu mempermudah anak dalam menerima pelajaran[14].
Anak tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) berkisar
51-70, dalam penyesuaian sosial maupun bergaul, mampu menyesuaikan diri pada
lingkungan sosial yang lebih luas dan mampu melakukan pekerjaan setingkat semi terampil.
Anak tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki tingkat kecerdasan paling tinggi diantara
semua anak tunagrahita[14].Selain itu anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam berfikir
abstrak. Masalah kesulitan dalam berfikir abstrak ini mengakibatkan anak mengalami
kesulitan dalam mengusai berbagai pelajaran akademik yang banyak menuntut tentang
konsep-konsep yang sifatnya abstrak[5].Fitri berpendapat bahwa tunagrahita memiliki
modalitas mengulang-ulang satu jenispekerjaan dan ia serius saat bekerja. Tunagrahita ini
jika dilatih terus menerus akan mampu bekerja dengan hasil layak dipasarkan[10].
2.2 Media Pembelajaran
A. Teori Media
Secara harfiah, kata media berasal dari bahasa latin medium yang memiliki arti
“perantara” atau “pengantar”. Menurut Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Guruan
(Association for Education and Communication technology/AECT) mendefinisikan media
sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta
instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat
mempengaruhi efektifitas program instruksional [15].
Adapun media pengajaran menurut Ibrahim dan Syaodih (2003:112) diartikan
sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran,
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong
proses belajar mengajar. Dari berbagai definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
media adalah segala benda yang dapat menyalurkan pesan atau isi pelajaran sehingga dapat
merangsang siswa untuk belajar[16].
B. Fungsi Media Pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran dapat membantu meningkatkan pemahaman dan
daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari. Berikut ini fungsi-fungsi dari
penggunaan media pembelajaran menurut[15]:
1. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan mengajar
bagi guru.
2. Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi lebih konkrit)
3. Menarik perhatian siswa lebih besar (kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih
menyenangkan dan tidak membosankan).
4. Semua indra siswa dapat diaktifkan.
5. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar
C. Manfaat Media Pembelajaran
Beberapa manfaat media pembelajaran menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai
(1991:3) adalah:
5
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh
siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik.
3. Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
2.3 Metode Drill
Metode Drill adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan
latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang
dipelajari. Menurut Nana Sudjana, metode Drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang
sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu
asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan agar menjadi bersifat permanen.
Ciri yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali
dari suatu hal yang sama. Peserta didik perlu memiliki keterampilan-keterampilan dan
ketangkasan dalam sesuatu, misalnya dalam berhitung, renang, menghafal. Dalam
mengajarkan kecakapan dengan metode Drill (latihan), setiap guru harus mengetahui sifat
kecakapan itu sendiri, seperti: kecakapan sebagai penyempurnaan dari pada suatu arti dan
bukan sebagai hasil proses mekanis semata-mata. Kecakapan tersebut dikatakan benar, bila
hanya menentukan hal yang rutin yang dapat dicapai dengan pengulangan yang tidak
menggunakan pikiran, sebab kenyataan bertindak atau berbuat harus sesuai dengan situasi
dan kondisi.
Latihan yang praktis, mudah dilakukan serta teratur melaksanakannya membina anak
dalam meningkatkan penguasaan keterampilan itu, bahkan mungkin peserta didik dapat
memiliki ketangkasan itu dengan sempurna.
2.4 Partisipasi
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah pengambilan
bagian atau pengikutsertaan.Menurut Moelyarto Tjokrowinoto dalam Suryosubroto
partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang dalam situasi kelompok yang
mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan mereka bagi tercapainya
tujuan-tujuan, bersama bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut. Berdasarkan pengertian
partisipasi sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi berarti kegiatan yang
berkaitan dengan keterlibatan mental dan emosi siswa, ini berarti dalam partisipasi terdapat
unsur yang meliputi, keterlibatan peserta didik dalam segala kegiatan dan kemauan peserta
didik untuk merespon dan berkreasi dalam kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar
mengajar.
3. Metodologi Penelitian
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Wantuwirawan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yaitu bentuk penelitian yang berfungsi
untuk mengkaji masalah pembelajaran didalam kelas dengan cara melakukan beberapa
tindakan yang terencana dalam situasi yang nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari
perlakuan tersebut. Pelaksanaan proses pembelajaran dalam penelitian ini yaitu dilakukan
selama tiga pertemuan. Adapun tiap pertemuan pembelajararan membutuhkan alokasi waktu
2 x 25 menit atau dilaksanakan selama 6 jam pelajaran.
Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik SMPLB
Wantuwirawanyang menerapan metode pembelajaran drill dengan memanfaatkan teknologi
6
informasi sebagai media. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan pengkajian secara
berulang meliputi perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation) dan
terakhir adalah refleksi (reflection) yang dapat digambarkan dengan sebuah spiral PTK.
Karena dengan model ini apabila ditemukan adanya kekurangan, maka perencanaan dan
pelaksanaan tindakan perbaikan masih dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya.
3.1.1 Desain Pembelajaran
1. Metode : Pembelajaran Drill and Practice dengan Multimedia.
2. Model Pembelajaran : Praktek dan Kuis.
Tabel 1. Desain Pembelajaran
Tindakan Guru Siswa Indikator Pengukuran
1. Menyusun
perangkat
pembelajaran
Bahasa Inggris
(Pengenalan
alphabet dalam
Bahasa Inggris)
Pra Siklus
Perkenalan dengan
murid, menyampaikan
tujuan pembelajaran,
memberikan materi
awal dan melakukan
observasi
Siklus 1
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran
yang akan dilakukan
pada hari ini.
Guru mempersiapkan
media yang diperlukan
untuk menyampaikan
materi
Guru memberikan
contoh dengan
menyanyikan lagu
yang diputarkan
Guru me- review
kembali materi yang
telah disampaikan dan
mencatat hal-hal yang
perlu diperbaiki dalam
pengaplikasian materi
untuk pertemuan
berikutnya.
Siswa mendapat
arahan mengenai
materi yang akan
dipelajari
Siswa
memperhatikan
dan mengikuti
guru yang
memberikan
contoh
Menjelaskan
pengucapan
alphabet dalam
Bahasa Inggris
Mengucapkan
alphabet dalam
Bahasa Inggris
Observasi
2. Mengenal
hewan-hewan
dalam Bahasa
Inggris
Siklus 2
Guru mengingatkan
kembali materi yang
sudah dipelajari
sebelumnya
dilanjutkan
pengenalan materi
yang baru.
Guru mengajak siswa
menyimak dan
mengikuti instruksi
yang diberikan oleh
guru
Guru memberikan
pertanyaan mengenai
Siswa mendengar
penjelasan umum
yang disampaikan
Dengan semangat
siswa menyimak
dan mengikuti
instruksi yang
diberikan oleh
guru
Siswa menjawab
pertanyaan yang
diajukan oleh
guru
Menjelaskan
hewan-hewan
dalam Bahasa
Ingris
Mengucapkan
nama-nama
hewan dalam
Bahasa Inggris
Prosedur:
Observasi
Latihan soal
Jenis
Tertulis
Bentuk
Pilihan
ganda
7
materi hewan-hewan
dalam Bahasa Inggris
yang dipelajari
Guru kemudian
memberi latihan soal
untuk mengukur
pemahaman siswa
Guru me- review
kembali materi yang
telah disampaikan dan
mempertimbangkan
untuk melanjutkan
siklus berikutnya atau
tidak.
Siswa mengisi
latihan soal yang
diberikan
Gambar 1. Model PTK Kemmis dan Mc.Taggart
Secara rinci kegiatan pada masing-masing siklus yang terdapat pada gambar di atas
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Rencana (plan), merupakan tahap awal yang harus dilakukan guru sebelum
melakukan sesuatu tentang apa, mengapa, dimana, oleh siapa, dan bagaimana
penelitian tersebut dilakukan.
b) Tindakan (action), merupakan tahapan dimana guru menerapkan apa yang telah
direncanakan sebelumnya, kemudian melakukan pengamatan terhadap
pelaksanaan penelitian tersebut.
c) Pengamatan (observation), ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan
pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil
pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan
yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam
pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari tindakan,
efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang muncul.
d) Refleksi (reflection), adalah penafsiran (penginterpretasian), menjelaskan dan
menyimpulkan hasil yang diperoleh dari penelitian. Sehingga hasil dari refleksi
dapat digunakan sebagai revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan dan
dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya.
8
3.2 Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskripsi data.Teknik
analisis data yang digunakan penelitian ini adalah statistik deskriptif yaitu dengan
menghitung persentase dari aspek partisipasi belajar dan hasil belajar siswa.Partisipasi
siswa dalam kegiatan belajar dinilai berdasarkan hasil observasi menggunakan metode
pencatatan. Teknik penilaianya yaitu dengan memberi skor 1 pada tiap-tiap aspek apabila
siswa terlibat dan skor 0 untuk tiap-tiap aspek yang tidak terlihat pada aspek partisipasi
yang telah ditentukan, kemudian data dihitung jumlah dan persentasenya. Data juga
ditampilkan dalam bentuk diagram agar mudah dideskripsikan. Data dianalisis secara
deskriptif kuantitatif artinya hanya mendeskripsikan data apa adanya yaitu berupa angka.
Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase pertisipasi siswa adalah: ∑
∑ [17].
Analisis hasil tes hasil belajar siswa, dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai tes,
serta jumlah (persentase) siswa yang tuntas belajar pada siklus I dan II. Proses selanjutnya
dengan membandingkan hasil yang diperoleh pada siklus I dan II, untuk mencari nilai
rata-rata siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
∑
.
Keterangan:
: Nilai rata-rata.
∑ : Jumlah nilai semua siswa
: Jumlah siswa
Pada proses perhitungan persentase siswa yang tuntas belajar pada masing-masing siklus
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
3.3 Prosedur penelitian
Dalam penelitian ada dua tahap, yaitu tahap pendahuluan atau refleksi awal dan tahap
pelaksanaan tindakan.
1. Tahap Persiapan (Refleksi awal)
Pada tahap ini dilakukan observasi mengenai keadaan sekolah yang akan dijadikan
tempat penelitian. Observasi dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran di
sekolah. Observasi pembelajaran dilakukan saat kegiatan belajar mengajar untuk
mengetahui bagaimana proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas, setelah itu
melakukan perencanaan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah
sebagai berikut:
a) Refleksi awal antara peneliti dan guru berkaitan dengan permasalahan yang
terjadi dalam proses belajar megajar.
b) Peneliti dan guru membahas metode yang tepat dalam memecahkan masalah
yang ada.
c) Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari scenario proses
pembelajaran sampai pada media pembelajaran yang dipakai.
d) Menyusun lembar observasi partisipasi siswa pelaksanaan pembelajaran yang
menggunakan metode drill.
e) Merencanakan pembelajaran dengan metode drill dalam proses belajar
mengajar yang akan dilaksanakan.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
9
Pada tahap ini, peneliti menggunakan model spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart
sebagai berikut:
A. Siklus I
a) Rencana tindakan
3.3.1 Membuat Rencana Kegiatan Harian/RKH yang disesuaikan dengan
metode pembelajaran yang telah dipilih yaitu dengan menggunakan
multimedia.
3.3.2 Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai
partisipasi siswa.
3.3.3 Mempersiapkan media/alat pembelajaran
b) Pelaksanaan tindakan siklus I
1. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode drill
sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun.
c) Observasi
Pada tahap ini peran peneliti dalam penelitian bertindak sebagai pengajar
atau pemberi tindakan, sedangkan pengumpulan data pada penelitian ini
peneliti dibantu oleh observer. Tugas dari observer adalah mengamati
dan membuat catatan lapangan dalam proses pembelajaran yang meliputi
aktivitas belajar siswa dan peningkatan partisipasi siswa selama proses
pembelajaran.
d) Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan seluruh kegiatan yang telah dilakukan,
data yang telah terkumpul akan dianalisis sebagai bahan untuk refleksi.
Hasil refleksi akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan
tindakan yang lebih efektif pada siklus berikutnya. Data yang diperoleh
dari hasil observasi dan hasil belajar siswa akan dianalisis secara
deskripsi, yaitu dengan menghitung persentase skor indikator yang
muncul dari aspek-aspek yang diukur untuk mengungkap kendala-
kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran siklus I. Setelah
diketahui kendala-kendala yang dihadapi selanjutnya menentukan
alternatif solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi kendala tersebut
pada siklus selanjutnya (siklus II).
B. Siklus II
a. Rencana tindakan siklus II
Rencana kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menentukan
alternatif pemecahan masalah untuk memperbaiki kekurangan pada
siklus I dan mengembangkan perangkat pembelajaran pada siklus I yang
dinilai sudah cukup baik. Kegiatan ini meliputi:
1. Merevisi format skenario pembelajaran siklus I sesuai hasil refleksi
I.
2. Menyusun alat evaluasi berupa soal tes untuk mengetahui
kemampuan siswa.
3. Menyusun rencana pembelajaran atau skenario yang sudah direvisi
sesuai hasil refleksi siklus I.
b. Pelaksanaan tindakan siklus II
Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang sudah disusun pada siklus II (rencana tindakan siklus
II) yaitu, melaksanakan pembelajaran berdasarkan skenario yang sudah
direvisi sesuai hasil refleksi siklus I.
c. Observasi
10
Pada tahap ini pengamatan yang dilakukan sama dengan pengamatan
yang dilakukan pada observasi siklus I, yaitu pengamatan proses belajar
mengajar siswa dengan menggunakan lembar observasi untuk
mengetahui tingkat partisipasi siswa.
d. Refleksi
Analisis dan refleksi pada siklus II digunakan untuk membedakan hasil
dari siklus I dan siklus II. Perbandingan antara siklus I dan siklus II
dapat digunakan untuk mengetahui tindakan mana yang sudah efektif
dan mana yang belum efektif serta mengetahui kendala yang dihadapi
dan mencari solusi untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar
siswa.
3.4 Instrumen Penelitian
1. Lembar observasi
Lembar observasi merupakan lembar pengamatan siswa yang berisikan aspek-aspek
partisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas. Lembar pengamatan ini adalah lembar
untuk mengetahui partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, sehingga peniliti hanya
mengamati hal-hal yang termasuk dalam kategori partisipasi belajar siswa. Pelaksanaan
dilakukan ketika belajar mengajar dimulai sampai pelajaran selesai. Pelaksanaan penelitian
dibantu oleh salah satu guru yang bertugas mengamati kegiatan siswa dengan memberi skor 1
untuk siswa yang melakukan setiap aspek partisipasi, dan memberikan skor 0 bagi siswa yang
tidak melakukan aspek partisipasi. Sebelum melaksanakan pengamatan, kedua observer
diberi penjelasan tentang kisi-kisi dan cara menilai. Penjelasan itu bertujuan untuk
meyamakan pemahaman dan memudahkan kedua observer dalam menilai siswa yang telah
melakukan aspek-aspek partisipasi. Berikut adalah kisi-kisi instrumen untuk kegiatan
observasi yang akan dilakukan [15].
Tebel 2. Kisi-kisi Observasi Belajar Siswa.
No Aspek Indikator Nilai Kendali Observasi
Nilai (1) Nilai (0)
1 Memperhatikan
pelajaran
Memperhatikan materi
yang disampaikan dan
mendengarkan
informasi yang
disampaikan oleh guru
Memperhatikan materi
yang disampaikan
Siswa asik sendiri
dengan kegiatan
diluar materi
2 Bertanya Siswa mengajukan
pertanyaan kepada
guru terkait materi
yang disampaikan
a. Siswa mengajukan
pertanyaan sesuai dengan
materi yang diajarkan.
b. Siswa mengajukan
pertanyaan yang masih
berkaitan dengan materi
pelajaran yang diajarkan
a. Siswa mengajukan
pertanyaan yang
tidak berkaitan
dengan materi
pelajaran.
b. Siswa cenderung
asal dalam bertanya.
3 Menyatakan
pendapat
Siswa menyatakan
pendapat sesuai materi
yang dibahas
a. Siswa menyatakan
pendapat sesuai dengan
materi yang diajarkan
b. Siswa menyatakan
pendapat yang masih
berkaitan dengan materi
pelajaran yang diajarkan
a. Siswa menyatakan
pendapat yang tidak
berkaitan dengan
materi pelajaran
b. Siswa tidak
menyatakan
pendapat
11
4 Menjawab
pertanyaan
Siswa menjawab
pertanyaan sesuai
materi pelajaran.
a.Siswa menjawab
pertanyaan dengan benar.
b.Siswa menjawab
pertanyaan siswa lain
yang diajukan kepada
guru.
c.Siswa menjawab
pertanyaan dengan
jawaban yang kurang
tepat.
Siswa menjawab
pertanyaan dengan
jawaban- jawaban
yang asal-asalan.
2. Soal tes evaluasi
Instrumen tes yaitu berupa soal pilihan ganda yang digunakan untuk mengukur
pemahaman siswa. Jumlah tes soal sebanyak 10 soal pilihan ganda dengan tiga alternatif
jawaban yaitu a, b, c. Pelaksanaan soal tes untuk mengetahui hasil belajar dilakukan diakhir
penerapan metode drill dengan waktu 30 menit.
3.5 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilaksanakan dengan observasi dan soal evaluasi yang
dilakukan diakhir proses pembelajaran untuk mendapatkan data hasil belajar. Observasi
digunakan untuk mengambil data mengenai aktivitas yang meliputi partisipasi siswa selama
proses pembelajaran bahasa Inggris menngunakan multimedia seperti video dan
menggunakan metode drill and practice.
Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti melakukan observasi atau
pengamatan dan membuat catatan lapangan untuk hal-hal yang tidak dicatat dalam lembar
observasi. Proses pengambilan data dibantu oleh guru yang juga mengisi lembar pengamatan
partisipasi siswa dalam proses pembelajaran atau membuat catatan lapangan pengamatan atau
observasi selama proses pembelajaran.
3.6 Kriteria Keberhasilan Tindakan
Kriteria merupakan acuan untuk menentukan keberhasilan suatu kegiatan atau
tindakan. Berkaitan dengan penelitian ini, indikator yang bisa dicapai dapat dilihat dari
penerapan multimedia dengan metode drill dalam proses pembelajaran dan peningkatan
partisipasi siswa.Menurut Mulyasa dari segi proses, pembelajaran atau pembentukan
kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya
sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial
dalam proses pembelajaran[18]. Acuan ketercapaian tersebut digunakan peneliti sebagai
dasar untuk menentukan keberhasilan dalam melaksanakan tindakan, yang mana hasil dari
tindakan tersebut telah mencapai 75% atau lebih.
4. Hasil Penelitian Dan ImplementasiPengujian
1. Tindakan Pra Siklus
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Wantuwirawan
Salatiga. Penelitian dilakukan bersama seorang guru sebagai observer dan peneliti sendiri
sebagai pemberi tindakan atau pengajar. Tindakan kelas pada pra siklus ini dilaksanakan pada
hari Kamis tanggal 28 April 2016, dimulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 10.00
WIB untuk mengetahui keadaan sekolah dan suasana belajar. Pada proses Pra Siklus peneliti
mencoba memberikan materi awal berkaitan dengan pelajaran Bahasa Inggris. Peneliti juga
mengadakan observasi untuk melihat tanggapan murid berkaitan dengan materi Bahasa
Inggris yang disampaikan dengan metode melihat video. Berikut hasil observasi pada pra
Siklus.
12
Tabel 3. Partisipasi Siswa Pra Siklus
No Aspek Observasi Jumlah
Siswa
Pra siklus
Frekuensi Presentase
1 Memperhatikan pelajaran 4 3 75%
2 Bertanya 4 1 25%
3 Menyatakan pendapat 4 2 50%
4 Menjawab pertanyaan 4 4 100%
Rata-rata 2,5 62,5%
Gambar 2. Partisipasi Siswa Pra Siklus
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa aspek partisipasi pada pra siklus nilai
yang tertinggi adalah aspek menjawab pertanyaan dengan 100%. Aspek memperhatikan
pelajaran sebesar 75%, aspek menyatakan pendapat 50%, dan aspek bertanya sebesar 25%.
Aspek memperhatikan pelajaran sudah baik dengan 3 siswa yang memperhatikan materi.
Kondisi ini sudah terlihat dari awal pembelajaran dimulai. Sebelum penjelasan materi siswa
sudah mulai memperhatikan persiapan guru yang menyiapkan laptop, hal ini membuat siswa
penasaran pelajaran apa yang akan mereka dapat. Ketika pelajaran dimulai beberapa siswa
mulai tertarik dengan model pembelajaran yang menggunakan video. Walaupun demikian
ada siswa yang tidak memperhatikan pelajaran dengan serius.
Aspek yang paling rendah adalah aspek bertanya dikarenakan mereka belum terbiasa
diberikan kesempatan untuk bertanya. Siswa juga masih terlihat pasif dan hanya
mendengarkan penjelasan dari guru. Rata-rata siswa juga masih malu dan takut untuk
menyatakan apa yang belum mereka ketahui dan mereka pahami. Sedangkan ada 2 siswa
yang menyatakan pendapat mereka berhubungan dengan materi yang mereka dapat, 2 siswa
lainnya tidak menyatakan pendapat karena masih malu dan tidak percaya diri. Aspek
menjawab pertanyaan memperoleh nilai yang tinggi dikarenakan guru memberikan
pertanyaan langsung kepada mereka dan mengarahkan supaya mereka bisa memahami
pertanyaan yang diberikan dan setiap siswa dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
Setelah mengadakan pra siklus maka akan dilanjutkan dengan siklus 1 dengan cara
yang sama yaitu memberikan materi, melakukan observasi, dan memberikan kuis untuk
mengetahui peningkatan yang dialami siswa.
2. Tindakan Siklus 1
Tindakan kelas pada siklus I ini dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan dengan
alokasi waktu 4x45 menit pada hari Senin tanggal 25 April 2016. dimulai pukul 07.00 WIB
sampai dengan pukul 10.00 WIB. Materi ajar yang dipelajari pada siklus pertama adalah
0102030405060708090
100
Memperhatikanpelajaran
Bertanya Menyatakanpendapat
Menjawabpertanyaan
Partisipasi Siswa Pra Siklus
Column1 Aspek Partisipasi
13
Bahasa Inggris dengan memahami alphabet dan pengucapannya dan juga mengenal hewan-
hewan dalam Bahasa Inggris. Proses penyampaian materi dengan menggunakan Power Point
dan menunjukkan video agar lebih menarik partisipasi belajar dari siswa-siswa yang ada.
3. Hasil Tindakan Siklus 1
Penelitian tindakan kelas ini menekankan pada upaya meningkatkan partisipasi dan
hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan
menerapkan model pembelajaran drill yang dijelaskan sebagai berikut:
Sebelum pembelajaran dimulai terlebih dahulu mempersiapkan keperluan yang
nantinya digunakan dalam pembelajaran, diantaranya menyiapkan laptop, speaker dan materi
berupa video, kemudian menyiapkan lembar observasi. Jumlah siswa yang hadir adalah 4
siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
pembelajaran yang telah disusun sebelumnya diantaranya pembukaan, inti pembelajaran dan
penutup.
Tahap pembukaan dimulai dengan perkenalan, dan sebelum memulai pembelajaran
peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari pembelajaran dan memulai dengan apersepsi
untuk menyamakan presepsi siswa dan mengarahkan siswa untuk melihat video yang
bertujuan menarik partisipasi belajar siswa.
Pada inti pembelajaran guru mengajak siswa untuk sama-sama bernyanyi dan
mengikuti pengucapan alphabet dalam Bahasa Inggris dan disimak dari video yang diberikan.
Guru mengajak siswa untuk dengan semangat mengucapkan nama-nama hewan dalam
Bahasa Inggris yang ditampilkan dalam video.
Pada bagian penutup guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
terkait materi yang telah diberikan. Setelah itu guru memberikan penjelasan-penjelasan
singkat berkaitan dengan ciri-ciri, suara, perilaku dll dari hewan yang dilihat dari video yang
diberikan. Selanjutnya guru mempersilahkan siswa untuk memberikan komentar terhadap
hewan-hewan yang mereka ketahui.
Dalam kegiatan belajar mengajar ada beberapa komentar yang disampaiakn oleh para
siswa seperti:
a) “Videonya yang banyak bu”
b) “Bu, yang bertanya dapat hadiah”.
Komentar-komentar tersebut dapat digunakan untuk menampung apa saja harapan
siswa pada pembelajaran yang akan datang. Harapan siswa tidak semuanya harus dilakukan
oleh guru untuk menyusun pembelajaran selanjutnya, karena dalam metode pembelajaran
siswa perlu adaptasi.
Pada proses siklus 1 juga diadakan observasi untuk mengukur partisipasi siswa
dengan materi yang sama ketika diberikan pada pra siklus. Berikut adalah hasil observasi
partisipasi siswa pada siklus 1: Tabel 4. Partisipasi Siswa Siklus 1
No Aspek Observasi Jumlah
Siswa
Siklus 1
Frekuensi Presentase
1 Memperhatikan pelajaran 4 4 100%
2 Bertanya 4 3 75%
3 Menyatakan pendapat 4 3 75%
4 Menjawab pertanyaan 4 3 75%
Rata-rata 3,5 81,25%
14
Gambar 3. Partisipasi Siswa Siklus 1
Berdasarkan tabel 4 diatas hasil partisipasi siswa pada siklus 1 mulai menunjukkan
peningkatan. Hal ini disebabkan materi yang diberikan pada pra siklus diulang kembali dan
membuat siswa mengingat kembali apa yang sudah dipelajari sebelumnya. Aspek
memperhatikan pelajaran memperoleh nilai prosentasi tertinggi yaitu 100%. Para siswa
menjadi lebih tertarik dengan materi yang diberikan dikarenakan sudah mulai sedikit merasa
akrab dengan guru yang lebih banyak mencoba berinteraksi. Aspek bertanya, menyatakan
pendapat dan menjawab pertanyaan memiliki nilai yang sama yaitu 75%. Aspek bertanya
meningkat dibandingkan dengan keadaan pra siklus dikarenakan siswa tidak malu dan
canggung untuk mengajukan pertanyaan. Aspek menyatakan pendapat juga mengalami
peningkatan karena siswa mulai bersemangat untuk menanggapi materi yang disampaikan.
Penerapan model drill juga bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada siklus 1 maka dilakukan evaluasi hasil
belajar berupa kuis. Hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus 1 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Evaluasi Siklus 1
Ketuntasan Belajar Siklus 1
Nilai Jumlash Siswa Keterangan Presentase
>75 4 siswa Lulus 100%
<75 - - -
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa seluruh siswa mencapai standar kelulusan
yang diharapkan.
2.Refleksi siklus 1
Penerapan model pembelajaran drill pada dasarnya sudah dapat meningkatkan
partisipasi dan hasil belajar siswa. Peningkatan partisipasi siswa dapat dilihat dari perubahan
sikap siswa yang pasif menjadi lebih aktif dalam pembelajaran pada siklus 1. Terdapat
beberapa kelebihan dan kekurangan pada siklus 1yang dapat dijadikan masukkan utnuk
melaksanakan siklus 2.
Kekurangan pada siklus 1 adalah sebagai berikut :
a) Masih ada siswa yang masih malu bertanya, menyatakan pendapat, menjawab
pertanyaan.
0102030405060708090
100
Memperhatikanpelajaran
Bertanya Menyatakanpendapat
Menjawabpertanyaan
Partisipasi Siswa Siklus 1
Aspek Partisipasi
15
b) Dari masukkan beberapa siswa pada saat pembelajaran yaitu sebagai berikut :
a. Video materi yang perlu diperbanyak
b. Siswa yang menjawab pertanyaan diberikan hadiah
Keberhasilan yang dicapai pada siklus 1 adalah sebagai berikut :
a) Siswa mulai terlatih untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru.
b) Siswa mulai terlatih untuk mengungkapkan dan menanggapi pendapat.
c) Siswa mulai berperan aktif dalam pembelajaran sehingga lebih termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran.
4. Rencana tindakan siklus 2
Dari hasil observasi dan refleksi siklus 1 yang dikonsultasikan dengan guru sekolah
maka diperoleh kesepakatan untuk memperbaiki pembelajaran berikutnyadengan langkah-
langkah sebagai berikut :
a) Untuk mengatasi siswa yang masih malu dan takut untuk bertanya kepada guru dalam
menyatakan pendapatnya, menanggapi pendapat, dan menjawab pertanyaanpada
siklus 1, maka guru menambahkan interaksi dengan siswa agara lebih akrab dengan
guru. Guru juga memberi motivasi dengan mengingatkan siswa untuk tidak malu
bertanya
b) Untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan usul siswa maka guru menambahkan
video yang berkaitan dengan materi dan memberikan hadiah untuk siswa yang
menjawab pertanyaan dengan benar.
5. Tindakan Siklus 2
Tindakan kelas pada siklus 2 ini dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan dengan
alokasi waktu 4x45 menit pada hari Rabu tanggal 27 April 2016. dimulai pukul 07.00 WIB
sampai dengan pukul 10.00 WIB. Materi ajar yang dipelajari pada siklus kedua adalah
Bahasa Inggris dengan mengulang materi pada siklus 1 dan menambah beberapa materi yang
sudah pernah dipelajari sebelumnya seperti pengenalan barang-barang disekitar.
6. Hasil Tindakan Siklus 2
Penelitian tindakan kelas ini menekankan pada upaya meningkatkan partisipasi dan
hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 dengan
menerapkan model pembelajaran drill yang dijelaskan sebagai berikut:
Sebelum pembelajaran dimulai terlebih dahulu mempersiapkan keperluan yang
nantinya digunakan dalam pembelajaran, diantaranya menyiapkan laptop, speaker dan materi
berupa video, kemudian menyiapkan lembar observasi. Jumlah siswa yang hadir adalah 4
siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
pembelajaran yang telah disusun sebelumnya dan menambahkan hal-hal yang sudah
direfleksikan dari siklus 1, seperti penambahan materi.
Tahap pembukaan dimulai dengan perkenalan, dan sebelum memulai pembelajaran
peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari pembelajaran dan memulai dengan apersepsi
untuk menyamakan presepsi siswa dan mengarahkan siswa untuk melihat video yang
bertujuan menarik partisipasi belajar siswa.
Pada inti pembelajaran guru mengajak siswa untuk sama-sama bernyanyi dan
mengikuti pengucapan alphabet dalam Bahasa Inggris yang disimak dari video yang
diberikan. Guru mengajak siswa untuk dengan semangat mengucapkan nama-nama hewan
dalam Bahasa Inggris yang ditampilkan dalam video.
Pada bagian penutup guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
terkait materi yang telah diberikan. Setelah itu guru memberikan penjelasan-penjelasan
singkat berkaitan dengan ciri-ciri, suara, perilaku dll, dari hewan yang dilihat dari video yang
diberikan. Selanjutnya guru mempersilahkan siswa untuk memberikan komentar terhadap
16
hewan-hewan yang mereka ketahui. Proses pada siklus 2 selain memberikan materi juga
diadakan kuis untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan dan juga
materi tambahan yang ada. Jumlah soal ditambah menjadi 10 soal dengan penambahan soal
dari materi-materi Bahasa Inggris yang sebelumnya sudah dipelajari.
Ketika pembelajaran sedang berlangsung maka observer menilai jumlah partisipasi
sesuai dengan kisi-kisi partisipasi yang telah ditetapkan. Hasil observasi yang telah
didapatkan pada siklus 2 terlihat pada tabel 7.
Tabel 7. Partisipasi Siswa Siklus 2
No Aspek Observasi Jumlah
Siswa
Siklus 2
Frekuensi Presentase
1 Memperhatikan pelajaran 4 4 100%
2 Bertanya 4 4 100%
3 Menyatakan pendapat 4 2 50%
4 Menjawab pertanyaan 4 4 100%
Rata-rata 3,5 87,5%
Gambar 4. Partisipasi Siswa Siklus 2
Berdasarkan table 7 pada partisipasi siswa siklus 2, terlihat adanya peningkatan
partisipasi siswa didalam kelas yang dapat dibuktikan dengan peningkatan aspek observasi
nomer 1 yaitu memperhatikan pelajaran dengan frekuensi 4 sebesar 100% sama dengan aspek
observasi pada partisipasi siswa siklus 1 dengan hasil frekuensi 4 sebesar 100%. Kemudian
pada partisipasi siswa siklus 2 nomer 2 yaitu pada aspek bertanya terjadi peningkatan dengan
frekuensi 4 sebesar 100% lebih besar dari hasil partisipasi siswa siklus 1 dengan frekuensi 3
sebesar 75%. Pada partisipasi siswa siklus 2 nomer 3 yaitu pada aspek menyatakan pendapat
terjadi peningkatan dengan frekuensi 3 sebesar 75% sama dengan hasil partisipasi siswa
siklus 1 dengan frekuensi 3 sebesar 75%. Pada partisipasi siswa siklus 2 nomer 4 yaitu pada
aspek menjawab pertanyaan terjadi peningkatan dengan frekuensi 4 sebesar 100% lebih besar
dari hasil partisipasi siswa siklus 1 dengan frekuensi 3 sebesar 75%.
Penerapan model drill juga bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada siklus 2 maka dilakukan evaluasi hasil
belajar berupa kuis. Soal-soal yang diberikan pada siklus 2 mengalami penambahan dengn
memasukkan beberapa soal dari materi tambahan yang sebelumnya sudah didapat siswa
0102030405060708090
100
Memperhatikanpelajaran
Bertanya Menyatakanpendapat
Menjawabpertanyaan
Partisipasi Siswa Siklus 2
Aspek Partisipasi
17
ketika pelajaran Bahasa Inggris. Hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus 2 dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Evaluasi Siklus 2
Ketuntasan Belajar Siklus 2
Nilai Jumlash Siswa Keterangan Presentase
>75 4 siswa Lulus 100%
<75 - - -
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa seluruh siswa mencapai standar kelulusan
yang diharapkan, ke 4 siswa mendapat nilai 100.
3. Refleksi siklus 2
Penerapan model pembelajaran drill pada dasarnya sudah dapat meningkatkan
partisipasi dan hasil belajar siswa. Peningkatan partisipasi siswa dapat dilihat dari perubahan
sikap siswa yang pasif menjadi lebih aktif dalam pembelajaran pada siklus 2 begitu juga nilai
yang didapat oleh siswa mengalami peningkatan. Terdapat beberapa kelebihan dan
kekurangan pada siklus 2 :
Kekurangan pada siklus 2 adalah sebagai berikut :
a) Masih terdapat aspek partisipasi yang masih tergolong rendah yaitu aspek menyatakan
pendapat dan menanggapi pendapat.
Keberhasilan yang dicapai pada siklus 2 adalah sebagai berikut :
a) Rata-rata keseluruhan aspek partisipasi telah mengalami peningkatan dibandingkan
dengan siklus 1. Rata-rata siswa mulai terlihat aktif dalam pembelajaran. hal tersebut
disebabkan karena siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan,
keakraban antara guru dan siswa yang telah terjalin juga menjadi nilai tambah, dan
pemberian penghargaan dengan memberikan nilai tambahan kepada siswa yang
bertanya, mengutarakan pendapat dan menanggapi pertanyaan.
Partisipasi siwa merupakan salah satu aspek yang diamati dalam pembelajaran dengan
menerapkan model drill dengan bantuan media. Partisipasi siswa pada pembelajaran dapat
membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan yang bermakna karena dengan
berpartisipasi siswa akan berperan dalam proses perkembangan dirinya sendiri sehingga
secara sadar akan menuntun kemandirian sekaligus proses belajar bagaimana berinteraksi
sosial dengan sesama. Diterapkannya model drill dengan bantuan multimedia dapat
meningkatkan partisipasi siswa selama proses belajar mengajar. Besarnya peningkatan dapat
dilihat pada Gambar 5, 6 dan Tabel 10.
18
Gambar 5. Perbandingan Aspek Partisipasi Tiap Siklus
Tabel 10. Persentase Partisipasi pada Tiap Siklus
NO Aspek Yang Diamati Persentase Partisipasi
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
1 Memperhatikan pelajaran 75% 100% 100%
2 Bertanya 25% 75% 100%
3 Menyatakan pendapat 50% 75% 50%
4 Menjawab pertanyaan 100% 75% 100%
Rata-rata 62.5% 81.25% 87.5%
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan telah terjadi
peningkatan partisipasi siswa pada setiap siklus. Aspek bertanya mengalami peningkatan
yang signifikan mulai dari 25% ketika pra siklus, 75% pada siklus 1 dan 100% pada siklus 2.
Aspek memperhatikan pelajaran juga mengalami perkembangan dengan presentase 75%
ketika pra siklus dan 100% pada siklus 1 dan 2. Pada aspek menyatakan pendapat mengalami
penurunan dari siklus 1 yaitu 75% ke siklus 2 yaitu 50%. Aspek menjawab pertanyaan juga
mengalami hal yang sama dengan aspek menyatakan pendapat dimana pada siklus 1
mengalami penurunan yaitu 75% tetapi meningkat pada siklus 2.
5. Pembahasan
Penerapan model pembelajaran drill berbasis multimedia dapat meningkatkan
partisipasi siswa dalam proses pembelajaran yang berfokus pada 4 aspek partisipasi yaitu
aspek memperhatikan pelajaran, bertanya, menjawab pertanyaan dan menyatakan pendapat.
Hal itu dapat dilihat dari peningkatan rata-rata aspek partisipasi dari pra siklus siswa yang
berpartisipasi 62,5%, untuk siklus 1 siswa yang berpartisipasi sebesar 81,25%, pada siklus 2
sebesar 87,5%.
Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran drill berbasis
multimedia juga meningkatkan hasil belajar siswa yang terlihat dari hasil belajar tiap-tiap
siklus. Siklus 1 siswa yang berhasil mencapai nilai kelulusan sebanyak 100% dengan rata-
rata kelas sebesar 90, pada siklus 2 siswa yang berhasil mencapai nilai kelulusan sebanyak
100% dengan rata-rata kelas sebesar 100.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Perbandingan Aspek Partisipasi Tiap Siklus
Memperhatikan pelajaran Bertanya Menyatakan pendapat Menjawab pertanyaan
19
6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil tindakan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa penerapan metode drill berbasis multimedia yang dilakukan dalam penelitian
menuntut siswa memahami materi yang diberikan secara berulang dan sistematik, agar
menguasai pelajaran yang diajarkan. Proses penyampaian materi dengan bantuan multimedia
membuat partisipasi siswa meningkat. Tahap pendahuluan guru memusatkan perhatian siswa
dengan memberikan gambaran umum seputar materi ajar. Selanjutnya guru menjelaskan
materi dengan media power-point yang dikombinasikan dengan media animasi dan video.
Guru juga mengajak siswa berpartisipasi dengan mengikuti apa yang ditampilkan dalam
video sehingga suasana kelas lebih aktif. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyampaikan pendapat dan menjawab pertanyaan yang diberikan.
7. Saran
Upaya meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa selama pembelajaran Bahasa
Inggris maka dapat dikemukakan saran yaitu guru harus senantiasa mencari wawasan-
wawasan atau ide-ide dalam meningkatkan pembelajaran Bahasa Inggris.
Saran penelitian selanjutnya:
1. Diharapkan agar pada penelitian-penelitian yang akan datang untuk dilakukan
peninjauan lebih lanjut mengenai pemanfaatan media-media yang lain.
2. Memperluas obyek penelitian yang digunakan.
20
8. Daftar Pustaka
[1] E. S. Koty, “Pengembangan sistem informasi bagi pelayanan pengunjung penyandang
cacat,” Universitas Padjajaran Bandung, 2012.
[2] R. O. Arrah and S. K. D., “Teachers’ Perceptions of Students with Special Education
Needs in Cameroon Secondary Schools,” Int. J. Spec. Educ., vol. 29, no. 2008, pp. 1–
10, 2014.
[3] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, vol. 53, no. 9. Indonesia,
2008, pp. 1689–1699.
[4] W. Kraglund-Gauthier, D. Young, and E. Kell, “Teaching students with disabilities in
post-secondary landscapes : navigating elements of inclusion , differentiation,
universal design for learning, and technology,” Teach. Students with Disabil., vol. 7,
no. 3, pp. 1–10, 2014.
[5] E. Rahmah, M. Yunus, and Fatmawati, “Meningkatkan Kemampuan Mengenal
Konsep Bilangan 1 Sampai 5 Bagi Aanak Tunagrahita Sedang Melalui Media Tiang
Bilangan.,” J. Ilm. Pendidik. KHUSUS, vol. 2, no. September, pp. 153–165, 2013.
[6] N. F. Rachimawati and S. Mahmudah, “Pembelajaran Puisi Untuk Kemampuan
Membaca Pemahaman Anak Tunagrahita Ringan,” J. Pendidik. Khusus pembelajaran,
2013.
[7] Presiden Republik Indonesia, “Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 19
tentang standar nasional pendidikan,” no. 2, 2005.
[8] Presiden, “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 17 Tahun 2010 Tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan,” 2010.
[9] Peraturan Pemerintah Republik Indonesi Nomor 43 Tahun 1998. 1998, pp. 1–27.
[10] N. Y. Fitri, Z. Martias, and Ardisal, “Profil Penyelenggaraan Keterampilan Kecakapan
Hiidup (Life Skill) Bagi Aanak Tunagrahita,” E-JUPEKhu, vol. 3, no. September, pp.
281–290, 2014.
[11] A. Prajatama, M. Rusli, and N. W. Deriani, “Aplikasi Multimedia Pembelajaran
Interaktif Strategi Permainan Catur,” J. Sist. DAN Inform., 2014.
[12] Syaerozi, “Penerapan Metode Pembelajaran Drill Berbantuan Multimedia Interaktif
Untuk Meningkatkan Keterampilan Mengolah Data Menggunakan MICROSOFT
EXCEL 2007,” 2015.
[13] M. O. H. B. Jaelani, “Metode Drill Bermedia Video Terhadap Keterampilan Bina Diri
Aanak Tunagrahita Ringan,” pp. 1–7, 2014.
[14] A. Wulandari, Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Pada
Anak Tunagrahita Ringan Kelas IV Di SDLB N CANGAKAN FILIAL
KARANGPANDAN. 2011.
[15] M. B. U. Asnawir, Media Pembelajaran. Jakarta, 2002.
[16] N. Ibrahim, R. & Syaodih S, Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan & Kebudayaan dan Rineka Cipta, 2003.
[17] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 1991.
[18] E. Mulyasa, Manajemen berbasis sekolah : konsep, strategi dan implementasi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.