Post on 17-Aug-2021
i
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENALAN BIOLOGI DASAR OPT (SERANGGA)
Oleh :
Golongan A/Kelompok 1A
1. Muhammad Rizal (161510501019)
2. Sulam (161510501013)
3. Lailatul Lestariwati (161510501021)
LABORATORIUM HAMA PENYAKIT DAN TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Serangga atau insekta dalam taksonomi merupakan salah satu kelas dalam
filum Arthropoda yang termasuk kelompok hewan invertebrata. Insekta memiliki
spesies terbanyak atau dominan di antara spesies hewan lainnya dalam Filum
Arthropoda. Daya tahan tubuh serangga yang baik, dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, dan penyebarannya yang sangat luas membuat variasi dalam kelas
insekta baik bentuk, sifat, dan kebiasaannya sangat banyak macamnya. Serangga-
serangga pada jenis tertentu memiliki tingkat adaptasi yang tinggi sehingga daya
tahan tubuh serangga juga tergolong tinggi.
Karakteristik atau ciri-ciri umum kelas insekta antara lain yaitu tubuhnya
terbagi atas 3 bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen, mempunyai sepasang sayap
(kecuali Anoplura, Mallophaga, dan Siphonaptera), mempunyai sepasang antena,
mempunyai tiga pasang kaki, serta alat mulut yang mengalami perkembangan dan
penyesuaian, sehingga dikenal berbagai macam tipe seperti menggigit atau
mengunyah, menusuk, menghisap, dan sebagainya. Perkembangan tersebut dikenal
dengan istilah modifikasi, dimana tidak hanya terjadi pada alat mulut saja tetapi juga
pada tipe sayap, tipe antena, dan tipe tungkai. Modifikasi tersebut terjadi agar sesuai
dengan fungsi dan kebutuha serangga itu sendiri.
Hewan akan berkembang menjadi organisme dewasa setelah menetas.
Perkembangan pasca lahir tersebut dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung
(Lukman, 2009). Kelompok hewan yang melakukan perkembangan secara tidak
langsung yaitu serangga. Perkembangannya melalui stadium larva, lanjut ke stadium
dewasa melalui suatu proses transformasi yang dinamakan metamorfosis. Siklus
hidup serangga atau insekta dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertumbuhan dan
perkembangan, serta tahap pendewasaan. Siklus hidup ini sering disebut sebagai
metamorfosis. Proses metamorfosis merupakan perubahan bentuk mulai dari telur
hingga serangga dewasa.
2
Peran serangga dalam kehidupan dan interaksinya dengan manusia berdampak
menguntungkan dan merugikan. Serangga yang merugikan antara lain sebagai hama
tanaman, sebagai parasit, dan vektor penyakit. Serangga yang menguntungkan dapat
digunakan di bidang kedokteran, pertanian, dan sebagainya. Kehadiran serangga juga
berperan sebagai keseimbangan lingkungan , dimana serangga tertentu akan
memangsa serangga sebagai kebutuhan nutrisinya.
Jenis serangga yang begitu banyak membuat struktur tubuh serangga, bentuk,
sifat dan kebiasaannya yang bermacam-macam perlu dipahami dan dipelajari.
Pemahaman tentang karakteristik serangga seperti tipe alat mulut, tipe kaki, sayap,
dan daur hidupnya sangat penting diketahui. Alasannya adalah dalam melakukan
pembudidayaan tanaman baik pangan, perkebunan, hortikultura juga memerlukan
pengedalian agar tamanan yang diproduksi mampu menghasilkan produktivitas yang
optimum dengan tingkat kesehatan yang tetap terjaga serta petani juga tidak
mengalami kerugian. Mempelajari entomologi serangga juga berperan penting dalam
menentukan aplikasi pengendalian apa yang harus dilakukan. Oleh karena itu, hal ini
melatarbelakangi praktikum Pengenalan Biologi Dasar OPT (Serangga).
1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami struktur tubuh atau bagian-bagian tubuh serangga.
2. Mengetahui tipe metamorfosis serangga.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Fakhrah (2016), serangga merupakan salah satu jenis klasifikasi
fauna yang tergolong dalam filum Arthropoda dengan sub filum unimaria. Serangga
memiliki kelas insekta, dimana tubuhnya terdiri atas 3 (tiga) bagian yaitu kepala,
thorax, dan abdomen. Fauna jenis ini terbagi menjadi 29 ordo dimana setiap ordo
memiliki keanekaragaman struktur tubuh dan keunikan tersendiri. Keanekaragaman
tersebut disebabkan karena bervariasinya makanan yang dikonsumsi oleh serangga
tersebut sehingga serangga tergolong ke dalam kelompok yang memiliki spesies
dengan jumlah terbanyak (Meilin dan Nasamsir, 2016).
Keanekaragaman serangga juga menentukan kenaekaragaman peran
serangga dalam kehidupan sehari-hari. Peran seranga dalam kehidupan dapat bersifat
merugikan dan menguntungkan bagi individu lain. Serangga yang bersifat merugikan
dapat berperan sebagai hama bagi tanaman, hewan, ataupun manusia, seperti belalang
lalat buah, lalat bibit, dan kumbang badak yang menjadi hama pada tanaman.
Serangga yang bersifat menguntungkan diantaranya dapat berperan sebagai predator
atau polinator bagi tanaman.. Polinator serangga menguntungkan bagi tanaman
karena membantu mempercepat penyerbukan tanaman, misalnya kupu-kupu dan
lebah. Predator serangga berperan penting dalam pengendalian hayati yaitu sebagai
musuh alami hama yang merugikan tanaman, misalnya ordo coleoptera, hemiptera,
araneae, dan lain-lain (Surya dan Rubiah, 2016).
Keanekaragaman serangga juga menimbulkan keanekaragaman morfologi
pada tubuh serangga. Morfologi serangga secara umum memiliki antena, mata dan
alat mulut yang melekat pada kepala, sayap yang melekat pada thorax, dan abdomen.
Antena pada serangga pada umumnya mengalami modifikasi untuk memudahkan
serangga tersebut beradaptasi dengan lingkungan. Antena terdiri atas 3 (tiga) segmen
yaitu segmen pertama merupakan segmen terluas, segemen kedua merupakan
terpanjang dan segmen ketiga yang terletak di sisi dorsal dan biasanya merupakan
segmen yang tereduksi (Xu, et al., 2017).
4
Misbach et al., (2017) menyatakan bahwa serangga memiliki tipe sensomum
yang berbeda pada setiap antenanya utamanya pada larva. Perbedaan tersebut
mengindikasikan bahwa tipe sensomum dapat merespons serangkaian bau yang
berbeda sesuai fungsinya. Fungsi dari antena yang sesungguhnya selain merespons
bau adalah sebagai alat sensorik serangga baik dalam mengetahui kelembapan
maupun kecepatan udara. Modifikasi juga terjadi pada mata serangga. Mata pada
serangga secara umum ada tipe mata tunggal dan mata majemuk. Penggunaan mata
pada larva serangga sebenarnya disesuaikan dengan penggunaan dan fungsi serangga
tersebut. (Saltin, 2015).
Pertumbuhan serangga sebelum menjadi serangga dewasa melewati tahap
yang dinamakan metamorfosis. Pengelompokan macam metamorfosis pada serangga
diantaranya Ametabola, Paurometabola, Hemimetabola (Eksoptrygota),
Holometabola (Endopterygota), dan Hipermetamorfosis. Metamorfosis serangga
secara Paurometabola umumnya berubah pada sayap, sedangkan bentuk tubuh,
habitat, dan makanannya tetap sama. Metamorfosis hemimetabola pra dewasa dan
dewasa serangga hampir sama, hanya berbeda pada habitat, sedangkan serangga yang
bermetamorfosis secara Homometabola habitatnya yang sama atau berubah
(Purnomo dan Haryadi, 2007).
5
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Bioekologi OPT dengan judul acara “Pengenalan Biologi Dasar
OPT (Serangga)” dilaksanakan pada hari Senin, 02 Oktober 2017 pukul 06.30 sampai
08.30 di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas
Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Toples kaca (sedang atau besar)
2. Botol kaca bekas
3. Alat tulis
4. Modul
5. Kamera
3.2.2 Bahan
1. Belalang
2. Kupu-kupu
3. Larva lalat (set)
4. Pupa kupu-kupu
3.3 Cara Kerja
3.3.1. Menentukan Struktur Tubuh Serangga
1. Mengamati dan memahami tubuh serangga, kemudian mengambil foto dari
samping (lateral) menggunakan kamera mobile phone (ada tanda makro),
selanjutnya mengamati segmentasi tubuh serangga dengan seksama.
2. Mengamati alat tambahan (appendages) masing-masing segmen atau ruas
tubuh.
6
3. Mengamati tipe alat mulut serangga dengan memisahkan kepala dari tubuh
serangga dan memisahkan alat mulut tersebut. Mengambil foto secara close up
serta mempelajari tipe-tipe alat mulut serangga.
4. Mengamti tipe antena masing-masing serangga dengan mengambil antena
tersebut menggunakan pinset. Memfoto secara close up dan mengamati serta
mempelajari perbedaan masing-masing tipe antenanya dan mendefinisikan tipe-
tipe tersebut.
3.3.2. Menentukan Metamorfosis Serangga
1. Mengamati tipe metamorfosis pada serangga yang dikoleksi dengan mengambil
foto dan mempelajari perbedaannya.
2. Mengamati tipe larva (ulat, uret, set) dengan meneliti perbedaannya dengan
melihat bentuk tubuh, kepala, tungkai thorakal, tungkai abdominal.
3. Mengamati tipe pupa dengan mempelajari apakah alat tambahan (appendages)
melekat atau tidak pada pupa.
3.4 Variabel Pengamatan
1. Bagian serangga utuh
2. Bagian kepala
3. Bagian thorax
4. Bagian abdomen
5. Larva lalat
6. Larva kupu-kupu
7. Larva kumbang (uret)
8. Pupa lalat
9. Pupa kupu-kupu
10. Pupa kumbang
3.5 Analisis Data
Pada praktikum kali ini menggunakan analisis data deskriptif berupa
deskriptif kualitatif.
7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
NO GAMBAR KETERANGAN
1. Gambar serangga utuh
Ordo : Orthoptera
Spesies : Valanga nigricornis
KEPALA
Tipe Mata : Majemuk
Tipe Alat Mulut : Penggigit
Pengunyah
Tipe Antenna : Filiform
THORAK
Tipe Sayap : Tegmina
Tipe Tungkai : Saltatorial
Kepala
Thorak
8
Abdomen
ABDOMEN
Ovipositor (Betina).
NO GAMBAR KETERANGAN
2 Gambar serangga utuh
Kepala
Thorax
Ordo : Lepidoptera
Spesies : Danaus plexippus
Mata : Tipe Majmuk
Alat Mulut : Tipe Penghisap berupa
proboscis (Heustellata)
Antena : Tipe Capitate
Tungkai : Tipe Ambalatorial
Syap : Tipe Bersisik
9
Abdomen
Ovipositor (Betina)
NO Kelompok GAMBAR KETERANGAN
1.
5
Larva kupu-kupu (Ulat)
Memiliki tiga kaki thorakal dan
kaki abdomal. Terdapat bulu
halus pada tubuhnya dan
pendek.
Larva lepidoptera bertipe
eruciform. Mulutnya bertipe
mandibulata. Metamorfosis
holometabola
3
Larva Kupu-kupu (Ulat)
- Kingdom : Animalia
- Filum : Arthropoda
- Memiliki 3 kaki thorakal
dan abdominal
- Bgian tubuhnya terdapat
bulu halus dan pendek
- Larva lepidoptera bertipe
eruciform terdiri dari 13
ruas, pada larva kupu-kupu
terdapat mandibulata yang
berguna untuk mengunyah
10
makanan padat
- Metamorphosis tipe
holometaboal
2 1 Larva Lalat (Set)
- Metamorfosis holometabola
- Metamorfosis sempurna
yang dimulai dari Telur –
Larva – Pupa – Imago.
- Telur menetas setelah 12
jam
- Larva : 1: 1-4 hari melepas
kulit keluar instar 2
2: 1-beberapa hari
keluar instar 2
3: berlangsung 3-
9 hari
- Pupa : Berlangsug 3-9
hari,, Temperatur kurang
lebih 35 derajat C
- Imago : proses
pematangan 15 jam, umur
lalat 2-4 minggu
-
6
Larva Lalat (Set) Tipe metamorphosis :
holometabola.
Telur – larva – pupa – imago.
Keempat stadia ini memiliki
bentuk yang berbeda
- Telur menetas setelah 12
jam
- Larva : 1: 1-4 hari melepas
kulit keluar instar 2
2: 1-beberapa hari
keluar instar 2
3: berlangsung 3-
11
9 hari
- Pupa : Berlangsug 3-9
hari,, Temperatur kurang
lebih 35 derajat C
- Imago : proses
pematangan 15 jam, umur
lalat 2-4 minggu
Larva berwarna putih keron atau
putih kekuning – kuningan,
berbentuk bulat panjang dengan
salah ujung meruncing. Larva
terdiri dari tiga instar, lama
stadium 6-9 hari, setelah
berkembang maksimum akan
membuat lubang keluar untuk
meloncat dan melenting dari
buah dan masuk ke dalam tanah
untuk menjadi pupa
- Tipe larva : Apoda (Tidak
punya kaki)
12
NO Kelompok GAMBAR KETERANGAN
3
2
Larva Kumbang (Uret)
- Tipe larva : Tipe
baeform, tipe larva pada
uret atau uret memiliki
ciri seperti huruf F C
dan mempunyai kepala
berkembang sempurna,
kaki thorakaldan tidak
ounya proleg abdominal
- Tipe metamorphosis
holometabola karna
mempunyai serangga
pradewasa yang disebut
larva serta bentuknya
sangat berbeda dengan
serangga biasa
4
Larva Kumbang (Uret)
Metamorfosis sempurna
(Holometabola)
Telur – larva – Pupa –
Kumbang dewasa
4
2
Pupa Lalat
- Tipe pupa : Koartata –
Pupa yang kulit larva
instar terakhirnya
mengelas berbentu
kokor
- Tipe metamorphosis
holometabola karna
mempunyai serangga
pradewasa yang disebut
larva serta bentuknya
sangat berbeda dengan
serangga biasa
13
Pupa Lalat
- Tipe Pupa : Koartata
- Tipe pupa : Ekstrak
adelicous (mandible)
- Tipe metamorfosis :
Holometabola
- Proses hidup :
Telur – Larva – Pupa –
Imago.
NO Kelompok GAMBAR KETERANGAN
5
1
Pupa Kupu-kupu
Metamorfosis
Holometabola
- Tekur menempel
pada daun 2-7 hari
- Ulat (larva) berumur
14-20 hari, nerganti
kulit 4-5 kali
- Kepompong/pupa 14-
16 hari, saat baru
menetas kupu-kupu
membutuhkan waktu
1-2 jam untuk
mengeringkan sayap
sebeum terbang
untuk pertama kali
- Kupu-kupu dewasa
(imago) berumur 14-
24 hari, sekitar 7 %
hidup imago
digunakan untuk
kawin
14
3
Pupa Kupu-kupu
Tipe pupa obtect u=yaitu
tipe pupa yang
mempunyai antenna,
sayap dan tungkai
melekat pada tubuh pupa
6
3
Pupa Kumbang
Ordo : Coleptera
(Kumbang)
Spesies : Convergens
(Ladybug)
Tipe pupa eksarata
adalah tipe pupa yang
semua embelannya
(appendaqes) tidak
melekat pada tubuh pupa.
4
Pupa Kumbang
Metamorfosis Sempurna
Telur – Larva – Pupa –
Kembang dewas
15
4.2 Pembahasan
Menurut Surya dan Rubiah (2016), belalang merupakan salah satu fauna
herbivora berjenis serangga yang berasal dari ordo orthoptera yang memiliki warna
tubuh coklat untuk jenis belalang kayu. Belalang memiliki nama ilmiah Valanga
nigricornis yang memiliki kepala sebagai tempat melekatnya antena, alat mulut dan
mata sebagai organ penglihatannya, serta thorax dan abdomen pada tubuhnya.
Tipe mata yang dimiliki oleh belalang berjenis mata majemuk yang
berjumlah sepasang dan memiliki kemampuan penglihatan yang lebih tajam dari mata
tunggal. Antena belalang memiliki tipe modifikasi berupa foliform yang terdiri atas 3
(tiga) ruas yaitu scape (ruas utama), pedisel (ruas kedua), dan flagellum (ruas ketiga).
Foliform berbentuk seperti benang dengan ruas silindris yang berukuran hampir
sama. Alat mulut yang dimiliki oleh belalang berjenis penggigit pengunyah yang
tergolong dalam tipe mandibulata dimana pada alat mulut ini terdapat mandibel yang
berfungsi untuk menggigit, memotong dan menguyah makanan jenis padatan.
Mandibel terletak di belakang labrum, tidak beruas serta berbentuk segitiga atau
taring (Purnomo dan Haryadi, 2007).
Thorax pada tubuh belalang merupakan tempat melekatnya tungkai dan
sayap yang dimiliki. Tungkai pada belalang merupakan jenis tungkai yang mengalami
modifikasi yaitu jenis tungkai saltatorial. Ciri khas dari tungkai ini adalah memiliki
femur dengan pembesaran dibagian belakang tungkai, sehingga tungkai tersebut
memiliki fungsi untuk meloncat. Sayap pada belalang bertipe tegmina dimana tipe
tersebut memiliki bentuk seperti kertas perkamen yang fungsinya sebagai
perlindungan bagi sayap belakang membraneus. Abdomen pada belalang memiliki
jenis ovipositor atau alat pada spesies betina yang fungsinya untk meletakkan telur
(Purnomo dan Haryadi, 2007).
Serangga kedua yaitu kupu-kupu atau serangga dari ordo Lepidoptera
dengan spesies Danaus plexippus. Kupu-kupu memiliki mata yang bertipe sama
dengan belalang yaitu mata majemuk yang ukurannya besar. Antena pada kupu-kupu
bertipe kapitat dimana antena jenis ini memiliki bentuk seperti gada yang ruas-ruasya
16
mendadak membesar. Alat mulut memiliki tipe penghisap dan tergolong dalam jenis
haustelata berupa proboscis yang berfungsi untuk menghisap cairan nektar. Proboscis
berupa alat mulut berbentuk panjang dan menggulung dari sepasang galea.
Tipe tungkai yang melekat pada thorax kupu-kupu adalah modifikasi berupa
tungkai ambulatorial yang terdiri atas femur dan tibia berbentuk ramping dan
difungsikan untuk berjalan. Sayap kupu-kupu juga melekat pada thorax selain tungkai
yang melekat. Kupu-kupu memiliki dua pasang degan tipe sayap bersisik dimana
pada sayap tersebut terdapat scale yang dilapisi dengan bulu-bulu halus sehingga
tampak sisik yang dapat diidentifikasi. Abdomen pada kupu-kupu juga berjenis
ovipositor atau berjenis kelamin betina.
Larva kupu-kupu atau biasa dikenal dengan sebutan ulat memiliki tipe
eruciform diman terdapat 3 (tiga) kaki thorakal yang melekat pada tubuhnya dan
memliki kaki abdominal pula. Larva tersebut memiliki bulu halus berukuran pendek
pada tubuhnya. Metamorfosis pada larva kupu-kupu adalah holometabola dimana
pada jenis serangga ini mengalami transformasi perubahan bentuk yang signifikan
mulai dari telur, larva, pupa, dan imago. Larva yang berjenis holometabola ini
berperan ketika makan serta pertumbuhan sedangkan pupa diartikan sebagai fase
reorganisasi atau perpindahan dari larva sebelum menuju ke imago yang juga
merupakan organ internal dan eksternal dari kupu-kupu. Larva kupu-kupu memiliki 3
(tiga) pasang kaki sejati yang melekat pada ventral thoral dan kaki abdomen
berjumlah 5 (lima) pasang. Larva ini mengalami fase instar sebanyak 5 (lima kali)
dimana pada setiap instarnya memiliki perbedaan yang khas (Fitriana, dkk., 2016).
Pupa kupu-kupu teridentifikasi memiliki tipe obtekta dimana pada pupa ini
terdapat alat tambahan (appendages) yang menempel pada tubuh dilindungi oleh
pembungkus berupa kokon berwarna putih. Pupa kupu-kupu juga terdapat beberapa
fase diantaranya prepupa yang dapat diidentifikasi ketika terbentuknya benang putih
menyerupai sutera yang menggantung pada bagian anterior. Pupa kupu-kupu memili
tonjolan yang nantinya akan pecah, dan pada tonjolan tersebut akan muncul antena,
17
kaki, kepala, thorax dan abomen serta terdapat bagian-bagian tambahan pada
tubuhnya (Fitriana, dkk., 2016).
Larva lalat rumah (Musca domestica) atau set juga memiliki metamorfosis
sempurna seperti halnya kupu-kupu. Metamorfosis yang berjenis holometabola ini
memiliki jenis larva bertipe vermiform, dimana pada larva tersebut tidak terdapat
tungkai yang melekat pada thorax, memiliki bentuk tubuh yaitu elongate.
Transformasi metamorfosis yang terjadi pada lalat yaitu telur, larva, pupa dan imago.
Telur lalat pada umumnya akan menetas pada waktu 12 jaman pada larva terdiri atas
3 (tiga) tingkatan yaitu larva tingkat 1 (1-4 hari akan melepaskan kulit dan keluar),
tingkat 2 (satu sampai beberapa hari dan akan keluar dari instar 3), tingkat 3 (masa
larva berlangsung selama 3-9 hari). Larva lalat memiliki warna putih tulang atau
putih agak keruh dimana pada setiap individunya memiliki 3 (tiga) instar yang
membuat lalat tersebut akan berkembang dan tumbuh secara maksimum (Laksmita,
dkk., 2015).
Pupa pada lalat secara umum terjadi selama 3-9 hari dengan temperatur
kurang lebih 35 . Proses pematangan atau pendewasaan pada laat terjadi pada umur
2-4 minggu dan berlangsung selama 15 jam. Pupa ini memiliki jenis yaitu tipe
koartata, dimana pada instar terakhir serangga ini mengalami pengerasan dan
membentuk kokon yang melindungi organ serangga dalam melakukan salah satu fase
metamorfosisnya. Pupa akan terpecah setelah berlangsung pematangan dan lalat akan
membentuk sayap setelah keluar dari kokon. Sayap pada lalat berjumlah dua pasang
sesuai dengan asal ordonya yaitu diptera.
Larva kumbang (uret) memiliki tipe larva yaitu scarabaeiform yang
bentuknya cenderung seperti huruf C dengan kepala yang dapat berkembang secara
sempurna. Larva dengan tipe tersebut memiliki kaki yang melekat pada thorakal dan
tidak memiliki tungkai yang menempel pada abdomen. Uret memiliki metamorfosis
sempurna atau holometabola dikarenakan pada setiap transformasi perubahan fase
hidup secara signifikan berbeda bentuk pada setiap fasenya sehingga pada setiap fase
18
dapat diidentifikasi ciri khas masing-masing dari bentuk tersebut. Metamorfosisnya
terdiri atas telur, larva, pupa, dan imago.
Kumbang berasal dari ordo Coleoptera, dimana pada ordo tersebut pupa
kumbang memiliki tipe yaitu pupa eksarata golongan ecsarata adecticous. Pupa
tersebut tergolong dalam pupa yang semua alat tambahan pada tubuhnya tidak
menempel pada tubuh pupa tersebut. Pupa jenis ini memiliki alat mulut berupa
mandibel yang namun tidak berfungsi dan tidak mampu untuk digerakkan sehingga
bersifat pasif.
19
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Bagian tubuh serangga terdiri atas 3 (tiga) bagian utama yaitu kepala sebagai
tempat melekatnya mata, alat mulut, dan antena, thorax sebagai tempat
melekatnya tungkai dan sayap, serta abdomen.
2. Serangga dapat memiliki modifikasi alat mulut, tungkai dan sayap yang
berbeda-beda sesuai fungsinya yang membedakan setiap ordonya.
3. Serangga yang tergolong dalam metamorfosis sempurna atau holometabola
adalah kupu-kupu, lalat dan kumbang yang fase hidupnya terdiri atas telur,
larva, pupa dan imago.
4. Serangga memiliki fase instar yang berbeda-beda antara serangga yang satu
dengan yang lainnya.
5. Serangga memiliki tipe larva dan tipe pupa yang bervariasi sesuai fungsi
kebutuhan hidupnya.
5.2 Saran
Praktikum yang dilaksanakan pada Senin, 02 Oktober 2017 di Laboratorium
Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertania Universitas Jember berjalan cukup
lancar. Namun, ada beberapa hal yang agak menghambat proses berjalannya
praktikum seperti halnya peralatan yang kurang sehingga setiap kelompok harus
bergantian dalam menggunakannya. Dengan demikian praktikan yang lain menunggu
giliran dalam penggunakan peralatan tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya petugas
laboratorium (asisten) dapat lebih berusaha dalam menghandle praktikan agar
praktikan yang menunggu giliran pemakaian alat tidak ramai ata tetapkondusif
sehingga tidak mengganggu jalannya praktikum.
20
DAFTAR PUSTAKA
Fakrah. 2016. Inventarisasi Insekta Permukaan Tanah di Gampong Krueng
Simpo Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. Pendidikan Almuslim, 4(1): 48-52.
Fitriana, N., N. A. Maulidia, dan F. Wijayanti. 2016. Siklus Hidup Kupu-Kupu
Graphium agamemnon L. (Lepidoptera: Papilionidae) di Kampus I Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Riau Biologia, 1(11): 67-72.
Laksmita, A. S.,N. L. Watiniasih, dan I. K. Junitha. 3015. Identifikasi Larva
Sarchophagidae (Genus Sarcophaga) pada Bangkai Mencit (Mus Musculus) di
Hutan Mangrove. Biologi, 19(2): 84-88.
Meilin, A., dan Nasamsir. 2016. Serangga dan Peranannya dalam Bidang Pertanian
dalam Kehidupan. Media Pertanian, 1(1): 18-28.
Misbach, C., H. K. Dweck, H. Vogel, a. Vilcinskas, M. C. Stensmyr, B. S. Hansson,
and E. G. Wilde. 2014. Evolution of insect olfactory receptors. Elife, 3(1): 1-22.
Purnomo, H., dan N. T. Haryadi. 2007. Entomologi. Jember: Fak. Pertanian UNEJ.
Saltin, B. D. 2015. Further Evidence for Pre-metamorphosis Larval Eye Reduction in
the Holometabola (Insecta: Mecoptera: Panorpa vulgaris Imhoff and Labram,
1836). Contributions to Entimology, 65(1): 105-111.
Surya, E., dan Rubiah. 2016. Kelimpahan Musuh Alami (Predator) pada Tanaman
Jagung di Desa Saree Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar.
Serambi Saintia, 4(2): 10-18.
Xu, L., L. Zhang, Y. Yang, L. Ren, T. Wang, and S. Zong. 2017. Morphology of
antennal, maxillary palp and labial palp sensilla in different larval instars of the
Asian long-horned beetle, Anoplophora glabripennis (Motschulsky)
(Coleoptera: Cerambycidae). Aca Zoologia (Stockhlom), 98: 20-31.
21
LAMPIRAN
Gambar 1. Thorax belalang
Gambar 2. Kepala belalang
22
Gambar 3. Abdomen belalang
Gambar 4. Tubuh belalang secara utuh
23
Gambar 5. Tubuh kupu-kupu secara utuh
Gambar 6. Abdomen Kupu-kupu
24
Gambar 7. Kepala kupu-kupu
Gambar 8. Thorax kupu-kupu
25
Gambar 9. Pupa Kupu-kupu
Gambar 10. Pupa Kumbang
26
Gambar 11. Larva Kumbang
Gambar 12. Larva Lalat
27
Gambar 13. Pupa Lalat
Gambar 14. Lembar kerja kelompok 1A
28
Gambar 15. Lembar kerja kelompok 1A
29
30
Gambar 16. Flowchart M. Rizal
31
32
Gambar 17. Flowchart Sulam
33
Gambar 18. Flowchart Lailatul Lestariwati
34
35
Fakrah. 2016. Inventarisasi Insekta Permukaan Tanah di Gampong Krueng
Simpo Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. Pendidikan Almuslim, 4(1): 48-
52.
36
37
Fitriana, N., N. A. Maulidia, dan F. Wijayanti. 2016. Siklus Hidup Kupu-Kupu
Graphium agamemnon L. (Lepidoptera: Papilionidae) di Kampus I Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Riau Biologia, 1(11): 67-72.
38
39
Laksmita, A. S.,N. L. Watiniasih, dan I. K. Junitha. 3015. Identifikasi Larva
Sarchophagidae (Genus Sarcophaga) pada Bangkai Mencit (Mus Musculus) di
Hutan Mangrove. Biologi, 19(2): 84-88
40
Misbach, C., H. K. Dweck, H. Vogel, a. Vilcinskas, M. C. Stensmyr, B. S. Hansson,
E. G. Wilde. 2014. Evolution of insect olfactory receptors. Elife, 3(1): 1-22.
41
Meilin, A., dan Nasamsir. 2016. Serangga dan Peranannya dalam Bidang Pertanian
dalam Kehidupan. Media Pertanian, 1(1): 18-28.
42
43
Saltin, B. D. 2015. Further Evidence for Pre-metamorphosis Larval Eye Reduction in
the Holometabola (Insecta: Mecoptera: Panorpa vulgaris Imhoff and Labram,
1836). Contributions to Entimology, 65(1): 105-111.
44
Surya, E., dan Rubiah. 2016. Kelimpahan Musuh Alami (Predator) pada Tanaman
Jagung di Desa Saree Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar.
Serambi Saintia, 4(2): 10-18.
45
46
Xu, L., L. Zhang, Y. Yang, L. Ren, T. Wang, and S. Zong. 2017. Morphology of
antennal, maxillary palp and labial palp sensilla in different larval instars of the
Asian long-horned beetle, Anoplophora glabripennis (Motschulsky)
(Coleoptera: Cerambycidae). Aca Zoologia (Stockhlom), 98: 20-31.
47
48
Purnomo, H dan N. T. Haryadi. 2007. Entomologi. Jember: Fak. Pertanian UNEJ.