Pengelolaan Terpadu SDA - IPB University

Post on 12-Nov-2021

14 views 0 download

Transcript of Pengelolaan Terpadu SDA - IPB University

Pengelolaan Terpadu SDA

(Integrated Water Resources

Management = IWRM)

Sejarah Pembangunan Infrastruktur SDA

Kebijakan pembangunan infrastruktur di

Indonesia telah dimulai sejak masa Hindia-

Belanda, terutama untuk sektor sumber daya

air dengan dikeluarkannya Peraturan Umum

tentang Air (Algemeene Water Reglement

(AWR) pada tahun 1936 dan Algemeene

Waterbeheersverordening pada tahun 1937)

dan diikuti dengan Peraturan Air tingkat

Propinsi Provinciale Water Reglement (Jawa

Timur dan Jawa Barat) pada tahun 1940

Pada masa setelah kemerdekaan,

peraturan yang ditetapkan sejalan dengan

UUD 1945.

Pembangunan infrastruktur secara

menyeluruh selanjutnya dimulai dengan

disusunnya Rencana Pembangunan Lima

Tahun – I (REPELITA I)

Latar Belakang

Indonesia adalah negeri kepulauan

dengan potensi air yang luar biasa

Secara hidrometeorologi, potensi kita

adalah salah satu yang terbaik di Asia

Agar potensi ini dapat dimanfaatkan

perlu pemahaman dan perencanaan

yang menyeluruh

Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu

Ketersediaan air permukaan tidak berimbang

Benua Luas Penduduk Potensi Air Potensi Ketersediaan

juta km2 juta jiwa km3/tahun mm/tahun m3/kapita

Eropa 10,46 685 2.900 277 4.234

Amerika Utara 24,25 448 7.700 316 17.188

Afrika 30,10 708 4.040 134 5.706

Asia 43,48 3.403 13.508 311 3.969

Amerika Selatan 17,86 315 12.030 674 38.190

Australia & Oseania

8,95 29 2.400 268 83.624

Dunia 135,10 5.588 42.578 315 7.620

Jawa 0,13 123 187 1.406 1.523

Bali, NTT dan NTB 0,09 11 60 698 5.447

Kalimantan 0,19 14 247 1.321 18.026

Sumatera 0,47 41 738 1.567 18.132

Sulawesi 0,54 10 1.008 1.884 97.363

Maluku dan Papua 0,49 4 981 1.994 247.821

Indonesia 1,91 203 3.221 1.692 15.903

Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu

Pengelolaan sumberdaya air secara terpadu: Proses terkoordinasi dalam pengembangan dan

pengelolaan air, tanah dan sumberdaya alam terkait yang memberi manfaat maksimal bagi kemaslahatan masyarakat tanpa mengganggu keberlanjutan ekosistem (Biltonen, 2002)

Upaya merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air dan pengendalian daya rusak sumberdaya air (UU No. 7 Tahun 2004).

Satu sungai, satu rencana, satu pengelolaan

terpadu

DAS adalah kesatuan terkecil dari pengelolaan

air

Aspek pengelolaan:

› Daerah tangkapan hujan

› Kuantitas

› Kualitas

› Pengendalian banjir

› Lingkungan sungai

› Prasarana pengairan

Keberlanjutan (Savenije, 1997):

› Teknis

› Finansial

› Kelembagaan

› Sosial

› Ekonomi

› Lingkungan

Ada 3 fenomena penting yg perlu

dicermati dlm kaitan dgn pengelolaan

SDA di Indonesia :

1. Permintaan thdp air dr berbagai

sektor kehidupan cenderung

meningkat

2. Penurunan kondisi SDA

3. Krisis pengelolaan

Akibat : perkembangan pemukiman di

kota, industri, pertambangan dan energi

listrik

Peningkatan permintaan ini telah

menimbulkan kelangkaan sehingga timbul

kompetisi dan konflik dlm pengalokasian

baik di sektor pertanian maupun non-

pertanian

Penurunan kondisi SDA Peningkatan permintaan dan terjadinya kelangkaan air diikuti pula oleh penurunan kondisi SDA dlm bentuk Kerusakan Daerah Tangkapan dan Pencemaran Air, sehingga terjadi kekeringan di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan

Krisis Pengelolaan Krisis pengelolaan yg ditandai

oleh ketidak-mampuan

kerangka kebijakan, kerangka

hukum, kerangka kelembagaan

dan kapasitas SDM dalam

menyikapi fenomena pertama

dan kedua diatas

Ketiga fenomena tersebut mengindikasikan semakin meningkatnya kompleksitas pengelolaan SDA shg diperlukan adanya keterpaduan dalam pengelolaan dan pembaharuan kebijakan

Dalam kaitan ini pemerintah RI sdh melakukan upaya pembaharuan kebijakan SDA

Pengertian dan Prinsip2 Pengelolaan SDA Terpadu

Pengelolaan SDA secara terpadu (IWRM) adalah suatu proses yg mengedepankan pembangunan pengelolaan sumberdaya terkait lainnya secara terkoordinasi dlm rangka memaksimalkan resultan ekonomi dan kesejahteraan sosial secara adil tanpa mengorbankan keberlanjutan ekosistem yang vital

Prinsip2 pengelolaan air secara terpadu ini

dikembangkan sebagai respon terhadap pola

pengelolaan SDAir yg diterapkan selama ini

yg cenderung terpisah-pisah (fragmented)

Hal ini telah menimbulkan persoalan seperti

banjir, interusi air laut, pencemaran dsb

Keterpaduan ini mencakup : Keterpaduan

pada sistem alam (natural system) dan

Keterpaduan pada sistem manusia (human

system)

Keterpaduan pengelolaan pada

sistem alam (natural system)

1. Keterpaduan antara hulu-hilir

2. Keterpaduan kuantitas dan kualitas

3. Keterpaduan air permukaan dan bawah tanah

4. Keterpaduan penggunaan lahan dan penggunaan air

5. Keterpaduan green water dan blue water

6. Keterpaduan pengelolaan air tawar dan daerah pantai

Keterpaduan pengelolaan pada

sistem manusia (human system)

1. Keterpaduan antar sektor dalam pembuatan kebijakan nasional (cross-sectoral integration in national policy development)

2.Keterpaduan semua stakeholders dlm perencanaan dan pengambilan keputusan

3. Keterpaduan diantara pengelolaan air dan air limbah

Dalam mewujudkan IWRM

ada 3 kriteria utama

Efisiensi ekonomi

Keadilan

Keberlanjutan

Elemen penting dlm kerangka

dan pendekatan IWRM

Lingkungan yg memungkinkan (enabling

environment) dlm bentuk kebijakan

nasional, peraturan/UU, dan informasi

ttg stakeholders pengelolaan SDAir

Peran kelembagaan (institusional roles)

pemerintah dan stakeholders pd

berbagai tingkatan

Instrumen2 pengelolaan (management

instrument) utk pengaturan yg efektif

1. Tanggung jawab pengelolaan dan

perlindungan SDA terbagi (fragmented)

diantara berbagai instansi pemerintah :

Kemen Kimpraswil, Pertanian,

Kehutanan, ESDM yg masing-masing

memiliki prioritas dlm pengelolaan SDAir.

Perlu adanya koordinasi yang baik antar

instansi tersebut

2. Sebagian besar air (± 85%) digunakan utk irigasi dgn efisiensi pengaliran rendah (± 40%). Secara ekonomi nilai air utk penggunaan ini rendah.

Ketika permintaan dari sektor lain meningkat (utk minum, industri dsb) maka cenderung terjadi relokasi air dr kegiatan pertanian ke non-pertanian.

Timbul isu persoalan jaminan air bagi petani yg merupakan kelompok yg lemah dlm masyarakat

3. Pengelolaan SDAir di Indonesia

bias sisi penyediaan (supply) yg

ditandai oleh perlakuan terhadap

air sbg sumberdaya yang

ketersediaannya tdk terbatas,

peran pemerintah dalam hal ini

harus mengutamakan kepentingan

masyarakat

Perlunya perubahan paradigma ,

kebijakan dan strategi

Faktor-faktor penyebab diperlukannya

perubahan kebijakan dan strategi :

1. Perubahan lingkungan strategi internal :

reformasi, demokratisasi, otonomi daerah, good

governance dsb...

2. Perubahan lingkungan strategi eksternal :

globalisasi, perdagangan bebas, permasalahan

lingkungan global....

3. Kecenderungan yg nyata dr kenaikan bisnis air

pd level lokal, nasional dan global

komersialisasi

4. Keterbatasan kemampuan negara dlm

manajemen pengembangan SDA khususnya

dlm konservasi dan penyediaan air bersih

5. Berkurangnya ketersediaan air (water supply)

dan meningkatnya kebutuhan air (water

demand)

6. Kerugian dan kerusakan yg luar biasa akibat

kekeringan dan kebanjiran

7. Perumusan dan implementasi kebijakan yg

dilakukan pemerintah dalam manajemen SDA

belum optimal

8. Efisiensi pemakaian air masih sangat rendah

Perubahan paradigma dalam

pengelolaan SDA seperti

telah dijelaskan yaitu :

Perubahan cara pandang filosofi dr

ekonomi liberal menuju ekonomi

ekologi

Kepentingan domain sosial ekonomi :

dr kepentingan tunggal mengarah

sinergical

Dari sisi pelaku (stakeholders)

perubahan yg diperlukan :

Perubahan pola pikir (mind-set changes)

Perubahan perilaku (behavioral changes)

Perubahan praktik (practical changes)

Ekosentrisme vs Antroposentrisme

TERIMA KASIH

OTONOMI DAERAH

Otda di Indonesia dimulai tahun 1999

yaitu dengan disyahkannya UU No.22

thn 1999 ttg Pemerintah Daerah yang

kemudian disempurnakan dengan UU

No.32 thn 2004.

Terjadi proses desentralisasi

Keuntungan (khususnya dlm SDA)

Mempermudah dan mempercepat

penyelesaian masalah dan

tantangan yg muncul secara lokal

Mengurangi beban persoalan di

pusat

Memperluas partisipasi bagi

masyarakat lokal dan daerah

Kerugian (khususnya dlm SDA)

Desentralisasi dpt mendatangkan

kerugian :

1. Mengurangi eksternalitas positif

dan meningkatkan yg negatif

2. Meningkatkan biaya artikulasi

3. Mengurangi keuntungan internal

Eksternalitas positif dpt berupa dukungan bagi perkembangan ekonomi masyarakat, tingkat kesehatan rata-rata masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup

Eksternalitas negatif yg timbul akibat degradasi sumberdaya air menjadi semakin sulit ditanggulangi

Artikulasi merupakan proses yg menghubungkan tindakan unit yang satu dengan tindakan dari unit-unit lainnya. Artinya akan lebih banyak waktu, energi serta biaya yg diperlukan utk mengkoordinasikan bagian-bagian yg masing-masing memiliki otonomi.

Contoh : utk pengamanan catchment area, penanggulangan erosi, penyusunan rencana tata pengaturan air antar daerah

Keuntungan internal misalnya terpenuhi skala ekonomi utk jaringan irigasi sehingga tercapai efisiensi.

Desentralisasi yg mengabaikan hal ini akan menyebabkan hilangnya keuntungan internal

TERIMA KASIH