Post on 24-Sep-2019
PENGARUH WORKLOAD DAN RELIGIUSITAS TERHADAP WORK-FAMILY CONFLICT PADA WANITA BEKERJA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh : Reva Harry Putra
NIM : 1112070000120
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1438 H / 2017 M
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Februari 2017
Reva Harry Putra NIM: 1112070000120
iv
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta B) Februari 2017 C) Reva Harry Putra D) Pengaruh Workload dan Religiusitas terhadap Work-Family Conflict pada
Wanita Bekerja E) xvii + 86 halaman + lampiran F) Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh dari variabel workload dan
religiusitas terhadap work-family conflict pada wanita bekerja. Konflik yang terjadi disebabkan oleh kesulitan wanita yang bekerja dalam membagi perannya dalam pekerjaan maupun peran dalam keluarga. Hal ini dapat dikaitkan dengan faktor negatif yaitu workload dan faktor positif dari religiusitas yang kemudian akan dilihat pengaruhnya pada tinggi rendahnya work-family conflict wanita bekerja.
Populasi penelitian ini yaitu karyawan wanita yang bekerja di Rumah Sakit (HC). Sampel yang digunakan sebanyak 156 karyawan dari 189 jumlah populasi yang ada. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability samping, yaitu accidental sampling. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi berganda yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas konstruk dengan CFA (Confirmatory Factor Analysis). Kemudian untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis penelitian, peneliti menggunakan analisis regresi berganda dengan aplikasi SPSS 20.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan variabel workload, dan religiusitas terhadap work-family conflict sebesar 27,5% sedangkan 72,5% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil uji hipotesis minor menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel yang signifikan mempengaruhi work-family conflict, yaitu workload, religious history, dan organizational religiousness.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pengaruh dari workload yang tinggi akan menimbulkan konflik yang tinggi pula. Berbeda dengan religiusitas, apabila tingkatnya tinggi maka akan meredakan konfliknya. Penelitian ini diharapkan akan berguna bagi karyawan wanita di Rumah Sakit (HC). Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan variabel lain seperti variabel stres kerja dan kelelahan yang kemungkinan akan besar pengaruhnya untuk work-family conflict.
G) Bahan bacaan: 42; Buku: 4 + Jurnal: 31 + Internet: 2 + Artikel: 1 + Tesis: 3 + Skripsi:1
Kata kunci: work-family conflict, workload, dan religiusitas
v
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology B) February 2017 C) Reva Harry Putra D) The Effects of Workload and Religiousity towards Work-Family Conflict on
Working Women E) xvii + 86 pages + attachment F) This research was conducted to test the effects of workload and religiosity
variables towards work-family conflict on working women. A conflict caused by the difficulties of women working in leveraging its role in job or role within the family. This can be attributed to negative factors, namely on workload and positive factors of religiosity which then seen its influence on high low level of work-family conflict working women.
This research population i.e. female employees who worked in the Hospital (HC). The sample used as many as 156 of 189 employee population. Sampling technique used is a non-probability (accidental sampling). Approach a quantitative approach is done by using multiple regression analysis that has previously been done test the validity of invalid constructs with the CFA (Confirmatory Factor Analysis). Then to answer the problem formulation and research hypothesis, researchers using multiple regression analysis with SPSS application.
The results of this research show that there were significant effects of variable on workload, and religiosity towards work-family conflict of 27.5% whereas 72.5% more affected by other variables. Test results showed that minor hypothesis there are three variables that significantly influence the work-family conflict, namely on workload, religious history, and organizational religiousness. Ten other variables found its influence is insignificant namely daily spiritual experience, meaning, values, beliefs, forgiveness, private religious practices, religious coping, religious support, commitment, and religious preference.
Overall it can be concluded that the influence of workload is high will cause a high conflict anyway. Unlike the religiosity, when high level then it would defuse the conflict. This research is expected to be useful for female employees in the Hospital (HC). Further research is recommended to use other variables such as work stress variables and exhaustion that's likely to be a major influence for work-family conflict.
G) Reading: 42; Book: 4 + Journal: 31 + Internet: 2 + Article: 1 + Thesis: 3 + Dissertation:1
Keyword: work-family conflict, workload, and religiousity
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbilaalamiin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya setiap
saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH
WORKLOAD DAN RELIGIUSITAS TERHADAP WORK-FAMILY
CONFLICT PADA WANITA BEKERJA”. Shalawat serta salam tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Dalam
penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
dengan senang hati menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh wakil dekan dan jajaran dekanat
lainnya yang telah memfasilitasi pendidikan mahasiswa dalam rangka
menciptakan lulusan berkualitas.
2. Liany Luzvinda, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang selama ini
penuh kesabaran dan kemurahan hati membimbing penulis dengan
memberikan banyak saran, kritik, dukungan, perhatian, serta motivasi kepada
penulis. Terima kasih atas segala yang telah diberikan kepada penulis selama
ini.
3. Kak Leni dan rekan-rekan divisi Tumbuh Kembang Rumah Sakit (HC) yang
telah membantu penulis dalam menyebarkan kuisioner dan perizinan
melakukan penelitian, serta semua responden penelitian yang telah bersedia
membantu penulis dengan mengisi kuisioner penelitian.
4. Orang tua tercinta yang telah tiada Ayah (Alm. Ruwiyo), Ibu (Almh. Farida),
dan saudara-saudara tersayang yang selalu berada disamping penulis, Kakak
(Vanny Ocvita Ruwiyo), Kakak (Dewi Octaviana), Kakak Ipar (Teguh
Pratomo), Kakak Ipar (Dwi Putro Utomo), serta ponakan-ponakan yang lucu
(Rama, Jihan, dan Aya) yang selalu memberikan doa, cinta dan kasih sayang,
perhatian, pengorbanan, dukungan serta motivasi terhadap penulis dalam
vii
penyelesaian skripsi ini. Penulis sangat beruntung memiliki kalian, dan
tentunya sangat menyayangi kalian semua.
5. Sahabat-sahabat seperjuangan selama kurang lebih 4 tahun bersama semasa
kuliah, Echa, Citra, Ola, Icha, dan Afi. Terima kasih atas waktu, kenangan,
canda, tawa, kebersamaan, dukungan serta motivasi kalian semua yang
sangat berarti untuk penulis selama penyusunan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat semasa SMA (Foreight) yang menjadi keluarga kedua dan
selalu berada disamping penulis Julian, Puput, Echa, Adam, Wildan, Vivi,
dan Made, serta sahabat SMA yang lain (P’Fam) Dessy, Sander, Hansa,
Denise, Apen. Terima kasih atas kesetiaan, kasih sayang, waktu bersama,
canda tawa, dan suka cita nya selama ini yang telah kalian berikan, semua itu
sangatlah berarti bagi penulis.
7. Untuk keluarga besar kelas D 2012, terima kasih atas segala canda tawa,
kenangan, pelajaran, bantuan, dukungan, dan motivasinya. Sampai bertemu di
dunia berikutnya dan semoga kesuksesan milik kita semua kelak.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas jasa-jasa kalian,
penulis tidak akan pernah melupakannya.
Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda, sebagai balasan
atas segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan. Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis, semua yang membacanya, dan
masyarakat umum. Aamiin.
Jakarta, Februari 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. iv ABSTRAK ........................................................................................................... v KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii DAFTAR ISI …………………………………………………………………...ix DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………..xiii BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................... 7
1.2.1 Pembatasan Masalah ..................................................................... 7 1.2.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 9 1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................. 10
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Work-family conflict .............................................................................. 11 2.1.1 Definisi Work-family Conflict ..................................................... 11 2.1.2 Faktor yang mempengaruhi Work-family Conflict ...................... 13 2.1.3 Dimensi Work-family Conflict .................................................... 14 2.1.4 Pengukuran Work-family Conflict ............................................... 16
2.2 Workload................................................................................................ 16 2.2.1 Definisi Workload ....................................................................... 16 2.2.2 Indikator dan Pengukuran Workload .......................................... 17
2.3 Religiusitas ............................................................................................ 18 2.3.1 Definisi Religiusitas .................................................................... 18 2.3.2 Dimensi Religiusitas .................................................................... 20 2.3.3 Pengukuran Religiusitas .............................................................. 24
2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................. 24 2.5 HipotesisPenelitian ................................................................................ 30
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.............................. 32 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian....................... 32 3.3 Pengumpulan Data ................................................................................. 34
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 34 3.3.2 Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 35
3.4 Uji Validitas Konstruk ........................................................................... 38 3.4.1 UjiValiditas Konstruk Skala Work-family Conflict ..................... 40 3.4.2 Uji Validitas Konstruk Skala Workload ...................................... 41
ix
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Skala Religiusitas ................................... 43 3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 55 3.6 Prosedur Penelitian ................................................................................ 58
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ..................................................... 60 4.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ................................................. 60 4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ................................................... 62 4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ................................................................ 65
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ........................................... 65 4.4.2 Pengujian Proporsi Varians ......................................................... 70
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 75 5.2 Diskusi ................................................................................................... 75 5.3 Saran ...................................................................................................... 81
5.3.1 Saran Teoritis ............................................................................... 81 5.3.2 Saran Praktis ................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 83 LAMPIRAN ......................................................................................................... 87
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Nilai Skor Jawaban Skala Likert ...................................................... 36 Tabel 3.2 Blueprint Skala Work-family Conflict .............................................. 36 Tabel 3.3 Blueprint Skala Workload................................................................. 38 Tabel 3.4 Blueprint Skala Religiusitas ............................................................. 39 Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Work-family Conflict ....................................... 43 Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Workload.......................................................... 45 Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Daily Spiritual Experience .............................. 46 Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Meaning ........................................................... 47 Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Values .............................................................. 48 Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Beliefs ............................................................ 49 Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Forgiveness .................................................... 50 Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Private Religious Practices ........................... 51 Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Religious Coping ........................................... 52 Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Religious Support .......................................... 54 Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Religious History ........................................... 55 Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Commitment ................................................... 56 Tabel 3.17 Muatan Faktor Item Organizational Religiousness ........................ 57 Tabel 3.18 Muatan Faktor Item Religious Preference ...................................... 58 Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Data Demografis ...................... 63 Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ............................................. 65 Tabel 4.3 Pedoman Kategorisasi Skor .............................................................. 67 Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ............................................................... 67 Tabel 4.5 Analisis Regresi ................................................................................ 69 Tabel 4.6 Anova ................................................................................................ 70 Tabel 4.7 Koefisien Regresi ............................................................................. 71 Tabel 4.8 Proporsi Varians ............................................................................... 71
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ...........................................................28 Gambar 3.1 Path DiagramWork-family Conflict ............................................98 Gambar 3.2 Path Diagram Workload .............................................................99 Gambar 3.3 Path Diagram Daily Spiritual Experience ..................................99 Gambar 3.4 Path Diagram Meaning ...............................................................100 Gambar 3.5 Path Diagram Values ..................................................................100 Gambar 3.6 Path Diagram Beliefs ..................................................................101 Gambar 3.7 Path Diagram Forgiveness .........................................................101 Gambar 3.8 Path Diagram Private Religious Practices .................................102 Gambar 3.9 Path Diagram Religious Coping .................................................102 Gambar 3.10 Path Diagram Religious Support ..............................................103 Gambar 3.11 Path Diagram Religious History ...............................................103 Gambar 3.12 Path Diagram Commitment .......................................................104 Gambar 3.13 Path Diagram Organizational Religiousness ............................104 Gambar 3.14 Path Diagram Religious Preference .........................................105
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner penelitian……………………………………………...89 Lampiran 2 Surat izin penelitian……………………………………………...98 Lampiran 3 Path diagram..................................................................................99 Lampiran 4 Syntax pengujian CFA…………………………………………106 Lampiran 5 Blueprint lengkap skala work-family conflict,
workload, dan religiusitas…………………………………..…..113
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Pada awal abad ke-21 ini, pekerjaan dan keluarga merupakan dua hal penting
dalam kehidupan keluarga yang sudah membina rumah tangga. Pekerjaan dan
keluarga merupakan dua hal yang semestinya berjalan dengan seimbang di dalam
kehidupan. Namun, perubahan telah terjadi di beberapa dekade terakhir ini pada
pria dan wanita yang bekerja, terutama dalam masyarakat modern yang lebih
maju. Pria yang hakikatnya bekerja dan wanita yang umumnya mengurus keluarga
dan rumah tangga, sekarang menjadi wanita ikut serta mengambil peran pria yaitu
dalam bekerja dan mencari nafkah untuk keluarga (Livingston & Judge, 2008).
Hal ini semakin mendorong masuknya wanita ke lapangan kerja, yaitu karena
makin tingginya biaya hidup bila hanya ditopang oleh satu penyangga pendapatan
keluarga (one earner household). Fenomena ini mulai muncul ke permukaan dan
terlihat jelas terutama pada keluarga yang berada di daerah perkotaan (Tjaja,
2000).
Menurut Lee dan Kanungo (1984), tekanan atau tuntutan ekonomi
keluarga serta kebutuhan psikologis dapat menyebabkan wanita terdorong untuk
melakukan kegiatan di luar rumah seperti bekerja dan pengembangan karir lalu
partisipasi dalam masyarakat. Meskipun peningkatan kesadaran dan perhatian
terhadap isu-isu gender, wanita tetap menjadi lebih stres dari pada pria. Kemudian
wanita mengalami konflik antara pekerjaan dan keluarga lebih besar dibandingkan
dengan para pria. Dalam penelitian sebelumnya, menyatakan bahwa tingkat stres
2
dan depresi yang lebih tinggi terjadi pada banyak kaum wanita dibandingkan
dengan kaum pria. Stres dan depresi yang tinggi juga terjadi pada seorang ibu
dibandingkan dengan wanita tanpa atau belum memiliki anak (Duxbury &
Higgins, 2001).
Menurut (Luk, 2001; Yang, Choi & Zou, 2000; Spector, Sanchez, Oi
Ling Siu, Salgado & Jianhong, 2004), ada indikasi kuat bahwa pekerjaan dan
keluarga merupakan isu yang semakin penting di negara-negara Asia, sedangkan
studi mengenai work-family conflict di Asia masih jarang. Lobel, (1991)
mengatakan bahwa beberapa peneliti menganggap masalah ini bagi orang Asia
dengan melihat pekerjaan dan keluarga berbeda karena perbedaan budaya.
Beberapa penelitian tentang negara Barat dan Asia menunjukkan bahwa penelitian
tentang work-family conflict lebih berdampak pada kelompok masyarakat tertentu
karena masalah pekerjaan dan keluarga adalah sangat terkait dengan keyakinan
budaya, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku (Achour & Boerhannoeddin,
2011).
Data terakhir yang dimuat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan
bahwa angka persentase wanita yang bekerja di wilayah DKI Jakarta pada tahun
2012 menunjukkan persentase sebesar 56,01%. Kemudian data terbaru
berdasarkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yaitu penduduk yang
bukan angkatan kerja namun sudah menginjak usia kerja (15 tahun keatas) yang
mengurus rumah tangga dan memiliki kegiatan pribadi lainnya selain bekerja, di
wilayah DKI Jakarta pada bulan Agustus tahun 2015 menunjukkan persentase
sebesar 66,39% (http://data.go.id).
3
Pada dasarnya work-family conflict dapat terjadi baik pada pria maupun
wanita. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa intensitas work-family
conflict yang terjadi pada wanita bekerja lebih besar dibandingkan pada pria.
Tingkat konflik ini lebih sering terjadi pada wanita yang bekerja secara formal
karena umumnya terikat dengan aturan institusi dan tentang jam kerja, tugas-tugas
atau target penyelesaian pekerjaan (Greenhaus & Beutell, 1985). Kemudian
populasi wanita bekerja dewasa ini semakin meningkat. Hal ini memungkinkan
potensi konflik dan stress yang muncul dapat meningkat karena kebanyakan
wanita bekerja berjuang dengan tuntutan dan penuh tanggung jawab dari
pekerjaan dan keluarga mereka (Nurmayanti, et. al., 2014).
Work-family conflict ini muncul ketika tuntutan partisipasi dalam salah
satu domain (baik domain pekerjaan maupun keluarga) tidak dapat terpenuhi,
mengakibatkan dampak kepada kualitas hidup, baik pekerjaan dan keluarga dari
individu itu sendiri (Greenhaus & Beutell, 1985). Carlson dan Frone (2003)
melaporkan bahwa work-family conflict ini disebabkan oleh dua jenis gangguan
antara domain pekerjaan dan keluarga, internal maupun eksternal. Menurut
Bellavia dan Frone (2005), work-family conflict diidentifikasi dalam beberapa
dekade terakhir ini sebagai stressor terkuat yang berhubungan dengan pekerjaan
(Wang et. al, 2015).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, menyatakan bahwa wanita
yang bekerja merasa stres pada pekerjaannya yang kemudian dapat berdampak
kepada keluarganya. Rata-rata responden yang diwawancara mengaku kurangnya
waktu bersama keluarga karena banyak dihabiskan pada pekerjaannya. Banyaknya
4
konflik yang terjadi seperti bertengkar dengan suami atau anak yang mengeluh
ingin mendapatkan perhatian lebih dari sang ibu. Dikuatkan dengan penelitian
sebelumnya yang menunjukkan bahwa individu sering merasa stress di rumah
karena bekerja dan merasa pekerjaan yang memakan waktu terlalu banyak
dibandingkan dengan waktu untuk keluarga (Carlson, Kacmar, & Williams,
2000).
Penelitian dalam literatur perilaku organisasi menunjukkan bahwa konflik
antara pekerjaan dan keluarga dapat berdampak luas. Sebagaimana didefinisikan
dalam penelitian ini, jangka work-family conflict mengacu pada kasus di mana
tuntutan satu domain berpengaruh kepada domain lainnya. Konflik mungkin
berpusat pada tuntutan pekerjaan maupun keluarga, waktu yang telah dihabiskan
untuk memenuhi tuntutan pekerjaan maupun keluarga, dan masalah lain terkait
dengan peran pekerjaan atau keluarga (Netemeyer, Boles, & McMurrian, 1996).
Penelitian dari Eby, Casper, Lockwood, Bordeaux, dan Brinley,
(2005), mengenai work-family conflict telah menemukan bahwa seperti konflik
lebih tinggi terjadi pada orang-orang yang bekerja lebih lama atau memiliki
tuntutan pekerjaan yang lebih besar, dan pekerjaan yang beban kerjanya lebih
tinggi. Beban kerja yang dihadapi dapat menyebabkan stres kerja. Kemudian
mengacu kepada konteks yang sangat sensitif seperti isu pekerjaan dan keluarga
(Achour & Boerhannuddin, 2011).
Selanjutnya Keith dan Schafer, (1980), mengatakan bahwa prediktor
terkuat dan paling konsisten dari work-family conflict diidentifikasi oleh
penelitian sebelumnya yaitu beban kerja. Penelitian telah menunjukkan bahwa
5
work-family conflict positif terkait dengan jumlah jam kerja per minggu. Menurut
Theorell dan Karasek, (1996) beban kerja yang tinggi dan tekanan pekerjaan dapat
meningkatkan work-family conflict melalui berbagai mekanisme (Byron, 2005).
Karyawan yang merasa kelebihan beban kerja, atau yang merasa bahwa
pekerjaannya mengganggu keluarga (ataupun sebaliknya), lebih mungkin untuk
merasakan stres, burnout, ketidakpuasan dengan hidup, mengalami ketidaksehatan
mental maupun fisik, atau bahkan mungkin untuk melupakan waktu istirahat
karena tuntutan pekerjaan (Duxbury & Higgins, 2001).
Prediktor selanjutnya dalam penelitian ini adalah religiusitas. Menurut
Folkman, Schaefer, dan Lazarus, (1979), religiusitas memberikan pengaruh positif
dalam kaitannya dengan hidup keagamaan seorang individu dan secara substansial
dapat mengatasi kecenderungan konflik dalam pekerjaan maupun dalam keluarga.
Pengaruh positif religiusitas ditunjukkan dengan berkurangnya work-family
conflict diantara pekerja wanita yang telah dikemukakan dalam studinya (Achour
& Boerhannuddin, 2011). Individu dengan keyakinan religius yang kuat
dilaporkan bahwa kepuasan hidupnya lebih tinggi dibandingkan individu dengan
keyakinan religious yang rendah (Alu, 2012.) Kegiatan keagamaan juga
mempengaruhi kehidupan religiusitas seseorang terutama kegiatan mengolah
hidup spiritual pribadi seperti doa merupakan cara mengatasi masalah tersebut dan
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan pribadi seseorang (Jaya, 2016).
Mengenai wanita bekerja, dalam hukum di Indonesia memiliki peraturan
tertulis berdasarkan undang-undang yang mengatakan bahwa wanita bekerja
memiliki beberapa perlindungan hukum. Pada contohnya, menurut UU No. 13
6
tahun 2003 pasal 82 ayat (1), berbicara mengenai pekerja wanita yang sedang
mengandung (hamil) berhak untuk istirahat selama 1,5 bulan sebelum melahirkan
dan 1,5 bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter atau bidan. Wanita
bekerja sangatlah di perhatikan oleh negara Indonesia, karena sebagaimana
emansipasi wanita yang berlaku di Indonesia (http://www.kompasiana.com).
Sebuah studi pada wanita Malaysia yang bekerja sebagai operator,
pegawai, sekretaris, perawat dan dokter menemukan bahwa dokter mengalami
intensitas terbesar dari work-family conflict. Namun, pekerjaan sebagai operator
berpengalaman yang menunjukkan intensitas terbesar dari work-family conflict
(Aminah Ahmad, 2005). Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, perawat
atau pekerja medis menjadi sampel dalam penelitan mengenai work-family
conflict karena dianggap pekerja medis terutama wanita adalah pekerja yang
cukup memiliki beban kerja yang tinggi dan jadwal waktu kerja yang lama. Untuk
itu, dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel karyawan atau pekerja wanita
yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan dalam bidang kesehatan.
Melihat hasil temuan di lapangan berdasarkan fenomena yang terjadi di
masyarakat, penulis merasa bahwa tema work-family conflict baik dan menarik
untuk teliti dan dapat berguna bagi pembaca serta wanita bekerja yang sekiranya
mengalami konflik. Oleh sebab itu, penulis mengangkat penelitian skripsi ini
dengan judul “Pengaruh Workload dan Religiusitas terhadap Work-family
Conflict pada Wanita Bekerja”.
7
1.2 Pembatasan dan Perumusan masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Penelitian ini dibatasi pada variabel work-family conflict yang dijadikan sebagai
tema penelitian. Adapun batasan masalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu
definisi dari work-family conflict, workload, religiusitas, dan wanita bekerja.
Berikut penjelasan masing-masing definisi dari batasan masalah yang akan
dibahas.
1. Work-family conflict yang dimaksud adalah bentuk konflik antar peran di
mana tekanan berasal dari pekerjaan dan keluarga yang perannya saling
bertentangan (Greenhaus & Beutell, 1985).
2. Workload yang dimaksud adalah suatu beban yang mengacu pada pekerjaan
yang jumlahnya banyak, harus bekerja secara cepat, dan bekerja di bawah
tekanan waktu (Ilies, 2007).
3. Religiusitas yang dimaksud adalah seberapa kuat individu penganut agama
merasakan pengalaman beragama sehari-hari (daily spiritual exprerience),
mengalami kebermaknaan hidup dalam beragama (meaning),
mengekspresikan keagamaan sebagai sebuah nilai (value), meyakini ajaran
agamanya (beliefs), memaafkan (forgiveness), melakukan praktek agama
secara menyendiri (private religious practice), menggunakan agama sebagai
coping (religious coping), mendapat dukungan penganut sesama agama
(religious support), mengalami sejarah keberagamaan (religious history),
komitmen beragama (commitment), mengikuti organisasi atau kegiatan
8
keagamaan (organizational religiousness) dan meyakini pilihan agamanya
(religious preferences) (Fetzer, 1999).
4. Wanita bekerja adalah wanita yang menekuni sesuatu atau beberapa
pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian tertentu yang dimilikinya untuk
mencapai suatu kemajuan dalam hidup, pekerjaan, atau jabatan (Depdikbud,
1988).
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan workload dan religiusitas terhadap
work-family conflict pada wanita bekerja?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan variabel workload terhadap work-
family conflict pada wanita bekerja?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan daily spiritual experience pada
variabel religiusitas terhadap work-family conflict pada wanita bekerja?
4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan meaning pada variabel religiusitas
terhadap work-family conflict pada wanita bekerja?
5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan values pada variabel religiusitas
terhadap work-family conflict pada wanita bekerja?
6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan beliefs pada variabel religiusitas
terhadap work-family conflict pada wanita bekerja?
7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan forgiveness pada variabel
religiusitas terhadap work-family conflict pada wanita bekerja?
9
8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan private religious practices pada
variabel religiusitas terhadap work-family conflict pada wanita bekerja?
9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan religious coping pada variabel
religiusitas terhadap work-family conflict pada wanita bekerja?
10. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan religious support pada variabel
religiusitas terhadap work-family conflict pada wanita bekerja?
11. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan religious history pada variabel
religiusitas terhadap work-family conflict pada wanita bekerja?
12. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan commitment pada variabel
religiusitas terhadap work-family conflict pada wanita bekerja?
13. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan organizational religiousness pada
variabel religiusitas terhadap work-family conflict pada wanita bekerja?
14. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan religious preference pada variabel
religiusitas terhadap work-family conflict pada wanita bekerja?
1.3 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh workload dan religiusitas
terhadap work-family conflict pada wanita bekerja.
1.4 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis.
Adapun manfaat yang diharapkan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang psikologi dan dapat membuktikan adanya pengaruh
dari workload dan religiusitas terhadap work-family conflict pada wanita
10
bekerja. Selain itu diharapkan juga dapat memperkaya hasil penelitian yang
sudah dilakukan sebelumnya dan menjadi bahan masukan untuk penelitian
selanjutnya.
2. Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi lembaga atau institusi
tempat dilakukannya penelitian, serta upaya untuk mengurangi tingkat konflik
yang terjadi pada sampel penelitian.
11
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Work-family conflict
2.1.1 Definisi work-family conflict
Greenhaus dan Beutell (1985) mendefinisikan work-family conflict sebagai bentuk
konflik antar peran di mana tekanan berasal dari pekerjaan dan keluarga yang
perannya saling bertentangan. Work-family conflict terjadi ketika adanya harapan
yang bertentangan yang dirasakan oleh individu terhadap peran-peran yang
dimilikinya sehingga pemenuhan kebutuhan sulit untuk dipenuhi (Newcomb,
1981) Konflik pekerjaan dan keluarga adalah interrole conflict (konflik antar-
peran), konflik timbul apabila peran di dalam pekerjaan dan peran di dalam
keluarga saling menuntut untuk dipenuhi, pemenuhan peran yang satu akan
mempersulit pemenuhan peran yang lain (Aycan & Eskin,2005; Noor, 2002).
Howard (2008), mendefinisikan bahwa work-family conflict sebagai jenis
konflik antar-peran di mana keduanya yaitu pekerjaan dan keluarga mengerahkan
tekananpada individu, menciptakan konflik di mana kesesuaian dengan beberapa
tekanan keluarga dan meningkatkan kesulitan memenuhi kumpulan tekanan lain
yaitu pekerjaan. Dalam kehidupan rumah tangga terdapat pertentangan tanggung
jawab peran dari pekerjaan dan keluarga yang menyebabkan konflik. Work-family
conflict kemudian memiliki hubungan dengan dampak yang negatif terhadap
pekerjaan dalam hal kepuasan kerja, burnout, dan turnover (Greenhaus,
Parasuraman & Collins, 2001; Howard, Donfrio, & Boles, 2004) yang juga
12
berhubungan dengan distress kerja, kehidupan, dan kepuasan pernikahan
(Kinnunen & Mauno 1998).
Definisi lain menurut Kahn (1964), mengatakan bahwa work-family
conflict didefinisikan sebagai tekanan yang terjadi akibat dua peran atau lebih
menyebabkan seseorang sulit untuk memenuhi kebutuhannya. Sejalan dengan
Biddle dan Thomas (1996), semakin banyak peran yang dimiliki seseorang maka
semakin siap pula ia dalam menghadapi masalah kehidupan sosialnya. Masalah
tersebut ditunjukkan dengan kenyataan bahwa partisipasi dalam peran pekerjaan
nyatanya lebih sulit dibandingkan dengan partisipasi dalam peran keluarga dan
begitupun sebaliknya (Ahmad, 2008).
Konstruk atau konsep work-family conflict merupakan bi-directional
(pekerjaan ke keluarga dan keluarga ke pekerjaan). Menurut (Frone, 1992;
Adekola, 2010), work-family conflict dibedakan menjadi dua jenis arah yaitu work
interfering with family (WIF) dan family interfering work conflict (FIW). WIF
yaitu pemenuhan peran dalam pekerjaan yang dapat menimbulkan kesulitan
pemenuhan peran dalam keluarga. Sebaliknya, FIW yaitu pemenuhan peran dalam
keluarga yang dapat menimbulkan kesulitan pemenuhan peran dalam pekerjaan
(Huang, Hammer, Neal, & Perrin, 2004; Noor, 2004).
Berdasarkan definisi dari beberapa tokoh mengenai work-family conflict,
pada penelitian ini penulis menggunakan definisi dari Greenhaus dan Beutell
(1985), yaitu work-family conflict adalah bentuk konflik antar peran di mana
tekanan berasal dari pekerjaan dan keluarga yang perannya saling bertentangan.
13
2.1.2 Faktor yang mempengaruhi work-family conflict
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, terdapat dua faktor yang dapat
mempengaruhi work-family conflict, faktor eksternal dan faktor internal. Berikut
adalah penjelasan dua faktor tersebut.
2.1.2.1 Faktor eksternal
1. Workload
Workload mengacu pada intensitas tugas kerja. Ini adalah sumber stres mental
bagi karyawan. Stres adalah keadaan aktif pikiran di mana manusia menghadapi
baik kesempatan dan kendala (Robbins, 1996). Hal ini kemudian menjadi
workload yang dapat menimbulkan efek positif terhadap work-family conflict.
2. Jumlah dan usia anak
Terdapat bukti kuat bahwa ibu dari anak-anak berusia 0-6 tahun memiliki risiko
yang besar dari tekanan psikologis (Barnett, 1993), dan mengalami lebih banyak
konflik daripada ibu dari anak-anak yang sudah besar (Beutell & Greenhaus,
1980; Pleck, Staines, & Lang, 1980). Work-family conflict berkurang secara
signifikan pada wanita bekerja di atas usia 50 tahun, ketika anak-anaknya telah
tumbuh dan mungkin tidak lagi tinggal di rumah bersama. Work-family conflict
juga meningkat seiring dengan jumlah anak di rumah (Gordon, et al., 2007).
2.1.2.2 Faktor internal
1. Fatigue (kelelahan)
Meskipun hubungan antara workload yang tinggi dan work-family conflict (Byron,
2005), peran mediasi dari kelelahan (atau indikator deplesi energi lain) biasanya
diasumsikan tapi tidak dinilai. Telah disebutkan sebelumnya, telah ada penelitian
14
menjelaskan hubungan antara workload dan fatigue, dengan work-family conflict
(Demerouti et al., 2005; Janssen et al., 2004; Montgomery et al., 2006).
2. Religiusitas
Religiusitas adalah keyakinan setiap individu atau bagaimana seseorang meyakini
dan memeluk agama. Religiusitas adalah konsep yang berkaitan dengan pribadi
internal maupun eksternal dari seseorang. Religiusitas memberikan pengaruh
positif dalam kaitannya dengan hidup keagamaan seorang individu dan secara
substansial dapat mengatasi kecenderungan konflik dalam pekerjaan maupun
dalam keluarga (Folkman et al., 1986).
2.1.4 Dimensi work-family conflict
Greenhaus dan Beutell (1985) menjelaskan bahwa work-family conflict memiliki 3
dimensi yaitu time based conflict, strain based conflict, dan behavior based
conflict. Berikut penjelasan mengenai 3 dimensi tersebut.
1. Time-based conflict yaitu konflik yang terjadi ketika waktu yang dituntut dari
satu peranan menghalangi terpenuhinya tuntutan dari peranan lain. Waktu
yang dibutuhkan untuk menjalankan salah datu tuntutan (keluarga atau
pekerjaan) dapat mengurangi waktu yang digunakan untuk menjalankan
tuntutan yang lainnya (pekerjaan atau keluarga). Hal ini disebabkan karena
waktu merupakan sumber daya yang terbatas. Contohnya, ketika ada
pertemuan orangtua murid di sekolah yang waktunya bersamaan dengan
meeting di kantor sehingga menimbulkan konflik, pekerja yang karena
kesibukannya dalam bekerja telat menjemput anaknya. Menurut Greenhaus
dan Beutell (1985), time-based conflict terjadi akibat pekerja baik secara fisik
15
maupun waktu tidak dapat memenuhi tuntutan peran lainnya, kemudian
pekerja hanya fokus disalah satu peran, namun tetap hadir secara fisik diperan
lainnya untuk memenuhi tuntutan.
2. Strain-based conflict yaitu konflik yang terjadi ketika beban dari satu peran
mempengaruhi kinerja individu dalam melakukan peran yang lain.
Ketegangan yang terjadi dapat menimbulkan konflik yang berdampak pada
keluarga maupun pekerjaan. Adanya tekanan psikologis yang negatif
mengakibatkan seseorang cenderung menghabiskan lebih banyak waktu dan
kemampuan pada satu peran sehingga tidak dapat memuaskan peran lainnya.
Contohnya, stress yang dialami di individu di tempat kerja dapat
mempengaruhi atau dapat dibawa ketika bersama keluarga.
3. Behavior-based conflict yaitu konflik yang berhubungan dengan
ketidaksesuaian antara pola perilaku dengan yang diinginkan oleh kedua
bagian (keluarga atau pekerjaan). Pola perilaku yang bertentangan dapat
membuat ketidakseimbangan antara peran satu dan peran yang lainnya.
Contohnya, perilaku yang dilakukan di tempat kerja tidak sesuai atau tidak
dapat diterapkan di rumah.
2.1.5 Pengukuran work-family conflict
1. Work-family conflict diukur dengan menggunakan skala 18 item dari Carlson,
Kacmar, dan Williams (2000) dan item disusun oleh Stephens dan Sommer.
Dibagi ke dalam tiga dimensi, time-based conflict WFC 6 item, strain-based
conflict WFC 6 item, dan behavioral-based conflict WFC 6 item. Kategori
respon berkisar dari skala 5 = "Sangat setuju" untuk 1 = "Sangat tidak setuju".
16
2. Untuk menilai tingkat umum work-family conflict menggunakan 8 item dari
Inventory of Work-Family Conflict (IWFC; Greenhaus, Callanan, &
Godshalk, 2000). IWFC mengkaji tingkat work-family conclict secara umum
dengan jumlah yang sama item positif dan negatif, misalnya: "Saya percaya
bahwa saya berhasil menggabungkan peran saya sebagai pekerja dan suami /
istri "dan" Saya tidak memiliki cukup waktu untuk melaksanakan pekerjaan
saya dan juga untuk membawa anak-anak saya seperti yang saya inginkan".
Item yang dinilai pada skala 5-point (1 = sangat tidak setuju, 5 = sangat
setuju). Reabilitas dari skala ini cukup memuaskan (Cronbach = 0,71).
2.2 Workload
2.2.1 Definisi workload
Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari
sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai
dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang
menerima beban kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan
beban kerja psikologis. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti
mengangkat, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja psikologis dapat
berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu
dengan individu lainnya (Manuaba, 2000).
Workload adalah tuntutan fisiologis dan mental yang terjadi saat
melakukan tugas atau kombinasi dari tugas. Tuntutan fisiologis dan mental ini
yang menekan pekerja atau karyawan yang mengalaminya. Beban kerja kemudian
17
dapat didefinisikan sebagai beban fisik dan atau persyaratan mental yang
berhubungan dengan tugas atau kombinasi tugas (Munandar, 2006).
Workload atau beban kerja adalah suatu beban yang mengacu pada
pekerjaan yang jumlahnya banyak, harus bekerja secara cepat, dan bekerja di
bawah tekanan waktu (Ilies, 2007). Beban kerja mencerminkan tuntutan
ditempatkan pada karyawan dalam pekerjaan,dan dengan demikian sering disebut
sebagai stressor pekerjaan (Spector, Dwyer, & Jex, 1988). Beban kerja dapat
berpengaruh kepada kesejahteraan kehidupan maupun performa dari pekerjaan
seseorang.
Pada penelitian ini menggunakan definisi dari Ilies, (2007) yaitu suatu
beban yang mengacu pada pekerjaan yang jumlahnya banyak, harus bekerja
secara cepat, dan bekerja di bawah tekanan waktu.
2.2.3 Indikator dan Pengukuran workload
Indikator dalam penelitian ini mengukur aspek-aspek apa saja dalam variabel
workload, seperti mengerjakan pekerjaan berdasarkan waktu, masalah-masalah
pekerjaan yang menuntut konsentrasi, tugas dan pekerjaan yang menyibukkan.
Penelitian sebelumnya tentang efek dari daily workload (Ilies et al., 2010),
menggunakan skala diadaptasi dari Janssen (2001). Skala terdiri dari sembilan
item yang disesuaikan untuk mencerminkan beban kerja. Rata-rata konsistensi
internal untuk variabel ini adalah 0,73 (dalam Ilies et al., 2007) rata-rata
reliabilitas adalah 0,81. Pada penelitian ini, penulis memodifikasi item dari alat
ukur Ilies (2007), untuk kesesuaian penelitian.
18
2.3 Religiusitas
2.3.1 Definisi religiusitas
Glock dan Stark (1969), mendefinisikan agama adalah sistem simbol, sistem
keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku yang terlembagakan dan semuanya
berpusat pada persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate
meaning) Religiusitas adalah keadaan dimana individu merasakan dan mengakui
adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia, dan hanya kepada
Tuhan manusia bergantung dan berserah diri. Pengertian religiusitas berdasarkan
dimensi yang dikemukan oleh Glock dan Stark adalah seberapa jauh pengetahuan,
seberapa kokoh keyakinan, seberapa tekun pelaksanaan ibadah dan seberapa
dalam penghayatan agama yang dianut seseorang.
Fetzer (1999), mendefiniskan religiusitas sebagai sesuatu yang lebih
mengarah kepada masalah perilaku, sosial, dan merupakan sebuah doktrin dari
setiap agama atau golongan. Religiusitas adalah seberapa kuat individu penganut
agama merasakan pengalaman beragama sehari-hari (daily spiritual exprerience),
mengalami kebermaknaan hidup dalam beragama (meaning), mengekspresikan
keagamaan sebagai sebuah nilai (value), meyakini ajaran agamanya (beliefs),
memaafkan (forgiveness), melakukan praktek agama secara menyendiri (private
religious practice), menggunakan agama sebagai coping (religious coping),
mendapat dukungan penganut sesama agama (religious support), mengalami
sejarah keberagamaan (religious history), komitmen beragama (commitment),
mengikuti organisasi atau kegiatan keagamaan (organizational religiousness) dan
meyakini pilihan agamanya (religious preferences).
19
Memang saat ini sangat sulit menemukan definisi yang relevan dari
religiusitas. Menurut Jalaluddin (2001), agama berasal dari kata al-din, religi
(relegere, religare). Al-din yang berarti undang-undang atau hukum. Ia
menyebutkan bahwa religiusitas merupakan konsistensi antara kepercayaan
terhadap agama sebagai unsur konatif, perasaan terhadap agama sebagai unsur
afektif dan perilaku agama sebagai unsur kognitif. Jadi aspek keberagamaan
merupakan integrasi dari pengetahuan, perasaan dan perilaku keagamaan dalam
diri manusia.
Pada penelitian ini penulis menggunakan definisi dari Fetzer (1999),
religiusitas adalah seberapa kuat individu penganut agama merasakan pengalaman
beragama sehari-hari (daily spiritual exprerience), mengalami kebermaknaan
hidup dalam beragama (meaning), mengekspresikan keagamaan sebagai sebuah
nilai (value), meyakini ajaran agamanya (beliefs), memaafkan (forgiveness),
melakukan praktek agama secara menyendiri (private religious practice),
menggunakan agama sebagai coping (religious coping), mendapat dukungan
penganut sesama agama (religious support), mengalami sejarah keberagamaan
(religious history), komitmen beragama (commitment), mengikuti organisasi atau
kegiatan keagamaan (organizational religiousness) dan meyakini pilihan
agamanya (religious preferences).
2.3.2 Dimensi religiusitas
Berdasarkan buku dari John E. Fetzer Institute (1999) yang berjudul
Multidimensional Measurement of Religiousness, Spirituality For Use in Health
Research menjelaskan tentang dua belas dimensi religiusitas yaitu daily spiritual
20
experience, meaning, values, beliefs, forgiveness, private religious practices,
religious coping, religious support, religious history, commitment, organizational
religiousness, dan religious preference. Berikut ini penjelasan dari masing-masing
dimensi yang di sebutkan di atas.
1. Daily spiritual experience
Dimensi religiusitas ini melihat tingkat religius dan spritiual seseorang dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini daily spiritual experience adalah persepsi
individu terhadap hal yang berkaitan dengan transenden (Tuhan, kebesaran
Tuhan) di dalam kehidupan sehari-hari dan persepsi interaksi dengan transenden
tersebut. Dimensi ini lebih mengacu kepada pengalaman dibandingkan kognitif
individu itu sendiri.
2. Meaning
Konsep meaning pada dasarnya berasal dari kejadian-kejadian dalam hidup yang
dialami oleh individu. Kemudian meaning mengukur apa yang dicari oleh
individu yang dinamakan proses, sukses atau gagalnya pencarian itu adalah hasil
proses tersebut.
Dimensi meaning dalam hal religiusitas ini dijelaskan oleh Viktor Frankl (1963)
dengan istilah kebermaknaan hidup. Adapun meaning yang dimaksud adalah yang
berhubungan dengan religiusitas, yaitu sejauh mana agama dapat menjadi tujuan
hidup seseorang. Antonovsky, (1979) juga mengatakan bahwa pentingnya
meaning atau tujuan hidup sebagai bagian dari suatu perpaduan atau hubungan.
21
3. Values
Dimensi ini bukan tentang ada atau tidak adanya nilai-nilai. Sebaliknya, menurut
Merton (1968) dimensi ini berdasarkan pendekatan yang menggambarkan values
sebagai tujuan dan norma-norma bagi hidup. Jadi dimensi ini dimaksudkan untuk
menilai sejauh mana suatu perilaku individu yang mencerminkan keimanan
individu tersebut pada agamanya sebagai suatu nilai akhir (values).
4. Beliefs
Menurut definisi, beliefs adalah dari agama untuk agama sehingga dari situlah
menemukan serangkaian kesimpulan yaitu keyakinan itu untuk semua agama.
Selain itu beliefs menyediakan sumber daya kognitif bagi individu diluar
ekspektasi hasil yang positif.
5. Forgiveness
Forgiveness merupakan sebuah tindakan memaafkan. Seperti memaafkan diri
sendiri, memaafkan orang lain, dan merasa dimaafkan oleh Tuhan maupun orang
lain. Kemudian forgiveness itu sendiri adalah mengatasi aspek negatif dengan
mempertimbangkan terhadap perilaku bersalah bukan dengan penyangkalan atas
kebenaran yang diyakini.
6. Private religious practices
Dimensi private religious practices adalah kegiatan agama namun berbeda dengan
perilaku yang biasa dilakukan dirumah, atau kehidupan sehari-hari yang biasa
dilakukan sendiri atau bersama keluarga. Private religious practices merupakan
perilaku beragama dalam praktek agama yang meliputi ibadah pribadi,
22
mempelajari kitab-kitab, serta kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan
religiusitas dan spiritualitas individu.
7. Religious coping
Menurut Pargament (1998), religious coping merupakan metode coping yang
dilakukan dalam konteks agama. Contohnya seperti berdoa, beribadah, dan
sebagainya. Coping ini ada dua tipe yaitu coping positif dan coping negatif. Tipe
pertama ialah coping positif yaitu berbuat atau melakukan kebaikan sesuai dengan
perintah agama yang kemudian dapat menurunkan stress. Tipe kedua ialah coping
negatif yaitu coping dalam merefleksikan kesulitan atau masalah dengan agama.
8. Religious support
Menurut Krause (1997), religious support adalah aspek hubungan sosial antara
satu individu dengan pemeluk agama lainnya. Hal ini berupa dukungan baik antar
sesama umat beragama untuk saling menguatkan keyakinan dengan keagamaan
masing-masing individu.
9. Religious history
Idler (2003), mengatakan bahwa dimensi ini membedakan individu yang memiliki
kestabilan komitmen dalam memeluk agama berdasarkan dari pengalaman atau
perubahan dalam hidup mereka, sehingga dapat memperdalam agama atau
spiritualnya.
Konsep religious history itu sendiri adalah menilai sejarah keberagamaan individu
yaitu seberapa jauh individu berpartisipasi untuk agama dalam kehidupannya dan
seberapa jauh agama mempengaruhi perjalanan kehidupannya.
23
10. Commitment
Dimensi ini melihat bagaimana ungkapan perilaku seseorang dalam
mementingkan keyakinan atau kepercayaan agama yang dianut. Commitment
dapat diukur dengan kehadiran di tempat ibadah, komitmen waktu dan uang untuk
organisasi keagamaan, dan persepsi individu mengenai pentingnya agama dalam
kehidupan sehari-hari.
11. Organizational religiousness
Idler (2003), mengatakan organizational religiousness merupakan konsep yang
mengukur sejauh mana individu ikut serta dalam suatu lembaga keagamaan di
masyarakat dan ikut dalam kegiatan didalamnya. Salah satu bentuk organizational
religiousness adalah kehadiran serta keikutsertaan mereka di tempat ibadah atau
kegiatan keagamaan lainnya.
12. Religious preference
Dimensi ini adalah mengukur sejauh mana individu membuat pilihan serta
keputusan dalam memeluk agama. Kemudian dalam dimensi religious preference
ini menekankan pada identifikasi diri pada suatu agama tertentu yang sesuai
pilihan individu itu sendiri.
2.3.3 Pengukuran religiusitas
1. Daily spiritual experience scale (DSES) adalah skala yang mengukur
pengalaman spiritual yang sehari-hari dirasakan dan bagaimana pengalaman itu
menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari individu. Skala oleh Underwood dan
Teresi (2002) ini terdiri dari 16 item, dimana 15 item pertanyaan diukur dengan
enam poin skala likert dan 1 item menggunakan empat poin skala likert.
24
2. Fetzer Multidimensional Measurement of Religiousness/Spirituality mengukur
12 dimensi religiusitas dengan item-item yang cukup banyak. Pilihan jawaban
beragam disesuaikan dengan dimensi yang diukur. Skala ini telah direvisi dari
skala Fetzer (1999).
2.4 Kerangka berpikir
Beberapa penelitian tentang work-family conflict menyatakan konflik terjadi
dalam ruang lingkup pekerjaan. Work-family conflict berpengaruh pada ketelatan,
absenteeism, turn over, burnout, kinerja kerja, produktivitas menurun, dan
komitmen organisasi. Ruang lingkup keluarga juga merupakan aspek yang dapat
menimbulkan konflik pada diri seseorang. Kesulitan membagi peran dan peran
ganda yang di alami oleh wanita, khususnya seorang ibu dapat memunculkan
konflik dari area keluarga. Variabel-variabel ini mengukur faktor internal maupun
eksternal, maka dapat melihat hasil yang cukup menggambarkan konflik yang
terjadi pada wanita bekerja sesuai dengan sampel penelitian ini.
Beban kerja yang berlebihan dapat menyebabkan individu itu sendiri
merasa stress dan jenuh, mengakibatkan lalainya pekerjaan dan tanggung jawab
yang sedang dikerjakannya. Jumlah waktu bekerja dalam sehari dan seberapa
banyak tugas yang harus diselesaikan per hari merupakan aspek-aspek dalam
beban kerja itu sendiri, yang akhirnya akan menimbulkan kelelahan dan jangka
panjangnya konflik kepada individu, pekerjaannya, pasangannya, dan
keluarganya. Semakin tingginya beban kerja yang dikerjakan, maka semakin
tinggi pula work-family conflict.
25
Religiusitas menjadi variabel prediktor untuk penelitian ini. Hal yang
menarik untuk diteliti dari penulis adalah religiusitas berpengaruh negatif terhadap
work-family conflict. Namun penulis menarik untuk tetap meneliti variabel
religiusits untuk dikaitkan dengan work-family conflict.Penulis mempunya dugaan
yaitu, apabila tingkat religiusitas seseorang tinggi, maka dapat meminimalisir
konflik yang terjadi pada individu tersebut. Begitu pun sebaliknya, dengan tingkat
religiusitas yang rendah kemungkinan konflik akan semakin besar terjadi pada
individu tersebut.
Religiusitas merupakan aspek agama yang diduga dapat mengukur tinggi
atau rendahnya work-family conflict. Dimensi religiusitas ini mengukur segala hal
mengenai nilai-nilai dan arti religiusitas bagi kehidupan seseorang. Jadi, menarik
menurut penulis untuk memakai variabel religiusitas dan mengaitkannya dengan
work-family conflict dan kemudian dilihat seberapa besar pengaruhnya.
Daily spiritual experience diartikan sebagai pengalaman religius sehari-
hari yang dirasakan individu. Dimensi ini merupakan dimensi pertama dari
variabel religiusitas. Daily spiritual experience diduga dapat mempengaruhi work-
family conflict, apabila ini dalam kategori yang tinggi maka hasilnya akan
meminimalisirkan konfliknya.
Meaning merupakan dimensi selanjutnya yang diduga dapat
mempengaruhi work-family conflict. Dengan memaknai agama sebagai tujuan dari
kehidupan maka akan berpengaruh kepada work-family conflict. Semakin tinggi
seseorang memaknai beragamaannya, maka pengaruhnya kepada konflik yang
dialaminya.
26
Values dan beliefs adalah dua dimensi yang saling berkaitan. Values dan
beliefs akan membuat rendahnya work-family conflict apabila dalam kategori yang
cukup tinggi. Dengan tingkat yang tinggi, values dan beliefs dapat meningkatkan
keimanan seseorang juga dapat mendekatkan seseorang kepada Tuhan.
Forgiveness merupakan aspek yang mengukur tentang bagaimana
seseorang menerapkan sikap memaafkan dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian
variabel ini dianggap dapat mempengaruhi dari tinggi maupun rendahnya work-
family conflict. Semakin seseorang mudah memaafkan atau memiliki sifat pemaaf
maka akan rendah pula work-family conflict pada dirinya.
Private religious practices adalah mempraktikkan agama dalam
kehidupan. Dengan melakukan ibadah, maka seseorang dapat meningkatkan
religiusitasnya. Kemudian dari tingginya tingkat religiusitas seseorang akan
berdampak pula kepada work-family conflict. Konflik dapat rendah atau bisa sama
sekali tidak terjadi konflik apabila memiliki fondasi yang kokoh pada ibadah.
Religious coping merupakan coping religius yang dilakukan seseorang
untuk mengatasa masalah yang dihadapinya. Variabel ini diduga dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang mengelola konfliknya. Semakin
menerapkannya coping yang positif pada diri sendiri maka akan
meminimalisirkan work-family conflict pada kehidupannya.
Religious support adalah dukungan religius dari sesama umat atau orang
lain untuk saling menguatkan dalam hal agama. Dimensi ini diduga juga termasuk
dalam variabel yang dapat mempengaruhi work-family conflict. Dengan
banyaknya dukungan dari orang lain mengenai agama, maka akan menurunkan
27
atau meminimalisirkan konflik. Sebaliknya, apabila dukungan religiusnya rendah
dapat memungkinkan tingkat konflik yang tinggi.
Religious history merupakan pengalaman religius seseorang sewaktu masa
kecil atau kanak-kanak. Menerapkan atau menanamkan agama sejak dini akan
berdampak positif dan dapat membentuk pribadi serta karakter yang baik bagi
seseorang. Begitu pula dengan konfliknya, apabila religious history seseorang
baik maka akan rendah pula konfliknya.
Commitment merupakan aspek yang mengukur tentang bagaimana
seseorang patuh dengan agama yang dianutnya. Variabel ini merupakan salah satu
aspek religiusitas yang dapat mengukur tinggi rendahnya tingkat religiusitas
seseorang. Commitment diduga akan mempengaruhi work-family conflict karena
konflik dapat berkurang dengan komitmen seseorang dengan agamanya.
Organizational religiousness adalah sebagaimana seseorang ikut serta
dalam kegiatan agama yang dilakukan pada suatu lembaga keagamaan.
Contohnya seperti beramal, dengan melakukan kegiatan ini maka seseorang akan
tenang dan bersih hatinya. Konflik yang dihadapinya akan cepat terselesaikan
apabila seseorang memiliki organizational religiousness yang tinggi.
Dimensi terakhir dari variabel religiusitas yaitu religious preference atau
pilihan agama. Dimensi ini mengacu kepada pemilihan agama yang akan
seseorang anut dalam kehidupan. Kemudian dengan memilih keyakinan agama
sesuai dengan pemahaman yang telah diperoleh sebelumnya, maka akan
mempengaruhi pula work-family conflict individu.
28
Adapun dibawah ini penulis menampilkan bagan hubungan antara masing-
masing variabel independen dengan variabel dependen yang dapat menjelaskan
maksud dari kerangka berpikir yang telah diuraikan diatas. Bagan kerangka
berpikir tersebut dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir
Religiusitas
Workload
Religious Preference
Daily Spiritual Experience
Commitment
Religious History
Religious Support
Meaning
Religious Coping
Private Religious Practices
Forgiveness
Values
Beliefs
Organizational Religiousness
Work-family Conflict
29
2.5 Hipotesis penelitian
Hipotesis mayor :
Ada pengaruh yang signifikan workload dan religiusitas (daily spiritual
experience, meaning, values, beliefs, forgiveness, private religious practices,
religious coping, religious support, religious history, commitment, organizational
religiousness, religious preference) terhadap work-family conflict pada wanita
bekerja.
Hipotesis minor :
Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan workload terhadap work-family conflict
pada wanita bekerja.
Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan daily spiritual experience pada variabel
religiusitas terhadap work-family conflict pada wanita bekerja.
Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan meaning pada variabel religiusitas terhadap
work-family conflict pada wanita bekerja.
Ha4 : Ada pengaruh yang signifikan values pada variabel religiusitas terhadap
work-family conflict pada wanita bekerja.
Ha5 : Ada pengaruh yang signifikan beliefs pada variabel religiusitas terhadap
work-family conflict pada wanita bekerja.
Ha6 : Ada pengaruh yang signifikan forgiveness pada variabel religiusitas
terhadap work-family conflict pada wanita bekerja.
Ha7 : Ada pengaruh yang signifikan private religious practices pada variabel
religiusitas terhadap work-family conflict pada wanita bekerja.
30
Ha8 : Ada pengaruh yang signifikan religious coping pada variabel religiusitas
terhadap work-family conflict pada wanita bekerja.
Ha9 : Ada pengaruh yang signifikan religious support pada variabel religiusitas
terhadap work-family conflict pada wanita bekerja.
Ha10 : Ada pengaruh yang signifikan religious history pada variabel religiusitas
terhadap work-family conflict pada wanita bekerja.
Ha11 : Ada pengaruh yang signifikan commitment pada variabel religiusitas
terhadap work-family conflict pada wanita bekerja.
Ha12 : Ada pengaruh yang signifikan organizational religiousness pada variabel
religiusitas terhadap work-family conflict pada wanita bekerja.
Ha13 : Ada pengaruh yang signifikan religious preference pada variabel
religiusitas terhadap work-family conflict pada wanita bekerja.
31
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik pengambilan sampel
Populasi dari penelitian ini adalah karyawan wanita yang bekerja di sebuah
Rumah Sakit (HC) yang berjumlah 189 karyawan. Kriteria populasi dalam
penelitian ini adalah karyawan wanita yang sudah menikah, dengan suami yang
juga bekerja. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 156 responden, mewakili
beberapa profesi yang bekerja di Rumah Sakit (HC).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan penulis ialah non-probability
sampling dengan metode accidental sampling yang berarti setiap populasi tidak
memiliki kesempatan dan peluang yang sama antara satu dengan yang lain dan
pengambilan sampel didasarkan pada kenyataan bahwa mereka kebetulan muncul.
3.2 Variabel penelitian dan Definisi operasional
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya, variabel yang hendak
diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Work-family conflict sebagai variabel terikat (dependent variable).
2. Workload sebagai variabel bebas (independent variable).
3. Religiusitas sebagai variabel bebas (independent variable) yang meliputi 12
variabel yaitu : daily spiritual experience, meaning, values, beliefs,
forgiveness, private religious practices, religious coping, religious support,
religious history, commitment, organizational religiousness, religious
preference.
32
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Work-family conflict adalah bentuk konflik antar peran di mana tekanan
berasal dari pekerjaan dan keluarga yang perannya saling bertentangan.
Variabel work-family conflict ini meliputi 3 dimensi, yaitu time-based conflict
atau konflik berbasis waktu, strain-based conflict atau konflik berbasis
ketegangan atau tekanan, dan behavior-based conflict atau konflik berbasis
perilaku (Greenhaus & Beutell, 1985).
2. Workload adalah suatu beban yang mengacu pada pekerjaan yang jumlahnya
banyak, harus bekerja secara cepat, dan bekerja di bawah tekanan waktu
(Ilies, 2007).
3. Religiusitas yang dimaksud adalah sesuatu yang lebih mengarah kepada
masalah perilaku, sosial, dan merupakan sebuah doktrin dari setiap agama
atau golongan. Variabel religiusitas ini meliputi 12 dimensi, yaitu merasakan
pengalaman beragama sehari-hari (daily spiritual exprerience), mengalami
kebermaknaan hidup dalam beragama (meaning), mengekspresikan
keagamaan sebagai sebuah nilai (value), meyakini ajaran agamanya (beliefs),
memaafkan (forgiveness), melakukan praktek agama secara menyendiri
(private religious practice), menggunakan agama sebagai coping (religious
coping), mendapat dukungan penganut sesama agama (religious support),
mengalami sejarah keberagamaan (religious history), komitmen beragama
(commitment), mengikuti organisasi atau kegiatan keagamaan (organizational
religiousness) dan meyakini pilihan agamanya (religious preferences)
(Fetzer, 1999).
33
3.3 Pengumpulan data
3.3.1 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan penulis untuk
memperoleh data yang hendak diteliti. Alat pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah menggunakan teknik kuisioner dengan skala model Likert. Dalam
model skala Likert cara menjawabnya adalah dengan memberikan tanda checklist
(√) pada salah satu alternatif pilihan jawaban yang disediakan. Item disusun dalam
bentuk pernyataan favorable (positif) dan unfavorable (negatif).
Subjek diminta untuk memilih salah satu dari empat kategori jawaban
yang masing-masing jawaban menunjukkan kesesuaian pernyataan yang diberikan
dengan keadaan yang dirasakan responden sendiri, yaitu sangat setuju (SS), setuju
(S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Skor untuk alternatif pilihan
jawaban dalam pernyataan dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Nilai skor jawaban skala Likert Pernyataan Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju (SS) (S) (TS) (STS) Favorable 4 3 2 1 Unfavorable 1 2 3 4
3.3.2 Instrumen pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis alat ukur,
yaitu skala work-family conflict, skala workload, dan skala religiusitas. Berikut
penjelasan dari masing-masing skala beserta blueprint dari skala tersebut.
1. Skala work-family conflict
Variabel work-family conflict ini penulis mengukur dengan menggunakan skala
Likert dari alat ukur Carlson, Kacmar, dan Williams (2000). Terdiri atas 18 item
34
untuk mengukur tiga dimensi yaitu time-based conflict, strain-based conflict, dan
behavioral-based conflict. Blueprint dari skala ini dapat dilihat pada tabel 3.2
sebagai berikut.
Tabel 3.2 Blueprint skala work-family conflict
Dimensi Indikator No. Item Time-based conflict • Waktu untuk pekerjaan mengurangi waktu
untuk keluarga • Waktu untuk keluarga mengganggu
pekerjaan
1, 2, 3, 4, 5,6
Strain-based conflict
• Tekanan dari pekerjaan mempengaruhi peran keluarga
• Keluarga menekan pekerjaan
7, 8, 9, 10, 11, 12
Behavior-based conflict
• Pola perilaku pada pekerjaan mempengaruhi peran keluarga
• Perilaku tidak efektif di tempat kerja
13, 14, 15, 16, 17, 18
Total 18
2. Skala workload
Variabel workload ini penulis mengukur dengan menggunakan skala Likert dari
alat ukur Ilies (2007) yang merupakan adaptasi dari Janssen (2001). Lalu penulis
memodifikasi skala ini dengan jumlah item menjadi 9 butir, agar sesuai dengan
tujuan penelitian. Blueprint dari skala ini dapat dilihat pada tabel 3.3 sebagai
berikut.
Tabel 3.3 Blueprint skala workload
Dimensi Indikator No. Item Workload • Mengerjakan pekerjaan berdasarkan waktu 1, 4*
• Mengerjakan beban kerja berlebih dan usaha
yang keras 2, 3*
• Tuntutan masalah pekerjaan 5* • Pekerjaan membutuhkan konsentrasi 6 • Tugas pekerjaan terganggu 7* • Pekerjaan yang menyibukkan 8 • Menunggu rekan lain menyelesaikan
pekerjaannya 9
Total 9 Keterangan : * = item unfavorable
35
3. Skala religiusitas
Variabel religiusitas ini penulis mengukur dengan menggunakan skala Likert dari
alat ukur Fetzer Multidimensional Measurement of Religiousness/Spirituality
(1999). Mengukur 12 dimensi religiusitas dengan jumlah item sebanyak 56 butir,
yang telah di modifikasi oleh penulis untuk kesesuaian dengan penelitian.
Blueprint dari skala ini dapat dilihat pada tabel 3.4 sebagai berikut.
Tabel 3.4 Blueprint skala religiusitas
Dimensi Indikator No. Item Daily spiritual experience
• Adanya koneksi dengan Tuhan 1
• Keterlibatan Tuhan dalam kegiatan sehari-hari
4, 7, 8, 9, 10*
• Perasaan kagum dan rasa syukur 2, 3 • Kenyamanan dan kedamaian memeluk
agama 5,6
Meaning • Makna spiritual bagi kehidupan 12*, 32, 51*
• Memiliki tujuan hidup melalui agama 11*, 30*, 31 Values • Nilai-nilai yang dianut dalam agama 13*, 14, 49, 52 Beliefs • Percaya bahwa Tuhan selalu mengawasi 15, 48* • Percaya tentang kehidupan setelah kematian 16 • Percaya bahwa Tuhan mencintai umatnya 50 Forgiveness • Memaafkan diri sendiri 27
• Memaafkan kesalahan orang lain 28 • Mengetahui bahwa Tuhan Maha Pengampun 29 Private religious practices
• Mempraktikkan agama dalam kehidupan 17, 40, 41, 42
Religious coping • Coping positif 24,25,26
• Coping negatif 33*, 34*, 35* Religious support
• Dukungan spiritual dari orang terdekat 36, 37, 39, 46*
• Dukungan spiritual dari sesama umat beragama
38, 45*
Religious history • Taat agama sejak kecil 18 • Pengalaman religius mengubah pribadi 44* Commitment • Komitmen terhadap agama yang dianut 43, 47*, 55 Organizational religiousness
• Melakukan kegiatan/acara yang berhubungan dengan agama
21, 22, 23
Religious preference
• Pilihan agama yang dianut 53, 54, 56
Total 56 Keterangan : * = item unfavorable
36
3.4 Uji validitas konstruk
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan confirmatory factor analysis (CFA)
dengan bantuan software Lisrel 8.70. Adapun langkah-langkah dalam menguji
validitas dari setiap alat ukur ini menurut Umar (2013), adalah sebagai berikut :
1. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor (unidimensional) dan dilihat
nilai Chi-square yang dihasilkan. Jika nilai Chi-square tidak signifikan (p >
0,05) berarti semua item hanya mengukur satu faktor saja. Namun, jika nilai
Chi-square signifikan (p<0,05), maka perlu dilakukan modifikasi terhadap
model pengukuran yang diuji sesuai langkah kedua.
2. Jika nilai Chi-square signifikan (p < 0,05), maka dilakukan modifikasi model
pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan
pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item selain mengukur konstruk yang
ingin diukur, item tersebut juga mengukur hal yang lain (mengukur lebih dari
satu konstruk atau multidimensional). Jika setelah beberapa kesalahan
pengukuran dibebaskan untuk saling berkorelasi dan akhirnya diperoleh
model fit, maka model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah
selanjutnya.
3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan
melihat apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai nilai
koefisien positif. Jika t-value untuk koefisien muatan faktor suatu item lebih
besar dari 1,96 (absolute), maka item tersebut dinyatakan signifikan dalam
mengukur faktor yang hendak diukur (tidak di drop).
37
4. Setelah itu dilihat apakah ada item yang muatan negatif. Perlu dicatat bahwa
untuk alat ukur yang bukan mengukur kemampuan (misal: personality
inventory), jika ada pernyataan negatif perlu dilakukan penyesuaian arah
skoringnya yang dirubah menjadi positif. Jika sudah dibalik, maka berlaku
perhitungan umum dimana item bermuatan faktor negatif di drop.
5. Selanjutnya, melihat loading factor yang merupakan besar korelasi (kovarian)
antar indikator dengan konstruk latennya setelah diperoleh dari model yang
fit. Bobot yang diperlukan dalam loading factor sebesar 0,5 atau lebih yang
dianggap akan memiliki validasi yang cukup kuat untuk menjelaskan
konstruk laten (Hair et al, 2010; Ghozali, 2008). Jika sudah sesuai, maka item
tersebut dinyatakan valid dalam mengukur faktor yang hendak diukur (tidak
di drop).
6. Apabila kesalahan pengukurannya berkorelasi terlalu banyak dengan
kesalahan pengukuran pada item lain, maka item seperti ini pun dapat di drop
karena bersifat sangat multidimensional.
3.4.1 Uji validitas skala work-family conflict
Skala work-family conflict dalam penelitian ini terdiri dari delapan belas item
yang diujikan kepada 156 subyek penelitian. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square =
1254,03, df = 135, P-value = 0,00000, dan RMSEA = 0,231. Namun, setelah
dilakukan modifikasi sebanyak 64 kali terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran di beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
38
diperoleh model fit dengan Chi-square = 91,63, df = 71, P-value = 0,05030, dan
RMSEA = 0,043. Nilai P-value> 0,05 (signifikan) sehingga model menjadi fit.
Selanjutnya, dilihat apakah item-item dalam skala ini benar-benar
mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu work-family conflict. Selain itu juga
ditentukan apakah terdapat item yang harus didrop dengan melihat nilai t dan
muatan koefisien pada setiap koefisien faktor, seperti pada tabel 3.5
Tabel 3.5 Muatan faktor item untuk work-family conflict
No Koefisien Standard Error T-Value Signifikan 1 0.04 0.08 0.52 X 2 0.37 0.08 4.42 √ 3 0.39 0.08 4.63 √ 4 0.75 0.08 9.99 √ 5 0.68 0.08 8.87 √ 6 0.69 0.08 8.53 √ 7 0.78 0.07 10.69 √ 8 0.79 0.07 10.91 √ 9 0.79 0.07 10.60 √
10 0.76 0.08 9.95 √ 11 0.44 0.08 5.26 √ 12 0.71 0.08 9.23 √ 13 0.83 0.07 11.43 √ 14 0.81 0.07 11.12 √ 15 0.84 0.07 11.58 √ 16 0.86 0.07 11.97 √ 17 0.72 0.08 9.17 √ 18 0.67 0.08 8.56 √
Keterangan: √ = signifikan (t> 1, 96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.5, dapat diketahui bahwa tujuh belas item work-family
conflict memiliki nilai t >1,96 (signifikan) kecuali satu item nomor 1 dengan nilai
t = 0,52 (t < 1,96), oleh karena itu item ini perlu di drop. Hal ini menggambarkan
bahwa hanya tujuh belas item secara signifikan mengukur faktor yang ingin
diukur, yaitu work-family conflict.
39
3.4.2 Uji validitas skala workload
Skala workload dalam penelitian ini terdiri dari sembilan item yang diujikan
kepada 156 subyek penelitian. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square= 371,04, df= 27,
P-value=0,00000, dan RMSEA = 0,287. Namun, setelah dilakukan modifikasi 12
kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran di beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square =
24,18, df = 15, P-value = 0,06209, dan RMSEA = 0,063. Nilai P-value> 0,05
(signifikan) sehingga model menjadi fit.
Selanjutnya, dilihat apakah item-item dalam skala ini benar-benar
mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu workload. Selain itu juga ditentukan
apakah terdapat item yang harus didrop dengan melihat nilai t dan muatan
koefisien pada setiap koefisien faktor, seperti pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Muatan faktor item workload
No Koefisien Standard Error T-Value Signifikan 1 0.98 0.06 16.62 √ 2 0.67 0.07 9.43 √ 3 -0.12 0.08 -1.48 X 4 0.93 0.06 15.30 √ 5 -0.13 0.08 -1.62 X 6 0.74 0.07 10.61 √ 7 -0.44 0.08 -5.72 X 8 0.60 0.07 8.16 √ 9 0.39 0.08 4.97 √
Keterangan: √ = signifikan (t> 1, 96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.6, dapat diketahui bahwa lima item workload
memiliki nilai t >1,96 (signifikan) kecuali empat item nomor 3, 5, dan 7 dengan
nilai (t < 1,96), oleh karena itu item-item ini perlu di drop. Hal ini
40
menggambarkan bahwa hanya lima item secara signifikan mengukur faktor yang
ingin diukur, yaitu workload.
3.4.3 Uji validitas skala religiusitas
1. Dimensi daily spiritual experience
Skala daily spiritual experience dalam penelitian ini terdiri dari sepuluh item yang
diujikan kepada 156 subyek penelitian. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square =
447,89, df = 35, P-value = 0,00000, dan RMSEA = 0,276. Namun, setelah
dilakukan modifikasi 18 kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran di
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan Chi-square = 26,21, df = 17, P-value = 0,07066, dan RMSEA = 0,059.
Nilai P-value> 0,05 (signifikan) sehingga model menjadi fit.
Selanjutnya, dilihat apakah item-item dalam skala ini benar-benar
mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu daily spiritual experience. Selain itu
juga ditentukan apakah terdapat item yang harus didrop dengan melihat nilai t dan
muatan koefisien pada setiap koefisien faktor, seperti pada tabel 3.7.
Tabel 3.7 Muatan faktor item daily spiritual experience
No Koefisien Standard Error T-Value Signifikan 1 0.88 0.06 13.68 √ 2 0.84 0.07 12.88 √ 3 0.88 0.06 13.87 √ 4 0.86 0.06 13.35 √ 5 0.86 0.07 13.07 √ 6 0.63 0.07 8.52 √ 7 0.88 0.07 13.42 √ 8 0.88 0.06 13.75 √ 9 0.64 0.07 8.84 √
10 -0.57 0.07 -7.62 X
Keterangan: √ = signifikan (t> 1, 96); X = tidak signifikan
41
Berdasarkan tabel 3.7, dapat diketahui bahwa sembilan item daily spiritual
experience memiliki nilai t >1,96 (signifikan) kecuali satu item nomor 10 dengan
nilai t = -7,62 (t < 1,96), oleh karena itu item ini perlu di drop. Hal ini
menggambarkan bahwa hanya sembilan item secara signifikan mengukur faktor
yang ingin diukur, yaitu daily spiritual experience.
2. Dimensi meaning
Skala meaning dalam penelitian ini terdiri dari enam item yang diujikan kepada
156 subyek penelitian. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 96,95, df = 9, P-value =
0,00000, dan RMSEA = 0,251. Namun, setelah dilakukan modifikasi 3 kali
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran di beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 8,45
df = 6, P-value = 0,20703, dan RMSEA = 0,051. Nilai P-value> 0,05 (signifikan)
sehingga model menjadi fit.
Selanjutnya, dilihat apakah item-item dalam skala ini benar-benar
mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu meaning. Selain itu juga ditentukan
apakah terdapat item yang harus didrop dengan melihat nilai t dan muatan
koefisien pada setiap koefisien faktor, seperti pada tabel 3.8.
Tabel 3.8 Muatan faktor item meaning
No Koefisien Standard Error T-Value Signifikan 1 0.73 0.07 9.87 √ 2 0.79 0.07 11.09 √ 3 0.72 0.07 9.90 √ 4 -0.66 0.08 -8.31 X 5 -0.91 0.07 -13.44 X 6 -0.68 0.07 -9.15 X
Keterangan: √ = signifikan (t> 1, 96); X = tidak signifikan
42
Berdasarkan tabel 3.8, dapat diketahui bahwa tiga item meaning memiliki
nilai t >1,96 (signifikan) kecuali tiga item nomor 4, 5, dan 6 dengan nilai (t <
1,96), oleh karena itu item-item ini perlu di drop. Hal ini menggambarkan bahwa
hanya empat item secara signifikan mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu
meaning.
3. Dimensi values
Skala values dalam penelitian ini terdiri dari empat item yang diujikan kepada 156
subyek penelitian. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, fit dengan Chi-Square =1,95, df = 2, P-value = 0,37630 dan RMSEA
= 0,000. Nilai P-value> 0,05 (signifikan) sehingga model menjadi fit.
Selanjutnya, dilihat apakah item-item dalam skala ini benar-benar
mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu values. Selain itu juga ditentukan
apakah terdapat item yang harus didrop dengan melihat nilai t dan muatan
koefisien pada setiap koefisien faktor, seperti pada tabel 3.9.
Tabel 3.9 Muatan faktor item values
No Koefisien Standard Error T-Value Signifikan 1 0.17 0.09 1.91 √ 2 0.65 0.12 5.28 √ 3 0.86 0.15 5.85 √ 4 0.29 0.09 3.10 √
Keterangan: √ = signifikan (t> 1, 96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.9, dapat diketahui bahwa keseluruhan item values
memiliki nilai t >1,96 (signifikan) dan koefisiennya bermuatan positif, sehingga
tidak ada item yang perlu di drop. Hal ini menggambarkan bahwa empat item
tersebut secara signifikan mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu values.
43
4. Dimensi beliefs
Skala beliefs dalam penelitian ini terdiri dari empat item yang diujikan kepada 156
subyek penelitian. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, fit dengan Chi-Square = 035, df = 2, P-value = 0,84145, dan RMSEA
= 0,000. Nilai P-value> 0,05 (signifikan) sehingga model menjadi fit.
Selanjutnya, dilihat apakah item-item dalam skala ini benar-benar
mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu beliefs. Selain itu juga ditentukan
apakah terdapat item yang harus didrop dengan melihat nilai t dan muatan
koefisien pada setiap koefisien faktor, seperti pada tabel 3.10.
Tabel 3.10 Muatan faktor item beliefs
No Koefisien Standard Error T-Value Signifikan 1 0.76 0.09 8.40 √ 2 0.75 0.09 8.32 √ 3 -0.35 0.09 -3.89 X 4 0.50 0.09 5.76 √
Keterangan: √ = signifikan (t> 1, 96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.10, dapat diketahui bahwa tiga item beliefs memiliki
nilai t >1,96 (signifikan) kecuali satu item nomor 3 dengan nilai t = -3,89 (t <
1,96), oleh karena itu item ini perlu di drop. Hal ini menggambarkan bahwa hanya
tiga item tersebut secara signifikan mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu
beliefs.
5. Dimensi forgiveness
Skala forgiveness dalam penelitian ini terdiri dari tiga item yang diujikan kepada
156 subyek penelitian. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 0,00, df =0, P-value = 1,00000
44
dan RMSEA = 0,000. Nilai P-value> 0,05 (signifikan) sehingga model menjadi
fit.
Selanjutnya, dilihat apakah item-item dalam skala ini benar-benar
mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu forgiveness. Selain itu juga ditentukan
apakah terdapat item yang harus didrop dengan melihat nilai t dan muatan
koefisien pada setiap koefisien faktor, seperti pada tabel 3.11.
Tabel 3.11 Muatan faktor item forgiveness
No Koefisien Standard Error T-Value Signifikan 1 0.60 0.09 6.42 √ 2 0.99 0.11 8.80 √ 3 0.48 0.09 5.41 √
Keterangan: √ = signifikan (t> 1, 96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.11, dapat diketahui bahwa tiga item forgiveness
memiliki nilai t >1,96 (signifikan) dan koefisiennya bermuatan positif, sehingga
tidak ada item yang perlu di drop. Hal ini menggambarkan bahwa tiga item
tersebut secara signifikan mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu forgiveness.
6. Dimensi private religious practices
Skala private religious practices dalam penelitian ini terdiri dari empat item yang
diujikan kepada 156 subyek penelitian. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 42,87,
df = 2, P-value = 0,00000 dan RMSEA = 0,363. Namun, setelah dilakukan
modifikasi 2 kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran di beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
square = 0,00, df = 0, P-value = 1,00000, dan RMSEA = 0,000. Nilai P-value>
0,05 (signifikan) sehingga model menjadi fit.
45
Selanjutnya, dilihat apakah item-item dalam skala ini benar-benar
mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu private religious practices.Selain itu
juga ditentukan apakah terdapat item yang harus didrop dengan melihat nilai t dan
muatan koefisien pada setiap koefisien faktor, seperti pada tabel 3.12.
Tabel 3.12 Muatan faktor item private religious practices
No Koefisien Standard Error T-Value Signifikan 1 0.29 0.09 3.26 √ 2 0.96 0.07 13.78 √ 3 0.87 0.07 12.14 √ 4 0.55 0.08 7.11 √
Keterangan: √ = signifikan (t> 1, 96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.12, dapat diketahui bahwa keseluruhan item private
religious practices memiliki nilai t >1,96 (signifikan) dan koefisiennya bermuatan
positif, sehingga tidak ada item yang perlu di drop. Hal ini menggambarkan
bahwa empat item tersebut secara signifikan mengukur faktor yang ingin diukur,
yaitu private religious practices.
7. Dimensi religious coping
Skala religious coping dalam penelitian ini terdiri dari enam item yang diujikan
kepada 156 subyek penelitian. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 67,24, df = 9, P-
value = 0,00000 dan RMSEA = 0,204. Namun, setelah dilakukan modifikasi 4
kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran di beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square =
8,09, df = 5, P-value = 0,15116, dan RMSEA = 0,063. Nilai P-value> 0,05
(signifikan) sehingga model menjadi fit.
46
Selanjutnya, dilihat apakah item-item dalam skala ini benar-benar
mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu religious coping. Selain itu juga
ditentukan apakah terdapat item yang harus didrop dengan melihat nilai t dan
muatan koefisien pada setiap koefisien faktor, seperti pada tabel 3.13.
Tabel 3.13 Muatan faktor item religious coping
No Koefisien Standard Error T-Value Signifikan 1 0.62 0.07 8.38 √ 2 0.87 0.07 13.12 √ 3 0.96 0.06 15.37 √ 4 0.19 0.08 2.29 √ 5 -0.57 0.08 -7.43 X 6 -0.35 0.08 -4.36 X
Keterangan: √ = signifikan (t> 1, 96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.13, dapat diketahui bahwa tiga item religious coping
memiliki nilai t >1,96 (signifikan) kecuali tiga item nomor 5, dan 6 dengan nilai t
< 1,96, oleh karena itu item-item ini perlu di drop. Hal ini menggambarkan bahwa
hanya empat item secara signifikan mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu
religious coping.
8. Dimensi religious support
Skala religious support dalam penelitian ini terdiri dari enam item yang diujikan
kepada 156 subyek penelitian. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 172,99, df = 9,
P-value = 0,00000 dan RMSEA = 0,343. Namun, setelah dilakukan modifikasi 6
kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran di beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square =
4,44, df = 3, P-value = 0,21779, dan RMSEA = 0,056. Nilai P-value> 0,05
(signifikan) sehingga model menjadi fit.
47
Selanjutnya, dilihat apakah item-item dalam skala ini benar-benar
mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu religious support. Selain itu juga
ditentukan apakah terdapat item yang harus didrop dengan melihat nilai t dan
muatan koefisien pada setiap koefisien faktor, seperti pada tabel 3.14.
Tabel 3.14 Muatan faktor item religious support
No Koefisien Standard Error T-Value Signifikan 1 0.59 0.08 7.45 √ 2 0.49 0.08 5.79 √ 3 0.81 0.08 10.35 √ 4 0.83 0.08 10.49 √ 5 -0.12 0.09 -1.31 X 6 0.05 0.09 0.57 X
Keterangan: √ = signifikan (t> 1, 96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.14, dapat diketahui bahwa empat item religious
support memiliki nilai t >1,96 (signifikan) kecuali dua item nomor 5, dan 6
dengan nilai t <1,96, oleh karena itu item-item ini perlu di drop. Hal ini
menggambarkan bahwa hanya empat item secara signifikan mengukur faktor yang
ingin diukur, yaitu religious support.
9. Dimensi religious history
Skala religious history dalam penelitian ini terdiri dari empat item yang diujikan
kepada 156 subyek penelitian. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 17,78, df = 2, P-
value = 0,00014, dan RMSEA = 0,226. Namun, setelah dilakukan modifikasi 1
kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran di beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square =
0,14, df = 1, P-value = 0,70892, dan RMSEA = 0,000. Nilai P-value> 0,05
(signifikan) sehingga model menjadi fit.
48
Selanjutnya, dilihat apakah item-item dalam skala ini benar-benar
mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu religious history. Selain itu juga
ditentukan apakah terdapat item yang harus didrop dengan melihat nilai t dan
muatan koefisien pada setiap koefisien faktor, seperti pada tabel 3.15.
Tabel 3.15 Muatan faktor item religious history
No Koefisien Standard Error T-Value Signifikan 1 0.10 0.10 0.94 X 2 0.46 0.14 3.29 √ 3 0.32 0.11 2.82 √ 4 0.77 0.21 3.70 √
Keterangan: √ = signifikan (t> 1, 96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.15, dapat diketahui bahwa tiga item religious history
memiliki nilai t >1,96 (signifikan) kecuali satu item nomor 1 dengan nilai t = 0,94
(t < 1,96), oleh karena itu item ini perlu di drop. Hal ini menggambarkan bahwa
hanya tiga item tersebut secara signifikan mengukur faktor yang ingin diukur,
yaitu religious history.
10. Dimensi commitment
Skala commitment dalam penelitian ini terdiri dari tiga item yang diujikan kepada
156 subyek penelitian. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, fit dengan Chi-square = 0,00, df = 0, P-value = 1,00000 , dan RMSEA
= 0,000. Nilai P-value> 0,05 (signifikan) sehingga model menjadi fit.
Selanjutnya, dilihat apakah item-item dalam skala ini benar-benar
mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu commitment. Selain itu juga ditentukan
apakah terdapat item yang harus didrop dengan melihat nilai t dan muatan
koefisien pada setiap koefisien faktor, seperti pada tabel 3.16.
49
Tabel 3.16 Muatan faktor item commitment
No Koefisien Standard Error T-Value Signifikan 1 0.94 0.09 10.01 √ 2 0.38 0.08 4.56 √ 3 0.83 0.09 9.12 √
Keterangan: √ = signifikan (t> 1, 96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.16, dapat diketahui bahwa keseluruhan item
commitment memiliki nilai t >1,96 (signifikan) dan koefisiennya bermuatan
positif, sehingga tidak ada item yang perlu di drop. Hal ini menggambarkan
bahwa tiga item tersebut secara signifikan mengukur faktor yang ingin diukur,
yaitu commitment.
11. Dimensi organizational religiousness
Skala organizational religiousness dalam penelitian ini terdiri dari tiga item yang
diujikan kepada 156 subyek penelitian. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, fit dengan Chi-square = 0,00, df = 0, P-value
= 1,00000 , dan RMSEA = 0,000. Nilai P-value> 0,05 (signifikan) sehingga
model menjadi fit.
Selanjutnya, dilihat apakah item-item dalam skala ini benar-benar
mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu values.Selain itu juga ditentukan apakah
terdapat item yang harus didrop dengan melihat nilai t dan muatan koefisien pada
setiap koefisien faktor, seperti pada tabel 3.17.
Tabel 3.17 Muatan faktor item organizational religiousness
No Koefisien Standard Error T-Value Signifikan 1 0.91 0.06 14.56 √ 2 1.03 0.06 18.12 √ 3 0.75 0.07 10.93 √
Keterangan: √ = signifikan (t> 1, 96); X = tidak signifikan
50
Berdasarkan tabel 3.17, dapat diketahui bahwa keseluruhan item
organizational religiousness memiliki nilai t >1,96 (signifikan) dan koefisiennya
bermuatan positif, sehingga tidak ada item yang perlu di drop. Hal ini
menggambarkan bahwa tiga item tersebut secara signifikan mengukur faktor yang
ingin diukur, yaitu organizational religiousness.
12. Dimensi religious preference
Skala religious preference dalam penelitian ini terdiri dari tiga item yang diujikan
kepada 156 subyek penelitian. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, fit dengan Chi-square = 0,00, df = 0, P-value = 1,00000
, dan RMSEA = 0,000. Nilai P-value> 0,05 (signifikan) sehingga model menjadi
fit.
Selanjutnya, dilihat apakah item-item dalam skala ini benar-benar
mengukur faktor yang ingin diukur, yaitu values. Selain itu juga ditentukan
apakah terdapat item yang harus didrop dengan melihat nilai t dan muatan
koefisien pada setiap koefisien faktor, seperti pada tabel 3.18
Tabel 3.18 Muatan faktor item religious preference
No Koefisien Standard Error T-Value Signifikan 1 0.83 0.35 2.33 √ 2 0.31 0.15 2.03 √ 3 0.29 0.15 2.00 √
Keterangan: √ = signifikan (t> 1, 96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.18, dapat diketahui bahwa keseluruhan item
organizational religiousness memiliki nilai t >1,96 (signifikan) dan koefisiennya
bermuatan positif, sehingga tidak ada item yang perlu di drop. Hal ini
51
menggambarkan bahwa tiga item tersebut secara signifikan mengukur faktor yang
ingin diukur, yaitu religious preference.
3.5 Teknik analisis data
Dalam penelitian ini berdasarkan hipotesis yang hendak diukur, penulis
menggunakan teknik analisis multiple regression atau analisis regresi berganda
untuk mengetahui besar dan arah hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Terdapat 13 variabel independen dalam penelitian ini yaitu
workload, religiusitas (daily spiritual experience,meaning, values, beliefs,
forgiveness, private religious practices, religious coping, religious support,
religious history, commitment, organizational religiousness, dan religious
preference), dimana penulis ingin melihat pengaruhnya terhadap variabel
dependen yaitu work-family conflict pada wanita bekerja. Metode analisis juga ini
digunakan untuk melihat pengaruh secara parsial dari workload dan religiusitas
terhadap work-family conflict pada wanita bekerja.
Persamaan analisis multi regresi pada penelitian ini adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10 + b11X11 + b12X12 + b13X13 + e
Keterangan:
Y = Work-family conflict a = Intercept (Konstan) b = Koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X X1 = Workload X2 = Daily spiritual experience X3 = Meaning X4 = Values X5 = Beliefs X6 = Forgiveness X7 = Private Religious Practices X8 = Religious coping
52
X9 = Religious support X10 = Religious history X11 = Commitment X12 = Organizational religiousness X13 = Religious Preference e = Residu Untuk dapat menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model
yang paling sesuai (memiliki error terkecil), maka dibutuhkan beberapa pengujian
analisis sebagai berikut:
1. Uji R2 (Koefisien determinasi berganda)
Dengan menggunakan regresi berganda akan diperoleh nilai R, yaitu regresi
berganda workload, dan religiusitas terhadap work-family conflict pada wanita.
Besarnya work-family conflict pada wanita ini ditunjukkan dengan koefisien
determinasi berganda atau R2, yang menunjukkan variasi oleh perubahan variabel
dependen (Y) yang disebabkan oleh variabel independen (X) atau digunakan
untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel
dependen (Y) atau merupakan proporsi varians dari intense yang dijelaskan oleh
workload, dan religiusitas. Untuk mendapatkan nilai R digunakan rumus sebagai
berikut:
R2 = 𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔𝑆𝑆𝑦
2. Uji F
Kemudian R2 diuji untuk membuktikan apakah regresi Y pada X signifikan atau
tidak maka digunakanlah uji F. Untuk membuktikan hal tersebut dapat
menggunakan rumus:
F= 𝑅2 𝑘�
(1−𝑅2)/(𝑁−𝑘−1)
53
Dimana k merupakan jumlah variabel independen dan N adalah jumlah sampel
penelitian. Dari uji F yang dilakukan akan terlihat apakah variabel independen
yang diuji memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.
3. Uji t
Selanjutnya menggunakan uji t untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan
variabel independen signifikan dengan variabel dependen. Oleh karena itu,
sebelum mendapatkan nilai t dari masing-masing variabel dependen harus
mendapat nilai standar error estimate dahulu dari b (koefisien regresi) yang
didapatkan melalui akar mean square dibagi SS. Setelah mendapatkan nilai Sb
barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb
itu sendiri.
Uji t dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:
t = 𝑏𝑆𝑏
b merupakan koefisien regresi dan Sb adalah standar eror dari b. Hasil uji t ini
akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh penulis.
3.5 Prosedur penelitian
Penelitian ini akan dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Persiapan penelitian
Penelitian ini diawali dengan tahap persiapan yaitu penulis melakukan
pengamatan pada fenomena yang terjadi di masyarakat. Fenomena yang menarik
bagi penulis ialah konflik pekerjaan dan keluarga yang terjadi pada wanita. Tahap
selanjutnya yaitu penulis melakukan studi pendahuluan untuk memastikan
kebenaran dari fenomena yang ada. Studi pendahuluan dilakukan dengan dua
54
metode, yang pertama melalui metode wawancara dengan beberapa responden
yang sekiranya mengalami work-family conflict. Kemudian metode kedua yaitu
dengan menyebar kuisioner online yang diisi oleh 20 responden secara acak. Hasil
dari studi pendahuluan ini menggambarkan bahwa setidaknya wanita yang
dijadikan responden studi pendahuluan ini mengalami konflik pada pekerjaan
maupun keluarganya. Penulis lalu menentukan variabel yang akan diteliti dan
kemudian mencari landasan teori yang tepat dan sesuai denganpenelitian yang
akan dilakukan. Setelah itu penulis menentukan alat ukur penelitian, dan
menentukan populasi dan sampel penelitian.
2. Pelaksanaan penelitian
Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuisioner di sebuah Rumah
Sakit, yang memakan waktu kurang lebih empat minggu, terhitung sejak tanggal
10 Oktober 2016 – 9 November 2016.
3. Pengolahan data
Setelah proses pengambilan data selesai dilakukan, penulis melakukan skoring
terhadap skala hasil jawaban responden untuk kemudian dilakukannya uji
validitas konstruk (CFA). Selanjutnya, penulis melakukan analisis data dengan
menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis penelitian. Tahap terakhir,
penulis membuat kesimpulan, diskusi dan saran berdasarkan dari laporan hasil
penelitian.
55
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran umum subyek penelitian
Sampel dalam penelitian ini berjumlah dari 156 karyawan wanita. Gambaran
umum subyek penelitian ini mengenai sampel penelitian berdasarkan usia dan
jumlah anak. Adapun gambaran umum subyek penelitian ini disajikan dalam tabel
berikut ini :
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan data demografis
Sampel Penelitian Frekuensi Persentase (%) Usia < 26 tahun 26 – 35 tahun 36 – 45 tahun 46 – 55 tahun Total
11 84 53 8
156
7,1%
53,8% 34% 5,1% 100%
Jumlah Anak 0 (tidak punya) 1 – 3 orang > 3 orang Total
29 120 7
156
18,6% 77% 4,4% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa gambaran usia sampel
penelitian terbanyak pada usia 26 – 35 tahun sejumlah 84 responden dengan
persentase sebesar 53,8%. Kemudian mayoritas responden memiliki jumlah anak
1 – 3 anak, sebanyak 120 responden dengan persentase sebesar 77%.
4.2 Analisis deskriptif variabel penelitian
Pada penelitian ini, skor yang digunakan dalam analisis statistik adalah skor yang
dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran yang
merupakan hasil proses konversi raw score, skor ini disebut true score. Proses ini
56
dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan antara skor hasil
penelitian variabel-variabel yang diteliti.
Dengan demikian, raw score pada setiap variabel harus diletakan pada skala
yang sama. Untuk memperoleh deskripsi statistik, dihitung item-item yang valid
dan positif, sehingga didapatkan faktor skor. Jadi, penghitungan skor faktor ini
tidak menunjukan item-item variabel seperti pada umumnya, tetapi dihitung true
score pada tiap skala. Skor faktor yang dianalisis adalah skor faktor yang
bermuatan positif dan signifikan.
T-Score= (skor faktor x 10) + 50
Berikut peneliti akan menjelaskan gambaran umum tentang analisis
deskriptif, dengan menguraikan mean, median, standar deviasi, nilai maksimum
dan nilai minimum dari masing-masing variabel. Gambar hasil analisis deskriptif
dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Deskripsi statistik variabel penelitian N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Work-family Conflict 156 27,55 76,72 50,0000 9,73855 Workload 156 26,63 71,20 50,0000 9,63203 Daily spiritual experience 156 15,76 61,44 50,0000 9,55629 Meaning 156 38,95 85,60 50,0000 9,24063 Values 156 24,77 61,92 50,0000 8,01922 Beliefs 156 24,81 59,76 50,0000 7,96676 Forgiveness 156 26,35 63,72 50,0000 9,00691 Private religious practices 156 26,66 65,93 50,0000 9,45359 Religious coping 156 29,01 62,23 50,0000 9,41353 Religious support 156 30,74 65,91 50,0000 8,66580 Religious history 156 33,00 63,73 50,0000 7,20895 Commitment 156 23,71 58,72 50,0000 9,21414 Organizational religiousness 156 23,70 68,86 50,0000 8,94036
Religious preference 156 20,97 59,73 50,0000 7,04212
Dari tabel 4.2 dapat diketahui skor terendah dari work-family conflict
27,55 dan skor tertinggi 76,72. Selanjutnya, skor terendah dari workload 26,63
57
dan skor tertinggi 73,90. Skor terendah daily spiritual experience 15,76 dan skor
tertinggi 61,44. Skor terendah meaning 38,95 dan skor tertinggi 85,60. Skor
terendah values 24,77 dan skor tertinggi 61,92. Skor terendah beliefs 24,81 dan
skor tertinggi 59,76. Skor terendah forgiveness 26,35 dan skor tertinggi 63,72.
Skor terendah private religious practices 26,66 dan skor tertinggi 65,93. Skor
terendah religious coping 29,01 dan skor tertinggi 62,23. Skor terendah religious
support 30,74 dan skor tertinggi 65,91. Skor terendah religious history 33,00 dan
skor tertinggi 63,73. Skor terendah commitment 23,71 dan skor tertinggi 58,72.
Skor terendah organizational religiousness 23,70 dan skor tertinggi 68,86. Skor
terendah religious preference 20,97 dan skor tertinggi 59,73.
4.3 Kategorisasi skor variabel penelitian
Berdasarkan pada alat ukur yang digunakan, kategorisasi skor dalam penelitian ini
dibuat menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan rendah. Dalam pengkategorisasian
variabel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan t-score. Pedoman
interpretasi skor adalah sebagai berikut.
Tabel 4.3 Pedoman kategorisasi skor
Kategori Rumus Rendah X< Mean Tinggi X ≥ Mean
Uraian mengenai gambaran kategorisasi skor item variabel penelitian berdasarkan
tinggi dan rendahnya serta persentasenya tiap variabel disajikan pada tabel 4.4
sebagai berikut.
58
Tabel 4.4 Kategorisasi skor item
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Rendah Tinggi Rendah Tinggi Work-family conflict 96 60 61,5% 38,5% Workload 51 105 32,7% 67,3% Daily spiritual experience 75 81 47,7% 52,3% Meaning 72 84 46,2% 53,8% Values 103 53 66% 34% Beliefs 74 82 47,4% 52,6% Forgiveness 86 70 55,1% 44,9% Private religious practices 56 100 35,9% 64,1% Religious coping 96 60 61,5% 38,5% Religious support 96 60 61,5% 38,5% Religious history Commitment Organizational religiousness Religious preference
72 70 68 86
84 86 88 70
46,2% 44,9% 43,6% 55,1%
53,8% 55,1% 70,4% 44,9%
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa skor pada variabel work-
family conflict lebih banyak pada kategori rendah yaitu sebanyak 96 responden
dengan persentase sebesar 61,5%. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa variabel
work-family conflict pada responden penelitian ini berada dalam kategori rendah.
Pada variabel workload, responden penelitian ini tergolong dalam kategori
tinggi yaitu sebanyak 105 responden dengan persentase sebesar 67,3%.
Selanjutnya pada variabel daily spiritual experience, responden penelitian ini
tergolong dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 81 responden dengan persentase
52,3%. Sedangkan pada variabel meaning, responden penelitian ini tergolong
dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 84 responden dengan persentase sebesar
53,8%.
Kemudian pada variabel values, responden penelitian ini tergolong dalam
kategori rendah yaitu sebanyak 103 responden dengan persentase sebesar 66%.
Berbeda dengan variabel sebelumnya, pada variabel beliefs, responden penelitian
59
ini tergolong dalam kategori tinggi sebanyak 82 responden dengan persentase
sebesar 52,6%. Pada variabel forgiveness responden penelitian ini tergolong pada
kategori rendah yaitu sebanyak 86 responden dengan persentase sebesar 55,1%.
Pada variabel private religious practices, responden penelitian ini
tergolong dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 100 responden dengan persentase
sebesar 64,1%. Sementara pada variabel religious coping, responden penelitian ini
tergolong dalam kategori rendah yaitu sebanyak 96 responden dengan persentase
sebesar 61,5%. Variabel selanjutnya yaitu variabel religious support, responden
penelitian ini tergolong rendah yaitu sebanyak 96 dengan persentase sebesar
61,5%.
Kemudian pada variabel selanjutnya yaitu variabel religious history,
responden penelitian ini tergolong tinggi yaitu sebanyak 84 dengan persentase
sebesar 53,8%. Variabel selanjutnya yaitu variabel commitment, responden
penelitian ini tergolong tinggi yaitu sebanyak 86 dengan persentase sebesar
61,5%. Pada variabel organizational religiousness, responden penelitian ini
tergolong tinggi yaitu sebanyak 88 dengan persentase sebesar 70,4%. Variabel
terakhir yaitu religious preference, responden penelitian ini tergolong rendah
yaitu sebanyak 86 dengan persentase sebesar 55,1%.
4.4 Hasil uji hipotesis penelitian
4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian
Pada tahap ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda
menggunakan aplikasi SPSS 20.0. Analisis regresi berganda bertujuan untuk
melihat tiga hal, yaitu melihat besaran R Square untuk mengetahui persentase
60
varians pada variabel dependen secara keseluruhan dan melihat signifikan atau
tidaknya koefisien regresi dari masing-masing variabel independen.
Pertama, peneliti ingin melihat besaran R Square untuk mengetahui
persentase variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen, R Square
dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Analisis Regresi
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat diperoleh R Square sebesar 0.275 atau
27,5% yang artinya sebesar 27,5% bervariasinya work-family conflict dapat
dijelaskan oleh workload, daily spiritual experience, meaning, values, beliefs,
forgiveness, private religious practices, religious coping, religious support,
religious history, commitment, organizational religiousness, dan religious
preference, sedangkan 72,5% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Selanjutnya, peneliti melakukan Uji F untuk menganalisis pengaruh dari
keseluruhan variabel dependen terhadap variabel independen yaitu work-family
conflict. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .524a .275 .209 8.66367 a. Predictors: (Constant), RELIGIOUS_PREFERENCE, WORKLOAD, PRIVATE_RELIGIOUS_PRACTICES, FORGIVENESS, RELIGIOUS_HISTORY, MEANING, ORGANIZATIONAL_RELIGIOUSNESS, COMMITMENT, VALUES, BELIEFS, RELIGIOUS_COPING, RELIGIOUS_SUPPORT, DAILY_SPIRITUAL_EXPERIENCE
61
Tabel 4.6 Anova
Model Sum of Squares
df Mean Square F Sig.
1 Regression 4041,681 13 310,899 4,142 ,000b Residual 10658,415 142 75,059 Total 14700,096 155
a. Dependent Variable: WORK_FAMILY_CONFLICT b. Predictors: (Constant), RELIGIOUS_PREFERENCE, WORKLOAD, PRIVATE_RELIGIOUS_PRACTICES, FORGIVENESS, RELIGIOUS_HISTORY, MEANING, ORGANIZATIONAL_RELIGIOUSNESS, COMMITMENT, VALUES, BELIEFS, RELIGIOUS_COPING, RELIGIOUS_SUPPORT, DAILY_SPIRITUAL_EXPERIENCE
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat nilai p (Sig) sebesar 0,000 dengan
demikian diketahui bahwa p = 0,000 < 0,05, maka hipotesis nihil yang
menyatakan tidak ada pengaruh dari seluruh variabel independen terhadap work-
family conflict ditolak. Artinya, bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
workload, daily spiritual experience, meaning, values, beliefs, forgiveness, private
religious practices, religious coping, religious support, religious history,
commitment, organizational religiousness, dan religious preference terhadap
work-family conflict.
Kemudian peneliti ingin melihat koefisien regresi dari masing-masing
variabel independen. Dengan ketentuan, nilai sig < 0,05, maka koefisien regresi
tersebut signifikan, berarti variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap work-family conflict. Adapun koefisien regresi dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat pada tabel
4.7 sebagai berikut.
62
Tabel 4.7 Koefisien Regresi Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta
1
(Constant) 78,809 12,247 6,435 ,000 Workload ,203 ,075 ,201 2,695 ,008* Daily spiritual experience -,171 ,141 -,168 -1,217 ,226
Meaning -,019 ,103 -,018 -,187 ,852 Values -,111 ,126 -,091 -,880 ,380 Beliefs ,027 ,142 ,022 ,189 ,850 Forgiveness ,136 ,101 ,126 1,347 ,180 Private religious practices ,052 ,108 ,050 ,477 ,634
Religious coping ,088 ,114 ,085 ,770 ,442 Religious support -,024 ,128 -,022 -,191 ,848 Religious history -,378 ,113 -,280 -3,341 ,001* Commitment -,062 ,113 -,058 -,544 ,587 Organizational religiousness -,264 ,097 -,242 -2,715 ,007*
Religious preference -,056 ,112 -,041 -,500 ,618 a. Dependent Variable: WORK_FAMILY_CONFLICT
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.7 dapat diketahui persamaan
regresi sebagai berikut:
Work-family conflict = 78,809 + 0,203 (workload)* – 0,171 (daily spiritual
experience) – 0,019 (meaning) – 0,111 (values) + 0,027 (beliefs) + 0,136
(forgiveness) + 0,052 (private religious practices) + 0,088 (religious coping) –
0,024 (religious support) – 0,378 (religious history)* – 0,062 (commitment) –
0,264 (organizational religiousness)* – 0,056 (religious preference).
Keterangan : tanda (*) menunjukkan variabel signifikan.
1. Variabel workload memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,203 dengan
signifikansi sebesar 0,008 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel
workload memiliki pengaruh signifikan secara statistik terhadap work-family
conflict. Koefisien regresi variabel tersebut bermuatan positif yang berarti
63
semakin tinggi workload maka work-family conflict juga akan semakin tinggi
dan jika semakin rendah workload maka work-family conflict rendah.
2. Variabel daily spritiual experience memiliki nilai koefisien regresi sebesar -
0,171 dengan signifikansi sebesar 0,226 (p > 0,05). Artinya, variabel daily
spiritual experience memiliki pengaruh tidak signifikan secara statistik
terhadap work-family conflict.
3. Variabel meaning memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,019 dengan
signifikansi sebesar 0,852 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel
meaning memiliki pengaruh signifikan secara statistik terhadap work-family
conflict.
4. Variabel values memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,111 dengan
signifikansi sebesar 0,380 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel
values memiliki pengaruh signifikan secara statistik terhadap work-family
conflict.
5. Variabel beliefs memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,027 dengan
signifikansi sebesar 0,850 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel
beliefs memiliki pengaruh tidak signifikan secara statistik terhadap work-
family conflict.
6. Variabel forgiveness memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,136 dengan
signifikansi sebesar 0,180 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel
forgiveness memiliki pengaruh signifikan secara statistik terhadap work-
family conflict.
64
7. Variabel private religious practices memiliki nilai koefisien regresi sebesar -
0,052 dengan signifikansi sebesar 0,634 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa variabel private religious practices memiliki pengaruh tidak signifikan
secara statistik terhadap work-family conflict.
8. Variabel religious coping memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,088
dengan signifikansi sebesar 0,442 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
variabel religious coping memiliki pengaruh tidak signifikan secara statistik
terhadap work-family conflict.
9. Variabel religious support memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,024
dengan signifikansi sebesar 0,848 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
variabel religious support memiliki pengaruh tidak signifikan secara
signifikan terhadap work-family conflict.
10. Variabel religious history memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,378
dengan signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
variabel religious history memiliki pengaruh signifikan secara statistik
terhadap work-family conflict. Koefisien regresi variabel tersebut bermuatan
negatif yang berarti apabila religious history tinggi maka work-family conflict
rendah dan sebaliknya jika religious history rendah maka work-family conflict
tinggi.
11. Variabel commitment memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,062 dengan
signifikansi sebesar 0,587 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel
commitment memiliki pengaruh tidak signifikan secara statistik terhadap
work-family conflict.
65
12. Variabel organizational religiousness memiliki nilai koefisien regresi sebesar
-0,264 dengan signifikansi sebesar 0,007 (p < 0,05). Artinya, variabel
organizational religiousness memiliki pengaruh signifikan secara statistik
terhadap work-family conflict. Koefisien regresi variabel tersebut bermuatan
negatif yang berarti apabila organizational religiousness tinggi maka work-
family conflict rendah dan sebaliknya jika organizational religiousness
rendah maka work-family conflict tinggi.
13. Variabel religious preference memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,056
dengan signifikansi sebesar 0,618 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
variabel religious preference memiliki pengaruh tidak signifikan secara
statistik terhadap work-family conflict.
4.4.2 Pengujian proporsi varians
Selanjutnya peneliti ingin mengetahui sumbangan proporsi varians dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut ini terdapat tabel
yang terdiri atas kolom pertama (model) adalah variabel independen yang
dianalisis satu persatu, kolom ketiga (R Square) merupakan penambahan varians
work-family conflict dari tiap variabel independen yang dianalisis satu persatu
tersebut, kolom keenam (R Square Change) merupakan nilai murni varians
variabel dependen yang bersangkutan dan df adalah derajat kebebasan atau taraf
nyata bagi variabel independen yang bersangkutan dan df terdiri atas numerator
atau denumenator. Lalu yang terakhir adalah kolom signifikansi (Sig. F Change).
Besarnya proporsi varians pada work-family conflict dapat dilihat pada tabel 4.8
berikut.
66
Tabel 4.8 Proporsi Varians Model R R
Square
Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics R Square Change
F Change df1 df2 Sig. F Change
1 ,176a ,031 ,025 9,61806 ,031 4,908 1 154 ,028 2 ,362b ,131 ,119 9,13852 ,100 17,586 1 153 ,000 3 ,362c ,131 ,114 9,16560 ,001 ,097 1 152 ,756 4 ,367d ,135 ,112 9,17683 ,004 ,628 1 151 ,429 5 ,367e ,135 ,106 9,20735 ,000 ,001 1 150 ,980 6 ,390f ,152 ,118 9,14590 ,017 3,022 1 149 ,084 7 ,391g ,153 ,113 9,17285 ,001 ,126 1 148 ,723 8 ,391h ,153 ,107 9,20304 ,000 ,031 1 147 ,861 9 ,393i ,155 ,102 9,22645 ,001 ,255 1 146 ,614 10 ,484j ,234 ,181 8,81216 ,080 15,051 1 145 ,000 11 ,485k ,235 ,177 8,83711 ,001 ,182 1 144 ,670 12 ,523l ,274 ,213 8,64093 ,039 7,613 1 143 ,007 13 ,524m ,275 ,209 8,66367 ,001 ,250 1 142 ,618
Predictors: (Constant), WORKLOAD, DAILY_SPIRITUAL_EXPERIENCE, MEANING, VALUES, BELIEFS, FORGIVENESS, PRIVATE_RELIGIOUS_PRACTICES, RELIGIOUS_COPING, RELIGIOUS_SUPPORT, RELIGIOUS_HISTORY, COMMITMENT, ORGANIZATIONAL_RELIGIOUSNESS, RELIGIOUS_PREFERENCE
b Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan informasi sebagai berikut :
1. Variabel workload memberikan sumbangan sebesar 3,1% terhadap varians
work-family conflict. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik karena
nilai sig F Change = 0,028 (p < 0,05).
2. Variabel daily spiritual experience memberikan sumbangan sebesar 10%
terhadap varians work-family conflict. Sumbangan tersebut signifikan secara
statistik karena nilai sig F Change = 0,000 (p < 0,05)
3. Variabel meaning memberikan sumbangan sebesar 0,1% terhadap varians
work-family conflict. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik
karena nilai sig F Change = 0,756 (p > 0,05).
4. Variabel values memberikan sumbangan sebesar 0,4% terhadap varians work-
family conflict. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik karena
nilai sig F Change = 0,429 (p > 0,05).
67
5. Variabel beliefs memberikan sumbangan sebesar 0% terhadap varians work-
family conflict. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik karena
nilai sig F Change = 0,980 (p > 0,05).
6. Variabel forgiveness memberikan sumbangan sebesar 1,7% terhadap varians
work-family conflict. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik
karena nilai sig F Change = 0,084 (p > 0,05).
7. Variabel private religious practices memberikan sumbangan sebesar 0,1%
terhadap varians work-family conflict. Sumbangan tersebut tidak signifikan
secara statistik karena nilai sig F Change = 0,723 (p > 0,05).
8. Variabel religious coping memberikan sumbangan sebesar 0% terhadap
varians work-family conflict. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara
statistik karena nilai sig F Change = 0,861 (p > 0,05).
9. Variabel religious support memberikan sumbangan sebesar 0,1% terhadap
varians work-family conflict. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara
statistik karena nilai sig F Change = 0,614 (p > 0,05).
10. Variabel religious history memberikan sumbangan sebesar 8% terhadap
varians work-family conflict. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik
karena nilai sig F Change = 0,000 (p < 0,05).
11. Variabel commitment memberikan sumbangan sebesar 0,1% terhadap varians
work-family conflict. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik
karena nilai sig F Change = 0,670 (p > 0,05).
68
12. Variabel organizational religiousness memberikan sumbangan sebesar 3,9%
terhadap varians work-family conflict. Sumbangan tersebut signifikan secara
statistik karena nilai sig F Change = 0,007 (p < 0,05).
13. Variabel religious preference memberikan sumbangan sebesar 0,1% terhadap
varians work-family conflict. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara
statistik karena nilai sig F Change = 0,618 (p > 0,05).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat 13 variabel
independen, yaitu workload, daily spiritual experience, meaning, values, beliefs,
forgiveness, private religious practices, religious coping, religious support,
religious history, commitment, organizational religiousness, dan religious
preference yang mempengaruhi work-family conflict. Sumbangan atau pengaruh
varians terbesar berasal dari variabel daily spiritual experience, dilanjutkan
dengan variabel religious history, organizational religiousness, dan workload
yang berpengaruh secara signifikan, sedangkan variabel yang lain tidak signifikan.
69
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis mayor, terdapat pengaruh workload, religiusitas
(daily spiritual experience, meaning, values, beliefs, forgiveness, private religious
practices, religious coping, religious support, religious history, commitment,
organizational religiousness, dan religious preferences) terhadap work-family
conflict. Adapun dari hasil uji F dapat diketahui bahwa hipotesis nihil yang
menyatakan tidak ada pengauh dari seluruh variabel independen terhadap variabel
dependen ditolak. Kemudian, berdasarkan hasil uji hipotesis minor yang menguji
signifikan koefisien regresi dari masing-masing variabel yang telah dilakukan,
terdapat tiga variabel independen yang signifikan pengaruhnya terhadap work-
family conflict, yaitu workload, religious history, dan organizational
religiousness. Prediktor yang paling besar sumbangannya terhadap variabel
dependen adalah variabel religious history.
5.2 Diskusi
Hasil penelitian dari workload dan religiusitas menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap work-family conflict pada wanita bekerja. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, dari tiga belas variabel menunjukkan hanya ada
tiga variabel yang mempengaruhi work-family conflict secara signifikan. Variabel
tersebut yaitu workload, religious history, dan organizational religiousness.
70
Variabel workload memiliki pengaruh yang signifikan dengan arah
hubungan positif terhadap work-family conflict. Dari arah hubungan tersebut dapat
diartikan bahwa semakin tinggi workload maka semakin tinggi pula work-famly
conflict yang dialami pada karyawan wanita yang bekerja di rumah sakit,
begitupun sebaliknya. Wanita yang memiliki beban kerja yang tinggi dapat
mengakibatkan konflik yang terjadi pada pekerjaannya maupun pada keluarganya.
Sesuai dengan penelitian Illies, (2015) yang menyatakan bahwa beban
kerja memiliki pengaruh sangat kuatterhadap konflik terkait dengan work-family
conflict yang dialami oleh sampel penelitian.Wanita memiliki peran ganda sulit
membagi waktu untuk tugas dan bekerja dengan bersama keluarga yang kemudian
dapat berdampak kepada dirinya sendiri.Pengaruh dari beban kerja yang berlebih
dapat mengakibatkan beberapa hal, seperti kelelahan fisik dan habisnya energi,
kemudian perasaan bersalah yang cukup besar karena pekerjaan menyita waktu
sedangkan waktu bersama keluarga dan melayani suami kurang.
Selanjutnya, dimensi religious history dari variabel religiusitas, memiliki
pengaruh yang signifikan dengan arah hubungan negatif terhadap work-family
conflict. Dari arah hubungan tersebut dapat diartikan bahwa semakin rendah
religious history maka semakin tinggi pula work-family conflict yang dialami oleh
responden, begitu pun sebaliknya. Dapat diartikan bahwa,dari penelitian
inisemakin seseorang memiliki pengalaman religius yang baik maka akan semakin
mempengaruhi pekerjaan maupun keluarganya yang kemudian dapat
menimbulkan konflik pada dirinya sendiri.
71
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai religiusitas yang
diambil itu adalah nilai yang diperoleh pada masa kanak-kanak. Pengalaman
religius masa kanak-kanak sangat berkesan sehingga mempengaruhi dari work-
family conflict ketika seseorang itu telah dewasa dan memiliki keluarga.
Religiusitas yang dibentuk saat masih kecil dapat berpengaruh dan terbawa
sampai dewasa, karena penanaman dan pendalaman agama dapat membentuk
karakter yang baik kelak.
Kemudian dimensi organizational religiousness pada variabel religiusitas
memiliki arah hubungan yang negatif terhadap work-family conflict. Dari arah
hubungan tersebut menunjukkan bahwa semakin rendah organizational
religiousness maka semakin tinggi work-family conflict yang dialami pada wanita
yang bekerja di rumah sakit, begitu pun sebaliknya. Dapat diartikan bahwa dalam
penelitian ini, wanita yang cukup sering mengikuti dan kontribusi dalam kegiatan
agama di sebuah lembaga keagamaan dapat menurunkan atau tidak memunculkan
konflik pada pekerjaan maupun keluarganya.
Dari hasil penelitian ini, individu atau wanita yang memahami betul
pentingnya beramal dan rajin mengunjungi tempat ibadah untuk berdoa dan
kegiatan lainnya dapat meningkatkan religiusitasnya. Terutama pada wanita yang
sudah berkeluarga, dengan menerapkan kegiatan beramal atau beribadah secara
rutin dapat membuat hati menjadi tenang dan jangka panjangnya di kemudian hari
dapat meminimalisir konflik apabila terjadi masalah padarumah tangganya.
Dalam penelitian ini juga terdapat variabel-variabel yang tidak terbukti
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap work-family conflict. Variabel
72
tersebut antara lain daily spiritual experience, meaning, values, beliefs,
forgiveness, private religious practices, religious coping, religious support,
commitment, dan religious preference.
Dalam penelitian ini dimensi daily spiritual experience pada variabel
religiusitas tidak mempengaruhi work-family conflict secara signifikan. Salah satu
indikatordari daily spiritual experience adalah adanya rasa syukur dalam
kehidupan sehari-hari (Fetzer, 1999). Berdasarkan hasil pertanyaan terbuka, dalam
penelitian ini sekitar 32% responden menyatakan bahwa mereka merasa tertekan
dalam pekerjaannya. Kurangnya rasa syukur dalam kehidupan sehari-hari dapat
mempengaruhi kehidupan seseorang, yang kemudiandampak jangka panjangnya
ketika seseorang dalam masalah tidak ikhlas menghadapinya. Agama dapat
memberikan efek ketenangan dan kekuatan untuk menghadapi masalah.
Kemudian mendekatkan diri kepada Tuhan serta pasrah kepada Nya adalah cara
yang dapat meredakan konflik yang terjadi. Hal tersebut merupakan alasan daily
spriritual experience tidak mempengaruhi work-family conflict.
Kemudian dilihat dari hasil penelitian ini bahwa responden penelitian
terkesan kurang mendalami agamanya. Agama dikenalkan dan ditanamkan sejak
kecil dan kemudian hanya karena keturunan atau bawaan dari orang tua ketika
lahir. Agama atau religiusitas bukan sesuatu yang menjadi pedoman atau sebagai
pemandu kehidupan sesesorang, karena dianggap sebagai bawaan saja ketika
lahir. Agama diduga hanya bersifat tradisi dan menganut agama hanya
berdasarkan aturan dan norma yang berlaku di masyarakat bukan karena
pemahaman tentang agama itu sendiri.
73
Dalam kehidupan, agama bukanlah sesuatu yang dimaknai dan dihayati
bagi budaya orang Indonesia. Ini karenabudaya orang Indonesia memiliki banyak
pendudukyang memeluk agama dibanding yang tidak beragama, sehingga menjadi
hal yang dianggap harus dipenuhi agar sesuai dengan norma yang berlaku.
Sementara itu memaafkan antar sesama manusia dianggap hal yang mudah untuk
didapatkan. Dilihat dari jawaban responden dari kuisioner menyatakan bahwa
rendahnya perilaku memaafkan yang kemudian dapat diartikan tidak setiap orang
adalah orang yang pemaaf dan mudah memaafkan. Oleh karena itu, dari
pernyataan diatas menunjukkan bahwa variabel meaning, values, beliefs, dan
forgiveness, religious preference tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
work-family conflict.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dugaan responden kurang
mempraktikkan agama dalam kehidupannya. Agama bukanlah sesuatu yang
dipraktikkan dengan pemahaman, hanya sebatas tau dasarnya bukan memahami
secara mendalam. Dengan kurangnya paham dengan agama itu sendiri membuat
susahnya seorang individu melakukan coping religius pada dirinya sendiri.
Kemudian dukungan agama antar umat hanya sebatas formalitas dan sekedar
saling mengingatkan, bukan saling menguatkan untuk membentuk fondasi agama
yang lebih baik. Oleh karena itu, dari pernyataan diatas menunjukkan bahwa
variabel private religious practices, religious coping, dan religious support tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap work-family conflict.
Menurut Bruce (1996), religiusitas adalah meningkatkan komitmendengan
menumbuhkan budaya kepercayaan di dalam lingkungan pekerjaan (Ayo et.al,
74
2009). Dari komitmen dengan agama sendiri kemudian berdampak positif untuk
diri sendiri maupun lingkungan kerja. Oleh karena itu, dari penelitian ini tidak
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan commitment akan
berpengaruh secara signifikan dengan work-family conflict. Dapat diartikan
responden pada penelitian ini tidak melakukan komitmen yang sesungguhnya
dalam memeluk agama, sehingga efeknya tidak dirasakan pada tiap individu. Pada
penelitian ini, tingkat commitment yang tinggi tidak memiliki pengaruh yang
signifikan pada work-family conflict.
Berdasarkan hasil dari diskusi ini adalah menunjukkan bahwa variabel
dependen pada penelitian ini yaitu work-family conflict berada pada kategori
rendah. Artinya sebagian besar sampel penelitian memiliki tingkat work-family
conflict yang rendah. Dari hasil penelitian ini menyatakan bahwa sampel yang
diuji kurang atau bahkan tidak mengalami konflik yang terjadi pada pekerjaan
maupun keluarganya.
Selama proses menyelesaikan penelitian ini, penulis menyadari bahwa
terdapat kelebihan maupun kekurangan. Salah satu kelebihan yang terdapat dari
penelitian ini adalah tidak hanya menguji dari faktor internal saja, namun dilihat
pula dari faktor eksternalnya. Kemudian dapat terlihat seberapa besar
pengaruhnya kepada work-family conflict. Keterbatasan atau kekurangan dari
penelitian ini adalah sampel dari studi pendahuluan berbeda dengan sampel yang
diteliti dalam penelitian yang sebenarnya, karena keterbatasan penulis ketika
melakukan studi pendahuluan yang waktunya hanya satu minggu, sehingga
kurang optimal mencari sampel yang sesuai dengan penelitian yang akan
75
dilakukan. Penelitian ini juga hanya mencakup karyawan wanita yang hanya
bekerja dalam satu institusi saja, jadi populasi penelitian ini tidak dalam jumlah
yang besar.
5.3 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ini, peneliti sadar masih terdapat
banyak kekurangan dan keterbatasan. Maka dari itu, untuk penelitian di kemudian
hari peneliti menguraikan saran menjadi dua bagian, yaitu saran teorits dan saran
praktis sebagai pertimbangan dan penyempurnaan penelitian selanjutnya dengan
variabel dependen yang sama.
5.3.1 Saran teoritis
Bagi peneliti yang tertarik meneliti permasalahan yang sama, disarankan untuk :
1. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti lain dapat menambahkan
variabel lain selain variabel yang telah diteliti karena mempertimbangkan
hasil penelitian ini yang menemukan bahwa besar sumbangan variabel
independen terhadapwork-family conflict hanya sebesar 27,5% dan sisanya
72,5% dipengaruhi variabel diluar penelitian. Maka dapat ditambahkan
variabel lain seperti stres kerja dan kelelahan yang kemungkinan dapat
signifikan terhadap work-family conflict.
2. Dari fakta penelitian yang dilakukan bahwa tidak hanya sampel wanita saja
yang memungkinkan mengalami work-family conflict, melainkan sampel pria
yang bekerja dapat pula mengalami konflik yang sama. Untuk penelitian
selanjutnya di sarankan menggunakan sampel penelitian pria yang bekerja,
76
tidak hanya wanita bekerja. Kaum pria diduga mengalami work-family
conflict namun tingkatnya cenderung rendah.
5.3.2 Saran praktis
1. Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat sebagai masukan dan
dapat bermanfaat terhadap pihak RS Hermina Ciputat tempat dilakukannya
penelitian. Dengan hasil work-family conflict yang disebabkan oleh beban
kerja yang dialami karyawan, maka perusahaan dapat lebih memperhatikan
beban kerja. Dengan cara pembagian tugas yang jelas agar masing-masing
karyawan mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan tugasnya masing-
masing. Kemudian dengan memposisikan karyawan sesuai dengan
jabatannya, dan tidak double-job dalam melakukan pekerjaan. Upaya tersebut
kemungkinan dapat meminimalisir work-family conflict yang terjadi pada
karyawan.
2. Pada penelitian ini menggunakan variabel religiusitas yang dapat
mempengaruhi work-family conflict. Disarankan untuk karyawan wanita RS
Hermina Ciputat meningkatkan religiusitasnya agar lebih dekat kepada Tuhan
dan dapat mengurangi konflik yang terjadi. Kemudian tempat bekerja dapat
melakukan acara atau kegiatan-kegiatan yang beruhubungan dengan
keagamaan seperti acara charity yang diadakan rutin, serta kegiatan-kegiatan
lainnya. Sehingga dapat lebih efektif dalam kinerja di pekerjaannya maupun
keharmonisan dengan keluarganya.
77
DAFTAR PUSTAKA
Achour, M. & Boerhannoeddin, A. B. (2011). The role of religiosity as a coping strategy in coping with work-family conflict: the case of malaysian women in academia. International Journal of Social Science and Humanity, 1 (1).
Adekola, B. (2010). Interferences between work and family among male and female executives in Nigeria. African Journal of Business Management, 4(6), 1069-1077.
Ahmad, A. (2008). Job, family and individual factors as predictors of work-family conflict. Journal of Human Resource and Adult Learning, 4 (1), 57-65.
Allen, T. D., Herst, D. E. L., Bruck, C. S., & Sutton, M. (2000). Consequences associated with work-to-family conflict: a review and agenda for future research. Journal of Occupational Health Psychology, 5 (2), 278-308. DOI: 10.1037//1076-899B.5.2.278.
Alu, B. P. (2012). Religiusitas sebagai moderator antara konflik pekerjaan-keluarga dan kesejateraan karyawan. Tesis Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Aycan, Z. & Eskin, M. (2005). Relative contributions of childcare, spousal support, and organizational support in reducing work–family conflict for men and women: the case of turkey. Sex Roles, 53, 7/8. DOI: 10.1007/s11199-005-7134-8.
Ayo, H., Henry, A., & Adebukola, T. (2009). Pyschosocial variables of predictors of work-family conflict among secondary school teachers in irele local government area, Ondo State, Nigeria. Pakistan Journal Of Social Sciences, 6 (1), 11-18.
Badan Pusat Statistik, (2013). Persentase rumah tangga menurut provinsi, jenis kelamin krt yang bekerja, dan daerah tempat tinggal, 2009-2012. Diunduh pada 22 Januari 2017. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1606
Biddle, B.J., & Thomas, E. J. (1996). Role theory: Concept and research. New York: Willey.
Byron, K. (2005). A meta-analytic review of work–family conflict and its antecedents. Journal of Vocational Behavior, 67, 169–198.
Carlson, D., Kacmar, K. M., & Williams, L. (2000). Construction and initial validation of a multidimensional measure of work-family conflict. Journal of Vocational Behavior, 56, 249–276. http://dx.doi.org/10.1006/jvbe.1999.1713.
78
Colombo, L., & Ghislieri, C. (2008). The work-to-family conflict: Theories and measures. 15 (1), 35-55. University of Torino.
Dikkers, J. S. E., Geurts, S. A. E., Kompier, M. A. J., Taris, T. W., Houtman, I. L. D., & van den Heuvel, F. (2007). Does workload cause work-home interference or the other way around? Stress and Health, 23,303–314. http://dx.doi.org/10.1002/smi.1151.
Duxburry, L. & Higgins, C. (2001). Work-life balance in the new millennium: where are we? where do we need to go?. Canadian Policy Research Networks (12).
Faradina A. F., & Fajrianthi (2012). Konflik pekerjaan-keluarga dan coping pada single mothers. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi, 1 (2), 94-101.
Fetzer, J. E. (1999). Multidimensional measurement of religiousness, spirituality for use in health research (1st ed.). A Report of a National Working Group. Fetzer Institute, Kalamazoo, Mich.
Frone, M. R., Russell, M., & Cooper M. L. (1992). Antecedents and outcomes of work-family conflict: testing a model of the work-family interface. Journal of Applied Psychology, 77 (1), 65-78.
Glock, C.Y., & Stark, R. 1968. American piety: the nature of religious commitment. Berkeley : Universitas of California Press.
Greenhaus, J. H. & Beutell N. J. (1985). Sources of conflict between work and family roles. Academv of Management Review, 10 (1), 76-88.
Gudipati, S. & Pennathur, A. (2010). Workload assesment techniques for job design. Department of Industrial Engineering, University of Texas at El Paso.
Howard, W. G., Boles. J. S., & Donofrio, H. H. (2004). Inter-domain work-family conflict, family-work conflict, and police work satisfaction. Journal of Managerial Issues, 13, 376-390.
Huang, Y. H., Hammer, L. B., Neal, M. B., & Perrin, N. A. (2004). The relationship between work-to-family conflict and family-to-work conflict: a longitudinal study. Journal of Family and Economic Issues, 25(1), 79-100.
Ilies, R., Dimotakis, N., & De Pater, I. E. (2010). Psychological and physiological reactions to high workloads: Implications for well-being. Personnel Psychology, 63, 407–436. http://dx.doi.org/10.1111/j.1744-6570.2010.01175.x.
Ilies, R., Ryan, A. M., Huth, M., & Dimotakis, N. (2015). Explaining the links between workload, distress, and work–family conflict among school
79
employees: physical, cognitive, and emotional fatigue. Journal of Educational Psychology, 107 (4), 1136–1149. http://dx.doi.org/10.1037/edu0000029.
Ilies, R., Schwind, K. M., Wagner, D. T., Johnson, M. D., DeRue, D. S., & Ilgen, D. R. (2007). When can employees have a family life? The effects of daily workload and affect on work-family conflict and social behaviors at home. Journal of Applied Psychology, 92, 1368–1379. http://dx.doi.org/10.1037/0021-9010.92.5.1368.
Janssen, O. (2001). Fairness perceptions as a moderator in the curvilinear relationships between job demands, and job performance and job satisfaction. Academy Of Management Journal, 44(5), 1039-1050. doi:10.2307/3069447.
Jaya, H. (2016). Pengaruh religiusitas guru sma stella duce sebagai variabel moderator pada konflik pekerjaan-keluarga dengan kesejahteraan guru. Tesis Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Jusup, E. (2015). Wanita pekerja sangat dilindungi undang-undang. Diunduh pada 23 Januari 2017. http://www.kompasiana.com/erlinajusup/wanita-pekerja-sangat-dilindungi-undang-undang_550d80a68133115922b1e3c7.
Livingston, B. & Judge, T. (2008). Emotional responses to work-family conflict: An examination of gender role orientation among working men and women. Journal Of Applied Psychology, 93(1), 207-216. doi:10.1037/0021-9010.93.1.207.
Lundberg, U. & Frankenhaeuser, M. (1999). Stress and workload of men and women in high-ranking positions. Journal of Occupational Health Psychology, 4(2), 142-151.
Mesmer-Magnus, J. R. & Viswesvaran, C. (2005). Convergence between measures of work-to-family and family-to-work conflict: A meta-analytic examination. Journal of Vocational Behavior, 67, 215–232.
Munandar, A. S. (2001). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta : UI-Press.
Netemeyer, R., Boles, J., & McMurrian, R. (1996). Development and validation of work-family conflict and family-work conflict scales. Journal Of Applied Psychology, 81(4), 400-410. doi:10.1037//0021-9010.81.4.400.
Newcomb, T. M,. (1981). Psikologi sosial. Bandung: CV. Diponegoro. Noor, N. M. (2003). Work and family related variables, work-family conflict and
women’s well-being: Some observations. Community, Work & Family, 6, 297-319.
80
Nurmayanti, S., Thoyib, A., & Irawanto, D. (2014). Work family conflict: a review of female teachers in indonesia. International Journal Of Psychological Studies, 6(4). doi:10.5539/ijps.v6n4p134.
Schooreel, T. & Verbruggen, M (2015). Use of family-friendly work arrangements and work–family conflict: crossover effects in dual-earner couples. Journal of Occupational Health Psychology. http://dx.doi.org/10.1037/a0039669.
Schultz, D. P. & Schultz S. E. (2010). Psychology and work today: an introduction to industrial and organizational psychology. USA: Pearson.
Umar, J. (2013). Confirmatory factor analysis. Bahan ajar perkuliahan. Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
81
81
LAMPIRAN
82
Lampiran 1
Assalamualaikum, Wr. Wb.
Salam sejahtera saya ucapkan, semoga Anda selalu mendapatkan
perlindungan Tuhan YME sehingga dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan
baik. Saya Reva Harry Putra mahasiswa Program Sarjana Strata-1 (S1) Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang saat ini sedang melakukan penelitian
untuk penyelesaian skripsi mengenai konflik pekerjaan dan keluarga yang dialami
wanita pekerja.Peneliti mengharapkan kesediaan Anda untuk bisa berpartisipasi
dalam penelitian ini.
Silahkan Anda mengisi kuisioner ini dengan mengikuti petunjuk pengisian
yang diberikan dan TIDAK ADA JAWABAN SALAH dalam kuisioner ini, dan
diharapkan Anda mengisi jawaban sesuai dengan keadaan Anda saat ini. Data diri dan
semua jawaban Anda akan diolah secara general, bukan perorangan. Data dari
penelitian ini akan dijaga KERAHASIAAN nya dan hanya untuk kepentingan
penelitian. Atas partisipasi dan bantuannya peneliti ucapkan terima kasih.
Hormat peneliti,
Reva Harry Putra
83
IDENTITAS DIRI RESPONDEN
Nama / Inisial :
Usia :
Pekerjaan / Jabatan :
Suami bekerja : Ya / Tidak *
Lamanya waktu bekerja dalam sehari : jam
Jumlah Anak :
*lingkari salah satu
Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini dengan memberikan jawaban yang sejujur-jujurnya.
Responden,
(tanda tangan)
84
KUESIONER PENELITIAN
SKALA I
Petunjuk Pengisian: Pilihlah salah satu jawaban dari setiap pernyataan dengan cara memberi tanda checklist (√) pada kotak jawaban sesuai dengan yang paling menggambarkan diri Anda. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Adapun pilihan jawaban disajikan dalam bentuk rentang skala:
Sangat Tidak Setuju : STS Setuju : S
Tidak Setuju : TS Sangat Setuju : SS
Contoh:
No. Pernyataan Jawaban STS TS S SS
1. Saya merasakan konflik pada pekerjaan dan keluarga saya.
√
Artinya : Anda sangat setuju bahwa Anda merasakan konflik pada pekerjaan dan keluarga.
SKALA I
No. Pernyataan Jawaban
STS TS S SS 1. Pekerjaan saya menyita waktu lebih
daripada kegiatan bersama keluarga.
2. Ketika saya mengabdikan diri pada pekerjaan membuat tanggung jawab dan partisipasi saya kurang dalam rumah tangga.
3. Saya melewatkan kegiatan bersama keluarga karena waktu dihabiskan untuk bekerja.
4. Waktu yang saya habiskan untuk keluarga sering mengganggu tanggung jawab pada pekerjaan saya.
85
5. Waktu yang saya habiskan bersama keluarga menyebabkan tidak ada waktu di tempat kerja, yang kemudian berdampak pada karir saya.
6. Saya melewatkan kegiatan bekerja karena waktu dihabiskan untuk keluarga.
7. Ketika sepulang bekerja saya terlalu letih untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.
8. Saya sering merasa lelah secara emosional ketika pulang bekerja yang kemudian tidak ada waktu untuk saya bersama keluarga.
9. Karena semua tekanan di tempat kerja, kadang-kadang ketika pulang bekerja saya terlalu stres untuk melakukan hal-hal yang saya sukai di rumah.
10. Karena stres di rumah, saya sering disibukkan dengan urusan keluarga di tempat kerja.
11. Karena tanggung jawab keluarga, saya memiliki waktu yang cukup lama untuk berkonsentrasi di tempat kerja.
12. Kemarahan dan kecemasan dari permasalahan keluarga saya sering mengurangi kinerja saya pada pekerjaan.
13. Pemecahan masalah yang saya lakukan dalam pekerjaan saya tidak efektif untuk menyelesaikan masalah di rumah.
14. Perilaku yang efektif dan perlu bagi saya di tempat kerja akan menjadi tidak berlaku di rumah.
15. Perilaku yang membuat saya efektif di tempat kerja tidak membantu saya untuk menjadi orang tua yang lebih baik.
16. Perilaku yang saya lakukan di rumah tampaknya tidak efektif di tempat kerja.
86
17. Perilaku yang efektif dan perlu bagi saya di rumah akan menjadi tidak efektif di tempat kerja.
18. Pemecahan masalah yang biasa saya lakukan di rumah tampaknya tidak dapat dilakukan di tempat kerja.
SKALA II
Petunjuk Pengisian: Pilihlah salah satu jawaban dari setiappernyataan dengan cara memberi tanda checklist (√) pada kotak jawaban sesuai dengan yang paling menggambarkan diri Anda.Tidak ada jawaban yang benar atau salah.Adapun pilihan jawaban disajikan dalam bentuk rentang skala:
Sangat Tidak Setuju : STS Setuju : S
Tidak Setuju : TS Sangat Setuju : SS
Contoh :
No. Pernyataan Jawaban STS TS S SS
1 Saya memiliki beban kerja yang cukup banyak
√
Artinya : Anda setuju bahwa Anda memiliki beban kerja yang cukup banyak.
SKALA II
No. Pernyataan Jawaban
STS TS S SS 1. Pekerjaan saya mengharuskan saya bekerja
secara cepat.
2. Pekerjaan saya membutuhkan usaha yang keras.
3. Saya tidak diminta untuk melakukan jumlah pekerjaan yang berlebih.
4. Saya memiliki waktu yang cukup untuk menyelesaikan pekerjaan.
87
5. Saya bebas dari tuntutan masalah yang berasal dari orang lain.
6. Pekerjaan saya membutuhkan konsentrasi penuh.
7. Beberapa hal lain mengganggu tugas pekerjaan saya.
8. Pekerjaan saya menyibukkan saya.
9. Saya harus menunggu rekan kerja saya menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu.
SKALA III
Petunjuk Pengisian: Pilihlah salah satu jawaban dari setiappernyataan dengan cara memberi tanda checklist (√) pada kotak jawaban sesuai dengan yang paling menggambarkan diri Anda.Tidak ada jawaban yang benar atau salah.Adapun pilihan jawaban disajikan dalam bentuk rentang skala:
Sangat Tidak Setuju : STS Setuju : S
Tidak Setuju : TS Sangat Setuju : SS
Contoh:
No. Pernyataan Jawaban STS TS S SS
1. Saya memiliki spiritual yang tinggi. √ Artinya : Anda sangat setuju bahwa Anda memiliki spiritual yang tinggi.
SKALA III
No. Pernyataan Jawaban
STS TS S SS 1. Saya merasakan kehadiran Tuhan dalam
kehidupan.
2. Saya merasa bersyukur atas berkah yang telah diberikan Tuhan.
88
3. Saya merasa tersentuh secara rohani oleh keindahan ciptaan Tuhan.
4. Saya merasa bahagia ketika mengingat Tuhan yang kemudian membantu saya dari masalah sehari-hari.
5. Saya menemukan kekuatan serta kenyamanan dalam memeluk agama.
6. Saya merasakan kedamaian batin yang mendalam pada diri saya.
7. Saya meminta bantuan Tuhan dalam kegiatan sehari-hari.
8. Saya merasa Tuhan mengasihi saya secara langsung.
9. Saya ingin menjadi lebih dekat dengan Tuhan atau menyatu dengan-Nya.
10. Tanpa spiritualitas, kehidupan sehari-hari saya menjadi tidak berarti.
11. Ketika saya jauh dari Tuhan, saya merasa hidup ini menjadi sepi.
12. Ketika saya terputus dari dimensi spiritual dalam hidup ini, saya menjadi kehilangan tujuan.
13. Meskipun saya percaya pada nilai-nilai agama yang saya anut, banyak hal-hal lain yang lebih penting dalam hidup ini.
14. Agama mengajarkan saya mana yang baik dan mana yang buruk.
15. Saya percaya bahwa Tuhan selalu mengawasi saya.
16. Saya percaya ada kehidupan setelah kematian.
17. Saya sering berdoa secara pribadi di tempat ibadah.
18. Saya taat beribadah sewaktu kecil. 19. Orang tua saya kurang memberikan
pendidikan agama kepada saya sewaktu kecil.
89
20. Saya belajar dari kehidupan religius orang tua saya.
21. Saya sering melakukan kegiatan religi di tempat ibadah.
22. Saya sering menghadiri acara-acara tentang keagamaan.
23. Saya berusaha meluangkan waktu untuk datang ke tempat ibadah walaupun saya sibuk.
24. Saya berpikir tentang bagaimana kehidupan saya adalah bagian dari kekuatan spiritual yang besar.
25. Saya bersama Tuhan dalam melewati masa-masa sulit.
26. Saya mengingat Tuhan untuk kekuatan, dukungan, serta bimbingan dalam keadaan susah.
27. Saya telah memaafkan diri sendiri untuk hal-hal salah yang pernah saya lakukan dulu.
28. Saya telah memaafkan orang-orang yang pernah menyakiti saya.
29. Saya tau bahwa Tuhan pasti mengampuni saya.
30. Tanpa dasar agama, hidup saya menjadi tidak berarti.
31. Tuhan berperan dalam bagaimana saya memilih jalan dalam hidup.
32. Spiritualitas saya membantu menentukan tujuan hidup yang saya tetapkan untuk diri saya sendiri.
33. Saya merasa bahwa masalah merupakan cara Tuhan menghukum saya karena dosa-dosa atau kurangnya iman.
34. Saya berpikir bahwa Tuhan telah meninggalkan saya.
35. Saya mencoba untuk memahami situasi dan memutuskan apa yang harus dilakukan tanpa bergantung pada Tuhan.
90
36. Keluarga dan pasangan saya peduli dengan urusan agama saya.
37. Orang tua saya mendengarkan cerita saya tentang permasalahan agama saya.
38. Saya saling mengingatkan sesama umat beragama.
39. Saya menjadi pendengar yang baik ketika keluarga atau pasangan saya bercerita mengenai agama.
40. Saya sering menonton atau mendengarkan program keagamaan di TV atau media lain.
41. Saya sering membaca buku atau literatur tentang keagamaan.
42. Saya selalu berdoa sebelum melakukan aktivitas.
43. Saya berusaha untuk membawa agama saya ke dalam semua urusan dalam hidup.
44. Pengalaman spiritual saya membuat saya menjadi pribadi yang kurang baik.
45. Beberapa orang tidak menghormati saya ketika sedang melakukan ibadah.
46. Saya kurang mendapat dukungan ketika ingin menjalankan ibadah wajib saat sedang menjalankan aktivitas bersama keluarga atau pasangan.
47. Menurut saya beramal atau menyumbangkan sedikit uang ke tempat ibadah merupakan hal yang kurang penting.
48. Saya khawatir apabila Tuhan mengawasi saya ketika saya sedang berbuat dosa.
49. Saya menjalankan norma agama yang berlaku di kehidupan.
50. Ketika dihadapkan dengan peristiwa tidak menyenangkan, saya mencoba untuk mengingat Tuhan dan percaya bahwa Tuhan masih memperdulikan saya.
51. Saya merasa bahwa tidak peduli apa yang saya lakukan sekarang, saya tidak akan
91
menebus kesalahan yang saya buat di masa lalu.
52. Tujuan hidup saya tumbuh dari pemahaman agama saya.
53. Saya yakin dengan agama yang saya anut.
54. Saya memandang diri saya sebagai umat yang taat pada agama yang telah saya pilih sebagai pedoman hidup.
55. Saya bersungguh-sungguh menerapkan keimanan saya ke dalam aspek kehidupan.
56. Secara keseluruhan, saya merupakan orang yang memiliki tingkat religius yang tinggi.
SELESAI PASTIKAN TIDAK ADA JAWABAN YANG TERLEWATKAN
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA
81
81
92
81
Lampiran 3
Gambar 3.1 Path diagram Work-family conflict
93
Gambar 3.2 Path diagram Workload
Gambar 3.3 Path diagram Daily spiritual experience
94
Gambar 3.4 Path diagram Meaning
Gambar 3.5 Path diagram Values
95
Gambar 3.6 Path diagram Beliefs
Gambar 3.7 Path diagram Forgiveness
96
Gambar 3.8 Path diagram Private religious practices
Gambar 3.9 Path diagram Religious coping
97
Gambar 3.10 Path diagram Religious support
Gambar 3.11 Path diagram Religious history
98
Gambar 3.12 Path diagram Commitment
Gambar 3.13 Path diagram Organizational religiousness
99
Gambar 3.14 Path diagram Religious preference
100
Lampiran 4
SYNTAX UJI VALIDITAS WORK-FAMILY CONFLICT
UJI VALIDITAS WORK FAMILY CONFLICT DA NI=18 NO=156 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 PM SY FI=WFC.COR MO NX=18 NK=1 TD=SY LK WORK FAMILY CONFLICT FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 FR LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 LX 11 FR LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1 LX 15 1 LX 16 1 FR LX 17 1 LX 18 1 PD OU SS MI TV
SYNTAX UJI VALIDITAS
WORKLOAD
UJI VALIDITAS WORKLOAD DA NI=9 NO=156 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 PM SY FI=WL.COR MO NX=9 NK=1 TD=SY LK WORKLOAD FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 FR LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 PD OU SS MI TV
101
SYNTAX UJI VALIDITAS DAILY SPIRITUAL EXPERIENCE
UJI VALIDITAS DAILY SPIRITUAL EXPERIENCE DA NI=10 NO=156 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 PM SY FI=DSE.COR MO NX=10 NK=1 TD=SY LK DAILY SPIRITUAL EXPERIENCE FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 FR TD 8 7 TD 10 2 TD 8 1 TD 4 2 TD 7 1 TD 6 3 TD 8 5 TD 6 5 TD 10 6 TD 3 2 FR TD 7 5 TD 10 9 TD 9 6 TD 2 1 TD 8 6 TD 3 1 TD 10 8 TD 4 1 PD OU SS MI TV
SYNTAX UJI VALIDITAS MEANING
UJI VALIDITAS MEANING DA NI=6 NO=156 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=MEANING.COR MO NX=6 NK=1 TD=SY LK MEANING FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 FR TD 6 3 TD 2 1 TD 5 4 PD OU SS MI TV
102
SYNTAX UJI VALIDITAS VALUES
UJI VALIDITAS VALUES DA NI=4 NO=156 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 PM SY FI=VALUES.COR MO NX=4 NK=1 TD=SY LK VALUES FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 PD OU SS MI TV
SYNTAX UJI VALIDITAS BELIEFS
UJI VALIDITAS BELIEFS DA NI=4 NO=156 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 PM SY FI=BELIEFS.COR MO NX=4 NK=1 LK BELIEFS FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 PD OU SS MI TV
103
SYNTAX UJI VALIDITAS FORGIVENESS
UJI VALIDITAS FORGIVENESS DA NI=3 NO=156 MA=PM LA X1 X2 X3 PM SY FI=FORGIVENESS.COR MO NX=3 NK=1 LK FORGIVENESS FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 PD OU SS MI TV
SYNTAX UJI VALIDITAS PRIVATE RELIGIOUS PRACTICES
UJI VALIDITAS PRIVATE RELIGIOUS PRACTICES DA NI=4 NO=156 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 PM SY FI=PRP.COR MO NX=4 NK=1 TD=SY LK PRIVATE RELIGIOUS PRACTICES FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 FR TD 4 1 TD 2 1 PD OU SS MI TV
104
SYNTAX UJI VALIDITAS RELIGIOUS COPING
UJI VALIDITAS RELIGIOUS COPING DA NI=6 NO=156 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=RC.COR MO NX=6 NK=1 TD=SY LK RELIGIOUS COPING FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 FR TD 6 5 TD 5 1 TD 5 4 TD 4 1 PD OU SS MI TV
SYNTAX UJI VALIDITAS RELIGIOUS SUPPORT
UJI VALIDITAS RELIGIOUS SUPPORT DA NI=6 NO=156 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=RS.COR MO NX=6 NK=1 TD=SY LK RELIGIOUS SUPPORT FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 FR TD 6 5 TD 2 1 TD 6 2 TD 5 3 TD 5 1 TD 6 4 PD OU SS MI TV
105
SYNTAX UJI VALIDITAS RELIGIOUS HISTORY
UJI VALIDITAS RELIGIOUS HISTORY DA NI=4 NO=156 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 PM SY FI=RH.COR MO NX=4 NK=1 TD=SY LK RELIGIOUS HISTORY FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 FR TD 3 1 PD OU SS MI TV
SYNTAX UJI VALIDITAS COMMITMENT
UJI VALIDITAS COMMITMENT DA NI=3 NO=156 MA=PM LA X1 X2 X3 PM SY FI=COMIT.COR MO NX=3 NK=1 TD=SY LK COMMITMENT FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 PD OU SS MI TV
106
SYNTAX UJI VALIDITAS ORGANIZATIONAL RELIGIOUSNESS
UJI VALIDITAS ORGANIZATIONAL RELIGIOUSNESS DA NI=3 NO=156 MA=PM LA X1 X2 X3 PM SY FI=OR.COR MO NX=3 NK=1 LK ORGANIZATIONAL RELIGIOUSNESS FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 PD OU SS MI TV
SYNTAX UJI VALIDITAS RELIGIOUS PREFERENCE
UJI VALIDITAS RELIGIOUS PREFERENCE DA NI=3 NO=156 MA=PM LA X1 X2 X3 PM SY FI=RP.COR MO NX=3 NK=1 TD=SY LK RELIGIOUS PREFERENCE FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 PD OU SS MI TV
107
Lampiran 5 Blueprint lengkap skala Work-family conflict
Dimensi Indikator No. Item Contoh Item Time-based
conflict • Waktu untuk pekerjaan
mengurangi waktu untuk keluarga
• Waktu untuk keluarga mengganggu pekerjaan
1, 2, 3, 4, 5,6 • Saya melewatkan kegiatan bersama keluarga karena waktu duhabiskan untuk bekerja
Strain-based conflict
• Tekanan dari pekerjaan mempengaruhi peran keluarga
• Keluarga menekan pekerjaan
7, 8, 9, 10, 11, 12
• Karena stres di rumah, saya sering disibukkan dengan urusan keluarga di tempat kerja
Behavior-based conflict
• Pola perilaku pada pekerjaan mempengaruhi peran keluarga
• Perilaku tidak efektif di tempat kerja
13, 14, 15, 16, 17, 18
• Pemecahan masalah yang biasa saya lakukan di rumah tampaknya tidak dapat dilakukan di tempat kerja
Total 18 Blueprint lengkap skala Workload
Dimensi Indikator No. Item Contoh Item Workload • Mengerjakan pekerjaan
berdasarkan waktu 1, 4*
• Pekerjaan saya
mengharuskan saya bekerja secara cepat
• Mengerjakan beban kerja berlebih dan usaha yang keras
2, 3*
• Tuntutan masalah pekerjaan
5*
• Pekerjaan membutuhkan konsentrasi
6
• Tugas pekerjaan terganggu
7*
• Pekerjaan yang menyibukkan
8
• Menunggu rekan lain menyelesaikan pekerjaannya
9
Total 9
108
Blueprint lengkap skala Religiusitas
Dimensi Indikator No. Item Contoh Item Daily spiritual
experience • Adanya koneksi
dengan Tuhan 1
• Saya meminta bantuan Tuhan dalam kegiatan sehari-hari
• Keterlibatan Tuhan dalam kegiatan sehari-hari
4, 7, 8, 9, 10*
• Perasaan kagum dan rasa syukur
2, 3
• Kenyamanan dan kedamaian memeluk agama
5,6
Meaning • Makna spiritual bagi kehidupan
12*, 32, 51*
• Ketika saya terputus dari dimensi spiritual dalam hidup ini, saya menjadi kehilangan tujuan
• Memiliki tujuan hidup melalui agama
11*, 30*, 31
Values • Nilai-nilai yang dianut dalam agama
13*, 14, 49, 52 • Agama mengajarkan saya mana yang baik dan mana yang buruk
Beliefs • Percaya bahwa Tuhan
selalu mengawasi 15, 48* • Saya percaya bahwa
Tuhan selalu mengawasi saya
• Percaya tentang kehidupan setelah kematian
16
• Percaya bahwa Tuhan mencintai umatnya
50
Forgiveness • Memaafkan diri sendiri 27 • Saya telah memaafkan orang-orang yang pernah menyakiti saya
• Memaafkan kesalahan orang lain
28
• Mengetahui bahwa Tuhan Maha Pengampun
29
Private religious practices
• Mempraktikkan agama dalam kehidupan
17, 40, 41, 42 • Saya selalu berdoa sebelum melakukan aktivitas
109
Dimensi Indikator No. Item Contoh Item Religious coping • Coping positif 24,25,26
• Saya mengingat
Tuhan untuk kekuatan, dukungan, serta bimbingan dalam keadaan susah
• Coping negatif 33*, 34*, 35* Religious support • Dukungan spiritual
dari orang terdekat 36, 37, 39, 46*
• Saya saling
mengingatkan sesama umat beragama
• Dukungan spiritual dari sesama umat beragama
38, 45*
Religious history • Taat agama sejak kecil 18 • Saya taat beribadah sewaktu kecil
• Pengalaman religius mengubah pribadi
44*
Commitment • Komitmen terhadap agama yang dianut
43, 47*, 55 • Saya berusahauntuk membawa agama saya ke dalam semua urusan dalam hidup
Organizational religiousness
• Melakukan kegiatan/acara yang berhubungan dengan agama
21, 22, 23
• Saya sering melakukan kegiatan religi di tempat ibadah
Religious preference
• Pilihan agama yang dianut
53, 54, 56 • Saya yakin dengan agama yang saya anut
Total 56