Post on 04-Nov-2021
7
Pengaruh Permainan Lego Konstruktif Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada
Anak Prasekolah Di TK-IT At Taqwa II
Eko Winarti1, Putri Wahyu W.
Dosen Program Studi DIV Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri
Jalan Selomangleng No.1 Kota Kediri, Jawa Timur
ABSTRAK
Usia prasekolah merupakan periode atau masa keemasan dalam proses perkembangan.
Salah satu parameter perkembangan adalah motorik halus. Kemampuan motorik halus
dipengaruhi oleh intensitas belajar dan berlatih dari masing-masing anak, misalnya,
kemampuan memindahkan benda dari tangan, mewarnai, menyusun balok (salah satunya
lego), menulis, menggambar dan sebagainya. Maka dari itu diperlukannya stimulasi seperti
permainan lego yang berguna untuk merangsang perkembangan motorik anak. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh permainan lego konstruktif terhadap
perkembangan motorik halus anak prasekolah di TK IT AT-TAQWA II II kabupaten
Tulungagung tahun 2015.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra eksperimental dengan
rancangan one group pretest-postest. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 32 orang
dengan menggunakan simple random sampling. Sampel akhir dalam penelitian sejumlah 22
orang. Variabel dalam penelitian ini yaitu pengaruh permainan lego konstruktif terhadap
perkembangan motorik halus anak prasekolah. Data analisis dengan uji statistik wilcoxon
sign rank test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motorik halus sebelum diberi permainan lego
konstruktif yaitu sebanyak 4.5% anak mengalami penyimpangan, 50% anak meragukan, dan
45.5% sesuai, sedangkan setelah intervensi data menunjukkan 4.5% anak kategori motorik
halus menyimpang, 22.7 % anak memiliki motorik halus meragukan dan 72.7 % anak
kategori sesuai.
Berdasarkan pengolahan data melalui SPSS didapatkan bahwa p value(0,014) < α(0,05)
yang berarti H0 ditolak. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa ada pengaruh yang
kuat antara motorik halus sebelum dan sesudah diberikan permainan lego pada anak
prasekolah usia 4-6 tahun di TK IT AT-TAQWA II II Kabupaten Tulungagung Tahun 2015.
Dari hasil diketahui Permainan lego konstruktif memengaruhi perkembangan motorik
halus, sehingga perlu dilakukannya stimulasi-stimulasi seperti permainan lego untuk
merangsang perkembangan motorik halus anak.
Kata kunci : permainan lego konstruktif, perkembangan motorik halus, anak prasekolah
8
PENDAHULUAN
Sesuai dengan Target Pembangunan
Milenium atau Millenium Development Goals
(MDGs), angka kejadian penyimpangan
pertumbuhan dan perkembangan anak adalah
5%. Perkembangan pada anak dapat terjadi
perubahan bentuk dan fungsi pematangan
organ, dalam hal ini menyangkut perkembangan
motorik halus, kasar, bahasa dan psikososial.
Menurut Hurlock (2010), menyebutkan bahwa
perkembangan merupakan hasil proses
kematangan dan belajar. Dalam perkembangan
anak terdapat suatu peristiwa yang dialaminya
yaitu masa percepatan dan perlambatan. Masa
tersebut akan berlainan dalam satu organ tubuh.
Percepatan dan perlambatan tersebut
merupakan suatu kejadian yang berbeda dalam
setiap organ tubuh akan tetapi saling
berhubungan satu dengan yang lain.
Perkembangan motorik merupakan salah
satu faktor yang sangat penting dalam
perkembangan individu secara keseluruhan.
Setiap periode usia akan menjadikan
keterampilan anak bertambah (Solehudin,
2008). Gerakan motorik halus merupakan aspek
yang berhubungan dengan kemampuan anak
untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan
yang melibatkan bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan oleh otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat (Soetjianingsih, 2007).
Proses tumbuh kembang kemampuan motorik
halus dapat terlihat melalui berbagai gerakan
dan permaian yang dapat dilakukan (Heineman,
2010).
Salah satu cara agar anak dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik adalah anak perlu
memperoleh kesempatan untuk bermain.
Bermain merupakan kebutuhan anak yang harus
dilakukan untuk memperoleh kesenangan dan
pengalaman (Ngastiyah, 2009). Bagi anak
Korespondensi penulis.
Alamat E-mail: puthree.2806@gmal.com
bermain merupakan seluruh aktifitas dan
metode bagaimana mereka mengenal dunia.
Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi
merupakan kebutuhan anak seperti halnya
makan, perawatan dan cinta kasih. Kebanyakan
orang tua mempunyai ide tertentu dalam
pengelolaan bermain, anak memerlukan
berbagai variasi permainan untuk kesehatan
fisik, mental dan perkembangan emosinya
(Soetjianingsih, 2007).
Berdasarkan dari hasil survei pendahuluan
yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari
2015 di TK-IT AT Taqwa dari 12 anak usia
prasekolah terdapat 6 anak (50%) memiliki
perkembangan motorik halus lebih, 4 anak
(33,3%) memiliki perkembangan motorik halus
peringatan, dan 2 anak (16,7%) lainnya
mengalami mengalami perkembagan motorik
halus keterlambatan. Hal ini menunjukkan
bahwa kurangnya antara koordinasi mata,
tangan dan kemampuan pengendalian gerak
yang bisa menyebabkan terjadinya
keterlambatan motorik halus (Hasil survei
lapangan, 2015).
Angka kejadian keterlambatan
perkembangan motorik halus pada anak dapat
disebabkan oleh berbagai faktor. Secara teoritis
dapat disebabkan oleh faktor genetik (berbagai
faktor bawaan normal dan patologik, jenis
kelamin, suku bangsa atau bangsa) maupun
faktor lingkungan (faktor prenatal dan faktor
postnatal). Faktor lingkungan merupakan faktor
yang memegang peranan penting dalam
menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang
sudah dimiliki. Hal ini diperlukan latihan yang
dilakukan secara terus menerus dan dilakukan
sejak dini. Latihan atau stimulasi dini
tergantung dari orang disekitarnya atau orang
tuanya (Soetjiningsih, 2007).
Upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak
adalah dengan memberikan stimulasi dari luar
seperti memberikan permainan edukatif yang
dapat memicu peningkatan perkembangan
9
motorik halus dan kreatifitas anak seperti
memberikan permainan lego konstruktif.
Sehingga diharapkan anak dapat membuat
sesuatu hal yang baru yang memberikan nilai
seni sesuai dengan ide yang dimilikinya.
Permainan lego konstruktif merupakan
alat permainan yang dapat merangsang
perkembangan motorik halus, karena untuk
menjadi sebuah konstruksi anak harus
memasang setiap kepingan lego. Melalui
memasang setiap kepingan lego, anak dituntut
untuk dapat mengkoordinasikan berbagai unsur
yang menentukan seperti otot, syaraf dan otak.
Apabila dilatih secara intensif, unsur tersebut
akan melaksanakan peranannya secara interaksi
positif untuk mencapai koordinasi yang
sempurna (Andreiwongso, 2007).
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti
tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh
Permainan Lego Konstruktif Terhadap
Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Pra
Sekolah di TK-IT AT Taqwa II Kabupaten
Tulungagung Tahun 2015 ” .
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian pre
eksperimen dengan non randomized one group
pretest-postest design yang dilaksanakan di TK-
IT AT Taqwa II Kabupaten Tulungagung pada
April 2015, dengan sampel 22 anak yang dipilih
dengan teknik simple random sampling. Bahan
penelitian menggunakan permainan lego,
kemudian peneliti mengobservasi
perkembangan motorik halus kepada responden,
menilai satu per satu dengan KPSP,
menggunakan ceklist. Analisis data dilakukan
secara bivariat menggunakan uji Wilcoxon dan
taraf signifikansi (α) 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1
Distribusi Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
anak prasekolah di TK IT –AT TAQWA Tulungagung
Jenis kelamin Frekuensi Persentase
(%)
Laki-laki 12 54,5
Perempuan 10 45,5
Total 22 100 %
Tabel 2
Distribusi Frekuensi responden berdasarkan usia anak
prasekolah di TK IT –AT TAQWA Tulungagung
usia Frekuensi Persentase
(%)
42-47 bulan 1 4.5
48-53 bulan 2 9.1
54-59 bulan 6 27.3
60-65 bulan 7 31.8
66-71 bulan 4 18.2
72 bulan 2 9.1
Total 22 100 %
Tabel 3
Distribusi Frekuensi responden berdasarkan urutan anak di
TK IT –AT TAQWA Tulungagung
Anak ke Frekuensi Persentase
(%)
1 5 22.7
2 12 54.5
≥3 5 22.7
Total 22 100 %
Tabel 4
Distribusi Frekuensi responden berdasarkan usia ibu di TK
IT –AT TAQWA Tulungagung
Usia ibu Frekuensi Persentase
(%)
<20 tahun 0 0
20-35 tahun 14 63.6
>35 tahun 8 36.4
Total 22 100 %
10
Tabel 5
Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ibu
di TK IT –AT TAQWA Tulungagung
usia Frekuensi Persentase
(%)
42-47 bulan 1 4.5
48-53 bulan 2 9.1
54-59 bulan 6 27.3
60-65 bulan 7 31.8
66-71 bulan 4 18.2
72 bulan 2 9.1
Total 22 100 %
Tabel 6
Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pendidikan
terakhir ibu TK IT –AT TAQWA Tulungagung
Pendidikan ibu Frekuensi Persentase
(%)
SD/SMP 19 86.4
SMA 3 13.6
D3/SI 0 0
Total 22 100 %
Tabel 7
Distribusi Frekuensi perkembangan motorik halus anak
prasekolah sebelum diberikan permainan Lego Konstruktif
di TK IT –AT TAQWA Tulungagung
Perkembangan Frekuensi Persentase
(%)
Penyimpangan 1 4.5
Meragukan 11 50
sesuai 10 45.5
Total 22 100 %
Tabel 8
Distribusi Frekuensi perkembangan motorik halus anak
prasekolah sesudah diberikan permainan Lego Konstruktif
di TK IT –AT TAQWA Tulungagung
Perkembangan Frekuensi Persentase
(%)
Penyimpangan 1 4.5
Meragukan 5 22.7
sesuai 16 72.7
Total 22 100 %
Tabel 9
Tabulas silang perkembangan motorik halus anak sebelum
dan sesudah diberikan permainan Lego Konstruktif di TK
IT –AT TAQWA Tulungagung
Perkembangan Sebelum Sesudah
F % F %
Penyimpangan 1 4.5 1 4.5
Meragukan 11 50 5 22.7
sesuai 10 45.5 16 72.7
Total 22 100 % 22 100 %
Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 22
responden yang ada sebelum diberi permainan
lego didapatkan hasil yaitu 11 anak (50%)
memiliki perkembangan motorik halus
meragukan, 10 anak (45.5%) memiliki
perkembangan motorik halus yang sesuai dan 1
anak (4.5%) memiliki perkembangan motorik
halus menyimpang. Sedangkan sesudah diberi
permainan lego didapatkan hasil yaitu 16 anak
(72.7%) memiliki perkembangan motorik halus
sesuai, 5 anak (22.7%) memiliki perkembangan
motorik halus yang meragukan dan 1 anak
(4.5%) memiliki perkembangan motorik halus
menyimpang.
Rumini (2004). mengatakan
perkembangan motorik halus adalah
kemampuan untuk mengamati sesuatu dan
melakukan gerakan yang melibatkan bagian
tubuh tertentu dan otot – otot kecil yang
memerlukan koordinasi secara cermat serta
tidak memerlukan bvanyak tenaga. Sedangkan
menurut isbell (2010), menyusun karya seni
Lego akan banyak bermain kepekaan rasa dan
kreativitas dalam menentukan tema, mengatur
area penataan, memilih warna dan membentuk
potongan lego sesuai denfgan kreasi dan
imajinasi anak. Hal itulah yang sesungguhnya
mengasyikkan karena dapat dilakukan dengan
mencoba dan sangat mudah dilakukan karena
tidak memerlukan banyak tenaga.
Dalam hasil penelitian yang dilakukan
peneliti di TK IT AT-TAQWA menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang cukup baik dari
pemberian permainan lego konstruktif terhadap
11
perkembangan motorik halus anak prasekolah
sehingga terjadi peningkatan perkembangan
motorik halus. Karena permaianan lego adalah
permainan yang bersifat skill play maka
semakin sering permainan ini dilakukan akan
semakin baik pula untuk melatih imajinasi anak
dan juga melatih gerakan motorik halus anak.
KESIMPULAN
Pada penelitian ini didapatkan bahwa
ada pengaruh permainan lego konstruktif
terhadap perkembangan motorik halus anak
prasekolah
Di TK-IT AT Taqwa II Kabupaten
Tulungagung dengan hasil nilai ρ = 0.014 dan
kepercayaan 95% (ɑ=0.05) dapat dikatakan
bahwa ρ < ɑ , sehingga H0 ditolak H1 diterima.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada
TK-IT AT Taqwa II Kabupaten Tulungagung
yang menjadi tempat penelitian, serta para
responden yang telah berpartisipasi dalam
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Andriewongso. (2007). Tahukah Anda Lego.
[Internet] 17 Mei 2007. Bersumber dari:
http://www.Andriewongso.com/Lego.
[Diakses pada tanggal: 3 Januari 2015].
Arikunto, Suharsimi. (2008). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Yogya: Rineka Cipta.
Aviati, E. (2003). Permainan yang Mengasah
Keterampilan. Bersumber dari: http://
www.psikologiforall.com. [Diakses pada
tanggal: 3 Januari 2015].
Baharudin. (2009). Perkembangan Anak Usia
Dini. Bandung: Pustaka Setia.
Depkes RI. (2009). Buku Deteksi Dini Tumbuh
Kembang Balita. Jakarta : Depkes RI.
. (2010). Pedoman Pelaksanaan
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di Tingkat
Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta :
DepKes RI Direktorat Jenderal PPM &
PLP.
Dinkes Jatim. (2010). Deteksi Dini Tanda dan
Gejala Penyimpangan Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak. Surabaya: Dinkes
Jatim & Kalbe Nutritional.
Eveline dan Nanang, D. (2010). Panduan
Pintar Merawat Bayi dan Balita. Jakarta:
PT Wahyu Media.
Gunarsa. (2010). Psikologi Perawatan Praktis:
Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta:
Gunung Mulya.
Heineman. (2010). Kumpulan Pedoman
Pembelajaran Taman Kanak-Kanak.
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
: PT Bina Pustaka.
Hurlock. (2010). Psikologi Perkembangan
Cetakan Kedelapan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
IDAI. (2010). Deteksi Dini Tanda dan Gejala
Penyimpangan Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak. Surabaya : Dinkes
Jatim & Kalbe Nutritional
Isbell, Christy. (2010). Everyday play: Fine
motor activities for young children.
Columbia Pike: Gryphon House.
Kelly James. (2007). Lego Mindstorms NXT-G
Programming Guide.APRES
Lau, Douglas. (2009). NXT_python,
http://home.comcast.net/~dplau/nxt_pytho
n. [Diakses pada tanggal: 3 Januari 2015].
Liana, Linda. (2012). Hubungan Antara Pola
Asuh dan Status Sosial Ekonomi Keluarga
dengan Perkembangan Sosial Pada Anak
Prasekolah di PAUD Aisyiyah Kecamatan
Panji Kabupaten Situbondo Tahun 2012.
Kediri: Perpustakaan FIK Unik.
Moersintowati. (2008). Perkembangan Anak
Usia Prasekolah. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Ngastiyah. (2009). Perawatan Anak sakit. Edisi
2. Jakarta : EGC
Notoadjmojo, Soekidjo. (2010). Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Potter, Patricia A., dan Perry, Anne Griffin.
(2009). Buku Ajar Fundamental
12
Keperawatan Buku 1 Volume 7. Jakarta:
EGC.
Pramudian, Dadan Gumbira. 2008. Bermain
Lego. Bersumber dari :
http://www.maribermainlego.co.id
[Diakses pada tanggal: 3 Januari 2015].
Rumini S, Sundari S. (2004). Perkembangan
Anak Dan Remaja. Jakarta : Rineka Cipta
Rusmil dan Sudrajat. (2008). Pertumbuhan dan
Perkembangan. Jakarta: EGC.
Santrock, john. (2007). Perkembangan anak.
Jakarta : Erlangga
Siti Aisyah, dkk. (2010). Pendidikan Anak Usia
Dini. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Soetjiningsih. (2007). Tumbuh Kembang Anak.
Jakarta : EGC.
Solehuddin, M. (2008). Konsep Dasar
Pendidikan Prasekolah. Bandung : UPI
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Sujiono, Bambang. (2008). Metode
Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas
Terbuka
Vieira. Mestre, (2009). nxt-python. USA :
Prentice Hall Inc
Yulianti, Dwi. (2010). Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Andi Offset