Post on 04-Mar-2018
0
PENGARUH BEKATUL MERAH TERHADAP KADAR ASAM
URAT PADA PASIEN DENGAN GOUT DI PANTI
WREDHA DHARMA BHAKTI KASIH
SURAKARTA
SKRIPSI “Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh:
Aryn Wahyu Setyo Ningrum
NIM S1.0002
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Asam urat telah dikenal sejak abad kelimasebelum masehi(SM), penyakit
asam urat adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebutkan salah satu
jenis penyakit rematik artikuler, namun sampai sekarang belum juga ditemukan
obat yang efektif untuk menyembuhkan penyakit ini (Ariyanti et al
2007).Asam urat merupakan asam lemah yang didistribusikan melalui cairan
ekstraseslular yang disebut sodium urat.Jumlah asam urat dalam darah
dipengaruhi oleh intake purin, biosintesis asam urat dalam tubuh, dan
banyaknya ekskresi asam urat (Kutzing &Firestein2008).
Asam urat merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai pada
laki-laki usia antara 30-40 tahun, sedangkan pada wanita umur 55-70 tahun,
insiden wanita jarang kecuali setelah menopause (Tjoroprawiro 2007). Salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi asam urat adalah makanan yang
dikonsumsi, umumnya makanan yang tidak seimbang (yaitu asupan protein
yang mengandung purin terlalu tinggi) (Utami 2009).Perputaran purin terjadi
secara terus menerus seiring dengan sintesis dan penguraian Ribonucleic
acid(RNA) dan Deoxyribonucleic acid(DNA), sehingga walaupun tidak ada
asupan purin, tetap terbentuk asam urat dalam jumlah yang substansial(Sacher
2004).
2
Prevalensi asam urat di Amerika Serikat meningkat dua kali lipat dalam
populasi lebih dari 75 tahun antara 1990 dan 1999, dari 21 per 1000 menjadi 41
per 1000. Dalam studi kedua, prevalensi asam urat pada populasi orang dewasa
inggris diperkirakan 1,4% dengan puncak lebih dari 7% pada pria berusia 75
tahun (Alexander 2010 dalam Diantari 2013).Di Taiwan pada tahun 2005-
2008menunjukan peningkatan kejadian hiperurisemia pada lansia wanita
sebesar 19,7% dan prevalensi asam urat pada lansia wanita sebesar 2,33%
(Diantari & Aryu 2013).Di Jawa Tenggah atas kerjasama World Health
Organization (WHO) terdapat 4.683 sampel berusia antara 15-45 tahun
didapatkan bahwa prevalensi asam urat pada wanita sebesar 11,7% (Diantari &
Candra2013).
Purinadalahsalah satu zat yang ada didalam sel. Purin juga dihasilan dari
hasil peruskan sel-sel tubuh yang terjdi secara normal atau arena penyait
tertentu( Hidayat 2007).
Bekatul merah adalah hasil samping proses penggilingan padi yang
berasal dari lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi
berwarnacoklat(Sukma et al 2010). Bekatul merah memiliki kandungan
protein, lemak, karbohidrat, moisture, serat kasar, mineral, fosfor, kalsium,
kalium, magnesium, natrium, besi, zinc, tembaga, selenium, vitamin B¹,
vitamin B², vitamin E, asam hikotin, flavonoids (Xia et al 2003). Bekatul
merah mengandung flavonoid dan anthocyanin yang mempunyai efek
hipourisemik sebagai penurun kadar asam urat dalam darah(Utami 2010).
3
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan melakukan
pengecekkan asam urat pada lansia di Panti Werdha Bhakti Kasih Kadipiro
Banjarsari Surakarta didapatkan data dari 7 orang lansia terdapat 2 orang lansia
yang terkena asam urat. Lansia mengeluh pegal-pegal di kaki. Hal ini
dikarenakan di panti tersebut tidak ada perbedaan diet pada lansia, karena tidak
ada tenaga kerja gizi yang ada di panti tersebut.
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang didapat dari lebih lanjut
mengenai pengaruhbekatul merah terhadap kadar asam urat pada pasien
dengan gout.
1.2 Rumusan masalah
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dari masalah yang
didapatkan dilatar belakang, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian
ini adalah adakah pengaruhbekatul merah terhadap kadar asam urat pada pasien
dengan gout di Panti Werdha Bhakti Kasih Kadipiro Banjarsari Surakarta.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum :
Untuk mengetahui adakah pengaruh bekatul merah terhadap
kadar asam urat pada pasien dengan gout.
1.3.2 Tujuan khusus :
1. Untuk mengetahui karakteristik lansia.
2. Untuk mengetahui kadar asam urat sebelum perlakuan.
4
3. Untuk mengetahui kadar asam urat setelah perlakuan.
4. Untuk mengetahui perbedaan kadar asam urat sebelum dan
sesudah perlakuan.
1.4 Manfaat penelitian :
1.4.1 Manfaat bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya penderita
gout, mengenai pengaruhbekatul merah untuk menurunkan kadar asam
urat di dalam tubuh.
1.4.2 Manfaatbagi institusi pendidikan
Dengan adanya penelitian ini dapatdigunakan oleh
institusipendidikan gizi untukkesehatan pengobatan asam urat.
1.4.3 Manfaatbagi peneliti
Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dari hasil yang telah
dilakukan.
1.4.4 Manfaat bagi peneliti lain
Untuk peneliti lain dapat mengembangkan penelitian ini dengan
variabel lain misalnya: bekatul putih dan bekatul yang terbuat dari
gandum.
5
1.5 Keaslian penelitian
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
Nama Judul penelitian Metode Hasil
Evi
Diantari,Ary
ucandra,
2013.
Pengaruh asupan
purin dan cairan
terhadap kadar asam
urat wanita usia 50-
60 tahun di
Kecamatan Gajah
Mungkur, Semarang.
Observasional Kadar asam urat
sebagian besar
subjek (95%)
termasuk dalam
katagori normal.
Sebanyak 82,5%
asupan purin
subjek rendah,
yaitu < 500
mg/hari dan juga
85% asupan
cairan subjek
cukup, yaitu ≥
1500 ml/hari.
Hasil uji statistik
menunjukan tidak
ada pengaruh
antara cairan
dengan kadar
asam urat
(p>0,05) dan ada
pengaruh positif
asupan purin
terhadap kadar
asam urat
(p<0,05).
Rina
Ariyanti,
Nurcahyanti
Wahyuningty
as, Arifah Sri
Wahyuni,
2007.
Pengaruh pemberian
infusa daun salam
(Eugenia polyantha
Wight) terhadap
penurunankadar
asam uratdarah
mencit putih
jantanyang diinduksi
dengan potasium
oksonat.
Bekatul merah
adalah hasil
samping
proses
penggilingan
padi yang
berasal dari
lapisan terluar
beras yaitu
bagian antara
butir beras dan
kulit padi
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa sediaan
infusa daun salam
dosis 1,25
g/kgBB; 2,5
g/kgBB dan 5,0
g/kgBB mampu
menurunkan
kadar asam urat
darah mencit
putih jantan yang
6
berwarna
coklat (Sukma
et al 2010).
Bekatul merah
memiliki kandungan
protein, lemak,
karbohidrat,
moisture, serat
kasar, mineral,
fosfor, kalsium,
kalium,
magnesium,
natrium, besi,
zinc, tembaga,
selenium,
vitamin B¹,
vitamin B²,
vitamin E, asam
hikotin,
flavonoids (Xia
et al 2003).
Bekatul merah
mengandung
flavonoid dan
anthocyanin
yang
mempunyai efek
hipourisemik
sebagai
penurun kadar
asam urat dalam
darah (Utami
2010).
diinduksi
potasium oksonat
dosis 300
mg/KgBB
berturut-turut
sebesar 79,98%
(P= 0,000),
112,27% (P =
0,004) dan
112,75% (P=
0,006).
Agus Tin
Dwi Utami,
2010.
Perbandingan efek
hipourisemik ekstrak
bekatul beras hitam
dengan allopurinol
pada tikus putih
yang diinduksi
kafein
Eksperimental
pre and post
tes control
groub desaign.
Ekstrak bekatul
beras hitam dosis
49 mg/200gBB
secara statistik
memiliki efek
hipourisemik
tetapi efeknya
lebih rendah
dibandingkan
allopurinol.
Penambahan
dosis tidak diikuti
peningkatan efek
hipourisemik.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan teori
2.1.1 Gout
1. Definisi
Gout adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses
katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen
(asam deoksiribonukleat DNA ). Gout sebagian besar dieksresi
melalui ginjal dan hanya sebagian kecil melalui saluran cerna (Syukri
2007).
Gout merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai
pada laki-laki usia antara 30-40 tahun, sedangkan pada wanita umur
55-70 tahun, insiden wanita jarang kecuali setelah menopause (Festy
et al 2010). Ada pemeriksaan untuk mengetahui kadar asam urat
yaitu dengan cek darah dan urin. pada laki – laki normal adalah 3,4 –
7,0mg/dl dan Pada wanita 2,4 –6,0 mg/dl (Wilson dkk, 2006).
2. Klasifikasi
Tahap pertama disebut tahap artritis gout akut atau
peradangan asam urat akut. Pada gejala asam urat tahap ini
akanmengalami serangan atritis yang khas dan serangan tersebut akan
menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5-7 hari. Gejala atau
tanda asam urat tanda kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut
intermiten. Setelah melewati masa interkritikal selama bertahun-tahun
8
tanpa gejala asam urat, penderita akan memasuki tahap ini, ditandai
dengan serangan artritis atau peradangan yang khas. Selanjutnya
penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara
serangan yang satu dan serangan berikutnya makin lama makin rapat
dan lama, serangan makin lama makin panjang, serta jumlah sendi
yang terserang makin banyak. Gejala penyakit asam urat tahap ketiga
disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus.Tahap ini terjadi
bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada
tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan disekitar sendi yang sering
meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras
yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal
monosodium urat, tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada
sendi dan tulang disekitarnya (Safitri 2012).
3. Tanda gejala
Pada gout biasanya serangan terjadi secara mendadak
(kebanyakan menyerang pada malam hari).Jika gout menyerang
sendi-sendi yang terserang tampak merah, mengkilat, bengkak, kulit
diatasnya terasa panas disertai rasa nyeri yang hebat, dan persendian
sulit digerakan. Gejala lain adalah suhu badan menjadi demam,
kepala terasa sakit, nafsu makan berkurang, dan jantung berdebar.
Serangan pertama gout pada umumnya berupa serangan akut yang
terjadi pada pangkal ibu jari kaki. Namun, gejala-gejala tersebut dapat
juga terjadi pada sendi lain seperti tumit, lutut dan siku. Dalam kasus
9
encok kronis, dapat timbul tofus (tophus), yaitu endapan seperti kapur
pada kulit yang membentuk tonjolan yang menandai pengendapan
kristal asam urat ( Wijayausuma2006).
4. Penyebab
Penyebab gout di bedakan menjadi 2 yaitu faktor primer dan
sekunder. Faktor primer penyebab asam urat antara lain potensi
genetik, ketidak seimbangan hormon, dan proses pengeluaran asam
urat terganggu diginjal. Potensi genetik bersifat turunan, sehingga
seseorang yang memiliki gen pembawa asam urat dapat terbebas dari
asam urat jika faktor-faktor penyebab yang lain dapat dikendalikan
baik faktor dari dalam seperti ketidakseimbangan hormon maupun
faktor dari luar seperti asupan makanan. Ketidakseimbangan hormon
dalam tubuh akan mempengaruhi dan mengganggu sistem kerja
dalam tubuh. Baik sistem kerja kelenjar yang lain maupun sistem
metabolisme tubuh secara umum. Ketidak seimbangan hormon dapat
mempengaruhi proses pmbentukan purin dalam tubuh menjadi
meningkat yang pada akhirnya hasil sampingan metabolisme zat
purin juga akan meningkat yaitu zat asam urat. Pada dasarnya tubuh
mampu memproduksi purin sampai 85% kebutuhan tubuh.Akibat
ketidak seimbangan hormon, produksi purin bisa meningkat berkali
lipat.Ketidakseimbangan hormon sangat dipengaruhi oleh
ketidakseimbangan emosi dan pola hidup yang tidak teratur,
penumpukan racun dalam tubuh dan radikal bebas. Produksi asam
10
urat yang terbentuk sebagai hasil samping metabolisme dalam kondisi
normal akan dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal bersama urin.
Dalam kondisi tertentu asam urat tidak dapat dikeluarkan oleh
ginjal.Penyebabnya adalah produksi asam urat sangat tinggi sehingga
ginjal tidak bisa mengatasi untuk mengeluarkannya (Safitri 2012).
Faktor sekunder penyebab asam urat antara lain
mengkonsumsi makanan tinggi purin, alkohol dan obat-obatan kimia,
dan faktor penyakit pemicu asam urat. Mengkonsumsi makanan
tinggi purin dapat menaikan hasil samping dari metabolisme zat
dalam darah yaitu asam urat.Alkohol mengandung purin sehingga
memicu enzim tertentu didalam liver yang memecah protein dan
menghasilkan lebih banyak asam urat dan alkohol juga menyebabkan
pembuangan asam urat lewat urin terganggu sehingga asam urat tetap
bertahan dalam darah. Demikian juga obat-obatan kimia bisa
membantu menyembuhkan penyakit tetapi disisi lain sangat
berbahaya bagi organ-organ vital dalam tubuh seperti ginjal dan liver
serta organ lainnya. Faktor penyakit pemicu asam urat antara lain
kelebihan berat badan, kelaparan atau mengkonsumsi makanan yang
sangat rendah energi, karena ketika protein tubuh dipecah maka
kadarasam urat akan meningkat secara dratis, penyakit ginjal,
leukimia, dan psoriasis (Safitri 2012).
11
5. Komplikasi
Kadar asam urat dalam darah yang tinggi berisiko
menimbulkan berbagai macam komplikasi antara lain tekanan gagal
ginjal, darah tinggi, batu ginjal, penyakit ginjal kronis, dan gagal
jantung (Safitri 2012).
2.2Bekatul merah
2.2.1Definisi
Bekatul merupakan hasil sampingan dari proses penggilingan
gabah menjadi beras. Pada proses tersebut terjadi pemisahan
endosperma beras dengan bekatul yang merupakan lapisan yang
menyelimuti endosperma (Suzana 1992 dalam utami 2010). Proses
pertama hanya membuang sekam, menghasilkan beras pecah kulit
terdiri atas bran (dedak dan bekatul), endosperem, dan embrio
(lembaga). Setelah itu beras pecah kulit ini masih harus mengalami
proses penyosohan 1-2 kali lagi sehingga menghasilkan beras sosoh ,
dedak dan bekatul (Alkaff 2008 dalam utami 2010).
2.2.2Komponen dalam bekatul merah yang berpotensi menurunkan kadara
asam urat
Komponen dalam bekatul merah yang berpotensi menurunkan
kadara asam urat adalah flavonoid dan anthocyanin.Flavonoid
memiliki banyak kegunaan seperti sebagai anti bakteri, antivirus dan
anti mutagenik.Flavonoid juga diketahui berperan sebagai anti oksidan
12
kuat. Oleh karena itu, diet flavonoid dalam makanan akan
menimbulkan dampak yang sangat menguntungkan bagi tubuh.
Beberapa jenis flavonoid diketaui dapat menghambat kerja xantin
oksidase (Nagao et al 1999 dalam utami 2010).
Anthocyanin merupakan pigmen tumbuhan turunan dari
flavonoid Anthocyanin berperan dalam pewarnaan tanaman (biru,
ungu, dan merah). Warna anthocyanin dipengaruhi oleh pH.
Anthocyanin akan berwarna merah pada keadaan asam, berubah
menjadi biru sampai hitam bila pH naik dan akhirnya akan rusak
dalam larutan alkali kuat (Manitto 1992 dalam utami 2010).
Kandungan anthocyanin pada beras merah terdiri dari cyanidin 3-0-
glucoside, peonidin 3-0-glucoside, malvidin 3-0-glucoside,
pelagonidin 3-0-glucoside dan delphinidin 3-0-glucoside (Park et al
2008 dalam utami 2010). Athocyaninjuga dapat menghambat kerja
xantin oksidase yang pada akhirnya menurunkan kadar asam
urat(Haidari et al 2009 dalam Utami 2010).
13
2.3 Kerangka teori
Gambar 2.1 :Kerangka Teori
Sumber : (Syukri 2007; Safitri 2012)
- Gout adalah senyawa
sukar larut dalam air yang
merupakan hasil akhir
metabolisme purin.
- Kadar asam urat : laki –
laki normal adalah 3,4 –
7,0mg/dl dan Pada wanita
2,4 –6,0 mg/dl
- Faktor-faktor yang
mempengaruhi
a. Faktor primer :
genetik, ketidak
seimbangan hormon,
dan proses
pengeluaran terganggu
diginjal.
b. Faktor sekunder :
alkohol, konsumsi
makanan tinggi purin,
obat-obatan kimia dan
faktor penyakit pemicu
asam urat
- Bekatul Merah
adalah hasil samping
dari proses
penggilingan gabah
menjadi beras.
- Komponen bekatul :
Protein, Lemak,
Karbohodrat,
Moisture, Mineral,
Fosfor, Kalsium,
kalium, magnesium,
natrium, vitamin B¹,
vitamin B², vitamin
E, asam hikotin,
Anthocyanin dan
Flavonoids
14
2.4Kerangka konsep
Gambar 2.2 :Kerangka Konsep
2.5 Hipotesis
2.5.1 Hipotesis
Hipotesis merupakan proposisi keilmuan yang dilandasi oleh
kerangka konseptual penelitian dan merupakan jawaban sementara
terhadap permasalahan yang dihadapi serta dapat diuji kebenarannya
berdasarkan fakta empiris (Nursalam 2008).
H0 : Tidak ada pengaruh bekatul merah terhadap kadar asam urat
pada pasien dengan gout.
H1 : Ada pengaruhbekatul merah terhadap kadar asam urat pada
pasien dengan gout.
Pre kadar asam
urat
Post kadar asam
urat
Pemberian bekatul
merah
15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan quasi
eksperiment.Quasi eksperiment adalah penelitian yang menguji coba suatu
intervensi pada sekelompok subjek dengan atau tanpa kelompok pembanding
namun tidak dilakukan randomisasi untuk memasukkan subjek ke dalam
kelompok perlakuan atau control (Sugiyono 2013).
Desain penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan pre and post test
without control (control diri sendiri). Pada desain penelitian ini, peneliti hanya
melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa pembanding. Efektifitas
perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai post test dengan pre test.
Adapun skema desain pre and post test without control sebagai berikut :
R1 01 X1 X2
Gambar : 3.1
Keterangan :
R1 : Responden penelitian perlakuan 1
01 : Pre test pada kelompok perlakuan
X1 : Uji coba/ intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protokol
X2 : post test setelah perlakuan
Sumber : Dharma 2011
16
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wiayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono
2013). Populasi adalah setiap objek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam 2008).Dalam penelitian ini populasinya adalah
seluruh lansia yang tinggal di Panti Werdha Darma Bakti Kasih Kadipiro
Banjarsari Surakarta sejumlah 52 orang.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek peneliti melalui sampling (Nursalam 2008).
Tehnik pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan
tehnikSampling Purposive Sampling. Sampling Purposive Samplingadalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono 2009).
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah :
Kriteria inklusi
1. Lansia yang berusia 60 tahun keatas (laki-laki ataupun perempuan)
2. Lansia dengan penderita gout
3. Bersedia menjadi subjek penelitian
4. Kooperatif
17
Kriteria eksklusi
1. Lansia dengan IMT yang tidak ideal
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Panti Werdha Darma Bakti Kasih Kadipiro Banjarsari
Surakarta pada bulan 30 Januari – 9 Februari 2014
3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
Tabel 3.1
Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
Variabel Definisi Alat dan
Cara Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur
(1) (2) (3) (4) (5)
Independen
Pemberia
n bekatul
Pemberian
makanan
yang
berupa
kulit ari
dari
padisebaga
i makanan
yang dapat
menurunka
n kadar
asam urat
Cara ukur
: SOP
Alat ukur
:
timbanga
n.
1. Diberi bekatul
2. Tidak diberi
bekatul
-
Nominal
3.
18
Variabel Definisi Alat dan
Cara Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur
usia Usia
sseorang
terhitung
saat
dilahirkan
sampai
meninggal.
Lembar
observasi
1. Rerata Responden Interval
Jenis
kelamin
Perbedaan
kelanin
antara laki-
laki dan
perempuan
Lembar
observasi
1. Laki-laki
2. Perempuan
Nominal
Dependen
Kadar
asam urat
Kadar
asam urat
dapat
meningkat
karena
asupan
purin yang
berlebih.
Stik asam
urat, alat
cek asam
urat.
Mg/dl Interval
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1 Alat Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk intervensi penelitian adalah
timbangan, sendok, panci dan gelas.Bekatul yang sudah dicairkan
19
dicampurkan dengan puding. Sedangkan instrumen pengumpulan data
nilai asam urat berupa angka yang berasal dari hasil cek asam serta alat
dokumentasi (buku dan bolpoin).
3.5.2 Cara Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung
dari studi pendahuluan pada lansia data tersebut dibagi menjadi 1
kelompok.Dilakukan pre test dan post test untuk mengetahui perubahan
kadar asam urat sebelum dan setelah pemberian bekatul. Kadar asam urat
diukur menggunakan uric acid meter. Pertama menyiapkan stik dan alat
asam urat lalu menentukan lokasi jari yang akan dilakukan penusukan
setelah itu dibersihkan dengan tupres alkohol, bendung darah dilokasi yang
telah ditentukan, melakukan penusukan pada lokasi yang ditentukan lalu
melakukan pengecekan dengan mendekatan alat pada darah yang keluar
dari lokasi penusukan tadi agar darah masuk kestik. Ditunggu sampai
mendapatkan hasilnya sambil ditekan bekas penusukan tadi sampai darah
berhenti dan didokumentasikan hasilnya. Setelah didapatkan hasil kadar
asam urat lansia diberikan makanan berupa puding yang dicampurkan
dengan bekatul. Pemberianbekatul berupa cemilan diberikan disela siang
hari dan sore hari. Setiap pemberian bekatul pada lansia diberikan
2X15gram sehari. Pemberian ini dilakukan selama 7 hari, pengecekan
asam urat akan dilakukan pada awal sebelum pemberian bekatul dan
setelah 7 hari diberikan bekatul. Pada hari ke 7 dilakukan pengecekan
untuk mendapatkan hasilnya.
20
3. 6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
3.6.1 Teknik Pengolahan Data
Peneliti melakukan beberapa tahap dalam pengolahan data meliputi
pengecekan data (editing), pemberian kode data (coding), pemprosesan
data (entering), pengolahan data (tabulating) (Sugiyono 2013).
1. Pengecekan data
Dimasukan untuk mengevaluasi kelengkapan data yang
dibutuhkan, konsistensi dan kesesuaian kriteria data yang diperlukan
untuk menguji hipotesis atau menjawab tujuan peneliti. Didapatkan
saat penelitian data yang digunakan sudah lengkap dan sesuai kriteria
data yang digunakan.
2. Pemberian kode data
Merupakan suatu metode untuk mengobservasi data yang
dikumpulkan selama penelitian kedalam simbul yang cocok untuk
keperluan analisis terhadap hasil observasi yang dilakukan. Penelitian
ini yang dilakukan coding adalah :
a. Pemberian bekatul merah, kode 1 : 1.diberi bekatul, kode 2 :
2.tidak diberi bekatul
b. Jenis kelamin kode 1 : 1.laki-laki, kode 2 : 2.Perempuan
3. Pemprosesan data
Memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam data
komputer, kemudian diproses hingga mendapatkan hasilnya.
21
Diperoleh data tidak normal sehingga hasilnya harus dinormalitas data
terlebih dulu.
4. Pengolahan data
Keluaran hasil data merupakan hasil pengolahan data yang
sudah diolah oleh komputer. Hasil pengolahan data ini disajikan
dalam bentuk angka
3.6.2 Analisa Data
Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Data
yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan teknik statistik kuantitatif
dengan menggunakan analisis uivariat dan bivariat. Pada penelitian ini
menggunakan sistem komputer dalam perhitungan data. Adapun analisis
yang digunakan sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
Analisa Univariat adalah analisa yang untuk melapor tiap
variabel dari hasil penelitian. Setelah dilakukan pengumpulan
data kemudian data dianalisa menggunakan statistik deskriptif
untuk disajikan dalam bentuk tabulasi, minimum, maksimum dan
mean dengan cara memasukan seluruh data kemudian diolah
secara statistik deskriptif untuk melaporkan hasil dalam bentuk
distribusi dari masing-masing variabel (Notoadmodjo 2005).
Analisa univariat juga digunakan untuk menggambarkan nilai
mean yang digunakan untuk data yang tidak dikelompokan
ataupun data yang sudah dikelompokan, nilai median yang
22
merupakan nilai yang berada ditenggah dari suatu nilai atau
pengamatan yang disusun , serta nilai modus yang digunakan
untuk menyatakan fenomena yang paling banyak terjadi (Hidayat
2007). Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti yaitu data
pribadi responden dalam penelitian ini meliputi kadar asam urat,
umur dan jenis kelamin. Kadar asam urat termasuk dalam data
numerik yang disajikan dalam mean, median dan standar deviasi.
Umur menggunakan standar defiasi, nilai nilai maksimum dan
nilai minimum.
2. Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi. Sebelum dilakukan analisa
bivariat dilakukan uji normalitas untuk mengetahui distribusi
normal atau tidaknya data, dalam penelitian ini menggunakan
Shapiro-Wilk karena jumlah responden kurang dari 50 orang.
Sehingga hasil uji Shapiro-Wilk didapatkan nilai 0.214 dengan
pvalue >0.05 sehingga data tidak normal. Sehingga analisa
dilakukan dengan uji Wilcoxonkarena data berdistribusi tidak
normal.
23
3.7 Etika Penelitian
Etika penelitian dalam penelitian ini antara lain :
3. 7 1 Informed consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan.Informed
consent tersebut diberikan senelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka
mereka harus menanda tangani lembar persetujuan.Jika responden
tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.Beberapa
informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain:
partisipasi pasien, tujuan dilakukanya tindakan, jenis data yang
dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang
akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi,
dll (Hidayat 2007).
3. 7 2 Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat
2007).
24
3. 7 3 Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-
masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset (Hidayat 2007).
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Panti Wreda Darma Bhakti Kasih Surakarta selama
7 hari .Data yang diperoleh selama penelitian di Panti Werdha Bhakti Kasih
Surakarta, lansia memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian
adalah 14 orang responden. Responden diberi puding bekatul merah setiap harinya
dua buah puding dengan takaran 15 g selama 7 hari.
4.1 Analisa Univariat
Karakter responden meliputi usia, jenis kelamin dan indeks massa
tubuh. Variabel umur, jenis kelamin dan indeks massa tubuh dijelaskan
menggunakan distribusi frekuensi sedangkan usia dijelaskan menggunakan
ukuran mean, median, maksimum, minimum, dan standar deviasi.
4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Variabel Mean Median Mode Std.Deviatio Minimum Maximum
Usia 72.9 73 68 7.0 61 87
Tabel 4.1.1 diatas menunjukan rerata umur responden adalah 72.9 tahun
dengan standar deviasinya 7.0.tahun
26
Tabel 4.1.2 karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Karakteristik Responden
Tabel 4.1.2 menunjukan bahwa sebagian besar responden adalah berjenis
kelamin perempuan 11 orang (78.6%).
Tabel 4. 1.3 Kadar Asam Urat Sebelum Diberikan Bekatul Merah
Kode Kadar asam urat sebelum(mg/dl)
1 6.20
2 6.20
3 10.10
4 5.80
5 10.60
6 5.80
7 6.00
jenis kelamin Frekuensi Persentase(%)
laki-laki 3 21.4
Perempuan 11 78.6
Total 14 100
27
8 7.70
9 8.60
10 13.20
11 5.80
12 6.90
13 5.90
14 7.50
Hasil tabel 4.1.3menunjukan hasil kadar asam urat sebelum diberikan
bekatul merah. Nilai tertinggi dari kadar asam urat sebelum perlakuan 13.20
mg/dl dan nilai terrendah dari asam urat sebelum perlakuan adalah 5.80 mg/dl.
Tabel 4.1.4 Kadar Asam Urat Sesudah Diberikan Bekatul Merah
Kode Kadar asam urat sesudah(mg/dl)
1 5.30
2 5.90
3 8.40
4 4.00
5 8.60
6 4.80
7 4.40
28
8 5.90
9 7.50
10 8.60
11 5.10
12 5.40
13 4.60
14 6.00
Tabel 4.1.4menunjukan hasil dari kadar asam urat sesudah diberikan
bekatul merah. Nilai tertinggi dari kadar asam urat sesudah perlakuan adalah
8.60 mg/dl dan nilai terrendah dari kadar asam urat sesudah perlakuan adalah
4.0 mg/dl.
4.1.5 Kadar Asam Urat Sebelum Dan Sesudah Diberikan Bekatul
Variabel Mean Median Mode Std.Deviatio Minimum Maximum
pre 7.59 6.55 5.8 2.27 5.80 13.20
post 6.04 5.65 5.9 1.59 4.0 8.60
Tabel 4.1.5 Menunjukan bahwa hasil dari pengecekan kadar asam urat
sebelum dilakukan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan ada penurunan
kadar asam urat. Hasil rerata pre 7.59 mg/dl dengan standar deviasi 2.27 mg/dl
dan post 6.04 mg/dl dengan standar deviasi 1.59 mg/dl.
29
4.2 Analisis Bivariat
4.2.1 Uji Normalitas Data
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Setelah Data Ditransformasi
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
Pre .803 14 .005
Post .879 14 .056
logpre .844 14 .019
logpost .919 14 .214
Variabel pre (kadar asam urat sebelum diberi bekatul merah )memiliki
nilai p value shapiro wilk sebesar 0.005 dan variabel post (kadar asam urat
sesudah diberikan bekatul merah) memiliki p value shapiro wilk sebesar 0.056.
Suatu variabel dikatakan normal jika nilai probabilitas hasil pengujian lebihdari
0.05. Variabel pre tidak berdistribusi normal sedangkan variabel post
berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas menghasilkan variabel yang
tidak normal sehingga harus ditransformasi data terlebih dahulu untuk
menormalkan distribusi data yang tidak normal. Hasil data yang sudah
ditransformasi didapatkan pre p value 0.019 dan pre p value 0.214. Variabel pre
masih tidak berdistribusi normal dan variabel post berdistribusi normal,
sehingga perhitungan uji t berpasangan tidak dapat dilakukan. Sehingga untuk
30
mengatasi hal tersebut uji statistik yang digunakan adalah uji statistik
nonparametrik wilcoxon.
4.2.2 Pengujian Statistik Nonparametrik Uji Wilcoxon
Tabel 4.5 Pengujian Statistik Nonparametrik Uji Berpasangan Wilcoxon
N Median
(minimum-maksumum)
Rerata ± s.d. Ρ
Kadar asam urat sebelum
diberi perlakuan
14 6.55 (5.80 – 13.20) 7.59 ± 2.27 0.001
Kadar asam urat setelah
diberi perlakuan
14 5.65 (4.00 – 8.60) 6.04 ± 1.60
Hasil dari pengujian statistik nonparametrik uji wilcoxon pada Tabel 4.5
menyatakan bahwa dimana nilai signifikan 0.001 (p<0.05) maka dapat
disimpulkan ada pengaruh bekatul merah terhadap kadar asam urat.
31
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
5.1.1 Usia
Hasil responden berdasarkan usia, rerata terserang asam urat adalah
diatas 60 tahun yaitu 72.9 tahun. Hal ini sependapat dengan teori yang
dikemukakan Tjokroprawiro. Penyakit asam urat merupakan salah satu
penyakit yang banyak dijumpai pada laki-laki usia antara 30-40 tahun,
sedangkan pada wanita umur 55-70 tahun, insiden wanita jarang kecuali
setelah menopause (Tjokroprawiro, 2007). Asam urat banyak menyerang pria,
namun setelah usia 50 tahun wanita juga beresiko tinggi terkenna asam urat (
Diantri dan Candra 2013).
5.1.2 Jenis Kelamin
Pada penelitian dilapangan oleh peneliti didapatkan hasil bahwa jenis
kelamin perempuan yang paling banyak menderita asam urat disebabkan
karena perempuan sudah mengalami menopause. Presentase kejadian asam urat
pada wanita lebih rendah dari pria. Walaupun demikian, kadar asam urat pada
wanita meningkat pada saat menopause. Diperkirakan asam urat akibat
kelainan proses metabolisme dalam tubuh dan 10% dialami wanita setelah
menopause karena gangguan hormon estrogen. (Diantri 2012). Menurut Wilson
dkk (2006), hormon estrogen berperan dalam merangsang perkembangan
32
folikel yang mampu meningkatkan kecepatan proliferasi sel dan menghambat
keaktifan sistem pembawa pesan kedua siklus adenosinmonofosfat (cAMP).
cAMPsendiri diduga dapat mengaktifkan enzim protein kinase yang
mempunyai fungsi mempercepat aktivitas metabolik, diantaranya metabolism
purin.
Jika penyakit ini menyerang wanita, maka pada umunya wanita yang
menderita adalah wanita yang sudah menopause. Pada wanita yang belum
menopause, memiliki kadar hormon estrogen yang cukup tinggi. Pada wanita
kadar asam urat tidak meningkat sampai setelah menopause karena estrogen
membantu meningkatkan ekresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause
kadar asam urat meningkat seperti pada pria (Wilson dkk, 2006).
5.2 Kadar Asam Urat Sebelum Perlakuan
Pada hasil yang didapatkan dari pasien yang menderita asam urat pada
penelitian didapatkan rerata kadar asam urat sebelum perlakuan adalah 7.5
mg/dl. Sehingga kondisi tersebut dapat dikatakan terkena asam urat. pada
kondisi kadar asam urat tinggi dimana kadar asam urat pada padalaki –
lakinormal adalah 3,4 –7,0mg/dl dan Padawanita 2,4 –6,0 mg/dl (Wilson dkk,
2006).Jadi dapat dilihat bahwa responden memiliki kadar asam urat melebihi
batas normalnya. Kadar asam uratjuga tegantung pada beberapa faktor antara
lain konsumsi makanan yang tinggipurin, berat badan, jumlah alkohol yang
diminum,obat diuretik atau analgetik, faalginjal dan volume urin perhari
(Krisnatuti,2008).Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi asam urat adalah
33
makanan yang dikonsumsi, umumnya makanan yang tidak seimbang (asupan
protein yang mengandung purin terlalu tinggi) (Utami, 2009).
5.3 Kadar Asam Urat Sesudah Perlakuan
Pada hasil yang didapatkan dari pasien yang menderita asam urat pada
penelitian didapatkan rerata kadar asam urat sesudah perlakuan adalah 6.0
mg/dl. Sehingga kondisi tersebut dapat dikatakan pada kondisi kadar asam urat
normal. dimana kadar asam urat pada padalaki –lakinormal adalah 3,4 –7,0mg/dl
dan Padawanita 2,4 –6,0 mg/dl (Wilson dkk, 2006).Jadi dapat dilihat bahwa
responden memiliki kadar asam urat dalam batas normal. Factor-faktor yang
dapat mempengaruhi asam urat turun adalah dengan diet rendah purin, rendah
lemak, rendah protein, tinggi karohidrat, pantang alcohol, dan banyak minum
(Syukri, 2007) hasil penelitian lain menunjukan pemberian bekatul merah yang
mengandung flavonoid dan anthocyanin yang mempunyai efek hipourisemik
sebagai penurun kadar asam urat dalam darah(Utami 2010).
5.4 Pengaruh Bekatul Merah Terhadap Kadar Asam Urat
Hasil yang didapatkan dari statistik nonparametrik uji wilcoxon adalah p
value 0.001 yang artinya ada pengaruh bekatul merah dapat menurunkan kadar
asam urat. Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi
Utami(2010) diperoleh kesimpulan bahwa bekatul merah berkhasiat menurunkan
kadar asam urat pada mencit. Bekatul beras merah mengandung senyawa
flavonoid dan anthocyanin yang dikenal dapat menurunkan kadar asam urat
34
darah. Flavonoid memiliki banyak kegunaan seperti antibakteri, antivirus, dan
anti mutagenetik, serta berperan serta sebagai antioksidan kuat. Antochyanin
merupakan pigmen tumbuhan turunan dari flavonoid. Kandungan antochyanin
pada beras hitam terdiri dari cyanidin 3-0-glucoside, peonidin 3-0-glucoside,
malvidin 3-0-glucoside, pelagonidin 3-0-glucoside, dan delphinidin 3-0-
glucoside (Park et al 2008 dalam Borkie 2010).) Berdasarkan penelitian
antochyanin dapat menghambat kerja xantin oksidase yang akhirnya
menurunkan kadar asam urat (Haidari et al dalam Utami 2010). Antochyanin
merupakan pigmen alami pada tanaman yang larut dalam air dan mewakili
senyawa flavonoid. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa
antochyaninbersifat antioksidan alami, menyumbang sebuah elektron negatif
pada peroxyl radical yang yang terbentuk sepanjang rentetan peroksidasi lipid
(Kowalczyk et al, 2003 dalam Borkie 2010).
5.5 Keterbatasan Penelitian
1. Pada penelitian ini responden merasa bosan bila diberikan bekatul merah
dalam bentuk puding saja.
2. Bekatul memiliki bau yang tidak enak jadi harus di berikan rasa yang bisa
menghilangkan sedikit bau tidak enak tersebut
3. Bekatul bila dicampurkan dengan puding coklat akan memberikan rasa kental
sehingga membuat responden tidak enak untuk memakannya sehingga harus
di beri rasa buah untuk menghilangkan rasa tidak enak itu.
35
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
6.1.1 Rerata usia responden yang mengalami asam urat berusia 72.9 tahun dan
responden paling banyak adalah perempuan.
6.1.2 Hasil kadar asam urat sebelum perlakuan diperoleh nilai rerata 7.59
mg/dl.
6.1.3 Hasil kadar asam urat sesudah perlakuan diperoleh nilai rerata 6.04
mg/dl.
6.1.4 Hasil penelitian diperoleh data p value 0.001 dapat disimpulkan ada
pengaruh pemberian bekatul merah terhadap kadar asam urat pada pasien
gout. Dengan rerata kadar urat sebelum perlakuan adalah 7.5 mg/dl dan
rerata kadar asam urat sesudah perlakuan adalah 6.0 mg/dl.
6.2 Saran
6.2.1 Manfaat bagi masyarakat
36
Hasil penelitian ini memberikan informasi dan masukan khususnya
pada masyarakat mengenai penanganan pada lansia yang mengalami asam urat
dengan bekatul merah untuk menurunkan kadar asam urat.
6.2.2 Manfaat bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya
menggembangkan program dalam rangka meningkatkan kesehatan gizi dengan
bekatul merah sebagai salah satu cara yang dapat menurunkan kadar asam urat.
6.2.3 Manfaat bagi profesi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
memberikan informasi dalam menangani lansia yang mengalami asam urat
dengan bekatul merah dapat menurunkan kadar asam urat.
6.2.4 Manfaat bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dalam
penelitian selanjutnya seperti memberikan bekatul merah dalam variabel lain
seperti roti dan minuman dan bisa menghilangkan sedikit bau tidak enak pada
bekatul merah serta bisa memberikan rasa yang enak saat dimakan.
DAFTAR PUSTAKA
Alkaff M.20008,tips sehat dengan bekatul,http://rabitah.net/in/posting.php?id=41
(24 desember 2013)
Ariyanti R, Nurcahyani Wahyuningtyas dan Arifah sri wahyuni 2007, “Pengaruh
pemberian infusa daun salam (Eugenia polyantha Wight) terhadap
penurunankadar asam uratdarah mencit putih jantanyang diinduksi dengan
potasium oksonat”, Volume 8, No. 2.
Burkie V.K,2010, “Efek Hepatoprotektif Seduhan Bekatul Beras Hitam (Oryza
sativa L. Japonica) pada Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol Dosis
Toksik”,S1 kedokteran, Universitas sebelas maret, Surakarta
Dharma, KK 2011, Metodelogi Penelitian Keperawatan, Trans Info Media, Jakarta
Diantari,E, Candra, A 2013,’Pengaruh asupan purin dan cairan terhadap kadar
asam urat pada wanita usia 50-60 tahun di kecamatan gajah mugkur
semarang”, Journal of Nutrition College, vol. 2, no. 1, hal. 44-49.
Festy, P, Anis, R, Aris, A 2010, ‘Hubungan Antara Pola Makan Dengan
Kadar Asam Urat Daerah Pada Wanita PostmenopauseDi
PosyanduLansiaWilayah Kerja Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya’, diakses
27 Desember 2013.
Haidari F, Mohammad S.M, keshavarz S.A, Rashidi M.R 2009.Inhibitor effects of
tart cherry (prumus cerasus) juice on xanthine oxsidoreduktase activiti and
its hypouricemic and antioxsidant efects on rats. Mal J Nurt.15(1): 53-64.
Hidayat, A 2007, Metodelogi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data,
Salemba Medika, Jakarta
Krisnatuti, Diah, dkk, (2008),Perencanaan Menu Untuk Penderita Asam Urat,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Kutzing, M.K & Firestein, B.L., 2008, Altered Uric Acid Levels and Disease States,
The Journal Of
Manitto P. 1992 Biosintesis Produk Alam,. Semarang : IKLP Semarang Press, pp :
448-9.
Nagao A, Seki M, Kobayashi 1999,Inhibition of Xanthine Oxidase by Flavonoids,
Blosci Blotechnol Biochem 63(10:1787-90)
2
Notoadmodjo, S 2005,Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan ,
Edisi 2, Salemba Medika, Jakarta.
Sacher, Ronald, dkk, (2004),Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi
11, ECG, Jakarta.
Safitri,A 2012, deteksi dini gejala pencegahan dan pengobatan asam urat, 1, pinang
merah, Yogyakarta
Sugiyono 2013, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung
Sukma, LN, Zackiyah, Gumilar, GG 2010, ‘Pengkayaan Asam Lemak Tak Jenuh
pada Bekatul Dengan Cara Fermentasi Padat Menggunakan Aspergillus
Terreus
Suzana L. 1992,Mempelajari Substitusi Parsial Dedak Padib(Bekatul) terhadap
Tepung Terigu (Tritinum Vulgare), sebagai Sumber Dietary Fiber dan
Nlasin dalam Pembuatan Roti manis dan Biskuit
Sylvia, Anderson, dkk, (2006),Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
ECG, Jakarta
Syukri M, 2007, “Asam Urat dan Hiperuresemia”, Volume 40
Tjokroprawiro, Askandar, dkk, (2007),Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Airlangga
University press, Surabaya
Utami, Prapti, dkk, (2009),Solusi Sehat Asam Urat dan Rematik, Agromedia Pustaka,
Jakarta
Utami, D 2010, “Perbandingan efek hipourisemik ekstrak bekatul beras hitam
dengan allopurinol pada tikus putih yang diinduksi kafein”, Universitas
sebelas maret, Surakarta
Xia M, Ling W.H, Ma J, Kitts D.D, Zawistowski, 2003, Supplementation of diets
with the black rice pigment Fraction Attenuates atheroselerotic Plaque
Formation in Apolipoprotein I Deficient Mice, The American Society for
Nutritional Seiences J, Nutr. 133:744-51