Post on 28-Nov-2015
PENGANTAR AKUNTANSI II
MODUL 3 DAN 4
AKTIVA TETAP DAN AKTIVA TIDAK BERWUJUD
(FIXED ASSETS & INTANGIBLE ASSETS)
Penyusun:
NURUL HIDAYAH, SE.AK. M.Si
Program Kelas KaryawanFakultas Ekonomi
Universitas Mercu BuanaJakarta
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :
Agar mahasiswa dapat :
1. Mendefinisikan aktiva tetap .
2. Menjelaskan akuntansi untuk cost aktiva tetap.
3. Menghitung penyusutan, dengan menggunakan metode garis lurus, metode unit
produksi, metode saldo menurun, metode jumlah tahun.
DAFTAR MATERI PEMBAHASAN :
3.1 Karakteristik Aktiva Tetap.
3.2 Cost Aktiva Tetap.
3.3 Karakteristik Penyusutan.
3.4 Akuntansi Untuk Penyusutan.
3.5 Merivisi Estimasi penyusutan
3.6 Capital Expenditure Dan Revenue Expenditure.
3.7 Pelepasan Aktiva Tetap.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Nurul Hidayah, SE,AK,MSI PENGANTAR AKUTANSI II
AKTIVA TETAP DAN AKTIVA TIDAK BERWUJUD
(FIXED ASSETS & INTANGIBLE ASSETS)
3.1 KARAKTERISTIK AKTIVA TETAP (FIXED ASSETS)
DEFINISI
Hampir perusahaan bisnis dari berbagai ukuran dan aktivitas menggunakan
aktiva yang bersifat tahan lama. Aktiva seperti itu yang umumnya disebut sebagai
properti, pabrik, dan peralatan. Aktiva pabrik atau aktiva tetap meliputi; tanah, struktur
bangunan, dan peralatan. Istilah – istilah ini akan digunakan secara bergantian,
karakteristik utama dari property, pabrik, dan peralatan adalah sebagai berikut:
Aktiva tetap (fixed assets) merupakan :
Aktiva yang dimiliki perusahaan ,
Tidak untuk dijual,
Digunakan dalam operasi normal perusahaan,
Memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan Nilainya relatif material.
Jadi yang dikatakan aktiva tetap dapat disimpulkan:
1) Aktiva tersebut diperoleh untuk dipergunakan dalam operasi dan bukan untuk di
jual kembali.
2) Aktiva tersebut bersifat jangka panjang dan merupakan subjek penyusutan.
3) Aktiva tersebut memiliki substansi fisik.
Menurut PSAK No. 16 ( IAI : 2007: Para. 06 ), aset tetap adalah aset berwujud yang :
a) Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
b) Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
AKUISISI PROPERTI, PABRIK, DAN PERALATAN
Biaya historis merupakan dasar yang biasa di gunakan untuk menilai properti,
pabrik, dan peralatan. Biaya historis di ukur oleh kas atau harga ekuivalen kas untuk
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Nurul Hidayah, SE,AK,MSI PENGANTAR AKUTANSI II
memperoleh aktiva dan membawanya ke lokasi serta kondisi yang diperlukan untuk
tujuan penggunaan. Biaya harus menjadi dasar penggunaan pada tanggal akuisisi
karena kas atau harga ekuivalen kas merupakan pengukuran nilai aktiva terbaik pada
saat itu. Alasan utama pernyataan ini adalah:
1) Pada tanggal akuisisi biaya merefleksikan nilai wajar.
2) Biaya historis melibatkan biaya actual bukan transaksi hipotetis, sehingga
merupakan hal yang paling dapat diandalkan.
3) Keuntungan serta kerugian sebaiknya tidak diantisipasi tetapi harus diakui ketika
aktiva dijual.
Suatu aktiva disebut aktiva tetap apabila memenuhi kriteria tersebut diatas. Sehingga
apabila suatu aktiva tidak memenuhi salah satu kriteria diatas , maka tidak bisa disebut
aktiva tetap.
Misalnya : aktiva jangka panjang yang dibeli untuk kemudian dijual kembali, maka aktiva
tersebut bukan aktiva tetap.
Aktiva tetap disebut juga fixed assets / plant assets/ plant & equipment / property, plant
& equipment.
3.2 COST / HARGA PEROLEHAN / BIAYA AKUISISI AKTIVA TETAP.
Cost suatu aktiva tetap adalah semua jumlah yang dikeluarkan untuk mendapatkan
aktiva tetap sampai aktiva tetap siap untuk digunakan. Dibawah ini diberikan suatu
rangkuman tentang cost aktiva tetap :
A. LAND (TANAH)
1. Harga beli.
2. Pajak Penjualan.
3. Biaya perijinan dari badan pemerintah.
4. Komisi pialang.
5. Fee balik nama.
6. Biaya survei.
7. Tunggakan pajak real estat.
8. Pembongkaran bangunan yang tidak diperlukan.
9. Pengrataan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Nurul Hidayah, SE,AK,MSI PENGANTAR AKUTANSI II
B. BANGUNAN (BUILDING)
1. Fee arsitek.
2. Fee insinyur.
3. Biaya asuransi selama konstruksi.
4. Bunga atas uang yang dipinjam untuk membiayai konstruksi.
5. Jalan setapak ke dan sekitar bangunan.
6. Pajak penjualan.
7. Reparasi (pembelian bangunan bekas).
8. Modifikasi sebelum digunakan.
9. Ijin dari badan-badan pemerintah.
C. PENGEMBANGAN TANAH (LAND IMPROVEMENT)
1. Pepohonan dan rerumputan.
2. Pagar.
3. Penerangan halaman.
4. Pengaspalan area parkir.
D.MESIN DAN PERALATAN (MACHINE & EQUIPMENT)
1. Pajak penjualan.
2. Pengangkutan.
3. Pemasangan.
4. Reparasi pembelian (peralatan bekas).
5. Asuransi pengangkutan.
6. Perakitan.
7. Modifikasi.
8. Pengujian sebelum digunakan.
9. Ijin dari badan-badan pemerintah.
3.3 KARAKTERISTIK PENYUSUTAN.
Penyusutan (depreciation) merupakan penurunan manfaat dari aktiva tetap akibat
penggunaan dalam jangka panjang. Penyusutan merupakan alokasi biaya.
Ayat jurnal penyusutan dibuat pada akhir periode dengan jurnal sbb :
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Nurul Hidayah, SE,AK,MSI PENGANTAR AKUTANSI II
Dr. Depreciation expense XXX
Cr. Accumulated Depreciation XXX
3.4 AKUNTANSI UNTUK PENYUSUTAN
Faktor-faktor yang menentukan jumlah beban penyusutan yang diakui setiap periode
ada tiga faktor, yaitu :
1. Cost awal aktiva tetap.
2. Umur manfaat yang diperkirakan.
3. Estimasi nilai residu/ nilai pada akhir umur manfaat.
Jadi untuk menentukan beban penyusutan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Initial Cost – Residual Value = Depreciable Cost
Useful Life Year 1
Year 2 dst
METODE PENYUSUTAN
A. METODE GARIS LURUS (STRAIGHT LINE METHOD)
Dengan metode garis lurus besarnya beban penyusutan setiap periode sama.
Penyusutan tahunan aktiva tetap dihitung dengan rumus sbb :
Cost – Estimated Residual Value = Depreciation Expense/tahun
Estimated Life
Contoh :
Cost aktiva tetap Rp 16.000.000, estimated residual value sebesar Rp 1.000.000, masa
manfaat diperkirakan 5 tahun, maka biaya penyusutan per tahun dihitung sbb :
16.000.000 – 1.000.000 = 3.000.000
5
Jika aktiva tetap dibeli / dipakai tanggal 5 Oktober 2002, maka biaya penyusutan pada
tanggal 31 Desember 2002 adalah sebesar 3/12 x 3.000.000 = 750.000.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Nurul Hidayah, SE,AK,MSI PENGANTAR AKUTANSI II
Jika dipakai mulai tanggal 16 Oktober 2002, maka biaya penyusutan pada tanggal 31
Desember 2002 sebesar 2/12 x 3.000.000 = 500.000
B. METODE UNIT PRODUKSI (UNITS OF PRODUCTION METHOD).
Dengan metode ini, umur aktiva tetap dinyatakan dalam kapasitas produksi, seperti jam
mesin, kilometer atau jumlah pengoperasian. Rumusnya dinyatakan sbb :
Cost – Estimated residual value = Depreciation Expense / jam mesin
Estimated Hours
Contoh :
Sebuah mesin dengan harga perolehan / cost Rp 16.000.000, taksiran nilai residu Rp
1.000.000, diharapkan dapat dioperasikan selama 10.000 jam mesin. Maka penyusutan
per unit satu jam mesin adalah :
16.000.000 – 1.000.000 = Rp 1.500
10.000
Seandainya selama tahun 2002 mesin tersebut beroperasi selama 2.200 jam mesin,
maka penyusutan tahun 2002 adalah : Rp 1.500 x 2.200 jam = Rp 3.300.000.
C. METODE SALDO MENURUN (DECLINING BALANCE METHOD)
Dalam metode ini,
Besarnya biaya penyusutan semakin lama semakin menurun.
Merupakan 2 kali tarif garis lurus.
Tidak memperhatikan nilai residu.
Biaya penyusutan per tahun dihitung sbb :
Tarif (%) x Book Value = Depreciation Expense
Cost – Accumulated Depreciation
Contoh:
Sebuah mesin mempunyai cost / harga perolehan Rp 16.000.000, masa manfaat 5
tahun.
Tarif Straight Line dihitung sbb : 100% : 5 tahun = 20%
Maka tarif Declining Balance Method : 2 x 20% = 40%.
Besarnya biaya penyusutan setiap tahun dapat dilihat di bawah ini :
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Nurul Hidayah, SE,AK,MSI PENGANTAR AKUTANSI II
Tahun Cost Accum. Depr. Book Value Rate Deprec.Exp.
1 16.000.000 - 16.000.000 40% 6.400.000
2 16.000.000 6.400.000 9.600.000 40% 3.840.000
3 16.000.000 10.240.000 5.760.000 40% 2.304.000
4 16.000.000 12.544.000 3.456.000 40% 1.382.400
5 16.000.000 13.926.400 2.073.600 40% 829.440
Jika nilai residu sudah ditaksir sebelumnya sebesar Rp 1.500.000, maka penyusutan
pada tahun ke 5 adalah Rp 2.073.600 – 1.500.000 = Rp 573.600
Jika mesin tsb baru dipakai tanggal 1 April 2002, maka biaya penyusutannya adalah :
tahun ke 1 : 9/12 x 40% x 16.000.000 = 4.800.000
tahun ke 2: 40 % x (16.000.000 – 4.800.000).
D. METODE ANGKA TAHUN (SUM OF THE YEARS DIGITS METHOD)
Dalam metode ini menggunakan rumus angka tahun sbb:
N (N + 1)
2
Dari contoh di atas maka angka tahun sebesar 15.
Biaya penyusutan dihitung dengan rumus : Angka Tahun x (Cost – Nilai Residu).
Biaya penyusutan dari contoh di atas dapat dihitung sbb :
Tahun ke 1 : 5/15 x 15.000.000 = 5.000.000
Tahun ke 2 : 4/15 x 15.000.000 = 4.000.000, dst.
Jika aktiva baru dipakai tanggal 1 April 2002, maka penyusutannya sbb :
Tahun ke 1 : 9/12 x 5/15 x 15.000.000 = 3.750.000
Tahun ke 2 : 3/12 x 5/15 x 15.000.000 = 1.250.000
9/12 x 4/15 x 15.000.000 = 3.000.000
Jadi Biaya penyusutan tahun ke 2 sebesar 4.250.000
3.5 MEREVISI ESTIMASI PENYUSUTAN.
Perevisian estimasi nilai residu dan masa manfaat adalah hal yang normal. Setelah
direvisi, estimasi baru akan digunakan untuk menentukan beban penyusutan dimasa
mendatang. Revisi tidak mempengaruhi jumlah beban penyusutan yang dicatat dalam
tahun sebelumnya.
Misalnya :
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Nurul Hidayah, SE,AK,MSI PENGANTAR AKUTANSI II
Suatu aktiva tetap yang dibeli seharga Rp 130.000.000, pada awalnya diestimasi
memiliki umur manfaat 30 tahun dan nilai residu Rp 10.000.000. Aktiva tersebut telah
disusutkan selama 10 tahun dengan metode garis lurus. Pada akhir tahun ke 10, nilai
buku aktiva tersebut adalah Rp 90.000.000, yang dihitung dari :
Cost Rp 130.000.000
Accuml. Depr. 10 x 4.000.000 Rp 40.000.000
Rp 90.000.000
Pada tahun ke 11, diestimasi kembali bahwa umur manfaat yang tersisa adalah 25
tahun (bukan 20 tahun), dan nilai residu adalah Rp 5.000.000 (bukan 10.000.000). Maka
beban penyusutan setiap tahun setelah revisi adalah :
Book Value akhir tahun ke 10 Rp 90.000.000
Estimasi nilai residu yang direvisi Rp 5.000.000
Depreciable cost yang direvisi Rp 85.000.000
Depreciation Exp. per th setelah revisi adalah 85.000.000 : 25 th = Rp 3.400.000.
3.6 CAPITAL EXPENDITURE DAN REVENUE EXPENDITURE (PENGELUARAN
MODAL DAN PENGELUARAN PENDAPATAN)
Ada dua jenis pengeluaran yang dilakukan setelah perolehan aktiva tetap, yaitu :
A. Pengeluaran modal (Capital Expenditures), adalah pengeluaran yang meningkatkan
nilai total aktiva tetap, atau memperpanjang umur manfaat aktiva tetap. Pengeluaran
semacam itu dicatat dengan mendebit “Fixed Assets / Accumulated Depreciation”.
B. Pengeluaran pendapatan (Revenue Expenditures), adalah pengeluaran yang hanya
menyumbangkan keuntungan dalam periode berjalan atau biaya yang muncul
sebagai bagian dari proses reparasi dan pemeliharaan normal yang sifatnya
berulang. Pengeluaran seperti itu dicatat dengan mendebit “Expenses”
JENIS-JENIS PENGELUARAN MODAL :
A. PENAMBAHAN PADA AKTIVA TETAP (ADDITION TO PLANT ASSETS), adalah
pengeluaran untuk menambah aktiva tetap.
Misalnya, biaya penambahan ruang baru pada sebuah gedung, pemasangan AC
sebuah gedung, Akan di jurnal :
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Nurul Hidayah, SE,AK,MSI PENGANTAR AKUTANSI II
Building XXX
Cash XXX
B. PERBAIKAN (BETTERMENTS),
Adalah pengeluaran yang meningkatkan efisiensi atau kapasitas operasi untuk sisa
masa manfaat aktiva tetap.
Misalnya, sebuah unit motor penggerak yang dihubungkan ke sebuah mesin diganti
dengan unit lain yang kapasitasnya lebih besar, maka akan di jurnal
Machine XXX
Cash XXX
A. REPARASI BESAR-BESARAN (EXTRAORDINARY REPAIRS).
Adalah pengeluaran yang meningkatkan umur aktiva tetap di atas taksiran semula.
Pengeluaran ini akan di debit ke account “Accumulated Depreciation”.
Misalnya :
Sebuah mesin yang mempunyai cost Rp 50.000.000, tidak ada nilai sisa, masa
manfaat 10 tahun. Pada awal tahun ke 7, dikeluarkan extraordinary repair sebesar Rp
11.500.000. Maka perhitungannya sbb :
Cost of machine Rp 50.000.000
Accumulated Depreciation :
6 tahun : 5.000.000 x 6 = 30.000.000
extraordinary repairs = 11.500.000
Sisa Accumulated Depreciation Rp 18.500.000
Book Value Rp 31.500.000
Penyusutan per tahun 31.500.000 : 7 tahun = Rp 4.500.000
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Nurul Hidayah, SE,AK,MSI PENGANTAR AKUTANSI II
IKHTISAR PENGELUARAN MODAL DAN PENGELUARAN PENDAPATAN
Expenditures Additions Extraordinary REVENUE
& NO Repairs NO EXPEND.
Betterments
YES YES Dr. Epenses
CAPITAL CAPITAL
EXPEND. EXPEND.
Dr. FA Dr. Accum.Depr.
AKUISISI PROPERTI, PABRIK, DAN PERALATAN
Biaya historis merupakan dasar yang biasa di gunakan untuk menilai properti,
pabrik, dan peralatan. Biaya historis di ukur oleh kas atau harga ekuivalen kas untuk
memperoleh aktiva dan membawanya ke lokasi serta kondisi yang diperlukan untuk
tujuan penggunaan. Biaya harus menjadi dasar penggunaan pada tanggal akuisisi
karena kas atau harga ekuivalen kas merupakan pengukuran nilai aktiva terbaik pada
saat itu. Alasan utama pernyataan ini adalah:
4) Pada tanggal akuisisi biaya merefleksikan nilai wajar.
5) Biaya historis melibatkan biaya actual bukan transaksi hipotetis, sehingga
merupakan hal yang paling dapat diandalkan.
6) Keuntungan serta kerugian sebaiknya tidak diantisipasi tetapi harus diakui ketika
aktiva dijual.
Beberapa metode penilaian lainnya juga terlah dipertimbangkan seperti; akuntansi dollar
konstan, akuntansi biaya berjalan, nilai realisasi bersih.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Nurul Hidayah, SE,AK,MSI PENGANTAR AKUTANSI II
Biaya Tanah
Semua pengeluaran untuk mendapatkan tanah dan membuatnya ingga siap
untuk digunakan dianggap sebagai bagian dari biaya tanah. Biaya tanah biasanya
mencangkup harga beli, biaya penutupan, biaya yang dikeluarkan, asumsi mengenai
hak gadai atau hipotik, dan setiap perbaikan tanah lainnya yang memiliki umur tidak
terbatas. Secara umum tanah adalah bagian dari property , pabrik, dan peralatan.
Namun jika tujuan utama dari perolehan dan pemilikan tanah adalah spekulatif, maka
tanah lebih tepat diklasifikasikan sebagai inventasi. Jika tanah dimiliki oleh sebuah
perusahaan real estan untuk dijual kembali maka harus diklasifikasikan sebagai
persediaan. Dalam kasus dimana tanah dipegang sebagai inventasi, perlakuan
akuntansi apa yang harus diberikan berkenaan dengan pajak, asuransi, dan biaya
langsung lainnyayang dikeluarkan selama pengolahan tanah.
Biaya Bangunan
Biaya bangunan harus dilibatkan semua pengeluaran yang berhubungan
langsung dengan akuisisi atau konstruksinya. Biaya - biaya ini termasuk :
a. biaya bahan baku
b. Biaya tenaga kerja,
c. Biaya overhead yang terjadi selama konsutruksi, dan
d. honor profesional serta ijin mendirikan bangunan.
Salah satu masalah akuntansi yang terlibat adalah memutuskan apa yang harus
dilakukan dengan bangunan lama yang berada pada lokasi konstruksi bangunan baru.
Biaya Peralatan
Istilah “peralatan” dalam akuntansi meliputi peralatan pengiriman, peralatan
kantor, mesin – mesin, perabotan dan perkakas,pelengkapan tetap, peralatan pabrik
dan aktiva tetap sejenis lainnya. Biaya aktiva semacam ini termasuk
a. harga beli,
b. biaya pengangkutan dan penanganan,
c. asuransi peralatan ketika masih dalam perjalanan,
d. biaya fondasi khusus bila diperlukan,
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Nurul Hidayah, SE,AK,MSI PENGANTAR AKUTANSI II
e. biaya pemasangan dan perakitan, serta
f. biaya peralatan untuk uji coba.
Oleh karena itu biaya – biaya ini mencakup semua pengeluaran yang terjadi dalam
memperoleh peralatan dan mempersiapkannya hingga siap pakai.
Aktiva yang Dibuat Sendiri
Biasanya perusahan (terutama yang bergarak dibidang industri jalan raya dan
utilitas) membuat sendiri aktivanya. Penentuan biaya mesin dan aktiva tetap lainnya
semacam itu dapat menimbulkan masalah. Tanpa melibatkan harga beli atau harga
kontrak, perusahaan harus mengalokasikan biaya dan beban untuk mendapatkan biaya
aktiva yang dibuat sendiri. Bahan dan tenaga kerja langsung yang digunakan dalam
kontruksi tidak akan menimbulkan masalah. Biaya – biaya ini dapat ditelusuri secara
langsung ke pekerjaan dan pesanan bahan yang berhubungan deng pembuatan aktiva
tetap.
Akan tetapi pembebanan biaya produksi tidak langsung akan menimbulkan
masalah khusus. Biaya tidak langsung ini yang disebut overhead atau beban, yang
terdiri dari :
a. Biaya tenaga,
b. Biaya pemanas, listrik
c. Biaya asuransi,
d. pajak,
e. Biaya penyusutan aktiva atas bangunan pabrik dan peralatan,
f. Biaya tenaga pengawas pabrik,
g. Biaya penyusutan aktiva tetap, dan perlengkapan.
Biaya – biaya ini dapat ditangani dengan salah satu dari tiga cara berikut:
1) Tidak membebankan overhead tetap ke biaya pembuatan aktiva
2) Membebankan bagian dari total overhead ke proses konstruksi
3) Alokasi berdasarkan produksi yang hilang
Biaya Bunga Selama Konstruksi
Akuntasi yang tepat untuk biaya bunga telah lama menjadi kontroversi. Tiga
pendekatan telah diusulkan untuk memperlakukan bunga yang muncur dalam
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Nurul Hidayah, SE,AK,MSI PENGANTAR AKUTANSI II
pembiayaan konstruksi atau akuisisi property, pabrik, dan peralatan adalah sebagai
berikut :
1) Tidak mengkapitalisasi beban bunga selam priode konstruksi
2) Membebankan semua biaya dana yang digunakan, baik yang dapat dapat
diidenfikasikan maupun yang tidak ke konstruksi
3) Hanya mengkapitalisasi biaya bunga actual yang terjadi selama konstruksi
Aktiva yang Memenuhi Kualifikasi
Untuk memenuhi kualifikasi sebagai kapitalisasi bunga aktiva harus memiliki
periode waktu untuk menyiapkannya agar dapat digunakan. Pengkapitalisasian biaya
bunga dimulai dari pengeluaran pengeluaran pertama yang berhubungan dengan aktiva,
dan kapitalisasi ini akan terus berlanjut hingga aktiva selesai dan siap digunakan. Aktiva
yang memenui kualifikasi sebagai kapitalisasi biaya bunga termasuk aktiva yang dibuat
untuk digunkan sendiri, serta aktiva yang ditunjukan untuk dijual atau dilease yang
dibuat atau diproduksi sebagai proyek diskrik.
Periode Kapitalisasi
Periode kapitalisasi adalah periode waktu dimana bunga harus dikapitalisasi
yang dimulai apabila ketiga kondisi berikut terjadi :
1) Pengeluaran untuk aktiva telah dilakukan
2) Aktiva yang diperlukan untuk mempersiapkan aktiva agar dapat digunakan
sedang berjalan
3) Biaya bunga telah terjadi
Kapitalisasi bunga akan terus berlangsung selama tiga kondisi tersebut ada, sementara
periode kapitarisasi akan berakhir apabila aktiva telah selesai dan siap untuk digunakan.
Jumlah yang harus dikapitalisasi
Jumlah bunga yang akan dikapitalisasi dibatasi hingga biaya bunga aktual
terendah yang terjadi selama periode berjalan atau bunga yang dapat dihindarkan.
Bunga yang dapat dihindarkan adalah jumlah biaya bunga selama periode berjalan yang
secara teoritis dapat dihindari jika pengeluaran untuk membeli aktiva tidak dilakukan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Nurul Hidayah, SE,AK,MSI PENGANTAR AKUTANSI II
Jika biaya bunga actual selama periode adalah $90.000 dan bunga yang dapat
dihindarkan adalah $80.000, maka hanya $80.000 yang dikapitalisai. Atau jika biaya
bunga actual adalah $80.000 dan bunga yang dapat dihindari adalah $90.000, maka
hanya $80.000 yang dikapitalisasi.
Untuk menerapkan konsep bunga yang dihinrkan, jumlah bunga potensial yang
dapat dikapitalisasi selama periode akuntansi ditentukan dengan mengalikan suku
bunga dengan akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang dari aktiva yang memenuhi
kualifikasi selama periode berjalan.
3.7 PELEPASAN AKTIVA TETAP (DISPOSAL OF PLANT ASSETS)
Aktiva tetap yang tidak lagi berguna bisa dibuang, dijual atau ditukar tambah dengan
aktiva tetap lainnya, yang disebut juga dengan pelepasan aktiva tetap.
Pada saat pelepasan, nilai buku aktiva harus dihapuskan dari pembukuan, begitu juga
dengan akumulasi penyusutannya. Oleh karena itu jurnal yang dibuat pada saat
pelepasan adalah :
Dr. Accumulated Depreciatin of Fixed Assets XXX
Cr. Fixed Assets XXX
A. PEMBUANGAN AKTIVA TETAP (DISCARDING OF FIXED ASSETS)
Jika aktiva tetap tidak berguna lagi bagi perusahaan serta tidak memiliki nilai residu atau
nilai pasar, maka aktiva tersebut akan dibuang.
Misal :
Pada tanggal 31/12 sebuah mesin telah habis masa manfaatnya dan tidak dipakai lagi.
Cost mesin Rp 25.000.000, maka akan dijurnal :
14/2 Accumulated Deprc. of Machine 25.000.000
Machine 25.000.000
Contoh lain, Sebuah equipment costnya Rp 6.000.000, disusutkan dengan metode garis
lurus 10%. Pada tanggal 31/12 2002 saldo akumulasi penyusutannya Rp 4.750.000.
Pada tanggal 24/3 2003 equipment tersebut discarded karena ternyata mengalami
kerusakan berat. Maka jurnal yang harus dibuat ada 2, yaitu :
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Nurul Hidayah, SE,AK,MSI PENGANTAR AKUTANSI II
1. Pembebanan penyusutan selama tahun 2003 :
24/3 Deprec. Exp. –Equipment 150.000
Accum. Deprec. 150.000
(3/12 x 600.000)
2. Pembuangan :
24/3 Accum. Deprec. 4.900.000*
Loss on Disposal of Equipment 1.100.000**
Equipment 6.000.000
*Total akumulasi penyusutan : 4.750.000 + 150.000
**Dilaporkan sebagai other expense dalam income statement.
B. PENJUALAN AKTIVA TETAP (SALE OF PLANT ASSETS)
Apabila aktiva tetap dijual dengan harga di atas nilai buku, maka selisihnya diakui
sebagai “gain on sale of fixed assets”, sebaliknya jika harga jual lebih rendah dari nilai
nilai buku selisihnya akan diakui sebagai “loss on sale of fixed assets”.
Contoh :
Sebuah equipment dengan cost Rp 10.000.000, disusutkan dengan metode garis lurus
10%. Equipment tersebut dijual pada tanggal 12/10 2002. Besarnya akumulasi
penyusutan per 31 Desember 2001 adalah Rp 7.000.000. Maka jurnal yang dibuat sbb :
12/10 2002 Deprec. Exp. Of Equipment Rp 750.000
Accum. Deprec. Rp 750.000
(10% x 10.000.000 x 9/12)
Jika aktiva dijual sebesar nilai buku :
12/10 2002 Cash Rp 2.250.000
Accum.Deprec. Rp 7.750.000
Equipment Rp 10.000.000
Jika aktiva dijual seharga Rp 1.000.000 :
Cash Rp 1.000.000
Accum. Deprec. Rp 7.750.000
Loss on disposal Rp 1.250.000
Equipment Rp 10.000.000
Jika dijual seharga Rp 3.000.000 :
Cash Rp 3.000.000
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Nurul Hidayah, SE,AK,MSI PENGANTAR AKUTANSI II
Accum.Deprec. Rp 7.750.000
Equipment Rp 10.000.000
Gain on disposal Rp 750.000
C. PERTUKARAN AKTIVA TETAP YANG SEJENIS (EXCHANGES OF SIMILAR
PLANT ASSETS)
Dalam pertukaran aktiva tetap sejenis, ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu :
1. Gain on exchanges -------- tidak diakui
2. Loss on exchanges ------- diakui.
Contoh :
1. Sebuah equipment yang mempunyai cost Rp 4.000.000, sudah disusutkan Rp
3.200.000, ditukar dengan equipment baru yang harganya Rp 5.000.000. Equipment
lama dihargai Rp 1.100.000, maka tambahan cash yang dibutuhkan sebesar Rp
3.900.000, perhitungannya sbb :
Equipment baru 5.000.000
Harga equipment –lama 1.100.000
Cash 3.900.000
Cost equipment –lama 4.000.000
Accum. Deprec. 3.200.000
Book value 800.000
Cost of new equipment 4.700.000
Jurnal yang dibuat sbb :
Accum.Deprec. Rp 3.200.000
Equipment – new Rp 4.700.000
Equipment – old Rp 4.000.000
Cash Rp 3.900.000
2. Sebuah equipment yang mempunyai cost Rp 7.000.000, akumulasi penyusutan Rp
4.600.000, ditukar dengan equipment baru yang harganya Rp 10.000.000.
Equipment lama dihargai Rp 2.000.000. Dan mengeluarkan cash sebesar Rp
8.000.000.
Perhitungannya sbb :
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Nurul Hidayah, SE,AK,MSI PENGANTAR AKUTANSI II
Equipment – new Rp 10.000.000
Trade in – old equipm. Rp 2.000.000
Cash Rp 8.000.000
Loss
Cost of old equipment Rp 7.000.000 400.000
Accum. Deprec. Rp 4.600.000 diakui
Book value Rp 2.400.000
Ayat jurnal yang dibuat sbb :
Accum.Deprec. Rp 4.600.000
Equipment – new Rp 10.000.000
Loss on disposal Rp 400.000
Equipment – old Rp 7.000.000
Cash Rp 8.000.000
Pelaporan Keuangan untuk Aktiva Tetap dan Aktiva Tak Berwujud
Jumlah beban penyusutan dan metode-metode yang digunakan dalam
menghitung penyusutan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
Setiap kelas utama aktiva juga harus diungkapkan bersama-sama dengan
akumulasi penyusutan yang berhubungan.
Aktiva tak berwujud biasanya disajikan di neraca dalam seksi terpisah dari seksi
aktiva tetap.
Setipa kelas utama aktiva tak berwujud harus dilaporkan setelah amortisasi
dicatat pada tanggal terjadinya.
Leasing Aktiva Tetap
Leasing (sewa guna usaha) adalah kontrak untuk menggunakan suatu aktiva dalam
jangka waktu tertentu.
Dua pihak yang terlibat dalam leasing :
- Lessor, adalah pihak yang memiliki aktiva
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Nurul Hidayah, SE,AK,MSI PENGANTAR AKUTANSI II
- Lessee, adalah pihak yang mendapatkan hak untuk menggunakan aktiva yang
dialihkan oleh lessor.
Jenis Leasing :
1. Financial leasing ( sewa guna usaha dengan hak opsi)
Lessor : mencatat sebagai piutang sebesar jumlah piutang SGU ditambah nilai
sisa (harga opsi) yang akan diterima lessor dikurangi dengan pendapatan SGU
yang belum diakui dan simpanan jaminan. Selisih antara piutang SGU ditambah
harga opsi dengan harga perolehan aktiva tetap diperlakukan sebagai
pendapatan SGU yang belum diakui (unearned lease income)
Lessee : dalam neracanya harus mencatat aktiva tetap dan kewajiban dalam
jumlah yang sama. Aktiva tetap tersebut disusutkan oleh lessee
2. Operating leasing
Lessor : mencatat aktiva lease sebagai aktiva tetapnya dan melakukan
penyusutan atas aktiva, pembayaran sewa oleh lesse dicatat sebagai pendapat
sewa
Lessee : pembayaran yang dilakukan dicatat sebagai biaya sewa
2. Sumber Daya Alam
Aktiva tetap dari perusahaan mungkin terdiri dari kayu hutan, biji besi, mineral atau
sumber daya alam lainnya. Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh hak penguasaan
dialokasikan selama masa eksploitasi dengan metode unit produksi. Proses
pemindahan biaya sumber daya alam ke perkiraan beban dinamakan deplesi
(depletion). Tarif deplesi dihitung dengan cara membagi biaya yang dikeluarkan dengan
estimasi cadangannya.
Contoh : Sebuah perusahaan membayar Rp 2.500.000.000 untuk mendapatkan hak
penambangan barang tambang yang diestimasi memiliki cadangan 500.000 ton. Jika
tahun pertama ditambang sebanyak 75.000 ton.
Tentukan tarif dan beban deplesi untuk tahun pertama !
Tarif deplesi per unit = Rp 2.500.000.000
500.000
= Rp 5.000
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Nurul Hidayah, SE,AK,MSI PENGANTAR AKUTANSI II
Beban deplesi untuk tahun pertama Rp 5.000 x 75.000 ton = Rp 1.875.000.000
Jurnal : Beban deplesi 1.875.000.000
Akumulasi deplesi 1.875.000.000
3. Aktiva Tak Berwujud
Aktiva jangka panjang yang tidak memiliki atribut-atribut fisik tetapi digunakan dalam
bisnis diklasifikasikan sebagai aktiva tak berwujud. Contoh-contoh aktiva tak berwujud
adalah paten, hak cipta, merek dagang, dan goodwill. Harga perolehan dari suatu aktiva
tak berwujud harus didebit ke akun aktiva. Harga perolehan ini kemudian harus
diamortisasi atau dihapus selama estimasi umur manfaat aktiva yang diharapkan
dengan mendebit perkiraan beban dan mengkredit perkiraan aktiva tak berwujud.
Paten
Merupakan hak khusus untuk memproduksi dan menjual barang yang memiliki
spesifikasi tertentu. Sebuah perusahaan dapat juga membeli hak paten dari dari
perusahaan lain atau memmperolehnya melalui upaya penelitian dan pengembangan
sendiri.
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh paten didebit ke perkiraan paten.Biaya
perolehan tersebut diamortasasi menggunakan metode garis lurus selama tahun-tahun
kegunaan yang diharapkan dengan cara mengkredit langsung perkiraan paten.
Jurnal :
* Saat memperoleh paten : Paten xx
Kas xx
* Saat mencatat amortasasi : Beban amortisasi –paten xx
Paten xx
Apabila perusahaan mengembangkan paten sendiri melalui penelitian dan
pengembangan (R&D), maka biaya yang dikeluarkan dapat dicatat sebagai beban
operasi berjalan dalam periode terjadinya dengan syarat :
- Manfaat masa depan dari R&D sangatlah tidak pasti
- Sulit untuk mengestimasi secara objektif biayanya
Hak Cipta dan Merek Dagang
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Nurul Hidayah, SE,AK,MSI PENGANTAR AKUTANSI II
Hak cipta (copy right) merupakan hak eksklusif untuk mempublikasikan dan menjual
buku, karya, seni atau komposisi musik.
Merek Dagang (trademark) adalah nama, istilah atau simbol yang digunakan untuk
mengidentifikasi perusahaan dan produknya
Goodwill
Goodwill mengacu kepada aktiva tak berwujud milik sebuah perusahaan yang tercipta
dari faktor-faktor yang menguntungkan seperti lokasi, kualitas produk, reputasi dan
keahlian manajerial.
Goodwill dapat dicatat, jika goodwill tersebut ditentukan secara objektif oleh transaksi,
misalnya pembelian atau penjualan perusahaan
DAFTAR PUSTAKA :
1. Warren Reeve Fees, Accounting, 20th editions, South-Western : Thompson Learnin,
2002.
2. Horngren dkk, Accounting, 5 th editions, New Jersey : Prentice Hall Int,Inc,2002.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Nurul Hidayah, SE,AK,MSI PENGANTAR AKUTANSI II