Post on 01-Feb-2016
description
PENGALAMATAN IPV4 DAN SUBNETTING CLASSFULL
Untuk Kelas X MM/TKJ/RPL
Tujuan:
1. Siswa dapat melakukan pengalamatan IPv4 dengan baik dan benar.
2. Siswa dapat melakukan subnetting IPv4 dengan baik dan benar.
PEMBAHASAN
A. Pengalamatan IPv4
IP Address merupakan aturan/tata cara pemberian identitas berupa alamat pada sebuah
perangkat komputer supaya perangkat komputer tersebut dapat dikenali oleh perangkat komputer
yang lain di dalam suatu jaringan. IPv4 memiliki 5 kelas yang terbagi menjadi kelas A, B, C, D,
dan E. Kelas-kelas tersebut memiliki ciri-ciri seperti pada tabel berikut:
Kelas IP Pertama IP Terakhir FormatSubnet Mask
Default
A 0.0.0.0 127.255.255.255 Network . Host . Host . Host 255.0.0.0
B 128.0.0.0 191.255.255.255 Network . Network . Host . Host 255.255.0.0
C 192.0.0.0 223.255.255.255 Network . Network . Network . Host 255.255.255.0
D 224.0.0.0 239.255.255.255
E 240.0.0.0 254.255.255.255
Kelas A memiliki maksimal 16.777.214 host dalam sebuah jaringan (256 x 256 x 256).
Contoh: IP 127.0.0.0 memiliki 16.777.214 host yang tersedia, yaitu antara 127.0.0.0 hingga
127.255.255.255
Kelas B memiliki maksimal 65.534 host dalam sebuah jaringan (256 x 256). Contoh: IP
168.0.0.0 memiliki 65.534 host yang tersedia, yaitu antara 168.10.0.0 hingga
168.10.255.255
Kelas C memiliki maksimal 256 host dalam sebuah jaringan. Contoh: IP 192.168.1.0
memiliki 256 host yang tersedia, yaitu antara 192.168.1.0 hingga 192.168.1.255. Kelas C
sering digunakan dalam pengalamatan IP. Jika dalam membuat jaringan kelas C tidak
memenuhi kebutuhan, maka dapat digunakan pengalamatan IP dengan kelas B.
Kelas D digunakan sebagai alamat multicasting, yaitu alamat yang digunakan untuk
menyampaikan satu paket ke banyak penerima.
Kelas E disediakan sebagai alamat yang bersifat “eksperimental” atau percobaan yang di
cadangkan untuk digunakan pada masa depan.
B. Subnetting
Subnetting adalah suatu cara/metode/teknik yang digunakan untuk membagi alamat IP di
dalam suatu jaringan sesuai aturan (protocol) yang telah ditetapkan. Mengapa subnetting perlu
untuk dilakukan? Subnetting bertujuan untuk:
1. Untuk mengurangi lalu lintas jaringan yang dapat mengakibatkan terjadinya broadcast
storm/memperkecil broadcast domain.
2. Untuk mengoptimalisasi unjuk kerja jaringan.
3. Untuk memudahkan pengelolaan jaringan dan identifikasi permasalahan.
4. Penghematan alamat IP.
Subnetting dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu CIDR (Classless Inter-Domain
Routing) dan VLSM (Variable Length Subnet Mask). Sebelum mempelajari subnetting, yang
perlu dipahami terlebih dahulu adalah berkaitan dengan IPv4. Perhatikan IP di bawah ini:
Contoh IP Address Kelas C: 192.168.3.2 / 24
Subnet Masknya adalah: 255.255.255.0 → 1111111.11111111.11111111.00000000
Semua IPv4 memiliki panjang 32 bit, terbagi menjadi 4 octet (1 octet = 1 byte = 8 bit).
Karena pada IPv4 tersebut ditulis “/24”, maka /24 tersebut menggambarkan bilangan biner “1”
yang berjumlah sebanyak 24 (perhatikan subnet masknya).
Lalu untuk IPv4 192.168.3.2 / 25, maka subnet mask-nya adalah: 255.255.255.128 →
1111111.11111111.11111111.10000000
Karena pada IPv4 tersebut ditulis “/25”, maka /25 tersebut menggambarkan bilangan biner “1”
yang berjumlah sebanyak 25.
Selain itu, mengapa pada 192.168.3.2 / 24 subnet masknya adalah 255.255.255.0, tetapi pada
192.168.3.2 / 25 subnet masknya adalah 255.255.255.128? Perhatikan tabel di bawah ini:
1 1 1 1 1 1 1 1
128 64 32 16 8 4 2 1
Karena pada 192.168.3.2 / 24, jumlah angka bilangan biner “1” pada oktet ke-4 adalah sebanyak
0 (1111111.11111111.11111111.00000000), maka subnet masknya adalah 255.255.255.0.
Pada 192.168.3.2 / 25, jumlah angka bilangan biner “1” pada oktet ke-4 adalah sebanyak 1
(1111111.11111111.11111111.10000000), maka subnet masknya adalah 255.255.255.128.
Lalu untuk IPv4 192.168.3.2 / 26, maka subnet mask-nya adalah: 255.255.255.192 →
1111111.11111111.11111111.11000000
Karena pada IPv4 tersebut ditulis “/26”, maka /26 tersebut menggambarkan bilangan biner “1”
yang berjumlah sebanyak 26 dan subnet masknya tidak lagi 255.255.255.128 seperti 192.168.3.2
/ 25, tetapi 255.255.255.(128+64) = 255.255.255.192.
Dan begitulah seterusnya hingga 192.168.3.2 / 30. Lalu untuk apakah /24, /25, /26 hingga /30
tesebut? Pada penggunaannya nanti, digunakan hanya dalam penulisan saja untuk mengetahui
berapa subnet yang digunakan, sehingga bisa diketahui berapa jumlah alamat host yang tersedia
dalam satu subnet. Jumlah alamat host adalah banyaknya alamat host yang dapat digunakan
dalam satu kelompok jaringan. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah tabel-tabel subnet mask
yang digunakan pada kelas A, B, dan kelas C.
*Jumlah alamat host yang tersedia = jumlah alamat host yang dapat digunakan +
NetworkID + Gateway + BroadcastID
Apakah itu Network ID, Gateway, dan BroadcastID? untuk lebih jelasnya, silahkan Anda
telusuri dan cermati menggunakan buku panduan belajar teknik jaringan dasar atau
menggunakan jasa search engine / mesin pencari di internet seperti google.
Tabel Subnet Mask pada kelas A
Subnet Mask Nilai CIDRJumlah Alamat Host
yang TersediaJumlah Alamat Host
yang Dapat Digunakan255.0.0.0 /8 > 10 juta > 10 juta
255.128.0.0 /9 > 1 juta > 1 juta255.192.0.0 /10 > 1 juta > 1 juta255.224.0.0 /11 > 1 juta > 1 juta255.240.0.0 /12 > 1 juta > 1 juta255.248.0.0 /13 524288 524285255.252.0.0 /14 262144 262141255.254.0.0 /15 131072 131069
Tabel Subnet Mask pada kelas B
Subnet Mask Nilai CIDRJumlah Alamat Host
yang TersediaJumlah Alamat Host
yang Dapat Digunakan255.255.0.0 /16 65536 65533
255.255.128.0 /17 32768 32765255.255.192.0 /18 16384 16381255.255.224.0 /19 8192 8189255.255.240.0 /20 4096 4093255.255.248.0 /21 2048 2045255.255.252.0 /22 1024 1021255.255.254.0 /23 512 509
Tabel Subnet Mask pada kelas C
Subnet Mask Nilai CIDRJumlah Alamat Host
yang TersediaJumlah Alamat Host
yang Dapat Digunakan255.255.255.0 /24 256 253
255.255.255.128 /25 128 125255.255.255.192 /26 64 61255.255.255.224 /27 32 29255.255.255.240 /28 16 13255.255.255.248 /29 8 5255.255.255.252 /30 4 1
Dari sini apakah sudah jelas? Jika sudah, maka Anda siap untuk belajar bagaimana melakukan
subnetting.
LATIHAN SUBNETTING MENGGUNAKAN TEKNIK CIDR
CIDR merupakan teknik mengklasifikasikan alamat-alamat IP pada suatu jaringan
dengan mengalokasikan jumlah alamat host yang ada pada blok tertentu berdasarkan berapa
jumlah kelompok jaringan yang dibutuhkan. Untuk lebih jelasnya, mari coba latihan berikut:
A. Sebuah sekolah memiliki 2 lab. komputer, yaitu Lab. Multimedia (A) dan Lab. TKJ (B).
Lab. A memiliki 35 komputer dan Lab. B memiliki 25 komputer. Anda bertugas untuk
memberikan alamat-alamat IP pada masing-masing komputer di kedua lab. komputer
tersebut. Agar antar komputer tidak terjadi overlapping IP, maka anda diwajibkan
melakukan subnetting dalam mengalokasikan alamat-alamat IP tersebut.
Langka-langkah:
1. Diketahui:
a) Lab. A memiliki 35 komputer (membutuhkan 35 alamat host yang dapat digunakan dan
3 alamat lagi untuk network ID, gateway, dan Broadcast ID sehingga membutuhkan
total 38 alamat host yang tersedia).
b) Lab. B memiliki 25 komputer, sehingga membutuhkan 28 alamat host yang tersedia.
*meskipun gateway yang digunakan sama, tetapi untuk berjaga-jaga jika akan terjadi
pemisahan jaringan (jaringan Lab. A dan Lab. B berdiri sendiri-sendiri), maka untuk Lab.
B tetap diasumsikan membutuhkan gateway sendiri jika nantinya diperlukan.
2. Karena menggunakan teknik CIDR, maka yang dilakukan adalah melihat apakah berapa
jumlah alamat host yang harus tersedia yang paling besar, yaitu 38 alamat host.
3. Karena yang dibutuhkan setidaknya adalah 38 alamat host, maka cari berapa subnet yang
mampu memenuhi kebutuhan, /30 = 4 host, /29 = 8 host, /28 = 16 host, dan /27 = 32 host,
tidaklah mencukupi kebutuhan, oleh karena itu, nilai CIDR /26 = 64 host-lah yang akan
digunakan, sehingga subnet masknya adalah 255.255.255.192
= 25= 35
Lab BLab A
*192 didapat dari 256-jumlah host yang tersedia dari nilai CIDR /26, yaitu 256-64
4. Kemudian, menentukan IP yang akan digunakan. Karena cukup menggunakan kelas C,
maka dapat menggunakan IP antara 192.0.0.0 sampai 223.255.255.0, misal yang akan
digunakan adalah 192.168.1.0.
5. Setelah menentukan IP yang akan digunakan, bisa membuat garis bantuan untuk
memudahkan dalam menentukan range / cakupan IP dengan cara menggambar garis lurus
horizontal.
6. Dari gambar pada langkah no.5, dapat diketahui bahwa Lab. A memiliki cakupan alamat
host yang tersedia dari 192.168.1.0 /26 hingga 192.168.1.63 /26. Berdasarkan cakupan
alamat host tersebut, maka dapat diketahui:
a) Network ID = 192.168.1.0 /26
b) Gateway = 192.168.1.1 /26
c) Alamat Host yang dapat digunakan = 192.168.1.2 /26 hingga 192.168.1.62 /26
d) Broadcast ID = 192.168.1.63 /26
Dari informasi di atas, maka IP yang dapat digunakan untuk ke-35 komputer di Lab. A
adalah 192.168.1.2 /26 hingga 192.168.1.36 /26. Mengapa bukan 192.168.1.2 /26 hingga
192.168.1.37 /26, padahal 2+35=37? Karena IP ke-1 adalah 192.168.1.2, sehingga
menghitungnya dimulai dari 192.168.1.2, tidak percaya? Coba lihat tabel berikut:
Komputer ke IP Komputer ke IP Komputer ke IP
1 192.168.1.2 13 192.168.1.14 25 192.168.1.26
2 192.168.1.3 14 192.168.1.15 26 192.168.1.27
3 192.168.1.4 15 192.168.1.16 27 192.168.1.28
4 192.168.1.5 16 192.168.1.17 28 192.168.1.29
5 192.168.1.6 17 192.168.1.18 29 192.168.1.30
6 192.168.1.7 18 192.168.1.19 30 192.168.1.31
7 192.168.1.8 19 192.168.1.20 31 192.168.1.32
8 192.168.1.9 20 192.168.1.21 32 192.168.1.33
63 Lab B64 alamat host
Lab A64 alamat host
2551270
Komputer ke IP Komputer ke IP Komputer ke IP
9 192.168.1.10 21 192.168.1.22 33 192.168.1.34
10 192.168.1.11 22 192.168.1.23 34 192.168.1.35
11 192.168.1.12 23 192.168.1.24 35 192.168.1.36
12 192.168.1.13 24 192.168.1.25
7. Dari gambar pada langkah no.5, dapat diketahui bahwa Lab. B memiliki cakupan alamat
host yang tersedia dari 192.168.1.64 /26 hingga 192.168.1.127 /26. Berdasarkan cakupan
alamat host tersebut, maka dapat diketahui:
a) Network ID = 192.168.1.64 /26
b) Gateway = 192.168.1.1 /26 → tetap menggunakan gateway seperti di Lab. A,
karena meskipun berbeda kelompok, Lab. A dan Lab. B masih dalam 1 network
yang sama, oktet ke-3 adalah “1” dari 192.168.1.0
c) Alamat Host yang dapat digunakan = 192.168.1.66 /26 hingga 192.168.1.126 /26
d) Broadcast ID = 192.168.1.127 /26
Dari informasi di atas, maka IP yang dapat digunakan untuk ke-25 komputer di Lab. B
adalah 192.168.1.66 /26 hingga 192.168.1.90 /26.
A. Sebuah perusahaan percetakan memiliki 4 divisi bagian. Divisi A membutuhkan 50
komputer, divisi B membutuhkan 70 komputer, divisi C membutuhkan 80 komputer, dan
divisi D membutuhkan 120 komputer. Tugas anda adalah melakukan subnetting pada
perusahaan tersebut agar komputer pada semua divisi dapat terhubung menggunakan teknik
CIDR.
Langkah-langkah:
1. Diketahui:
a) Divisi A memiliki 50 komputer (membutuhkan 35 alamat host yang dapat digunakan
dan 3 alamat lagi untuk network ID, gateway, dan Broadcast ID sehingga membutuhkan
total 53 alamat host yang tersedia).
b) Divisi A memiliki 70 komputer, sehingga membutuhkan 73 alamat host yang tersedia.
c) Divisi C memiliki 80 komputer, sehingga membutuhkan 83 alamat host yang tersedia.
d) Divisi D memiliki 120 komputer, sehingga membutuhkan 123 alamat host yang
tersedia.
2. Karena menggunakan teknik CIDR, maka yang dilakukan adalah melihat apakah berapa
jumlah alamat host yang harus tersedia yang paling besar, yaitu 123 alamat host.
3. Karena yang dibutuhkan setidaknya adalah 123 alamat host, maka akan lebih mudah jika
menggunakan Kelas B yang mampu menyediakan lebih dari 256 alamat host. Lalu apakah
Kelas C tidak dapat digunakan? Kelas C dapat digunakan, tetapi akan lebih merepotkan
karena adanya perbedaan network. Jika melihat kebutuhan jaringan di atas, maka setidaknya
akan membutuhkan 2 network yang berbeda, dimana Divisi A dan Divisi B dapat
menggunakan IP 192.168.1.0 /25, sedangkan Divisi C dan Divisi D akan menggunakan IP
192.168.2.0 /25. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut jika tetap menggunakan
Kelas C.
Jika menggunakan IP Kelas C seperti di atas, maka untuk menghubungkan Divisi A dan B
dengan Divisi C dan D adalah dengan menggunakan bantuan router. Oleh karena itu, kali ini
yang akan digunakan IP Kelas B.
4. Cari berapa subnet yang mampu memenuhi kebutuhan, Subnet Mask 255.255.254.0 telah
memenuhi kebuhtuhan karena menyediakan 512 alamat host, oleh karena itu, nilai CIDR /23
= 512 host-lah yang akan digunakan.
5. Kemudian, menentukan IP yang akan digunakan. Karena menggunakan kelas B, maka dapat
menggunakan IP antara 128.0.0.0 sampai 191.255.255.0, misal yang akan digunakan adalah
172.20.1.0.
Divisi C128 alamat host
Divisi D128 alamat host
Divisi B128 alamat host
Divisi A128 alamat host
192.168.1.255192.168.1.127192.168.1.1
192.168.2.255192.168.2.127192.168.2.0
6. Setelah menentukan IP yang akan digunakan, bisa membuat garis bantuan untuk
memudahkan dalam menentukan range / cakupan IP dengan cara menggambar garis lurus
horizontal.
Antara Divisi A, B, C, dan D berada dalam 1 Network di Kelas B, yaitu network 20 (oktet
ke-2 dari 172.20.1.0 dan 172.20.2.0), sehingga tidak memerlukan router seperti Kelas C.
Untuk lebih jelasnya silahkan cek tabel pembagian Kelas A, B, C, D, dan E pada bagian
Pengalamatan IPv4 (halaman pertama).
7. Dari gambar pada langkah no.6, dapat diketahui bahwa Divisi A memiliki cakupan alamat
host yang tersedia dari 172.20.1.0 /23 hingga 172.20.1.127 /23. Berdasarkan cakupan alamat
host tersebut, maka dapat diketahui:
a) Network ID = 172.20.1.0 /23
b) Gateway = 172.20.1.1 /23
c) Alamat Host yang dapat digunakan = 172.20.1.2 /23 hingga 172.20.1.126 /23
d) Broadcast ID = 172.20.1.127 /23
Dari informasi di atas, maka IP yang dapat digunakan untuk ke-50 komputer di Divisi A
adalah 172.20.1.2 /23 hingga 172.20.1.51 /23.
8. Dari gambar pada langkah no.6, dapat diketahui bahwa Divisi B memiliki cakupan alamat
host yang tersedia dari 172.20.1.128 /23 hingga 172.20.1.255 /23. Berdasarkan cakupan
alamat host tersebut, maka dapat diketahui:
a) Network ID = 172.20.1.128 /23
b) Gateway = 172.20.1.1 /23
c) Alamat Host yang dapat digunakan = 172.20.1.129 /23 hingga 172.20.1.254 /23
d) Broadcast ID = 172.20.1.255 /23
Dari informasi di atas, maka IP yang dapat digunakan untuk ke-70 komputer di Divisi B
adalah 172.20.1.129 /23 hingga 172.20.1.198 /23.
Divisi C128 alamat host
Divisi D128 alamat host
Divisi B128 alamat host
Divisi A128 alamat host
172.20.1.255172.20.1.127172.20.1.0
172.20.2.255172.20.2.127172.20.2.0
9. Dari gambar pada langkah no.6, dapat diketahui bahwa Divisi C memiliki cakupan alamat
host yang tersedia dari 172.20.2.0 /23 hingga 172.20.2.127 /23. Berdasarkan cakupan alamat
host tersebut, maka dapat diketahui:
a) Network ID = 172.20.2.0 /23
b) Gateway = 172.20.1.1 /23
c) Alamat Host yang dapat digunakan = 172.20.2.1 /23 hingga 172.20.2.126 /23
d) Broadcast ID = 172.20.2.127 /23
Dari informasi di atas, maka IP yang dapat digunakan untuk ke-80 komputer di Divisi C
adalah 172.20.2.1 /23 hingga 172.20.2.80 /23.
10. Dari gambar pada langkah no.6, dapat diketahui bahwa Divisi D memiliki cakupan alamat
host yang tersedia dari 172.20.2.128 /23 hingga 172.20.2.255 /23. Berdasarkan cakupan
alamat host tersebut, maka dapat diketahui:
a) Network ID = 172.20.2.128 /23
b) Gateway = 172.20.1.1 /23
c) Alamat Host yang dapat digunakan = 172.20.2.129 /23 hingga 172.20.2.254 /23
d) Broadcast ID = 172.20.2.255 /23
Dari informasi di atas, maka IP yang dapat digunakan untuk ke-120 komputer di Divisi D
adalah 172.20.2.129 /23 hingga 172.20.2.208 /23.
LATIHAN SUBNETTING MENGGUNAKAN TEKNIK VLSM
VLSM merupakan teknik mengklasifikasikan alamat-alamat IP pada suatu jaringan
dengan mengalokasikan jumlah alamat host yang ada pada blok tertentu berdasarkan jumlah host
yang dibutuhkan. Untuk lebih jelasnya, mari coba latihan berikut:
A. Sebuah sekolah memiliki 2 lab. komputer, yaitu Lab. Multimedia (A) dan Lab. TKJ (B).
Lab. A memiliki 35 komputer dan Lab. B memiliki 25 komputer. Anda bertugas untuk
memberikan alamat-alamat IP pada masing-masing komputer di kedua lab. komputer
tersebut. Agar antar komputer tidak terjadi overlapping IP, maka anda diwajibkan
melakukan subnetting dalam mengalokasikan alamat-alamat IP tersebut.
Langka-langkah:
1. Diketahui:
c) Lab. A memiliki 35 komputer (membutuhkan 35 alamat host yang dapat digunakan dan
3 alamat lagi untuk network ID, gateway, dan Broadcast ID sehingga membutuhkan
total 38 alamat host yang tersedia).
d) Lab. B memiliki 25 komputer, sehingga membutuhkan 28 alamat host yang tersedia.
2. Karena menggunakan teknik VLSM, maka yang dilakukan adalah mengurutkan terlebih
dahulu kelompok jaringan yang membutuhkan alamat host paling banyak, yaitu Lab. A.
3. Karena yang dibutuhkan setidaknya adalah 38 alamat host, maka cari berapa subnet yang
mampu memenuhi kebutuhan, yaitu /26 = 64 host, sehingga subnet masknya adalah
255.255.255.192. Sedangkan untuk Lab. B, karena menggunakan teknik VLSM, maka
subnet yang digunakan adalah lebih dari sama dengan (>=) 28, yaitu 32 host atau /27,
sehingga subnet masknya adalah 255.255.255.224.
4. Kemudian, menentukan IP yang akan digunakan. Karena cukup menggunakan kelas C,
maka dapat menggunakan IP antara 192.0.0.0 sampai 223.255.255.0, misal yang akan
digunakan adalah 192.168.1.0.
= 25= 35
Lab BLab A
5. Setelah menentukan IP yang akan digunakan, bisa membuat tabel VLSM untuk
memudahkan dalam menentukan range / cakupan IP.
Network
Host yang dibutuhkan Host yang tersedia Subnet Subnet Mask
A 35 64 /26 255.255.255.192
B 25 32 /27 255.255.255.224
Berdasarkan tabel dan gambar garis di atas, maka dapat diketahui:
Lab. A memiliki rentangan alamat IP dari 192.168.1.0 /26 hingga 192.168.1.63 /26
Lab. B memiliki rentangan alamat IP dari 192.168.1.64 /27 hingga 192.167.1.95 /27
6. Dari gambar pada langkah no.5, dapat diketahui bahwa Lab. A memiliki cakupan alamat
host yang tersedia dari 192.168.1.0 /26 hingga 192.168.1.63 /26. Berdasarkan cakupan
alamat host tersebut, maka dapat diketahui:
a) Network ID = 192.168.1.0 /26
b) Gateway = 192.168.1.1 /26
c) Alamat Host yang dapat digunakan = 192.168.1.2 /26 hingga 192.168.1.62 /26
d) Broadcast ID = 192.168.1.63 /26
Dari informasi di atas, maka IP yang dapat digunakan untuk ke-35 komputer di Lab. A
adalah 192.168.1.2 /26 hingga 192.168.1.36 /26.
7. Dari gambar pada langkah no.5, dapat diketahui bahwa Lab. B memiliki cakupan alamat
host yang tersedia dari 192.168.1.64 /26 hingga 192.168.1.95 /26. Berdasarkan cakupan
alamat host tersebut, maka dapat diketahui:
a) Network ID = 192.168.1.64 /26
b) Gateway = 192.168.1.1 /26 → tetap menggunakan gateway seperti di Lab. A,
karena meskipun berbeda kelompok, Lab. A dan Lab. B masih dalam 1 network
yang sama, oktet ke-3 adalah “1” dari 192.168.1.0
9563 Lab B32 alamat host
Lab A64 alamat host
2551270
c) Alamat Host yang dapat digunakan = 192.168.1.66 /26 hingga 192.168.1.94 /26
d) Broadcast ID = 192.168.1.95 /26
Dari informasi di atas, maka IP yang dapat digunakan untuk ke-25 komputer di Lab. B
adalah 192.168.1.66 /26 hingga 192.168.1.90 /26.
B. Sebuah komputer pada suatu jaringan memiliki alamat IP 192.168.1.2 /29. Carilah:
a. Subnet masknya.
b. Network ID, Gateway, Broadcast ID, dan alamat host yang dapat digunakan.
Langkah-langkah:
1. Diketahui: IP = 192.168.1.2 /29
2. Subnet masknya adalah:
11111111.11111111.11111111.11111000 (bilangan biner “1”-nya berjumlah 29), maka
subnet masknya adalah 255.255.255.248.
*huruf berwarna merah hanya menggambarkan bahwa itu adalah network dan hitam
pada Kelas C adalah host untuk memperjelas perbedaannya dalam pembelajaran.
Dari subnet mask yang telah diketahui, maka jumlah alamat host yang tersedia adalah 256-
248 = 16 alamat host. karena kelompok jaringan tersebut memiliki cakupan IP sebesar 16
host, maka jika IP yang diketahui adalah 192.168.1.2 /29, cakupan IP pada kelompok
jaringan tersebut adalah antara 192.168.1.0 /29 hingga 192.168.1.15 /29
3. Network ID adalah alamat pertama yang digunakan pada kelompok jaringan tersebut,
yaitu 192.168.1.0 /29
4. Gateway adalah 192.168.1.1 /29
5. Broadcast ID adalah alamat terakhir yang digunakan pada kelompok jaringan tersebut,
yaitu 192.168.1.15 /29
6. Alamat host yang dapat digunakan adalah 192.168.1.2 /29 hingga 192.168.1.14 /29.