Post on 21-Oct-2015
description
PENERAPAN PENDIDIKAN INKLUSI
DI SEKOLAH DASAR JOLOSUTRO
Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas Kelompok
Mata Kuliah Pendidikan Inklusi
Semester VII
Dosen Pengampu: Dra. Yohana Sumiyati, M.Pd.
Disusun oleh:
Heriyanto (10 015 052)
Adib Nur Widioko (10 015 053)
Ahmad Taofik Hidayatullah (10 015 073)
Yuni Rahman Kurniasari (10 015 082)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2013
Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013
KATA PENGANTAR
Salam dan bahagia,
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya. Sehingga,
tulisan ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyusun juga mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dra. Yohana Sumiyati, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan dalam
penyelesaian tulisan ini. Tidak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih kepada
pihak SD Jolosutro yang banyak membantu memberikan informasi yang dibutuhkan
dalam penyusunan tulisan ini.
Di dalam penulisan ini akan disajikan tentang pengertian ABK, klasifikasi
ABK, pengertian Pendidikan Inklusi, dan implementasi Pendidikan Inklusi. Selain
itu, akan disampaikan laporan hasil wawancara dan observasi penerapan Pendidikan
Inklusi di SD Jolosutro.
Harapan penyusun, semoga tulisan ini dapat memberikan tambahan
pengetahuan atau memberikan tambahan pemahaman bagi para pembaca. Mohon
maaf apabila di dalam tulisan ini masih ada beberapa kesalahan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca akan diterima dengan senang hati demi perbaikan
tulisan-tulisan berikutnya agar lebih baik lagi.
Salam.
Yogyakarta, 11 November 2013
Hormat kami,
Penyusun
ii
Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................i KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
BAB II. KAJIAN TEORI ....................................................................................... 3
A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ........................................... 3
B. Klasifikasi ABK ........................................................................................... 3
C. Pengertian Pendidikan Inklusi........................................................................ 6
D. Implementasi Pendidikan Inklusi ................................................................. 7
BAB III. LAPORAN OBSERVASI DAN WAWANCARA PENERAPAN
PENDIDIKAN INLKUSI DI SD JOLOSUTRO ........................................ 8
A. Profil Sekolah Dasar Jolosutro..................................................................... 8
B. Laporan Observasi dan Wawancara Penerapan Pendidikan Inklusi di SD
Jolosutro ................................................................................................... 9
BAB IV. PENUTUP .............................................................................................. 14
A. Kesimpulan ................................................................................................. 14
B. Saran ........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 16
iii
Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Penderita Tuna Grahita ............................................................................ 12
Gambar 2. Penderita Slow Learner ............................................................................ 13
iv
1
Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dari observasi yang telah dilakukan oleh penulis ternyata di SD Jolosutro
terdapat 35 siswa ABK (anak berkebutuhan khusus). Jumlah tersebut rata-rata
mengalami beberapa hambatan pada kategori tuna grahita, slow learner, dan
kesulitan belajar. Meskipun ada beberapa kategori lain yang dialami oleh siswa
tersebut. Dengan adanya kenyataan tersebut, tentu layanan pendidikan Inklusi bagi
siswa ABK memang sangat diperlukan. Agar semua peserta didik mendapatkan
layanan pendidikan tanpa memandang keadaan fisik maupun psikologisnya.
Hal itu sesuai dengan Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 5 yang telah mengamanatkan bahwa warga negara yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak
memperoleh pendidikan khusus. Sehingga, pendidikan bukan untuk peserta didik
yang normal saja. Akan tetapi, semua warga negara Indonesia berhak mendapatkan
pendidikan yang layak. Senada dengan amanat tesebut, Rovanita Rama (2011:75)
mengatakan bahwa pelaksanaan Pendidikan Inklusi ini dilandasi keyakinan bahwa
semua orang adalah bagian yang berharga dalam kebersamaan masyarakat, apapun
perbedaan mereka.
Namun demikian, keberadaan sekolah penyelenggara Pendidikan Inklusi perlu
disiapkan dengan matang oleh lembaga-lembaga yang bersangkutan. Sebagaimana
yang telah disampaikan oleh Sukinah (2010:41) bahwa keberhasilan Pendidikan
Inklusi sangat dipengaruhi oleh siap atau belumnya lembaga penyelenggara.
Ketidaksiapan sebuah lembaga akan mempengaruhi kualitas pelayanan Pendidikan
Inklusi. Kualitas penerapan Pendidikan Inklusi sangat berkaitan erat dengan sistem
manajemen Pendidikan Inklusi yang dijalankan di sekolah tersebut. Oleh karena itu,
1
2
Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013
dalam tulisan ini akan dibahas mengenai implementasi Pendidikan Inklusi di SD
Jolosutro.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat dituliskan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Apa pengertian dan klasifikasi ABK?
2. Apa pengertian Pendidikan Inklusi?
3. Bagimana implementasi Pendidikan Inklusi?
4. Bagaimana penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro?
5. Bagaimana ABK yang ada di SD Jolosutro?
C. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dan klasifikasi ABK.
2. Untuk mengetahui pengertian Pendidikan Inklusi.
3. Untuk mengetahui implementasi Pendidikan Inklusi.
4. Untuk mengetahui penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.
5. Untuk mengetahui ABK yang ada di SD Jolosutro.
3
Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Menurut Zaenal Alimin (dalam Zulkifli sidiq, 2009:2), ABK dapat diartikan
sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang disesuiakan dengan
hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual. Senada
dengan pernyataan di atas, Yulia Suharlina & Hidayat (2010:5) mengungkapkan
bahwa ABK adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum
atau rata-rata anak seusianya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu
yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. Sementara menurut Heward (dalam
Yulia Suharlina & Hidayat, 2010:5), ABK adalah anak dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian ABK adalah
anak yang memiliki hambatan khusus. Sehingga, perlu penanganan khusus dalam
menempuh pendidikan.
B. Klasifikasi ABK
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan
Penyelenggaraan Pendidikan telah dicantumkan beberapa klasifikasi ABK, di
antaranya sebagai berikut.
1. Tuna netra
2. Tuna rungu
3. Tuna wicara
4. Tuna grahita
5. Tuna daksa
3
4
Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013
6. Tuna laras
7. Kesulitan belajar
8. Lamban belajar
9. Anak autis
10. Memiliki gangguan motorik;
11. Menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat
adiktif lain; dan
12. Memiliki kelainan lain/ tuna ganda.
Sedangkan berikut ini adalah kutipan dari tulisan Yulia Suharlina & Hidayat
(2010:20) yang menjelaskan beberapa klasifikasi ABK.
1. Tuna netra adalah gangguan daya penglihatan, berupa kebutaan
menyeluruh atau sebagian, walaupun mereka telah diberi pertolongan alat
bantu khusus mereka masih tetap harus mendapat pendidikan khusus. Ada
dua kategori yang tergolong sebagai kehilangan kemampuan penglihatan
yaitu:
a. Low vision, yaitu orang yang mengalami kesulitan untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya yang berkaitan dengan penglihatan,
namun dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan menggunakan
strategi pendukung penglihatan, melihat dari dekat, penggunaan alat-
alat bantu dan juga modifikasi lingkungan sekitar.
b. Kebutaan, yaitu orang yang kehilangan kemampuan penglihatan atau
hanya memiliki kemampuan untuk mengetahui adanya cahaya atau
tidak. Penyebab terjadinya kehilangan kemampuan penglihatan adalah
karena adanya permasalahan pada struktur atau fungsi dari mata.
2. Tuna rungu, yaitu keadaan kehilangan pendengaran meliputi seluruh
tingkatan ringan, sedang, berat dan sangat berat yang akan
mengakibatkan pada gangguan komunikasi dan bahasa. Ketunarungunan
ini dapat digolongkan dalam kurang dengar atau tuli. Gangguan
pendengaran merupakan gangguan yang menghambat proses informasi
5
Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013
bahasa melalui pendengaran dengan maupun tanpa alat pengeras, bersifat
permanen maupun sementara yang mengganggu proses pembelajaran
anak. Penyebab gangguan pendengaran terbagi dalam dua kategori, yaitu:
1) Faktor genetik. Pengaruh genetik dapat menyebabkan cacat tulang
telinga bagian tengah, sehingga mengakibatkan berkurangnya
pendengaran. 2) Faktor lingkungan/pengalaman. Lingkungan yang
mempengaruhi pendengaran biasanya berupa serangan penyakit, misalnya
campak, radang telinga, pemakaian obat-obatan, trauma suara terlalu
keras.
3. Tuna grahita, yaitu kondisi kelainan/keterbelakangan mental, (retardasi
mental) atau tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu yang
disebabkan oleh fungsi-fungsi kognitif yang sangat lemah. Adakalanya
cacat mental dibarengi dengan cacat fisik sehingga disebut cacat ganda.
Misalnya, cacat intelegensi yang mereka alami disertai dengan
keterbelakangan penglihatan (cacat pada mata), ada juga yang disertai
dengan gangguan pendengaran. Adanya cacat lain selain cacat intelegensi
inilah yang menciptakan istilah lain untuk anak tunagrahita yakni cacat
ganda.
4. Tuna daksa, yaitu gangguan fisik yang berkaitan dengan tulang, otot,
sendi dan sistem persarafan, sehingga memerlukan pelayanan khusus.
5. Anak berbakat, yaitu anak yang memiliki kemampuan yang di atas rata-
rata, memiliki komitment tinggi terhadap tugasnya dan kreatif.
6. Tuna wicara, yaitu gangguan yang mengacu pada gangguan komunikasi
seperti gagap, gangguan artikulasi, gangguan bahasa, atau gangguan suara
yang berdampak pada hasil pembelajaran seorang anak.
7. Anak berkesulitan belajar, yaitu anak yang mengalami kesulitan belajar
karena ada gangguan persepsi. Ada tiga bentuk kesulitan belajar anak,
di antaranya kesulitan di bidang matematika atau berhitung (diskalkulia),
kesulitan membaca (disleksia), kesulitan berbahasa (disphasia), dan
kesulitan menulis (disgraphia). Anak kesulitan belajar juga kesulitan
6
Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013
orientasi ruang dan arah, misalnya sulit membedakan kiri-kanan, atas-
bawah. Tanda-tanda disleksia antara lain, tidak lancar atau ragu-ragu
dalam membaca, membaca tanpa irama (monoton), dan kesulitan
mengeja. Tanda-tanda disgraphia, misalnya, tulisan sangat jelek, terbalik-
balik, dan sering menghilangkan atau malah menambah huruf.
Sedangkan, tanda-tanda diskalkulia, misalnya kesulitan memahami
simbol matematika.
8. Anak autis, yaitu anak yang mengalami gangguan perkembangan yang
diwujudkan dalam hambatan komunikasi verbal dan non verbal, masalah
pada interaksi sosial, gerakan yang berulang, sangat terganggu dengan
perubahan dari suatu rutinitas, memberikan respon yang yang tidak
sesuai terhadap rangsangan sensoris.
C. Pengertian Pendidikan Inklusi
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan
Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi
Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa pada pasal 1 menetapkan bahwa pendidikan
inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan
kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu
lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Lebih lanjut, Sukinah (2010:40) menjelaskan bahwa Pendidikan Inklusi merupakan
implementasi pendidikan yang berwawasan multicultural yang dapat membantu
peserta didik mengerti, menerima, serta menghargai orang lain yang berbeda suku,
budaya, nilai, kepribadian, dan keberfungsian fisik dan psikologis. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang
diselenggarakan bagi peserta didik normal maupun peserta didik yang menyandang
hambatan untuk belajar secara bersama-sama.
7
Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013
D. Implementasi Pendidikan Inklusi
Sukinah (2010:43) mengungkapkan bahwa dalam manajemen strategi
Pendidikan Inklusi paling sedikit mencakup tiga aspek, yaitu perencanaan, penerapan,
dan pengawasan. Pada aspek perencanaan, di antaranya meliputi pengembangan visi,
misi, dan tujuan sekolah yang disesuaikan dengan keadaan sekolah dan lingkungan
sekitar. Dalam implementasi/ penerapan Pendidikan Inklusi, Sunaryo (2009:7) lebih
lanjut menyampaikan bahwa dalam proses pembelajaran sebaiknya perencanaan
pembelajaran hendaknya dibuat berdasar hasil asesmen dan dibuat bersama antara
guru kelas dan guru pendamping khusus (GPK) dalam bentuk program pembelajaran
individual. Berikutnya, pada pelaksanaan pembelajaran lebih mengutamakan metode
pembelajaran kooperatif dan partisipatif, memberi kesempatan yang sama dengan
siswa lain, menjadi tanggung jawab bersama dan dilaksanakan secara kolaborasi
antara GPK dan guru kelas, serta dengan menggunakan media, sumber daya dan
lingkungan yang beragam sesuai kebutuhan ABK. Selanjut Sunaryo (2009:7)
menambahkan bahwa pada tahap evaluasi perlu penyesuaian cara, waktu dan isi
kurikulum, mengacu kepada hasil asesmen, serta mempertimbangkan penggunaan
Penilaian Acuan Norma. Pelaksanaan evaluasi sebaiknya secara fleksibel,
multimetode dan berkelanjutan. Selain itu, guru harus secara rutin
mengkomunikasikan hasilnya kepada orang tua.
8
Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013
BAB III
LAPORAN OBSERVASI DAN WAWANCARA
PENERAPAN PENDIDIKAN INLKUSI DI SD JOLOSUTRO
A. Profil Sekolah Dasar Jolosutro
Sekolah Dasar Jolosutro terletak di Kelurahan Srimulyo, Kecamatan
Piyungan, Kabupaten Bantul, Provinsi Yogyakarta. Sekolah ini termasuk berada di
wilayah pedesaan yang jauh dari perkotaan. Tepatnya sekolah ini berada di kaki
gunung, yaitu di sebelah timur kota Yogyakarta. Namun, status sekolah ini adalah
sekolah negeri.
Guru kelas yang mengajar di SD ini berjumlah 7 orang. Satu guru agama
Islam, 1 guru olahraga, 1 guru Seni Tari, 1 guru TIK, satu penjaga sekolah, dan
seorang kepala sekolah. Selain itu, ada guru pramuka dan guru Bahasa Inggris
masing-masing satu guru. Sedangkan jumlah siswa saat ini berjumlah 187 siswa.
Dengan jumlah ABK yang ada sekarang adalah 35 siswa yang tersebar di semua
kelas, selain kelas 1.
Sekolah ini memiliki lapangan sepak bola sendiri yang berada di depan pintu
gerbang sekolah. Selain itu, di sekolah ini terdapat perpustakaan yang selalu
digunakan siswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Ruang kelas
terdapat 7 ruang, kelas 4 merupakan satu-satunya kelas yang terdapat 2 rombel. Kelas
4a terdiri atas 18 siswa, sedangkan kelas 4b terdiri atas 17 siswa. Terdapat pula
mushola dan laboraturiaum komputer.
Sedangkan berikut ini adalah visi dan misi SD Jolosutro.
Visi SD Jolosutro
1. Unggul dalam prestasi akademik, terampil, dan berperilaku mulia
9
Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013
2. Indikator
a. unggul dalam bidang akademik
b. unggul dalam bidang mengoperasikan computer
c. unggul dalam imtaq dan berbudi luhur
Misi SD Jolosutro
1. melaksanakan pembelajaran dan bimbingan dengan intensif untuk
mencapai tingkat ketuntasan dan daya serap yang tinggi dengan situasi
yang menggembirakan.
2. melaksanakan pembelajaran computer agar dapat mengoperasikan
computer
3. menumbuhkembangkan penghayatan, pengamatan terhadap ajaran agama
dan melestarikan kebudayaan daerah sehingga menciptakan sekolah yang
kondusif.
4. membudayakan 3 S (senyum, salam, salim) diantara warga Sd Jolosutro
5. membiasakan sholat berjamaah dhuhur dan sholat dhuha
B. Laporan Observasi dan Wawancara Penerapan Pendidikan Inklusi di
SD Jolosutro
1. Sejarah Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro
Sebelum tahun 2000, SD Jolosutro tidak menyelenggarakan Pendidikan
Inklusi. Pada saat itu, sekolah dasar ini memiliki pendaftar yang tergolong ABK,
yaitu penderita Low Vision. Penderita tersebut hanya bisa membaca dengan jarak 1
cm menggunakan mata sebelah kiri. Namun, pihak sekolah belum bisa menerima
ABK tersebut. Hal itu dilakukan karena pihak sekolah memang merasa belum cukup
ilmu untuk mendidik ABK. Meskipun dalam UUD 1945 pasal 31 telah ditetapkan
bahwa pendidikan adalah hak untuk seluruh warga negara, bagi yang normal maupun
yang menyandang hambatan.
10
Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013
Oleh karena itu, pihak sekolah berupaya untuk melakukan komunikasi dengan
pihak-pihak atasan, seperti UPT dan Dinas Pendidikan setempat. Akhirnya, pada
waktu itu pihak UPT maupun Dinas Pendidikan memberikan kepercayaan kepada SD
Jolosutro untuk menerima ABK. Meskipun dari pihak SD Jolosutro belum cukup
ilmu dalam menangani ABK. Sehingga, mulai tahun ajaran 2001/2002 SD Jolosutro
mulai menjadi sekolah inklusi.
Dengan demikian, guru-guru SD Jolosutro sering diikutsertakan dalam
pelatihan-pelatihan atau pun workshop yang berkaitan dengan cara menangani ABK.
Dari kerja keras guru-guru dan dukungan dari pemerintah tersebut, akhirnya SD ini
dapat mendidik ABK yang menderita Low Vision hingga lulus. Bahkan, ABK yang
pertama ditangani oleh SD ini telah banyak meraih prestasi gemilang pada
perlombaan-perlombaan ABK, seperti lomba bermain musik dan lomba adzan. ABK
ini meraih juara I tingkat nasional pada perlombaan bermain musik. Dengan juara
pertama yang diraih oleh ABK ini, maka dapat mengangkat nama baik SD Jolosutro
di bidang Pendidikan Inklusi. Sehingga, sejak saat itu SD ini semakin banyak ABK
yang mendaftar di sekolah ini.
2. Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro
Pada aspek perencanaan, SD Jolosutro telah menentukan arah organisasi ini
ke dalam visi, misi, dan tujuan. Adapun visi dan misi seperti yang telah disampaikan
di atas. Sedangkan salah satu tujuan sekolah ini adalah melaksanakan pembelajaran
dan bimbingan dengan intensif untuk mencapai tingkat ketuntasan dan daya serap
yang tinggi dengan situasi yang menggembirakan. Hal tersebut telah ditentukan
berdasarkan potensi, keadaan, dan kebutuhan masyarakat setempat.
Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran di SD Jolosutro, penyusunan
dibuat berdasar hasil asesmen dan berkolaborasi dengan GPK. Meskipun pada
kenyataannya hanya ada satu guru pendamping khusus yang hanya datang dua hari
dalam seminggu. Selain itu, pendidikan GPK yang saat ini bertugas di sekolah ini
11
Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013
bukan berlatar belakang pendidikan dari lulusan Pendidikan Luar Biasa. GPK
tersebut merupakan sarjana ekonomi. Akan tetapi, GPK tersebut telah mengikuti
pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan Pendidikan Inklusi.
Sedangkan pada pelaksanaan pembelajaran guru lebih mengutamakan metode
pembelajaran kooperatif dan partisipatif. Hal itu dilakukan untuk memberikan
kesempatan yang sama kepada semua siswa termasuk siswa ABK. Dengan didukung
media dan lingkungan yang kontekstual sesuai kebutuhan pembelajaran.
Berkaitan dengan pelaksanaan evaluasi, SD Jolosutro melakukan evaluasi
dengan cara, waktu dan isi kurikulum yang disesuaikan mengacu kepada hasil
asesmen. Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan tidak tinggi, akan tetapi
dibuat lebih rendah agar ABK mampu mencapainya. Dalam pelaksanaan evaluasi
secara fleksibel, multimetode dan berkelanjutan. Meskipun komunikasi dengan orang
tua siswa ABK masih dinilai kurang.
3. Beberapa ABK dan Kondisinya Saat Ini
Gambar 1. Penderita tuna grahita.
12
Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013
a. Tuna Grahita
Nama : Huda Ismawan
Kelas : 6
Umur : 12 tahun
Kelebihan : Huda termasuk anak yang tidak pernah marah, dan tidak
pernah menghiraukan ejekan temannya. Ia seolah-olah tidak
mempunyai beban.
Kelemahan : Tulisan Huda tidak jelas dan tidak lengkap. Tingkat
pemahaman inggil pun rendah, sehingga ia mudah lupa.
Kendala : waktu yang dibutuhkan Huda dalam memahami pelajaran
lebih lama dari pada teman-temannya. Bisa dua kali lipat dari
waktu belajar temannya.
Cara mengatasi : Guru mengatasi dengan mengunakan inovasi-inovasi pada
strategi pembelajaran. Misalnya dengan bermain peran dan
penggunaaan media.
13
Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013
Gambar 2. Penderita Slow Learner.
b. Slow Learner
Nama : Feri Ardiansyah
Kelas : 4B
Umur : 10
Kelebihan : Secara lisan Feri lebih cepat merespon setiap stimulus.
Kelemahan : Tulisan kurang lengkap, bentuk huruf kurang jelas, dan
terkadang tidak bisa dibaca.
Kendala : Membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menerima dan
memahami materi pembelajaran.
Cara mengatasi : Guru menggunakan waktu di hari Sabtu untuk memberikan
pembelajaran lebih intensif kepada ABK.
14
Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa hal di antaranya. ABK adalah
anak yang memiliki hambatan khusus, sehingga perlu penanganan khusus dalam
menempuh pendidikan. Dengan klasifikasi, seperti tuna netra, tuna rungu, tuna
wicara, tuna grahita, tuna daksa, tuna laras, kesulitan belajar, lamban belajar, anak
autis, memiliki gangguan motorik, menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat
terlarang, dan zat adiktif lain, serta memiliki kelainan lain/ tuna ganda.
Berikutnya, pengertian Pendidikan Inklusi merupakan pendidikan yang
diselenggarakan bagi peserta didik normal maupun peserta didik yang menyandang
hambatan untuk belajar secara bersama-sama. Pada implementasinya perlu ditentukan
visi, misi, dan tujuan yang tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Begitu pula
dalam tahap perencanaan, proses, dan evaluasi yang harus menyesuaikan hasil
asesmen, dan peran GPK, serta komunikasi dengan orang tua. Sedangkan
implementasi Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro peran GPK dan komunikasi dengan
orang tua masih dinilai kurang.
Sebagai sampel ABK di SD Jolosutro adalah penyandang hambatan tuna
grahita dan slow learner. Dengan kelemahan kedua ABK tersebut adalah penerimaan
materi pembelajaran yang lebih lamban dibanding peserta didik normal. Guru
mengatasi kelemahan tesebut dengan penambahan waktu atau inovasi pada strategi
pembelajaran.
15
Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013
B. Saran
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, maka dapat
disampaikan beberapa saran sebagai berikut.
1. Bagi Pemerintah
a. Hendaknya pemerintah menyiapkan GPK lulusan Pendidikan Luar
Biasa sesuai dengan kebutuhan baik kualitas maupun kuantitas.
b. Hendaknya pemerintah selain melatih guru pendamping khusus, maka
pemerintah harus melatih guru kelas terkait pengembangan Pendidikan
Inklusi.
c. Sebaiknya pemerintah memberi apresiasi yang berarti terhadap guru
yang mengajar lebih dari 24 jam.
d. Pemerintah seharusnya menyiapkan inovasi-inovasi media
pembelajaran
2. Bagi Orang tua dan Masyarakat
a. Hendaknya orang tua menjalin kerja sama yang baik dengan pihak
sekolah terkait penerapan pendidikan inklusi demi tercapainya tujuan
pendidikan inklusi.
b. Sebaiknya masyarakat mempunyai rasa memiliki yang memiliki yang
besar terhadap proses implementasi Pendidikan Inklusi.
3. Bagi Calon Guru
- Mata kuliah Pendidikan Inklusi perlu diberikan di semua jenjang
perguruan tinggi keguruan agar guru maupun dosen siap
menerapkan Pendidikan Inklusi di sekolah maupun di perguruan
tinggi.
16
Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009.
Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa. Jakarta:
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010. Tentang Pengelolaan Penyelenggaraan
Pendidikan. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Rama, Rovanita. 2011. Perlindungan Hukum Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
dengan Pelaksanaan Program Pendidikan Khusus/Inklusif Ditinjau
dari Berbagai Undang-Undang Yang Berlaku. Jurnal Sosial
Ekonomi Pembangunan (Vol. II Nomor 4). Hlm. 64-79.
Sidiq, Zulkifli. 2013. Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus.
Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19601
0151987101-
ZULKIFLI_SIDIQ/BIMB._ABK_PGSD_1_%5BCompatibility_Mod
e%5D.pdf (diakses tanggal 9 November 2013)
Suharlina,Yulia & Hidayat. 2010. Anak Berkebutuhan Khusus.
Tersedia:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ABK%20TUK%20TENDIK.p
df (diakases tanggal 9 November 2013)
Sukinah. 2010. Manajemen Strategik Implementasi Pendidikan Inklusif. Jurnal
Pendidikan Khusus (Vol. 7 Nomor 2). Hlm. 40-51.
17
Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013
Suryaningsih, Ana. 2011. Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
Tersedia:
http://blog.uin-malang.ac.id/ansur/2011/06/14/strategi-pembelajaran-
bagi-anak-berkebutuhan-khusus/ (diakses 9 November 2013)
Sunaryo. 2009. Manajemen Pendidikan Inklusif (Konsep, Kebijakan, dan
Implementasi dalam Perspektif Pendidikan Luar Biasa).
Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19560
7221985031-SUNARYO/Makalah_Inklusi.pdf (diakses tanggal 10
November 2013)
Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Jakarta: Sekretaris
Negara Republik Indonesia.
Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia.