PENENTUAN JENIS DAN POLA TANAM DUA TANAMAN BERBEDA DAN PENETAPAN JADWAL IRIGASI TANAMAN PADA LAHAN

Post on 11-Oct-2015

139 views 16 download

description

Makalah tentang laporan hasil praktikum tentang PENENTUAN JENIS DAN POLA TANAM DUA TANAMAN BERBEDA DAN PENETAPAN JADWAL IRIGASI TANAMAN PADA LAHAN - Teknik sipil dan lingkungan IPB

Transcript of PENENTUAN JENIS DAN POLA TANAM DUA TANAMAN BERBEDA DAN PENETAPAN JADWAL IRIGASI TANAMAN PADA LAHAN

Laboratorium KomputerRabu, 26 Februari 2014

Makalah Teknik Irigasi dan Drainase

PENENTUAN JENIS DAN POLA TANAM DUA TANAMAN BERBEDA DAN PENETAPAN JADWAL IRIGASI TANAMAN PADA LAHAN

KELOMPOK 71. Arif Alfarisi(F44110006)2. Claudia Risnayanti Munthe(F44110021)3. Harsatya Alif Adiguna(F44110035)4. Sisca Rizki Utami(F44110059)5. Cahyo Edi Nugroho(F44110066)

Dosen Praktikum:Dr. Ir. Prastowo, M.EngSutoyo, S.TP, M.Si.Andik Pribadi, S.TP, M.Sc.

Asisten Praktikum:1. Chindy Ade H.F441000082. Angga NugrahaF441000123. Dodi Wijaya F44100066

Departemen Teknik Sipil dan LingkunganFakultas Teknologi PertanianInstitut Pertanian Bogor2014I. PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya alam yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia, hewan dan tanaman. Oleh karena itu diperlukan pengendalian dalam pemanfaatannya. Salah satu bentuk pengendalian air, yaitu pengaturan air di bidang irigasi. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kekurangan air pada musim kemarau, sehingga dapat memenuhi kebutuhan air irigasi dan tidak terjadi kelebihan air pad a musim hujan. Irigasi adalah suatu sistem untuk mengairi suatu lahan dengan membendung sumber air, atau dapat diartikan sebagai suatu usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air untuk menunjang sistem pertanian. Sistem irigasi tersebut sudah dilakukan oleh manusia sejak zaman dahulu. Irigasi memegang peran penting dalam bidang pertanian. Oleh karena itu masyarakat perlu menguasai pengetahuan tentang irigasi supaya dapat menerapkannya pada lahan persawahan Indonesia. Pengelolaan lahan pertanian yang baik akan mendukung perekonomian nasional terlebih negara Indonesia sebagai negara agraris yang sebenarnya sangat mengandalkan sektor pertanian sebagai penyedia bahan pangan, sandang, dan papan bagi segenap penduduk, serta penghasil komoditas ekspor sehingga dapat meningkatkan devisa. Hal tersebut membutuhkan suatu sistem irigasi dan pola tanam yang tepat untuk dapat membantu menciptakan kondisi pertanian yang berproduksi secara maksimum. Produktivitas tumbuhan yang maksimum dan pemanfaatan lahan secara efisien sangat diperlukan untuk memberikan hasil atau produksi pertanian yang maksimal. Dengan demikian segala aspek yang diharapkan dari lahan pertanian di Indonesia akan tercapai. Salah satu contoh pada pemanfaatan lahan yang maksimal dan efisien, serta produktivitas yang maksimum dari tanaman adalah dengan pengaturan suatu lahan pertanian dengan pola tanam yang sesuai dan pengaturan sistem irigasi yang tepat. Pemanfaatan lahan secara maksimal dapat dilakukan salah satunya dengan cara penanaman beberapa jenis tanaman pada suatu lahan. Hal ini memerlukan rancangan sehingga dapat diketahui pola tanam dan sistem yang tepat untuk irigasi lahan yang dikembangkan.

II. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sistem irigasi di Indonesia dengn pola tanam yang sesuai dan penyesuaian beberapa jenis tanaman yang dapat ditanam secara bersamaan.

III. METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dengan membuat berbagai prediksi untuk sistem pola tanam pada suatu lahan dengan menggunakan software Cropwat 8.0.

Data kebutuhan irigasi (Crop Water Requirment) di dapatkanTentukan jenis tanahTentukan jenis tanaman

Jadwal irigasi didapat pada menu schedule dan chartTentukan dua jenis tanaman yang akan ditanam beserta persentase lahanTentukan jenis jadwal irigasi pada menu option

IV. PEMBAHASAN4.1 Penjadwalan Irigasi Tanah yang digunakan pada penelitian di Belawan Medan adalah jenis tanah clay (heavy). Tanaman yang digunakan adalah padi dan kentang dengan prosentase lahan masing masing 50%. Berdasarkan pola tanam yang telah ditentukan sebelumnya, kebutuhan irigasi serta jadwal diberikannya irigasi pada lahan pertanian dapat dilihat melalui skema irigasi seperti berikutTabel 1. Skema Penjadwalan Irigsi Tanaman Padi dan KentangDefisit PresipitasiJanFebMarAprMeiJunJulAguSepOktNovDes

1. Kentang00018.5020.9000000

2. Padi0147.2126.051.7027.9000000

Skema Net. Irigasi

mm/hr02.62.01.0000.6000000

Mm/bln073.663.030.5019.2000000

Area Irigasi

(% total area)0505075075000000

Irigasi Area Actual

(l/s/h)00.610.470.1600000000

Skema tersebut menunjukkan kebutuhan air irigasi setiap tanaman padi dan kentang pada musim tanamnya masing-masing. Tanaman Kentang lebih sedikit membutuhkan irigasi yaitu pada bulan April sebesar 18.5 mm dan 20.9 mm pada bulan Juni. Sedangkan kebutuhan irigasi Padi jauh lebih banyak yaitu pada bulan Februari, Maret, April, dan Juni. Berdasarkan skema di atas, kriteria penjadwalan irigasi yang dipilih untuk lokasi ini yaitu no irrigation, irrigation at fixed waterdepth, dan irrigate continously.

Gambar 1. Jadwal irigasi padi dengan kriteria no irrigation

Gambar 2. Jadwal irigasi padi dengan kriteria irrigation at fixed waterdepth

Gambar 3. Jadwal irigasi padi dengan kriteria irrigation continuously

Kondisi lokasi Belawan, Medan memiliki curah hujan cukup tinggi sehingga menghasilkan kebutuhan irigasi yang mencukupi untuk tanaman. Pemilihan tanaman berupa kentang cukup tepat, bahkan padi yang merupakan tanaman dengan kebutuhan irigasi yang tinggi tersebut rata-rata masih dapat terpenuhi dengan air hujan. Keadaan kelengasan tanah di daerah Belawan juga terlihat cukup baik dengan minimnya penggunaan irigasi disertai besarnya efisiensi air hujan. Penjadwalan irigasi di lahan pertanian Belawan berdasarkan penelitian dipengaruhi oleh jenis tanaman, intensitas curah hujan, kelengasan tanah, keadaan iklim sekitar dan pola tanam yang digunakan.

4.2 Kondisi Iklim Stasiun Klimatologi Belawan Medan Penelitian mengenai kebutuhan air irigasi dilakukan di daerah Medan, Sumatera Utara dengan menggunakan stasiun klimatologi Belawan Medan. Stasiun klimatologi Belawan Medan memiliki identitas seperti berikut :Altitude: 3 meterLatitude: 3.8 oNLongitude: 98.7 oE Berdasarkan data klimatologi tahun 1980 sampai dengan tahun 1989, stasiun ini mencatat suhu minimum rata-rata sebesar 25.6 oC, sedangkan suhu maksimum rata-rata sebesar 27.3 oC. Kelembaban rata-rata selama 76%, dengan kecepatan angin sebesar 30 m/detik dan penyinaran matahari rata-rata sebesar 30%. Data-data tersebut dapat dipakai untuk menentukan nilai evapotranspirasi tanaman acuan (ETo). Evapotranspirasi tanaman acuan adalah evapotranspirasi yang terjadi pada tanaman acuan yaitu tanaman rumput yang tumbuh pada suatu lahan dengan ketinggian tanaman 12 cm dari permukaan tanah dan kebutuhan airnya tercukupi dengan baik. Perhitungan besarnya evapotranspirasi tanaman acuan diperlukan, misalnya untuk menentukan kebutuhan air bagi tanaman (ETt). Kebutuhan air bagi tanaman dihitung dari perkalian nilai koefisien tanaman (kc) dengan besarmya evapotranspirasi tanaman acuan (Bustomi, 2000).

Gambar 4. Data ETo Belawan Medan Nilai evaporasi tanaman acuan (ETo) didapatkan menggunakan metode Penman-Monteith. Parameter yang dibutuhkan adalah suhu minimum rata-rata, suhu maksimum, kelembapan, kecepatan angin, dan penyinaran matahari. Masing-masing data merupakan rataan perbulan selama 10 tahun. Berdasarkan data tersebut, di dapatkan nilai ETo rata-rata sebesar 4.10 mm/hari.

Gambar 5. Data Hujan Efektif

Pada gambar 2 disajikan data hujan efektif yang di dapatkan dari data total curah hujan rata-rata selama 10 tahun. Pada data tersebut dapat dilihat bahwa curah hujan rata-rata paling besar terjadi pada bulan September. Berdasarkan data tersebut, didapatkan nilai total hujan efektif sebesar 1418.2. Hujan efektif dihitung menggunakan formula empiris.

4.3 Jenis Tanaman serta Pola Tanam berdasarkan Kategori Iklim Derah Belawan merupakan daerah yang terletak di pesisir pantai. Belawan memiliki curah hujan yang sangat tinggi dalam setahun. Total hujan efektif dalam setahun mencapai 1418.2 mm. Besar curah hujan tersebut akan menentukan jenis tanaman dan pola tanam yang akan direkomendasikan untuk ditanam. Penentuan pola tanam dan jenis tanam yang tepat akan berdampak pada kemajuan pertanian di dareah Belawan, Medan. Data curah hujan (CH) serta curah hujan efektif menjadi indikator penting untuk mengetahui hal tersebut (Gambar 2). Menurut klasifikasi Oldeman et al (1979) yang menyatakan bahwa suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm. Data curah hujan menunjukkan di Belawan terdapat 11 bulan basah dan 1 bulan kering sehingga berdasarkan data tersebut wilayah Branti Belawan Medan tergolong pada iklim A1. Berdasarkan klasifikasi iklim tersebut, maka tanaman yang direkomendasikan untuk ditanam adalah tanaman padi. Curah hujan di Belawan yang tinggi sepanjang tahun menandakan bahwa kebutuhan air aman untuk menanam tanaman padi yang membutuhkan banyak air selama masa tanamnya.

Dalam penentuan besarnya kebutuhan air irigasi, parameter yang dibutuhkan tidak hanya parameter iklim, tetapi juga parameter tanaman yang akan ditanam pada area lahan irigasi tersebut. Nilai konstanta tanaman (Kc) diperlukan untuk menentukan besarnya evapotranspirasi. Nilai Kc tanaman setiap tanaman berbeda-beda. Asumsi tanaman yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah padi (rice). Data nilai Kc pada tanaman padi menurut FAO saat kondisi kering masing-masing sebesar 0.50 untuk initial-development, 1.05 saat mid-season, dan 0.70 saat late season. Pada keadaan basah, masing-masing sebesar 1.10 untuk initial-development, 1.20 saat mid-season, dan 1.05 saatlate season. Padi memiliki masa initial selama20 hari, development selama 30 hari, mid-season selama 40 hari, serta late season selama 30 hari.

V. KESIMPULAN Irigasi memegang peran penting dalam bidang pertanian di Indonesia. Representasi sistem irigasi merupakan suatu kesatuan hubungan masukan (input), proses dan keluaran (output). Dalam penerapan sistem irigasi pada lahan pertanian di Inonesia banyaknya pemakaian air irigasi perlu untuk diketahui. Selain itu, pada suatu lahan yang digunakan diharapkan dapat lebih efisien ketika lahan digunakan untuk penanaman dua atau lebih tanaman berbeda. Dengan demikian, pemanfaatan lahan dapat menjadi maksimal. Namun pemanfaatan lahan tersebut juga harus disertai dengan suatu pola tanam dan sistem irigasi yang tepat.

VI. DAFTAR PUSTAKABustomi, 2000. Prinsip Dasar Analisis Kebutuhan Air dan Ketersediaan Air Irigasi, Kursus Singkat Sisitem Sumber Daya Air Dalam Otonomi Daerah II, Grup Sumber Daya Air Laboratorium Hidrolika, JTS-FT UGM. Yogjakarta. Direktorat Jenderal Pengairan, 1986. Standar Perencanaan Irigasi (KP.01-05). Departemen Pekerjaan Umum, CV. Galang Persada, Bandung. Sudjarwadi. 1990. Teori dan Praktek Irigasi. Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik, UGM. Yogyakarta. Sosrodarsono, S dan Takeda, K. 1976. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta:PT. Pradnya Paramita.Suhardjono. 1994. Kebutuhan Air Tanaman. Malang: Institut Teknologi Nasional.