Post on 25-Jan-2017
BAHAN KULIAH S3
PRODI PLS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM KONTEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT BERKELANJUTAN
Oleh :
Prof., Dr., H. Enceng Mulyana, M.,Pd
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
TAHU TIDAK TAHU
DIRI ORANG LAIN
TA
HU
TID
AK
TA
HU
DIR
I SEN
DIR
I
A. ORIENTASI KE ARAH MATERI KULIAH
HUMAN PERSON AS AN INDIVIDUAL/
AS AMEMBER OF SOCIETY
GLO
BA
L S
PIR
ITU
ALIT
Y
TRUTH & WISDOM
CR
EA
TIV
ITY &
A
PR
EC
IATIO
N O
F
BEA
UT
Y
SUSTAINABLE HUMAN DEVELOPMENT
THE CORE VALUES OF LEARNING TO BE FULLY HUMAN
PLS DALAM KONTEKS CD BERKELANJUTAN
TRANSFORMASI BUDAYA
PEMBENTUKAN PRIBADI
PENYIAPAN WARGA NEGARA YANG BAIK
PENYIAPAN TENAGA KERJA BERKUALITAS TINGGI
PRINSIP : KEMANUSIAAN PARTISIPASI KOLABORASI KERJASAMA INOVATIF
JALUR : KELUARGA SEKOLAH LEMBAGA SOSIAL KEMASYARAKATAN LEMB.PEMERINTAH
PEND.
MANUSIA MANDIRI
BERBUDI DAN BERKARAKTER BANGSA YANG
GEMAR BELAJAR
DIMENSI
BUDAYA/TRADISI
BAHASA DAERAH
AGAMA
EKO KELUARGA
KEWILAYAHAN
LANDASAN IDEOLOGIS,
1. LANDASAN PILOSOFIS
2. EDUCATION FOR ALL
3. PERATURAN PERUNDANGAN PENDIDIKAN
POLA PIKIR PLS DALAM KONTEKS CD BERKELANJUTAN
PENDEKATAN IPTEK/IMTAQ
PENDEKATAN PROFESIONAL
Bukan sekedar proses
pengayaan intelektual, tetapi
juga menumbuhkan benih-
benih adab* manusia; untuk
mengecambahkan kualitas
luhur kemanusiaan
Pendidikan
ASUMSI/DALIL PENDIDIKAN
SEBAGAI PIJAKAN
1. SEORANG YANG TIDAK MENDAPAT PENDIDIKAN, BERARTI
KEHILANGAN BANYAK KESEMPATAN UNTUK MENCAPAI DERAJAT
HIDUP YANG MULIA.
2. MASYARAKAT YANG TIDAK BERHASIL MENEMUKAN SISTEM
PENDIDIKAN YANG TEPAT, BERARTI MEMBUAT KEHIDUPAN
MASYARAKATNYA SENDIRI TANPA KEPRIBADIAN, TERLANTAR DAN
TERBELAKANG.
3. HATI ADALAH SUMBER KEBERANIAN DAN SEMANGAT INTEGRITAS
DAN KOMITMEN. HATI ADALAH SUMBER ENERGI DAN PERASAAN
MENDALAM MENUNTUT KITA BELAJAR MENCIPTAKAN
KERJASAMA, MEMIMPIN DAN MELAYANI.
KONDISI OBJEKTIF
1. PENDIDIKAN DI INDONESIA SELAMA INI CENDERUNG TERLALU
MENEKANKAN ARTI PENTING DARI NILAI AKADEMIK,
KECERDASAN OTAKNYA ATAU IQ SAJA, JARANG SEKALI
DITEMUKAN PENDIDIKAN TENTANG KECERDASAN EMOSI YANG
MENGAJARKAN TENTANG : INTEGRITAS, KEJUJURAN,
KOMITMEN, VISI, KREATIFITAS, KETAHANAN MENTAL,
KEBIJAKSANAAN KEADILAN, PRINSIP KEPERCAYAAN,
PENGUASAAN DIRI ATAU SINERGI, CENDERUNG MENIMBULKAN
KRISIS MORAL ATAU BUTA HATI AKIBAT HANYA MENGANDALKAN
LOGIKA.
2. SEMENTARA SKOR IQ ANAK AKAN SEMAKIN TINGGI,
KECERDASAN EMOSI MEREKA JUSTRU MENURUN, ANAK-ANAK
GENERASI SEKARANG LEBIH SERING MENGALAMI MASALAH
EMOSI DIBANDING GENERASI TERDAHULUNYA, TUMBUH DALAM
KESEPIAN, LEBIH MUDAH MARAH, LEBIH SULIT DIATUR,
CENDERUNG CEMAS DAN AGRESIF (DANIEL GOLEMAN : 1999).
PERMASALAHAN PENDIDIKAN/PEMBELAJARAN
3. ADANYA KECENDERUNGAN UMUM BAHWA PARA SISWA HANYA
TERBIASA MENGGUNAKAN SEBAGIAN KECIL SAJA DARI POTENSI ATAU
KEMAMPUAN BERPIKIRNYA. DAN YANG LEBIH DIKHAWATIRKAN ADALAH
SEANDAINYA MEREKA MALAS BERPIKIR DAN TERBIASA MALAS
BERPIKIR SENDIRI. KECENDERUNGAN DEMIKIAN, SAMA ARTINYA
DENGAN PEMANDULAN, DAN SAMA SEKALI BUKAN PENCERDASAN.
4. BELAJAR BERANI BERPIKIR LEBIH OBJEKTIF, APALAGI BERBEDA DARI
BUKU ATAU KETERANGAN GURU, BERPIKIR LOGIS ATAU KRITIS,
DIALOGIS, DAN ARGUMENTATIF SECARA MANDIRI UMUMNYA MASIH
MERUPAKAN BARANG LANGKA DI SEKOLAH-SEKOLAH KITA.
KEDUDUKAN DAN PERANAN GURU SEBAGAI SUMBER ATAU
FASILITATOR BELAJAR, DIPERSEPSI SISWA SECARA MONOPOLI DAN
AMAT MENENTUKAN.
5. TERDAPAT KECENDERUNGAN PROSES PEMBELAJARAN YANG KURANG
MENDIDIK SEHINGGA MEMBAWA DAMPAK TERHADAP PENDIDIKAN
MORAL ANAK YANG KURANG BERMORAL.
KONDISI OBJEKTIF
PERMASALAHAN PENDIDIKAN/PEMBELAJARAN
1. Pendidikan luar sekolah sebagai model pembelajaran memberikan akses
pendidikan dan belajar lebih luas kepada warga belajar. Oleh karena itu
warga belajar berpeluang memiliki daya suai (adaptabiliti), daya lentur
(fleksibiliti), kapasitas inofatif dan entrepreneurial, sehingga warga belajar
tertantang dan memperkuat pengetahuan, kemauan ingin tahu dan
motivasi sikap kreatif sehingga tumbuh budaya learning to know, learning
to do, learning to be, learning life together dan belajar mewujudkan jati
dirinya.
2. Belajar sepanjang hayat sebagai asas pendidikan nonformal menjadikan
warga belajar terdorong untuk belajar menguasai kompetensi tertentu
supaya dapat hidup dalam situasi yang berubah-ubah dan belajar untuk
hidup mandiri dan bertanggung jawab baik kepada pribadinya maupun
kepada masyarakat.
DASAR KONSEPSIONAL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
DALAM KONTEKS CD BERKELANJUTAN
3. Pelurusan mindset utuh pendidikan dan elaborasi konseptual filosofispendidikan sebagaimana diamatkan UU NO 20/2003 tentangSISDIKNAS, yang berpegang kepada prinsip: pembangunan watak danperadaban bangsa, paradigma pendidikan yang mencerdaskan bangsa,paradigma pendidikan yang demokratis dan berkeadilan, paradigmapendidikan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan,paradigma pendidikan sistemik yang terbuka dan multi makna,paradigma yang memberikan keteladanan, membangun kemauan danmengembangkan kreatifitas, paradigma pendidikan yangmengembangkan budaya dan paradigma pendidikan denganmemberdayakan masyarakat.
4. Essensi membangun keutuhan bangsa melalui pendidikan luar sekolahdilakukan melalui upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Kecerdasankehidupan bangsa bukan agregasi kecerdasan perorangan, karakterbangsa bukan agregasi karakter perorangan, kecerdasan dan karakterbangsa mengandung perekat kultural. Kecerdasan bangsa adalankecerdasan kultural yang akan membangun bangsa dalam harmoni danperdamaian dengan dukungan penguasaan IPTEKS.
5. Pendidikan adalah memanusiakan manusia, karena itupendidikan harus dilaksanakan secara utuh berlandaskanhakekat manusia Indonesia yang terkandung dalam Pancasiladengan segala aspek kulturan kehidupannya dan bingkai utuhsistem pendidikan nasional yang digariskan dalam UUNo.20/2003 tentang SISDIKNAS sebagai aspek legal diIndonesia.
6. Pendidikan adalah kemanusian yang tidak bisa dihampirisemata-mata dari pendekatan politik, ekonomi dan hukummelainkan harus dihampiri dari pendekatan perkembanganhidup manusia dan kemanusiaan. Perlu dihindari simplifikasipemaknaan dan penyempitan proses penyelenggaraanpendidikan, yang menekankan kepada target-target kuantitatifbelaka dalam format berpikir linier.
7. Dari berbagai fenomena yang ada dirasa perlu dilakukan pelurusanmindset utuh pendidikan dan elaborasi konseptual filosofis maknapendidikan sebagaimana diamanatkan oleh UU No.20/2003 dan UUNo.14/2005 tentang Guru dan Dosen.
8. Upaya stategis pendidikan nonformal dan pemberdayaan masyarakatyang bisa mendorong community empowering and sustainabilitydevelopment, sebuah model pembangunan masyarakat yang berbasispendidikan dan kultur setempat, didalamnya bisa ditumbuhkan dandibelajarkan hal-hal kehidupan demokrasi, politik, kecakapan hidup,kekuatan ekonomi pedesaan untuk menekan eksploitasi ekonomiperkotaan, berbasis kearifan lokal untuk menciptakan sumber-sumberpendapatan guna membangun ketahanan hidup (sustainable livelihood)
9. Pengembangan strategi dan skenario yang sistematik dan sistemik untukmewujudkan standar nasional pendidikan (standari isi, proses,kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,pengelolaan pembiayaan, dan penilaian pendidikan). Melakukanpenjaminan mutu pendidikan .
10. Upaya untuk mengelaborasi lebih jauh konsep pembelajaranberbasis nilai dan kompetensi, paradigma operasional learning toknow, learning to do, learning to be, dan learning to life together.
11. Penegasan konsep dan strategi pendanaan pendidikan yangmampu menopang upaya pelayanan pendidikan yang bermutu,perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatankompetensi dan ketenagakerjaan pendidikan untuk menopangupaya peningkatan pendidikan secara berkelanjutan sehinggarealisasi anggaran pendidikan terjamin efisiensi dan akuntable.
12. Pendidikan luar sekolah hendaknya dijiwai secara utuh dankonsisten oleh kaidah-kaidah pendidikan sebagai prosesmendewasakan dan memanusiakan manusia. Pendidikan harusdilandasi oleh filosofi yang jelas, bukan semata-matapersoalan sosial politik ekonomi dan hukum melainkanperkembangan manusia yang ada dalam kontek budayasebagai sebuah sistem yang terbuka dan harus didekati darisudut kemanusiaan, sehingga terwujudkan pendidikan sebagaiproses memanusiakan manusia.
13. Strategi upaya yang harus dilakukan berikutnya harusdikembangkan pemulihan keutuhan proses pembelajaran yangmendidik sebagai wahana pengembangan kehidupandemokratis, karakter dan kemandirian sebagai soft skills, sertapenguasaan sains, teknologi dan seni sebagai hard skills.Pemulihan pembelajaran yang mendidik ini memerlukanrevitalisasi manajemen pendidikan yang mampu merevitalisasimainset dan profesionalisme dan para pemimpin pendidikan
yang berwawasan masa depan (visioner)
PAKET BELAJAR MINIMAL MELALUI PENDIDIKAN
NONFORMAL/INFORMAL (PHILIP COOMBS)
1. Tumbuh kembangnya sikap positif konstruktif
terhadap diri sendiri dan orang lain.
2. Kecakapan baca tulis fungsional.
3. Bersikap ilmiah.
4. Keterampilan mencari nafkah.
5. Keterampilan berkeluarga.
6. Keterampilan berwarga negara.
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
PEMBERANTASAN BUTA AKSARA
PENDIDIKAN KESETARAAN
PENGEMBANGAN BUDAYA BACA MASYARAKAT
PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP
PENDIDIKAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG)
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
PROGRAM POKOK PENDIDIKAN NONFORMAL
DAN INFORMAL
KENDALA PELAKSANAAN
PROGRAM PNFI
SARANA DAN PRASARANA MASIH
TERBATAS
TERBATASNYA ANGGARAN UNTUK
BIAYA PROGRAM PNFI
SASARAN PROGRAM PNFI ADALAH
MASYARAKAT MARGINAL
KEMITRAAN BELUM DAPAT
DILAKSANAKAN SECARA OPTIMAL
2
1
3
4
5
MUTU PENDIDIK DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN UMUMNYA RENDAH
DATA DAN INFORMASI SASARAN DAN
LEMBAGA BELUM AKURAT
6
TIGA PILAR BIDANG GARAPAN PENDIDIKAN
DALAM KONTEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT BERKELANJUTAN
B. KAJIAN MATERI
BIDANG KAJIAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT
BERKELANJUTAN
Mengharapkan pembangunan berkelanjutan adalah
sebuah pandangan etis yang diharapkan oleh
masyarakat untuk menjamin bahwa generasi yang
akan datang dapat menikmati kesejahteraan seperti
generasi sekarang. Karena keberlanjutan integrit/
menyatu dengan masa depan
Disadari bahwa untuk mengukur indikator pembangunan
yang berkelanjutan adalah sebuah tantangan karena
harus mengindahkan indikator yang berisiko;
Pembangunan ekonomi, lingkungan yang lebih baik dan perhatian
khusus untuk kebaikan manusia yang ada saat ini maupun di masa
yang akan datang (Brundtland Report ,WCED, 1987),
Pembangunan yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan
generasi yang ada saat ini tanpa membahayakan kemampuan
generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan mereka
sendiri’ (WCED, 1987, hal. 43).
Menurut Bryan Norton, Hal yang utama mengenai Pembangunan
Berkelanjutan adalah tentang kesejahteraan manusia dan
bagaimana mempertahankannya sepanjang waktu.
…tanggung jawab generasi yang ada saat ini terhadap dampaknya
di masa yang akan datang… paling baik diberikan melalui filosofi
pragmatis berdasarkan pembelajaran tentang aturan baru yang
dapat dipakai mengelola sumber daya… (Norton, )
Ruta & Hamilton menjelaskan Sumber daya sbg kekayaan
mencakup sumber daya manusia, sumber daya alam (energi, tanah,
& sumber daya biologi) & sumber daya lingkungan (seperti air dan
udara yang bersih) yang harus dipahami sbg prasyarat kehidupan
layak dimasa datang.
Literatur tentang pembangunan berkelanjutan yangkonsen thd perlakuan sumber daya alam dan lingkunganantara lain adalah SNA (Sistem Pelaporan Nasional),laporan ini dianggap penting karena dapat mengangkatisu-isu seputar sumber daya;
Jika penipisan lingkungan diabaikan maka akan menjadiancaman pada pembangunan keberlanjutan.
Keputusan untuk mengeksploitasi sumber daya alamsekarang banyak merugikan generasi yang akan datangapalagi jika penipisan satu aset tidak diibangi olehinvestasi di bidang lain;
1. Etika dan Pembangunan Berkelanjutan: suatu
pendekatan adaptif terhadap pilihan lingkungan
2. Pendekatan Modal terhadap Pemb. Berkelanjutan
3. Pembangunan Berkelanjutan dalam Ilmu Ekonomi
Lingkungan
4. Daya tahan Lingkungan dan Sosial
5. Analisis Untung Rugi dan Standar Minimum Konversi
Manajemen Adaptif suatu pencarian konsepsi berkelanjutan dan
manajemen yang berkelanjutan dirancang menggunakan ilmu pengetahuan
dan pembelajaran sosial sebagai alat untuk mencapai kerja sama dalam
pencapaian tujuan manajemen (Walters, 1986; Lee, 1993; Gunderson et.al.,
1995; Gunderson dan Hollink, 2002; Norton, 2005).
Tiga ciri proses manajemen Adaptif: Experimentalisme (Manajer adaptif
merespon ketidakpastian dg melakukan perbuatan yuang dapat diulang
dan mempelajari hasilnya untuk mengurangi ketidakpastian pada tahapan
keutusan berikutnya); Multi-Scalar Modeling (Manajer adaptif
mencontohkan permasalahan lingkungan dalam sistem kesempatan
berjenjang - multi-scaled space-time systems); dan Place –Orientation
(manager adaptif mengenali masalah lingkungan dari tempat yakni
permasalahan disesuaikan dengan konteks lokal secara sistem alamiah
tetapi juga sebagai kekuatan politis.
Pendekatan Modal terhadap Pemb. Berkelanjutan) = memberikan peluang
atau kapita setidaknya sama dg yang kita miliki saat ini kepada generasi
berikut.
Standar/ukuran berkelanjutan adalah berapa jumlah kapital (modal),
misalnya: nilai bangunan, mesin, merek dagang, dan total pengeluaran lain
dalam pembukuannya di akhir tahun.
Definisi berkelanjutan: pembangunan berkelanjutan jika kesejahteraan
sosial, yaitu, nilai yang ada untuk konsumsi saat ini dan di masa yang akan
datang, tidak mengalami penurunan.
Kekuatan berkelanjutan ini adalah memberikan pedoman wawasan ke
depan bagi pembuat kebijakan.
Kelemahan berkelanjutan ini, yaitu tidak mampu menghitung aset yang
tidak dapat diganti seperti wilayah keanekaragaman hayati, dan samudra
yang mengatur fungsi iklim global.
Bagi Pembuat Kebijakan: memperluas tanggung jawab manajemen
ekonomi untuk menyertakan manajemen berbagai sumber daya alam,
kapital manusia dan institusi. Proses pembangunan memerlukan
penghapusan ketergantungan terhadap berbagai sumber daya alam sambil
meningkatkan kepercayaan terhadap kemampuan manusia dan
infrastruktur institusi dan sosial suatu negara.
Kebijakan fiskal harus disesuaikan untuk memperoleh penyewaan sumber
daya seperti royalti energi, pajak pendapatan pariwisata, tarif air bawah
tanah. Dll.
Investasi dalam kapital yang dibuat oleh manusia, kapital manusia, dan
institusi merupakan hal yang penting. Pemerintah harus berinvestasi dalam
bidang pendidikan, sistem yudisial yang efisien, dan aturan hukum serta
kebijakan untuk menarik pembayaran.
Pembangunan berkelanjutan ditafsirkan dlm berbagai cara antara lain dlm
bidang ekonomi & ekologis sebagai disiplin yang berbeda menawarkan
perspektif tertentu.
Ecological Economics (EE) mengungkapkan bahwa ekonomi merupakan
subsistem lokal yang lebih besar dan ekosistem global yang membatasi
pertumbuhan fisik ekonomi.
EE ditandai dg penggunaan indikator fisik (materi, energi, kimia, biologi)
dan analisis berbagai sistem multidisipliner yang bersifat komprehensif.
Ekonomi sumberdaya dan lingkungan (environment and resource
economic/ERE) terkait dg skala versus alokasi. ERE mempelajari alokasi
optimal atau efisiensi penggunaan sumber daya yang langka.
ERE menganggap pembangunan yang berkelanjutan identik dengan
pertumbuhan yang berkelanjutan.
Weak sustainability = economic capital & natural capital
Economic Capital (e.g. mesin, tenaga kerja, dan pengetahuan)
Natural capital ( e.g. sumber daya alam, lingkungan, & alam)
Weak sustainability diartikan kebiasaan mempertahankan “total capital” (
economic & natural capital)
Setiap penurunan kesejahteraan berkonotasi pembangunan yang tidak
berkelanjutan.
Strong Sustainability = economic capital dan natural capital
dipertahankan secara terpisah.
Sumber daya alam dianggap sebagai input yang penting dalam produksi
ekonomi, konsumsi dan kesejahteraan yang tidak dapat diganti oleh kapital
buatan.
Pengakuan integritas lingkungan dan ‘hak alam’ (bioetika).
Aversi resiko dalam kombinasi dengan perubahan yang tidak dapat diubah
dalam kapital alam. Dalam konteks ini, istilah stabilitas, resiliensi,
keanekaragaman hayati dan kesehatan ekosistem (Costanza et al.,
seringkali disebutkan.
Indikator ekologi ( e.g keanekaragaman hayati)
versus indikator fisik (materi atau energi).
Kapital stock versus indikator arus.
Sumber versus indikator-indikator efek.
Moneter versus indikator lain.
Berkelanjutan versus indikator kemajuan
Kebijakan berkelanjutan meliputi semua regulasi lingkungan. Berbagai kebijakanatau instrumen tertentu secara khusus difokuskan pada persoalan berkelanjutanjangka panjang.
Kebijakan yang ditujukan untuk mengubah pilihan konsumen akan berpengaruhketika pilihan yang berkuasa tidak konsisten dengan tujuan jangka panjang(Norton et al., 1998).
Perspektif ‘hierarki kebutuhan’ berhubungan dengan gagasan berkelanjutan yangkuat yang menekankan keunikan dan non-substitutability barang atau pelayananyang disediakan oleh alam (Stern, 1997; Blamey dan Common, 1999).
Kebijakan di bawah ketidakyakinan harus bergabung dengan berbagai strategiseperti peniruan dan pencarian kekayaan, dan bertujuan meningkatkan ataumempertahankan perbedaan pengetahuan, teknologi dan perilaku (Roe, 1996).
Daya tahan dibutuhkan disebabkan kegagalan institusi, ilmu pengetahuanekologi, atau kebijakan ekonomi untuk membalikkan manajemen sumberdaya yang tidak berkesinambungan atau untuk mengurangi konsekuensilingkungan berskala besar dari pemanfaatan sumber daya.
Daya tahan meliputi pengenalan dinamika dari sistem dan fungsi yangdimainkan ekosistem dalam menjaga dan mempermudah masyarakatmanusia dan dalam mempromosikan kekuatan atau daya tahan dari sistemekologi.
Daya tahan merupakan karakteristik penting dari masyarakat dimana risikolingkungan dan sosial menyerap pengambilan keputusan.
Kepentingan ekonomi global, penyalahgunaan hak properti, dan akses yangtidak simetris terhadap kekuatan dan informasi digabungkan untukmenciptakan kondisi lingkungan menjadi kritis, dan populasi menjadi rawan.
Berkelanjutan adalah ‘memenuhi kebutuhan saat ini tanpa melakukan
kompromi perihal kemampuan generasi di masa depan untuk memenuhi
kebutuhan mereka sendiri (World Commission on Environment dan
Development, 1987).
Tujuan berkelanjutan bisa dicapai dengan pengaturan yang mencakup
substitusi produksi dan konsumsi. Pengaturan harus bersandarkan pada
kemajuan teknologi yang berkesinambungan dan akumulasi modal untuk
kompensasi pertumbuhan populasi dan berkurangnya sumber daya alam
(Solow, 1974).
Berkelanjutan yang lemah bersandar pada teknologi, substitusi modal untuk
sumber daya alam dan kemampuan pasar untuk mentransfer insentif yang
tepat.
Berlanjutan yang kuat (komitmen mengkompensasi kekurangan sumber daya
yang tidak dapat diperbaharui dengan memperbesar modal yang secara
ekonomi ekivalen dg sumber daya yang dapat diperbaharui sampai kepada
level berkelanjutan (‘tebang satu pohon’, ‘tanam satu pohon’).
Key Principles For Sustainable Development Strategies
1 People-centred. An effective strategy requires a people-centred approach, ensuring long-term
beneficial impacts on disadvantaged and marginalized groups, such as the poor.
2 Consensus on long-term vision. Strategic planning frameworks are more likely to be successful
when they have a long-term vision with a clear timeframe upon which stakeholders agree. At
the same time, they need to include ways of dealing with short- and medium-term necessities
and change. The vision needs to have the commitment of all political parties so that an
incoming government will not view a particular strategy as representing only the views or
policies of its predecessor.
3 Comprehensive and integrated. Strategies should seek to integrate, where possible, economic,
social and environmental objectives. But where integration cannot be achieved, trade-offs need
to be negotiated. The '`entitlements and possible needs of future generations must be factored
into this process.
4. Targeted with clear budgetary priorities. The strategy needs to be fully integrated into the
budget mechanism to ensure that plans have the financial resources to achieve their
objectives, and do not only represent 'wish lists'. Conversely, the formulation of budgets must
be informed by a clear identification of priorities: Capacity constraints and time limitations will
have an impact on the extent to which the intended outcomes are achieved. Targets need to be
challenging - but realistic in relation to these constraints.
5. Based on comprehensive and reliable analysis. Priorities need to be based on a
comprehensive analysis of the present situation and of forecasted trends and risks, examining
links between local, national and global challenges. The external pressures on a country-those
resulting from globalization, for example, or the
impacts of climate change - need to be included in this analysis. Such analysis depends on
credible and reliable information on changing environmental, social and economic conditions,
pressures and responses, and their correlations with strategy objectives and indicators. Local
capacities for analysis and existing information should be fully used, and different perceptions
among stakeholders should be reflected.
6. Incorporate monitoring, learning and improvement. Monitoring and evaluation need to be based
on clear indicators and built into strategies to steer processes, track progress, distil and
capture lessons, and signal when a change of direction is necessary,
7. Country-led and nationally-owned. Past strategies have often resulted from external pressure
and development agency requirements, It is essential that countries take the lead and initiative
in developing their own strategies if they are to be enduring.
8. High-level government commitment and influential lead institutions. Such commitment - on a
long-term basis - is essential if policy and institutional changes are to occur, financial
resources are to be committed and for there to be clear responsibility for implementation,
9 Building on existing mechanism and strategies. A strategy for sustainable development should
not be thought of as a new planning mechanism but instead build on what already exists in the
country, thus enabling convergence, complementarity and coherence between different
planning frameworks and policies, This requires good management to ensure coorcharlion of
mechanisms and processes, and to identify and resolve potential conflicts, The latter may
require an independent and neutral third party to act as a facilitator. The roles, responsibilities
and relationships between the different key participants in strategy processes must be clarified
early on.
10. Effective participation, Broad participation helps to open up debate to new ideas and sources
of information: expose issues that need to be addressed; enable problems, needs and
preferences to be expressed; identify the capabilities required to address them; and develop a
consensus on the need for action that leads to better implementation. Central government
must be involved (providing leadership, shaping incentive structures and allocating financial
resources) but multi-stakeholder processes are also required involving decentralized
authorities, the private sector and civil society, as well as marginalized groups. This requires
good communication and information mechanisms with a premium on transparency and
accountability.
11. Link national and local levels. Strategies should be two-way iterative processes within and
between national and decentralized levels. The main strategic principles and directions should
be set at the central level (here, economic, fiscal and trade policy, legislative changes,
international affairs and external relations, etc, are key responsibilities). But detailed planning,
implementation and monitoring would be undertaken at a decentralized level, with appropriate
transfer of resources and authority.
12. Develop and build on existing capacity, At the outset of a strategy process, it is important to
assess the political, institutional, human, scientific and financial capacity of potential state,
market and civil society participants. Where needed, provision should be made to develop the
necessary capacity as part of the strategy process. A strategy should optimize local skills and
capacity both within and outside government.
Apa strategi analisis yang dibutuhkan dalam pembangunan
berkelanjutan?
Bagaimana menganalisis stakeholder?
Bagaimana analisis dilakukan?
Bagaimana mekanisme analisis pengembangunan berkelanjutan ?
Bagaimana analisis skenario pembangunan berkelanjutan?
Pokok-pokok analisis: Analisis Stakeholder; Analisis keberlanjutan;
Strategi proses/mekanisme analisis; Analisa Skenario; Analisis dan
pemeringkatan Pilihan; Tinjauan ulang keberhasilan strategi.
Menggunakan pendekatan account, narrative assesment dan
assesmen berbasis indikator.
Analisis spasial; Sistem nilai nasional; Simpanan asli
domestik; Pemanfaatan ekologi; Jumlah sumber daya alam;
Indeks pembangunan manusia; Analisis keberlangsungan
hidup; Pemetaan kebijakan, Asesmen strategi lingkungan;
Analisis issu berbasis masyarakat
Prinsip dasar; 1) pelibatan dan penginformasian stakeholder melaluiproses partisipasi dan demokrasi. 2) penggunaan metode yangberguna dan berpartisipasi dalam analisis. 3) memuat peran pakaranalisis independen. 4) sistem berkembang secara terus menerus danterkordinasi pada penumbuhan pengetahuan. 5) kesesuaian kriteriauntuk pengutamaan analisis. 6) kepastian tujuan analisis jelas. 7)menyesuaikan atau memadukan jenis-jenis hasil dengan analisis dansiapa yang menggunakannya.
Terdapat berbagai pilihan metode dan pendekatan (pendekatanpeninjauan dampak, klasifikasi kesesuaian lahan, analisis keefektifanbiaya, model-model makro ekonomi dan tingkah laku, analisis multikriteria, dan analisis pengambilan keputusan)
Langkah dasar: tabulasi, mengembangkan matriks, identifikasi resiko dan asumsi pengaruh disain, indentifikasi kesesuain pendekatan.
Keterbatasan analisis stakeholder antara lain, adanya tumpang tindih antar stakeholder, adanya perubahan kelompok stakeholder dengan berlalunya waktu, resiko kerja yang berkaitan dengan kategorisasi dan tanggapan, perbedaan dan konflik yang diakibatkan oleh perbedaan nilai, analisis bisa mengidentifikasi masalah tetapi tidak dapat menyelesaikan masalah dengan tepat.
Konsensu
s pada
visi dan
prioritas
tujuan PB
Monitir
dampak
PB
Asesmen
isu PB
dan
prioritas
debat
Monitor
mekanis
me
strategi
Perencan
aan &
investasi
untuk PB
Pemberd
ayaan
dan
membang
un
kapasitas
Arus
pengutam
aan PB
control
dan
insentuf
Komunikasi
Partisipasi
Koordinasi
Informasi
Pembelajaran
Kerangka analisis
Menggunakan
kerangka
pembangunan
berkelanjutan
(Analisis kontek ekonomi,
Uraian mekanisme
Keterkaitan)
Komunikasi
Partisipasi
Koordinasi
Informasi
Pembelajaran
PARTICIPATION AND COMMUNICATION
- By recognizing that it is specific issues that interest people, rather than the whole of the SD agenda: 'If you
replaced all the various eco-labels with one saying "certified sustainable" it might on the surface be simple
and more rigorous, but a lot of enthusiasm would collapse.' (Corporate social responsibility consultant)
- In other words, breaking SD down into manageable pieces that make sense to people in their context. No
forbidding the words 'sustainable development' but adding the message that `this idea/initiative contributes
to sustainable development'.
- By using opportunities to demonstrate links between the issues that matter to people - for example trade
terms and environment, fuel use and flooding through climate change.
- By presenting the positive side, not just the negative. Too often, problems are presented, implying that She
is about what you cannot do. In contrast, SD communications should emphasize opportunities, ideas and'
innovations that excite people about the future, and show what roles people can play in it.
- This will often mean focusing on the doable and immediate - recycling and local environmental clean-ups; -
and adding messages on the broader, longer-term context for these activities.
- It will also mean illustrating options for the future that interest people: for example, low-energy housing arid
transport, community action to remove homelessness, farmers' markets that strengthen rural economies
and provide healthier food.
- By using good communications practice; asking people what concerns them, and what they can do, and not
just telling them what to do; spinning stories about what has worked, and not just presenting abstract;
'recommendations'; using straightforward language rather than jargon; knowing the audiences and their
concerns and not just the subject and its complexities. This approach works for the `specialists', too.
- By opening up workshops and conferences to other stakeholders who will be comfortable with the above
and not feel obliged to talk about SD among `insiders' only. SD does not need `dumping down' to do this; itneeds `opening up'.
How can sustainable development be communicated successfully?
Education for sustainable development needs to meet
three important goals (adapted from the Declaration,UNESCO 1977):
- To foster awareness and understanding of the interdependence of the
economic, social and ecological dimensions of development, in both
urban and rural areas, and the need to deal with these holistically as well
as with political, technological, legislative, cultural and aesthetic
concerns.
- To provide every person with opportunities to acquire the knowledge,
values, attitudes, commitment and skills needed to contribute to
sustainable development.
- To create new patterns of behavior among individuals, groups and
society as a whole towards the environment, society and the economy.
- To meet these three goals, education initiatives should:
- evolve within the existing education system;
- focus on sustainable development at all levels in the formal education system;
adopt interdisciplinary methods;
- take a global perspective while also having regard to regional differences;
- promote the value of local, national and international cooperation in making
progress towards sustainable development;
- focus on both current and future situations;
- centre an practical problems that relate directly to the students` immediate
environment;
- aim to instill an ethic of conservation;
- include comprehensive non-formal education programmers to provide information
about sustainable development to a wider segment of the population than is
possible through formal means;
- be a continuous, life-long process, both in school and beyond;
- emphasize active stakeholder participation in preventing and solving development
problems.
MONITORING DAN EVALUASI UNTUK PEMBANGUNAN MASYARAKAT BERKELANJUTAN
The Principles for assessing progress towards sustainable
development
1. Guiding Vision and Goals
- be guided by a clear vision of sustainable development and goals
that define that vision.
2. Holistic Perspective,
• include review of the whole system as well as its parts;
• consider the well-being of social, ecological and economic sub-
systems, their state as well as the direction and rate of change of
that state, of their component parts, and the interaction between
parts;
• consider both positive and negative consequences of human
activity, in a way that reflects the costs and benefits for human and
ecological systems, in monetary and non-monetary terms.
3. Essential Elements
• consider equity and disparity within the current population and
between present and future generations, dealing with such concerns
as resource use, over-consumption and poverty, human rights, and
access to services, as appropriate;
• consider the ecological conditions on which life depends;
• consider economic development and other, non-market activities that
contribute to human/social wellbeing.
4. Adequate Scope
• adopt a time horizon long enough to capture both human and
ecosystem timescales
• thus responding to needs of future generations as well as those
current to short-term decision-making;
• define the space of study large enough to include not only local but
also long distance impacts on people and ecosystems;
• build on historic and current conditions to anticipate future conditions
- where we want to go, where we - could go
5. Practical focus – Be Based on.
• an explicit set of categories or an organizing framework that links
vision and goals to indicators and assessment criteria;
• a limited number of key issues for analysis;
• a limited number of indicators or indicator combinations to provide a
clearer signal of progress;
• standardizing measurement wherever possible to permit comparison;
• comparing indicator values to targets, reference values, ranges,
thresholds or direction of trends, as appropriate.
6. Openness
• make the methods and data that are used accessible to all;
• make explicit all judgments, assumptions and uncertainties in data
and interpretations.
7. Effective Communication
• be designed to address the needs of the audience and set of users;
• draw from indicators and other tools that are stimulating and serve to
engage decision-makers;
• aim, from the outset, for simplicity in structure and use of clear and
plain language.
8. Broad Participation.
• obtain broad representation of key grass-roots, professional,
technical and social groups - including youth, women and indigenous
people - to ensure recognition of diverse and changing values;
• ensure the participation of decision-makers to secure a firm link to
adopted policies and resulting action
9. Ongoing Assessment.
• develop a capacity for repeated measurement to determine trends;
• be iterative, adaptive and responsive to change and uncertainty
because systems are complex and change frequently;
• adjust goals, frameworks and indicators as new insights are gained;
• promote development of collective learning and feedback to
decision-making.
10. Institutional Capacity. Continuity of assessing, progress towards
sustainable development should be assured
• clearly assigning responsibility and providing ongoing support in the
decision-making process;
• providing institutional capacity for data collection; maintenance and
documentation;
• supporting development of local assessment capacity,
Rujukan Buku Utama :
1. Handbook Of Sustainable Development
2. Berry Dalal – Clyton and Stephen Bass (2002) : Sustainable
Development Strategies A Resource Book, UNDP, London Sterling, VA
3. Jaciues Delors (1996) : Learning The Treasure Within
4. Michael Marquardt (1994) : The Global Learning Organization.