Post on 07-Mar-2019
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan pertanian (2015-2019) mengacu pada paradigma pertanian untuk
pembangunan (Agriculture for Development) yang memposisikan sektor pertanian sebagai
penggerak transformasi pembangunan yang berimbang dan menyeluruh mencakup
transformasi demografi, ekonomi, intersektoral, spasial, institusional, dan tatakelola
pembangunan berkelanjutan. Paradigma tersebut memberikan arah bahwa sektor pertanian
mencakup berbagai kepentingan yang tidak saja untuk memenuhi kepentingan penyediaan
pangan bagi masyarakat tetapi juga kepentingan yang luas dan multifungsi. Selain sebagai
sektor utama yang menjadi tumpuan ketahanan pangan, sektor pertanian memiliki fungsi
strategis lainnya termasuk untuk menyelesaikan persoalan-persoalan lingkungan dan sosial
(kemiskinan, keadilan dan lain-lain) serta fungsinya sebagai penyedia sarana wisata
(agrowisata). Memposisikan sektor pertanian dalam pembangunan nasional merupakan kunci
utama keberhasilan dalam mewujudkan Pertanian Indonesia yang Maju, Bermartabat, Mandiri,
Adil dan Makmur.
NAWA CITA sebagai agenda prioritas Kabinet Kerja (2015-2019) mengarahkan
pembangunan pertanian ke depan untuk mewujudkan kedaulatan pangan, agar Indonesia
sebagai bangsa dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara
berdaulat. Kedaulatan pangan diterjemahkan dalam bentuk kemampuan bangsa dalam hal :
(1) mencukupi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri, (2) mengatur kebijakan pangan
secara mandiri, serta (3) melindungi dan menyejahterakan petani sebagai pelaku utama
pembangunan pertanian pangan. Dengan kata lain, kedaulatan pangan harus dimulai dari
swasembada pangan yang secara bertahap diikuti dengan peningkatan nilai tambah dan daya
saing usaha pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Berdasarkan NAWACITA dan Paradigma Pertanian untuk Pembangunan (Agriculture for
Development) tersebut, maka sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019 adalah
(1) Pencapaian swasembada padi, jagung dan kedelai serta peningkatan produksi gula dan
daging, (2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan komoditas bernilai tambah
dan berdaya saing dalam memenuhi pasar ekspor dan substitusi impor, (4) penyediaan
bahan baku bioindustri dan bioenergi, (5) peningkatan kesejahteraan keluarga petani, serta
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 2
(6) akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik.
Dengan sasaran strategis tersebut, maka Kementerian Pertanian menyusun dan
melaksanakan 7 (tujuh) Strategi Utama Penguatan Pembangunan Pertanian untuk Kedaulatan
Pangan (P3KP) yang meliputi : (1) peningkatan ketersediaan dan pemanfaatan lahan, (2)
peningkatan infrastruktur dan sarana pertanian, (3) pengembangan dan perluasan logistik
benih/bibit, (4) penguatan kelembagaan petani, (5) pengembangan dan penguatan
pembiayaan, (6) pengembangan dan penguatan bioindustri dan bioenergi, serta (7)
penguatan jaringan pasar produk pertanian.
Permasalahan fundamental yang dihadapi sektor pertanian dalam mencapai sasaran
strategis tersebut mencakup beberapa aspek seperti : kerusakan lingkungan dan perubahan iklim,
infrastruktur, sarana prasarana, lahan dan air; kepemilikan lahan; sistem perbenihan dan
perbibitan nasional; akses petani terhadap permodalan, kelembagaan petani dan penyuluh;
keterpaduan antar sektor, dan kinerja pelayanan birokrasi pertanian.
Sekretariat Jenderal sebagai salah satu Unit Eselon I Kementerian Pertanian mempunyai
peran sebagai administrator dan koordinator pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian
Pertanian. Dengan demikian peran dan tugas tersebut memerlukan upaya yang dinamis dan
proaktif guna memastikan tuntutan tugas tersebut dapat dilaksanakan dengan tepat waktu,
tepat sasaran dan tepat guna. Sekretariat Jenderal selama periode 2015-2019, mempunyai
tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Pertanian.
Dalam melakukan fungsi administratif dan koordinatif ini, disusun Rencana Strategis
(Renstra) Sekretariat Jenderal Tahun 2015-2019 sebagai acuan bagi unit kerja di bawahnya
dalam menyusun rencana kerja sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dokumen Renstra
Sekretariat Jenderal antara lain memuat visi, misi, analisis perkembangan strategik, tujuan
dan sasaran, strategi serta penjabaran program kerja pada setiap Biro dan Pusat di lingkup
Sekretariat Jenderal setiap tahun dalam periode pembangunan pertanian Tahun 2015-2019.
Guna memperoleh gambaran capaian kinerja Sekretariat Jenderal dalam menjalankan tugas
dan fungsinya pada Tahun 2016, maka disusunlah Buku Laporan Tahunan Sekretariat
Jenderal Kementerian Pertanian Tahun 2016.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 3
1.2. Visi dan Misi
Pembangunan pertanian harus dipandang sebagai upaya untuk memperkokoh pilar
kelangsungan hidup Bangsa dan Negara Indonesia. Untuk itu pembangunan pertanian harus
memliliki visi yang dapat menggambarkan kondisi dan sosok pertanian yang ingin dicapai
pada masa yang akan datang. Kementerian Pertanian telah menetapkan Visi Pembangunan
Pertanian, yaitu :
“Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani”.
Dalam upaya mewujudkan visi pembangunan pertanian tersebut Kementerian Pertanian
mempunyai semboyan :
“Petani Sejahtera Negara Berjaya”
Dengan mengacu pada visi Kementerian Pertanian tersebut, maka visi Sekretariat Jenderal,
Kementerian Pertanian adalah :
“Menjadi Lembaga Manajemen dan Pelayanan Teknis Pembangunan Pertanian
yang terkemuka”.
Untuk mewujudkan Visi tersebut di atas, Misi yang harus dilaksanakan oleh Sekretariat
Jenderal Kementerian Pertanian adalah :
1. Mewujudkan sistem manajemen pembangunan pertanian yang efektif, efisien dan
akuntabel
2. Memberikan pelayanan administrasi dan teknis pembangunan pertanian yang cepat,
tepat, mudah dan sederhana
3. Menerapkan prinsip good governance dan clean governance
1.3. Tujuan dan Sasaran Sesuai dengan visi dan misi Sekretariat Jenderal, maka tujuan yang akan dicapai oleh
Sekretariat Jenderal periode 2015-2019 adalah menyelenggarakan manajemen dan
pelayanan teknis pembangunan pertanian sejalan dengan prinsip-prinsip tata kelola, tata
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 4
penyelenggaraan dan kewenangan untuk mewujudkan Kementerian Pertanian sebagai
organisasi yang efektif, efisien dan akuntabel. Sebagai dukungan terhadap hal tersebut,
tujuan yang akan dicapai Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1. Mengembangan sistem perencanaan yang lebih efektif untuk mendukung pencapaian
visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan pertanian.
2. Mengembangkan sistem informasi yang handal dan pelayanan data pertanian yang
lengkap, akurat, terbarui dan tepat waktu.
3. Menyelenggarakan pelayanan hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) dan
Perizinan yang transparan dan akuntabel
4. Mengembangkan sistem manajemen kerjasama yang efektif
5. Memberikan dukungan regulasi dalam pelaksanaan pembangunan pertanian.
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka ditetapkan sasaran program dan Kegiatan
Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Sasaran Program Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian adalah ”Meningkatnya kualitas pelaksanaan kegiatan Kementerian
Pertanian melalui dukungan koordinasi, perencanaan, pembinaan, kerjasama luar negeri,
pelayanan administrasi dan teknis lainnya”. Adapun sasaran kegiatannya adalah sebagai
berikut :
1. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan perencanaan;
2. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan dan aset negara;
3. Terpenuhinya peraturan perundang-undangan dan menurunnya permasalahan hukum
bidang pertanian;
4. Meningkatny intensitas dan kualitas kerjasama luar negeri di bidang pertanian melalui
forum bilateral, regional dan multilateral;
5. Meningkatnya kualitas pelayanan teknis hukum perlindungan varietas tanaman;
6. Terwujudnya reformasi birokrasi dalam sistem informasi pertanian;
7. Meningkatnya kualitas layanan data dan sistem informasi pertanian;
8. Terinformasinya program pembangunan pertanian melalui berbagai jenis media.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 5
1.4. Ruang Lingkup
Buku Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal ini memuat informasi mengenai perencanaan
dan strategis, upaya-upaya yang telah dilaksanakan dan hasil yang telah dicapai, pengelolaan
anggaran, keragaan SDM dan aset yang dimiliki oleh Sekretariat Jenderal Kementerian
Pertanian Tahun 2016.
2.5. Strategi
Untuk mewujudkan sasaran dan tujuan sesuai Visi dan Misi yang telah ditetapkan, maka
beberapa strategi yang ditempuh adalah sebagai berikut :
1. Penguatan sistem perencanaan yang terintegrasi dan terkoordinasi pada semua
pemangku kepentingan Pusat dan Daerah.
2. Peningkatan kualitas penyelenggarakan manajemen pembangunan pertanian yang
sejalan dengan prinsip-prinsip tata kelola, tata penyelenggaraan dan kewenangan.
3. Peningkatan kualitas regulasi dan pelayanan bantuan hukum.
4. Peningkatan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan kualitas kerja.
5. Peningkatan kualitas pengelolaan kearsipan, ketatausahaan dan layanan pengadaan
barang/jasa.
6. Peningkatan kerjasama luar negeri bidang pertanian melalui forum bilateral, regional
dan multilateral.
7. Peningkatan kualitas pengelolaan hubungan masyarakat, hubungan antar lembaga
dan informasi publik bidang pertanian.
8. Pengembangan sistem dan jaringan Informasi pertanian guna perolehan data yang
akurat, terbarui dan tepat waktu.
9. Peningkatan kualitas pelayanan administrasi dan perizinan pertanian.
2.6. Arah Kebijakan
Dalam mendukung pembangunan pertanian yang kuat, inklusif dan berkelanjutan seperti
yang tercantum pada Tema RPJM 2015-2019, Sekretariat Jenderal dalam melaksanakan
program dan kegiatan yang bersifat manajerial dilakukan dengan membangun dan
mengembangkan organisasi, sistem admnistrasi dan manajemen pembangunan pertanian
yang sesuai azas “clean governance dan good governance”. Manajemen modern menuntut
setiap unit kerja lingkup Sekretariat Jenderal mempunyai Rencana Strategis sebagai landasan
bagi pelaksanaan tugas dan fungsinya dengan mengantisipasi perkembangan masa depan,
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 6
sekaligus sebagai sarana untuk melakukan pemantauan, evaluasi dan pengawasan. Isu-isu
strategis yang perlu mendapatkan penanganan prioritas selama periode 2015-2019 antara
lain :
1. Efektivitas sistem perencanaan nasional dalam mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran pembangunan pertanian yang terlalu berorientasi pada pendekatan sub-
sektor dan komoditas.
2. Komitmen terhadap reformasi birokrasi untuk meningkatkan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan pertanian yang bersih, akuntabel,
efektif, efisien menuju pelayanan berkualitas yang didukung dengan sistem
rekruitmen pejabat dan pegawai melalui seleksi ketat untuk memperoleh pegawai dan
pejabat yang berkualitas dan kompeten. Disamping itu, penilaian kinerja pegawai
tidak lagi didasarkan pada DP3 namun didasarkan pada Sasaran Kinerja Pegawai
(SKP).
3. Kompleksitas permasalahan yang dihadapi birokrasi saat ini, memerlukan
penanganan, solusi dan kebijakan maupun legislasi yang dapat memberikan iklim
yang kondusif dalam bekerja. Untuk itu, regulasi yang berkualitas sangat dibutuhkan
untuk melahirkan komitmen kuat dalam pembangunan pertanian.
4. Keberadaan kelembagaan disesuaikan kebutuhan organisasi lingkup Kementerian
Pertanian dengan mempertimbangkan kebutuhan di lapangan.
5. Kualitas SDM yang perlu dikelola dan ditingkatkan untuk mengisi organisasi dengan
personel yang handal dalam menguasai teknologi informasi dan inovasi.
6. Keragaan dan fungsi koordinasi, pembinaan dan pelayanan terhadap pembangunan
pertanian di Pusat dan Derah.
7. Akuntabilitas kinerja terakit dengan pengembangan manajemen pembangunan
pertanian.
8. Perubahan pola pikir dan budaya kerja yang berorientasi output yang berkualitas.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 7
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT JENDERAL DAN BIRO/PUSAT LINGKUP
SEKRETARIAT JENDERAL
2.1. Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal
Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor : 24 Tahun 2010, pasal 274 Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas
pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di
lingkungan Kementerian Pertanian. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut Sekretariat
Jenderal menyelenggarakan fungsi :
1. Koordinasi kegiatan Kementerian Pertanian;
2. Koordinasi dan pembinaan penyusunan rencana program dan kegiatan Kementerian
Pertanian;
3. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, arsip dan dokumentasi Kementerian
Pertanian;
4. Pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana, kerjasama, dan
hubungan masyarakat;
5. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum;
6. Penyelenggaran pengelolaan aset barang milik/kekayaan negara; dan
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Pertanian.
Tugas dan Fungsi Sekretariat Jenderal tersebut, secara struktural telah dibagi habis ke
dalam tugas Biro-Biro, yang terdiri dari:
a. Biro Perencanaan;
b. Biro Organisasi dan Kepegawaian;
c. Biro Hukum;
d. Biro Keuangan dan Perlengkapan;
e. Biro Umum dan Pengadaan;
f. Biro Kerja Sama Luar Negeri
g. Biro Hubungan Masyarakat dan Informasi Publik;
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 8
Selain itu Sekretariat Jenderal mempunyai kewenangan pembinaan administratif terhadap
Pusat-Pusat yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian.
Adapun Pusat-Pusat tersebut terdiri dari:
1. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian;
2. Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Investasi Pertanian;
3. Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian;
4. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Struktur organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 9
2.2. Struktur Organisasi Biro perencanaan
Gambar 2. Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
2.3. Struktur Organisasi Biro Organisasi dan Kepegawaian
Gambar 3. Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 10
2.4. Struktur Organisasi Biro Hukum
Gambar 4. Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
2.5. Struktur Organisasi Biro Keuangan dan perlengkapan
Gambar 5. Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 11
2.6. Struktur Organisasi Biro Umum dan pengadaan
Gambar 6. Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
2.7. Struktur Organisasi Biro Keriasama Luar Negeri
Gambar 7. Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 12
2.8. Struktur Organisasi Biro Hubungan Masyarakat dan Informasi Publik
Gambar 8. Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
2.9. Struktur Organisasi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Gambar 9. Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 13
2.10. Struktur Organisasi Pusat perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan pertanian
Gambar 10. Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
2.11. Struktur Organisasi pusat perpustakaan dan Penyebaran Teknologi pertanian
Gambar 11. Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 14
2.12. Struktur Organisasi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Gambar 12. Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 15
BAB III
CAPAIAN PELAKSANAAN KEGIATAN BIRO/PUSAT
LINGKUP SEKRETARIAT JENDERAL
Untuk mewujudkan Visi dan Misi serta Tujuan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian,
maka dilaksanakan program dan kegiatan yang menghasilkan output, outcome, benefit dan
manfaat dari penyelenggaraan pelayanan manajemen dan pelayanan teknis pembangunan
pertanian yang sejalan dengan prinsip tata kelola, tata penyelenggaraan dan kewenangan
untuk mewujudkan Kementerian Pertanian sebagai organisasi yang efektif, efisien, dan
akuntabel.
Upaya-upaya yang telah dilaksanakan dan hasil yang telah dicapai sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian pada Tahun 2016 adalah sebagai berikut :
3.1. Koordinasi dan pembinaan perencanaan Kementerian Pertanian
Pelaksanaan program dan kegiatan fungsi perencanaan Tahun 2016 yang dilakukan oleh Biro
Perencanaan sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:
3.1.1. Capaian Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan Wilayah
Pada tahun 2016 kinerja perencanaan wilayah ditargetkan 14 dokumen namun karena
adanya pemotongan anggaran maka capaianya 13 dokumen. Capaian kegiatan dimaksud
diantaranya:
1) Penguatan Sistem Informasi Kawasan Pertanian (SIKP) Mendukung Swasembada
Pangan
Hasil dari analisis pemetaan kawasan pertanian yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal
bekerjasama dengan Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian, yang diakomodir
dalam website SIKP, yaitu Atlas Peta Potensi Pengembangan Kawasan Padi, Jagung, Kedelai,
dan Ubi Kayu Nasional skala 1:250.000 dan skala 1:50.000. Pembangunan website SIKP ini
dilakukan Tim SIKP yang terdiri dari Biro Perencanaan, Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian (Pusdatin), Pusat Sosial Ekonomi dan Kabijakan Pertanian (PSEKP), serta dari Balai
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 16
Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP).
2) Koordinasi Perencanaan Tata Ruang Wilayah Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Sebagaimana amanat Permentan 50/2012 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan
Pertanian, provinsi berkewajiban menyusun Masterplan Kawasan Pertanian dan kabupaten
berkewajiban menyusun Action Plan Kawasan Pertanian dengan mengacu pada Masterplan
yang telah disusun oleh provinsi.
Selanjutnya dalam rangka mempercepat penyusunan Masterplan dan Action Plan tersebut,
diselenggarakan workshop finalisasi Juknis Penyusunan Masterplan dan Juknis Penyusunan
Action Plan di Malang pada tanggal 21-22 Juli 2016, Workshop Action Plan Kawasan Padi,
Jagung, Kedelai, dan Ubi Kayu di Yogykarta pada tanggal 21-2 Juni 2016. Termasuk dalam
Koordinasi Perencanaan Tata Ruang Wilayah Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah
melakukan sosialisasi hasil pemetaan kawasan pertanian ke beberapa provinsi.
Dengan sosialisasi maupun workshop diharapkan SKPD lingkup pertanian di Provinsi dan
Kabupaten/Kota mampu mengawal penyusunan perubahan Peraturan Daerah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Peraturan Daerah tentang Penetapan lokasi Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dengan mempertimbangkan Peta Potensi
Pengembangan Kawasan Padi, Jagung, Kedelai dan Ubi Kayu Skala 1:250.000 dan skala
1:50.000 serta Peta Potensi dan Pengembangan Kawasan Karet, Kopi, Kakao, Kelapa, Pala
dan Cengkeh Skala 1:250.000 yang telah disusun.
Selanjutnya kepada Bappeda Provinsi dan Kabupaten Kota dapat mengkoordinasikan
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 17
penyusunan Masterplan, terutama dalam mensinkronisasikan peta spasial tematik dan
program lintas sektor yang ada di daerah sebagai dukungan untuk meningkatkan akurasi
perencanaan spasial pengembangan kawasan pertanian, terutama dalam mendetailkan posisi
kawasan pertanian di dalam rencana struktur ruang dan pola ruang di daerah.
3) Koordinasi Perencanaan dan Implementasi Pengembangan Tanaman Pangan dan
Hortikultura.
Hasil dari koordinasi ini yaitu telah diterbitkan:
a) Permentan Nomor: 56/Permentan/RC.040/11/2016 tentang Pedoman Pengembanagn
Kawasan Pertanian, tanggal 29 November 2016 dan telah diundangkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1832; serta
b) Kepmentan Nomor: 830/Kpts/RC/040/12/2016 tentang Lokasi Pengembangan
Kawasan Pertanian Nasional, tanggal 19 Desember 2016.
Selanjutnya dalam rangka implementasi pengembangan kawasan pertanian, perlu diinisiasi
pilot project berbasis komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan
pada tahun 2017.
4) Basis Data Kawasan Perkebunan
Kegiatan ini melaksanakan sosialisasi bahan peta/atlas kawasan perkebunan skala 1:250.000
untuk Jawa dan Sumatera, dilaksanakan di Surabaya pada tanggal 9-11 November 2016.
Peserta yang diundang adalah Dinas Perkebunan se-Jawa dan Sumatera dan hampir seluruh
undangan mengirimkan perwakilannya.
Sosialisasi peta/atlas kawasan perkebunan skala 1:250.000 bertujuan untuk memberikan
informasi kepada Satker Provinsi bahwa, sudah ada peta/atlas kawasan perkebunan skala
1:250.000 sehingga diharapkan Satker Provinsi untuk membuat masterplan sesuai dengan
peta/atlas kawasan perkebunan tersebut karena masterplan akan menjadi dasar daerah
dapat mengajukan e-proposal tahun 2018 yang akan dibuka pada awal tahun 2017.
5) Penyusunan Rancang Bangun Model Pembangunan Pertanian di Kawasan Perbatasan.
Penyusunan rancang bangun model pembangunan pertanian di kawasan perbatasan
dilakukan di Kabupaten Merauke, Papua pada tanggal 9-12 Mei 2016 di Merauke dengan
peserta dari Bappeda dan Dinas Pertanian 17 Kabupaten Perbatasan. Diharapkan kegiatan ini
dapat meningkatkan ekspor produk pertanian ke Negara Papua New Guinea.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 18
Kedua dilaksanakan di Kota Pontianak, Kalimantan Barat pada tanggal 18-20 Agustus 2016
dengan hasilnya adalah :
a) sektor pertanian yang akan dilakukan adalah pengembangan sistem atau model usaha
pertanian (terpadu) berdimensi kawasan dan multi sasaran. Sasaran akhirnya adalah
ketahanan pangan, peningkatan kesejahteraan petani
b) Penyusunan dan penetapan rancang bangun model di masing-masing lokasi dan
pemilihan alternatif/calon lokasi pilot project ditetapkan bersama oleh Pusat
c) Dasar utama penyusunan model rancang bangun model masing-masing lokasi serta 4
lokasi sebagai pilot project adalah identifikasi potensi sumber daya, tantangan dan
permasalahan pembangunan pertanian di masing-masing lokasi
Selanjutnya rapat koordinasi pembangunan pertanian membahas kawasan perbatasan
dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2016 di Auditorium Kantor Pusat Kementerian
Pertanian yang dihadiri oleh Gubernur, Bupati dan Bappeda dan SKPD Lingkup Pertanian di
Daerah Perbatasan dengan Narasumber Menteri Pertanian, Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan Asisten Teritorial Kasad. Hasil dari rakor adalah
kesepakatan bersama (MoU) antara Menteri Pertanian, Menteri Desa, pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi, Badan Nasional Pengelola Perbatasan, Asisten Teritorial Kasad
dan Ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI).
6) Pembangunan Pertanian di Daerah Tertinggal dan Wilayah Khusus
Workshop dilaksanakan di Bali pada tanggal 27-28 Juni 2016 dengan peserta dari Indonesia
Bagian Timur, dan hasilnya adalah :
a) Diharapkan adanya sinergi dalam perencanaan program dan dari Kemenko PMK,
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan Kementerian
Pertanian ditingkat Kabupaten, Kecamatan dan Desa untuk percepatan pembangunan
daerah tertinggal melalui Dana Tugas Pembantuan yang dilakukan sebelum
Musrenbangnas.
b) Tematik yang terintegrasi pembangunan daerah tertinggal sebaiknya dikoordinasikan
oleh Kemenko PMK dan Kemendesa untuk membuat masterplan dan Kementerian
Pertanian akan mengisi substansi teknis di lapangan
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 19
7) Penguatan Basis Data Kawasan Peternakan
Capaian dari ini adalah adanya data eksisiting maupun potensi yang terkait dengan
pembangunan pertanian khususnya peternakan di lingkup Kementerian Pertanian komoditas
sapi potong. meliputi terselengaranya Rapat-rapat koordinasi rutin dan insidentil dalam
bentuk rapat di kantor dan konsinyasi, telah terlaksanaya upervisi, terkumpulnya data dan
informasi di pusat dan daerah serta menghadiri undangan pertemuan tingkat nasional dan
regional dalam rangka koordinasi pelaksanaan program dan lintas sektoral dan lintas jenjang
pemerintahan yang terkait pengembangan kawasan pertanian khususnya peternakan.
Output telah terselesaikannya Peta Atlas Potensi Kawasan Peternakan potong Skala
1:250.000 dan telah diekspose ke Instansi/lembaga terkait yang berhubungan dengan sub-
sektor peternakan, dan dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam
penyusunan perencanaan dan kebijakan baik oleh pimpinan di tingkat pusat maupun tingkat
daerah.
8) Dokumen Koordinasi Peningkatan Efisiensi Sistem Rantai Pasok Komoditas Peternakan
Capaian dari ini adalah adanya identifikasi dan analisis permasalahan secara mendalam
kondisi kelembagaan, rantai pemasaran peternakan sapi potongdisentral produksi. Hasil
identifikasi dan analisis permasalahan adalah kondisi kelembagaan peternak dalam
memperoleh pemasaran output berupa ternak hidup dan atau karkas di kawasan peternakan,
mekanisme organisasi kerja
sama kelembagaan
penyediaan input dan
pemasaran output yang
didukung dengan "kandang
komunal" peternak dalam
rangka meningkan efisiiensi
produksi. Untuk menjamin
keberlajutan rantai pasok,
maka diperlukan peningkatan
kapasitas daya dukung pakan khususnya hijauan sehingga carying capacity dapat
ditingkatkan, agar mampu mendukung peningkatan populasi ternak penentuan harga dasar
sapi potong berdasarkan bobot hidup, juga penentuan harga dasar dikawasan produsen dan
konsumen sehingga berlaku adil dan terjadi. Langkah pengadaan kapal khusus ternak ”Tol
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 20
Laut” adalah sangat tepat disamping mampu mempertahankan penurunan bobot badan
selama perjalanan. Dalam kajian ini melibatkan Tim dari Biro Perencanaan dan Peneliti
Puslitbangnak Bogor, hasil dari kajian yang telah dianalisis dan telah diekspose di Hotel Salak
Tower Bogor yang dihadiri oleh Biro Perencanaan, Ditjen Peternakan, Ditjen Perkebunan,
PSE-KP Bogor, Puslitbangnak Bogor, Asosiasi Petani Sawit Indonesia, Kementerin
Perhubungan, PT. Pelni, Kemendag, yang selanjutnya laporan hasil kajian dapat dijadikan
sebagai referensi dan bahan pertimbangan dalam penyusunan perencanaan dan kebijakan
baik oleh pimpinan di tingkat pusat maupun tingkat daerah.
9) Dokumen Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu (Pola Integrasi)
Capaian dari ini adalah didapatkannya gambaran dan informasi pemeliharaan sapi pada
usaha integrasi sawit sapi sebagian besar (73-87 persen) semi intensif, yaitu siang
digembalakan dan malam dikandangkan, masalah dan kendala dalam pengembangan usaha
integrasi sawit sapi dapat bersumber dari berbagai pihak dan kondisi setempat. Potensi
mengembangkan sapi potong masih cukup besar, jika 10 persen saja kebun kelapa sawit
yang dimanfaatkan hampir semua kabupaten masih dapat menampung sapi potong dengan
jumlah yang bervariasi, tergantung pada luas perkebunan kelapa sawit yang ada, kecuali
Kabupaten Kerinci, Kabupaten OKU dan Empat Lawang dan Kabupaten Murung Raya, sekitar
80-100 persen peternak menggunakan kawin alam dengan cara bebas, ada juga yang
melakukan dengan IB. Pada tingkat KTT (Kelompok Tani Ternak) usaha integrasi sawit-sapi
mengurangi biaya pakan dan tenaga kerja serta biaya pembersihan dan pemupukan lahan
dengan kondisi produksi stabil bahkan meningkat pada usaha kebun kelapa sawit. Reproduksi
sapi milik peternak prosentase kelahiran pedet terhadap jumlah indukan sebesar 33,3-66,7 %
pada usaha pembibitan tingkat KTT
(Kelompok Tani Ternak) masih
belum untung, karena diharap setiap
induk dalam satu tahun melahirkan
satu anak atau setidaknya mencapai
angkat diatas 75 persen. Oleh
sebab itu, Program Sapi induk wajib
bunting (Siwab) perlu disinergiskan
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 21
dengan Program atau Integrasi sawit-sapi. Dalam penelitian ini melibatkan Tim dari Biro
Perencanaan dan Pusat Sosila Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor, hasil dari kajian yang
telah dianalisis dan telah diekspose di Hotel Salak Tower Bogor yang dihadiri oleh Biro
Perencanaan, Ditjen Peter----nakan, Ditjen Perkebunan, PSE-KP Bogor, Puslitbangnak Bogor,
Asosiasi Petani Sawit Indonesia, Kementerin Perhubungan, PT. Pelni, Kemendag, yang
selanjutnya laporan hasil kajian dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan pertimbangan
dalam penyusunan perencanaan dan kebijakan baik oleh pimpinan di tingkat pusat maupun
tingkat daerah
10) Pengembangan Decision Suport System (DSS) Perencanaan Pembangunan Pertanian
Capaian dari kegiatan ini adalah penguatan sumber daya manusia pertanian Aspek Sistem
Informasi Geografis dan kewilayahan, dengan adanya seminar dan advokasi yang
dilaksanakan dengan mengundang narasumber yang kompeten meningkatkan pemahaman
perencana khususnya bagian Perencanaan Wilayah terhadap kebijakan nasional
pembangunan pertanian dan prinsip-prinsip reformasi perencanaan dan penganggaran di
bidang pertanian, meningkatnya kemampuan perencana terhadap metode, instrumen dan
praktek analisis perencanaan wilayah berbasis sumberdaya lokal, meningkatnya kemampuan
perencana terhadap peraturan perundangan dan manajemen pengembangan kawasan
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 22
pertanian, adanya peninggkatan kemampuan sebagian perencana terhadap penguasan
teknologi informasi modern yang berbasis spasial yang didapat dari Balai Diklat BIG.
11) Bahan Koordinasi Perencanaan dan Implementasi Pengembangan Peternakan
Capaian dari kegiatan ini adalah diperolehnya gambaran kawasan perdesaan di lokasi
prioritas nasional di Labuan Bajo-NTT dan Gorontalo, merupakan menghadiri undangan dari
Kementerian Desa, Pembanguan Daerah Tertinggal. Pada ini hanya sampai disini
dikarenakan adanya penghematan anggaran di TA. 2016.
3.1.2. Capaian Kegiatan Penyusunan Kebijakan dan Program
1) Koordinasi Pengarusutamaan Gender.
Pada tahun 2014 Kementerian Pertanian telah melaksanakan pemantauan dan evaluasi yang
responsif gender di delapan unit Eselon-I lingkup Kementerian Pertanian. Pemantauan dan
evaluasi responsif gender bagi pelaksana dan penerima manfaat baik di tingkat pusat,
provinsi dan kabupaten/kota yang pelaksanaannya secara bersama-sama dengan Eselon 1
lain. Ruang lingkup pemantauan, evaluasi dan pelaporan pada delapan responsif gender,
meliputi: Sekolah Lapang-Pengelolaan Hama Terpadu (SL-PHT) Tanaman Pangan, SL-PHT
Hortikultura, SL-PHT Perkebunan, Sarjana Membangun Desa (SMD), Sekolah Lapang-
Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Pertanian (SL-PPHP), Desa Mandiri Pangan, Pengelolaan
Irigasi Partisipatif dan Pelatihan Non Aparatur. Pada Tahun 2014 Pengarusutamaan Gender di
Kementerian Pertanian mendapatkan Anugerah Parahita Ekapraya dari Menteri Dalam Negeri,
yang diserahkan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada
peringatan Hari Ibu pada Tanggal 18 Desember 2014 di Istana Negara.
2) Koordinasi Perencanaan Tenaga Kerja Sektor Pertanian
Tenaga Kerja Pertanian (petani) merupakan asset yang sangat menentukan keberhasilan
pembangunan pertanian, hal ini berkaitan dengan target produksi yang telah ditetapkan.
Koordinasi Perencanaan Tenaga Kerja ini telah dilaksanakan sosialisasi di 3 (tiga) provinsi
untuk selanjutnya disusun telaahan tenaga kerja di Program SLPTT serta
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 23
identifikasi/pengumpulan program/ strategis lingkup Kementerian Pertanian, rencana aksi
(Renaksi) Ketenagakerjaan Sektor Pertanian 2015-2019.
3) Koordinasi Penanganan Perubahan Iklim Sektor Pertanian
Dampak perubahan iklim (DPI) di Indonesia sangat berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat pada umumnya dan berdampak terhadap hasil pertanian pada khususnya. Efek
yang sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian akibat perubahan iklim yaitu adanya
perubahaan siklus musim dari musim kemarau ke musim penghujan. Perubahan siklus ini
berpengaruh terhadap hasil panen pertanian dan perkebunan yang tidak sesuai lagi dengan
waktu yang direncanakan serta peningkatan jenis hama yang disebabkan oleh meningkatnya
temperatur/suhu udara.
Untuk mengatasi efek tersebut pemerintah telah menyiapkan langkah-langkah untuk
mengantisipasi dan mengurangi dampak dari segala akibat yang ditimbulkan. Dalam rangka
pelaksanaan penanganan perubahan iklim, diperlukan sinergitas dengan eselon-I lingkup
Kementerian Pertanian, antara lain:
a) Melakukan koordinasi pelaksanaan Renaksi Nasional Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) dan
Renaksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API).
b) Menghadiri sidang Internasional DPI di Jerman.
c) Kesiapsiagaan untuk selalu meningkatkan kesadaran dan pengembangan
kemampuan.
d) Untuk meningkatkan pemahaman para perencana terhadap perubahan iklim, telah
dilakukan peningkatan kapasitas perencanaan DPI. Selain itu juga telah dilakukan
workshop dengan tujuan memperoleh data perkembangan penanganan dampak
perubahan iklim serta memformulasikan dan mengkomunikasikan penanganan DPI di
sektor pertanian kepada masyarakat.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 24
4) Penyusunan Renstra Kementerian Pertanian 2015-2019
Bentuk yang terus diupayakan dan dilaksanakan selain koordinasi adalah merencanakan,
memfasilitasi, mendukung dan mengajak partisipasi masyarakat, pelaku usaha, pemerintah
daerah, dan perguruan tinggi dalam melaksanakan pembangunan pertanian. penyusunan
Renstra ini antara lain dengan:
a) Melaksanakan koordinasi dengan Eselon 1 lingkup Kementan untuk merencanakan
dan menyusun ke daerah terkait arah kebijakan pembangunan pertanian nasional
sesuai program masing-masing Eselon 1.
b) Memfasilitasi - koordinasi pembahasan Renstra dari masing-masing Eselon 1 dengan
para nara sumber dari para pakar tentang kebijakan pertanian nasional, Staf Ahli
Menteri Pertanian maupun para ahli lain yang terkait tentang kebijakan.
5) Koordinasi Penyusunan Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016
Penyusunan Perjanjian Kinerja mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah.
Penyusunan Perjanjian Kinerja (PK) ini merupakan wujud nyata komitmen antara penerima
dan pemberi amanah untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi, dan kinerja
aparatur; menciptakan tolak ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; sebagai
dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan
sebagai dasar pemberian penghargaan dan sanksi; sebagai dasar bagi pemberi amanah
untuk melakukan monitoring, evaluasi dan supervisi atas perkembangan/kemajuan kinerja
penerima amanah; dan sebagai dasar penetapan sasaran kinerja pegawai.
Melihat pentingnya penyusunan Perjanjian Kinerja ini untuk kedepannya penyusunan PK
diarahkan untuk disusun mulai dari level eselon II sampai level eselon IV, dimana
berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014, Perjanjian Kinerja disusun satu bulan setelah anggaran diterbitkan.
Untuk Penetapan Kinerja level Kementerian Pertanian telah ditandatangani dan diserahkan
kepada MenPanRB, namun dengan adanya kebijakan pemotongan anggaran di tahun 2016
menyebkan terjadinya pergeseran target sehingga dilakukan revisi Perjanjian Kinerja (PK)
2016 baik dilevel Kementrian dan level eselon I.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 25
6) Rencana Kerja (Renja) Kementerian Pertanian
Penyusunan Renja ini berpedoman pada Renstra dan mengacu pada prioritas pembangunan
nasional dan pagu indikatif, serta memuat kebijakan, program. Renja dituangkan dalam
bentuk aplikasi yang dikirimkan ke Bappenas pada akhir bulan Maret setiap tahunnya, dan
birisi tentang progam, sasaran indikator, target dan alokasi. Penyusunan Renja dilakukan
bersama dengan Eselon I lingkup Kementerian Pertanian terutama terkait dengan penetapan
target dan alokasi anggaran. Penyusunan Renja ditetapkan berdasarkan RKP 2016 dan hasil
pembahasan Trilateral Meeting.
7) Penyusunan dan Sosialisasi E-Proposal Untuk Perencanaan 2017
Sejak tahun 2013 Kementerian Pertanian dalam penyampaian proposal telah berbasis website
(online). E-Proposal berbasis website ini diharapkan dapat memudahkan pengelolaan data
dan informasi proposal secara efektif, efisien, akuntabel dan transparan. Tahun 2016
merupakan tahun ke empat Kementerian Pertanian menggunakan mekanisme e-proposal
sebagai sarana bagi pengusulan untuk perencanaan tahun 2017. Berbagai perbaikan telah
dilakukan agar aplikasi e-proposal dapat lebih mudah digunakan dan lebih bermanfaat bagi
perencanaan ke depan.
Penyempurnaan yang dilakukan pada aplikasi e-proposal tahun 2017 dibandingkan dengan
aplikasi tahun sebelumnya antara lain (1) dalam aplikasi e-propsaol 2017 untuk CPCL atau
penerima manfaat telah bersinergi dengan Simluhtan (Sistem Informasi Penyuluhan
Pertanian) yang ada di Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pertanian (BPPSDMP), (2) untuk menu ada perbaikan disesuaikan dengan progam dan
prioritas nasional.
Dalam rangka mensosialisasikan apliaksi e-propsal untuk perencanaan tahun 2017, Biro
Perencanaan mengadakan sosialisasi e-proposal di provinsi Bali, yang dihadiri SKPD pertanian
seluruh provinsi di Indonesia (34 provinsi) dan seluruh SKPD Kabupaten/Kota se Provinsi Bali.
8) Koordinasi Pelaksanaan Pra-Musrenbangtan Tahun 2016
Dalam rangka penyamaan persepsi diantara pusat dan daerah mengenai konsep
pembangunan pertanian ke depan yang berorientasi pada pengembangan kawasan serta
ketahanan pangan dan kesejahteraan petani, serta sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan e-
Musrenbangnas pada tanggal 20 April – 10 Mei 2016 dan Musrenbangnas pada tanggal 11
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 26
Mei 2016, Kementerian Pertanian melakukan Pra-Musrenbangtan pada tanggal 24-26 Mei
2016.
Pelaksanaan Pra-musrenbangtanas ini selain mengakomudir program dan daerah, juga
menyampaikan isu strategis dan target program nasional 2017 yang akan dicapai dalam
rangka menudukung tercapainya target nasional Kmenterian Pertanian.
Pelaksanaan Pra-Musrenbangtanas 2016 dilakukan di hotel Novotel, Banten, dengan dihadiri
kurang lebih 1.000 peserta dari seluruh daerah. Peserta dibagi dalam beberapa kelas dan
masing-masing kelas diwakili dari unit kerja teknis dan Biro Perencanaan.
9) Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional Tahun 2016
Musrenbangtanas merupakan finalisasi dari Pra-Musrenbangtanas, dimana sebelumnya sudah
tercapai kesepakatan antara pusat dan daerah terkait dengan kebutuhan, dimana kebutuhan
tersebut merupakan usulan dari daerah yang disampaikan melalui e-proposal dan telah di
bahas pada Pra-Musrenbangtanas.
10) Pengolahan dan Penyajian Data Pertanian
Menyajikan tren capaian indikator makro pertanian tahun 2004-2016 (PDB, Tenaga Kerja,
Investasi Sektor Pertanian, Neraca Perdagangan Sektor Pertanian, Nilai Tukar Petani/NTP),
dan menyajikan target, luas panen, produksi dan produktivitas tujuh komoditas utama (padi,
jagung, kedelai, gula, cabe, bawang merah dan daging sapi). Di samping itu juga
melaksanakan Pelatihan Pengolahan Data dan Informasi yang terkoneksi dengan sistem
informasi digital berbasis Web. Dengan terlatihnya para Perencana pusat dan daerah, maka
data dan informasi yang dibutuhkan pimpinan dapat tersedia secara cepat, tepat dan akurat.
3.1.3. Capaian Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Anggaran
Capaian kegiatan penyusunan anggaran tahun 2016 ditargetkan 19 output, namun karena
adanya pemotongan anggaran maka terdapat satu kegiatan tidak terlaksana. Output dari
kegiatan penyusunan anggaran diantaranya adalah:
1) Tersusunnya APBN Perubahan 2016; Dokumen hasil penelitian dan reviu RKA KL
APBN-P 2016; Rancangan APBN lingkup Kementan 2017; (4) Dokumen hasil revisi
DIPA dan POK 2016; Terselenggaranya workshop penyusunan anggaran kementan
berbasis kinerja 2017; Pembinaan teknis terkait pengelolaan anggaran, sosialisasi
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 27
pedoman, percepatan serapan anggaran dan perbaikan permasalahan administrasi
sistem penganggaran pertanian.
2) Terselenggaranya Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pembangunan Pertanian Tahun
2017 yang dilaksanakan pada tanggal 4-5 Januari 2017 bertempat di Hotel Bidakara
Jakarta dan dibuka oleh Presiden. Tema Rakernas adalah “Bangun Lahan Tidur untuk
Meningkatkan Ekspor dengan Pembangunan Infrastruktur Pertanian”.
3) Disamping itu pengelolaan anggaran juga melakukan Workshop Percepatan
Pelaksanaan Program, dan Anggaran Tahun 2016. Kementerian Pertanian
bekerjasama dengan Harian Kompas dalam penyelenggaraan Forum Pertanian 2016.
Forum Pertanian dilaksanakan pada tanggal 29 September 2016 bertempat di Hotel
Bidakara Jakarta. Tema Forum Pertanian adalah “Peran Sektor Pertanian dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat”. Acara dibuka oleh Menteri Pertanian RI.
4) Output lainnya adalah tersusunnya Standar Biaya Keluaran (SBK) Kementerian
Pertanian Tahun Anggaran 2017 yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 106/PMK.02/2016 tanggal 30 Juni 2016. Standar Biaya Keluaran
Kementerian Pertanian yang sudah ditetapkan sebanyak 214 SBK.
5) Capaian lainya adalah tersusunnya Bahan Nota Keuangan dan Rancangan APBN 2017
Kementerian Pertanian yang berisikan: 1) Pelaksanaan program, kebijakan dan
realisasi APBN 2011-2015 yang mencakup: a) Kinerja perkembangan produksi
komoditas pertanian; b) Kinerja capaian indikator makro pertanian; c) Kinerja
pendukung peningkatan produksi pertanian; d) Pengawasan pelaksanaan anggaran
dalam rangka penyelenggaraan pemerintah yang bersih dan akuntabel; dan 2).
Rancangan APBN 2017 yang mencakup: a) Sasaran dan target pembangunan
pertanian, b) Program dan rencana prioritas; c) Anggaran pembangunan pertanian;
dan d) Rencana Penerimaan Negara Bukan Pajak.
6) Output terkait rekapitulasi jumlah DIPA Satuan Kerja lingkup Kementerian Pertanian
TA 2017 sebagai dokumen pelaksanaan anggaran pembangunan pertanian baik pusat
maupun daerah. Berdasarkan data jumlah DIPA Satker Kementerian Pertanian
cenderung menurun setiap tahun. Tahun 2011, jumlah DIPA Satker 2.455, tahun
2012 turun menjadi 1.703 DIPA, tahun 2013 turun menjadi 1.307 DIPA Satker, tahun
2014 naik menjadi 1.440 DIPA Satker, tahun 2015 turun menjadi 1.384 DIPA Satker,
dan tahun 2016 turun menjadi 1.077 DIPA Satker, namun jumlah DIPA Satker kembali
naik pada saat pengurangan pagu dalam APBN-P, menjadi 1.103 DIPA Satker.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 28
Perubahan jumlah DIPA Satker mengindikasikan peluang permasalahan aset BMN,
selain itu berpeluang terjadi permasalahan adanya Satker in-aktif.
7) Kegiatan koordinasi dan identifikasi anggaran subsidi, kredit program dan asuransi
pertanian. Capaian dari kegiatan ini adalah rekomendasi pemanfaatan subsidi (pupuk
dan benih) dan asuransi pertanian serta perencanaan anggaran subsidi (pupuk dan
benih) dan asuransi pertanian. ini dilaksanakan dalam bentuk FGD (Focus Group
Decision) di beberapa Kabupaten terpilih. FGD subsidi (pupuk dan benih) dilaksanakan
di 4 Provinsi yaitu: Jawa Tengah (Kab. Pati dan Kab. Kendal), Sulawesi Tengah (Kab.
Palu dan Kab. Sigi), Sumatera Utara (Kab. Deli Serdang dan Kab. Batubara) dan
Kalimantan Selatan (Kab. Tapin dan Kab. Barito Kuala) sedangkan FGD Asuransi
Usaha Tani Padi dilaksanakan di 2 Provinsi yaitu: Banten (Kab. Tangerang), Sulawesi
Selatan (Kab. Gowa).
8) Penyelenggaraan Workshop Regional Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian
Tahun 2016. Workshop ini dilaksanakan di dua wilayah, yaitu wilayah Timur
bertempat di Hotel Grand Pasundan - Bandung pada tanggal 16 – 18 Maret 2016
dihadiri oleh peserta wilayah Indonesia bagian timur sebanyak 750 orang. Sedangkan
untuk wilayah barat bertempat di Hotel Grand City – Makassar pada tanggal 22 – 24
Maret 2016 dihadiri oleh peserta wilayah indonesia bagian barat sebanyak 750 orang.
9) Terbitnya Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 38/Permentan/RC.240/8/2016 tanggal
22 Agustus 2016 Tentang Revisi Petunjuk Teknis Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Kedaulatan Pangan, Sub Bidang Pertanian Tahun 2016 dan terbitnya
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 66/Permentan/RC.240/12/2016 tanggal 19
Desember 2016 Tentang Petunjuk Operasional Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Pertanian Tahun 2017.
3.1.4. Kinerja Evaluasi dan Pelaporan
1) Capaian kinerja evaluasi dan pelaporan tahun 2016 diantaranya adalah: (1) Dokumen
pengukuran Indikator Kinerja baik triwulanan maupun tahunan; (2) Dokumen laporan
bulanan Menteri, Setjen, Biro; (3) Dokumen laporan triwulanan ke Bappenas
berdasarkan PP 39/2006 yang saat sekarang sudah menggunakan aplikasi e-monev;
(4) Dokumen pemantauan dan evaluasi kinerja pembangunan pertanian yang di danai
anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan melalui aplikasi PMK 249/2011 yang
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 29
disampaikan ke Kementerian Keuangan; (5) Laporan yang dipantau oleh Kantor Staf
Presiden (KSP).
2) Laporan Kinerja Tahun 2016 terdiri dari LAKIN Kementerian Pertanian, Sekretariat
Jenderal dan Biro Perencanaan Tahun 2016. Penyusunan dilaksanakan pada akhir
tahun 2016 sampai dengan bulan Februari 2017. LAKIN Kementerian Pertanian telah
diserahkan kepada Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sesuai waktu yang ditentukan. Laporan
Kinerja ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang
dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran.
3) Laporan pemantauan dan evaluasi kegiatan yang didanai Dana Alokasi Khusus (DAK),
alokasi DAK bidang pertanian dilaksanakan dalam rangka menyediakan infrastruktur
dasar di bidang pertanian. Output kegiatan ini adalah (1) Tersedianya sumber-sumber
air untuk irigasi dalam bentuk bangunan embung, long storage, sumur
dangkal/dalam; (2) Terbangunnya Rumah Potong Hewan, Kantor BPP, Balai
Perbibitan/Perbenihan; (3) Terbangunnya desa mandiri benih, laboratorium kesehatan
hewan, lumbung pangan.
4) Laporan hasil evaluasi dampak subsidi pertanian, baik subsidi pupuk, benih, subsidi
program, asuransi, alat mesin pertanian, sarana prasarana air irigasi. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan pertemuan FGD dan simulasi-simulasi.
5) Tersusunnya laporan bahan pimpinan diantaranya: (1) Bahan Raker DPR; (1) Bahan
Sidang Kabinet; (3) Bahan Rakor Perekonomian; (4) Bahan pimpinan lainya seperti
keynote speaker, pidato, rapim, dan lain-lain.
3.2. Peningkatan Kualitas Kelembagaan, Ketatalaksanaan dan Kepegawaian Bidang Organisasi dan Kepegawaian tahun 2016 telah melaksanakan kegiatan Peningkatan
Kualitas Kelembagaan, Ketatalaksanaan, dan Kepegawaian Lingkup Kementerian Pertanian.
Fokus kegiatan strategis dilakukan seiring dan sejalan dengan agenda reformasi birokrasi
Kementerian Pertanian. Capaian kinerja kegiatan bidang organisasi dan kepegawaian adalah
sebagai berikut;
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 30
3.2.1. Penguatan Kelembagaan Pusat dan Daerah (UPT)
Penetapan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pertanian telah ditindaklanjuti dengan penyusunan uraian tugas pekerjaan
unit kerja eselon IV lingkup Kementerian Pertanian. Penyusunan dan pembahasan mengenai
hal tersebut telah dilakukan secara intensif, yang melibatkan seluruh unit kerja eselon I
lingkup Kementerian Pertanian. Hasil pembahasan telah menghasilkan 11 peraturan tentang
uraian tugas pekerjaan unit kerja eselon IV lingkup Kementerian Pertanian.
Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi UPT di lingkungan
Kementerian Pertanian yang lebih efektif dan efisien, telah dilakukan evaluasi yang intensif
atas seluruh Unit Pelaksana Teknis Eselon II lingkupKementerian Pertanian. Dasar hukum
Penataan UPT Lingkup Kementerian Pertanian adalah Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor
67 Tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi Kelembagaan Pemerintah.
Pelaksanaan evaluasi organisasi UPT Kementerian Pertanian difokuskan pada UPT tingkat
eselon II seperti balai besar, pusat, dan sekolah tinggi penyuluhan pertanian. Proses evaluasi
organisasi dilakukan melalui kerja sama dengan Direktur Sinergi Consulting/PT Sinergi
Pakarya sebagai pendamping dalam penyusunan bahan kajian evaluasi UPT Eselon II lingkup
Kementerian Pertanian.
Dalam rangka tindak lanjut ketentuan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 Pasal 232 ayat
(1)“Ketentuan lebih lanjut mengenai Perangkat Daerah diatur dengan peraturan
pemerintah”, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah tanggal 19 Juni 2016 dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
40/Permentan/OT.010/08/2016 tentang Pemetaan Urusan Pemerintahan Bidang Pangan dan
Pertanian. Peraturan ini memberikan arah dan pedoman yang jelas kepada pemerintah
daerah dalam menata SKPD secara efisien, efektif, dan rasional sesuai dengan kebutuhan
nyata dan kemampuan daerah masing-masing, khususnya pada SKPD bidang pertanian.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/OT.010/08/2016 digunakan sebagai
penentuan besaran organisasi, untuk itu sebagai pedoman pembentukan organisasi bagi
daerah telah ditetapkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2016
tentang Pedoman Nomenklatur, Tugas dan Fungsi Dinas Urusan Pangan dan Dinas Urusan
Pertanian Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, sesuai Pasal 109 ayat (1) Peraturan
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 31
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah bahwa Pedoman Nomenklatur
masing-masing urusan ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan LPNK yang membidangi urusan
tersebut.
3.2.2. Penguatan Ketatalaksanaan
Dalam penyempurnaan sistem dan prosedur kerja di lingkungan Kementerian Pertanian,
salah satu yang menjadi perhatian adalah penyusunan konsep perubahan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 98/Permentan/OT.140/7/2014 Tentang Tata Cara Penyusunan Peraturan
Perundang-undangan Lingkup Kementerian Pertanian. Pada peraturan tersebut, proses
penyusunan konsep perubahan dititik beratkan pada beberapa pasal terkait yaitu; Ketentuan
Pasal 17 ayat (1) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: “Sekretaris Jenderal
menugaskan Kepala Unit Kerja Eselon II yang membidangi hukum dan tatalaksana untuk
melakukan pemeriksaan kelengkapan dan penelaahan terhadap Rancangan Permentan
dan/atau Rancangan Kepmentan. Ketentuan Pasal 18 ayat (2) diubah, sehingga berbunyi
sebagai berikut: Dalam rangka penelaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Unit
Kerja Eselon II yang membidangi hukum dan tatalaksana dapat mengadakan koordinasi
dengan Unit Kerja Eselon I Pengusul, Unit Kerja Eselon I terkait dan instansi terkait lainnya di
luar Kementerian Pertanian”.
Penyelenggaraan workshop pemahaman penyusunan peta proses bisnis Kementerian
Pertanian. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 25-26 April 2016 di Bogor Jawa Barat
dengan peserta berasal dari unit kerja eselon I lingkup Kementerian Pertanian dan unit kerja
biro/pusat lingkup Sekretariat Jenderal. Workshop ini berlangsung dengan dipandu oleh
seorang praktisi peta proses bisnis yaitu Dr. Martinus Tukiran. Dalam kegiatan ini beliau
menyampaikan paparan kepada seluruh peserta mengenai konsep pemikiran dalam
menyusun peta proses bisnis yang efektif dan efisien.
Penyatuan persepsi setiap peserta atas konsep peta proses bisnis menjadi sangat penting
karena peta proses bisnis merupakan gambaran dari seluruh aktifitas yang dilakukan oleh
Kementerian Pertanian dan saling terkait antara proses bisnis satu dengan proses bisnis yang
lainnya. Terdapat tiga pilar utama dalam konsep proses peta bisnis yaitu proses utama,
proses pendukung, dan proses sumber daya. Selain itu terdapat konsep lainnya yang
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 32
merupakan bagian tidak terpisahkan dari peta proses bisnis, yaitu penyusunan peta lintas
fungsi, penyusunan SOP makro, dan penyusunan SOP mikro.
Sebagai tindak lanjut dari workshop pemahaman penyusunan peta proses bisnis Kementerian
Pertanian, telah dilaksanakan Workshop Penyusunan Cross Functional Map (Peta Lintas
Fungsi) Peta Proses Bisnis Kementerian Pertanian pada tanggal 25 Oktober 2016 di Depok
Jawa Barat dengan seluruh peserta yang hadir berasal dari unit kerja eselon I lingkup
Kementerian Pertanian dan unit kerja Biro/Pusat lingkup Sekretariat Jenderal.
Pertemuan ini diselenggarakan untuk menyamakan persepsi dalam menyusun Peta Lintas
Fungsi Kementerian Pertanian sehingga tidak terjadi tumpang tindih peran, tugas, dan fungsi
masing-masing unit kerja di lingkungan Kementerian Pertanian. Penyusunan Peta Lintas
Fungsi Kementerian Pertanian tetap berpedoman pada Rencana Strategis Kementerian
Pertanian.
Setelah melalui beberapa kali pertemuan dan pembahasan yang berkenaan dengan
Penyusunan Peta Proses Bisnis Kementerian Pertanian, kelompok kerja berhasil
menyelesaikan Peta Proses Bisnis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 yang telah
ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 718/Kpts/RC.020/10/2016.
Keputusan Menteri Pertanian ini menjadi pedoman dan acuan bagi unit kerja di lingkungan
Kementerian Pertanian dalam menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) terutama SOP
Mikro.
Terkait dengan tindaklanjut ketentuan Pasal 21 Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintah Daerah, perlu ditetapkan peraturan pemerintah tentang pelaksanaan
urusan konkuren. Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Pertanian telah
menyampaikan matrik layanan utama urusan pemerintah konkuren yang menjadi
kewenangan pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota dalam bidang pertanian dan
pangan. Matrik lampiran pelaksanaan urusan pemerintah konkuren bidang pertanian dan
pangan telah beberapa kali dilakukan pembahasan dengan seluruh unit kerja eselon I
Kementerian Pertanian terkait. Hasil pembahasan telah disampaikan ke Kementerian Dalam
Negeri melalui Surat Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian Nomor B-
2039/OT.210/A2/12/2016 tanggal 1 Desember 2016.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 33
3.2.3. Peningkatan Kualitas SDM Aparatur
Dalam rangka perencanaan penyusunan kebutuhan dan penyempurnaan e-formasi serta
finalisasi peta jabatan, Kementerian Pertanian telah melaksanakan beberapa kegiatan antara
lain: (1) Perencanaan Penyusunan Kebutuhan dan Penyempurnaan e-Formasi Tahun 2016;
(2) Finalisasi Peta Jabatan Di Lingkungan Kementerian Pertanian; (3) Penyusunan Standar
Kompetensi Jabatan Manajerial Kementerian Pertanian; (4) Seleksi Terbuka Jabatan
Struktural Lingkup Kementerian Pertanian; (5) Penilaian Prestasi Kerja Pegawai; (6) Evaluasi
Kinerja Jabatan Pimpinan Tinggi Madya Lingkup Kementerian Pertanian; (7) Pembinaan
Jabatan Fungsional Bidang Pertanian.
Target penyelenggaraan kegiatan Finalisasi Peta Jabatan di lingkungan Kementerian
Pertanian adalah membangun persepsi dan pemahaman yang sama dalam penyusunan peta
jabatan ideal sesuai kebutuhan organisasi sehingga dapat mewujudkan visi dan misi
Kementerian Pertanian. Sedangkan tujuannya adalah tersusunnya Rancangan Keputusan
Menteri Pertanian tentang Peta Jabatan di lingkungan Kementerian Pertanian.
Tabel 1. Penyempurnaan Peta Jabatan di lingkungan Kementerian Pertanian
No Unit Kerja PETA JABATAN
ES II UPT JUMLAH
1 Sekretaris Jenderal 11 - 11
2 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian 6 - 6
3 Ditjen Tanaman Pangan 6 3 9
4 Ditjen Hortikultura 6 - 6
5 Ditjen Perkebunan 6 4 10
6 Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 6 22 28
7 Inspektur Jenderal 6 - 6
8 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
5 59 64
9 Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian
4 19 23
10 Badan Ketahanan Pangan 4 - 4
11 Badan Karantina Pertanian 4 52 56
J U M L A H 64 159 223
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 34
Selama tahun 2016, Kementerian Pertanian telah melaksanakan penyusunan Standar
Kompetensi Manajerial Pegawai Negeri Sipil khususnya untuk seluruh jabatan struktural baik
jabatan pimpinan tinggi maupun jabatan administrasi. Pelaksanaan kegiatan ini dimulai dari
identifikasi dan analisis jumlah jabatan struktural. Hasil identifikasi dan analisis penyusunan
standar kompetensi jabatan manajerial di lingkungan Kementerian Pertanian berdasarkan
eselonisasi adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah Jabatan Struktural Kementerian Pertanian Berdasarkan Eselonering Jabatan
ESELON JABATAN STRUKTURAL
JUMLAH PUSAT UPT
I/a 11 - 11
I/b 5 - 5
II/a 65 7 72
II/b - 32 32
III/a 215 100 316
III/b - 106 105
IV/a 522 524 1.046
IV/b - 38 38
V/a - 38 38
JUMLAH 818 845 1.663
Sedangkan hasil identifikasi dan analisis penyusunan standar kompetensi jabatan manajerial
di lingkungan Kementerian Pertanian berdasarkan unit kerja eselon I adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Jumlah Jabatan Struktural Kementerian Pertanian berdasarkan Unit Kerja Eselon I
NO UNIT KERJA JABATAN STRUKTURAL
JUMLAH PUSAT UPT
1 Sekretariat Jenderal 170 - 170
2 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian 79 - 79
3 Ditjen Tanaman Pangan 79 23 102
4 Ditjen Hortikultura 82 - 82
5 Ditjen Perkebunan 88 26 114
6 Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 94 146 240
7 Inspektorat Jenderal 24 - 24
8 Badan Litbang Pertanian 58 240 298
9 Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDMP 48 153 201
10 Badan Ketahanan Pangan 48 - 48
11 Badan Karantina Pertanian 48 257 305
JUMLAH 818 845 1.663
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 35
Selanjutnya untuk memberikan gambaran yang sama dalam penyusunan Standar Kompetensi
Manajerial telah diselenggarakan Bimbingan Teknis Penyusunan Standar Kompetensi
Manajerial Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Pertanian. Bimbingan Teknis ini
diselenggarakan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Universitas Sebelas Maret.
Pelaksanaan kegiatan penyusunan standar kompetensi manajerial jabatan di lingkungan
Kementerian Pertanian dilanjutkan dengan penyusunan Rancangan Keputusan Menteri
Pertanian tentang penetapan standar kompetensi manajerial jabatan struktural di lingkungan
Kementerian Pertanian yang disusun dengan pendekatan unit kerja eselon I.
Kementerian Pertanian telah menyelenggarakan seleksi terbuka jabatan pimpinan tinggi
madya, jabatan pimpinan tinggi pratama, dan atase pertanian di kalangan PNS secara
terbuka dan kompetitif dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan,
pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sejak terbitnya
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2015 tentang Percepatan Pengisian Jabatan Pimpinan
Tinggi pada Kementerian dan Lembaga, Kementerian Pertanian telah mengeluarkan
kebijakan antara lain: (1) Penyelenggaraan Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi
Kementerian Pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor
53.1/Kpts/OT.160/1/2015; (2) Tim Pelaksana Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi
Kementerian Pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor
55.1/Kpts/OT.160/1/2015; (3) Sekretariat Tim Pelaksana Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan
Tinggi Kementerian Pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor
55.2/Kpts/OT.160/1/2015; (4) Panitia Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Madya
Kementerian Pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor
175/Kpts/OT.160/3/2015; (5) Panitia Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama
Kementerian Pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 351/Kpts/KP.290/6/2015;
(6) Tim Evaluasi Kinerja Jabatan Pimpinan Tinggi Madya Kementerian Pertanian melalui
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 653/Kpts/OT.050/11/2015; (7) Panitia Seleksi Terbuka
dan Kompetitif Jabatan Atase Pertanian di Lingkungan Kementerian Pertanian melalui
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 198.1/Kpts/OT.050/3/2016.
Terkait dengan pembinaan jabatan fungsional, Kementerian Pertanian selama tahun 2016
telah melakukan pengembangan terhadap jabatan fungsional bidang pertanian dengan
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 36
melibatkan pihak-pihak terkait seperti Kementerian PAN dan RB serta Badan Kepegawaian
Negara. Jabatan fungsional bidang pertanian yang dikembangkan antara lain: (1) Jabatan
Fungsional Dokter Hewan Karantina; (2) Jabatan Fungsional Paramedik Karantina Hewan; (3)
Jabatan Fungsional Analis Perkarantinaan Tumbuhan; (4) Jabatan Fungsional Pemeriksa
Karantina Tumbuhan; (5) Jabatan Fungsional Pengawas Alat Mesin Pertanian.
Terdapat beberapa inovasi dalam rancangan peraturan jabatan fungsional bidang karantina
antara lain: (1) Penilaian angka kredit berbasis Sasaran Kerja Pegawai; (2) Formasi pejabat
fungsional per jenjang dihitung dan ditetapkan secara dinamis berdasar beban kerja; (3)
Angka kredit pemeliharaan dapat ditetapkan untuk seluruh janjang jabatan.
Pengembangan jabatan fungsional pengawas alsintan dimulai dari penyusunan Naskah
Akademik yang telah dikirimkan kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi dan Badan Kepegawaian Negara melalui surat Menteri Pertanian nomor
55/OT.120/M/5/2016 tanggal 2 Mei 2016. Selanjutnya telah dilakukan pembahasan dengan
kesimpulan sementara usulan pengembangan jabatan fungsional disetujui untuk dilanjutkan
proses uji beban kerja, dan secara resmi akan diterbitkan persetujuan teknis dari
Kementerian PAN dan RB.
Sebagai instansi pembina jabatan fungsional, Kementerian Pertanian memiliki kewajiban
mengusulkan tunjangan jabatan fungsional bidang pertanian. Saat ini telah diusulkan 2 (dua)
Rancangan Peraturan Presiden tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Analis Ketahanan
Pangan dan Jabatan Fungsional Pemeriksa Perlindungan Varietas Tanaman. Rangkaian
proses pembahasan telah selesai dilaksanakan, dan saat ini Rancangan sudah berada di
Sekretariat Negara untuk proses penandatanganan Presiden.
3.2.4. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dan Reformasi Birokrasi
A. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan aparatur pertanian kepada masyarakat, perlu
ditempuh kebijakan bidang pertanian melalui Kegiatan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Bidang Pertanian tentang: (1) Sistem Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik),
Kementerian Pertanian mengusulkan 8 UPT dengan 8 judul inovasi pelayanan publik secara
online melalui program Sinovik. (2) Training Coaching & Mentoring melatih peserta dalam
upaya menyelesaikan berbagai macam masalah sumber daya manusia dalam memimpin
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 37
sebuah organisasi. (3) Pelatihan Auditor Standar Pelayanan Publik. (4) Bimbingan Teknis
(Bimtek) Penyusunan dan Penetapan Penerapan Standar Pelayanan Publik di lingkungan
Kementerian Pertanian diselenggarakan agar seluruh UKPP menyusun dan menerapkan
standar pelayanan publik sesuai pedoman. (5) Pemberian penghargaan Abdi bakti tani
kepada UKPP berprestasi bidang pertanian tahun 2016 sudah dilakukan sesuai Permentan
Nomor 13/Permentan/KP.450/3/2015, dimulai seleksi awal sampai dengan ekspose di
Kementerian Pertanian. Hasil penilaian ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 792/Kpts/OT.050/11/2016 tentang Pemberian Penghargaan Abdibaktitani Kepada Unit
Kerja Pelayanan Publik Berprestasi Bidang Pertanian Tahun 2016. Penghargaan Abdibaktitani
yang diberikan berupa 2 (dua) Piala, 12 (dua belas) Plakat dan 12 (dua belas) Piagam. (6)
Ekspose Pengukuran Indek Kepuasan Masyarakat (IKM) di Lingkungan Kementerian
Pertanian Tahun 2016 memaparkan hasil survey pengukuran IKM di lingkungan Kementerian
Pertanian. Nilai IKM Kementerian Pertanian= 3,31, nilai konversi= 82,72, dengan kualitas
pelayanan A (sangat baik).
B. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian
Reformasi birokrasi dalam rangka membangun pemerintahan yang baik (Good Governance)
berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010 – 2025 yang dijabarkan secara periode 5 tahunan pada road map
reformasi birokrasi tahun 2015 – 2019 dan ditetapkan melalui Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015.
Dalam kurun waktu 2010 – 2014, Kementerian Pertanian telah melaksanakan beberapa
agenda reformasi birokrasi yang meliputi 9 program dan 29 kegiatan. Berdasarkan Surat
Menteri PANRB Nomor B/3194.1/M.PANRB/2015 Tanggal 30 September 2015, Hasil
evaluasi Reformasi Birokrasi di Kementerian Pertanian Tahun 2015 menunjukkan hasil yang
meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 71.88 dengan kategori “BB”
(Sangat Baik).
Keberlanjutan pelaksanaan reformasi birokrasi memiliki peran penting dalam mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang baik. Sasaran Reformasi Birokrasi Tahun 2015 – 2019 dititik
beratkan pada: (1) Birokrasi yang bersih dan akuntabel; (2) Birokrasi yang efektif dan efisien;
dan (3) Birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 38
Dalam rangka pencapaian seluruh target sasaran reformasi birokrasi, telah disusun Strategi
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Tahun 2015 – 2019 melalui
Keputusan Sekretaris Jenderal Nomor 2718 Tahun 2016. Dokumen ini merupakan acuan
operasional pelaksanaan Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Tahun 2015 –
2019 yang dijabarkan dalam 9 program dan 55 kegiatan. Seluruh program dan kegiatan
reformasi birokrasi tersebut dilaksanakan oleh Tim RB Kementan sesuai dengan area
perubahan masing-masing.
Proses evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian tahun 2015 telah
dilakukan oleh Tim Evaluasi Kemenpan RB, dari tanggal 2 Agustus 2016 sampai dengan 4
September 2016. Kegiatan evaluasi RB tersebut meliputi: (1) Survey reformasi birokrasi; (2)
Evaluasi reformasi birokrasi; (3) Penyusunan lembar hasil penilaian RB dan eviden RB; (4)
Tindak lanjut evaluasi RB; (5) Kunjungan lapangan ke beberapa UPT Kementan; (6) Mistery
Shopper ke kantor pusat dan UPT Kementan; dan (7) Desk evaluasi.
Hingga akhir tahun 2016, Tim Evaluasi RB Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
belum mengeluarkan Hasil Penilaian Capaian Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian
Tahun 2015. Oleh karena itu, capaian hasil pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian
Pertanian tahun 2015 akan menggunakan Hasil Evaluasi Penilaian Mandiri Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi (PMPRB) yang dilakukan oleh Tim RB Kementan dan Inspektorat Jenderal
Kementan dan akan disandingkan dengan capaian PMPRB tahun sebelumnya.
Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Kementerian Pertanian dilakukan
dengan mengacu pada Permenpan RB Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi RB
Instansi Pemerintah. Hasil PMPRB Kementan Tahun 2015 telah disampaikan kepada Menteri
PAN dan RB pada tanggal 26 Agustus 2016 melalui Surat Sekretaris Jenderal Kementerian
Pertanian Nomor B-3126/OT.240/A/08/2016. Capaian Hasil PMPRB Kementan Tahun 2015
dan 2014 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 39
Tabel 4. Capaian PMPRB Kementan 2015
No Komponen Penilaian Nilai
Maksimal
2015 2014 % Kenaikan (Penurunan)
Nilai Capaian
% Capaian
Nilai Capaian
% Capaian
1 2 3 4 5 6 7 8
A PENGUNGKIT 1 Manajemen Perubahan 5 4,26 85,20% 3,39 67,80% 25,66%
2 Penataan Peraturan Perundang-Undangan
5 3,75 75,00% 4,59 91,80% -18,30%
3 Penataan dan Penguatan Organisasi
6 4,83 80,50% 3,49 58,17% 38,40%
4 Penataan Tata Laksana 5 4,46 89,20% 3,09 61,80% 44,34%
5 Penataan Sistem Manajemen SDM
15 14,32 95,47% 11,83 78,87% 21,05%
6 Penguatan Akuntabilitas 6 4,07 67,83% 2,72 45,33% 49,63%
7 Pegnuatan Pengawasan 12 10,39 86,58% 8,64 72,00% 20,25%
8 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
6 5,63 93,83% 4,56 76,00% 23,46%
Sub Total Komponen Pengungkit 60 51,71 86,18% 42,31 70,52% 22,22%
B HASIL 1 Kapasitas dan Akuntabilitas
Kinerja 20 15,2 76,00% 13,8 69,00% 10,14%
2 Pemerintah yang bersih dan bebas KKN
10 7,25 72,50% 7,75 77,50% -6,45%
3 Kualitas Pelayanan Publik 10 8,05 80,50% 8 80,00% 0,63%
Sub Total Komponen Hasil 40 30,5 76,25% 29,55 73,88% 3,21%
Indeks Reformasi Birokrasi 82,21 71,86 14,40%
Tabel di atas menunjukkan bahwa Hasil Capaian PMPRB Kementerian Pertanian Tahun 2015
sebesar 82.21. Jika dibandingkan dengan Capaian PMPRB Tahun 2014 sebesar 71,86,
terdapat kenaikan sebesar 14,40%. Kenaikan yang besar terdapat pada 2 komponen
pengungkit yaitu Penguatan Akuntabilitas (49,63%) dan Penataan Tata Laksana (44,34%).
Hasil evaluasi juga menunjukkan terdapat penurunan Capaian Hasil PMPRB Tahun 2015 pada
komponen hasil (Pemerintah yang Bersih dan Bebas KKN) sebesar 6.45%. Seluruh komponen
penilaian PMPRB tersebut telah didukung dengan dokumen-dokumen (evidence) sesuai area
perubahan reformasi birokrasi terkait.
3.3. Pembinaan Hukum Bidang pertanian
Dalam rangka mewujudkan legislasi dan pelayanan informasi publik, Kementerian Pertanian
khususnya Biro Hukum dan Informasi Publik melaksanakan kegiatan Pembinaan Pengelolaan
Informasi Publik sebagai berikut:
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 40
3.3.1. Penyusunan Produk Hukum Peraturan Menteri Pertanian (Permentan)
Dalam kegiatan prolegtan tahun 2016 telah diterbitkan 1 (satu) Peraturan Pemerintah dan
69 (enam puluh sembilan) Peraturan Menteri Pertanian serta 840 (delapan ratus empat
puluh) Keputusan Menteri Pertanian. Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2016
yang telah diterbitkan terdiri dari :
a. Bidang Tanaman Pangan, Hortikulturan dan Perkebunan telah menerbitkan 7 (tujuh)
Permentan
b. Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian telah menerbitkan 3 (tiga) Peraturan Menteri
Pertanian
c. Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan telah menerbitkan 10 (sepuluh) Peraturan
Perundang-undangan
d. Badan Manajemen dan Sumber Daya Manusia Pertanian telah menerbitkan 44 (empat
puluh empat) Peraturan Menteri Pertanian
e. Badan Karantina Pertanian telah menerbitkan 5 (lima) Peraturan Menteri Pertanian
3.3.2. Penyusunan Naskah Perjanjian
Selama tahun 2016, Kementerian Pertanian telah menghasilkan 459 (empat ratus lima puluh
sembilan) naskah perjanjian. Naskah perjanjian tersebut dapat diklasifikasi berdasarkan
kesepakatan bersama, perjanjian kerjasama, perjanjian hibah, nota kesepahaman, letter of
understanding.
3.3.3. Pemberian Pertimbangan dan Bantuan Hukum
Maksud dilaksanakan kegiatan ini adalah untuk memudahkan proses beracara di pengadilan
terutama dalam penanganan perkara di Peradilan Umum(PN) dan Peradilan Tata Usaha
Negara (PTUN) agar dapat berjalan lancar sampai akhir penyelesaian perkara. Pelaksanaan
kegiatan dilakukan dengan menginventarisasi, pengumpulan data dan informasi dari suatu
perkara; persiapan pendukung yang meliputi keberadaan gugatan dengan memperhatikan
kompetensi absolute dan kompetensi relative; proses pelaksanaan perkara di pengadilan;
laporan pelaksanaan penanganan perkara; mengikuti dan menghadiri sidang-sidang. Dalam
rangka pemberian pertimbangan dan bantuan hukum, pada tahun 2016 telah menyelesaikan
26 (dua puluh delapan) perkara perdata, 2 (dua) perkara Tata Usaha Negara.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 41
3.3.4. Pengujian Materiil Peraturan Perundang-undangan Bidang Pertanian
Perkara Nomor 46 P/HUM/2014 tanggal 30 Juni 2014 mengenai uji materiil Pasal 15,
Pasal 17 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), Pasal 18, Pasal 21 huruf e, huruf d,
huruf g, Pasal 24, Pasal 26 ayat (2), dan Pasal 59 Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 98/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Pedoman Perizinan Usaha
Perkebunan. Putusan Majelis Hakim Mahkamah Agung tanggal 22 Oktober 2014
telah diberitahukan secara resmi kepada Kementerian Pertanian melalui Surat
Mahkamah Agung R.I. Nomor 04/P.PTS/I/2016/46 P/HUM/2014 tertanggal 29 Januari
2016 hal Pengiriman Putusan Perkara Hak Uji Materiil Reg. No. 46 P/HUM/2014
amarnya menyatakan: Menolak permohonan keberatan hak uji materiil dari Para
Pemohon in casu Redatus Musa, Dkk.
Dalam penanganan perkara Uji Materiil di Mahkamah Konstitusi, bidang hukum
Kementerian Pertanian berkoordinasi dengan Eselon I terkait Lingkup Kementerian
Pertanian dan Direktorat Litigasi Peraturan Perundang-Undangan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia selaku Kuasa Hukum Presiden R.I.. Kementerian
Pertanian pada tanggal 29 Februari 2016 telah mendapatkan anugerah penghargaan
dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Keputusan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH-14.KP.07.05
Tahun 2016 tentang Pemberian Anugerah Litigasi Konstitusi karena telah
berpartisipatif dalam penanganan pengujian undang-undang di Mahkamah Konstitusi.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 42
3.4. Pengelolaan Keuangan dan perlengkapan Kementerian Pertanian
Pelaksanaan program dan kegiatan pembinaan dan pengelolaan Keuangan dan
Perlengkapan Tahun 2016 sesuai dengan rencana kerja yang ditetapkan adalah
sebagai berikut :
3.4.1. Pengelolaan Keuangan
a. Penetapan dan Revisi Calon Pejabat Pengelola Keuangan Lingkup
Kementerian Pertanian
Pada setiap awal tahun anggaran Menteri Pertanian selaku Pengguna Anggaran (PA)
berkewajiban menetapkan Pejabat Pengelola Keuangan yang meliputi Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) dan Bendahara. Penetapan tersebut dikhususkan bagi Satuan Kerja
(Satker) Baru, mengingat pada saat ini penetapan Pejabat Pengelola Keuangan tidak
terikat dengan tahun anggaran, artinya apabila tidak terjadi pergantian karena alasan
yang diperkenankan maka penetapan tahun sebelumnya masih dapat digunakan
sebagaimana mestinya. Sehingga pada tahun 2015 Sekretaris Jenderal Kementerian
Pertanian tidak menerbitkan SK Penetapan Pejabat pengelola Keuangan yang baru,
Seiring dengan perjalanan waktu, dimana telah terjadi banyak pergantian Pejabat
Pengelola Keuangan, karena adanya Mutasi/Alih Tugas, adanya Pejabat yang telah
memasuki usia pensiun dan adanya perubahan Stuktur Organisasi. Oleh karena itu,
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 43
Sekretaris Jenderal Atas
Nama Menteri Pertanian
tahun 2015 telah
menerbitkan SK Revisi
sebanyak 59 SK yang terdiri
dari SK Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) dan SK
Bendahara, untuk Satker
Pusat dan Vertikal. Pada
tahun 2016 Sekretariat
Jenderal Kementerian Pertanian tidak mengeluarkan SK Penetapan Pejabat Pengelola
Keuangan dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan karena kewenangan penetapannya
sudah dilimpahkan ke daerah.
b. Penanganan Penyelesaian Kasus Kerugian Negara
Trend data kerugian negara lingkup Kementerian Pertanian dari tahun ke tahun terus
meningkat. Demikian juga dengan trend data kerugian negara triwulanan pada tahun 2016,
dari triwulan I sampai dengan triwulan III mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Salah satu penyebabnya antara lain karena adanya kasus lama belum dapat terselesaikan
namun terdapat penambahan jumlah kerugian negara yang baru. Berbagai upaya nyata
telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian dengan membentuk Tim Penyelesaian Kerugian
Negara (TPKN) yang beranggotakan dari Pejabat Bagian Keuangan dan Perlengkapan dan
Bagian Evaluasi dan Pelaporan seluruh Eselon I. Dengan terbentuknya TPKN diharapkan
dapat mengurangi jumlah kerugian negara berupa penyetoran ke kas negara. Namun di
lapangan banyak ditemukan berbagai permasalahan yang sangat beragam dalam upaya
penanganan penyelesaian kerugian negara tersebut. Upaya nyata lainnya pada tahun 2016
yaitu mulai disusunnya draft Permentan tentang tata cara penyelesaian kerugian negara.
Dengan adanya Permentan tersebut diharapkan dapat dipahami dan dijadikan pedoman
dalam upaya penanganan penyelesaian kerugian negara.
c. Penatausahaan Target PNBP Kementerian Pertanian
Dalam rangka menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata cara
Penyampaian Rencana dan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak serta optimalisasi dan
peningkatan akuntabilitas serta transparansi pengelolaan PNBP pada Kementerian Pertanian
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 44
guna menyusun perkiraan pagu definitif PNBP Tahun Anggaran 2017 untuk bahan
penyusunan Pagu Indikatif APBN Tahun Anggaran 2017 sebagai bagian dari perencanaan
pengelolaan PNBP. Sehingga dilakukan kegiatan penyusunan target PNBP pada Kementerian
Pertanian dengan Eselon I lingkup Kementerian Pertanian.
Target PNBP pada Kementerian Pertanian dengan Eselon I dan ditelaah bersama dengan
Direktorat PNBP, DJA, telah didapatkan dan disepakati bahwa Target dan Pagu PNBP Tahun
Anggaran 2017 pada Kementerian Pertanian sebesar Rp.212.241.725.708,00 dan Pagu PNBP
sebesar Rp.126.449.855.446,00 yang terdapat diseluruh Eselon I lingkup Kementerian
Pertanian, serta dengan detail target mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun
2012 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada
Kementerian Pertanian dan telah ditetapkan dalam Nota Keuangan dan dituangkan dalam
DIPA Kementerian Pertanian.
3.4.2. Pengelolaan Perlengkapan
a. Pemanfaatan BMN
Telah diproses perpanjangan perjanjian pinjam pakai tanah milik Pemerintah Provinsi Jawa
Timur oleh Kementerian Pertanian untuk Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan berupa
Tanah dan Bangunan di Desa Ketindan Kecamatan Lawang Kabupaten Malang seluas 47.334
m2dengan Sertipikat Hak Pakai No. 7 Tahun 2005 dan 3 (tiga) unit bangunan seluas 800 m2,
terdiri dari 1). Rumah Dinas seluas 165 m2;2) Ruang Belajar seluas 360 m2;dan Asrama
seluas 275 m2, dengan Perjanjian Pinjam Pakai Nomor 020/9723/213.5/2016 tanggal 29
November 2016.
Selama Tahun 2016 telah diterbitkan keputusan penetapan izin penghunian Rumah Negara
Golongan I maupun Rumah Negara Golongan II sebanyak 10 usulan dari Badan Karantina
Pertanian pada Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Timika, Stasiun Karantina Pertanian Kelas
I Banjarmasin dan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Gorontalo.
b. Penghapusan dan Pemindahtanganan BMN
Selama Tahun 2016 telah diproses dan diterbitkan persetujuan penghapusan dan
pemindahtanganan BMN di lingkungan Kementerian Pertanian sebanyak 240 persetujuan
senilai Rp.231.088.155.957.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 45
Selain menghibahkan BMN, Kementerian Pertanian juga telah menerima hibah BMN dari
Pemerintah Daerah yaitu hibah tanah seluas 502.500 M2 dari Pemerintah Provinsi Jambi
sesuai Perjanjian Hibah Nomor 2124/NPHD/BPKAD.6.2/IX/2016 dan Nomor
08/MoU/HK.220/M/9/2016 tanggal 5 September 2016 serta Berita Acara Serah Terima
Barang Milik Daerah 2125/BA/BPKAD.6.2/IX/2016 dan Nomor 09/MoU/HK.220/M/9/2016
tanggal 5 September 2016.
Sejalan dengan pelaksanaan pembangunan pertanian, yang secara operasional dilakukan di
daerah-daerah, maka untuk mendorong percepatan pembangunan pertanian di daerah atau
dalam rangka optimalisasi kegunaan BMN, terhadap BMN tersebut, dapat dilakukan
pemindahtanganan atau pengalihan kepemilikan, diantaranya dalam bentuk hibah BMN. BMN
yang dihibahkan salah satunya adalah BMN yang sejak awal perolehan direncanakan untuk
dihibahkan kepada pemerintah daerah/masyarakat (MAK AKUN 526)
Untuk kesamaan persepsi dalam pengelolaan BMN khususnya hibah BMN maka telah disusun
Standar Operasional Prosedur (SOP) Hibah Barang Milik Negara Lingkup Kementerian
Pertanian.
Dalam rangka penyelesaian BMN yang telah dihentikan dari penggunaan, maka salah satu
pelaksanaan tugas dan fungsi pengelolaan barang milik negara, telah dilaksanakan workshop
penghapusan BMN yang dilaksanakan pada tanggal 5 s.d. 7 Oktober 2016 di Bogor dengan
melibatkan 90 satuan kerja di 7 Provinsi/Wilayah yang memiliki BMN yang dihentikan dari
penggunaan pada Laporan BMN-nya.
c. Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian BMN
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52 tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/Permentan/-PMK.06/2012 telah ditetapkan
ketentuan tentang Pengawasan dan Pengendalian Barang Milik Negara. Sehubungan itu,
dalam rangka tertib pelaksanaan pengawasan dan pengendalian barang milik negara di
lingkungan Kementerian Pertanian, telah disusun dan ditetapkan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 43/Permentan/OT.140/3/2014 tentang Pengawasan dan Pengendalian Barang Milik
Negara Lingkup Kementerian Pertanian disempurnakan dengan Permentan 27 tahun 2015
tentang Pengawasan dan Pengendalian BMN.
Telah diselenggarakan Rapat Penyusunan Peraturan Menteri Pertanian tentang Pengelolaan
Rumah Negara dengan melibatkan Biro Keuangan dan Perlengkapan, Biro Hukum dan
Informasi Publik, Direktorat Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 46
Rakyat dan Eselon I lingkup Kementerian Pertanian dan telah masuk dalam Program Legislasi
Pertanian tahun 2016
d. Advokasi Penanganan BMN Bermasalah
Dalam rangka mempertahankan Barang Milik Negara yang bermasalah pada Kementerian
Pertanian yaitu dengan penyelesaian Perkara Perdata di Pengadilan Negeri dan Perkara Tata
Usaha Negara di Pengadilan Tata Usaha Negara. Selain itu sebagai salah satu upaya
pencarian alternative penyelesaian permasalahan tersebut di atas, dilakukan penyelesaian
aset yang bermasalah lingkup Kementerian Pertanian.
e. Pengamanan Fisik Dan Pengamanan Hukum Atas BMN Menempuh Jalur
Hukum di Pengadilan Negeri.
Pada tahun Tahun 2016 telah ditempuh upaya hukum berkaitan dengan gugatan perkara
perdata, yaitu: 1) Sengketa tanah kantor Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan komplek
perumahan pegawai PPKS perkara perdata nomor 469/Pdt.G/2012/PN.Mdn., 2) Penertiban
rumah dinas dengan gugatan perkara perdata nomor 396/Pdt.G/2013/PN.Jkt.Sel., 3)
Sengketa Lahan KP. Citayam gugatan perlawanan oleh Kementerian Keuangan perkara
perdata nomor 26/Pdt.Plw/2006/PN.Dpk., 4) Permasalahan Rumah Negara di Komplek
Cimanggu dengan gugatan perkara perdata nomor 64/Pdt.G/2014/PN.Jkt.Sel.,5)
Permasalahan Rumah Negara di Komplek Labor Diseminasi dengan gugatan perdata nomor
63/Pdt.G/2014/PN.PDG., 6) Sengketa Kepemilikan Tanahdi Desa Karang Sari, Kecamatan
Cikarang (sekarang Cikarang Timur), Kabupaten Bekasi dengan gugatan Perdata perkara
perdata nomor 362/Pdt.G/2009/PN.Bks 7) Permasalahan Rumah Negara di Komplek Labor
Diseminasi dengan gugatan perdata nomor 134/Pdt.G/2014/PN.PDG., 8) Sengketa Lahan KP.
Citayam perkara perdata nomor 519/Pdt.G/2014/PN.BDG., 9) Permasalahan Rumah Negara
di Komplek Labor Diseminasi dengan gugatan perdata nomor 57/Pdt.G/2015/PN.PDG., 10)
Sengketa Tanah di BOTU-UPT Sembawa diokupasi oleh masyarakat dengan gugatan perkara
perdata nomor 34/Pdt.G/2011/PN.Sky., 11) Sengketa Kepemilikan Tanah di Samarinda
dengan gugatan perkara perdata nomor 132/Pdt.G/2014/PN.Smr., 12) Sengketa Kepemilikan
Tanah di Balai Karantina Pertanian Kelas IKupang gugatan perkara perdata nomor
92/Pdt.G/2015/PN.Kupang., 13) Sengketa Kepemilikan Tanah di Manado gugatan perkara
perdata nomor 149/Pdt.G/2015/PN.Mdo., 14) Sengketa Lahan KP. Bacan gugatan perkara
perdata nomor 3/Pdt.G/2016/PN.Lbh.- 15) Sengketa Lahan KP Makariki gugatan perkara
perdata nomor 15/PDT.G/2011/PN.Msh.- 16) Permasalahan Rumah Negara di Rangkapan
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 47
Jaya Pancoran Mas Depok Jawa Barat dengan gugatan perdata nomor
232/Pdt.G/2016/PN.Dpk.
f. Pengamanan Fisik Dan Pengamanan Hukum Atas BMN Menempuh Jalur
Hukum di Pengadilan Tata Usaha Negara.
Dalam Pertimbangan dan Bantuan Hukum Tata Usaha Negara adalah bagian dari Hukum
Administrasi Negara. Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat peraturan hukum yang
mengatur dan mengikat tentang bagaimana cara bekerjanya lembaga-lembaga atau alat-alat
administrasi Negara dalam memenuhi tugas, fungsi, wewenang masing-masing dan
hubungan dengan lembaga atau alat perlengkapan Negara lain serta hubungan dengan
masyarakat dalam melayani warga negara. Asas-asas dalam Hukum Admnistrasi Negara bisa
disebut asas-asas umum pemerintahan yang baik (AAIPB), dan karenanya menjadi pedoman
dalam penyelenggaraan pemerintah, jika tidak dipenuhinya asas-asas tersebut dalam
tindakan keputusan dapat menyebabkan timbulnya masalah. Pada tahun Tahun 2014& 2015
telah ditempuh upaya hukum berkaitan dengan gugatan Tata Usaha Negara, yaitu: (1)
Perkara Tata Usaha Negara Nomor 08/G/2013/PTUN-PDG Sengketa Rumah Dinas dengan
Objek Perkara Surat Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. (2) Perkara
Tata Usaha Negara Nomor 82/G/2015/PTUN-JKT Sengketa Rumah Dinas dengan Objek
Perkara Surat Direktur Jenderal Tanaman Pangan.
3.4.3. Pelaporan Keuangan Kementerian
Pagu anggaran Sekretariat Jenderal tahun 2016 setelah revisi adalah sebesar RP
1.563.096.836.000,- dengan realisasi sebesar Rp.1.363.057.604.670,- (87,20%) dengan sisa
anggaran sebesar Rp.200.039.231.330,- (12,80%).
Dari pagu anggaran yang diterima Sekretariat Jenderal tahun 2016 tersebut selanjutnya
dialokasikan untuk mendanai 6 Biro dan 2 Pusat. Alokasi anggaran setiap Biro tahun 2016
dapat dilihat pada tabel berikut :
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 48
Tabel 5. Realisasi Anggaran lingkup sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian tahun 2016
NO BIRO PAGU (Rp) REALISASI (Rp. Neto) %
1 Biro Perencanaan 51.228.518.000 46.453.289.408 90,68
2 Biro Organisasi & Kep. 27.140.000.000 24.480.438.051 90,20
3 Biro Hukum 14.342.180.000 11.557.943.866 80,59
4 Biro KP 1.099.937.196.000 956.542.561.655 86,96
5 Biro Umum&Pengd. 189.112.950.000 158.388.496.290 83,75
6 Biro Humas& IP 41.534.870.000 38.928.077.267 93,72
7 Biro KLN 22.711.650.000 20.850.353.866 91,80
- Attani Roma 1.300.000.000 942.810.671 72,52
- Attani Brussel 1.300.000.000 917.426.891 70,57
- Attani Tokyo 2.050.000.000 968.927.975 47,26
- Attani Woshington 1.300.000.000 991.908.388 76,30
8 Pusdatin 82.699.472.000 76.814.421.165 92,88
9 PusatPVTPP 28.440.000.000 25.220.949.177 88,68
JUMLAH 1.563.096.836.000 1.363.057.604.670 87,20
3.5. Penyelenggaraan Ketatausahaan Kementerian Pertanian, Kerumah-
tanggaan dan Layanan Pengadaan
Pelaksanaan kegiatan pada fungsi pelayanan umum dan pengadaan selama tahun 2016
adalah sebagai berikut :
3.5.1. Pengelolaan Arsip
Pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU Nomor 43
Tahun 2009 tentang Kearsipan disebutkan bahwa Pimpinan unit kearsipan bertanggung
jawab terhadap ketersediaan, pengolahan, dan penyajian arsip inaktif untuk kepentingan
penggunaan internal dan kepentingan publik, sedangkan Pimpinan unit pengolah
bertanggung jawab terhadap ketersediaan, pengolahan, penyajian arsip vital, dan arsip aktif.
Sesuai dengan peraturan tersebut di atas, ketersediaan arsip dinamis dibatasi pada
ketersediaan arsip dinamis inaktif pada Pusat Arsip Kementerian Pertanian. Ketersediaan
arsip ini diukur berdasarkan jumlah koleksi arsip inaktif koleksi Pusat Arsip Kementerian
Pertanian yang telah ditata dan didata dibandingkan dengan keseluruhan arsip inaktif yang
menjadi koleksi Pusat Arsip Kementerian Pertanian.
Keseluruhan koleksi arsip inaktif Pusat Arsip Kementerian Pertanian sampai dengan Tahun
2016 sebanyak 15.130 boks arsip. Angka ini diperoleh dari total keseluruhan volume arsip
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 49
tertata yang ada di gedung arsip ditambah dengan total volume arsip belum tertata di
gedung arsip.
Total volume arsip tertata di gedung arsip sampai dengan Tahun 2016 sebesar 13.651 boks
arsip. Volume arsip tertata sebesar 13.651 boks arsip diperoleh dari volume arsip tertata di
gedung arsip sampai dengan Tahun 2015 ditambah jumlah arsip yang ditata pada periode
Tahun 2016, arsip yang dipindahkan pada periode Tahun 2016, serta dikurangi arsip yang
dimusnahkan dan diserahkan pada periode Tahun 2016, sebagaimana tertuang dalam Tabel
sebagai berikut :
Tabel 6. Volume Arsip Tertata 2016
NO DATA ARSIP VOLUME
1 Jumlah arsip tertata di Gedung Arsip s.d akhir Tahun 2015 8,214 Boks
2 Jumlah Penataan arsip Tahun 2016 393 Boks
3 Jumlah pemindahan arsip Tahun 2016 5,168 Boks
- Ditjen PKH = 622 BOKS - PVTPP = 1950 Boks - Ditjen Hortikultura = 2 Boks - Biro Umum dan Pengadaan = 24 Boks - Ex Ditjen PPHP = 2570 Boks
4 Jumlah arsip yang dimusnahkan 120 Boks
5 Jumlah arsip yang diserahkan 4 Boks
Berdasarkan keterangan dan tabel tersebut diatas, total volume arsip tertata sampai dengan
Tahun 2016 sebesar 13.651 boks arsip dengan perhitungan sebagai berikut :
(8,214 boks+ 393 boks + 5,168 boks) - (120 boks+4 boks) = 13.651 boks
Sedangkan total volume arsip belum tertata yang terdapat pada gedung arsip sampai dengan
Tahun 2016 sebesar 1,479 boks arsip. Volume arsip belum tertata sebesar 1,479 boks arsip
diperoleh dari volume arsip belum tertata di gedung arsip sampai dengan Tahun 2015
dikurangi volume arsip hasil penataan yang dilakukan pada periode Tahun 2016,
sebagaimana tertuang dalam Tabel sebagai berikut :
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 50
Tabel 7. Volume Arsip Belum Tertata 2016
NO DATA ARSIP VOLUME
1 Jumlah arsip belum tertata di Gedung Arsip s.d akhir tahun 2015
1,872 Boks
2 Jumlah Penataan arsip tahun 2016 393 Boks
Berdasarkan keterangan dari tabel tersebut diatas, total volume arsip belum tertata sampai
dengan tahun 2016 adalah sebesar 1,479 boks arsip dengan perhitungan sebagai berikut
:1,872 boks - 393 boks.
3.5.2. Tingkat Kepuasan Pengguna Sarpras Kantor Pusat Lingkup Setjen
Guna mengetahui tingkat kepuasaan dan sekaligus sebagai bahan masukan untuk
peningkatan pelayanan Biro Umum dan Pengadaan Bagian Rumah Tangga melakukan jajak
pendapat melalui kuesioner terkait Kepuasan Pengguna Sarana dan Prasarana Kantor Pusat
lingkup Sekretariat Jenderal yang diedarkan dan diperoleh capaian nilai sebesar 74,81%
dikategorikan Baik artinya kualitas pelayanan sarana dan prasarana berhasil meningkat
sebesar 8,84% dari Tahun 2015 sebesar 65,97%, namun kegiatan ini masih dibawah target
yang harus disamakan dengan nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang ditargetkan
sebesar 80% dan hal ini memang kami sadari bahwa target yang ditetapkan masih terlalu
tinggi karena sifat pekerjaannya sebagian besar merupakan fisik bangunan dan oleh sebab
itu kegiatan ini belum bisa tercapai karena masih banyak pekerjaan yang belum diakomodir.
Kedepan Biro Umum dan Pengadaan akan memperbaiki kinerja sesuai target yang telah
ditentukan.
Tabel 8. Rekapitulasi Penilaian Sarana dan Prasarana Gedung A Kantor Pusat
Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2016.
No Komponen Skor Nilai Interval Konversi Klasifikasi
1. Perparkiran 3,02 2,51 - 3,25
62,51 - 81,25
B (Baik) Total Nilai 74,81 2. Keamanan 3,05
3. Kebersihan 2,98
4. Kelistrikan 2,98
5. Air Bersih 2,94
Nilai Layanan Sarana dan Prasarana 2,99
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 51
Tabel 9. Rekapitulasi Penilaian Sarana dan Prasarana Gedung A Kantor Pusat
Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2015.
No Komponen Skor Nilai Interval Konversi Klasifikasi
1. Perparkiran 2,65 2,51 - 3,25
62,51 - 81,25
B (Baik) Total Nilai 65,97 2. Keamanan 2,64
3. Kebersihan 2,63
4. Kelistrikan 2,50
5. Air Bersih 2,78
Nilai Layanan Sarana dan Prasarana 2,64
Grafik. 1 Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2015 dan Tahun 2016
Sebagai informasi pada Tahun 2016 alokasi anggaran untuk mendukung pelaksanaan
operasional layanan sarana dan prasarana di bidang kerumah tanggaan adalah sebesar Rp.
104.264.405.000,- dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2016 sebesar Rp.
86.106.078.050,-
3.5.3. Tingkat Kepuasan Layanan Pengadaan
Guna mengetahui tingkat kepuasaan dan sekaligus sebagai bahan masukan untuk
peningkatan pelayanan, perlu dilakukan jajag pendapat terhadap kinerja layanan pengadaan
oleh pihak-pihak terkait. Adapun hasil Tingkat Kepuasan Responden terhadap kinerja, rata-
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 52
rata Baik dengan nilai 70,85, tetapi kegiatan ini masih dibawah target yang harus disamakan
dengan nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang ditargetkan sebesar 80% dengan
kriteria:
Tabel 10. Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat
No Komponen Skor Nilai Interval Konversi Klasifikasi
1. Organisasi 2,65 2,51 - 3,25
62,51 - 81,25
B (Baik) Total Nilai 70,85
2. Hubungan Kerja 2,79
3. Materi Layanan 2,93
4. Etika Layanan 2,97
Nilai Layanan Pengadaan Barang Dan Jasa
2,83
3.6. Pengembangan Kerja Sama Luar Negeri Untuk Bidang Pangan dan
Pertanian dalam Kerangka Bilateral, Regional dan Multilateral
Pada tahun 2016, Pusat Kerjasama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
telah melaksanakan berbagai kegiatan yang terdiri dari :
3.6.1. Sidang RI – Thailand (The 7th Joint Agriculture Working Group/ JAWG), 23 – 24 Maret 2016, di Thailand
Dalam pertemuan JAWG ke-7 ini telah disepakati bahwa dari 28 kegiatan dimaksud terdiri
atas 11 proyek kegiatan dari kedua belah pihak telah selesai dilaksanakan, 6 proyek kegiatan
masih dalam proses pelaksanaan, dan 11 proyek kegiatan telah dibatalkan.
Adapun ke-6 proyek kegiatan yang akan ditindaklanjuti pada periode 2016-2017 yaitu: (1)
Training on Foot and Mouth Disease, (2) Integrated Pest Management and Post-Harvest
Treatment on Mango and Mangosteen, (3) Technical Cooperation on Highly Pathogenic Avian
Influenza Control to Facilitate Trade of Zebra Dove between Thailand and Indonesia, (4)
Cervical and Laparoscopic Artificial Insemination in Goats, (5) Study Visit on Improving for
Technical and Management Skills of Rice and Soybean Seed Grower, (6) Agricultural
Extension Training Course in Kasetsart University Bangkok, Thailand.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 53
Kegiatan yang baru diusulkan dan telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam pertemuan
ini yaitu 7 usulan kegiatan dari 9 usulan yang disampaikan oleh pihak Thailand, dan 1 usulan
kegiatan dari 4 usulan yang disampaikan oleh pihak Indonesia.
3.6.2. Sidang RI – Turkey (The First Indonesia – Turkey Steering Commitee Meeting), 7-9 April 2016, di Bali
Kedua pihak sepakat untuk merumuskan rencana aksi yang lebih konkrit guna
mengimplementasikan berbagai area kerja sama yang terdapat dalam MoU, khususnya kerja
sama bidang peternakan, kesehatan hewan dan perkarantinaan; akses pasar komoditas
pertanian antara kedua negara; kolaborasi kerja sama bidang perikanan; serta kerja sama
penelitian dan penguatan kapasitas. Dalam hal ini, lembaga teknis terkait di kedua negara
akan berkomunikasi secara intensif pada level operasional untuk merumuskan bentuk-bentuk
kerja sama yang lebih formal.
Kedua pihak sepakat untuk segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan, sesuai
dengan regulasi yang berlaku pada masing-masing negara, guna mendorong akses pasar
komoditas perkebunan (CPO, kopi, dan kakao) dari Indonesia ke Turkey; dan akses pasar
komoditas gandum, susu, produk susu, gelatin, dan collagen dari Turkey ke Indonesia.
Bapak Hari Priyono, Sekjen Kementerian Pertanian sedang memimpin sidang JAWG RI – Thailand dan menyerahkan
Cendramata kepada Ketua Delegasi Thailand
Thailand
Cendramata kepada Ketua Delegasi
Thailand
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 54
Pihak Turkey memperoleh informasi mengenai berbagai peraturan yang terkait dengan
proses importasi produk peternakan ke pasar Indonesia, dan berkomitmen untuk segera
mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna mematuhi tuntutan peraturan dimaksud.
Pihak Turkey juga memperoleh informasi tentang kesepakatan (MoU) antara Plant
Propagators Association (ASBENINDO) dengan Sub Union of Seed Industrialist and Producers
(TSUAB) yang ditandatangani pada 26 Oktober 2015 perihal kerja sama bidang industri
benih. Pihak Turkey akan mendorong pihak yang berkompeten guna mempercepat
implementasi dari kesepakatan dimaksud.
Pada rangkaian agenda field trip, kedua delegasi berkesempatan mengunjungi Agro Wisata
Kopi Luwak di Bangli dan Sub Terminal Agribusiness (STA) di Karangasem. Pada sesi
kunjungan perkebunan kopi luwak, kami memperkenalkan perkebunan kopi luwak liar,
sementara pada sesi kunjungan ke STA, kami memperkenalkan potensi kerja sama komoditi
hortikultura.
3.6.3. Sosialisasi Potensi Pertanian untuk Para Diplomatik RI yang akan
ditempatkan di Negara Mitra
Sekretariat Jenderal tahun 2016 telah melaksanakan sosialisasi potensi pertanian sebanyak 2
tahap sesuai dengan jadwal dari Kementerian Luar Negeri. Tahap ke-1 diikuti oleh 38 orang
diplomat yang akan ditempatkan di negara kawasan Amerika, Eropa dan Pasifik dilaksanakan
pada tanggal 9 - 13 Mei 2016 di Semarang dan Pati. Sementara untuk Tahap ke-2 diikuti oleh
30 orang diplomat yang direncanakan akan ditempatkan di negara kawasan Amerika, Asia,
Pasifik, Afrika dan Timur Tengah pada tanggal 15 - 18 Nopember 2017 di Pekanbaru.
3.6.4. Sidang RI – Kolombia (The Second Expert Group Meeting), dilaksanakan
pada tanggal 26 – 28 Juli 2016 di Kolombia Kedua pihak sepakat untuk mengembangkan kerja sama peningkatan nilai tambah komoditas
sawit melalui penelitian bersama pemanfaatan produk sawit menjadi biodiesel dan ethanol.
Khusus untuk pengembangan produk sawit menjadi biodisel, kedua negara sepakat untuk
memberikan kontribusi 20% minyak sawit menjadi biodiesel (B20). Kerjasama penelitian
tersebut difokuskan pada pengembangan varietas tahan penyakit dan berkadar oleat tinggi,
selain melalui penelitian bersama kerjasama konkret dilakukan juga dengan pertukaran
tenaga ahli dalam bidang kelapa sawit. Indonesia juga menyampaikan kesiapanya untuk
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 55
Sidang Expert Group Meeting Kementerian
Pertanian dan Pembangunan Daerah Kolombia
pertukaran material genetik unggul kelapa sawit yang telah teruji memeliki produktifitas yang
tinggi di Indonesia dengan memperhatikan Phitosanitary dan Hak Kekeyaan Intelektual.
Secara khusus, Pihak kolombia menyampaikan
permohonannya terkait bantuan penigkatan
kapasitas pengembangan kelapa sawitnya dalam
bentuk pengembangan sistem perkebunan yang
ramah lingkungan, berkelanjutan, berprouduktifitas
tinggi serta zero waste production sebagaiman telah
disepkati melalui standar ISPO. Menanggapi
permohonan ini, indonesia menyatakan kesiapannya.
Kedua pihak sepakat untuk pertukaran material genetik kakao dengan spesifik aroma
Kolombia dan Karet lokal tahan penyakit yang merupakan tanaman spesifik wilayah amazon
dengan varietas kakao dan karet Indonesia yang berproduktifitas tinggi
3.6.5. Kunjungan kerja Menteri Pertanian di Taiwan tanggal 6 – 8 Nopember 2016 Tindak lanjut nyata dari komitmen dengan Taiwan telah dilaksanakan dalam bentuk
pengiriman tenaga ahli irigasi dan hortikultura RI ke Taiwan pada tanggal 19-24 Desember
2016 untuk melakukan identifikasi lesson-learned dan best practices pengembangan irigasi
dan hortikultura modern di negara tersebut yang dapat diadopsi untuk mendukung
pengembangan kedua sektor tersebut di Indonesia. Selain itu, juga telah disepakati
kunjungan Tim Ahli Taiwan ke Indonesia pada tanggal 5-13 Januari 2017.
Kunjungan kerja tersebut telah
menghasilkan komitmen dukungan dari
Council of Agriculture of Taiwan untuk
pengembangan embung dan
modernisasi hortikultura di Indonesia
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 56
3.6.6. Sidang RI – Australia (The-20 Working Group on Agriculture. Food and
Forestry Cooperation), dilaksanakan pada tanggal 2 – 3 November 2016 di Manado, Indonesia
Indonesia telah berhasil memasukkan buah manggis dan salak ke pasar Australia dan saat
ini Indonesia berusaha untuk mendapatkan akses pasar buah mangga dan buah naga.
Sedangkan untuk importasi gandum Australia ke Indonesia, telah dilaksanakan dengan baik
dan gandum Australia tersebut diolah di Indonesia untuk pembuatan mie instan yang
diekspor ke negara lain.
Indonesia dan Australia telah menandatangani Memorandum of Understanding on Electronic
Certification pada tahun 2016 dan Indonesia saat ini sedang melaksanakan uji coba untuk e-
certification dimaksud yang peluncurannya akan dilaksanakan pada awal tahun 2017 dan
Australia meminta Indonesia untuk memasukkan daging ke dalam ujicoba dimaksud.
Indonesia menginformasikan tentang peraturan kehalalan yang diatur dalam Peraturan No.
33 tahun 2014 yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama RI, demi menjamin keamanan dan
kepastian produk-produk halal yang dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia termasuk
makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik, produk kimia, produk yang dimodifikasi secara
genetik, produk dan barang-barang konsumsi yang dipakai, digunakan atau dimanfaatkan
oleh masyarakat. Peraturan ini diberlakukan sebanyak 3 (tiga) tahap mulai tanggal 1
November 2016. Kementerian Pertanian telah mengirimkan surat ke Kementerian Agama
mengenai peraturan kehalalan dimaksud agar dapat diinformasikan lebih lanjut ke World
Trade Organization (WTO).
Australia Awards Information, Australia sebagai salah satu tujuan bagi pelajar Indonesia
untuk meneruskan studi pendidikan telah memberikan 300 beasiswa Master dan Doktor
untuk tahun 2016. Pihak Indonesia meminta agar Australia dapat membuka kesempatan
kepada peserta tersebut pelatihan bahasa Inggris untuk mendapatkan nilai TOEFL yang
sesuai dengan kualifikasi yang diminta oleh pihak Australia. Selain itu, Australia juga akan
menginformasikan lebih lanjut data peserta Indonesia yang telah lulus dari universitas di
Australia.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 57
3.6.7. Sidang RI – Jepang (The Second Bilateral Forum for Agriculture Cooperation), dilaksanakan pada tanggal 10 – 12 November 2016, di Tokyo, Jepang
Terkait dengan akselerasi ekspor ayam segar dan produk turunannya, pihak Indonesia
meminta dukungan kepada Pemerintah Jepang khususnya MAFF untuk menginformasikan
dan mendorong calon pembeli di Jepang agar melakukan kesepakatan bisnis dengan
keempat unit usaha pengolahan daging ayam yang telah disetujui mengekspor Heat
Processed Chicken Products ke Jepang sejak tahun 2014. Mengingat Indonesia menjadi Ketua
Forum Halal Dunia, maka jaminan halal merupakan keunggulan produk tersebut yang dapat
menarik minat konsumen muslim di Jepang sekaligus persiapan pasokan produk halal dalam
menghadapi Olimpiade tahun 2020 yang akan diselenggarakan di Jepang.
Sesuai protokol yang telah disepakati, pihak Indonesia akan segera menyampaikan undangan
kepada Tim Auditor MAFF Jepang untuk melakukan on-site surveilans terhadap 4 unit usaha
pengolahan daging ayam pada Januari 2017.
Sementara untuk ekspor buah mangga Indonesia ke Jepang masih diperlukan persyaratan
perlakuan Vapour Heat Treatment (VHT). Untuk memulai export buah mangga dengan
perlakuan VHT, maka kedua pengusaha kedua negara akan segera membangun fasilitas
treatment di Indonesia dengan pengawasan Badan Karantina Pertanian. Untuk perlakuan Hot
Water Treatment (HWT) yang telah dikembangkan Indonesia, pihak Jepang tidak keberatan
menerima penggunaan HWT sepanjang data efikasi kajian teknis telah diterima MAFF
Jepang. Dengan diterima HWT, maka penggunaan HWT sebagai pengganti VHT.
Adanya keberatan pihak Jepang terhadap aturan Indonesia tentang pengawasan produk
pertanian (buah dan sayuran) asal Jepang harus bebas dari cemaran radioaktif Ceassium 134
dan 137 akibat bencana Fukushima Daichi. Pihak Jepang melaporkan bahwa banyak negara
mitranya telah mencabut aturan pembatasan tersebut setelah memberikan hasil-hasil kajian
yang dilakukan oleh ahli Jepang. Pihak Indonesia tidak keberatan sepanjang telah ada
pernyataan resmi (deklarasi) dalam sidang WTO-SPS terkait jaminan keamanan pangan dan
dukungan pernyataan dari Lembaga Internasional Atom dan Energi (IAEA Austria). Lembaga
Badan Nasional Tenaga Nuklir dan Badan Karantina Pertanian segera melakukan kajian hasil
laporan Jepang, untuk memberikan pertimbangan lebih lanjut.
Pihak Jepang meminta pertimbangan terhadap pembatasan aturan investasi di Indonesia di
bidang Hortikultura, mengingat pihak Jepang berkeinginan untuk melakukan investasi di
Indonesia. Pihak Indonesia akan mempertimbangkannya dan untuk melakukan perubahan
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 58
Undang-undang No. 13 tahun 2010 tersebut memerlukan waktu karena harus melalui proses
parlemen.
Kerjasama sektor pertanian khususnya terkait pemanfaatan peralatan pertanian (mekanisasi
pertanian) antara Indonesia-Jepang, tim ahli kedua negara akan melakukan kajian teknis
untuk penggunaan jenis-jenis peralatan pertanian yang sesuai dengan kondisi pola pertanian
Indonesia dengan lokasi lahan terbatas dan kondisi fisik lahan bervariasi.
Pihak Jepang menerima keinginan Indonesia untuk mempelajari sistem/kebijakan pemerintah
Jepang dalam pengamanan mempertahankan lahan-lahan pertanian dan pola jaminan para
petani. Pada saat ini di Indonesia dihadapi laju alih fungsi lahan begitu progresif, akibat
perubahan lokasi-lokasi industri. Indonesia agar membuat Term of Reference termasuk
pembebanan biaya pelaksanaan kegiatan tersebut di Jepang.
Pihak Indonesia meminta kepada industri Jepang sebagai pemasok peralatan pertanian, agar
menyediakan layanan perbaikan peralatan di Indonesia hingga tingkat perdesaan. Pihak
Jepang akan mempertimbangkan dan berkonsolidasi dengan para pemasok peralatan
pertanian antara lain: Yanmar, Kubota.
3.6.8. The International Tripartite Rubber Council (ITRC) Special Meeting Pertemuan ini membahas mengenai keputusan diberlakukannya mekanisme pembatasan
kuota ekspor karet alam / Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) tahun 2016 akan
ditentukan pada joint meeting tanggal 28 Januari 2016 di Bangkok, Thailand.
Indonesia menyatakan kesiapannya untuk mempercepat peluncuran pasar karet dari bulan
Juni 2016 ke bulan Maret 2016 sesuai dengan permintaan dewan Menteri ITRC. Di lain pihak,
Thailand dan Malaysia meminta waktu untuk melakukan persiapan peluncuran pasar karet
sampai bulan Maret 2016.
Negara anggota ITRC menyepakati draft “Mou Antara Negara ITRC Dengan Viet Nam
Mengenai Kerja Sama di Bidang Karet Alam” yang akan menjadi diajukan kepada Viet Nam
sebagai proposal kerja sama. Tiap negara anggota ITRC diminta untuk memberikan masukan
sebelum tanggal 12 Februari 2016.
Dari hasil pertemuan ITRC tersebut, perlu dilakukan koordinasi lebih lanjut lingkup
Kementerian Pertanian terutama dengan Ditjen Perkebunan mengenai kondisi perkaretan
Indonesia saat ini dalam rangka menghadapi kebijakan ITRC berkaitan dengan turunnya
harga karet dunia untuk merencanakan kebijakan dalam negeri dalam membantu petani
karet dalam Negeri. Diantaranya yang dapat direkomendasikan antara lain : (1) Melakukan
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 59
peningkatan produksi dan produktivitas serta mutu melalui sistem pertanian berbasis karet;
(2) Melakukan pengembangan pemberdayaan petani untuk dapat mengakses ke berbagai
kemudahan yang diperlukan (teknologi, permodalan, pasar, kemitraan, sumber benih, dll);
(3) Mendorong percepatan penyediaan bahan baku karet alam Bahan Olah Karet (BOKAR)
yang mudah dan berkualitas sesuai Permentan no. 38/2008 dan revisinya.
3.6.9. APO (Asian Productivity Organization) yang berjudul “Asian Food and
Agribusiness Conference: Strengthening Public-Private-Sector Partnerships for Sustainable Competitive Agribusinesses
Kegiatan APO (Asian Productivity Organization) yang berjudul “Asian Food and Agribusiness
Conference: Strengthening Public-Private-Sector Partnerships for Sustainable Competitive
Agribusinesses” telah dilaksanakan pada tanggal 28-30 Maret 2016 di Hotel Horison,
Bandung, Jawa Barat. Seminar tersebut bertujuan agar peserta dapat meningkatkan
pengetahuan dan saling bertukar informasi dalam mengembangkan sistem pertanian yang
berkelanjutan, dan bagaimana menjalin kemitraan jangka panjang antara pihak pemerintah,
swasta dan masyarakat dengan pendekatan Strengthening Public-Private-Sector Partnerships
untuk memperkuat kerja sama bidang pertanian. Kegiatan ini diikuti 38 orang, yang terdiri
dari 32 peserta asing yaitu Bangladesh, Fiji, Filipina, India, Korea Selatan, Kamboja, Laos,
Malaysia, Mongolia, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan peserta
Indonesia berjumlah 6 orang; APO Conference menghadirkan 10 orang narasumber asing.
Adapun tindak lanjut dari pertemuan tersebut yaitu perlunya dibentuk rencana aksi dan
jadwal untuk mengaplikasikan rencana program Asian Food and Agribusiness Conference:
Strengthening Public-Private-Sector Partnerships for Sustainable Competitive Agribusinesses
di institusi masing-masing.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 60
3.6.10. Pertemuan Tingkat Menteri Bidang Pertanian dan Ketahanan Pangan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ke-7
Pertemuan Tingkat Menteri Bidang Pertanian dan Ketahanan Pangan Organisasi Kerja Sama
Islam (OKI) ke-7 telah dilaksanakan pada tanggal 26-28 April 2016 di Astana, Kazakhstan.
Pertemuan menyepakati hal-hal sebagai berikut perlunya upaya harmonisasi kebijakan-
kebijakan yang telah ada untuk mengatasi berbagai permasalahan di tingkat nasional ke
tingkat regional di masing-masing negara anggota OIC; upaya penguatan metode
pengumpulan data statistik perdagangan produk pertanian baik intra Negara anggota OIC
maupun dengan Negara non anggota OIC; dan laporan SOM khususnya terkait pencapaian
ketahanan dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) fokus utama, yaitu kaitannya dengan
penurunan efek negatif perubahan iklim, efisiensi pertanian, pemberdayaan perdesaan dan
penurunan kehilangan hasil dan pemborosan pangan.
Pada sesi General Assembly (GA) IOFS disampaikan sebanyak 31 dari 56 negara anggota OKI
telah menandatangani statuta IOFS. Ada 5 negara baru yang menandatangani statuta IOFS
pada saat First Session Of The General Assembly (GA) of IOFS yaitu, Bangladesh, Qatar,
Republik Mozambique, Republik Tajikistan, Kamerun, dan Kuwait. Posisi Delegasi Indonesia
dalam pertemuan tersebut adalah sebagai observer. Diperlukan 10 negara untuk meratifikasi
statuta IOFS tersebut, namun hingga saat ini tercatat baru 4 (empat) negara yang sudah
meratifikasi yaitu Kazakhstan, Nigeria, Burkina Faso dan Kuwait. Oleh karena itu, negara
yang sudah menandatangani statuta tersebut untuk mempercepat proses ratifikasinya.
Adapun tindak lanjut pertemuan tersebut yaitu Indonesia mendukung upaya bersama negara
anggota OIC untuk mengatasi masalah ketahan pangan di negara anggota. Kazakhstan
sangat mengharapkan Indonesia terlibat lebih jauh dalam organisasi IOFS tersebut.
Kementerian Pertanian Perlu segera menyampaikan hasil pertemuan ini kepada pihak-pihak
terkait di Indonesia untuk pembahasan kajian lebih mendalam terkait kemungkinan
bergabungnya Indonesia sebagai anggota IOFS.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 61
3.6.11. Pertemuan Special Senior Official Meeting of ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry ke-37 (37th SSOM AMAF) dan Special Senior Official Meeting of ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry Plus Three (15th SSOM AMAF+3), 22-25 Agustus 2016, Filipina
Keseluruhan capaian subsidiary bodies dibawah AMAF serta pengembangan rencana kerjanya
akan disampaikan kepada Menteri-Menteri Pertanian dan Kehutanan ASEAN untuk
pengesahan lebih lanjut pada pertemuan ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry
(AMAF) ke-38 yang akan dilaksanakan pada tanggal 6-7 Oktober 2016 di Singapura. Pada
pertemuan tersebut para Menteri juga akan melakukan penandatanganan perjanjian
pembentukan ASEAN Coordinating Centre for Animal Health and Zoonoses (ACCAHZ), yang
berfungsi sebagai pusat kerjasama dan koordinasi penanganan kesehatan hewan dan
penanggulangan penyakit zoonosis di kawasan ASEAN.
Sebagai tindak lanjut perlu dilakukan identifikasi atas kepentingan Indonesia yang perlu
terakomodasi dalam berbagai kerja sama pangan, pertanian dan kehutanan ASEAN dan
mitranya, dengan memperhatikan Key Performance Indicators (KPIs) of the SPA-FAF 2016-
2025.
Selain itu, terkait dengan berbagai inisiatif baru, Indonesia perlu mengkaji lebih mendalam
terhadap usulan-usulan kerja sama tersebut, seperti pada bidang perbenihan, jejaring
informasi, dan konservasi lahan pertanian. Hal ini dianggap penting sebagai salah satu upaya
menyaring kegiatan yang tidak sesuai dengan arah tujuan pembangunan pangan, pertanian
dan kehutanan nasional. Oleh karena itu, posisi Indonesia sebaiknya tidak terlalu aktif dalam
mendorong percepatan implementasi inisiatif-inisiatif baru dimaksud agar proses kajian
internal dapat dilakukan secara komprehensif.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 62
3.6.12. Pertemuan Internasional Food Security Week (FSW) APEC dan Fourth APEC Food Security Ministerial Meeting (FSMM4), 16-27 September 2016, Peru
Pada pertemuan kali ini membahas empat hal utama yaitu kelanjutan dan perlindungan laut,
perubahan iklim, kerja sama lintas fora dan pengembangan kapasitas. Indonesia memberikan
perhatian khusus terkait kelanjutan dan perlindungan lingkungan laut agar konsep blue
economy di APEC memiliki satu acuan bersama. OFWG rencananya akan membahas panduan
perihal koordinasi dan komunikasi dengan APEC centers agar kegiatannya bersinergi dengan
prioritas OFWG. Indonesia diharapkan untuk berperan dalam hal ini selaku pemilik APEC
Ocean and Fisheries Information Center (AOFIC) yang berlokasi di Perancak, Bali. Indonesia
menganggap IUU fishing sebagai Transnational Organized Crime, sehingga pada pertemuan
OFWG berikutnya Indonesia akan mengajukan inisiatif kerja sama APEC untuk memberantas
IUU fishing. Peran MOI SC dalam koordinasi inisiatif lintas fora akan mencerminkan peran
kepemimpinan Indonesia dalam isu maritim.
Isu Ketahanan pangan akan semakin mengemuka dalam agenda APEC kedepannya, terutama
pada tiga hal utama yaitu pembangunan kelanjutan sektor pertanian dan perikanan, fasilitasi
investasi dan pembangunan infrastruktur, dan meningkatkan perdagangan dan pasar.
Indonesia menyampaikan bahwa peran petani dan nelayan kecil sebagai investor terbesar
harus ditingkatkan sebagai pilar ketahanan pangan sehingga harus didorong untuk lebih
terbuka dalam hal fasilitasi infrastruktur dan investasi pertanian. Selain itu, Indonesia
menyampaikan implementasi peningkatan sektor pertanian dan perikanan melalui public
private partnership dalam pembentukan kemitraan teknologi dan capacity building bagi
petani kecil agar dapat meningkatkan produksi pangan yang bernama Partnership for
Indonesia Sustainable Agriculture (PISagro).
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 63
3.7. Data dan Informasi Pertanian
Dalam rangka mewujudkan kesamaan pemahaman terkait pengelolaan data dan informasi
pembangunan pertanian dan pengelolaan data terpadu (tekstual dan spatial) ke sistem yang
terintegrasi dan mudah diakses, maka dibangun akses Satu Data dan Satu Pintu dengan
pemanfataan TIK untuk mendukung pembangunan pertanian melalui sistem jaringan terpadu
dan membangun infrastruktur yang menunjang kerja. Dasar kebijakan ini adalah Permentan
No. 115/Permentan/OT.140/9/2014 tentang Pedoman Pengelolaan Satu Data Pembangunan
Pertanian, Kepmentan No. 663/Kpts/TI.130/11/2015 tanggal 30 November 2015 tentang Wali
Data dan Unit Kliring Data dan Informasi Pertanian untuk Mewujudkan Satu Data dalam
Pembangunan Pertanian dan No 51/Permentan/TI/II/2016 tentang Penyelenggaraan
Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kementerian Pertanian.
Peran Setjen dibidang perstatistikan adalah dengan pengembangan metoda pengumpulan,
pengolahan, analisis dan penyajian data serta membangun, mengembangan sistem informasi
pertanian, selain itu juga sebagai unit kliring Kementan (unit kerja yang ditunjuk sebagai
pelaksana otorisasi, verifikasi, otentifikasi dan penyebaran data dan informasi)
Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah mengadakan monitoring dan evaluasi kegiatan
dibidang statistik, sistem Informasi maupun monitoring dukungan perstatistikan dan sistem
Informasi pertanian baik dilakukan harian, bulanan, triwulanan, semesteran maupun
tahunan.
Hasil yang telah dicapai dibidang perstatistikan bekerjasama dengan instansi terkait antara
lain BPS, Ditjen terkait lingkup pertanian sebagai wali data, Bank Indonesia, Kemeninfo, BPS,
PU, Lapan, BKPM, BIG, Kemendagri, dll adalah sebagai berikut:
Bidang Data Komoditas Pertanian
Untuk data Tanaman Pangan dengan adanya MOU Kementerian Pertanian dengan BPS telah
dapat memperpendek waktu pengumpulan data dari n-4 menjadi n-1 sehingga data dapat
diolah dengan cepat dan disajikan ke pimpinan untuk pengambilan kebijakan lebih cepat
sedangkan dibidang Perkebunan percepatan data tebu di 4 Propinsi sebagai sampel Jabar,
Jateng DIY serta Jatim dimana hasilnya kegiatan ini untuk memonitor aliran data tebu/gula,
memantau pengumpulan dan pengelolaan data tebu serta aliran data tebu dari daerah ke
pusat.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 64
Kegiatan pengelolaan data pertanian tanaman pangan dan hortikultura tahun 2016 telah
ditambahkan data tahun 2015 untuk subsektor tanaman pangan dan subsektor hortikultura,
baik pada level provinsi juga level Kabupaten/Kota. Kegiatan tersebut dilakukan melalui
kerjasama dengan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, atau Dinas yang membawahi
data sektor tanaman pangan dan hortikultura di 34 Provinsi dan dengan Badan Pusat Statistik
(BPS). Diharapkan dengan tersedianya data tanaman pangan dan data hortikultura ini pada
Aplikasi Basis Data Statistik Pertanian (BDSP), akan memudahkan pengguna data untuk
mengakses.
Bidang Data Non Komoditas Pertanian
Telah dilaksanakan kegiatan pengelolaan data Sosial, Prasarana dan Sarana Pertanian
meliputi : (1) Penataan data : Iklim, OPT dan DPI, Sarana Pertanian, SDM Pertanian dan
Kelembagaan Petani, Lahan Pertanian, Tenaga Kerja Sektor Pertanian, dan Kemiskinan
Sektor Pertanian, Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana pertanian. (2) Pengembangan
metode audit jaringan irigasi, Pengembangan aplikasi berbasis satelit untuk monitoring
pertanaman padi, Pengembangan metode pengumpulan data luas tanam dan panen dengan
metode grid square berbasis peta citra satelit resolusi sangat tinggi monitoring kegiatan
SIMOTANDI (Sistem Informasi Monitoring Pertanaman Padi) dimana aplikasi berbasis satelit
ini digunakan untuk memantau fase pertanaman padi menggunakan citra Landsat 8 serta
digunakan bagi para pimpinan di Kementerian Pertanian dalam rangka peningkatan usaha
dibidang pertanian. Adapun sampel untuk kegiatan SIMOTANDI ini telah dilaksanakan di
kabupaten Brebes, Karawang, Banyuwangi, Jember, Pasuruan, Bojonegoro, dan Tuban.
Output Data Statistik Komoditas Pertanian
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 65
Monitoring Data UPSUS
Disamping itu Setjen tiap hari melaporkan data untuk kebijakan pimpinan di Kementerian
Pertanian berupa monev harian terkait kegiatan UPSUS padi, jagung, kedelai, bawang merah,
cabai, Inseminasi Buatan, Bunting Lahir. Dimana data ini diperoleh dari SMS harian yang
masuk dari petugas UPSUS di daerah ke Aplikasi Monev SMS UPSUS ke Server Pusdatin.
Sosialisasi Pemanfaatan Sistem Informasi Monitoring Pertanaman Padi SIMOTANDI
Citra satelit landsat sbg alat bantu memantau pertanaman padi
Monitoring Data Keuangan
Untuk monitoring keuangan bulanan dengan aplikasi SMART yang datanya sudah terintegrasi
dengan aplikasi – aplikasi keuangan lainnya antara lain Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan
Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). SAI
dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan Satuan Kerja yang terdiri dari Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca.
Sedangkan SIMAK-BMN adalah sistem yang menghasilkan informasi aset tetap, persediaan,
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 66
dan aset lainnya untuk penyusunan neraca dan laporan barang milik negara serta laporan
manajerial lainnya.
Hasil yang dicapai berdasarkan data dari Aplikasi SMART adalah sbb: penyerapan anggaran
92,88%, pencapaian keluaran 100% sedangkan efisiensi 7,12% dengan Nilai Kinerja 90,10%
kategori sangat baik
Bidang Pengembangan Sistem Informasi
Sebagai unit kerja pengelola Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di lingkup
Kementerian Pertanian sesuai dengan Permentan nomor : 51/Permentan/TI/II/2016 tentang
Penyelenggaraan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kementerian Pertanian.
Maka Setjen dalam mendistribusikan layanan dasar aplikasi TIK Kementerian Pertanian
didukung dengan Standar Operasional Prosedur Penyelenggaraan TIK yang selalu diperbaiki
sesuai kebutuhan dan perkembangan TIK terkini.
Semakin banyaknya aplikasi yang dikembangkan maka pengelola membuat terobosan dalam
hal pengelolaan aplikasi melalui integrasi sistem.
SIM Terpadu: e-Personal terintegrasi (Simpeg, Aset, Kehadiran, Tukin, Gaji, SKP, e-surat,
DUPAK, LHKASN, NPWP, dll), Sistem integrasi data teknis (database umum) Sistem integrasi
data spesifik (unit kerja).
Pemanfataan TIK untuk mendukung pembangunan pertanian dengan sistem jaringan terpadu
dan membangun infrastruktur yang menunjang kerja untuk itu perlu adanya koordinasi
kemitraan
Pada Tahun Anggaran 2016 telah dilakukan monitoring terhadap penggunaan email
Kementerian Pertanian, hingga tahun 2016 sudah mencapai 20.000 email dengan
perbandingan jumlah data karyawan (simpeg) adalah 20.241.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 67
Grafik 2. Perkembangan Jumlah Account E-Mail Per Tahun
Untuk mendukung kelancaran akses data dan komunikasi melalui Internet maka dilakukan
peningkatan bandwidth Kementerian Pertanian seperti tersebut pada grafik dibawah ini :
Grafik 3. Perkembangan Jumlah Account E-Mail Per Tahun
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada pengguna maka telah
dilakukan kegiatan Survei Kepuasan Pengguna Layanan Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian. Dari hasil survei ini diharapkan akan diketahui sejauh mana kepuasan pengguna
terhadap layanan yang telah diberikan serta sebagai salah satu sarana untuk menampung
berbagai masukan guna perbaikan peningkatan layanan di Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian.
Survei ini menggunakan rancangan atau desain survey deskriptif kualitatif untuk mengetahui
tingkat kepuasan para unit kerja pengguna layanan terkait data dan informasi pembangunan
pertanian. Data yang dikumpulkan melalui survei ini merupakan data primer melalui
penyebaran kuesioner kepuasan layanan pada pengguna. Responden berjumlah 565 orang
yang terdiri dari 450 responden pusat dan 115 responden daerah (SKPD) yang tersebar di 8
provinsi.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 68
Hasil analisis dengan menggunakan Importance Performance Analysis menunjukan
kepuasan pengguna layanan bidang data dan informasi pertanian secara keseluruhan
memperoleh tingkat kepuasan sebesar 80,32% jika dibandingkan dengan target yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 72%.
Bidang Penerapan dan Pengembangan e-government
Penerapan tata kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi
kebutuhan dan tuntutan di setiap instansi penyelenggaraan pelayanan publik mengingat
peran TIK yang semakin penting bagi upaya peningkatan kualitas layanan sebagai salah satu
realisasi dari tata kelola pemerintahan yang baik (Good Corporate Governance).
Untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan informasi dalam
penyelenggaraan Tata Kelola TIK, Kementerian Komunikasi dan Informatika melakukan
sosialisasi dan bimbingan teknis yang kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan kajian
keamanan informasi kepada instansi penyelenggara pelayanan publik menggunakan alat
bantu evaluasi Indeks Keamanan Informasi (KAMI). Alat evaluasi ini ditujukan untuk
memberikan gambaran kondisi kesiapan (kelengkapan dan konsistensi) keamanan informasi
dan identifikasi tingkat kematangan penerapan pengamanan informasi kepada pimpinan
instansi, yang diidentifikasi berdasarkan kondisi saat ini dan menghasilkan rekomendasi untuk
keperluan pembenahan dan prioritas. Analisis dilakukan berdasarkan kategori tingkat
kepentingan Sistem Elektronik (SE) untuk memberikan sasaran pencapaian tingkat
kelengkapan kematangan yang berbeda sesuai dengan kepentingannya. Kemudian, area
yang dievaluasi meliputi Tata Kelola Keamanan Informasi, Pengelolaan Risiko Keamanan
Informasi, Kerangka Kerja Keamanan Informasi, Pengelolaan Aset Informasi, serta Teknologi
dan Keamanan Informasi.
Dalam rangka mendukung penyelenggaraan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kementerian Pertanian telah menerbitkan Permentan No 51/Permentan/TI/II/2016 tentang
Penyelenggaraan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kementerian Pertanian. Pada
permentan tersebut mengakomodir penyediaan fasilitas data center untuk pengelolaan TIK
meliputi layanan: hosting, portal web, system backup, fasilitas infrastruktur.
Sistem Informasi Pertanian yang telah dilaksanakan dalam rangka mendukung e governance
T.A 2016 meliputi : (1) Aplikasi Sistem Informasi dan Multimedia, aplikasi terdiri dari: aplikasi
Basis Data Ekspor impor, Aplikasi Basis Data Harga, Aplikasi Basis Data PDB, Aplikasi SIG
Web, Apliksi Administrasi Pertanian (Aplikasi Kehadiran, SIM ASN sudah terintegrasi dengan
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 69
email dan, Aplikasi e Personal). Telah dilaksanakan perancangan dan ujicoba implementasi
integrasi database pertanian dan perancangan dan pengembangan portal aplikasi dan sistem
Single Sign On (SSO) dimana user hanya memerlukan satu login untuk dapat mengakses ke
berbagai aplikasi dan layanan yang ada di Kementerian Pertanian. (2) Perawatan serta
pembinaan website dan multimedia terdiri dari: sistem website dan multimedia,
pemeringkatan keterbukaan informasi publik berbasis web lingkup pertanian. (3) Aplikasi
monitoring SMS UPSUS, aplikasi monitoring SMS UPSUS yang menerima data yang dikirimkan
oleh tim upsus melalui SMS dapat dicek melalui url:
http://monevsms.pertanian.go.id/index2.php. Aplikasi ini digunakan untuk merekapitulasi dan
memonitoring luas tambah tanam untuk Padi, Jagung, Kedelai. Saat ini sudah dikembangkan
untuk proses monitoring Cabe, Bawang dan Sapi Indukan.
3.8. Perlindungan Varietas Tanaman dan perizinan Pertanian
3.8.1. Pelayanan Permohonan Hak Perlindungan Varietas Tanaman
Tahun 2016, Pusat PVTPP menargetkan penerimaan permohonan Hak PVT sebanyak 60
permohonan varietas. Realisasi penerimaan permohoan Hak PVT sebanyak 42 permohonan
(70% dari target). Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2015, permohonan Hak PVT
mengalami penurunan 10,6% dari 47 permohonan di tahun 2015 menjadi 42 permohonan
pada tahun 2016. Sedangkan penerbitan sertifikat Hak PVT pada tahun 2016 sebanyak 19
sertifikat, turun 40,6% dibandingkan penerbitan sertifikat pada tahun 2015 (32 sertifikat).
Secara kumulatif, permohonan Hak PVT sejak tahun 2004 sampai dengan 2016 sebanyak 610
permohonan dengan rincian sebagai berikut: (a) 379 Permohonan yang telah mendapatkan
sertifikat Hak PVT; (b) 24 Permohonan ditolak, karena tidak memenuhi syarat BUSS; (c) 111
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 70
Permohonan ditarik kembali, karena pemohon tidak memenuhi kelengkapan
persyaratan/varietas dianggap tidak komersial; (d) 96 Permohonan dalam proses
(administrasi, pengumuman, pemeriksaan substantif).
Secara rinci perbandingan realisasi penerimaan permohonan dan penerbitan sertifkat hak PVT
tahun 2016 dan 2015 dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Perbandingan Realisasi Penerimaan Permohonan dan Penerbitan Sertifkat Hak PVT Tahun 2016 dan 2015
Permohonan Penerbitan Permohonan Penerbitan
1 Tanaman Pangan 10 31 8 8 5
2 Tanaman Sayuran 35 3 4 19 16
3 Tanaman Hias 2 6 0 3 0
4 Tanaman Buah 6 2 4 4 7
5Tanaman
Perkebun/Industri/kehut. 5 0 3 7 4
6 Tanaman Pakan Ternak 2 0 0 6 0
TOTAL 60 42 19 47 32
-10,6
-40,6
% Naik/Turun Permohonan
% Naik/Turun Penerbitan Sertifikat
No. Jenis TanamanTarget
2016
2016 2015
Grafik 4. Perbandingan Realisasi Penerimaan Permohonan dan Penerbitan Sertifkat Hak PVT Tahun 2016 dan 2015
3.8.2. Pelayanan Pendaftaran Varietas Lokal dan Hasil Pemuliaan
Pendaftaran varietas tanaman pada tahun 2016 ditargetkan sebanyak 180 varietas,
sedangkan realisasi permohonannya sebesar 138 varietas atau 76,7% dari target. Apabila
dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 29%. Adapun
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 71
penerbitan Tanda Daftar Varietas Tanaman pada tahun 2016 mencapai 133 Tanda Daftar
Varietas, mengalami peningkatan 27,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Perbandingan
realisasi penerimaan permohonan dan penerbitan tanda daftar varietas tahun 2016 dan 2015
dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Perbandingan Realisasi Penerimaan Permohonan dan Penerbitan Tanda Daftar
Varietas Tahun 2016 dan 2015
PermohonanPenerbitan
TDVPermohonan
Penerbitan
TDV
1 Tan. Pangan 20 23 17 14 14
2 Tan. Sayuran 50 39 31 17 25
3 Tan. Buah 50 27 34 29 21
4 Tan. Hias 50 35 38 30 37
5 Tan. Obat/Rempah 2 0 0 0 0
6 Tan. Bun/Industri 8 14 13 17 7
Jumlah 180 138 133 107 104
29,0
27,9
% Naik/Turun Permohonan
% Naik/Turun Penerbitan TDV
Jenis TanamanNoTarget
2016
2016 2015
Grafik 5. Perbandingan Realisasi Penerimaan Permohonan dan Penerbitan Tanda Daftar
Varietas Tahun 2016 dan 2015
3.8.3. Pelayanan Pendaftaran Varietas Tanaman Hortikultura Dalam Rangka
Peredaran Benih
Tahun 2016 permohonan pendaftaran varietas hortikultura ditargetkan sebanyak 200
permohonan, dan realisasi permohonannya mencapai 251 varietas atau 126% dari target
175
107
104
180
138
133
0
50
100
150
200
2015 2016
Target
Permohonan
Tanda Daftar
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 72
permohonan. Sedangkan realisasi penerbitan Surat Keputusan Menteri Pertanian tentang
Tanda Daftar Varietas Hortikultura hanya 149, sisanya masih dalam proses verifikasi
Direktorat Jenderal Hortikultura. Dibandingkan dengan permohonan tahun 2015 mengalami
penurunan 19%, dimana pada tahun 2015 mencapai 310 permohonan. Jenis varietas
tanaman yang banyak dimohonkan pendaftaran adalah kelompok tanaman sayuran, yaitu
175 varietas atau 69,72% dari total permohonan tahun 2016. Rincian perbandingan realisasi
penerimaan pendaftaran varietas tanaman hortikultura tahun 2016 dan 2015 dapat dilihat
pada Tabel 13.
Tabel 13. Perbandingan Realisasi Penerimaan Pendaftaran Varietas Tanaman Hortikultura
Tahun 2016 dan 2015
Permohonan Penerbitan
TDV Permohonan
Penerbitan
TDV
1 Tanaman Buah 50 39 32 74 45
2 Tanaman Sayuran 120 175 111 222 108
3 Tanaman Hias 28 34 6 14 25
4Tanaman Obat dan
Rempah 23 0 0 2
200 251 149 310 180
-19,0
-17,2
JUMLAH
2015
No Jenis TanamanTarget
2016
2016
% Naik/Turun Permohonan
% Naik/Turun Penerbitan TDV
Grafik 6. Perbandingan Realisasi Penerimaan Pendaftaran Varietas Tanaman Hortikultura
Tahun 2016 dan 2015
3.8.4. Pelayanan Perizinan Pertanian
Bidang perizinan pertanian, sesuai dengan tugas dan fungsinya, Pusat Perlindungan Varietas
Tanaman dan Perizinan Pertanian meliputi :
175
310
180200
251
149
0
50
100
150
200
250
300
350
2015 2016
Target
Permohonan
Tanda Daftar
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 73
1. Pelayanan Perizinan Pendaftaran Pupuk An-Organik dan Organik
Pelayanan perizinan pendaftaran pupuk an-organik dan organik pada tahun 2016 ditargetkan
sebanyak 305 surat permohonan, diterima permohonan pendaftaran sebanyak 819
permohonan (268,52% dari target), terdiri dari permohonan pupuk an-organik 517 dan
pupuk organik 302. Apabila dibandingkan dengan tahun 2015, permohonan pendaftaran
pupuk mengalami penurunan 11%, dimana permohonan tahun 2015 mencapai 921
permohonan. Adapun penerbitan izin pendaftaran pupuk tahun 2016 meningkat 52,9% dari
431 Surat Izin pada tahun 2015 menjadi 659 Surat Izin di tahun 2016. Tabel 14 merupakan
perbandingan realisasi pelayanan pendaftaran pupuk an organik dan organik tahun 2016 dan
2015.
Tabel 14. Perbandingan Realisasi Pelayanan Pendaftaran Pupuk An Organik dan Organik
Tahun 2016 dan 2015
Permohonan Penerbitan Permohonan Penerbitan
A Pupuk An-Organik
Pendaftaran baru dan ulang 200 517 467 679 317
B Pupuk Organik
Pendaftaran baru dan ulang 105 302 192 242 114
JUMLAH A+B 305 819 659 921 431
-11,1
52,9
2016 2015No Jenis Permohonan Target
2016
% Naik/Turun Permohonan
% Naik/Turun Penerbitan Surat Izin
2. Pelayanan Perizinan Pendaftaran Pestisida
Pelayanan perizinan pendaftaran pestisida meliputi Pendaftaran Izin Tetap Baru dan
Pendaftaran Izin Tetap Ulang serta pelayanan lain yang terkait. Target permohonan
pendaftaran pestisida tahun 2016 sebanyak 1.800 permohonan, sedangkan realisasi
mencapai 3.114 permohonan atau 173% dari target. Realisasi permohonan perizinan
pestisida tahun 2016 mengalami peningkatan 18,9% dibandingkan tahun 2015, sedangkan
realisasi penerbitan Surat Izin meningkat 36,2%. Perbandingan realisasi pelayanan
pendaftaran pestisida Tahun 2016 dan 2015 disajikan pada Tabel 15.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 74
Tabel 15. Perbandingan Realisasi Pelayanan Pendaftaran Pestisida Tahun 2016 dan 2015
Permohonan Penerbitan Permohonan Penerbitan
1 Pendaftaran Izin Tetap Baru 250 274 271 339 292
2 Pendaftaran Izin Tetap Ulang 350 580 439 416 312
3 Pendaftaran Izin Tetap Ekspor 30 39 30 36 34
4 Pendaftaran Izin Tetap Bahan Teknis 60 99 70 66 36
5 Pendaftaran Izin Percobaan 300 323 270 561 374
6 Perpanjangan Izin Percobaan 85 186 176 154 246
7 Pendaftaran Izin Perluasan Penggunaan 80 128 92 90 73
8 Perubahan Nama Pestisida 40 77 86 54 39
9 Perubahan Pemegang Pendafataran 50 96 179 178 99
10 Perubahan Nomor Pendafataran 5 5 7 5 8
11 Perubahan Dosis/konsentrasi 5 17 11 8 8
12 Perubahan Kode/Bentuk 5 14 2 7 0
13 Perubahan Bid.Penggunaan/Jenis/Komoditi/OPT Terdaftar5 15 8 19 16
14 Perubahan Cara Kerja 5 1 4 0 0
15 Penamabahan/Perubahan Asal Bahan Aktif/Bahan Teknis30 37 44 13 4
16 Pembuatan Sertifikat 500 1223 1241 673 610
1800 3114 2930 2619 2151
18,9
36,2
% Naik/Turun Permohonan
% Naik/Turun Penerbitan Surat Izin
JUMLAH
No Jenis PermohonanTarget
2016
2016 2015
3. Pelayanan Perizinan Pemasukan dan Pengeluaran Perbenihan Tanaman
Pelayanan perizinan pemasukan dan pengeluaran perbenihan tanaman tahun 2016
ditargetkan sebanyak 1.015 permohonan, meliputi perizinan pemasukan benih tanaman
sebanyak 494 permohonan dan perizinan pengeluaran benih sebanyak 521 permohonan. Dari
target tersebut terealisasi 1.350 permohonan atau 133,7% dari target. Permohonan
pemasukan benih mencapai 695 permohonan (141,8% dari target) dan pengeluaran
sebanyak 655 atau 126% dari target. Secara keseluruhan permohonan yang diterima pada
tahun 2016 mengalami peningkatan 19,7% jika dibandingkan tahun 2015 (1.128
permohonan). Adapun realisasi penerbitan Surat Izin pada tahun 2016 mencapai 1.112 Surat
Izin atau naik 8,8% dibandingkan tahun 2015 (1.022 Surat Izin). Perbandingan realisasi
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 75
pelayanan perizinan pemasukan dan pengeluaran benih tanaman tahun 2016 dan 2015
disajikan di Tabel 16.
Tabel 16. Perbandingan Realisasi Pelayanan Perizinan Pemasukan dan Pengeluaran Benih
Tanaman Tahun 2016 dan 2015
Permohonan Penerbitan Permohonan Penerbitan
A PEMASUKAN
1 Benih tan hortikultura 317 400 337 357 313
2 Benih tan pangan 71 77 45 70 63
3 Benih tan perkebunan 21 39 38 21 17
4 Sumber daya genetik tanaman 80 171 131 107 96
5 Benih rumput pakan ternak 5 8 6 3 1
Jumlah A 494 695 557 558 490
B PENGELUARAN
1 Benih tan hortikultura 450 557 484 508 472
2 Benih tan pangan 30 33 24 24 25
3 Benih tan perkebunan 16 27 20 16 14
4 Sumber daya genetik tanaman 25 38 27 22 21
5 Benih rumput pakan ternak - - - - -
Jumlah B 521 655 555 570 532
TOTAL A+B 1015 1350 1112 1128 1022
19,7
8,8
% Naik/Turun Permohonan
% Naik/Turun Penerbitan Surat Izin
2016 2015No Jenis Perizinan Target
2016
4. Pelayanan Perizinan Peternakan
Pelayanan perizinan peternakan meliputi pelayanan permohonan rekomedasi
pemasukan/pengeluaran bibit/benih, pendaftaran pakan ternak, izin usaha obat hewan,
pemasukan karkas daging dan olahannya, pemasukan ternak ruminansia besar, dan
pemasukan/pengeluaran bahan pakan asal hewan.
Pelayanan perizinan peternakan tahun 2016 ditargetkan sebanyak 600 permohonan, terdiri
dari 400 rekomendasi (RPP) dan 200 surat izin. Realisasi permohonan bidang peternakan
sebanyak 4.276, terdiri dari 3.786 permohonan rekomendasi (946% dari target) dan 490
permohonan surat izin (245% dari target). Dari 4.276 permohonan tersebut telah diterbitkan
2.685 izin peternakan yang meliputi : 271 Tanda Daftar, 17 Izin Usaha dan 2.397 RPP.
Perbandingan realisasi pelayanan perizinan peternakan tahun 2016 dan 2015 disajikan pada
Tabel 17.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 76
Tabel 17. Perbandingan Realisasi Pelayanan Perizinan Peternakan Tahun 2016 dan 2015
Permohonan Penerbitan Permohonan Penerbitan
1 Pemasukan dan pengeluaran bibit/benih
- Pemasukan bibit sapi 5 2 1 6 5 RPP
- Pemasukan bibit kerbau 1 - - 3 3 RPP
- Pemasukan bibit kambing 1 - - 1 1 RPP
- Pemasukan bibit kuda 1 - - - - RPP
- Pemasukan bibit DOC 28 37 25 32 27 RPP
- Pemasukan bibit DOD 1 3 2 1 1 RPP
- Pemasukan bibit kelinci 1 - - - - RPP
- Pemasukan benih (semen) 20 18 20 19 15 RPP
- Pemasukan benih (telur tetas) 20 29 29 31 28 RPP
- Pengeluaran benih (semen) 1 1 1 - - RPP
- Pengeluaran benih (telur tetas) 1 10 10 2 2 RPP
2 Pendaftaran pakan ternak 200 462 271 496 425 Tanda Daftar
3 Izin Usaha Obat Hewan 20 28 17 25 15 Izin Usaha
4 Pemasukan karkas, daging, dan olahannya 100 1271 566 - - RPP
5 Pemasukan ternak ruminansia besar 50 320 180 - - RPP
6 Pemasukan/pengeluaran bahan pakan asal hewan RPP
- Pemasukan bahan pakan asal hewan 100 2095 1563 - - RPP
- Pengeluaran bahan pakan asal hewan 50 - - - - RPP
7 Pengeluaran kambing 0 - - 2 2 RPP
600 4276 2685 618 524
3803,1
-6,0
2753,6
-34,5
% Naik/Turun Permohonan RPP
% Naik/Turun Penerbitan Surat Iziin dan Tanda Daftar
% Naik/Turun Permohonan Surat Izin dan Tanda Daftar
% Naik/Turun Penerbitan RPP
JUMLAH
No Jenis Perizinan Target
2016
2016 2015 Jenis Izin
3.9. Penyelenggaraan Hubungan Masyarakat, Keprotokolan dan Hubungan
Antar Lembaga, Serta Pengelolaan Informasi publik Bidang pertanian 3.9.1. Penyelenggaraan Hubungan Masyarakat
Penyelenggaraan Hubungan Masyarakat berupa Penyebarluasan Informasi Program
Pembangunan Pertanian adalah meningkatnya pemberitaan positif Kementerian Pertanian
telah tercapai 2.131 berita (media cetak), 3.442 berita (media online), 521 berita (media
televisi) dengan capaian persentase 100 %. Tujuan utama dari kegiatan Peningkatan
Pemberitaan Positif Program Pembangunan Pertanian adalah agar masyarakat dan
stakeholder mengetahui manfaat yang diperoleh sehingga ikut serta ambil bagian dalam
pelaksanaan pembangunan pertanian.
Capaian kinerja yang telah dilaksanakan pada Bidang Pelayanan Hubungan Masyarakat,
antara lain:
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 77
a. Analisis Pendapat Umum, dilakukan dengan menganalisis opini publik atau berita-berita
pertanian yang bersumber dari media massa (surat kabar dan televisi) dituangkan dalam
bentuk kliping berita harian, analisis berita, resume, telaahan isu pertanian, monitoring
konten media (cetak, elektronik dan online) serta memberikan respon terhadap
pemberitaan di media cetak.
Berdasarkan penelaahan terhadap Kliping Berita Pertanian dan hasil monitoring pada
media cetak, media online maupun media elektronik, tendensi/tone pemberitaan
terhadap berita-berita terkait program kedaulatan pangan pada periode 2016, Untuk
pemberitaan di media cetak yang bertendensi positif, sebanyak 2.602 berita,
pemberitaan yang bertendensi negatif sebanyak 262 berita dan pemberitaan yang
bertendensi netral sebanyak 2.874 berita. Sedangkan untuk pemberitaan di media online
yang bertendensi positif, sebanyak 4.294 berita, pemberitaan yang bertendensi negatif
sebanyak 204 berita dan pemberitaan yang bertendensi netral sebanyak 7.781 berita.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberitaan baik di media cetak maupun di media online
selama tahun 2016, lebih bertendensi positif terhadap Kementerian Pertanian.
Grafik 7. Jumlah pemberitaan berdasarkan tendensi di media tahun 2016
Sepanjang tahun 2016, untuk pemberitaan hasil create (inisiatif) Kementerian Pertanian
sebanyak 2.131 berita (media cetak), 3.442 berita (media online) dan 521 berita (media
televisi). Sedangkan target yang diharapkan untuk pemberitaan hasil create (inisiatif)
Kementerian Pertanian, sebanyak 1.500 berita (Media Cetak), 1.000 berita (Media
online), 50 berita (media TV). Hal ini menunjukkan bahwa capaian pemberitaan hasil
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 78
create (inisiatif) selama tahun 2016 lebih dari 100%. Artinya ini baik untuk Kementerian
Pertanian.
Grafik 8. Pemberitaan hasil create (inisiatif) Kemtan tahun 2016
b. Komunikasi dan pemberitaan di media elektronik, dilakukan untuk menyebarluaskan
informasi, pelaksanaan program pembangunan pertanian melalui kemitraan dengan
media elektronik (televisi dan media online) serta media sosial.
Kegiatan yang dilakukan antara lain berupa:
1) dialog atau talkshow di televisi dan radio;
2) respon pemberitaan melalui filler di televisi;
3) iklan layanan masyarakat di media elektronik;
4) siaran langsung kegiatan pimpinan;
5) pengembangan konten situs web Sekretariat Jenderal;
6) publikasi program/kebijakan komoditas unggulan dan success story pertanian di
media elektronik;
7) materi videotron.
Untuk pengelolaan Media Sosial Kementerian Pertanian dimulai pada tahun 2016 berupa
4 akun Media Sosial yaitu akun Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Facebook),
@kementan (Twitter), @kementerianpertanian (Instagram), dan Kementerian Pertanian
RI (Youtube). Adapun hasil capaian pengelolaan media sosial pada tahun 2016 adalah
sebagai berikut:
1) Facebook
Fan Page Likes sebesar 44.176, Fans Increase sebesar 12.6%, Posts Sent sebesar 79,
Impressions per post sebesar 37.888, dan Total Impression increase sebesar 271%.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 79
2) Twitter
Followers akun Twitter @kementan berjumlah 153.000. Akun @kementan selama
tahun 2016 telah mengirimkan 145 tweets sent (30 plain text, 44 page links, dan 71
photo links), 138.487 Organic Impressions, 4077 Total Engagements, 130 link clicks.
Perilaku penggunaan twitter @kementan berupa 45% conversation, 55% updates,
28% new contacts, dan 72% existing contacts.
3) Instagram
Jumlah Followers sebanyak 13.573 dan kenaikan total followers sebanyak 25,8%.
4) Youtube
Akun Youtube Kementerian Pertanian RI telah mengunggah sebanyak 98 video
dengan jumlah subscribers sebanyak 261, telah dilihat sebesar 3029 kali oleh
pengguna Youtube selama 11.897 menit.
c. Komunikasi dan pemberitaan di media cetak, dilakukan dengan mengkomunikasikan
kebijakan maupun program pembangunan pertanian kepada publik melalui media cetak,
sehingga dihasilkan citra positif Kementerian Pertanian. Kegiatan yang dilakukan antara
lain melalui konferensi pers, menyelenggarakan Chief Editor Meeting, peliputan
kunjungan kerja Menteri Pertanian, dan pemberitaan liputan di media cetak. Selama
tahun 2016 peliputan kegiatan kunjungan kerja Menteri Pertanian sebanyak 66 kali.
Untuk konferensi pers sebanyak 26 kali
Grafik 9. Jumlah pemberitaan kementan di Media Cetak, Elektronik dan Online
Periode 2015-2016
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 80
3.9.2. Penyelenggaraan Keprotokolan dan Hubungan Antar Lembaga,
Dalam menyelenggarakan keprotokolan dan hubungan antar lembaga telah terlaksana
kegiatan Menteri, Kementerian dan Hubungan Antar Lembaga. Capaian kinerja yang telah
dilaksanakan sejak Tahun 2011-2016 yaitu sebagai berikut:
a. Kegiatan Keprotokolan Menteri
Untuk Kegiatan Keprotokolan Menteri yaitu terlaksananya dan terfasilitasinya
pelaksanaan Kunjungan Kerja Menteri Pertanian ke Propinsi/ Kabupaten/Kota untuk
melakukan pelaksanaan program UPSUS, peninjauan, panen raya, tanam padi, serap
gabah, dialog dengan petani dan penyuluh dll
Tabel 18. Rekap Kunjungan Kerja Menteri Pertanian Tahun 2011-2016
No. Kegiatan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Kabupaten/kota 73 72 95 91 165 149
Jumlah Kegiatan kunjungan kerja menteri pertanian selama tahun 2011 sebanyak 73 kali
kunjungan, 2012 sebanyak 72 kali kunjungan, 2013 sebanyak 95 kali kunjungan kerja,
tahun 2014 sebanyak 91 kunjungan kerja dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 165
kali kunjungan kerja dan tahun 2016 sebanyak 149 kali kunjungan kerja dikarenakan
adanya Program UPSUS. Untuk tahun 2016 selain melakukan kunjungan kerja dalam
rangka program UPSUS dilakukan juga Rapat Koordinasi Pangan dengan melibatkan
Gubernur, Wakil Gubernur Bupati/Walikota dan Dinas Kabupaten/Kota lingkup Propinsi.
Seperti disajikan pada Grafik berikut ini:
Grafik 10. Jumlah Kunjungan Kerja Menteri Pertanian Tahun 2015-2016
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 81
b. Kegiatan Keprotokolan Kementerian
Untuk kegiatan Keprotokolan Kementerian yaitu terlaksananya kegiatan lingkup
Kementerian Pertanian. meliputi:
1) Memfasilitasi terlaksananya Rapat Pimpinan Kementerian Pertanian sebanyak 25 kali
2) Memfasilitasi terlaksananya Rapat UPSUS sebanyak 10 kali
3) Memfasilitasi pelaksanaan Upacara hari besar Nasional sebanyak 8 kali
4) Acara-acara Kementerian lainnya seperti HPS, Pelantikan Pejabat Kementerian
Pertanian, dan kegiatan lainnya
c. Kegiatan Hubungan Antar Lembaga
Untuk Kegiatan Hubungan Antar Lembaga yaitu terlaksananya kegiatan Kementerian
Pertanian dengan DPR-RI/DPD-RI (Raker, RDP, Kunker).
1) Fasilitasi Kegiatan Rapat Kerja dan Rapat Dengar Pendapat
Topik pembahasan Utama Rapat Kerja dan Rapat Dengar Pendapat yang rutin
dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Untuk Tahun 2011 sebanyak 14 Raker dan 28 RDP dengan pembahasan antara
lain Anggaran, Importasi Daging, Pengawasan Swasembada Gula, Target
Produksi Padi, RUU Pangan.
b) Untuk Tahun 2012 sebanyak 17 Raker dan 27 RDP dengan pembahasan antara
lain Anggaran, Pengawasan Pupuk, Usulan Kenaikan HPP Gabah, Kesiapan
Pemerintah Daerah Supply Pangan kepada BULOG, Pembahasan Konflik
Perkebunan Kelapa Sawit di Ketapang, Masalah Sengketa Lahan Perkebunan,
Distribusi Benih dari BLBU 2012, Subsidi Pupuk, Kelangkaan dan Tingginya
Harga Daging Sapi, Kebijakan Subsektor Hortikultura
c) Untuk tahun 2013 sebanyak 17 Raker dan 23 RDP dengan pembahasan antara
lain Anggaran, Perkembangan mutasi dan penanggulangan Flu Burung, Program
Swasembada Daging dan Sapi, Pengawasan Impor Pangan dan Hortikultura,
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan, Evaluasi
Ketersediaan Pupuk, Evaluasi Kinerja Badan Litbang Pertanian, RUU
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani
d) Untuk tahun 2014 sebanyak 14 Raker dan 17 RDP dengan pembahasan antara
lain Anggaran, kelangkaan pupuk, penanggulangan banjir, pembahasan
pengangkatan THL-TBPP menjadi CPNS, Kasus Importasi Beras, penyelesaian
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 82
RUU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, RUU Peternakan dan Kesehatan
Hewan, RUU Perkebunan
e) Untuk tahun 2015 sebanyak 14 Raker dan 14 RDP dengan pembahasan antara
lain Anggaran, Pembahasan THL-TBPP, Program Legislasi Nasional 2015-2019,
Pengawsan terkait Bantuan Alat Mesin Pertanian, Dampak Kekeringan,
Kelangkaan dan Mahalnya Daging Sapi dan Ayam,
f) Untuk tahun 2016 sebanyak 14 Raker dan 13 RDP dengan pembahasan antara
lain pembahasan RUU Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, pengawasan
anggaran, Pelaksanaan distribusi pupuk, pengangkatan penyuluh dan lain-lain.
Selengkapnya tersaji pada grafik 5 di bawah ini.
Grafik 11. Rekap Rapat Kementerian Pertanian dengan DPR/DPD-RI Tahun
2011-2016
2) Penerimaan Audiensi
Penerimaan Audiensi DPRD Propinsi/Kabupaten/Kota bekerjasama dengan Unit
Eselon II lingkup Setjen dan Unit Eselon I Permasalahan yang disampaikan oleh
DPRD lebih fokus kepada Anggaran, Prasarana dan Sarana Pertanian (Pupuk, lahan,
irigasi), Raperda terkait sektor pertanian, dan lainnya.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 83
Tabel 19. Rekap Penerimaan Audiensi DPRD
No. Kegiatan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. DPRD Propinsi 7 10 6 4 6 1
2. DPRD
Kabupaten/kota
5 20 23 14 8 5
Jumlah
12
30
29
18
14
6
3) Terlaksananya kegiatan Pertemuan Antar Lembaga (menghadirkan 250 orang
penyuluh/petani/Gapoktan berprestasi untuk mengikuti Sidang Bersama DPR/DPD-
RI dan Pidato Kenegaraan Presiden RI) bekerjasama dengan BPPSDMP.
4) Terlaksananya kegiatan Parlemen Remaja 2016 yang terdiri dari para pelajar
SMA/SLTA/MA yang berprestasi dan aktif dalam organisasi siswa. Kegiatan ini
bekerjasama dengan Humas Sekretariat Jenderal DPR-RI.
5) Menjadi peserta Pertemuan Tahunan Bakohumas dalan Anugerah Media Humas dan
partisipasi dalam Forum Bakohumas dan Komunitas Tingkat Nasional 2016.
6) Terlaksananya Kegiatan Fruit Indonesia 2016 kerjasama antara Kementerian
Pertanian dan Institut Pertanian Bogor dengan menghadirkan 10.000 KTNA.
7) Terlaksananya Kegiatan Gerakan Penanaman 50 juta Pohon Cabai di Pekarangan
kerjasama antara Kementerian Pertanian dan TNI AD.
8) Terlaksananya pembuatan aplikasi Hubungan Antar Lembaga Online (HALO) untuk
mempercepat proses pengiriman bahan Rapat Kerja Menteri Pertanian kepada
pimpinan, anggota, sekretariat dan tenaga ahli Komisi IV DPR-RI.
3.10. Pengelolaan Informasi Publik Bidang Pertanian
Dalam melaksanakan Pengelolaan Informasi Publik Bidang Pertanian, telah terlaksana
dengan capaian kinerjanya sejak tahun 2010-2016, yaitu sebagai berikut:
a. Pelayanan informasi publik pada tahun 2016 terdapat permohonan informasi publik
sebanyak 336 pemberitahuan serta 1 penolakan dari 136 orang pemohon. Pemohon
informasi publik dapat menyampaikan permohonannya baik datang secara langsung ke
Desk Pelayanan Informasi di lantai 1 Gedung Pusat Informasi Agribisnis maupun melalui
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 84
aplikasi Silayan Online. Melalui Silayan Online, publik dapat menyampaikan permohonan
informasi publik yang tidak atau belum dapat diakses dari website Kementerian Pertanian
maupun dari SIMFORTA (Sistem Informasi Pertanian) dan dilayani petugas PPID dengan
jangka waktu yang telah ditetapkan sesuai Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik. Di Kementerian Pertanian, melalui Portal PPID di
http://ppid.pertanian.go.id/ telah mencantumkan rata-rata pelayanan informasi publik,
yaitu 3 hari 11 jam 25 menit 39 detik dengan pelayanan terlama 10 hari 23 jam 8 menit
18 detik, serta pelayanan tercepat yaitu 2 menit.
Tabel 20. Pemohon Informasi Publik pada PPID Utama Kemtan 2010-2016
Tahun Pemohon IP Permohonan IP
2010 1 3
2011 21 41
2012 56 194
2013 54 177
2014 85 205
2015 112 290
2016 136 336
Fluktuasi jumlah pemohon maupun jumlah informasi publik yang dimohon dari tahun
2010 sampai dengan 2016 tersaji pada Grafik 1.
Grafik 12. Permohonan Informasi Publik pada PPID Utama Kemtan 2010-2016
Kementerian Pertanian juga secara aktif mengikuti pemeringkatan Keterbukaan
Informasi Publik yang diselenggarak oleh Komisi Informasi Pusat, yang pada tahun 2016
ini mendapatkan peringkat ketujuh. Meskipun peringkat Kementan menurun
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 85
dibandingkan tahun 2015 yaitu peringkat ke enam, namun secara skor, nilai Kementerian
Pertanian meningkat dari 87,542 menjadi 90,31.
93,8
87,54290,31
80
85
90
95
Nilai Hasil Pemeringkatan
2014 2015 2016
Grafik 13. Nilai Pemeringkatan Keterbukaan Informasi Publik Kemtan
Tahun 2014 - 2016
Hal yang perlu diperbaiki dari hasil evaluasi pemeringkatan KIP tersebut adalah belum
tersedianya Daftar Informasi Publik yang menyeluruh dari Kementerian Pertanian, belum
terbukanya naskah-naskah perjanjian atau MoU, belum tersedianya SK terkait pejabat
fungsional pengelola PPID serta akses pencarian informasi di website Kementan yang
masih kurang cepat. Hal yang perlu diperbaiki dari hasil evaluasi pemeringkatan KIP
tersebut adalah belum tersedianya Daftar Informasi Publik yang menyeluruh dari
Kementerian Pertanian, belum terbukanya naskah-naskah perjanjian atau MoU, belum
tersedianya SK terkait pejabat fungsional pengelola PPID serta akses pencarian informasi
di website Kementan yang masih kurang cepat.
b. Penyiapan penyajian, pemutakhiran, dan pengemasan informasi publik bidang pertanian
yang terbarukan melalui multimedia berupa penyempurnaan Portal PPID pada
http://ppid.pertanian.go.id/ dan SIMFORTA (Sistem Informasi Pertanian) yang dapat
diakses pada http://simforta.pertanian.go.id/, penyediaan Iklan Layanan Masyarakat
pada Videotron, juga pelaksanaan kajian pendahuluan TV Tani yang dapat diakses
alamat streamingnya pada http://www.tvtani.tv/
c. Penyiapan penyajian hasil pembangunan yang terbarukan melalui penyelenggaraan
pameran dan peragaan, telah diselenggarakan pada kegiatan Partisipasi Pameran dan
Promosi Pembangunan Pertanian Dalam menyelenggarakan penyajian hasil
pembangunan yang terbarukan melalui penyelenggaraan pameran dan peragaan telah
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 86
diselenggarakan sebanyak 19 kali partisipasi pameran lingkup Kementerian Pertanian dan
lingkup Nasional pada tahun 2016. Dalam partisipasi tersebut, beberapa prestasi yang
diraih adalah Kementerian Pertanian meraih Juara 1 stand terbaik pada The Indonesia
GPR Summit 2016 (Serpong, Banten, 20 s.d. 21 April 2016), Kementerian Pertanian
meraih Juara 2 stand terbaik kategori Umum pada Harkopnas Expo (Jambi, 21 s.d. 24
Juli 2016), serta Kementerian Pertanian meraih Juara Harapan III Kategori Stand
Pameran Instansi pada Forum Bakohumas dan Komunitas Tingkat Nasional 2016
(Bandung, 17 s.d. 19 Nopember 2016). Selain itu, kegiatan Peragaan berupa re-desain
ruang peragaan pada lantai dasar Gedung Pusat Informasi Agribisnis serta penyusunan
Konsep Kerja: Corporate Branding Kementerian Pertanian melalui Peragaan Kinerja,
Prestasi, dan Edukasi.
d. Dalam Pengelolaan Sumberdaya Informasi Perpustakaan yaitu pengelolaan Perpustakaan
Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian (Setjen Kementan), telah dilaksanakan
pengelolaan koleksi tercetak (buku) berjumlah 3740 judul yang berjumlah total 4603
eksemplar. Penambahan koleksi (buku) melalui pengadaan bahan koleksi perpustakaan
pada tahun 2016 berjumlah 97 judul yang berjumlah total 163 eksemplar, serta buku
hibah dari berbagai instansi lingkup Kementerian Pertanian maupun instansi lain
berjumlah 177 eksemplar. Pengunjung Perpustakaan Setjen Kementan selama tahun
2016 telah melayani 367 orang dimana pada tahun ini lebih banyak orang yang dilayani
daripada tahun-tahun sebelumnya.
Tabel 21. Jumlah Pengunjung pada Perpustakaan Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian Tahun 2012-2016
Tahun Pengunjung
Perpustakaan
2012 63
2013 279
2014 222
2015 238
2016 367
Upaya peningkatan jumlah pengunjung adalah memaksimalkan layanan, dengan
mengimplementasikan otomasi perpustakaan menggunakan SIMPERTAN (Sistem
Informasi Perpustakaan Pertanian) yang merupakan aplikasi berbasis web yang
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 87
dikembangkan oleh PUSTAKA (Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian)
yang berlokasi di Bogor untuk dapat diakses pada laman/link ini, yaitu
http://124.81.126.51/perpus_setjen/index.php/backend_uk_upt/opac.
e. Dalam melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro Hubungan Masyarakat
dan Informasi Publik didukung SDM pengelola ketatausahaan termasuk kesekretariatan
Jabatan Fungsional Pranata Humas serta pengelola Satker. Sebagai unit kerja yang baru
terbentuk, Biro Hubungan Masyarakat dan Informasi Publik pada tahun 2016
menunjukkan pencapaian kinerja yang cukup baik sesuai dengan target yang ditetapkan,
yaitu dengan pencapaian realisasi Rp. 38.928.077.267,- atau 93,72%. Hal ini merupakan
pencapaian serapan anggaran tertinggi di lingkup Sekretariat Jenderal.
Capaian kinerja selama tahun 2016 adalah sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan Workshop Koordinasi dan Komunikasi Publik Lingkup
Kementerian Pertanian, (2 kali)
2) Melaksanakan Workshop Penyusunan Sasaran Kerja Pegawai lingkup Biro, (1 kali)
3) Menyelenggarakan Pembinaan Mental dan Karakter pegawai Lingkup Biro, (1 kali)
4) Menyelenggarakan Pertemuan Penyusunan Anggaran tahun 2017 lingkup Biro, (1
kali)
5) Menyelenggarakan pertemuan penyusunan Pedum Pengelolaan Anggaran lingkup
Biro, (1 kali)
6) Melaksanakan pertemuan sosialisasi e-personal lingkup Biro, (3 kali)
7) Melaksanakan kegiatan Sosialiasi Persiapan e-kinerja yang diikuti oleh seluruh
pegawai lingkup Biro Humas dan Informasi Publik dimana pelaksanaan kegiatan
tersebut di gedung Pusat Informasi Agribisnis Kementerian Pertanian yang
Kaitannya antara Rencana Kerja Tahunan (RKT) dengan kegiatan tugas jabatan
adalah RKT sebagai acuan untuk menyusun kegiatan tugas jabatan masing-masing
PNS
(1 kali)
8) Melaksanakan pertemuan koordinasi penyusunan kegiatan dan anggaran lingkup
Biro, (1 kali)
9) Menyelenggarakan pertemuan dalam rangka koordinasi dan penyusunan laporan
akhir tahun Lingkup Biro serta laporan kehumasan Lingkup Kementerian Pertanian,
(1 kali)
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 88
10) Menyelenggarakan rapat-rapat internal Biro yang dilaksanakan dalam jam kerja
maupun di luar jam kerja dalam kurun waktu 10 bulan.
11) Pada tahun anggaran 2016 Biro Humas dan Informasi publik telah melaksanakan
pengadaan alat pengolah data sebagai sarana penunjang kegiatan perkantoran yang
telah tersentral pada sub bagian tata usaha, sebanyak 138 unit, dan pengelolaan
barang persediaan telah dilaksanakan secara satu pintu.
e. Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Sekretariat Pranata Humas tahun 2016
antara lain meliputi :
1) Melaksanakan Wokshop Nasional Komunikasi Publik, Lingkup Kementerian Pertanian,
dengan tema Paradigma Baru Komunikasi Publik Kementerian Pertanian,
dilaksanakan di IPB Convention Center Bogor, pada tanggal 31 Maret 2016.
2) Melaksanakan Wokshop dan Bimbingan Teknis Pengelolaan Media Sosial Lingkup
Kementerian Pertanian, dengan tema Strategi Membangun Komunikasi Publik di
Media Sosial, dilaksanakan di Gedung Pusat Informasi Agribisnis (PIA), Komp. Kantor
Pusat Kementerian Pertanian pada tanggal 1 April 2016.
3) Memfasilitasi pengusulan DUPAK Pejabat Fungsional Pranata Humas pada bulan
Juni 2016 dan Desember 2016.
4) Memfasilitasi penerbitan PAK /HAPAK Pejabat Fungsional Pranata Humas pada
bulan Agustus 2016
5) Memfasilitasi sidang terkait penilaian usulan DUPAK dan penetapan PAK pada bulan
Juli 2016
6) Memfasilitasi pelaksanaan Diklat Jabatan Fungsional Pranata Humas tingkat Ahli,
yang dilaksanakan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, Kementerian
Komunikasi dan Informastika, yang berasal dari anggaran DIPA Biro Humas dan
Informasi Publik, maunpun yang berasal dari anggaran Kementerian KOMINFO.
7) Berpartisipasi dan menyertakan pegawai Kementerian Pertanian pada Diklat Trainer
of Trainee (TOT) Jabatan Fungsional Pranata Humas, yang dilaksanakan di Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, Kementerian Komunikasi dan Informastika
8) Memberikan pembinaan terhadap pegawai fungsional pranata humas lingkup
Kementerian Pertanian, khususnya mengenai pemahaman terhadap butir kegiatan
dan Angka Kredit Jabatan Fungsional Pranata Humas
9) Pemutakhiran Data Base Jabatan Fungsional Pranata Humas.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 89
BAB IV PENGELOLAAN ANGGARAN DAN SUMBERDAYA MANUSIA
4.1. Realisasi Anggaran Sekretariat Jenderal
Pagu anggaran Sekretariat Jenderal tahun 2016 setelah revisi adalah sebesar RP
1.563.096.836.000,- dengan realisasi sebesar Rp.1.363.057.604.670,- (87,20%) dengan sisa
anggaran sebesar Rp 200.039.231.330,- (12,80%).
Dari pagu anggaran yang diterima Sekretariat Jenderal tahun 2016 tersebut selanjutnya
dialokasikan untuk mendanai 6 Biro dan 2 Pusat. Alokasi anggaran setiap Biro tahun 2016
dapat dilihat pada tabel berikut :
NO BIRO PAGU (Rp) REALISASI (Rp.
Neto) %
1 Biro Perencanaan 51.228.518.000 46.453.289.408 90,68
2 Biro Organisasi&Kep. 27.140.000.000 24.480.438.051 90,20
3 Biro Hukum 14.342.180.000 11.557.943.866 80,59
4 Biro KP 1.099.937.196.000 956.542.561.655 86,96
5 Biro Umum & Pengadaan
189.112.950.000 158.388.496.290 83,75
6 Biro Humas& IP 41.534.870.000 38.928.077.267 93,72
7 Biro KLN 22.711.650.000 20.850.353.866 91,80
- Attani Roma 1.300.000.000 942.810.671 72,52
- Attani Brussel 1.300.000.000 917.426.891 70,57
- Attani Tokyo 2.050.000.000 968.927.975 47,26
- Attani Woshington 1.300.000.000 991.908.388 76,30
8 Pusdatin 82.699.472.000 76.814.421.165 92,88
9 Pusat PVTPP 28.440.000.000 25.220.949.177 88,68
JUMLAH 1.563.096.836.000 1.363.057.604.670 87,20
Tabel 22. Realisasi Anggaran lingkup sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian tahun 2016
4.2. Keragaan SDM Sekretariat Jenderal
Pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian pada Tahun 2016, berjumlah 1.427
orang yang terdiri dari pegawai yang berpendidikan S-3 sebanyak 52 orang, S-2 sebanyak
278 orang, S-1 sebanyak 561 orang, Diploma sebanyak 100 orang, dan SD – SMA sebanyak
436 orang. Jika dibandingkan tahun 2015 berjumlah pegawai Sekretariat Jenderal mengalami
kenaikan yaitu dari 1.150 orang pegawai ditahun 2015 menjadi 1.427 di tahun 2016. Hal ini
disebabkan Sekretariat Jenderal banyak menerima pegawai dari exs Direktorat Jenderal
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 90
PascaPanen dan Pemasaran Hasil Pertanian yang pada tahun 2016 dihapuskan organisasinya.
Secara rinci jumlah pegawai Sekretariat Jenderal disajikan pada Tabel ....
Tabel 23. Jumlah PNS Setjen 2016 Berdasarkan Pendidikan
NO. Pendidikan Jumlah
1. S3 52
2. S2 278
3. S1 561
4. D4 1
5. Sarjana Muda 9
6. D3 79
7. D2 9
8. D1 2
9. SMA 409
10. SMP 17
11. SD 10
Jumlah 1.427
Sumber: Biro Organisasi dan Kepegawaian, 2016
Bila dilihat dari tingkat Golongan, maka sebaran pegawai Setjen Golongan I sebanyak 6
orang, Golongan II sebanyak 155 orang, Golongan III sebanyak 1.039 orang dan Golongan
IV sebanyak 227 orang, secara rinci disajikan pada Tabel ......
Tabel 24. Jumlah PNS Setjen Kementan Tahun 2016 Berdasarkan Golongan
NO. Golongan/Pangkat I II III IV
1. A 0 10 137 109
2. B 0 24 492 70
3. C 2 54 182 18
4. D 6 67 228 10
5. E 20
Jumlah 6 155 1.039 227
Sumber: Biro Organisasi dan Kepegawaian, 2016
Bila dilihat dari Jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin, untuk laki-laki sebanyak 858
orang, perempuan sebanyak 569 orang.
BAB V
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 91
PERMASALAHAN, TANTANGAN DAN SOLUSI TINDAK LANJUT
Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian dalam pelaksanaan kegiatan sebagai fungsi
manajemen, administrasi dan koordinasi serta pelaksanaan tugas teknis lainnya menghadapi
berbagai permasalahan, tantangan dan hambatan yang memerlukan upaya-upaya untuk
mengatasinya.
5.1. Permasalahan
Sekretariat Jenderal kementerian Pertanian Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
mengahadapi berbagai permasalahan diantaranya adalah : 1) koordinasi dan penyusunan
rencana program dan kegiatan Kementerian Pertanian yang belum efektif dn efesien, 2)
terkait penerbitan peraturan perundang-perundangan di Kementerian Pertanian yang belum
terimplementasi secara optimal, 3) kualitas Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian, 4)
kualitas Laporan Keuangan, 5) penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara
yang belum tepat guna dan tepat sasaran, 6) pelaksanaan Reformasi Birokrasi, 6)
Implementasi perjanjian dan perizinan, dan 7) pemanfaatan jaringan data dan sistem
informasi pertanian, dan 8) Kualitas SDM yang masih perlu ditingkatkan.
Permasalahan ini bukan merupakan hal baru, tidak saja dialami Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian, namun hampir seluruh Kementerian/Lembaga pernah merasakan.
Permasalahan ini tidak saja datang dari intern Sekretariat Jenderal namun bisa saja dari
implementasi pembangunan pertanian di Pusat maupun Daerah yang belum sesuai harapan.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut perlu didukung malalui reformasi birokrasi yaitu
INTEGRITAS, singkatan dari Intelektual, Nilai budaya kerja, Transparan, Efisien, Gratifikasi,
Rasional, Integritas, Transparan, dan Akuntabilitas. Apabila hal ini dilaksanakan sesuai
kesepakatan yang lahir dari masing-masing individu maka kesalahan dalam mengelola
birokrasi dapat diminimalisir.
5.2. Tantangan Sekretariat Jenderal dalam menjalankan fungsi manajemen, koordinasi, pembinaan dan
pelayanan administrasi serta teknis di lingkup Kementerian Pertanian dihadapkan pada
berbagai tantangan, namun harus dianggap sebagai motivasi dalam meningkatkan kinerja.
Implementasi paradigma baru pembangunan pertanian yang memposisikan sektor pertanian
sebagai penggerak transformasi pembangunan yang berimbang dan menyeluruh mencakup
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 92
transformasi demografi, ekonomi, intersektoral, spasial, institusional, dan tatakelola
pembangunan berkelanjutan merupakan tantangan terbesar pembangunan pertanian. Peran
Sekretariat Jenderal menjadi lebih berat terutama dalam menata ulang proses birokrasi dari
Eselon tertinggi hingga terendah dan melakukan terobosan baru dengan langkah-langkah
bertahap, konkret, realistis dan sungguh-sungguh. Konkretnya Sekretariat Jenderal
dihadapkan sejumlah tantangan yaitu : 1) reformasi birokrasi yang belum terlaksana dengan
baik, 2) meninjau kembali regulasi yang memayungi kegiatan pembangunan pertanian baik di
Pusat maupun Daerah yang selama ini belum dapat dilaksanakan dengan baik, bahkan
menjadi kendala dalam pengembangan pembangunan pertanian, 3) penataan pejabat
sebagaimana yang diamanahkan UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(ASN), 4) perubahan struktur organisasi Kementerian Pertanian, 5) mensinergikan hubungan
Ppejabat Struktural dengan Pejabat Fungsional yang merupakan bagian dari amanah
Undang- Undang Aparatur Sipil Negara (ASN), 6) Alokasi anggaran pembangunan pertanian
di daerah yang belum mengakomodir kesesuaian jumlah DIPA yang pantas, sehingga
terkesan hanya mengakomodir pemerataan alokasi anggaran, 7) hal lain yang mendukung
kinerja Sekretariat Jenderal dan Kementerian Pertanian umumnya.
Dari berbagai tantangan yang akan dihadapi, reformasi birokrasi merupakan hal yang paling
urgen bahkan dapat dikatakan sebagai payung untuk mengantisipasi sejumlah tantangan
yang akan dihadapi Sekretariat Jenderal ke depan. Undang-undang No 17 Tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 mengamanatkan bahwa
pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk mendukung
keberhasilan pembangunan bidang lainnya. Sebagai wujud komitmen nasional untuk
melakukan reformasi birokrasi, Sekretariat Jenderal telah menetapkan reformasi birokrasi dan
tata kelola pemerintahan menjadi salah satu prioritas.
Perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan termasuk di Kementerian
Pertanian merupakan upaya menata ulang proses birokrasi dari Eselon tertinggi hingga
terendah dan melakukan terobosan baru dengan langkah-langkah bertahap, konkret,
realistis, sungguh-sungguh. Upaya merevisi dan membangun berbagai regulasi,
memodernkan berbagai kebijakan dan praktek manajemen pemerintah pusat dan daerah,
dan menyesuaikan tugas fungsi instansi pemerintah dengan paradigma dan peran baru
tersebut.
Berdasarkan hal tersebut maka pelaksanaan reformasi birokrasi diharapkan dapat : 1)
mengurangi dan akhirnya menghilangkan setiap penyalahgunaan kewenangan publik oleh
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 93
pejabat di Kementerian Pertanian, 2) menjadikan Kementerian Pertanian yang memiliki
birokrasi yang bersih, mampu, dan melayani, 3) meningkatkan mutu pelayanan kepada
masyarakat, 4) meningkatkan mutu perumusan dan pelaksanaan kebijakan/program
instansi;, 5) meningkatkan efisiensi (biaya dan waktu) dalam pelaksanaan semua segi tugas
organisasi, dan 6) menjadikan birokrasi yang antisipatif, proaktif, dan efektif dalam
menghadapi globalisasi dan dinamika perubahan lingkungan strategis.
5.3. Hambatan
Hambatan/kendala teknis, antara lain meliputi :
a. Terkait dengan proses penyusunan peraturan perundang-undangan memerlukan
waktu yang panjang dikarenakan perlu harmonisasi antar instansi yang terlibat dalam
rangka pembuatan materi dan pemahaman.
b. Keterbukaan informasi publik belum dipahami dengan baik. Hal ini berpengaruh pada
adanya Komitmen, Dana, Rencana Aksi dan Tanggung Jawab Pengelolaan dan
Pelayanan Informasi Publik.
c. Spesialisasi dan kompetensi di bidang komunikasi masih terbatas, karena sebagian
besar aparatur berlatar belakang manajemen dan administrasi.
d. Infrastruktur dalam penyediaan informasi publik belum memadai. Sebagian besar
pimpinan maupun staf UPT lingkup Kementan belum memperhatikan keterbukaan
informasi publik.
e. Adanya pembatasan penggunaan media berbayar untuk pemasangan advertorial.
f. Berkaitan dengan keragaan varietas yang telah mendapat sertifikat hak PVT,
terkendala pada terbatasnya lahan pengujian, sehingga hasil monitoring keragaan
masih dipertanyakan akuntabilitasnya.
g. Kurangnya kepedulian dan ketidaktahuan manfaat pendaftaran varietas lokal dari
Pemerintah Daerah sehingga Pemerintah Daerah lambat dalam menginventarisasi
varietas lokal yang berada di wilayahnya.
h. Formulir permohonan Hak PVT dirasa masih rumit sehingga mempersulit pemohon
dalam mengisi formulir permohonan. Disamping itu syarat dan tata cara pendaftaran
varietas lokal dirasakan kurang efisien karena pendaftaran harus dilakukan oleh
Kepala Daerah yang dalam pelaksanaanya tidak mudah mendapatkan tandatangan
Bupati/Gubernur.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 94
i. Sistem online perizinan terkadang masih ada kendala dan lamanya proses perizinan
akibat kurangnya koordinasi dengan pihak terkait.
j. Perubahan susunan organisasi tata kerja pemerintah daerah mengalami perubahan,
sehingga sering menyulitkan dalam koordinasi.
Hambatan/kendala Administrasi, Manajemen, dan SDM, antara lain meliputi :
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113 Tahun 2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam
Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap serta Surat
Menteri Keuangan Nomor S-2056 Tahun 2013 tanggal 18 Maret 2013 tentang
Langkah-langkah dalam Peningkatan Akuntabilitas dan Transparansi Belanja
Perjalanan Dinas berdampak pada munculnya Mata Anggaran Kegiatan (MAK)
perjalanan dinas mandiri dan paket meeting pada lembar Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) Tahun 2013. Hal ini mengakibatkan setiap revisi perjalanan dinas
harus dilakukan di Kanwil KPPN setempat.
b. Administrasi Keuangan Satker lingkup Kementerian Pertanian Belum tertib, terutama
satker Kantor Daerah, Dekonsentrasi, dan Tugas Perbantuan.
c. Proses penyusunan RKA-KL tidak konsisten karena terjadi perubahan program aplikasi
RKA-KL setiap tahunnya, karena mengikuti tuntutan standar sistem penganggaran
berbasis kinerja, mengakibatkan kurang siapnya daerah dalam penyusunan RKA-KL
karena menunggu Program Aplikasi terbaru yang sering terlambat sosialisasinya.
d. Lambatnya pengiriman DPA kegiatan DAK dari daerah mengakibatkan kesulitan dalam
pendataan dan persiapan monitoring serta evaluasi.
e. Laporan kegiatan pembangunan pertanian baik yang di danai dengan Dekonsentrasi,
Tugas Pembantuan maupun Dana Alokasi Khusus masing sering terlambat.
f. Sumber Daya Manusia lingkup Sekretariat Jenderal dirasa masih kurang terutama
untuk pengelolaan regulasi, Uji BUSS dan administrasi.
5.4. Solusi Tindak Lanjut Untuk mengatasi berbagai permasalahan dan hambatan/ kendala sebagaimana diuraikan di
atas, akan ditempuh berbagai upaya, antara lain sebagai berikut :
a. Koordinasi dengan seluruh pelaksana kegiatan lingkup Sekretariat Jenderal agar
perencanaan kegiatan khususnya anggaran tahun 2017 dapat lebih baik lagi dan lebih
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 95
memperhatikan perubahan Mata Anggaran Kegiatan (MAK).
b. Mengoptimalkan penyelenggaraan Workshop penyusunan Laporan Keuangan di
tingkat Wilayah yang diikuti oleh satker-satker lingkup Kementerian Pertanian.
c. Mengoptimalkan penyelenggaraan Workshop penyusunan Laporan kegiatan
pembangunan pertanian baik yang di danai Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan,
maupun Dana Alokasi Khusus di tingkat daerah yang diikuti oleh satker-satker lingkup
pertanian.
d. Masih perlu mengupayakan dan memfasilitasi penyelenggaraan workshop di tingkat
wilayah dalam rangka meningkatkan Opini Laporan Keuangan dari Wajar Dengan
Pengecualian menuju Wajar Tanpa Pengecualian.
e. Melaksanakan kerjasama dengan BPKP terkait pendampingan terhadap penyelesaian
permasalahan aset yang menjadi temuan BPK-RI.
f. Mendorong pemprakarsa untuk memprioritaskan penyusunan peraturan perundang-
undangan yang telah di sepakati bersama dalam Prolegtan yang telah ditetapkan
dalam Keputusan Menteri Pertanian.
g. Perlunya evaluasi minimal persemester dalam rangka memprioritaskan dan mengkaji
ulang Prolegtan.
h. Perlunya sosialisasi Tata Cara Penyusunan Peraturan Perundang-undangan sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011.
i. Pembangunan stasiun pengujian BUSS untuk lahan dataran rendah.
j. Memberikan sosialisai yang lebih luas dan komprehensif kepada petani, kepolisian dan
pedagang/kios benih tentang perlindungan varietas tanaman dan peraturannya
sehingga petani dan pihak yang diberikan kewenangan melakukan penyidikan dapat
memahami tentang hak PVT dan pelanggaran dapat diminimalisir.
k. Membangun kemitraan dengan stakeholder seperti memberikan pendampingan dalam
pengajuan permohonan hak PVT, pendaftaran varietas, perizinan pertanian, pelatihan
teknis tentang PVT dan pendaftaran varietas, dan
menginformasikan/mensosialisasikan panduan pelaksanaan uji (PPU) spesies
tanaman, peraturan dan perkembangannya.
l. Revisi peraturan persyaratan permohonan hak PVT dan penyederhanaan formulir
permohonan hak PVT.
m. Perlu ada penambahan SDM yang menangani permasalahan terkait dengan regulasi,
Uji BUSS dan administrasi.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 96
n. Dalam upaya menindaklanjuti kebutuhan data dan informasi terkini perlu adanya
kerjasama antar lembaga terkait seperti BPS, BKPM, Kementerian Perdagangan,
Kadin, Bulog dan lainnya.
o. Meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia lingkup Sekretariat Jenderal.
Sekretariat Jenderal
Laporan Tahunan Sekretariat Jenderal Tahun 2016 97
BAB VI
PENUTUP
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis lainnya yang dilaksanakan oleh
Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian tahun 2016 menunjukkan kinerja yang baik,
dalam berbagai bidang seperti bidang perencanaan, bidang organisasi dan kepegawaian,
bidang hukum, bidang keuangan dan perlengkapan, bidang umum dan pengadaan, bidang
kerjasama luar negeri, bidang hubungan masyarakat dan informasi publik, bidang pelayanan
data dan sistem informasi pertanian, bidang pelayanan varietas tanaman dan perizinan
investasi pertanian. Hal ini ditunjukkan dengan terlaksananya berbagai kegiatan di lingkup
Sekretariat Jenderal sesuai dengan target yang telah ditetapkan, baik dari segi kuantitas
maupun kualitas. Sedangkan bidang perpustakaan dan penyebaran teknologi pertanian serta
bidang sosial ekonomi dan kebijakan pertanian pada tahun 2016 kinerjanya disampaikan
melalui Badan Litbang Pertanian karena tahun ini merupakan transisi.
Walaupun kinerja pelaksanaan kegiatan menunjukkan kinerja yang baik namun tetap masih
menghadapi berbagai masalah tantangan dan hambatan/kendala dalam pelaksanaannya,
oleh karena itu diperlukan komitmen yang kuat dari seluruh unsur yang ada di Sekretariat
Jenderal dan juga sinergitas program dan kegiatan dari unit Eselon I lingkup Kementerian
Pertanian/ Lembaga-lembaga di luar Kementerian Pertanian lainnya.
Sekretariat Jenderal, Kementerian Pertanian sebagai fungsi manajemen, koordinasi,
pembinaan, kerjasama luar negeri, pelayanan administrasi dan teknis lainnya secara tidak
langsung sangat mendukung tercapainya Visi Kementerian Pertanian yaitu terwujudnya
kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani menuju terwujudnya Pertanian Indonesia yang
Maju, Bermartabat, Mandiri, Adil dan Makmur.