Post on 10-Apr-2016
description
BAB IPENDAHULUAN
Manusia dibedakan dengan makhluk lain oleh adanya fungsi luhur. Otak
manusia jauh berbeda dengan otak binatang, karena adanya kortek asosiasi yang
menduduki daerah antar berbagai kortek perseptif primer. Membahas anatomi
fungsi kortikal luhur, terdapat 3 sistem yang penting yaitu sistem kesadaran,
sistem limbic, dan korteks. 1
Fungsi luhur berkembang pada manusia melalui mekasnisme neuronal
yang memungkinkan seseorang untuk memberikan respon atau tanggapan atas
segala stimulus baik dari luar maupun dari dalam tubuhnya sendiri sehingga dia
mampu mengadakan hubungan intra maupun interpersonal. 1
Yang dimaksud fungsi luhur adalah:
1. Fungsi bahasa
2. Fungsi memori (ingatan)
3. Fungsi orientasi (pengenalan)
4. Fungsi konsentrasi 2
Gejala fungsi luhur dipergunakan untuk menetapkan adanya kerusakan di
otak, baik tentang lokalisasi maupun luas lesinya. Selain itu pemeriksaan fungsi
luhur dapat dipakai untuk menetapkan diagnosis dan rehabilitasi dengan penyakit
otak. Pada kerusakan difus dan berat dari otak, maka semua fungsi – fungsi luhur
tersebut dapat terkena dan hasilnya adalah suatu demensia atau retardasi mental.
Tetapi pada kerusakan yang fokal, maka biasanya hanya satu atau beberapa dari
fungsi ini terganggu. Maka dari itulah gejala luhur sangatlah penting. Pada pasien
dengan kelainan tingkah laku, perlu ditentukan apakah kelainan ini disebabkan
oleh kerusakan otak (brain damage) ataukah sesuatu yang fungsional (kasus
psikiatrik). 3
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Fungsi Bahasa
A. Anatomi Berbahasa
Secara anatomis ada 3 daerah utama otak untuk fungsi bahasa:
1. dua daerah reseptif :
a. area wernicke (area 22), yaitu area reseptif untuk bahasa yang
didengar.
b. area girus angularis (area 39) untuk bahasa yang dilihat.
Seseorang dapat terganggu wicaranya saja atau terganggu bahasa
saja. Perbedaannya yaitu gangguan wicara bersifat perifer,
disebabkan kelainan saraf perifer, otot, dan struktur yang dipakai
bicara. Sedangkan gangguan bahasa sifatnya sentral, disebabkan
oleh kelainan kortexs cerebri (fungsi luhur).
2. satu daerah yang berfungsi ekspresif yaitu area broca (area 45). 4
Gambar 1. Area Broca dan Wernicke 4
B. Gangguan dalam Fungsi Bahasa
Gangguan fungsi bahasa disebut afasia. Afasia adalah gangguan dalam
satu atau lebih dari banyak aspek bahasa yang disebabkan kerusakan bagian
tertentu dari otak. Kerusakan otak itu sendiri dapat disebabkan oleh berbagai
macam penyakit, tetapi yang paling sering oleh penyakit gangguan peredaran
darah di otak dan cedera otak (strok dan trauma). 7
Ada banyak sistem nomenklatur untuk mengklasifikasikan afasia. Afasia
sering dikategorikan sebagai Afasia Broca (motorik) dan afasia Wernicke
(sensorik), ada juga yang mengklasifikasikan afasia berdasarkan tingkat
kelancaran verbal yang membedakan afasia lancar dan afasia tidak lancar. 5
Pembagian afasia secara sederhana:
Kelancaran Pemahaman Mengulang Jenis afasia
Baik Anomik
Baik
Lancar Buruk Konduksi
Baik Transkortikal sensorik
Buruk
Afasia Buruk Wernicke
Baik Transkortikal motorik
Baik
Buruk Broca
Tidak Lancar Baik Transkortikal campuran
Buruk Buruk Global
Tabel 1. Algoritma pembagian afasia 5
Afasia Global
Bentuk afasia yang paling berat. Afasia ini ditandai dengan tidak
adanya bahasa spontan atau berkurang sekali dan menjadi beberapa kata
yang diucapkan stereotip. Misalnya: “iiya, iiya, iiya”, atau: “baah, baaah”.
Komprehensi, repetisi, menulis dan membaca terganggu berat. Afasia
global disebabkan lesi pada sebagian besar daerah bahasa. Penyebab
paling sering adalah oklusis arteri cerebri media. Afasia global sering
disertai hemiparese atau hemiplegia. 5,6
Afasia Broca
Bentuk afasia yang paling sering. Ditandai dengan bicara yang
tidak lancar, disarthria, serta tampak melakukan upaya dalam bicara.
Repetisi dan penamaan terganggu. Namun penderita masih mengerti
bahasa verbal dan visual serta perintah-peritah untuk melakukan sesuatu.
Lesi yang menyebabkan afasia broca mencakup area broca, biasanya
melibatkan operculum lobus frontalis. Prognosis umumnya lebih baik
daraipada afasia global. Karena pemahaman relatif baik, pasien dapat lebih
mudah beradaptasi dengan keadaanya. 1,5
Afasia Wernicke.
Pada afasia wernicke, kemampuan untuk mengerti bahasa verbal
dan visual terganggu. Tetapi kemampuan untuk secara aktif mengucapkan
kata-kata dan menulis kata-kata masih ada. Ia tidak mampu memahami apa
yang diucapkan, apakah benar atau salah. Repetisi, menamai, membaca,
dan menulis terganggu berat. Lesi yang menyebabkan afasia wernicke
mecakup bagian posterior dari girus temporalis superior. Bila pemahaman
kata tunggal terpelihara, namun kata kompleks terganggu, lesi cenderung
mengenai daerah lobus parietal. Penderita dengan defisit komprehensi
berat, prognosis penyembuhannya buruk. 1,5
Afasia Konduksi
Merupakan gangguan berbahasa yang lancar (fluent), ditandai oleh
gangguan yang berat pada repetisi, penamaan dan gangguan dalam
menulis, parafasia yang jelas. Namun, umumnya pemahaman dalam
bahasa lisan terpelihara. Lesi biasanya mengenai fasikulus arkuatus yang
menghubungkan korteks temporal dan frontal. 6
Afasia Anomik
Pada pasien ini tampak adanya kesulitan dalam menemukan kata
dan tidak mampu menamai benda yang terlihat didepannya. Berbicara
spontan lancar, kemampuan repetisi dan komprehensi baik. Banyak tempat
lesi di hemisfer dominan yang dapat menyebabkan afasia anomik. Lesi di
thalamus, putamen-kaudatus, atau kapsula interna, misalnya oleh
perdarahan atau infark dapat menyebabkan afasia anomik. Afasia anomik
dapat juga terlihat pada penyakit degenerative, misalnya Alzheimer. 5,6
Afasia Transkortikal Sensorik
Pasien dengan afasia transkortikal sensorik dapat mengulang
(repetisi), dan bicara lancar, namun tidak memahami apa yang
didengarnya atau yang diulanginya. Membaca terganggu dan parafasik
seperti afasia jenis wernicke. Lesi biasanya pada daerah parieto-temporal-
occipital junction. 4
Afasia Transkortikal Motorik
Pasien dengan afasia transkortikal motorik mampu mengulang
(repetisi), memahami dan membaca, namun dalam bicara spontan terbatas.
Kemampuan dalam menulis terganggu. Lesi biasanya pada daerah lobus
frontalis anterior, tapi tidak melibatkan korteks temporalis superior, frontal
inferior dan korteks peri sylvian parietal. Korteks peri sylvian yang utuh
ini dibutuhkan untuk kemampuan mengulang yang baik. 4
C. Jenis Pemeriksaan Fungsi Bahasa
1. Pemeriksaan Kelancaran Berbicara
Defek yang ringan dapat dideteksi melalui tes kelancaran, menemukan
kata yaitu jumlah kata tertentu yang dapat diproduksi selama jangka waktu
yang terbatas. Pemeriksaan kelancaran bicara dapat dilakukan dengan
menyebutkan nama hewan atau menyebutkan kata-kata yang mulai dengan
huruf tertentu.
Menyebutkan nama hewan
Pasien diminta menyebutkan sebanyak munkin nama hewan dalam
waktu 1 menit. Kita catat jumlah serta kesalahan yang ada. Skor:
orang normal umumnya mampu menyebutkan 18-20 nama hewan
selama 1 menit, dengan varisi ± 5-7. 5
Menyebutkan kata yang dimulai dengan huruf tertentu
Pasien diberi tugas menyebutkan kata yang mulai dengan huruf
tertentu, misalnya huruf S, A atau P. Skor orang normal umumnya
dapat menyebutkan sebanyak 36-60 kata, tergantung pada usia,
intelegensi dan tingkat pendidikan. 5
2. Pemeriksaan Pemahaman (Komprehensi)
Untuk pemeriksaan pemahaman secara klinis, yaitu dengan cara:
Konversasi
Dengan mengajak pasien berbicara dapat dinilai kemampuannya
memahami pertanyaan dan suruhan yang diberikan oleh pemeriksa.
Suruhan
Mulai dari yang sederhana sampai yang sulit. Mula-mula suruh
pasien bertepuk tangan, kemudian tingkatkan kesulitannya,
misalnya mengambil pinsil, letakkan di kotak dan taruh diatas kursi
(suruhan ini dapat gagal pada pasien apraksis dan gangguan
motorik).
Ya atau tidak
Pasien diberikan pertanyaan yang dijawab dengan ya atau tidak.
Jumlah pertanyaan harus banyak, paling sedikit 6 pertanyaan.
Misalnya: apakah anda bernama santoso ? Apakah saat ini malam ?
pakah diluar hujan.
Menunjuk
Dimulai dengan suruhan yang mudah dipahami dan
kemudian meningkat pada yang lebih sulit. Misalnya: tunjukkan
lampu kemudian tunjukkan gelas yang ada disamping televisi. 5
3. Pemeriksaan Repetisi (Mengulang)
Kemampuan mengulang dinilai dengan meminta pasien mengulang,
mula-mula dengan kata sederhana, kemudian dengan satu kalimat.
Cara pemeriksaan, pasien diminta mengulang apa yang diucapkan oleh
pemeriksa. Mula-mula sederhana kemudian lebih sulit. Contoh:
Map
Bola
kereta
Rumah sakit
kereta api malam
Besok aku pergi dinas
Orang normal umumnya mampu mengulang kalimat yang
mengandung 19 suku kata. Banyak pasien afasia yang mengalami
kesulitan dalam mengulang (repetisi), namun ada juga yang menunjukkan
kemampuan yang baik dalam hal mengulang, dan sering lebih baik
daripada bicara spontan. 5
4. Pemeriksaan Menamai Dan Menemukan Kata
Kemampuan menamai objek merupakan salah satu dasar fungsi
berbahasa. Hal ini sedikit-banyak terganggu pada semua penderita afasia.
Dengan demikian, semua tes yang digunakan untuk menilai afasia
mencakup penilaian terhadap kemampuan ini. Kesulitan menemukan kata
erat kaitannya dengan kemampuan menyebut nama (naming) dan hal ini
disebut anomia.
Cara pemeriksaan : terangkan kepada pasien bahwa ia akan disuruh
menyebutkan nama beberapa objek juga warna dan bagian dari objek
tersebut. Kita dapat menggunakan arloji, kaca mata, pensil, kemudian
bagian dari arloji (jarum, menit, detik), lensa kaca mata. Perhatikan apakah
pasien meyebutkannya degan cepat atau lamban atau tertegun. 5
2.2 Fungsi Memori
A. Anatomi Dan Mekanisme Memori
Pertama informasi diterima oleh modalitas sensorik khusus (misalnya
raba, auditif atau visual) kemudian diregistrasi. Setelah itu, informasi ini
disimpan sebentar di memori-jangka pendek. Langah kedua retensi yaitu
menyimpan dan mempertahankan informasi dalam bentuk yang permanen
(memori-jangka panjang). Proses ini ditingkatkan oleh pengulangan atau
oleh penggabungan dengan informasi lain yang sudah berada didalam
simpanan. Penyimpanan merupakan proses aktif yang membutuhkan upaya
melalui praktek dan latihan. Langkah terakhir adalah Recall, tahap
pengeluaran/pengingatan kembali. 2,5
Struktur anatomi dalam penyimpanan memori adalah:
a. Pusat otak primer dan aosiasi ialah korteks serebri, berperan dalam
penyimpanan rimot memori (jangka panjang).
b. Sub korteks
1. Hipokampus, bagian lobus temporalis
2. Sistem limbik. Berperan dalam penyimpanan memori baru (recent
memory)
Gambar 2. Anatomi penyimpan memori. 3
B. Jenis Memori
Di klinik, memori dibagi atas tiga jenis:
1. Memori segera (immediate memory)
Memori segera atau pemanggilan segera dalam jangka waktu 30 detik
setelah presentasi.
2. Memori baru (recent) jangka pendek
Mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengingat peristiwa yang
terjadi beberapa jam terakhir. Misalnya tanggal, hari, apa yang dimakan
waktu sarapan pagi.
3. Memori jangka panjang (rimot memory)
Mengacu pada kemampuan untuk memngingat peristiwa yang terjadi
dimasa lalu/bertahun-tahun sebelumnya. Misalnya nama teman sekolah
dulu atau nama guru. 3
C. Pemeriksaan
1. Memori segera (immediate memory)
Kemampuan memanggil kembali memori segera. Tes yang umum
dilakukan adalah tes mengulang angka. Caranya: penderita disuruh
mengulang deret nomor yang kita ucapkan. Tiga digit diberikan pertama
dan pasien diminta untuk mengulanginya. Jika berhasil diberikan empat
digit, dan begitu seterusnya. Contoh aitem tes:
4 – 9
2 – 5 – 3
4 – 7 – 2 – 8
6 – 2 – 7 – 5 – 3
4 – 9 – 1 – 8 – 5 – 2
5 – 3 – 9 – 4 – 1 – 8 – 6
1 – 9 – 2 – 8 – 4 – 7 – 2 – 5
Dikatakan masih normal jika dapat mengulangi 5 sampai 7 angka
tanpa kesulitan. 3,7
2. Memori baru (recent), jangka pendek
Pemeriksaan memori baru mencakup memori verbal dan memori
visual. Pemerisaan memori verbal yang paling umum adalah tes memori
tiga atau empat kata yang tidak terkait. Katakan pada pasien bahwa dia
akan diberikan beberapa kata untuk diingat. Beberapa menit setelah
wawancara pasien diminta untuk menyebutkan kata tersebut. Kata – kata
yang bisa digunakan misalnya, mobil, pohon, sepatu, ember. Untuk
menyakinkan bahwa pasien memahami kata tersebut, minta pasien untuk
mengulangi kata setelah kita sebutkan Apabila dibutuhkan pengulangan 4-
5 kali, dicurigai ada gangguan memori. Setelah beberapa menit pasien
diminta menyebutkan kata-kata tadi. 3,7
Memori visual dapat dilakukan dengan menggunakan 5 objek kecil,
yang dapat disembunyikan disekitar pasien. Objek ini disimpan disekitar
pasien, misalnya dibawah kursi, dibawah bantal, di laci meja, dikantung
pemeriksa. Sewaktu objek disembunyikan,harus melihantnya. Sambil
menyembunyikan objek, pemeriksa menyebutkan objek. Setelah objek
disembunyikan pasien dialihkan perhatiannya misalnya dengan
mengajukan pertanyaan. Setelah 5 menit berlalu, pasien ditanya objek apa
yang disembunyikan dan dimana. Orang normal dibawah 60 tahun dapat
menybutkan 4 atau 5 objek tanpa kesulitan. Pasien yang lebih tua kurang
mampu melakukannya. Kinerja yang lebih rendah (kurang dari 3 objek)
menandakan gangguan memori. 3,7
3. Memori jangka panjang (rimot memory)
Tes ini dapat mengenai informasi pribadi, pengetahuan umum dan
sejarah. Data pribadi membutuhkan verifikasi dari orang lain yang
mengetahui. Pengetahuan umum dan sejarah dipengaruhi oleh tingkat
edukasi. Pertanyaan yang dapat diajukan:
Dimana anda dilahirkan ?
Dimana anda dulu bersekolah?
Apa pekerjaan anda ? kapan ? dimana ?
Siapa nama istri/suami ? anak ? siapa nama ibu anda
Informasi pribadi umumnya dapat diselesaikan dengan baik oleh orang
normal atau pasien dengan gangguan yang ringan. Untuk pemeriksaan
pengetahuan umum dan sejarah, dapat dilakukan hal berikut:
Menyebutkan nama perdana menteri saat ini atau presiden, mulai
dari saat ini dengan urutan ke belakang. Tes ini cukup sering gagal
dilakukan oleh pasien Alzheimer dini.
Atau tanyakan kapan perayaan kemerdekaan Indonesia. 7
2.3 Orientasi
Orientasi berarti kemampuan sesorang untuk mengaitkan keadaan
sekitar dengan pengalaman lampau. Orientasi terhadap waktu dan tempat
dapat dianggap sebagai ukuran memori jangka pendek. Jika orientasi
terganggu, memori jangka pendeknya mungkin terganggu.
a. Orientasi waktu
Pasien diminta untuk menyebutkan hari, tanggal, bulan dan tahun. Atau
bisa juga menanyakan siang/malam. Pengalaman klinis menunjukkan
bahwa pasien disorientasi sering memberikan jawaban yang tidak
konsisten dengan bukti. 2
b. Orientasi tempat
Kita dapat memberikan pertanyaan dengan mengidentifikasi nama kota,
provinsi dan Negara dimana pasien berada. Selain itu dapat diberikan
pertanyaan dimana sekarang di berada (misalnya rumah sakit). 2
c. Orientasi orang
Orientasi secara pribadi membutuhkan berbagai kemampuan, termasuk
kemampuan untuk mengenali wajah dan memori. Pemeriksaan dilakukan
dengan menilai kemampuan pasien untuk mengidentifikasi dirinya, tapi
yang lebih penting adalah identifikasi orang lain. Misalnya siapa nama
anda? Apa pekerjaan anda? apakah ia mengenal orang lain disekitarnya,
serta pemeriksa sebagai dokter. 2
2.4 Pemusatan Perhatian (Atensi) dan Konsentrasi
Perhatian adalah kapasitas seorang individu untuk memfokuskan pikiran
pada beberapa aspek lingkungan atau isi pikiran sendiri.3 Konsentrasi
merupakan kemampuan untuk mempertahankan fokus tersebut. Atensi yang
terpusat merupakan hal esensial dalam belajar. Hal ini memberikan
kemampuan untuk memproses item penting yang dipilih, dan mengabaikan
yang lain.
Pemeriksaan
Atensi pasien dapat dinilai melalui beberapa tes, yaitu :
Tes pengurangan
Sebuah tes umum adalah meminta pasien untuk mengurangi 100-7
kemudian kurang 7 lagi dan begitu seterusnya. Tidak ada standar yang
diterima untuk jumlah kesalahan dan jumlah waktu diperbolehkan.
Tes membalikkan
Pasien dapat diminta mengeja huruf dari belakang kata misalnya
“dunia”. Bisa juga dengan meneyebutkan bulan dari belakang dalam
setahun. Bila sulit dapat diganti dengan nama hari dalam seminggu.7
2.5 Pemeriksaan Status Mini Mental (MMSE)
Tes mini mental digunakan untuk menilai fungsi kognisi, selain itu untuk
follow up perjalanan penyakit dan memonitor respon pengobatan. Tes ini
mudah dilakukan dan membutuhkan waktu yang sangat singkat, kira-kira 10
menit. Tes ini meliputi pemeriksaan orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi,
mengenal kembali (recall) dan bahasa. Bila didapatkan nilai kurang dari 23
atau kurang diduga terdapat gangguan kognitif dan demensia. 1
Tabel pemeriksaan status mini mental (MMSE)
No.
Tes Nilai Maks
ORIENTASI1 Sebutkan: Sekarang tahun berapa 1
Musim apa Bulan Tanggal Hari apa ?
1111
2 Sebutkan dimana kita sekarang: Negara Propinsi Kota Rumah sakit Lantai/kamar
11111
REGISTRASI3 Sebutkan 3 nama benda dengan antara 1 detik waktu menyebut
nama benda tersebut (apel, meja, koin). Setelah selesai suruh penderita menyebutnya. Nilai 1 untuk setiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan.
3
ATENSI DAN KALKULASI4 Hitungan kurang 7. Misalnya 100-7, hasilnya dikurangi lagi 7,
demikian seterusnya sampai 5 jawaban. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Atau dapat diganti dengan tes mengeja terbalik kata “WAHYU”
5
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)5 Pasien diminta menyebut kembali 3 nama benda tadi. Nilai 1
untuk tiap jawaban yang betul3
BAHASA6 Pasien disuruh menyebutkan nama benda yang ditunjukkan
(pensil, buku)2
7 Pasien disuruh mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila” 18 Pasien disuruh melakukan perintah: “ambil kertas ini dengan
tangan Anda,lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”3
9 Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah “pejamkanlah mata Anda”
1
10 Pasien disuruh menulis dengan spontan 111 Pasien disuruh menggambar bentuk dibawah ini
"Gambar segilima"1
Skor Nilai 24-30 = normal Nilai 17-23 = gangguan kognitif probable Nilai 0-16 = gangguan kognitif definit
2.6 Tes Montreal Cognitive Assasment (MoCA)
Montreal Cognitive Assasment (MoCA) adalah alat skrining kognitif baru
yang dirancang untuk mengatasi keterbatasan MMSE. Kelebihan tes MoCA
adalah prosedur yang cepat dan mudah, penilaian domain kognitif yang luas dan
lebih sensitif terhadap defisit kognitif ringan dan disfungsi eksekutif pada
penyakit Parkinson dan Alzheimer. 8,9
MoCa terdiri dari 30 poin yang akan di ujikan dengan menilai beberapa
domain kog-nitif, yaitu :
a. Fungsi eksekutif: dinilai dengan trail-ma-king B (1 poin), phonemic
fluency tast (1 poin), dan two item verbal abtraction (1 poin).
b. Visuospasial: dinilai dengan clock drawing tast (3 poin) dan
menggambarkan kubus 3 dimensi (1 poin)
c. Bahasa: menyebutkan 3 nama binatang (singa, unta, badak ; 3 poin),
mengulang 2 kalimat (2 poin), kelancaran berbahasa (1 poin)
d. Delayed recall: menyebutkan 5 kata (5 poin), menyebutkan kembali
setelah 5 menit (5 poin)
e. Atensi: menilai kewaspadaan (1 poin), mengurangi berurutan (3 poin),
digit fordward and backward (masing-masing 1 poin)
f. Abstaksi: menilai kesamaan suatu benda (2 poin)
g. Orientasi: menilai menyebutkan tanggal, bulan, tahun, hari, tempat dan
kota (ma-sing-masing 1 poin).
Pada tes MoCA nilai total akhir 26 atau lebih dianggap normal. 8,9
Gambar 3. Tes MoCA 9
2.7 Tes TADIR
Salah satu alat diagnostik untuk melakukan pengukuran dalam bidang
neuropsikologi yaitu TADIR (Tes afasia, diagnosa, inforrnasi, dan rehabilitasi).
Melalui TADIR dapat dilihat sindrom afasia yang diderita oleh pasien. Pembagian
sindrom-sindrom afasia dalam TADIR menggunakan klasifikasi Boston yang
dibuat oleh Goodglass dan Kaplan. Atas dasar aspek-aspek penamaan, kelancaran,
peniruan dan pernahaman auditif, maka Goodglass 3: Kaplan menyusun
klasifikasi sindrom-sindrom afasia. Setiap sindrom afasia dihubungkan dengan
suatu tempa kerusakan tertentu di otak. Salah satu tujuan pemeriksaan ini adalah
menenlukan letak kerusakan. 10
BAB IIIKESIMPULAN
Dengan fungsi luhur memungkinkan seseorang untuk memberikan respon
atau tanggapan atas segala rangsang/stimulus baik dari luar maupun dari dalam
tubuhnya sendiri sehingga dia mampu mengadakan hubungan intra maupun
interpersonal.
Membahasa anatomi fungsi kortikal luhur, terdapat 3 sistem yang penting
yaitu sistem kesadaran, sistem limbic, dan korteks.
Yang dimaksud fungsi luhur adalah fungsi bahasa, fungsi memori, fungsi
orientasi dan fungsi konsentrasi. Pemeriksaan fungsi luhur dipergunakan untuk
menetapkan adanya kerusakan di otak, baik tentang lokalisasi maupun luas
lesinya. Selain itu pemeriksaan fungsi luhur dapat dipakai untuk menetapkan
diagnosis dan rehabilitasi dengan penyakit otak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sidharta P, Mardjono M. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat: Jakarta.
2010. Hal.200-207
2. Pridmore S. Download of Psychiatry, Chapter 26. 2013. http://eprints.utas.edu.au/287/
3. Higher Cortical Functions. Diakses pada april 2015
(http://www.neuroanatomy.wisc.edu/coursebook/woodard.pdf)
4. Kandel, Schurantz, Jessel. Principle of neural science 3 ed. 2005. Page
840-850
5. SM Lumbantobing. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. FK UI: Jakarta. 2014. 152-184
6. Hasanin H. CNS- Speech & Higher Cortical Functions. 2013. Page 1-6.
7. Ikhwan M. Kompetensi Pembentukan Kalimat Penderita Afasia Tidak
Lancar Yang Disebabkan Oleh Strok Iskemik. Konferensi Linguistik
Tahunan Atma Jaya 8. 2010.
8. Panentu D, Irfan M. Uji Validitas Dan Reliabilitas Butir Pemeriksaan
Dengan Montreal Cognitive Assesment Versi Indonesia (Moca-Ina) Pada
Insan Pasca Stroke Fase Recovery. Jurnal Fisioterapi Universitas Esa
Unggul. 2013. Volume 13. Hal 55-67.
9. Deirdre M, Carolan D. Mental Status Assessment in Older Adults:
Montreal Cognitive Assessment: MoCA Version 7.1. New York University
College of Nursing. 2012. Issue 3.2.
10. Oktarina A. TADIR Sebagai Alat Diagnostik Gangguan Bahasa (Afasia)
Pada Pasien Stroke Hemisfer Kiri Yang Kinan (Studi Korelasional Antara
Tes TADIR Dengan CT-Scan /MRI ). Perpustakaan Universitas
Indonesia. 2003