Post on 27-Nov-2015
description
Pemberian Nutrisi pada Anak dengan Celah Bibir dan Palatum
Abstrak
Celah bibir dan palatum sering disebut CLP (Cleft Lip and Palate) merupakan
malformasi kraniofasial kongenital yang paling sering terjadi pada bayi. Bayi dengan
CLP tidak mampu menciptakan tekanan negatif intraoral sehingga gerakan
menghisap bayi menjadi kurang efisien. Berbagai penelitian dilakukan untuk
mengetahui cara-cara pemberian nutrisi bayi dengan CLP untuk menghindari bayi
malnutrisi. Selain cara pemberian nutrisi bayi, jenis nutrisi yang diberikan juga
berperan dalam peningkatan kesehatan umum bayi. Untuk mempermudah pemberian
nutrisi, feeding obturator merupakan solusi yang dapat diberikan sebelum bayi di
operasi. Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai cara
pemberian nutrisi yang efisien dan jenis nutrisi terbaik untuk bayi dengan CLP.
Kata kunci: Pemberian nutrisi, Celah bibir dan palatum, ASI, Feeding
Obturator.
Pendahuluan
Celah bibir dan palatum, disebut juga CLP (Cleft Lip and Palate), merupakan
malformasi kraniofasial kongenital berupa celah pada bibir dan atau palatum yang
paling sering terjadi pada bayi.1,2,3 CLP ditemukan pada 0,28-3,74 per 1000 kelahiran
dengan 20-30% kasus celah bibir, 30-45% celah palatum, dan 35-50% kasus celah
bibir dan palatum.4
CLP terjadi antara minggu keempat dan kedua belas intra uterin saat periode
perkembangan wajah.3 Celah bibir terjadi karena adanya gangguan perkembangan
prosesus nasalis dan prosesus maksilaris sehingga menginterupsi pembentukan bibir
atas. Sedangkan celah palatum terjadi karena terganggunya fusi prosesus nasalis
median dan prosessus maksilaris.1 Gangguan tersebut dihubungkan dengan faktor
genetik dan lingkungan.1,2,10
CLP diturunkan secara autosomal dominan. Jika dalam suatu keluarga
memiliki satu anak atau salah satu orang tua dengan CLP, risiko kehamilan
berikutnya memiliki anak dengan CLP adalah 4%. Jika kedua anak sebelumnya CLP,
resiko meningkat menjadi 9%, dan jika satu orang tua dan satu anak yang sebelumnya
terkena, risiko anak dari kehamilan berikutnya adalah 17%. Disisi lain, faktor
lingkungan juga berhubungan dengan resiko terjadinya CLP. Faktor lingkungan
tersebut antara lain maternal epilepsi, alcoholism, beberapa obat seperti steroid,
diazepam, phenitoin, accutane, dan defisiensi asam folat.2
CLP memiliki beberapa tipe yang dapat diklasifikasi menjadi calah bibir,
celah bibir dan kombinasi celah bibir dan palatum. Berdasarkan sisi yang terkena,
celah bibir dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Sedangkan celah palatum
berdasarkan daerah yang terkena, dibagi menjadi complete (mengenai palatum keras
dan palatum lunak) dan incomplete (mengenai salah satu palatum saja). Selain itu
CLP dapat berupa kombinasi dari celah bibir dan celah palatum.11
Kelainan anatomi pada penderita CLP menyebabkan gangguan fungsi, estetik,
dan perubahan psikososial.1 Gangguan fungsi oral, terutama untuk makan atau
menyusu, pada bayi dengan CLP terjadi akibat berkurangnya kemampuan bayi untuk
menghisap secara efisien karena tidak mampu menciptakan tekanan negatif intraoral
sehingga gerakan menghisap lebih pendek dan lebih cepat.3,5
Keterbatasan bayi dengan CLP dalam menghisap menghambat pasokan
nutrisi, sedangakan bayi harus memiliki kesehatan umum baik sehingga dapat
dilakukan bedah rekonstruksi.6 Oleh karena itu, penting untuk orang tua dan praktisi
kesehatan gigi untuk mengetahui cara pemeberian nutrisi secara efisien pada bayi
dengan CLP. Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai cara
pemberian nutrisi yang efisien dan jenis nutrisi terbaik untuk bayi dengan CLP.
Pembahasan
Kesulitan pemberian nutrisi pada bayi dengan CLP telah banyak dilaporkan.
Goyal et al melaporkan sebanyak 63% orang tua mengalami kesulitan dalam
pemberian nutrisi karena berurangnya daya menghisap bayi ketika menyusu akibat
kelainan anatomi pada penderita CLP.5 Bayi dengan CLP tidak mampu menciptakan
tekanan negatif intraoral sehingga gerakan menghisap bayi menjadi lebih pendek dan
lebih cepat.3,5
Di sisi lain, bayi harus memiliki kesehatan umum baik sehingga pada saat
bayi berumur 3 bulan dapat mencapai berat badan 5 kilogram, hal ini merupakan
indikasi operasi rekonstruksi bibir (cheiloplasty). Setelah bayi berumur 1 tahun
dengan berat badan mencapai 9 kilogram dan kesehatan umum baik, bayi
diindikasikan untuk operasi rekonstruksi palatum (palatoplasty).1
Berbagai penelitian dilakukan untuk mengetahui cara-cara pemberian nutrisi
bayi dengan CLP. Goyal et al, mewawancarai orang tua dari 155 anak dengan CLP
berusia kurang dari 2 tahun mengenai cara pemberian nutrisi yang mereka lakukan.
Subjek dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan usia (< 6 bulan, 6 bulan-1 tahun, 1-2
tahun). Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian makan melalui sendok
merupakan metode yang paling sering digunakan di semua kelompok. Pada kelompok
bayi < 6 bulan menyusui ASI merupakan metode kedua yang paling sering,
sedangkan kelompok 6 bulan – 1 tahun dan 1 – 2 tahun pemberian susu melalui botol
merupakan metode kedua yang paling sering.5 Namun, penelitian Ize-Iyamu dan
Saheeb menunjukkan metode pemberian nutrisi melalui syringe lebih mudah, cepat,
dan lebih banyak volume susu yang didapat bayi dibandingkan dengan menggunakan
sendok. Pemberian nutrisi menggunakan syringe dan sendok memiliki resiko
menyebabkan bayi muntah dan tersedak.6
Claren et al mengatakan bahwa efektifitas pemberian nutrisi pada bayi dengan
CLP berbeda tiap klasifikasinya (tabel 1). Bayi dengan celah bibir dan palatum tidak
memungkinkan untuk mendapatkan ASI secara langsung dari payudara ibu tanpa alat
bantu. Bayi dengan celah palatum memungkinkan pemberian ASI secara langsung,
tetapi dengan penggunaan dot lembut lebih efektif. Sedangkan pada bayi dengan
celah bibir pemberian ASI bisa dilakukan secara normal oleh ibu atau menggunakan
dot dengan ukuran besar.3
Tabel 1. Cara pemberian nutrisi berdasarkan klasifikasi CLP.3
Menurut Martin dan Greatrix-White, selain cara pemberian nutrisi bayi, jenis
nutrisi yang diberikan juga berperan dalam peningkatan kesehatan umum bayi.7 Ihsan
S Mohammed meneliti tentang hubungan jenis dan cara pemberian nutrisi dengan
resiko infeksi saluran nafas pada 76 bayi dengan CLP. Peneitian ini menujukkan
penyakit infeksi saluran nafas banyak terkena pada bayi yang diberi susu formula,
yaitu 14 dari 17 bayi. Sedangkan pada bayi yang diberi ASI dalam botol sebanyak 9
dari 21 bayi dan hanya 5 dari 37 bayi yang diberi ASI secara langsung terkena infeksi
saluran nafas Gambar 2). Selain itu, Ihsan S juga meneliti hubungan antara jenis
nutrsi dan cara pemberian terhadap resiko diare. Penelitian ini menunjukkan diare
dialami oleh 10 dari 17 bayi yang diberi susu formula, 7 dari 21 bayi yang diberi ASI
dalam botol, dan hanya 3 dari 37 bayi yang diberi ASI secara langsung (gambar 1).8
Gambar 1. Penelitian Ihsan S mengenai hubungan antara jenis dan cara pemberian nutrisi dengan resiko (a) infeksi saluran nafas (b) diare.8
Pada kenyataannya, hasil penelitian Silva et al menujukkan bahwa 76% ibu
memberikan nutrisi pada bayinya dengan susu formula dan hanya 22% ibu yang
memberikan ASI pada anaknya.1
Bayi dengan CLP yang diberikan nutrisi dengan susu formula lebih beresiko
memiliki penyakit pernafasan kronis dan infeksi telinga karena iritasi dari protein
tertentu didalam susu formula.8 Pemberian susu formula juga dapat menyebabkan
anak memliki resiko karies tinggi karena kandungan sukrosa didalamanya yang
bersifat kariogenik.1
ASI memiliki banyak keuntunggan bagi kesehatan, pertumbuhan dan
perkembangan bayi, serta secara signifikan menurunkan resiko terkena penyakit akut
dan kronis pada bayi. ASI mampu melindungi bayi dari peyakit gastro-enteritis, dan
infeksi telinga tengah, system pernafasan, mengoptimalkan perkembangan
neurological, serta mengandung sifat anti-inflamasi yang mampu mencegah iritasi
jaringan nasal.8 Selain itu, ASI dihubungkan dengan tingkat intelegensi dan
perkembangan verbal anak.5
Pemberian ASI pada bayi dengan CLP lebih baik diberikan secara langsung
oleh ibu melalui payudara dibandingkan dengan pemeberian ASI melalui botol,
sendok, shryinge atau cara lainnya. Pada saat bayi menyusu langsung dari payudara
ibu, bayi dituntut untuk melakukan gerakan menghisap dan menekan agar ASI keluar.
Gerakan menghisap memicu perkembangan otot orofasial dan juga berperan sebagai
efek fisioterapi untuk penyembuhan bayi pasca operasi.8
Disamping berbagai keuntungan yang telah dibahas mengenai ASI, pada
prakteknya ibu memiliki keraguan dan kesulitan dalam pemberian ASI kepada
bayinya dengan CLP terutama pada bayi dengan celah palatum atau kombinasai celah
bibir dan palatum.5,7 Menyusui bayi dengan CLP dapat dilakukan dengan
memposisikan kepala bayi dengan posisi tertentu dan penggunaan feeding obturator
dapat dijadikan solusi.2,10
Feeding obturator merupakan plat yang didesain untuk menutup celah yang
terbuka pada palatum penderita CLP.2,4 Feeding obturator berperan sebagai penutup
celah pada palatum. sehingga mampu mencegah masuknya makanan keadalam
saluran hidung, mengurangi insidensi tesedak dan memperpendek waktu pemberian
makan. Feeding obturator juga berperan dalam mencegah lidah memasuki celah
sehingga tidak mengganggu pertumbuhan spontan palatum ke arah midline. Selain
itu, obturator mengurangi lewatnya makanan ke dalam naso-faring sehingga
mengurangi kejadian otitis media dan infeksi naso-pharynhgeal.2 Penggunaan feeding
obturator mengembalikan fungsi dasar pengunyahan, penelanan dan berbicara sampai
CLP dioperasi.2,4,10
Gambar 2. Teknik pembuatan feeding plate obturator.4
Obturator dapat dibuat sesegera mungkin setelah bayi dilahirkan.2 Prosedur
pembuatan feeding obturator diawali dengan pencetakan dengan bahan cetak
polivinyl siloxane menggunakan jari yang dilapisi kasa, kemudian hasil cetakan ini
dicor dengan dental stone tipe III sehingga didapatkan model kerja. Pada model kerja
dibuat pola lilin, lalu di flashking, boiling out, dan pengisian mold dengan
resin akrilik (gambar 2).4
Pasien di follow up setiap 3-4 minggu untuk mengecek adaptasi feeding
obturator dan setiap 3 bulan disarankan untuk membuat feeding obturator yang baru.2
Pada pembuatan feeding obturator, tantangan terbesar adalah saat pencetakan, karena
adanya kendala ukuran rongga mulut bayi, variasi anatomi yang berhubungan dengan
keparahan celah dan kurangnya kemampuan bayi untuk bekerja sama.2
Kesimpulan
Bayi dengan CLP tidak mampu menciptakan tekanan negatif intraoral
sehingga sulit untuk menghisap. Metode pemberian nutrisi melalui sendok
merupakan yang paling sering digunakan, sedangkan dengan menggunakan syringe
lebih efisien waktu dan volume nutrisi yang masuk lebih banyak. Namun, kedua
metode tersebut beresiko lebih besar menyebabkan bayi muntah dan tersedak. Claren
et al mengatakan bahwa cara pemberian nutrisi berbeda tiap klasifikasi celah, baik
dengan ASI maupun susu botol.
Selain cara pemberian, jenis nutrisi yang diberikan juga berperan penting
dalam menjaga kesehatan umum bayi. Lebih banyak orang tua memberikan susu
formula dari pada ASI. Padahal, ASI memiliki kandungan yang lebih baik serta
menyusu ASI langsung dari payudara ibu merangsang perkembangan otot-otot
orofasial dan pertumbuhan rahang. Untuk memudahkan ibu dalam memeberikan ASI
pada bayi dengan CLP, feeding obturator dapat dijadikan solusi.
Daftar Pustaka
1. Da Silva CM, Costa B, Das-Neves LT. Nursing Habit in Cleft Lip and Palate
Children. RSBO. 2012 April-June. 9(2):151-7
2. Faizal CP Manesh Raj, Prajina P. Feeding Plate in Management of Cleft Lip
and Palate. KDJ. 2011 July. 34(3): 341-3
3. Clarren SK, Anderson B, Wolf LS. Feeding Infant with Cleft Lip, Cleft
Palate, or Cleft Lip and Palate. Cleft Palate Journal. 1987 July. 24(3): 244-9
4. Somani P, Chadha M, at.al. Prosthetic Rehabilitation for an Infant with
Feeding Plae Obturator – A Case Report. Journal Of Dental Peers. 2013 July.
1(2):113-7
5. Goyal A, Jena AK, Kaur M. Nature of Feeding Practices Among Children
with Cleft Lip and Palate. Journal Of Indian Society Of Pedodontics And
Preventive Dentistry. 2012 Jan-Mar. 30(1): 47-50
6. Ize-Iyamu N, Saheeb BD. Feeding Intervetion In Cleft Lip And Palate Babies:
A Practical Approach To Feeding Efficiency and Weight Gain. Int. Oral
Maxillofacial Surgeons. June 2011. 40: 916-9
7. Martin V, White SG. An Evaluation of Factor Influencing Feeding in Babies
with a Cleft Palate with and Without a Cleft Lip. Journal Of Child Health
Care. 2013 April 11. 1-12
8. Ihsan S, Mohammed B.DS, MSc. Advantages of Breast Milk Feeding For
Cleft Lip and Palate Infant: Comparative Study. J Bagh College Dentistry.
2001. 23(1): 116-9
9. Varghese, HT, Mathew S. Quick Feeding Effective Custom Tray A Feeding
Obturator. The Journal Of Prosthetic Dentistry. 2013 September. 110:234-5
10. Goodarche T, Swan MC. Cleft Lip and Palate: Current Management.
Pediatric and Child Health. Elsevier. 2011. 22(4): 160-8
11. James Y, Liau JA, Sadove MA. Understanding And Caring For Children
With Cleft Lip and Palate. 54(5): 699-706