Post on 05-Nov-2021
PEMBELAJARAN METODE BAGDADI DAN
IMPLEMENTASINYA PADA KEMAMPUAN MEMBACA
AL-QUR’AN MAHASANTRI INSTITUT ILMU AL-
QUR’AN (IIQ) JAKARTA
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperolah
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Rohmatin Sholihah
NIM. 15311629
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
1440 H/2019 M
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BACA TULIS
AL-QUR`AN (BTQ) PADA KELAS BILINGUAL
DAN REGULER
(Studi Kasus Kelas V MIN 1 Kota Tangerang Selatan)
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperolah
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Rohmatin Sholihah
NIM. 15311629
Pembimbing:
Dr. Hj. Nadjematul Faizah. SH., M. Hum.
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
1440 H/2019 M
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an
(BTQ) pada Kelas Bilingual dan Kelas Reguler (studi kasus kelas V
MIN 1 Kota Tangerang Selatan)” yang disusun oleh Rohmatin Sholihah,
dengan NIM 13411629, telah melalui proses bimbingan dengan baik dan
dinilai oleh pembimbing telah memenuhi syarat ilmiah untuk diajukan
sidang munaqasah.
Ciputat, 02 Agustus 2019
Pembimbing,
Dr. Hj. Nadjematul Faizah. SH., M. Hum.
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-
Qur`an (BTQ) pada Kelas Bilingual dan Kelas Reguler (study kasus kelas V
MIN 1 Kota Tangerang Selatan)” yang disusun oleh Rohmatin Sholihah
NIM. 14311629 telah diajukan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Tarbiyah
Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta pada tanggal 08 Agustus 2019, skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Strata satu (S1) pada prodi PAI.
Jakarta, 05 September 2019
Dekan Fakultas Tarbiyah
Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta
Dr. Esi Hairani, M.Pd
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Dr. Esi Hairani, M.Pd Reksiana, MA.Pd
Penguji I, Penguji II,
Siti Istiqomah, M.Pd Hasanah, M.Pd
Pembimbing,
Dr. Hj. Nadjematul Faizah. SH., M. Hum.,
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Rohmatin Sholihah
NIM : 14311629
Tempat/TGL Lahir : Gresik, 25 Januari 1996
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Implementasi Pembelajaran Baca
Tulis Al-Qur`an (BTQ) pada Kelas Bilingual dan Kelas Reguler (studi kasus
kelas V MIN 1 Kota Tangerang Selatan)”, adalah benar-benar asli karya
penulis, kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan
kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Jakarta, 02 Agustus 2019
Rohmatin Sholihah
iv
Motto
“Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.” (QS. Ar-Ra`d (13): 11).
v
بسم الله الرحمن الرحيم
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah Swt. yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi guna memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dengan judul skripsi “
Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) pada Kelas
Bilingual dan Kelas Reguler (Studi kasus kelas V MIN 1 Kota Tangerang
Selatan)”.
Sanjungan shalawat dan salam senantiasa tetap penulis anugerahkan
kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah memberikan jalan petunjuk,
sehingga kita terlepas dari jurang kesesatan. Karya tulis ini dapat
terselesaikan dengan baik berkat dukungan dari beberapa pihak, baik berupa
saran, pikiran dan tenaga. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA Rektor Institut Ilmu Al-Qur`an
(IIQ) Jakarta beserta staf yang bertugas yang telah memberikan fasilitas
selama proses belajar mengajar.
2. Dr. Esi Hairani, M.Pd Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an
(IIQ) Jakarta beserta staf yang bertugas yang telah membantu penulis
selama ini.
3. Dr. Hj. Nadjematul Faizah. SH., M. Hum., dosen pembimbing yang
tulus meluangkan waktu dan selalu memberi bimbingan dan motivasi
kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
vi
4. Segenap Dosen Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta yang telah
mentranfer ilmunya kepada penulis.
5. Kepala Madrasah, segenap Guru dan Staf di MIN 1 Kota Tangerang
Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian ini.
6. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Suma`in dan Ibu Kaswati yang tak
pernah lupa dan lelah untuk mendo`akan dan memberi dukungan baik
moril maupun materil kepada penulis selama belajar di Institut Ilmu Al-
Qur`an (IIQ) Jakarta hingga selesai.
7. Kedua saudara laki-laki ku tersayang Heri Mahmudin dan Nuri Utomo
Serta Sepupuh Perempuan ku Nurma Yunita yang selalu memberi
dukungan dan motivasi selama belajar di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ)
Jakarta hingga selesai.
8. Sahabat-sahabat ku di kampung halaman (Jawa Timur), Asrama Al-
Husainy, Dzawata Afnan dan seluruh teman Tarbiyah D yang rela
menjadi teman-teman yang baik dalam menyelesaikan studi di Institut
Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
9. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi
ini baik moril maupun materil.
10. Seluruh teman-teman seperjuangan angakatan 2015, perjuangan kita tak
berhenti sampai disini, semoga Allah Swt. selalu memberi rahmat dan
keberkahan pada setiap langkah kita, AAMIIN…..
11. Adik-adik Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta yang selalu memberi
salam dan senyum semngat kepada peneliti.
vii
Semoga bantuan yang telah diberikan kepada peneliti tercatat sebagai
amal shalih yang diterima oleh Allah Swt. dan semoga setiap langkah kaki
kita mendapat ridha-Nya, AAMIIN….
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa peneliti
harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya, semoga Allah Swt. memberi manfaat bagi peneliti dan bagi
siapapun yang membacanya sebagai khazanah ilmu dan telaah diri dalam
dunia pendidikan Aamiin.
Jakarta, 02 Agustus 2019
Penulis,
Rohmatin Sholihah
viii
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ...................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN .......................................................................... iii
MOTTO ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………xiv
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................... xv
ABSTRAK……………………………………………………………...xviii
ABSTRACT .............................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 7
D. Perumusan Masalah ............................................................................ 8
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 8
G. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 8
H. Sistematika Penulisan ......................................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORI
A. Implementasi
1. Pengertian Implementasi ............................................................. 17
2. Tujuan Implementasi1 ................................................................. 18
ix
B. Pembelajaran ...................................................................................... 19
1. Pengertian Pembelajaran ............................................................. 19
2. Tujuan Pembelajaran ................................................................... 20
3. Metode Pembelajaran .................................................................. 22
4. Materi Pembelajaran .................................................................... 23
5. Proses Pembelajaran .................................................................... 24
6. Penilaian Proses Pembelajaran .................................................... 31
7. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran .................................. 32
3. Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ)
a. Pengertian Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) ............................. 36
b. Adab Membaca Al-Qur`an ................................................... 37
c. Dasar Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) .............. 39
d. Tujuan Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) ............ 40
e. Metode Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) .................................. 41
f. Materi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) ............. 45
g. Proses Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) ............. 48
h. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Baca Tulis Al-
Qur`an (BTQ) ....................................................................... 49
C. Kelas Bilingual dan Kelas Reguler
1. Kelas Bilingual
a. Pengertian Kelas Bilingual ................................................... 51
b. Tujuan Kelas Bilingual ......................................................... 53
c. Ciri-ciri Kelas Bilingual ....................................................... 54
d. Strategi Pengajaran Kelas Bilingual ..................................... 54
e. Kelebihan dan Kekurangan Kelas Bilingual ........................ 55
2. Kelas Reguler
a. Pengertian Kelas Reguler ..................................................... 56
b. Tujuan Kelas Reguler ........................................................... 57
x
c. Kurikulum Kelas Reguler ..................................................... 57
d. Kelebihan dan Kekurangan Kelas Reguler .......................... 58
BAB III KAJIAN METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 60
1. Lokasi Penelitian ........................................................................... 60
2. Waktu Penelitian ............................................................................ 60
B. Metode Penelitian ................................................................................. 61
C. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................... 62
D. Sumber Penelitian ................................................................................. 63
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 64
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 68
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Obyek Penelitian
a. Sejarah Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Kota Tangerang
Selatan ............................................................................................ 71
b. Profil Madrasah ............................................................................. 75
c. Visi dan Misi Madrasah ................................................................. 76
d. Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah ................................... 77
e. Sarana dan Prasarana Madrasah .................................................... 81
f. Siswa Madrasah ............................................................................. 82
g. Kurikulum Madrasah ..................................................................... 83
h. Prestasi Madrasah .......................................................................... 85
i. Aktifitas Belajar Mengajar ............................................................ 86
B. Menjawab Rumusan Masalah Implementasi Pembelajaran Baca Tulis
Al-Qur`an (BTQ) pada Kelas Bilingual dan Kelas Reguler (studi kasus
kelas V MIN 1 Kota Tangerang Selatan.
a. Hasil Observasi ................................................................................ 89
b. Deskriptif Data .………………………………………………….109
xi
c. Analisis Data..........………………………………………………135
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………...136
B. Saran………………………………………………………………….136
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….137
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xii
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Wawancara....................................................66
Tabel 4.1 Guru dan Kependidikan Madrasah………………………………77
Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Madrasah…………………………………81
Tabel 4.3 Siswa Madrasah………………………………………………….82
Tabel 4.4 Kurikulum Madrasah…………………………………………….83
Tabel 4.5 Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler………………………………...86
Tabel 4.6 Susunan Pengurus Komite Madrasah……………………………88
Tabel 4.7 Data Nilai Qira`ati Kelas V Bilingual……………………………89
Tabel 4.8 Data Nilai BTQ Kelas V A Reguler……………………………..91
Tabel 4.9 Data Nilai BTQ Kelas V B Reguler……………………………...93
Tabel 4.10 Daftar Rata-rata Nilai BTQ Semester Ganjil 2018/2019……….94
Tabel 4.11 Daftar Bobot Nilai BTQ ........................................................... .95
xiii
Daftar Gambar
Gambar 4.1 Ruang Kelas V Bilingual ......................................................... 96
Gambar 4.2 Ruang Kelas V A Reguler ........................................................ 97
Gambar 4.3 Ruang Kelas V B Reguler ........................................................ 98
Gambar 4.4 Kegiatan Klasikal Besar…………………………………….100
Gambar 4.5 Kegiatan Belajar menggunakan Alat Peraga………………..100
Gambar 4.6 Membaca Buku Qira`ati sesuai tingkatan masing-masing…..101
Gambar 4.7 Kegiatan Proses Pembelajaran Kelas V A Reguler................105
Gambar 4.8 Kegiatan Tadarus bersama-sama…………………………….107
Gambar 4.9 Kegiatan Guru menyimak murid……………………………108
Gambar 4.10 Wawancara Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum….112
Gambar 4.11 Wawancara Guru BTQ Kelas V B Reguler………………..124
Gambar 4.12 Wawancar Luviana Siswi Kelas V Bilingual………………126
Gambar 4.13 Wawancara Raisya Siswi Kelas V A Reguler......................129
Gambar 4.14 Wawancara Della Siswi Kelas V A Reguler……………….131
Gambar 4.15 Wawancara Sabrina Siswi Kelas V B Reguler……………..133
Gambar 4.16 Wawancara Zulaika Siswi Kelas V B Reguler……………..134
xiv
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Surat Permohonan Menjadi Pembimbing Skripsi
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Wawancara dan Penelitian
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 4 Hasil Wawancara
Lampiran 5 Dokumentasi
xv
Pedoman Transliterasi
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad
yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ, transliterasi
Arab-Latin mengacu pada berikut ini:
1. Konsonan
th : ط a : أ
zh : ظ b : ب
` : ع t : ت
gh : غ ts : ث
f : ؼ j : ج
q : ؽ h : ح
k : ؾ kh : خ
l : ؿ d : د
m : ـ dz : ذ
n : ف r : ر
w : ك z : ز
h : ق s : س
„ : ء sy : ش
y : م sh : ص
dh : ض
xvi
2. Vokal
Vokal tunggal vokal panjang vokal rangkap
Fathah : a آ : â .ي.. : ai
Kasrah : i ي : î .و.. : au
Dhammah : u و : û
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam ( ال ) qamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال ( qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
Al-Baqarah : البقرة
Al-Madinah : المدينة
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال ( syamsiyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال ( syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan
sesuai dengan bunyinya.
Contoh: الرجل : ar-rajul السيدة : as-Sayyidah
ad-Dârimî: الدارمي asy-syams : الشمس
c. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang
( ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd.
Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah
kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang
diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.
xvii
Contoh:
باللهآمنا : Âmannâ billâhi
Âmana as-Sufahâ′u : آمن السفهاء
Inna al-ladzîna : إف الذين
wa ar-rukka„i : كالركع
d. Ta Marbûthah (ة)
Ta Marbûthah ( ة ( apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti
oleh kata sifat (na„at), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi
huruf “h”.
Contoh:
فأئدةالأ : al-Af′idah
امعة ل الألأالأ ميةسأ : al-Jâmi„ah al-Islâmiyyah.
Sedangkan ta marbûthah ( ة) yang diikuti atau disambungkan
(di-washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi
huruf “t”.
Contoh:
.Âmilatun Nâshibah„ : عاملة ناصبة
ية الأك بػأرلالأ : al-Âyat al-Kubrâ.
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila telah dialihaksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan
yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan
awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan
lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih
aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan
ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan
xviii
kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri,
bukan kata sandangnya.
Contoh: „Alî Hasan al-„Âridh, al-„Asqallânî, al-Farmawî dan
seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Alqur‟an dan nama-nama
surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur‟an, Al-
Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.
xix
ABSTRAK
Rohmatin Sholihah. Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 14311629.
Judul Skripsi: “Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an
(BTQ) pada Kelas Bilingual dan Reguler (Studi kasus kelas V MIN 1
Kota Tangerang Selatan)”, Program studi Pendidikan Agama Islam
(PAI), Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, 2019.
Latar belakang masalah dari skripsi ini adalah adanya dua kelas di MIN
1 Kota Tangerang Selatan yakni kelas bilingual dan kelas regular. Dalam
bidang Al-Qur`an, terdapat perbedaan kemampuan membaca dan menghafal
Al-Qur`an serta hasil nilai pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) pada
kelas bilingual dan regular. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana implementasi pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) pada
kelas V bilingual, kelas V Areguler, dan kelas V B regular di MIN 1 Kota
Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif,
dengan teknik pengumpulan data melalui tiga cara yakni 1) observasi, yakni
penulis pengamati proses pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ),
suasana kelas, sarana dan prasaran pada kelas V bilingual, kelas V A & B
regular. 2) wawancara yakni, penulis melakukan wawancara kepada Kepala
madrasah, Wakil kepala madrasah bidang kurikulum, Guru BTQ kelas V
Bilingual dan kelas V A & B Reguler, serta peserta didik kelas V MIN 1
Kota Tangerang Selatan. 3) dokumentasi yakni, hasil nilai Baca Tulis Al-
Qur`an (BTQ), foto dengan narasumber wawancara, dan foto pada saat
pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) pada kelas V bilingual, kelas V A
& B reguler.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) Implementasi pembelajaran Baca
Tulis Al-Qur`an (BTQ) pada kelas V Bilingual dengan metode Qira`ati
hasilnya sangat baik, dengan rata-rata nilai yang diperoleh yakni 92, 2)
Implementasi pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) pada kelas V A
Reguler dengan metode Iqra` hasilnya baik, dengan rata-rata nilai yang
diperoleh yakni 85, 3) Implementasi pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an
(BTQ) pada kelas V B Reguler dengan metode Iqra‟ hasilnya baik, dengan
rata-rata nilai yang diperoleh yakni 82.
Kata Kunci: Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ)
xx
ABSTRACT
Rohmatin Sholihah. Student Master Number 15311629. Thesis title
“Implementation of Learning to Read and Write the Qur`an in
Bilingual and Regular Classes (Case stuy class V MIN 1 South
Tangerang City)”, Islamic Religius Education Study Program, Tarbiyah
Faculty of Al-Qur`an Sciences Institute in Jakarta, 2019.
The background problem of this thesis is that there are two classes in
MIN 1 South Tangerang City namely Bilingual class and Regular class. In
the field of Qur`an, there are differences in ability to read and memorize the
Al-Qur`an as well as the results of learning to read and write the Qur`an in
bilingual and regular classes. This research was conducted to find out how
the implementation of learning to read and write the Qur`an in class V
Bilingual, Regular V A class, and class V B Regular in MIN 1 South
Tangerang City. The study uses a qualitative descriptive method, with data
collection techniques in three ways namely 1) observation, the authors
observe the process of learning to read and write the Qur`an, class
atmosphere, facilities, and infrastructure in class V bilingual, class V A & B
regular. 2) Interviews namely, the authors conducted interviews with
Madrasah principals, deputy Madrasah principals in curriculum, BTQ
bilingual class V teachers, BTQ class V A & B regular teachers, and class V
MIN 1 students in South Tangerang City. 3) Documentation namely, the
results of reading and writing Al-Qur`an, photos with interwiewees, and
photos when learning to read and write Qur`an in class V bilingual, class V
A & B regular.
The results of research show that 1) the implementation of learning to
read and write the Qur`an in class V bilingual with Qira`ati metodh the
results are very good, with an average value of 92. 2) implementation of
learning and write the Qur`an in class V A regular with the Iqra` method the
results are good, with an average value obtained that is 85. 3)
implementation of learning and write the Qur`an in class V b regular with the
Iqra` method the results are good, with an average value obtained that is 82.
Keywords: Implementation of Learning to Read and Write the Qur`an.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur`an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan Allah Swt.
melalui malaikat jibril kepada Nabi Muhammad Saw. untuk disampaikan
kepada umat sebagai petunjuk dan sumber utama bagi umat Islam.
Menurut Ahsin Sakho Muhammad dalam bukunya Keberkahan Al-
Qur`an menjelaskan bahwa: “Al-Qur`an adalah “kalamullah” atau perkataan
Allah Swt. yang penuh dengan kesucian, sakralitas yang tinggi. Ia berisi
pesan-pesan kehidupan untuk umat manusia sebagai refleksi sifat-Nya yang
“Rahman dan Rahim” cinta kasihnya kepada makhluknya yang tak
terhingga”.1
Isi kandungan Al-Qur`an terdiri atas akidah, ibadah, muamalat, akhlak,
hukum, sejarah, kisah-kisah, dan dasar-dasar sains, yakni ilmu pengetahuan.
Namun dari semua isi kandungan tersebut, penulis fokus pada dasar-dasar
sains (ilmu pendidikaan). Al-Qur`an merupakan induk dan pusat ilmu
pendidikan, dimana semua ilmu baik ilmu umum atau ilmu agama
sumbernya ada pada Al-Qur`an, mulai dari ilmu ketuhanan (Aqidah), ilmu
pembentukan manusia (IPA), ilmu tentang bumi (Geografi), dan lain
sebagainya. Maka dari itu mempelajari Al-Qur`an merupakan kewajiban
mutlak bagi setiap umat islam, sebab semua ajaran islam bersumber pada Al-
Qur`an.
Al-Qur`an tidak begitu saja dapat mengubah dunia tanpa adanya usaha
untuk mengimplementasikannya. Dibutuhkan penafsiran untuk menggali
semua ajaran yang terkandung di dalamnya. Usaha ini kemudian dalam
1 Ahsin Sakho Muhammad, Keberkahan Al-Qur`an, (Jakarta : PT. Qaf Media Kreativa,
2017), hal. 13
2
konteks pendidikan Islam memunculkan nilai-nilai yang membawa umatnya
mampu menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Indikasi utama dalam
hal ini adalah surat Al-Alaq (96) ayat 1-5:2
“1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya”. (QS. Al-`Alaq (96): 1-5).
Dengan demikian dapat disimpulkan, supaya manusia menemukan jati
dirinya sebagai insan yang bermartabat maka harus menyelenggarakan
pendidikan/pembelajaran.
Adapun pengertian pendidikan menurut Undang-undang R.I No. 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS) pasal 1 ayat 1
menyebutkan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.”3
Adapun fungsi dan tujuan pendidikan telah dijelaskan dalam Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) No. 20 tahun 2003 BAB
II pasal 3 yakni:
2 Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam (fakta teoretis-filosofis dan aplikasi-normatif),
(Jakarta: Amzah, 2013), Hal. 43 3 Indonesia, Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik
Indonesia No. 20 tahun 2003, UU20-2003Sisdiknas.pdf, diakses tanggal 26 Februari 2019.
3
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”4
Sedangkan pembelajaran secara sederhana diartikan sebagai upaya untuk
membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai (efforts)
dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan
yang telah direncanakan. Pembelajaran dapat juga dikatakan sebagai
kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional untuk membuat
peserta didik belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar. Dengan kata lain bahwa pembelajaran merupakan upaya
membelajarkan peserta didik untuk belajar. Kegiatan ini mengakibatkan
peserta didik mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih efektif dan
efesien.5
Mendidik anak dalam membaca Al-Qur`an adalah suatu hal yang sangat
penting, karena membaca Al-Qur’an itu tidak boleh asal membaca dan harus
hati-hati. Salah dalam pengucapan makharijul huruf dan shifatul huruf akan
mempengaruhi arti dari bacaan Al-Qur`an tersebut. Kebanyakan umat Islam
di abad modern ini kurang memperhatikannya, maka akibatnya banyak anak-
anak muda Islam yang tidak mampu membaca Al-Qur`an dengan benar.
Masalah ini harus diatasi agar umat Islam membaca Al-Qur`an dengan
benar, mengerti isi kandungannya dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
4 Indonesia, Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik
Indonesia No. 20 tahun 2003, UU20-2003Sisdiknas.pdf, diakses tanggal 23 Juli 2019. 5 Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya:Citra Media. 1996), Hal. 19
4
Berdasarkan hal tersebut, pemerintah memberikan perhatian khusus
terhadap kemampuan baca tulis Al-Qur`an dikalangan umat Islam. Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 21 Tahun 2016
tentang standar isi adalah peraturan yang telah dibuat untuk mendukung
kegiatan baca tulis Al-Qur`an (BTQ).
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Kota Tangerang Selatan adalah
sekolah agama negeri yang terletak di Jl. Dewi Sartika Gg. Masjid Ar-
Riyadh Cipayung Ciputat Tangerang Selatan. Adapun visi misi yang dimiliki
MIN 1 Kota Tangerang Selatan adalah terwujudnya manusia yang cerdas,
berwawasan luas, memiliki keterampilan mandiri dan berakhlak mulia,
meningkatkan daya saing lulusan, serta kualitas pendidikan dengan mengacu
pada standar pendidikan nasional juga meningkatkan kualifikasi dan
profesionalisme bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan lainnya
melalui pelatihan-pelatihan. Sedangkan misi yang dimiliki sekolah ini adalah
mengembangkan program tahfidz, tartil dan tahsin Al-Qur`an.
MIN 1 Kota Tangerang Selatan memiliki dua kelompok kelas yakni
kelas regular dan kelas bilingual. Program kelas bilingual adalah sebuah
program pembelajaran dimana Bahasa Inggris dan Arab menjadi bahasa
instruksi (classroom language) dan digunakan dalam daily language, di
samping murid mendapatkan pelajaran bahasa Inggris 10 jam dalam
seminggu. Dalam program Bilingual kelas didesain sedemikian rupa
sehingga memungkinkan anak dapat belajar dengan sentuhan personal dan
bimbingan dari tenaga pengajar yang profesional sehingga perkembangan
spritual, intelektual, emosional, sosial dan fisik mereka terpantau secara
memadai.
Program Kelas Bilingual menggunakan kurikulum KTSP MIN Ciputat
serta diperkaya dengan program Bahasa Inggris dari Cambridge YLG
(Young Learner Go) yang terdiri dari 3 buku starter, Mover dan Hayer serta
5
Computer Science. Selain Cambridge program kelas Bilingual juga
menggunakan program MPH (My Pals are Here) untuk Science dan Math
dari Marshall Caverdish Singapura. Untuk Pembelajaran PAI Kelas
Bilingual mengacu kepada Permenag RI no.2 tahun 2008 tentang Standar Isi
PAI dan Bahasa Arab untuk Madrasah Ibtidaiyah dengan tambahan Bahasa
Arab menjadi 4 jam per minggu, Program Tahfidz Al-Qur’an juz 29 – 30
serta Baca Tulis Al-Qur’an metode Qiro’ati.
Berdasarkan wawancara singkat yang peneliti lakukan dengan wali kelas
bilingual kelas lima Sarajevo Pak Iwo, mengungkapkan bahwa:
“Pembelajaran Qiro`ati disini berlaku untuk siswa kelas satu sampai kelas
enam. Ketika pembelajaran berlangsung, terdapat tiga guru qira`ati yang
mengajar dalam kelas, dimana setiap guru mengajar tingkatan/jilid yang
berbeda, karena setiap anak dalam satu kelas memiliki tingkatan atau jilid
yang berbeda.”6
Sedangkan pada kelas regular, kegiatan belajar mengajarnya tidak
menggunakan dua bahasa seperti halnya kelas bilingual, kelas regular hanya
menggunakan satu bahasa, yakni bahasa Indonesia. Namun untuk kurikulum
pendidikan, berpedoman pada Keputusan Menteri Agama nomor 165 Tahun
2014 tentang Pedoman Kurikulum Madrasah 2013. Namun Alokasi jam pada
pembelajaran berbeda dengan juklak pada penerapan Kurikulum 2013, yang
disesuaikan dengan kebutuhan siswa MIN 1 Kota Tangerang Selatan.
Berdasarkan wawancara singkat peneliti dengan guru BTQ pada kelas V
A regular, Bu Anis mengungkapkan bahwa:
“Pembelajaran BTQ pada kelas reguler berlaku untuk kelas satu sampai
kelas enam, dimana kegiatan tersebut dilakukan pada pukul 07.30
sampai pukul 08.30. Untuk metode, disesuaikan dengan guru yang
mengajar, ada yang menggunakan metode Iqro’, Talaqqi, Ceramah,
Tanya jawab, dan lain-lain. Namun tujuan utamanya adalah untuk
membantu tercapainya target hafalan surat-surat yang telah ditentukan
6 Wawancara dengan Pak Iwo, Wali Kelas V Bilingual, Ciputat, 24 April 2019
6
sekolah pada setiap jenjang kelas, dan untuk ilmu tajwidnya hanya
mengulang dan menguatkan materi yang sudah diajarkan pada pelajaran
Al-Qur`an Hadis.”7
Pernyataan diatas peneliti menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan
pada pembelajaran BTQ pada kelas regular dan bilingual. Sedangkan dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Tahun 2003
BAB III pasal 4 tentang Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan menjelaskan
bahwa: “Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajmukan bangsa.”8
Selama dua bulan peneliti melaksanakan kegiatan Praktek Profesi
Keguruan Terpadu (PPKT) disana terdapat perbedaan yang signifikan antara
kelas bilingual dengan kelas regular, mulai dari jumlah siswa dalam satu
kelas, fasilitas kelas, jam pelajaran, dan hasil belajar siswa. Untuk kelas
bilingual, jumlah siswa dalam satu kelas adalah 28 siswa, fasilitas lebih
lengkap dan nyaman, ada AC, Proyektor, dan alat-alat pendukung
pembelajaran yang lain. Sedangkan pada kelas regular hanya dilengkapi
dengan kipas dan jika ingin menggunakan proyektor harus pinjam ke kantor
dan jumlah siswa dalam satu kelas sebanyak 39 siswa.
Berdasarkan data hasil nilai PAI pada tiga kelas yakni kelas V bilingual,
kelas V A, dan kelas V B yang penulis peroleh, penulis menemukan
perbedaan pada nilai hasil belajar pada kelas bilingual dan kelas regular.
Pada kelas V bilingual rata-rata nilai PAI yang diperoleh siswa adalah mulai
dari 90-95. Sedangkan untuk kelas regular rata-rata nilai yang diperoleh
siswa adalah mulai dari 75-90, dengan nilai KKM masing-masing mata
pelajaran 70. Pada pembelajaran BTQ, kemampuan menghafal dan membaca
Qur`an antara kelas bilingual dan regular juga terdapat perbedaan.
7 Wawancara dengan Bu Anis, Guru BTQ Kelas V A Reguler, Ciputat, 30 April 2019
8 Indonesia, Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia,
No. 20 tahun 2003, UU20-2003Sisdiknas.pdf, diakses tanggal 23 Juli 2019.
7
Dari latar belakang masalah di atas kemudian penulis tertarik untuk
lebih jauh meneliti tentang pemeblajaran BTQ, sehingga penulis ingin
meneliti dengan judul “Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an
(BTQ) pada Kelas Bilingual dan Reguler (Studi Kasus Siswa Kelas V MIN 1
Kota Tangerang Selatan ”.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah pengenalan masalah dengan mendaftar
faktor-faktor yang berupa permasalahan. Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu:
1. Implementasi Pembelajaran BTQ pada kelas Reguler.
2. Implementasi pembelajaran BTQ pada kelas Bilingual.
3. Alokasi waktu pembelajaran BTQ di MIN 1 Kota Tangerang Selatan.
4. Metode yang berbeda pada pembelajaran BTQ antara kelas bilingual
dan reguler.
5. Perbedaan fasilitas dalam kelas pada kelas bilingual dan reguler.
6. Perbedaan jumlah siswa perkelas pada kelas bilingual dan reguler.
7. Perbedaan hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) pada kelas
bilingual dan reguler.
8. Perbedaan kemampuan membaca Al-Qur`an pada kelas regular dan
bilingual.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan permasalahan, penulis membatasi beberapa
masalah yang akan dikaji yaitu:
“Implementasi pembelajaran BTQ pada Kelas Bilingual dan Reguler”.
Penulis membatasi karena ingin mengetahui pelaksanaan pembelajaran
dan hasil pembelajaran BTQ pada kelas V Bilingual, kelas V A Reguler ,
dan kelas V B Reguler.
8
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalahan diatas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan yaitu: “Bagaimana implementasi
pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) di MIN 1 Kota Tangerang
Selatan pada kelas V bilingual dan reguler”.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama yaitu untuk mengetahui
bagaimana implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) di MIN
1 Kota Tangerang Selatan kelas V bilingual dan kelas V reguler.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat diantaranya:
1. Secara teoritis, dengan penelitian ini dapat diketahui signifikan
implementasi pembelajaran BTQ.
2. Secara praktis, bagi penulis khususnya dan siswa MIN 1 Kota
Tangerang Selatan, hasil ini diharapkan dapat membantu praktisi,
memberikan informasi dalam upaya guru untuk mengoptimalkan peserta
didik.
G. Tinjauan Pustaka
Selanjutnya sebagai bahan rujukan penulis, berikut ini dipaparkan
beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan variable-variabel
yang diteliti dalam penelitian ini
1. Titri Andiana, NIM. 2811123218 Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Tulungagung Tahun 2016, dengan judul skripsi
“Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Metode An-
Nahdliyah dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Siswa MTs Al-Ma’arif Tulungagung”. Skripsi ini disusun berdasarkan
data lapangan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
9
penelitian deskriptif. Sumber data utama adalah guru Baca Tulis Al-
Qur’an (BTQ). Teknik pengumpulan data dengan menggunakan
observasi partisipan, wawancara dan dokumentasi. Dan analisis data
menggunakan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.
Hasil penelitian menujukan bahwa: (1) Guru menerapkan strategi
pembelajaran ekspositori dan strategi inkuiri sebagai upaya untuk
mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal. Pendekatan yang
digunakan yaitu pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered
approach) dan pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered
approach). Metode pembelajaran yang digunakan variatif, yaitu metode
drill, metode ceramah, metode tanya jawab, dan metode demonstrasi
sesuai dengan metode penyampaian dari metode An-Nahdliyah.
Menerapkan model pembelajaran PAIKEM, sehingga siswa aktif,
kreatif, senantiasa inovatif pembelajaran menjadi efektif dan siswa juga
merasa senang saat pembelajaran. (2) Hasil belajar dari pembelajaran
Baca Tulis Al-Qur’an dapat dikatakan cukup berhasil, karena
sebelumnya banyak yang belum bisa membaca Al-Qur’an, bahkan
belum mengenal huruf hijaiyah tapi sekarang sudah meningkat dan bisa
membaca Al-Qur’an.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah kesamaan
dalam meneliti implementasi pembelajaran BTQ. Perbedaanya adalah
penelitian ini meneliti pembelajaran BTQ Metode An-Nahdliyah dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an sedangkan penelitian
penulis pembelajaran BTQ pada siswa bilingual dan regular.
2. Haris Adiantoro, NIM: A510130264 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta Tahun 2017, dengan judul ” Implementasi
Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an di Kelas III SDIT Muhammadiyah
10
Al-Kautsar Tahun 2017 “. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan desain deskriptif analitik. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik
analisis data dengan langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan
triangulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Perencanaan pembelajaran
Baca Tulis Al-Qur’an di SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar fokus
utamanya pada pelajaran Iqra’. Untuk dapat menyampaikan
pembelajaran dengan baik dan terkoordinir pembelajaran Iqra’
menggunakan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang telah isusun guru pelaksana pembelajaran untuk mencapai tujuan
yang telah di rencanakan, 2) Pelaksanaan pembelajaran Baca Tulis Al-
Qur’an dikelas III SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar dilakukan dengan
beberapa tahap, mulai dari tahap awal (pembukaan dan apersepsi), tahap
inti (penanaman konsep, latihan dan keterampilan), dan tahap akhir
pembelajaran (evaluasi dan penutup), 3) Evaluasi Pembelajaran Baca
Tulis Al-Qur’an di Kelas III SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar, Evaluasi
ini menggunakan tes lisan dan tes tertulis untuk mengetahui
ketercapaian materi pembelajaran yang telah disampaikan. Biasanya
guru melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran, ulangan tengah
semester dan Ulangan Akhir Semester dengan pertanyaan lisan maupun
tertulis.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah kesamaan
dalam meneliti implementasi pembelajaran BTQ. Perbedaanya adalah
penelitian ini meneliti pada Kelas III SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar
Tahun 2017, sedangkan penelitian penulis pada siswa bilingual dan
regular.
11
3. Vivin Andria Suviana, NIM: 2811123227 Jurusan Ilmu Pendidikan
Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Tulungagung Tahun 2017, dengan judul Skripsi
“Implementasi Praktikum Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) dalam
Mengembangkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Mahasiswa
Jurusan Tadris Matematika (TMT) FTIK IAIN Tulungagung Tahun
2015”. Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui
pelaksanaan dan hasil praktikum BTQ dalam meingkatkan kemampuan
menghafal Al-Qur’an Mahasiswa FTIK Jurusan TMT IAIN
Tulungagung Tahun 2015. Dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan menggunakan jenis penelitian deksriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan praktikum BTQ
dilakukan secara kondisional sesuai dengan kesepakatan dari masing-
masing mentor dengan mahasiswa praktikan. Begitu pula dengan tempat
pelaksanaan BTQ. Sebagian besar mahasiswa menggunakan ruang kelas
sebagai alternatif utama. Namun tidak jarang juga mereka
memanfaatkan fasilitas yang lain seperti masjid, lapangan basket,
gazebo, ma’had dan lainnya jika tidak mendapat lokal kosong.
Pelaksanaan mentor menggunakan beberapa metode diantaranya setoran
secara langsung, simak menyimak kepada teman sejawat dengan sistem
halaqah dan juga estafet ayat.
Adapun kendala yang di biasa di alami oleh Mentor ialah terkait
waktu dan tempat pelaksanaan yang tidak terjadwal sehingga
pelaksanaanya pun menjadi kurang kondusif. Selain itu, minat
mahasiswa yang kurang bersemangat mengikuti BTQ menjadikan
mentor lebih ekstra lagi dalam membimbing. Salah satu upayanya ialah
dengan melibatkan teman sejawat mere ka untuk membantu menyimak
hafalan. Sehingga mahasiswa yang awalnya hanya menghafal surat-surat
12
tertentu saja akan tetapi setelah adanya BTQ mereka dapat menambah
hafalan surat-surat pendek. Terbukti telah terpenuhinya hafalan surat-
surat pendek mulai dari surat An-Nass hingga Asy-Syams, 3 ayat
terakhir surat Al-Baqoroh dan juga Yaasin yang terdapat dalam kartu
kendali BTQ.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah kesamaan
dalam meneliti implementasi pembelajaran BTQ. Perbedaanya adalah
penelitian ini meneliti Mengembangkan Kemampuan Menghafal Al-
Qur’an Mahasiswa Jurusan Tadris Matematika (TMT), sedangkan
penelitian penulis pembelajaran BTQ pada siswa bilingual dan regular.
4. Tati Siti Fajriyah, NIM. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta Tahun 2018, dengan
judul skripsi “ Efektifitas Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ)
(Studi kasus di SD Islam Al-Syukro). Penelitian ini merupakan jenis
penelitian kualitatif, sumber data primer diperoleh dari kepala sekolah,
guru Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ), dan siswa kelas V A SDI Al-Syukro,
sedangkan data sekunder berasal dari buku dan literature lainnya sebagai
pelengkap data primer. Data diperoleh melalui teknik pengumpulan data
yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode analisis data
menggunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran baca tulis Al-
Qur`an (BTQ) di SD Islam Al-Syukro dinilai efektif karena
keberhasilannya dalam mencapai target yang telah ditentukan. Target
siswa kelas V dalam bidang baca tulis Al-Qur`an adalah dapat membaca
Al-Qur`an dengan lancar dan tartil serta menuliskan tekas Arab dengan
rapid an terbaca. Efektivitas pembelajaran baca tulis Al-Qur`an
dipengaruhi oleh bagaimana para guru menerapkan pembelajaran baca
tulis Al-Qur`an kepada siswa. Penggunaan media pengajaran dan
13
kemampuan guru dalam penguasaan kelas juga mempengaruhi
efektivitas pembelajaran baca tulis Al-Qur`an di SD Islam Al-Syukro.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah kesamaan
dalam meneliti pembelajaran BTQ. Perbedaanya adalah penelitian ini
meneliti tentang efektivitas sedangkan penelitian penulis implementasi
pembelajaran BTQ pada siswa bilingual dan regular.
5. Silvia Henwidia, NIM. 14311412 Jurusan Pendidikan Islam (PAI)
Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an Tahun 2018, dengan judul
skripsi “ Strategi Pembelajaran dalam Meningkatkan Kemampuan Baca
Tulis Al-Qur`an (BTQ) di SDIT Al-Azkar Pamulang”. Pada penelitian
ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan teknik
pengumpulan data yaitu dengan menggunakan data, observasi,
wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa strategi
pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur`an
(BTQ) yaitu menggunakan metode Yanbu`a dan metode Ummi dan
mampu meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur`an di SDIT Al-
Azkar.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah kesamaan
dalam meneliti tentang pembelajaran BTQ. Perbedaanya adalah
penelitian ini meneliti pembelajarn dalam meningkatkan kemampuan
Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ), sedangkan penelitian penulis tentang
implementasi pembelajaran BTQ pada siswa bilingual dan regular.
6. Lailatul Mahmuda, NIM. 14311372 Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta Tahun 2018,
dengan judul skripsi “Penerapan Pendidikan Berintegrasi Imtak pada
Mata Pelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) di Sekolah (Studi kasus di
SMP Islamiyah Ciputat). Adapun pendekatan yang dipakai dalam
14
penulisan skripsi ini adalah pendekata kualitatif. Sedangkan jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus. Penentuan
sumber data pada orang yang diwawancara menggunakan teknik
purposive sampling. Untuk memperoleh data lapangan, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data yaitu, wawancara, observasi dan
dokumentasi sebagai teknik utama.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pendidikan
berintegrasi Imtak pada mata pelajaran baca tulis Al-Qur`an (BTQ) di
SMP Islamiyah Ciputat diterapkan oleh pihak sekolah dengan
memberikan kegiatan-kegiatan tambahan, yaitu: siswa-siswi melakukan
tadarus selama 15 menit sebelum pelajaran BTQ dimulai, sebelum
pulang sekolah siswa-siswi wajib membaca surat Al-Asr bersama-sama,
kajian kandungan juz Amma menjadi materi khusus di kelas, pada
waktu tertentu, pihak sekolah mengadakan perlombaan tahfidz di
sekolah, setiap jum`atnya pihak mengadakan kegiatan dzikir pagi
dilanjutkan dengan shalat dhuha berjama`ah bersama 3 unit pendidikan
lainnya yaitu SMK, MA, dan MTs Islamiyah, kegiatan ini dilaksanakan
agar tujuan pembalajaran siswa-siswi tercapai dengan optimal.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah kesamaan
dalam meneliti pembelajaran BTQ. Perbedaanya adalah penelitian ini
meneliti Penerapan Pendidikan Berintegrasi Imtak pada Mata Pelajaran
Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ), sedangkan penelitian penulis
pembelajaran BTQ pada siswa bilingual dan regular.
H. Sistematika Penulisan
Mengenai sistematika dan tehnik penulisan proposal ini, penulis
mengacu pada buku pedoman skripsi yang diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-
Qur`an (IIQ) Jakarta cetakan ke-II tahun 2011 dan untuk memperoleh
gembaran jelas tentang isi materi yang terkandung dalam proposal ini, maka
15
penulis menuangkan proposal ini ke dalam I bab dengan sistematika sebagai
berikut:
Bab pertama adalah Pendahuluan yang memuat latar belakang,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan teori.
Bab kedua adalah Kajian Teori yang berisikan implementasi
pembelajaran BTQ yang terdiri dari tiga sub judul yaitu: 1) Implementasi
yang terdiri dari Pengertian implementasi, Tujuan implementasi, 2)
Pembelajaran, yang terdiri dari Pengertian pembelajaran, Tujuan
pembelajaran, Metode pembelajaran, Materi Pembelajaran, Proses
pembelajaran, Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran, dan Faktor yang
mempengaruhi pembelajaran, 3) Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) yang terdiri
dari Pengertian Baca Tulis Al-Qur`an, Adab Membaca Al-Qur`an, Dasar
Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an, Tujuan Pembelajaran Baca Tulis Al-
Qur`an, Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an, Materi Pembelajaran
Baca Tulis Al-Qur`an, Proses Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an, Faktor
yang Mempengaruhi Baca Tulis Al-Qur`an.
Kajian teori selanjutnya adalah kelas bilingual dan kelas regular dengan
sub judul yaitu : Pengertian kelas bilingual, Tujuan kelas bilingual, Ciri-ciri
kelas bilingual, Strategi pengajaran kelas bilingual, Kelebihan dan
kekurangan kelas bilingual, sedangkan Reguler meliputi: Pengertian kelas
regular, Tujuan kelas regular, kurikulum kelas regular, dan Kelebihan dan
kekurangan kelas regular.
Bab ketiga adalah Metode Penelitian yang terdiri atas Lokasi dan waktu
penelitian, Metode penelitian, Pendekatan dan jenis penelitian, Sumber
penelitian, Teknik pengumpulan data dan Teknik analisis data.
16
Bab keempat adalah Hasil Penelitian yang terdiri dari dua sub yaitu: 1)
Kajian Obyek Penelitian yang berisikan Sejarah Madrasah Ibtidaiyah Negeri
(MIN) 1 Kota Tangerang Selatan, Profil Madrasah, Visi, Misi dan Tujuan
Madrasah, Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah, Sarana Prasarana
Madrasah, Jumlah Siswa Madrasah, Kurikulum Madrasah, Prestasi
Madrasah, dan Aktifitas Belajar Mengajar Madrasah, 2) Hasil analisis data.
Bab kelima adalah Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran
17
17
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Implementasi
1. Pengertian Implementasi
Kata implementasi berasal dari bahasa Inggris “ to implement”
artinya mengimplementasikan. Secara umum implementasi adalah
suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah
disusun secara matang dan terperinci.1 Sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Implementasi yaitu pelaksanaan /
penerapan. Berikut pengertian Implementasi menurut para ahli:
a. Menurut Purwanto dan Sulistyastuti; “Implementasi intinya
adalah kegiatan untuk mendistribusikan keluaran kebijakan (to
deliver policy output) yang dilakukan oleh para implementor
kepada kelompok sasaran (target group) sebagai upaya untuk
mewujudkan kebijakan”.2
b. Menurut Nurdin Usman; “Implementasi adalah aktivitas, aksi,
tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi
bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan direncanakan
untuk mencapai tujuan kegiatan.”3
c. Menurut Guntur Setiawan; “Implementasi adalah perluasan
aktivitas proses interaksi yang saling menyesuaikan antara
1Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: Grasindo,
2002), hal. 70
2Purwanto dan Sulistyastuti , Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi
Kebijakan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 21.
3Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum,..., hal. 70
18
tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan
jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.”4
Dari pengertian-pengertian di atas peneliti menyimpulkan
bahwa implementasi adalah suatu kegiatan yang terencana, bukan
hanya sekedar aktifitas, tetapi dilakukan dengan sungguh-sungguh
berdasarkan norma-norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
Implementasi atau penyampaian materi pembelajaran
merupakan langkah dari sistem desain pembelajaran. Langkah
implementasi sering diasosiasikan dengan penyelenggaraan program
pembelajaran itu sendiri. Langkah ini memang mempunyai makna
adanya penyampaian materi pembelajaran dari guru atau instruktur
kepada peserta pendidikan dan pelatihan.
2. Tujuan Implementasi
Tujuan utama dari tahap implementasi, yang merupakan
langkah realisasi desain dan pengembangan adalah sebagai berikut.5
a. Membimbing siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran atau
kompetensi.
b. Menjamin terjadinya pemecahan masalah/solusi untuk
mengatasi kesenjangan hasil belajar yang dihadapi oleh siswa.
c. Memastikan bahwa pada akhir program pembelajaran siswa
perlu memiliki kompetensi, pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang diperlukan.
4Guntur Setiawan, Impelemtasi dalam Birokrasi Pembangunan, (Jakarta : Balai
Pustaka, 2004), hal. 39
5Nurliani Siregar, “ Belajar dan Pembelajaran”, Jurnal, Hal. 17 diakses Tanggal, 17
April 2019.
19
B. Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Ditinjau dari sudut kebahasaan, pembelajaran berasal dari kata
ajar, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ajar
merupakan kata benda yang berarti petunjuk yang diberikan kepada
orang agar diketahui.6 Sedangkan secara sederhana pembelajaran
dapat diartikan sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau
kelompok orang melalui berbagai (efforts) dan berbagai strategi,
metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah
direncanakan.7
Beberapa ahli mengemukakan tentang pengertian pembelajaran
diantaranya:
a. Menurut Mohammad Surya, Pembelajaran adalah suatu proses
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.8
b. Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 menyatakan bahwa: “Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.”9
c. Menurut Demar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
6Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013), hal. 19
7Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakrya, 2016), Hal.
4
8Abdul Majid, Strategi Pembelajaran,… Hal. 4
9Indonesia, Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU Nomor 20
Tahun 2003, Pasal 1
20
perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi dalam
mencapai tujuan pembelajaran.10
d. Menurut Arief Sadiman, pembelajaran adalah usaha-usaha yang
terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar
terjadi proses belajar dalam diri siswa.11
Berdasarkan pengertian di atas, maka peneliti menyimpulkan
bahwa pembelajaran adalah suatu proses dalam pendidikan berupa
interaksi antara pendidik dengan peserta didik pada suatu
lingkungan belajar, dimana pendidik menyampaikan materi
pembelajaran dengan didukung oleh metode, media, dan lain
sebagainya sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Maka dapat disimpulkan implementasi pembelajaran adalah
penerapan suatu kegiatan berupa interaksi antara pendidik dengan
peserta didik dimana didalamnya terdapat tujuan, metode, media,
dan evaluasi yang saling terkait dalam suatu lingkungan belajar.
2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu
pembelajaran. Karena tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai
pada akhir pembelajaran, atau dengan kata lain tujuan adalah alasan
terlaksananya pembelajaran.
Dalam bahasa Arab, tujuan dinyatakan dengan ghayat atau andaf
atau maqasid. Kemudian, dalam bahasa Inggris, tujuan dinyatakan
dengan goal atau purpose atau objective atau aim. Secara umum,
semua istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama, yaitu
10Abdul Majid, Strategi Pembelajaran,..., Hal. 4
11
Cecep Kustandi & Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran; Manual dan Digital,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hal. 5
21
perbuatan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu atau arah,
maksud yang hendak dicapai melalui aktifitas atau upaya.12
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”13
Dalam Undang-undang Permendikbud No. 22 Tahun 2016 pada
BAB III Perencanaa Pembelajaran menyebutkan bahwa: “Tujuan
pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur,
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan”.14
Dalam proses belajar pasti ada suatu tujuan yang ingin dicapai,
ada beberapa hal yang menjadi tujuan dalam belajar. Klasifikasi hasil
belajar menurut Benyamin Bloom, yaitu:
a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajara intelektual yang
terdiri dari enam aspek yang meliputi pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek yang meliputi penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi,
dan internalisasi.
12 Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan,… Hal. 89
13
Indonesia, Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU Nomor 20
Tahun 2003, Pasal 3
14
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (PERMENDIKBUD) Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah, BAB III (Perencanaan Pembelajaran), PERMENDIKBUD No. 22 Tahun
2016
22
c. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar yang berupa
ketrampilan dan kemampuan bertindak, meliputi enam aspek
yakni gerakan refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan
perceptual, ketepatan, keterampilan kompleks, dan gerakan
ekspresif dan interpretatif. 15
3. Metode Pembelajaran
Metode, dalam bahasa Arab, dikenal dengan istilah Thariqah
yang berarti langkah-langkah strategis yang siapkan untuk melakukan
suatu pekerjaan. Dalam pendidikan metode dapat juga diartikan
sebagai cara yang digunakan oleh pendidik dalam mengadakan
hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses
pembelajaran.16
Para Ahli mendefinisikan metode sebagai beriku:
a. Menurut Hamdani dalam bukunya yang berjudul Strategi Belajar
Mengajar menyebutkan bahwa “Metode merupakan cara yang
dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan
siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.”17
b. Menurut Fathurrahman Pupuh, yang dikutip Muhammad Rohman
dan Sofan Amri, menjelaskan bahwa “Metode secara harfiah
berarti cara dalam pemakaian yang umum, metode diartikan
sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai
tujuan tertentu.”18
15Nurliani Siregar, “Belajar dan Pembelajaran”, Jurnal, hal. 6 diakses Tanggal, 17
April 2019.
16Esi Hairani, dan Reksiana, Modul Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, 2017), hal. 2
17
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hal. 80
18
Muhammad Rohman, Strategi dan Desain Pengembangan System Pembelajaran,
(Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2013), hal. 28.
23
c. Menurut Ngalimun dalam bukunya Strategi dan Model
Pembelajaran menyebutkan bahwa “Metode adalah suatu cara
yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.”19
Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa
metode adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan pendidik untuk
mencapai tujuan dalam proses pembelajaran.
Terdapat bermacam-macam metode dalam pembelajaran. Seperti
ceramah, Tanya jawab, diskusi, resitasi, kerja kelompok, demonstrasi,
dan eksperimen, sosiodrama (role playing), problem solving, sistem
regu (team teaching), latihan (drill), karyawisata (field trip), survei
masyaratakat, dan simulasi.20
Adapun fungsi metode, tercantum dalam Undang-undang
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan
pada BAB III Perencanaan Pembelajaran menyebutkan bahwa:
“Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai
KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang
akan dicapai.”21
4. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan bagian penting dalam proses
belajar mengajar. Bukan hanya sekedar uraian yang tertera dalam
buku sumber atau sumber lainnya, melaikan penentu keberhasilan
19 Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo,
2014). Hal. 14.
20
Imas Kurniasih & Berlin Sani, Lebih Memahami Konsep dan Proses Pembelajaran
(Implementasi dan Praktek dalam Kelas), (Jakarta: Kata Pena, 2017), hal. 6
21
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (PERMENDIKBUD) Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah, BAB III (Perencanaan Pembelajaran), PERMENDIKBUD No. 22 Tahun
2016
24
belajar mengajar yang berkaitan dengan ketercapaian tujuan
pengajaran, serta menentukan kegiatan belajar mengajar.
Bahan ajar adalah bagian integral dalam kurikulum sebagaimana
yang telah ditentukan dalam garis-garis besar program pengajaran.
Oleh karena itu, bahan pengajaran atau materi pembelajaran pada
hakikatnya adalah kurikulum itu sendiri.22
Pedoman untuk materi pembelajaran sudah dijelaskan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (PERMENDIKBUD)
No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah pada BAB III tentang Tingkat Kompetensi Dan Ruang
Lingkup Materi.
5. Proses Pembelajaran
a. Perencanaan Pembelajaran
Dalam melaksanakan suatu pembelajaran harus diawali
dengan kegiatan perencanaan pembelajaran. Perencanaan
memiliki fungsi penting agar pembelajaran menjadi lebih terarah,
dalam membuat perencanaan pembelajaran banyak aspek yang
harus dipertimbangkan oleh guru. Oleh karenanya agar
pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat
meraih tujuanyang diharapkan, maka dalam menyusun learning
design perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan metode pembelajaran.23
Adapun pengertian Perencanaan Pembelajaran di Indonesia
adalah suatu proses penyusunan alternativ kebijaksanaan
mengatasi masalah yang akan dilaksanakan dalam rangka
22Ibrahim dan Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,
1996), Hal. 101
23
Imas Kurniasih & Berlin Sani, Lebih Memahami Konsep dan Proses Pembelajaran
(Implementasi dan Praktek dalam Kelas),…hal. 6
25
pencapaian tujuan pembangunan pendidikan nasional dengan
mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang
sosial ekonomi, social budaya, dan kebutuhan pembangunan
secara menyeluruh terhadap pendidikan nasional.24
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(PERMENDIKBUD) No. 22 Tahun 2016 menjelaskan bahwa:
“Perencanaan Pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada
Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan
sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario
pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan
pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka
pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran.
Sedangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah
rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan
atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan
kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai
Kompetensi Dasar (KD)”.
Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun
berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali pertemuan
atau lebih.”25
24Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011), hal. 7
25
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (PERMENDIKBUD) Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah, PERMENDIKBUD No. 22 Tahun 2016, BAB III (Perencanaan
Pembelajaran)
26
Jadi, setiap pembelajaran harus memiliki rencana
pembelajaran berupa RPP dan Silabus untuk mempermudah
proses tercapainya tujuan suatu pembelajaran.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak begitu saja dilakukan
dengan tanpa aturan, dalam PERMENDIKBUD No. 22 Tahun
2016 BAB IV tentang Pelaksanaan Pembelajaran menerangkan
bahwa:
1) Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
a) Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembelajaran
SD/MI : 35 menit
b) Rombongan belajar
Jumlah rombongan belajar per satuan pendidikan
dan jumlah maksimum peserta didik dalam setiap
rombongan belajar dinyatakan dalam tabel berikut:
No Satuan
Pendidikan
Jumlah
Rombongan
Belajar
Jumlah
Maksimum
Peserta Didik
Per
Rombongan
Belajar
1. SD/MI 6-24 28
c) Buku Teks Pelajaran
Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pembelajaran yang jumlahnya
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
27
d) Pengelolaan Kelas dan Laboratorium
(1) Guru wajib menjadi teladan yang baik bagi peserta
didik dalam menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya serta mewujudkan kerukunan
dalam kehidupan bersama.
(2) Guru wajib menjadi teladan bagi peserta didik
dalam menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan
proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
(3) Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk
peserta didik dan sumber daya lain sesuai dengan
tujuan dan karakteristik proses pembelajaran.
(4) Volume dan intonasi suara guru dalam proses
pembelajaran harus dapat didengar dengan baik
oleh peserta didik.
(5) Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas
dan mudah dimengerti oleh peserta didik.
(6) Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan
kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik.
(7) Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan,
kenyamanan, dan keselamatan dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran.
28
(8) Guru memberikan penguatan dan umpan balik
terhadap respons dan hasil belajar peserta didik
selama proses pembelajaran berlangsung.
(9) Guru mendorong dan menghargai peserta didik
untuk bertanya dan mengemukakan pendapat.
(10) Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.
(11) Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada
peserta didik silabus mata pelajaran; dan
(12) Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran
sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.
2) Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran merupakan implementasi dari
RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
a) Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib:
(1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik
untuk mengikuti proses pembelajaran;
(2) memberi motivasi belajar peserta didik secara
kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar
dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan
contoh dan perbandingan lokal, nasional dan
internasional, serta disesuaikan dengan karakteristik
dan jenjang peserta didik;
(3) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari;
29
(4) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi
dasar yang akan dicapai; dan
(5) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan
uraian kegiatan sesuai silabus.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran,
metode pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan
pendekatan tematik dan /atau tematik terpadu dan/atau
saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery)
dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya
berbasis pemecahan masalah (project based learning)
disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan
jenjang pendidikan.
(1) Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah
satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi
mulai dari menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas
pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi
yang mendorong peserta didik untuk melakuan
aktivitas tersebut.
(2) Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas
mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik
30
aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini
memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas
belajar dalam domain keterampilan. Untuk
memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu,
dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan
belajar berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/inquiry learning). Untuk mendorong
peserta didik menghasilkan karya kreatif dan
kontekstual, baik individual maupun kelompok,
disarankan yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning).
(3) Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan
mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji,
dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan sub
topik) mata pelajaran yang diturunkan dari
keterampilan harus mendorong peserta didik untuk
melakukan proses pengamatan hingga penciptaan.
Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu
melakukan pembelajaran yang menerapkan modus
belajar berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/inquiry learning) dan pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah
(project based learning).
31
c) Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta
didik baik secara individual maupun kelompok
melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
(1) seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan
hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara
bersama menemukan manfaat langsung maupun
tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah
berlangsung;
(2) memberikan umpan balik terhadap proses dan
hasil pembelajaran;
(3) melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pemberian tugas, baik tugas individual maupun
kelompok; dan
(4) menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran
untuk pertemuan berikutnya.26
6. Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran
Setelah melakukan proses pembelajaran dibutuhkan evaluasi
untuk menentukan nilai dan hasil yang telah dicapai dalam suatu
pembelajaran. Dalam hal ini PERMENDIKBUD No. 22 tahun 2016
BAB V Tentang Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran
menjelaskan sebagai berikut:
“Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran
dengan menggunakan alat: lembar pengamatan, angket sebaya,
rekaman, catatan anekdot, dan refleksi. Evaluasi hasil pembelajaran
dilakukan saat proses pembelajaran dan di akhir satuan pelajaran
26Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (PERMENDIKBUD) Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah, PERMENDIKBUD No. 22 Tahun 2016, BAB IV (Pelaksanaan
Pembelajaran)
32
dengan menggunakan metode dan alat: tes lisan/perbuatan, dan tes
tulis. Hasil evaluasi akhir diperoleh dari gabungan evaluasi proses
dan evaluasi hasil pembelajaran. Hal ini dilakukan sebagai bahan
untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar
Penilaian Pendidikan”.27
Sedangkan pengertian penilaian menurut PERMENDIKBUD No.
23 Tahun 2016 pasal satu bahwa: “Penilaian adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian
hasil belajar peserta didik.”28
Standar penilaian pendidikan telah diatur dalam
PERMENDIKBUD No. 23 Tahun 2016 sebagai berikut: “Standar
Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan,
manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil
belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian
hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.”29
7. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Menurut Drs. M. Ngalim Purwanto MP dalam bukunya
“Psikologi Pendidikan” menyebutkan bahwa faktor yang
mempengaruhi belajar dibagi menjadi dua golongan yakni:
a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut
dengan faktor individual
27Menteri Pendidikan dan Kebudayan, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (PERMENDIKBUD) Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah, PERMENDIKBUD No. 22 Tahun 2016, BAB V (Penilaian Proses dan Hasil
Pembelajaran)
28
Menteri Pendidikan dan Kebudayan, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (PERMENDIKBUD) Tentang Standar Penilaian Pendidikan,
PERMENDIKBUD No. 23 Tahun 2016
29
Menteri Pendidikan dan Kebudayan, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (PERMENDIKBUD) Tentang Standar Penilaian Pendidikan,
PERMENDIKBUD No. 23 Tahun 2016
33
Adapun macam-maca faktor individual adalah sebagai berikut:
1) Kematangan/pertumbuhan
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendinya
sehingga mempengaruhi pembelajaran.
2) Kecerdasan/ Intelegensi
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psikologi fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.
Jadi sebenarnya intelegensi bukan hanya persoalan kualitas
otak saja, namun juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.
Akan tetapi memang harus diakui bahwa peran otak dalam
hubungannya dengan intelegensi menusia lebih menonjol dari
pada organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan
“menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) sangat
mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar siswa. Hal ini
bermaksud, semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang
maka semakin besar pula peluang untuk meraih kesuksesan.
Begitupun sebaliknya, semakin rendah intelegensi seseorang
maka semakin kecil pula peluang meraih kesuksesan.
3) Latihan dan Ulangan
Karena terlatih, karena seringkali mengulangi sesuatu,
maka kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya dapat
menjadi makin dikuasai dan makin mendalam. Karena hal
tersebut dapat menumbuhkan minat, semakin besar minat
34
semakin besar pula perhatiannya sehingga memperbesar hasrat
untuk mempelajarinya.
4) Motivasi
Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk
melakukan sesuatu. Motif instristik dapat mendorong sesorang
sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang
ilmu tertentu. Tidak mungkin seseorang mau berusaha
mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya, jika ia tidak
mengetahui betapa pentingnya hasil yang dicapai dari
belajarnya itu bagi dirinya.
5) Sifat Pribadi
Disamping faktor-faktor yang telah dijelaskan diatas,
faktor pribadi seseorang juga sangat berperang penting dalam
belajar. Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda-
beda, ada yang pemalu, halus, keras, egois, tekun dan lain
sebagainya. Sifat-sifat tersebut sedikit banyak turut
mempengaruhi sampai dimanakah hasil belajar yang dicapai.
Selain itu faktor fisik kesehatan dan kondisi badan juga
mempengaruhi.
b. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut dengan faktor
sosial.
Adapun yang termasuk pada faktor sosial adalah sebagai berikut:
1) Keadaan keluarga
Ada keluarga yang miskin, ada pula keluarga yang kaya,
ada keluarga yang selalu diliputi dengan suasan tenteram dan
damai, ada pula keluarga yang yang sebaliknya, ada keluarga
yang terdiri dari ayah ibu yang terpelajar, ada pula keluarga
35
yang terdiri dari ayah ibu kurang pengetahuan. Ada keluarga
yang memiliki cita-cita tinggi untuk anaknya, ada pula
keluarga yang biasa saja. Suasana dan keadaan keluarga yang
bermacam-macam tersebut dapat menentukan tercapainya
suatu kegiatan belajar, selain itu fasilitas-fasilitas yang
diperlukan belajar juga mempengaruhi.
2) Guru dan cara mengajar
Terutama belajar di sekolah, faktor guru dan cara
mengajarnya merupakan faktor yang penting pula, bagaimana
sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan
yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru mengajarkan
kepada anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil
belajar yang dicapai peserta didik.
3) Alat-alat pelajaran
Faktor guru dan cara mengajarnya, tidak dapat dilepaskan
dari ada tidaknya atau cukup tidaknya alat-alat yang tersedia
di sekolah. Sekolah yang memiliki cukup alat-alat dan
perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan
cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru
dalam menggunakan alat-alat tersebut akan mempermudah
dan mempercepat belajar anak didik.
4) Motivasi sosial
Karena belajar merupakan suatu proses yang timbul dari
dalam, maka faktor motivasi memegang peranan penting,
karena jika guru atau orang tua dapat memberikan motivasi
yang baik kepada anak-anaknya maka akan timbul dalam diri
anak tersebut dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik.
36
Motivasi sosial dapat juga didapat dari orang lain di
sekitarnya, seperti teman sepermainan, tetanggan, idolanya,
saudaranya, dan lain sebagainya.
5) Lingkungan dan Kesempatan
Lingkungan mempunyai pengaruh pada pembelajaran,
karena apabila lingkungan baik maka penghuni di dalamnya
akan baik begitupun sebaliknya.
C. Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ)
1. Pengertian Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ)
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), kata “baca” sama
dengan kata “eja” merupakan: “Kata dasar dari membaca yang
memiliki pengertian melihat seraya memahami isi dari apa yang
tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati) atau pengertian
lainnya yaitu mengeja/melafalkan apa yang tertulis”.30
Sedangkan
kata tulis merupakan: “Kata dasar dari menulis, mempunyai arti
membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur,
dan sebagainya)”.31
Secara etimologi Al-Qur`an berasal dari kata ق رأ, ي قرأ, ق رأنا yang
artinya “membaca”. sedangkan secara terminologi Al-Qur`an adalah
firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., melalui
perantara malaikat jibril a.s., membacanya dianggap ibadah, tertulis
dalam satu mushaf, mulai dari awal surat Al-Fatihah sampai akhir
30Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008) Cet. 1, Ed. IV, hal. 109
31
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008) Cet. 1, Ed. IV, hal. 1947
37
surat An-Nas yang disampaikan dari generasi ke generasi secara
mutawatir.32
Menurut Imam Syafi‟i, Al-Qur`an adalah isim `alam murtajal,
artinya, Al-Qur`an merupakan sebuah nama (sebutan) bagi firman
Allah Swt. sejak semula, bukan isim musytaq (derivasi) yang terambil
dari kata lain.33
Adapun menurut Quraisy Shihab, bahwa Al-Qur`an adalah
firman-firman Allah Swt., yang disampaikan oleh malaikat jibril
kepada nabi Muhammad Saw., dan diterima oleh umat secara
tawatur.34
Jadi, menurut hemat peneliti yang dimaksud dengan
pembelajaran baca tulis Al-Qur`an (BTQ) adalah kegiatan melafalkan
bacaan Al-Qur`an dan membuat huruf arab dengan baik dan benar
sesuai kaidah yang ditentukan.
2. Adab membaca Al-Qur`an
Al-Qur`an merupakan kitab yang mulia, sehingga terdapat adab
dalam membaca Al-Qur`an yang harus diketahui oleh pembaca,
adapun adab membaca Al-Qur`an Imam Abu Zakara Yahya bin
Syaraf An-Nawawi dalam kitab At-Tibyan (fii Adabi Hamalatil
Qur`an) adalah sebagai berikut:35
a. Ikhlas
Wajib bagi orang yang membaca Al-Qur`an untuk ikhlas,
memelihara etika ketika berhadapan dengannya, hendaknya ia
32Anshori, Ulumul Qur`an (Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan), (Jakarta:
Rajawali Press, 2013), hal. 2
33
Anshori, Ulumul Qur`an (Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan),… hal. 2
34
M. Quraisy Shihab, Mukjizat Al-Qur`an, (Bandung: Mizan, 2003), hal. 43
35
Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi, At-Tibyan (Adab Menghafal Al-
Qur`an), (Solo: Al-Qowam, 2017), hal. 67-80
38
menghadirkan perasaan dalam dirinya bahwa ia tengah
bermunajat pada Allah Swt.
b. Membersihkan mulut
Jika hendak membaca Al-Qur`an hendaknya membersihkan
mulutnya dengan siwak atau lainnya dan siwak yang berasal dari
tanaman arok lebih utama, bisa juga dengan jenis kayu-kayuan
lain, atau dengan sobekan kain kasar, garam abu (alkali), atau
lainnya.
c. Dalam kondisi suci
Sebaiknya orang yang hendak membaca Al-Qur`an berada
dalam keadaan suci dan boleh jika ia dalam keadaan berhadats
berdasarkan kesepakatan kaum muslimin, hadits mengenai hal ini
banyak dan sudah masyhur.
d. Tempat yang bersih
Hendaknya membaca Al-Qur`an di tempat yang bersih dan
nyaman, mayoritas ulama lebih suka kalau tempatnya di masjid
karena bersih secara global, tempat yang mulia, serta tempat
untuk melakukan keutamaan lainnya, seperti iktikaf, sholat, dan
lain sebagainya.
e. Menghadap kiblat
Hendaknya orang yang membaca Al-Qur`an di luar shalat
membacanya dengan menghadap kiblat.
f. Memulai membaca dengan Ta`awudz
Ketika ingin membaca Al-Quran disyari`atkan untuk
berta`awudz, yaitu dengan bacaan:
يطان الرحيم اعوذبلله من الش
“Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.”
39
Ta`awudz hukumnya sunnah bukan wajib, sunnah bagi setiap
orang yang membaca Al-Qur`an baik saat shalat maupun di luar
shalat. Demikian yang dikatakan jumhur ulama.
g. Membiasakan mengawali setiap surat dengan Basmalah
Hendaknya selalu membaca ( بسم الله ) diawal setiap surat
selain surat At-Taubah. Mayoritas ulama berpendapat bahwa jika
membaca basmalah disetiap awal surat maka ia telah benar-benar
menghatamkan Al-Qur`an, atau menghatamkan surat tersebut.
Dan jika ia tidak membaca basmalah disetiap awal surat maka
sama dengan meninggalkan sebagian Al-Qur`an.
h. Mentadaburi ayat
Disyariatkan ketika membaca Al-Qur`an dalam keadaan
khusyuk, banyak dalil mengenai syariat tadabur ketika membaca
Al-Qur`an, yang termasyhur adalah sebagai berikut:
QS. An-Nisa‟ (4) ayat: 82
”Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau
kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka
mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.”(QS. An-
Nisa`(4): 82).
i. Mengulang ayat-ayat tertentu untuk direnungi
j. Membaca dengan tartil.
40
3. Dasar Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an
Dalil Al-Qur`an dan Hadits yang mendasari pembelajaran baca
tulis Al-Qur`an (BTQ) adalah sebagai berikut: 36
QS. Al-`Alaq ( 96) ayat: 1-5
“ 1) bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,2)
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3) Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4) yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam, 5) Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.”(QS. Al-`alaq(96): 1-5)
Diriwayatkan dari Utsman bin Affan r.a., bahwa ia berkata,
Rasulullah Saw., bersabda:
عت سعد بن ث نا شعبة قال: أخب رن ألقمة بن مرثد, س هال, حد اج بن من ث نا حج حد , لمي عن عثمان رضي الله عنو, عن النب صلى الله عب يدة, عن أب عبد الرحن الس
ركم من ت علم القرآن وعلمو )رواه البخاري( يو وسلم قال:عل خي “Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal, telah
menceritakan kepada kami Syu`bah dia berkata: telah memberitakan
kepadaku Alqomah bin Martsad, saya mendengar Sa’da bin Ubaidah,
dari Abi `Abdirrohman Sulamiy, dari Ustman RA, dari Nbi SAW
beliau bersabda: (Yang tebaik diantara kamu adalah orang yang
mempelajari Al-Qur`an dan kemudian mengajarkannya.” (HR.
Bukhori) dalam Maktabah Syamilah Kitab Shohih Bukhori No. 5027
36 Iman Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi, At-Tibyan (Adab Menghafal Al-
Qur`an),… hal.5
41
Hal. 192 Juz 6 Bab Khoirukum Man Ta`allamal Qur`ana Wa
`Allamahu.
4. Tujuan Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an
Menurut Muhammad Abdul Qadir Ahmad dalam mengajarkan
Al-Qur`an bertujuan untuk memberi pengetahuan kepada anak didik
yang mengarah pada:
a. Kemantapan membaca sesuai dengan syarat-syarat yang telah
ditetapkan, dan menghafal ayat-ayat atau surah-surah yang mudah
bagi mereka.
b. Kemampuan memahami kitab Allah Swt. secara sempurna,
memuaskan akal dan mampu menenangkan jiwa.
c. Kesanggupan menerapkan ajaran islam dalam menyelaraskan
problema hidup sehari-hari.
d. Kemampuan memperbaiki tingkah laku murid melalui metode
pengajaran yang tepat.
e. Kemampuan memanifestasikan keindahan retorika dan uslub Al-
Qur`an.
f. Penumbuhan rasa cinta dan keagungan Al-Qur`an dalam jiwanya.
g. Pembinaan Pendidikan Islam berdasarkan sumber-sumber yang
utama dari Al-Qur`an.37
5. Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an
Metode diciptakan dengan tujuan supaya mudah dan cepat dalam
belajar Baca Tulis Al-Qur`an. Metode dingunakan dalam
pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an terbagi menjadi dua metodik
yaitu metode umum dan khusus.
37Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2008), hal. 78
42
a. Metode Umum
1) Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode yang dikatan
metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah
digunakan sebagai alat komunikasi antara guru dan peserta
didik dalam proses belajar mengajar. Metode ceramah adalah
cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan
penuturan atau penjelasan lisan secara langsung kepada
peserta didik.38
2) Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah penyampaian pesan
pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyann
dan siswa memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi
kesempatan untuk bertanya dan guru yang menjawab.39
3) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian pelajaran
dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah yang bisa
berupa pertanyaan dan pernyataan yang bersifat problematis
untuk dibahas dan dipecahkan bersama.40
4) Metode Desmontrasi
Metode desmontrasi adalah salah satu teknik mengajar
yang dilakukan oleh seorang guru atau orang lainnya yang
dengan sengaja diminta atau siswa sendiri ditunjuk untuk
38
Syaiful Bahri Djamara dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2015), Cet. V, Hal. 35 39
Basyruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Selatan:
Ciputat Press, 2002), Cet. I, Hal. 43-44 40
Syaiful Bahri Djamara dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,..., Cet. V, Hal.
87
43
memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses atau cara
melakukan sesuatu.41
b. Metode Khusus
1) Metode Qira`ati
Qira`ati sendiri diartikan membaca, yang mana membaca
menurut bahasa Arab adalah “qaraa” yang terbentuk kata
perintah (Fi`il Amar) yaitu menjadi qiro`ati yang artinya
membaca.42
Metode Qiro`ati adalah metode membaca Al-
Qur`an yang langsung memasukkan dan mempraktekkan
bacaan tartil sesuai dengan qaidah ilmu tajwid.43
Metode qira`ati merupakan metode praktis membaca Al-
Qur`an yang disusun oleh KH. Dahlan Salim Zarkasyi di
Semarang yang terdiri dari enam jilid dan ditambah dua jilid
yaitu Ghorib yang memuat musykilat dan bacaan-bacaan asing
dalam Al-Qur`an dan Ilmu Tajwid.44
Sistem pendidikan dan
pengajaran metode Qiraati ini melalui sistem pendidikan yang
berpusat pada murid dan kenaikan kelas/jilidnya tidak
ditentukan oleh bulan/tahun tetapi secara individual sesuai
kemampuan masing-masing.45
2) Metode Iqra`
Metode Iqra` adalah metode membaca Al-Qur`an yang
menekankan langsung pada latihan membaca. Metode ini
41
Basyruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam,..., Cet. I, Hal. 45
42
Ahmad Syaifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur`an,
(Jakarta: Gema Insani, 2004), hal. 46
43
Maksum Farid dkk, Cepat Tanggap Belajar Al-Qur`an An-Nahdhiyah,
(Tulungagung: LP. Ma`arif, 1992), hal. 9
44
H. Dahlan Salim Zarkasyi, Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur`an Jilid I,
(Semarang: Yayasan Pendidikan Al-Qur`an Raudhatul Mujawwidin), hal. 2
45
H. Ahmad Dahlan Salim Zarkasyi, Metode Qira`ati, ( Semarang, Terbitan pertama
pada tanggal 1 Juli 1986)
44
disusun oleh Ustadz As`ad Human yang berdomisili di
Yogyakarta, metode Iqra` terdiri dari enam jilid dan satu jilid
lagi yang berisi tentang do`a-do`a. dimana pada setiap jilid
terdapat petunjuk pembelajaranya dengan maksud
memudahkan setiap orang yang belajar maupun mengajarkan
Al-Qur`an.46
3) Metode Bagdadiyah
Qaidah Bagdadiyah adalah belajar mengajar membaca Al-
Qur`an yang awalnya digunakan di kota Baghdad (Irak).
Metode ini juga dikenal masyarakat sebagai metode
tradisional atau metode eja, dimulai dengan mengajarkan
huruf hijaiyyah, kemudian diajarkan titik huruf, tanda baca
(harakat) dan bunyinya, Selanjutnya masuk pada juz Amma.
Pada setiap langkah tersebut ditemukan pengulangan materi
yang terdapat pada langkah sebelumnya sekaligus
pengembangan materi-materi baru.47
4) Metode Yanbu`a
Timbulnya Yanbu`a adalah usulan dan dorongan dari
alumni Pondok Tahfidz Yanbu`ul Qur`an, supaya mereka
selalu ada hubungan dengna pondok disamping usulan dari
masyarakat luas juga dari Lembaga Pendidikan Ma`arif serta
muslimat terutama dari cabang Kudus dan Jepara.
Tujuan terbentuknya Yanbu`a adalah:
46Srijatun, “Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an dengan Metode Iqro
pada Anak Usia Dini di RA Perwanida Slawi Kabupaten Tegal”, dalam Nadwa: Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 11 No. 1 Tahun 2017, Hal. 36
47
M. Ishaq Samad, dkk, Pemberdayaan Guru Mengaji dalam Meningkatkan Minat
Baca Tulis Al-Qur`an di Sulawesih Selatan, (Sulawesi Selatan: Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah, 2005), hal. 16
45
a. Ikut andil dalam mencerdaskan anak bangsa supaya bisa
membaca Al-Qur`an dengan lancer dan benar.
b. Nasyrul Ilmi (menyebarkan luaskan ilmu) khususnya ilmu
Al-Qur`an.
c. Memasyarakatkan Al-Qur`an dengan Rasm Ustmani.
d. Untuk membetulkan yang salah dan menyempurnakan yang
kurang.
e. Mengajak selalu mentadarus Al-Qur`an dan musyafahah
Al-Qur`an sampai Khatam.48
5) Metode Bagdadi
Metode Bagdadi merupakan panduan membaca Al-
Qur`an versi penyesuaian dari qaidah bagdadiyah. Buku
metode bagdadi versi penyesuaian terdiri dari buku utama dan
buku penunjang. Buku utama meliputi buku Pra-Metode
Bagdadi, Buku Metode Bagdadi 1A & 1B, Buku Praktik dan
Latihan, Buku Metode Bagdadi Juz Amma 2A & 2B, dan
Mushaf Bagdadi.49
6. Materi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an
Menurut Zakiyah Darajat dalam bukunya “Metode Khusus
Pengajaran Agama Islam” menyebutkan bahwa isi pengajaran Al-
Qur`an meliputi:
a. Pengenalan Huruf Hijaiyyah, dari huruf alif sampai ya`.
b. Cara membunyikan masing-masing huruf hijaiyah dan sifat-sifat
huruf itu, yang dibicarakan dalam ilmu makhraj.
48Muhammad Ulinnuha Arwani, Thariqoh Baca Tulis dan Menghafal Al-Qur`an
Yanbu`a, (Kudus: Pondok Tahfidz Yanbu`ul Qur`an, 2004), hal. 1
49
Abdul Rosyid Masykur, Buku Panduan Guru Metode Bagdadi, (Jakarta: Pusat
Pelatihan dan Pengembangan Metode Bagdadi, 2018), hal. 6
46
c. Bentuk dan fungsi tanda baca, seperti syaka, syaddah, mad, dan
sebagainya.
d. Bentuk dan fungsi tanda berhenti baca (waqaf) seperti waqaf
muthlaq, waqaf jawaz, dan sebagainya.
e. Cara membaca, melagukan dengan bernacam-macam irama dan
bermacam-macam qira`at yang dimuat dalam Ilmu Qira`at dan
Ilmu Nagham.
f. Adabut Tilawah, yang berisi tata cara dan etika membaca Al-
Qur`an sesuai dengan fungsi bacaan itu sebagai ibadah.50
Namun dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(PERMENDIKBUD) No. 21 Tahun 2016 BAB III tentang Tingkat
Kompetensi dan Ruang Lingkup Materi menjelaskan sebagai
berikut:51
Muatan Pendidikan Agama Islam pada SD/MI/SDLB/PAKET A,
SMP/MTs/SMPLB/PAKET B, SMA/MA/SMALB/PAKET C, dan
SMK/MAK.
Tingkat Kompetensi Kompetensi Ruang Lingkup Materi
-
-
-
-
- - Menghayati dan
memahami kandungan
ayat-ayat Alquran
pilihan dan hadis yang
terkait.
Alquran
- Huruf-huruf hijaiyyah
bersambung ataupun
tidak, dengan
harakatnya secara
lengkap sesuai dengan
makharijul huruf.
- Surah-surah pendek
pilihan di dalam
50 Muhammad Aman Ma`mun, “Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an”, dalam
Annaba: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 4 No. 1 Maret 2018, hal. 57
51
Menteri Pendidikan dan Kebudayan, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (PERMENDIKBUD) Tentang Tingkat Kompetensi dan Ruang Lingkup
Materi Pendidikan, PERMENDIKBUD No. 22 Tahun 2016
47
Tingkat Pendidikan
Dasar (Kelas I-VI)
Alquran Q.S. Al-
Fatihah dan Q.S. Al-
Ikhlas.
- Pesan dan makna yang
terkandung di dalam
Alquran surat-surat
pendek Q.S. Al-
Fatihah dan Q.S. Al-
Ikhlas.
- Membaca dan
Menunjukkan hafalan
surah dan ayat pilihan
serta hadis terkait dengan
tartil dan lancar.
- Bacaan Alquran surat
dan ayat pilihan (Q.S.
An-Nashr, Al- Kautsar,
Q.S. Al Falaq, Al-
Ma„un dan Al-Fil).
-Kalimat dalam
Alquran surah pendek
pilihan.
-Kandungan dan makna
Alquran surah pendek
pilihan.
-Bacaan Alquran Q.S.
Al-Ma‟un dan Q.S. At-
Tin, Q.S. Al-Kafirun
dan Al-Maidah (5): 2.
-Kalimat-kalimat dalam
Alquran surah pendek
pilihan.
-Arti dan makna
Alquran surah pendek
pilihan.
-Perilaku yang
mencerminkan
pemahaman terhadap
kandungan ayat
48
Alquran atau surah
pilihan.
7. Proses Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an
Dalam buku Kitabah Metode Praktis Membaca dan Menulis Al-
Qur`an disebutkan bahwa proses belajar pertama, klasikal yaitu guru
mengajarkan materi pelajaran kepada siswa dan memberikan contoh
yang benar cara pengucapan dan penelitiannya. Kedua, menyimak
yaitu siswa membaca contoh-contoh kalimat yang telah diberikan,
sementara guru menyimak dan memberikan koreksi terhadap cara
pengucapan siswa. Ketiga, mandiri yaitu siswa belajar secara mandiri
materi-materi yang telah dipelajarinya.52
Dalam proses belajar baca tulis Al-Qur`an diatas agar benar-
benar ditekankan ketepatan dalam hal makharijul huruf, panjang
pendeknya, bacaan (mad) dan ghunnahnya. Setelah siswa dapat
membaca dengan benar maka siswa diminta untuk menyalin contoh-
contoh kalimat yang ada, sebab dengan menulis siswa akan lebih
mudah hafal dan menguasai materi tersebut. Materi latihan selain
sebagai bahan evaluasi membaca juga dapat digunakan sebagai materi
evaluasi menulis, dengan cara guru/penguji membaca kata/kalimat
siswa menuliskan kata/kalimat tersebut.53
Oleh karena itu, guru yang ahli dalam bidang Al-Qur`an sangat
dibutuhkan dalam proses pembelajaran baca tulis Al-Qur`an, karena
pembelajaran ini tidak bisa dilakukan secara otodidak (belajar
sendiri), harus ada guru yang membimbing untuk menghindari
52Ahmad Faiz Budianto, Kitabah Metode Praktis Belajar Membaca dan Menulis Al-
Qur`an, (Klaten: Kitabah, 2007), hal. 27
53
Ahmad Faiz Budianto, Kitabah Metode Praktis Belajar Membaca dan Menulis Al-
Qur`an,…hal. 27
49
kesalahan dalam membaca Al-Qur`an, ketika salah membaca Al-
Qur`an maka akan berdosa.
8. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an
Menurut Ahmad Syaifuddin terdapat beberapa faktor pendukung
pendidikan Al-Qur`an diantaranya:
a. Motivasi orang tua
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan
yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama
mendapatkan bimbingan dan didikan. Dapat juga dikatakan
lingkungan utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak
adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling
banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.54
Adapun tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak
adalah sebagai berikut:
1) Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab ini
merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak
membutuhkan makan, minum dan perawatan agar dapat
hidup secara berkelanjutan.
2) Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmani
maupun rohani dari berbagai bahaya penyakit atau gangguan
yang membahayakan dirinya.
3) Mendidiknya dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang berguna nagi kehidupannya kelak sehngga bia ia
dewasa mampu berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.
54Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Edisi Revisi), (Jakarta: Rajawali Pers,
2015), hal. 38
50
4) Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan
memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan
Allah Swt. sebagai tujuan akhir hidup.55
Namun tugas utama dari keluarga terutama kedua orang tua
bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan
akhlak dan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian
besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga
yang lainnya. 56
Oleh sebab itu, megajarkan Al-Qur`an sejak dini akan
menumbuhkan minat membaca Al-Qur`an, yang merupakan
suatu hal yang penting, sehingga perlu dijadikan prioritas utama
dalam kehidupan. Terutama dalam kehidupan rumah tangga yang
menjadi tempat persamaian utama sumber pembangunan.57
Dari uraian diatas agar anak rajin, tekun dan disiplin dalam
belajar membaca dan menulis Al-Qur`an maka orang tua harus
meletakkan pembiasaan belajar Al-Qur`an pada anak
(conditioning dan reconditioning). Dan dengan sifat anak yang
masih labil, orang tua perlu memberikan motivasi kepadanya
secara teus-menerus, baik motivasi materi maupun motivasi
psikologis. Motivasi ini dalam rangka menggali dan
mengaktualkan potensi-potensi positif yang ada pada diri anak.58
55Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Edisi Revisi),… hal. 88-89
56
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Edisi Revisi),…hal. 38
57M. Ishaq Shamad, dkk, Pemberdayaan Guru Mengaji dalam Meningkatkan Minat
Baca Tulis Al-Qur`an di Sulawesi Selatan,…hal. 23
58
Ahmad Syaifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-
Qur`an,… hal. 106
51
b. Partisipasi Pemerintah
Kegiatan mendidik anak baca tulis Al-Qur`an merupakan
kewajiban seluruh elemen masyarakat, tidak terkecuali
pemerintah. Pemerintah bahkan berkepentingan untuk
memajukan kegiatan ini sebagai bagian dari tanggung jawabnya
memimpin rakyat, karena rakyat akan menjadi baik dengan
mengamalkan kitab suci Al-Qur`an.59
Dengan partisipasi pemerintah, kegiatan mendidik anak Baca
Tulis Al-Qur`an akan berjalan dengan baik, tertib,
berkesinambungan, legal, dan maju. Hal ini karena pemerintah
memiliki keuasaan penuh untuk melakukan penekanan terhadap
rakyat. Di suatu kampung, kalau kegiatan ini didukung oleh
pamong setempat, akan kelihatan perbedaanya dengan kegiatan
yang tidak didukung oleh partisipasi perangkat setempat.
c. Upah Guru
Betapapun keikhlasan dan tanggung jawab harus
dikedepankan, guru Al-Qur`an pada prinsipnya diperkenankan
mengambil upah dari pekerjaannya. Akan tetapi, upah berupa
materi seharusnya tidak menjadi motivasi utama mendidik baca
tulis Al-Qur`an. Disinilah pentingnya perhatian orang tua
terhadap keadaan guru-guru yang memiliki kesadaran dan
kepedulian dalam mendidik anaknya baca tulis Al-Qur`an.60
59Ahmad Syaifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-
Qur`an,… hal. 107
60
Ahmad Syaifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-
Qur`an,… hal. 108
52
D. Kelas Bilingual
1. Pengertian kelas bilingual
Banyak sekali pengertian bilingualism yang berkembang
sekarang ini, bilingualism biasa dilakukan sebagai pemahaman
berbahasa atau bahkan sebagai kebiasaan menggunakan bahasa asli
kedalam bahasa asing, berikut akan dipaparkan pengertian
bilingualism secara mendalam.61
Menurut Weinreich; ”Dwibahasa adalah the practice of
alternately using two languages ( kebiasaan menggunakan dua bahasa
atau lebih secara bergantian.”62
Sedangkan menurut National
Association Education, “pembelajaran bilingual adalah pembelajaran
yang dilakukan dengan dua bahasa oleh guru atau siswa untuk
berbagai tujuan kegiatan sosial dan pembelajaran.”63
Bilingual adalah sistem pendidikan yang menggunakan dua
bahasa. Bahasa pertama adalah bahasa Inggris dan bahasa yang kedua
adalah bahasa yang dipakai di daerah atau di Negara tersebut.
Selain itu, beberapa tokoh yang menyumbangkan pendapatnya
mengenai pengertian bilingualisme seperti McLaughlin yang dikutip
oleh Prof. Dr. Singgih pada buku “Dari Anak sampai Usia Lanjut:
Bunga Rampai Psikologi Perkembangan”. Menurutnya bilingualisme
dikenal menjadi tiga istilah umum, yaitu:
a. Code switching, adalah kemampuan untuk mengubah bahasa yang
sedang dipakai menjadi bahasa lain dengan benar. Misalnya anak-
61Yuliani Kasali, “Analisis Penerapan Bilingual Class Guna Meningkatkan
Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa”, Skripsi, (Jakarta: 2013), hal. 9, td.
62
Aslinda dan Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik, (Bandung: PT. Refika Aditama,
2014), cet. 3, hal. 23 63
N.Noerdjanah, “Pengelolaan Materi Pembelajaran Bilingual (Studi Situs SMA
Batik 1 Surakarta), hal. 5-6
53
anak yang di sekolah menggunakan bahasa Inggris kemudian
sesampainya di rumah menggunakan bahasa Indonesia.
b. Silmutaneous language acquisition adalah pembelajaran dua
bahasa secara bersamaan sebelum anak berusia tiga tahun.
c. Successive language acquisition adalah pembelajaran bahasa
asing atau bahasa kedua setelah usia tiga tahun.64
Dengan demikian, berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis
dapat menyimpulkan bahwa kelas bilingual adalah kelas atau sebuah
kegiatan belajar mengajar yang menggunakan dua bahasa sebagai
bahasa interaksi dengan teman maupun guru di waktu sekolah, baik
saat kegiatan belajar mengajar maupun tidak.
2. Tujuan kelas Bilingual
Tujuan pembelajaran pada program bilingual tetap mengacu pada
tujuan pembelajaran nasional, dengan tidak adanya perubahan tujuan
pembelajaran umum maupun khusus pada setiap pelajarannya. Hanya
saja di dalam komunikasi keseharian dengan menggunakan bahasa
Inggris seperti kegiatan sehari-hari dan menyisipkan nilai-nilai
karakter dan tiap pembelajaran.65
Adapun tujuan kelas bilingual sebagai berikut:
a. Pembelajaran bahasa Inggris.
b. Penunjukan pencapaian akademik.
c. Pengkulturasi imigran pada masyarakat baru.
d. Melindungi kelompok bahasa minoritas dan warisan budaya.
e. Memfasilitasi penutur bahasa Inggris untuk mempelajari bahasa
kedua.
64Gunarsah Singgih D, “Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi
Perkembangan “, (Jakarta: Gunung Mulia, 2006), Cet. 2. Hal. 97
65Yuliani Kasali, “Analisis Penerapan Bilingual Class Guna Meningkatkan
Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa”, Skripsi, (Jakarta: 2013), hal. 50, td.
54
f. Mengembangkan sumber belajar nasional.
g. Kombinasi-kombinasi dari tujuan diatas.66
3. Ciri-ciri Kelas Bilingual
Terdapat perbedaan antara kelas bilingual, akselerasi dan regular,
untuk mengetahuinya berikut ciri-ciri kelas bilingual:
1. Menggunakan berbagai pembelajaran bahasa diantaranya seperti
metode langsung (direct method), metode gramatika-terjemah
(grammar-translate method), dan metode dwibahasa (dual-
language method) yang biasa dikenal dengan bilingual.
2. Minimal terdapat empat aspek yang dapat disampaikan kepada
peserta didik. Metode ini mampu menyampaikan isi bahasa,
makna, pemahaman, serta budaya dari mana bahasa itu berasal.67
4. Strategi Pengajaran Kelas Bilingual
Dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat empat strategi dasar
yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
a. Mengedintifikasi dan menetapkan spesifikasi perubahan tingkah
laku dan kepribadian peserta didik sebagaimana yang diharapkan.
b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan
aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar
mengajar yang dianggap tepat.
d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau
kriteria standar keberhasilan untuk dijadikan pedoman evaluasi
hasil kegiatan belajar mengajar selanjutnya.68
66N.Noerdjanah, “Pengelolaan Materi Pembelajaran Bilingual (Studi Situs SMA
Batik 1 Surakarta), hal. 5-6
67Yuliani Kasali, “Analisis Penerapan Bilingual Class Guna Meningkatkan
Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa”,…hal. 12, td.
55
5. Kelebihan dan kekurangan kelas bilingual
Setiap kegiatan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing, begitupun penerapan pendekatan bilingual di kelas memiliki
kelebihan dan kekurangan. Berikut merupakan kelebihan dan
kekurangan dari penerapan kelas bilingual.
a. Kelebihan Pendidikan Bilingual
Menurut H. Douglas Brown dalam bukunya Prinsip
Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa menyatakan bahwa
“Anak-anak yang mempelajari dua bahasa secara bersamaan dan
berhasil menguasai keduanya dengan menggunakan strategi
serupa. Pada dasarnya ketika mereka mempelajari kedua bahasa
yang berbeda, kunci keberhasilan mereka adalah ketika mereka
dapat membedakan dua konteks masinh-masing bahasa.”69
Selain itu, menurut Lambert yang dikutip oleh H. Douglas
Brown bukunya Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa,
menyatakan bahwa “Anak bilingual lebih mudah menangkap
pembentukan konsep dan memiliki keluwesan mental yang lebih
besar dikarenakan mereka telah terbiasa mempelajari dua bahasa
dan mengatasi kebingungan mereka diawal.”70
b. Kekurangan Pendidikan Bilingual
1) Bilingual education Dapat menyebabkan keterlambatan
berbicara dan gangguan bahasa (language disorder). Hal ini
disebabkan karena anak yang mendengar lebih dari satu
68Muhbib Abdullah Wahab, Epistemologi & Metodologi Pembelajaran Bahasa
Arab, (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2008), hal. 129
69
Douglas Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajarn Bahasa, (Pearson
Education, Inc., 2007), hal. 77
70
Douglas Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajarn Bahasa,…hal. 77
56
bahasa yang berbeda akan merasa kebingungan dan akhirnya
menimbulkan masalah dalam perkembangan bahasanya.
Dalam bilingualism, ada dua nilai yang di tuliskan
Singgih dalam bukunya yaitu :
a) Balanced bilingualism yaitu seseorang dapat
menggunakan dua bahasa secara fasih.
b) Unbalanced bilingualism yaitu seseorang yang hanya
menguasai bahasa kedua secara pasif.71
2) Menurut McLaughlin yang dikutip oleh Singgih
menyebutkan adanya masa ketika kemampuan anak dalam
menggunakan bahasa asli tampak berkurang, namun bahasa
keduanya juga tidak berkembang (language imbalance).
Namun, peristiwa ini akan berkurang seiring dengan
perkembangan anak karena kejadian ini merupakan proses
normal bagi anak bilingual. Anak perlu waktu untuk dapat
menguasai kedua bahasa yang sedang ia pelajari dengan
sempurna.72
E. Kelas Reguler
1. Pengertian Kelas Reguler
Pengertian program regular dalam kamus bahasa Indonesia
(KBBI) adalah teratur, tetap atau biasa. Sedangkan secara istilah kelas
regular adalah kelas secara umum yang diselengarakan oleh sekolah-
sekolah dengan sistem tetap atau biasa yang diberikan kepada siswa
71Gunarsah Singgih D, “Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi
Perkembangan “, …Hal. 94
72
Gunarsah Singgih D, “Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi
Perkembangan “,…Hal. 95-96
57
dengan suatu metode pengajaran yang biasa dilaksanakan selama
proses pendidikan.73
Adapun pembelajaran kelas regular adalah sistem pembelajaran
yang menekankan pada kemampuan peserta didik melalui pertemuan
secara langsung (tatap muka secara berlanjutkan) antara peserta didik
dengan pendidik baik secara perorangan maupun secara kelompok
yang dilaksanakan secara intensif dalam rangka pencapaian standar
kompetensi yang di targetkan. 74
2. Tujuan Kelas Reguler
Tujuan merupakan sesuatu atau hasil yang diinginkan setelah
melakukan suatu kegiatan. Adapun tujuan adanya Kelas Reguler
adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi keragaman kecepatan belajar dari peserta didik agar
mencapai suatu tingkat pencapaian kompetensi.
b. Mencapai tujuan intruksional yang telah ditetapkan sesuai dengan
kurikulum yang berlaku dan bersifat sama untuk semua murid.
c. Memberikan pelajaran secara regular bagi mata pelajaran yang
dipelajari.75
3. Kurikulum Kelas Reguler
Kurikulum merupakan bagian penting dalam dunia pendidikan.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Tentang
Standar Nasional Pendidikan Nomor 32 Tahun 2013 menyebutkan
73Teknologi Informasi BK, “Pendidikan Reguler”,
http://bk13084.blogspot.com/2015/01/pendidikan-reguler_1.html?m=1 diakses pada
tanggal 22 Mei 2019
74
Teknologi Informasi BK, “Pendidikan Reguler”,
http://bk13084.blogspot.com/2015/01/pendidikan-reguler_1.html?m=1 diakses pada
tanggal 22 Mei 2019
75
Teknologi Informasi BK, “Pendidikan Reguler”,
http://bk13084.blogspot.com/2015/01/pendidikan-reguler_1.html?m=1 diakses pada
tanggal 22 Mei 2019
58
bahwa pengertian “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaran kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”76
Kurikulum program yang digunakan pada kelas regular adalah
kurikulum yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP)
Tentang Standar Nasional Pendidikan Nomor 32 Tahun 2013. Berikut
Struktur Kurikulum SD/MI, SDLB atau bentuk lain yang sederajat
terdiri atas muatan:
a. Pendidikan agama
b. Pendidikan kewarganegaraan
c. Bahasa
d. Matematika
e. Ilmu pengetahuan alam
f. Ilmu pengetahuan social
g. Seni dan budaya
h. Pendidikan jasmani dan olahraga
i. Keterampilan/kejuruan, dan
j. Muatan lokal77
4. Kelebihan dan Kekurangan Kelas Reguler
a. Kelebihan Kelas Reguler
1) Tidak direpotkan dengan seleksi untuk masuk pada kelas
regular.
2) Kelas regular dilaksanakan sesuai kurikulum nasional yang
berlaku.
76 Pemerintah, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Tentang Standar
Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013
77
Pemerintah, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Tentang Standar
Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013
59
3) Di dalam kelas semua peserta didik diberikan perlakuan yang
sama.
b. Kekurangan Kelas Reguler
1) Kurang fokus pada dwibahasa.
2) Waktu kelulusan harus disesuikan dengan peraturan yang
telah ditetapkan, tidak bisa mempercepat waktu lulus
pendidikan seperti kelas akselerasi.78
78
Teknologi Informasi BK, “Pendidikan Reguler”,
http://bk13084.blogspot.com/2015/01/pendidikan-reguler_1.html?m=1 diakses pada
tanggal 30 Agustus 2019.
60
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian pada dasarnya merupakan suatu pencarian (inquiry),
menghimpun data, mengadakan pengukuran, analisis, sintesis,
membandingkan, mencari hubungan, menafsirkan hal-hal yang yang bersifat
teka-teki. Sedangkan metode penelitian menurut Nana Syaodih Sukmadinata,
adalah Rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari
oleh ansumsi-ansumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis,
pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi.1
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1
Kota Tangerang Selatan berada di Jalan Dewi Sartika Gg. Masjid Ar-
Riyadh Cipayung, Ciputat, Kota Tangerang Selatan Banten. Penentuan
lokasi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sepengetahuan penulis,
masalah yang berhubungan dengan implementasi pembelajaran BTQ
pada kelas V bilingual dan regular belum pernah diteliti disekolah ini.
Disamping itu, keinginan penulis untuk memberikan sumbangsih kepada
sekolah ini sebagai tempat penulis PPKT.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada 1 April 2019 sampai 31 Juli
2019 untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh penulis dengan
beberapa tahapan. Pada tanggal 1 April 2019 hari senin, penulis
mengantar surat permohonan izin kepada ibu kepala sekolah untuk
melaksanakan penelitian di MIN 1 Kota Tangerang Selatan dengan
1Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), hal. 52
61
meneliti implementasi pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) pada
kelas V bilingual dan regular.
Kemudian penulis melanjutkan penelitian pada hari Rabu, tanggal
24 April 2019, penulis mewawancarai guru BTQ kelas V bilingual,
tentang bagaimana pembelajaran BTQ pada kelas V bilingual dan
regular. Karena peneliti belum mendapatkan data yang lengkap, maka
penulis melakukan penelitian kembali pada tanggal 25 April 2019, hari
Kamis untuk mewawancarai guru BTQ kelas 5A dan 5B tentang
bagaimana pembelajaran BTQ pada kelas tersebut.
Pada hari Jum`at, tanggal 26 April 2019, penulis ikut masuk dalam
kelas V bilingual guna untuk mengamati proses pembelajaran BTQ,
dokumentasi serta mengambil dokumen-dokumen yang diperlukan,
seperti nilai-nilai BTQ dll. sedangkan pada kelas V reguler penulis
melakukan pengamatan dalam kelas pada hari selasa tanggal 29 April
2019.
Kemudian pada hari Senin, tanggal 15 Juli penulis bertemu Kepala
Madrasah, Wakil Kepala Madrasa bidang Kurikulum, siswa-siwi kelas
V untuk melakukan wawancara.
B. Metode Penelitian
Menurut McMillan dan Schumacher membedakan dua macam metode
penelitian, yakni metode kuantitatif dan metode kualitatif dengan bermacam-
macam cara pendekatannya masing-masing. Namun pada penelitian ini,
peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Menurut Bodgan dan Taylor dalam buku Metodologi penelitian
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku
62
orang-orang yang diamati.2 Sedangkan penelitian deskriptif adalah suatu
metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-
fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau.3
Adapun tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami
fenomena atau gejala social dengan cara memberikan pemaparan berupa
gambaran yang jelas tentang fenomena atau gejala social tersebut dalam
bentuk rangkaian kata yang akhirnya akan menghasilkan sebuah teori.4
Melalui metode ini, peneliti memaparkan, menggambarkan, dan
menganalisis secara kritis serta objektif mengenai implementasi
pembelajaran baca tulis Al-Qur`an (BTQ) pada kelas V bilingual dan regular
di MIN 1 Kota Tangerang Selatan.
C. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan kualitatif merupakan salah satu pendekatan yang secara
premier menggunakan paradigma pengetahuan dari pengalaman berdasarkan
pandangan kontruktivis (seperti makna jamak dari pengalaman individual,
makna yang secara social dan historis dibangun dengan maksud
mengembangkan suatu teori atau pola) atau pandangan
advokasi/partisipatori (seperti, orientasi politik, isu, kolaboratif atau bisa
juga orientasi perubahan). Pendekatan ini menggunakan strategi, penelitian
naratif, fenomelonogis, etnografis, studi grounded theory, atau studi kasus
peneliti mengumpulkan data penting secara terbuka terutama dimaksudkan
untuk mengembangkan tema-tema dari data.5
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus yakni
dengan tujuan berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, serta
2Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014),
Cet. 1, hal. 19 3Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,..., hal. 54
4Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian,..., Cet. 1, hal. 20
5Emzir, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008), hal. 28
63
memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam dari individu,
kelompok atau situasi tertentu. Data studi kasus diperoleh dengan
wawancara, observasi, dokumentasi, dan mempelajari beberapa dokumen
yang terkait dengan topik yang diteliti.
D. Sumber Penelitian
Pengumpulan data dapat dilakukan setting, berbagai sumber, dan
berbagai cara. Jika dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data
dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer
adalah sumber yang data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data, sedangkan sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung mem
berikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen.6
Purposive subjek penelitian sebanyak 11 orang, terdiri atas:
1. Kepala Sekolah MIN 1 Kota Tangerang Selatan.
2. Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum MIN 1 Kota Tangerang
Selatan.
3. Guru BTQ kelas V bilingual.
4. Guru BTQ kelas V A regular.
5. Guru BTQ kelas V B regular.
6. Siswa kelas V bilingual yang berjumlah 28 siswa.
7. Siswa kelas V A regular yang berjumlah 39 siswa.
8. Siswa kelas V B regular yang berjumlah 39 siswa.
Namun yang diteliti secara mendalam setiap kelas dua siswa
berdasarkan hasil penilaian pembelajaran BTQ
Selain data di atas penulis juga mengambil data tertulis yaitu berupa
sumber-sumber pustaka tentang pembelajaran baca tulis Al-Qur`an (BTQ),
6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2015), hal. 193
64
serta data-data yang diperlukan meliputi data arsip, foto, dokumen nilai
BTQ, dan website MIN 1 Kota Tangerang Selatan dan lain-lain.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah berbagai cara yang digunakan untuk
menghimpun, mengambil atau menyaring data penelitian.7 Menurut Soehardi
Sigit, ada tiga teknik yang biasanya digunakan dalam penelitian kualitatif,
ialah pemantauan (observation), wawancara (interview), dan analisis
dokumen (analisis dokumen).8
Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu:
a. Observasi partisipatif (participatory observation)
Pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung,
pengamat ikut sebagai peserta dalam kegiatan tersebut.
b. Observasi non partisipasi (nonparticipatory observation)
Pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan
mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan tersebut.9
Peneliti dalam kegiatan observasi ini, termasuk pada observasi non
partisipasi (nonparticipatory observation) yakni peneliti hanya
mengamati proses pembelajaran BTQ mulai dari pembukaan, kegiatan
inti, dan penutup pada kelas V bilingual, kelas V A regular, dan kelas V
7Suwartono, Dasar-dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Andi, 2014), hal. 41
8Prasetyo Irawan dkk, Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), Hal.
8.8 9Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,..., Hal. 220
65
B regular, tidak sebagai peserta atau ikut berpartisipasi dalam
pembelajaran di kelas tersebut.
Observasi tidak hanya dilakukan sekali tetapi berulang kali, penulis
melakukan pengamatan terhadap obyek yang akan diteliti bersamaan
dengan dilakukannya Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) yaitu
pada bulan Februari sampai bulan Juli 2019.
Hal ini penulis melakukan pengamatan terhadap implementasi
pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) pada kelas V bilingual dan
kelas V reguler
2. Wawancara
Wawancara banyak digunakan dalam penelitian kualitatif, bisa
disebut juga sebagai teknik pengumpulan data utama. Wawancara
dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka baik secara
individual maupun kelompok, dengan tujuan untuk menghimpun data
yang dibutuhkan.10
Terdapat tiga jenis wawancara yaitu:
a. Wawancara terstruktur
Biasanya terdiri dari seperangkat pertanyaan yang dapat dijawab
dengan jawaban iya atau tidak, atau dengan memilih satu jawaban
pilihan. Pada wawancara seperti ini kita tidak dapat memperoleh
jawaban yang mendalam.
b. Wawancara semi terstuktur
Biasanya terdiri dari seperangkat pertanyaan yang kemudian
diperdalam dengan menggunakan pertanyaan setengah terbuka.
c. Wawancara tidak terstruktur
Dilakukan untuk menanyakan pendapat atau komentar
responden tentang suatu topik sesuai tujuan wawancara. Wawancara
10
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, ..., hal. 216
66
semacam ini dilaksanakan jika informasi yang dibutuhkan sulit
diperoleh dari responden yang kita wawancarai.11
Wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara jenis semi
terstruktur yaitu seperangkat pertanyaan yang kemudian diperdalam
dengan menggunakan pertanyaan setengah terbuka. Penulis melakukan
wawancara dengan sebelas orang, yaitu: Kepala sekolah, Wakil Kepala
Sekolah Bidang Kurikulum, Guru BTQ Kelas V Bilingual, Guru BTQ
Kelas V A Reguler, Guru BTQ Kelas V B Reguler, dua siswa dari Kelas
Bilingual, yakni Luviana Kanisha dan Lanang Tegar Ryanto, dua siswa
dari Kelas V A Reguler, yakni Raisya Nur Ilmi dan Della Camelia, serta
dua siswi Kelas V B Reguler yani Sabrina Hafsah Kamilia dan Zulaika
Renu A.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Wawancara
No. Fokus Penelitian Indikator
1. Dasar dan Tujuan a. Latar belakang berdirinya MIN 1
Kota Tangerang Selatan.
b. Dasar diadakannya pembelajaran
Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ).
c. Alokasi Waktu
2. Implementasi
Pembelajaran Baca
Tulis Al-Qur`an
(BTQ) pada Kelas
VBilingual dan
Reguler
a. Metode yang di gunakan pada
Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an
(BTQ) pada Kelas V Bilingual dan
Reguler.
b. Pelaksanaan kegiatan Pembelajaran
Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) pada
11
Prasetyo Irawan dkk, Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), Hal.
6.22
67
Kelas V Bilingual dan Reguler.
c. Teknik Evaluasi untuk mengukur
keberhasilan Pembelajaran Baca
Tulis Al-Qur`an pada Kelas V
Bilingual dan Reguler.
3. Dokumentasi
Cara lain untuk memperoleh data dari responden adalah
menggunakan teknik dokumentasi. Pada teknik ini, peneliti
dimungkinkan memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber
tertulis atau dokumen yang ada pada responden.12
Dokumentasi adalah
suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.13
Metode ini digunakan peneliti untuk memperoleh data berupa nilai
BTQ pada kelas V bilingual, kelas V A regular, dan kelas V B regular,
profil sekolah, dan foto kelas, foto dengan narasumber wawancara dan
foto pada saat pembelajaran BTQ berlangsung pada kelas V bilingual,
kelas V A regular dan kelas V B regular MIN 1 Kota Tangerang Selatan.
4. Triangulasi Data
Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau pembending terhadap data tersebut.14
Triangulasi
dibedakan menjadi tiga macam yaitu triangulasi sumber, waktu dan
teknik.
12
Sukardi, Ph.D., Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012),
Hal. 81 13
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,... Hal. 221 14
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009), hal. 330
68
Dalam penelitian ini penulis menggunakan berbagai jenis sumber
data dan bukti dari situasi yang berbeda. Dengan demikian sumber yang
diambil dari triangulasi data tersebut adalah data-data yang dikumpulkan
dari informan yang berbeda-beda diantaranya Guru Baca Tulis Al-
Qur`an (BTQ) kelas V bilingual, guru BTQ kelas V A regular, guru
BTQ kelas V B regular, Kepala Madrasah, Wakil kepala madrasah
bidang kurikulum, dan perwakilan siswa/siswi dari kelas V bilingual,
kelas V A regular dan kelas V B regula MIN 1 Kota Tangerang Selatan.
Pada triangulasi teknik, penulis melakukan triangulasi dengan cara
mengumpulkan data-data melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi pada waktu yang berbeda. Kemudian membandingkan
hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang berkaitan tentang
implementasi pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) di MIN 1 Kota
Tangerang Selatan. Sedangkan triangulasi waktu dilakukan dua waktu
yakni pagi dan siang.
F. Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah
pengolahan dan analisis data. Analisis data. Metode analisis data yang
digunakan peneliti adalah metode analisis kualitatif, analisis kualitatif adalah
analisis yang datanya bukan merupakan angka-angka, penarikan
kesimpulannya merupakan hasil penelaahan seluruh data-data yang ada,
seperti dari pengamatan, hasil wawancara, dokumen dan sebagainya. Data
yang ada berbentuk uraian dan dikaitkan dengan data yang lainnya untuk
mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran.15
Analisis data pada penelitian ini merupakan analisis data kualitatif
deskriptif, yaitu menganalisis dan mengkaji fakta secara sistematik sehingga
dapat lebih muda dipahami dan disimpulkan. Pelaksanaan analisis data pada
15Prasetyo Irawan dkk, Metode Penelitian, ...,Hal. 8.29
69
penelitian jenis ini dapat ditempuh dengan melakukan kegiatan reduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi.
1. Reduksi data (reduction data)
Data yang didapat penulis dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
oleh karena itu penulis perlu mencatat secara rinci dan teliti. Untuk itu
penulis perlu melakukan analisis data melalui reduksi data. Reduksi data
adalah suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data yang muncul dari
catatan-catatan tertulis dilapangan. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran data yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Data dalam penelitian ini berupa data hasil observasi dan catatan
lapangan tentang pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) seperti
hasil nilai BTQ pada kelas V bilingual dan regular serta data tambahan
dari kegaiatan wawancara dengan Guru BTQ kelas V bilingual, guru
BTQ kelas V A regular, guru BTQ kelas V B regular, kepala madrasah,
wakil kepala madrasah bidang kurikulum, perwakilan dua anak pada
setiap kelas V serta dokumen yang ada di MIN 1 Kota Tangerang
Selatan seperti sejarah madrasah, profil madrasah, sarana dan prasarana
dll.
2. Penyajian data (data display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian
data, yang dimaksud penyajian data adalah informasi yang tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan yang bersifat kognitif, yaitu menyederhanakan informasi yang
70
kompleks kedalam bentuk kesatuan yang disederhanakan dan selektif
dan konfigurasi yang mudah dipahami.16
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan dan hubungan antar kategori yang
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif.17
Data yang disajikan pada penelitian ini adalah data yang
berhubungan dengan implementasi pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an
(BTQ) pada kelas V bilingual dan kelas V A& B regular.
3. Penarikan kesimpulan (verification)
Langkah selanjutnya setelah adanya reduksi data dan penyajian data
adalah penarikan kesimpulan (verification). Data yang sudah direduksi
dan disajikan secara sistematis akan disimpulkan sementara (simpulan
tahap awal), yakni kesimpulan yang masih kurang jelas, perlu
diverifikasi dan masih dapat diuji kembali dengan data lapangan dengan
cara merefleksikan kembali.
Namun apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penulis kembali
ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel. Agar kesimpulan tidak diragukan,
maka dalam tahap analisis kesimpulan tersebut harus diverifikasi.18
16
Mahew B. Miles dan A. Michael Hiberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: UI
Press, 1992), Hal. 18-19 17
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,..., hal. 94 18
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif dan Kuantitatif),
(Jakarta: GP Press, 2009), hal. 222
71
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Obyek Penelitian
1. Sejarah Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Kota Tangerang
Selatan
a. Sekilas Sejarah Berdirinya MIN 1 Kota Tangerang Selatan
Madrasah yang merupakan salah satu lembaga pendidikan
Islam, memiliki kiprah panjang dalam dunia pendidikan di
Indonesia. Pendidikan madrasah merupakan bagian dari pendidikan
nasional yang memiliki kontribusi tidak kecil dalam pembangunan
pendidikan nasional atau kebijakan pendidikan nasional. Madrasah
telah memberikan sumbangan yang sangat signifikan dalam proses
pencerdasan masyarakat dan bangsa, khususnya dalam konteks
perluasan akses dan pemerataan pendidikan. Dengan biaya yang
relatif murah dan distribusi lembaga yang menjangkau daerah-
daerah terpencil, madrasah membuka akses atau kesempatan yang
lebih bagi masyarakat miskin dan marginal untuk mendapatkan
pelayanan pendidikan.
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Ciputat secara legal berdiri pada
tahun 1991 setelah Departemen Agama Kabupaten Tangerang
mengeluarkan surat izin penegeriannya. Sebelum menjadi
Madrasah Negeri, Madrasah ini bernama Madrasah Ibtidaiyah Daar
el-Maghfiroh yang berdiri pada tahun 1983 di bawah naungan
yayasan Pendidikan Islam Darul Maghfiroh. Selain mendirikan
Madrasah Ibtidaiyah yayasan pendidikan Daar Al-Maghfiroh juga
mendirikan madrasah Diniyah dan Madrasah Tsanawiyah dimana
lokasi ketiga lembaga pendidikan tersebut berada dalam satu atap.
72
Sejarah pertumbuhan dan perkembangan madrasah Daar El-
Maghfiroh pada awal berdirinya hampir sama dengan beberapa
sejarah perkembanagn madrasah pada umumnya di Indonesia
dimana tidak dapat dipisahkan dari perkembangan aspek kehidupan
masyarakatnya, yaitu dilatarbelakangi oleh keinginan untuk
mengembangkan secara berimbang antara ilmu agama dengan ilmu
pengetahuan umum dikalangan umat Islam pada umumnya dan
masyarakat di wilayah ciputat pada umumnya.
Secara historis berdirinya madrasah ibtidaiyah yang berada di
bawah naungan yayasan Daar el-Maghfiroh dilatar belakangi oleh
keinginan seluruh pengurus yayasan dan tokoh-tokoh masyarakat
desa Cimanggis kelurahan Cipayung untuk mengembangkan
dakwah dan syiar agama Islam serta internalisasi dan transformasi
nilai-nilai Islam pada masyarakat dimana lembaga tersebut berdiri.
Dengan segenap usaha dan upaya yang dilakukan, keberadaan
madrasah ibtidaiyah Dar el-Maghfiroh selama beberapa tahun
memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam usaha
mengembangkan ilmu pengetahuan, akhlakul mulia, dan
keterampilan sesuai dengan tujuan awal para pendiri yayasan ini
yaitu untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama, (tafaqquh
fiddin), ilmu pengetahuan umum (al-ulum al’ammah), akhlak mulia
(akhlakul karimah), serta keterampilan bagi seluruh peserta didik
yang menimba ilmu di seluruh lembaga pendidikan di bawah
naungan yayasan Daar el-Maghfiroh.
Dari sisi manajemen pengelolaan yayasan Dar El-Magfiroh
mengunakan sistem manajemen modern dimana penempatan
sumber daya manusia dalam tugas dan fungsinya didasarkan pada
kemampuan dan kapasitas masing-masing yang sering disebut
73
dengan istilah the right man on the right place dengan demikian
sistem tata kelola yayasan dinilai sangat bagus contohnya pengurus
yang memiliki kapasitas dan yang berprofesi sebagai tenaga
pendidikan diberikan tugas mengelola bagaimana proses
kependidikan berjalan dengan baik, seseorang yang berprofesi
sebagai pejabat publik di lembaga pemerintah yang memiliki akses
untuk bisa mengkomunikasikan dan memperkenalkan program
yayasan ke khalayak publik diberi tugas sebagai kepala humas dan
bendahara yayasan agar sistem fund rising bisa berjalan dengan
baik dan cepat, kemudian pengurus yang memiiki profesi sebagai
pejabat pemerintah di bidang pelayanan masyarakat juga diberi
wewenang mengurus segala sesuatu yang bersifat perizinan,
legalitas yayasan, serta hal-hal yang berkaitan dengan legalitas
formal dan perundang-undangan.
Pada dekade tahun 1980 sampai 1988 merupakan masa puncak
kejayaan yayasan Dar el-Maghfiroh. Pada masa ini kemajuan yang
dicapai tidak hanya dalam bidang akademik tetapi juga kemajuan di
bidang non akademik seperti kemajuan dalam bidang seni dan olah
raga, pengembangan ekonomi melalui kegiatan koperasi sekolah,
pembinaan terhadap masyarakat di lingkungan sekitar serta
perkembangan jumlah peserta didiknya dari segi kualitas dan
kwantitasnya. Kemajuan yang dicapai tentunya tidak terlepas dari
peran serta masyarakat dan kerja keras seluruh pengurus yayasan
yang didasari oleh keikhlasan dan niat hanya karena Allah.
Beberapa nama yang perlu dicatata dalam sejarah berdirinya
madrasah Ibtidaiyah Dar el-Maghfiroh adalah H. Rahmatullah, H.
Anwar Noor, Hj Muniroh, H. Abdul Munir, H. Abdul Karim Amri,
74
H. Abdul Halim, H. Rahmat Matias, dan Dr. Said Agil Al-
Munawwar.
Kemajuan yang telah dicapai oleh yayasan dalam berbagai
bidang, ternyata tidak mampu bertahan lebih lama. Dekade tahun
1989 sampai tahun 1998 merupakan masa kemunduran yayasan
yang ditandai oleh penyerahan Madrasah Ibtidaiyah Dar el-
Maghfiroh kepada pemerintah sehingga menjadi madrasah
Ibtidaiyah Negeri Ciputat pada tahun 1991 serta ditutupnya
Madrasah Tsanawiyah Dar el-Maghfiroh pada tahun 1998. Oleh
karenanya lembaga pendidikan formal yang ada hingga kini hanya
tinggal Madrasah Diniyyah Dar el-Maghfiroh dan itupun berjalan
apa adanya dan tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
pemerintah. Beberapa faktor yang melatar belakangi kemunduran
yayasan adalah adanya perbedaan persepsi diantara pengurus
yayasan dalam sistem tata kelola yang ada, adanya motif pribadi
diantara anggota yayasan yang tidak lagi sejalan dengan tujuan dan
khittah awal berdirinya yayasan serta ketidak mampuan yayasan
dalm merespon dinamika dan perkembangan kehidupan dan
kebutuhan masyarakat yang begitu cepat dalam menghadapi
kehidupan global.
b. Sejarah MIN Ciputat
Secara legal formal MIN Ciputat berdirinya pada tahun 1991
setelah yayasan Dar el-Maghfiroh menyerahkan dan menghibahkan
Madrasah Ibtidaiyah Dar el-Maghfiroh kepada negara dalam hal ini
Departemen Agama (sekarang Kementerian Agama) Kabupaten
Tangerang Provinsi Banten. Saat ini MIN Ciputat memiliki peserta
didik sejumlah ( Ratus ). Pada tahun 2009 MIN Ciputat membuka
program kelas Bilingual dengan tujuan untuk lebih memaksimalkan
75
pelayanan prima kepada masyarakat serta menyediakan program-
program unggulan dalam bidang bahasa Inggris dengan harapan out
put yang diperoleh memiliki komptetensi yang lebih dalam bidang
bahasa Inggris di banding madrasah dan sekolah yang ada yang
sejenis.
Dalam perkembangannya program kelas bilingual sangat
diminati oleh masyarakat oleh msyarakat dari segala lapis dan
profesi yang dimilikinya. Animo msayarakat untuk memasukkan
putra-putrinya di kelas bilingual dilatar belakangi oleh keinginan
masyarakat agar putra-putrinya memiliki pengetahuan yang agama
yang bagus di satu sisi serta pengetahuan umum termasauk
kemampuan bahasa Inggris di sisi lain. Untuk dapat memberikan
penjaminan murtu yang konsisten MIN Ciputat menggunakan
program Cambride International untuk konten materi, pelatihan
guru, serta tes international untuk peserta didiknya.
c. Perubahan nama menjadi MIN 1 Kota Tangerang Selatan
Pada Tanggal 18 November 2015 MIN Ciputat berubah
namanya menjadi MIN 1 Kota Tangerang Selatan sesuai dengan
Keputusan Menteri Agama RI Nomor 371 Tahun 2015 tentang
Perubahan Nama Madrasah Aliyah Negeri, Madrasah Tsanawiyah
Negeri, dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri di Provinsi Banten.
2. Profil Madrasah
a. Nama Madrasah : MI Negeri 1 Kota
Tangerang Selatan
b. No. Statistik Madrasah (NSM) Lama : 111 1 28 03 0001
No. Statistik Madrasah (NSM) Baru : 1111 3674 0001
NPSN : 60721448
c. Akreditasi Madrasah : A
76
d. Alamat Lengkap Madrasah : Jl. Dewi Sartika No. 2 Gg.
Masjid Ar- Riyadh
Kecamatan : Ciputat
Kota : Tangerang Selatan
Provinsi : Banten
No. Telp : 021-74708358
E-mail : min.ciputat@yahoo.com
Website :http://minciputat.sch.id/
e. Status Madrasah : Negeri
f. NPWP Madrasah : 002263176411000
g. Tahun Berdiri : 1991
h. No. Akte Pendirian Terakhir : -
i. Kepemilikan Tanah : Pemerintah dan Menyewa
j. Status tanah : Pemerintah (Terlampir)
k. Luas tanah : 1150 m²
l. Status Bangunan : Pemerintah dan Menyewa
m. Luas Bangunan : 1026 m²
3. Visi dan Misi Madrasah
a. Visi
Terwujudnya Manusia yang cerdas, berwawasan luas, memiliki
keterampilan, mandiri dan berakhlak mulia.
b. Misi
a. Meningkatkan daya saing lulusan serta kualitas pendidikan
dengan mengacu pada standar pendidikan nasional serta
meningkatkan kualifikasi dan profesionalisme bagi tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan lainnya melalui pelatihan-
pelatihan.
77
b. Mengembangkan proses pemb elajaran yang tidak sekedar
mentransfer pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga motivasi
dan pengembangan kualitas kepribadian siswa dengan mengacu
kepada prinsip dan teori psikologis dengan penerapan strategi
pembelajaran paikem.
c. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dan
manajemen berbasis madrasah serta penguatan terhadap fungsi
dan peran komite madrasah.
d. Mengembangkan kurikulum yang berorientasi pada Standar
Nasional dan Standar Internasional dengan penguasaan Bahasa
Arab dan Bahasa Inggris serta penguasaan terhadap teknologi
informasi dan komunikasi.
e. Menanamkan nilai-nilai aqidah, syariah dan akhlakul karimah
sebagai basis bagi segenap aspek kehidupan dengan
mengembangkan program tahfidz, tartil dan tahsinul qur’an
serta praktek ibadah.
4. Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah
Tabel 4.1
Guru Dan Tenaga Kependidikan Madrasah
No NIP Nama Pelajaran Jabatan
1. 1964082819910
32003
Dra. Hj. Ratu
Rohimah, M.Pd.
Kepala Madrasah Kepala
Madrasah
2. 1962090219920
3200
Nurhayati, S.Pd.I Guru Kelas Guru
Kelas
3. 1970010819920
32001
Siti Nurdiyah Soleha,
S.Pd.I
Guru Kelas Guru
Kelas
78
4. 1970011619950
3200
Neti Sumiati, S.Pd.I Guru Kelas Guru
Kelas
5. 1977021619970
3100
Bajrus Zaman, S.Pd Guru Kelas Guru
Kelas
6. 1966020819990
32001
Catur Warni Sri
Hariyanti, S.P
Guru Kelas Guru
Kelas
7. 1966022619990
32001
Sugiyah, S.Pd Guru Kelas Guru
Kelas
8. 1972042219990
32003
Siti Maria Ulfa, A.Ma Guru Kelas Guru
Kelas
9. 1970070320000
32002
Hamidah, S.Pd.I Guru Kelas Guru
Kelas
10. 1967050320070
12033
Catur Galuh
Ratnagung, M.Pd
Guru Kelas Guru
Kelas
11. 1975070220091
22002
Nuryani Kamilah,
S.Ag
Guru PAI Guru PAI
12. 1975092420031
21002
Edi Sutrisno, S.Pd Guru Kelas Guru
Kelas
13. 1981083120070
12012
Halimatus Sadiyah,
S.Pd.I
Guru Kelas Guru
Kelas
14. 1965012520070
11023
Awang Anwarudin,
S.Pd.I
Guru PJOK Guru
PJOK
15. 1981120820050
1200
Uhanah, S.Pd Guru Kelas Guru
Kelas
79
16. 1972040920050
11006
Purwo Prihanto, S.Pd. Guru Kelas Guru
Kelas
17. 1972102919980
31003
Ahmad Muniri, S.Ag Guru Kelas Guru
Kelas
18. 1111367400012
30001
Drs. H. Syukria Guru PAI Guru PAI
19. 1111367400012
30002
Tati Suryati, S.Pd.I Guru Kelas Guru
Kelas
20. 1111367400010
10003
Dadah, S.Pd.I Guru PAI Guru PAI
21. 1111367400012
30004
Dahliatul Pitriawati,
S.Sos
Guru Kelas Guru
Kelas
22. 1111367400010
80005
Chahli Mawardi,
A.Md
Guru Kelas Guru
Kelas
23. 1111367400012
30006
Siti Aisah, S.Pd.I Guru Kelas Guru
Kelas
24. 1111367400010
80008
Ismail Guru B. Arab Guru B.
Arab
25. 1111367400012
30007
Dra. Nani Marhamah Guru Kelas Guru
Kelas
26. 1111367400010
10010
Toto Priyanto, S.Pd.I Guru PAI Guru PAI
27. 1111367400010
90011
Dewi Yanti, S.Pd Guru B. Inggris Guru B.
Inggris
28. 1111367400010
90012
Alifah, S.Pd Guru B. Inggris Guru B.
Inggris
80
29. 1111367400010
10013
Khamjah, SH.I Guru PAI Guru PAI
30. 1111367400010
90014
Devi Kurniawati, S.Pd
Guru B. Inggris Guru B.
Inggris
31. 1111367400010
90015
Andiek Mahrus Ali,
S.Hum
Guru B. Inggris Guru B.
Inggris
32. 1111367400012
30016
Umi Kulsum, S.Ag. Guru Kelas Guru
Kelas
33. 1111367400010
90017
Siti Widanastuti, S.Ip. Guru B. Inggris
Guru B.
Inggris
34. 1111367400010
90018
Wulantri
Septiningrum, S.Pd
Guru B. Inggris
Guru B.
Inggris
35. 1111367400010
90024
Uswatun Hasanah,
S.Pd.
Guru B. Inggris
Guru B.
Inggris
36. 1111367400013
30023
Desi Dwiyanti Guru Kelas Guru
Kelas
37. 1962061619910
32001
Hj. Yuliarni Staf TU Staf TU
38. 1968052920021
21003
Abdul Khair, SE Staf TU Staf TU
39. 1111367400012
80009
Asep Supriyadi,S.PdI Staf TU Staf TU
81
40. 1111367400013
30019
Kenedy Staf Pramubakti Staf
Pramubakt
i
41. 1111367400013
30021
Sandi Gunawan Staf Pramubakti Staf
Pramubakt
i
42. 1111367400013
30023
Irfan Staf
Pramubakt
i
43. 1111367400013
30024
Lukny Staf
Pramubakt
i
5. Sarana dan Prasana Madrasah
Keadaan sarana dan prasarana MIN 1 Kota Tangsel terdiri dari 19
ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang LAB IPA, 1 ruang LAB
Komputer, 1 ruang Kepala Sekolah, 1 ruang Guru, 1 ruang UKS, 1
ruang Tata Usaha, 2 Toilet Guru, 4 Toilet Siswa, 1 Lapangan Olahraga,
1 ruang Guru PAI, 1 Tempat Ibadah/Masjid, dan 1 Gudang.
Tabel 4.2
Sarana dan Prasaran Madrasah
No. Nama Keterangan Jumlah
Baik Sedang Rusak
1. Ruang Kelas 19 - - 19
82
2. R. Perpustakaan 1 - - 1
3. R. LAB. IPA 1 - - 1
4. R. LAB. Komputer 1 - - 1
5. R. Kepala Madrasah 1 - - 1
6. R. Guru 1 - - 1
7. R. UKS 1 - - 1
8. R. Tata Usaha 1 - - 1
9. Toilet Guru 1 - 1 2
10. Toilet Siswa 4 - - 4
11. Lapangan Olahraga 1 - - 1
12. R. Guru PAI 1 - - 1
13. Tempat
Ibadah/Masjid
1 - - 1
14. Aula - - - -
15. Gudang 1 - - 1
16. R. Sirkulasi - - - -
17. R. Organisasi
Kesiswaan
- - - -
18. Ruang Lainnya - - - -
6. Siswa Madrasah
Tabel 4.3
Siswa Madrasah
NO. KELAS JUMLAH SISWA
1. 1 Reguler dan Bilingual 131 siswa
2. 2 Reguler dan Bilingual 108 siswa
83
3. 3 Reguler dan Bilingual 105 siswa
4. 4 Reguler dan Bilingual 131 siswa
5. 5 Reguler dan Bilingual 105 siswa
6. 6 Reguler dan Bilingual 68 siswa
JUMLAH 648 siswa
Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa jumlah siswa MIN
1 Kota Tangerang Selatan pada tahun ajaran 2018/2019 adalah terdiri
dari jumlah siswa laki-laki 296 dan jumlah siswa perempuan 352, jadi
jumlah keseluruhan adalah 648 siswa.
7. Kurikulum Madrasah
MIN 1 Kota Tangerang Selatan menggunakan pedoman Keputusan
Menteri Agama nomor 165 Tahun 2014 tentang Pedoman Kurikulum
Madrasah 2013. Namun Alokasi jam pada pembelajaran berbeda dengan
juklak pada penerapan Kurikulum 2013, yang disesuaikan dengan
kebutuhan siswa MIN 1 Kota Tangerang Selatan.
a. Materi Pokok
Tabel 4.4
Kurikulum Madrasah
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU BELAJAR PER-
MINGGU
I II III IV V VI
1. AL-Qur`an Hadits 2 2 2 2 2 2
2. Aqidah Akhlak 2 2 2 2 2 2
3. SKI 2 2 2 2 2 2
4. Fiqih 2 2 2 2
5. B. Arab 5 5 6 5 5 5
84
6. PPKN 8 9 10 7 7 7
7. B. Indonesia 2 2 2 2 2 2
8. Matematika 5 6 6 6 6 6
9. IPA 3 3 3
10. IPS 3 3 3
11. SBDP 4 4 4 5 5 5
12. Penjaskes 4 4 4 4 4 4
13. B. Inggris 2 2 2 2 2 2
Jumlah Alokasi Per-
minggu
34 36 40 40 40 40
b. Materi Lokal, meliputi :
1) Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ)
2) Hafalan Al-Qur`an (Tahfidz)
3) B. Inggris
4) B. Arab
5) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
c. Pengembangan Diri, meliputi:
1) English Morning
2) Arabic Morning
3) Pramuka
d. Pembiasaan, meliputi:
1) Sholat Dhuha berjama’ah
2) Sholat Dzuhur berjama’ah
3) Dzikir sesudah sholat
e. Kegiatan Kurikuler, meliputi:
85
Salah satu unggulan MIN 1 Kota Tangerang Selatan adalah
program TAHFIDZ. Program ini mewajibkan siswa untuk hafal Al-
Quran JUZ 30. Siswa diharapkan hafal dengan target sebagai
berikut :
KELAS I : Surat An-Naas s.d Al-Zalzalah
KELAS II : Surat Al-Bayinah s.d Asy-Syam
KELAS III : Surat Asy-Syam s.d Al-Buruuj
KELAS IV : Surat Al-Insyqoq s.d At-Takwir
KELAS V : Surat abasa s.d An-Nabaa
KELAS VI : Surat-surat Pilihan
f. Kegiatan Ekstrakurikuler, meliputi:
1) Seni Marawis
2) Pidato
3) Tahfidzul Qur`an
4) Qira`ati
5) Futsal
6) Sepak Bola
8. Prestasi Madrasah
Juara III Lomba Mini Soccer Tingkat SD Se-Jabodetabek di SDIT
Al-Syukro Kota Tangerang Selatan
Juara III AKSIOMA Cabang Pidato Bahasa Indonesia Putri MI Se-
Kota Tangerang Selatan
Juara III TURNAMEN FUTSAL Tingkat SD/MI di Madrasah
Pembangunan UIN JAKARTA
Juara III PILDACIL Jabodetabek ACT di Cililitan Jakarta Timur
Juara I PILDACIL Jabodetabek di Plaza Depok
86
Juara II Lomba Murottal Al-Qur`an pada Festival Tahun Baru 1434
H Tingkat SD/MI Se-TANGSEL oleh Yayasan Al-Huda Indonesia
November 2012
Juara II Lomba Tilawah Al-Qur`an pada Festival Tahun Baru 1434
H Tingkat SD/MI Se-TANGSEL oleh Yayasan Al-Huda Indonesia
November 2012
Juara II Lomba Cerdas Cermat pada Festival Tahun Baru 1434 H.
Tingkat SD/MI Se-TANGSEL oleh Yayasan Al-Huda Indonesia
November 2012
9. Aktifitas Balajar Mengajar
Di MIN 1 Kota Tangerang Selatan, terdapat program intrakurikuler,
kurikuler, dan dan juga ekstrakurikuler. Waktu belajar di MIN I Kota
Tangerang Selatan dimulai pukul 07.00 pagi hingga pukul 14.00 siang
selama 5 hari dari hari senin hingga jum`at. Setiap hari diadakan
greeting morning mulai jam 06.30 sampai jam 07.00 kemudian sholat
dhuha berjama’ah dari jam 07.00 sampai jam 07.30, untuk kelas 1-3 di
kelas masing-masing sedangkan kelas 4-6 di masjid. Setelah sholat
dhuha, kegiatan belajar mengajar dimulai, kemudian jam 12.30 sholat
dhuhur berjama’ah di Masjid untuk kelas 4-6 sedangkan kelas 1-3 di
kelas masing-masing, setelah itu mulai kegiatan belejar mengajar
kembali smpei jam 14.00.
Tabel 4.5
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MIN 1 KOTA TANGERANG
SELATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
No Ekskul Tempat Pembimbing Hari PUKUL KELAS
1. Futsal Lapangan
min / futsal
Awang a.
Chahli m. Sabtu
07.00 - 08.00
WIB 1 & 2
87
camp 08.00 - 09.00
WIB 3 & 4
09.00 - Selesai 5
2. Seni tari Kelas
cordova Ninik Sabtu
07.00 - 08.00
WIB 1 & 2
08.15 - 09.30
WIB 3, 4 & 5
3. Pencak
silat
Halaman
masjid Yaqobi Sabtu
07.30 - 09.00
WIB 1 s.d 5
4. Taekwo
ndo
Halaman
min Ali mansyar Sabtu
07.00 - 09.00
WIB 1 s.d 5
5. Seni
lukis Kelas III a Nahuri Sabtu
07.00 - 08.00
WIB 1 s.d 3
6. Marawis Kelas II a Desi
dwiyanti Sabtu
08.00 - 09.00
WIB 3 & 4
09.00 – 10.00
WIB 5 & 6
7. Seni
music Kelas III c Taufan Sabtu
08.00 - 09.00
WIB Pianika
09.00 – 10.00
WIB
Paduan
Suara
8. Bhs.
Inggris
Kelas
andalusia Dewi yanti
Sabtu
07.00 - 08.00
WIB 1 s.d 2
Kelas
azerbaijan Devi k.
07.00 - 08.00
WIB 3 s.d 4
Kelas
Sarajevo Wulantri s.
08.00 - 09.00
WIB 5 s.d 6
9. Tahfidz
Kelas I a Toto p. Sabtu
07.00 - 08.00
WIB 1
08.00 - 09.00
WIB 2
Kelas I b Dadah Sabtu 07.00 - 08.00
WIB 3
Kelas V a Khamjah Sabtu 08.00 - Selesai 4 dan 5
88
Tabel 4.6
SUSUNAN PENGURUS KOMITE MIN 1 KOTA TANGERANG
SELATAN
PERIODE 2016-2019
JABATAN NAMA KETERANGAN
Pengawas
Komite
: 1. Bpk. H. Taufiq DKM Masjid Ar-Riyadh
2. Ibu Hj. Muniroh Tokoh Masyarakat Cipayung
3. Bpk. Mahmudi Lurah Cipayung
4. Ibu Retno Pemerhati Pendidikan
Ketua Komite
: Tonih Feronika,
M.Pd.
Orang Tua Siswa
Sekretaris
: Abdul Azis
Muhlas, M.Pd.
Orang Tua Siswa
Bendahara
: 1. Euis Ernawati Orang Tua Siswa
2. Yudith Masitho Orang Tua Siswa
Anggota
: 1. Bpk. Santoso,
M.Pd
Orang Tua Siswa
2. Bpk. Ahmad
Salim
Orang Tua Siswa / Pemerhati
Pendidikan
3. Ibu Eva Fitriati Orang Tua Siswa
4. Ibu Yuyun
Wahyuni
Orang Tua Siswa
5. Ibu Susanti Orang Tua Siswa / Pemerhati
Pendidikan
6. Ibu Ella Orang Tua Siswa
7. Ibu Nurul Farida Orang Tua Siswa
89
B. Menjawab Rumusan Masalah Implementasi Pembelajaran Baca Tulis
Al-Qur`an (BTQ) pada Kelas Bilingual dan Kelas Reguler (studi kasus
kelas V MIN 1 Kota Tangerang Selatan
Pada hari Senin, 1 April 2019, penulis mengantar surat permohonan izin
penelitian di MIN 1 Kota Tangerang Selatan, dalam pertemuan dengan
kepala sekolah ibu Dra. Hj. Ratu Rohimah M.Pd., dan wakil kepala sekolah
bidang kurikulum ibu Sugiyah, S.Pd., memberikan izin secara lisan kepada
penulis untuk melaksanakan penelitian ini dengan senang hati.
1. Hasil Observasi
Pada hari Rabu, 24 April 2019, penulis ke sekolah dan berjumpa
dengan guru Qira`ati bapak Toto Priyanto, S.Pd.I., untuk meminta nilai
Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) pada kelas V bilingual dengan data sebagai
berikut:
Tabel 4.7
Data Nilai Qira`ati Kelas V Bilingual Semester Ganjil Tahun
Ajaran 2018/2019
No. Nama Nilai Qira`ati
1. Ahsana Nadya Dinafa 90 A
2. Aisha Labdagawati Khaira 90 A
3. Alfillah Ahmad Amini 95 A
4. Alma Tsurayya Ramadhina 90 A
5. Aqila Fahriza Soleha 97 A
6. Bayu Ahmad Zilfakham 97 A
7. Edi Putra Pratama 90 A
8. Kaisa Fadhlillah 91 A
9. Kanami Agnia Rahmat 90 A
10. Lanang Tegar Ryanto 90 A
90
11. Luviana Kallisha 90 A
12. Muhammad Aidil Hasbi Mubarok 90 A
13. Muhammad Hafidz Khairullah 95 A
14. Muhammad Hafiz Raihan Hidayat 95 A
15. Muhammad Abdurrafi 90 A
16. Muhammad Daffa Makasitagaleo 90 A
17. Muhammad Syafi’i Jamil 92 A
18. Naelan Najihatir Rohmah 95 A
19. Najad Ahmad Mujaddidi 93 A
20. Najwa Syifa Kirana Tumanggor 90 A
21. Naura Allethia Rahma 90 A
22. Nisa Azzukhruf 90 A
23. Pandu Al Ghivari Poernomo 90 A
24. Raisa Ghania Zahra 90 A
25. Shafa Sekar Arum 92 A
26. Sultan Idris Saputra 95 A
27. Zachari Muhammad 90 A
28. Zahra Keisha Abida 90 A
Jumlah 2567
Rata-rata 92 A
KKM 70
Pada hari Selasa tanggal 30 April 2019, bertemu dengan bu Anis
guru BTQ di kelas V A Reguler, untuk meminta data nilai BTQ pada
kelas V A Reguler. Dengan data sebagai berikut:
91
Tabel 4.8
Data Nilai BTQ Kelas V A Reguler Semester Ganjil Tahun Ajaran
2018/2019
No. Nama Nilai BTQ
1. Ahmad Najih Al-Wafi 89 B
2. Aida Febrina Ashari 80 B
3. Asy Syifa` Nurhayati 80 B
4. Auliya Istiqomah 90 A
5. Aulya Rizka Setiawan 80 B
6. Azzam Mahdi Kalani 90 A
7. Balqis Syahadatin Hadi 90 A
8. Bassam Djamaluddin Ishaya 80 B
9. Cherly Nabila Aiman 90 A
10. Cinta Dianadira 90 A
11. Della Camelia 90 A
12. Firzi Al-Fairuz 90 A
13. Haur Zahratussita 90 A
14. Ibnu Zaki Fadhillah Hadiputro 90 A
15. Indira Fathia Wardah 85 B
16. Inez Triyani 90 A
17. Kamalia Savitri 80 B
18. Kayla Fitria 88 B
19. Meinada Syafira 88 B
20. Mochammad Raffi Pratama 85 B
21. Muhamad Arka Karyanto 80 B
22. Muhammad Alif Izzudin Alim 80 B
23. Muhammad Farid Alfarizi 80 B
92
24. Muhammad Noval 85 B
25. Muhammad Rafhi Aulia 80 B
26. Muhammad Tajri Kholiddin 75 C
27. Muhammad Zindani Abdul Majid 87 B
28. Nadya Ulya Albi 80 B
29. Nurul Rahmania Putri 80 B
30. Raihan Febrian 85 B
31. Rasya Nur Ilmi 90 A
32. Ratu Aidah Basyarah 90 A
33. Revi Yusnia Alviani 75 C
34. Ryan Luthfiansyah Priono 90 A
35. Sohpani Rahid 80 B
36. Syahla Chayang Fellycia 84 B
37. Thallahani Saniyah 80 B
38. Tian Adiputra Wiguna 88 B
39. Zulfaa Nur Amalina 85 B
Jumlah 3310
Rata-rata 85 B
KKM 70
Kemudian pada hari Kamis tanggal 25 April 2019, penulis bertemu
dengan bu Dadah, S.Pd.I Guru BTQ di kelas 5 B Reguler, untuk
meminta data nilai BTQ pada kelas V B Reguler. Dengan data sebagai
berikut:
93
Tabel 4.9
Data Nilai BTQ Kelas V B Reguler Semester Ganjil Tahun Ajaran
2018/2019
No. Nama Nilai BTQ
1. Aco Billah Pamoso 80 B
2. Adilia Cahayani 85 B
3. Ahmad Raffi Mahfudz Ihsanudin 75 C
4. Ajeng Kartini 90 A
5. Alief Saiful Ramadhan 80 B
6. Ananda Prandika Khaura 90 A
7. Anjani Kusuma Wardhani 85 B
8. Ardelina Ramadhani 85 B
9. Fatimah Az-Zahra Nasution 90 A
10. Hikari Aufa Rafiqi 75 C
11. Ikfinii Ilyas 90 A
12. Jane Vallery Salsabila 78 C
13. Kayla Apriliyani Syam 90 A
14. Muhammad Daffa Maulana 85 B
15. Muhammad Fadly Firanqi 80 B
16. Muhammad Farrel Zahirsyah 85 B
17. Muhammad Rizky Ramadhan 74 C
18. Nada Mahayuni Kamila 85 B
19. Nandana Faturrohman 90 A
20. Nayfa Fitria 90 A
21. Nazwa Kalyca Salsabilla 85 B
22. Nur Aisyah Adzani 75 C
23. Putri Nadya Hilwa 75 C
94
24. Qhoriyazil Illmi 80 B
25. Ramadha Arya Daffandy 80 B
26. Rasya Fahri Lesmana 80 B
27. Renitha Aisya Abidah 90 A
28. Revi Aarya Wijaya 80 B
29. Risa Ayu Aprilin 80 B
30. Sabrina Hafsah Kamilia 85 B
31. Sekar Febriyanti 85 B
32. Shelya Aura Kinasih 72 C
33. Syahdan Tahiyyah Auliya 90 A
34. Vanesya Salsabila Putri Iryanto 85 B
35. Wijdan Zada Swardana 80 B
36. Xena Fortuna Ilham 85 B
37. Yoni Adfajri Sudarmawan 70 C
38. Zahra Rizma Salsabilla 68 D
39. Zuleyka Renu Anabia 70 C
Jumlah 3197
Rata-rata 82 B
KKM 70
Tabel 4.10
Daftar rata-rata nilai BTQ kelas V Semester Ganjil Tahun Ajaran
2018/2019
Kelas Nilai Rata-rata
V Bilingual 92 A
V A Reguler 85 B
V B Reguler 82 B
95
Tabel 4.11
Bobot Penilaian BTQ
Nilai A (Amat Baik) 90-100
Nilai B (Baik) 80-89
Nilai C (Cukup) 70-79
Nilai D ( Kurang) 60-69
Tabel di atas dapat dilihat dengan jelas terdapat perbedaan nilai
Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) pada Kelas Bilingual dan Kelas Reguler
jika dilihat dari rata-rata nilai yang diperoleh. Selain itu, ketika penulis
melaksanakan Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) di MIN 1
Kota Tangerang Selatan, penulis menemukan perbedaan kualitas
membaca Al-Qur`an pada kelas bilingual dan kelas regular.
Oleh karena itu, penulis ingin meneliti lebih lanjut bagaimana
pembelajaran BTQ pada kelas bilingual dan kelas regular dengan judul
Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) pada Kelas
Bilingual dan Kelas Reguler menggunakan metode pengumpulan data
melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, dengan mengacu pada
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 21 Tahun 2016
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, No. 22 Tahun
2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, dan No.
23 Tahun 2016 tentang Standar Penilian Pendidikan, serta melihat dari
beberapa pendapat dalam kajian teori pada bab II.
a. Tempat Pelaksanaan Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an
(BTQ)
Pada tahap observasi, penulis melakukan observasi di kelas V
Bilingual dan Kelas V A & B Reguler. Untuk kelas V Bilingual
96
terletak di lantai I dilengkapi dengan AC, proyektor, papan tulis,
loker siswa yang terletak disamping tempat duduk siswa, lemari
buku sebagai pendukung sumber belajar lain, mading, tempat siswa
berekreasi terletak di belakang kelas. Setiap siswa memiliki tempat
duduk masing-masing, terdiri 15 tempat duduk satu baris terdapat
empat tempat duduk, dan satu tempat duduk untuk dua siswa.
Sistem tempat duduk untuk yang laki-laki dua tempat duduk sebelah
kanan, sedangkan yang perempuan dua tempat duduk sebelah kiri.
Disamping kelas terdapat tempat sampah dan rak sepatu sehingga
lingkungan tampak bersih dan rapi.
Gambar 4.1
Ruang Kelas V bilingual
Selanjutnya, pada kelas V A & B Reguler, tidak seperti kelas V
bilingual, ruangan kelas V A & B terletak di lantai II saling
bersebelahan tidak ber-AC, tidak ada proyektor, namun ada kipas
dinding, papan tulis, dan loker siswa yang terletak disamping tempat
duduk siswa, lemari buku sebagai pendukung sumber belajar lain,
mad ing, tempat siswa berekreasi terletak di belakang kelas. Setiap
97
siswa memiliki tempat duduk masing-masing, terdiri 20 tempat
duduk satu baris terdapat lima tempat duduk, dan satu tempat duduk
untuk dua siswa. Sistem tempat duduk untuk yang laki-laki dua
tempat duduk sebelah kanan, sedangkan yang perempuan tiga tempat
duduk sebelah kiri. Disamping kelas terdapat tempat sampah dan rak
sepatu sehingga lingkungan tampak bersih dan rapi.
Gambar 4.2
Ruang kelas V A Regular
98
Gambar 4.3
Ruang Kelas V B Reguler
b. Pelaku Pelaksanaan Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ)
1) Peserta Didik
Peserta didik di kelas V bilingual berjumlah 28 siswa.
Terdiri dari 13 laki-laki dan 15 perempuan. Sedangkan pada
kelas V A reguler berjumlah 39 siswa, terdiri dari 19 laki-laki
dan 20 perempuan. Untuk kelas V B reguler, berjumlah dari 39
siswa, terdiri dari 18 laki-laki dan 21 perempuan, jadi secara
keseluruhan peserta didik kelas V berjumlah 106 siswa. Dalam
kesehariannya proses pendidikan di MIN 1 Kota Tangerang
Selatan menggunakan seragam, dan jilbab bagi perserta didik
perempuan.
2) Guru
Guru baca tulis Al-Qur`an (BTQ) di kelas V bilingual ada
tiga guru, mereka merupakan guru team teaching dari metode
99
qira`ati. Untuk guru BTQ di kelas V A reguler ada satu, ia
merupakan guru mata pelajaran Fiqh di kelas tersebut.
Sedangkan guru BTQ pada kelas V B reguler juga ada satu, ia
merupakan guru PAI mata pelajaran Al-Qur`an Hadist kelas II.
3) Faktor lain
Adapun faktor pendukung kecakapan membaca Al-Qur`an
siswa adalah adanya kegiatan membaca surat-surat pilihan
bersama-sama di halaman sekolah setiap hari kamis, setiap kelas
ada target hafalan juz 30, dan ekstrakurikuler tahfidz setiap hari
sabtu. Untuk hafalan juz 30, siswa dapat menyetorkan hafalan
mereka diluar jam yang ditentukan kepada wali kelas atau guru
pendidikan agama islam.
c. Kegiatan Belajar Mengajar Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ)
1) Kelas V Bilingual
Pada hari jum’at 26 April 2019, penulis ikut mengamati
proses pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) di kelas V
bilingual dalam kelas, pengajar BTQ pada kelas ini berupa team
teaching yang berjumlah tiga guru, metode yang digunakan
adalah metode Qira`ati, maka hasil pengamatan penulis tentang
proses pembelajaran BTQ di kelas V bilingual adalah sebagai
berikut:
a) Memulai dengan berdo’a sebelum belajar besama-sama
b) Memerika kehadiran peserta didik
c) Kemudian klasikal besar 15 menit pertama, seluruh siswa di
kelas dikumpulkan untuk membaca surat-surat pendek, do`a-
do`a harian dan belajar dengan alat peraga berupa buku
besar yang dijepit di tiang berisi tentang bacaan-bacaan
khusus.
100
Gambar 4.4
Kegiatan Klasikal Besar
Gambar 4.5
Kegiatan belajar menggunakan alat peraga
d) Kemudian 30 menit selanjutnya membuat 3 kelompok
dengan menyesuaikan tingkatan jilid masing-masing,
kelompok I untuk siswa yang sampai pada jilid 1 dan 2,
kelompok II untuk siswa mulai jilid 3 dan 4, sedangkan
kelompok tiga untuk siswa yang sampai pada Al-Qur`an,
101
Tajwid, Gharib dan yang sudah khatam untuk menghafalkan
surat-surat pilihan.
Dalam kegiatan ini siswa membaca satu persatu buku
Qira`ati sesuai tingkatan jilidnya masing-masing dengan
disimak guru kelompok masing-masing. Sedangkan untuk
kelompok III langsung membaca sesuai tingkatannya,
misalnya membaca Al-Qur`an, gharib, tajwid atau hafalan
surat-surat pilihan bagi yang sudah khatam metode Qira`ati.
Kegiatan tersebut dilaksanakan sampai waktu pembelajaran
habis.
Gambar 4.6
Kegiatan membaca buku Qira`ati sesuai tingkatan masing-
masing
e) Kembali ke tempat duduk masing-masing, selanjutnya
berdo`a setelah belajar bersama-sama.
f) Untuk evaluasi metode Qira`ati, setiap anak yang sudah
menyelesaikan satu jilid dan ingin melanjutkan jilid
berikutnya, terlebih dahulu mengikuti ujian secara lisan oleh
kepala Qira`ati mengenai materi yang telah di dapat, jika
102
lulus maka bisa naik jilid selanjutnya. Namun apabila tidak
lulus, maka siswa harus kembali belajar dengan guru
Qira`atinya untuk membenahi apa yang kurang saat tes,
ketika sudah mampu maka bisa melakukan ujian ulang
sampai lulus.
Setelah murid selesai 4 jilid, murid masuk pada tahap
yang namanya tadarus, tadarus dibagi menjadi 3 tingkatan,
yakni 1) membaca Al-Qur`an juz 1-10 untuk tadarus murni
(belajar membaca Al-Qur`an saja) setelah selesai kemudian
tes tadarus juz 1-10, apabila lulus maka naik ketingkat 2)
yakni, membaca Al-Qur`an juz 11-20 dan menerima
pembelajaran gharib, setelah menyelesaikan gharib,
kemudian tes ghorib apabila lulus maka dapat melanjutkan
ke tingkatan 3) yakni, membaca Al-Qur`an juz 21- 30 dan
meneriman pelajaran tajwid setelah menyelesaikan tajwid,
kemudian mengikuti tes untuk melangkah ke jenjang
selanjutnya yaitu kelas finishing (sudah menguasai semua
dari fashoha, tartil, ghorib, tajwid, hafalan surat pendek dari
surat Asy-Syams sampai surat An-Naas, doa sehari-hari,
bacaan sholat, dan praktek wudhu, dengan pelafalan
bacaanya harus menggunakan tajwid.
Setelah itu, masuk pada kelas persiapan IMTAS
(Imtihan Tashih) atau TAS (Tashih Akhir) dengan materi
antara lain fashoha, tartil, ghorib, tajwid, hafalan surat
pendek dari surat Asy-Syams sampai Surat An-Naas, doa
sehari-hari, bacaan sholat, dan praktek wudhu. Apabila hasil
ujian IMTAS terdapat 1 materi yang kurang dari KKM (60)
maka dinyatakan tidak lulus dan harus mengulang pada
103
IMTAS tahun depan. Untuk ujian IMTAS ada 3 tingkatan,
yang pertama PRATAS yakni ujian di lembaga sekolah
yakni MIN 1 Kota Tangerang Selatan, apabila lulus maka
dilanjutkan Ujian di tingkat II yakni ujian tingkat Jakarta
Selatan, jika lulus maka selanjutnya ke tingkat III yakni
ujian tingkat Jabodetabek, setelah semua terlewati dan lulus,
maka siswa bisa mengikuti wisudah Qira`ati yang diadakan
1 tahun sekali.
Dari hasil analisis di atas bahwa implementasi pembelajaran
BTQ di kelas V bilingual sangat baik dan sesuai dengan kajian
teori pada bab II tentang Baca Tulis Al-Qur`an, mulai dari
metode, materi, proses pembelajaran dan evaluasi, hal ini
dibuktikan dengan nilai hasil belajar BTQ dengan nilai rata-rata
92. Namun pembelajaran di kelas bilingual ini tidak
menggunakan RPP, hal ini karena pembelajaran BTQ pada kelas
V bilingual menggunakan metode Qira`ati yang didalamnya
terdapat peraturan dan program tersendiri.
2) Kelas V A Reguler
Guru yang mengajar BTQ di kelas ini adalah Bu Anis S.Pd.I
seorang guru PAI yang juga mengajar Al-Qur`an Hadits di kelas
II, metode yang digunakan adalah metode Iqra’, Desmontrasi
dan praktek.
Adapun hasil pengamatan penulis tentang proses
pembelajaran BTQ di kelas V A reguler adalah sebagai berikut:
a) Dimulai dengan membaca do`a sebelum belajar bersama-
sama
b) Memeriksa kehadiran peserta didik
104
c) Membaca bersama-sama surat yang dihafal sesuai target
kelas
d) Kemudian guru memberi tugas seperti menulis Al-Qur`an
atau biasa disebut dengan imlak, mencari hukum tajwid
dalam ayat-ayat Al-Qur`an yang ditentukan, dan memberi
materi tajwid.
e) Ketika siswa-siswi mengerjakan tugas, guru memanggil
siswa/siswi satu persatu untuk maju ke meja guru membaca
Al-Qur`an dan menyetorkan hafalan surat-surat pendek yang
ditargetkan.
Terkadang guru menyuruh peserta didik membaca Al-
Qur`an bersama-sama kemudian menunjuk satu siswa untuk
membaca sendiri ditempat duduknya serta ditanyakan hukum
tajwidnya, guru menyimak dan membenarkan jika terdapat
kesalahan.
f) Berdo`a setelah belajar bersama-sama
g) Evaluasi dilaksanakan 2 kali dalam satu semester, seperti
mata pelajaran pada umumnya yakni UTS dan UAS.
Ujiannya berupa tes tulis dan tes lisan, untuk tes lisan peserta
didik praktek membaca Al-Qur`an, sedangkan tes tulisnya
imlak, dan mencari hukum tajwid pada surat yang telah
ditentukan.
105
Gambar 4.7
Kegiatan Proses Pembelajaran
Dari hasil analisis di atas bahwa waktu pembelajaran BTQ
pada kelas V A regular lebih sedikit dan pembelajarannya kurang
terprogram dengan baik tidak seperti kelas bilingual yang waktu
pembelajarannya lebih banyak dan pembelajarannya lebih
terprogram. Untuk jumlah siswa kelas V A juga penuh yakni 39
siswa, padahal dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa dalam satu kelas
berisikan 28 siswa. Dengan demikian implementasi pembelajaran
BTQ pada kelas V A regular sudah baik, hal ini dilihat dari
metode yang digunakan, materi yang disampaikan dan perolehan
nilai rata-rata BTQ yakni 85.
3) Kelas V B Reguler
Guru yang mengajar BTQ di kelas ini adalah Bu Dadah,
S.Pd.I seorang guru PAI yang juga mengajar Fiqh di kelas
tersebut, metode yang digunakan adalah metode Iqra`.
106
Adapun hasil pengamatan penulis tentang proses
pembelajaran BTQ di kelas V B reguler adalah sebagai berikut:
a) Membaca do`a surat Al-Fatihah beserta artinya bersama-
sama
b) Memeriksa kehadiran peserta didik
c) Kemudian tadarus Al-Qur`an sesuai surat yang ditargetkan
bersama-sama, guru menyimak kebenaran tajwid dan
makharijul huruf jika ada yang salah dalam bacaan baik
tajwid maupun makharijul huruf guru menyuruh berhenti
membaca dan mengulang ayat yang salah tersebut, atau guru
membenarkan dan peserta didik megikuti, jika sudah benar
maka dilanjutkan ayat berikut.
Terkadang guru membaca dahulu kemudian peserta
didik mengikuti seperti yang dibacakan guru, setelah dibaca
berkali-kali guru menunjuk satu anak untuk di tes membaca,
pemilihannya bisa sesuai absen, diacak, atau anak yang tidak
memperhatikan, apabila sudah benar maka dilanjutkan ayat
berikutnya, jika belum benar maka diulang kembali ayat
tersebut sampai benar.
107
Gambar 4.8
Kegiatan tadarus bersama-sama
d) Guru menulis tugas di papan tulis
e) Kemudian anak mengaji satu persatu sesuai absen maju ke
meja guru untuk setoran membaca sesuai jilidnya masing-
masing, jika jilidnya sudah selesai maka membaca Al-
Qur`an. sedangkan yang lain mengerjakan tugas di papan
tulis berupa menulis Al-Qur`an (imlak).
f) Berdo`a setelah belajar bersama-sama
g) Evaluasi dilaksanakan 2 kali dalam satu semester, seperti
mata pelajaran pada umunya yakni UTS dan UAS.
Evaluasinya berupa ulangan tertulis mengajukan beberapa
soal sesuai materi yang telah diajarkan, apabila nilainya
kurang dari KKM maka raport akan ditangguhkan.
108
Gambar 4.9
Kegiatan guru menyimak murid
Hasil analisis di atas bahwa waktu pembelajaran BTQ kelas
V B regular lebih sedikit dan pembelajaran kurang terprogram
dengan baik tidak seperti kelas bilingual yang waktu
pembelajarannya lebih banyak dan pembelajarannya lebih
terprogram. Untuk jumlah siswa kelas V A juga bengkak yakni
39 siswa, padahal dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa dalam satu kelas
berisikan 28 siswa. Dengan demikian implementasi pembelajaran
BTQ pada kelas V B regular sudah baik, hal ini dapat dilihat dari
metode yang digunakan, materi yang disampaikan dan perolehan
nilai rata-rata BTQ yakni 85.
109
2. Deskriptif Data
a. Wawancara dengan Kepala Madrasah
Pada hari Senin tanggal 15 Juli 2019, penulis bertemu Kepala
Madrasah di kantor kepala madrasah untuk menanyakan tentang
target yang ingin dicapai Madrasah pada mata pelajaran Baca
Tulis Al-Quran (BTQ), penulis mendapat jawaban dari kepala
madrasah ibu Ratu Rohimah menyatakan bahwa:
“Pertama, Harus hafal surat-surat yang ditentuka pada
setiap kelas, seperti kelas 1 dari surat At-Takastur sampai
surat an-Naas dan seterusnya sampai pada surat An-Naba`.
Terpenting kelas 6 sudah harus hafal juz 30, karena syarat
UN madrasah adalah harus sudah hafal juz 30, bukan
sekedar hafal tapi tajwidnya juga bagus. Tetapi apabila
sebelum kelas 6 ada yang sudah hafal juz 30 makan bisa
melanjutkan ke surat-surat pilihan seperti: Al-Mulk, Ar-
Rahman dll.
Kedua, peserta didik harus bisa membaca Al-Qur`an
dengan benar dan fasih sesuai kaidah tajwid dan makharijul
huruf yang benar. Oleh karena itu, saya meminta kepada
lembaga IIQ untuk selalu mengirimkan peserta PPKT ke
Madrasah untuk menyempurnakan tajwid dan makharijul
huruf.
Untuk keberhasilan membaca Al-Qur`an, metode
Qira`ati yang digunakan kelas bilingual lebih baik karena
makharijul hurufnya diajarkan lebih jelas, detail dan fasih,
karena guru-guru yang mengajar sudah mendapat ijazah
qira`ati.”1
Kemudian penulis bertanya tentang Prestasi yang telah
diperoleh dalam bidang BTQ, beliau menjawab dengan
pernyataan sebagai berikut:
“Pernah menjadi juara 2 tingkat pelajar se-Tangsel dan
selalu menjadi juara tahfidz tingkat Kota Tangerang Selatan.”2
1 Wawancara dengan Kepala Madrasah MIN 1 Kota Tangerang Selatan, Ratu Rohimah,
Ciputat, 15 Juli 2019.
2 Wawancara dengan Kepala Madrasah MIN 1 Kota Tangerang Selatan, Ratu Rohimah,
Ciputat, 15 Juli 2019.
110
Penulis menganalisis dari wawancara di atas bahwa
kegiatan pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an di MIN 1 Kota
Tangerang Selatan memiliki tujuan atau target yakni mampu
membaca Al-Qur`an dengan benar dan fasih sesuai kaidah
hukum tajwid dan hafal juz 30 sesuai target yang ditentukan
dalam kelas.
Namun untuk keberhasilan membaca Al-Qur`an, metode
Qira`ati yang diterapkan pada kelas bilingual lebih baik dari
pada kelas regular, hal ini mungkin dikarenakan faktor metode,
waktu dan potensi murid yang berbeda. Terbukti banyak dari
kelas bilingual yang mendapatkan prestasi diajang perlombaan
MTQ maupun MHQ baik tingkat kecamatan maupun tingkat
kota.
b. Wawancara dengan Wakil Kepala Madrasah Bidang
Kurikulum
Pada hari Senin tanggal 15 Juli 2019, penulis bertemu wakil
kepala Madrasah bidang kurikulum di kantor guru untuk bertanya
apakah pada pembelajaran BTQ dikelas V bilingual
menggunakan RPP dan silabus? Kemudian bu Sugiyah
menjelaskan bahwa:
“Proses pembelajaran BTQ secara emplisit tidak
membuat RPP dan Silabus, tetapi mempunyai target dan
strategi pembelajaran, bahkan BTQ ada KD, KI 3 dan KI 4
nya bukan hanya sekedar kegiatan ekstrakurikuler tetapi
masuk pada kegiatan intrakurikuler, bahkan nilai BTQ
masuk di raport dan ijazah. Jadi semua aspek bisa terukur,
bukan hanya pintar tapi akhlaknya juga bagus, karena
membentuk akhlak lebih sulit daripada memberikan nilai.”3
3 Wawancara dengan Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum MIN 1, Sugiyah,
Ciputat, 15 Juli 2019.
111
Kemudian penulis bertanya lagi tentang metode apa yang
digunakan untuk pembelajaran BTQ?, bu Sugiyah menjawab
dengan pernyataan sebagai berikut:
“Metode yang diterapkan untuk kelas reguler
menggunakan metode Iqro` sedangkan pada kelas bilingual
menggunakan metode Qira`ati. Tetapi untuk tahun ajaran
baru 2019/2020 kami menerapkan metode baru yakni kelas
reguler dan bilingual sama-sama menggunakan metode
qira`ati, dan penambahan waktu yang dulunya enam jam
menjadi delapan jam dengan tujuan supaya memiliki
pemahaman yang lebih baik.”4
Penulis menganalisis dari wawancara di atas bahwa
kegiatan pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an di MIN 1 Kota
Tangerang Selatan memiliki 2 macam metode pengajaran yakni
metode Qira`ati untuk kelas bilingual yang diampu oleh tiga guru
Qira`ati pada setiap kelas dan metode Iqra` untuk kelas regular
yang diampu oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) satu guru
dalam satu kelas.
Dalam proses pembelajaran BTQ secara emplisit tidak
membuat RPP dan Silabus, tetapi mempunyai target dan strategi
pembelajaran, bahkan BTQ ada KD, KI 3 dan KI 4. BTQ bukan
hanya sekedar kegiatan ekstrakurikuler tetapi masuk pada
kegiatan intrakurikuler, bahkan nilai BTQ masuk di raport dan
ijazah.
4 Wawancara dengan Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum MIN 1, Sugiyah,
Ciputat, 15 Juli 2019.
112
Gambar 4.10
Wawancara Wakil Kepala Madrasah bidang Kurikulum
c. Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V Bilingual
Pada hari Rabu tanggal 24 April 2019, penulis bertemu guru
BTQ kelas V bilingual pak Toto Priyanto, S.Pd.I di kantor guru
PAI untuk menanyakan tentang metode yang digunakan pada
pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) pada Kelas V
Bilingual, kemudian pak Toto merespon pertanyaan penulis
dengan pernyataan bahwa:
“Pada kelas V bilingual kami menggunakan metode
Qira`ati.”5
Kemudian penulis bertanya tentang materi BTQ yang
diajarkan di kelas V bilingual, pak Toto mengatakan bahwa:
“Pada metode Qira`ati ini kami menggunakan buku Qira`ati
tingkat SD dimana terdapat 4 jilid, ghorib, dan Tajwid.”6
5 Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V Bilingual, Toto Priyanto, Ciputat, 24 April
2019.
6 Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V Bilingual, Toto Priyanto, Ciputat, 24 April
2019.
113
Kemudian penulis bertanya lagi tentang pelaksanaan
pembelajaran BTQ pada kelas V bilingual, pak Toto menjelaskan
bahwa:
“Dalam satu kelas terdapat 3 tenaga guru pengajar, yang
fungsinya untuk mengampu jilid yang berbeda dalam 1
kelas. Pertama, klasikal besar selama 15 menit untuk
membaca surat-surat pendek, doa-doa harian dan belajar
dengan alat peraga berupa buku besar yang dijepit di tiang
berisi tentang bacaan-bacaan. Kemudian 30 menit
selanjutnya membuat 3 kelompok dengan menyesuaikan
tingkatan jilid masing-masing, kelom pok I untuk siswa yang
sampai pada jilid 1 dan 2, kelompok II untuk siswa mulai
jilid 3 dan 4, sedangkan kelompok tiga untuk siswa yang
sampai pada Al-Qur`an, Tajwid, Gharib dan yang sudah
khatam untuk menghafalkan surat-surat pilihan.
Dalam kegiatan ini guru menyimak siswa membaca satu
persatu buku Qira`ati sesuai tingkatan jilidnya masing-
masing. Sedangkan untuk kelompok III langsung membaca
sesuai tingkatannya, misalnya membaca Al-Qur`an, gharib,
tajwid atau hafalan surat-surat pilihan bagi yang sudah
khatam metode Qira`ati.”7
Selanjutnya penulis bertanya tentang evaluasi pembelajaran
BTQ pada kelas V bilingual, kemudian beliau menjelaskan
sebagai berikut:
“Untuk evaluasi metode qiroati, setiap anak yang sudah
menyelesaikan satu jilid dan ingin melanjutkan jilid
berikutnya, terlebih dahulu mengikuti ujian secara lisan yang
diuji oleh kepala Qira`ati mengenai materi yang telah di
dapat, jika lulus maka bisa naik jilid selanjutnya, namun
apabila tidak lulus, maka siswa harus kembali belajar dengan
guru qiroatinya, untuk membenahi apa yang kurang pada
saat tes, ketika sudah mampu maka bisa melakukan ujian
ulang sampai lulus.
Setelah murid selesai 4 jilid, murid masuk pada tahap
yang namanya tadarus, tadarus dibagi menjadi 3 tingkatan,
7 Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V Bilingual, Toto Priyanto, Ciputat, 24 April
2019.
114
yakni 1) membaca Al-Qur`an juz 1-10 untuk tadarus murni
(belajar membaca Al-Qur`an saja) setelah selesai kemudian
tes tadarus juz 1-10, apabila lulus maka naik ketingkatan 2)
yakni, membaca Al-Qur`an juz 11-20 dan menerima
pembelajaran gharib, setelah menyelesaikan gharib,
kemudian tes ghorib apabila lulus maka dapat melanjutkan
ke tingkatan 3) yakni, membaca Al-Qur`an juz 21-30 dan
meneriman pelajaran tajwid setelah menyelesaikan tajwid,
kemudian mengikuti tes untuk melangkah ke jenjang
selanjutnya yaitu kelas finishing (sudah menguasai semua
dari fashoha, tartil, ghorib, tajwid, hafalan surat pendek dari
surat Asy-Syams sampai surat An-Naas, doa sehari-hari,
bacaan sholat, dan praktek wudhu, dengan pelafalan
bacaanya harus menggunakan tajwid.
Setelah itu, masuk pada kelas persiapan IMTAS
(Imtihan Tashih) atau TAS (Tashih Akhir) dengan materi
antara lain fashoha, tartil, ghorib, tajwid, hafalan surat
pendek dari surat Asy-Syams sampai Surat An-Naas, doa
sehari-hari, bacaan sholat, dan praktek wudhu. Apabila hasil
ujian IMTAS terdapat 1 materi yang kurang dari KKM (60)
maka dinyatakan tidak lulus dan harus mengulang pada
IMTAS tahun depan. Untuk ujian IMTAS ada 3 tingkatan,
yang pertama PRATAS yakni ujian di lembaga sekolah (
MIN 1 Kota Tangerang Selatan) apabila lulus maka
dilanjutkan Ujian di tingkat II yakni ujian tingkat Jakarta
Selatan, jika lulus maka selanjutnya ke tingkat III yakni
ujian tingkat Jabodetabek, setelah semua terlewati dan lulus,
maka siswa bisa mengikuti wisudah Qira`ati yang diadakan
1 tahun sekali.”8
Kemudian penulis bertanya waktu pelaksanaan pembelajaran
BTQ pada kelas V bilingual, beliau menyatakan bahwa:
“Dalam satu minggu BTQ dilaksanakan 3 kali, 1 peretemuan
45 menit, jadi kira-kira satu minggu pembelajaran BTQ sebanyak
135 menit.”9
8 Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V Bilingual, Toto Priyanto, Ciputat, 24 April
2019.
9 Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V Bilingual, Toto Priyanto, Ciputat, 24 April
2019.
115
Selanjutnya penulis bertanya kembali tentang kendala-
kendala yang dihadapi pada pembelajaran BTQ di kelas V
bilingual, kemudian pak Toto menjawab dengan pernyataan
bahwa:
“Saya rasa kendalanya adalah kurangnya Sumber Daya
Manusia atau guru Qiroati di Madrasah dan juga kurangnya
alokasi waktu pembelajaran BTQ. Oleh karena itu tahun
ajaran baru akan ditambahkan guru Qira`ati begitupun waktu
pembelajaran BTQ.”10
Penulis menganalisis dari wawancara di atas bahwa
pembelajaran BTQ pada kelas V bilingual menggunakan metode
Qira`ati dengan materi diambil dari buku Qira`ati tingkat SD
yang berjumlah empat jilid, gharib dan tajwid. Pembelajaran
BTQ di kelas V bilingual diampu oleh tiga guru Qira`ati yang
memiliki ijazah Qira`ati dengan waktu pembelajaran satu minggu
tiga kali, setiap pertemuan 45 menit.
Proses pembelajaran BTQ di kelas V bilingual memiliki tiga
tahap yakni pertama, klasikal besar selama 15 menit untuk
membaca surat-surat pendek, doa-doa harian dan belajar dengan
alat peraga berupa buku besar yang dijepit di tiang berisi tentang
bacaan-bacaan. Kedua, 30 menit selanjutnya membuat 3
kelompok dengan menyesuaikan tingkatan jilid masing-masing,
kelompok I untuk siswa yang sampai pada jilid 1 dan 2,
kelompok II untuk siswa mulai jilid 3 dan 4, sedangkan
kelompok tiga untuk siswa yang sampai pada Al-Qur`an, Tajwid,
Gharib dan yang sudah khatam untuk menghafalkan surat-surat
10 Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V Bilingual, Toto Priyanto, Ciputat, 24 April
2019.
116
pilihan, dalam kegiatan ini guru menyimak bacaan siswa yang
maju kedepan satu persatu. Ketiga, penutup dan do`a.
Adapun untuk evaluasi metode Qira`ati, setiap anak yang
sudah menyelesaikan satu jilid dan ingin melanjutkan jilid
berikutnya, terlebih dahulu mengikuti ujian secara lisan yang
diuji oleh kepala Qira`ati mengenai materi yang telah di dapat,
jika lulus maka bisa naik jilid selanjutnya, namun apabila tidak
lulus, maka siswa harus kembali belajar dengan guru qiroatinya,
untuk membenahi apa yang kurang pada saat tes, ketika sudah
mampu maka bisa melakukan ujian ulang sampai lulus.
Se telah murid selesai 4 jilid, murid masuk pada tahap yang
namanya tadarus, tadarus dibagi menjadi 3 tingkatan, yakni 1)
membaca Al-Qur`an juz 1-10 untuk tadarus murni (belajar
membaca Al-Qur`an saja) setelah selesai kemudian tes tadarus
juz 1-10, apabila lulus maka naik ketingkatan 2) yakni, membaca
Al-Qur`an juz 11-20 dan menerima pembelajaran gharib, setelah
menyelesaikan gharib, kemudian tes ghorib apabila lulus maka
dapat melanjutkan ke tingkatan 3) yakni, membaca Al-Qur`an
juz 21- 30 dan meneriman pelajaran tajwid setelah
menyelesaikan tajwid, kemudian mengikuti tes untuk melangkah
ke jenjang selanjutnya yaitu kelas finishing (sudah menguasai
semua dari fashoha, tartil, ghorib, tajwid, hafalan surat pendek
dari surat Asy-Syams sampai surat An-Naas, doa sehari-hari,
bacaan sholat, dan praktek wudhu, dengan pelafalan bacaanya
harus menggunakan tajwid.
Setelah itu, masuk pada kelas persiapan IMTAS (Imtihan
Tashih) atau TAS (Tashih Akhir) dengan materi antara lain
fashoha, tartil, ghorib, tajwid, hafalan surat pendek dari surat
117
Asy-Syams sampai Surat An-Naas, doa sehari-hari, bacaan
sholat, dan praktek wudhu. Apabila hasil ujian IMTAS terdapat 1
materi yang kurang dari KKM yakni 60, maka dinyatakan tidak
lulus dan harus mengulang pada IMTAS tahun depan. Untuk
ujian IMTAS ada 3 tingkatan, yang pertama PRATAS yakni
ujian di lembaga sekolah ( MIN 1 Kota Tangerang Selatan)
apabila lulus maka dilanjutkan Ujian di tingkat II yakni ujian
tingkat Jakarta Selatan, jika lulus maka selanjutnya ke tingkat III
yakni ujian tingkat Jabodetabek, setelah semua terlewati dan
lulus, maka siswa bisa mengikuti wisudah Qira`ati yang diadakan
1 tahun sekali.
Adapun kendala-kendala yang dihadapi pada pembelajaran
BTQ adalah kurangnya Sumber Daya Manusia (guru Qiroati di
Madrasah) dan kurangnya alokasi waktu pembelajaran BTQ,
sehingga perlu ditambahkan guru dan waktu untuk pembelajaran
BTQ supaya lebih baik.
d. Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V A Reguler
Pada hari Selasa tanggal 30 April 2019, penulis bertemu
guru BTQ kelas V A regular bu Anis Khaerunnisa, S.Pd., di
kantor guru PAI untuk bertanya tentang metode yang digunakan
pada pembelajaran BTQ di kelas V A regular, bu Anis menjawab
bahwa: “Saya menggunakan metode Iqra`.”11
Penulis bertanya kembali tentang materi BTQ yang diajarkan
pada kelas V A regular, bu Anis menjawab dengan pernyataan
sebagai berikut:
“Untuk materinya tajwid saya tidak tahu batasan kelas 5
sampaimana, hanya saja saya menyesuaikan dengan mata
11 Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V A Reguler, Anis Khaerunnisa, Ciputat, 30
April 2019.
118
pelajaran Al-Qur`an Hadis, tetapi meskipun pada pelajaran
Al-Qur`an Hadis belum diajarkan, tetap akan saya ajarkan
jika memang harus diajarkan. Untuk materi tajwid saya
menggunakan buku Pelajaran Tajwid karya KH. Imam
Zarkasyi.”12
Selanjutnya penulis bertanya bagaimana pelaksanaan
pembelajaran BTQ di kelas V A regular?, bu Anis menjelaskan
bahwa:
“Pertama membaca bersama-sama surat yang dihafal
sesuai target kelas, Kemudian saya memberi tugas seperti
menulis Al-Qur`an (imlak), mencari hukum tajwid dalam
ayat-ayat Al-Qur`an yang ditentukan, dan memberi materi
tajwid.
Ketika siswa-siswi mengerjakan tugas, saya memanggil
satu persatu siswa/siswi untuk maju ke meja saya membaca
Al-Qur`an dan menyetorkan hafalan surat-surat pendek yang
ditargetkan.
Terkadang saya menyuruh peserta didik membaca Al-
Qur`an bersama-sama kemudian menunjuk satu siswa untuk
membaca sendiri ditempat duduknya serta ditanyakan
hukum tajwidnya, saya menyimak dan membenarkan jika
terdapat kesalahan.”13
Penulis bertanya kembali tentang evaluasi pembelajaran
BTQ pada kelas V A regular, beliau menjawab pertanyaan
penulis dengan pernyataan bahwa:
“Evaluasi dilaksanakan 2 kali dalam satu semester,
seperti mata pelajaran pada umunya yakni UTS dan UAS.
Ujiannya berupa tes tulis dan tes lisan, untuk tes lisan
peserta didik praktek membaca Al-Qur`an, sedangkan tes
tulisnya imlak, dan mencari hukum tajwid pada surat yang
telah ditentukan.”14
12 Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V A Reguler, Anis Khaerunnisa, Ciputat, 30
April 2019.
13
Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V A Reguler, Anis Khaerunnisa, Ciputat, 30
April 2019.
14
Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V A Reguler, Anis Khaerunnisa, Ciputat, 30
April 2019.
119
Selanjutnya penulis bertanya tentang kendala yang dialami
bu Anis dalam pembelajaran BTQ dan bagaimana
mengatasinya?, beliau menjawab dengan penjelasan sebagai
berikut:
“Kendala yang saya hadapi adalah masih ada siswa
yang masih belum mengetahui huruf hijaiyyah dan
kurangnya minat belajar BTQ. Untuk mengatasi masalah ini
saya selalu memberi motivasi setiap kali pertemuan dan
menggunakan sistem paksaan.”15
Penulis bertanya kembali tentang waktu pelaksanaan
pembelajaran BTQ di kelas V A regular, beliau menjawab
bahwa:
“Hari Selasa ba`da sholat dhuha, kira-kira jam 07.30-
08.30 kadang juga lebih, jadi waktu pelaksanaan
pembelajaran hanya satu minggu satu kali.”16
Penulis menganalisis dari wawancara di atas bahwa
pembelajaran BTQ pada kelas V A regular menggunakan metode
Iqra` dengan referensi materi buku tajwid karya KH. Imam
Zarkasyi. Adapun waktu pelaksaan pembelajaran BTQ adalah
Hari Selasa ba`da sholat dhuha, kira-kira jam 07.30- 08.30, jadi
waktu pelaksanaan pembelajaran hanya satu minggu satu kali.
Adapun kegiatan pembelajaran BTQ di kelas V A regular
adalah Pertama, membaca bersama-sama surat yang dihafal
sesuai target kelas, Kemudian guru memberi tugas seperti
menulis Al-Qur`an yang disebut imlak, mencari hukum tajwid
dalam ayat-ayat Al-Qur`an yang ditentukan, dan memberi materi
15 Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V A Reguler, Anis Khaerunnisa, Ciputat, 30
April 2019.
16
Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V A Reguler, Anis Khaerunnisa, Ciputat, 30
April 2019.
120
tajwid. Kedua, guru memanggil satu persatu siswa/siswi untuk
maju ke meja saya membaca Al-Qur`an dan menyetorkan hafalan
surat-surat pendek yang ditargetkan, sedangkan yang lain
mengerjakan tugas. Terkadang guru menyuruh peserta didik
membaca Al-Qur`an bersama-sama kemudian guru menunjuk
satu siswa untuk membaca sendiri ditempat duduknya serta
ditanyakan hukum tajwidnya, guru menyimak dan membenarkan
jika terdapat kesalahan. Ketiga, penutup dan Do`a.
Evaluasi BTQ pada kelas ini dilaksanakan 2 kali dalam satu
semester, seperti mata pelajaran pada umunya yakni UTS dan
UAS. Ujiannya berupa tes tulis dan tes lisan, untuk tes lisan
peserta didik praktek membaca Al-Qur`an, sedangkan tes
tulisnya imlak, dan mencari hukum tajwid pada surat yang telah
ditentukan. Adapun kendala-kendala pada pembelajaran BTQ di
kelas V A regular adalah terdapat siswa yang masih belum
mengenal huruf hijaiyyah dan kurangnya minat belajar BTQ,
sehingga untuk mengatasi hal tersebut guru selalu memberi
motivasi dan menggunakan sistem paksaan untuk meningkatkan
minat siswa.
e. Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V B Reguler
Pada hari Kamis tanggal 25 April 2019, penulis bertemu
guru BTQ kelas V A reguler bu Dadah, S.Pd.I di kelas 1 A
Reguler untuk bertanya tentang metode yang digunakan dalam
pembelajaran BTQ pada kelas V B regular, beliau menjawab:
“Metode Iqra`.”17
17 Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V B Reguler, Dadah, Ciputat, 25 April 2019
121
Kemudian penulis bertanya lagi tentang materi yang
diajarkan pada pembelajaran BTQ di kelas V B regular, bu
Dadah menjelaskan dengan pernyataan bahwa:
“Untuk materi mengikuti panduan di buku Iqro’ dan untuk
tajwid saya mencari referensi dari buku lain. Materi di kelas
saya adalah hukum nun sukun dan tanwin, sebenarnya tidak
terlalu intensif dalam pembelajaran tajwid karena anak-anak
sudah mendapatkan materi tajwid pada mata pelajaran Al-
Qur`an Hadits.”18
Selanjutnya penulis kembali bertanya tentang proses
pembelajaran BTQ di kelas V B regular, beliau menjelaskan
bahwa:
“Kegiatan pembelajaran diawali dengan membaca Do`a
surat Al-Fatihah beserta artinya bersama-sama. Kemudian
tadarus Al-Qur`an sesuai surat yang ditargetkan bersama-
sama, saya menyimak kebenaran tajwid dan makharijul
huruf jika ada yang salah dalam bacaan baik tajwid maupun
makharijul huruf guru menyuruh berhenti membaca dan
mengulang ayat yang salah tersebut, atau guru membenarkan
dan peserta didik megikuti, jika sudah benar maka
dilanjutkan ayat berikut.
Terkadang saya membaca dahulu kemudian peserta
didik mengikuti seperti yang dibacakan guru, setelah dibaca
berkali-kali guru menunjuk satu anak untuk di tes membaca,
pemilihannya bisa sesuai absen, diacak, atau anak yang tidak
memperhatikan, apabila sudah benar maka dilanjutkan ayat
berikutnya, jika belum benar maka diulang kembali ayat
tersebut sampai benar.
Kemudian anak mengaji satu persatu sesuai absen maju
ke meja guru untuk setoran membaca sesuai jilidnya
masing-masing, jika jilidnya sudah selesai maka membaca
Al-Qur`an. sedangkan yang lain mengerjakan tugas di papan
tulis berupa menulis Al-Qur`an yang disebut imlak.”19
18 Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V B Reguler, Dadah, Ciputat, 25 April 2019
19
Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V B Reguler, Dadah, Ciputat, 25 April 2019
122
Penulis bertanya kembali tentang evaluasi pembelajaran
BTQ di kelas V B regular, bu Dadah merespon pertanyaan
penulis dengan pernyataan sebagai berikut:
“Untuk evaluasi, terdapat dua macam tes, yakni lisan dan
tulis. Untuk lisan, dapat dilihat dari tercapainya target
hafalan yang ditentukan di kelas. Sedangkan untuk tes tulis,
saya membuat soal seperti layaknya ulangan. Apabila tidak
lulus maka raport akan ditangguhkan.”20
Selanjutnya penulis bertanya tentang waktu pelaksanaan
pembelajaran BTQ di kelas V B regular, beliau menjawab
bahwa:
“Hari selasa setelah sholat dhuha kira-kira jam 07.30 –
08.10. Jadi satu minggu hanya satu jam.”21
Kemudian penulis bertanya tentang kendala yang dihadapi
bu dadah dalam pembelajaran BTQ dan bagaimana
mengatasinya, bu Dadah menjawab dengan pernyataan sebagai
berikut:
“Pertama, kurang banyak waktu pembelajaran, hanya
satu jam dalam satu minggu, untuk masalah ini kebetulan
saya guru fiqih di kelas V B maka saya minta kepada wali
kelas untuk memindahkan jam fiqih saya ke hari selasa jam
pertama (setelah BTQ), jadi apabila waktu pembelajaran
BTQ kurang maka saya bisa mengambil waktu fiqih
sebanyak yang dibutuhkan dengan maksimal waktu 30-45
menit kemudian lanjut mata pelajaran fiqih.
Kedua, banyaknya siswa dalam 1 kelas sebanyak 39
siswa, sedangkan guru hanya 1, untuk mengatasi masalah ini
dengan cara: dalam 1 bulan terdapat 4 minggu, jadi setiap
pertemuan 10 anak maju membaca kedepan (setoran ke
saya) jadi dalam 1 bulan sudah kebagian baca semua.22
20Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V B Reguler, Dadah, Ciputat, 25 April 2019
21
Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V B Reguler, Dadah, Ciputat, 25 April 2019
22
Wawancara dengan Guru BTQ Kelas V B Reguler, Dadah, Ciputat, 25 April 2019
123
Penulis menganalisis berdasarkan wawancara di atas bahwa
pembelajaran BTQ pada kelas V B regular menggunakan metode
Iqra` dengan materi diambil dari buku Iqra` dan referensi buku
lain yang sesuai untuk materi tajwid. Adapun waktu pelaksanaan
pembelajarn BTQ pada kelas ini adalah hari selasa setelah sholat
dhuha kira-kira jam 07.30 – 08.10. Jadi satu minggu hanya satu
jam.
Adapun proses pembelajaran BTQ di kelas V B bilingual
memiliki dua tahap yakni pertama, tadarus Al-Qur`an sesuai
surat yang ditargetkan bersama-sama, guru menyimak kebenaran
tajwid dan makharijul huruf jika ada yang salah dalam bacaan
baik tajwid maupun makharijul huruf guru menyuruh berhenti
membaca dan mengulang ayat yang salah tersebut, atau guru
membenarkan dan peserta didik megikuti, jika sudah benar maka
dilanjutkan ayat berikut. Terkadang guru membaca dahulu
kemudian peserta didik mengikuti seperti yang dibacakan guru,
setelah dibaca berkali-kali guru menunjuk satu anak untuk di tes
membaca, pemilihannya bisa sesuai absen, diacak, atau anak
yang tidak memperhatikan, apabila sudah benar maka dilanjutkan
ayat berikutnya, jika belum benar maka diulang kembali ayat
tersebut sampai benar. Kedua, siswa mengaji satu persatu sesuai
absen maju ke meja guru untuk setoran membaca sesuai jilidnya
masing-masing, jika jilidnya sudah selesai maka membaca Al-
Qur`an. sedangkan yang lain mengerjakan tugas di papan tulis
berupa menulis Al-Qur`an atau biasa disebut imlak.
Untuk evaluasi, terdapat dua macam tes, yakni lisan dan
tulis. Untuk lisan, dapat dilihat dari tercapainya target hafalan
yang ditentukan di kelas. Sedangkan untuk tes tulis, saya
124
membuat soal seperti layaknya ulangan. Apabila tidak lulus
maka raport akan ditangguhkan. Adapun kendala-kendala yang
dihadapi pada pembelajaran BTQ pada kelas V B adalah
kurangnya waktu pembelajaran, terlalu banyak siswa dalam kelas
V B sedangkan guru hanya satu, dan masih ada beberapa siswa
yang tidak memperhatikan guru. Oleh karena itu, guru mengatur
waktu sedemikian rupa sehingga waktu yang dijadwalkan
sekolah cukup untuk belajar 39 siswa.
Gambar 4.11
Wawancara Guru BTQ Kelas V Reguler
f. Wawancara dengan Luviana Kanisha siswa kelas V bilingual
Pada hari Senin tanggal 15 Juli 2019, penulis bertemu
Luviana Kanisha siswa kelas V bilingual untuk menanyakan
perkembangan kemampuan Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) kamu
saat ini? Luvia menjawab bahwa: “Alhamdulillah, Lancar.”
Kemudian penulis bertanya Apa Metode Baca Tulis Al-
Qur`an (BTQ) yang digunakan di kelas mu? Apakah kamu suka?,
125
Luvia merespon pertanyaan penulis dengan pernyataan sebagai
berikut: “Metode Qira`ati, lumayan suka.”23
Penulis bertanya kembali, Jika kamu belajar BTQ juga di
rumah, lebih senang belajar BTQ di rumah atau di Madrasah?
Mengapa? Kemudian Luvia menjawab bahwa:
“Lebih suka di sekolah, karena banyak gurunya jadi kita bisa
dapat banyak pelajaran.”24
Selanjutnya penulis bertanya lagi Apakah kamu pernah
mengalami kesulitan ketika belajar Baca Tulis Al-Qur`an
(BTQ)? Mengapa? Dan bagaimana mengatasainya? Luvia
menjawab dengan pernyataan bahwa:
“Pernah, sejujurnya saya sih karena malas, mengatasinya
dengan mencoba untuk selalu terus membaca Al-Quran dan
gharib di rumah dan di sekolah.”25
Penulis menganalisis dari wawancara di atas bahwa di
Madrasah luvi belajar BTQ mengunakan metode Qira`ati yang
lumayan dia suka karena banyak guru yang mengajar sehingga
dia merasa banyak ilmu yang didapat. Kemampuan membaca Al-
Qur`an luvi baik, namun masih terdapat kendala yang dialami
luvi yakni malas, dalam hal ini luvi mengatasinya dengan selalu
terus membaca Al-Quran dan gharib di rumah dan di sekolah.
23 Wawancara denga Siswi Kelas V Bilingual, Luviana Kanisha, Ciputat, 15 Juli 2019
24
Wawancara denga Siswi Kelas V Bilingual, Luviana Kanisha, Ciputat, 15 Juli 2019
25
Wawancara denga Siswi Kelas V Bilingual, Luviana Kanisha, Ciputat, 15 Juli 2019
126
Gambar 4.12
Wawancara dengan Luvi siswi kelas V bilingual
g. Wawancara dengan Lanang Tegar Ryanto siswa kelas V
bilingual
Pada hari Senin tanggal 15 Juli 2019, penulis bertemu
Lanang Tegar Ryanto siswa kelas V bilingual untuk bertanya
Bagaimana perkembangan kemampuan Baca Tulis Al-Qur`an
(BTQ) kamu saat ini? Ryan menjawab: “Alhamdulillah,
lancar.”26
Kemudian penulis bertanya lagi Apa Metode Baca Tulis Al-
Qur`an (BTQ) yang digunakan di kelas mu? Apakah kamu suka?
Ryan menjawab: “Metode Qira`ati, lumayan.”27
26 Wawancara dengan Siswa Kelas V Bilingual, Lanang Tegar Ryanto, Ciputat, 15 Juli
2019
27
Wawancara dengan Siswa Kelas V Bilingual, Lanang Tegar Ryanto, Ciputat, 15 Juli
2019
127
Penulis mengajukan pertanyaan kembali yakni Jika kamu
belajar BTQ juga di rumah, lebih senang belajar BTQ di rumah
atau di Madrasah? Mengapa? Kemudian Ryan menjawab:
“Di sekolah, karena lebih faham.”28
Selanjutnya penulis bertanya Apakah kamu pernah
mengalami kesulitan ketika belajar Baca Tulis Al-Qur`an
(BTQ)? Mengapa? Dan bagaimana mengatasainya? Ryan
menjawab dengan pernyataan sebagai berikut:
“Pernah, karena tidak mengerti. Cara mengatasinya dengan
selalu berlatih di rumah.”29
Penulis menganalisis dari wawancara di atas bahwa di
Madrasah Ryan belajar BTQ mengunakan metode Qira`ati yang
lumayan dia suka karena dia merasa lebih faham. Kemampuan
membaca Al-Qur`an Ryan baik, namun masih terdapat kendala
yang dialami Ryan yakni ketidak fahaman pada materi tertentu,
dalam ini Ryan mengatasinya dengan selalu berlatih di rumah.
h. Wawancara dengan Raisya Nur Ilmi siswi kelas V A reguler
Pada hari Senin tanggal 15 Juli 2019, penulis bertemu
Raisya Nur Ilmi siswa kelas V A regular untuk bertanya Apa
Metode Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) yang digunakan di kelas
mu? Apakah kamu suka?, Raisya menjawab bahwa:
“Metode Iqra`, saya suka belajar menggunakan metode
Qira`ati.”30
28 Wawancara dengan Siswa Kelas V Bilingual, Lanang Tegar Ryanto, Ciputat, 15 Juli
2019
29
Wawancara dengan Siswa Kelas V Bilingual, Lanang Tegar Ryanto, Ciputat, 15 Juli
2019
30
Wawancara dengan Siswi Kelas V A Reguler, Raisya Nur Ilmi, Ciputat, 15 Juli 2019
128
Kemudian penulis bertanya lagi Bagaimana perkembangan
kemampuan Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) kamu saat ini?, Raisya
menjawab bahwa: “Alhamdulillah, Baik.”31
Kemudian penulis bertanya, Jika kamu belajar BTQ juga di
rumah, lebih senang belajar BTQ di rumah atau di Madrasah?
Mengapa?, Raisya merespon pertanyaan dengan pernyataan
bahwa:
“Saya lebih suka belajar BTQ di rumah, karena lebih fokus
belajarnya.”32
Selanjutnya penulis bertanya kembali Apakah kamu pernah
mengalami kesulitan ketika belajar Baca Tulis Al-Qur`an
(BTQ)? Mengapa? Dan bagaimana mengatasainya?, Raisya
menjawab bahawa:
“Pernah, saya pernah kesulitan mencari tajwid, cara
mengatasinya dengan bertanya kepada guru, apakah jawaban
yang saya tulis itu salah atau benar, jika salah maka guru
langsung membenarkannya.”33
Penulis menganalisis dari wawancara di atas bahwa
pembelajaran BTQ di sekolah menggunakan metode Iqra`.
Namun Raisya lebih suka belajar BTQ di rumah setiap sore
yakni TPA karena metode yang digunakan metode Qira`ati dan
lebih fokus jika belajar di TPA. Adapun untuk kemampuan
membaca Al-Qur`an Raisya sudah baik, namun masih terdapat
kendala yang dialami Raisya yakni kesulitan mencari tajwid,
dalam hal ini Raisya mengatasinya dengan bertanya kepada guru,
31Wawancara dengan Siswi Kelas V A Reguler, Raisya Nur Ilmi, Ciputat, 15 Juli 2019
32
Wawancara dengan Siswi Kelas V A Reguler, Raisya Nur Ilmi, Ciputat, 15 Juli 2019
33
Wawancara dengan Siswi Kelas V A Reguler, Raisya Nur Ilmi, Ciputat, 15 Juli 2019
129
apakah jawaban yang ditulis itu salah atau benar, jika salah maka
guru langsung membenarkannya.
Gambar 4.13
Wawancara dengan Raisya siswi kelas V A Reguler
i. Wawancara dengan Della Camelia siswi kelas V A reguler
Pada hari Senin tanggal 15 Juli 2019, penulis bertemu Della
Camelia siswa kelas V A regular untuk bertanya Bagaimana
perkembangan kemampuan Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) kamu
saat ini?, Della menjawab bahwa: “Baik.”34
Kemudian penulis bertanya lagi Apa Metode Baca Tulis Al-
Qur`an (BTQ) yang digunakan di kelas mu? Apakah kamu suka?,
Della menjawab dengan pernyataan bahwa:
“Metode Iqra`, saya tidak terlalu suka metode BTQ di
kelas.”35
Penulis bertanya kembali Apakah kamu pernah mengalami
kesulitan ketika belajar Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ)? Mengapa?
34 Wawancara dengan Siswi Kelas V A Reguler, Della Camelia, Ciputat, 15 Juli 2019
35
Wawancara dengan Siswi Kelas V A Reguler, Della Camelia, Ciputat, 15 Juli 2019
130
Dan bagaimana mengatasainya?, kemudian Della menjawab
dengan pernyataan sebagai berikut:
“Pernah, karena saya tidak terlalu mengerti. Untuk
mengatasinya saya bertanya kepada guru supaya lebih faham
dan mengerti.”36
Selanjutnya penulis bertanya Jika kamu belajar BTQ juga di
rumah, lebih senang belajar BTQ di rumah atau di Madrasah?
Mengapa?, Della menjawab bahwa:
“Di sekolah, karena di rumah tidak banyak waktu luang.”37
Penulis menganalisis dari wawancara di atas bahwa Della
tidak terlalu suka dengan metode yang digunakan di madrasah
yakni metode Iqra`. Namun Della lebih suka belajar BTQ di
Madrasah, hal ini dikarenakan di rumah Della tidak ada waktu
belajar tambahan untuk pembelajaran BTQ, hal tersebut
menyebabkan kemampuan membaca Al-Qur`an Della kurang.
Adapun kendala yang dialami Della pada pembelajaran BTQ
adalah yakni tidak terlalu mengerti tentang BTQ, dalam hal ini
Della mengatasinya dengan bertanya kepada guru supaya lebih
faham dan mengerti.
36 Wawancara dengan Siswi Kelas V A Reguler, Della Camelia, Ciputat, 15 Juli 2019
37
Wawancara dengan Siswi Kelas V A Reguler, Della Camelia, Ciputat, 15 Juli 2019
131
Gambar 4.14
Wawancara dengan Della siswi kelas VA Reguler
j. Wawancara dengan Sabrina Hafsah Kamilia siswi kelas V B
regular
Pada hari Selasa tanggal 16 Juli 2019, penulis bertemu
Sabrina Hafsah Kamilia siswa kelas V B regular untuk bertanya
Bagaimana perkembangan kemampuan Baca Tulis Al-Qur`an
(BTQ) kamu saat ini?, Sabrina menjawab bahwa:
“Alhamdulillah, lancar.”38
Kemudian penulis bertanya lagi Apa Metode Baca Tulis Al-
Qur`an (BTQ) yang digunakan di kelas mu? Apakah kamu suka?,
Sabrina menjawab dengan pernyataan bahwa:
“Panjang pendek ayat, idzhar, idgham, iqlab, ikhfa`, hafalan
Al-Qur`an, Iqra` dan Al-Qur`an. Saya suka belajar BTQ di
kelas.”39
38 Wawancara dengan Siswi Kelas V B Reguler, Sabrina Hafsah Kamilia, Ciputat, 16
Juli 2019
39
Wawancara dengan Siswi Kelas V B Reguler, Sabrina Hafsah Kamilia, Ciputat, 16
Juli 2019
132
Penulis kembali bertanya Apakah kamu pernah mengalami
kesulitan ketika belajar Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ)? Mengapa?
Dan bagaimana mengatasainya?, Sabrina merespon pertanyaan
penulis dengan pernyataan bahwa:
“Iya, cara penulisan menyambung huruf hijaiyyah.
Mengatasinya dengan cara banyak latihan.”40
Selanjutnya penulis bertanya kembali Jika kamu belajar
BTQ juga di rumah, lebih senang belajar BTQ di rumah atau di
Madrasah? Mengapa?, Sabrina menjawab bahwa:
“Di rumah, karena waktunya lebih banyak.”41
Penulis menganalisis dari wawancara di atas bahwa Di
Sekolah Sabrina belajar BTQ menggunakan metode Iqra`, suka
belajar BTQ di kelas namun Sabrina lebih suka belajar BTQ di
rumah karena waktu pembelajarannya lebih banyak. Adapun
untuk kemampuan membaca Al-Qur`an Sabrina sudah baik,
namun masih terdapat kendala yang dialami Sabrina yakni cara
penulisan menyambung huruf hijaiyyah, dalam hal ini Sabrina
mengatasinya dengan cara banyak latihan.
40 Wawancara dengan Siswi Kelas V B Reguler, Sabrina Hafsah Kamilia, Ciputat, 16
Juli 2019
41
Wawancara dengan Siswi Kelas V B Reguler, Sabrina Hafsah Kamilia, Ciputat, 16
Juli 2019
133
Gambar 4.15
Wawancara dengan Sabrina siswi kelas V B regular
k. Wawancara dengan Zulaika Renu A. siswi kelas V B reguler
Pada hari Selasa tanggal 16 Juli 2019, penulis bertemu
Zulaika Renu A. siswa kelas V B regular untuk bertanya
Bagaimana perkembangan kemampuan Baca Tulis Al-Qur`an
(BTQ) kamu saat ini?, Zulaika menjawab: “Lumayan bisa.”42
Kemudian penulis bertanya kembali Apa Metode Baca Tulis
Al-Qur`an (BTQ) yang digunakan di kelas mu? Apakah kamu
suka?, Zulaika menjawab bahwa:
“Tentang tajwid, lumayan suka.”43
Penulis bertanya lagi Apakah kamu pernah mengalami
kesulitan ketika belajar Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ)? Mengapa?
Dan bagaimana mengatasainya?, kemudian Zulaika menjawab
pertanyaan penulis dengan pernyataan sebagai berikut:
“Pernah, cara mengatasinya dengan bertanya.”44
42 Wawancara dengan Siswi Kelas V B Reguler, Zulaika Renu A., Ciputat, 16 Juli 2019
43
Wawancara dengan Siswi Kelas V B Reguler, Zulaika Renu A., Ciputat, 16 Juli 2019
44
Wawancara dengan Siswi Kelas V B Reguler, Zulaika Renu A., Ciputat, 16 Juli 2019
134
Selanjutnya penulis bertanya kembali, Jika kamu belajar
BTQ juga di rumah, lebih senang belajar BTQ di rumah atau di
Madrasah? Mengapa?, Zulaika memberi jawaban bahwa:
“Lebih senang di sekolah, karena lebih mudah
mengerjakannya atau mengetahuinya.”45
Penulis menganalisis dari wawancara di atas bahwa
pembelajaran BTQ di Sekolah menerangkan tentang tajwid,
Zulaika suka belajar BTQ di sekolah, namun ia lebih senang
belajar di Sekolah karena lebih mudah mengerti dan faham.
Adapaun kemampuan membaca Al-Qur`an Zulaika baik, namun
dalam pembelajaran Zulaika terkadang mengalami kesulitan,
untuk mengatasi kesulitan tersebut Zulaika bertanya kepada guru.
Gambar 4.16
Wawancara dengan Zulaika siswi kelas V B Reguler
Berdasarkan pernyataan hasil wawancara di atas terkait
implementasi pembelajaran BTQ kelas V bilingual, kelas V A regular,
dan kelas V B reguler penulis menyimpulkan sudah baik, mulai dari
metode, materi, proses pembelajaran sesuai pada materi pada kajian
45 Wawancara dengan Siswi Kelas V B Reguler, Zulaika Renu A., Ciputat, 16 Juli 2019
135
teori yang telah di bahas pada bab II tentang pembelajaran Baca Tulis
Al-Qur`an (BTQ). Hanya saja pada pembelajaran ini tidak menggunakan
RPP dan silabus, hal ini dikarenakan pembelajaran BTQ memiliki
metode khusus yang didalamnya terdapat peraturan dan program
tersendiri.
3. Analisis Data
Pada saat penulis melakukan observasi dan wawancara, penulis
mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan implementasi
pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) pada kelas V bilingual dan
regular, maka hasil pengamatan penulis sebagai berikut:
a. Penulis tidak menemukan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dan silabus pada pembelajaran BTQ pada kelas V bilingual dan kelas
V A & B reguler, hal ini karena pembelajaran BTQ menggunakan
metode Qira`ati untuk kelas V Bilingual dan metode Iqra` untuk
kelas V A & B regular yang pembelajarannya langsung merujuk
pada metode tersebut.
b. Untuk jumlah rombel tingkat SD yang telah diatur dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah maksimal 28 siswa,
namun jumlah siswa di kelas V A & B berjumlah 39 siswa.
c. Pada hasil nilai BTQ antara kelas V bilingual dan kelas regular
terdapat perbedaan, nilai siswa kelas V bilingual cenderung lebih
tinggi yakni dengan nilai rata-rata 92, sedangkan pada kelas V A
regular hasil nilai rata-rata yang diperoleh yakni 85, dan pada kelas
V B regular yakni 82.
Berdasarkan pernyataan di atas penulis berkesimpulan bahwa
implementasi pembelajaran pada kelas V bilingual dan kelas regular
sudah baik, namun terdapat beberapa hal yang berbeda dalam proses
136
pembelajaran seperti jumlah siswa dalam satu kelas, jumlah guru dalam
satu kelas, metode dan waktu pembelajaran yang mempengaruhi tingkat
keberhasilan pembelajaran BTQ pada kelas V regular dan bilingual yang
berbeda. Pada pembelajaran BTQ pada kelas V bilingual dan kelas V A
& B regular tidak ada RPP dan silabus karena pembelajarannya
langsung merujuk pada metode yang digunakan pada kelas tersebut.
137
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Pengumpulan dan analisis data yang penulis uraikan di atas,
maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Implementasi pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) pada kelas
V Bilingual dengan metode Qita`ati hasilnya amat baik, dengan rata-
rata nilai yang diperoleh yakni 92 (A).
2. Implementasi pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) pada kelas
V A Reguler dengan metode Iqra` hasilnya baik, dengan rata-rata
nilai yang diperoleh yakni 85 (B).
3. Implementasi pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) pada kelas
V A Reguler dengan metode Iqra` hasilnya baik, dengan rata-rata
nilai yang diperoleh yakni 82 (B).
B. Saran
Agar tidak ada diskriminasi waktu dan metode pembelajaran Baca
Tulis Al-Quran (BTQ) pada kelas reguler.
137
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur`an dan Terjemah. Al-Qur`an Al-Quddus. Jakarta: CV. Mubarokatan
Thoyyibah. 2014.
Ahmad, Muhammad Abdul Qadir. Metodologi Pengajaran Agama Islam.
Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2008.
Anshori. Ulumul Qur`an (Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan).
Jakarta: Rajawali Press. 2013.
An-Nawawi, Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf. At-Tibyan (Adab
Menghafal Al-Qur`an). Solo: Al-Qowam. 2017.
Arwani, Muhammad Ulinnuha. Thariqoh Baca Tulis dan Menghafal Al-
Qur`an Yanbu`a. Kudus: Pondok Tahfidz Yanbu`ul Qur`an. 2004.
Aslinda dan Syafyahya. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT. Refika
Aditama. cet. 3, 2014.
Budianto, Ahmad Faiz. Kitabah Metode Praktis Belajar Membaca dan
Menulis Al-Qur`an. Klaten: Kitabah. 2007.
Brown, Douglas. Prinsip Pembelajaran dan Pengajarn Bahasa. Pearson
Education, Inc. 2007.
Cecep Kustandi & Bambang Sutjipto. Media Pembelajaran; Manual dan
Digita., Bogor: Ghalia Indonesia. 2011.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2008.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (PERMENDIKBUD) Tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. PERMENDIKBUD No. 20
Tahun 2016.
138
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (PERMENDIKBUD) Tentang Standar Isi Pendidikan
Dasar dan Menengah. PERMENDIKBUD No. 21 Tahun 2016.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah. PERMENDIKBUD No. 22 Tahun 2016.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Tentang Standar Penilaian. PERMENDIKBUD No. 23
Tahun 2016.
Esi Hairani dan Reksiana. Modul Metodologi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. 2017.
Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia. 2011.
Harjanto. Perencanaan Pengajara. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2011.
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Edisi Revisi). Jakarta: Rajawali
Pers. 2015.
Imas Kurniasih & Berlin Sani. Lebih Memahami Konsep dan Proses
Pembelajaran (Implementasi dan Praktek dalam Kelas). Jakarta: Kata
Pena. 2017.
Kasali, Yuliani. “Analisis Penerapan Bilingual Class Guna Meningkatkan
Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa”. Skripsi, Jakarta: 2013.
Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2016.
Farid, Maksum, dkk. Cepat Tanggap Belajar Al-Qur`an An-Nahdhiyah.
Tulungagung: LP. Ma`arif. 1992.
Masykur, Abdul Rosyid. Buku Panduan Guru Metode Bagdadi, Jakarta:
Pusat Pelatihan dan Pengembangan Metode Bagdadi. 2018.
Ma`mun, Muhammad Aman. “Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an”.
dalam Annaba: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 4 No. 1 Maret 2018.
139
Minarti, Sri. Ilmu Pendidikan Islam (fakta teoretis-filosofis dan aplikasi-
normatif). Jakarta: Amzah. 2013.
Muhammad, Ahsin Sakho. Keberkahan Al-Qur`an. Jakarta : PT. Qaf Media
Kreativa. 2017.
Muhaimin. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media. 1996.
M. Ishaq Samad, dkk. Pemberdayaan Guru Mengaji dalam Meningkatkan
Minat Baca Tulis Al-Qur`an di Sulawesih Selatan, (Sulawesi Selatan:
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah. 2005.
N. Noerdjanah. “Pengelolaan Materi Pembelajaran Bilingual, Studi Situs
SMA Batik 1 Surakarta.
Ngalimun. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo. 2014.
Purwanto dan Sulistyastuti. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke
Implementasi Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara. 1991.
Rohman, Muhammad. Strategi dan Desain Pengembangan System
Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakarya. 2013.
Setiawan, Guntur. Impelemtasi dalam Birokrasi Pembangunan. Jakarta :
Balai Pustaka. 2004.
Shihab, M. Quraisy. Mukjizat Al-Qur`an. Bandung: Mizan. 2003.
Syaifuddin, Ahmad. Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-
Qur`an. Jakarta: Gema Insani. 2004.
Syaiful Bahri Djamara dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rineka Cipta. 2015.
Singgih D, Gunarsah. “Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai
Psikologi Perkembangan“. Jakarta: Gunung Mulia. Cet. 2, 2006.
Siregar, Nurliani. “ Belajar dan Pembelajaran”. Jurnal, Hal. 17 diakses
Tanggal, 17 April 2019.
140
Srijatun. “Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an dengan Metode
Iqro pada Anak Usia Dini di RA Perwanida Slawi Kabupaten Tegal”.
dalam Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 11 No. 1 Tahun 2017.
Teknologi Informasi BK, “Pendidikan Reguler”,
http://bk13084.blogspot.com/2015/01/pendidikan-reguler_1.html?m=1
diakses pada tanggal 22 Mei 2019.
Indonesia. Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik
Indonesia. UU No. 20 tahun 2003. UU20-2003Sisdiknas.pdf.
Usman, Nurdin. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta:
Grasindo. 2002.
Usman, Basyruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta
Selatan: Ciputat Press. 2002.
Wiyani, Novan Ardy. Desain Pembelajaran Pendidikan. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media. 2013.
Wahab, Muhbib Abdullah. Epistemologi & Metodologi Pembelajaran
Bahasa Arab. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. 2008.
Zarkasyi, H. Dahlan Salim. Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur`an
Jilid I. Semarang: Yayasan Pendidikan Al-Qur`an Raudhatul
Mujawwidin.
Zarkasyi, H. Ahmad Dahlan Salim. Metode Qira`ati. Semarang. Terbitan
pertama pada tanggal 1 Juli 1986.
Zona Referensi Ilmu Pengetahuan Umum,
https://www.zonareferensi.com/pengertian-metode-pembelajaran/pdf.
diakses Tanggal 17 April 2019.
Hasil Wawancara di MIN 1 Kota Tangerang Selatan
Wawancara Kepala Madrasah
Nama : Hj. Ratu Rohimah, M.Pd
Jabatan : Kepala Madrasah
Tempat Wawancara : Kantor Kepala Madrasah
Hari/Tanggal Wanwancara : Senin, 15 Juli 2019
Tanya : Apakah sistem pendidikan di MIN 1 Kota Tangerang Selatan sudah
berjalan sesuai Visi dan Misi Madrasah?
Jawab : Visi dan misi itu adalah impian, apabila dilihat dari output-nya bisa
dilihat dari anak. Guru dan orang sudah berusaha secara maksimal,
untuk sudah tercapai atau belum orang tua yang menilai. Jadi untuk
masalah sudah tercapai atau belumnya visi misi Madrasah itu
kembali ke anak murid dan orang tua murid.
Tanya : Bagaimana kualifikasi/kriteria menjadi pengajar BTQ?
Jawab : Tentunya harus mahir membaca Al-Qur`an, tapi rata-rata wali kelas
dan guru-guru di madrasah lulusan dari UIN dan perguruan tinggi
agama, jadi mereka mampu membaca Al-Quran dengan baik.
Namun pada kelas bilingual terdapat beberapa guru dan wali kelas
yang kurang dalam membaca Al-Qur`an, karena rata-rata wali kelas
dan guru di kelas bilingual adalah lulusan dari perguruan tinggi
yang lebih pada pendidikan bhs. Inggris, oleh karena itu, untuk
BTQ kelas bilingual kami memanggil guru Qira`ati.
Tanya : Metode apa yang digunakan untuk pembelajaran BTQ?
Jawab : Untuk kelas reguler menggunakan metode Iqra yang diajarkan oleh
guru PAI, sedangkan pada kelas bilingual menggunakan metode
Qira`ati yang diajarkan oleh team guru qira`ati. Untuk kedepannya
In sha Allah semua kelas menggunakan guru qira`ati.
Tanya : Bagaimana proses pembelajaran BTQ?
Jawab : Untuk proses pembelajaran BTQ pada kelas reguler diajarkan oleh
guru PAI. Jadi guru PAI bekerjasama dengan wali kelas untuk
mengajar BTQ. Waktu pembelajarannya satu minggu sekali di pagi
hari setelah tahfidz, sholat dhuha, sebelum pelajaran dimulai.
Tapi untuk kelas bilingual, proses pembelajaran BTQ diajarkan oleh
team guru qira`ati sebanyak 3 guru, waktu pembelajarannya 4 hari
dalam seminggu dengan memakai alat peraga dan lain-lain.
Tanya : Apa saja target yang ingin dicapai Madrasah pada mata pelajaran
Baca Tulis Al-Quran (BTQ)?
Jawab : Pertama, Harus hafal surat-surat yang ditentuka pada setiap kelas,
seperti kelas 1 dari surat At-Takastur sampai surat an-Naas dan
seterusnya sampai pada surat An-Naba`. Terpenting kelas 6 sudah
harus hafal juz 30, karena syarat UN madrasah adalah harus sudah
hafal juz 30, bukan sekedar hafal tapi tajwidnya juga bagus. Tetapi
apabila sebelum kelas 6 ada yang sudah hafal juz 30 makan bisa
melanjutkan ke surat-surat pilihan seperti: Al-Mulk, Ar-Rahman dll.
Kedua, peserta didik harus bisa membaca Al-Qur`an dengan
benar dan fasih sesuai kaidah tajwid dan makharijul huruf yang
benar. Oleh karena itu, saya meminta kepada lembaga IIQ untuk
selalu mengirimkan peserta PPKT ke Madrasah untuk
menyempurnakan tajwid dan makharijul huruf.
Untuk keberhasilan membaca Al-Qur`an, metode Qira`ati (kelas
bilingual) lebih baik karena makharijul hurufnya diajarkan lebih
jelas, detail dan fasih, karena guru-guru yang mengajar sudah
mendapat ijazah qira`ati.
Tanya : Prestasi apa saja yang telah diperoleh pada bidang BTQ?
Jawab : Pernah menjadi juara 2 tingkat pelajar se-Tangsel dan selalu menjadi
juara tahfidz tingkat Kota Tangerang Selatan.
Tanya : Apa saja kendala-kendala pembelajaran BTQ dan bagaimana upaya
untuk mengatasinya?
Jawab : Mungkin karena pelajaran yang begitu banyak, ada beberapa anak
yang cepat bosan, tapi tergantung motivasi dari guru dan orang
tuanya, kalau dari kami secara maksimal selalu memberi motivasi.
Ciputat, 15 Juli 2019
Hj. Ratu Rohimah, M.Pd.,
Wawancara Wakil Kepala Madrasah bidang Kurikulum
Nama : Sugiyah, S.Pd
Jabatan : Wakil Kepala Madrasah bidang Kurikulum
Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 15 Juli 2019
Tempat Wawancara : Kantor Guru
Tanya : Apakah sistem Pendidikan di MIN 1 Kota Tangerang Selatan sudah
berjalan sesuai Visi dan Misi Madrasah?
Jawab : In sha Allah sudah sesuai, visi dan misi itu bisa berubah dan diganti
sesuai situasi, seandainya jika visi dan misi sudah tercapai maka
bisa dikembangkan , jika ada yang kurang maka bisa diperbaiki,
visi dan misi tidak bersifat baku dan dapat diperbaiki.
Tanya : Bagaimana kualifikasi/kriteria menjadi pengajar BTQ?
Jawab : Untuk kriteria guru BTQ tentunya tidak sembarangan, dia harus
lulusan dari kelas qira`ati dan kompeten di bidang qiraati, pihak
sekolah tidak menggunakan tes, kami menyerahkan penuh kepada
koordinator qira`ati.
Tanya : Metode apa yang digunakan untuk pembelajaran BTQ?
Jawab : Metode yang diterapkan untuk kelas reguler menggunakan metode
Iqro` sedangkan pada kelas bilingual menggunakan metode Qira`ati.
Tetapi untuk tahun ajaran baru 2019/2020 kami menerapkan metode
baru yakni kelas reguler dan bilingual sama-sama menggunakan
metode qira`ati, dan penambahan waktu yang dulunya 6 jam
menjadi 8 jam dengan tujuan supaya memiliki pemahaman yang
lebih baik.
Tanya : Bagaimana proses pembelajaran BTQ?
Jawab : Proses pembelajaran BTQ secara emplisit tidak membuat RPP dan
Silabus, tetapi mempunyai target dan strategi pembelajaran, bahkan
BTQ ada KD, KI 3 dan KI 4 nya bukan hanya sekedar kegiatan
ekstrakurikuler tetapi masuk pada kegiatan intrakurikuler, bahkan
nilai BTQ masuk di raport dan ijazah. Jadi semua aspek bisa
terukur, bukan hanya pintar tapi akhlaknya juga bagus, karena
membentuk akhlak lebih sulit daripada memberikan nilai.
Tanya : Apa saja target yang ingin dicapai Madrasah pada mata pelajaran
Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ)?
Jawab : Tentunya anak-anak bisa membaca Al-Qur`an dengan baik dan
benar, bukan hanya bacaan tapi juga menulis mengingat kita adalah
Madrasah baca tulis Al-Qur`an (BTQ) adalah pelajaran yang utama.
Oleh karena itu BTQ disematkan pada awal pelajaran, bahkan
waktu pembelajaran literasi juga diisi BTQ yang tentunya dipegang
oleh orang-orang yang kompeten dibidangnya dengan target di
setiap kelas yang berbeda.
Tanya : Prestasi apa saja yang telah diperoleh pada bidang BTQ?
Jawab : Sering juara tingkat Tangerang Selatan, juara tahfidz antar sekolah
dengan berbagai penghargaan, sertifikat, piala dan uang.
Tanya : Apa saja kendala-kendala pembelajaran BTQ dan bagaimana upaya
untuk mengatasinya?
Jawab : Ketika murid terlalu banyak dengan kemampuan yang berbeda-beda
dibutuhkan guru yang pandai mengelola kelas, misalnya sebagian
membaca sebagian menulis, kembali bagaimana guru mengatur
kelas supaya kondusif, ketika guru bisa mengatur kelas dengan baik
maka suasana kelas akan lebih kondusif. Untuk kelas bilingual saya
rasa sudah kondusif karena setiap kelas terdapat 3 guru yang
menangani jadi lebih kondusif.
Ciputat, 15 Juli 2019
Sugiyah, S.Pd.,
Wawancara Guru BTQ Kelas V Bilingual
Nama : Toto Priyanto, S.Pd.I
Jabatan : Guru BTQ Kelas V Bilingual
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 24 April 2019
Tempat Wawancara : Kantor PAI
Tanya : Metode apa yang digunakan untuk pembelajaran BTQ di kelas V
bilingual?
Jawab : Metode Qiroati.
Tanya : Apasaja materi BTQ di kelas V bilingual?
Jawab : Pada metode Qira`ati ini kami menggunakan buku Qira`ati tingkat
SD dimana terdapat 4 jilid, ghorib, dan Tajwid.
Tanya : Berapa jam pembelajaran BTQ dalam 1 minggu?
Jawab : Dalam satu minggu BTQ dilaksanakan 3 kali, 1 peretemuan 45
menit, jadi kira-kira satu minggu pembelajaran BTQ sebanyak 135
menit.
Tanya : Apakah ada RPP dan silabus pada pembelajaran BTQ kelas V
Bilingual?
Jawab : Tidak ada, Qiroati tidak ditekankan untuk membuat RPP dan silabus,
tetapi ditekankan pada program dan metodologi, jadi yang mau
mengajar dengan metode Qira`ati harus ikut pembelajaran
metodologi, mulai metodologi dasar pra sampai tahap finishing.
Bahkan ketika sudah menjadi guru, masih harus ikut klasikal untuk
mengingatkan kembali tentang metode, materi dan motivasi-
motivasi menjadi guru Qira`ati.
Namun jika ingin membuat bisa, nanti membuat KI KD sendiri
tapi untuk di MIN tidak membuat RPP, karena dari pimpinan tidak
mewajibkan.
Tanya : Bagaimana Proses pembelajaran BTQ di kelas V bilingual?
Jawab : Dalam satu kelas terdapat 3 tenaga guru pengajar, yang fungsinya
untuk mengampu jilid yang berbeda dalam 1 kelas. Pertama,
klasikal besar selama 15 menit untuk membaca surat-surat pendek,
doa-doa harian dan belajar dengan alat peraga berupa buku besar
yang dijepit di tiang berisi tentang bacaan-bacaan. Kemudian 30
menit selanjutnya membuat 3 kelompok dengan menyesuaikan
tingkatan jilid masing-masing, kelompok I untuk siswa yang sampai
pada jilid 1 dan 2, kelompok II untuk siswa mulai jilid 3 dan 4,
sedangkan kelompok tiga untuk siswa yang sampai pada Al-Qur`an,
Tajwid, Gharib dan yang sudah khatam untuk menghafalkan surat-
surat pilihan.
Dalam kegiatan ini guru menyimak siswa membaca satu persatu
buku Qira`ati sesuai tingkatan jilidnya masing-masing. Sedangkan
untuk kelompok III langsung membaca sesuai tingkatannya,
misalnya membaca Al-Qur`an, gharib, tajwid atau hafalan surat-
surat pilihan bagi yang sudah khatam metode Qira`ati.
Tanya : Bagaimana Evaluasi pembelajaran BTQ di kelas V bilingual?
Jawab : Untuk evaluasi metode qiroati, setiap anak yang sudah
menyelesaikan satu jilid dan ingin melanjutkan jilid berikutnya,
terlebih dahulu mengikuti ujian secara lisan yang diuji oleh kepala
Qira`ati mengenai materi yang telah di dapat, jika lulus maka bisa
naik jilid selanjutnya, namun apabila tidak lulus, maka siswa harus
kembali belajar dengan guru qiroatinya, untuk membenahi apa yang
kurang pada saat tes, ketika sudah mampu maka bisa melakukan
ujian ulang sampai lulus.
Setelah murid selesai 4 jilid, murid masuk pada tahap yang
namanya tadarus, tadarus dibagi menjadi 3 tingkatan, yakni 1)
membaca Al-Qur`an juz 1-10 untuk tadarus murni (belajar
membaca Al-Qur`an saja) setelah selesai kemudian tes tadarus juz
1-10, apabila lulus maka naik ketingkatan 2) yakni, membaca Al-
Qur`an juz 11-20 dan menerima pembelajaran gharib, setelah
menyelesaikan gharib, kemudian tes ghorib apabila lulus maka
dapat melanjutkan ke tingkatan 3) yakni, membaca Al-Qur`an juz
21- 30 dan meneriman pelajaran tajwid setelah menyelesaikan
tajwid, kemudian mengikuti tes untuk melangkah ke jenjang
selanjutnya yaitu kelas finishing (sudah menguasai semua dari
fashoha, tartil, ghorib, tajwid, hafalan surat pendek dari surat Asy-
Syams sampai surat An-Naas, doa sehari-hari, bacaan sholat, dan
praktek wudhu, dengan pelafalan bacaanya harus menggunakan
tajwid.
Setelah itu, masuk pada kelas persiapan IMTAS (Imtihan
Tashih) atau TAS (Tashih Akhir) dengan materi antara lain
fashoha, tartil, ghorib, tajwid, hafalan surat pendek dari surat Asy-
Syams sampai Surat An-Naas, doa sehari-hari, bacaan sholat, dan
praktek wudhu. Apabila hasil ujian IMTAS terdapat 1 materi yang
kurang dari KKM (60) maka dinyatakan tidak lulus dan harus
mengulang pada IMTAS tahun depan. Untuk ujian IMTAS ada 3
tingkatan, yang pertama PRATAS yakni ujian di lembaga sekolah (
MIN 1 Kota Tangerang Selatan) apabila lulus maka dilanjutkan
Ujian di tingkat II yakni ujian tingkat Jakarta Selatan, jika lulus
maka selanjutnya ke tingkat III yakni ujian tingkat Jabodetabek,
setelah semua terlewati dan lulus, maka siswa bisa mengikuti
wisudah Qira`ati yang diadakan 1 tahun sekali.
Tanya : Apa saja kendala bagaimana upaya mengatasinya pada pembelajaran
BTQ di kelas V bilingual?
Jawab : saya rasa kurangnya Sumber Daya Manusia (guru Qiroati di
Madrasah) dan Kurangnya alokasi waktu pembelajaran. Untuk
mengatasinya in sha Allah Madrasah akan menambah guru Qira`ati
menambah waktu pembelajaran Qira`ati.
Ciputat, 24 April 2019
Toto Priyanto, S.Pd.I.,
Wawancara Guru BTQ Kelas V A Reguler
Nama : Anis Khaerunnisa, S.Pd.I
Jabatan : Guru BTQ Kelas V A Reguler
Hari/Tanggal Wawancara : Selasa, 30 April 2019
Tempat Wawancara : Kantor PAI
Tanya : Metode apa yang digunakan untuk pembelajaran BTQ di kelas V A
Reguler?
Jawab : Saya menggunakan metode Iqra’, Desmontrasi dan praktek.
Tanya : Apasaja Materi BTQ di kelas V A Reguler?
Jawab : Untuk materinya tajwid saya tidak tahu batasan kelas 5 sampaimana,
hanya saja saya menyesuaikan dengan mata pelajaran Al-Qur`an
Hadis, tetapi meskipun pada pelajaran Al-Qur`an Hadis belum
diajarkan, tetap akan saya ajarkan jika memang harus diajarkan.
Untuk materi tajwid saya menggunakan buku Pelajaran Tajwid
karya KH. Imam Zarkasyi.
Tanya : Kapan Waktu pelaksanaan pembelajaran BTQ di kelas V A regular?
Jawab : Hari Selasa ba`da sholat dhuha, kira-kira jam 07.30- 08.30 kadang
juga lebih, jadi waktu pelaksanaan pembelajaran hanya satu minggu
satu kali.
Tanya : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran BTQ di kelas V A Reguler?
Jawab : Saya menggunakan metode Desmontrasi kemudian praktek saat
memberi/menjelaskan materi. Pertama membaca bersama-sama
surat yang dihafal sesuai target kelas, Kemudian saya memberi
tugas seperti menulis Al-Qur`an (imlak), mencari hukum tajwid
dalam ayat-ayat Al-Qur`an yang ditentukan, dan memberi materi
tajwid.
Ketika siswa-siswi mengerjakan tugas, saya memanggil satu
persatu siswa/siswi untuk maju ke meja saya membaca Al-Qur`an
dan menyetorkan hafalan surat-surat pendek yang ditargetkan.
Terkadang saya menyuruh peserta didik membaca Al-Qur`an
bersama-sama kemudian menunjuk satu siswa untuk membaca
sendiri ditempat duduknya serta ditanyakan hukum tajwidnya, saya
menyimak dan membenarkan jika terdapat kesalahan.
Tanya : Apakah terdapat RPP dan silabus untuk pembelajaran BTQ di kelas
V A reguler?
Jawab : Tidak ada, seharusnya membuat, tetapi di MIN 1 tidak membuat
karena dari pimpinan tidak mewajibkan.
Tanya : Bagaimana evaluasi pada pembelajaran BTQ di kelas V A regular?
Jawab : Evaluasi dilaksanakan 2 kali dalam satu semester, seperti mata
pelajaran pada umunya yakni UTS dan UAS. Ujiannya berupa tes
tulis dan tes lisan, untuk tes lisan peserta didik praktek membaca
Al-Qur`an, sedangkan tes tulisnya imlak, dan mencari hukum tajwid
pada surat yang telah ditentukan.
Tanya : Apasaja Kendala pembelajarn BTQ di kelas V A Reguler dan
bagaimana upaya untuk mengatasinya?
Jawab : masih ada siswa yang masih belum tau huruf hijaiyyah dan
kurangnya minat belajar BTQ. Untuk mengatasinya saya selalu
memberi motivasi setiap kali pertemuan dan menggunakan sistem
paksaan.
Ciputat, 30 April 2019
Anis Khaerunnisa, S.Pd.I.,
Wawancara Guru BTQ Kelas V B Reguler
Nama : Dadah, S.Pd.I
Jabatan : Guru BTQ Kelas V B Reguler
Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 25 April 2019
Tempat Wawancara : Kelas 1 A
Tanya : Metode apa yang digunakan untuk pembelajaran BTQ di kelas V B
Reguler?
Jawab : Metode Iqra`.
Tanya : Apasaja Materi BTQ di kelas V B Reguler?
Jawab : Untuk materi mengikuti panduan di buku Iqro’ dan untuk tajwid
saya mencari referensi dari buku lain. Materi di kelas saya adalah
hukum nun sukun dan tanwin, sebenarnya tidak terlalu intensif
dalam pembelajaran tajwid karena anak-anak sudah mendapatkan
materi tajwid pada mata pelajaran Al-Qur`an Hadits.
Tanya : Kapan Waktu pelaksanaan pembelajaran BTQ di kelas V B regular?
Jawab : Hari selasa setelah sholat dhuha kira-kira jam 07.30 – 08.10. Jadi
satu minggu hanya satu jam.
Tanya : Apakah terdapat RPP dan silabus untuk pembelajaran BTQ di kelas
V B reguler?
Jawab : Tidak ada, seharusnya membuat, tetapi di MIN 1 tidak membuat
karena dari pimpinan tidak mewajibkan.
Tanya : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran BTQ di kelas V B Reguler?
Jawab : Kegiatan pembelajaran diawali dengan membaca Do`a surat Al-
Fatihah beserta artinya bersama-sama. Kemudian tadarus Al-Qur`an
sesuai surat yang ditargetkan bersama-sama, saya menyimak
kebenaran tajwid dan makharijul huruf jika ada yang salah dalam
bacaan baik tajwid maupun makharijul huruf guru menyuruh
berhenti membaca dan mengulang ayat yang salah tersebut, atau
guru membenarkan dan peserta didik megikuti, jika sudah benar
maka dilanjutkan ayat berikut.
Terkadang saya membaca dahulu kemudian peserta didik
mengikuti seperti yang dibacakan guru, setelah dibaca berkali-kali
guru menunjuk satu anak untuk di tes membaca, pemilihannya bisa
sesuai absen, diacak, atau anak yang tidak memperhatikan, apabila
sudah benar maka dilanjutkan ayat berikutnya, jika belum benar
maka diulang kembali ayat tersebut sampai benar.
Kemudian anak mengaji satu persatu sesuai absen maju ke meja
guru untuk setoran membaca sesuai jilidnya masing-masing, jika
jilidnya sudah selesai maka membaca Al-Qur`an. sedangkan yang
lain mengerjakan tugas di papan tulis berupa menulis Al-Qur`an
(imlak).
Tanya : Bagaimana evaluasi pada pembelajaran BTQ di kelas V B regular?
Jawab : Untuk evaluasi, terdapat dua macam tes, yakni lisan dan tulis. Untuk
lisan, dapat dilihat dari tercapainya target hafalan yang ditentukan
di kelas. Sedangkan untuk tes tulis, saya membuat soal seperti
layaknya ulangan. Apabila tidak lulus maka raport akan
ditangguhkan.
Tanya : Apasaja Kendala pembelajarn BTQ di kelas V B Reguler dan
bagaimana upaya untuk mengatasinya?
Jawab : Pertama, saya kurang banyak waktu pembelajaran, hanya satu jam
dalam satu minggu, untuk mengatasinya kebetulan saya guru fiqih
di kelas V B maka saya minta kepada wali kelas untuk
memindahkan jam fiqih saya ke hari selasa jam pertama (setelah
BTQ), jadi apabila waktu pembelajaran BTQ kurang maka saya bisa
mengambil waktu fiqih sebanyak yang dibutuhkan dengan
maksimal waktu 30-45 menit kemudian lanjut mata pelajaran fiqih.
Kedua, Banyaknya siswa dalam 1 kelas sebanyak 39 siswa,
sedangkan guru hanya 1. Untuk mengatasinya begini, dalam 1 bulan
terdapat 4 minggu, jadi setiap pertemuan 10 anak maju membaca
kedepan (setoran ke saya) jadi dalam 1 bulan sudah kebagian baca
semua. Dan masih ada murid yang ngobrol ketika guru menjelaskan
materi, tidak meratanya ketuntasan hafalan, dan murid bandel.
Ciputat. 25 April 2019
Dadah, S.Pd.I.,
Wawancara Siswi Kelas V Bilingual
Nama : Luviana Kanisha
Kelas : V Bilingual
Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 15 Juli 2019
Tempat Wawancara : Kelas V Bilingual
Tanya : Dimana pertamakali kamu mendapatkan pendidikan Baca Tulis Al-
Qur`an (BTQ)?
Jawab : Waktu pertama kali mendapatkan pendidikan BTQ itu di rumah.
Tanya : Bagaimana perkembangan kemampuan Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ)
kamu saat ini?
Jawab : Alhamdulillah, Lancar.
Tanya : Apa Metode Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) yang digunakan di kelas
mu? Apakah kamu suka?
Jawab : Metode Qira`ati, lumayan suka.
Tanya : Bagaimana cara guru BTQ mengajar pelajaran BTQ dikelas?
Jawab : Menerangkan pelajaran dan kita diperintahkan untuk sering-sering
setoran.
Tanya : Apakah kamu pernah mengalami kesulitan ketika belajar Baca Tulis
Al-Qur`an (BTQ)? Mengapa? Dan bagaimana mengatasainya?
Jawab : Pernah, sejujurnya saya sih karena malas, mengatasinya dengan
mencoba untuk selalu terus membaca Al-Quran dan gharib di rumah
dan di sekolah.
Tanya : Selain di Madrasah, apakah kamu ada waktu tambahan untuk belajar
Baca Tulis Al-Qur`an di rumah? (seperti: masuk TPQ, privat, dll.)
Jawab : Ada, belajar sendiri di rumah, tidak mengambil privat.
Tanya : Jika kamu belajar BTQ juga di rumah, lebih senang belajar BTQ di
rumah atau di Madrasah? Mengapa?
Jawab : Lebih suka di sekolah, karena banyak gurunya jadi kita bisa dapat
banyak pelajaran.
Ciputat, 15 Juli 2019
Luviana Kanisha
Wawancara Siswa Kelas V Bilingual
Nama : Lanang Tegar Ryanto
Kelas : V Bilingual
Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 15 Juli 2019
Tempat Wawancara : Kelas V Bilingual
Tanya : Dimana pertamakali kamu mendapatkan pendidikan Baca Tulis Al-
Qur`an (BTQ)?
Jawab : TPQ di rumahku.
Tanya : Bagaimana perkembangan kemampuan Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ)
kamu saat ini?
Jawab : Alhamdulillah, lancar.
Tanya : Apa Metode Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) yang digunakan di kelas
mu? Apakah kamu suka?
Jawab : Metode Qira`ati.
Tanya : Bagaimana cara guru BTQ mengajar pelajaran BTQ dikelas?
Jawab : Pertama, membaca do`a sehari-hari bersama setelah itu membaca
buku Qira`ati sendiri-sendiri kepada guru.
Tanya : Apakah kamu pernah mengalami kesulitan ketika belajar Baca Tulis
Al-Qur`an (BTQ)? Mengapa? Dan bagaimana mengatasainya?
Jawab : Pernah, karena tidak mengerti. Cara mengatasinya dengan selalu
berlatih di rumah.
Tanya : Selain di Madrasah, apakah kamu ada waktu tambahan untuk belajar
Baca Tulis Al-Qur`an di rumah? (seperti: masuk TPQ, privat, dll.)
Jawab : Ada, saya masuk TPQ.
Tanya : Jika kamu belajar BTQ juga di rumah, lebih senang belajar BTQ di
rumah atau di Madrasah? Mengapa?
Jawab : Di sekolah, karena lebih faham.
Ciputat, 15 Juli 2019
Lanang Tegar Ryanto
Wawancara Siswi Kelas V A Reguler
Nama : Raisya Nur Ilmi
Kelas : V A Reguler
Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 15 Juli 2019
Tempat Wawancara : Kelas V A Reguler
Tanya : Dimana pertamakali kamu mendapatkan pendidikan Baca Tulis Al-
Qur`an (BTQ) ?
Jawab : Di Sekolah
Tanya : Bagaimana perkembangan kemampuan Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ)
kamu saat ini?
Jawab : Alhamdulillah, Baik.
Tanya : Apa Metode Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) yang digunakan di kelas
mu? Apakah kamu suka?
Jawab : Metode Iqra`, saya suka belajar menggunakan metode Qira`ati.
Tanya : Bagaimana cara guru BTQ mengajar pelajaran BTQ dikelas?
Jawab : Dengan cara membaca Al-Qur`an bersama-sama, setelah itu
bergiliran membaca Al-Qur`an per-orang, sambil menunggu giliran
membaca Al-Qur`an, guru memberi tugas menyalin bacaan surat
pendek dan mencari tajwid.
Tanya : Apakah kamu pernah mengalami kesulitan ketika belajar Baca Tulis
Al-Qur`an (BTQ)? Mengapa? Dan bagaimana mengatasainya?
Jawab : Pernah, saya pernah kesulitan mencari tajwid, cara mengatasinya
dengan bertanya kepada guru, apakah jawaban yang saya tulis itu
salah atau benar, jika salah maka guru langsung membenarkannya.
Tanya : Selain di Madrasah, apakah kamu ada waktu tambahan untuk belajar
Baca Tulis Al-Qur`an di rumah? (seperti: masuk TPQ, privat, dll.)
Jawab : Ada, setiap sore saya belajar BTQ di tempat umi saya mengajar
mengaji yaitu TPA.
Tanya : Jika kamu belajar BTQ juga di rumah, lebih senang belajar BTQ di
rumah atau di Madrasah? Mengapa?
Jawab : Saya lebih suka belajar BTQ di rumah, karena lebih fokus
belajarnya.
Ciputat, 15 Juli 2019
Raisya Nur Ilmi
Wawancara Siswi Kelas V A Reguler
Nama : Della Camelia
Kelas : V A Reguler
Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 15 Juli 2019
Tempat Wawancara : Kelas V A Reguler
Tanya : Dimana pertamakali kamu mendapatkan pendidikan Baca Tulis Al-
Qur`an (BTQ) ?
Jawab : Di Sekolah
Tanya : Bagaimana perkembangan kemampuan Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ)
kamu saat ini?
Jawab : Baik
Tanya : Apa Metode Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) yang digunakan di kelas
mu? Apakah kamu suka?
Jawab : Iqra`, saya tidak terlalu suka metode BTQ di kelas
Tanya : Bagaimana cara guru BTQ mengajar pelajaran BTQ dikelas?
Jawaab : Pertama, tadarus bersama-sama, setelah tadarus, belajar dan
menulis tajwid lalu mengahafal surat-surat pendek.
Tanya : Apakah kamu pernah mengalami kesulitan ketika belajar Baca Tulis
Al-Qur`an (BTQ)? Mengapa? Dan bagaimana mengatasainya?
Jawab : Pernah, karena saya tidak terlalu mengerti. Untuk mengatasinya saya
bertanya kepada guru supaya lebih faham dan mengerti.
Tanya : Selain di Madrasah, apakah kamu ada waktu tambahan untuk belajar
Baca Tulis Al-Qur`an di rumah? (seperti: masuk TPQ, privat, dll.)
Jawab : Tidak, saya hanya belajar BTQ di sekolah.
Tanya : Jika kamu belajar BTQ juga di rumah, lebih senang belajar BTQ di
rumah atau di Madrasah? Mengapa?
Jawab : Di sekolah, karena di rumah tidak banyak waktu luang.
Ciputat, 15 Juli 2019
Della Camelia
Wawancara Siswi Kelas V B Reguler
Nama : Sabrina Hafsah Kamilia
Kelas : V B Reguler
Hari/Tanggal Wawancara : Selasa, 16 Juli 2019
Tempat Wawancara : Kelas V B Reguler
Tanya : Dimana pertamakali kamu mendapatkan pendidikan Baca Tulis Al-
Qur`an (BTQ) ?
Jawab : Di rumah.
Tanya : Bagaimana perkembangan kemampuan Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ)
kamu saat ini?
Jawab : Alhamdulillah, lancar.
Tanya : Apa Metode Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) yang digunakan di kelas
mu? Apakah kamu suka?
Jawab : Panjang pendek ayat, idzhar, idgham, iqlab, ikhfa`, hafalan Al-
Qur`an, Iqra` dan Al-Qur`an. Saya suka belajar BTQ di kelas.
Tanya : Bagaimana cara guru BTQ mengajar pelajaran BTQ dikelas?
Jawab : Dengan membaca, menulis, dan mengenal hukum tajwid.
Tanya : Apakah kamu pernah mengalami kesulitan ketika belajar Baca Tulis
Al-Qur`an (BTQ)? Mengapa? Dan bagaimana mengatasainya?
Jawab : Iya, cara penulisan menyambung huruf hijaiyyah. Mengatasinya
dengan cara banyak latihan.
Tanya : Selain di Madrasah, apakah kamu ada waktu tambahan untuk belajar
Baca Tulis Al-Qur`an di rumah? (seperti: masuk TPQ, privat, dll.)
Jawab : Iya, saya setiap sore belajar BTQ di TPQ.
Tanya : Jika kamu belajar BTQ juga di rumah, lebih senang belajar BTQ di
rumah atau di Madrasah? Mengapa?
Jawab : Di rumah, karena waktunya lebih banyak.
Ciputat, 16 Juli 2019
Sabrina Hafsah Kamilia
Wawancara Siswi Kelas V B Reguler
Nama : Zulaika Renu A.
Kelas : V B Reguler
Hari/Tanggal Wawancara : Selasa, 16 Juli 2019
Tempat Wawancara : Kelas V B Reguler
Tanya : Dimana pertamakali kamu mendapatkan pendidikan Baca Tulis Al-
Qur`an (BTQ) ?
Jawab : Di sekolah.
Tanya : Bagaimana perkembangan kemampuan Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ)
kamu saat ini?
Jawab : Lumayan bisa.
Tanya : Apa Metode Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) yang digunakan di kelas
mu? Apakah kamu suka?
Jawab : Tentang tajwid, lumayan suka.
Tanya : Bagaimana cara guru BTQ mengajar pelajaran BTQ dikelas?
Jawab : Mengajarkan tentang idzhar, ikhfa’, idgham dan cara membaca Al-
Qur`an.
Tanya : Apakah kamu pernah mengalami kesulitan ketika belajar Baca Tulis
Al-Qur`an (BTQ)? Mengapa? Dan bagaimana mengatasainya?
Jawab : Pernah, cara mengatasinya dengan bertanya.
Tanya : Selain di Madrasah, apakah kamu ada waktu tambahan untuk belajar
Baca Tulis Al-Qur`an di rumah? (seperti: masuk TPQ, privat, dll.)
Jawab : Iya, saya ikut pengajian.
Tanya : Jika kamu belajar BTQ juga di rumah, lebih senang belajar BTQ di
rumah atau di Madrasah? Mengapa?
Jawab : Lebih senang di sekolah, karena lebih mudah mengerjakannya atau
mengetahuinya.
Ciputat, 16 Juli 2019
Zulaika Renu A.
DOKUMENTASI
Suasana Kelas V Bilingual Suasana Kelas V A Reguler
Suasana Kelas V B Reguler Kegiatan Klasikal Besar
Kegiatan belajar menggunakan alat peraga
Kegiatan membaca buku Qira`ati sesuai tingkatan masing-masing
Kegiatan Proses Pembelajaran
Kegiatan tadarus bersama-sama Kegiatan guru menyimak murid
Wawancara Wakil Kepala Madrasah bidang Kurikulum
Wawancara Guru BTQ Kelas V Reguler
Wawancara Luvi siswi kelas V bilingual
Wawancara Raisya siswi kelas V A Reguler
Wawancara dengan Della siswi kelas VA Reguler
Wawancara dengan Sabrina siswi kelas V B regular
Wawancara dengan Zulaika siswi kelas V B Reguler
Daftar Riwayat Hidup
Rohmatin Sholihah, lahir di Gresik pada
tanggal 25 Januari 1996. Anak ke-tiga dari tiga
bersaudara dari Ayahanda Suma`in dan Ibundan
Kaswati. Pengalaman pendidikan taman kanak-kanak di TK Roudhatul
Athfal (RA) Tashwirul Afkar Ketanen, Pendidikan Dasar di MI Tashwirul
Afkar Ketanen dan lulus pada tahun 2009, Pendidikan Menengah Pertama
dan Menengah Atas di MTs dan MA Pondok Pesantren Al-Karimi
Tebuwung Dukun Gresik, lulus tahun 2015. Kemudian tahun 2015
melanjutkan studi di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, Fakultas
Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur atas terselesaikannya
skripsi yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an
(BTQ) pada Kelas Bilingual dan Kelas Reguler (study kasus kelas V
MIN 1 Kota Tangerang Selatan)”. Tulisan ini merupakan salah satu syarat
untuk meraih S1 dalam bentuk skripsi di IIQ Jakarta, pada tahun 2019.