Post on 24-Jul-2015
PEMBAHASAN
Tanaman kenaf adalah salah satu tanaman perkebunan yang dibudidayakan
oleh petani kenaf di Indonesia. Tanaman kenaf ini merupakan bahan baku dari
pembuatan karung goni. Pembudidayaan tanaman kenaf dapat mengurangi impor
serat, menambah devisa negara, dan juga menambah pendapatan petani. Perusahaan
yang membudidayakan tanaman kenaf ini antara lain PTPN X dan PTPN XI. Akan
tetapi, dengan munculnya karung plastik menyebabkan karung goni kalah bersaing
dengan karung plastik tersebut sehingga kedua PTPN tersebut mengundurkan diri
untuk pembudidayaan tanaman kenaf ini.
Lalu untuk meneruskan kelangsungan budidaya tanaman kenaf, maka
pemerintah bekerja sama dengan PT. GLOBAL AGROTEK NUSANTARA dalam
hal mendiversivikasi serat tanaman kenaf menjadi beberapa produk, seperti sebagai
pengganti fiber glass, aneka kerajinan rakyat, wall pack, lapisan interior mobil,
geotextilles, particle board, dsb. Pengembangan program ini dilaksanakan pada
Kabupaten Lamongan, di desa Kecamatan Laren. Penelitian mengenai efisiensi
ekonomis dalam usahatani kenaf pernah dilakukan oleh soekartawi di Kabupaten
Nganjuk. Dari penelitiannya tersebut didapatkan hasil bawha nilai R/C ratio yang
diperoleh adalah 1,31.
Tanaman Kenaf tumbuh subur pada kondisi lahan iklim yg basah dengan
curah hujan berkisar antara125-400 mm perbulan dan suhu antara 250 C – 270 C, tanah
dengan PH antara 4,4 – 6,5, tanah yang kaya dengan bahan organik. Hal-hal yang
dilakukan dalam bercocok tanam tanaman kenaf antara lain persiapan dan pengolahan
lahan, pemeliharaan, penebangan dan pengolahan hasil.
Efisiensi usaha tani dapat diukur dengan cara menghitung efisiensi teknis,
efisiensi harga dan efisiensi ekonomis. Ketiga macam efisiensi tersebut sangat penting
dan harus perhatikan oleh para petani bila mereka ingin mendapatkan keuntungan
yang sebesar-besarnya. Umumnya memang petani tidak mempunyai catatan usaha
tani (farm recording) sehingga sulit bagi petani untuk melakukan analisis usaha
taninya. Petani hanya mengingat-ingat cash flow (anggaran arus uang tunai) yang
mereka lakukan walaupun sebenarnya ingatan itu tidak terlalu jelek karena mereka
masih ingat bila ditanya tentang berapa output yang mereka peroleh dan berapa input
yang mereka gunakan. Hal tersebut dapat dijadikan bahan untuk perhitungan
mengenai analisis bagi mereka. Tetapi apabila petani dapat menghitung efisiensi
teknik, harga, dan ekonomis maka mereka akan mudah untuk menentukan berapa
produksi maksimal yang harus diupayakan sehingga akan menghasilkan keuntungan
yang maksimal pula.
Pada beberapa pengalaman analisis usaha tani yang dilakukan oleh petani dan
produsen memang bertujuan untuk tujuan mengetahui atau meneliti (Soekartawi, dkk,
1990) antara lain keunggulan komparatif (comparative advantage), kenaikan hasil
yang semakin menurun (law of diminishing returns), substitusi (substitution effect),
pengeluaran biaya usaha tani (farm expenditure), biaya yang diluangkan (opportuniw
cost), pemilikan cabang usaha (macam tanaman lain apa yang dapat diusahakan), dan
baku timbang tujuan (goal trade-on). Tujuh macam analisis usaha tani tersebut pada
dasarnya sama, yaitu mencari informasi tentang keragaan suatu usaha tani yang dilihat
dari berbagai aspek.
Usaha tani pada skala usaha yang luas pada umumnya memiliki ciri sebagai
berikut : bermodal besar, berteknologi tinggi, manajemennya modern, lebih bersifat
komersial, dan sebaliknya usaha tani skala kecil pada umumnya memiliki ciri :
bermodal pas-pasan, teknologinya tradisional, lebih bersifat usaha tani sederhana dan
sifat usahanya subsistem, serta lebih bersifat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Dari hal ini tentunya sangat membedakan antara
usahatani dengan skala usaha yang luas dan juga usaha tani dengan skala usaha tani
yang kecil. Ini juga berpengaruh terhadap produksi dan penerimaan yang didapatkan
oleh petani tersebut. Petani yang memiliki skala usaha yang luas akan mengeluarkan
biaya produksi yang lebih besar dibandingkan dengan petani yang memiliki skala
usaha yang kecil.
Salah satu desa pada Kecamatan Laren yang menjadi tempat pengembangan
program pemerintah dalam membudidayakan tanaman kenaf adalah desa
Pesanggarahan. Desa ini memiliki wilayah seluas 228,6 Ha, yang terdiri dari tanah
sawah, tanah kering dan tanah bonorowo serta tanah pemukiman. Desa ini memiliki
beberapa hal yang sangat menguntungkan bagi petugas Dinas Pertanian dalam
mengatur pola tanam pada petani di desa Pesanggarahan tersebut, hal tersebut
diantaranya jarak dari pusat pemerintahan kecamatan: 10 km, jarak dari 1bu kota
Kabupaten: 45 km, jarak dari Ibu kota Propinsi: 77 km, Ketingian tempat 5 m DPL,
curah hujan 1000 mm, dan keadaan suhu 350 C.
Para penduduk desa Pesanggarahan ini pada umumnya bermata pencarian
sebagai petani, sehingga mereka memiliki banyak waktu untuk membudidayakan
tanaman kenaf ini. Para petani tersebut rata-rata memiliki lahan yang sangat kecil
yaitu 0,1 – 0,5 Ha. Tetapi ada juga petani yang memiliki lahan antara 0,5 – 1,0 Ha.
Petani yang memiliki lahan tersebut mengeluarkan biaya (TC) sebesar Rp4.165.000,-.
Biaya tersebut merupakan hasil penjumlahan dari biaya tetap (TFC) dengan biaya
variabel (TVC). Biaya yang terbesar dalam memproduksi dan pengolahan tanaman
kenaf ini terletak pada biaya tenaga kerjanya. Hal itu dapat kita lihat pada jurnal di
tabel 9.
Penerimaan yang diperoleh oleh petani tersebut sebesar Rp5.326.800,-.
Penerimaan tersebut berasal dari produksi kenaf yang dihasilkan sebanyak 2.316 Kg
dan harga panen saat itu sebesar Rp2.300 /Kg. Keuntungan yang diperoleh oleh para
petani kenaf tersebut adalah Rp5.326.800 – Rp4.165.000 = Rp1.161.800,- /Ha. Jadi,
petani yang memiliki luas lahan 1,0 Ha akan mendapatkan keuntungan sebesar
Rp1.161.800,-. Sedangkan petani yang memiliki luas lahan 0,5 Ha akan mendapatkan
keuntungan setengah dari keuntungan yang diterima oleh petani yang memiliki luas
lahan 1,0 Ha. Demikian pula dengan petani yang memiliki lahan yang kecil, maka
penerimaan yg didapat akan semakin kecil pula. Semakin luas lahan yang dimiliki
maka akan semakin tinggi keuntungan yang akan didapatkan. Akan tetapi ada ukuran
tertentu untuk memperoleh keuntungan maksimal. Artinya apabila lahan terlalu luas
maka akan terjadi penambahan keuntungan yang semakin berkurang. Hal itu juga
dapat disebabkan biaya total yang harus dikeluarkan selama masa produksi.
Sedangkan nilai R/C ratio yang diperoleh adalah = Rp.5.326.800 : Rp.
4.165.000,-./ha. = 1,27. Hasil ini termasuk pada daerah >1 artinya usahatani kenaf ini
menguntungkan bagi para petani yang ada di desa Pesanggarahan. Walaupun dengan
lahan yang sempit para petani masih mendapatkan keuntungan. Akan tetapi akan lebih
baik jika lahan petani lebih diluaskan.