Post on 26-Oct-2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sesuai dengan Konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 1948),
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 28 H,
dan Undang-Undang Nomor 23/1992 tentang kesehatan, menetapkan bahwa
kesehatan adalah hak fundamental, karena setiap individu, keluarga, dan
masyarakat berhak mendapatkan perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara
bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya
termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Dalam praktiknya negara
secara bertahap memenuhi hak-hak tersebut sesuai kemampuan keuangan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Pengembangan dari Undang-Undang dasar 1945 pasal 28 H di
representasikan kembali dalam UU Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) dimana menjadi komitmen pemerintah dalam melindungi
dan menjamin kesehatan masyarakat, terutama masyarakat miskin.
Berdasarkan konstitusi dan Undang-Undang tersebut, Kementerian
Kesehatan sejak tahun 2005 telah melaksanakan program jaminan kesehatan
sosial dalam mekanisme asuransi kesehatan, dimulai dengan program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin/JPKMM atau lebih dikenal
dengan program Askeskin. Atas pertimbangan pengendalian biaya kesehatan,
peningkatan mutu, transparansi dan akuntabilitas dilakukan perubahan mekanisme
pada tahun 2008 yang meliputi pemisahan fungsi verifikator dan pembayar,
penempatan pelaksana verifikasi di Rumah Sakit, penerapan paket tarif
Jamkesmas, pembentukan tim pengelola Jamkesmas dan tim koordinasi
Jamkesmas serta penugasan PT Askes (persero) dalam manajemen kepesertaan.
Program Jamkesmas Tahun 2011 dilaksanakan dengan beberapa perbaikan
pada aspek kepesertaan, pelayanan, pendanaan dan pengorganisasian. Pada aspek
pelayanan, Kementerian Kesehatan melalui Tim Pengelola Jamkesmas terus
melakukan upaya perbaikan mekanisme pertanggungjawaban pelayanan
Jamkesmas. Perbaikan-perbaikan mendasar dilakukan sebagai upaya pengendalian
2
biaya tanpa mengesampingkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Agar
pelayanan yang diberikan kepada pasien tepat sasaran yaitu kepada masyarakat
miskin yang memang membutuhkan bantuan dalam pengobatan. Sehingga
pelayanan kesehatan yang diberikan bersifat efektif dan efisien.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PELAYANAN JAMKESMAS
2.1 Definisi
Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan
bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara
nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.
2.2 Tujuan
2.2.1 Tujuan Umum
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal secara efektif dan efisien bagi
seluruh peserta Jamkesmas.
2.2.2 Tujuan Khusus
a. Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta
di seluruh jaringan PPK Jamkesmas.
b. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi
peserta, tidak berlebihan sehingga terkendali mutu dan biayanya.
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.
2.3 Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan
Ruang lingkup pelayanan kesehatan Program Jamkesmas di puskesmas
dan jaringannya meliputi upaya pelayanan kesehatan perorangan (promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang berupa rawat jalan dan rawat inap bagi
peserta Program Jamkesmas. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan program
Jamkesmas mencakup semua jenis pelayanan kesehatan dasar yang tersedia di
puskesmas dan jaringannya, dengan standar, pedoman SOP yang sama bagi setiap
masyarakat sesuai indikasi medis. Ruang lingkup Program Jamkesmas di
puskesmas dan jaringannya meliputi:
4
2.3.1 Pelayanan Kesehatan Dasar
2.3.1.1. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama
Pelayanan rawat jalan tingkat primer yang dimaksud adalah pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh puskesmas dan jaringannya termasuk UKBM
(poskesdes, posyandu, Pos UKK, dan lain lain) di wilayah tersebut antara lain :
a. Pemeriksaan kesehatan dan konsultasi kesehatan
b. Pelayanan pengobatan umum
c. Pelayanan gigi termasuk cabut dan tambal
d. Penanganan gawat darurat
e. Pelayanan gizi kurang/buruk
f. Tindakan medis/operasi kecil
g. Pelayanan kesehatan ibu dan anak
h. Pelayanan imunisasi wajib bagi bayi
i. Pelayanan kesehatan melalui Kunjungan rumah
j. Pelayanan Keluarga Berencana (alat kontrasepsi disediakan BKKBN),
termasuk penanganan efek samping dan komplikasi
k. Pelayanan laboratorium dan penunjang diagnostik lainnya
l. Pemberian obat
m. Rujukan
Tempat pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama adalah di
puskesmas dan jaringannya baik berupa kegiatan pelayanan kesehatan di dalam
gedung maupun kegiatan pelayanan kesehatan di luar gedung yang meliputi :
a. Puskesmas perawatan
b. Puskesmas
c. Puskesmas Keliling
d. Puskesmas Pembantu
e. Pos Kesehatan Desa
f. Pos UKBM (posyandu, Pos UKK, pos obat desa dan lainnya)
5
g. atau sarana lainnya yang tersedia di wilayah tersebut termasuk rumah
penduduk
2.3.1.2 Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Tingkat Pertama
Pada kondisi pasien rawat jalan perlu dilakukan perawatan maka sebagai
alternatif untuk perawatan lanjutan adalah dilakukan rawat inap di puskesmas
perawatan sesuai dengan kemampuan sarana yang dimiliki, apabila tidak memiliki
kemampuan perawatan lanjutan harus dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan
rujukan yang memberikan pelayanan Program Jamkesmas. Jenis pelayanan pada
puskesmas perawatan tersebut :
a. Penanganan gawat darurat
b. Perawatan pasien rawat inap termasuk perawatan gizi buruk dan gizi kurang
c. Peawatan persalinan
d. Perawatan satu hari (one day care)
e. Tindakan medis yang diperlukan
f. Pemberian obat
g. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang medis lainnya
h. Rujukan
Tempat pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama hanya di
puskesmas perawatan.
2.3.1.3 Pelayanan Pertolongan Persalinan
Pelayanan pertolongan persalinan normal dapat dilakukan di puskesmas
dan jaringannya termasuk sarana UKBM, bidan dan dokter praktik sedangkan
pertolongan persalinan pervaginam dengan penyulit dapat dilakukan di puskesmas
dengan fasilitas PONED sesuai kompetensinya. Pelayanan pertolongan persalinan
tersebut mencakup:
a. Observasi Proses Persalinan
b. Pertolongan persalinan normal
c. Pertolongan persalinan pervaginam dengan penyulit (puskesmas dengan
fasilitas PONED)
6
d. Pelayanan gawat darurat persalinan
e. Perawatan Nifas (Ibu dan neonatus)
f. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnostik lain
g. Pemberian obat
h. Akomodasi dan makan pasien
i. Rujukan (transport rujukan tersendiri)
Tempat pelayanan pertolongan persalinan dapat dilakukan di sarana
pelayanan kesehatan yaitu puskesmas dan jaringannya, sarana UKBM, bidan
praktik, dokter praktik, rumah bersalin maupun di rumah penduduk oleh tenaga
kesehatan yang berkompeten.
2.3.1.4 Pelayanan Spesialistik
Pada dasarnya Program Jamkesmas di puskesmas dan jaringannya adalah
pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama, tetapi dalam rangka peningkatan
akses pelayanan kesehatan lanjutan, beberapa puskesmas di kota besar
menyediakan pelayanan spesialistik. Apabila puskesmas memiliki fasilitas
pelayanan spesialistik, baik berupa pelayanan dokter spesialis yang bersifat tetap
atau rawat jalan maupun pelayanan penunjang spesialistik (laboratorium,
Radiologi, dan lain lain), maka kegiatan tersebut dapat menjadi bagian kegiatan
Program Jamkesmas di puskesmas dan jaringannya, tetapi perlu
pengaturan secara khusus (perlu pembatasan khususnya berbagai jenis tindakan
dengan memperhatikan kondisi sarana, prasarana, kompetensi dan ketersediaan
dana). Bayi yang lahir dari pasangan (suami dan istri) peserta Jamkesmas secara
otomatis menjadi peserta Jamkesmas, apabila bayi baru lahir memerlukan
pertolongan lanjutan di fasilitas kesehatan rujukan dapat dilakukan rujukan dari
Puskesmas dan jaringannya tanpa harus diterbitkan kartu Jamkesmas baru, cukup
kartu dari pihak orang tua dan keterangan rujukan dari Puskesmas.
2.3.1.5 Pelayanan Rujukan
Rujukan pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah proses rujukan
kasus maupun rujukan spesimen/penunjang diagnostik yang dapat berasal dari
7
poskesdes, pustu ke puskesmas/puskesmas perawatan, antar puskesmas dan
jaringannya dan dari puskesmas dan jaringannya ke fasilitas kesehatan rujukan
(RS, BBKPM, BKPM, BKMM, BKIM) atau sarana penunjang medis lainnya.
Prosedur rujukan dilaksanakan secara berjenjang dan terstruktur dengan prinsip
portabilitas. Pelaksanaan rujukan harus didasarkan pada indikasi medis sehingga
puskesmas dan jaringannya harus dapat melakukan kendali dalam hal rujukan,
puskesmas dan jaringannya dapat melakukan filtrasi rujukan (kasus yang dapat
ditangani puskesmas dan jaringannya sesuai kompetensi dan tidak memerlukan
rujukan harus ditangani di puskesmas dan jaringannya). Prosedur rujukan harus
disertai dengan surat rujukan. Pada kondisi gawat darurat proses rujukan dapat
langsung dari puskesmas pembantu, poskesdes ke fasilitas kesehatan rujukan
terdekat.
2.4 Kriteria Pencapaian
Seluruh peserrta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dapat
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan
Jamkesmas tahun 2009.
2.5 Prosedur Pelayanan
2.5.1 Pelayanan Tingkat Dasar
Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan
jaringannya, peserta harus menunjukkan kartu jamkesmas, atau surat keterangan
rekomendasi Dinas Sosial setempat (bagi gelandangan, pengemis, anak dan orang
terlantar) atau kartu PKH bagi peserta PKH yang belum memiliki kartu
Jamkesmas.
2.5.2 Pelayanan Tingkat lanjut
a. Peserta jamkesmas yang memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjut
(RJTL dan RITL), dirujuk dari Puskesmas dan jaringannya ke fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat lanjut disertai kartu peserta jamkesmas dan
8
surat rujukan yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan
kesehatan. Pada kasus emergency tidak memerlukan surat rujukan.
b. Kartu peserta jamkesmas dan surat rujukan dari Puskesmas dibawa ke loket
Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS) untuk
diverifikasi kebenaran dan kelengkapannya untuk selanjutnya dikeluarkan
Surat Keabsahan Peserta (SKP) dan peserta selanjutnya memperoleh
pelayanan kesehatan
c. Bayi-bayi yang terlahir dari keluarga peserta jamkesmas secara otomatis
menjadi peserta dengan merujuk pada kartu orangtuanya. Bila bayi
memerlukan pelayanan dapat langsung diberikan dengan menggunakan
identitas kepesertaan orangtuanya dan dilampirkan surat kenal lahir dan
kartu keluarga orangtuanya. Pelayanan kesehatan normal dibayarkan secara
paket baik ibu maupun ibunya, akan tetapi apabila bayi mempunyai kelainan
dan memerlukan pelayanan khusus dapat diklaim terpisah sesuai
diagnosanya.
d. Bagi gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar dapat mengakses
pelayanan walaupun tanpa kepemilikan kartu jamkesmas dengan
menunjukkan surat keterangan rekomendasi dari Dinas Sosisal setempat
yang menerangkan bahwa yang bersangkutan warga terlantar dan tidak
mampu.
e. Pelayanan tingkat lanjut sebagaimana diatas meliputi :
1. Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakit,
BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM
2. Pelayanan lanjutan yang dilakukan pada
BKMM/BBPKM/BKPM/BP4/BKIM bersifat pasif (dalam gedung)
sebagai PPK penerima rujukan
3. Pelayanan rawat inap kelas III di Rumah Sakit dan tidak diperkenankan
pindah kelas atas permintaannya
4. Pelayanan obat-obatan
5. Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya
9
f. Untuk kasus kronis tertentu yang memerlukan perawatan berkelanjutan
dalam waktu lama, surat rujukan dapat berlaku selama 1 bulan (seperti
Diabetes Mellitus). Untuk kasus kronis khusus seperti kasus gangguan jiwa
dan kasus pengobatan paru, surat rujukan dapat berlaku s/d 3 bulan
g. Rujukan pasien antar RS termasuk rujukan antar daerah dilengkapi surat
rujukan dari RS yang merujuk, copy kartu peserta atau surat keterangan
rekomendasi dari Dinas Sosial serta kartu PKH bagi peserta PKH yang
belum memiliki kartu Jamkesmas serta surat pengantar dari petugas yang
memverifikasi kepesertaan. Pada kasus-kasus rujukan antar daerah, petugas
yang memverifikasi kepesertaan pada RS rujukan dapat melakukan
konfirmasile database kepesertaan melalui petugas PT Askes (Persero)
tempat asal pasien.
h. Pada keadaan gawat darurat, apabila setelah penanganan
kegawatdaruratannya peserta memerlukan rawat inap dan identitas
kepesertaannya belum lengkap, maka yang bersangkutan diberi waktu 2x24
jam hari kerja untuk melengkapinya atau status kepesertaannya dapat
merujuk pada data base kepesertaan yang dilengkapi oleh petugas PT Askes
(Persero)
i. Pelayanan obat di Rumah Sakit dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan habis pakai di Rumah
Sakit, Instalasi Farmasi/Apotik Rumah Sakit bertanggung jawab
menyediakan semua obat dan bahan habis pakai yang diperlukan.
Meski telah diberlakukan INADRG agar terjadi efisiensi pelayanan,
pemberian obat didorong agar menggunakan formularium obat
Jamkesmas di Rumah Sakit.
2. Apabila terjadi kekurangan atau ketiadaan obat tersebut maka
Rumah Sakit berkewajiban memenuhi obat tersebut melalui
koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
3. Pemberian obat untuk pasien diberikan untuk 3 hari kecuali untuk
penyakit-penyakit kronis tertentu dapat diberikan lebih dari 3 hari
10
sesuai dengan kebutuhan medis. Pemberian obat dilakukan dengan
efisien dan mengacu pada clinical pathway
j. Pemberian INADRG bagi seluruh PPK lanjutan sebagai dasar
pertanggungjawaban/klaim sejak 1 Januari 2009. Pemberlakuan INADRG
tersebut memerlukan persiapan perangkat keras, perangkat lunak dan
sumber daya manusia
k. Pelayanan kesehatan RJTL dan RITL dilakukan secara terpadu sehingga
biaya pelayanan kesehatan dikalimkan dan diperhitungkan menjadi satu
kesatuan menurut INADRG. Dokter berkewajiban melakukan penegakan
diagnosa yang tepat sesuai ICD-10 dan ICD-9 CM sebagai dasar penetapan
kode INA-DRG. Dokter penanggung jawab harus menuliskan nama dengan
jelas serta menandatangani berkas pemeriksaan (resume medik)
l. Apabila dalam proses pelayanan terdapat diagnosa penyakit yang belum
tercantum baik kode maupun tarifnya dalam tarif INADRG, maka balai
kesehatan/RS melaporkannya ke Ditjen Bina Pelayanan Medis untuk
dilakukan penetapannya
m. Pada kasus-kasus dengan diagnosa yang kompleks dengan severity level-3
menurut kode INADRG harus mendapatkan pengesahan dari komite medik
atau Direktur Pelayanan atau Supervisor yang ditunjuk untuk dan yang
diberi tanggung jawab oleh RS.
n. Pasien yang masuk instalasi rawat inap melalui instalasi rawat jalan atau
instalasi gawat darurat hanya diklaim menggunakan 1 kode INADRG
dengan jenis pelayanan rawat inap
o. Pasien yang datang ke-2 atau lebih ke instalasi rawat jalan dengan dua atau
lebih diagnosa akan tetapi diagnosa tersebut merupakan diagnosa sekunder
dari diagnosa utamanya maka diklaim menggunakan 1 kode INADRG
p. Pasien yang datang ke-2 atau lebih ke instalasi rawat jalan dengan kasus
yang bukan merupakan diagnosa sekunder dari diagnosa utamanya maka
diklaim menurut diagnosa msing-masing. Setiap pasien yang datang untuk
kontrol ulang instalasi rawat jalan, diagnosa utamanya menggunakan kode
Z.
11
q. Agar pelayanan berjalan dengan lancar, RS bertanggung jawab untuk
menjamin ketersediaan Alat Medis Habis Pakai (AMHP), obat dan darah
r. Untuk menjamin ketersediaan dan harga obat/vaksin/serum dipusat dan
daerah serta di balai kesehatan atau RS, dilakukan kesepakatan kerja sama
antara Menkes dan Konsosium BUMN Farmasi. RS dan Balai Kesehatan
menindaklanjutinya dengan tindakan teknis dengan mengacu kepada
pedoman pelaksanaan kesepakatan kerjasama tersebut.
s. Pelayanan RS diharapkan dapat dilakukan dengan cost efficient dan cost
effective agar biaya pelayanan seimbang dengan tarif INADRG
t. Dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada peserta, tidak boleh
dikenakan iur biaya oleh PPK dengan alasan apapun
12
BAB III
MASALAH PELAYANAN JAMKESMAS
DI PUSKESMAS TANJUNG PINANG
3.1 Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama
Puskesmas adalah pelayanan kesehatan tingkat pertama. Puskesmas
Tanjung Pinang merupakan pelayanan rawat jalan tingkat pertama dan belum
dapat melaksanakan pelayanan rawat inap. Sehingga permasalahan-permasalahan
yang timbul pada pelayanan di Puskesmas tersebut terdiri dari pelayanan rawat
jalan.
Konsultasi kesehatan merupakan salah satu jenis pelayanan rawat jalan
tingkat pertama. Pelayanan tersebut dapat diperoleh oleh seluruh peserta
jamkesmas. Namun pada prakteknya di Puskesmas Tanjung Pinang jarang sekali
konsultasi kesehatan dilakukan sebagaimana mestinya. Menurut pengamatan
bahwa kurangnya penerapan dari konsultasi kesehatan tersebut dikarenakan
beberapa hal yaitu waktu yang tersedia untuk konsultasi sangat sedikit. Sedangkan
pasien yang datang untuk berobat setiap harinya sangat banyak. Sehingga untuk
menghindari antrian yang begitu banyak maka banyak pasien yang datang hanya
mendapatkan pengobatan dan diberikan resep tanpa mengetahui penyakit yang
diderita dan pencegahan yang seharusnya dilakukan oleh pasien. Jadi sebaiknya
perlu penambahan petugas di bagian-bagian tertentu yang memang membutuhkan
tempat konsultasi dan untuk mengurangi angka kesakitan pada wilayah kerja
puskesmas maka ada baiknya selain mendapatkan edukasi pada saat datang
berobat ke puskesmas yang sangat jarang dilakukan maka perlu ditingkatkan
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
Salah satu dari pelayanan pengobatan umum yaitu penulisan resep.
Penulisan resep hanya boleh dilakukan oleh dokter spesialis, dokter umum, dokter
gigi dan dokter hewan. Di Puskesmas Tanjung Pinang hanya memiliki dokter
umum dan dokter gigi. Berdasarkan SDM yang dimiliki Puskesmas Tanjung
Pinang maka yang berhak menulis resep pada puskesmas tersebut yaitu dokter
umum dan dokter gigi. Namun kenyataannya, seringkali penulisan resep
13
dilakukan oleh perawat atau bidan yang ada di puskesmas. Hal ini sering terjadi
dikarenakan dokter dalam beberapa kesempatan disibukkan oleh urusan dinas
sedangkan pasien yang berobat selalu banyak setiap harinya sehingga perlu
adanya penambahan dokter atau adanya dokter pengganti untuk mambantu
pelayanan di puskesmas.
Diagnosa suatu penyakit selain melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
terkadang juga diperlukan pemeriksaan penunjang. Salah satu pemeriksaan
penunjang yang dapat membantu penegakan diagnosa yaitu dengan pemeriksaan
seperti darah rutin dan urin rutin yang pemeriksaanya dilakukan di laboratorium.
Puskesmas Tanjung Pinang sudah memiliki sarana laboratorium dan SDM
laboratorium. Dalam memberikan pelayanan laboratorium ada beberapa hal yang
harus diperhatikan bahwa petugas laboratorium sangat berisiko terkena infeksi
penyakit dari spesimen yang diperiksa. Untuk mencegah hal tersebut maka perlu
adanya proteksi diri seperti pemakaian handskun dan masker. Pada Puskesmas
Tanjung Pinang terkadang petugas laboratoriumnya tidak menggunakan alat
proteksi diri dalam pemeriksaan yang dilakukan. Hal ini bisa berisiko pada
terinfeksinya petugas laboratorium tersebut dengan agen infeksius dari spesimen
yang diperiksa. Sehingga perlu dilakukan pelatihan khususnya kepada petugas
laboratorium mengenai syarat-syarat yang diperlukan dalam melakukan
pemeriksan laboratorium.
BAB IV
14
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan
bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara
nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.
Tujuan umum dari jamkesmas adalah meningkatkan akses dan mutu
kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai
derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.
Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh
Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai
jaminan kesehatan lainnya.
4.2 Saran
Puskesmas diharapkan dapat lebih meningkatkan dan memperbanyak
upaya-upaya kesehatan diluar gedung untuk mendekatkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat sehingga seluruh masyarakat khususnya masyarakat miskin
dapat mengakses pelayanan kesehatan dasar.