Post on 23-Mar-2019
PELAKSANAAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH PADA
BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
(Studi Pada Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Provinsi Kepulauan Riau)
SKRIPSI
Oleh :
VIVI HARTANTI
NIM : 100565201046
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2018
PELAKSANAAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH PADA
BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
(Studi Pada Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Provinsi Kepulauan Riau).
OLEH : VIVI HARTANTI
ABSTRAK
Pengelolaan Barang Milik Daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi
Kepulauan Riau masih banyak mengalami kendala dan hambatan-hambatan
khususnya dalam penatausahaan barang milik daerah sehingga optimalitas dalam
pengelolaan barang milik daerah belum tercapai.Adapun tujuan penelitian ini
adalah Untuk mengetahui Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik Daerah Pada
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau (Studi
Pada Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi
Kepulauan Riau) dan Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan
Pengelolaan Barang Milik Daerah Pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Provinsi Kepulauan Riau (Studi Pada Bidang Aset Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau).
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini
dilaksanakan pada Bidang Aset Badan Peneglolaan Keuangan dan Aset Daerah
Provinsi Kepulauan Riau. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 6 orang
dengan pengecualian Kepala Kepala Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau di jadikan informan kunci. Dalam
penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah secara umum dapat di kategorikan
telah sesuai dengan visi dan misi serta rencana strategis pada Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau, namun ada beberapa hal
yang menjadi faktor penghambat dalam Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik
Daerah Pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan
Riau (Studi Pada Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Provinsi Kepulauan Riau) yaitu dalam indikator diantaranya pengadaan barang
milik daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan
dan terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel tersebut belum bisa
terlaksana dengan baik atau belum efisien dan efektif. Hal ini berdasarkan dari
jawaban yang di paparkan oleh informan dan juga informan kunci dan juga
pengamatan langsung yang dilaksanakan oleh peneliti di lapangan sewaktu
mengadakan penelitian ini.
.
Kata Kunci : Pelaksanaan, Pengelolaan, Barang Milik Daerah.
IMPLEMENTATION OF MANAGEMENT OF REGIONAL GOODS IN
REGIONAL FINANCIAL AND ASSET MANAGEMENT AGENCY
RIAU ISLAND PROVINCE
(Study on Assets in the Regional Financial and Asset Management Agency of
Riau Islands Province)
BY: VIVI HARTANTI
ABSTRACT
Regional Property Management in the Riau Islands Provincial
Government still experiences many obstacles and constraints, especially in the
administration of regional property so that the optimality in the management of
regional property has not been achieved. The purpose of this research is to
determine the Implementation of Regional Property Management in the Financial
Management Agency and Regional Assets of Riau Islands Province (Study of
Assets in the Regional Financial and Asset Management Agency of Riau Islands
Province) and to determine constraints in the Implementation of Regional
Property Management in the Regional Financial and Asset Management Agency
of Riau Islands Province (Study on Management Agency Asset Areas Regional
Finance and Assets of Riau Islands Province).
The type of research used is descriptive qualitative. This research was
carried out in the Asset Sector of the Regional Financial and Asset Management
Agency of Riau Islands Province. The number of informants in this study were 6
people with the exception of the Head of the Asset Division of the Regional
Financial and Asset Management Agency of the Riau Islands Province as the key
informant. In this study using qualitative descriptive data analysis techniques.
The conclusion in this study is that in general it can be categorized in
accordance with the vision and mission as well as the strategic plan of the
Regional Archipelago Financial and Asset Management Agency, but there are
several things that become inhibiting factors in the Management of Regional
Property in the Financial and Asset Management Agency Riau Islands Province
Region (Study on the Asset Sector of the Regional Islands Financial and Asset
Management Agency of Riau Islands) namely in the indicators including the
procurement of regional property carried out based on the principles of efficient,
effective, transparent and open, competitive, fair / not discriminatory and
accountable yet can be done well or not yet efficient and effective. This is based
on the answers described by the informants as well as key informants as well as
direct observations carried out by researchers in the field while conducting this
research.
.
Keywords: Implementation, Management, Regional Property.
A. LATAR BELAKANG
Provinsi Kepulauan Riau adalah suatu Provinsi yang sedang berkembang
dengan sumber daya alam yang melimpah, dalam perkembangan tersebut kita
membutuhkan sumber daya manusia yang handal agar dapat mengelola dari segi
ekonomi, politik, budaya dan lain sebagainya terhadap bangsa ini serta
mengembangkan Sumber Daya yang ada baik manusia maupun alamnya, agar
bisa tercapai apa yang diharapkan oleh Bangsa dan Negara.
Dalam mencapai tujuan tersebut, Provinsi Kepulauan Riau memerlukan
sumber daya manusia yang mampu mengelola dan mengembangkan suatu
kegiatan agar tercapainya apa yang telah direncanakan oleh Provinsi Kepulauan
Riau untuk kedepannya. Sumber daya manusia sangat dibutuhkan oleh
perusahaan dan organisasi, baik kecil maupun besar, meskipun sumber daya
manusia merupakan salah satu faktor produksi yang ada pada perusahaan maupun
organisasi akan tetapi peranannya dalam mencapai tujuannya sangatlah besar.
Terkaitnya dengan semakin besarnya kewenangan daerah untuk
melakukan pemerintahan yang efektif dan efisien, pemerintahan mampu
melaksanakan manajemen aset Negara atau secara spesifik adalah manajemen aset
daerah, maka pemerintah daerah perlu menyiapkan instrumen yang tepat untuk
melakukan manajemen aset daerah secara profesional, transparansi, akuntabel,
efisien, dan efektif mulai dari perencanaan, pengelolaan/ pemanfaatan, serta
pengawasannya.
Kebebasan dan kemandirian dalam hal ini mengandung arti ”atas nama
dan tanggung jawab sendiri” (opeigen naam en verantwoordelijkheid). Dalam
pasal 1 angka (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 disebutkan bahwa
otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam menjalankan otonomi daerah maka diperlukan aparat yang
mengurus dan mengatur daerah agar berjalan dengan efisien dan efektif, maka
peran aparat pemerintahan sebagai abdi Bangsa dan Negara sangat jelas tugasnya
hanya melaksanakan kebijaksanaan yang dirumus dan diproses oleh superior
politik ini diadopsi dari kebutuhan-kebutuhan bagi daerah.
Sesuai dengan bunyi pasal 155 Undang-undang Nomor 23 tahun 2014
Tentang Pemerintah Daerah disebutkan:
1. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah
di danai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah
2. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan
pemerintah di daerah didanai dari atas beban anggaran pendapatan dan belanja
daerah
3. Administrasi pendanaan penyelenggaraan urusan pemerintah
sebagaimana maksud pada nomor (1) dilakukan secara terpisah dari administrasi
pendanaan penyelenggaraan urusan pemerintah sebagaimana maksud pada nomor
(2) Sebagai penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah, pemerintah daerah
harus mempertanggungjawabkan penggunaan wewenang penyelenggaraan urusan
tersebut dan diperlukan profesionalisme aparatur publik dalam mengelola sumber
daya daerah. Meskipun penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah itu
bertumpu pada otonomi, yakni kebebasan dan kemandirian untuk mengatur dan
mengurus urusan tersebut, namun kebebasan dan kemandirian ini tidak
menghilangkan mekanisme pertanggungjawaban.
Dengan adanya otonomi daerah, maka kewenangan yang dimiliki oleh
pemerintah daerah semakin besar tanggung jawab yang dipikulnya akan
bertambah banyak. Namun disisi lain bertambahnya suatu kewenangan daerah
tersebut juga merupakan yang menuntut kesiapan daerah untuk pelaksanaannya,
karena semakin besar urusan pemerintah yang menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah. Oleh karena itu ada beberapa aspek yang harus dipersiapkan
antara lain sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sarana dan pra sarana
daerah.
Adapun salah satu aspek dari pemerintahan daerah yang harus diatur
secara hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran
daerah. Seperti sudah diketahui, anggaran daerah adalah rencana kerja pemerintah
daerah dalam bentuk uang (rupiah) dalam satu periode tertentu (satu tahun).
Anggaran daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan
instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Sebagai instrumen
kebijakan, Anggaran Daerah menduduki posisi sentral dalam upaya
pengembangan kapabilitas dan efektifitas pemerintah daerah. Anggaran Daerah
digunakan sebagai alat untuk menentukan besar pendapatan dan pengeluaran,
membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi
pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-
ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi para pegawai, dan
alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja. Maka perlu
difokuskan pada upaya untuk mendukung pelaksanaan aktivitas atau program
yang menjadi prioritas dan preferensi daerah yang bersangkutan.
Aset adalah bagian dari kekayaan Daerah yang dikategorikan menjadi dua
bentuk, yaitu bergerak dan tidak bergerak. Barang adalah merupakan satuan
tertentu yang dapat dinilai/dihitung/diukur/ditimbang dan dinilai tidak termasuk
uang dan surat berharga. Menurut Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Barang Milik Daerah (BMD) adalah semua barang yang
dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang
sah.
BMD memiliki jenis dan variasi yang sangat beragam, baik dalam hal
tujuan perolehannya maupun masa manfaat yang diharapkan. Oleh karena itu,
dalam perlakuan akuntansinya ada BMD yang dikategorikan sebagai aset lancar,
aset tetap dan aset lainnya. Pengkategorian BMD ini dilakukan dalam menyajikan
nilai BMD dalam neraca pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
BMD dikategorikan sebagai aset lancar apabila diharapkan segera dipakai atau
dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.
BMD yang memenuhi kriteria ini diperlakukan sebagai Persediaan. Sedangkan
BMD dikategorikan sebagai aset tetap apabila mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal
Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang, dan diperoleh atau dibangun dengan
maksud untuk digunakan. BMD yang memenuhi kriteria tersebut bisa meliputi
Tanah; Peralatan dan Mesin; Gedung dan Bangunan; Jalan, Irigasi, dan Jaringan;
Aset Tetap Lainnya; serta Konstruksi dalam Pengerjaan.
Selama ini, secara teknis pengurus barang lah yang menjadi sasaran segala
hal yang berhubungan dengan penatausahaan BMD. Dari sisi pemeriksaan dan
pelaporan, pengurus barang lah yang selalu menjadi pihak yang dimintai
keterangan dan pertanggungjawaban teknis pengelolaan barang di lingkup SKPD
yang dia tangani. Menjadikan mereka seperti “tersangka” di setiap musim
pemeriksaan, baik secara intern dari Inspektorat wilayah maupun BPK
perwakilan. Padahal pada PP nomor 6 tahun 2006 dan Permendagri nomor 17
tahun 2007 yang menjadi “kitab suci” pengelolaan BMD, tanggung jawab
pengelolaan BMD secara umum, berada pada 4 pihak. Pertama, Kepala Derah
(Gubernur/Bupati), kedua adalah Pengelola Barang (Setda, dan dibantu oleh
asisten yang membidangi dan Pembantu Pengelola Barang; Kepala Biro
Umum/Kepala DPPKAD), ketiga adalah Penguna Barang (Kepala SKPD) dan
terakhir Pengurus Barang di SKPD yang di tetapkan oleh SK Kepala Daerah
setiap tahun.
Dari sisi regulasi tentang pengelolaan BMD, disadari bahwa PP nomor 6
tahun 2006 dan Permendagri nomor 17 tahun 2007 memang belum mampu secara
maksimal mengakomodir semua petunjuk teknis pelaksanaan pengelolaan BMD.
Dari beberapa kasus hasil laporan pemeriksaan audit oleh BPK atau BPKP masih
ditemui beberapa temuan pelaksanaan pengelolaan BMD yang tidak optimal
akibat dari pemahaman tentang regulasi tersebut yang berbeda intepretasi dan
berujung pada tidak maksimalnya pelaksanaan pengelolaan dari tahap
perencanaan sampai pelakasanaan kegiatan. Hal ini yang kemudian menjadikan
Perda tentang BMD menjadi strategis dalam mengantisipasi masalah tersebut.
Dari sisi teknis pelaksana pengelolaan BMD, khususnya di tingkat teknis SKPD
(pengurus barang) juga signifikan terlihat kelemahan pada SDM pengurus barang
baik dari sisi pemahaman tentang sistem dan prosedur penatausahaan dan sisi
kemampuan teknis penatausahaan seperti pembuatan laporan,dan lain-lain.
Adapun Pengelolaan barang daerah juga telah diatur dalam pasal 49 UU
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Pasal 120 dan Pasal 121
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah. Sedangkan peraturan pelaksanaan dari ketentuan
yang mengatur pengelolaan barang milik daerah ditetapkan oleh Menteri Dalam
Negeri selaku Pembina penyelengaraan Pemerintahan daerah yang menetapkan
kebijakan teknis pengelolaan barang milik daerah. Pengelolaan barang milik
daerah di setiap masing-masing daerah ditetapkan dengan peraturan daerah
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau bersama-sama dengan
DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Provinsi Kepulauan Riau telah
menetapkan dengan maksud dan tujuan untuk :
1. Menyeragamkan langkah dan tindakan oleh setiap SKPD (Satuan
Kerja Perangkat Daerah) dalam pengelolaan barang daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
2. Sebagai pedoman pelaksanaan bagi pejabat/aparat pengelola barang
milik daerah secara menyeluruh sehingga dapat dipakai sebagai salah satu acuan
oleh semua pihak dalam rangka melaksanakan tertib administrasi pengelolaan
barang milik daerah.
Maka dari peraturan yang telah dipaparkan pelaksanaan pengelolaan
barang milik daerah yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah Provinsi
Kepulauan Riau sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku
dengan tujuan terlaksananya, pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan
oleh ke semua SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) agar terkoordinasi dalam
menjalankan pengelolaan barang milik daerah dengan baik dan memperhatikan
strandarisasi yang telah ditetapkan sesuai kondisi daerah masing-masing.
Barang Milik Daerah atau Aset Daerah, berdasarkan Peraturan Daerah
Provinsi Kepulauan Riau Nomor 10 Tahun 2010 adalah barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ) dan
barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Sejalan dengan perkembangan, Pengelolaan Barang Milik Daerah di
lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau masih banyak mengalami
kendala dan hambatan-hambatan khususnya dalam penatausahaan barang milik
daerah sehingga optimalitas dalam pengelolaan barang milik daerah belum
tercapai oleh karena itu maka Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau melalui
Peraturan Gubernur Provinsi Kepulauan Riau Nomor 60 Tahun 2016 Tentang
Pembentukan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan
Riau yang terdiri dari Bidang Anggaran, Bidang Perbendaharaan dan Bidang Aset
dan Bidang Aset di bentuk dengan maksud dan tujuan agar pelaksanaan
pengelolaan barang milik daerah lebih optimal.
Dari pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan oleh
Bidang Aset pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi
Kepulauan Riau, ada beberapa gejala gejala yang dapat di lihat antara lain:
Minimnya pelaksanaan kegiatan pelatihan peningkatan pengelolaan
barang/aset milik daerah oleh Bidang Aset pada Badan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau khususnya mengenai pemahaman
mengenai Undang-undang dan Peraturan yang menyangkut pengelolaan
barang/aset milik daerah, tugas pokok dan fungsi dari penyimpan dan pengurus
barang/aset daerah serta pemahaman tentang wewenang dan tanggung jawab
penyimpan dan pengurus barang/aset yang ada di Provinsi Kepulauan Riau.
Belum adanya dukungan alokasi dana yang dianggarkan secara khusus
oleh Bidang Aset pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi
Kepulauan Riau dalam melakukan bimbingan teknis tentang pengelolaan barang
milik daerah jadi tidak heran bila untuk pelatihan pengelolaan barang milik daerah
secara intensif belum bisa terwujud layaknya Satuan Kerja Perangkat Daerah
lainnya di Provinsi Kepulauan Riau.
Kemudian bukanlah rahasia umum, sejak dahulu, bendahara keuangan
selalu menerima insentif dalam melaksanakan tugasnya, artinya insentif ini
menjadi motivasi dalam bekerja. Tetapi tidaklah demikian dengan penyimpan
barang dan pengurus barang, disebagian besar pemerintah daerah termasuk di
Provinsi Kepulauan Riau kalaupun ada insentif jarang sekali besarnya insentif
tersebut sama dengan bendahara keuangan, apalagi melebihi Bendahara Keuangan
di Sekretariat Daerah Provinsi Kepulauan Riau.
Hasil Audit BPKP Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan bahwa,
disclaimernya hasil audit terhadap laporan keuangan pemerintah daerah Provinsi
Kepulauan Riau karena neraca kurang baik, neraca kurang baik karena Laporan
Barang Milik Daerah kurang baik. Jadi wajar jika saat ini anggaran, kebijakan dan
perhatian Pejabat pemerintah daerah dan DPRD harusnya mengarah ke
pengelolaan barang milik daerah. Walapun barang milik daerah dari dahulu
menjadi objek pemeriksaan BPK, tetapi 2 – 3 tahun terakhir ini bisa dirasakan
auditor BPK memeriksa barang milik daerah lebih intensif, jadi tidak heran bila
dalam 2-3 tahun terakhir ini banyak pemda (khususnya Kepala Daerah dan
DPRD) baru sadar kalau pengelolaan asetnya ternyata amburadul.
Selain itu proses penghapusan tidak berjalan dengan baik. Salah satu sebab
kurang baiknya Laporan Barang Milik Daerah oleh Bidang Aset pada Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau adalah,
banyaknya selisih antara jumlah barang di buku dengan jumlah barang yang
sebenarnya/ yang ada. Mengapa hal tersebut terjadi? Diantaranya karena proses
penghapusan yang tidak berjalan dengan baik, misalnya, beberapa Pemda dalam
setahun belum tentu melakukan penghapusan. Artinya, dalam setahun akan sangat
mungkin banyak barang yang seharusnya dihapus, karena tidak dilakukan
penghapusan barang tersebut menjadi semakin rusak bahkan menjadi hilang. Dan
hal ini akan mengakibatkan sulitnya melakukan penghapusan (barang rusak telah
hilang) dan semakin kesulitan dalam melakukan inventarisasi barang.
(menyamakan jumlah barang dibuku dan jumlah barang yang sebenarnya/ yang
ada).
Belum optimalnya aplikasi berbasis IT (internet teknologi) untuk
mendukung pengelolaan barang milik daerah oleh Bidang Aset pada Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau. Mengapa hal
ini terjadi? Salah satunya, belum adanya aplikasi berbasis IT yang dimiliki Pemda
dalam pelaksanaan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pentausahaan,
akuntansi aset dan penyusunan laporan barang milik daerah. dan bila kita
bandingkan dukungan Pemda terhadap Aplikasi berbasis IT yang digunakan
dalam pengelolaan keuangan daerah pasti sangat jauh berbeda. Bisa dikatakan
bahwa setiap pemda pasti memiliki aplikasi berbasis IT untuk pengelolaan
keuangan daerah tapi belum tentu untuk pengelolaan barang milik daerah.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti mencoba
merumuskan permasalahan yang terjadi pada penelitian ini adalah : “Untuk
Mengetahui Bagaimana Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik Daerah Pada
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau (Studi
Pada Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi
Kepulauan Riau)?”.
C. KERANGKA TEORITIS
Menurut pendapat Mazmanian dan Sabatier (dalam Wahab, 2007:68-69) merumuskan “Proses implementasi kebijaksanaan negara dengan lebih rinci:
“Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya
dalam bentuk undang-undang namun dapat pula berbentuk perintah-
perintah atau keputusan keputusan eksekutif yang penting atas keputusan
badan peradilan. Lazimnya keputusan tersebut mengidentifikasi masalah
yang ingin diatasi, menyebut secara tegas tujuan/sasaran yang ingin
dicapai dan berbagai cara untuk menstruktur/mengatasi proses
implementasinya”.
Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya
diawali dengan tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijakan
dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan (instansi) pelaksanaan, kesediaan
dilaksanakannya keputusan-keputusan tersebut oleh kelompok-kelompok sasaran,
dampak nyata maupun yang dikehendaki atau tidak dari output tersebut, dampak
keputusan sebagai dipersepsikan oleh badan-badan penting (atau upaya untuk
melakukan beberapa perbaikan) terhadap undang-undang/peraturan yang
barsangkutan. Suatu kebijakan publik yang telah diterima dan disahkan (adapted)
tidaklah akan ada artinya apabila tidak dilaksanakan. Untuk itu implementasi
kebijakan publik haruslah berhasil, malahan tidak hanya implementasinya saja
yang berhasil, akan tetapi tujuan (goal) yang terkandung dalam kebijakan publik
itu haruslah tercapai yaitu terpenuhinya kepentingan masyarakat (public inters).
Dalam penentuan konsep teori ini, penulis juga di dukung dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 pasal 4 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, pengelolaan barang milik daerah
meliputi : “Perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan dan penyaluran, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan,
pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan,
pembinaan, pengawasan dan pengendalian, pembiayaan dan tuntutan ganti rugi”.
D. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono(2005:11) “Penelitian deskriptif kualitatif adalah
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variabel mandiri, baik satu
variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara
satu variabel dengan variabel yang lain”. Dalam kaitannya dengan penelitian
ini, yang dimaksud dengan mendapatkan informasi yang seluas-luasnya dan
sedalam-dalamnya adalah untuk mengungkapkan berbagai gambaran dan
permasalahan dalam Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik Daerah Pada
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau
(Studi Pada Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Provinsi Kepulauan Riau).
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau, alasan mengambil penelitian disini
adalah:
a. Karena pada awalnya kantor ini bernama Badan Pengelola Keuangan dan
Kekayaan Daerah (BPKKD) saat ini menjadi Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (BPAKD) Provinsi Kepulauan Riau pada
awalnya bertipe A yang terdiri dari empat (4) bidang kerja saat ini hanya
ada 3 (tiga) bidang kerja.
b. Masih adanya indikasi bahwa Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah (BPAKD) Provinsi Kepulauan Riau masih belum optimal
dalam melakukan pengelolaan barang milik daerah karena antara data
jumlah barang yang ada di Bidang Aset belum maksimal dalam proses
pendataan asset di wilayahkerja provinsi Kepulauan Riau.
c. Belum adanya laporan yang valid dari masing-masing biro/dinass dan
badan yang ada di Provinsi Kepulauan Riau kepada Bidang Aset Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPAKD) Provinsi Kepulauan
Riau baik dari segi jumlah, kualitas maupun spesifikasi yang telah
ditentukan pada kontrak kerja dengan pihak ketiga dengan ketentuan
standarisasi produk atau barang yang ditentukan oleh pemerintahan secara
umum.
3. Jenis Data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data
Primer dan data Sekunder.
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diambil langsung dari responden yaitu
mengenai Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik Daerah Bidang Aset
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPAKD) Provinsi
Kepulauan Riau yang meliputi beberapa dimensi diantaranya :
perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan dan penyaluran, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan,
pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan,
pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian,
pembiayaan dan tuntutan ganti rugi.
b. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data informasi dan keterangan lainnya yang
telah diolah lebih lanjut yang disajikan melalui dokumen, buku-buku
maupun dokumentasi yaitu berupa foto/gambar yang berkaitan dengan
penulisan. Kemudian dokumen tersebut berisikan: Sejarah berdirinya
Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPAKD)
Provinsi Kepulauan Riau, struktur organisasi, visi-misi serta tugas dan
fungsi Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(BPAKD) Provinsi Kepulauan Riau yang sudah tersedia yang menunjang
dan berkaitan dengan masalah penelitian.
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Agar data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat mudah diperoleh,
maka penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
Agar data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat mudah diperoleh,
maka penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
a. Teknik Wawancara.
Wawancara merupakan suatu cara untuk mendapatkan data penelitian
dengan mengadakan kontak langsung atau dialog antara peneliti
dengan subjek atau responden penelitian dan juga informan kunci
dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (pedoman
wawancara).
5. Teknik Analisa Data
Analisa data menurut Sugiyono (2005:169),adalah:
“Kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasikan data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan
data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab
rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang
diajukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain yang
terkumpul.”
Dalam rangka memberikan gambaran yang jelas, logis dan akurat
mengenai hasil pengumpulan data, maka teknik analisa yang digunakan dalam
penulisan ini adalah teknik analisa kualitatif.
E. PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik Daerah Pada Badan Pengelolaan
Keuangan Dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau (Studi Pada
Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi
Kepulauan Riau).
1. Perencanaan kebutuhan
Dalam perencanaan kebutuhan perlu dilakukan koordinasi yang baik dengan
memperhatikan standarisasi yang telah ditetapkan sesuai kondisi daerah.
Perencanaan kebutuhan bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri, tetapi
merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dalam Pengelolaan Barang Milik
Daerah, sehingga diperlukan adanya pemahaman dari seluruh SKPD terhadap
tahapan kegiatan Pengelolaan Barang Milik Daerah.
a. Adanya perencanaan kebutuhan disusun dalam Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA) dengan memperhatikan ketersediaan barang milik
daerah yang sudah ada
Mengenai adanya perencanaan kebutuhan disusun dalam Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA) dengan memperhatikan ketersediaan barang milik daerah yang sudah ada saat ini memang benar adanya, Dalam hal ini perencanaan kerja
dilaksanakan tentunya sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku di
BPKAD Provinsi Kepulauan Riau dan atau dinas atau bagian lain yang ada di
Bidang Aset BPKAD Provinsi Kepulauan Riau sehingga dalam pelaksanaan
kerjanya pun bisa menjadi lebih professional dan maksimal sesuai dengan visi dan
misi dari Bidang Aset BPKAD Provinsi Kepulauan Riau tersebut.
b. Adanya dana yang dianggarkan khusus dalam pengelolaan barang
milik daerah
Mengenai adanya dana yang dianggarkan khusus dalam pengelolaan barang
milik daerah saat ini memang benar adanya, dan hal tersebut memang sudah
dianggarkan di APBD Provinsi Kepulauan Riau baik pada tahap periode APBD
murni maupun APBD perubahan sehingga dalam pelaksanaan pengelolan barang
milik daerah yang ada di Provinsi Kepulauan Riau termasuk di bagian
perlengkapan dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya dan berkelanjutan
sebagaimana yang ada pada tugas dan fungsi dari bidang aset BPKAD Provinsi
Kepulauan Riau selain itu dengan ketersediaan anggaran yang cukup dalam
pengelolaan barang milik daerah yang ada di Provinsi Kepulauan Riau tersebut
dan di tunjang dengan ketersediaan sumber daya manusia yang memadai maka
pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah yang ada akan berjalan dengan baik
sesuai dengan visi dan misi BPKAD Provinsi Kepulauan Riau khususnya bidang
aset.
2. Pengadaan
Pengadaan dilakukan dengan tujuan tertib Administrasi
penyediaan/Pengelolaan Barang Milik Daerah, pendayagunaan Barang Milik
Daerah secara maksimal dan tercapainya tertib pelaksanaan penatausahaan
Barang Milik Daerah. Pengadaan barang dapat dipenuhi dengan cara
pengadaan/pemborongan pekerjaan, membuat sendiri (swakelola), penerimaan
(hibah atau bantuan/sumbangan atau kewajiban pihak ketiga), tukar menukar dan
guna serah.
a. Pengadaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-
prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak
diskriminatif dan akuntabel
Berkaitan dengan pengadaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak
diskriminatif dan akuntabel saat ini memang dalam praktek pengadaan barang
milik daerah yang ada di lapangan khususnya yang ada bidang aset belum bisa
memenuhi prinsip-prinsip manajemen yang baik karena hal tersebut ada indikasi
campur tangan dari oknum-oknum yang memiliki wewenang serta kekuasaaan
seperti pejabat di lembaga eksekutif yang ada di Provinsi Kepulauan Riau serta
oknum yang ada di lembaga legislatif sehingga dalam pengadaan barang milik
daerah kebanyakannya mereka ikut campur dengan melakukan tindakan
nepotisme dengan cara memberikan intruksi kepada kepala bagian pengadaan
barang dan jasa atau panitia lelang pengadaaan barang milik daerah agar
memenangkan perusahaan atau rekanan yang di tunjuk oleh pemangku
kepentingan yang ada di Provinsi Kepulauan Riau tersebut sehingga hasil dari
pengadaan barang milik daerah banyak yang tidak sesuai dengan ketentuan yang
ada karena dilakukan hanya sekedar gugur kewajiban saja tanpa merasa ada
tanggungjawab baik secara moral maupun tanggungjawab sebagai penyedia
barang dan jasa secara professional.
b. Pengadaan barang milik daerah harus dilakukan berdasarkan sistem
tender (compulsory competitive tendering contract)
Mengenai pengadaan barang milik daerah harus dilakukan berdasarkan sistem
tender (compulsory competitive tendering contract) saat ini memang benar
adanya, Dalam hal ini memang ada beberapa kriteria proses pengadaan barang
milik daerah yang ada di bagian perlengakapan yang bisa dilakukan proses
tendering dan ada juga yang bisa dilakukan dengan sistem penunjukkan langsung
tergantung jumlah nominal dari besar kecilnya proyek pengadaan barang milik
daerah tersebut sehingga jika dilaksanakan pengadaan barang milik daerah sesuai
dengan ketentuan yang ada maka konsekuensi baik hukum maupun kinerjanya
akan lebih baik namun lain halnya jika dalam pengadaan barang milik daerah
tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ada maka akan menimbulkan
permasalahan yang lebih besar serta konsekuesi hukum di kemudian hari baik
pada perusahaan rekanan maupun pada pihak yang terkai dalam proses pengadaan
barang milik daerah di bidang aset BPKAD Provinsi Kepulauan Riau tersebut.
3. Pengamanan dan pemeliharaan
Pengamanan dan Pemeliharaan merupakan tindakan pengendalian dan
penertiban dalam upaya pengurusan barang milik daerah secara fisik, administratif
dan tindakan hukum sehingga barang tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal
serta terhindar dari penyerobotan pengambil alihan atau klaim dari pihak lain.
Selanjutnya pemeliharaan merupakan tindakan agar semua barang selalu dalam
keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna.
a. Adanya tindakan pengendalian dalam pengurusan barang milik daerah
dalam bentuk fisik, administratif dan tindakan upaya hukum
Berkaitan dengan adanya tindakan pengendalian dalam pengurusan barang
milik daerah dalam bentuk fisik, administratif dan tindakan upaya hukum saat ini
memang benar adanya, dan itu sudah menjadi tanggungjawab dari Bidang Aset
BPKAD Provinsi Kepulauan Riau sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-
masing karena jika tidak dilakukan pengendalian baik secara fisik, Administrasi
dan bahkan sisi hukum maka hal tersebut akan berdampak pada kinerja pegawai
bagian perlengkapan dalam menjalankan tugas dan fungsi mereka masing-masing
dilapangan, dengan demikian maka akan tercapai profesionalisme kerja serta
efisiensi dan efektivitas kerja dalam pengelolaan barang milik daerah yang
dilakukan oleh Bidang Aset BPKAD Provinsi Kepulauan Riau saat ini dan yang
akan datang.
b. Adanya pemeriksaan barang milik daerah oleh instansi yang berwenang
seperti Inspektorat Provinsi ataupun Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pembangunan Perwakilan Kepulauan Riau setempat
Berkenaan dengan adanya pemeriksaan barang milik daerah oleh instansi yang
berwenang seperti Inspektorat Provinsi Kepulauan Riauataupun Badan Pemeriksa
Keuangan setempat saat ini memang benar adanya, dan hal tersebut dilakukan
oleh Inspektorat Provinsi Kepulauan Riau serta Badan Pemeriksa Keuangan
Provinsi Kepulauan Riau dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan
terhadap pengelolaan barang milik daerah yang dilakukan oleh bidang aset
BPKAD Provinsi Kepulauan Riau sehingga jika dijumpai atau ditemukan
kesalahan secara teknis baik dari segi Administrasi ataupun prakteknya
dilapangan maka bisa dilakukan revisi ulang berdasarkan hasil pengawasan dari
kedua instansi tersebut dan hal itu tentunya membantu bagian perlengkapan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya secara professional dan maksimal sehingga
efisiensi dan efektivitas kerja bidang aset BPKAD Provinsi Kepulauan Riau dapat
benar-benar terlaksana sebaik mungkin dan tidak melanggar peraturan yang ada.
4. Inventarisasi
Inventarisasi merupakan kegiatan atau tindakan untuk melakukan perhitungan,
pengurusan, penyelenggaraan, pengaturan, pencatatan barang dan pelaporan
barang milik daerah dalam unit pemakai. Dari kegiatan inventarisasi disusun
Buku Inventaris yang menunjukkan semua kekayaan daerah yang bersifat
kebendaan, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak.
a. Adanya kegiatan untuk melakukan pendataan barang milik daerah
oleh Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Provinsi Kepulauan Riau
Mengenai Adanya kegiatan untuk melakukan pendataan barang milik daerah
oleh Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi
Kepulauan Riau saat ini memang benar adanya, Dalam prakteknya dilapangan
proses pendataan barang milik daerah yang dilakukan oleh pegawai pada bidang
aset BPKAD Provinsi Kepulauan Riau tersebut memang telah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku sehingga pelaksanaan pengelolan barang milik
daerah bisa seimbang dan serasi antara data dan fakta yang ada dan hal tersebut
bisa dijadikan sebagai kerangka acuan dalam menentukan anggaran yang
diperlukan guna melakukan pemeliharaan barang milik daerah tersebut sesuai
dengan kenyataan yang ada dan bukan berdasarkan rekayasa semata sehingga
efisiensi anggaran bisa diterapkan oleh bagian perlengkapan dengan
memaksimalkan kinerja sumber daya manusia yang ada di bagian perlengkapan
dalam proses pendataan barang milik daerah khususnya di bidang aset BPKAD
Provinsi Kepulauan Riau saat ini dan saat yang akan datang.
b. Adanya pelaporan hasil pendataan barang milik daerah oleh Bidang
Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi
Kepulauan Riau
Menanggapi tentang Adanya pelaporan hasil pendataan barang milik daerah
oleh Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi
Kepulauan Riau ini memang benar adanya, Dalam hal ini memang ada
pelaporan dari hasil pendataan yang dilakukan oleh pegawai bidang aset
BPKAD Provinsi Kepulauan Riau selain sebagai salah satu bentuk laporan
tahunan bagi bagian perlengkapan hal itu juga bisa dijadikan acuan oelh
instansi terkait lainnya dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja bagian
perlengkapan dalam melaksanakan pengelolaan barang milik daerah apakah
telah sesuai dengan ketentuan yang ada atau justru ada indikasi melakukan
pelanggaran peraturan yang ada, dan instansi terkait tersebut tersiri dari
Bappeda, Inspektorat Provinsi, bagian perlengkapan Sekretariat Daerah
Provinsi Kepulauan Riau serta BPK Provinsi Kepulauan Riau dengan adanya
kerjasama antara instansi tersebut maka pelaksanaan pengelolaan barang milik
daerah yang ada di bidang aset BPKAD Provinsi Kepulauan Riau dapat
terlaksana secara efisien dan efektif.
5. Penilaian
Penilaian barang milik daerah dilakukan dalam rangka pengamanan dan
penyusunan neraca daerah berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintah
Daerah.
a. Adanya proses kegiatan penelitian yang selektif didasarkan pada
data/fakta yang obyektif dan relevan dengan menggunakan
metode/teknis tertentu untuk memperoleh nilai barang milik daerah
Dalam menanggapi adanya proses kegiatan penelitian yang selektif didasarkan
pada data/fakta yang obyektif dan relevan dengan menggunakan metode/teknis
tertentu untuk memperoleh nilai barang milik daerah saat ini memang benar
adanya, dalam melaksanakan pengelolaan barang milik daerah pada bidang aset
BPKAD Provinsi Kepulauan Riau memang ada dibentuk tim kerja yang secara
khusus untuk melakukan kegiatan penelitian yang selektif didasarkan pada
data/fakta yang obyektif dan relevan dengan menggunakan metode/teknis tertentu
untuk memperoleh nilai barang milik daerah dan hal itu berfungsi sebagai acuan
dalam penentuan besar kecilnya anggaran yang diperlukan dalam melaksanakan
kegiatan tersebut serta sebagai pembanding antara data dan fakta yang ada
dilapangan apakah telah sesuai atau masih belum sesuai sehingga bisa diantisipasi
jika terjadi kesalahan baik secara Administrasi maupun kesalahan dalam praktek
pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah oleh bidang aset BPKAD Provinsi
Kepulauan Riau.
b. Adanya prosedur penyusunan neraca penilaian tentang berapa
jumlah aset negara sekaligus nilai dari aset tersebut
Berkaitan dengan adanya prosedur penyusunan neraca penilaian tentang
berapa jumlah aset negara sekaligus nilai dari aset tersebut saat ini memang benar
adanya, dalam kenyataannya dilapangan hal tersebut memang ada dan terjadi serta
dilaksanakan oleh bidang aset BPKAD Provinsi Kepulauan Riau selain sebagai
upaya peningkatan kinerja dalam melaksanakan pengelolaan barang milik daerah
hal tersebut juga bisa dijadikan sebagai pedoman dalam menetapkan anggaran
setiap tahunnya guna memperlancar tugas dan fungsi dari bagian perlengakapan
sehingga profesioanal kerja dalam menjalankan pengelolaan barang milik daerah
benar-benar terlaksana sesuai dengan visi dan misi dari BPKAD Provinsi
Kepulauan Riau khususnya pada bidang aset.
6. Pemanfaatan
Pemanfaatan merupakan pendayagunaan barang milik daerah yang dapat
digunakan sesuai tugas pokok dan fungsi OPD (Organisasi Perangkat Daerah)
dalam bentuk pinjam pakai, sewa, kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah,
bangun serah guna dengan tidak mengubah status kepemilikan. Pemanfaatan
barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan dilakukan oleh pengelola
setelah mendapat persetujuan Bupati, dan selain tanah dan/atau bangunan
dilaksanakan oleh pengguna setelah mendapat persetujuan pengelola.
a. Sewa yaitu pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain dalam
jangka waktu tertentu dengan menerima imbalan uang tunai
Mengenai sewa yaitu pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain dalam
jangka waktu tertentu dengan menerima imbalan uang tunai saat ini memang
benar adanya, dalam prakteknya memang hal tersebut ada dan terjadi. Kegiatan
sewa menyewa dalam pengelolaan barang milik daerah baik barang yang bergerak
ataupun tidak bergerak biasanya memang ada tergantung kesepakatan yang
dibuat antara pihak pemerintah dengan pihak rekanan bisa dai perusahaan swasta
ataupun perusahaan BUMD dan hal itu perlu ditunjang dengan adanya laporan
pertanggungjawaban yang lengkap sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan serta
anggaran yang telah ditetapkan namun jika tidak sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran yang ditetapkan maka akan menimbulkan dampak negatif bisa saja
dalam bentuk sanksi pidana kurungan penjara ataupun sanksi denda tergantung
pelanggaran yang dilakukan oleh pihak mana dan pelanggarannya dalam kategori
apa juga sehingga ada kejelasan transparansi dan efektivitas birokrasi dalam
pelaksanaan kegiatan sewa menyewa dalam pengelolan barang milik daerah oleh
bidang aset BPKAD Provinsi Kepulauan Riau.
b. Pinjam Pakai yaitu penyerahan penggunaan barang antara Pemerintah
Pusat dengan Pemerintah Daerah dan antar Pemerintah Daerah dalam
jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka
waktu tersebut berakhir diserahkan kembali kepada pengelola
Mengenai pinjam pakai yaitu penyerahan penggunaan barang antara
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dan antar Pemerintah Daerah dalam
jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut
berakhir diserahkan kembali kepada pengelola saat ini memang benar
adanya,dalam pelaksanaannya dilapangan memang ada dan terjadi dan secara
garis besar kegiatan tersebut bisanya dalam bentuk barang bergerak sifatnya
meliputi motor dinas, kapal dinas, dan mobil dinas baik yang digunakan oleh
lembaga eksekutif.
7. Pengawasan dan pengendalian
Pengawasan dan pengendalian dalam pengelolaan barang milik daerah perlu
dilakukan guna menjamin dan mengarahkan pekerjaan yang dilaksanakan sesuai
dengan rencana dan tujuan yang hendak dicapai melalui pengawasan yang baik.
a. Adanya usaha atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar
pekerjaan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan
Mengenai adanya usaha atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar
pekerjaan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
saat ini memang benar adanya, dalam hal ini memang ada usaha atau kegiatan
untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan berjalan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan karena hal tersebut sangat penting
dan berguna dalam menunjang kinerja bagian perlengkapan dalam pengelolaan
barang milik daerah secara cepat dan tepat sesuai dengan kaidah atau peraturan
yang berlaku saat ini.
b. Pengawasan yang ketat perlu dilakukan sejak tahap perencanaan
hingga penghapusan asset
Dalam menanggapi tentang pengawasan yang ketat perlu dilakukan sejak
tahap perencanaan hingga penghapusan aset saat ini memang benar adanya, dalam
pelaksanaan sehari-hari di bidang aset BPKAD Provinsi Kepulauan Riau dapat
terlaksana dengan sebaik-baiknya sesuai dengan rencana dan tujuan yang hendak
dicapai, karena sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa pengawasan
merupakan bagian dari fungsi manajemen yang baik, namun jika dalam
pengelolaan barang milik daerah tidak dilakukan pengawasan yang maksimal baik
pengawasan secara langsung ataupun pengawasan secara tidak langsung maka
kecil kemungkinan akan tercapai hasil pengelolaan barang milik daerah secara
efisien dan efektif karena biasanya dalam melakukan pekerjaan yang tidak
diawasi hasilnya akan jauh berbeda dengan pekerjaan yang dilakuakan
pengawasan hal ini berdasarkan asumsi bahwa biasanya pegawai dikantor
pemerintahan hanya melakukan tugas dan fungsi apabila ada pengawasan dari
pimpinan dan melakukan tugas dan fungsi secara gugur kewajiban karena tidak
ada pengawasan dari pimpinan.
8. Sistem informasi data
Dalam melaksanakan pengelolaan barang milik daerah di SKPD pemerintah
daerah tertentu saat ini diperlukan adanya penyelarasan dengan sistem informasi
data yang berupa sistem informasi manajemen baik yang dilaksanakan secara
manual maupun secara elektronik guna tercapai hasil yang maksimal dengan cara
yang efisien dan efektif.
a. Adanya sistem informasi manajemen dalam pengelolaan barang
milik daerah oleh Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Dalam hal adanya sistem informasi manajemen dalam pengelolaan barang
milik daerah oleh bidang aset saat ini memang benar adanya, dalam pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan pada bidang aset BPKAD
Provinsi Kepulauan Riau telah menggunakan sistem informasi manajemen sesuai
dengan perkembangan zaman dan teknologi bahwasannya penyususnan secara
Administrasi data-data baik dalam tahap perencanaan, proses pelaksanan, dan
sampai tahap pelaporan semuanya bisa dilakukan dengan menerapkan sistem
informasi manaejemn secara efisien dan efektif sehingga hal tersebut bisa
dirasakan manfaatnya bagi Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Provinsi Kepulauan Riau.
b. Adanya penggunaan sistem IT dalam proses pendataan, pencatatan
dan pelaporan barang milik daerah oleh Bidang Aset Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Berkenaan dengan Adanya penggunaan sistem IT dalam proses pendataan,
pencatatan dan pelaporan barang milik daerah oleh Bidang Aset Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau saat ini
memang benar adanya, dalam pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah oleh
Bidang Aset BPKAD Provinsi Kepulauan Riau memang sudah diterapkan dan
dilaksanakan penggunaan sistem IT dalam proses pendataan, pencatatan dan
pelaporan barang milik daerah sehingga pelaksanaan pekerjaan di bagian
perlengkapan bisa terlaksana dengan efisien dan efektif dan tentunya bagian
perlengkapan tidak ketinggalan perkembangan teknologi dan dengan kata lain
bagaian perlengkapan tidak gaptek (gagap teknologi) dan cenderung melakuakn
up-date (memperbaharui) sistem informasi teknologi yang bisa diakses melalui
media internet sehingga segala sesuatunya bisa terlaksana dengan mudah dan
cepat.
9. Penghapusan
Penghapusan barang milik daerah adalah tindakan penghapusan barang
pengguna/kuasa pengguna dan penghapusan dari Daftar Inventaris Barang Milik
Daerah. Pada prinsipnya semua barang milik daerah dapat dihapuskan sepanjang
memenuhi alasan-alasan yang dipersyaratkan seperti alasan/pertimbangan teknis,
ekonomis dan pertimbangan lainnya. Penghapusan barang milik daerah berupa
barang tidak bergerak seperti tanah dan/atau bangunan ditetapkan dengan
Keputusan Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD.
a. Adanya tindakan menghapus barang milik daerah dari daftar
barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat kuasa
pengguna di Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Dalam menanggapi tentang adanya tindakan menghapus barang milik daerah
dari daftar barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat kuasa
pengguna di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan
Riau saat ini memang benar adanya, dalam pelaksanaan pengelolaan barang milik
daerah yang dilakukan oleh bidang aset BPKAD Provinsi Kepulauan Riau
memang pernah dilakukan oleh Kepala BPKAD Provinsi Kepulauan Riau beserta
Gubernur dan DPRD Provinsi Kepulauan Riau namun hal tersebut disesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang ada di bidang aset BPKAD Provinsi Kepulauan
Riau dan meperhatikan kebutuhan barang milik daerah yang ada serta anggaran
yang akan diperuntukkan untuk melakukan penghapusan tersebut karena jika
tidak sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang ada maka penghapusan aset
bisa mendatangkan permasalahan bagi Kepala BPKAD Provinsi Kepulauan Riau
selaku pihak pertama yang bertanggungjawab dalam melakukan penghapusan aset
karena disatu sisi Kepala BPKAD Provinsi Kepulauan Riau adalah kuasa
pengguna anggaran di BPKAD Provinsi Kepulauan Riau.
b. Adanya sistem informasi manajemen yang digunakan dalam
penghapusan data barang milik daerah secara elektronik atau
manual
Berkaitan dengan adanya sistem informasi manajemen yang digunakan dalam
penghapusan data barang milik daerah secara elektronik atau manual saat ini
memang benar adanya, dalam pelaksanaan penghapusan data barang milik daerah
oleh bidang aset BPKAD Provinsi Kepulauan Riau yang menggunakan sistem
informasi manajemen dapat terlaksana secara efisien dan efektif karena hal
tersebut sudah terintegrasi dan terkoneksi dengan jaringan internet yang bisa
diakses dari mana saja yang penting memeiliki jaraingan internet sehingga hal
tersebut bisa terlaksana dengan maksimal dibandingkan dengan menggunakan
sistem manual dengan buku catatan diman resikonya lebih besar dan rawan akan
tindakan sabotase oleh oknum yang tidak bertanggungjawab tentunya namun
dengan istem informasi manajemn setidaknya ada back up data secara online dan
bisa tersimpan secara elektronik dan keamanan penyimpanan datanya lebih
terjamin pastinya.
B. Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik
Daerah Pada Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Provinsi
Kepulauan Riau (Studi Pada Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau)
1. Pengadaan
a. Pengadaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-
prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak
diskriminatif dan akuntabel
Mengenai pengadaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-
prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif
dan akuntabel saat ini memang dalam praktek pengadaan barang milik daerah
yang ada di lapangan khususnya yang ada di biro pengadaan/bagian LPSE belum
bisa memenuhi prinsip-prinsip manajemen yang baik karena hal tersebut ada
indikasi campur tangan dari oknum-oknum yang memiliki wewenang serta
kekuasaaan seperti pejabat di lembaga eksekutif yang ada di Pemerintah Provinsi
Kepulauan Riau serta oknum yang ada di lembaga legislatif sehingga dalam
pengadaan barang milik daerah kebanyakannya mereka ikut campur dengan
melakukan tindakan nepotisme dengan cara memberikan intruksi kepada kepala
bagian perlengkapan atau panitia lelang pengadaaan barang milik daerah agar
memenangkan perusahaan atau rekanan yang di tunjuk oleh pemangku
kepentingan yang ada di Provinsi Kepulauan Riau tersebut sehingga hasil dari
pengadaan barang milik daerah banyak yang tidak sesuai dengan ketentuan yang
ada karena dilakukan hanya sekedar gugur kewajiban saja tanpa merasa ada
tanggungjawab baik secara moral maupun tanggungjawab sebagai penyedia
barang dan jasa secara professional.
F. PENUTUP
1. Kesimpulan
Di dapati hasil secara umum bahwa Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik
Daerah Pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan
Riau (Studi Pada Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Provinsi Kepulauan Riau) dapat di kategorikan telah sesuai dengan visi dan misi
serta rencana strategis pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Provinsi Kepulauan Riau yang meliputi beberapa indikator yang di
operasionalisasikan diantaranya : meliputi adanya perencanaan kebutuhan disusun
dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dengan memperhatikan ketersediaan
barang milik daerah yang sudah ada, kemudian adanya dana yang dianggarkan
khusus dalam pengelolaan barang milik daerah, sehingga pengadaan barang milik
daerah harus dilakukan berdasarkan sistem tender (compulsory competitive
tendering contract).
Kemudian adanya tindakan pengendalian dalam pengurusan barang milik
daerah dalam bentuk fisik, administratif dan tindakan upaya hukum dan adanya
pemeriksaan barang milik daerah oleh instansi yang berwenang seperti
Inspektorat Provinsi ataupun Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan
Perwakilan Kepulauan Riau setempat merupakan bagian dari proses pengelolaan
barang milik daerah selain itu adanya kegiatan untuk melakukan pendataan barang
milik daerah oleh Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Provinsi Kepulauan Riau serta adanya pelaporan hasil pendataan barang milik
daerah oleh Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi
Kepulauan Riau.
Selain itu perlu didukung dengan adanya proses kegiatan penelitian yang
selektif didasarkan pada data/fakta yang obyektif dan relevan dengan
menggunakan metode/teknis tertentu untuk memperoleh nilai barang milik daerah
dan adanya prosedur penyusunan neraca penilaian tentang berapa jumlah aset
negara sekaligus nilai dari aset tersebut. Kemudian dalam proses pengelolaan
barang milik daerah ada kegiatan sewa yaitu pemanfaatan barang milik daerah
oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dengan menerima imbalan uang tunai
serta pinjam pakai yaitu penyerahan penggunaan barang antara Pemerintah Pusat
dengan Pemerintah Daerah dan antar Pemerintah Daerah dalam jangka waktu
tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir
diserahkan kembali kepada pengelola. Hal itu juga diperlukan pengawasan
melalui adanya usaha atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar
pekerjaan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
dan pengawasan yang ketat perlu dilakukan sejak tahap perencanaan hingga
penghapusan aset.
Agar pengelolaan barang milik daerah dapat berjalan secara efisien dan
efektif maka diperlukan adanya sistem informasi manajemen dalam pengelolaan
barang milik daerah oleh Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Provinsi Kepulauan Riau serta adanya penggunaan sistem IT dalam proses
pendataan, pencatatan dan pelaporan barang milik daerah oleh Bidang Aset Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau.
Dalam hal pengelolaan barang milik daerah juga diperlukan adanya
penghapusan barang milik daerah karena sudah tidak layak untuk digunakan
melalui adanya tindakan menghapus barang milik daerah dari daftar barang
dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat kuasa pengguna di Bidang Aset
BPKAD Provinsi Kepulauan Riau dan adanya sistem informasi manajemen yang
digunakan dalam penghapusan data barang milik daerah secara elektronik atau
manual.
Namun ada beberapa hal yang menjadi faktor penghambat dalam Pelaksanaan
Pengelolaan Barang Milik Daerah Pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Provinsi Kepulauan Riau (Studi Pada Bidang Aset Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau) yaitu dalam indikator
diantaranya pengadaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-
prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif
dan akuntabel tersebut belum bisa terlaksana dengan baik atau belum efisien dan
efektif. Hal ini berdasarkan dari jawaban yang di paparkan oleh informan dan juga
informan kunci dan juga pengamatan langsung yang dilaksanakan oleh peneliti di
lapangan sewaktu mengadakan penelitian ini.
2. Saran
Adapun saran-saran yang dapat peneliti ungkapkan berkenaan dengan hasil
pembahasan di atas adalah sebagai berikut :
1) Di harapkan Kepada Kepala Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau agar dapat menjalankan prinsip-prinsip
manajemen yang baik dalam pengadaan barang milik daerah dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing,
adil/tidak diskriminatif dan akuntabel sehingga meminimalisir adanya indikasi
korupsi, kolusi dan nepotisme dalam proses pengadaan barang milik daerah
tersebut.
2) Bagi pegawai Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Provinsi Kepulauan Riau pada khsususnya hendaknya bersedia untuk
menjalankan pekerjaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dan harus
menjunjung tinggi kode etik pegawai negeri sipil karena didalamnya sudah
termasuk konsekuensi yang harus diterima ketika menjalankan
tugas/pekerjaan.
3) Di samping itu di dalam melaksanakan pengelolaan barang milik daerah oleh
pegawai Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi
Kepulauan Riau dengan pimpinan yang ada di Bidang Aset Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau juga harus
memperhatikan kaidah-kaidah serta etika agar tidak ada kesalahpahaman
dalam mempersepsikan arti dari komunikasi yang terjadi antara Kepala
Bidang Aset Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi
Kepulauan Riau termasuk juga dengan pegawai di Bidang Aset Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU-BUKU
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfa Beta
Wahab, Solichin Abdul. 2007. Analisa Kebijakan (dari Formulasi ke
Implementasi Kebijakan negara), Edisi Kesembilan. Jakarta: Bumi
Aksara.
DOKUMEN-DOKUMEN :
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Keuangan
Negara.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang pengelolaan Barang Milik
Negara.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 10 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Peraturan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 60 Tahun 2016 tetang pembentukan
SOTK baru di Provinsi Kepulauan Riau.