Post on 26-Nov-2015
IMHERE?
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR: 24/PRT/M/2007
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
Menimbang : a. bahwa untuk terwujudnya tertib penyelenggaraan bangunan gedung dan menjamin keandalan teknis bangunan gedung serta terwujudnya kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung, setiap pendirian bangunan gedung harus berdasarkan Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB);
b. bahwa kewenangan penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung ada pada pemerintah daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a, dan b, perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung;
Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 55);
1
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 286/PRT/M/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum;
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG PEDOMAN TEKNIS IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Izin Mendirikan Bangunan Gedung adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah kecuali untuk bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku.
2. Permohonan Izin Mendirikan Bangunan Gedung adalah permohonan yang dilakukan pemilik bangunan gedung kepada pemerintah daerah untuk mendapatkan izin mendirikan bangunan gedung.
3. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2
4. Pemerintah daerah adalah Bupati atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah, kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.
5. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pekerjaan umum.
Bagian Kedua
Maksud, Tujuan, dan Lingkup
Pasal 2
(1) Pedoman teknis ini dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi pemerintah daerah, khususnya instansi teknis pembina penyelenggaraan bangunan gedung, dalam menetapkan kebijakan operasional izin mendirikan bangunan gedung.
(2) Pedoman teknis ini bertujuan untuk terwujudnya bangunan gedung yang didirikan dengan memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung sesuai dengan fungsinya, guna mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, sesuai dengan tata bangunan yang serasi dan selaras dengan lingkungannya, yang diselenggarakan secara tertib untuk menjamin keandalan teknis bangunan gedung, serta terwujudnya kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung.
(3) Lingkup pedoman teknis ini meliputi tata cara, persyaratan, retribusi izin
mendirikan bangunan gedung, pembinaan, dan ketentuan lain.
BAB II
TATA CARA, PERSYARATAN, RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG, DAN PEMBINAAN
Bagian Kesatu Tata Cara Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung
Pasal 3
(1) Tata cara penerbitan izin mendirikan bangunan gedung meliputi:
a. Pola umum pengaturan izin mendirikan bangunan gedung; b. Proses izin mendirikan bangunan gedung; c. Tata cara pengesahan dokumen rencana teknis; d. Pemeriksaan permohonan izin mendirikan bangunan gedung; e. Kelengkapan dokumen izin mendirikan bangunan gedung; f. Perubahan rencana teknis dalam tahap pelaksanaan konstruksi; g. Jangka waktu proses penerbitan izin mendirikan bangunan gedung;
3
h. Pembekuan dan pencabutan izin mendirikan bangunan gedung; dan i. Pendataan/pendaftaran bangunan gedung.
(2) Rincian tata cara penerbitan izin mendirikan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan peraturan menteri ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi Pemerintah, dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi pedoman teknis izin mendirikan bangunan gedung yang diatur dalam peraturan ini.
Bagian Kedua Persyaratan Izin Mendirikan Bangunan Gedung
Pasal 4
(1) Persyaratan izin mendirikan bangunan gedung meliputi:
a. Persyaratan administratif untuk permohonan izin mendirikan
bangunan gedung; b. Persyaratan teknis untuk permohonan izin mendirikan bangunan
gedung; c. Penyedia jasa; dan d. Pelaksana pengurusan permohonan izin mendirikan bangunan
gedung.
(2) Rincian persyaratan izin mendirikan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan peraturan menteri ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi Pemerintah, dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi pedoman teknis izin mendirikan bangunan gedung yang diatur dalam peraturan ini.
Bagian Ketiga Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Gedung
Pasal 5
(1) Retribusi izin mendirikan bangunan gedung meliputi:
a. Ketentuan khusus perizinan; b. Jenis kegiatan dan objek yang dikenakan retribusi; c. Penghitungan besarnya retribusi izin mendirikan bangunan gedung; d. Indeks penghitungan besarnya retribusi izin mendirikan bangunan
gedung; e. Harga satuan (tarif) retribusi izin mendirikan bangunan gedung; dan f. Dokumen izin mendirikan bangunan gedung.
4
(2) Rincian pedoman retribusi izin mendirikan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan peraturan menteri ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi Pemerintah, dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi pedoman teknis izin mendirikan bangunan gedung yang diatur dalam peraturan ini.
Bagian Keempat
Pembinaan
Pasal 6
(1) Pembinaan meliputi:
a. Peran Pemerintah; b. Peran pemerintah daerah; dan c. Peran masyarakat.
(2) Rincian pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan peraturan menteri ini.
Bagian Kelima Ketentuan Lain
Pasal 7
(1) Ketentuan lain meliputi:
a. Pembangunan prasarana bangunan gedung yang berdiri sendiri; dan b. Proses penerbitan perizinan.
(2) Rincian ketentuan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan peraturan menteri ini.
(3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi Pemerintah, dalam penyelenggaraan bangunan prasarana bangunan gedung yang berdiri sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi ketentuan IMB yang diatur dalam peraturan ini.
5
Bagian Keenam Pelaksanaan Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung
Pasal 8
(1) Pelaksanaan pedoman teknis izin mendirikan bangunan gedung di daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah tentang bangunan gedung yang berpedoman pada peraturan ini.
(2) Dalam hal daerah belum mempunyai peraturan daerah sebagaimana pada ayat (1), maka pelaksanaan pengaturan izin mendirikan bangunan gedung berpedoman pada peraturan ini.
(3) Dalam hal daerah telah mempunyai peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum peraturan ini diberlakukan, maka peraturan daerah tersebut harus menyesuaikan dengan peraturan ini.
Pasal 9
(1) Dalam melaksanakan pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung, Pemerintah melakukan peningkatan kemampuan aparat pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota maupun masyarakat dalam memenuhi ketentuan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 7 untuk terwujudnya penataan bangunan gedung dan lingkungan yang berkelanjutan serta keandalan bangunan gedung.
(2) Dalam melaksanakan pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota wajib mengikuti pedoman teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.
(3) Terhadap aparat Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota yang bertugas dalam penentuan dan pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 7 dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Terhadap penyedia jasa konstruksi yang terlibat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 7 dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Pemerintah provinsi dalam pelaksanaan tugas dekonsentrasi melakukan pembinaan dalam penerbitan izin mendirikan bangunan gedung fungsi khusus dan penetapan kebijakan operasional serta penerbitan izin mendirikan bangunan gedung pada umumnya dan bangunan gedung untuk kepentingan umum di kabupaten dan kota di wilayahnya.
6
BAB III
PEMBINAAN TEKNIS
Pasal 10
(1) Pembinaan pelaksanaan pedoman teknis ini dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kemandirian pemerintah daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan kepada pemerintah kabupaten/kota yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dalam rangka pelaksanaan tugas dekonsentrasi.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 11
Pada saat peraturan menteri ini mulai berlaku, semua peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan Izin Mendirikan Bangunan Gedung dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam peraturan menteri ini.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Peraturan menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Peraturan ini disebarluaskan kepada pihak-pihak yang bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Agustus 2007
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
DJOKO KIRMANTO
7
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 24/PRT/M/2007 TANGGAL 9 AGUSTUS 2007
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 24/PRT/M/2007 TANGGAL 9 AGUSTUS 2007
Halaman
DAFTAR ISI i
BAGIAN I KETENTUAN UMUM 1
PENGERTIAN 1
BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN
BANGUNAN GEDUNG 8
A. POLA UMUM PENGATURAN IZIN MENDIRIKAN
BANGUNAN GEDUNG 8 1. Penyelenggaraan Bangunan Gedung 8 2. Prinsip-prinsip Penerbitan Izin Mendirikan
Bangunan Gedung 9 3. Penggolongan Bangunan Gedung 10 a. Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung 10 b. Penetapan dan perubahan fungsi dan
klasifikasi bangunan gedung 12 c. Penggolongan bangunan gedung untuk
penerbitan IMB 13
B. PROSES IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG 14 1. Keterangan Rencana Kabupaten/Kota 14 2. Proses Penerbitan Izin Mendirikan
Bangunan Gedung 15 a. IMB bangunan gedung pada umumnya 15 b. IMB untuk bangunan gedung
kepentingan umum 18 c. IMB untuk bangunan gedung fungsi khusus 20 3. Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung
Secara Bertahap 22 4. Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung
untuk Pembangunan Secara Massal 22 5. Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung
untuk Pembangunan dengan Strata Title 22 6. Pelayanan Administrasi Izin Mendirikan
Bangunan Gedung 22
C. TATA CARA PENGESAHAN DOKUMEN
RENCANA TEKNIS 23 1. Proses Penyelenggaraan Bangunan Gedung
pada Umumnya 23
i