Post on 24-May-2015
BAGIAN I
PANDUAN DASAR
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 2
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 3
1. PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu dihadapkan pada masalah, baik
yang sederhana maupun yang rumit. Bila berhadapan dengan masalah
yang rumit, kita bertanya-tanya mengapa terjadi masalah itu, dan
mengapa masalah itu rumit untuk dipahami. Bila yang berhadapan
tersebut seorang mahasiswa cerdas dia akan minta bantuan kepada
teman sebayanya, kakak kelasnya, dosennya, atau bahkan mungkin
profesornya. Bila salah satu profesornya memberi jawaban berdasarkan
teori yang dikembangkan orang lain yang tertulis dalam sebuah buku,
dia juga bertanya profesornya menggunakan buku X bukan Y?
Mengapa professor X tidak menjawab pertanyaan berdasarkan
penelitiannya sendiri? Seorang peneliti atau pengarang yang cerdas,
dan kaya pengalaman kerapkali seperti anak kecil, yang cerdas, dan
kreatif, selalu bertanya, apa sebab suatu kejadian, peristiwa dan
masalah, dan selalu ingin tahu apa jawabannya. Jawaban yang
diinginkan anak tersebut tampaknya bukan sekadar jawaban, melainkan
jawaban yang terkait dengan struktur alam pikiran yang dia ketahui, dan
struktur sosial-ekonomi di sekitarnya. Untuk anak yang memiliki
lingkungan ekonomi kuat dan struktur alam pikiran yang cerdas,
tampaknya menghendaki jawaban yang lebih didasarkan pada fakta,
dan makna sebuah fakta yang dipandang dapat merupakan akar suatu
masalah atau landasan pemikiran tertentu.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 4
Bagi orang dewasa, jawaban atas keingintahuan tersebut dapat
ditulis dalam bentuk karangan singkat atau karangan bersambung
berdasarkan struktur penalaran logis yang dapat menjadi dasar sebuah
tulisan ilmiah. Secara sederhana karya ilmiah dapat dikatakan sebagai
tulisan untuk mencari sebab akibat suatu masalah untuk mendapatkan
keterangan yang lengkap berdasarkan penalaran, dengan mengunakan
metode yang tepat. Pengetahuan dapat berupa tulisan dari memori
berdasarkan pengalaman, perjalanan, kesaksian suatu peristiwa
dilukiskan secara cermat, berdasarkan nalar sehat dan logika yang telah
mereka miliki.
2. PENGETAHUAN
Pengetahuan berbeda dengan ilmu atau karya ilmiah. Pengetahuan
adalah semua informasi yang tersusun di dalam memori seseorang, baik
yang berasal dari pengamatan indrawi atau dari belajar sendiri, maupun
yang berasal dari pengamatan yang dilaksanakan dengan cara yang
tidak sintematis, tidak jelas metodenya dan tidak dapat dibuktikan
kebenarannya. Tulisan yang disusun berdasarkan pengetahuan atau
pengalaman pribadi, yang telah mengacu pada teori orang lain kadang-
kadang belum dapat memberikan pemecahan yang memuaskan atas
suatu masalah, perlu dicarikan jawaban dengan bertanya kepada
sejumlah orang yang dipandang memiliki pengalaman aktual,
pengetahuan atau perhatian terhadap masalah tersebut. Dengan
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 5
demikian, terjadi semacam korenspondensi antara gagasan yang telah
disusun untuk memecahkan masalah tersebut dengan kondisi di tempat
masalah tersebut timbul (lapangan), sehingga tulisan yang disajikan
tidak bersifat gagasan kosong yang tidak membumi.
Karya ilmiah, termasuk penelitian, sekurang-kurangnya
mengandungi masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan akal sehat
(common sense) atau intuisi, tetapi perlu acuan tertentu yang dapat
membantunya. Acuan tersebut dapat berupa teori yang telah
dikembangkan orang lain, temuan orang lain, atau pengalaman orang
lain yang dapat diuji keandalannya. Memecahkan masalah dapat
dilakukan dengan mengacu kepada teori yang dikembangkan ahli yang
terkait, pengalaman, atau hasil penelitian yang telah dilakukan orang
lain, dengan metode tertentu.
Untuk mendapatkan pengetahuan diperlukan suatu proses:
mulai dengan mengenal, memperhatikan, sampai dengan mengetahui.
Karena proses untuk mendapatkan pengetahuan berbeda dalam tingkat-
tingkat yang ditempuh, pengetahun dapat dibedakan menjadi beberapa
tingkatan juga, mulai tahu, mengerti, dapat membedakan, dapat
membandingkan, merekonstruksi, mangalisis, dan menilai mana yang
benar dan mana yang tidak benar.
Misalnya, pada waktu seorang anak kecil mulai tumbuh, dia
menjadi tahu bahwa orang yang selalu dekat dengannya adalah ibunya.
Bila seorang anak bertambah penalarannya, dia akan tetap tahu dan
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 6
mengenal ibunya meskipun dia berbusana indah. Dalam perkembangan
selanjutnya, anak dapat membedakan antara ibunya dan wanita lain,
misalnya kakak prempuannya. Jadi, pengetahuan adalah suatu proses
yang berkesinambungan, tidak spontan. Pada tahap sekanjutnya,
pengetahuan diperoleh dengan proses yang lebih detail dan lebih teliti
akan berbeda dengan pengetahuan yang diperoleh secara cepat,
misalnya lewat pandangan pertama, atau selayang pandang seperti
melihat sesuatu dari atas mobil atau pesawat terbang.
3. KONSEP ILMU
Penciptaan karya ilmiah menggunakan prosedur yang agak berbeda
dengan pembuatan tulisan atau laporan biasa. Dalam penelitian,
prosedur awalnya sama dengan mencari pemecahan masalah dalam
pengetahuan, tetapi pada tahap selanjutnya disyaratkan untuk
mengadakan studi awal untuk melihat latar belakang suatu masalah, di
mana posisinya dengan masalah yang lain, baik yang serupa maupun
yang berbeda. Bila latar belakang masalah telah dapat digambarkan
dengan jelas, seorang peneliti bertugas merumuskan masalah secara
jelas, sehingga arah pemecahannya cukup terarah.
Apabila masalah penelitian telah disusun dengan jelas, langkah
selanjutnya adalah menyususn tujuan penelitian. Tujuan ini harus sesuai
dengan masalah yang hendak dipecahkan. Dengan demikian, masalah
yang ditemukan seorang peneliti atau penulis ilmiah harus dicarikan
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 7
jawabannya lewat data penelitian di lapangan atau di laboratorium,
dengan metode penelitian yang sesuai, alat penelitian yang teruji
vaiditas dan reliabilitasnya.
Untuk mencari dasar masalah yang dirumuskan, peneliti harus
menyusun landasan konseptual atau teoritis yang merujuk kepada teori
yang telah terbukti keunggulannya dan disusun secara deduktif dan
induktif. Deduksi dapat diartikan mencari landasan teori dari rumus atau
teori besar yang telah menjadi dasar pengembangan ilmu yang terkait,
dan juga dari acuan kepada hasil penelitian valid yang dilakukan oleh
para peneliti sebelumnya. Dari kajian yang diperoleh, peneliti harus
mencoba mengkaitkan masalah yang diteliti dengan situasi, kondisi
kebudayaan, tempat, kondisi sosial ekonomi, di tempat dia melakanakan
penelitian tersebut. Kaitan antara kajian teori dan masalah yang hendak
dipecahkan biasanya dirumuskan dalam suatu kerangka konseptual.
Berdasarkan konsep tersebut dirumuskan dugaan atau perkiraan secara
nalar berdasarkan deduksi.
Penelitian ilmiah berbeda secara mendasar dengan pengeta-
huan yang ditulis berdasarkan akal sehat atau common sense. Menurut
Kerlinger,1 ilmu dan common sense berbeda tajam dalam beberapa hal.
Perbedaan tersebut terletak pada sistematika dan cara pengendalian.
Ilmu diperoleh mengunakan konsep dan struktur teori yang disusun
secara sistematis dari pendapat orang lain. Akal sehat biasanya
diperoleh menggunakan teori dan konsep, tetapi dalam pengertian yang
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 8
longgar, dan tidak sistematis. Misalnya, menganalisis bencana alam
dipandang sebagai peringatan atau hukuman kepada orang yang
menjadi kurbannya. Demikian juga, dalam krisis ekonomi, yang
dipersalahkan adalah etnis tertentu; orang tidak mencoba mengkoreksi
perilaku kelompok lain, atau perilaku korup dari pengelola birokrasi.
Ilmuwan mempunyai pola berpikir tertentu. Mereka mengem-
bangkan struktur teori, menguji teori tersebut dengan konsistensi
internal, mempertimbangkan faktor terkait lain yang diperiksa dengan
metode yang sahih, dengan uji empiris. Di samping itu, ilmuwan juga
menyadari bahwa konsep yang mereka buat tidak selalu paling tepat.
Dengan perkataan lain, nilai ketepatan bersifat relatif.
Hardono2, meyebutkan bahwa common sense adalah akal sehat
atau pendapat umum. Selanjutnya dikatakan bahwa common sense
merupakan campuran dari insight utama sebagai prinsip nonkontradiktif,
melalui banyak keyakinan yang lebih meragukan, sampai pada suatu
kumpulan pengatahuan mengenai hal-hal yang remeh. Perbedaan
antara common sense dan ilmu adalah bahwa common sense tidak
berdasarkan penyelidikan atau penelitian yang mempertanyakan apakah
apa yang diyakini tersebut terbukti benar atau salah.
Dalam memecahkan masalah, ilmuwan merujuk kepada teori
yang relevan dengan masalah dan keadaan, serta perkembangnnya,
menguji beberapa teori dan kemudian membuat hipotesis3 atau
perkiraan. Orang awam juga menbuat hipotesis, tetapi teori yang
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 9
dipergunakan selektif dengan memilih yang cocok dengan
pendangannya, serta memilih bukti tertentu yang dapat mendukung
hipotesisnya.
Dalam mengontrol pendapatnya, peneliti mencoba untuk
sementara waktu mengabaikan variabel yang tidak terkait langsung
dengan masalah, yang mungkin menjadi sebab terjadinya suatu
masalah. Yang dikontrol hanya variabel yang memiliki kaitan atau
penyebab langsung dengan masalah yang hendak dipecahkannya. Para
penulis awam kerap kali tidak memberikan penjelasan tentang sebab
suatu kejadian atau masalah secara sistematis berdasarkan phenomena
yang mereka amati. Mereka tidak mau memberikan penjelasan
mengenai sumber-sumber dari luar yang dipersoalkan. Dalam penelitian,
orang awam biasanya cukup puas menerima penjelasan dengan
konsepsi yang bias. Misalnya, banyak orang yakin bahwa anak nakal
berasal dari kampung kumuh, mereka mengabaikan anak nakal dari
kawasan gedongan. Dalam kasus kenaikan harga BBM (Oktober 2004),
mestinya secara obyektif diteliti akibat kenaikan harga BBM tersebut
terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok, transportasi, dan biaya
produksi yang serentak naik, agar rakyat mengerti dan siap
menghadapinya. Maka, perlu ada penelitian ilmiah yang dapat
memberikan bukti yang valid, agar masyarakat dapat memahami
persoalannya.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 10
Ilmuwan terikat terus-menerus secara aktif dan sistematis
dengan fenomen-fenomen dan dengan kesadaran yang tinggi sehingga
menemukan hubungan sebab akibat yang jelas dan rasional. Apakah
perbedaan antara penalaran sehat dan ilmu terletak pada penjelasan
yang berlainan mengenai fenomena yang teramati (Explanation of the
observed phenomena)? Seorang peneliti berusaha menjelaskan
hubungan antara data yang diobservasi secara cermat dan
mengesampingkan apa yang tersirat dalam metaphysical explanation
atau proposisi yang tidak dapat diuji. Misalnya, orang miskin karena
takdir, atau orang pandai karena suratan. Proposisi tersebut bersifat
metaphisik dan, karena itu, tidak dapat diuji. Proposisi yang bersifat
metaphisik seperti itu menjadi bagian dari ilmu fisafat, dan bukan lahan
ilmuwan. Hal ini tidak berarti bahwa ilmuwan tidak perlu memperhatikan
proposisi seperti itu. Yang menjadi perhatian ilmuwan peneliti adalah
gejala yang dapat diamati.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan mendasar antara pengetahuan dan ilmu: Pengetahuan
diperoleh dan disampaikan menggunakan akal sehat, sedangkan ilmu
diperoleh dan disajikan dengan cara yang terikat pada sistem, teori,
metode, dan kebenaran ilmiah.
Proses dalam mendapatkan ilmu ditempuh dengan penggalian,
studi dokumen, eksperimen, pengamatan, dan pengembangan ilmu yang
paling banyak dikerjakan melalui penelitian. Untuk mendapatkan ilmu,
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 11
diperlukan persyaratan yang harus dipenuhi dengan cara yang
sistematis dengan mengikuti metode tertentu dan berdasarkan
kebenaran. Pengembangan ilmu adalah proses psikis yang menyebab-
kan kesadaran manusia memasuki terang ada.4 Selanjutnya menurut
Heidegger ilmu yang diperoleh manusia disebut, a-letheia. Artinya, ilmu
dan pengetahuan adalah pernyataan diri dari ada. Pengetahuan tidak
bisa meramalkan bagaimana ada itu dinyatakan, tetapi ilmu dapat
membuat ramalan apabila variabel yang dipelajari diperoleh dengan
metode yang benar, alat yang benar, serta kondisinya tidak berubah
secara drastis. Ilmu juga menganjurkan bahwa orang yang mempunyai
perhatian terhadap filsafat ilmu harus memiliki kerendahan hati dalam
menghadapi pengalaman dan keterbukaan secara menyeluruh terhadap
dunia di sekelilingnya.
Filsafat ilmu atau epistemologi5 merupakan bagian dari ilmu
filsafat yang mempelajari hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan
yang pengandaiannya secara umum dapat diandalkan melalui
penegasan yang dinyatakannya. Tradisi epistemologi cenderung
membatasi diri pada ‘persepsi inderawi dan pemahaman intelektual’, di
mana pengetahuan tersebut dimengerti secara sempit. Berdasarkan
pernyatan tersebut, kaum sophis mempunyai pandangan bahwa
pengetahaun dalam arti sempit adalah pengetahuan yang dalam
keadaan apa pun tidak dapat salah, tak bisa diperoleh dan karena itu
tak usah dicari.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 12
Epistemologi yang diketengahkan kaum Sophis tersebut adalah
epistemologi tradisional, yaitu usaha untuk mencari pembenaran (justify)
bahwa pengetahuan itu terkait erat dengan peranan inderawi dan akal
dalam pengenalannya. Plato, sebagai perintis epistemologi,
mengemukan beberapa pertanyaan yang mendasar tentang epistemo-
logi. Pertanyaan yang dimaksud adalah: Apa yang disebut
pengetahuan? Di mana pengetahuan biasanya diperoleh? Di mana
terdapat masalah yang biasa perlu kita ketahui? Berapa yang benar-
benar pengetahuan? Dapatkah indera menghasilkan pengetahuan?
Dapatkah akal memberikan pengetahuan? Apakah hubungan antara
pengetahuan dan keyakinan yang benar?6
Bertolak dari pertanyaan tersebut, para filsuf sesudah Plato
berusaha mengembangkan filsafat ilmu untuk menjelaskan sumber,
dasar, dan kepastian ilmu. Konsep yang mereka kembangkan
memberikan sumbangan yang amat berharga bagi perkembangan umat
manusia, sebab mereka menjawab pertanyaan pokok yang mendasari
ilmu, yang merefleksikan konsep dan pandangan tentang ilmu,
mengenai hakikat, ruang lingkup dan syarat umum. Jawaban yang
dikemukakan oleh para filsuf atas pertanyaan Plato tersebut ternyata
beragam, dan memberi inspirasi kepada beberapa aliran. Aliran terbesar
yang berpengaruh adalah skeptisisme, rasionalisme, dan empirisme.
3.1 Skeptisisme
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 13
Kaum skeptis meragukan kemungkinan menemukan sesuatu yang
sungguh benar. Sebaliknya, mereka mengajarkan bagaimana orang
dapat maju tanpa ilmu pengetahuan yang pasti. Kaum Skeptis
berkeberatan dengan epistemologi, karena dalam kenyataan
epistemologi dianggap mengusulkan suatu tujuan khayal sebab kita
harus medemonstrasikan validitas ilmu pengetahuan kita, yang berarti
kita telah menggunakan ilmu kita, dan akibatnya telah mengandaikan
validitasnya.7 Hardono menjelasakan bahwa kaum skeptis, seperti
Etienne Gilson, beranggapan bahwa tidak ada masalah mengenai ilmu
pengetahuan sebab pertanyaan kritis tidak dapat diajukan secara
konsisten.
Terhadap keberatan ini ada beberapa jawaban yang terkait
dengan segi positif dari keberatan tersebut. Yang ditekankan adalah
kelekatan tanpa syarat antara pikiran dan kenyataan. Adanya ilmu
merupakan suatu hal pokok yang dapat direduksi. Pikiran ada dan
adanya pikiran merupakan kesaksian bagi dirinya sendiri mengenai
keterbukaan terhadap ada. Tidak ada keraguan atau suatu
penyangkalan terhadap keterbukaan ini dapat dipertahankan. Dengan
demikian, posisi kaum skeptis absolut cukup rapuh.8
Berangkat dari pandangan Plato tentang pengetahuan, sampai
sekarang banyak filsuf yang berusaha mengembangkan teori pengeta-
huan untuk menjelaskan sumber, dasar, dan kepastian pengetahuan
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 14
manusia. Hasil yang diperoleh dari studi tentang pengetahuan untuk
mendukung pendapat Plato tersebut sampai hari ini ternyata beragam.
3.2 Rasionalisme dan Empirisme
Konsep pengetahuan seperti yang dikemukan oleh Plato dan Decartes
disebut ‘rasionalisme’ sebab mereka menegaskan bahwa dengan
menggunakan prosedur tertentu dari akal saja kita dapat menemukan
pengetahuan dalam arti yang paling ketat, yaitu pengetahuan yang
dalam keadaan bagaimanapun tak mungkin salah. Decartes
menggunakan keraguan untuk mengatasi keraguan. Salah satu cara
untuk menentukan bahwa sesuatu itu pasti adalah melihat seberapa jauh
hal itu bisa diragukan. Bila kita secara sistematis mencoba meragukan
sebanyak mungkin pengetahuan kita, akhirnya kita akan mencapai titik
yang tidak diragukan, sehingga pengetahuan kita dapat dibangun di
atas dasar kepastian absolut.9 Prosedur yang disarankan Decartes
disebut ‘keraguan metodis universal’. Keraguan ini disebut universal
karena terentang tanpa batas, sampai keraguan itu sendiri membatasi
diri. Bagi Decartes persoalan dasar bagi fisafat pengetahuan bukan
bagaimana kita dapat tahu tetapi mengapa kita dapat membuat
kekeliruan.
Sebagai reaksi terhadap teori rasional tersebut timbul teori
empiris dari Inggris yang dipelopori oleh John Locke, Thomas Hobbes
dan David Hume10. Mereka berusaha menemukan basis pengetahuan
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 15
dari pengalaman inderawi. Dari pengalaman inderawi mereka
mendapatkan informasi tentang dunia yang sangat kurang daripada
harapan mereka. Hume menunjukkan bahwa dari penelitian yang
dibuatnya, apapun yang diketahui tentang pengalaman inderawi, yang
dihasilkan adalah skeptivisme yang sangat menyedihkan tentang
pengetahuan sejati. Menurut Hume, pandangan mengenai apa yang
terjadi di sekitar kita semata-mata diakibatkan oleh kerja psikologis yang
aneh dari manusia. Apa yang menurut pendapat kita merupakan
pengetahuan tak lain hanyalah suatu cara pengaturan pengalaman yang
masuk ke dalam memori kita. Perkembangan filsafat Inggris yang dimulai
dari John Lock dan Hume pada abad 18 telah mengilhami aliran ilmu
pengetahuan yaitu: teori empiris.
4. KEBENARAN
Ilmu selalu dihubungkan dengan kenyataan dari pernyataan atau
penyangkalan, atau ‘kesesuaian antara pernyataan dengan kenyataan’.
Jika saya menyatakan sesuatu, dan ternyata sesuatu yang saya
nyatakan tersebut sesuai dengan apa adanya, disebut benar karena
sesuai dengan lenyataan. Misalnya, saya menyatakan benda itu
berwarna hijau, pemahaman saya terhadap benda itu tidak terpisah dari
kenyataan, dan itu adalah benar hijau.
Epistemologi terkait erat dengan pernyataan benar dan
pertimbangan yang diberikannya. Di samping, itu epistemologi juga
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 16
memberi dasar pertimbangan yang paling mendasar kepada pernyataan
yang diberikannya. Keakuratan kebenaran harus diputuskan
berdasarkan bukti (evident), sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya. Ini merupakan tugas utama epistemologi. Dengan
mengarahkan pertahatian kepada evidence, seorang epistomolog dapat
melepaskan diri dari perhatian dan keadaan yang terlalu sempit karena
batas inderawi, tetapi dapat mengabstraksinya sebagai hal yang bersifat
kognitif. Bahasa lain yang dikemukakan oleh Popper, mereka yang
meragukan kemungkinan menemukan sesuatu yang sungguh benar,
mengajarkan cara orang dapat maju di dunia tanpa pengetahuan yang
pasti.11 Orang dapat menang dalam debat dengan bicara sangat
meyakinkan, seperti apa yang diucapkan seorang Shophis terkemuka,
Protagoras, bahwa ‘manusia merupakan ukuran segalanya’, sementara
seorang sophis lain Gorgias mencanangkan: “Tak suatupun ada, dan
kalau ada, tak seorangpun dapat mengetahuinya, dan kalau mereka
mengetahuinya, mereka tak dapat mengomunikasikannya”.12
Dalam sejarah Barat, kita mengenal zaman yang paling
berpengaruh terhadap dunia modern sekarang ini, yaitu Renaissance
dan Humanisme,13 yaitu aliran yang menonjolkan kemampuan manusia
sebagai pribadi yang dapat mempelajari pengetahuan, setelah mereka
berhasil mempelajari naskah yang ditulis dalam bahasa Yunani dan
dapat mengembangkan pribadi sesuai dengan pengetahuan yang
mereka miliki.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 17
Dengan mempelajari naskah Yunani kuno dan menerjemahkan
naskah tersebut ke dalam bahasa Jerman, kaum intelektual pada waktu
itu memperoleh kesempatan untuk mendalami aliran pemikiran, filsafat,
filsafat ilmu, budaya, sistem pemerintahan, dan teknologi yang ada pada
zaman Yunani Kuno, dan dampaknya segera berkembang aliran
Humanisme dan Renaisance.
Perkembangan filsafat ilmu dimulai sejak zaman Renaissance
dan Humanisme, yang pada dekade berikutnya diikuti dengan zaman
rasionalisme. Berkaitan dengan filsafat ilmu tersebut berkembang juga
paham tentang benar, dan tepat menurut beberapa cabang ilmu.
4.1 Kebenaran Menurut Ilmu Empiris
Istilah benar umumnya menyangkut isi ilmu itu sendiri, dan tepat bila
ilmu dilihat dari sudut proses mendapatkannya atau yang biasa disebut
metode, ataupun cara kerja ilmu tersebut. Ada beberapa macam cara
kerja ilmu atau jalan yang ditempuh untuk mencapai pengetahuan yang
benar, antara lain: proses pembentukan ilmu, hasil yang dicapai, metode
dan sistem yang dipergunakan. Dalam ilmu alam atau fisika, kimia dan
biologi dipergunakn serangkaian percobaan sehingga dapat ditemukan
perkiraan atau hipotesis. Hipotesis diuji berkali-kali dalam beberapa
temperatur udara, atau dipanasi dengan sengaja agar mendapatkan
bentuk atau warna tertentu. Percobaan tersebut, setelah dianalisis
menghasilkan simpulan yang disebut induksi. 14
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 18
Setelah diperoleh simpulan dari beberapa percobaan dapat
dirumuskan dalil tertentu, misalnya: “air bila dipanasi terus menerus
dapat menguap, besi apabila dipanasi terus menerus dapat meleleh”.
Dalil yang dirumuskan mungkin bersifat sementara sebelum diuji coba
dalam berbagai temperatur. Setelah diuji dalam berbagai temperatur
dihasilkan simpulan yang lebih kurang sama, dalil tersebut sudah
dianggap baku. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya dapat
dipergunakan sebagai acuan pada percobaan berikut untuk benda atau
tumbuhan yang sama. Langkah ini disebut deduksi. Dengan demikian
proses deduksi - induksi merupakan cara untuk mendapatkan ketepatan
dan sekaligus kebenaran.
Pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu kemanusian,
kondisinya berbeda karena pada waktu diberi perlakuan atau pertanyaan
manusia memberikan reaksi yang berbada-beda antara manusia yang
satu dengan yang lain. Di dalam ilmu kemanusiaan ada dialektika antara
subyek dengan obyek.
Dalam mementukan ‘benar’ ada perbedaan yang mendasar antara
ilmu empiris dan ilmu kemanusiaan. Sampai dengan abad 19 di antara
pandangan ilmuwan ditemukan pandangan dasar, yang mementingkan
obyek yang diketahui serta bagaimana berlangsungnya pengetahuan
tersebut. Kebenaran diartikan sebgai kesesuaian antara pengenal dengan
apa yang dikenal (Corspondence theory of truth,) dan teori tentang
kebenaran sebagai keteguhan (cohenrence theory of truth). 15
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 19
Problema kebenaran, dipihak lain dapat dideskripsikan juga
sebagai kesuaian antara pernyataan dengan eviden yang ada. Contoh, bila
kita mengatakan bahwa pesawat ‘Lion Air’ yang jatuh di bandara
Adisumarma Surakarta, bulan Desember 2004, disebabkan oleh angin
kencang dan landasan yang licin, serta banyak orang yang meninggal.
Kejadian ini dianggap sesuatu yang benar. Tetapi kebenaran tersebut
tidak dirinci secara baik, mungkin ada sesuatu yang kurang dijelaskan
siapa saja yang meninggal, dan berapa orang, dari mana asalnya. Jadi
problema kebenaran bukanlah sesuatu yang tanpa syarat. Kebenaran
harus didukung dengan kriterium dan eviden. Eviden yang baik terdiri dari
berbagai fakta tersebut harus dapat dicek keadaannya sesuai dengan
keterangan yang dinyatakan. Kebenaran adalah kesuaian antara
pernyataan atau berita dengan keadaan yang disebutkan.
Kebenaran menurut ilmu Pasti agak dekat dengan kebenaran yang
dikemukakan ilmu-ilmu empiris, yaitu sebagai suatu keteguhan yang agak
dekat antara pernyataan dengan keadaan atau even yang tersedia.
4. 2 Kebenaran Menurut Filsafat
Ilmu selalu dihubungkan dengan kenyataan dari pernyataan atau
penyangkalan, atau ‘kesesuaian antara pernyataan dengan kenyataan’. Jika
saya menyatakan sesuatu, dan ternyata sesuatu yang saya nyatakan
tersebut sesuai dengan apa adanya, disebut benar, karena sesuai dengan
kenyataan. Misalnya saya menyatakan benda itu berwarna hijau,
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 20
pemahaman saya terhadap benda itu tidak terpisah dari kenyataan, karena
benda tersebut benar hijau.
Tahapi teori tentang kebenaran dinyatakan sebagai penyesuaian
antara si pengenal dengan apa yang dikenal. Karena pengetahuan itu
disadari yang benar, jelaslah bahwa dalam anggapan Aristoteles mengenai
kebenaran.
Misalnya: pernyataan bahwa orang-orang ‘Akit’ (salah satu suku
terasing di Pulau Rupat, Kabupaten Kepulauan Riau), adalah bagian suku
Melayu. Keterangan lain seorang antropolog mengatakan bahwa orang Akit
bukan bagian dari suku Melayu. Yang dijelaskan di dalam kalimat–kalimat
tersebut adalah apa yang mereka tegaskan, dan apa yang mereka ungkiri.
Ilmu itu disadari sebagai subyek yang mengenal obyek dengan baik dan
benar. Yang mengenal dengan yang dikenal itu identik satu sama lain
dalam ilmu yang sempurna.
Sementara itu menurut Decartes, mengatakan bahwa ada tidaknya
kebenaran tergantung pada ada tidaknya idea yang jelas, dan terpilah-pilah
mengenai sesuatu (idea clara et idea) 16. Jadi kebenaran adalah
kesesuaian antara idea dengan kenyataan. Manurut Kant, kebenaran
adalah apa yang ada pada pihak pengenal saja, sebagai akibat kesan-
kesan yang masuk lewat indera, diterima dalam susunan apriori ruang dan
waktu si pengenal, dan dilanjutkan kepada kategori akal budi. Sedangkan
Hegel menyebutkan kebenaran adalah keseluruhan, sebagai keteguhan
yang sudah kita lihat. 17
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 21
Pertanyaan selanjutnya menyangkut apa yang disebut ‘kebenaran
akal’ (truths of reason). Beberapa filsuf mengatakan bahwa teori
pengetahuan yang memuaskan harus sesuai dengan kenyataan bahwa
beberapa di antara kebenaran akal atau logika dan matematika. Tetapi
bebrapa filsuf lain merumuskan kriteria pengetahuan begitu rupa sehingga
katanya kebenaran akan tidak termasuk hal-hal yang kita ketahui. Di pihak
lain ada yang mengtatakan bahwa kebenaran akal itu hanyalah cara orang
berpikir atau cara penggunaan bahasa.
5. PERSOALAN EPISTEMOLOGI
Refleksi atas hakekat pengenalan membangkitkan sejumlah persoalan
filosofis yang membingungkan, yang disebut problema epistemologi.
Problema tersebut pada garis besarnya telah dikemukakan oleh
Roderick M. Chisholm dalam Theory of Knowledge,18 dalam Alfons
Taryadi, dan ditangkap penelis, sebagai berikut.
5.1 Perbedaan antara Ilmu dan Opini
Dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam pertemuan antara para
sarjana. Seorang sarjana yang kebetulan pandai bicara mempunyai
dugaan kebetulan tepat, tetapi sebenarnya dia tidak mempunyai bukti.
Seorang yang lain mengetahui tetapi tidak mau mengatakan bahwa ia tahu,
dia tidak mau menduga-duga. Mungkin apa yang dimiliki oleh orang kedua
tidak dimiliki oleh orang pertama? Mungkin orang akan berkata bahwa
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 22
orang kedua memiliki evidensi, sedang orang pertama tidak memilikinya.
Apa arti memiliki eviden, dan bagaimana dia memutuskan bahwa dia
memiliki eviden atau tidak? Orang pertama menyampaikan pendapat atau
opini, sedangkan orang kedua lebih berhati-hati dalam menyampaikan
pernyataan karena dia tidak yakin akan ilmunya dengan eviden yang dia
miliki.
(1) Bagaimana Mencari Pembenaran (justifikasi) atas Pertanyaan bahwa Kita Mengetahui Sesuatu?
Pengetahuan kita tentang sesuatu masalah harus berdasar pada
fakta yang benar tentang masalah tersebut, atau masalah lain yang
berbeda tetapi masih ada kaitannya. Ini menimbulkan pertanyaan apakah
ada sesuatu yang nyata. dan kita ketahui secara langsung, sementara
masalah lain kita ketahui secara tidak langsung, misalnya dari berita yang
ditulis orang lain.
(2) Haruskah Kita Mengatakan bahwa Seluruh yang Kita Ketahui pada waktu Tertentu, Merupakan ‘Struktur’ yang Mempunyai Dasar pada ‘eviden’ yang Kita Ketahu Secara Langsung Pada Waktu itu?
Hal ini dipertanyakan sebab masalah-masalah yang kita ketahui
biasanya bukanlah masalah yang mempunyai eviden secara langsung,
tetapi dalam usaha untuk mencari pembenaran atas pernyataan bahwa kita
mengetahui secara khusus masalah itu, kita mudah digiring kepada
berbagai hal yang eviden secara langsung. Lalu dapat dipertanyakan
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 23
apakah hubungan antara hal yang eviden sebagai dasar terhadap struktur
tersebut bersifat defensif atau induktif, dan kalau tidak demikian apakah
aturan yang dipergunakannya?
5.2 Permasalahan Metafisis
Penampakan benda-benda itu cederung bersifat subyektif, tergantung pada
keadaan pemikiran si pelaku. Jadi penampakan benda-benda luar
merupakan duplikat dari benda-benda itu. Misalnya orang tidak pernah
melihat gajah tidak dapat mengatakan bahwa gajah itu besar, dan apabila
dia tidak pernah melihat akibat dari suatu bajir bandang tsunami di Aceh
tidak dapat mengatakan bahwa banjir itu mengerikan.
6. METODE ILMIAH
Dalam pemahaman tentang epistemologi dan logika, dan juga keterkaitan
antara ilmu dengan filsafat. Ilmu adalah pengetahuan yang disusun
berdasarkan sistem dan metodologi tertentu untuk memperoleh kebenaran.
Pengetahuan yang diperoleh dengan pengamatan inderawi atau dialektika
antara subyek dengan obyek belum tentu merupakan ilmu, tetapi dapat
memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi ilmu apabila pengamatan
yang dipergunakan atau dialektika yang dikerjakan sesuai dengan metode
tertentu yang dapat memberi eviden atau bukti nyata idea yang ada pada
pengenal (subjek).
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 24
6.1 Metode Induksi
Pengertian ilmu seperti yang di kemukakan di atas diperoleh setelah
’Revolusi Ilmiah’ yang terjadi pada abad 17, yang dipelopori oleh
Kopernikus, Galileo dan Newton. Terdorong oleh pengalaman ekspirimen
Galileo tersebut, filsuf Francis Bacon dan rekan-rekannya menganjurkan
pada waktu itu bahwa ‘apabila kita hendak memahami alam, seharusnya
kita berkonsultasi bukan dengan tulisan-tulisan Aristoteles.’ Bacon dan
kawan-kawan, yang ditulis J.J. Davies19 mereka berkesimpulan bahwa “Ilmu
adalah suatu struktur yang dibangun di atas fakta-fakta”.
Perintisan ekspirimen yang dikerjakan oleh Galileo, merubah sikap
bahwa fakta-fakta yang dujicobakan adalah fakta yang obyektif dan tidak
ada sangkut pautnya dengan ide subyektif, seperti pendapat sebelumnya.
Dari fakta-fakta tersebut, kemudian dapat dibangun sebuah teori.20
Sebelum zamani Humanisme, ilmu mengikuti konsep-konsep Aristoteles,
berdasarkan akal budi yang menelurkan dugaan-dugaan yang lebih lebih
dihormati daripada pengetahuan yang diperoleh lewat pancaindera.21
Pengetauan lewat akal budi ini selanjutnya ditentang oleh para ahli pikir
yang cenderung memandang pengetahuan lewat pancaindra, berdasarkan
pengalaman, pengamatan, dan aroma lebih dapat memberikan penjelasan
rasional, karena dalam mengamati dengan pancaindera, si pengamat juga
telah mempergunakan pengertian, pemahaman, yang merupakan bagian
dari akal budi atau rasio. Bila kita melihat seekor ular, pancaindera kita
melakukan proses pengamatan. Proses menghubungkan antara memori
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 25
tentang binatang merayap, dan berbisa yang tidak berkaki, telah
mempergunakan rasio, jadi akal dan budi telah bekerja.
Dalam membangun sebuah teori, bukan hanya akal budi atau rasio
yang membayangkan sesuatu, tetapi akal budi tersebut berkerja dengan
mendapat rangsangan dari benda-benda, keadaan, dan masalah yang
dipelajari sehingga membentuk struktur dalam rasio kita. Metode ini disebut
induksi naïf. 22 Untuk melakukan pengamatan seorang peneliti harus
memiliki organ-organ indera yang normal dan sehat, jujur, obyektif, teliti
dalam kondisi bagaimana fakta tersebut diamati.
6.2 Metode Deduksi
Metode deduksi dimaksudkan untuk menemukan hubungan logis yang ada
di antara teori-teori yang diajukan. Untuk mengkaji teori-teori tersebut
menurut Popper ada beberapa syarat, antara lain:23
Pertama, terdapat hubungan logis antara simpulan-simpulan itu
sendiri. Dengan membandingkan simpulan-simpulan tersebut, diuji apakah
sistem yang disodorkan tadi mempunyai konsistensi internal. Kedua,
apakah teori yang diajukan tersebut memiliki sifat empiris, atau ilmiah.
Ketiga, perbandingan dengan teori-teori lain, terutama dengan maksud
untuk menentukan apakah teori yang bersangkutan akan membawa suatu
kemajuan ilmiah seandainya tetap tidak gugur oleh hasil ujian. Dan
pengujian teori dengan jalan menerapkan secara empiris simpulan-simpulan
yang ditarik dari teori tersebut, menjadi lebih jelas. Dengan demikian uji
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 26
deduktif mempunyai tujuan praktis yang diakibatkan oleh teori-teori yang
dihasilkan dari ekpirimen ilmiah maupun oleh teknologi secara praktis.
Prosedur pengujian ini bersifat deduktif. Sudut pandang lain, dikemukakan
oleh Verhaak dan Haryono, mengatakan bahwa deduksi adalah cara
menarik simpulan secara logis, dari masalah yang umum atau general ke
masalah khusus.
Berangkat dari temuan Galileo bahwa semua planet bergerak
mengikuti garis elips dan mengitari matahari, dapat diketahui dan
disimpulkan bahwa planet Mercurius, mengikuti hukum yang sama.
Demikian juga bila ditemukan suatu hasil ekspirimen yang membuktikan
bahwa besi bila dipanasi sampai suhu tertentu memuai, bentangan rel
kereta api dari Anyer sampai Banyuwangi, bila dipasang rapat tidak ada
celah antara sambungan satu dengan yang lain, pada waktu kena panas,
akan melengkung.
Kedudukan logika dalam dalam semua sistem logika proposisi
amat penting untuk mengamati ilmu-ilmu empiris. Logika proposisi bertitik
pangkal pada proposisi, yaitu ungkapan yang berdiri sendiri dalam suatu
sistem S. Misalnya variabel p, q, r, s. Di samping itu ada variabel konstan
yang ada hubunganya dengan veriabel, diberi simbul dengan huruf besar,
seperti N. Yang dimasud logika proposisi dalam logika formal modern
adalah suatu ungkapan yang tidak mengandung “arti”, namun merupakan
suatu variabel. 24
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 27
Pokok logika proposisi dalam bentuknya yang paling sederhana
didasarkan pada anggapan bahwa setiap proposisi entah tunggal (p, q, r, s)
atau (Apqr, Npqr) atau konstan punyai nilai kebenaran. Umumnya nilai
benar diberi angka 1 dan salah diberi nilai 0.
Bila seorang peneliti mengambil keputusan bersyarat, dia
mempergunakan silogisme hipotetis. Misalnya, apabila p terjadi q, atau
apabila hujan turun, udara menjadi sejuk. Hurup p dan q merupakan
proposisi. Di sini ada yang disebut primus ‘mayor’, yaitu p dan primus
‘minor’ q. Dalam hubungan antara primus mayor dan minor di sini dapat
terjadi empat bentuk. Keempat bentuk tersebut adalah:
Simbul p, artinya “terjadilah”, dan (2) “bukan p”, artinya p ”tidak
terjadi”. (3) “Dan q”, (4) dan “bukan q”. artinya “tidak terjadi”. Bentuk satu
dua, tidak dapat ditarik simpulan, demikian juga bentuk satu tiga, dan dua
empat. Yang dapat ditarik simpulan hanyah bentuk satu dan empat. Artinya
bila terjadi p, tidak trjadi q. Simpulan tersebut tentu saja dapat dibalik:
“apabila tidak terjadi p” “tidak terjadi q”. Untuk terjadi q diperlukan syarat
tertentu. Pernyataan atau primus mayor dan primus minor keduanya harus
masuk akal, dapat terjadi hukum logis. Misalnya primus mayor tidak logis
primus minor tentu tidak logis, sebaliknya primus mayor logis, belum tentu
primus minor logis.
Misalnya, bila semua orang berbulu tebal keturunan kera, Si Badu
berbulu tebal, jadi Badu keturunan kera. Empat bentuk atau model
silogisme hipotesis, menurut Verhaak diberi nama: Bentuk (1) diberi nama
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 28
“modus ponendo ponen”, (penegasan sesuatu yaitu � q, karena lebih
dulu memberi penegasan sesuatu yang lain yaitu � p ) hampir merupakan
tautology saja, yakni mengulangi apa yang sudah ditegaskan. Bentuk (2)
dan (3) tidak syah tidak diberi nama. Bentuk (4) diberi nama “modus
tollendo tollen” ( mengungkiri sesustu, p � berdasarkan kemungknan lain
yang lebih dulu yaitu � q). 25
Bentuk (1) dan (4) merupakan bentuk deduksi, seperti halnya
silogisme kategoris yang salah satu bentuknya adalah: M – P, S – M, S – P.
Selain itu perlu diingat bahwa simpulan deduksi berlaku dimana-mana
secara mutlak dan niscaya.
Catatan :
1 Fred N. Kerlinger, Faundation of Behavioral Reseach, New York: Holt Renehart and Winston, Inc. hlm. 3. “…Common sense may often be bad master for the evaluation of knowledge. But how are science and common sense alike and how are they different? From one vieuwpoint, science and common sense are alike. The view would say that science is a systematic and controlled extention of commen sence…”
2 Hardono Hadi, P. Epistemologi, Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta: Kanisius, 1994, hlm.18
3 Fred N. Kerlinger, Ibid. hlm. 18. “A Hypthesis is a conjectictural
statement between two variables or more variables, Hypotesis are always in declarative sentence form, and they related,either generally or specifically variables to variables”
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 29
4 Hardono Hadi, P. Ibid. hlm. 25.
5 Roderick Firth, dalam International Encyclopedia, Lexicon Publication Inc., 1977, hlm. 500 – 2. “Epistimology from the Greek term meaning Knowledge, a major branch of philoshophy devote primarily to the achievement of better understanding of consept of knowledge. It Also concerns itself with other closely related consepts, such as those of bilief, truth, faith, meaning, certainty, confirmation, justification, and rationality. To Say that some of our true conviction are genuine knowledge (as appost to lucky guinesses or matter of faith) seem to imply that these convictions are capable of justification, and for this reason the history of epistimology is in large part of attempt to specify the condition under which we can maintain that various of kind of conviction ( since, ethic and religious)”
6 Hardono Hadi, P. Ibid. hlm. 6.
7 Hardono Hadi, P. Ibid. hlm. 19.
8 Hardono Hadi, P. Ibid.
9 Franz Magnis Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 1992. hlm. 70. “Decartes menolak dalil-dalil filsafat sebelumnya yang didasarkan pada pengandaian-pengandaian, apa yang dianjurkan hanyalah langkah demi langkah dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu hanya satu cara untuk menjamin keradikalan filsafat, yaitu kesangsian. Pada fakta dia sedang menyangsikan segala-galanya. Dan kalau pasti bahwa saya berpikir, ada lagi yang pasti dan tidak dapat diragukan yaitu bahwa saya sendiri ada: cogito ergo sum!”
10 Franz Magnis Suseno, Opcit. hlm. 73.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 30
11 Alfons Taryadi, Epistemologi Pemecahan Masalah, Jakarta: PT Gramedia, 1991, hlm. 68.
12 Alfons Taryadi, Ibid. hlm. 3. 13 Louis Gottschalk, Et.All. History of Mankind Cultural and Science
Development, Great Britain, 1989. hlm.233. “Many humanists in Germany and abroad among them Crotus Rubeanus, Hutten, Johannes Occolampadiu, Martin Bucer, and, most important of all, young Philipp Melnchthon, was at twinty one professor of greek at wittenburg, was Luther’s trusted surrogate in Watemberg. … assisted him in translating the Bible and organizing the reform, and published the firt systematic summary of reform theology…”
14 Thomas S.Kuhn. The Strusture of Scientific Revolution, Chicago:
University of Chicago Press, 1970, hlm. 23.
15 C. Verhaak dan R. Haryono Imam, Filsafat Ilmu Pengetahuan. Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-Ilmu. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama, 1991, hlm. 122.
16 C. Verhaak dan R. Haryono Imam, Ibid. hlm. 129. 17 C. Verhaak dan R. Haryono Imam. Ibid. hlm. 130 18 Roderick M. Chisholm, Theory of Knowledge, Prinice Hall Inc.
Englewood Cliff N.J., 1966. 19 J.J.Davies, On The Scientific Method, London: Longman, hlm. 8 20 H. D. Amthony, dalam A.F. Calmers. Apa itu yang disebut Ilmu?
Jakarta: Hasta Mitra, 1983. 21 C.A. van Peursen. Orientasi di Alam Pemikiran Filsafat (terjemanhan
Dick Hartoko), Jakarta: PT Gramedia Jakarta, 1979, hlm. 19. ”Dalam
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 31
sejarah filsafat, cepat juga dua macam bentuk pengetahuan menjadi pusat perhatian, yaitu pengetahaun lewat pancaindra dan pengatahuan lewat akal budi. Oleh ahli-ahli pkir Yunani pengetahuan yang diperoleh lewat pancaindera digambarkan sebagai pengetahuan yang tidak menentu, bahkan yang menyesatkan, sedangkan pengetahuan berdasarkan akal budi dihormati sebagai pengetahaun sejati”.
22 A.F. Calmers. Apa itu yang disebut Ilmu? Jakarta: Hasta Mitra, 1983.
hlm. 2. 23 Alfons Taryadi, Ibid. hlm. 23. 24 C. Verhaak dan R. Haryono, Ibid. hlm. 18. “Selain proposisi variabel itu
juga ditandai dengan cara tertentu, yang menyatakan sesuatu yang konstan, mempunyai arti tetap dalam sistem S. Dalam banyak sistem logika proposisi modern digunakan tanda-tanda matematika “
25 Ibid, hlm. 25 “Bentuk ini termasyur dan berperan penting dalam cara
kerja ilmu empiris, merupakan azas filsafat.”
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 32
BAGIAN II
PANDUAN UMUM PENULISAN KARYA ILMIAH
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 33
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 34
1. HAKIKAT DAN KEDUDUKAN KARYA ILMIAH
Sebagaimana di Perguruan Tinggi pada umumnya, secara
operasional kegiatan intrakurikuler, mahasiswa mau tidak mau harus
menghasilkan karya ilmiah, baik berupa tugas akhir, skripsi atau setara
skripsi (Proyek Studi), tesis, disertasi. Karya ilmiah merupakan bagian dari
kebutuhan formal akademik di setiap perguruan tinggi, tidak terkecuali
Universitas Negeri Semarang (Unnes).
Karya ilmiah adalah suatu karangan yang mengandung ilmu
pengetahuan dan kebenaran ilmiah yang menyajikan fakta dan disusun
secara sistematis menurut metode penulisan dengan menggunakan bahasa
ragam ilmiah. Secara ringkas dapat diartikan bahwa pada dasarnya karya
ilmiah merupakan laporan ilmiah. Laporan yang dimaksud dapat berupa
laporan kegiatan ilmiah, kegiatan kajian, dan kegiatan penelitian, baik
penelitian lapangan, laboratorium, maupun kepustakaan. Karya ilmiah
sebagai laporan kegiatan ilmiah memiliki berbagai jenis, yaitu: makalah,
artikel, laporan buku/bab, karya tulis ilmiah, tugas akhir, skripsi, tesis,
disertasi, dan buku.
Jenis karya ilmiah berdasarkan tujuanya dapat diklasifikasikasi menjadi dua. Pertama, karya ilmiah yang bertujuan untuk memenuhi tugas-tugas perkuliahan. Bentuk karya ilmiah ini yaitu: makalah, laporan buku/bab, dan karya tulis ilmiah. Sebagai bagian dari tugas perkuliahan, karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari sistem Satuan Kridit Semester (SKS) yang merupakan komponen tugas terstruktur yang harus dipenuhi oleh mahasiswa di luar perkuliahan.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 35
Kedua, karya ilmiah yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program studi yang ditempuh oleh mahasiswa. Bentuk karya ilmiah ini yaitu: tugas akhir (TA) untuk jenjang Diploma, skripsi untuk jenjang Strata 1 (S-1), tesis untuk jenjang Strata 2 (S-2), dan disertasi untuk jenjang Strata 3 (S-3). Tugas akhir wajib disusun oleh mahasiswa program ahli madya,. Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik mahaisswa dalam penelitian yang berhubungan denghan masalah yang sesuai dengan bidang studinya untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelas Sarjana. Kemudian, tesis wajib disusun oleh mahasiswa program Magister (S-2) dan disertasi wajib disusun oleh mahasiswa program Doktor (S-3) dalam rangka menyelesaikan studinya.
Berdasarkan fungsinya, karya ilmiah terdiri atas: (1) karya ilmiah akademis dan (2) karya ilmiah profesional. Karya ilmiah akademis merupakan karya ilmiah yang dibuat untuk kepentingan akademis dengan bimbingan dan tanggung jawab orang yang lebih profesional, tidak dipublikasikan dengan lebih menekankan pada proses bukan pada hasil yang memerlukan pengujian untuk menentukan kualitas karya tersebut. Bentuk karya ilmiah akademis adalah (1) paper, (2) skripsi, (3) tesis, dan (4) disertasi. Karya ilmiah yang berbentuk paper sering juga disebut makalah atau karya tulis ilmiah. Karya ilmiah yang berbentuk skripsi, tesis dan disertasi adalah karya ilmiah yang dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam pencapaian gelar sarjana (untuk skripsi), magister (untuk tesis), dan doktor (untuk disertasi).
Karya ilmiah profesional yaitu karya ilmiah yang dibuat untuk pengembangan profesi bagi para profesional dengan tujuan untuk menyebarluaskan informasi akademis dengan proses penulisan tidak memerlukan bimbingan, tetapi tetap memerlukan pengujian dan lebih menekankan pada hasil. Bentuk karya ilmiah profesional adalah (1) buku, (2) makalah, (3) kertas kerja, (4) artikel, dan (5) laporan penelitian.
Karya ilmiah yang berbentuk buku adalah buku yang berisi fakta umum ilmiah dan ditulis dengan sistem penulisan yang standar. Makalah adalah karya ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat objektif. Kertas kerja adalah
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 36
karya ilmiah yang berisi analisis terhadap fakta secara objektif, perbedaannya dengan makalah adalah analisis yang lebih mendalam daripada analisis data dalam makalah. Artikel adalah karya ilmiah yang diterbitkan di jurnal ilmiah. Kemudian, laporan penelitian adalah karya ilmiah yang menyajikan data dan analisis suatu penelitian.
Dari paparan di atas, karya ilmiah di Universitas Negeri Semarang, memunyai kedudukan: (1) wahana bagi mahasiswa untuk menyajikan nilai-nilai teoretis maupun praktis secara objektif dan sistematis yang merupakan produk atas dasar pengetahuan dan menurut metode penulisan dengan menggunakan bahasa ragam ilmiah.
(2) wahana bagi civitas akedemika untuk memberikan kontribusi dalam perkembanngan ilmu pengetahuan teknologi dan seni.
2. BAGIAN KARYA ILMIAH
Dalam penulisannya karya ilmiah harus sesuai dengan sistematika dan metode penulisan yang tepat. Sistematika penulisan dalam karya ilmiah terdiri atas bagian-bagian yang berurutan. Secara umum, pola dasar karya ilmiah paling tidak berisikan bagian-bagian yang sudah baku, yaitu bagian pengenalan, batang tubuh, dan kepustakaan.
Bagian pengenalan dalam karya ilmiah merupakan bagian awal yang berisi hal-hal yang bersifat informatif tentang karya ilmiah tersebut. Dalam bagian pengenalan ada dua jenis pengenalan, yaitu bagian pengenalan yang bersifat umum dan bagian pengenalan yang bersifat khusus. Bagian pengenalan dalam masing-masing bentuk karya ilmiah adalah tidak sama. Bagian pengenalan pada jenis karya ilmiah yang berbentuk buku berbeda dengan bagian pengenalan bentuk makalah, kertas kerja, artikel, skripsi, tesis, disertasi dan laporan penelitian. Beberapa butir pada bagian pengenalan yang terdapat dalam semua jenis karya ilmiah yaitu judul dan kepemilikan karya ilmiah atau nama penulis.
Judul adalah identitas tulisan yang merupakan kepala karangan. Syarat judul yang baik adalah mencerminkan isi karangan, berupa
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 37
pernyataan, bersifat singkat dan jelas serta menarik. Dalam baris kepemilikan biasanya dituliskan nama penulis beserta lembaganya. Nama penulis hendaknya tidak menyertakan gelar atau pangkat, jika penulis lebih dari satu harus dicantumkan semua. Pangkat dan gelar dapat dicantumkan pada bagian biografi pengarang jika ada.
Butir yang lain dalam bagian pengenalan adalah abstrak. Abstrak adalah ringkasan tulisan. Dalam abstrak tercakupi seluruh bagian isi karangan, dari pendahuluan sampai penutup. Kata kunci adalah kata-kata atau istilah yang dianggap penting dan mutlak harus diketahui pembaca dalam sebuah karya ilmiah. Kemudian, terdapat pula prakata dan kata pengantar. Keduanya merupakan istilah yang berbeda, pengantar adalah tulisan awal yang ditulis oleh penulisnya sendiri, sedangkan kata pengantar adalah tulisan awal yang ditulis oleh orang lain yang menguasai karya ilmiah yang bersangkutan.
Bagian kedua dalam penulisan karya ilmiah adalah batang tubuh. Batang tubuh adalah isi karya ilmiah yang sebenarnya. Secara umum batang tubuh terbagi menjadi tiga, yaitu pendahuluan, isi dan penutup. Bagian pendahuluan dalam karya ilmiah setidaknya berisi latar belakang, masalah, dan rumusan masalah. Untuk karya ilmiah yang berbentuk skripsi, tesis, disertasi dan laporan penelitian bagian pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat. Bagian kedua dalam batang tubuh adalah bagian isi. Untuk karya ilmiah yang berbentuk buku, makalah, artikel dan kertas kerja berisi persoalan-persoalan inti atau materi inti yang disajikan. Untuk karya ilmiah yang berbentuk artikel, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian bagian isi berupa landasan teoretis, metode, dan hasil, serta pembahasan. Bagian akhir dalam batang tubuh adalah bagian penutup yang berisi simpulan dan saran.
Bagian terakhir dalam penulisan karya ilmiah adalah bagian kepustakaan. Bagian kepustakaan mencakup daftar pustaka dan lampiran-lampiran, seperti indeks dan biografi pengarang.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bagian-bagian karya ilmiah pada intinya terbagi menjadi 3 bagian pokok,
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 38
yaitu bagian pengenalan, batang tubuh dan bagian penutup. Bagian pengenalan berisi hal-hal yang bersifat informatif yang menunjukkan identitas karya ilmiah, yaitu judul, nama penulis, pengantar dan atau kata pengantar dan abstrak bagi karya ilmiah yang bersifat laporan penelitian. Bagian batang tubuh merupakan bagian inti dalam karya ilmiah. Pada bagian batang tubuh terdapat tiga bagian unsur, yaitu pendahuluan, isi/pembahasan, dan penutup. Pada bagian pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat. Bagian isi/pembahasan memuat landasan teoretis, metodologi penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Pada bagian penutup berisi simpulan dan saran. Bagian terakhir dalam karya ilmiah adalah kepustakaan, berisi daftar pustaka dan lampiran.
3. KARAKTERISTIK KARYA ILMIAH
3.1 Makalah
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu topik tertentu yang tercakup dalam suatu mata kuliah. Makalah merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas atau menyelesaikan suatu perkuliahan, baik mahasiswa program Diploma, Strata 1 (S-1), Strata 2 (S-2), dan Strata 3 (S-3).
Makalah memiliki karakteristik sebagai berikut.
(1) menyajikan hasil kajian literatur yang berkaitan dengan topik
atau cakupan permasalahan;
(2) menerapkan pemahaman tentang teori, prinsip, atau metode
tertentu yang berkaitan dengan materi perkuliahan;
(3) menerapkan kemampuan mengemas berbagai sumber
informasi dalam satu pembahasan yang utuh.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 39
3.2 Laporan Buku/Bab/Artikel Ilmiah
Laporan buku/bab/artikel ilmiah merupakan karya tulis ilmiah yang menyajikan pemahaman mahasiswa terhadap isi buku/bab/artikel ilmiah yang disertai dengan ulasan atau pandangan penulis. Selain itu, laporan buku/bab/artikel ilmiah juga dapat menyajikan analisis, kritik, justifikasi terhadap isi buku/bab/artikel ilmiah. SEbagai bagian dari tugas perkuliahan, buku/bab/artikel ilmiah yang dilaporkan ditentukan oleh dosen atau dapat pula diusulkan oleh mahasiswa setelah mendapat persetujuan dosen yang bersangkutan.
Laporan buku/bab/artikel ilmiah bertujuan untuk memperdalam dan memperluas wawasan dan pemahaman mahasiswa tentang topik yang disajikan atau dibahas dalam suatu mata kuliah yang ditempuhnya. Untuk itu, laporan buku/bab/artikel ilmiah memiliki kriteria sebagai berikut.
(1) Buku/bab/artikel ilmiah yang dilaporkan harus aktual,
minimal terbitan lima tahun terakhir.
(2) Buku/bab/artikel ilmiah yang dilaporkan
memunyai kualitas isi yang baik.
(3) Buku/bab/artikel ilmiah yang dilaporkan
memberikan kontribusi bagi mahasiswa untuk memperdalam
topik yang dibahas dalam mata kuliah.
3.3 Skripsi
Skripsi merupakan karya tulis ilmiah yang disusun dan dipertahankan sebagai persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan atau Sarjana Non-Pendidikan. Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik mahasiswa dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah yang sesuai dengan bidang keahlian atau bidang studinya. Untuk itu, skripsi memunyai criteria sebagai berikut:
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 40
(1) Topik skripsi dapat bersumber dari permasalahan-
permasalahan yang sesuai dengan bidang studi atau bidang
keahlian mahasiswa.
(2) Skripsi ditulis atas dasar hasil pengamatan dan observasi
lapangan dan/atau penelaahan pustaka yang relevan.
(3) Skripsi ditulis sendiri oleh mahasiswa dengan bimbingan dosen
yang sesuai dengan bidang keahlianya dan telah ditetapkan
oleh surat tugas dekan.
(4) Skripsi ditulis daalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Untuk program studi atau jurusan tertentu skripsi dapat ditulis
dalam bahasa minat (bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa
Prancis, bahasa asing lainnya), dengan menuliskan abstrak
dalam bahasa minat (bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa
Prancis, bahasa asing lainnya) dan bahasa Indonesia.
(5) Skripsi dipertahankan sendiri oleh mahasiswa di hadapan tim
penguji yang ditetapkan dengan surat tugas Dekan.
3.4 Tesis
Tesis merupakan karya tulis ilmiah yang disusun dan dipertahankan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program Magister (S-2). Tesis merupakan bukti kemampuan akademik mahasiswa dalam penelitian dan pengembangan keilmuwan pada salah satu bidang keilmuwan yang sedang ditempuh oleh mahasiswa. Tesis disusun untuk meraih gelar Magister Pendidikan (M.Pd), Magister Manajemen Pendidikan (MP). Tesis memiliki karakteristik sebagai berikut ini.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 41
(1) Topik tesis berfokus pada kajian yang aktual yang tercakup
dalam salah satu disiplin ilmu, sesuai dengan program studi
yang ditempuh oleh mahasiswa.
(2) Tesis ditulis atas dasar pengujian empirik terahadap teori
tertentu dalam disiplin ilmu yang dipelajari.
(3) Tesis ---untuk penelitian lapangan--- menggunakan data primer
(data yang dikumpulkan dari lapangan) yang dapat ditunjang
oleh data sekunder. Untuk penelitian bibliografi digunakan
sumber-sumber yang otentik.
(4) Tesis ditulis sendiri oleh mahasiswa dengan bimbingan dosen
yang sesuai dengan bidang keahlianya dan telah ditetapkan
oleh surat tugas Direktur Program Pascasarjana.
(5) Tesis ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar
dengan menuliskan abstrak dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris. Untuk program studi atau jurusan tertentu, tesis
dapat ditulis dalam bahasa minat (bahasa Inggris).
(6) Tesis dipertahankan sendiri oleh mahasiswa yang bersangkutan
di hadapan tim penguji yang ditetapkan dengan surat tugas
Direktur Program Pascasarjana.
3.5 Disertasi
Disertasi merupakan karya tulis ilmiah yang disusun dan dipertahankan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program Doktor
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 42
(S-3). Disertasi merupakan bukti kemampuan akademik mahasiswa dalam melakukan penelitian yang berkaitan temuan baru pada salah satu disiplin ilmu yang sedang ditempuh oleh mahasiswa. Disertasi disusun dan dipertahankan untuk meraih derajat gelar Doktor. Disertasi memiliki karakteristik sebagai berikut ini.
(1) Topik disertasi berfokus pada kajian mengenai salah satu
disiplin ilmu yang sesuai dengan bidang yang dipelajari oleh
mahasiswa.
(2) Disertasi ditulis atas temuan sesuatu yang baru dalam disiplin
ilmu yang dikaji secara mendalam, baik berupa pengujian
terhadap teori-teori yang ada, pengembangan teori dan prinsip-
prinsip baru, tau pengembangan suatu model baru yang diuji di
lapangan.
(3) Disertasi menggunakan data primer (data yang dikumpulkan
dari lapangan) yang dapat ditunjang pula oleh data sekunder.
(4) Disertasi ditulis sendiri oleh mahasiswa dengan bimbingan
dosen, yaitu: promotor, ko-promotor, dan anggota yang sesuai
dengan bidang keahlianya dan telah ditetapkan oleh surat tugas
Direktur Program Pascasarjana.
(5) Disertasi ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar
dengan menuliskan abstrak dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris. Untuk program studi atau jurusan tertentu
disertasi dapat ditulis dalam bahasa minat (bahasa Inggris),
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 43
dengan menuliskan abstrak dalam bahasa minat (bahasa
Inggris) dan bahasa Indonesia.
(6) Disertasi dipertahankan sendiri oleh mahasiswa yang
bersangkutan di hadapan tim penguji yang ditetapkan dengan
surat tugas Direktur Program Pascasarjana.
4. BAGIAN-BAGIAN SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI
Sosok skripsi, tesis dan disertasi terdiri atas tiga bagian, yakni
bagian awal, bagian pokok, dan bagian akhir. Bagian awal adalah bagian
mulai dari sampul sampai dengan bagian sebelum bab pendahuluan. Mulai
bab pendahuluan sampai dengan penutup merupakan bagian pokok,
sedangkan bagian sesudah itu merupakan bagian akhir.
4.1 Bagian Awal
Bagian awal skripsi terdiri atas sampul, lembar kosong berlogo
Universitas Negeri Semarang bergaris tengah 13 cm, lembar judul, lembar
pengesahan, lembar pernyataan, lembar motto dan peruntukan, lembar
abstrak (khusus untuk tesis dan disertai ditambah abstrak berbahasa
inggris), kata pengantar, daftar isi, daftar singkatan dan tanda teknis (kalau
ada), daftar tabel (kalau ada), daftar gambar (kalau ada), dan daftar
lampiran (kalau ada).
Lembar bagian awal ini diberi nomor halaman dengan huruf
Romawi kecil, ditaruh di kaki halaman bagian tengah. Penomoran halaman
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 44
dimulai dari lembar judul (bukan sampul) sampai dengan lembar sebelum
bab pendahuluan.
4.1.1 Sampul
Pada sampul bagian tengah atas terdapat logo Universitas Negeri
Semarang, bergaris tengah 3 cm. Di bawahnya dituliskan judul dengan
huruf kapital tebal berukuran 15-16. Di bawahnya tertulis kata
“SKRIPSI/TESIS/DISERTASI” (dipilih salah satu) yang dicetak dengan huruf
kapital tebal berukuran 14, diikuti pada baris berikutnya kalimat dengan
huruf kapital tebal juga dengan ukuran 12, yang berbunyi “Untuk
memperoleh gelar sarjana.../magister.../doktor “...(dipilih salah satu; diisi
bidang studi yang ditempuh) pada Universitas Negeri Semarang.
Di bawahnya dituliskan dengan huruf berukuran 12 kata “oleh”
(tanpa tanda titik dua), di bawahnya lagi dituliskan nama, dan di bawahnya
lagi NIM ... (diisi angkanya). Pada kaki halaman dituliskan dengan huruf
kapital tebal berukuran 14-15 nama Fakultas, Jurusan dan atau Program
Studi, dan di bawahnya lagi tahun ujian skripsi/tesis/disertasi. Semuanya itu
dicetak dengan huruf Roman tegak, diatur secara simetris dengan
komposisi yang serasi. Sampul dibuat dari bahan tebal. Di punggung
sampul dibubuhkan logo (berdiri), nama (memanjang, dengan huruf biasa
berukuran 12), judul (memanjang, dengan huruf kapital berukuran 14),
skripsi/tesis/disertasi, dan tahun. Contoh sampul lihat lampiran 1.
4.1.2 Lembar Berlogo
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 45
Lembar kosong berlogo merupakan pembatas antara sampul dan
lembar judul.
4.1.3 Judul
Lembar judul bunyinya sama dengan yang terdapat pada sampul,
hanya saja dicetak pada kertas hvs putih dengan bobot terendah 70 gr.
4.1.4 Pengesahan Kelulusan
Lembar ini berisi pernyataan berikut: Skripsi/Tesis/Disertasi ini
(dipilih salah satu) telah dipertahankan di hadapan Panitia Peng-uji
Skripsi/Tesis/Disertasi (dipilih salah satu) Fakultas/Program
Pascasarjana/Universitas Negeri Semarang pada hari..., tanggal...(bulan
dan tahun). Untuk skripsi panitianya panitia fakultas, untuk tesis panitia
Program Pascasarjana, dan untuk disertasi panitia Universitas.
Selanjutnya dicantumkan Ketua, Sekretaris, dan Anggota panitia
penguji, yang masing-masing disertai tempat pembubuhan tanda tangan
beserta nama lengkap dan NIP-nya. Contoh lembar Persetujuan Penguji
lihat lampiran 3.
4.1.5 Pernyataan
Lembar ini diberi judul PERNYATAAN, ditulis di tengah atas. Isi
pernyataan itu ialah bahwa skripsi/tesis/disertasi ini hasil karya (penelitian
dan tulisan) sendiri, bukan buatan orang lain, dan tidak menjiplak karya
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 46
ilmiah orang lain, baik seluruhnya maupun sebagian. Contoh Lembar
Pernyataan lihat lampiran 4.
4.1.6 Motto dan Peruntukan
Lembar ini boleh ada, boleh tidak. Motto adalah ungkapan bijak
untuk kehidupan, yang dipilih berkaitan dengan judul skripsi/tesis/disertasi.
Peruntukan adalah pernyataan bahwa karya ilmiah itu diperuntukkan
kepada orang atau lembaga tertentu. Contoh lembar motto dan
persembahan lihat lampiran 5.
4.1.7 Kata Pengantar
Lembar kata pengantar diberi judul ”KATA PENGANTAR” yang
diletakkan di tengah atas. Dalam kata pengantar boleh dikemukakan
ungkapan puji syukur, namun yang pokok adalah ucapan terima kasih
secara jujur dan wajar kepada orang-orang, lembaga, atau lainnya yang
langsung membantu pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi, tesis,
disertasi.
Dalam kata pengantar tidak boleh ada pernyataan bahwa penulis
yakin akan adanya banyak kesalahan atau kekurangan dalam skripsi, tesis,
atau disertasinya dan atas dasar itu penulis minta maaf, serta
mengharapkan kritik dari pembaca. Kalau penulis yakin bahwa dalam
skripsi, tesis, atau disertasinya itu masih banyak kesalahan atau
kekurangan, skripsi, tesis, atau disertasi itu harus diperbaiki dulu sebelum
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 47
ujian karena kesalahan ilmiah tidak dapat diselesaikan dengan permintaan
maaf. Lagipula harapan kritik itu tidak diperlukan sebab skripsi, tesis, atau
disertasi adalah karya ilmiah untuk diuji. Baru kalau nantinya naskah skripsi,
tesis, atau disertasi itu akan diterbitkan, permintaan kritik itu dinyatakan.
Teks kata pengantar diketik dengan spasi dua, seperti halnya naskah
bagian utama, tidak boleh lebih dari dua halaman. Pada akhir teks kata
pengantar dicantumkan kata Penulis, tanpa disertai nama, diletakkan di
pojok kanan bawah.
4.1.8 Abstrak
Abstrak ditulis pada lembar baru, diberi judul ”ABSTRAK”, ditulis di
tengah atas, dicetak dengan huruf kapital. Di bawahnya, dengan jarak dua
spasi dicantumkan nama akhir penulis, diikuti tanda koma, lalu nama depan
dan tengah (kalau ada), diikuti tanda titik, lalu tahun lulus ujian, diikuti tanda
titik; diikuti judul skripsi, tesis, atau disertasi. Selanjutnya dicantumkan kata
Skripsi Jurusan/Program...Universitas Negeri Semarang diakhiri tanda titik,
disusul dengan pencantuman nama-nama pembimbing.
Pada baris baru berikutnya dicantumkan Kata-kata kunci: ...,
berkisar dari tiga sampai dengan lima kata.
Pada baris berikutnya, dengan jarak dua spasi ditulis teks abstrak
dengan spasi satu. Isi abstrak meliputi latar belakang masalah, rumusan
masalah, pendekatan dan metode yang digunakan, hasil yang diperoleh,
dan saran yang diajukan. Butir-butir ini hendaklah ditulis dalam paragraf
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 48
yang berbeda, dengan tidak menolak kemungkinan untuk memecah butir
tertentu untuk dituangkan dalam paragraf yang berbeda kalau diperlukan.
Keseluruhan teks abstrak tidak boleh lebih dari satu halaman kuarto.
Contoh abstrak lihat lampiran 6.
Khusus untuk tesis dan disertasi, abstrak berbahasa Inggeris
dengan judul ”ABSTRACT” wajib disertakan pada lembar terpisah setelah
abstrak berbahasa Indonesia.
4.1.9 Daftar Isi
Dalam daftar isi dimuat judul-judul yang terdapat pada bagian awal
skripsi, tesis, atau disertasi, mulai dari abstrak, judul-judul bab beserta
subbab dan anak subbabnya masing-masing, dan judul-judul pada bagian
akhir. Kecuali judul subbab dan anak subbab, semuanya diketik dengan
huruf kapital.
4.1.10 Daftar Singkatan dan Tanda Teknis
Daftar ini memuat singkatan teknis beserta kepanjangannya dan
tanda teknis beserta makna atau penggunaannya. Singkatan dan tanda
teknis jangan dicampur, tetapi bisa diketik dalam satu halaman saja karena
keduanya mempunyai fungsi teknis yang sama, yakni untuk kemudahan
pemberian.
3.1.11 Daftar Tabel
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 49
Daftar tabel memuat nomor dan judul tabel, diikuti titik-titik seperti
pada daftar isi, lalu disusul nomor halaman tempat tabel terdapat dalam
teks. Judul tabel yang lebih dari satu halaman ditik dengan spasi satu. Jarak
antara judul tabel yang satu dengan yang lain dalam daftar itu satu
setengah spasi.
4.1.12 Daftar Gambar
Cara membuat daftar gambar sama dengan cara membuat daftar
tabel.
4.1.13 Daftar Lampiran
Cara membuat daftar lampiran sama juga dengan cara membuat
daftar tabel.
4.2 Bagian Pokok
Bagian pokok skripsi,tesis,atau disertai terdiri atas bab
pendahuluan,teori yang digunakan untuk landasan penelitian,metode
penelitian,hasil penelitian,dan penutup.hasil penelitian tidak harus hanya
disajikan dalam satu bab,bergantung pada banyaknya materi yang akan
disajikan dan perlunya pemilahan materi itu menjadi unit-unit tertentu.
4.2.1 Pendahuluan
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 50
Bagian ini adalah bab pertama skripsi,tesis,atau disertai yang
mengantarkan pembaca untuk mengetahui apa yang diteliti,mengapa dan
untuk apa penelitian dilakukan.Oleh karena itu,bab pendahuluan memuat
uraian tentang (1) latar belakang masalah penelitian, (2) rumusan masalah,
(3) identifikasi masalah, (4) tujuan penelitian, (5) kegunaan penelitian, (6)
pembatasan masalah
(1) Latar Belakang
Bagian ini pada dasarnya menerangkan keternalaran (kerasionalan)
mengapa topik yang dinyatakan pada judul skripsi,tesis,atau disertai itu
diteliti.Untuk menerengkan keternalaran tersebut perlu dijelaskan dulu
pengertian rumusan topik yang dipilih untuk diteliti.Baru kemudian
diterangkan argumen yang melatarbelakangi pemilihan topik itu dilihat dari
posisi substansi topik itu dalam keseluruhan sisitem substansi yang
melingkupi substansi topik itu.Dalam hal ini dapat dikemukakan
misalnya,adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan,antara teori
dan praktek.
Setelah itu,diterangkan ketenalaran pemilihan topik itu dilihat dari
paradigma penelitian sejenis.Untuk itu perlu dilakukan kajian pustaka yang
memuat hasil-hasil penelitian tentang topik yang dipilih itu. Dengan melihat
hasil yang diperoleh dalam penelitian sebelumnya, dapat ditunjukkan
apakah topik yang dipilih itu memang masih layak untuk diteliti.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 51
Topik yang pernah diteliti boleh saja diteliti,asal penelitian yang baru
itu dapat menghasilkan sesuatu yang baru,yang berbeda dari
sebelumnya,yang bisa mengatasi kekurangan hasil penelitian itu,atau dalam
penelitian yang bari itu digunakan teori lain atau metode lain yang diduga
dapat menghasilkan temuan yang lain dari sebelumnya.
Dalam tesis dan disertai,kajian pustaka untuk mengemukakan
keternalaran (kerasionalan) pemilihan topik penelitin itu bisa ditaruh di
bawah judul tersendiri, misalnya Hasil Penelitian Sebelum ini.Dalam kajian
pustaka itu pembicaraan dilakukan secara kronologis.Dengan
demikian,diketahui kemajuan penelitian yang dilakukan para peneliti selama
ini dan diketahui pula posisi peneliti sekarang dalam deretan penelitian
sejenis.
(2) Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah rumusan persoalan yang perlu
dipecahkan atau pertanyaan yang perlu dijawab dengan
penelitian.Rumusan itu tidak harus sdalam bentuk kalimat tanya,tetapi
hendaklah mengandung kata-kata yang menyatakan persoalan atau
pertanyaan,yakni apa, siapa, berapa, seberapa, sejauh mana,bagaimana
(bisa tentang cara atau wujud/keadaan),di mana,ke mana,dari
mana,mengapa,dan sebagainya.
Rumusan masalah harus diturunkan dari rumusan topik,tidak boleh
keluar dari lingkup topik.Oleh karena itu,rumusan masalah hendaklah
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 52
mencakupi semua variabel yang tergambarkan dalam rumusan topik.Kalau
ada variabel umum dan khusus, hendaklah dirumuskan masalah pokok
beserta sub-submasalah-nya.Jadi,rumusan masalah harus terinci dan
terurai dengan jelas agar dapat dipecahkan dan dicarikan datanya untuk
pemecahannya.
Rumusan masalah yang baik harus memungkinkan untuk
menentukan metode pemecahannya dan mencarikan datanya.Untuk
masalah-masalah perlu diidentifikasi dengan baik.
Identifikasi masalah bisa ditaruh di bawah judul tersendiri,tetapi
yang penting bukan judulnya,melainkan materi identifikasinya itu
sendiri.Dengan identifikasi masalah itu,permasalahan perumusan masalah
menjadi operasional; maksudnya masalah-masalahnya dapat
dipecahkan,karena variabel atau wujud data yang diperlukan dan teknik
pemerolehannya dapat diprakirakan.
Kalau terdapat banyak masalah,tetapi yang akan diteliti hanya
masalah-masalah tertentu,perlu ada pembatasan masalah disertai
keterangan mengapa masalah yang diteliti dibatasi.Pembatasan masalah ini
bisa dicantumkan di bawah judul tersendiri.Akan tetapi, kalau memang tidak
ada pembatasan,tidak perlu ada sub-judul Pembatasan Masalah.
(3) Tujuan Penelitian
Tujuan penalitian mengungkapkan apa yang ingin dicapai dalam
penelitian. Rumusan sejajar dengan rumusan masalah.Misalnya,kalau
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 53
masalahnya apakah ada pengaruhnya pendiskusian topik karangan dalam
proses belajar mengajar mengarang pada keberhasilan siswa mengarang
dan jika ada,berapa besar peranannya,rumusan tujuannya dalam penelitian
ini ialah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendiskusian topik
karangan dalam proses belajar mengajar mengarang pada keberhasilan
siswa mengarang,dan jika ada berapa besar peranannya.
(4) Kegunaan Penelitian
Yang diuraikan di sini ialah kegunaan atau pentingnya penelitian
dilakukan,baik bagi pengembangan ilmu maupun bagi kepentingan
praktik.Adanya uraian ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa masalah
yang dipilih memang layak untuk diteliti.
4.2.2 Teori yang Digunakan untuk Landasan Penelitian
Dalam penelitian diperlukan dua landasan,yakni landasan teoretis
dan landasan faktual.Landasan teoretis ialah teori yang digunakan untuk
landasan kerja penelitian tentang topik yang diambil untuk diteliti.Landasan
faktual ialah data tentang topik yang diteliti.Keduanya diuraikan dalam dua
bagian tesis yang berbeda,tetapi berturutan. Landasan teoretis diuraikan
pada bab II,sedangkan landasan faktual diuraikan pada bab III.
Dalam landasan teoretis dinyatakan teori apa yang digunakan untuk
landasan kerja penelitian.Teori itu bisa disusun sendiri secara eklektik,bisa
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 54
juga berupa teori yang digunakan oleh seorang ahlu.Namun,teori apapun
yang digunakan harus dipertanggung
Jawabkan melalui kajian sejumlah pustaka yang memuat hasil
penelitian dalam lingkup penelitian yang menggunakan teori yang
berbeda.Teori itu dikaji secara kronologis,dari yang lama sampai dengan
yang mutakhir untuk menunjukkan kemajuan hasil penelitian sejalan dengan
perkembangan teori.Dengan cara itu,di antara sederet teori,keunggulan
teori yang dipilih sebagai landasan kerja penelitian menjadi tampak.
Pustaka yang dikaji itu bisa berupa buku atau artikel dalam jurnal
ilmiah,makalah, skripsi,tesis,disertai,laporan penelitian. Namun, semua itu
harus relevan dengan topik penelitian.Lagi pula,kajian itu dilakukan dalam
rangka pemilihan teori yang dipandang tepat untuk landasan kerja
penelitian.Kajian pustaka untuk menentukan apakah topik yang diteliti itu
atau yang berkaitan dengan topik itu mungkin sudah pernah diteliti orang
lain sudah diuraikan di bagian pendahuluan.
Penyebutan nama teori saja tidaklah cukup.Prinsip-prinsip teori itu
perlu diuraikan.Termasuk pendekatan dan metode kerja teori itu.Variabel-
variabel pembangun topik penelitian juga perlu diterangkan menurut
pandangan teori yang dipilih itu.
Dengan uraian tentang teori itu hakikat topik penelitian menjadi
jelas.Variabel- variabel,masalah,dan tujuannya terperikan secara
operasional.Data pun dapat diidentifikasi,sedangkan lahan pengambilan
dapat ditentukan.Dengan demikian,teknik pengumpulan,pengolahan,dan
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 55
analisis data dapat dirancang.Jadi,landasan teoretis tidak hanya melandasi
identifikasi sasaran,tetapi juga melandasi metode penelitian.
Dalam penelitian kuantitatif jenis tertentu,uraian tentang teori yang
dipakai sebagai landasan penelitian diikuti uraian tentang kerangka berpikir
dan rumusan hipotesis.Kerangka berpikir menggambarkan pola hubungan
logis antar variabel dalam pemecahan masalah yang diteliti,sedangkan
hipotesis menyatakan dugaan atau ramalan tentang hasil pemecahan
masalah atas dasar kerangka berpikir.
4.2.3 Metode Penelitian
Uraian tentang metode penelitian dimuat dalam bab tersendiri,yakni
bab III. Tentang metode penelitian terdapat perbedaan antara metode
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif,khususnya penelitian bahasa
dan sastra.Akan tetapi,prosedurnya sama:dimulai dari pengumpulan
data,dilanjutkan dengan pengolahan data,lalu dilakukan analisis data.
Yang perlu diuraikan dalam penelitian kuantitatif adalah (1) jenis
dan desain penelitian, (2) variabel penelitian yang dirumuskan secara
operasional, (3) populasi, sampel ,dan teknik pengambilan sampel
penelitian, (4) instrumen penelitian disertai penentuan validitas dan
reliabitasnya, (5) teknik pengumpulan data, (6) teknik pengolahan dan
analisis data.
Dalam penelitian kualitatif,butir (2) diganti dengan uraian tentang
wujud data, butir (3) diganti dengan sumber data.Khusus dalam penelitian
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 56
linguistik dan penelitian sastra,butir (1) diganti dengan sasaran dan
ancangan penelitian.
Dalam uraian tentang metode penelitian itu tidak cukup hanya
disebut istilah- istilah,misalnya digunakan teknik wawancara.Prosedur
pelaksanaan metode atau teknik itu perlu diterangkan.Kalau dalam
penelitian digunakan beberapa teknik pengumpulan atau analisis
data,kegunaannya masing-masing perlu diterangkan.
Sebaliknya dalam uraian itu tidak perlu didefinisikan pengertian
populasi,sampel, dan sebagainya seperti dalam pelajaran metodologi
penelitian.Yang diuraikan adalah populasinya siapa atau apa,dan dari
jumlah sampel itu diambil sampel berapa,dan seterusnya.
4.2.4 Hasil Penelitian
Hasil penelitian dimuat dalam bab tersendiri,tetapi tidak harus
dalam satu bab. Bisa dua bab atau lebih,bergantung kepada organisasi
temuannya dalam pemecahan masalah.Yang penting adalah semua
masalah harus ada jawabannya.Jawaban atas masalah yang dirumuskan di
bab pendahuluan harus diuraikan dengan jelas,sistematis, dan tuntas.
Bab inti ini memang berisi hasil penelitian beserta
penjelasannya.Akan tetapi, tidak tidak berarti bahwa judul bab ini Hasil
Penelitian dan Pembahasan.Judul hendaknya dirumuskan sesuai dengan
topik (judul) skripsi,tesis,atau disertai.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 57
Dalam penelitian kualitatif,temuan (hasil) penelitian itu berupa
sistem yang mungkin tersusun dari sub-subsistem.Bangunan sistem itu
hanya bisa dipahami dalam keseluruhannya.Oleh karena itu,temuan (hasil)
penelitian dan pembahasannya tidak dapat dipisahkan.
Pemisahan itu dimungkinkan dalam penelitian kuantitatif karena
pemisahan temuan (hasil) penelitian dari penjelasannya tidak akan merusak
organisasi substansi temuan (hasil) penelitian.Temuan (hasil) penelitian
kuantitatif yang dinyatakan dengan angka harus ditafsirkan dengan kata-
kata,dan tafsiran itu perlu dijelaskan dan dibahas lebih lanjut.
4.2.5 Penutup
Bab penutup merupakan bab terakhir skripsi,tesis,atau
disertai.Isinya adalah simpulan dan saran.Dengan demikian,bab ini bisa
dibagi dua subbab.
Penyajian simpulan hendaklah sejalan dengan penyajian
masalah,tujuan,dan uraian tentang hasil penelitian.Dengan
demikian,masalah yang dikemukakan di bagian pendahuluan semuanya
terjawab dan dengan jawaban itu semua tujuan telah tercapai. Lagi pula
uraian atau pembahasan masalah yang dilakukan secara panjang lebar
dalam bab sebelumnya semuanya ada simpulannya.
Penyajian saran harus sejalan dan didasarkan pada simpulan atau
temuan.Saran hendaklah disertai dengan argumentasinya.Kalau mungkain
juga disertai jalan keluarnya.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 58
Saran dapat bersifat praktis atau pragmatis,dapat juga bersifat
teoretis.Termasuk saran yang berharga adalah saran tentang perlunya
dilakukan penelitian lanjutan, mengingat bahwa belum tentu semua
masalah dapat dipecahkan secara tuntas dalam penelitian sekarang atau
setelah selesainya penelitian sekarang ini timbul masalah lain yang terkait.
4.3 Bagian Akhir
Bagian akhir terdiri atas daftar pustaka, lampiran (kalau ada),
penjurus atau indeks (kalau ada), dan takarir atau daftar kata
kunci/istilah(kalau ada). Keberadaan daftar pustaka adalah wajib, artinya
hanya pustaka yang dirujuk dalam teks skripsi, tesis dan disertasi yang
harus ditulis dalam daftar pustaka.
Daftar pustaka ditulis sesuai dengan kaidah penulisan daftar
pustaka. Perlu pula diperhatikan kemutakhirannya dan diusahakan juga dari
hasil-hasil penelitian dan jurnal ilmiah yang relevan dengan topik skripsi,
tesis dan disertasi.
Daftar pustaka ditulis langsung setelah teks berakhir pada halaman
baru dengan judul ”DAFTAR PUSTAKA”. Judul tersebut dicetak tebal
dengan huruf tegak, kapital semua, berukuran 12, ditulis mulai dari pias kiri.
Jarak dengan teks di atasnya empat spasi.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 59
Artikel ilmiah ialah karangan yang dihasilkan melalui proses
penelitian lapangan atau pemikiran konseptual yang berlandaskan kajian
kepustakaan dan diterbitkan di dalam jurnal ilmiah. Artikel hasil penelitian
ditulis berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan di lapangan dan
dilaporkan kembali dalam bentuk yang lebih padat, lugas, jelas, dan
sederhana, dan dimuat di dalam jurnal agar dibaca oleh kalangan yang
lebih luas. Artikel konseptual ditulis berdasarkan pemikiran atau perenungan
yang mendalam terhadap objek atau fenomena tertentu berlandaskan
acuan kepada teori yang diperoleh melalui kajian pustaka (library research)
untuk tujuan yang serupa dengan tujuan penulisan artikel hasil penelitian.
Untuk itu, bab ini menyajikan hal-hal yang berkaitan dengan penulisan (1)
artikel hasil penelitian dan (2) artikel konseptual.
5.1 Artikel Hasil Penelitian
Artikel hasil penelitian ialah artikel ilmiah yang disajikan sebagai
hasil penelitian lapangan yang yang dilandasi dengan kajian teoretis
terhadap hasil penelitian terdahulu. Arikel jenis ini dapat berdasarkan hasil
penelitian kualitatif ataupun penelitian kuantitatif. Artikel hasil penelitian
terdiri atas (1) judul, (2) nama penulis dan lembaga asal, (3) abstrak dan
kata kunci, (4) pendahuluan, (5) metodologi, (6) hasil, (7) bahasan, (8)
simpulan, (9) catatan akhir, dan (10) daftar rujukan.
5.1.1 Judul
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 60
Judul (title) artikel hasil penelitian hendaknya informatif, lengkap,
tidak terlalu panjang, yaitu antara 5 sampai dengan 15 kata. Judul artikel
hasil penelitian memuat variabel yang diteliti atau kata kunci yang
menggambarkan masalah yang diteliti.
Judul artikel yang berbahasa Indonesia diikuti dengan
terjemahannya dalam bahasa Inggris, yang ditulis tepat di baris setelah
judul yang berbahasa Indonesia.
5.1.2 Nama Penulis dan Lembaga Asal
Nama penulis artikel ditulis tanpa disertai gelar akademik atau gelar
lain apapun. Nama lembaga tempat bekerja penulis dicantumkan sebagai
catatan kaki di halaman pertama artikel. Jika artikel ditulis oleh dua orang
atau lebih, semua ditulis secara berurutan mulai dengan penulis utama.
Apabila semua penulis berasal dari lembaga yang sama, nama lembaga
asal hanya ditulis sekali. Namun, apabila penulis berasal dari lembaga yang
berlainan, semua nama lembaga asal penulis harus dicantumkan sebagai
B. KENDALA SOSI AL BUDAYA
DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT PEDESAAN
(Socio-Cultural Constraints in Developing Rural Comunities)
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 61
catatan kaki, mulai dengan lembaga asal penulis utama dengan penanda
bintang (*).
5.1.3 Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak berisi pernyataan ringkas dan padat tentang gagasan
terpenting di dalam artikel. Gagasan itu antara lain mencakupi masalah,
tujuan, prosedur penelitian (untuk penelitian kualitatif termasuk deskripsi
tentang subjek yang diteliti), dan ringkasan hasil penelitian sebagai
tekanannya.
Abstrak yang mendahului artikel berbahasa Indonesia hendaknya
ditulis dalam bahasa inggris, sedangkan untuk artikel yang berbahasa
Inggris dilengkapi dengan abstrak berbahasa Indonesia.
Panjang abstrak antara 50 sampai dengan 75 kata dan ditulis dalam
satu paragraf. Dengan ketikan berspasi tunggal menggunakan format yang
lebih sempit daripada teks utama (margin kanan dan kiri menjorok masuk
1,2 cm).
Abstrak diikuti dengan Kata Kunci (Key Words) yang merupakan
kata pokok yang menggambarkan daerah masalah yang diteliti atau istilah
yang menggambarkan gagasa pokok artikel. Kata kunci dapat berupa kata
tunggal atau gabungan kata. Jumlah kata kunci dalam artikel ilmiah antara 3
sampai dengan 5 buah. Kata ini diperlukan untuk penelusuran lebih lanjut
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 62
ke dalam sistem informasi dan telekomunikasi menggunakan teknologi
internet.
5.1.4 Pendahuluan
Pendahuluan tidak diberi judul, ditulis langsung setelah kata kunci.
Bagian ini menyajikan gagasan pokok yang paling sedikit terdiri atas empat
bagian: (1) latar belakang penulisan artikel, (2) masalah , (3) tujuan
penelitian, dan (4) sistematika artikel. Keempat gagasan tersebut ditulis
dalam bentuk paragraf yang memperlihatkan adanya koherensi antara
gagasan satu dengan gagasan yang lain.
Karena pendahuluan memuat gagasan teoretis mengenai suatu
perkara, kajian pustaka dibutuhkan untuk mendukung penyampaian
gagasan tadi. Sebab itu, bagian ini harus disertai dengan rujukan kepada
berbagai sumber yang terpercaya. Jumlah rujukan harus proporsional (tidak
terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak). Gagasan teoretis harus disajikan
secara ringkas, padat, dan langsung mengenai masalah yang diteliti. Aspek
yang dibahas dapat mencakupi aspek histories, landasan teori atau aspek
lain. Gagasan teoretis mengarahkan pembaca ke rumusan masalah yang
dilengkapi dengan rencana pemecahannya dan rumusan tujuan.
5.1.5 Metodologi
Metodologi diartikan sebagai kumpulan metode yang digunakan
untuk membuat desain penelitian, menentukan jenis dan jumlah sample,
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 63
menarik data, dan mengolah atau menganalisis data. Dalam rangka
penulisan artikel, pada dasarnya, bagian ini menyajikan cara pelaksanaan
penelitian. Uraian disajikan dalam beberapa paragraf tanpa sub-bagian,
atau pemilahan ke dalam sub-bagian. Bagian ini hanya memuat hal yang
pokok saja; uraian rinci tentang rancangan penelitian tidak perlu disajikan di
dalam artikel ilmiah.
Materi pokok bagian metodologi adalah cara pengumpulan data,
sumber data, cara analisis data. Dengan perkataan lain, bagian ini antara
lain berisi keterangan tentang populasi dan sampel (atau subjek), instrumen
pengumpul data, rancangan penelitian (terutama jika digunakan raancangan
yang cukup kompleks seperti rancangan eksperimental), dan teknik analisis
data.
Penelitian yang mendasari penulisan artikel menggunakan alat dan
bahan perlu dilengkapi dengan sajian tentang spesifikasi alat dan bahan.
Spesifikasi alat menggambarkan tingkat kecanggihan alat, sedangkan
spesifikasi bahan juga perlu diberikan karena penelitian ulang dapat
berbeda dengan penelitian terdahulu apabila spesifikasi bahan yang
digunakan berbeda.
Untuk penelitian kualitatif perlu ditambahkan uraian mengenai
kehadiran peneliti, subjek penelitian, keterangan tentang informan, cara
menggali data penelitian, lokasi penelitian, dan lama penelitian. Perlu pula
disajikan uraian mengenai pengecekan keabsahan hasil penelitian.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 64
5.1.6 Hasil
Hasil adalah bagian utama artikel ilmiah. Karena itu, bagian ini
biasanya merupakan bagian terpanjang. Bagian ini menyajikan hasil analisis
data yang dilaporkan secara bersih.
Untuk artikel hasil penelitian kuantitatif, proses analisis data (seperti
perhitungan statistik, tabel yang panjang, sampel yang berlebihan, dan
sebagainya) tidak perlu disajikan. Proses pengujian hipotesis pun tidak
perlu disajikan, termasuk pembandingan antara koefisien yang ditemukan
dalam analisis dengan koefisien dalam tabel statistik. Dengan perkataan
lain, yang dimuat di dalam artikel hanya hasil analisis dan hasil pengujian
hipotesis.
Hasil analisis boleh disajikan dengan tabel atau grafik asalkan
dalam bentuk yang ringkas, jelas dan tidak mengganggu alur piker di dalam
teks. Jika ke dalam sajiak disertakan tabel dan/atau grafik untuk
memperjelas sajian verbal, keduanya harus diberi judul dengan komentar
yang memadai walaupun komentar tersebut tidak harus dilakukan per tabel
atau grafik.
Apabila hasil yang disajikan cukup panjang, penyajian bisa
dilakukan dengan memilah bagian ini menjadi subbagian sesuai dengan
penjabaran masalah penelitian. Sebaliknya, apabila bagian ini pendek,
semua sajian bisa berupa gabungan pembahasan.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 65
Untuk artikel hasil penelitian kualitatif, bagian hasil memuat
deskripsi, eksplanasi, analisis, sintesis, diskusi, perbandingan dan
sebagainya yang tersaji rinci dalam bentuk subtopik yang masing-masing
berkaitan langsung dengan fokus penelitian.
5.1.7 Bahasan
Bagian ini adalah bagian terpenting dari keseluruhan isi artikel
ilmiah. Tujuan bahasan: (1) memecahkan masalah penelitian atau
menunjukkan pencapaian tujuan penelitian, (2) menafsirkan temuan dan
menarik inferensi berdasarkan temuan itu, (3) mengintegrasikan temuan
penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan, dan (4)
menyusun teori baru atau memodifikasi teori yang saudah ada.
Untuk menunjukkan terjadinya pemecahan masalah atau
pencapaian tujuan penelitian, harus hasil penelitian disimpulkan secara
eksplisit. Misalnya, jika dinyatakan bahwa penelitian bertujuan mengetahui
perbedaan penggunaan antara satu strategi dan stgrategi lain dalam
pembelajaran bahasa asing, dalam bagian pembahasan perbedaan itu
haruslah diuraikan secara rinci dengan bukti yang memadai.
Penafsiran terhadap temuan dilakukan dengan menggunakan
logika dan teori yang ada. Misalnya ditemukan adanya hubungan antara
strategi pembelajaran dan prestasi siswa, dapat ditafsirkan bahwa strategi
dapat berpengaruh besar terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 66
Temuan diintegrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan yang
sudah ada dengan jalan membandingkan temuan itu dengan temuan
penelitian sebelumnya, dengan teori yang sudah ada, atau dengan
kenyataan di lapangan. Pembandingan harus disertai rujukan yang sesuai.
Jika penelitian yang menjadi dasar penulisan artikel berupa telaah
teori (penelitian dasar), teori yang lama bisa dikonfirmasi atau ditolak,
sebagian atau seluruhnya. Penolakan teori harus disertai dengan modifikasi
atau rumusan teori baru.
Untuk penelitian kualitatif, bagian ini dapat pula memuat gagasan
peneliti, kaitan antarkategori dan antardimensi, dan posisi temuan atau
penelitian terhadap temuan dan teori sebelumnya.
5.1.8 Simpulan
Simpulan menyajikan ringkasan dari uraian yang disajikan pada
bagian hasil dan pembahasan. Berdasarkan uraian pada kedua bagian itu,
dikembangkan pokok pikiran yang merupakan esensi dari uraian tersebut.
Simpulan disajikan dalam bentuk deskripsi verbal, dan bukan dalam bentuk
angka.
Simpulan dapat diikuti dengan saran yang disusun berdasarkan
simpulan. Saran bisa merujuk kepada tindakan praktis, pengembangan
teoritis, dan penelitian lanjutan. Simpulan dan saran dapat pula disebut
bagian penutup.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 67
5.1.9 Catatan Akhir
Pada dasarnya, catatan akhir dalam artikel ilmiah berupa
keterangan tambahan yang diberikan kepada istilah khusus, nama tokoh,
nama lembaga, tahun tertentu, simbol, dan sebagainya yang termuat di
dalam artikel. Pencantuman catatan akhir ini dilakukan dengan alasan
bahwa walaupun dibutuhkan dan dianggap penting, cacatan tambahan
dapat dianggap mengganggu tampilan nas pokok jika disisipkan ke
dalamnya.
5.1.10 Daftar Rujukan
Daftar rujukan (references) harus lengkap dan sesuai dengan
rujukan yang disajikan dalam nas artikel ilmiah. Bahan pustaka yang
dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam nas.
Demikian pula semua rujukan yang disebutkan dalam nas harus disajikan
dalam daftar rujukan. Tata cara penulisan daftar rujukan dapat dilihat pada
Bab 6, Tata Tulis.
5.2 Artikel Konseptual
Artikel konseptual ialah artikel ilmiah yang dihasilkan oleh
penulisnya melalui proses pemikiran yang mendalam terhadap suatu gejala
yang muncul di dalam ranah ilmu tertentu. Proses pemikiran itu didukung
dengan rujukan kepada teori tertentu yang sudah dikemukakan pakar
melalui karangannya dalam bahan rujukan tertentu. Dengan demikian,
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 68
dapat dikatakan bahwa artikel konseptual merupakan laporan hasil
pemikiran yang dilandasi oleh kajian kepustakaan.
Artikel konseptual terdiri atas (1) judul, (2) nama penulis dan
lembaga asal, (3) abstrak dan kata kunci, (4) pendahuluan, (5) nas, (6)
penutup atau simpulan, (7) catatan akhir, dan (7) Daftar rujujukan.
5.2.1 Judul
Judul dalam artikel konseptual berfungsi sebagai label yang
mencerminkan secara tepat intisari yang terkandung dalam artikel. Sebab
itu, pemilihan kata yang dipakai di dalam judul hendaknya dilakukan secara
cermat. Di samping aspek ketepatannya, pemilihan kata untuk judul perlu
juga mempertimbangkan pengaruhnya terhadap daya tarik judul bagi
pembaca. Judul artikel sebaiknya terdiri atas 5-15 kata.
5.2.2 Nama Penulis dan Lembaga Asal
Seperti pada penulisan nama dan asal lembaga pada artikel hasil
penelitian, penulisan nama pengarang pada artikel konseptual dilakukan
tanpa disertai gelar akademik atau gelar lain apapun. Nama lembaga
tempat bekerja penulis dicantumkan sebagai catatan kaki di halaman
pertama artikel. Jika artikel ditulis oleh dua orang atau lebih, semua ditulis
secara berurutan mulai dengan penulis utama. Apabila semua penulis
berasal dari lembaga yang sama, nama lembaga asal hanya ditulis sekali.
Namun, apabila penulis berasal dari lembaga yang berlainan, semua nama
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 69
lembaga asal penulis harus dicantumkan pada catatan kaki, mulai dengan
lembaga asal penulis utama dengan penanda angka 1, 2, 3, dan seterusnya
dengan format supercscript.
5.2.3 Abstrak dan kata Kunci
Untuk artikel hasil pemikiran konseptual, abstrak berisi ringkasan isi
artikel yang dituangkan secara padat. Abstrak untuk artikel jenis ini
bukanlah komentar atau pengantar dari penyunting atau redaksi. Abstrak
berisi pernyataan ringkas dan padat tentang gagasan terpenting di dalam
artikel. Gagasan itu antara lain mencakupi masalah, tujuan, dan ringkasan
hasil pemikiran sebagai tekanannya.
Abstrak yang mendahului artikel berbahasa Indonesia hendaknya
ditulis dalam bahasa inggris, sedangkan untuk artikel yang berbahasa
Inggris dilengkapi dengan abstrak berbahasa Indonesia.
Panjang abstrak antara 50 sampai dengan 75 kata dan ditulis dalam
satu paragraf. Dengan ketikan berspasi tunggal menggunakan format yang
lebih sempit daripada teks utama (margin kanan dan kiri menjorok masuk
1,2 cm).
Abstrak diikuti dengan Kata Kunci (Key Words) yang merupakan
kata pokok yang menggambarkan daerah masalah yang diteliti atau istilah
yang menggambarkan gagasa pokok artikel. Kata kunci dapat berupa kata
tunggal atau gabungan kata. Jumlah kata kunci dalam artikel ilmiah antara 3
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 70
sampai dengan 5 buah. Kata ini diperlukan untuk penelusuran lebih lanjut
ke dalam sistem informasi dan telekomunikasi menggunakan teknologi
internet.
5.2.4 Pendahuluan
Berbeda dengan isi pendahuluan di dalam artikel hasil penelitian,
bagian pendahuluan dalam artikel konseptual berisi uraian yang
mengantarkan pembaca kepada topik utama yang akan dibahas. Sebab itu,
isi bagian pendahuluan menguaraikan berbagai hal yang mampu menarik
pembaca untuk mendalami bagian selanjutnya. Selain itu, bagian
pendahuluan hendaknya diakhiri dengan rumusan singkat tentang hal pokok
yang akan dibahas. Bagian pendahuluan tidak perlu diberi judul.
5.2.5 Nas
Nas pada artikel konseptual sangat bervariasi. Bagian ini dapat
berupa (1) evaluasi terhadap teori yang ada, yang mencakupi ragam,
kelebihan, dan kekurangannya, (2) deskripsi, eksplanasi, analisis, dan
diskusi tentang fenomena yang muncul dalam suatu komunitas, (3) strategi
pengelolaan perkara tertentu, (4) perbandingan antarteori untuk
menjembatani kesenjangan di antaranya, (5) kemungkinan penerapan suatu
teori di dalam kelompok masyarakat tertentu, (6) telaah terhadap teori
tertentu dan kemungkinan replikasinya dalam kondisi dan situasi yang
berlainan, dan sebagainya.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 71
Walaupun nas jenis artikel ini tidak perlu dibagi menjadi sub-bagian,
tiap paragraf harus disusun secara sistematis dengan memperhatikan
koherensi antarbagiannya. Teks yang disusun dengan runtut, lugas, padu,
dan jelas akan mampu meyakinkan pembacanya untuk mengikuti alur piker
yang hendah disampaikan oleh penulis kepada pembacanya.
5.2.6 Penutup
Istilah penutup digunakan sebagai judul bagian akhir artikel
konseptual jika isinya hanya berupa catatan akhir atau yang sejenisnya.
Jika uraian pada bagian akhir berisi simpulan hasil pembahasan pada
bagian sebelumnya, perlu dimasukkan pada bagian kesimpulan.
Kebanyakan artikel konseptual membutuhkan simpulan.
Beberapa artikal konseptual yang dilengkapi dengan saran. Jika
hendak ditampilkan, saran yang mencakupi aspek pengembangan ilmu,
penerapan teori, dan aspek lain dapat ditempatkan dalam bagian tersendiri.
5.2.7 Catatan Akhir
Pada dasarnya, catatan akhir dalam artikel konseptual serupa
dengan catatan akhir pada artikel ilmiah. Catatan ini berupa keterangan
tambahan yang diberikan kepada istilah khusus, nama tokoh, nama
lembaga, tahun tertentu, simbol, dan sebagainya yang termuat di dalam
artikel. Pencantuman catatan akhir ini dilakukan dengan alasan bahwa
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 72
walaupun dibutuhkan dan dianggap penting, cacatan tambahan dapat
dianggap mengganggu tampilan nas pokok jika disisipkan ke dalamnya.
5.2.8 Daftar Rujukan
Seperti pada artikel hasil penelitian, daftar rujukan (references)
pada artikel konseptual harus lengkap dan sesuai dengan rujukan yang
disajikan dalam nas artikel. Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar
rujukan harus sudah disebutkan dalam nas. Demikian pula semua rujukan
yang disebutkan dalam nas harus disajikan dalam daftar rujukan. Tata cara
penulisan daftar rujukan dapat dilihat pada Bab 6, Tata Tulis.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 73
BAGIAN III PANDUAN TATA TULIS
KARYA ILMIAH
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 74
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 75
B. Pengantar
Karya ilmiah yang berupa disertasi, tesis, skripsi, tugas akhir, artikel ilmiah,
dan makalah (selanjutnya disebut karya ilmiah) dapat ditulis dalam bahasa
daerah, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, atau bahasa asing lain. Untuk
itu, bab ini membahas tata tulis bagian-bagian karya ilmiah dengan contoh
utama dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebab dalam kedua
bahasa itulah kebanyakan kara akan ditulis. Bagian pertama membahas
tata cara penulisan bagian-bagian disertasi, tesis, skripsi, dan tugas akhir.
Bagian berikutnya membahas tata tulis artikel ilmiah dan makalah. Bagian
tiga menyajikan tata cara pengutipan rujukan. Akhirnya, bagian empat
memuat tata tulis daftar pustaka.
1. Tata Tulis Karya Ilmiah
Secara umum disertasi, tesis, skripsi, dan tugas akhir dibagi menjadi tiga
bagian pokok, yaitu (1) prawacana, (2) nas, dan (3) bagian akhir.
1.1 Prawacana
Prawacana terdiri atas judul, halaman kosong, pernyataan keaslian tulisan,
pengesahan, persembahan, motto, prakata, abstrak, daftar isi, daftar table
dan daftar lain.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 76
Judul
Judul terdiri atas (1) logo institusi, (2) judul skripsi, (3) maksud penulisan
skripsi, (4) nama dan nomor nomor induk mahasiswa, dan (5) nama
lembaga termasuk jurusan, fakultas, dan universitas, serta tahun penulisan
skripsi.
(1) Logo
Logo yang dipasang pada halaman judul hendaknya logo institusi yang
lazim dipasang pada kepala surat dan yang ukurannya disesuaikan dengan
luas halaman judul.
(2) Judul karya ilmiah
Judul ditulis dengan huruf kapital yang besarnya diesuaikan dengan
panjang judul. Sebagai ancar-ancar, gunakan font 16 atau 18 cetak tebal
untuk jenis huruf Times New Roman.
METAPHORIC USES OF ENGLISH PARTICLES:
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 77
A STUDY OF PHRASAL VERBS FOUND
IN J. GRISHAM’S THE PELICAN BRIEF
(3) Maksud
Maksud penulisan skripsi berupa frase yang ditulis dengan huruf kecil,
kecuali nama gelar dan nama bahasa. Bunyi frase tersebut sebagai berikut.
Tesis
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
atau
a final project
submitted in partial fulfillment of the requirements
for the degree of Sarjana Pendidikan
in English
atau
a thesis
submitted in partial fulfillment of the requirements
for the degree of Magister Pendidikan
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 78
in English
Perhatikan bahwa
(1) Frase ini ditulis dengan huruf kecil dengan font 12 untuk jenis huruf
Times New Roman.
(2) Gelar kesarjanaan dan program studi ditulis dengan awalan huruf
kapital.
Salah : sarjana pendidikan in english
Betul : Sarjana Pendidikan in English
Betul : Sarjana Sastra in English
Betul : Sarjana Pendidikan Program Studi Seni Rupa
(4) Nama dan Nomor Induk
Nama dan nomor induk mahasiswa ditulis dalam dua baris di tengah-tengah
halaman judul, yang didahului dengan preposisi oleh (by) di atasnya.
Tidak dianjurkan:
By:
Name : Agus Ismangun
NIM: 222000022
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 79
Tidak dianjurkan:
Oleh:
Agus Ismangun
222000022
Dianjurkan:
by
Agus Ismangun
222000022
atau
(5) Nama Lembaga dan Tahun Penulisan
Nama lembaga dan tahun penulisan ditulis dengan font 16 (atau 14)
bercetak tebal untuk jenis huruf Times New Roman.
Tahun penulisan tesis adalah tahun pada saat pengesahan tesis, yaitu
setelah tesis tersebut diuji, diperbaiki, dan diperbanyak.
oleh
Agus Ismangun
222000022
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 80
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2009
atau
C.
D. ENGLISH DEPARTMENT FACULTY OF LANGUAGES AND ARTS
SEMARANG STATE UNIVERSITY
2009
Halaman Kosong
Halaman yang kosong dimaksudkan sebagai pelapis agar teks pada
halaman berikutnya tidak tembus dan terlihat dari halaman judul.
Pada buku yang berhak cipta, biasanya halaman ini digunakan sebagai
halaman hak cipta, yaitu halaman yang memuat catatan hak cipta yang
mencakupi tahun penulisan, nama penulis dan peringatan bagi pengguna
buku kersebut.
Misalnya,
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 81
Copyright c 2001 by Kate L. Turabian
All rights reserved
Akan tetapi, dalam skripsi mahasiswa tulisan seperti ini tidak dimunculkan.
Pernyataan Keaslian Tulisan
Pernyataan keaslian tulisan (declaration) berisi ungkapan penulis
bahwa isi skripsi, tesis, atau disertasi yang ditulisnya bukan
merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang diaku
sebagai hasil tulisan atau pemikirannya sendiri. Pengambilalihan karya
orang lain untuk diaku sebagai karya sendiri merupakan tindak
kecurangan yang lazim disebut plagiat. Penulis karya ilmiah harus
menghindarkan diri dari tindak kecurangan ini. Contoh pernyataan
keaslian tulisan dapat dilihat pada lampiran.
Pengesahan
Halaman Pengesahan (approval) adalah halaman tempat para penguji,
pembimbing, dan panitia ujian skripsi, serta pejabat yang berwenang
membubuhkan tanda tangan mereka sebagai tanda bahwa skripsi tersebut
diakui kesahihannya. Halaman ini terdiri atas:
(1) Pada bagian atas halaman dapat ditulis kata: PENGESAHAN
(APPROVAL)
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 82
(2) Pernyataan: This thesis has been approved by a team
examiners on …
(3) Nama penguji (examiner), pembimbing (supervisor), dan pejabat
yang berwenang, yaitu Ketua Jurusan (Head of the English
Department) dan Dekan Fakultas (Dean of FBS). Masing-masing
disertai dengan nomor induk pegawai (NIP), dan tugas yang
bersangkutan.
(4) Apabila terjadi penugasan ganda, misalnya penguji dan
pembimbing, keduanya ditulis dengan garis miring sebagai
pemisahnya.
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi
FBS UNNES pada tanggal 30 Agustus 2008.
Panitia:
Ketua Sekretaris
Gunoto, Ph.D Prof. Dr. Marbun
131281777 131282888
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 83
Penguji Penguji
Dr. Subchan, M.Ed. Prof. Dr. Maskur, M.A.
130220222 130276999
Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II
Drs. Abd. Ali Dr. Raja Ali haji
130450111 130222333
APPROVAL
This thesis has been approved by a team of examiners
on 30 October 2008
Examiner Examiner
Dr. Subchan, M.Ed. Prof. Dr. Maskur, M.A.
130220222 130276999
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 84
Examiner/Adviser I Examiner/Adviser II
Drs. Abd. Ali Dr. Raja Ali haji
130450111 130222333
Chairman Secretary
Gunoto, Ph.D Prof. Dr. Marbun
131281777 131282888
Persembahan
Persembahan (dedication) bersifat manasuka. Jika penulis menghendaki
kemunculan halaman ini, persembahan hendaknya ditulis secara ringkas
dan hanya menyebut nama(-nama) yang sangat penting saja. Nama (-
nama) tersebut didahului dengan preposisi ‘To’. Teks dapat ditulis di bagian
atas, tengah, atau bawah halaman baik di sebelah kiri atau kanan halaman
tanpa puntuasi apa pun. Misalnya,
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 85
Tidak dianjurkan : To: Allan Murray
Tidak dianjurkan : Dedicated to Allan Murray.
Tidak dianjurkan : Dengan penuh kasih, skripsi ini
kupersembahkan untuk Ibu Lasmi
dan Bapak Astro serta Dinda Sri
Harjati.
Tidak dianjurkan : This thesis is dedicated to all people who love me including my late father, my mother, my fiance, and all of my former classmates.
Dianjurkan : To Allan Murray
atau
Untuk Sri Haryati
atau
Untuk Ayah, Ibu, dan Adik-Adik
Motto
Motto (epigraph) biasanya berupa frase atau kalimat pendek yang dikutip
dari suatu sumber. Penempatan motto pada skripsi bersifat manasuka. Jika
penulis menghendaki penempatan motto seperti itu, hendaknya motto
tersebut ditulis ringkas dengan jenis huruf yang sama dengan jenis yang
digunakan di dalam nas skripsi, tanpa cetak miring, cetak tebal, garis
bawah, dan/atau tanda kutip. Jika motto itu merupakan kutipan dari sumber
yang signifikan, nama dan sumber kutipan dapat disertakan di dalam teks.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 86
Misalnya,
Tidak Dianjurkan : Motto: Ever onward No Retreat
Tidak Dianjurkan : Moto: Ever onward No Retreat (Written by
Bung Karno)
Tidak Dianjurkan : Bung Karno: Ever onward no retreat.
Dianjurkan : Ever onward no retreat (Bung Karno)
atau
Your expression is the most important thing
you can wear (Sid Ascher)
atau
Man never made any material as resilient as
the human spirit (Bern William)
Prakata
Prakata (Preface) atau Pengantar berisi penjelasan ringkas oleh penulis
mengenai latar belakang penulisan skripsi, cakupan penelitian, maksud
penelitian, dan pihak-pihak yang ikut mengambil bagian di dalam
mendorong serta memberi motivasi kepada penulis sehingga laporan
penelitian itu bisa terwujud.
Prakata dapat pula mencakupi penyebutan nama yang baik langsung
maupun tak langsung ikut terlibat di dalam penulisan itu. Misalnya, rektor,
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 87
dekan, ketua jurusan, pembimbing, penguji, dosen lain, responden, dan
pihak lain yang cukup signifikan untuk disebut di dalam prakata ini.
Penyebutan nama lazimnya diikuti dengan ucapan terima kasih dengan
kadar yang sesuai dengan keterlibatan masing-masing.
Abstrak
Pada dasarnya, abstrak lazim memuat intisari laporan penelitian yang terdiri
atas (1) latar (background), (2) masalah (problem) atau tujuan (purpose)
dan lingkup (scope) kajian, (3) metodologi yang digunakan di dalam
penelitian, (4) hasil penelitian yang terpenting, dan (5) simpulan
(conclusions). Seluruh bagian ini terdiri atas kurang lebih 400 kata yang
ditulis di dalam dua atau tiga paragraf dengan spasi tunggal.
Kata abstrak ditulis ditengah halaman dengan huruf kapital, simetris di batas
atas bidang pengetikan dan tanpa tanda titik. Nama penulis diketik dengan
jarak 2 spasi dari kata abstrak, ditepi kiri dengan urutan : nama akhir diikuti
koma, nama awal, nama tengah (jika ada) diakhiri titik. Tahun lulus ditulis
setelah nama, diakhiri dengan titik. Judul dicetak miring dan diketik dengan
huruf kecil (kecuali huruf-huruf pertama dari setiap kata) dan diakhiri dengan
titik. Kata skripsi, tesis, atau disertasi ditulis setelah judul dan diakhiri
dengan koma, diikuti dengan nama jurusan (tidak boleh disengkat), nama
fakultas, nama universitas, dan diakhiri dengan titik. Kemudian dicantumkan
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 88
nama dosen pembimbing I dan II lengkap dengan gelar akademiknya, serta
pembimbing III untuk disertasi.
Dalam abstrak dicantumkan kata kunci yang ditempatkan di bawah
nama dosen pembimbing. Jumlah kata kunci berkisar antara tiga
sampai lima buah. Kata kunci diperlukan untuk komputerisasi sistem
informasi ilmiah.
Teks di dalam abstrak diketik dengan spasi tunggal (satu spasi) dan
panjangnya tidak lebih dan dua halaman kertas ukuran kuarto.
Misalnya,
E. Abstract
This thesis is based on study which attempted to examine the use of high cognitive questions in non-native student group classroom discussions. The main purpose of the study was to determine if higher frequency of high cognitive questions in NNS group classroom discussions had an effect on foreign language learning. Two groups of non-native Spanish students and four non-native English teachers participated. One of the groups was trained in incorporating hign cognitive questions in student-student discussions; the other group was not provided
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 89
with training. After the training, both groups listened to a narraive told by the non-native teacher, discussed it, and thes summarized the story they had heard. Results indicated that the training group asked more high cognitive questions than the control group. The quantity of verbal interaction was not different between the group, but the understanding and written production of the foreign language was higher in the treatment group than in the control group. The higher achievement in the training group indicates that the use of high cognitive questions, demonstrated and adopted in NNS group classroom discussion, promotes the kind of verbal interaction which facilitates comprehension and written production of the foreign language.
Daftar Isi
Daftar Isi (Table of Contents) berisi daftar semua bagian tesis kecuali
halaman judul, halaman kosong atau halaman hak cipta, halaman
persembahan, dan halaman motto. Halaman-halaman ini tidak diberi nomor
halaman, tetapi keberadaannya tetap dihitung sehingga nomor halaman
daftar isi mengikuti jumlah halaman yang ada sebelumnya.
F. TABLE OF CONTENTS Page
Preface ……………………………..…………..………… v
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 90
Abstract …………………………...…………..………… vi
Table of Contents …………….……………….………... vii
List of Tables ……………………………..….…………. ix
List of Figures ……………………………..……………. x
List of Abbreviation …………………….……………… xi
Chapter
1. INTRODUCTION
1.1 Background of the Study …………….….……….…. 1
1.2 Reasons for Choosing the Topic …….…..………….. 4
Etc.
2. REVIEW OF THE RELATED LITERATURE
2.1 Review of the Previous Research ……….……..…... 8
2.2. Metaphoric Process in Literature…...………..……. 12
Etc.
3. METHODS OF INVESTIGATION
4. Etc.
Appendices ………………………………….…………. 65
References ……………………………….…………….. 72
Perhatikan bahwa penomoran dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut.
(1) Nomor bagian, sub-bagian, sub-sub-bagian, dan seterusnya ditulis
rata kiri,
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 91
(2) Titik akhir hanya muncul pada nomor bagian.
(3) Sub-bagian, sub-sub-bagian ditulis tanpa titik akhir.
(4) Nomor hanya diberikan kepada bagian yang berupa frase.
(5) Pembagian bagian menjadi sub-bagian hanya dilakukan bila bagian
itu terdiri atas sedikitnya dua sub-bagian.
(6) Lampiran disusun mendahului daftar pustaka dengan alasan: (1)
bila diperlukan segera daftar pustaka lebih mudah ditemukan, (2)
diasumsikan bahwa di dalam lampiran dimungkinkan adanya
kutipan yang merujuk kepada sumber pustaka yang tentu saja
disebut di dalam daftar pustaka.
1. BAGIAN
1.1 Sub-bagian
1.2 Sub-bagian
1.2.1 Sub-sub-bagian
1.2.2 Sub-sub-bagian
1.2.3 Sub-sub-bagian
1.3 Sub-bagian
1.3.1 Sub-sub-bagian
1.3.1.1 Sub-sub-sub-bagian
1.3.1.2 Sub-sub-sub-bagian
1.3.2 Sub-bagian
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 92
Dst.
Daftar Tabel, Daftar Bagan, dan Daftar Lampiran
Daftar table (List of Tables) berupa daftar yang berisi tabel-tabel yang
terdapat di dalam nas tesis. Lema di dalam daftar ini diurutkan dengan
penomoran dan judul tabel yang sesuai dengan nomor dan judul yang
tertulis di dalam nas.
G. LIST OF TABLES Table Page
2.1 GPA of the First Year Students ………………. 27
2.2 Number of Annual Dropouts during
the 1990’s ……………………………….…… 41
3.1 Inverse Cummulative Normal Distribution ...... 44
4.1 Rank Order of General It…………………..…. 55
4.2 Rank Order of Top Ten Specific Items ..….…. 59
Etc.
Perhatikan bahwa angka pertama pada nomor tabel menunjukkan bab di
tempat tabel yang bersangkutan tersaji. Misalnya, tabel bernomor 2.1 berarti
tabel pertama yang terdapat di dalam bab 2.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 93
Perlu diingat bahwa di dalam nas karya tulis nomor dan judul tabel di tulis di
atas tabel yang dirujuk. Misalnya,
Tabel 2.1. GPA of the First Year Students
Daftar Bagan (List of Figures) ditulis dengan penomoran dan judul seperti
penulisan daftar tabel.
H. LIST OF FIGURES Figure Page
2.1 GPA of the First Year Stude……………………. 27
2.2 Number of Annual Dropouts
during the 1990’s ………………………….…… 41
3.1 Inverse Cummulative Normal Distribution ..…... 44
4.1 Etc
Berbeda dengan daftar table, di dalam nas nomor dan judul bagan, gambar,
atau diagram ditulis di bawah bagan, gambar, atau diagram yang dirujuk.
Misalnya,
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 94
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr
East
West
North
Figure 2.1. GPA of the First Year Stude
Daftar Lampiranan (List of Appendixes) ditulis dengan penomoran dan judul
seperti di dalam contoh berikut. Perhatikan bahwa setiap butir lampiran
bernomor, berjudul, dan bernomor halaman.
I. LIST OF APPENDICES Appendix Page
1. ANOVA Comparison of Mean Responses
to General Items, Overall and Geographical
Subgroups with Each Other …………………….. 67
2. Recall Protocols of ESL Students …………….…. 68
3. Passage and Textbase …………..……….………. 69
4. Etc.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 95
Daftar Singkatan dan Akronim
Daftar singkatan dan akronim (list of abbreviation and acronym)
dimunculkan di dalam tesis bilamana tesis itu memuat sejumlah
singkatan dan akronim yang masing-masing disebut berkali-kali di
dalam nas. Penulisan lema singkatan dan akronim dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut.
(1) Lema diurutkan menurut abjad.
(2) Setiap huruf atau nomor melambangkan satu hal saja. Misalnya, A
melambangkan Adjuct. Sebab itu Adjective, misalnya, harus
dilambang-kan dengan huruf selain A, yaitu Adj.
(3) Singkatan dan/atau akronim yang dimasukkan ke dalam daftar ini
hanya singkatan dan/atau akronim yang berkaitan erat dengan
pokok penelitian. Sinmgkatan-singkatan yang berlaku umum seperti
etc., e.g., i.e., dan semacamnya tidak perlu dimasukkan ke dalam
daftar ini.
J. LIST OF ABBREVIATIONS AND ACRONYMS A Adjunct
Adj Adjective
Adv Adverb
Anova Analysis of Variance
DSA Directive Speech Act
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 96
EH Ernest Hemingway
FA a Farewell to Arms
NP Noun Phrase
1.2 Nas
Nas suatu laporan penelitian terdiri atas judul bab dan bagian-bagiannya.
Secara umum, nas ditulis dengan ketentuan sebagai berikut.
(1) Judul bab ditulis dengan huruf kapital berukuran 16 cetak tebal.
Judul bab ditulis pada halaman baru. Misalnya,
BAB 1
PENDAHULUAN
(2) Judul bagian ditulis dengan huruf kecil. Bagian ini didahului dengan
huruf kapital dan setiap kelas kata (nomina, verba, ajektiva, dan
adverbia) didahului dengan huruf kapital. Huruf berukuran 14 dan
dicetak tebal. Misalnya,
1.4 Tujuan Penelitian
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 97
(3) Judul sub-bagian ditulis seperti judul bagian, tetapi berukuran 12.
Misalnya,
2.1.1 American Tradition
(4) Judul sub-sub-bagian ditulis dengan huruf miring, ukuran 12, dan
bercetak tebal. Misalnya,
2.2.2.1 Hatim and Mason’s Concept
(5) Judul sub-sub-sub-bagian (kalau masih ada) dicetak seperti sub-
bagian tetapi dengan cetak biasa. Misalnya.
2.2.2.1.1 Hatim and Mason’s Concept on Translation
Dengan demikian, judul bab dan bagian beserta sub-subnya dapat ditulis
dengan rangkuman sebagai berikut.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu
… (teks)
2.1.1 Tradisi Endo-Eropa
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 98
… (teks)
2.1.2 Tradisi Amerika
… (teks)
2.1.2.1 Tradisi Amerika pada Abad ke-20
… (teks)
2.1.2.1.1 Semantik Chomskian
… (teks)
2.2 Latar Belakang Teoretis
…
Dsb.
Perhatikan bahwa:
(1) Setiap bagian beserta pecahannya ditulis mulai dengan ujung
margin kiri. Sub-bagian, misalnya, tidak perlu dimenjorokkan ke
kanan.
(2) Setiap bagian harus berupa frase yang ditulis tanpa diakhiri dengan
tanda titik (.).
(3) Teks yang mengikuti setiap bagian dan pecahannya harus berupa
paragraf. Setiap paragraf harus berisi sejumlah kalimat, yang
sekurang-kurangnya terdiri atas delapan baris.
(4) Teks yang berupa butir-butir pernyataan ditulis dengan ketentuan
sebagai berikut.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 99
Jika pernyataan itu dimasukkan ke dalam paragraf, pernyataan itu
diberi nomor bertanda kurung, misalnya (1), dan antara pernyataan
satu dengan lainnya diberi tanda koma (,) atau titik-koma (;)
bergantung pada panjang pendeknya pernyataan. Misalnya,
… kelas kata terdiri atas (1) nomina, (2) verba, (3)
ajektiva, dan (4) adverbia.
Jika pernyataan berformat paragraf, pernyataan itu ditulis berurutan
dengan nomor bertanda kurung, misalnya (1). Setiap butir
pernyataan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk kalimat, titik koma (;)
untuk frase, atau koma (,) untuk kata. Misalnya,
… kelas kata terdiri atas
(1) nomina,
(2) verba,
(3) ajektiva,
(4) adverbia
…
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 100
1.3 Bagian Akhir
Bagian akhir karya ilmiah sekurang-kurangnya terdiri atas lampiran
dan daftar pustaka. Selain itu, dapat puila ditambahkan senarai
(indeks) dan riwayat hidup penulis. Berikut disampaikan keempat
komponen bagian akhir itu dengan urutan yang sesuai dengan urutan
tampilan pada karya ilmiah.
Lampiran
Lampiran (appendices) merupakan bagian integral nas tetapi
dipisahkan dari nas. Karena dianggap terlalu panjang sehingga dapat
mengganggu tampilan nas, bagian itu ditampilkan dalam bentuk
lampiran. Jenis lampiran antara lain tabel, grafik, hitungan statistik,
gambar/diagram, rangkuman hasilo analisis, dan contoh data.
Lampiran disajikan dengan tata tulis sebagai berikut.
(1) Apabila terdapat lebih dari satu lampiran, masing-masing
diberi nomor secara berurutan.
(2) Tiap lampiran diberi judul sesuai dengan isinya.
(3) Jika lampiran ditulis memanjang, kepala halaman berada di bagian
dalam halaman laporan.
(4) Tiap halaman lampiran diberi nomor halaman dengan urutan
meneruskan nomor halaman nas.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 101
(5) Walaupun pelaksanaan penelitian membutuhkan kelengkapan
administrasi yang berupa surat, kelengkapan administrasi seperti
itu tidak perlu ditampilkan di dalam daftar lampiran.
(6) Apabila penelitian menggunakan sumber data tertulis dalam jumlah
besar, lampiran hanya menyajikan contoh data yang jumlahnya
proporsional terhadap nas tetapi tetap mencerminkan homogenitas
data.
Senarai
Senarai (index) berisi daftar kata kunci yang digunakan oleh peneliti dalam
menyampaikan konsep penelitiannya. Di dalam daftar ini dapat pula
disisipkan nama pengarang yang disebutkan di dalam nas karya ilmiah.
Butir senarai disajikan dengan tata tulis sebagai berikut.
(1) Lema (entry) diurutkan secara alfabetis.
(2) Istilah utama ditulis dengan pengawalan huruf kapital
• Amoeba
• Pragmatics
(3) Istilah pendukung ditulis dengan huruf kecil.
• informasi
• skill
(4) Nama pengarang ditulis dengan urutan nama keluarga atau nama
akhir diikuti dengan singkatan nama pertama dan nama lain.
• Arikunto, S.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 102
• McNamara, J.
• Toer, P.A.
• Turabian, L.
(5) Judul karangan ditulis mengikuti kelaziman dalam penulisan daftar
pustaka.
• Badai pasti Berlalu
• “Ngeh dalam kepustakaan Jawa”
(6) Tiap lema diikuti dengan nomor halaman tempat lema tersebut
berada di dalam nas.
• Amoeba 13
• Toer, P.A. 879
(7) Apabila lema muncul dalam dua halaman atau lebih secara
berturut-turut, nomor halaman ditulis dengan membubuhkan tanda
( - ).
• man to man marking 29 –31
• Badai pasti Berlalu 367 – 73
• Phillips, J. 253 – 7.
Perhatikan bahwa penghematan menghendaki agar nomor yang
kembar hanya ditulis sekali. Halaman 367 sampai dengan 373
hanya ditulis 367 – 73.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 103
(8) Apabila, lema muncul dalam dua halaman atau lebih tetapi tidak
berurutan, penulisannya dilakukan dengan membubuhkan tanda
koma.
• Arithmatics 67, 73
• Budaya Jawa 54, 77 – 8, 241 – 50, 301
Perhatikan bahwa nomor halaman ditulis mulai dengan yang paling
kecil.
Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi semua bahan kepustakaan yang digunakan sebagai
rujukan langsung dalam penulisan karya ilmiah. Daftar ini dapat mencakupi
buku teks, artikel dalam kumpulan karangan, artikel jurnal, artikel majalah
dan koran, petikan dari situs internet, CD Rom, film, drama, dan
sebagainya.
Selama penulisan karya ilmiah pengarang menggunakan kamus, buku
metodologi penelitian, program kompoter, dan peranti lain seperti laptop,
LCD, home theatre, dan sebagainya. Namun, semua ini merupakan peranti
penelitian, dan bukan sumber rujukan. Oleh sebab itu, bahan seperti ini
tidak perlu disebutkan di dalam daftar pustaka.
Karena banyak hal yang perlu dikemukakan, bagian ini disajikan di dalam
bagian tersendiri dalam panduan ini.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 104
Riwayat Hidup
Riwayat hidup bersifat manasuka dan biasanya hanya ditampilkan di dalam
disertasi atau tesis. Bagian ini dapat terdiri atas riwayat keluarga, riwayat
pendidikan, pengalaman kerja, daftar karya ilmiah, prestasi kerja,
penghargaan.
2. Tata Tulis Pustaka Acuan
2.1 Kutipan Langsung
Yang dimaksud dengan kutipan langsung ialah kutipan yang dibuat persis
dengan sumbernya. Pembuatan kutipan seperti ini didasari prinsip sebagai
berikut.
(1) Kutipan langsung hanya digunakan apabila perkataan atau
ungkapan asli pengarang demikian padat, berbobot, dan
meyakinkan. Kutipan seperti ini biasanya menambah daya kepada
karya ilmiah. Misalnya,
Vini Vidi Vici
(2) Kutipan langsung dapat digunakan untuk mendokumentasi
argumentasi yang tidak cukup disampaikan dalam bentuk catatan
kaki.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 105
(3) Kutipan langsung dapat digunakan apabila peneliti hendak
memberikan komentar atau membela/menolak/menganalisis
gagasan yang disampaikan oleh pengarang.
(4) Kutipan langsung dapat digunakan bilamana perubahan (melalui
parafrase) dapat menyebabkan salah paham atau salah tafsir.
(5) Kutipan langusung dilakukan untuk mengutip rumus-rumus, seperti
rumus matematika, kimia, atau rumus ilmiah lain.
(6) Pengutipan langsung dari bahan nonkomersial (tanpa hak cipta)
dapat dilakukan tanpa izin pengarang.
Tata Cara Penulisan Kutipan Langsung
Kutipan Pendek
Yang dimaksud dengan kutipan pendek ialah kutipan yang panjangnya
kurang dari lima baris apabila ditulis di dalam naskah karya ilmiah.
Kutipan seperti ini dapat ditulis dengan ketentuan sebagai berikut.
(1) Gabungkan kutipan ke dalam kerangka kalimat atau
paragraf.
(2) Gunakan tanda kutip ganda pada awal dan akhir kutipan.
(3) Gunakan spasi spasi ganda.
(4) Tulis rujukan kutipan tersebut pada klausa pengantar atau
di dalam tanda kurung.
Misalnya,
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 106
Elias-Olivares (1979: 437) states of a Chicago
neighbourhood in East Austin, Texas: “to be a
bilingual means precisely to be able to switch
rapidly from one language tonthe other.”
atau
This is what has been called “transitional
competence” (Corder 1975: 57).
atau
In Malaysia, for example, English is “used widely
on the collocquial level, so much so that it may not
be wrong to claim that many Malaysians are no
longer able to distinguish clearly between the
formal and informal uses of the language,
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 107
possessing and thus using only one variey of the
language for all occasions” (Wong 1982:17).
Apabila sumber yang dikutip diperkirakan panjang, sumber itu dapat
dipotong dengan cara menyisipkan introductory clause.
Gumperz and Hernandez (1971:112) suggest that
“what seems like random alternation between two
languages may be an expression of ambivalent
feelings,” and that it occurs “whenever minority
language groups come in close contact with
majority language groups under conditions of
rapid social change.”
Kutipan Panjang
Kutipan panjang adalah kutipan yang terdiri atas lima baris atau
lebih. Kutipan seperti ini dapat ditulis dengan ketentuan sebagai
berikut.
(1) Tulis kutipan itu di dalam paragraf tersendiri.
(2) Jangan gunakan tanda kutip.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 108
(3) Gunakan spasi tunggal
(4) Beri pengantar kepada kutipan itu seperlunya.
(5) Tulis kutipan itu dengan ceruk lima spasi di sebelah kiri dan kanan
margin.
Johnson makes some reference to this in quoting
Alderson (1979:225):
The fact that the writer’s overall meaning remains totally obscure doesn’t materially affect the use of this passage as a cloze test, which gives support to the argument that cloze tests focus on relatively low order language skills relating to ‘core proficiency’ rather than higher order skills like reading comprehension.
The terminology used seems to be something of a
problem here. The “Intermediate Skills” as used in
this article covers the same elements of “core
proficiency as described by Anderson.
atau
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 109
If one one described comprehension in the following
terms one would probably come a step nearer to a
more adequate definition.
To penetrate beyond the verbal and non-verbal forms of the text to the underlying ideas, to compare these with what one already knows and also the ideas with each other, to pick out what is essential and new, and to revise one’s previous conceptions (Lunzer and Gardner 1979:235)
The research into this particular area seems to
indicate that cloze can only reliably and validly
assess …
Elipsis
Untuk menghindari kutipan yang terlalu panjang dimungkinkan untuk
membuang sebagian dari sumber yang panjang itu. Pengutipan seperti ini
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 110
(1) Elipsis dilakukan dengan tanda tiga titik dengan spasi di kiri dan
kanannya.
(2) Elipsis dapat dilakukan pada bagian awal, tengah, atau akhir
kutipan.
(3) Elipsis tidak boleh mengubah amanat apapun yang terdapat di
dalam sumber kutipan.
On a passage from a novel, the thought is expressed
that “… some very Indian uses of language, which
one dares not call mistakes, add to the quaint charm
of the language.”
atau
… Vertical shifts involve the use or non-use of
Creole-based forms; horizontal shifts entail the
use or non-use of so-called patois speech. In
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 111
either case, problems of intelligibility can be
considerable.
Many mesolect speakers employ a patois that sometimes appears hardly related to its careful variant, so radically different as to seem a distinct language … completely unintelligible to the listening North American … It should not be assumed that patois style is relatively uniform … (Edwards, Rosberg, and Hoy 1976:312).
Interpolasi
Interpolasi ialah penjelasan atau pembetulan suatu kutipan yang diselipkan
ke dalam teks. Interpolasi menuntut perubahan redaksional suatu kutipan
langsung. Perubahan itu ditempatkan di dalam tanda kurung persegi. Jenis-
jenis interpolasi yang lazim ialah (1) sic, (2) komentar, dan (3) penyisipan
anteseden.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 112
(1) Tanda [sic] ditempatkan di belakang kutipan yang oleh penulis
dianggap merupakan kesalahan. Ini dimaksudkan sebagai catatan
bahwa kesalahan yang terdapat di dalam kutipan itu tertulis
sebagaimana sumber aslinya.
“If it is true that language and context are
inextricably linked, any stretch og language
should, to a greater or lessen [sic] extent, come
trailing clouds of context with it …” (Thomson
1996:10).
Di dalam contoh di atas, penyisipan [sic] menunjukkan bahwa
penulis menyadari bahwa kata “lessen” tereja salah. Kata itu
mestinya tertulis “lesser”.
(2) Interpolasi yang berupa komentar pendek dapat disisipkan di
dalam suatu kutipan dengan maksud memperjelas suatu butir
pernyataan. Komentar ini ditulis di dalam tanda kurung persegi.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 113
A theory, sometimes called “The Grammar
Expectancy Theory” [“grammar” here is used
in the broad sense to include the syntax,
sematics and appropriate use] has been
proposed by Oller (1979) among others.
Di dalam contoh ini, kata “Grammar” yang dikutip dari Oller
dijelaskan oleh pengutip dengan menuliskan penjelasan itu di
dalam tanda kurung persegi.
(3) Anteseden disisipkan ke dalam kutipan langsung bilamana
terdapat suatu pronomina di dalam kutipan itu yang tidak jelas
perujukannya.
He [William Shakespeare] was undoubtedly the
greatest dramatist to date. No other dramatist
has rivaled his ability to portray characters with
such liveliness and colour.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 114
Kutipan Khusus
Dalam hal tertentu, dapat muncul masalah khusus yang berkaitan dengan
penulisan kutipan. Masalah itu berkaitan, antara lain, dengan (1) kutipan di
dalam kutipan, (2) pengutipan puisi, (3) pengutipan pidato.
(1) Kutipan di dalam kutipan
Jika di dalam suatu kutipan langsung terdapat kutipan pendek, kutipan
langsung ditulis di dalam tanda kutip ganda (“) sedangkan kutipan
pendek di dalamnya ditulis di dalam tanda kutip tunggal (‘).
Mehrotra (1983:96) argues that “The usage of
terms like ‘acrolect, ‘ ‘mesolect,’ and ‘ basilect’ by
sociolinguists implies that these terms have a real
meaning when used in connection with particular
language designations”.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 115
Jika kutipan itu panjang, penulisannya mengikuti cara penulisan kutipan
panjang. Kutipan pendek yang terdapat di dalamnya ditulis di antara
tanda kutip ganda.
Moag (1982:227) writes:
The following extreme [but not an atypical] example was overheard from a young female Fiji Indian sales clerk: “Shila account-book use kara, I think” … The female name, Shila, and the verb kara … are the only native items in the sentence. The order of major constituents (subject – object – verb) in the kernel sentence clearly marks it as Hindi, not English.
(2) Pengutipan Puisi
Cara pengutipan puisi bergantung pada panjang pendeknya bagian
puisi yang dikutip.Kutipan pendek, yang hanya terdiri atas sebaris atau
kurang dari satu baris, disisipkan ke dalam teks denggunakan tanda
kutip ganda.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 116
It is easy to feel the mystique of the songs of
Ireland through the sound of “thrust, linnet, stare,
and wren”.
Kutipan yang terdiri atas dua sampai empat baris disisipkan ke dalam
teks menggunakan tanda kutip pada awal dan akhir kutipan dan garis
miring (/) antar baris.
Synge sensed the inevitability of death when he
said, “There’ll come a season when you’ll stretch /
Black boards to cover me”.
Kutipan yang terdiri atas lima baris atau lebih ditulis tanpa tanda kutip.
Kutipan tersebut ditulis berspasi tunggal, dengan indent, dan berspasi
ganda antar bait.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 117
Something of this power can be felt in Synge’s “A
Question” where he says:
I asked if I got sick and died, would you
With my black funeral go walking too,
If you’d stand close to hear them talk or pray
While I’m let down in that steep bank of clay.
And, No, you said, for if you saw a crew
Of living idiots pressing round that new
Oak coffin – they alive, I dead beneath
That broad – you’d rave and rend them withj your teeth.
(3) Pengutipan Pidato
Pidato dapat dikutip secara langsung menggunakan cara seperti yang
disebut di atas.
It was stated that “… in Australia, a people once
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 118
remote and distanced from the world have
embraced the future by welcoming into our
population five and a half million migrants and
regugees in the 50 years since World War II.”
(Bolkus in XIV World Congress of the Federation
Internationale des Traducteurs (FIT) 1996.)
2.2 Kutipan tak Langsung
Pengutipan tak langsung terkadang menimbulkan kecurigaan pembaca.
Ini sering terjadi bilamana penulis ceroboh atau kurang cermat di dalam
menuliskan rujukan kutipan itu. Secara umum hal ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa:
(1) Peneliti membuat catatan dari sumber tertentu, kemudian menyalin
dan memasukkannya ke dalam nas tesis tanpa mengingat bahwa
catatan itu berasal daru sumber yang berhak cipta.
(2) Peneliti menggunakan buku yang mencakupi bidang pengetahuan
yang persis sama dengan bidang yang sedang digelutinya.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 119
(3) Peneliti mengambil intisari suatu sumber dan merumuskannya
menggunakan perhataan sendiri, tetapi tidak menyebutkan sumber
kutipan itu.
(4) Peneliti mengutip dari catatan-catatan yang dibuat selama
perkuliahan tanpa menyadari bahwa catatan-catatan itu dikutip dari
sumber tertentu.
(5) Peneliti sengaja menggunakan tulisan orang lain tanpa
menyebutkan sumbernya.
Untuk menghindari tuduhan adanya pembajakan (plagiarism) di dalam
penulisan tesis dan karya-karya ilmiah pada umumnya, lakukan langkah
sebagai berikut.
Sumber:
In grammar we can see the continuation, in small ways, of the long-term historical trend in English from synthetic to analytic, from a system that relies on inflections to one that relies on word order and grammatical words. An example is the comparison of adjectives. Where more and most are spreading at the expense of the endings –er and –est. At one time, -er and –est were used muct more widely than today. And in Early Modern English you meet forms like ancientest, famousest, patienter, perfecter, and shamefuller. In the first half of the present century, adjectives of more
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 120
than two syllables always had more and most (more notorious, most notorious), while adjectives of one syllable normally had –er and –est. Adjectives of two syllables varied, some being compared one way (more famous, most famous) and some the other (commoner, commonest) …
(Barber, C. 1993. The English Language: a Historical Introduction. Cambridge: CUP. p. 274.)
Cara pengutipan tak langsung yang dapat dilakukan oleh penulis:
(1) Pahami secara umum intisari teks sumber, kemudian buatlah
rumusan baru yang berupa pandangan mengenai isi teks dari titik
pandang lain:
… with the change of time the expression of some
comparatives and superlatives has changed.
(2) Sajikan fakta sebagaimana yang tertulis di dalam sumber itu dalam
bentuk daftar:
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 121
… Until recently, the basic rules were as follows:
(1) Polysyllabic adjectives (more than two
syllables): add more (comparative) and
most (superlative), e.g. more beautiful,
most beautiful.
(2) Monosyllabic adjectives: add –er
(comparative) and –est (superlative), e.g.
richer, richest.
(3) Disyllabic adjectives could take either
form, e.g. most famour, commonest
(Barber 1993: 274).
(3) Gunakan frase seperti ‘according to Barber’, ‘Barber views that …’,
‘In Barber’s opinion …’ dan sebagainya.
According to Barber (1993: 274), a study of the
forms used in Early Modern English through the
present day indicates that a change has been in
progress. By early 20th century the preferences were:
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 122
(1) Polysyllabic adjectives (more than two
syllables): add more (comparative) and
most (superlative), e.g. more beautiful,
most beautiful.
(2) Monosyllabic adjectives: add –er
(comparative) and –est (superlative), e.g.
richer, richest.
(3) Disyllabic adjectives could take either
form, e.g. most famour, commonest.
Barber claims that the transition is now almost
complete.
3. Teknik Penulisan Daftar Pustaka
3.1 Perujukan Kutipan
Perujukan dilakukan dengan menyebutkan nama belakang atau
keluarga pengarang, tahun penerbitan, dan halaman bagian teks
yang dirujuk.
Salah : John Grisham, 1994, pp. 78 - 80
Salah : (J. Grisham, 1994: 78 – 80)
Benar : (Grisham 1994: 78 – 80)
Penulisan dua atau tiga nama adalah sebagai berikut.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 123
Salah : (Basil Hatim and Ian Mason, 1990: 78 – 80)
Salah : (B. Hatim and I. Mason, 1990: 78 – 80)
Benar : (Hatim and Mason 1990: 78 – 80) atau
(Hatim, Mason, and Anderson 1991: 78 –
80)
Penulisan lebih dari tiga nama adalah sebagai berikut.
Salah : (Hatim etc. 1990: 78 – 80)
Salah : (Hatim et. Al., 1990: 78 –80)
Benar : (Hatim et al. 1990: 78 – 80)
Jika nama pengarang disebut oleh penulis sebagai bagian integral di
dalam teks, nama itu harus langsung diikuti, di dalam tanda kurung,
dengan tahun penerbitan dan halaman bagian teks rujukan.
Salah : Accordi
Benar : Acording to Hatim and Mason (1990: 1), the
world of translator is inhabited by an
extraordinary number of dichotomies
Selanjutnya, nama-nama yang disebut sebagai rujukan kutipan ini
harus dimunculkan di dalam Daftar Pustaka(Reference atau
Bibliography)
3.2 Aturan Umum Tata Tulis Pustaka Acuan
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 124
Pada dasarnya setiap lema di dalam pustaka acuan terdiri atas
tiga bagian, yaitu (1) nama pengarang, (2) judul karangan, dan (3)
fakta tentang penerbitannya.
(1) Nama pengarang ditulis dengan cara: nama belakang atau nama
keluarga mendahului nama pertama atau nama panggilan. Nama
pertama ini hanya ditulis inisialnya.
Nama yang Sebenarnya Nama di dalam Pustaka Acuan
James M. McCrimmon
Basil Hatim
Kate L. Turabian
Basil Hatim dan Ian Mason
McCrimmon, J. M.
Hatim, B.
Turabian, Kate L.
Hatim, B. and I. Mason
Perhatikan bahwa di dalam pustaka acuan, nama panggilan hanya
ditulis inisialnya ( James menjadi J; Ian menjadi I). Nama Kate tidak
disingkat untuk memudahkan identifikasi bahwa penulis ini berjenis
kelamin perempuan.
(2) Jika sumber berupa karya suatu badan, komisi, organisasi,
departemen, nama badan itu ditempatkan sebagai nama
pengarang.
Department of Education
Optus
The Committee of Poverty Alleviation
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 125
(3) Jika di dalam karangan tidak ditemukan nama pengarangnya,
perujukan dimulai dengan judul karangan.
Misalnya
Extra Work or Extra Payment.
Tips for Reading Intensively.
(4) Tahun penerbitan buku ditulis mengikuti nama pengarang. Jika di
dalam buku disebutkan beberapa tahun – misalnya 1990, 1993,
1995, yang ditulis di dalam pustaka acuan adalah tahun yang
terdahulu. Jika disebutkan beberapa tahun dan dilengkapi dengan
keterangan bahwa buku yang dimaksud adalah buku edisi tertentu,
yang ditulis di dalam pustaka acuan adalah tahun ketika edisi terbit.
Tahun terbitan di dalam
buku
Penulisan di dalam Pustaka
Acuan
C 1990 1990
C 1990 Third Impression 1991
1990
C 1990 New Edition 1995
1995
(5) Judul karangan yang berbentuk buku ditulis dengan cetak miring.
Hal yang sama berlaku pada nama majalah, jurnal, atau koran.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 126
Nama Terbitan Nama Pada Pustaka Acuan
The Translator as Communicator Journal of Pragmnatics TARGET NEWSWEEK The Jakarta Post
The Translator as Communicator Journal of Pragmnatics TARGET NEWSWEEK The Jakarta Post
Perhatikan bahwa kata kunci pada judul-judul di atas (yang berupa
nomina, verba, ajektiva, atau adverbia) diawali dengan huruf kapital.
(6) Fakta penerbitan terdiri atas tempat penerbitan, nama penerbit dan
tahun penerbitan. Tempat penerbitan diikuti dengan nama penerbit,
sedangkan tahun penerbitan ditempatkan di belakang nama
pengarang atau penyunting.
London: Routledge.
Toronto: Prentice-Hall Canada Inc.
Cambridge: Cambridge University Press.
(7) Jika terdapat lebih dari satu nama penerbit, nama yang ditulis di
dalam pustaka acuan hanya nama penerbit yang disebut pernama
kali.
Di dalam buku Di dalam Pustaka Acuan
London and New York London
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 127
London, New York, and Sydney New York, Toronto, Tokyo, and Sydney
London New York
(8) Jika di dalam buku tidak ditemukan tahun penerbitannya, pada
pustaka acuan ditulis n.d. (no date).
Lyons, J. n.d. Changing Time Changing Shapes.
London: McMillan.
3.3 Contoh Penulisan Lema Pustaka Acuan
(1) Buku oleh satu pengarang
Austin, J.L. 1962. How to Do Things with Words. Oxford: Oxford University Press.
Schiffrin, D. 1994. Approaches to Discourse. Massachusetts: Blackwell Publishers.
Grisham, J. 1994. The Pelican Brief. New York: Warner
(2) Buku oleh dua atau tiga pengarang
Brown, P. dan S.C. Levinson. 1987. Politeness: Some Universals in Language Usage. London: Cambridge University Press.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 128
Hewson, L. dan J. Martin. 1991. Redefining Translation: The Variational Approach. London: Routledge.
(3) Buku oleh lebih dari tiga Pengarang
Alwi, H. et al. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2nd ed.). Jakarta: Depdikbud RI.
Radford, A. et al. 1999. Linguistics an Introduction. Cambridge: Cambridge University Press.
(4) Buku suntingan satu orang
Coulthard, M. (ed). 1992. Advances in Spoken Discourse Analysis. London dan New York: Routledge.
Dijk, T.A. van. (ed). 1976. The Pragmatics of Language and Literature. Amsterdam: North Holland.
Goody, E. N. (ed). 1978. Questions and Politeness: Strategies in Social Interaction. Cambridge: Cambridge University Press.
(5) Buku suntingan dua orang atau lebih
Guenthner, F. dan M. Guenthner-Reutter (eds). 1978. Meaning and Translation: Philosophical and Linguistic Approaches. London: Duckworth.
House, J. and S. Blum-Kulka (eds). 1986. Interlingual and Intercultural Communication. Tubingen: Gunter Narr Verlag.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 129
Holmes, J.S., F. de Haan, dan A. Popovic (eds). 1970. The Nature of Translation. The Hague: Mouton.
Searle, J.R., F. Kiefer, and M. Bierwisch (eds). 1980. Speech Act Theory and Pragmatics. London: D. Riedel Publishing Company.
(6) Buku edisi kedua, ketiga, dan seterusnya
Bassnett-McGuire, S. 1991. Translation Studies (Revised Ed.). London: Routledge.
Turabian, Kate L. 1996. A Manual for Writers of Term Papers, Theses, and Disertations (6th Ed.). Chicago: The University of Chicago Press.
(7) Buku yang terdiri atas dua jilid atau lebih
Vanderveken, D. 1990. Meaning and Speech Acts Vol. 1: Principles of Language Use. Cambridge: Cambridge University Press.
(8) Buku terjemahan
Leech, G. 1982. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Translated by Oka, M.D.D. 1993. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
(9) Karangan (Essay) di dalam buku suntingan
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 130
Broeck, R. van den. 1986. Contrastive discourse analysis as a tool for the interpretation of shifts in translated texts. In J. House and S. Blum-Kulka (eds.). pp. 37 – 49.
Brown, P. dan S.C. Levinson. 1978. Universals in language usage: Politeness phenomena. In E. N. Goody (ed.). pp. 56 – 311.
Popovic, A. 1970. The concept “shift of expression” in translation analysis. Di dalam J.S. Holmes, F. de Haan, and A. Popovic (eds.). pp. 78 – 90.
Drinitrova, B. E. 1996. New methods in translation research: new horizons in translation studies. FIT. Hlm. 856 – 65.
Francis, G. dan S. Hunston.1992. Analysing everyday conversation. M.Coulthard (ed.). Hlm.123 – 61.
(10) Artikel di dalam Ensiklopedi
Macauly, T.B. 1970. Samuel Johnson. Encyclopedia Britanica, 11th ed., XV. pp. 463 – 471.
Smith, M.A. Sharwood. 1999. Syntax in second language acquisition. In Concise Encyclopedia of Educational Linguistics. Edited by Bernard Spolsky. Amsterdam: Elsevier. pp.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 131
(11) Artikel di dalam jurnal atau majalah Ilmiah
Blum-Kulka, S. 1987. Indirectness and politeness in requests: same or different? Journal of Pragmatics. 11: 131 – 46.
Blum-Kulka, S. dan E. Olshtain. 1984. Requests and apologies: a cross-cultural study of speech act realization patterns (CCSARP). Applied Linguistics. 5/3: 196 – 213.
Doherty, M. 1997. Acceptability and language specific preference in the distribution of information. TARGET, 9/1: 1 – 25.
Gu,Y. 1990. Politeness phenomena in modern Chinese. Journal of Pragmatics, 14/2: 237 – 57.
(12) Artikel di dalam Koran dan Majalah:
Basuki, S. 2005. Novel nonfiksi dan kemungkinannya. Suara Merdeka , 18 Agustus. Hlm. 18.
Prasetyo, S. 2005. Lokalisme sebagai Ekses. Tempo , 28 Agustus. Hlm. 64 – 5.
Manshur, F. 2005. Bahasa kita: Rusak bahasa, rusaklah pemikiran. Intisari , September. Hlm. 166 – 7.
(13) Kumpulan Artikel/Proceeding Seminar
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 132
FIT. 1996. XIV World Congress of the Federation Internationale des Traducteurs (FIT). Proceedings Vol. 2. Melbourne: The Australian Institute of Interpreters and Translators.
(14) Tesis, disertasi, dan karangan lain yang tidak diterbitkan
secara komersial
Gunarwan, A. 1993. The politeness rating of English and Indonesian directive types among Indonesian learners of English: Towards contrastive pragmatics. Paper presented at The Fourth International Pragmatics Conference, Kobe, Japan, 25-30 July.
Mujiyanto, Y. 1999. Perbandingan Derajat Kesantunan antara Tindak Tutur Direktif di dalam Novel A Farewell to Arms Karya E. Hemingway dan Terjemahannya. Thesis Magister Humaniora Universitas Indonesia.
Rustono. 1998. Implikatur Percakapan sebagai Pengungkap Humor di dalam Wacana Humor Verbal Lisan Berbahasa Indonesia. Disertasi Universitas Indonesia.
(14) Bahan yang dipetik dari situs internet
Berbentuk buku
Ziegler, M. and Durant, C. (2001). Engagement: a necessary ingredient for participation in adult basic education. Online. Available at
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 133
www.edst.educ.ubc.ca/aerc/2001/2001ziegler.htm [accessed 11/11/01]
Berbentuk artikel di dalam buku
Shohet, Linda. (2001). Adult Learning and Literacy in Canada. In The Annual Review of Adult Learning and Literacy, Vol. 2, Chapter 6. (NCSALL). Available at http://ncsall.gse. harvard.edu/ann_rev/vol2_6.html [accessed 9/23/03).
Berbentuk artikel tak bertanggal
Rocco, T. S. (n.d) Critical reflection in practice: experiences of a novice teacher. Online www.bsu.edu/teachers/departments/edld/conf/critical.html [accessed 03/15/00]
Berbentuk artikel anonim dan tak bertanggal
Self-Evaluation Kit. Online at ww.nald.ca/PROVINCE/SASK/SLM/selfeval/toc.htm [accessed 06/23/03]
3.4 Tata Urut Penulisan Pustaka Acuan
Allan, K. 2001. Natural Language Semantics. Oxford: Blackwell Publishers.
Austin, J.L. 1962. How to Do Things with Words. Oxford dan New York: Oxford University Press.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 134
Baker, M. 1992. In Other Words: A Coursebook on Translation. London: Routledge.
Barthes, R. 1988. The Semiotic Challenge (Fine Ed.).
Terjemahan dari Bahasa Perancis oleh R. Howard. New York: Hill and Wang.
Bierwisch, M. 1980. Semantic structure and illocutionary
forse. In J.R. Searle, F. Kiefer, dan M. Bierwisch (Ed.) Pp. 1 – 36.
Bressler, C.E. 1999. Literary Criticism: An Introduction to
Theory and Practice (2nd ed.). New Jersey: Prentice Hall.
Dingwaney, A. dan C, Maier (eds.). 1995. Between
Languages and Cultures: Translation and Cross-Cultural Texts. Pittsburgh dan London: University of Pittsburgh Press.
Eagleton, T. 1996. Literary Theory: An Introduction (2nd
ed.). Minneapolis: The University of Minnesota Press. Goody, E. N. (ed.) 1978. Questions and Politeness:
Strategies in Social Interaction. Cambridge: Cambridge University Press.
Gunarwan, A. 1996. Readers’ subjective reactions to
original poems and their translation: towards an assessment of dynamic equivalence. Di dalam FIT. Pp. 905 – 920.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 135
Halliday, M.A.K. dan R. Hasan. 1985. Language, Context, and Text. Melbourne: Deakin University Press.
Hewson, L. dan J. Martin. 1991. Redefining Translation:
The Variational Approach. London: Routledge. Koller, W. 1995. The concept of equivalence and the object
of translation studies. TARGET, 7. Pp. 191 – 222.
Leckie-Tarry, H. 1995. Language and Context a Functional Linguistic Theory of Register. London dan New York: Pinter.
Leech, G.N. dan M.H. Short. 1981. Style in Fiction: A
Linguistic Introduction to English Fictional Prose. London dan New York: Longman.
Machali, R. 1998. Redefining Textual Equivalence in
Translation with Special Reference to Indonesian-English. Jakarta: The Translation Center.
Pym, A. 1992. The relations between translation and
material text transfer. TARGET, 4. Pp. 171 – 89.
Rice, P. dan P. Waugh. (ed.). 1996. Modern Literary Theory (3rd ed.). London: Arnold.
Saeed, J.I. 1997. Semantics. Oxford dan Massachusetts: Blackwell.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 136
Searle, J. R. 1979. The classification of illocutionary acts. Language in Society. 8. Pp. 137 – 51.
Simpson, P. 1997. Language through Literature. London
dan New York: Routledge.
P anduan P enulisan K arya Ilm iah 137