Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

137
  BAGIAN I PANDUAN DASAR

Transcript of Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

BAGIAN I

PANDUAN DASAR

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

2

1. PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu dihadapkan pada masalah, baik yang sederhana maupun yang rumit. Bila berhadapan dengan masalah yang rumit, kita bertanya-tanya mengapa terjadi masalah itu, dan mengapa masalah itu rumit untuk dipahami. Bila yang berhadapan tersebut seorang mahasiswa cerdas dia akan minta bantuan kepada teman sebayanya, kakak kelasnya, dosennya, atau bahkan mungkin profesornya. Bila salah satu profesornya memberi jawaban berdasarkan teori yang dikembangkan orang lain yang tertulis dalam sebuah buku, dia juga bertanya profesornya menggunakan buku X bukan Y? Mengapa professor X tidak menjawab pertanyaan berdasarkan penelitiannya sendiri? Seorang peneliti atau pengarang yang cerdas, dan kaya pengalaman kerapkali seperti anak kecil, yang cerdas, dan kreatif, selalu bertanya, apa sebab suatu kejadian, peristiwa dan masalah, dan selalu ingin tahu apa jawabannya. Jawaban yang diinginkan anak tersebut tampaknya bukan sekadar jawaban, melainkan jawaban yang terkait dengan struktur alam pikiran yang dia ketahui, dan struktur sosial-ekonomi di sekitarnya. Untuk anak yang memiliki lingkungan ekonomi kuat dan struktur alam pikiran yang cerdas, tampaknya menghendaki jawaban yang lebih didasarkan pada fakta, dan makna sebuah fakta yang dipandang dapat merupakan akar suatu masalah atau landasan pemikiran tertentu.Panduan Penulisan K arya Ilmiah

3

Bagi orang dewasa, jawaban atas keingintahuan tersebut dapat ditulis dalam bentuk karangan singkat atau karangan bersambung berdasarkan struktur penalaran logis yang dapat menjadi dasar sebuah tulisan ilmiah. Secara sederhana karya ilmiah dapat dikatakan sebagai tulisan untuk mencari sebab akibat suatu masalah untuk mendapatkan keterangan yang lengkap berdasarkan penalaran, dengan mengunakan metode yang tepat. Pengetahuan dapat berupa tulisan dari memori berdasarkan pengalaman, perjalanan, kesaksian suatu peristiwa dilukiskan secara cermat, berdasarkan nalar sehat dan logika yang telah mereka miliki. 2. PENGETAHUAN Pengetahuan berbeda dengan ilmu atau karya ilmiah. Pengetahuan adalah semua informasi yang tersusun di dalam memori seseorang, baik yang berasal dari pengamatan indrawi atau dari belajar sendiri, maupun yang berasal dari pengamatan yang dilaksanakan dengan cara yang tidak sintematis, tidak jelas metodenya dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Tulisan yang disusun berdasarkan pengetahuan atau pengalaman pribadi, yang telah mengacu pada teori orang lain kadangkadang belum dapat memberikan pemecahan yang memuaskan atas suatu masalah, perlu dicarikan jawaban dengan bertanya kepada sejumlah orang yang dipandang memiliki pengalaman aktual, pengetahuan atau perhatian terhadap masalah tersebut. DenganPanduan Penulisan K arya Ilmiah

4

demikian, terjadi semacam korenspondensi antara gagasan yang telah disusun untuk memecahkan masalah tersebut dengan kondisi di tempat masalah tersebut timbul (lapangan), sehingga tulisan yang disajikan tidak bersifat gagasan kosong yang tidak membumi. Karya ilmiah, termasuk penelitian, sekurang-kurangnya mengandungi masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan akal sehat (common sense) atau intuisi, tetapi perlu acuan tertentu yang dapat membantunya. Acuan tersebut dapat berupa teori yang telah dikembangkan orang lain, temuan orang lain, atau pengalaman orang lain yang dapat diuji keandalannya. Memecahkan masalah dapat dilakukan dengan mengacu kepada teori yang dikembangkan ahli yang terkait, pengalaman, atau hasil penelitian yang telah dilakukan orang lain, dengan metode tertentu. Untuk mendapatkan pengetahuan diperlukan suatu proses: mulai dengan mengenal, memperhatikan, sampai dengan mengetahui. Karena proses untuk mendapatkan pengetahuan berbeda dalam tingkattingkat yang ditempuh, pengetahun dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan juga, mulai tahu, mengerti, dapat membedakan, dapat membandingkan, merekonstruksi, mangalisis, dan menilai mana yang benar dan mana yang tidak benar. Misalnya, pada waktu seorang anak kecil mulai tumbuh, dia menjadi tahu bahwa orang yang selalu dekat dengannya adalah ibunya. Bila seorang anak bertambah penalarannya, dia akan tetap tahu danPanduan Penulisan K arya Ilmiah

5

mengenal ibunya meskipun dia berbusana indah. Dalam perkembangan selanjutnya, anak dapat membedakan antara ibunya dan wanita lain, misalnya kakak prempuannya. Jadi, pengetahuan adalah suatu proses yang berkesinambungan, tidak spontan. Pada tahap sekanjutnya, pengetahuan diperoleh dengan proses yang lebih detail dan lebih teliti akan berbeda dengan pengetahuan yang diperoleh secara cepat, misalnya lewat pandangan pertama, atau selayang pandang seperti melihat sesuatu dari atas mobil atau pesawat terbang. 3. KONSEP ILMU Penciptaan karya ilmiah menggunakan prosedur yang agak berbeda dengan pembuatan tulisan atau laporan biasa. Dalam penelitian, prosedur awalnya sama dengan mencari pemecahan masalah dalam pengetahuan, tetapi pada tahap selanjutnya disyaratkan untuk mengadakan studi awal untuk melihat latar belakang suatu masalah, di mana posisinya dengan masalah yang lain, baik yang serupa maupun yang berbeda. Bila latar belakang masalah telah dapat digambarkan dengan jelas, seorang peneliti bertugas merumuskan masalah secara jelas, sehingga arah pemecahannya cukup terarah. Apabila masalah penelitian telah disusun dengan jelas, langkah selanjutnya adalah menyususn tujuan penelitian. Tujuan ini harus sesuai dengan masalah yang hendak dipecahkan. Dengan demikian, masalah yang ditemukan seorang peneliti atau penulis ilmiah harus dicarikanPanduan Penulisan K arya Ilmiah

6

jawabannya lewat data penelitian di lapangan atau di laboratorium, dengan metode penelitian yang sesuai, alat penelitian yang teruji vaiditas dan reliabilitasnya. Untuk mencari dasar masalah yang dirumuskan, peneliti harus menyusun landasan konseptual atau teoritis yang merujuk kepada teori yang telah terbukti keunggulannya dan disusun secara deduktif dan induktif. Deduksi dapat diartikan mencari landasan teori dari rumus atau teori besar yang telah menjadi dasar pengembangan ilmu yang terkait, dan juga dari acuan kepada hasil penelitian valid yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Dari kajian yang diperoleh, peneliti harus mencoba mengkaitkan masalah yang diteliti dengan situasi, kondisi kebudayaan, tempat, kondisi sosial ekonomi, di tempat dia melakanakan penelitian tersebut. Kaitan antara kajian teori dan masalah yang hendak dipecahkan biasanya dirumuskan dalam suatu kerangka konseptual. Berdasarkan konsep tersebut dirumuskan dugaan atau perkiraan secara nalar berdasarkan deduksi. Penelitian ilmiah berbeda secara mendasar dengan pengetahuan yang ditulis berdasarkan akal sehat atau common sense. Menurut Kerlinger,1 ilmu dan common sense berbeda tajam dalam beberapa hal. Perbedaan tersebut terletak pada sistematika dan cara pengendalian. Ilmu diperoleh mengunakan konsep dan struktur teori yang disusun secara sistematis dari pendapat orang lain. Akal sehat biasanya diperoleh menggunakan teori dan konsep, tetapi dalam pengertian yangPanduan Penulisan K arya Ilmiah

7

longgar, dan tidak sistematis. Misalnya, menganalisis bencana alam dipandang sebagai peringatan atau hukuman kepada orang yang menjadi kurbannya. Demikian juga, dalam krisis ekonomi, yang dipersalahkan adalah etnis tertentu; orang tidak mencoba mengkoreksi perilaku kelompok lain, atau perilaku korup dari pengelola birokrasi. Ilmuwan mempunyai pola berpikir tertentu. Mereka mengembangkan struktur teori, menguji teori tersebut dengan konsistensi internal, mempertimbangkan faktor terkait lain yang diperiksa dengan metode yang sahih, dengan uji empiris. Di samping itu, ilmuwan juga menyadari bahwa konsep yang mereka buat tidak selalu paling tepat. Dengan perkataan lain, nilai ketepatan bersifat relatif. Hardono2, meyebutkan bahwa common sense adalah akal sehat atau pendapat umum. Selanjutnya dikatakan bahwa common sense merupakan campuran dari insight utama sebagai prinsip nonkontradiktif, melalui banyak keyakinan yang lebih meragukan, sampai pada suatu kumpulan pengatahuan mengenai hal-hal yang remeh. Perbedaan antara common sense dan ilmu adalah bahwa common sense tidak berdasarkan penyelidikan atau penelitian yang mempertanyakan apakah apa yang diyakini tersebut terbukti benar atau salah. Dalam memecahkan masalah, ilmuwan merujuk kepada teori yang relevan dengan masalah dan keadaan, serta perkembangnnya, menguji beberapa teori dan kemudian membuat hipotesis3 atau perkiraan. Orang awam juga menbuat hipotesis, tetapi teori yangPanduan Penulisan K arya Ilmiah

8

dipergunakan hipotesisnya.

selektif

dengan

memilih

yang

cocok

dengan

pendangannya, serta memilih bukti tertentu yang dapat mendukung Dalam mengontrol pendapatnya, peneliti mencoba untuk sementara waktu mengabaikan variabel yang tidak terkait langsung dengan masalah, yang mungkin menjadi sebab terjadinya suatu masalah. Yang dikontrol hanya variabel yang memiliki kaitan atau penyebab langsung dengan masalah yang hendak dipecahkannya. Para penulis awam kerap kali tidak memberikan penjelasan tentang sebab suatu kejadian atau masalah secara sistematis berdasarkan phenomena yang mereka amati. Mereka tidak mau memberikan penjelasan mengenai sumber-sumber dari luar yang dipersoalkan. Dalam penelitian, orang awam biasanya cukup puas menerima penjelasan dengan konsepsi yang bias. Misalnya, banyak orang yakin bahwa anak nakal berasal dari kampung kumuh, mereka mengabaikan anak nakal dari kawasan gedongan. Dalam kasus kenaikan harga BBM (Oktober 2004), mestinya secara obyektif diteliti akibat kenaikan harga BBM tersebut terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok, transportasi, dan biaya produksi yang serentak naik, agar rakyat mengerti dan siap menghadapinya. Maka, perlu ada penelitian ilmiah yang dapat memberikan bukti yang valid, agar masyarakat dapat memahami persoalannya.

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

9

Ilmuwan terikat terus-menerus secara

aktif dan sistematis

dengan fenomen-fenomen dan dengan kesadaran yang tinggi sehingga menemukan hubungan sebab akibat yang jelas dan rasional. Apakah perbedaan antara penalaran sehat dan ilmu terletak pada penjelasan yang berlainan mengenai fenomena yang teramati (Explanation of the observed phenomena)? Seorang peneliti berusaha menjelaskan hubungan antara data yang diobservasi secara cermat dan mengesampingkan apa yang tersirat dalam metaphysical explanation atau proposisi yang tidak dapat diuji. Misalnya, orang miskin karena takdir, atau orang pandai karena suratan. Proposisi tersebut bersifat metaphisik dan, karena itu, tidak dapat diuji. Proposisi yang bersifat metaphisik seperti itu menjadi bagian dari ilmu fisafat, dan bukan lahan ilmuwan. Hal ini tidak berarti bahwa ilmuwan tidak perlu memperhatikan proposisi seperti itu. Yang menjadi perhatian ilmuwan peneliti adalah gejala yang dapat diamati. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan mendasar antara pengetahuan dan ilmu: Pengetahuan diperoleh dan disampaikan menggunakan akal sehat, sedangkan ilmu diperoleh dan disajikan dengan cara yang terikat pada sistem, teori, metode, dan kebenaran ilmiah. Proses dalam mendapatkan ilmu ditempuh dengan penggalian, studi dokumen, eksperimen, pengamatan, dan pengembangan ilmu yang paling banyak dikerjakan melalui penelitian. Untuk mendapatkan ilmu,Panduan Penulisan K arya Ilmiah

10

diperlukan persyaratan yang harus dipenuhi dengan cara yang sistematis dengan mengikuti metode tertentu dan berdasarkan kebenaran. Pengembangan ilmu adalah proses psikis yang menyebabkan kesadaran manusia memasuki terang ada.4 Selanjutnya menurut Heidegger ilmu yang diperoleh manusia disebut, a-letheia. Artinya, ilmu dan pengetahuan adalah pernyataan diri dari ada. Pengetahuan tidak bisa meramalkan bagaimana ada itu dinyatakan, tetapi ilmu dapat membuat ramalan apabila variabel yang dipelajari diperoleh dengan metode yang benar, alat yang benar, serta kondisinya tidak berubah secara drastis. Ilmu juga menganjurkan bahwa orang yang mempunyai perhatian terhadap filsafat ilmu harus memiliki kerendahan hati dalam menghadapi pengalaman dan keterbukaan secara menyeluruh terhadap dunia di sekelilingnya. Filsafat ilmu atau epistemologi5 merupakan bagian dari ilmu filsafat yang mempelajari hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan yang pengandaiannya secara umum dapat diandalkan melalui penegasan yang dinyatakannya. Tradisi epistemologi cenderung membatasi diri pada persepsi inderawi dan pemahaman intelektual, di mana pengetahuan tersebut dimengerti secara sempit. Berdasarkan pernyatan tersebut, kaum sophis mempunyai pandangan bahwa pengetahaun dalam arti sempit adalah pengetahuan yang dalam keadaan apa pun tidak dapat salah, tak bisa diperoleh dan karena itu tak usah dicari.Panduan Penulisan K arya Ilmiah

11

Epistemologi yang diketengahkan kaum Sophis tersebut adalah epistemologi tradisional, yaitu usaha untuk mencari pembenaran (justify) bahwa pengetahuan itu terkait erat dengan peranan inderawi dan akal dalam logi. pengenalannya. Pertanyaan Plato, sebagai adalah: perintis Apa epistemologi, yang disebut mengemukan beberapa pertanyaan yang mendasar tentang epistemoyang dimaksud pengetahuan? Di mana pengetahuan biasanya diperoleh? Di mana terdapat masalah yang biasa perlu kita ketahui? Berapa yang benarbenar pengetahuan? Dapatkah indera menghasilkan pengetahuan? Dapatkah akal memberikan pengetahuan? Apakah hubungan antara pengetahuan dan keyakinan yang benar?6 Bertolak dari pertanyaan tersebut, para filsuf sesudah Plato berusaha mengembangkan filsafat ilmu untuk menjelaskan sumber, dasar, dan kepastian ilmu. Konsep yang mereka kembangkan memberikan sumbangan yang amat berharga bagi perkembangan umat manusia, sebab mereka menjawab pertanyaan pokok yang mendasari ilmu, yang merefleksikan konsep dan pandangan tentang ilmu, mengenai hakikat, ruang lingkup dan syarat umum. Jawaban yang dikemukakan oleh para filsuf atas pertanyaan Plato tersebut ternyata beragam, dan memberi inspirasi kepada beberapa aliran. Aliran terbesar yang berpengaruh adalah skeptisisme, rasionalisme, dan empirisme. 3.1 Skeptisisme 12

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

Kaum skeptis meragukan kemungkinan menemukan sesuatu yang sungguh benar. Sebaliknya, mereka mengajarkan bagaimana orang dapat maju tanpa ilmu pengetahuan yang pasti. Kaum Skeptis berkeberatan dengan epistemologi, karena dalam kenyataan epistemologi dianggap mengusulkan suatu tujuan khayal sebab kita harus medemonstrasikan validitas ilmu pengetahuan kita, yang berarti kita telah menggunakan ilmu kita, dan akibatnya telah mengandaikan validitasnya.7 Hardono menjelasakan bahwa kaum skeptis, seperti Etienne Gilson, beranggapan bahwa tidak ada masalah mengenai ilmu pengetahuan sebab pertanyaan kritis tidak dapat diajukan secara konsisten. Terhadap keberatan ini ada beberapa jawaban yang terkait dengan segi positif dari keberatan tersebut. Yang ditekankan adalah kelekatan tanpa syarat antara pikiran dan kenyataan. Adanya ilmu merupakan suatu hal pokok yang dapat direduksi. Pikiran ada dan adanya pikiran merupakan kesaksian bagi dirinya sendiri mengenai keterbukaan terhadap ada. Tidak ada keraguan atau suatu penyangkalan terhadap keterbukaan ini dapat dipertahankan. Dengan demikian, posisi kaum skeptis absolut cukup rapuh.8 Berangkat dari pandangan Plato tentang pengetahuan, sampai sekarang banyak filsuf yang berusaha mengembangkan teori pengetahuan untuk menjelaskan sumber, dasar, dan kepastian pengetahuan

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

13

manusia. Hasil yang diperoleh dari studi tentang pengetahuan untuk mendukung pendapat Plato tersebut sampai hari ini ternyata beragam. 3.2 Rasionalisme dan Empirisme

Konsep pengetahuan seperti yang dikemukan oleh Plato dan Decartes disebut rasionalisme sebab mereka menegaskan bahwa dengan menggunakan prosedur tertentu dari akal saja kita dapat menemukan pengetahuan dalam arti yang paling ketat, yaitu pengetahuan yang dalam keadaan bagaimanapun tak mungkin salah. Decartes menggunakan keraguan untuk mengatasi keraguan. Salah satu cara untuk menentukan bahwa sesuatu itu pasti adalah melihat seberapa jauh hal itu bisa diragukan. Bila kita secara sistematis mencoba meragukan sebanyak mungkin pengetahuan kita, akhirnya kita akan mencapai titik yang tidak diragukan, sehingga pengetahuan kita dapat dibangun di atas dasar kepastian absolut.9 Prosedur yang disarankan Decartes disebut keraguan metodis universal. Keraguan ini disebut universal karena terentang tanpa batas, sampai keraguan itu sendiri membatasi diri. Bagi Decartes persoalan dasar bagi fisafat pengetahuan bukan bagaimana kekeliruan. Sebagai reaksi terhadap teori rasional tersebut timbul teori empiris dari Inggris yang dipelopori oleh John Locke, Thomas Hobbes dan David Hume10. Mereka berusaha menemukan basis pengetahuanPanduan Penulisan K arya Ilmiah

kita dapat tahu tetapi

mengapa kita dapat membuat

14

dari pengalaman inderawi. Dari pengalaman inderawi mereka mendapatkan informasi tentang dunia yang sangat kurang daripada harapan mereka. Hume menunjukkan bahwa dari penelitian yang dibuatnya, apapun yang diketahui tentang pengalaman inderawi, yang dihasilkan adalah skeptivisme yang sangat menyedihkan tentang pengetahuan sejati. Menurut Hume, pandangan mengenai apa yang terjadi di sekitar kita semata-mata diakibatkan oleh kerja psikologis yang aneh dari manusia. Apa yang menurut pendapat kita merupakan pengetahuan tak lain hanyalah suatu cara pengaturan pengalaman yang masuk ke dalam memori kita. Perkembangan filsafat Inggris yang dimulai dari John Lock dan Hume pada abad 18 telah mengilhami aliran ilmu pengetahuan yaitu: teori empiris. 4. KEBENARAN Ilmu selalu dihubungkan dengan kenyataan dari pernyataan atau penyangkalan, atau kesesuaian antara pernyataan dengan kenyataan. Jika saya menyatakan sesuatu, dan ternyata sesuatu yang saya nyatakan tersebut sesuai dengan apa adanya, disebut benar karena sesuai dengan lenyataan. Misalnya, saya menyatakan kenyataan, dan itu adalah benar hijau. Epistemologi terkait erat dengan pernyataan benar dan pertimbangan yang diberikannya. Di samping, itu epistemologi jugaPanduan Penulisan K arya Ilmiah

benda itu

berwarna hijau, pemahaman saya terhadap benda itu tidak terpisah dari

15

memberi dasar pertimbangan yang paling mendasar kepada pernyataan yang diberikannya. bukti Keakuratan (evident), kebenaran dengan harus diputuskan yang berdasarkan sesuai keadaan

sesungguhnya. Ini merupakan tugas utama epistemologi. Dengan mengarahkan pertahatian kepada evidence, seorang epistomolog dapat melepaskan diri dari perhatian dan keadaan yang terlalu sempit karena batas inderawi, tetapi dapat mengabstraksinya sebagai hal yang bersifat kognitif. Bahasa lain yang dikemukakan oleh Popper, mereka yang meragukan kemungkinan menemukan sesuatu yang sungguh benar, mengajarkan cara orang dapat maju di dunia tanpa pengetahuan yang pasti.11 Orang dapat menang dalam debat dengan bicara sangat meyakinkan, seperti apa yang diucapkan seorang Shophis terkemuka, Protagoras, bahwa manusia merupakan ukuran segalanya, sementara seorang sophis lain Gorgias mencanangkan: Tak suatupun ada, dan kalau ada, tak seorangpun dapat mengetahuinya, dan kalau mereka mengetahuinya, mereka tak dapat mengomunikasikannya.12 Dalam sejarah Barat, kita mengenal zaman yang paling berpengaruh terhadap dunia modern sekarang ini, yaitu Renaissance dan Humanisme,13 yaitu aliran yang menonjolkan kemampuan manusia sebagai pribadi yang dapat mempelajari pengetahuan, setelah mereka berhasil mempelajari naskah yang ditulis dalam bahasa Yunani dan dapat mengembangkan pribadi sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki.Panduan Penulisan K arya Ilmiah

16

Dengan mempelajari naskah Yunani kuno dan menerjemahkan naskah tersebut ke dalam bahasa Jerman, kaum intelektual pada waktu itu memperoleh kesempatan untuk mendalami aliran pemikiran, filsafat, filsafat ilmu, budaya, sistem pemerintahan, dan teknologi yang ada pada zaman Yunani Kuno, dan dampaknya segera berkembang aliran Humanisme dan Renaisance. Perkembangan filsafat ilmu dimulai sejak zaman Renaissance dan Humanisme, yang pada dekade berikutnya diikuti dengan zaman rasionalisme. Berkaitan dengan filsafat ilmu tersebut berkembang juga paham tentang benar, dan tepat menurut beberapa cabang ilmu. 4.1 Kebenaran Menurut Ilmu Empiris Istilah benar umumnya menyangkut isi ilmu itu sendiri, dan tepat bila ilmu dilihat dari sudut proses mendapatkannya atau yang biasa disebut metode, ataupun cara kerja ilmu tersebut. Ada beberapa macam cara kerja ilmu atau jalan yang ditempuh untuk mencapai pengetahuan yang benar, antara lain: proses pembentukan ilmu, hasil yang dicapai, metode dan sistem yang dipergunakan. Dalam ilmu alam atau fisika, kimia dan biologi dipergunakn serangkaian percobaan sehingga dapat ditemukan perkiraan atau hipotesis. Hipotesis diuji berkali-kali dalam beberapa temperatur udara, atau dipanasi dengan sengaja agar mendapatkan bentuk atau warna tertentu. Percobaan tersebut, setelah dianalisis menghasilkan simpulan yang disebut induksi. 14Panduan Penulisan K arya Ilmiah

17

Setelah diperoleh simpulan dari beberapa percobaan dapat dirumuskan dalil tertentu, misalnya: air bila dipanasi terus menerus dapat menguap, besi apabila dipanasi terus menerus dapat meleleh. Dalil yang dirumuskan mungkin bersifat sementara sebelum diuji coba dalam berbagai temperatur. Setelah diuji dalam berbagai temperatur dihasilkan simpulan yang lebih kurang sama, dalil tersebut sudah dianggap baku. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya dapat dipergunakan sebagai acuan pada percobaan berikut untuk benda atau tumbuhan yang sama. Langkah ini disebut deduksi. Dengan demikian proses deduksi - induksi merupakan cara untuk mendapatkan ketepatan dan sekaligus kebenaran. Pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu kemanusian, kondisinya berbeda karena pada waktu diberi perlakuan atau pertanyaan manusia memberikan reaksi yang berbada-beda antara manusia yang satu dengan yang lain. Di dalam ilmu kemanusiaan ada dialektika antara subyek dengan obyek. Dalam mementukan benar ada perbedaan yang mendasar antara ilmu empiris dan ilmu kemanusiaan. Sampai dengan abad 19 di antara pandangan ilmuwan ditemukan pandangan dasar, yang mementingkan obyek yang diketahui serta bagaimana berlangsungnya pengetahuan tersebut. Kebenaran diartikan sebgai kesesuaian antara pengenal dengan apa yang dikenal (Corspondence theory of truth,) dan teori tentang kebenaran sebagai keteguhan (cohenrence theory of truth). 15Panduan Penulisan K arya Ilmiah

18

Problema kebenaran, dipihak lain dapat dideskripsikan juga sebagai kesuaian antara pernyataan dengan eviden yang ada. Contoh, bila kita mengatakan bahwa pesawat Lion Air yang jatuh di bandara Adisumarma Surakarta, bulan Desember 2004, disebabkan oleh angin kencang dan landasan yang licin, serta banyak orang yang meninggal. Kejadian ini dianggap sesuatu yang benar. Tetapi kebenaran tersebut tidak dirinci secara baik, mungkin ada sesuatu yang kurang dijelaskan siapa saja yang meninggal, dan berapa orang, dari mana asalnya. Jadi problema kebenaran bukanlah sesuatu yang tanpa syarat. Kebenaran harus didukung dengan kriterium dan eviden. Eviden yang baik terdiri dari berbagai fakta tersebut harus dapat dicek keadaannya sesuai dengan keterangan yang dinyatakan. Kebenaran adalah kesuaian antara pernyataan atau berita dengan keadaan yang disebutkan. Kebenaran menurut ilmu Pasti agak dekat dengan kebenaran yang dikemukakan ilmu-ilmu empiris, yaitu sebagai suatu keteguhan yang agak dekat antara pernyataan dengan keadaan atau even yang tersedia. 4. 2 Kebenaran Menurut Filsafat Ilmu selalu dihubungkan dengan kenyataan dari pernyataan atau penyangkalan, atau kesesuaian antara pernyataan dengan kenyataan. Jika saya menyatakan sesuatu, dan ternyata sesuatu yang saya nyatakan tersebut sesuai dengan apa adanya, disebut benar, karena sesuai dengan kenyataan. Misalnya saya menyatakan benda itu berwarna hijau, 19

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

pemahaman saya terhadap benda itu tidak terpisah dari kenyataan, karena benda tersebut benar hijau. Tahapi teori tentang kebenaran dinyatakan sebagai penyesuaian antara si pengenal dengan apa yang dikenal. Karena pengetahuan itu disadari yang benar, jelaslah bahwa dalam anggapan Aristoteles mengenai kebenaran. Misalnya: pernyataan bahwa orang-orang Akit (salah satu suku terasing di Pulau Rupat, Kabupaten Kepulauan Riau), adalah bagian suku Melayu. Keterangan lain seorang antropolog mengatakan bahwa orang Akit bukan bagian dari suku Melayu. Yang dijelaskan di dalam kalimatkalimat tersebut adalah apa yang mereka tegaskan, dan apa yang mereka ungkiri. Ilmu itu disadari sebagai subyek yang mengenal obyek dengan baik dan benar. Yang mengenal dengan yang dikenal itu identik satu sama lain dalam ilmu yang sempurna. Sementara itu menurut Decartes, mengatakan bahwa ada tidaknya kebenaran tergantung pada ada tidaknya idea yang jelas, dan terpilah-pilah mengenai sesuatu (idea clara et idea)16.

Jadi kebenaran

adalah

kesesuaian antara idea dengan kenyataan. Manurut Kant, kebenaran adalah apa yang ada pada pihak pengenal saja, sebagai akibat kesankesan yang masuk lewat indera, diterima dalam susunan apriori ruang dan waktu si pengenal, dan dilanjutkan kepada kategori akal budi. Sedangkan Hegel menyebutkan kebenaran adalah keseluruhan, sebagai keteguhan yang sudah kita lihat. 17Panduan Penulisan K arya Ilmiah

20

Pertanyaan selanjutnya menyangkut apa yang disebut kebenaran akal (truths of reason). Beberapa filsuf mengatakan bahwa teori pengetahuan yang memuaskan harus sesuai dengan kenyataan bahwa beberapa di antara kebenaran akal atau logika dan matematika. Tetapi bebrapa filsuf lain merumuskan kriteria pengetahuan begitu rupa sehingga katanya kebenaran akan tidak termasuk hal-hal yang kita ketahui. Di pihak lain ada yang mengtatakan bahwa kebenaran akal itu hanyalah cara orang berpikir atau cara penggunaan bahasa. 5. PERSOALAN EPISTEMOLOGI Refleksi atas hakekat pengenalan membangkitkan sejumlah persoalan filosofis yang membingungkan, yang disebut problema epistemologi. Problema tersebut pada garis besarnya telah dikemukakan oleh Roderick M. Chisholm dalam Theory of Knowledge,18 dalam Alfons Taryadi, dan ditangkap penelis, sebagai berikut. 5.1 Perbedaan antara Ilmu dan Opini Dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam pertemuan antara sarjana. Seorang sarjana yang para kebetulan pandai bicara mempunyai

dugaan kebetulan tepat, tetapi sebenarnya dia tidak mempunyai bukti. Seorang yang lain mengetahui tetapi tidak mau mengatakan bahwa ia tahu, dia tidak mau menduga-duga. Mungkin apa yang dimiliki oleh orang kedua tidak dimiliki oleh orang pertama? Mungkin orang akan berkata bahwaPanduan Penulisan K arya Ilmiah

21

orang kedua memiliki evidensi, sedang orang pertama tidak memilikinya. Apa arti memiliki eviden, dan bagaimana dia memutuskan bahwa dia memiliki eviden atau tidak? Orang pertama menyampaikan pendapat atau opini, sedangkan orang kedua lebih berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan karena dia tidak yakin akan ilmunya dengan eviden yang dia miliki. (1) Bagaimana Mencari Pembenaran (justifikasi) atas Pertanyaan bahwa Kita Mengetahui Sesuatu? Pengetahuan kita tentang sesuatu masalah harus berdasar pada fakta yang benar tentang masalah tersebut, atau masalah lain yang berbeda tetapi masih ada kaitannya. Ini menimbulkan pertanyaan apakah ada sesuatu yang nyata. dan kita ketahui secara langsung, sementara masalah lain kita ketahui secara tidak langsung, misalnya dari berita yang ditulis orang lain. (2) Haruskah Kita Mengatakan bahwa Seluruh yang Kita Ketahui pada waktu Tertentu, Merupakan Struktur yang Mempunyai Dasar pada eviden yang Kita Ketahu Secara Langsung Pada Waktu itu? Hal ini dipertanyakan sebab masalah-masalah yang kita ketahui biasanya bukanlah masalah yang mempunyai eviden secara langsung, tetapi dalam usaha untuk mencari pembenaran atas pernyataan bahwa kita mengetahui secara khusus masalah itu, kita mudah digiring kepada berbagai hal yang eviden secara langsung. Lalu dapat dipertanyakanPanduan Penulisan K arya Ilmiah

22

apakah hubungan antara hal yang eviden sebagai dasar terhadap struktur tersebut bersifat defensif atau induktif, dan kalau tidak demikian apakah aturan yang dipergunakannya? 5.2 Permasalahan Metafisis Penampakan benda-benda itu cederung bersifat subyektif, tergantung pada keadaan pemikiran si pelaku. Jadi penampakan benda-benda luar merupakan duplikat dari benda-benda itu. Misalnya orang tidak pernah melihat gajah tidak dapat mengatakan bahwa gajah itu besar, dan apabila dia tidak pernah melihat akibat dari suatu bajir bandang tsunami di Aceh tidak dapat mengatakan bahwa banjir itu mengerikan. 6. METODE ILMIAH Dalam pemahaman tentang epistemologi dan logika, dan juga keterkaitan antara ilmu dengan filsafat. Ilmu adalah pengetahuan yang disusun berdasarkan sistem dan metodologi tertentu untuk memperoleh kebenaran. Pengetahuan yang diperoleh dengan pengamatan inderawi atau dialektika antara subyek dengan obyek belum tentu merupakan ilmu, tetapi dapat memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi ilmu apabila pengamatan yang dipergunakan atau dialektika yang dikerjakan sesuai dengan metode tertentu yang dapat memberi eviden atau bukti nyata idea yang ada pada pengenal (subjek).

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

23

6.1 Metode Induksi Pengertian ilmu seperti yang di kemukakan di atas diperoleh setelah Revolusi Ilmiah yang terjadi pada abad 17, yang dipelopori oleh Kopernikus, Galileo dan Newton. Terdorong oleh pengalaman ekspirimen Galileo tersebut, filsuf Francis Bacon dan rekan-rekannya menganjurkan pada waktu itu bahwa apabila kita hendak memahami alam, seharusnya kita berkonsultasi bukan dengan tulisan-tulisan Aristoteles. Bacon dan kawan-kawan, yang ditulis J.J. Davies19 mereka berkesimpulan bahwa Ilmu adalah suatu struktur yang dibangun di atas fakta-fakta. Perintisan ekspirimen yang dikerjakan oleh Galileo, merubah sikap bahwa fakta-fakta yang dujicobakan adalah fakta yang obyektif dan tidak ada sangkut pautnya dengan ide subyektif, seperti pendapat sebelumnya. Dari fakta-fakta tersebut, kemudian dapat dibangun sebuah teori.20 Sebelum zamani Humanisme, ilmu mengikuti konsep-konsep Aristoteles, berdasarkan akal budi yang menelurkan dugaan-dugaan yang lebih lebih dihormati daripada pengetahuan yang diperoleh lewat pancaindera.21 Pengetauan lewat akal budi ini selanjutnya ditentang oleh para ahli pikir yang cenderung memandang pengetahuan lewat pancaindra, berdasarkan pengalaman, pengamatan, dan aroma lebih dapat memberikan penjelasan rasional, karena dalam mengamati dengan pancaindera, si pengamat juga telah mempergunakan pengertian, pemahaman, yang merupakan bagian dari akal budi atau rasio. Bila kita melihat seekor ular, pancaindera kita melakukan proses pengamatan. Proses menghubungkan antara memoriPanduan Penulisan K arya Ilmiah

24

tentang binatang merayap, dan berbisa yang tidak berkaki, telah mempergunakan rasio, jadi akal dan budi telah bekerja. Dalam membangun sebuah teori, bukan hanya akal budi atau rasio yang membayangkan sesuatu, tetapi akal budi tersebut berkerja dengan mendapat rangsangan dari benda-benda, keadaan, dan masalah yang dipelajari sehingga membentuk struktur dalam rasio kita. Metode ini disebut induksi naf.22

Untuk melakukan pengamatan seorang peneliti harus

memiliki organ-organ indera yang normal dan sehat, jujur, obyektif, teliti dalam kondisi bagaimana fakta tersebut diamati. 6.2 Metode Deduksi Metode deduksi dimaksudkan untuk menemukan hubungan logis yang ada di antara teori-teori yang diajukan. Untuk mengkaji teori-teori tersebut menurut Popper ada beberapa syarat, antara lain:23 Pertama, terdapat hubungan logis antara simpulan-simpulan itu sendiri. Dengan membandingkan simpulan-simpulan tersebut, diuji apakah sistem yang disodorkan tadi mempunyai konsistensi internal. Kedua, apakah teori yang diajukan tersebut memiliki sifat empiris, atau ilmiah. Ketiga, perbandingan dengan teori-teori lain, terutama dengan maksud untuk menentukan apakah teori yang bersangkutan akan membawa suatu kemajuan ilmiah seandainya tetap tidak gugur oleh hasil ujian. Dan pengujian teori dengan jalan menerapkan secara empiris simpulan-simpulan yang ditarik dari teori tersebut, menjadi lebih jelas. Dengan demikian ujiPanduan Penulisan K arya Ilmiah

25

deduktif mempunyai tujuan praktis yang diakibatkan oleh teori-teori yang dihasilkan dari ekpirimen ilmiah maupun oleh teknologi secara praktis. Prosedur pengujian ini bersifat deduktif. Sudut pandang lain, dikemukakan oleh Verhaak dan Haryono, mengatakan bahwa deduksi adalah cara menarik simpulan secara logis, dari masalah yang umum atau general ke masalah khusus. Berangkat dari temuan Galileo bahwa semua planet bergerak mengikuti garis elips dan mengitari matahari, disimpulkan dapat diketahui dan bahwa planet Mercurius, mengikuti hukum yang sama. bentangan rel

Demikian juga bila ditemukan suatu hasil ekspirimen yang membuktikan bahwa besi bila dipanasi sampai suhu tertentu memuai, kereta api dari Anyer sampai Banyuwangi, bila dipasang rapat tidak ada celah antara sambungan satu dengan yang lain, pada waktu kena panas, akan melengkung. Kedudukan logika dalam dalam semua sistem logika proposisi amat penting untuk mengamati ilmu-ilmu empiris. Logika proposisi bertitik pangkal pada proposisi, yaitu ungkapan yang berdiri sendiri dalam suatu sistem S. Misalnya variabel p, q, r, s. Di samping itu ada variabel konstan yang ada hubunganya dengan veriabel, diberi simbul dengan huruf besar, seperti N. Yang dimasud logika proposisi dalam logika formal modern adalah suatu ungkapan yang tidak mengandung arti, namun merupakan suatu variabel. 24

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

26

Pokok logika proposisi dalam bentuknya yang paling sederhana didasarkan pada anggapan bahwa setiap proposisi entah tunggal (p, q, r, s) atau (Apqr, Npqr) atau konstan punyai nilai kebenaran. Umumnya nilai benar diberi angka 1 dan salah diberi nilai 0. Bila seorang peneliti mengambil keputusan bersyarat, dia mempergunakan silogisme hipotetis. Misalnya, apabila p terjadi q, atau apabila hujan turun, udara menjadi sejuk. Hurup p dan q merupakan proposisi. Di sini ada yang disebut primus mayor, yaitu p dan primus minor q. Dalam hubungan antara primus mayor dan minor di sini dapat terjadi empat bentuk. Keempat bentuk tersebut adalah: Simbul p, artinya terjadilah, dan (2) bukan p, artinya p tidak terjadi. (3) Dan q, (4) dan bukan q. artinya tidak terjadi. Bentuk satu dua, tidak dapat ditarik simpulan, demikian juga bentuk satu tiga, dan dua empat. Yang dapat ditarik simpulan hanyah bentuk satu dan empat. Artinya bila terjadi p, tidak trjadi q. Simpulan tersebut tentu saja dapat dibalik: apabila tidak terjadi p tidak terjadi q. Untuk terjadi q diperlukan syarat tertentu. Pernyataan atau primus mayor dan primus minor keduanya harus masuk akal, dapat terjadi hukum logis. Misalnya primus mayor tidak logis primus minor tentu tidak logis, sebaliknya primus mayor logis, belum tentu primus minor logis. Misalnya, bila semua orang berbulu tebal keturunan kera, Si Badu berbulu tebal, jadi Badu keturunan kera. Empat bentuk atau model silogisme hipotesis, menurut Verhaak diberi nama: Bentuk (1) diberi namaPanduan Penulisan K arya Ilmiah

27

modus ponendo ponen, (penegasan sesuatu yaitu dulu memberi penegasan sesuatu yang lain yaitu

q, karena lebih

p ) hampir merupakan

tautology saja, yakni mengulangi apa yang sudah ditegaskan. Bentuk (2) dan (3) tidak syah tidak diberi nama. Bentuk (4) diberi nama modus tollendo tollen ( mengungkiri sesustu, p yang lebih dulu yaitu q). 25 berdasarkan kemungknan lain

Bentuk (1) dan (4) merupakan bentuk deduksi, seperti halnya silogisme kategoris yang salah satu bentuknya adalah: M P, S M, S P. Selain itu perlu diingat bahwa simpulan deduksi berlaku dimana-mana secara mutlak dan niscaya.

Catatan :1

Fred N. Kerlinger, Faundation of Behavioral Reseach, New York: Holt Renehart and Winston, Inc. hlm. 3. Common sense may often be bad master for the evaluation of knowledge. But how are science and common sense alike and how are they different? From one vieuwpoint, science and common sense are alike. The view would say that science is a systematic and controlled extention of commen sence Hardono Hadi, P. Epistemologi, Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta: Kanisius, 1994, hlm.18 Fred N. Kerlinger, Ibid. hlm. 18. A Hypthesis is a conjectictural statement between two variables or more variables, Hypotesis are always in declarative sentence form, and they related,either generally or specifically variables to variables 28

2

3

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

4 5

Hardono Hadi, P. Ibid. hlm. 25. Roderick Firth, dalam International Encyclopedia, Lexicon Publication Inc., 1977, hlm. 500 2. Epistimology from the Greek term meaning Knowledge, a major branch of philoshophy devote primarily to the achievement of better understanding of consept of knowledge. It Also concerns itself with other closely related consepts, such as those of bilief, truth, faith, meaning, certainty, confirmation, justification, and rationality. To Say that some of our true conviction are genuine knowledge (as appost to lucky guinesses or matter of faith) seem to imply that these convictions are capable of justification, and for this reason the history of epistimology is in large part of attempt to specify the condition under which we can maintain that various of kind of conviction ( since, ethic and religious) Hardono Hadi, P. Ibid. hlm. 6. Hardono Hadi, P. Ibid. hlm. 19. Hardono Hadi, P. Ibid. Franz Magnis Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 1992. hlm. 70. Decartes menolak dalil-dalil filsafat sebelumnya yang didasarkan pada pengandaian-pengandaian, apa yang dianjurkan hanyalah langkah demi langkah dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu hanya satu cara untuk menjamin keradikalan filsafat, yaitu kesangsian. Pada fakta dia sedang menyangsikan segalagalanya. Dan kalau pasti bahwa saya berpikir, ada lagi yang pasti dan tidak dapat diragukan yaitu bahwa saya sendiri ada: cogito ergo sum! Franz Magnis Suseno, Opcit. hlm. 73.

6 7 8 9

10

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

29

11

Alfons Taryadi, Epistemologi Pemecahan Masalah, Jakarta: PT Gramedia, 1991, hlm. 68. Alfons Taryadi, Ibid. hlm. 3. Louis Gottschalk, Et.All. History of Mankind Cultural and Science Development, Great Britain, 1989. hlm.233. Many humanists in Germany and abroad among them Crotus Rubeanus, Hutten, Johannes Occolampadiu, Martin Bucer, and, most important of all, young Philipp Melnchthon, was at twinty one professor of greek at wittenburg, was Luthers trusted surrogate in Watemberg. assisted him in translating the Bible and organizing the reform, and published the firt systematic summary of reform theology Thomas S.Kuhn. The Strusture of Scientific Revolution, Chicago: University of Chicago Press, 1970, hlm. 23. C. Verhaak dan R. Haryono Imam, Filsafat Ilmu Pengetahuan. Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-Ilmu. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama, 1991, hlm. 122. C. Verhaak dan R. Haryono Imam, Ibid. hlm. 129. C. Verhaak dan R. Haryono Imam. Ibid. hlm. 130 Roderick M. Chisholm, Theory of Knowledge, Prinice Hall Inc. Englewood Cliff N.J., 1966. J.J.Davies, On The Scientific Method, London: Longman, hlm. 8 H. D. Amthony, dalam A.F. Calmers. Apa itu yang disebut Ilmu? Jakarta: Hasta Mitra, 1983. C.A. van Peursen. Orientasi di Alam Pemikiran Filsafat (terjemanhan Dick Hartoko), Jakarta: PT Gramedia Jakarta, 1979, hlm. 19. Dalam 30

12 13

14

15

16 17 18

19 20

21

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

sejarah filsafat, cepat juga dua macam bentuk pengetahuan menjadi pusat perhatian, yaitu pengetahaun lewat pancaindra dan pengatahuan lewat akal budi. Oleh ahli-ahli pkir Yunani pengetahuan yang diperoleh lewat pancaindera digambarkan sebagai pengetahuan yang tidak menentu, bahkan yang menyesatkan, sedangkan pengetahuan berdasarkan akal budi dihormati sebagai pengetahaun sejati.22

A.F. Calmers. Apa itu yang disebut Ilmu? Jakarta: Hasta Mitra, 1983. hlm. 2. Alfons Taryadi, Ibid. hlm. 23.

23

24 C. Verhaak dan R. Haryono, Ibid. hlm. 18. Selain proposisi variabel itu juga ditandai dengan cara tertentu, yang menyatakan sesuatu yang konstan, mempunyai arti tetap dalam sistem S. Dalam banyak sistem logika proposisi modern digunakan tanda-tanda matematika 25

Ibid, hlm. 25 Bentuk ini termasyur dan berperan penting dalam cara kerja ilmu empiris, merupakan azas filsafat.

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

31

BAGIAN II

PANDUAN UMUM PENULISAN KARYA ILMIAH

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

32

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

33

1. HAKIKAT DAN KEDUDUKAN KARYA ILMIAH Sebagaimana di Perguruan Tinggi pada umumnya, secara operasional kegiatan intrakurikuler, mahasiswa mau tidak mau harus menghasilkan karya ilmiah, baik berupa tugas akhir, skripsi atau setara skripsi (Proyek Studi), tesis, disertasi. Karya ilmiah merupakan bagian dari kebutuhan formal akademik di setiap perguruan tinggi, tidak terkecuali Universitas Negeri Semarang (Unnes). Karya ilmiah adalah suatu karangan yang mengandung ilmu pengetahuan dan kebenaran ilmiah yang menyajikan fakta dan disusun secara sistematis menurut metode penulisan dengan menggunakan bahasa ragam ilmiah. Secara ringkas dapat diartikan bahwa pada dasarnya karya ilmiah merupakan laporan ilmiah. Laporan yang dimaksud dapat berupa laporan kegiatan ilmiah, kegiatan kajian, dan kegiatan penelitian, baik penelitian lapangan, laboratorium, maupun kepustakaan. Karya ilmiah sebagai laporan kegiatan ilmiah memiliki berbagai jenis, yaitu: makalah, artikel, laporan buku/bab, karya tulis ilmiah, tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, dan buku. Jenis karya ilmiah berdasarkan tujuanya dapat diklasifikasikasi menjadi dua. Pertama, karya ilmiah yang bertujuan untuk memenuhi tugastugas perkuliahan. Bentuk karya ilmiah ini yaitu: makalah, laporan buku/bab, dan karya tulis ilmiah. Sebagai bagian dari tugas perkuliahan, karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari sistem Satuan Kridit Semester (SKS) yang merupakan komponen tugas terstruktur yang harus dipenuhi oleh mahasiswa di luar perkuliahan.Panduan Penulisan K arya Ilmiah

34

Kedua, karya ilmiah yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program studi yang ditempuh oleh mahasiswa. Bentuk karya ilmiah ini yaitu: tugas akhir (TA) untuk jenjang Diploma, skripsi untuk jenjang Strata 1 (S-1), tesis untuk jenjang Strata 2 (S-2), dan disertasi untuk jenjang Strata 3 (S-3). Tugas akhir wajib disusun oleh mahasiswa program ahli madya,. Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik mahaisswa dalam penelitian yang berhubungan denghan masalah yang sesuai dengan bidang studinya untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelas Sarjana. Kemudian, tesis wajib disusun oleh mahasiswa program Magister (S-2) dan disertasi wajib disusun oleh mahasiswa program Doktor (S-3) dalam rangka menyelesaikan studinya. Berdasarkan fungsinya, karya ilmiah terdiri atas: (1) karya ilmiah akademis dan (2) karya ilmiah profesional. Karya ilmiah akademis merupakan karya ilmiah yang dibuat untuk kepentingan akademis dengan bimbingan dan tanggung jawab orang yang lebih profesional, tidak dipublikasikan dengan lebih menekankan pada proses bukan pada hasil yang memerlukan pengujian untuk menentukan kualitas karya tersebut. Bentuk karya ilmiah akademis adalah (1) paper, (2) skripsi, (3) tesis, dan (4) disertasi. Karya ilmiah yang berbentuk paper sering juga disebut makalah atau karya tulis ilmiah. Karya ilmiah yang berbentuk skripsi, tesis dan disertasi adalah karya ilmiah yang dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam pencapaian gelar sarjana (untuk skripsi), magister (untuk tesis), dan doktor (untuk disertasi). Karya ilmiah profesional yaitu karya ilmiah yang dibuat pengembangan profesi bagi para profesional dengan tujuan menyebarluaskan informasi akademis dengan proses penulisan memerlukan bimbingan, tetapi tetap memerlukan pengujian dan menekankan pada hasil. Bentuk karya ilmiah profesional adalah (1) (2) makalah, (3) kertas kerja, (4) artikel, dan (5) laporan penelitian. untuk untuk tidak lebih buku,

Karya ilmiah yang berbentuk buku adalah buku yang berisi fakta umum ilmiah dan ditulis dengan sistem penulisan yang standar. Makalah adalah karya ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat objektif. Kertas kerja adalahPanduan Penulisan K arya Ilmiah

35

karya ilmiah yang berisi analisis terhadap fakta secara objektif, perbedaannya dengan makalah adalah analisis yang lebih mendalam daripada analisis data dalam makalah. Artikel adalah karya ilmiah yang diterbitkan di jurnal ilmiah. Kemudian, laporan penelitian adalah karya ilmiah yang menyajikan data dan analisis suatu penelitian. Dari paparan di atas, karya ilmiah di Universitas Negeri Semarang, memunyai kedudukan: (1) wahana bagi mahasiswa untuk menyajikan nilainilai teoretis maupun praktis secara objektif dan sistematis yang merupakan produk atas dasar pengetahuan dan menurut metode penulisan dengan menggunakan bahasa ragam ilmiah. (2) wahana bagi civitas akedemika untuk memberikan kontribusi dalam perkembanngan ilmu pengetahuan teknologi dan seni. 2. BAGIAN KARYA ILMIAH Dalam penulisannya karya ilmiah harus sesuai dengan sistematika dan metode penulisan yang tepat. Sistematika penulisan dalam karya ilmiah terdiri atas bagian-bagian yang berurutan. Secara umum, pola dasar karya ilmiah paling tidak berisikan bagian-bagian yang sudah baku, yaitu bagian pengenalan, batang tubuh, dan kepustakaan. Bagian pengenalan dalam karya ilmiah merupakan bagian awal yang berisi hal-hal yang bersifat informatif tentang karya ilmiah tersebut. Dalam bagian pengenalan ada dua jenis pengenalan, yaitu bagian pengenalan yang bersifat umum dan bagian pengenalan yang bersifat khusus. Bagian pengenalan dalam masing-masing bentuk karya ilmiah adalah tidak sama. Bagian pengenalan pada jenis karya ilmiah yang berbentuk buku berbeda dengan bagian pengenalan bentuk makalah, kertas kerja, artikel, skripsi, tesis, disertasi dan laporan penelitian. Beberapa butir pada bagian pengenalan yang terdapat dalam semua jenis karya ilmiah yaitu judul dan kepemilikan karya ilmiah atau nama penulis. Judul adalah identitas tulisan yang merupakan kepala karangan. Syarat judul yang baik adalah mencerminkan isi karangan, berupaPanduan Penulisan K arya Ilmiah

36

pernyataan, bersifat singkat dan jelas serta menarik. Dalam baris kepemilikan biasanya dituliskan nama penulis beserta lembaganya. Nama penulis hendaknya tidak menyertakan gelar atau pangkat, jika penulis lebih dari satu harus dicantumkan semua. Pangkat dan gelar dapat dicantumkan pada bagian biografi pengarang jika ada. Butir yang lain dalam bagian pengenalan adalah abstrak. Abstrak adalah ringkasan tulisan. Dalam abstrak tercakupi seluruh bagian isi karangan, dari pendahuluan sampai penutup. Kata kunci adalah kata-kata atau istilah yang dianggap penting dan mutlak harus diketahui pembaca dalam sebuah karya ilmiah. Kemudian, terdapat pula prakata dan kata pengantar. Keduanya merupakan istilah yang berbeda, pengantar adalah tulisan awal yang ditulis oleh penulisnya sendiri, sedangkan kata pengantar adalah tulisan awal yang ditulis oleh orang lain yang menguasai karya ilmiah yang bersangkutan. Bagian kedua dalam penulisan karya ilmiah adalah batang tubuh. Batang tubuh adalah isi karya ilmiah yang sebenarnya. Secara umum batang tubuh terbagi menjadi tiga, yaitu pendahuluan, isi dan penutup. Bagian pendahuluan dalam karya ilmiah setidaknya berisi latar belakang, masalah, dan rumusan masalah. Untuk karya ilmiah yang berbentuk skripsi, tesis, disertasi dan laporan penelitian bagian pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat. Bagian kedua dalam batang tubuh adalah bagian isi. Untuk karya ilmiah yang berbentuk buku, makalah, artikel dan kertas kerja berisi persoalan-persoalan inti atau materi inti yang disajikan. Untuk karya ilmiah yang berbentuk artikel, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian bagian isi berupa landasan teoretis, metode, dan hasil, serta pembahasan. Bagian akhir dalam batang tubuh adalah bagian penutup yang berisi simpulan dan saran. Bagian terakhir dalam penulisan karya ilmiah adalah bagian kepustakaan. Bagian kepustakaan mencakup daftar pustaka dan lampiranlampiran, seperti indeks dan biografi pengarang. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bagian-bagian karya ilmiah pada intinya terbagi menjadi 3 bagian pokok,Panduan Penulisan K arya Ilmiah

37

yaitu bagian pengenalan, batang tubuh dan bagian penutup. Bagian pengenalan berisi hal-hal yang bersifat informatif yang menunjukkan identitas karya ilmiah, yaitu judul, nama penulis, pengantar dan atau kata pengantar dan abstrak bagi karya ilmiah yang bersifat laporan penelitian. Bagian batang tubuh merupakan bagian inti dalam karya ilmiah. Pada bagian batang tubuh terdapat tiga bagian unsur, yaitu pendahuluan, isi/pembahasan, dan penutup. Pada bagian pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat. Bagian isi/pembahasan memuat landasan teoretis, metodologi penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Pada bagian penutup berisi simpulan dan saran. Bagian terakhir dalam karya ilmiah adalah kepustakaan, berisi daftar pustaka dan lampiran. 3. KARAKTERISTIK KARYA ILMIAH 3.1 Makalah Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu topik tertentu yang tercakup dalam suatu mata kuliah. Makalah merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas atau menyelesaikan suatu perkuliahan, baik mahasiswa program Diploma, Strata 1 (S-1), Strata 2 (S2), dan Strata 3 (S-3). Makalah memiliki karakteristik sebagai berikut. (1) menyajikan hasil kajian literatur yang berkaitan dengan topik atau cakupan permasalahan; (2) menerapkan pemahaman tentang teori, prinsip, atau metode tertentu yang berkaitan dengan materi perkuliahan; (3) menerapkan kemampuan mengemas berbagai sumber informasi dalam satu pembahasan yang utuh.

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

38

3.2 Laporan Buku/Bab/Artikel Ilmiah Laporan buku/bab/artikel ilmiah merupakan karya tulis ilmiah yang menyajikan pemahaman mahasiswa terhadap isi buku/bab/artikel ilmiah yang disertai dengan ulasan atau pandangan penulis. Selain itu, laporan buku/bab/artikel ilmiah juga dapat menyajikan analisis, kritik, justifikasi terhadap isi buku/bab/artikel ilmiah. SEbagai bagian dari tugas perkuliahan, buku/bab/artikel ilmiah yang dilaporkan ditentukan oleh dosen atau dapat pula diusulkan oleh mahasiswa setelah mendapat persetujuan dosen yang bersangkutan. Laporan buku/bab/artikel ilmiah bertujuan untuk memperdalam dan memperluas wawasan dan pemahaman mahasiswa tentang topik yang disajikan atau dibahas dalam suatu mata kuliah yang ditempuhnya. Untuk itu, laporan buku/bab/artikel ilmiah memiliki kriteria sebagai berikut. (1) Buku/bab/artikel ilmiah yang dilaporkan harus aktual, minimal terbitan lima tahun terakhir. (2) Buku/bab/artikel memunyai kualitas isi yang baik. (3) Buku/bab/artikel ilmiah yang dilaporkan memberikan kontribusi bagi mahasiswa untuk memperdalam topik yang dibahas dalam mata kuliah. 3.3 Skripsi Skripsi merupakan karya tulis ilmiah yang disusun dan dipertahankan sebagai persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan atau Sarjana Non-Pendidikan. Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik mahasiswa dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah yang sesuai dengan bidang keahlian atau bidang studinya. Untuk itu, skripsi memunyai criteria sebagai berikut:Panduan Penulisan K arya Ilmiah

ilmiah

yang

dilaporkan

39

(1) Topik

skripsi

dapat

bersumber

dari

permasalahan-

permasalahan yang sesuai dengan bidang studi atau bidang keahlian mahasiswa. (2) Skripsi ditulis atas dasar hasil pengamatan dan observasi lapangan dan/atau penelaahan pustaka yang relevan. (3) Skripsi ditulis sendiri oleh mahasiswa dengan bimbingan dosen yang sesuai dengan bidang keahlianya dan telah ditetapkan oleh surat tugas dekan. (4) Skripsi ditulis daalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Untuk program studi atau jurusan tertentu skripsi dapat ditulis dalam bahasa minat (bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Prancis, bahasa asing lainnya), dengan menuliskan abstrak dalam bahasa minat (bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Prancis, bahasa asing lainnya) dan bahasa Indonesia. (5) Skripsi dipertahankan sendiri oleh mahasiswa di hadapan tim penguji yang ditetapkan dengan surat tugas Dekan. 3.4 Tesis Tesis merupakan karya tulis ilmiah yang disusun dan dipertahankan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program Magister (S-2). Tesis merupakan bukti kemampuan akademik mahasiswa dalam penelitian dan pengembangan keilmuwan pada salah satu bidang keilmuwan yang sedang ditempuh oleh mahasiswa. Tesis disusun untuk meraih gelar Magister Pendidikan (M.Pd), Magister Manajemen Pendidikan (MP). Tesis memiliki karakteristik sebagai berikut ini.

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

40

(1) Topik tesis berfokus pada kajian yang aktual yang tercakup dalam salah satu disiplin ilmu, sesuai dengan program studi yang ditempuh oleh mahasiswa. (2) Tesis ditulis atas dasar pengujian empirik terahadap teori tertentu dalam disiplin ilmu yang dipelajari. (3) Tesis ---untuk penelitian lapangan--- menggunakan data primer (data yang dikumpulkan dari lapangan) yang dapat ditunjang oleh data sekunder. Untuk penelitian bibliografi digunakan sumber-sumber yang otentik. (4) Tesis ditulis sendiri oleh mahasiswa dengan bimbingan dosen yang sesuai dengan bidang keahlianya dan telah ditetapkan oleh surat tugas Direktur Program Pascasarjana. (5) Tesis ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan menuliskan abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Untuk program studi atau jurusan tertentu, tesis dapat ditulis dalam bahasa minat (bahasa Inggris). (6) Tesis dipertahankan sendiri oleh mahasiswa yang bersangkutan di hadapan tim penguji yang ditetapkan dengan surat tugas Direktur Program Pascasarjana. 3.5 Disertasi Disertasi merupakan karya tulis ilmiah yang disusun dan dipertahankan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program DoktorPanduan Penulisan K arya Ilmiah

41

(S-3). Disertasi merupakan bukti kemampuan akademik mahasiswa dalam melakukan penelitian yang berkaitan temuan baru pada salah satu disiplin ilmu yang sedang ditempuh oleh mahasiswa. Disertasi disusun dan dipertahankan untuk meraih derajat gelar Doktor. Disertasi memiliki karakteristik sebagai berikut ini. (1) Topik disertasi berfokus pada kajian mengenai salah satu disiplin ilmu yang sesuai dengan bidang yang dipelajari oleh mahasiswa. (2) Disertasi ditulis atas temuan sesuatu yang baru dalam disiplin ilmu yang dikaji secara mendalam, baik berupa pengujian terhadap teori-teori yang ada, pengembangan teori dan prinsipprinsip baru, tau pengembangan suatu model baru yang diuji di lapangan. (3) Disertasi menggunakan data primer (data yang dikumpulkan dari lapangan) yang dapat ditunjang pula oleh data sekunder. (4) Disertasi ditulis sendiri oleh mahasiswa dengan bimbingan dosen, yaitu: promotor, ko-promotor, dan anggota yang sesuai dengan bidang keahlianya dan telah ditetapkan oleh surat tugas Direktur Program Pascasarjana. (5) Disertasi ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan menuliskan abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Untuk program studi atau jurusan tertentu disertasi dapat ditulis dalam bahasa minat (bahasa Inggris),

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

42

dengan menuliskan abstrak dalam bahasa minat (bahasa Inggris) dan bahasa Indonesia. (6) Disertasi dipertahankan sendiri oleh mahasiswa yang bersangkutan di hadapan tim penguji yang ditetapkan dengan surat tugas Direktur Program Pascasarjana. 4. BAGIAN-BAGIAN SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI Sosok skripsi, tesis dan disertasi terdiri atas tiga bagian, yakni bagian awal, bagian pokok, dan bagian akhir. Bagian awal adalah bagian mulai dari sampul sampai dengan bagian sebelum bab pendahuluan. Mulai bab pendahuluan sampai dengan penutup merupakan bagian pokok, sedangkan bagian sesudah itu merupakan bagian akhir. 4.1 Bagian Awal Bagian awal skripsi terdiri atas sampul, lembar kosong berlogo Universitas Negeri Semarang bergaris tengah 13 cm, lembar judul, lembar pengesahan, lembar pernyataan, lembar motto dan peruntukan, lembar abstrak (khusus untuk tesis dan disertai ditambah abstrak berbahasa inggris), kata pengantar, daftar isi, daftar singkatan dan tanda teknis (kalau ada), daftar tabel (kalau ada), daftar gambar (kalau ada), dan daftar lampiran (kalau ada). Lembar bagian awal ini diberi nomor halaman dengan huruf Romawi kecil, ditaruh di kaki halaman bagian tengah. Penomoran halamanPanduan Penulisan K arya Ilmiah

43

dimulai dari lembar judul (bukan sampul) sampai dengan lembar sebelum bab pendahuluan. 4.1.1 Sampul Pada sampul bagian tengah atas terdapat logo Universitas Negeri Semarang, bergaris tengah 3 cm. Di bawahnya dituliskan judul dengan huruf kapital tebal berukuran 15-16. Di bawahnya tertulis kata SKRIPSI/TESIS/DISERTASI (dipilih salah satu) yang dicetak dengan huruf kapital tebal berukuran 14, diikuti pada baris berikutnya kalimat dengan huruf kapital tebal juga dengan ukuran 12, yang berbunyi Untuk memperoleh gelar sarjana.../magister.../doktor ...(dipilih salah satu; diisi bidang studi yang ditempuh) pada Universitas Negeri Semarang. Di bawahnya dituliskan dengan huruf berukuran 12 kata oleh (tanpa tanda titik dua), di bawahnya lagi dituliskan nama, dan di bawahnya lagi NIM ... (diisi angkanya). Pada kaki halaman dituliskan dengan huruf kapital tebal berukuran 14-15 nama Fakultas, Jurusan dan atau Program Studi, dan di bawahnya lagi tahun ujian skripsi/tesis/disertasi. Semuanya itu dicetak dengan huruf Roman tegak, diatur secara simetris dengan komposisi yang serasi. Sampul dibuat dari bahan tebal. Di punggung sampul dibubuhkan logo (berdiri), nama (memanjang, dengan huruf biasa berukuran 12), judul (memanjang, dengan huruf kapital berukuran 14), skripsi/tesis/disertasi, dan tahun. Contoh sampul lihat lampiran 1. 4.1.2 Lembar BerlogoPanduan Penulisan K arya Ilmiah

44

Lembar kosong berlogo merupakan pembatas antara sampul dan lembar judul. 4.1.3 Judul Lembar judul bunyinya sama dengan yang terdapat pada sampul, hanya saja dicetak pada kertas hvs putih dengan bobot terendah 70 gr. 4.1.4 Pengesahan Kelulusan Lembar ini berisi pernyataan berikut: Skripsi/Tesis/Disertasi ini (dipilih salah satu) telah dipertahankan di hadapan Panitia Peng-uji Skripsi/Tesis/Disertasi (dipilih salah satu) Fakultas/Program Pascasarjana/Universitas Negeri Semarang pada hari..., tanggal...(bulan dan tahun). Untuk skripsi panitianya panitia fakultas, untuk tesis panitia Program Pascasarjana, dan untuk disertasi panitia Universitas. Selanjutnya dicantumkan Ketua, Sekretaris, dan Anggota panitia penguji, yang masing-masing disertai tempat pembubuhan tanda tangan beserta nama lengkap dan NIP-nya. Contoh lembar Persetujuan Penguji lihat lampiran 3. 4.1.5 Pernyataan Lembar ini diberi judul PERNYATAAN, ditulis di tengah atas. Isi pernyataan itu ialah bahwa skripsi/tesis/disertasi ini hasil karya (penelitian dan tulisan) sendiri, bukan buatan orang lain, dan tidak menjiplak karyaPanduan Penulisan K arya Ilmiah

45

ilmiah orang lain, baik seluruhnya maupun sebagian. Contoh Lembar Pernyataan lihat lampiran 4. 4.1.6 Motto dan Peruntukan Lembar ini boleh ada, boleh tidak. Motto adalah ungkapan bijak untuk kehidupan, yang dipilih berkaitan dengan judul skripsi/tesis/disertasi. Peruntukan adalah pernyataan bahwa karya ilmiah itu diperuntukkan kepada orang atau lembaga tertentu. Contoh lembar motto dan persembahan lihat lampiran 5. 4.1.7 Kata Pengantar Lembar kata pengantar diberi judul KATA PENGANTAR yang diletakkan di tengah atas. Dalam kata pengantar boleh dikemukakan ungkapan puji syukur, namun yang pokok adalah ucapan terima kasih secara jujur dan wajar kepada orang-orang, lembaga, atau lainnya yang langsung membantu pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi, tesis, disertasi. Dalam kata pengantar tidak boleh ada pernyataan bahwa penulis yakin akan adanya banyak kesalahan atau kekurangan dalam skripsi, tesis, atau disertasinya dan atas dasar itu penulis minta maaf, serta mengharapkan kritik dari pembaca. Kalau penulis yakin bahwa dalam skripsi, tesis, atau disertasinya itu masih banyak kesalahan atau kekurangan, skripsi, tesis, atau disertasi itu harus diperbaiki dulu sebelumPanduan Penulisan K arya Ilmiah

46

ujian karena kesalahan ilmiah tidak dapat diselesaikan dengan permintaan maaf. Lagipula harapan kritik itu tidak diperlukan sebab skripsi, tesis, atau disertasi adalah karya ilmiah untuk diuji. Baru kalau nantinya naskah skripsi, tesis, atau disertasi itu akan diterbitkan, permintaan kritik itu dinyatakan. Teks kata pengantar diketik dengan spasi dua, seperti halnya naskah bagian utama, tidak boleh lebih dari dua halaman. Pada akhir teks kata pengantar dicantumkan kata Penulis, tanpa disertai nama, diletakkan di pojok kanan bawah. 4.1.8 Abstrak Abstrak ditulis pada lembar baru, diberi judul ABSTRAK, ditulis di tengah atas, dicetak dengan huruf kapital. Di bawahnya, dengan jarak dua spasi dicantumkan nama akhir penulis, diikuti tanda koma, lalu nama depan dan tengah (kalau ada), diikuti tanda titik, lalu tahun lulus ujian, diikuti tanda titik; diikuti judul skripsi, tesis, atau disertasi. Selanjutnya dicantumkan kata Skripsi Jurusan/Program...Universitas Negeri Semarang diakhiri tanda titik, disusul dengan pencantuman nama-nama pembimbing. Pada baris baru berikutnya dicantumkan Kata-kata kunci: ..., berkisar dari tiga sampai dengan lima kata. Pada baris berikutnya, dengan jarak dua spasi ditulis teks abstrak dengan spasi satu. Isi abstrak meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, pendekatan dan metode yang digunakan, hasil yang diperoleh, dan saran yang diajukan. Butir-butir ini hendaklah ditulis dalam paragrafPanduan Penulisan K arya Ilmiah

47

yang berbeda, dengan tidak menolak kemungkinan untuk memecah butir tertentu untuk dituangkan dalam paragraf yang berbeda kalau diperlukan. Keseluruhan teks abstrak tidak boleh lebih dari satu halaman kuarto. Contoh abstrak lihat lampiran 6. Khusus untuk tesis dan disertasi, abstrak berbahasa Inggeris dengan judul ABSTRACT wajib disertakan pada lembar terpisah setelah abstrak berbahasa Indonesia. 4.1.9 Daftar Isi Dalam daftar isi dimuat judul-judul yang terdapat pada bagian awal skripsi, tesis, atau disertasi, mulai dari abstrak, judul-judul bab beserta subbab dan anak subbabnya masing-masing, dan judul-judul pada bagian akhir. Kecuali judul subbab dan anak subbab, semuanya diketik dengan huruf kapital. 4.1.10 Daftar Singkatan dan Tanda Teknis Daftar ini memuat singkatan teknis beserta kepanjangannya dan tanda teknis beserta makna atau penggunaannya. Singkatan dan tanda teknis jangan dicampur, tetapi bisa diketik dalam satu halaman saja karena keduanya mempunyai fungsi teknis yang sama, yakni untuk kemudahan pemberian. 3.1.11 Daftar TabelPanduan Penulisan K arya Ilmiah

48

Daftar tabel memuat nomor dan judul tabel, diikuti titik-titik seperti pada daftar isi, lalu disusul nomor halaman tempat tabel terdapat dalam teks. Judul tabel yang lebih dari satu halaman ditik dengan spasi satu. Jarak antara judul tabel yang satu dengan yang lain dalam daftar itu satu setengah spasi. 4.1.12 Daftar Gambar Cara membuat daftar gambar sama dengan cara membuat daftar tabel. 4.1.13 Daftar Lampiran Cara membuat daftar lampiran sama juga dengan cara membuat daftar tabel. 4.2 Bagian Pokok Bagian pokok skripsi,tesis,atau disertai terdiri atas bab pendahuluan,teori yang digunakan untuk landasan penelitian,metode penelitian,hasil penelitian,dan penutup.hasil penelitian tidak harus hanya disajikan dalam satu bab,bergantung pada banyaknya materi yang akan disajikan dan perlunya pemilahan materi itu menjadi unit-unit tertentu. 4.2.1 Pendahuluan

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

49

Bagian ini adalah bab pertama skripsi,tesis,atau disertai yang mengantarkan pembaca untuk mengetahui apa yang diteliti,mengapa dan untuk apa penelitian dilakukan.Oleh karena itu,bab pendahuluan memuat uraian tentang (1) latar belakang masalah penelitian, (2) rumusan masalah, (3) identifikasi masalah, (4) tujuan penelitian, (5) kegunaan penelitian, (6) pembatasan masalah (1) Latar Belakang Bagian ini pada dasarnya menerangkan keternalaran (kerasionalan) mengapa topik yang dinyatakan pada judul skripsi,tesis,atau disertai itu diteliti.Untuk menerengkan keternalaran tersebut perlu dijelaskan dulu pengertian rumusan topik yang dipilih untuk diteliti.Baru kemudian diterangkan argumen yang melatarbelakangi pemilihan topik itu dilihat dari posisi substansi topik itu dalam keseluruhan sisitem substansi yang melingkupi substansi topik itu.Dalam hal ini dapat dikemukakan misalnya,adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan,antara teori dan praktek. Setelah itu,diterangkan ketenalaran pemilihan topik itu dilihat dari paradigma penelitian sejenis.Untuk itu perlu dilakukan kajian pustaka yang memuat hasil-hasil penelitian tentang topik yang dipilih itu. Dengan melihat hasil yang diperoleh dalam penelitian sebelumnya, dapat ditunjukkan apakah topik yang dipilih itu memang masih layak untuk diteliti.

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

50

Topik yang pernah diteliti boleh saja diteliti,asal penelitian yang baru itu dapat menghasilkan sesuatu yang baru,yang berbeda dari sebelumnya,yang bisa mengatasi kekurangan hasil penelitian itu,atau dalam penelitian yang bari itu digunakan teori lain atau metode lain yang diduga dapat menghasilkan temuan yang lain dari sebelumnya. Dalam tesis dan disertai,kajian pustaka untuk mengemukakan keternalaran (kerasionalan) pemilihan topik penelitin itu bisa ditaruh di bawah judul tersendiri, misalnya Hasil Penelitian Sebelum ini.Dalam kajian pustaka itu pembicaraan dilakukan secara kronologis.Dengan demikian,diketahui kemajuan penelitian yang dilakukan para peneliti selama ini dan diketahui pula posisi peneliti sekarang dalam deretan penelitian sejenis. (2) Rumusan Masalah Rumusan masalah adalah rumusan persoalan yang perlu dipecahkan atau pertanyaan yang perlu dijawab dengan penelitian.Rumusan itu tidak harus sdalam bentuk kalimat tanya,tetapi hendaklah mengandung kata-kata yang menyatakan persoalan atau pertanyaan,yakni apa, siapa, berapa, seberapa, sejauh mana,bagaimana (bisa tentang cara atau wujud/keadaan),di mana,ke mana,dari mana,mengapa,dan sebagainya. Rumusan masalah harus diturunkan dari rumusan topik,tidak boleh keluar dari lingkup topik.Oleh karena itu,rumusan masalah hendaklahPanduan Penulisan K arya Ilmiah

51

mencakupi semua variabel yang tergambarkan dalam rumusan topik.Kalau ada variabel umum dan khusus, hendaklah dirumuskan masalah pokok beserta sub-submasalah-nya.Jadi,rumusan masalah harus terinci dan terurai dengan jelas agar dapat dipecahkan dan dicarikan datanya untuk pemecahannya. Rumusan masalah yang baik harus memungkinkan untuk menentukan metode pemecahannya dan mencarikan datanya.Untuk masalah-masalah perlu diidentifikasi dengan baik. Identifikasi masalah bisa ditaruh di bawah judul tersendiri,tetapi yang penting bukan judulnya,melainkan materi identifikasinya itu sendiri.Dengan identifikasi masalah itu,permasalahan perumusan masalah menjadi operasional; maksudnya masalah-masalahnya dapat dipecahkan,karena variabel atau wujud data yang diperlukan dan teknik pemerolehannya dapat diprakirakan. Kalau terdapat banyak masalah,tetapi yang akan diteliti hanya masalah-masalah tertentu,perlu ada pembatasan masalah disertai keterangan mengapa masalah yang diteliti dibatasi.Pembatasan masalah ini bisa dicantumkan di bawah judul tersendiri.Akan tetapi, kalau memang tidak ada pembatasan,tidak perlu ada sub-judul Pembatasan Masalah. (3) Tujuan Penelitian Tujuan penalitian mengungkapkan apa yang ingin dicapai dalam penelitian. Rumusan sejajar dengan rumusan masalah.Misalnya,kalauPanduan Penulisan K arya Ilmiah

52

masalahnya apakah ada pengaruhnya pendiskusian topik karangan dalam proses belajar mengajar mengarang pada keberhasilan siswa mengarang dan jika ada,berapa besar peranannya,rumusan tujuannya dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendiskusian topik karangan dalam proses belajar mengajar mengarang pada keberhasilan siswa mengarang,dan jika ada berapa besar peranannya. (4) Kegunaan Penelitian Yang diuraikan di sini ialah kegunaan atau pentingnya penelitian dilakukan,baik bagi pengembangan ilmu maupun bagi kepentingan praktik.Adanya uraian ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa masalah yang dipilih memang layak untuk diteliti. 4.2.2 Teori yang Digunakan untuk Landasan Penelitian Dalam penelitian diperlukan dua landasan,yakni landasan teoretis dan landasan faktual.Landasan teoretis ialah teori yang digunakan untuk landasan kerja penelitian tentang topik yang diambil untuk diteliti.Landasan faktual ialah data tentang topik yang diteliti.Keduanya diuraikan dalam dua bagian tesis yang berbeda,tetapi berturutan. Landasan teoretis diuraikan pada bab II,sedangkan landasan faktual diuraikan pada bab III. Dalam landasan teoretis dinyatakan teori apa yang digunakan untuk landasan kerja penelitian.Teori itu bisa disusun sendiri secara eklektik,bisa

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

53

juga berupa teori yang digunakan oleh seorang ahlu.Namun,teori apapun yang digunakan harus dipertanggung Jawabkan melalui kajian sejumlah pustaka yang memuat hasil penelitian dalam lingkup penelitian yang menggunakan teori yang berbeda.Teori itu dikaji secara kronologis,dari yang lama sampai dengan yang mutakhir untuk menunjukkan kemajuan hasil penelitian sejalan dengan perkembangan teori.Dengan cara itu,di antara sederet teori,keunggulan teori yang dipilih sebagai landasan kerja penelitian menjadi tampak. Pustaka yang dikaji itu bisa berupa buku atau artikel dalam jurnal ilmiah,makalah, skripsi,tesis,disertai,laporan penelitian. Namun, semua itu harus relevan dengan topik penelitian.Lagi pula,kajian itu dilakukan dalam rangka pemilihan teori yang dipandang tepat untuk landasan kerja penelitian.Kajian pustaka untuk menentukan apakah topik yang diteliti itu atau yang berkaitan dengan topik itu mungkin sudah pernah diteliti orang lain sudah diuraikan di bagian pendahuluan. Penyebutan nama teori saja tidaklah cukup.Prinsip-prinsip teori itu perlu diuraikan.Termasuk pendekatan dan metode kerja teori itu.Variabelvariabel pembangun topik penelitian juga perlu diterangkan menurut pandangan teori yang dipilih itu. Dengan uraian tentang teori itu hakikat topik penelitian menjadi jelas.Variabelvariabel,masalah,dan tujuannya terperikan secara operasional.Data pun dapat diidentifikasi,sedangkan lahan pengambilan dapat ditentukan.Dengan demikian,teknik pengumpulan,pengolahan,danPanduan Penulisan K arya Ilmiah

54

analisis data dapat dirancang.Jadi,landasan teoretis tidak hanya melandasi identifikasi sasaran,tetapi juga melandasi metode penelitian. Dalam penelitian kuantitatif jenis tertentu,uraian tentang teori yang dipakai sebagai landasan penelitian diikuti uraian tentang kerangka berpikir dan rumusan hipotesis.Kerangka berpikir menggambarkan pola hubungan logis antar variabel dalam pemecahan masalah yang diteliti,sedangkan hipotesis menyatakan dugaan atau ramalan tentang hasil pemecahan masalah atas dasar kerangka berpikir. 4.2.3 Metode Penelitian Uraian tentang metode penelitian dimuat dalam bab tersendiri,yakni bab III. Tentang metode penelitian terdapat perbedaan antara metode penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif,khususnya penelitian bahasa dan sastra.Akan tetapi,prosedurnya sama:dimulai dari pengumpulan data,dilanjutkan dengan pengolahan data,lalu dilakukan analisis data. Yang perlu diuraikan dalam penelitian kuantitatif adalah (1) jenis dan desain penelitian, (2) variabel penelitian yang dirumuskan secara operasional, (3) populasi, sampel ,dan teknik pengambilan sampel penelitian, (4) instrumen penelitian disertai penentuan validitas dan reliabitasnya, (5) teknik pengumpulan data, (6) teknik pengolahan dan analisis data. Dalam penelitian kualitatif,butir (2) diganti dengan uraian tentang wujud data, butir (3) diganti dengan sumber data.Khusus dalam penelitianPanduan Penulisan K arya Ilmiah

55

linguistik dan penelitian sastra,butir (1) diganti dengan sasaran dan ancangan penelitian. Dalam uraian tentang metode penelitian itu tidak cukup hanya disebut istilah- istilah,misalnya digunakan teknik wawancara.Prosedur pelaksanaan metode atau teknik itu perlu diterangkan.Kalau dalam penelitian digunakan beberapa teknik pengumpulan atau analisis data,kegunaannya masing-masing perlu diterangkan. Sebaliknya dalam uraian itu tidak perlu didefinisikan pengertian populasi,sampel, dan sebagainya seperti dalam pelajaran metodologi penelitian.Yang diuraikan adalah populasinya siapa atau apa,dan dari jumlah sampel itu diambil sampel berapa,dan seterusnya. 4.2.4 Hasil Penelitian Hasil penelitian dimuat dalam bab tersendiri,tetapi tidak harus dalam satu bab. Bisa dua bab atau lebih,bergantung kepada organisasi temuannya dalam pemecahan masalah.Yang penting adalah semua masalah harus ada jawabannya.Jawaban atas masalah yang dirumuskan di bab pendahuluan harus diuraikan dengan jelas,sistematis, dan tuntas. Bab inti ini memang berisi hasil penelitian beserta penjelasannya.Akan tetapi, tidak tidak berarti bahwa judul bab ini Hasil Penelitian dan Pembahasan.Judul hendaknya dirumuskan sesuai dengan topik (judul) skripsi,tesis,atau disertai.

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

56

Dalam penelitian kualitatif,temuan (hasil) penelitian itu berupa sistem yang mungkin tersusun dari sub-subsistem.Bangunan sistem itu hanya bisa dipahami dalam keseluruhannya.Oleh karena itu,temuan (hasil) penelitian dan pembahasannya tidak dapat dipisahkan. Pemisahan itu dimungkinkan dalam penelitian kuantitatif karena pemisahan temuan (hasil) penelitian dari penjelasannya tidak akan merusak organisasi substansi temuan (hasil) penelitian.Temuan (hasil) penelitian kuantitatif yang dinyatakan dengan angka harus ditafsirkan dengan katakata,dan tafsiran itu perlu dijelaskan dan dibahas lebih lanjut. 4.2.5 Penutup Bab penutup merupakan bab terakhir skripsi,tesis,atau disertai.Isinya adalah simpulan dan saran.Dengan demikian,bab ini bisa dibagi dua subbab. Penyajian simpulan hendaklah sejalan dengan penyajian masalah,tujuan,dan uraian tentang hasil penelitian.Dengan demikian,masalah yang dikemukakan di bagian pendahuluan semuanya terjawab dan dengan jawaban itu semua tujuan telah tercapai. Lagi pula uraian atau pembahasan masalah yang dilakukan secara panjang lebar dalam bab sebelumnya semuanya ada simpulannya. Penyajian saran harus sejalan dan didasarkan pada simpulan atau temuan.Saran hendaklah disertai dengan argumentasinya.Kalau mungkain juga disertai jalan keluarnya.Panduan Penulisan K arya Ilmiah

57

Saran dapat bersifat praktis atau pragmatis,dapat juga bersifat teoretis.Termasuk saran yang berharga adalah saran tentang perlunya dilakukan penelitian lanjutan, mengingat bahwa belum tentu semua masalah dapat dipecahkan secara tuntas dalam penelitian sekarang atau setelah selesainya penelitian sekarang ini timbul masalah lain yang terkait. 4.3 Bagian Akhir Bagian akhir terdiri atas daftar pustaka, lampiran (kalau ada), penjurus atau indeks (kalau ada), dan takarir atau daftar kata kunci/istilah(kalau ada). Keberadaan daftar pustaka adalah wajib, artinya hanya pustaka yang dirujuk dalam teks skripsi, tesis dan disertasi yang harus ditulis dalam daftar pustaka. Daftar pustaka ditulis sesuai dengan kaidah penulisan daftar pustaka. Perlu pula diperhatikan kemutakhirannya dan diusahakan juga dari hasil-hasil penelitian dan jurnal ilmiah yang relevan dengan topik skripsi, tesis dan disertasi. Daftar pustaka ditulis langsung setelah teks berakhir pada halaman baru dengan judul DAFTAR PUSTAKA. Judul tersebut dicetak tebal dengan huruf tegak, kapital semua, berukuran 12, ditulis mulai dari pias kiri. Jarak dengan teks di atasnya empat spasi.

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

58

Artikel ilmiah ialah karangan yang dihasilkan melalui proses penelitian lapangan atau pemikiran konseptual yang berlandaskan kajian kepustakaan dan diterbitkan di dalam jurnal ilmiah. Artikel hasil penelitian ditulis berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan di lapangan dan dilaporkan kembali dalam bentuk yang lebih padat, lugas, jelas, dan sederhana, dan dimuat di dalam jurnal agar dibaca oleh kalangan yang lebih luas. Artikel konseptual ditulis berdasarkan pemikiran atau perenungan yang mendalam terhadap objek atau fenomena tertentu berlandaskan acuan kepada teori yang diperoleh melalui kajian pustaka (library research) untuk tujuan yang serupa dengan tujuan penulisan artikel hasil penelitian. Untuk itu, bab ini menyajikan hal-hal yang berkaitan dengan penulisan (1) artikel hasil penelitian dan (2) artikel konseptual. 5.1 Artikel Hasil Penelitian Artikel hasil penelitian ialah artikel ilmiah yang disajikan sebagai hasil penelitian lapangan yang yang dilandasi dengan kajian teoretis terhadap hasil penelitian terdahulu. Arikel jenis ini dapat berdasarkan hasil penelitian kualitatif ataupun penelitian kuantitatif. Artikel hasil penelitian terdiri atas (1) judul, (2) nama penulis dan lembaga asal, (3) abstrak dan kata kunci, (4) pendahuluan, (5) metodologi, (6) hasil, (7) bahasan, (8) simpulan, (9) catatan akhir, dan (10) daftar rujukan. 5.1.1 Judul

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

59

Judul (title) artikel hasil penelitian hendaknya informatif, lengkap, tidak terlalu panjang, yaitu antara 5 sampai dengan 15 kata. Judul artikel hasil penelitian memuat variabel yang diteliti atau kata kunci yang menggambarkan masalah yang diteliti. Judul artikel yang berbahasa Indonesia diikuti dengan

terjemahannya dalam bahasa Inggris, yang ditulis tepat di baris setelah judul yang berbahasa Indonesia.B. KENDALA SOSIAL BUDAYA DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT PEDESAAN (Socio-Cultural Constraints in Developing Rural Comunities)

5.1.2 Nama Penulis dan Lembaga Asal Nama penulis artikel ditulis tanpa disertai gelar akademik atau gelar lain apapun. Nama lembaga tempat bekerja penulis dicantumkan sebagai catatan kaki di halaman pertama artikel. Jika artikel ditulis oleh dua orang atau lebih, semua ditulis secara berurutan mulai dengan penulis utama. Apabila semua penulis berasal dari lembaga yang sama, nama lembaga asal hanya ditulis sekali. Namun, apabila penulis berasal dari lembaga yang berlainan, semua nama lembaga asal penulis harus dicantumkan sebagai

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

60

catatan kaki, mulai dengan lembaga asal penulis utama dengan penanda bintang (*). 5.1.3 Abstrak dan Kata Kunci Abstrak berisi pernyataan ringkas dan padat tentang gagasan terpenting di dalam artikel. Gagasan itu antara lain mencakupi masalah, tujuan, prosedur penelitian (untuk penelitian kualitatif termasuk deskripsi tentang subjek yang diteliti), dan ringkasan hasil penelitian sebagai tekanannya. Abstrak yang mendahului artikel berbahasa Indonesia hendaknya ditulis dalam bahasa inggris, sedangkan untuk artikel yang berbahasa Inggris dilengkapi dengan abstrak berbahasa Indonesia. Panjang abstrak antara 50 sampai dengan 75 kata dan ditulis dalam satu paragraf. Dengan ketikan berspasi tunggal menggunakan format yang lebih sempit daripada teks utama (margin kanan dan kiri menjorok masuk 1,2 cm). Abstrak diikuti dengan Kata Kunci (Key Words) yang merupakan kata pokok yang menggambarkan daerah masalah yang diteliti atau istilah yang menggambarkan gagasa pokok artikel. Kata kunci dapat berupa kata tunggal atau gabungan kata. Jumlah kata kunci dalam artikel ilmiah antara 3 sampai dengan 5 buah. Kata ini diperlukan untuk penelusuran lebih lanjut

Panduan Penulisan K arya Ilmiah

61

ke dalam sistem informasi dan telekomunikasi menggunakan teknologi internet. 5.1.4 Pendahuluan Pendahuluan tidak diberi judul, ditulis langsung setelah kata kunci. Bagian ini menyajikan gagasan pokok yang paling sedikit terdiri atas empat bagian: (1) latar belakang penulisan artikel, (2) masalah , (3) tujuan penelitian, dan (4) sistematika artikel. Keempat gagasan tersebut ditulis dalam bentuk paragraf yang memperlihatkan adanya koherensi antara gagasan satu dengan gagasan yang lain. Karena pendahuluan memuat gagasan teoretis mengenai suatu perkara, kajian pustaka dibutuhkan untuk mendukung penyampaian gagasan tadi. Sebab itu, bagian ini harus disertai dengan rujukan kepada berbagai sumber yang terpercaya. Jumlah rujukan harus proporsional (tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak). Gagasan teoretis harus disajikan secara ringkas, padat, dan langsung mengenai masalah yang diteliti. Aspek yang dibahas dapat mencakupi aspek histories, landasan teori atau aspek lain. Gagasan teoretis mengarahkan pembaca ke rumusan masalah yang dilengkapi dengan rencana pemecahannya dan rumusan tujuan. 5.1.5 Metodologi Metodologi diartikan sebagai kumpulan metode yang digunakan untuk membuat desain penelitian, menentukan jenis dan jumlah sample,Panduan Penulisan K arya Ilmiah

62

menarik data, dan mengolah atau menganalisis data. Dalam rangka penulisan artikel, pada dasarnya, bagian ini menyajikan cara pelaksanaan penelitian. Uraian disajikan dalam beberapa paragraf tanpa sub-bagian, atau pemilahan ke dalam sub-bagian. Bagian ini hanya memuat hal yang pokok saja; uraian rinci tentang rancangan penelitian tidak perlu disajikan di dalam artikel ilmiah. Materi pokok bagian metodologi adalah cara pengumpulan data, sumber data, cara analisis data. Dengan perkataan lain, bagian ini antara lain berisi keterangan tentang populasi dan sampel (atau subjek), instrumen pengumpul data, rancangan penelitian (terutama jika digunakan raancangan yang cukup kompleks seperti rancangan eksperimental), dan teknik analisis data. Penelitian yang mendasari penulisan artikel menggunakan alat dan bahan perlu dilengkapi dengan sajian tentang spesifikasi alat dan bahan. Spesifikasi alat menggambarkan tingkat kecanggihan alat, sedangkan spesifikasi bahan juga perlu diberikan karena penelitian ulang dapat berbeda dengan penelitian terdahulu apabila spesifikasi bahan yang digunakan berbeda. Untuk penelitian kualitatif perlu ditambahkan uraian mengenai kehadiran peneliti, subjek penelitian, keterangan tentang informan, cara menggali data penelitian, lokasi penelitian, dan lama penelitian. Perlu pula disajikan uraian mengenai pengecekan keabsahan hasil penelitian.Panduan Penulisan K arya Ilmiah

63

5.1.6 Hasil Hasil adalah bagian utama artikel ilmiah. Karena itu, bagian ini biasanya merupakan bagian terpanjang. Bagian ini menyajikan hasil analisis data yang dilaporkan secara bersih. Untuk artikel hasil penelitian kuantitatif, proses analisis data (seperti perhitungan statistik, tabel yang panjang, sampel yang berlebihan, dan sebagainya) tidak perlu disajikan. Proses pengujian hipotesis pun tidak perlu disajikan, termasuk pembandingan antara koefisien yang ditemukan dalam analisis dengan koefisien dalam tabel statistik. Dengan perkataan lain, yang dimuat di dalam artikel hanya hasil analisis dan hasil pengujian hipotesis. Hasil analisis boleh disajikan dengan tabel atau grafik asalkan dalam bentuk yang ringkas, jelas dan tidak mengganggu alur piker di dalam teks. Jika ke dalam sajiak disertakan tabel dan/atau grafik untuk memperjelas sajian verbal, keduanya harus diberi judul dengan komentar yang memadai walaupun komentar tersebut tidak harus dilakukan per tabel atau grafik. Apabila hasil yang disajikan cukup panjang, penyajian bisa dilakukan dengan memilah bagian ini menjadi subbagian sesuai dengan penjabaran masalah penelitian. Sebaliknya, apabila bagian ini pendek, semua sajian bisa berupa gabungan pembahasan.Panduan Penulisan K arya Ilmiah

64

Untuk artikel hasil penelitian kualitatif, bagian hasil memuat deskripsi, eksplanasi, analisis, sintesis, diskusi, perbandingan dan sebagainya yang tersaji rinci dalam bentuk subtopik yang masing-masing berkaitan langsung dengan fokus penelitian. 5.1.7 Bahasan Bagian ini adalah bagian terpenting dari keseluruhan isi artikel ilmiah. Tujuan bahasan: (1) memecahkan masalah penelitian atau menunjukkan pencapaian tujuan penelitian, (2) menafsirkan temuan dan menarik inferensi berdasarkan temuan itu, (3) mengintegrasikan temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan, dan (4) menyusun teori baru atau memodifikasi teori yang saudah ada. Untuk menunjukkan terjadinya pemecahan masalah atau

pencapaian tujuan penelitian, harus hasil penelitian disimpulkan secara eksplisit. Misalnya, jika dinyatakan bahwa penelitian bertujuan mengetahui perbedaan penggunaan antara satu strategi dan stgrategi lain dalam pembelajaran bahasa asing, dalam bagian pembahasan perbedaan itu haruslah diuraikan secara rinci dengan bukti yang memadai. Penafsiran terhadap temuan dilakukan dengan menggunakan logika dan teori yang ada. Misalnya ditemukan adanya hubungan antara strategi pembelajaran dan prestasi siswa, dapat ditafsirkan bahwa strategi dapat berpengaruh besar terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.Panduan Penulisan K arya Ilmiah

65

Temuan diintegrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dengan jalan membandingkan temuan itu dengan temuan penelitian sebelumnya, dengan teori yang sudah ada, atau dengan kenyataan di lapangan. Pembandingan harus disertai rujukan yang sesuai. Jika penelitian yang menjadi dasar penulisan artikel berupa telaah teori (penelitian dasar), teori yang lama bisa dikonfirmasi atau ditolak, sebagian atau seluruhnya. Penolakan teori harus disertai dengan modifikasi atau rumusan teori baru. Untuk penelitian kualitatif, bagian ini dapat pula memuat gagasan peneliti, kaitan antarkategori dan antardimensi, dan posisi temuan atau penelitian terhadap temuan dan teori sebelumnya. 5.1.8 Simpulan Simpulan menyajikan ringkasan dari uraian yang disajikan pada bagian hasil dan pembahasan. Berdasarkan uraian pada kedua bagian itu, dikembangkan pokok pikiran yang merupakan esensi dari uraian tersebut. Simpulan disajikan dalam bentuk deskripsi verbal, dan bukan dalam bentuk angka. Simpulan dapat diikuti dengan saran yang disusun berdasarkan simpulan. Saran bisa merujuk kepada tindakan praktis, pengembangan teoritis, dan penelitian lanjutan. Simpulan dan saran dapat pula disebut bagian penutup.Panduan Penulisan K arya Ilmiah

66

5.1.9 Catatan Akhir Pada dasarnya, catatan akhir dalam artikel ilmiah berupa keterangan tambahan yang diberikan kepada istilah khusus, nama tokoh, nama lembaga, tahun tertentu, simbol, dan sebagainya yang termuat di dalam artikel. Pencantuman catatan akhir ini dilakukan dengan alasan bahwa walaupun dibutuhkan dan dianggap penting, cacatan tambahan dapat dianggap mengganggu tampilan nas pokok jika disisipkan ke dalamnya. 5.1.10 Daftar Rujukan Daftar rujukan (references) harus lengkap dan sesuai dengan rujukan yang disajikan dalam nas artikel ilmiah. Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam nas. Demikian pula semua rujukan yang disebutkan dalam nas harus disajikan dalam daftar rujukan. Tata cara penulisan daftar rujukan dapat dilihat pada Bab 6, Tata Tulis. 5.2 Artikel Konseptual Artikel konseptual ialah artikel ilmiah yang dihasilkan oleh penulisnya melalui proses pemikiran yang mendalam terhadap suatu gejala yang muncul di dalam ranah ilmu tertentu. Proses pemikiran itu didukung dengan rujukan kepada teori tertentu yang sudah dikemukakan pakar melalui karangannya dalam bahan rujukan tertentu. Dengan demikian,Panduan Penulisan K arya Ilmiah

67

dapat dikatakan bahwa artikel konseptual merupakan laporan hasil pemikiran yang dilandasi oleh kajian kepustakaan. Artikel konseptual terdiri atas (1) judul, (2) nama penulis dan lembaga asal, (3) abstrak dan kata kunci, (4) pendahuluan, (5) nas, (6) penutup atau simpulan, (7) catatan akhir, dan (7) Daftar rujujukan. 5.2.1 Judul Judul dalam artikel konseptual berfungsi sebagai label yang mencerminkan secara tepat intisari yang terkandung dalam artikel. Sebab itu, pemilihan kata yang dipakai di dalam judul hendaknya dilakukan secara cermat. Di samping aspek ketepatannya, pemilihan kata untuk judul perlu juga mempertimbangkan pengaruhnya terhadap daya tarik judul bagi pembaca. Judul artikel sebaiknya terdiri atas 5-15 kata. 5.2.2 Nama Penulis dan Lembaga Asal Seperti pada penulisan nama dan asal lembaga pada artikel hasil penelitian, penulisan nama pengarang pada artikel konseptual dilakukan tanpa disertai gelar akademik atau gelar lain apapun. Nama lembaga tempat bekerja penulis dicantumkan sebagai catatan kaki di halaman pertama artikel. Jika artikel ditulis oleh dua orang atau lebih, semua ditulis secara berurutan mulai dengan penulis utama. Apabila semua penulis berasal dari lembaga yang sama, nama lembaga asal hanya ditulis sekali. Namun, apabila penulis berasal dari lembaga yang berlainan, semua namaPanduan Penulisan K arya Ilmiah

68

lembaga asal penulis harus dicantumkan pada catatan kaki, mulai dengan lemba