Paper SIK

Post on 08-Dec-2014

123 views 8 download

Transcript of Paper SIK

Paper

SISTEM INFORMASI KESEHATAN

PELAYAN KESEHATAN IBU DAN BAYI DI PUSKESMAS

(Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Sistem Informasi Kesehatan)

Disusun Oleh :

Ririn Agustini 102110101105

Amalia Listi Rahma 102110101045

Roseana Wardah 102110101075

Adinda Intan Putri P. 102110101191

Rodiah Fitriani 102110101141

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2013

BAB 1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah

data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data

dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi

yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis,

dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan

keputusan. Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi ini adalah

mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan,

hobi, rekreasi, dan rohani. Kemudian untuk profesi seperti sains, teknologi,

perdagangan, berita bisnis, dan asosiasi profesi.

Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara baru dalam

kehidupan, dari kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini

dikenal dengan elife, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai

kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak dengan berbagai huruf

yang dimulai dengan awalan e seperti e-commerce, e-government, e-education, e-

library, e-journal, e-medicine, elaboratory, e-biodiversitiy, dan yang lainnya lagi yang

berbasis elektronika.

Indonesia memiliki tujuan khusus dalam MDG’s salah satunya adalah untuk

menurunkan angka kematian anak, hal ini dapat tercapai dengan peran penting

adanya sistem informasi dalam bidang kesehatan. Pimpinan Nasional memimpin

Pembanguna Masyarakat Informasi Indonesia salah satunya dengan program e-

Health. Aplikasi sistem informasi kesehatan dicanangkan pada setiap instansi atau

tempat pelayanan terkait kesehatan seperti Klinik 24 jam, Puskesmas, Apotek, Rumah

Sakit, PMI, Laboratorium Kesehatan, Industri Obat, Tenaga Kesehatan, BKKBN,

PEMDA / DINKES, ASKES, DEPKES serta masyarakat.

Seiring dengan pesatnya perkembangan Teknologi Informasi yang terjadi

sekarang ini khususnya di negara kita Indonesia Teknologi tidak lagi menjadi barang

yang aneh, bahkan sangat diperlukan untuk mendukung kinerja dari suatu organisasi,

misalkan dalam suatu instansi kesehatan. Untuk saat ini tanpa dukungan teknologi

informasi sebuah perusahaan atau instansi mungkin sangat mustahil untuk dapat

berkembang. Namun demikian penerapan Teknologi Informasi dalam suatu

organisasi tidaklah gampang seperti membalikkan telapak tangan. Banyak sekali

kendala yang perlu diperhatikan dalam penerapan teknologi informasi, seperti

masalah biaya, Sumber Daya Manusia(SDM) dan masih banyak faktor lainnya yang

menjadi kendala.

Salah satu pemanfaatan teknologi dalam penggunaan system Informasi pada

saat ini dalam dunia kesehatan yaitu pada system pencatatan KIA. Laporan bulanan

KIA untuk memantau kegiatan kesehatan ibu dan bayi disuatu wilayah Puskesmas,

Laporan kelahiran dan kematian per desa untuk memantau perkembangan kelahiran

dan kematian neonatal di masing-masing desa dalam suatu wilayah. Laporan

penemuan kasus BBLR dan laporan penemuan kasus tetanus neonatorum per desa

digunakan memantau kasus BBLR dan tetanus neonatorum di wilayah desa.

Laporan kematian ibu untuk mengetahui riwayat kematian ibu. Laporan register

kematian perinatal (0-7) hari dan laporan rekapitulasi pelacakan kematian neonatal

untuk mengetahui riwayat kematian bayi 0-7 hari dan bayi umur lebih dari 7 hari

atau 7-28 hari.

Sedangkan kegiatan pelaporan Pemantauan Wilayah Setempat untuk

mengevaluasi peningkatan jangkauan dan mutu pelayanan pelayanan KIA di

wilayah kerja puskesmas melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa

secara terus menerus. SPM KIA yang salah satu fungsinya adalah sebagai alat

monitoring dan evaluasi serta tolok ukur untuk mengukur kinerja penyelenggara

kewenangan daerah berkaitan dengan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

dibidang KIA meliputi : Cakupan kunjungan ibu hamil K4, Cakupan pertolongan

persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan,

ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk, cakupan kunjungan neonatus, cakupan

kunjungan bayi, dan cakupan BBLR yang ditangani.

Sumber data untuk membuat laporan pelayanan kesehatan ibu dan bayi di

Puskesmas diperoleh dari hasil kegiatan KIA di Puskesmas, puskesmas Pembantu,

Pondok Bersalin Desa (Polindes), Posyandu, bidan praktek swasta, dokter praktek

swasta, Rumah Bersalin dan Rumah Sakit Pemerintah maupun Sakit Swasta,

selanjutnya data dikumpulkan dan dilakukan pengolahan data sebulan sekali oleh

petugas pengolah data KIA di Puskesmas.

Hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan kesulitan evaluasi

Program KIA sangat berkaitan dengan fungsi manajemen dalam hal monitoring dan

evaluasi. Manajemen pelayanan kesehatan di seluruh tingkat fasilitas pelayanan

memerlukan informasi yang adekuat sehingga bisa melakukan fungsi

manajemennya, dimana salah satu fungsi tersebut adalah monitoring dan evaluasi.

Kegiatan ini bergantung pada sistem informasi yang berjalan dimana salah satu

aktifitas sistem tersebut adalah pencatatan dan pelaporan. Sistem monitoring dan

evaluasi adalah faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan fungsi manajemen

untuk memantau jalannya pelayanan kesehatan. Fakta dalam pencarian hingga

penyajian informasi KIA saat ini adalah sebaggai berikut:

1. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat data kegiatan yang bersumber

dari puskesmas, puskesmas pembantu, Pondok Bersalin Desa (Polindes),

posyandu, bidan praktek swasta, dokter praktek swasta. Data tersebut dicatat

dalam lebih dari satu register dan dikerjakan secara manual. Keadaan ini

mengakibatkan kelambatan dalam melakukan pengumpulan data.

2. Kebutuhan buku register untuk memasukan data Program KIA sering tidak

tersedia atau tidak mencukupi.

3. Tenaga pengelola data memiliki kemampuan terbatas dalam hal pengelolaan

data dan belum memanfaatkan kelebihan kemampuan komputer untuk

pengolahan, penyimpanan dan keamanan data program KIA serta

kepentingan pembuatan basis data.

4. Hasil pencatatan data dan laporan disimpan dalam bentuk paper base

mengakibatkan pencarian kembali data yang dibutuhkan memerlukan waktu

yang lama dan terjadi penumpukan arsip data dari tahun sebelumnya.

5. Informasi yang dikumpulkan dalam kondisi terlambat tersebut, dicatat dalam

register dan dilakukan kompilasi sehingga menghasilkan laporan kegiatan

bulanan KIA, Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA indikator ibu, PWS

KIA indikator anak serta laporan bulanan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

KIA kelahiran dan kematian per desa, penemuan kasus BBLR per desa,

penemuan kasus tetanus neonatorum per desa, kematian ibu, register

kematian perinatal (0-7) hari, rekapitulasi pelacakan kematian neonatal, yang

terlambat atau tidak tepat waktu. Hal ini disebabkan oleh banyaknya data

yang harus dikumpulkan oleh bidan di tiap-tiap desa sesuai dengan wilayah

tugasnya dan Puskesmas menunggu laporan dari bidan-bidan tersebut.

6. Bidan sebagai pemberi data Program KIA kurang memperhatikan kebutuhan

data dan informasi untuk evaluasi program KIA dan pengambilan keputusan

di Puskesmas. Hal ini dibuktikan dengan data yang dikirim sering terlambat,

terdapat form-form atau item yang kosong.

7. Kebutuhan data dan informasi untuk mengevaluasi kinerja program KIA

sesuai dengan SPM KIA belum bisa langsung diperoleh, namun bidan harus

menyalin tiap item dari laporan-laporan yang berbeda-beda karena belum ada

format baku.

Berdasarkan beberapa fakta tersebut diketahui bahwa data dan informasi

yang di himpun dan dicatat oleh bidan masih manual yang berakibat laporan yang

dibuat terlambat dan tidak akurat serta belum adanya basis data mengakibatkan

sulitnya mencari data yang dibutuhkan terutama untuk kebutuhan evaluasi kegiatan

program di Puskesmas meliputi ketersediaan data dan informasi yang relevan sesuai

kebutuhan organisasi.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Pengertian Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu

hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah (Asti,

2011).

Tujuan Program

1. Tujuan Umum

Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup

sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan

keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS),

serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh

kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia

seutuhnya.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam

mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi

tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, paguyuban 10

keluarga, penyelenggaraan Posyandu dan sebagainya.

b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara

mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan

Karang Balita, serta di sekolah TK.

c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil,

ibu bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.

d. meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu

menyusui, bayi dan anak balita.

e. meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh

anggota keluarganya untuk mengatasi maslah kesehatan ibu, balita, anak

prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.

Indikator KIA

1. Pelayanan Antenatal (ANC)

a. Definisi

Pelayanan kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu selama masa

kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan

antenatal yang ditetapkan (Wijoyo, Djoko. 2008).

b. Tujuan asuhan kehamilan (antenatal care) adalah:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial

ibu dan bayi.

3. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,

ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dengan trauma

seminimal mungkin.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kehamilan

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. (Syafrudin. 2009).

2. Kunjungan KI

Adalah kunjungan ibu hamil pertama kali pada masa kehamilan

(Wijoyo, Djoko. 2008).

3. Kunjungan K4

Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih,

untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan,

dengan syarat:

a. Minimal satu kali kontak pada triwulan I.

b. Minimal satu kali kontak pada triwulan II.

c. Minimal dua kali kontak pada triwulan III. (Wijoyo, Djoko. 2008)

4. Kunjungan Neonatal

Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal dua kali

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan

neonatal, baik di dalam gedung puskesmas maupun diluar gedung puskesmas

(termasuk bidan di desa, polindes dan kunjungan rumah). Kunjungan neonatal

terdiri dari:

a. KN 1 = kontak neonatal dengan tenaga profesinal pada umur 0-7 hari.

b. KN 2 = kontak neonatal dengan tenaga professional pada umur 8-28 hari.

(Wijoyo, Djoko. 2008)

5. Cakupan Akses

Adalah persentasi ibu hamil disuatu wilayah, dala kurun waktu

tertentu, yang peeernah mendapat pelayanan antenatal sesuai standar paling

sedikit satu kali selam kehamilan (Wijoyo, Djoko. 2008).

6. Sasaran Ibu Hamil

Adalah jumlah semua ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun waktu

satu tahun (Wijoyo, Djoko. 2008).

7. Cakupan ibu hamil K4

Adalah presentase ibu hamil disuatu wilayah dalam kurun waktu

tertentu yang pernah mendapat pelayanan antenatal sesuai standart paling

sedikit empat kali (Wijoyo, Djoko. 2008).

8. Ibu Hamil Beresiko

Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan resiko tinggi

kecuali ibu hamil normal (Wijoyo, Djoko. 2008).

9. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

a. Definisi

Adalah persentase ibu bersalin disuatu wilayah dalam kurun waktu

tertentu, yang ditolong persalinannya oleh tenaga kesehatan (Wijoyo,

Djoko. 2008).

b. Upaya peningkatan mutu pelayanan

1. Meningkatan kapasitas manajemen tenaga kesehatan terutama tenaga

bidan dalam Asuhan Persalinan Normal.

2. Bidan desa harus proaktif dalam pelayanan kesehatan didesanya

masing-masing.

3. Menjalin kemitraan yang baik antara bidan dan dukun.

10. Cakupan Penjaringan Ibu Hamil Beresiko Oleh Masyarakat

Adalah persentase ibu hamil berisiko yang ditemukan oleh kader dan

dukun bayi, dan kemudian dirujuk ke puskesmas atau tenaga kesehatan dalam

kurun waktu tertentu (Syafrudin. 2009).

11. Cakupan Penjaringan Ibu Hamil Berisiko oleh Tenaga Kesehatan

Adalah persentase ibu hamil berisiko yang ditemukan baik oleh tenaga

kesehatan maupun oleh kader atau dukun bayi yang telah dipastikan oleh

tenaga kesehatan, yang kemudian ditinjak lanjuti (dipantau secara intensif dan

ditangani sesuai kewenangan dan/atau dirujuk ketingkat pelayanan yang lebih

tinggi), dalam kurun waktu tertentu (Syafrudin. 2009).

12. Penjaringan (deteksi) Dini Kehamilan Berisiko

Adalah menemukan ibu hamil berisiko yang dapat dilakukan oleh

kader, dukun bayi, dan tenaga kesehatan (Wijoyo, Djoko. 2008).

Prinsip dan Strategi Pengelolaan Program KIA

Pengelolaan program KIA pada prinsipnya bertujuan memantapkan dan

meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA, secara efektif dan efisien.

Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai

berikut:

a. Peningkatan pelayanan antenatal disemua fasilitas pelayanan dengan mutu

yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.

b. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan

pertolongan oleh tenaga professional secara brangsur.

c. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaa kesehatan

maupun dimasyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan

pengamatannya secara terus-menerus. (Wijoyo, Djoko. 2008).

Penentuan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)

Menurut Depkes RI (2005) Penentuan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan

Anak (PWS-KIA) adalah alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan

pelayanan KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan

tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap wilayah kerja yang cakupan pelayanan

KIA masih rendah.

Dengan melakukan PWS KIA diharapkan :

a. Cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan menjangkau seluruh sasaran di

suatu wilayah kerja.

b. Penyajian PWS KIA dapat dipakai sebagai alat advokasi, informasi dan

komunikasi kepada sektor terkait, khususnya aparat setempat yang berperan

dalam pendataan dan penggerakan sasaran.

c. PWS KIA dapat digunakan untuk memecahkan masalah teknis dan non teknis.

d. Hasil analisis PWS KIA di tingkat puskesmas dan kabupaten/ kota dapat

digunakan untuk menentukan puskesmas dan desa/ kelurahan yang rawan.

(Depkes, 2009)

System informasi kesehatan manual dan digital pada program KIA di

Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksaan teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja (Depkes RI,2004)

System adalah sebagai kumpulan hal atau kegiatan atau elemen atau

subsistem yang saling bekerja sama atau yang dihubungkan dengan cara-cara tertentu

sehingga membentuk suatu kesatuan untuk melaksanakan suatu fungsi guna mencapai

tujuan tertentu (Nasir, 2008).

Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang berarti

bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau

mendatang (Nasir, 2008).

System informasi adalah aplikasi computer untuk mendukung operasi dari

suatu organisasi : operasi, instalasi, dan perawatan computer, perangkat lunak, dan

data yang dirancang untuk menghasilkan, menganalisa, menyebarkan, dan

memperoleh informasi guna mendukung pengambilan keputusan (Primita dkk, 2011)

Rekam medis

Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang

identitas, anamnesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnose segala pelayanan dan

tindakan medic yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang diraat inap,

rawat jalan maupun yang mendapat pelayanan gawat darurat (Sharon Gondodipuro,

2007).

Rekam medis mempunyai 2 bagian yaitu :

a. Tentang individu

Bagian ini merupakan suatu informasi tentang kondisi kesehatan dan penyakit

pasien yang bersangkutan dan sering disebut Patient Record.

b. Tentang manajemen

Bagian ini merupakan suatu informasi tentang pertanggungjawaban apakah

dari segi manajemen maupun keuangan dari kondisi kesehatan dan penyakit

pasien yang bersangkutan.

Rekam medis mulai diisi saat seorang pasien atau klien dating ke fasilitas

kesehatan meminta bantuan untuk memecahkan maalah kesehatanya. Pengisian

rekam medis dimulai dengan pengisian format informasi identitas pasien atau klien,

an format ini biasanya diletakkan pada halaman terdepan dari dokumen rekam medis

dan merupakan bagian dari Patient Record. Format informasi tentang identitas pasien

atau klien, biasanya berisi nama, umur, jenis kelamin, status pernikahan, alamat dan

lain-lain.

Dari Patient Record tersebut, setiap sarana kesehatanharus melakukan

rekapitulasi dari semua variable yang dibutuhkan. Kegiatan ini merupakan bagian

dari kegiatan rekam medis di bidang Manajemen.

Rekam medis di puskesmas merupakan slah satu sumber data penting yang

nantinya akan diolah menjadi informasi. Jenis-jenis kartu atau status rekam

medisnyang ada di Puskesmas yaitu :

a. Fanily Folder

b. Kartu Tanda Pengenal

c. Kartu Rawat jalan

d. Kartu Rawat Tinggal

e. Kartu Penderita dan indeks Penderita Kusta

f. Kartu penderita dan indeks penderita TB

g. Kartu Ibu

h. Kartu anak

i. KMS Balita, anak sekolah, ibu hamil dan usia

j. Kartu Tumbuh Kembang Balita

k. Kartu Rumah (sanitasi)

Data rekam medis kegiatan pokok unit pelayanan KIA dicatat di kartu status

pasien berbasis kertas. Kartu status pasien tersebut di masukkan ke buku register dan

kohort setelah pelayanan unit pelayanan KIA selesai. Buku register dan kohort

digunakan sebagai acuan dalam membuat laporan-laporan unit pelayanan KIA.

Namun sesuai dengan keadaanya, terdapat kendala dalam pengolahan data rekam

medis di kartu status pasien. Unit pelayanan KIA sering terlambat dalam

pengembalian kartu status pasien ke unit pelayanan pendaftaran yang mengakibat

hilangnya kartu status pasien dan memasukkan kedalam buku register dan kohort, hal

tersebut mengakibatkan keterlambatan dalam pembuatan laporan-laporan unit KIA

(Rachmad Tri Sutrisno dkk 2013).

Saat ini pendataan tentang posyandu (KMS) kurang begitu maksimal karena

sampai saat ini tentang pendataan medis kesehatan untuk balita kurang maksimal,

masih menggunakan kartu kesehatan KMS ( kartu menuju sehat ), kartu ini berguna

untuk memproses pendataan kesehatan anak, dan sangatlah kurang memuaskan

karena masih terdapat banyak kekurangan termasuk dalam teknis media penyimpanan

data yaitu dengan KMS (Thufail, 2011).

SIK berbasis digital

Di era yang semakin maju, teknologi informasi pun semakin berkembang

dengan cepat. Bahkan hampir setiap pekerjaan memanfaatkan computer untuk

mempermudah pekerjaan tersebut. Sebagai contoh adalah pelayanan kesehatan (Erna,

2011).

Menurut Nasir (2008), System informasi manajemen puskesmas adalah suatu

tatanan yang menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan

dalam melaksanakan manajemen Puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatan.

Sumber informasi dari SIMPUS adalah :

a. System Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas atau SP2TP terdiri dari

catatn dari kartu individu, rekam kesehatan keluarga dan buku register,

laporan bulanan dan KLB.

b. Survey lapangan

c. Laporan lintas sector

d. Laporan sarana kesehatan swasta.

Tahapan-tahapan pengembangan Sistem Informasi

Pengembangan system informasi terdiri dari 3 tahapan yaitu tahap analisis system,

perancangan system dan implementasi system

1. Analisis system

Langkah yang harus dilalui adalah :

a. Menentukan masalah utama dan lingkup kegiatan

b. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah

c. Menganalisis fakta-fakta

d. Menentukan alternative pemecahan

e. Pembuatan studi kelayakan yaitu kelayakan ekonomi, teknik, hokum,

jadwl dan operasional.

2. Perancangan system

Langkah-langkahnya adalah :

a. Review kebutuhan

b. Desain umum atau desain logic

c. Desain fisik yaitu input, pross, output, basis data dan dialog desain.

3. Implementasi system

Langkah-langkahnya adalah :

a. Review desain

b. Penjadwalan tugas pengembangan

c. Coding program

d. Testing program meliputi testing modul dan testing menyeluruh

e. Pelatihan petugas dan konversi system.

Pengembangan system informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi

menggunakan tahapan metodologi FAST yaitu :

a. Studi pendahuluan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah untuk mengetahui

masalah dan peluang dari sitem yang telah berjalan serta arahan dari

pimpinan dan untuk mengetahui raung lingkup serta kelayakan

pengembangan system inforamasi, meliputi :

1) Ruang lingkup pengambangan system informasi adalah system

informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang digunakan untuk

mendukung evaluasi program.

2) Kelayakan pengembangan system informasi adalah proses

mempelajari dan menganalisis system informasi pelayanan

kesehatan ibu an bayi yang digunakan untuk mendukung evaluasi

program sesuai dengan tujuan yang diharapkan organisasi.

b. Analisis masalah ( problem analysis )

Pada analisis maslaah dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Mempelajari dan menganalisis system informasi pelayanan

kesehatan ibu dan bayi yang selama ini sudah berjalan.

2. Melakukan analisis terhadap system informasi yang akan

dikembangkan.

3. Melakukan analisis terhadap perangkat lunak, perangkat keras

serta pengguna untuk penerapan system yang akan dikembangkan.

c. Analisis kebutuhan

Mendefinisikan kebutuhan informasi yang diperlukan oleh Kepala

Puskesmas, bidan penanggung jawab program KIA dan petugas

pengelola data program KIA.

d. Analisis keputusan

Menentukan pilihan alternative system yang akan dikembangkan

dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang meliputi :

sumberdaya, ekonomi dan sarana yang ada.

e. Tahapan Perancanangan Sistem (Desain Sistem)

Merancang system informais pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang

digunakan untuk mendukung evaluasi program. Tahapan

perancanangan ini meliputi :

1) Rancangan basis data

2) Rancanangan input dan output

3) Rancanangan antar muka

f. Tahapan Membangun Sistem Baru

Menterjemahkan hasil rancangan ke dalam program koputer dengan

emnggunakan bahasa pemograman PHP dan basis data MySQL.

2.1 Analisis Sistem Informasi pada program KIA

Sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi di Puskesmas yang saat ini

yang berjalan adalah sesuai dengan pola manajemen pada umumnya yaitu melalui

input berupa data dan informasi yang dihimpun dengan memanfaatkan register kohort

ibu dan kohort bayi yang ditulis dengan manual, kemudian melalui proses

pengolahan data dengan rekapitulasi data dari puskesmas induk, puskesmas pembantu

dan kegiatan bidan di desa. Berdasarkan observasi dan wawancara di Puskesmas

terdapat tiga orang yang terlibat dalam pengumpulan, pengolahan serta pelaporan

kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi yaitu Petugas pengelola data KIA yang

dilaksanakan oleh pembantu bidan dengan pendidikan non kesehatan atau bidan

dengan pendidikan kebidanan. Penanggung jawab program KIA dilaksanakan oleh

bidan puskesmas atau bidan koordinator, dan kepala puskesmas sebagai penentu

kebijakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi.

Alur kerja untuk sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi untuk

mendukung evaluasi program KIA Puskesmas saat ini adalah sebagai berikut :

a. Bagian pendaftaran atau bagian loket (staf Puskesmas)

b. Pengelola data KIA (Lower Management) melaksanakan tugas

menghimpun data dan informasi yang masuk di Puskesmas

c. Penanggung jawab Program KIA (Middle Management) melaksanakan

tugas mengolah dan menyajikan data dan informasi.

d. Kepala Puskesmas (Top Management) melakukan evaluasi berdasarkan

data yang ada. Prosedur evaluasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi di

Puskesmas adalah sebagai berikut :

1. Bagian pendaftaran (tempat penerimaan pasien di loket)

Melakukan kegiatan pencatatan data pasien di buku pendaftaran

kunjungan pasien di Puskesmas

2. Petugas pengelola data KIA di Puskesmas

Melakukan kegiatan pengumpulan data yang berasal dari bidan di

Puskesmas maupun di masing-masing bidan desa sebulan sekali

melalui media pertemuan bulanan kemudian menjadi draf laporan yang

perlu diteliti ulang oleh bidan Puskesmas.

3. Penanggung jawab Program KIA

Melakukan kegiatan menerima hasil rekapitulasi laporan dari bidan

desa kemudian diteruskan ke kabupaten sebagai hahan evaluasi

program KIA dan menyimpan laporan sebagai arsip.

4. Kepala Puskesmas

Melakukan kegiatan monotoring dan evaluasi hasil kegiatan KIA dan

disampaikan hasilnya melalui pertemuan bulanan bidan.

Dari alur kerja diatas, sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi

untuk mendukung evaluasi program KIA Puskesmas sudah sesuai dengan alur dan

prosedur tapi belum berjalan dengan baik karena masing-masing bidan bekerja

dengan cara manual dan petugas lebih banyak kegiatan menulis data disamping

dengan format standar masih menggunakan buku bantu. Akibatnya kegiatan untuk

mengevaluasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang dibutuhkan oleh kepala

Puskesmas masih belum lengkap dan terhambat. Hal ini terjadi karena sistem

pengolahan data yang berjalan saat ini masih menggunakan manual dan tidak rutin.

Dalam upaya pengembangan sistem informasi diperlukan orang yang terdidik

yaitu orang yang terlibat dalam pengembangan maupun penggunaan sistem itu sendiri

sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Ketersediaan tenaga operator pada

pengembangan sistem informasi diperlukan keberadaannya. Karana itu tidaklah

cukup tersedianya komputer dan program aplikasi namun tenaga yang terlatih juga

diperlukan untuk kesinambungan kegiatan pengolahan data dan informasi.

Untuk mengubah sistem informasi yang manual ke yang komputerisasi, maka

perlu diperhitungkan kelayakan operasionalnya. Kelayakan operasional adalah

ukuran seberapa baik solusi akan bekerja atau diterima dalam organisasi, dengan

mengukur tingkat kepentingan masalah atau tingkat penerimaan solusi. Kelayakan

operasi digunakan untuk mengetahui sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan

bayi yang dikembangkan dapat dioperasikan atau tidak dengan memperhatikan

kemampuan petugas.

a. Kemampuan petugas

Petugas yang akan mengoperasikan sistem informasi pelayanan kesehatan ibu

dan bayi sudah mampu menggunakan komputer dengan baik dan mengetahui

beberapa program komputer yang dapat digunakan untuk pemasukan dan

pengolahan data.

b. Kemampuan sistem menghasilkan informasi

Sistem yang akan dibangun diharapkan dapat menghasilkan informasi yang

lengkap, akurat, tepat waktu dan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh kepala

puskesmas.

c. Efisiensi dari system

Pengembangan sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi ini

mendapat dukungan dari user atau pengguna karena keyakinan bahwa dengan

menggunakan komputer dapat menghasilkan informasi yang lengkap, akurat,

relevan dan tepat waktu

d. Kelayakan jadwal

Kelayakan jadwal digunakan untuk menentukan bahwa pengembangan system

informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi ini dapat dilakukan sesuai

dengan batas waktu yang telah ditentukan.

e. Kelayakan ekonomi

Kelayakan ekonomi digunakan untuk mengetahui apakah pengembangan

sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi ini dapat di biayai dan

dapat memberi manfaat bagi Puskesmas.

Sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi untuk mendukung

evaluasi program KIA di Puskesmas yang saat berjalan masih terdapat kelemahan

yaitu :

1. Pencatatan data tidak lengkap dan masih menggunakan cara manual dengan

menulis di buku register yang jumlahnya cukup banyak dan data masih

berbentuk berkas kertas, sehingga file-file data masih terpisah satu dengan

yang lainnya.

2. Proses pengolahan data belum berbasis komputer atau belum mengunakan

software khusus untuk sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi

untuk mendukung evaluasi program KIA sehingga informasi yang dihasilkan

belum akurat.

3. Laporan yang dihasilkan belum lengkap sehingga belum dapat digunakan

untuk mendukung evaluasi program KIA

Kelebihan dari sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi di

puskesmas saat ini adalah tersedianya format registrasi data KIA dan format laporan

yang seharusnya diisi oleh petugas pengolah data untuk bahan evaluasi kepala

Puskesmas.

Analisa Sistem informasi KIA

Atas dasar pemahaman sistem informasi yang berjalan saat ini, dipeoleh

gambaran yang sebenarnya tentang sistem informasi pelayanan kesehatan bu dan

bayi untuk mendukung evaluasi program KIA di Puskesmas.

Guna memberikan kemudahan dalam analisa sistem saat ini dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Analisa bagian pendaftaran dan pengelola data serta penanggung jawab KIA

2. Berdasar observasi dan wawancara bagian pengelola data dan

3. penanggung jawab program KIA dapat disampaikan sebagai berikut :

a. Melakukan kegiatan pengumpulkan data KIA

b. Melakukan kegiatan pengolahan data KIA

c. Melakukan kegiatan analisa data KIA

d. Melakukan kegiatan penyajian data KIA.

e. Melakukan kegiatan pembuatan Laporan data KIA

Analisa beban kerja petugas

Sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang digunakan untuk

mendukung evaluasi program KIA di Puskesmas kabupaten Lamongan saat ini

belum berjalan dengan baik karena petugas hanya 2 orang dengan tugas yang

komplek, sehingga untuk mengevaluasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi dengan

kegiatan pengumpulan, pengolahan dan pelaporan data masih sulit dilaksanakan

Analisa laporan dan kebutuhan informasi

Sebagaimana yang telah disampaikan pada bagian sebelumnya bahwa sistem

informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi untuk mendukung evaluasi program KIA

belum dapat menghasilkan laporan sesuai dengan kebutuhan kepala Puskesmas secara

rutin. Laporan yang ada saat ini adalah berupa laporan bulanan tetapi untuk

mengetahui kegiatan kunjungan harian belum dapat diperoleh dengan mudah

sehingga kepala Puskesmas tidak dapat memantau bagaimana produktivitas

pelayanan kesehatan ibu dan bayi.

Berdasarkan semua uraian diatas mulai dari mengidentifikasi masalah,

memahami dan menganalisi sistem, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi

pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang sekarang belum dapat mendukung evaluasi

program KIA, yang pada akhirnya informasi yang dihasilkan belum dapat digunakan

untuk mendukung program KIA di Puskesmas.

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi untuk mendukung

evaluasi program KIA Puskesmas yang ada saat ini terdapat masalah yaitu : pada

Input atau pengumpulan data dan informasi program KIA dicatat dalam lebih dari

satu register, dilakukan secara manual dan belum menggunakan basis data, sedangkan

pada pengolahan data (Proces) masih menggunakan “paper base“ mengakibatkan

pencarian kembali data yang dibutuhkan memerlukan waktu yang lama dan terjadi

penumpukan arsip data dari tahun sebelumnya. Untuk penyajian data (Output)

diketahui bahwa informasi yang dihasilkan berupa laporan bulanan dilaporkan tidak

tepat waktu disamping itu evaluasi tidak dilakukan dilakukan dengan rutin karena

data dan informasi yang diperlukan tidak tersedia sehingga kegiatan evaluasi menjadi

terlambat.

Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna untuk mendukung evaluasi

program KIA di Puskesmas yaitu untuk manajer tingkat bawah atau pengelola data

KIA berupa master data Kecamatan, Puskesmas, desa, Proyeksi penduduk, petugas,

vitamin, imunisasi, tempat pelayanan, dan data ibu/calon ibu. Sedangkan pada

manajer tingkat menengah atau penanggung jawab program KIA berupa kegiatan

transaksi pelayanan KIA. Dan untuk manajer tingkat atas atau kepala Puskesmas

informasi yang dibutuhkan berupa laporan bulanan program KIA

3.2 Saran

1. Seluruh Puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Lamongan dapat

memanfaatkan aplikasi program sistem informasi pelayanan kesehatan ibu

dan bayi yang telah dibuat termasuk memaksimalkan penggunaan LAN

( local area network ) di Puskesmas karena sistem ini disiapkan untuk multi

user.

2. Guna memotivasi terbentuknya sistem informasi pelayanan kesehatan ibu

dan bayi di tingkat Dinas Kesehatan, sistem informasi pelayanan kesehatan

ibu dan bayi di Puskesmas dapat dijadikan momentum pengembangan

Sistem informasi manajemen di level Dinas Kesehatan Kabupaten.

Daftar Pustaka

Nasir, Muh. 2008. Pengembangan Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan ibu dan

Bayi untuk mendukung Evaluasi Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di

Puskesmas Lamongan (jurnal)

Nuraeni, Asti. 2011. Sistem Informasi kesehatan Ibu dan Bayi Puskesmas.

dr. Suparyanto, M.Kes, 2011 http://www.getbookee.org/definisi-program-kesehatan-

ibu-dan-anak/

resources.unpad.ac.id/../Rekam Medis dan SIK.PDF

www.infodokterku.com/index.php?...sistem-informasi-kesehatan...