Post on 22-Oct-2015
description
PENGGUNAAN TEKNOLOGI NUKLIR SEBAGAI
PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
DI INDONESIA
MAKALAH
Dibuat Untuk Melengkapi Syarat Mengikuti Ujian Akhir Semester Tata Tulis
Karya Ilmiah
oleh
Davin Kurnia Wangsa 16011251
Ligar Mugi Syahid 16011186
Nicholas Leo 16011181
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2011
i
PENGGUNAAN TEKNOLOGI NUKLIR SEBAGAI
PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
DI INDONESIA
MAKALAH
Dibuat Untuk Melengkapi Syarat Mengikuti Ujian Akhir Semester Tata Tulis
Karya Ilmiah
oleh
Davin Kurnia Wangsa 16011251
Ligar Mugi Syahid 16011186
Nicholas Leo 16011181
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2011
ii
PRAKATA
Pertama-tama penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan
Yang Maha Esa, karena hanya oleh berkat dan kasih-Nya penulis dapat
dimampukan untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah ini penulis susun untuk
memenuhi syarat mengikuti Ujian Akhir Semester Tata Tulis Makalah.
Dalam menyusun makalah ini, penulis menghadapi berbagai kendala.
Akan tetapi, oleh karena bantuan dari berbagai pihak, pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Atas bantuannya, Penulis ingin
berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian makalah ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada orang tua yang
selalu memberikan dukungan serta dosen pembimbing yang selalu membimbing
penulis dalam proses penyelesaian makalah ini. Mohon maaf apabila dalam
pembuatan makalah ini masih ada banyak kekurangan. dengan ketidak-
sempurnaan dari makalah ini, penulis berharap para pembaca bisa memberikan
saran-saran yang membangun, yang dapat mendukung penulisan lebih lanjut
tentang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Indonesia
Dengan selesainya makalah ini, penulis mengharapkan para pembaca
dapat memperoleh manfaat, khususnya di teknologi nuklir. Penulis juga berharap
makalah ini dapat menjadi sumber penambah wawasan bagi pembaca tentang
teknologi nuklir dan perkembangan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia.
Akhir kata penulis mengharapkan makalah ini dapat menambah movitasi bagi
iii
para pembaca untuk meneliti lebih lanjut tentang pembangkit listrik tenaga nuklir
agar dapat bermanfaat bagi umat manusia.
Penulis
iv
ABSTRAK
Teknologi nuklir dalam pembangkit listrik selalu menghadirkan pro dan
kontra di Indonesia. Banyak kalangan menilai penerapan Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia sudah harus dilakukan untuk mencukupi
energi listrik yang diperlukan oleh masyarakat Indonesia. Di sisi lain, banyak
kalangan juga yang belum percaya bahwa Indonesia sudah mampu dan menjamin
keamanan PLTN.
Harus dipahami bahwa teknologi nuklir bukanlah teknologi yang baru
dikenal. Sudah banyak negara yang memanfaatkan teknologi nuklir sebagai
pembangkit listrik dan terbukti efektif. Fakta tersebut dapat menjadi acuan bagi
pemerintah Indonesia jika ingin berhasil menerapkan PLTN. Pemerintah
Indonesia harus berperan aktif dalam meyakinkan masyarkat dan mengubah
pandangan masyarakat tentang teknologi nuklir. Untuk mengubah pandangan
masyarakat, pemerintah perlu mengkaji dan meneliti lebih dalam tentang
teknologi nuklir dalam PLTN sehingga kelak akan dapat dibangun PLTN yang
mempunyai tingkat keamanan yang dapat dipercaya masyarkat.
v
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ......................................................................................... i
PRAKATA .................................................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM .......................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ……………………………………………….1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 3
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 4
1.4. Ruang Lingkup Kajian ............................................................ 5
1.5. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data .................................. 5
1.6. Sistematika Pembahasan ......................................................... 6
BAB II. KAJIAN TEORI ......................................................................... 7
2.1. Konsep dan Perkembangan Teknologi Nuklir dalam Pembangkit
Tenaga Listrik ............................................................................. 7
2.2. Energi Listrik dan Penggunaannya di Indonesia .................... 10
2.3. Penggunaan Teknologi Nuklir oleh Negara Lain................... 14
BAB III. PENGGUNAAN TEKNOLOGI NUKLIR DI INDONESIA .. 20
3.1. Sumber Daya Penunjang Teknologi Nuklir di Indonesia ..... 20
3.2. Perbandingan PLTN dengan Pembangkit Listrik Jenis Lain yang
Ada di Indonesia ....................................................................... 25
3.3. Pandangan Masyarakat Terhadap Teknologi Nuklir .............. 29
3.4. Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Teknologi Nuklir di
Indonesia ................................................................................... 31
BAB IV. SIMPULAN dan SARAN ..................................................... 35
4.1. Simpulan ............................................................................... 35
vi
4.2. Saran ...................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 37
LAMPIRAN ............................................................................................... 38
Riwayat Hidup Penulis ..................................................................................... 41
vii
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM
TABEL I KONSUMSI LISTRIK DI INDONESIA SERTA ESTIMASI
KEKURANGAN PASOKAN LISTRIK…………………..11
II BIAYA INVESTASI DAN BIAYA BAHAN BAKAR
PEMBANGKIT LISTRIK…………………………………13
III PERSENTASE PENYUPLAI ENERGI PEMBANGKIT LISTRIK
DUNIA……………………………………………………..16
IV 30 NEGARA PENGGUNA REAKTOR NUKLIR TERBANYAK
DUNIA PER 21 OKTOBER 2011…………………………17
V KEBUTUHAN KUANTITATIF TENAGA KERJA PADA
PEMBANGUNGAN PLTN………………………………..21
viii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A HASIL ASISTENSI MAKALAH…………………….38
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia sedang menghadapi krisis energi global, terutama masalah
kelangkaan energi dalam bentuk minyak bumi. Telah diketahui bahwa minyak
bumi adalah salah satu sumber daya alam yang tak dapat diperbarui. Hal ini
disebabkan karena minyak bumi hanya dapat diperoleh secara alami, yaitu
penguraian fosil hewan menjadi minyak bumi itu sendiri yang membutuhkan
proses selama jutaan tahun. Krisis minyak bumi merupakan permasalahan yang
sangat serius karena minyak bumi merupakan salah satu bahan baku utama yang
digunakan dalam pembangkit listrik di sebagian besar negara. Selain minyak
bumi, juga terdapat batu bara yang banyak digunakan sebagai bahan baku
pembangkit tenaga listrik oleh hampir seluruh negara di dunia. Akan tetapi, selain
efisiensinya kecil, hanya sekitar 50%, persediaan batu bara pun juga terbatas
karena hanya dapat diperoleh dari tumbuhan mati yang memfosil jutaan tahun,
seperti minyak bumi.
Selain terbatas, penggunaan energi minyak bumi dan batu bara dalam
pembangkit tenaga listrik juga mempunyai kelemahan lain yaitu polusi. Polusi
yang ditimbulkan oleh penggunaan minyak bumi dan batubara dalam pembangkit
listrik sudah meresahkan banyak pihak. Banyak ahli lingkungan khawatir bahwa
polusi yang dilepas oleh pembangkit listrik tenaga minyak bumi dan batu bara
2
dapat memperburuk kondisi bumi. Mengetahui semua itu, manusia
semakin sadar bahwa mencari sumber energi alternatif adalah suatu keharusan.
Energi tersebut diharapkan dapat menggantikan minyak bumi dan batu bara
sebagai bahan baku utama pembangkit tenaga listrik.
Kebutuhan akan tenaga listrik yang sangat tinggi membuat manusia terus
meneliti agar dapat menciptakan pembangkit tenaga listrik yang tidak bergantung
lagi kepada minyak bumi dan batu bara dan juga memiliki efesiensi yang tinggi.
Setelah dilakukan penelitian, ditemukanlah pembangkit listrik yang menggunakan
reaksi nuklir sebagai tenaganya. Dengan ditemukannya pembangkit listrik tenaga
nuklir, secara perlahan penggunaan minyak bumi dan batu bara dalam pembangkit
listrik mulai ditinggalkan, khususnya dalam negera maju.
Pada kenyataannya, pada era globalisasi sekarang, negara-negara maju
telah memanfaatkan sumber daya lain yang dianggap mampu untuk men-supply
energi bagi negaranya yang tidak lain adalah tenaga nuklir. Selain lebih ramah
lingkungan, ternyata tenaga nuklir bisa menghasilkan energi yang jauh melimpah
dibandingkan dengan minyak bumi ataupun batu bara.
Pembangunan pembangkit tenaga listrik alternatif (pembangkit listrik
tenaga non minyak bumi dan non batu bara) di Indonesia menjadi mendesak
sekarang ini. Hal itu dapat dilihat dari ketidakmampuan PT. PLN (Persero) untuk
menyuplai energi listrik yang semakin lama semakin tinggi dibutuhkan oleh
masyarakat Indonesia seiring dengan perkembangan teknologi, industri, dan
informasi. Akibatnya perbincangan untuk membangun PLTN di Indonesia mulai
mencuat kembali.
3
Isu pembangunan PLTN di Indonesia telah diperdebatkan sejak beberapa
waktu yang lalu, namun sampai sekarang pembangungan pembangkit listrik
tenaga nuklir masih hanya sebatas perbincangan. Berbagai faktor membuat
pembangkit listrik tenaga nuklir belum dapat dibangun di Indonesia. Banyak
pihak masih mempertanyakan tentang keamanan dan kesanggupan pemerintah
Indonesia untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir yang memenuhi
standar.
Bagaimanapun juga, terdapat pihak – pihak yang merasa bahwa sudah
saatnya Indonesia membangun pembangkit listrik tenaga nuklir. Mereka beralasan
bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir sangat diperlukan untuk dapat memenuhi
kebutuhan energi listrik masyarakat Indonesia. Untuk itu, perlu kajian yang lebih
mendalam tentang pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia agar dapat dicari
penyelesaian terkait pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, didapat suatu rumusan
masalah yaitu:
1.2.1 Masalah apa saja yang menghambat keberadaan tenaga nuklir sebagai
pembangkit listrik di Indonesia?
1.2.2 Apa saja keuntungan PLTN dibandingkan dengan pembangkit listrik
tenaga lainnya yang ada di Indonesia?
1.2.3 Bagaimana pandangan masyarakat Indonesia tentang nuklir dan peran
pemerintah untuk mengembangkannya?
4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan laporan penelitian ini
adalah
1.3.1.1 Mengetahui hal penyebab yang menghambat keberadaan teknologi
nuklir sebagai pembangkit listrik di Indonesia
1.3.1.2 Mengidentifikasi keuntungan dari pembangkit listrik tenaga nuklir
dibandingkan dengan pembangkit listrik konvensional yang ada di
Indonesia
1.3.1.3 Mengidentifikasi pandangan masyarakat Indonesia dan peran
pemerintah terhadap pengembangan pembangkit listrik tenaga
nuklir
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.3.2.1 Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang teknologi
nuklir
1.3.2.2 Memberikan gambaran umum tentang pentingnya listrik bagi
masyarakat Indonesia
1.3.2.3 Dapat menjadi bahan pertimbangan pembangunan pembangkit
listrik teknologi nuklir di Indonesia
5
1.4 Ruang Lingkup Kajian
Untuk menjawab rumusan masalah di atas aspek yang akan dikaji pada
penulisan ilmiah ini antara lain:
1.4.1 Perkembangan teknologi nuklir
1.4.2 Potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam pengadaan
teknologi nuklir
1.4.3 Tingkat penggunaan energi listrik oleh masyarakat Indonesia
1.4.4 Keuntungan pembangkit listrik tenaga nuklir dibandingkan
pembangkit listrik konvensional yang ada di Indonesia
1.4.5 Dampak negatif pembangkit listrik tenaga nuklir bagi lingkungan
maupun masyarakat sekitar
1.4.6 Penggunaan pembangkit listrik tenaga nuklir di negara – negara lain
1.4.7 Peran pemerintah dalam mengembangkan teknologi nuklir di
Indonesia
1.5 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
1.5.1 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diambil dari data – data yang telah ada kemudian diolah kembali sesuai
dengan objek kajian yang diteliti.
Data – data yang digunakan berasal dari buku – buku, artikel - artikel
yang terdapat dalam internet, dan jurnal – jurnal penelitian yang sesuai
dengan penelitian ini.
6
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian kali ini kami memakai teknik pengumpulan data
berupa studi literatur.
1.6 Sistematika Pembahasan
Penulisan makalah penelitian ini terbagi menjadi empat bab, yaitu
pendahuluan, teori dasar tentang nuklir, analisis penggunaan teknologi nuklir di
Indonesia dan kesimpulan serta saran. Pada bab satu akan dibahas tentang latar
belakang pengangkatan judul makalah ini, rumusan masalah, tujuan penelitian,
ruang lingkup kajian, sumber dan teknik pengumpulan data pada makalah ini serta
sistematika penulisan.
Pada bab dua akan dibahas tentang penjelasan dan teori umum tentang
teknologi nuklir: sejarah dan perkembanganya sebagai pembangkit listrik dan
penggunaan nuklir di negara lain. Selain itu, terdapat juga pembahasan tentang
penggunaan listrik oleh masyarakat Indonesia.
Pada bab tiga dijabarkan tentang penggunaan teknologi nuklir di Indonesia
khususnya sebagai pembangkit listrik. Pada bab ini, terdapat pembahasan tentang
sumber daya penunjang pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia, analisis
perbandingan keuntungan maupun kerugian PLTN dengan pembangkit listrik
jenis lain yang ada di Indonesia dan pandangan masyarakat umum terhadap
teknologi nuklir serta peran pemerintah dalam mengembangkan teknologi nuklir
di Indonesia. Bab empat berisi tentang simpulan dan saran dari penulis terhadap
permasalah penggunaan teknologi nuklir sebagai pembangkit listrik di Indonesia.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Konsep dan Perkembangan Teknologi Nuklir dalam Pembangkit Tenaga
Listrik
Tenaga nuklir bukanlah merupakan hal yang baru bagi manusia. Tenaga
nuklir pertama kali dikenal dalam bentuk bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan
Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Secara sederhana BATAN menjelaskan
bahwa “tenaga nuklir adalah tenaga dalam bentuk apapun yang dibebaskan dalam proses
transformasi inti, termasuk tenaga yang berasal dari sumber radiasi pengion.”1
Pada awalnya, tenaga nuklir tidak dipergunakan sebagai sumber tenaga
pada pembangkit listrik melainkan sebagai senjata dalam perang. Penggunakan
tenaga nuklir dalam pembangkit listrik pertama kali baru terwujud pada tanggal
20 Desember 1950 di stasiun percobaan EBR-I dekat Arco, Idaho, dan berhasil
memproduksi listrik sekitar 100 kW.
Penemuan tenaga nuklir sangat erat kaitannya dengan penemuan inti atom
(nucleus) oleh Ernest Rutherford. Rutherford adalah orang pertama yang dapat
melakukan pembelahan atom di dalam laboratorium. Akan tetapi menurut fakta sejarah,
“orang pertama yang dapat melakukan reaksi berantai nuklir (fisi atom) terkontrol adalah
Enrico Fermi, seorang ahli fisika dari Italia.”2
1 http://www.batan.go.id/prod_hukum/istilah.php [2 November 2011]
2 Febi Dasa Anggraini, dkk., Ensiklopedia Tokoh Fisika (Jakarta : PT Balai Pustaka,
2008), hlm. 21.
8
Reaksi berantai nuklir atau reaksi fisi atom terjadi ketika sebuah inti atom
pecah menjadi inti atom yang lebih kecil. Inti atom yang dipecah berasal dari
atom yang tidak stabil (radioaktif) seperti Uranium-235 (U-235). Untuk dapat
menghasilkan energi yang dapat dipergunakan, reaksi fisi tersebut harus dapat
dikontrol oleh manusia sebagai operator. Reaksi berantai dari pemecahan inti
atom Uranium-235 secara lebih mendetail adalah sebagai berikut,
Untuk menghasilkan reaksi berantai, inti atom U-235 ditembak oleh sebuah
neutron yang bergerak lambat (disebut “slow neutron” atau juga “thermal
neutron“). Kecepatan gerak neutron sesungguhnya dapat diatur, tapi telah
dihitung sedemikian rupa sehingga reaksi berantai dari gerakan neutron yang
lambat lebih mudah dikontrol. Ketika slow neutron mengenai targetnya, yaitu
inti atom U-235, inti atom pecah menjadi dua buah inti atom yang lain dan
sejumlah neutron. Neutron-neutron hasil dari reaksi ini akan mengenai inti
atom-inti atom U-235 lainnya dan begitu seterusnya. Inilah yang disebut
“reaksi berantai” (chain reaction).3
Energi yang dihasilkan dari reaksi fisi tersebut digunakan sebagai sumber
energi dalam pembangkit tenaga listrik. Prinsip dasar dari pembangkit listrik
tenaga nuklir adalah menggunakan energi yang dihasilkan oleh reaksi fisi untuk
mendidihkan sejumlah air agar menjadi uap sehingga uap tersebut dapat
digunakan untuk memutar turbin. Putaran turbin tersebut akan menghasilkan
energi kinetik yang diubah menjadi energi listrik oleh generator.
Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, reaksi fisi nuklir yang dapat
digunakan dalam pembangkit listrik tenaga nuklir haruslah reaksi yang dapat
dikontrol oleh manusia sebagai operator. Untuk itu, diperlukan reaktor nuklir.
Menurut Ralph S. Cooper, definisi reaktor nuklir menurut Ralph S. Cooper adalah
sebagai berikut: “The nuclear reaktor is basically a simple device and its chain
3 http://srijono.blog.uns.ac.id/2010/03/16/prinsip-kerja-pembangkit-listrik-tenaga-nuklir/
[2 November 2011]
9
reaction can be easily controlled throught the movement of neutron-absorbing
materials in the core (the fuel bearing region) or the reflector (an outer layer
material which helps to keep the neutrons from escaping).”4 Sedangkan, menurut
D.J. Bennet: “The system in which a controlled chain reaction takes plae is called
a nuclear reactor.”5
Dalam pembangunan reaktor nuklir untuk pembangkit listrik tenaga
nuklir, diperlukan komponen – komponen lain untuk memastikan pembangkit
listrik tersebut berfungsi sempurna. Komponen – komponen yang diperlukan
adalah elemen bahan bakar, moderator neutron, batang kendali, perisai beton, dan
pendingin.
Elemen bahan bakar yang digunakan dalam reaktor nuklir terbuat atom –
atom yang tidak stabil, contoh paling umum adalah Uranium-235. Elemen bahan
bakar dalam reaktor nuklir berbentuk seperti batang – batang tipis dan dalam satu
reaktor nuklir terdapat ribuan elemen bahan bakar yang diletakkan saling
berdekatan
Seperti yang telah diketahui, bahwa terjadi reaksi pembelahan inti atom di
dalam reaktor nuklir. Ketika inti suatu atom terbelah, terdapat neutron – neutron
yang dilepaskan dengan kelajuan tinggi. Untuk mengurangi kelajuan neutron –
neutron tersebut, dibutuhkan material khusus yang disebut moderator neutron.
Kelajuan neutron perlu dikurangi agar energi yang dikandung neutron juga
berkurang sehingga dapat bereaksi fisi dengan neutron lainnya.
4 Ralph S. Cooper, “Rocket Propulsion,” Bulletin of The Atomic Scientist, No. 17 (Maret,
1962), hal. 25. 5 D.J. Bennet, “The Elements of Nuclear Power” (London: Longman, 1972), hlm. 53
10
Komponen berikutnya dalam suatu reaktor nuklir adalah batang kendali
dan perisai atom. Secara singkat, batang kendali dibuat dari suatu bahan yang
dapat menyerap neutron sehingga neutron yang dihasilkan selalu konstan dan
reaktor bekerja dalam keadaan normal. Sedangkan, perisai beton digunakan dalam
reaktor untuk menahan radiasi yang dihasilkan dari reaksi fisi dalam reaktor.
Komponen terakhir dalam suatu reaktor adalah pendingin. Pendingin adalah
komponen dalam reaktor nuklir yang bertujuan menjaga suhu reaktor agar tetap
konstan.
Reaktor yang digunakan dalam pembangkit listrik tenaga nuklir dapat
diklasifikasikan menurut komposisi dan konstruksi dari bahan moderator neutron
dan bahan pendingin yang digunakan. Beberapa jenis reaktor tersebut: “Reaktor
Air Ringan (Light Water Reactor), Reaktor Air Berat (Heavy Water Reactor),
Reaktor Grafit, dan Reaktor Cepat. Di antara PLTN yang masih beroperasi di
dunia, 80 % adalah PLTN tipe Reaktor Air Ringan (LWR).”6
2.2. Energi Listrik dan Penggunaannya di Indonesia
Seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi dan teknologi di
Indonesia, kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap listrik pun semakin lama
semakin meningkat. Pertumbuhan konsumsi listrik masyarakat Indonesia dapat
dilihat pada TABEL 1.
6 www.warintek.ristek.go.id/nuklir/tipe_pltn.pdf [4 November 2011]
11
TABEL 1. Konsumsi Listrik di Indonesia serta Estimasi Kekurangan Pasokan Listrik (GWh)
Sumber Data: Handbook of Energi, 2009
Pada table tersebut dapat dilihat konsumsi listrik masyarakat Indonesia
selalu meningkat setiap tahun. Akan tetapi, dapat dilihat juga bahwa peningkatan
konsumsi listrik oleh masyarakat Indonesia tidak dapat diimbangi dengan pasokan
yang ada. Lebih jauh, suatu artikel dari suatu perguruan tinggi negeri menyatakan:
“Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan rasio
Tahun Konsumsi
Listrik per
Kapita
Berdasarkan
Angka
Populasi
(kWh/kap)(*)
Konsumsi Listrik per
Kapita Berdasarkan
Angka Rumah
Tangga
(kWh/kap) (*)
Perbedaan
(kWh/kap)
Estimasi
Kekurangan
Pasokan
LIstrik
(GWh)**
2000 148,477 146,923 1,554 319,852
2001 159,791 153,460 6,332 1321,133
2002 160,347 154,403 5,944 1260,084
2003 166,080 157,855 8,224 1770,507
2004 177,128 165,605 11,523 2510,244
2005 188,167 186,796 1,372 300,181
2006 196,915 195,528 1,387 308,153
2007 209,735 209,733 0,002 0,419
2008 219,602 219,601 0,001 0,220
12
elektrifikasi penggunaan energi listrik di Indonesia mencapai 67%. Ini berarti 33%
rumah tangga di Indonesia belum teraliri listrik.”7
Kurangnya pasokan listrik dari PLN, dalam hal ini selaku pemroduksi dan
penyalur energi listrik di Indonesia, mempunyai implikasi yang sangat banyak dan
tentu saja implikasi tersebut bersifat negatif. Contoh implikasi tersebut adalah
pemberlakuan pemadaman listrik bergilir dan tidak meratanya distribusi pasokan
listrik di setiap daerah di Indonesia. Distribusi yang tidak merata tersebu dapat
dilihat dari ratio eletrifikasi dari sebuah daerah. Menurut statistic yanga ada:
“Tercatat bahwa rasio elektrifikasi di Pulau Jawa mencapai 68,9% sedangkan
diluar Jawa dan Sumatera masih sekitar 56,5%.”8
Distribusi listrik yang tidak merata pada setiap daerah sangat erat
kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi daerah tersebut.
Sedangkan pemadaman bergilir yang dilakukan dapat berpengaruh terhadap
kegiatan ekonomi masyarakat.
Ada beberapa factor yang dapat dijadikan penyebab kurangnya pasokan
listrik di Indonesia. Faktor tersebut antara lain adalah rendahnya tingkat efisiensi
produksi listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik PLN, system perlistrikan
di setiap daerah yang kurang efektif, dan penggunaan listrik yang tidak bijak oleh
konsumen.Penggunaan bahan bakar fosil pada pembangkit listrik PLN sampai
saat ini dikatakan mempunyai efisiensi yang kurang maksimal. Hal tersebut
berakibat listrik yang dihasilkan menjadi kurang maksimal dan biaya yang harus
7 http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=3755 [11 November 2011]
8 http://www.datacon.co.id/Listrik2008Ind.html [11 November 2011]
13
ditanggung oleh konsumen ketika menggunakan listrik relative menjadi lebih
besar. Perbandingan cost tiap pembangkit listrik dapat dilihat dalam TABEL 2.
TABEL 2. Biaya Investasi dan Biaya Bahan Bakar Pembangkit Listrik
Sumber: Input model MARKAL
Dari table di atas, dapat dilihat bahwa PLTU batu bara dan PLTG
(Pembangkit Listrik Tenaga Gas) memiliki fuel cost atau biaya produksi listrik
yang relative besar. Selain itu, dapat diamati pula bahwa di luar Pulau Jawa,
14
hampir tidak ada pembangkit listrik yang mempunyai daya di atas 250 MW
(pembangkit listrik tersebut dapat menghasilkan 250 MW). Hal tersebut
mengindikasikan bahwa di dalam system perlistrikan di Indonesia terdapat
ketimpangan antar daerah.
Krisis energi listrik di Indonesia menyebabkan dua langkah penting yang
harus dijalankan bersama: penghematan akan energi listik dan penelitian serta
pengembangkan pembangkit tenaga listrik yang mempunyai efisiensi relative
tinggi dibandingkan pembangkit tenaga listrik yang digunakan sekarang ini.
2.3. Penggunaan Teknologi Nuklir di Negara Lain
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, teknologi nuklir telah dikenal
masyarakat sejak tahun 1940-an. Bagi sebagian besar orang, kata nuklir sangat
erat kaitannya dengan bencana Chernobyl tahun 1986 di Rusia, pengeboman bom
atom oleh Amerika di Nagasaki dan Hiroshima, Jepang, tahun 1945, dan ledakan
reaktor nuklir Fukushima yang baru terjadi beberapa bulan yang lalu. Dari hal ini,
dapat diambil kesimpulan bahwa nuklir sangatlah identic dengan bencana nuklir,
tetapi hal tersebut juga menegaskan bahwa perkembangan nuklir di dunia sudah
sangat pesat.
Mengingat teknologi nuklir yang sudah berkembang pesat, Indonesia yang
sedang berada dalam tahap perencanaan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN) pasti akan sangat terbantu jika dapat menjadikan teknologi nuklir
yang telah ada di negara lain sebagai referensi. Selain itu, Indonesia menggunakan
ahli – ahli nuklir dari luar mengingat ahli – ahli nuklir yang ada di Indonesia
15
masih terlampau sedikit untuk dapat membangun dan mengembangkan
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Skala besar. Dikutip dari surat kabar nasional
Indonesia: “Berdasarkan data Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia (PKNI)
yang disampaikan Dr A Hussein S Kartamihardja SpKN, sampai saat ini, negara
kita hanya memiliki 31 orang dokter ahli nuklir.”9. Oleh karena itu, mengamati
PLTN dan teknologi nuklir yang ada di negara lain sangat penting untuk
perkembangan PLTN di Indonesia.
Pertama kali nuklir digunakan oleh Amerika Serikat pada tahun 1940
sebagai sumber senjata yang dahsyat demi memenangkan Perang Dunia II.
Perkembangan tenaga nuklir awalnya didasari oleh persamaan terkenal dari
fisikawan terkenal, Albert Einstein (1879-1955). Persamaan itu adalah E=mc2,
yang berteorikan bahwa setiap benda diam selalu memiliki energi diamnya
sebesar E=mc2. Saintis mulai berpikir bagaimana energi diam dari suatu benda
yang begitu besar ini bisa digunakan sehingga bisa dimanfaatkan sebagai senjata
pada saat itu. Setelah ditemukan unsur-unsur radioaktif yang sangat berpotensi
karena ketidakstabilannya, nuklir mulai diperkenalkan. Namun seiring dengan
perkembangan zaman, tenaga nuklir dimanfaatkan untuk dikonversikan ke energi
lain dan yang paling umum sekarang yaitu PLTN.
Sebagai energi alternatif pembangkit listrik di dunia, nuklir mulai
mengambil peran yang semakin penting. Sebesar 16% suplai energi untuk
pembangkit listrik diperoleh dari tenaga nuklir, 39% batu bara, 10% minyak bumi,
dan lain-lain. yang bisa dilihat dalam DIAGRAM 1.
9Kompas 4 November 2011. “Indonesia Hanya Punya 31 Dokter Ahli Nuklir”, halaman 1
16
DIAGRAM 3. Diagram persentase penyuplai energi pembangkit listrik dunia
Sumber : World Nuclear Association
Pembiayaan untuk membangun satu reaktor nuklir dapat dikatakan cukup
besar menjadi hambatan suatu negara membuat PLTN. Selain permasalahan biaya
dalam pembangunan reaktor nuklir, dalam pengoperasian, juga sering terjadi
masalah karena kekurangan biaya operasional, kekurangan ahli, maupun masalah
akibat benjana alam yang terjadi di daerah reactor nuklir tersebut dibangun.
Akibatnya, tidak heran jika banyak jika banyak negara belum menggunakan
teknologi nuklir.
Untuk terus memacu penggunaan nuklir oleh dunia, maka didirikan badan
internasional World Nuclear Association. World Nuclear Association adalah
badan internasional yang telah bekerja sama dengan PBB dalam mengurus
permasalahan dan administrasi pembangunan nuklir di dunia.10
Data terakhir yang
10
http://www.world-nuclear.org/ [12 November 2011]
17
diperoleh WNA, terdapat 30 negara yang menggunakan energi nuklir sebagai
pembangkit listrik. Daftar negara pengguna PLTN dapat dilihat pada TABEL 4.
No Negara
Jumlah Reaktor Nuklir
% PLTN
Jumlah MW
1 Amerika S 104 101,119 19%
2 Prancis 59 63,473 77%
3 Jepang 53 46,236 28%
4 Rusia 31 21,743 16%
5 Jerman 17 20,339 26%
6 Korea Selatan 20 17,716 35%
7 Ukraina 15 13,168 48%
8 Kanada 18 12,652 15%
9 Inggris 19 11,035 15%
10 Swedia 10 9,016 46%
11 China 11 8,587 2%
12 Spanyol 8 7,448 17%
13 Belgia 7 5,728 54%
14 India 17 3,779 3%
15 Rep. Czech 6 3,472 30%
16 Switzerland 5 3,220 43%
17 Finlandia 4 2,696 29%
18 Bulgaria 2 1,906 32%
19 Brazil 2 1,901 3%
20 Afrika Selatan 2 1,842 6%
18
Sumber : World Nuclear Association
TABEL 4. Tabel 30 negara pengguna reaktor nuklir terbanyak dunia per 21
Oktober 2011
Dari data tersebut dapat dilihat Amerika Serikat merupakan negara dengan
total pembangkit energi nuklir terbesar di dunia yakni 104 unit reaktor nuklir
dengan daya 101 ribu megawatt. 104 unit reaktor nuklir Amerika menyumbang
sekitar 5% dari total produksi energi listrik dunia yakni mencapai 806,6 miliar
Kwh pada tahun 2007. Kemudian Prancis merupakan negara dengan persentase
penggunaan energi nuklir terbesar untuk kebutuhan listrik rakyatnya yakni
mencapai 77%. Pada tahun 2007, 59 reaktor nuklir Prancis menghasilkan 420
miliar Kwh atau sekitar 2.6% energi listrik dunia.
Jepang merupakan negara pengguna sekaligus pemilik reaktor nuklir
terbesar di Asia meskipun struktur geologi negaranya rawan gempa. Jepang
memiliki 53 unit reaktor nuklir jauh diatas Rusia yang hanya memiliki 31 reaktor
nuklir. Hanya ada 3 negara yang mengantungkan kebutuhan listrik terbesarnya
21 Hungaria 4 1,826 37%
22 Slovakia 4 1,688 54%
23 Meksiko 2 1,310 5%
24 Romania 2 1,310 13%
25 Lithuania 1 1,185 64%
26 Argentina 2 935 6%
27 Slovenia 1 696 42%
28 Belanda 1 485 4%
29 Pakistan 2 400 2%
30 Armenia 1 376 44%
19
dari nuklir [mencapai 50% lebih) yakni Prancis (77%), Lithuania (64%), Slovakia
(54%) dan Ukraina (48%).
Jadi, Penggunaan energi nuklir untuk pembangkit masih didominasi
negara Eropa dan Amerika Utara dan negara-negara yang maju dalam hal
teknologi. Meskipun demikian menurut surat kabar nasional Indonesia: “ada
negara – negara berkembang yang juga memiliki reactor nuklir untuk pembangkit
listrik seperti Pakistan dan India.”11
11
http://nusantaranews.wordpress.com/2009/04/22/30-negara-pengguna-nuklir-terbesar-
dunia/ [12 November 2011]
20
BAB III
PENGGUNAAN TEKNOLOGI NUKLIR DI INDONESIA
3.1. Sumber Daya Penunjang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di
Indonesia
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, penggunaan teknologi nuklir
untuk pembangkit tenaga listrik membutuhkan sumber daya yang memadai. Pada
subbab ini akan dikaji kemampuan sumber daya yang dimiliki Indonesia untuk
membangun pembangkit listrik tenaga nuklir.
3.1.1. Sumber Daya Manusia
Menurut UU nomor 17 tahun 2007, pemerintah Indonesia akan secara
aktif menggunakan teknologi nuklir dalam pembangkit tenaga listrik pada
tahun 2015-2020 Perencanaan tersebut selayaknya juga diimbangi dengan
pengembangan sumber daya manusia, khususnya para ahli di bidang nuklir.
Para ahli nuklir mempunyai fungsi penting dalam pembangunan PLTN, yaitu
untuk menjamin PLTN tersebut berfungsi dengan baik dan tidak berbahaya
bagi lingkungan.
Jumlah sumber daya manusia yang diperlukan dalam pengembangan
suatu reactor nuklir tergantung dari jenis reactor dan tujuan reactor tersebut
dibangun, sebagai contoh, untuk mengoperasikan small research reactor
nuklir dibutuhkan 3 sampai 4 orang staff. Dalam hal ini, Indonesia
mempunyai rencana untuk mengoperasikan pembangkit listrik tenaga nuklir
21
skala besar. Dengan asumsi PLTN tersebut menggunakan system kerja shift
diperlukan paling sedikit 200 orang tenaga ahli hanya untuk
mengoperasikannya. Secara mendetail, jenis keahlian yang harus dimiliki staff
dalam proyek pembangunan suatu PLTN dapat dilihat pada tabel 2
TABEL 5 Kebutuhan Kuantitatif Tenaga Kerja pada Pembangungan PLTN
Untuk itu, pembangunan dan pengoperasian PLTN di Indonesia akan
memakan banyak sekali tenaga kerja, sehingga mempunyai implikasi baik
dalam pengurangan penganguran di Indonesia. Di sisi lain, harus diperhatikan
juga tentang kualitas sumber daya manusia di Indoneisa. Seperti yang telah
diketahui, untuk mengoperasikan sebuah PLTN skala besar dibutuhkan para
ahli di bidang nuklir antara 170 – 200 orang tetapi pada kenyataannya, sampai
22
saat ini ahli nuklir di Indonesia hanya berjumlah 31 orang, sangat minim
sekali dibandingkan dengan negara – negara yang telah menerapkan teknologi
nuklir sebagai pembangkit listrik.
Hal tersebut memperlihatkan bahwa meskipun banyak pihak di
Indonesia merasa Indonesia telah mampu untuk dapat mendirikan PLTN,
tetapi dalam hal pengoperasian PLTN tersebut, Indonesia masih kekurangan
tenaga ahli.
3.1.2. Sumber Daya Alam
Seperti yang telah dijabarkan di atas, dalam pembangunan PLTN, hal
pertama yang harus dimulai adalah dari pembangunan reactor nuklir lainnya
beserta komponennya, yaitu elemen bahan bakar, moderator neutron, batang
kendali, perisai beton, dan pendingin. Sumber daya alam alam yang
dibutuhkan untuk membangun sebuah PLTN, tentu berbeda sesuai dengan
reactor yang digunakan PLTN tersebut. Akan tetapi, pada dasarnya setiap
jenis reactor memerlukan komponen yang sama.
Elemen yang cukup penting adalah bahan bakar. Energi nuklir
merupakan energi yang berasal dari pemecahan unsur – unsur yang tidak
stabil, sehingga dalam reaktor nuklir harus terdapat bahan bakar berupa unsur
– unsur yang tidak stabil tersebut. Bahan bakar yang umum digunakan dalam
reaktor nuklir adalah Uranium-235 dan Plutonium-239. Kedua bahan bakar
tersebut merupakan isotop dari Uranium dan Plutonium. Uranium sendiri
hanya terdapat sekitar 2 – 4 gram per ton dalam tanah, sedangkan plutonium
merupakan unsur hasil sintesis dari uranium.
23
Indonesia sendiri diperkirakan memiliki cadangan uranium sebesar 53
ribu ton yang terdapat di Kalimantan Barat (29 ribu ton) dan Bangka Belitung
(24 ribu ton). Akan tetapi, Uranium tersebut tidak dapat langsung digunakan
sebagai bahan bakar energi nuklir. Diperlukan proses yang lebih lanjut untuk
mengubah Uranium tersebut menjadi Uranium-235 dalam bentuk batangan
tipis sehingga dapat digunakan dalam reaksi fisi untuk menghasilkan energi
nuklir.
Selanjutnya, elemen yang juga essensial dalam reactor nuklir adalah
moderator neutron. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, moderator neutron
berguna untuk menurunkan kecepatan dari neutron – neutron bebas agar reaksi
fisi dapat berlangsung sempurna. Bahan yang digunakan sebagai moderator
neutron biasanya adalah unsur – unsur yang bernomor massa kecil. Namun
syarat lain yang harus dipenuhi adalah memiliki tampang lintang serapan
neutron (keboleh-jadian menyerap neutron) yang kecil, memiliki tampang
lintang hamburan yang besar dan memiliki daya hantara panas yang baik, serta
tidak korosif.
Bahan – bahan yang dapat menjadi moderator neutron tersebut relative
tidak sulit ditemukan dan diproduksi oleh Indonesia. Moderator neutron yang
paling banyak digunakan pada reactor nuklir adalah air ringan dan grafit.
Bahan – bahan tersebut adalah bahan umum yang dapat diperoleh Indonesia
dengan mudah.
Selain elemen – elemen pelengkap dalam reactor nuklir, hal yang harus
dikaji lebih dalam tentang pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
24
adalah lokasi PLTN tersebut. Hal ini menjadi sangat penting mengingat
teknologi nuklir dapat memancarkan radiasi yang sangat berbahaya ketika
terjadi kecelakaan. Oleh karena itu penentuan lokasi Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir menjadi sangat esensial.
Hal utama yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi
pembangunan PLTN adalah jarak dari permukiman penduduk. Harus
diusahakan agar tempat pembangunan PLTN berada jauh dari permukiman
penduduk untuk meminimalisasi dampat dari kecelakaan radioaktif yang
mungkin saja terjadi.
Selain masalah jarak PLTN dengan permukiman terdekat, pemilihan
lokasi pembangunan PLTN juga harus melihat aspek – aspek lain yaitu
kemungkinan terjadi bencana alam di daerah tersebut, luas lahan yang ada
untuk pengembangan PLTN, transportasi yang tersedia dan kesediaan air
sebagai pendingin untuk reactor nuklir di PLTN.
Lokasi pertama yang diajukan pemerintah sebagai tempat
pembangungan PLTN adalah di Jepara, tepatnya di Semenanjung Muria. Akan
tetapi, setelah dikaji lebih dalam, ternyata lokasi tersebut tidak memenuhi
syarat – syarat lokasi untuk sebuah PLTN. Setelah dikaji, banjir yang relative
sering terjadi, kepadatan penduduk di permukiman dekat dengan Semenanjugn
Muria, kemungkinan terjadinya gempa dan bencana alam membuat tempat
tersebut gagal menjadi lokasi pembangunan PLTN meskipun jika dilihat dari
segi infrastruktur transportasi, Semenanjung Muria sudah memiliki sarana
transportasi yang baik.
25
Secara umum, pilihan lokasi untuk membangun PLTN di Indonesia
relative sedikit dikarenakan tidak terpenuhinya syarat keamanan lokasi
tersebut untuk PLTN. PLTN tidak mungkin dibangun di kawasan Sumatera
karena pulau tersebut sangat rawan gempa. Hal itu akan meningkatkan resiko
kecelakaan PLTN akibat gempa. Selain Sumatera terdapat Pulau Jawa sebagai
salah satu pilihan tempat pembangunan PLTN, tetapi karena padatnya
penduduk sehingga PLTN dirasa kurang cocok untuk dibangun di Pulau Jawa.
Opsi lain yang ada adalah Pulau Kalimantan dan daerah timur Indonesia
seperti NTT dan Sulawesi. Persoalan utama yang mengganjal daerah – daerah
tersebut sebagai tempat pembangunan PLTN adalah lokasi yang kurang
ekonomis.
3.2 Perbandingan PLTN Dengan Pembangkit Listrik Jenis Lain di Indonesia
Di Indonesia hanya ada beberapa energi atau tenaga yang digunakan
dalam konvertor energi ke energi listrik, seperti tenaga air, tenaga uap, tenaga
panas bumi, tenaga gas, dan tenaga diesel. Misal pada tenaga air, air dimanfaatkan
untuk menghasilkan listrik dengan cara tertentu, sedangkan pada tenaga batu bara,
batu bara dibakar lalu dimanfaatkan sebagai energi listrik dengan cara tertentu
juga.
Pembagkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan salah satu metode
pembangkit listrik yang paling tua baik yang dipakai oleh masyarakat Indonesia
maupun dunia. Prinsip kerjanya adalah penggerakan turbin pada generator
memanfaatkan air yang mengalir. Jika aliran air semakin kencang maka turbin
26
akan berputar lebih kencang. Oleh karena itu, biasanya, aliran air yang
dimanfaatkan sebagai sumber penggerak turbin berasal dari aliran air terjun dan
bendungan (dam). Selain itu, kunci keberhasilan dalam menghasilkan tenaga
listrik pada metode ini adalah mesin generator yang mutakhir sehingga memiliki
efisiensi mesin yang relative tinggi. Hingga saat ini, seluruh Pembangkit Listrik
Tenaga Air yang ada di Indonesia berpotensi untuk menghasilkan tenaga listrik
sebesar 70.000 MegaWatt (MW) namun baru 6 persennya, yaitu 3.529 MW, yang
dapat dimanfaatkan oleh PT PLN (Perusahaan Listrik Nasional). Oleh sebab itu,
efisiensi PLTA di Indonesia masih tergolong sangat kecil. Meskipun efesiensinya
belum maksimal, PLTA tetap dipertahankan penggunaannya karena tidak
mengurangi sumber daya alam yang ada sehingga ramah lingkungan.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan pembangkit listrik
dengan memanfaatkan uap yang dihasilkan mesin tertentu yang disebut boiler.
Agar uap yang dihasilkan memiliki energi yang besar untuk dikonversi ke energi
lain, boiler digerakkan dengan bahan bakar. Bahan bakar yang paling umum
digunakan adalah batu bara. Dengan teknologi yang ada di Indonesia sekarang,
setiap boiler pada PLTU seharusnya dapat menghasilkan 200 MW uap. Uap yang
dihasilkan tersebut dapat dikonversi menjadi energi listrik sebesar 24.570 MW.
Akan tetapi, sampai saat ini, nyatanya energi listrik yang dapat dihasilkan baru
mencapai 12.000 dengan syarat terjadi pembakaran sempurna. Kemungkinan
untuk terjadi pembakaran tidak sempurna cukup besar karena ada 2 jenis batu bara
yang bisa digunakan, yaitu batu bara kualitas tinggi dan batu bara kualitas rendah.
Jika menggunakan batu bara kualitas tinggi maka pembakaran akan lebih
27
sempurna namun harganya lebih mahal dari batu bara kualitas rendah. Selain
pembakaran yang tidak sempurna pada boiler, jika menggunakan batu bara
kualitas rendah, akan terjadi pencemaran lingkungan oleh gas sisa hasil
pembakaran tersebut. Gas hasil pembakaran tidak sempurna, seperti karbon
monoksida (CO), belerang (S), nitrogen, juga berbahaya bagi tubuh manusia.
Selain Pembangkit Listrik Tenaga Air dan Tenaga Uap, terdapat juga
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
atau bisa juga disebut juga dengan Pembangkit Listrik Geo Thermal merupakan
pembangkit listrik yang memanfaatkan energi panas bumi agar dapat dikonversi
menjadi tenaga listrik. Implementasi pembangkit listrik metode ini masih minim
di Indonesia. Padahal, kelebihan PLTPB sama seperti PLTA, yaitu memanfaatkan
sumber daya alam yang tidak dapat habis. Singkatnya, PLTPB terdiri atas suatu
pabrik pengolahan energi panas bumi yang sumbernya diperoleh dengan
menyerap panas bumi melalui suatu sumur injeksi dan sisa pengolahan PLTPB
tersebut, berupa panas, juga dikeluarkan melalui pipa pegeluaran ke dalam bumi..
Potensi PLTPB yang ada di Indonesia sebenarnya sangatlah besar, yaitu sebesar
28,1 GW, tetapi dengan efisiensi yang sangat kecil, hanya 4,3 %, membuat
PLTPB belum dianggap cukup ekonomis dalam menyuplai energi listrik. Oleh
karena itu, PLTPB baru diimplementasikan pada desa-desa kecil sebagai program
“Desa Mandiri Energi”.
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) juga merupakan pembangkit
listrik terbanyak kedua, setelah PLTA, di Indonesia. Hal ini dikarenakan produksi
listriknya menggunakan mesin diesel yang mudah diperoleh. Mesin diesel dulu
28
adalah pionir bagi mesin-mesin kendaraan zaman sekarang, namun mesin diesel
sebagai mesin kendaraan sudah banyak ditinggal dan hanya dimanfaatkan sebagai
mesin pembangkit listrik. Mesin ini berbahan bakar solar, yang merupakan produk
sampingan dari pengolahan minyak bumi. Akan tetapi, penggunaan bahan bakar
solar menimbulkan efek negative karena gas sisa hasil pembakaran solar dalam
PLTD merupakan gas yang berbahaya.
Satu PLTD dapat menghasilkan listrik sebesar 6,43 MW, sehingga PLTD
sangat berkontribusi dalam penyuplai listrik di Indonesia sampai saat ini.
Meskipun PLTD berkontribusi besar untuk menghasilkan listrik di Indonesia,
terdapat suatu rencana untuk tidak lagi menggunakan PLTD karena polusi yang
dihasilkannya.
Dari data-data yang telah disampaikan di atas, Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN) dapat menghasilkan listrik yang jauh lebih besar jika dibandingkan
pembangkit listrik jenis lain yang ada di Indonesia. Satu reaktor nuklir dalam
PLTN dapat menghasilkan 600-1000 MW energi listrik dengan potensi sebesar
1300 MW, yang berarti PLTN juga memiliki efesiensi yang cukup besar. Akan
tetapi, kelemahan PLTN adalah pembuatan awal dan perawatan PLTN
membutuhkan biaya yang cukup besar. Namun, jika digunakan untuk jangka
panjang, PLTN dipercaya akan dapat menyuplai energi listrik bagi seluruh
masyarakat Indonesia
29
3.3. Pandangan Masyarakat Indonesia Terhadap Teknologi Nuklir Dalam
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Indonesia merupakan negera yang menjunjung demokrasi sehingga apapun
kebijaka yang diambil pemerintah, kebijakan tersebut perlu mendapat persetujuan
dahulu dari rakyat (masyarakat Indonesia). Segala kebijakan yang diambil
pemerintah dapat dikaji ulang oleh rakyat sebagai pengawas pemerintah. Oleh
karena itu, pemerintah hendaknya juga tidak melupakan suara, aspirasi dan
pandangan rakyat Indonesia dalam rencana pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir dan pengembangan teknologi nuklir di Indonesia.
Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir sejak ada dari
tahun 1980, tetapi rencana tersebut seakan tenggelam dikarenakan krisis ekonomi
yang menghantam Indonesia pada tahun 1998. Akan tetapi, setelah terjadi krisis
energi di dunia yang ditandai dengan melonjaknya harga minyak bumi, rencana
untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir kembali mencuat. Hal itu
menimbulkan pro dan kontra di masyarakat umum.
Menurut survei yang dilakukan Ipsos-na, sebuah perusahaan riset pasar
berbasis survei terbesar kedua di dunia, menyatakan bahwa hanya sebesar 28%
penduduk Indonesia yang mendukung pembangunan PLTN di Indonesia. Sisanya,
sebanyak 72% menolak pembangunan PLTN di Indonesia. Survei ini dilakukan
pada bulan Juni 2011 setelah terjadinya insiden ledakan reactor nuklir di
Fukushima, Jepang.
Dari survey di atas dapat dilihat secara jelas bahwa sebenarnya mayoritas
masyarakat Indonesia menolak rencana pembangan PLTN di Indonesia. Mereka
30
menganggap teknologi nuklir merupakan teknologi yang mempunyai resiko yang
sangat besar jika diterapkan di Indonesia. Pandangan tersebut mungkin juga
muncul akibat trauma nuklir yang dialami masyarakat.
Trauma nuklir tersebut terjadi karena pada awalnya teknologi nuklir
dipakai sebagai senjata dalam perang dunia yang menewaskan banyak orang dan
mempunyai efek yang berkepanjangan. Hal tersebut membentuk persepsi
masyarakat tentang penggunaan teknologi nuklir yang tidak manusiawi. Citra
tersebut diperburuk oleh beberapa peristiwa kebocoran reactor nuklir, seperti di
Chernobyl dan Three Mile Island. Malapetaka di kedua tempat itu selalu menjadi
referensi masyarakat untuk menolak pembangunan PLTN.
Selain dengan tingkat keamanan PLTN, isu lainnya yang memicu
masyarakat untuk menolak kehadiran PLTN adalah tentang limbah radioaktif
yang dihasilkan oleh PLTN. Dalam operasinya, PLTN akan menghasilkan limbah
radioaktif yang dikategorikan sebagai limbah khusus berbahaya. Limbah tersebut
akan terus menumpuk dan mempunyai kemungkinan untuk dapat bocor ke
lingkungan sekitar. Limbah radioaktif yang bocor dapat menimbulkan
kontaminasi terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.
Kedua isu di atas yang menjadi alasan utama mengapa mayoritas
masyarakat Indonesia menolak kehadiran PLTN sebagai alternatif pembangkit
tenaga listrik. Mereka menolak kehadiran PLTN karena mereka menganggap
teknologi belum dapat sepenuhnya menanggulangi konsekuensi social dan
biologis yang mungkin terjadi oleh karena kecelakaan PLTN.
31
Bagi masyarakat yang tidak menyetujui pembanguna PLTN di Indonesia,
mereka beropini bahwa sebaiknya pemerintah mengembangkan pembangkit
tenaga listrik tidak mempunyai resiko dampak kecelakaan yang besar. Mereka
mendesak pemerintah untuk mengembangkan pembangkit listrik bertenaga panas
bumi dibandingkan dengan pembangkit listrik bertenaga nuklir.
3.4. Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Teknologi Nuklir di Indonesia
Pemerintah mempunyai peran yang signifikan untuk menentukan arah dan
tujuan pengembangan teknologi nuklir di Indonesia. Pemerintah dapat dikatakan
motor utama penggerak kemajuan dan perkembangan teknologi nuklir. Oleh
karena itu, kesiapan Indonesia dalam membangun Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir dapat dilihat dari tindakan pemerintah yang mengakomodasi rencana
tersebut.
Rencana untuk mengembangkan teknologi nuklir sebagai sumber energi
alternatif di Indonesia sudah dimulai sejak akhir tahun 1950-an. Hal itu ditandai
dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 1958, pada tanggal 5
Desember 1958 tentang pembentukkan Dewan Tenaga Atom dan Lembaga
Tenaga Atom (LTA), yang kemudian disempurnakan menjadi Badan Tenaga
Atom Nasional (BATAN) berdasarkan UU NO. 31 Tahun 1964 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Atom.
Berdasarkan uraian di atas, sangat jelas bahwa Indonesia memiliki suatu
badan khusus untuk mengembangkan dan meneliti kemungkinan energi nuklir
menjadi salah satu sumber energi alternatif menggantikan energi dari fosil. Selain
32
BATAN, pemerintah Indonesia juga membentuk Badan Pengawas Tenaga Nuklir
(BAPETEN) pada tahun 1998. BAPETEN bertugas untuk melaksanakan
pengawasan terhadap segala kegiatan pemanfaatan
tenaga nuklir di Indonesia melalui peraturan perundangan, perizinan, dan inspeksi
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Dengan adanya 2 badan tersebut yang khusus untuk mengurus dan
mengembangkan teknologi nuklir, pemerintah Indonesia sebenarnya sudah
memiliki perangkat untuk mengatur dan mengembangkan teknologi nuklir di
Indonesia. Akan tetapi, peran pemerintah tidak hanya sebatas mendirikan institusi
yang bertanggung jawab tentang perkembangan teknologi nuklir di Indonesia.
Lebih jauh, pemerintah mempunyai peran sebagai motor pendorong yang utama
dalam pengembangan teknologi nuklir.
Keseriusan pemerintah untuk mengembangkan teknologi nuklir dalam hal
ini PLTN, dapat dilihat dari tindakan – tindakan pemerintah untuk menjadikan
PLTN sebagai suatu teknologi yang nyata di Indonesia. Tindakan tersebut dapat
dilihat dari bagaimana pemerintah mencari dana yang diperlukan untuk
membangun PLTN, regulasi – regulasi yang ditetapkan pemerintah dan kesatuan
di tubuh pemerintah tentang pengembangan PLTN.
Tercatat, untuk membangun sebuah PLTN berkapasitas satu GW
(gigawatt) diperlukan dana sekitar 35 trilliun, sebuah angka yang cukup besar bagi
Indonesia. Dalam hal pendanaan inilah, pemerintah berperan besar untuk
menyukseskan rencana ini. Pemerintah diharapkan mempunyai langkah – langkah
strategis untuk dapat menghimpun dana yang diperlukan untuk membangun
33
PLTN tersebut tanpa harus mengorbankan rakyat. Langkah – langkah tersebut
antara lain adalah mengajak perusahaan – perusahaan public (swasta) untuk ikut
berpartisi secara langsung dalam pendanaan PLTN ini. Akan tetapi, untuk dapat
meyakinkan perusahaan – perusahaan tersebut tentang keseriusan rencana ini,
pemerintah harus terlebih dahulu mengeluarkan biaya awal (initial funding) untuk
membangun infrastruktur teknologi nuklir di Indonesia.
Selain pendanaa, pemerintah juga harus memikirkan regulasi – regulasi
tentang perkembangan dan penggunaan teknologi nuklir di Indonesia. Hal ini
diperlukan agar masyarakat menjadi yakin bahwa pemerintah tidak asal – asalan
mendirikan PLTN. Meskipun pemerintah sudah mempunyai BAPETEN sebagai
badan khusus untuk mengawasi dan membuat peraturan, tetap saja diperlukan
intervensi khusus dari pemerintah agar menjamin kinerja BAPETEN tetap sesuati
dengan apa yang diharapakan. Selain itu, pemerintah, secara aktif, juga harus
menjadi pengawas dan penguji keefektifan peraturan – peraturan yang dikeluarkan
BAPETEN.
Hal terakhir yang menjadi peran pemerintah dalam pengembangan
teknologi nuklir adalah kesatuan dalam tubuh pemerintah itu sendiri untuk
mengembangkan teknologi nuklir sebagai salah satu energi alternatif masa depan
Indonesia. Ketika masyarakat menjadi ragu atas rencana pembangunan PLTN dan
pengembangan teknologi nuklir di Indonesia, seharusnya pemerintah dapat
menjadi yang pertama yakin dan meyakinkan masyarakat bahwa rencana
pengambangan PLTN dan teknologi nuklir di Indonesia bertujuan baik dan patut
didukung.
34
Akan tetapi, pemerintah sendiri masih belum satu suara untuk
menjalankan proyek nuklir di Indonesia. Hal ini membuat pemerintah seakan –
akan tidak percaya kepada rencana pengembangan yang mereka ajukan sendiri.
Selain itu, masalah korupsi yang melanda negeri ini menjadi salah satu batu
sandungan untuk dapat membangun PLTN di Indonesia. Bahkan, Wakil Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral, Widjajono Partowidagdo, menyatakan
Indonesia belum mampu dan siap untuk membangun PLTN dikarenakan korupsi
yang merajalela di pemerintahan. Beliau menganggap bahwa jika korupsi sampai
menyentuh pembangunan PLTN, maka dampak yang ditimbulkan akan sangat
menyeramkan.
Berbagai alasan di atas menjelaskan bahwa tanpa ada kesatuan sikap dan
komitmen dari pemerintah, pembangunan PLTN yang aman adalah suatu mimpi
bagi bangsa Indonesia. Sehingga, pemerintah selayaknya berusaha untuk lebih
keras lagi jika ingin PLTN menjadi sumber energi masa depan di Indonesia.
35
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Hal utama yang menghambat penggunaan teknologi nuklir sebagai salah
satu pembangkit listrik di Indonesia adalah ketidakpercayaan masyarakat
terhadap tingkat keamanan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Dampak kecelakaan nuklir yang tinggi dan limbah radioaktif buangan
PLTN juga menjadi salah satu halangan pembangunan PLTN di
Indonesia
5.1.2 Kelebihan PLTN dibanding pembangkit listrik jenis lain yang ada di
Indonesia adalah efesiensinya yang tinggi. Selain itu PLTN juga dapat
menghasilkan energi listrik yang besar dengan bahan baku yang
minimal.
5.1.3 Pandangan masyarakat terhadap teknologi nuklir dalam PLTN adalah
masih diliputi dengan skeptisisme tentang keamanan teknologi nuklir.
Hal tersebut belum dapat dirubah oleh pemerintah yang masih kurang
untuk dapat memperjuangkan teknologi nuklir untuk diimplementasikan
dalam pembangkit listrik di Indonesia.
5.2 Saran
Teknologi nuklir dalam pembangkit listrik merupakan pembangkit listrik
masa depan bagi Indonesia. Pemerintah seharusnya lebih lagi memperjuangkan
PLTN sehingga dapat diterima masyarkat. Selain itu, harus dilakukan kajian dan
36
penelitian yang lebih mendalam tentang PLTN agar kelak PLTN dapat memiliki
tingkat keamanan yang cukup tinggi.
37
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Febi Dasa (dkk). 2008. Ensiklopedia Tokoh Fisika. Jakarta: PT Balai
Pustaka.
Anonim. 2008. Market Intelligence Report on Industri Kelistrikan Indonesia
2008, (online). (http://www.datacon.co.id/Listrik2008Ind.html diakses
tanggal 11 November 2011)
Anonim. 2011. Istilah Dalam Nuklir, (online).
(http://www.batan.go.id/prod_hukum/istilah.php, diakses tanggal 2
November 2011)
Anonim. 2011. Tipe PLTN, (online).
(www.warintek.ristek.go.id/nuklir/tipe_pltn.pdf diakses tanggal 4 November
2011)
Bennet, D.J. 1972. The Element of Nuclear Power. London: Longman.
Cooper, Ralph S. 1962. “Rocket Propulsion” dalam Bulletin of The Atomic
Scientist, No. 17. Chicago: Educational Foundation for Nuclear Science, Inc.
Greenhalgh, Geoffrey. 1988. The Future of Nuclear Power. London: Sterling
House.
Jakeman, D. 1966. Physics of Nuclear Reactor. Aylesbury: Hazell Watson and
Viney Ltd.
Jr., Miller dan George Tyler. 2002. Living in the Environment: Principles,
Connections, and Solutions (12th Edition). Belmont: The Thomson
Corporation.
Kompas 4 November 2011. “Indonesia Hanya Punya 31 Dokter Ahli Nuklir”,
halaman 1
Peterson, Sigfred dan Raymond G. Wymer. 1985. Chemistry in Nuclear
Technology. Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company, Inc.
Satria. 2011. Kebutuhan Penggunaan Energi dan Suplai Energi Masih Timpang,
(online). (http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=3755 diakses
tanggal 11 November 2011)
Shaw, J. 1969. Reactor Operation. Oxford: Pergamon Press.
Srijono. 2011. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, (online).
(http://srijono.blog.uns.ac.id/2010/03/16/prinsip-kerja-pembangkit-listrik-
tenaga-nuklir/, diakses 20 November 2011)
LAMPIRAN
39
LAMPIRAN A
HASIL ASISTENSI MAKALAH
40
LAMPIRAN LANJUTAN
(BUAT TEMPAT ASISTENSI
YANG ADA DI LU, VIN)
41
RIWAYAT HIDUP PENULIS
A. Data Pribadi
Nama Lengkap : Davin Kurnia Wangsa
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat Tanggal Lahir : Jambi, 6 Oktober 1993
Alamat : Jalan Bukit Indah No. 9 Bandung
B. Pendidikan Formal
Lulus SD : SD Xaverius 1 Jambi tahun 2005 di Jambi
Lulus SMP : SMP Xaverius 1 Jambi tahun 2008 di Jambi
Lulus SMA : SMA Xaverius 1 Jambi tahun 2011 di Jambi
C. Pendidikan Informal (jika ada) : -
D. Hobi : Membaca
E. Prestasi : -
Bandung, 29 November 2011
Davin Kurnia Wangsa
42
A. Data Pribadi
Nama Lengkap : Ligar Mugi Syahid
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 22 Februari 1993
Alamat : Kp. Babakan rohmat, kecamatan Ngamprah No.20
B. Pendidikan Formal
Lulus SD : - tahun - di -
Lulus SMP : SMPN 1 Purwakarta tahun 2008 di Purwakarta
Lulus SMA : SMAN 2 Purwakarta tahun 2011 di Purwakarta
C. Pendidikan Informal (jika ada) : -
D. Hobi : Membaca dan bermain game
E. Prestasi : -
Bandung, 29 November 2011
Ligar Mugi Syahid
43
A. Data Pribadi
Nama Lengkap : Nicholas Leo
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 5 Agustus 1993
Alamat : Jalan Juanda No. 211 Bandung
B. Pendidikan Formal
Lulus SD : SD Kalam Kudus 3 tahun 2005 di Jakarta
Lulus SMP : SMP Cahaya Harapan tahun 2008 di Bekasi
Lulus SMA : SMA PENABUR Bekasi tahun 2011 di Bekasi
C. Pendidikan Informal (jika ada) : -
D. Hobi : Membaca dan mendengarkan musik
E. Prestasi : -
Bandung, 29 November 2011
Nicholas Leo