Post on 24-Dec-2015
description
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan nasional selama ini belum sepenuhnya mampu
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat di daerah secara
merata. Tantangan terbesar dalam pembangunan ekonomi Indonesia saat ini
adalah untuk mengurangi kemiskinan dan menciptakan lebih banyak lagi
kesempatan kerja. Strategi Tiga Jalur (Triple Track Strategy) yakni stabilitas
ekonomi makro, pengembangan sektor riil utamanya melalui pembangunan
infrastruktur dan pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta revitalisasi pertanian
dan pedesaan telah dijadikan panduan dalam menggerakkan ekonomi melalui
berbagai kebijakan pemerintah.
Dalam konteks pembangunan kesejahteraan rakyat, pembangunan
diwujudkan dalam tiga pilar, yakni penanggulangan kemiskinan, investasi
sumberdaya manusia dan kemasyarakatan serta cepat tanggap berbagai masalah
kesejahteraan rakyat yang masih dihadapi Indonesia. Dua pilar strategi yang
pertama merupakan usaha yang harus berkesinambungan. Peningkatan
kesejahteraan juga dilakukan melalui upaya penanggulangan pembangunan
wilayah tertinggal, namun dengan fokus utamanya adalah wilayah yang terisolir,
tertinggal, terpencil dan masyarakat miskin.
Wilayah tertinggal merupakan suatu wilayah yang secara fisik, sosial dan
ekonomi kondisinya mencerminkan keterlambatan pertumbuhan dibanding
dengan wilayah lain. Wilayah tertinggal pada umumnya dicirikan dengan letak
geografisnya yang relatif terpencil, miskin sumberdaya alam atau rawan bencana
alam. Wilayah tertinggal berada di wilayah pedesaan yang mempunyai masalah
khusus atau keterbatasan tertentu seperti keterbatasan sumberdaya alam, sarana
dan prasarana, sumberdaya manusia dan aksesibilitas ke pusat-pusat pemukiman
lainnya. Hal tersebut menyebabkan kemiskinan serta kondisinya relatif tertinggal
dari pedesaan lainnya dalam menerima dan memanfaatkan hasil pembangunan
dan perkembangan peradaban.
Permasalahan ini dapat diatasi dengan program-program yang mampu
menumbuhkan kemandirian masyarakat agar dapat mengentaskan dirinya dari
kemiskinan dan bekerja berdasarkan potensi yang dimiliki. Salah satu program
1
pemerintah yang dapat dijadikan acuan dalam mengatasi masalah ini adalah
Program Unggulan Kabupaten (PRUKAB).
Program Unggulan Kabupaten merupakan program pengembangan
komoditas unggulan kabupaten yang dilakukan secara terpadu yang bertujuan
untuk mengamati potensi ekonomi dan sosial budaya masyarakat, mengangkat
permasalahan dan solusi yang diperlukan berdasarkan potensi yang dimiliki,
meningkatkan potensi ekonomi masyarakat, mengembangkan mekanisme pasar
serta menjalin kerjasama dengan industri. Kegiatan PRUKAB diharapkan mampu
menyentuh titik terpenting yang dibutuhkan daerah itu untuk pemberdayaan
masyarakat. Selain itu, melalui pembangunan terpadu yang menyangkut antara
lain bidang infrastruktur pedesaan dan pemberdayaan ekonomi, diharapkan terjadi
percepatan dalam pengentasan desa dari ketertinggalannya.
Program Unggulan Kabupaten ditargetkan dapat mengurangi daerah
tertinggal di Indonesia. Setidaknya saat ini tercatat masih ada 183 kabupaten dan
32 ribu desa di Indonesia yang masih tertinggal. Perguruan tinggi sebagai salah
satu institusi yang ada di Indonesia mengemban amanah untuk menjawab
tantangan tersebut. Dalam hal ini perguruan tinggi harus mengupayakan dan
menjadikan dirinya sebagai pusat pengembangan dan penyebarluasan IPTEK
serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat.
Keberadaan Perguruan Tinggi mempunyai kedudukan dan fungsi penting
dalam perkembangan suatu masyarakat. Proses perubahan sosial (social change)
di masyarakat yang begitu cepat, menuntut agar kedudukan dan fungsi perguruan
tinggi itu benar-benar terwujud dalam peran yang nyata. Pada umumnya peran
perguruan tinggi itu diharapkan tertuang dalam pelaksanaan Tri Dharma
Perguruan Tinggi, yaitu: Dharma Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat.
KKN Tematik adalah kegiatan formal yang merupakan salah satu
pelaksanaan fungsi perguruan dalam bidang pengabdian masyarakat yang telah
dirasakan manfaatnya dalam percepatan pembangunan di pedesaan. Dengan
KKN Tematik ini mahasiswa dan staf pengajar akan berusaha membantu
membangun masyarakat dengan menggarap suatu potensi yang menjadi
unggulan masyarakat tersebut. Karena mahasiswa selama beberapa waktu akan
hidup bersama masyarakat (live in), KKN Tematik ini dapat memberikan ruang
2
interaksi yang lebih intensif antara mahasiswa sebagai agent perubah dan
masyarakat. Dengan interaksi ini permasalahan yang spesifik yang biasanya
ditemukan di daerah tertinggal dapat teridentifikasi dan dapat dipecahkan. Dengan
demikian usaha untuk pembangunan aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan
dapat dilaksanakan sesuai dengan karakteristik masyarakat dan potensi lokal
dalam usaha mendukung pengembangan PRUKAB.
I.2. Potensi dan Permasalahan Lokasi KKN Tematik PRUKAB
Potensi Kabupaten Musi Rawas adalah:
a. Keunggulan absolut perkebunan karet
b. Mayoritas SDM-nya sudah terampil berkebun karet
c. Area perkebunan masih berpeluang dikembangkan (Ekstensifikasi)
d. Tumbuhkembangnya pengusaha lokal berbasis karet (pembibitan,
produksi, perdagangan bahan olahan karet (Bokar)
e. Pendapatan masyarakat perkebunan karet relatif tinggi (Pemilik dan
Penyadap)
f. Lokasi strategis Kabupaten Musi Rawas di tengah-tengah Sumatera,
potensi pasar sangat bagus.
Permasalahan Kabupaten Musi Rawas adalah:
a. Lemahnya Kelembagaan Pemberdayaan Masyarakat
b. Keterbatasan jumlah tenaga kerja di perkebunan
c. Lemahnya informasi tentang potensi, teknologi, pemasaran, dan
ketenagakerjaan
d. Belum adanya kemauan untuk diversifikasi usaha dalam mengoptimalkan
lahan perkebunan
e. Belum adanya percontohan perkebunan karet terpadu (Demoplot) yang
dapat dimanfaatkan dan dikembangkan oleh masyarakat.
f. Lemahnya status kepemilikan lahan.
I.3. Tujuan KKN Tematik
Tujuan KKN Tematik terdiri dari:
1. Memfasilitasi Pemerintah (Daerah/Pusat) dan Masyarakat untuk
mengembangkan produk unggulan
2. Meningkatkan Perekonomian masyarakat di wilayah lokasi KKN Tematik.
3
3. Memfasilitasi Penanggulangan kemiskinan di wilayah lokasi KKN Tematik
I.4. Sasaran KKN Tematik
Sasaran KKN Tematik terdiri dari :
1. Kelompok masyarakat produktif dibidang perintisan produk Unggulan
sentra perkebunan karet.
2. Penanggulangan masyarakat miskin berbasis perkebunan karet.
I.5. Out Put KKN Tematik
Out Put KKN Tematik adalah menciptakan komoditas/produk unggulan di
kawasan daerah tertinggal di Kabupaten Musi Rawas dalam rangka
penanggulangan kemiskinan yang dapat diimplementasikan dalam bentuk
kegiatan sebagai berikut :
1. Fasilitasi pembentukan lembaga pemberdayaan daerah tertinggal di
tingkat Kecamatan dan pengurusnya (Ketua, sekertaris dan bendahara)
yang dapat melestarikan program pengembangan komoditas/produk
unggulan dan penanggulangan kemiskinan berbasis sentra perkebunan
karet.
2. Fasilitasi pengembangan komoditas/produk unggulan perkebunan karet.
3. Fasilitasi pembentukan Net Working antar stakeholder yang berkaitan
dengan komoditas/produk unggulan dan kemiskinan.
I.6. Out Come KKN Tematik
Out Come KKN Tematik dapat bermanfaat bagi Perguruan Tinggi,
Pemerintah dan Masyarakat.
a. Perguruan Tinggi:
Bermanfaat sebagai sarana pengabdian kepada masyarakat dan
pengembangan penelitian akademis
b. Pemerintah:
Baik Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat dapat melakukan
pembangunan di wilayah daerah tertinggal.
c. Masyarakat:
Bisa merasakan pembangunan untuk memajukan wilayahnya
4
I.7. Lokasi KKN Tematik
Lokasi KKN Tematik PRUKAB di Kecamatan Tuah Negeri dan Suka Karya,
Kabupaten Musi Rawas - Provinsi Sumatera Selatan
.
5
II. PROGRAM KKN TEMATIK PRODUK UNGGULAN KABUPATEN
II.1. Dasar Hukum Pelaksanaan KKN Tematik PRUKAB
Dasar hukum Kegiatan Pengembangan Produk Unggulan Kabupaten
melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik dalam rangka Pemberdayaan
Masyarakat yaitu :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota;
2. Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2010-2014;
3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Republik
Indonesia;
4. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2006 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian
Republik Indonesia;
5. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Tahun 2011;
6. Nota Kesepahaman Kerjasama antara Kementerian Pembangunan
Daerah Tertinggal dengan Universitas Gajah Mada tentang Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal tanggal 16
Juli 2009;
7. Piagam Kesepahaman antara Kementerian Pembangunan Daerah
Tertinggal dengan Universitas Airlangga tentang Pemberdayaan dan
Pembangunan Daerah Tertinggal di Jawa Timur
tanggal 25 Februari 2010;
6
8. Naskah Kesepahaman Bersama Menteri Negara Pembangunan
Daerah Tertinggal dengan Rektor Universitas Brawijaya
tanggal 23 September 2011 tentang
Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat di Daerah
Tertinggal;
9. Naskah Kesepahaman Bersama Menteri Negara Pembangunan
Daerah Tertinggal dengan Rektor Universitas Atmajaya
tanggal 4 Januari 2012 tentang Pendidikan,
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat di Daerah Tertinggal.
10. Surat Perjanjian Kerja No: 032/SPK/PPK2-PEDU/PDT/V/2012 tentang
Kegiatan Pengembangan Produk Unggulan Kabupaten dan
Pemberdayaan Masyarakat melalui Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN
Tematik)
II.2. Pengertian KKN Tematik
Ada dua unsur pengertian yang mendasari kegiatan yaitu KKN dan
Tematik :
1. Kuliah kerja nyata atau disingkat KKN adalah suatu kegiatan intrakurikuler
yang memadukan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan cara
memberikan kepada mahasiswa pengalaman belajar dan pengembangan
aspek kepekaan yang berorientasi kemasyarakatan dalam hal pengabdian
keilmuannya, pengajaran dan interaksi sosial yang dilaksanakan di luar
kampus dalam waktu, mekanisme kerja dan persyaratan tertentu.
2. Tematik mengandung pengertian kegiatan KKN yang mempunyai
kepastian tema dan program kegiatan yang akan dikerjakan
II.3. Tema KKN Tematik
Program KKN Tematik Berbasis Pengembangan Produk Unggulan
Perkebunan Karet Dalam Rangka Penanggulangan Kemiskinan Di
Daerah Tertinggal
7
II.4. Prinsip-Prinsip Dasar KKN
Dalam rangka pencapaian cita-cita pendidikan perguruan tinggi, KKN yang
dilaksanakan berpijak pada sejumlah prinsip.
1. Pertama, Keterpaduan ketiga aspek Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Perpaduan aspek pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat dalam satu kesatuan untuk menjadi landasan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan tolok ukur evaluasi KKN.
2. Kedua, Interdisipliner, KKN dilaksanakan oleh sejumlah mahasiswa yang
berasal dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda dan pelaksanaannya di
koordinasikan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat (LPPM) sebagai lembaga penunjang pendidikan. Dalam
mekanismenya para mahasiswa mengembangkan pola pikir dan pola kerja
interdisipliner untuk memecahkan permasalahan yang ada di lokasi KKN.
3. Ketiga, Komprehensif. Dalam hal ini KKN berfungsi sebagai pengikat dan
perangkum semua isi kurikulum yang telah ada. Dengan demikian
diharapkan masing-masing individu mahasiswa pelaksanan KKN akan
menampilkan dirinya sebagai seorang calon sarjana sesuai dengan bidang
keilmuannya secara professional dan proporsional.
4. Keempat, Pragmatis artinya, program-program kegiatan yang
direncanakan pada dasarnya bertumpu pada persoalan nyata di lapangan,
dapat dilaksanakan sesuai dengan daya dukung sumber-sumber daya yang
tersedia di lapangan, dan mendatangkan manfaat bagi masyarakat, baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Kelima, Partisipatif. KKN adalah proses interaktif dan sinergis antara
mahasiswa dan masyarakat. Konsekuensinya, keterlibatan itu dimulai sejak
perencanangan program, kegiatan lapangan, pelaksanaan, dan
pengusahaan pendanaan. Untuk itu para mahasiswa dan pengelola KKN
harus komunikatif mampu mengadakan pendekatan sosial cultural terhadap
masyarakat, sehingga mereka menjadi kooperatif dan partisipatif dalam
setiap program yang dicanangkan. Dengan demikian diharapkan
masyarakat kelak akan mampu mengidentifikasikan sendiri permasalahan
yang dihadapimya dan sumber daya yang dimiliki, sehingga pada akhirnya
8
mereka akan mampu berswadaya, berswakelola dan berswadana dalam
pembangunan masa depan.
II.5. Status dan Beban Studi
Status KKN Tematik adalah merupakan program intrakulikuler wajib
karena :
1. Program terstruktur, artinya hanya dapat diikuti oleh mahasiswa dengan
persyaratan akademik tertentu dan untuk mencapai keberhasilan harus
melalui tahapan tertentu.
2. Mempunyai bobot akademik, dan beban kredit KKN harus dilakukan sama
dengan kegiatan kurikuler lainnya yaitu melalui proses evaluasi.
3. Mempunyai status/ kedudukan yang jelas dalam kurikulum artinya,
penyusunan kurikulum KKN harus mengikuti kaidah-kaidah sesuai dengan
penyusunan kurikulum mata kuliah yang lain.
4. Diprogramkan dalam kartu rencana studi
5. Dalam pelaksanaannya dilakukan bimbingan, pembinaan dan evaluasi.
Sebagai kegiatan instrakurikuler wajib, maka di universitas Brawijaya
sesuai dengan SK Rektor No. 020/SK/1984 ditetapkan bahwa 1 SKS dana
kegiatan lapangan sebesar 2 SKS. Penilaian keberhasilan mahasiswa peserta
KKN dilakukan secara integratif dengan menggabungkan antara kedua bentuk
kegiatan tersebut.
II.6. Persyaratan Menjadi Peserta
Persyaratan menjadi peserta KKN Tematik PRUKAB adalah:
1. Memprogram KKN dalam Kartu rencana Studi
2. Pada saat memprogramkan KKN, telah mengumpulkan sekurang-
kurangnya 90 - 100 SKS atau 75 % dari seluruh beban studi yang
ditetapkan oleh fakultas masing-masing.
3. Mendaftarkan diri ke Koordinator KKN di Fakultas masing-masing, lalu
oleh fakultas di daftarkan ke Tim KKN Tematik di Lembaga Pengabdian
Kepada Masyarakat.
9
4. Atau mendaftarkan diri ke Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, lalu oleh team KKN Tematik akan berkoordinasi dengan
Fakultas masing-masing.
5. Pembekalan kompetensi fakultas dilaksanakan Fakultas dan untuk materi
Tematik dilaksanakan oleh team Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat.
III. KONDISI UMUM LOKASI KKN-T PRUKAB
3.1. Kondisi Umum Kabupaten Musi Rawas
3.1.1. Letak Geografis
Letak Geografis dan Luas Wilayah Secara geografis, Kabupaten Musi
Rawas terletak pada posisi 102° 07’ 00” - 103° Bujur Timur dan 2° 20’ 00” - 3° 38’
00” Lintang Selatan dengan wilayah seluas 1.236.582,66 Ha. Secara Geografis
batas kabupaten Musi Rawas adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Provinsi Jambi
Sebelah Selatan : Kabupaten Empat Lawang dan Kabupaten Lahat
Sebelah Barat : Provinsi Bengkulu Kabupaten Musi Banyuasin
Sebelah Timur : Kabupaten Muara Enim
10
Gambar 1. Peta Kabupaten Musi Rawas
3.1.2. Keadaan Alam
Secara Keseluruhan wilayah Kabupaten Musi Rawas memiliki topografi
yang bergelombang dengan ketinggian antara 25 meter hingga 1.000 meter dar
permukaan laut. Luas wilayah dominan merupakan daerah potensial untuk
pertanian, selebihnya merupakan tanah perbukitan yang memiliki kemiringan yang
sangat curam dimana sebagian besarnya berupa Bukit Barisan yang memanjang
dari utara sampai selatan. Khusus di bagian barat wilayah ini termasuk ke dalam
wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang membentang luas ke dalam
4 propinsi.
3.1.3. Keadaan Iklim
Kabupaten Musi Rawas memiliki iklim tropis basah dengan rata-rata curah
hujan cukup tinggi yaitu 1.386 mm per tahun dan rata-rata hari hujan 125 hari
hujan per tahun. Tahun 2010 terjadi perubahan iklim yang cukup ekstrim dimana
11
KABUPATEN MUSI RAWAS
bulan kering biasa terjadi pada bulan Juni hingga September, di tahun 2010 ini
bulan kering terjadi pada Bulan Oktober dan Desember yang biasanya
merupakan musim hujan. Curah hujan hampir merata tinggi di sepanjang tahun.
Kondisi iklim yang ekstrim tersebut berpengaruh terhadap kondisi pertanian di
Kabupaten Musi Rawas baik pertanian tanaman pangan maupun perkebunan.
3.1.4. Wilayah Administrasi
Wilayah Administrasi Kabupaten Musi Rawas terbagi atas kecamatan-
kecamatan dan kecamatan kemudian terbagi habis atas desa-desa atau
kelurahan dan di dalam desa atau kelurahan tersebut terbagi lagi atas satuan
lingkungan setempat (SLS) terkecil berupa dusun-dusun, lingkungan atau RW/RT.
Tahun 2009 terjadi pemekaran wilayah administrasi dari 17 kecamatan dan
261 desa menjadi 21 kecamatan dan 258 desa dan 19 kelurahan. Terbentuk 16
desa baru dari 15 desa sebelumnya.
3.1.5. Penduduk
Penduduk Kabupaten Musi Rawas berdasarkan hasil Sensus Penduduk
2010 berjumlah 525.508 jiwa, sedangkan penduduk tahun 2009 berjumlah
505.940 jiwa, meningkat 3,86 persen dari tahun 2009.
Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Musi Rawas tahun 2010 sebesar
104,27 persen. Ini berarti bahwa dari setiap 100 orang penduduk perempuan
terdapat 104 orang penduduk laki-laki. Hampir semua kecamatan dalam
Kabupaten Musi Rawas memiliki rasio jenis kelamin diatas seratus kecuali
Kecamatan Rawas Ulu dan Kecamatan Karang Dapo memiliki rasio lebih kecil
yaitu 99,93 persen di Kecamatan Karang Dapo dan 98,78 persen di Kecamatan
Rawas Ulu.
Lapangan usaha yang paling dominan di Kabupaten Musi Rawas adalah
sektor pertanian baik itu pertanian tanaman pangan, maupun perkebunan.
Sebaran pekerja di sector lapangan usaha pertanian sebesar 76,63 persen,
sektor perdagangan 9,85 persen dan sektor jasa sebesar 7,12 persen,
selebihnya tersebar pada sektor industri dan lainnya.
Pada tahun ajaran 2009/2010, Kabupaten Musi Rawas memiliki gedung
sekolah sebanyak 553 sekolah yang terdiri atas 427 Sekolah Dasar (SD), 90
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 36 Sekolah Menengah Atas (SMA)
12
termasuk kejuruan. Sekolah-sekolah tersebut terdiri atas sekolah negeri dan
swasta.
Komoditi unggulan di sektor perkebunan di Kabupaten Musi Rawas adalah
kelapa sawit dan karet. Luas areal perkebunan kelapa sawit di tahun 2010 adalah
215.891,57 ha, naik sebesar 54,73 persen dari tahun 2009 terbagi atas 15,22
persen perkebunan kelapa sawit rakyat dan 84,78 persen perkebunan kelapa
sawit yang dikelola perusahaan swasta nasional. Jumlah produksi kelapa sawit
total mencapai 1.263.530,12 ton.
Komoditi lainnya yaitu karet dengan luas areal perkebunan sebesar
329.521,95 ha atau turun 28,18 persen dari tahun sebelumnya dengan jumlah
produksi sebesar 245.003,15 ton. Produksi perkebunan besar lainnya dianggap
tidak terlalu signifikan.
3.2. Kondisi Umum Kecamatan Tuah Negeri
Letak Geografis
Kecamatan Tuah Negeri merupakan salah satu bagian dari Kabupaten
Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan. Daerahnya terletak di bagian tengah
wilayah Kabupaten Musi Rawas dengan wilayah seluas 26.345,09 Ha. Dari 11
desa/kelurahan yang ada di kecamatan ini, Desa Petunang memiliki wilayah
terluas, yakni 7,928,37 Ha atau sekitar 30 persen dari total luas wilayah
Kecamatan Tuah Negeri, sedangkan desa dengan luas wilayah terkecil yaitu Desa
Jaya Bakti dengan luas 510,37 Ha (2 persen).
Dilihat dari topografi wilayah, Kecamatan Tuah Negeri merupakan daerah
bukan pantai dengan ketinggian <500 meter di atas permukaan laut, serta
merupakan daerah hamparan karena tidak terdapat satu pun bukit di wilayah ini.
Secara geografis, kecamatan ini berbatasan dengan wilayah lain di
sekelilingnya, yaitu;
Sebelah Utara : Kecamatan Megang Sakti
Sebelah Selatan : Kecamatan Sukakarya
Sebelah Barat : Kecamatan Tugumulyo dan Kecamatan Purwodadi
Sebelah Timur : Kecamatan Muara Kelingi
Ibu Kota Kecamatan Tuah Negeri terletak di Desa Lubuk Rumbai, adapun
jarak dengan Ibu Kota Kabupaten Musi Rawas adalah 35 Km. Kecamatan Tuah
Negeri dilewati 3 (tiga) buah sungai yaitu Sungai Kepayang, Sungai Kambil dan
13
Sungai Kelingi. Jabatan camat Tuah Negeri periode 2011 hingga sekarang adalah
Wahyu Wibisono, S.STP. Wilayah Kecamatan Tuah Negeri terbagi menjadi 11
wilayah, kesemuanya termasuk klasifikasi desa. Kesebelas desa masing-masing
dipimpin oleh kepala desa yang telah berstatus definitif. Hingga akhir 2010,
terdapat 31 RW, 81 RT, dan 55 Dusun yang tersebar di desa-desa tersebut.
Setiap desa yang berada dibawah administrasi Kecamatan Tuah Negeri
dipimpin oleh seorang kepala desa/lurah. Adapun nama-nama kepala desa di
wilayah Kecamatan Tuah Negeri adalah sebagai berikut sebagaimana disebutkan
pada tabel.
Tabel 1. Nama-nama Kepala Desa/Lurah di Kecamatan Tuah Negeri
No. Desa/Kelurahan Kepala Desa/Lurah Status
1 Air Beliti Dwijo Suwarno Definitif
2 Sukamulya Heri Efendi Definitif
3 Jaya Tunggal H. Samid Sayuti Definitif
4 Remayu Johan Bakri Definitif
5 Petunang A. Syafei DH Definitif
6 Jaya Bakti Darman Definitif
7 Darma Sakti Johan Baihaki Definitif
8 Proyek Banpres Paimin Definitif
9 Bamasco Abu Hanifah Definitif
10 Lubuk Rumbai Chandra Definitif
14
11 Lebanjaya Firdaus Definitif
Sumber : Kecamatan Tuah Negeri dalam Angka 2011
Jumlah penduduk Kecamatan Tuah Negeri pada tahun 2010 adalah 25.042
jiwa (berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010), dengan kepadatan penduduk
berkisar 95,05 jiwa/km1. Wilayah terpadat adalah Desa Proyek Banpres yang
kepadatannya mencapai 460 jiwa/km2, sangat kontras apabila dibandingkan
dengan Desa Petunang yang kepadatan penduduknya hanya 32 jiwa/km2.
Sex ratio pada tahun 2010 sebesar 103,88 menunjukkan bahwa jumlah
penduduk laki-laki di kecamatan ini lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk
perempuan. Sepanjang tahun 2010 terjadi peristiwa demografi yang
mempengaruhi keadaan kependudukan di kecamatan ini, yaitu terjadi 210
peristiwa kelahiran, 60 kematian. Selain itu terdapat 62 penduduk yang pindah
dari Kecamatan Tuah Negeri, serta terdapat 20 penduduk pendatang.
Pada tahun ajaran 2009/2010, sarana pendidikan di Kecamatan Tuah
Negeri cukup lengkap di tiap jenjang pendidikan. Tercatat ada 22 SDNegeri dan 1
MI Swasta, 2 SMP Negeri, 2 SMP Swasta, dan 2 MTs Swasta, serta SMU Negeri,
SMU Swasta, dan MA Swasta masing-masing 1 unit. Sekolah Dasar (SD) tersebar
di setiap desa/kelurahan, kecuali Desa Jaya Bakti, sedangkan untuk SMP dan
SMA tersedia di desa/kelurahan tertentu. Bahkan terdapat 2 pondok pesantren di
Desa Darma Sakti dan Desa Bamasco.
Mayoritas penduduk memeluk agama Islam, di Desa Jaya Bakti juga
terdapat pemeluk agama Katholik dan Protestan. Sarana ibadah umat Islam telah
tersedia dan tersebar di semua desa/kelurahan, sedangkan gereja hanya tedapat
di Desa Jaya Bakti.
Tenaga kesehatan yang tesedia di kecamatan ini masih sangat minim,
kebanyakan masih bersifat tradisional, yakni dukun bayi yang terdapat hampir di
setiap desa, sedangkan praktek dokter dan bidan hanya berjumlah masing-masing
2 tempat. Sarana puskesmas pembantu (pustu) dan posyandu tersedia di setiap
desa/kelurahan, jumlah kunjungan pasien di pustu cukup tinggi.
Pertanian tanaman perkebunan karet merupakan primadona di Kecamatan
Tuah Negeri, dari total luas lahan kering yang diusahakan, lebih dari 95 persen
dimanfaatkan untuk lahan perkebunan karet. Mayoritas kepala keluarga
15
mengusahakan komoditas ini, sehingga penghasilan utama penduduk di setiap
desa pun ditunjang dari hasil usaha perkebunan karet.
Sebagian kecil lahan kering sisanya digunakan sebagai ladang, sedangkan
lahan perairan yang tersedia banyak digunakan untuk sawah non irigasi.
Pertanian tanaman sayuran dan palawija agaknya kurang digeluti oleh penduduk
di Kecamatan Tuah Negeri. Subsektor peternakan lebih diminati untuk
diusahakan. Pada tahun 2010, tercatat ada 753 ekor sapi dan 60 ekor kerbau
yang diusahakan di kecamatan ini, sedangkan untuk jenis ternak kecil berupa
kambing berjumlah 913 ekor. Dari jenis unggas, penduduk banyak mengusahakan
jenis ayam buras dan itik/bebek.
Dominannya subsektor perkebunan komoditas karet mempengaruhi minat
penduduk untuk menggeluti dunia industri. Hingga tahun 2010, tercatat belum
satupun industri kecil/kerajinan rumah tangga yang terdapat di Kecamatan Tuah
Negeri. Begitu pula halnya dengan usaha pertambangan minyak dan gas bumi.
Mayoritas penduduk memanfaatkan listrik yang bersumber dari PLN
sebagai sumber penerangan utama mereka, dan sebagian lainnya menggunakan
listrik yang bersumber dari non PLN. Usaha penyaluran listrik non PLN ini cukup
banyak dan tersebar di tiap desa/kelurahan di Kecamatan ini.
Untuk memenuhi kebutuhan akan air minum, penduduk menggunakan
sumber-sumber yang ada di sekitar kediaman dan belum memanfaatkan jasa
PDAM. Hal ini disebabkan belum adanya instalasi PDAM di wilayah ini.
Kecamatan Tuah Negeri masih minim dalam hal sarana penunjang
perekonomian, pasar permanen maupun tidak permanen baru terdapat masing-
masing 1 unit di Desa Air Beliti. Perekonomian sedikit terbantu dengan adanya
took-toko kelontong yang tersebar di setiap desa/kelurahan, meskipun di
beberapa desa/kelurahan jumlahnya masih kuang memadai.
Jalan merupakan prasarana yang penting bagi jalannya perekonomian
suatu wilayah, jalan yang baik akan memperlancar kegiatan ekonomi, dan
sebaliknya. Dari total panjang jalan yang ditempuh dari desa menuju ibukota
kecamatan Tuah Negeri, 40 persen di antaranya telah diaspal. Namun, panjang
jalan yang masih berupa tanah dan belum diperkeras masih sebanyak 30 persen.
Menurut permukaan/kerangkanya, jembatan yang menghubungkan antar
desa/kelurahan di kecamatan ini, sebanyak 8 jembatan terbuat dari kerangka
beton besi dan 4 lainnya terbuat dari kerangka besi kayu. Sarana angkutan yang
16
banyak digunakan oleh penduduk di Kecamatan Tuah Negeri adalah kendaraan
roda dua/sepeda motor.
Rumah tangga yang memiliki televisi serta dilengkapi dengan parabola
jumlahnya cukup banyak, yakni 2.148 rumah tangga. Telepon umum sebagai
salah satu sarana telekomunikasi penduduk baru tersedia di 7 desa/kelurahan.
Fasilitas perbankan belum terdapat di kecamatan ini, hanya ada KUD
sebagai salah satu lembaga pengelola keuangan masyarakat telah tersedia di
setiap desa/kelurahan.
Sebanyak 1.810 (37 persen) keluarga di Kecamatan Tuah Negeri berstatus
keluarga pra sejahtera, artinya keluarga tersebut belum mampu memenuhi
kebutuhan dasar minimal, seperti pengajaran, agama, sandang, pangan, papan,
dan kesehatan yang layak.
Keluarga yang ada di kecamatan ini paling banyak berada pada status
keluarga sejahtera tahap II, artinya keluarga tersebut telah mampu memenuhi
kebutuhan dasar dan kebutuhan psikologis. Akan tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan perkembangan (tabungan dan memperoleh informasi).
Kriteria ini dilekatkan kepada suatu keluarga berdasarkan kriteria-kriteria
tertentu yang mencerminkan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar keluarga, social
psikologis, dan kebutuhan pengembangan keluarga.
3.2.1. Kondisi Umum Desa Banpres
Desa Proyek Banpres termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan
Tuah Negeri Kabupaten Musi Rawas dengan luas wilayah 528,61 Ha. Jarak Desa
Proyek Banpres dengan pusat ibu kota Kecamatan Tuah Negeri adalah 12 Km,
sedangkan jarak dengan Ibu Kota Kabupaten Tuah Negeri 52 Km yang
kesemuanya ditempuh dengan menggunakan transportasi darat.
Dilihat dari topografi wilayah, secara umum wilayah Kecamatan Tuah
Negeri khusunya wilayah Desa Proyek Banpres merupakan daerah bukan pantai
dengan ketinggian < 500 m dpl (diatas permukaan laut), serta merupakan daerah
hamparan karena tidak terdapat satu pun bukit di wilayah ini (Tuah Negeri Dalam
Angka, 2011).
Secara geografis, Desa Proyek Banpres berbatasan dengan wilayah lain
disekelilingnya, yaitu :
17
Sebelah Utara : Desa Mandi Aur dan Desa Lubuk Rumbai
Sebelah Selatan : Desa Air Beliti
Sebelah Barat : Desa Lubuk Rumbai
Sebelah Timur : Desa Tanjung Kecamatan Muara Kelingi
Produk unggulan Desa Proyek Banpres adalah perkebunan karet dimana
hampir seluruh masyarakat menjadi petani karet. Masyarakat mayoritas
transmigran dari jawa timur, jawa tengah, jawa barat dan jogja. Kegiatan
sampingan berupa peternakan dan pertanian. Pada tahun 1980an mayoritas mata
pencaharian masyarakat adalah peternak sapi, kemudian pada tahun 1990an
mulai beralih ke perkebunan karet.
Sejak awal berdiri, Desa Proyek Banpres telah beberapa kali berganti
pemimpin. Adapun sekarang yang menjadi kepala desa adalah Bapak Paimin.
Hingga Tahun 2010, Wilayah Desa Proyek Banpres terbagi menjadi 5 dusun, 15
RT dan 5 RW (Tuah Negeri Dalam Angka, 2011).
Adapun nama-nama dusun yang ada di Desa Proyek Banpres antara lain
sebagai berikut:
a. Dusun 1 (Satu)
b. Dusun 2 (Dua)
c. Dusun 3 (Tiga)
d. Dusun 4 (Empat)
e. Dusun 5 (Lima)
Di Desa Proyek Banpres terdapat organisasi yang mendukung
keberlangsungan program-program pemerintah antara lain posyandu dengan
jumlah kader sebanyak 8 orang, PKK dengan jumlah kader sebanyak 15 orang
dan pertahanan sipil (Hansip) sebanyak 10 orang. Ada juga sebagaimana
informasi yang diperoleh dari masyarakat setempat bahwa ada kelompok tani
yang dibentuk karena ada bantuan dari Bank Dunia dalam bidang peternakan
sapi, sekarang sudah tidak berjalan.
Jumlah penduduk Desa Proyek Banpres pada tahun 2010 adalah 2.436
jiwa (berdasarkan hasil Sensus Pensusuk 2010), dengan kepadatan penduduk
berkisar 460,49 jiwa/km2 merupakan terpadat dibandingkan desa-desa yang lain.
Adapun penduduk laki-laki sejumlah 1.254 jiwa dan penduduk perempuan
sejumlah 1.182 jiwa.
18
Jumlah kelahiran di Desa Proyek Banpres pada tahun 2010 sejumlah 20
jiwa sedangkan jumlah kematian sejumlah 5 jiwa. Jumlah penduduk yang datang
ke Desa Proyek Banpres sejumlah 5 orang dan penduduk yang pindah ke luar
Desa Proyek Banpres sejumlah 2 orang. Jumlah penduduk lanjut usia (Lansia) di
Desa Proyek Banpres sejumlah 70 orang.
Jumlah penduduk berdasarkan status pekerjaannya dapat dilihat pada tabel
berikut ini;
Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan status pekerjaannya
No Status Pekerjaan Jumlah
1 Bekerja 871
2 Tidak Bekerja/ Menganggur 18
3 Mencari Pekerjaan 17
4 Lainnya 34
Jumlah 940
Sumber : Tuah Negeri Dalam Angka 2011
Jenis pekerjaan yang dominan berdasarkan informasi yang dihimpun dari
masyarakat adalah petani karet. Hal ini dikarenakan produk unggulan yang ada di
Desa Proyek Banpres adalah Perkebunan Karet.
3.3. Kondisi Umum Kecamatan Suka KaryaLetak Geografis
Kecamatan Suka Karya termasuk ke dalam wilayah administrasi Kabupaten
Musi Rawas dengan jarak ±35 Km dari Ibukota Kabupaten. Luas total wilayah
Kecamatan Suka Karya ialah 12.153,13 Ha yang terbagi lagi menjadi 7 desa.
Wilayah Desa Ciptodadi merupakan wilayah tebesar yaitu 1.074,97 Ha,
sedangkan wilayah terkecil yaitu Desa Yudhakarya dengan luas 638,50 Ha.
Secara geografis, batas-batas administrasi Kecamatan Suka Karya adalah
sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Jayaloka
Sebelah Barat : Kecamatan Bulan Tengah Suku (BTS) Ulu
Sebelah Timur : Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut (TPK)
Sebelah Selatan Kecamatan Bulan Tengah Suku (BTS) Ulu
Secara umum, seluruh wilayah di Kecamatan Suka Karya telah dapat
mengakses ke Ibukota Kecamatan dan Ibukota Kabupaten di Muara Beliti
19
menggunakan transportasi mobil atau motor. Desa terdekat ke ibukota kecamatan
adalah Desa Ciptodadi, sedangkan desa terjauh adalah Desa Rantau Alih, yang
juga mempunyai jarak tempuh terjauh untuk menuju ibukota kabupaten.
Keseluruhan wilayah desa/kelurahan di Kecamatan Suka Karya merupakan
daerah bukan pantai dengan rata-rata ketinggian daerah dari permukaan laut
berkisar antara 500-700 meter dan merupakan daerah aliran sungai.
Wilayah administrasi Kecamatan Suka Karya terdiri dari 7 wilayah yang
kesemuanya termasuk dalam klasifikasi desa. Pusat pemerintahan Kecamatan
Suka Karya berada di Desa Ciptodadi. Kecamatan Suka Karya merupakan
pemekaran dari Kecamatan Jayaloka. Pembentukan Kecamatan Suka Karya
menjadi kecamatan definitif disahkan oleh Bupati Kabupaten Musi Rawas pada
tahun 2006. Jabatan camat Suka Karya periode 2010 hingga sekarang adalah
Bapak Dicki Zulkarnaen.
Setiap desa yang berada dibawah administrasi Kecamatan Suka Karya
dipimpin oleh seorang kepala desa/lurah. Adapun nama-nama kepala desa di
wilayah Kecamatan Suka Karya adalah sebagai berikut sebagaimana disebutkan
pada tabel.
Tabel 3. Nama-nama Kepala Desa/Lurah di Kecamatan Suka KaryaNo. Desa / Kelurahan Kepala Desa/Lurah Status
1 Rantau Alih Sutrisno, GS,BSc. Kepala Desa
2 Ciptodadi Sutono Kepala Desa
3 Sugih Waras Gunto Hadi Kepala Desa
4 Sukowarno Sumarno Kepala Desa
5 Bangun Rejo Joko Pitono Kepala Desa
6 Yudhakarya Rohmat Kepala Desa
7 Sukarena Hadan Kepala Desa
Sumber : Kecamatan Suka Karya dalam Angka 2011
Pada tahun 2010, kepadatan penduduk Kecamatan Suka Karya adalah
sekitar 05,77 jiwa/km2. Desa dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah Desa
Bangun Rejo, sedangkan yang paling jarang penduduknya adalah Desa
Ciptodadi. Dari hasil Sensus Penduduk 1-31 Mei 2010, yang merupakan kegiatan
rutin Badan Pusat Statistik yang dilakukan setiap sepuluh tahun sekali, tercatat
sebanyak 12.854 jiwa penduduk Kecamatan Suka Karya, dengan komposisi
20
penduduk laki-laki sebanyak 6.653 jiwa dan perempuan sebanyak 6.201 jiwa.
Jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada jumlah penduduk perempuan,
dapat dilihat dari sex ratio total sebesar 107,29, yang berarti dari 100 penduduk
perempuan, terdapat sebanyak 107 jiwa penduduk laki-laki.
Secara umum, mayoritas penduduk di desa/kelurahan di Kecamatan Suka
Karya menganut agama Islam, disusul oleh penganut agama Kristen Protestan,
Kristen Katholik, Budha, dan Hindu. Sampai pada tahun 2010, tercatat sebanyak
14 masjid dan 31 langgar yang tersebar di tiap-tiap desa/kelurahan di Kecamatan
Suka Karya, hanya terdapat 3 gereja, dan Pura Hindu serta Vihara masing-masing
berjumlah 7 dan 1 unit. Sarana kesehatan sudah cukup memadai dengan
tersedianya posyandu di setiap desa/kelurahan, serta adanya Puskesmas di Desa
Ciptodadi dan Pustu di Desa Bangun Rejo dan Yudhakarya. Tingkat kriminalitas di
Kecamatan Suka Karya tergolong rendah, tercermin dari jumlah tindak kriminal yg
terjadi di tiap-tiap desa/kelurahan.
Sektor pertanian, khususnya subsektor perkebunan komoditi karet
merupakan sumber penghasilan utama mayoritas penduduk di Kecamatan Suka
Karya dengan produksi 324,13 ton per tahun, komoditas kelapa sawit dengan
produksi 708,3 ton per tahun.
Industri makanan menjadi jenis industri kecil yang paling banyak ditekuni
oleh penduduk Kecamatan Suka Karya pada tahun 2010, disusul oleh industri
kecil kerajinan kayu dan anyaman. Terdapat dua usaha pertambangan di
kecamatan ini, yaitu di Desa Ciptodadi dan Bangun Rejo. Seluruh penduduk
Kecamatan Suka Karya telah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan
utama, listrik PLN menjadi sumber penerangan utama dominan yang digunakan
penduduk, tetapi jumlahnya tidak jauh berbeda dengan jumlah pelanggan listrik
non PLN, menunjukkan bahwa penduduk kecamatan ini tidak terlalu bergantung
pada pasokan listrik yang disediakan oleh pemerintah lewat PLN. Instalasi PDAM
belum menjangkau daerah ini sehingga penduduk sehari-harinya menggunakan
sumber air lainnya sebagai sumber air minum.
Kecamatan Suka Karya masih terbilang minim dalam hal ketersediaan
sarana perekonomian, terlihat dari belum tersedianya pasar permanen di setiap
desa. Meskipun telah ada pasar semi permanen, tetapi hanya terdapat di 3 desa,
yaitu Desa Ciptodadi, Sukowarno, dan Sukarena. Jasa kemasyarakatan dilihat
dari jumlahnya sudah cukup berkembang. Dengan demikian Kecamatan Suka
21
Karya masih membutuhkan banyak peningkatan di bidang sarana pendukung
untuk mengembangkan sektor ekonomi di wilayah tersebut.
Infrastruktur berupa jalan dan angkutan transportasi merupakan dua hal
yang berkaitan erat untuk pendukung kegiatan transportasi masyarakat. Kondisi
insfrastruktur jalan yang baik dan angkutan transportasi yang mudah juga dapat
mendukung perekonomian suatu wilayah karena mampu memperlancar kegiatan
masyarakat. Di Kecamatan Suka Karya, untuk mencapai ibukota kecamatan,
hanya tersedia rata-rata 1 Km jalan yang diaspal, sedangkan sebagian besar
jembatan yang menghubungkan desa/kelurahan telah dibangun dengan kerangka
beton besi. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Suka Karya telah mampu
mengakses hiburan televisi dan mempunyai antena parabola sendiri, serta
memiliki sarana radio. Akan tetapi, sarana untuk mengakses telekomunikasi masih
minim di wilayah ini, seperti telepon umum dan wartel yang belum tersedia,
sedangkan warnet hanya ada di ibukota kecamatan di Desa Ciptodadi. Sektor
pariwisata di Kecamatan Suka Karya nampaknya masih belum dikembangkan,
sarana yang mendukung sektor ini masih belum ada
3.3.1. Kondisi Umum Desa SukarenaDesa Sukarena termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan
Sukakarya Kabupaten Musi Rawas dengan luas wilayah 851,11 Ha. Jarak Desa
Sukarena dengan pusat ibu kota Kecamatan Sukakarya adalah 5 Km, sedangkan
jarak dengan Ibu Kota Kabupaten Tuah Negeri 71 Km yang kesemuanya
ditempuh dengan menggunakan transportasi darat. Secara
Dilihat dari topografi wilayah, secara umum wilayah Kecamatan Sukakarya
khusunya wilayah Sukarena merupakan daerah bukan pantai dengan ketinggian
500-700 m dpl (diatas permukaan laut), merupakan daerah hamparan karena
tidak terdapat satu pun bukit di wilayah ini dan hanya dilewati oleh satu buah
sungai yaitu Sungai Temelat.
Desa Sukarena termasuk kedalam klasifikasi desa. Adapun wilayah
adminitrasinya terbagi menjadi 3 dusun. Terdapat satu buah fasilitas perkantoran
berupa kantor desa.
Pada tahun 2010 kepadatan penduduk Desa Sukarena sekitar 113,75
jiwa/km2. Dari hasil sensus penduduk tahun 2010, tercatat jumlah penduduk Desa
22
Sukarena sebanyak 968 jiwa dengan perbandingan jumlah laki-laki sebanyak 510
jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 458 jiwa.
Berdasarkan status pekerjaannya, penduduk Desa Sukarena yang bekerja
sebanyak 252 jiwa, tidak terdapat penduduk yang menganggur, dan lainnya
sebanyak 204 (sekolah dan lain-lain). Berdasarkan jenis pekerjaannya, penduduk
Desa Sukarena yang bekerja sebagai pengusaha bidang pertanian sebanyak 240
jiwa, pengusaha bidang non pertanian sebanyak 6 jiwa, pedagang sebanyak 6
jiwa, buruh bidang pertanian sebanyak 35 jiwa, buruh bidang non pertanian
sebanyak 16 jiwa dan lainnya sebanyak 2 jiwa (Sukakarya Dalam Angka, 2011).
Sarana pendidikan yang ada di Desa Sukarena hanya ada 1 (satu) buah
gedung SD, jumlah guru sebanyak 11 orang dan jumlah muridnya sebanyak 204
orang siswa. Sarana ibadah yang ada di Desa Sukarena yaitu masjid sebanyak 2
buah dan langgar atau surau sebanyak 3 buah. Jumlah pemeluk agama
didominasi oleh pemeluk agama Islam sebanyak 100% atau sebanyak 968 jiwa.
Tenaga kesehatan yang ada yaitu Bidan sebanyak 1 orang dan dukun
banyi sebanyak 2 orang, sedangkan sarana kesehatan yang ada di Desa
Sukarena adalah posyandu sebanyak 1 buah. Kelompok/organisasi yang ada di
Desa Sukarena adalah Karang taruna jumlah anggota sebanyak 10 orang, Majelis
Taklim jumlah anggota sebanyak 10 orang.
Sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan karet menjadi sumber
utama penghasilan penduduk Desa Sukarena dengan hasil produksi mencapai
64,26 ton per tahun. Hasil perkebunan lainnya yaitu kopi dengan produksi
sebanyak 8,214 ton per tahun, kelapa sawit sebanyak 25,07 ton per tahun dan
perkebunan kelapa 2,04 sebanyak 2,04 ton per tahun.
Untuk menunjang perekonomian, Desa Sukarena mempunyai fasilitas
pasar tidak permanen sebanyak 1 buah. Selain itu masyarakat memiliki usaha
penunjang yaitu dengan membuka toko kelontong sebanyak 9 buah, bengkel
motor sebanyak 2 buah dan tambal ban sebanyak 3 buah.
Infrastruktur yang mendukung kegiatan penduduk di Desa Sukarena antara
lain jalan yang sebagian sudah diaspal. Infrastruktur jembatan berupa jembatan
beton sebanyak 1 buah dan jembatan beton besi sebanyak 2 buah. Jumlah
kendaraan bermotor roda 4 sebanyak 10 buah kendaraan dan roda 2 sebanyak
220 buah kendaraan. Untuk menunjang akses informasi, masyarakat Desa
Sukarena menggunakan sarana televisi dengan jumlah 20 buah, antenna
23
parabola sebanyak 15 buah dan radio sebanyak 25 buah (Sukakarya Dalam
Angka 2011).
Penerimaan APBD I Desa Sukarena pada Tahun anggaan 2009/2010
sebanyak Rp 20.000.000,- dan APBD II sebanyak Rp 37.000.000,-. Realisasi
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Desa Sukarena mencapai 100%
(Sukakarya Dalam Angka 2011).
IV. METODOLOGI
IV.1. Metode KKN Tematik
Untuk tercapainya tujuan program maka metode yang digunakan adalah,
1. Metode Partisipasi aktip artinya para peserta KKN Tematik merencanakan,
melakukan dan mempertanggungjawabkan program bersama masyarakat
di lokasi KKN Tematik.
2. Metode Fasilitasi artinya para peserta KKN Tematik menjadi fasilitator
masyarakat dalam melaksanakan program.
3. Metode Demoplot untuk menunjang penguatan komoditas/produk unggulan
wilayah
4. Metode Kemitraan antara BUMN perkebunan karet setempat dalam
mendukung program KKNT dimasyarakat.
IV.2. Indikator Keberhasilan
Indikator Keberhasilan Kegiatan Pengembangan Produk Unggulan
Perkebunan Karet dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Musi Rawas
melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Tahun 2012 yakni :
1. Terbentuknya Kelembagaan Pemberdayaan Masyarakat
24
a. Terbentuknya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat berbasis
Perkebunan Karet di Kabupaten Musi Rawas (GARDAMAS MURA)
b. Pelatihan dan Magang kelembagaan bagi pengurus GARDAMAS
MURA
c. Implementasi Kelembagaan GARDAMAS MURA
2. Terbentuknya Demoplot Perkebunan Karet Terpadu
3. Terbentuknya Unit Bisnis
4. Inkubasi Bisnis
V. TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN
Penyelenggaraan program rencananya dilakukan dalam 3 tahap yaitu :
1. Tahapan Persiapan
2. Tahapan Pelaksanaan/Implementasi
3. Tahapan Monev
5.1. Tahapan Persiapan
Tahapan persiapan pelaksanaan KKN Tematik dibagi menjadi 2 (dua)
tahapan, yang terdiri dari :
1. Persiapan Pelaksanaan di Universitas Brawijaya
2. Persiapan Pelaksanaan di Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera
Selatan
5.1.1.Persiapan Pelaksanaan di Universitas Brawijaya
1. Sosialisasi Program (universitas dan fakultas)
2. Rekruitmen peserta KKN Tematik PRUKAB
3. Pembekalan KKN Tematik PRUKAB (25 Mhs UB)
4. Pemberangkatan mahasiswa peserta KKN Tematik
25
5.1.2. Persiapan Pelaksanaan di Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera
Selatan
a. Review data lokasi program KKN Tematik PRUKAB (Kecamatan Tuah
Negeri dan Kecamatan Sukakarya), 13-30 Juni 2012.
1. Penggalian data primer:
a. Interview Disbun, Rektor UNMURA, Camat, Kepala Desa
b. Interview pelaku agribisnis karet (petani karet, pengusaha
pembibitan, industri pengolahan).
c. Pemetaan potensi dan masalah wilayah (SDM dan SDA)
2. Penggalian data Sekunder :
a. Kabupaten Dalam Angka (Kabupaten Musi Rawas)
b. Kecamatan Dalam Angka (Tuah Negeri dan Sukakarya)
b. Koordinasi program dengan instansi terkait (Bupati, Disbun, Unmura,
Camat dan Kades), 14-16 Juni 2012 sebagai berikut :
1. Koordinasi dengan pihak Disbun
2. Koordinasi kepada Bupati Musi Rawas yang diwakili oleh Asisten
3. Koordinasi dengan Rektor UNMURA
4. Koordinasi dengan Camat Tuah Negeri
5. Koordinasi dengan Kepala Desa Banpres
c. Sosialisasi Program KKN Tematik di Desa Proyek Banpres didampingi
Disbun, 29 Juni 2012 sebagai berikut :
1. Tempat : Desa Banpres
2. Instansi : Disbun Musi Rawas, Tim KKN Tematik UB
3. Peserta : PPL, Kelompok Tani Karet Makmur , Kepala Desa Banpres.
d. Penyamaan persepsi program antara UB dengan Disbun dalam persiapan
FGD, 30 Juni 2012 sebagai berikut :
1. Waktu Pelaksanaan : 30 Juni dan 2 Juli 2012
2. Penyamaan persepsi antara Kepala Disbun dengan Tim Pelaksana
KKN Tematik UB
3. Materi Bahasan : Visi, Misi, Input, Proses, Out Put, Out Come.
e. FGD Program KKN Tematik antar instansi terkait (2-3 Juli 2012)
1. Waktu Pelaksanaan : 2-3 Juli 2012
26
2. Metode Pelaksanaan : FGD
3. Key Person : Bupati, Disbun, SKPD Terkait, UNMURA, Camat,
Balitbang Prov, MP3EI, Kepala Desa, Perwakilan Gapoktan
dan pengurus koperasi karet.
4. Output yang diharapkan : rencana kerja KKN Tematik
27
f. Pengurusan Ijin Lapang (2 Juli 2012)
1. Waktu Pengurusan Izin : 2 Juli 2012
2. Instansi yang dituju : Bakesbang Pol dan Linmas Kabupaten
Musi Rawas
g. Pembekalan Peserta Mahasiswa UNMURA (50 mhs)
5.2. Tahapan Pelaksanaan/Implementasi
Implementasi KKN Tematik dibagi menjadi 4 (empat) tahapan, yang terdiri
dari :
1. Pembentukan Kelembagaan
a. Pembentukan Lembaga GARDAMAS MURA
b. Pelatihan dan Magang kelembagaan bagi pengurus GARDAMAS
MURA
c. Implementasi Kelembagaan GARDAMAS MURA
2. Pembentukan Demoplot Perkebunan Karet Terpadu
3. Pembentukan Unit Bisnis
4. Inkubasi Bisnis
5.2.1. Pembentukan Kelembagaan
a. Pembentukan Lembaga GARDAMAS MURA
1. Waktu Pelaksanaan : 1-15 Juli 2012
2. Seleksi calon pengurus : 1-10 Juli 2012 (dilakukan oleh
pendamping lapang)
3. Penetapan dan penerbitan SK : 11-12 Juli 2012
4. Job Deskripsi pengurus
5. Pelatihan dan magang kelembagaan
b. Implementasi Kelembagaan GARDAMAS MURA tingkat Kabupaten
Kegiatan 1 : Penentuan Kriteria Calon Pengurus
a. Pendidikan S1
b. Berjiwa sosial
c. Domisili di Musi Rawas
28
d. Umur maksimal 30 tahun
e. Tidak sebagai pegawai instansi pemerintah dan swasta
Kegiatan 2 : Seleksi Calon Pengurus oleh Tim Pelaksana
(Universitas Brawijaya dan Dinas Perkebunan)
Kegiatan 3 : Legalitas Lembaga GARDAMAS Kabupaten (Oleh
Dinas Perkebunan)
Kegiatan 4 : Pelatihan Dan Magang Pengurus Lembaga
Kegiatan 5 : Penyusunan Web-site GARDAMAS MURA
Kegiatan 6 : Pendampingan Kelembagaan GARDAMAS MURA
c. Implementasi Kelembagaan GARDAMAS MURA tingkat Kecamatan
Kegiatan 1 : Penentuan Kriteria Calon Pengurus
a. Pendidikan minimal SLTA
b. Berjiwa sosial (berpengalaman di kader pemberdayaan)
c. Domisili di wilayah kecamatan yang bersangkutan
d. Umur maksimal 25 tahun
e. Tidak sebagai pegawai instansi pemerintah dan swasta
Kegiatan 2 : Seleksi Calon Pengurus oleh Tim Pelaksana (oleh
pimpinan Kecamatan)
Kegiatan 3 : Legalitas Lembaga GARDAMAS Kecamatan (oleh
Camat)
Kegiatan 4 : Pelatihan Dan Magang Pengurus Lembaga
Kegiatan 5 : Pendampingan Kelembagaan GARDAMAS
d. Implementasi Kelembagaan GARDAMAS MURA tingkat Desa
Kegiatan 1 : Penentuan Kriteria Calon Pengurus
a. Pendidikan minimal SLTA
b. Berjiwa sosial (berpengalaman di kader pemberdayaan)
c. Domisili di wilayah desa yang bersangkutan
d. Umur maksimal 25 tahun
e. Tidak sebagai pegawai instansi pemerintah dan swasta
Kegiatan 2 : Seleksi Calon Pengurus oleh Tim Pelaksana (oleh
pimpinan Desa)
29
Kegiatan 3 : Legalitas Lembaga GARDAMAS Desa (oleh Kepala
Desa)
Kegiatan 4 : Pelatihan dan Magang Pengurus Lembaga
Kegiatan 5 : Pendampingan Kelembagaan GARDAMAS
e. Pelatihan dan Magang kelembagaan bagi pengurus GARDAMAS
MURA
1. Pelatihan dan Magang kelembagaan (TOT) bagi pengurus
GARDAMAS MURA
Waktu Pelaksanaan : 15-30 Juli 2012
Lokasi Pelaksanaan : Di Universitas Brawijaya
Metode : Pelatihan dan Pemagangan
Peserta : Pengurus GARDAMAS MURA, petani potensial
setempat dan 1 orang dosen pengelola KKN UNMURA.
2. Lokasi Magang di Jatim yaitu :
KUD Berhasil (KUD Sari Bumi)
Peternak Lebah (Lawang)
Lap Lapang Peternak Kambing (Bululawang dan Fakultas
Peternakan UB)
Desa Mandiri Energi (Desa Pandesari Batu)
30
Lembaga Pemberdayaan Mitra Binaan Provinsi Jatim (UPKu
Maju Makmur, Minggirsari Kanigoro Blitar)
Peternakan Sapi Potong (Sapindo Gondanglegi, Peternak
Wonosari)
Study Banding ke Puspa Agro (Sidoarjo) dan Agrowisata (Batu)
Perkebunan Karet PT. Yunawati Kaliduren di Jember.
f. Implementasi Kelembagaan GARDAMAS MURA
1. Waktu Pelaksanaan : 1 Agustus 2012 sampai seterusnya
2. Pembentukan Kantor Sekretariat GARDAMAS MURA Kabupaten,
Kecamatan dan Desa
3. Kelengkapan Lembaga
4. Penyusunan Struktur dan Job deskripsi Organisasi
5. Perencanaan Organisasi
6. Pendampingan Penguatan Lembaga : Mahasiswa Peserta KKNT
dan Dinas Perkebunan.
5.2.2. Pembentukan Demo plot Perkebunan Karet Terpadu
a. Perencanaan dan pemantapan konsep Demoplot (Disbun, UB,
UNMURA)
b. Sebagai rintisan Pusat Riset Uggulan (UB, UNMURA dan Disbun)
c. Pemilihan Lokasi
d. Penetapan program tambahan
e. Implementasi demoplot
f. Pelaksana : Pengurus Lembaga dan masyarakat
g. Fasilitator : KKNT dan Disbun
Demo Plot Agribisnis Perkebunan Karet Terpadu
Pengelola GARDAMAS Kabupaten
Tujuan:
a. Kebun percontohan
b. Inkubasi dan Unit Bisnis
Lokasi: Wilayah Perkebunan Musi Rawas
Luas Lahan 5 - 10 Hektar
Aktifitas kebun produksi dan peternakan
31
1. Tanaman produksi karet
2. Peternakan Kambing/sapi.
3. Ternak Lebah
Pembiayaan (KKN Tematik dan Pemerintah Daerah)
5.2.3. Pembentukan Unit Bisnis
a. Penguatan koperasi karet
b. Perintisan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Nasional (PJTKNas)
Perkebunan Karet, UB-Musi Rawas.
5.2.4. Inkubasi Bisnis
a. Inkubasi bisnis bagi mahasiswa UNMURA
b. Inkubasi bisnis bagi masyarakat
RENCANA JADWAL IMPLEMENTASI KKN TEMATIK
No. Jenis Kegiatan Waktu
1 Review data 13-30 Juni 2012
2 Koordinasi program 14-16 Juni 2012
3 Sosialisasi 29 Juni 2012
4 Penyamaan persepsi 30 Juni 2012
5 FGD 2-3 Juli2012
6 Pengurusan ijin 2 Juli 2012
7 Pembentukan Lembaga 1-15 Juli 2012
8 Pelatihan dan Magang 15-30 Juli 2012
9 Implementasi kelembagaan 1-30 Agustus 2012
10 Launching Program awal September 2012
11 Pendampingan Pasca Program September-Oktober 2012
3.4 Monitoring dan Evaluasi Program KKN Tematik PRUKAB
Pelaksana Kegiatan Evaluasi Program KKN Tematik PRUKAB terdiri dari:
32
1. Monitoring dan evaluasi tingkat pusat oleh KPDT (Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal)
2. Monitoring dan evaluasi tingkat Perguruan Tinggi oleh LPPM Universitas Brawijaya
3. Monitoring dan evaluasi tingkat daerah oleh Dinas Perkebunan Musi Rawas
Variabel-variable yang di evaluasi terdiri dari:1. Variabel Kelembagaan2. Variabel Teknik Produksi3. Variabel Peningkatan Kualitas SDM dan Nilai Ekonomi
Pengelompokan Tugas Mahasiswa KKN Tematik PRUKAB
Pada Implementasi KKN Tematik PRUKAB di Musi Rawas, peserta dikelompokan sesuai dengan tugas masing-masing yaitu:
1. Kelembagaan GARDAMAS MURA (FE dan FH)2. Kelembagaan KOPERASI (FE dan FH)3. Kelembagaan PJ TKNAS (FE dan FH)4. Demo Plot Perkebunan Karet Terpadu (Agrokomplek)5. Launching Program KKN Tematik PRUKAB 6. Fasilitasi Kemasyarakatan (FISIP)
V.1. Monitoring Evaluasi Peserta KKN Tematik
Evaluasi hasil akhir KKN Tematik PRUKAB adalah merupakan gabungan
dari :
1. Evaluasi latihan pembekalan
2. Evaluasi kegiatan lapangan
Komponen evaluasi kegiatan lapangan antara lain :
a. Kunjungan Lokasi
Yang dimaksud dengan kunjungan ke lokasi adalah kunjungan mahasiswa
ke lokasi KKN Tematik PRUKAB selama 1,5 bulan.
Adapun cara penilaian adalah sebagai berikut :
Tidak berada di lokasi selama 1 hari = nilai 4
Tidak berada di lokasi selama 2 hari = nilai 3
b. Pelaksanaan Program
c. Perilaku
33
Yang berhak menilai adalah dosen pembimbing lapang, pendamping
lapang, anggota lembaga pemberdayaan, teman satu tim. Unsur perilaku yang
dinilai adalah :
Kapatuhan
Kesopanan
Kejujuran
Keteladanan
Kepedulian/Keakraban
Cara Penilaian :
Sangat Baik : 4
Baik : 3
Cukup : 2
V.1.1. Tahap Ketiga Pelaporan
Tahap pelaporan merupakan tahap akhir kegiatan yang memuat seluruh
kegiatan dari tahap pertama dan kedua.laporan dikerjakan oleh masing-masing
peserta dengan format sistematika laporan :
Halaman Judul
Kata Pengantar
Ringkasan
Daftar Isi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang (Gambaran lokasi sasaran (Potensi/Profil Desa))
1.2. Tujuan Penyelenggaraan KKN Tematik PRUKAB
BAB II. METODOLOGI PELAKSANAAN KKN TEMATIK PRUKAB
BAB III. HASIL PENYELENGGARAAN KKN TEMATIK PRUKAB
1.1. Hasil Penyelenggaraan sesuai dengan tugas kelompok:
1. Kelompok Kelembagaan GARDAMAS MURA2. Kelompok Kelembagaan KOPERASI 3. Kelompok Kelembagaan PJ TKNAS 4. Kelompok Demo Plot Perkebunan Karet Terpadu 5. Kelompok Launching Program KKN Tematik PRUKAB
34
6. Kelompok Fasilitasi Kemasyarakatan 1.2. Faktor pendorong dan penghambat
1.3. Permasalahan yang dialami
1.4. Upaya untuk mengatasi permasalahan
1.5. Pengalaman harian di masyarakat
1.6. Rencana Tindak Lanjut
BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1.1. Kesimpulan
1.2. Rekomendasi
LAMPIRAN
1. Foto-Foto Kegiatan dan Berkas Penting Lainnya
Laporan dikumpulkan dalam bentuk hard copy rangkap 3 dan soft copy
(CD), ukuran kertas 70 gram, A4, huruf arial font 11, spasi 1,5.
Cara Penilaian :
Sangat Baik = 4
Baik = 3
Cukup = 2
V.1.2. Format Nilai KKN Tematik PRUKAB
Sistem penilaian yang kami lakukan sifatnya transparan dan obyektif
dengan sistem prosentase per kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa peserta
KKN Tematik PRUKAB. Penilaian KKN Tematik PRUKAB lebih jelasnya bisa
dilihat pada tabel 2.
35
Tabel 5. Format penilaian KKN Tematik PRUKAB
No Komponen Evaluasi Nilai Angka (NA)
Faktor Bobot (FB)
%
NA x FB
A Latihan Pembekalan 25
- Kehadiran 12,5
- Ujian Pembekalan 12,5
B Kegiatan Lapang 65
- Kunjungan di Lokasi 10
- Program PRUKAB 40
- Perilaku 15
C Pelaporan 5
D Ujian KKN Tematik PRUKAB 5
36
I. ORGANISASI PENGELOLA KKN TEMATIK PRUKAB
I.1. Susunan Organisasi Pengelola KKN Tematik PRUKAB
Susunan Organisasi Pelaksanaan Program KKN Tematik PRUKAB adalah
sebagai berikut :
Pelindung : Rektor Universitas Brawijaya
(Prof.Dr.lr. Yogi Sugito)
Pengarah : 1. Prof. Dr. Ir. Bambang Suharto, MS
2. Warkum Sumitro, SH, MH
3. Ir. R.B. Ainurrasyid, MS
Penanggung Jawab : Ketua LPPM
(Prof. Dr. Ir. Siti Chuzaemi, MS)
Ketua Pelaksana : Ir. Agus Tumulyadi, MS
Anggota : 1. Dr. Multifiah, SE, MS
2. Dr. Susinggih Wijana, MS
3. Drs. M. Fatchi, MS
4. Dr. Ir. Osfar Sjofjan, M.Sc
5. Dr. Agung Pramana Warih Marhendra, M.Si
6. drg. R. Setyohadi, MS
7. Abdul Majid, SH, MH
8. Dr. Ir. Yulia Nuraini, MS
9. Dr. Agung Nugroho, SU
10. Ir. Ramdani, MSi (Disbun Kab. Musi Rawas)
Monitoring dan Evaluasi : Prof. Dr. Agus Suryono, MS
Bendahara Kegiatan : Sudjari, S.Sos
Sekretariat : 1. Liliek Listiowati, MM
2. Sukarman, SH
3. Hadi Sucipto, SH, MAB
4. Agustina Salama, S.Sos
Pendamping Lapang :
1. Ir. Sulendro, M.Si (Disbun Kab. Musi Rawas)
2. Eman Suherman (Disbun Kab. Musi Rawas)
3. Dian Agus Priatmoko, S.Pi
4. M. Iqbal Arizal, S.Pi
37