Post on 04-Jul-2015
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI METODE
INQUIRY DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI KELAS VII SMP NEGERI 14 AMBON
Oleh: Asani, S.Ag. M.Pd.I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis menyediakan
berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan pembelajaran, yang didukung oleh
keadaan yang kondusif serta sarana dan prasarana yang menunjang untuk dilakukan
pembelajaran. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan untuk memahami materi
ajar, dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang telah ditentukan dan disepakati
oleh guru guna mencapai tujuan pendidikan.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, guru (termasuk guru PAI) sangat berperan
penting dalam mengembangkan materi standar dan membentuk kompetensi peserta didik.
Sehubungan dengan itu, guru PAI dituntut untuk kreatif, profesional, dan menyenangkan. Guru
PAI harus kreatif dalam memilah dan memilih, serta mengembangkan materi standar sebagai
bahan untuk membentuk kompetensi peserta didik. Guru PAI harus profesional dalam
membentuk kompetensi peserta didik sesuai dengan karakteristik individual masing-masing.
Guru PAI juga harus menyenangkan, tidak saja bagi peserta didik, tetapi juga bagi dirinya.
Artinya, guru harus mampu membentuk dan membangkitkan rasa cinta serta nafsu belajar
peserta didik.
Di samping itu juga, seorang guru PAI dituntut untuk bisa melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan berbagai macam metode yang disesuaikan dengan pokok pembahasan.
Metode mengajar merupakan salah satu komponen penting dalam menunjang tercapainya tujuan
pembelajaran, disamping kecakapan seorang guru PAI serta kesiapan dari peserta didik untuk
menerima materi pelajaran. Metode mengajar yang ideal adalah sebuah strategi yang dapat
menciptakan suasana belajar mengajar yang aktif dan menyenangkan sehingga tujuan dari pokok
pembelajaran dapat tercapai. Hal ini tidak terlepas juga dengan kelengkapan sarana dan
prasarana yang ada di Sekolah.
Dalam pembelajaran di kelas penggunaan metode untuk menyampaikan materi-materi
pelajaran sering kali mengalami kesulitan, hal ini dikarenakan oleh beberapa hal seperti
kemampuan guru PAI dalam memberikan materi, tanggapan atau respon peserta didik kurang,
dan suasana kelas yang tidak kondusif.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya
pembelajaran. Dalam pembelajaran, peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan
kemampuan berfikir. Pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan peserta didik
untuk menghafal informasi, otak peserta didik dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai
informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika peserta didik selesai dari
sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi.
Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, termasuk dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tidak dapat mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk berfikir kritis dan sistematis, karena strategi pembelajaran
berfikir tidak digunakan secara baik dalam setiap pembelajaran di dalam kelas. Guru PAI, tidak
dapat mengembangkan sikap yang sesuai dengan norma-norma agama, karena pembelajaran
hanya diarahkan agar peserta didik bisa menguasai dan menghafal materi pelajaran.
Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sistematis dan terencana yang dilakukan
untuk membantu peserta didik supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam (Wina Sanjaya,
2006: 78). Dalam proses penyampaian materi pelajaran Agama Islam sering ditemukan seorang
guru hanya mengarahkan peserta didik untuk menguasai dan menghafal materi pelajaran, mereka
tidak menekankan kepada peserta didik pada proses berfikir kritis dan sistematis sehingga
peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Akibatnya? Peserta didik hanya
pintar secara teoritis, akan tetapi perilakunya tidak sesuai dengan norma-norma agama.
Untuk menyiasati permasalahan tersebut, guru PAI di SMP Negeri 14 Ambon harus
mampu mengarahkan dan memandu peserta didik dalam memilih dan menerapkan metode
pembelajaran yang memberi kebebasan dan kepercayaan kepada peserta didik untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Hal ini
diharapkan supaya peserta didik di SMP Negeri 14 Ambon dapat mengembangkan daya berfikir
mereka sehingga bisa menemukan dan memahami materi-materi yang diterima. Dalam hal ini,
metode Inquiry adalah metode yang sangat tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran PAI
Pembelajaran PAI di SMP Negeri 14 Ambon dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-
kaidah metode pembelajran yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Dalam menggunakan
metode Inquiry yang merupakan metode penyelidikan yang memperhatikan proses mental
peserta didik, guru PAI melakukannya dengan proses kegiatan sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam;
2. Merumuskan masalah yang ditemukan;
3. Merumuskan hipotesis;
4. Merancang dan melakukan eksperimen;
5. Mengumpulkan dan menganalisis data;
6. Menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni: obyektif, jujur, hasrat
ingin tahu,terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab (Wina Sanjaya, 2006: 78)
Berangkat dari semua uraian di atas, penulis ingin mengajukan proposal penelitian
dengan judul:
” MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI METODE INQUIRY DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS VII SMP 14 AMBON ”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai
berikut:
1. Kurangnya kemampuan guru PAI dalam memberikan/menyajikan materi;
2. Metode mengajar guru yang lebih mengarahkan peserta didik untuk menghafal materi;
3. Kurangnya tanggapan atau respon peserta didik;
4. Suasana kelas yang kurang kondusif.
C. Rumusan Masalah.
Dari latar belakang tersebut diatas, maka penulis dapat menyimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah melalui metode inquiry, prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran PAI
pada kelas VII SMP Negeri 14 Ambon dapat ditingkatkan ?
2. Adakah hambatan yang dihadapi oleh guru PAI dalam upaya meningkatkan prestasi
belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 14 Ambon, serta bagaimana mengatasinya ?
D. Tujuan Penelitian.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan:
1. Untuk menguji manfaat metode inquiry, guna meningkatkan prestasi belajar peserta didik
dalam pembelajaran PAI di kelas VII SMP Negeri 14 Ambon.
2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh guru PAI dalam upaya meningkatkan
prestasi belajar peserta didik melalui metode inquiry di kelas VII SMP Negeri 14 Ambon,
selanjutnya menawarkan solusi alternatif pemecahannya.
E. Manfaat Penelitian.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa:
1. Secara teoritis.
Hasil penelitan ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan teori dan metode
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
2.Secara praktis.
a. Bagi guru:
1) Sebagai bekal, dan menjadi pengalaman praktis dalam mengaktualisasikan pengetahuan
dan keterampilan yang telah diperoleh melalui kajian literatur, tentang berbagai metode
pembelajaran modern yang sedang berkembang dan dikembang saat ini;
2) Dapat dijadikan sebagai bahan kajian guna menambah khasanah keilmuwan khususnya
bagi guru PAI .
b. Bagi Peserta didik, PTK ini diharapkan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi
PAI, serta dapat meningkatkan prestasi belajarnya dalam pembelajaran PAI, khususnya bagi
kelas VII SMP Negeri 14 Ambon.
c. Bagi obyek penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pengembangan dan
evaluasi bagi guru PAI dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik di SMP Negeri 14
Ambon.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Metode Inquiry.
1. Pengertian Inquiry.
Inquiry berasal dari bahasa Inggris “Inquiry”, yang secara harfiah berarti penyelidikan.
Carlin dan Sund mengemukakan bahwa Inquiry adalah the process of investigating a problem
(proses penyelidikan masalah). Sedangkan secara terminologi Inquiry adalah proses berpikir
secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa inti dari Inquiry merupakan berfikir dengan baik
dalam memecahkan permasalahan. Dasar dari pemecahan masalah adalah kemampuan untuk
belajar dalam situasi berfikir. Disamping itu didukung dengan adanya naluri manusia yang serba
ingin mengetahui apa yang menurut mereka belum mengerti. Dengan demikian, hal ini dapat
diimplementasikan bahwa kepada peserta didik hendaknya diajarkan bagaimana belajar yang
meliputi apa yang diajarkan, jenis kondisi belajar sehingga mereka memperoleh pandangan baru.
Metode Inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar
berfikir ilmiah pada diri peserta didik, sehingga dalam proses pembelajaran ini peserta didik
lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Peserta
didik benar-benar ditempatkan sebagai subyek yang belajar.
Dalam hal pembelajaran, peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran
melalui penjelasan guru PAI secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri
inti dari materi pelajaran itu sendiri. Dengan adanya hal tersebut peserta didik akan lebih kreatif
dan inovatif sehingga jalannya pembelajaran lebih aktif dan tercipta nuansa belajar yang
menyenangkan.
Sedangkan metode Inquiry menurut Slameto ( 1991: 38 ) adalah : Cara penyampaian bahan
pengajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mengembangkan
potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu
sebagai jawaban yang meyakinkan terhadap permasalahan yang dihadapkan kepadanya melalui
proses pelacakan data dan informasi serta pemikiran yang logis, kritis dan sistematis.
Metode Inquiry menurut Gulo berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh rasa percaya diri.
Adapun Piaget mengemukakan bahwa ; metode Inquiry merupakan metode yang
mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar
melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan
mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang
lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain
(Hamzah B. Uno, 2006: 10).
Metode Inquiry menurut Wina Sanjaya (2006: 90) adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Dari sekian banyak pengertian yang disampaikan para ahli tentang metode Inquiry maka
secara garis besar metode Inquiry adalah sebuah metode yang menekankan proses berfikir secara
sistematis, kritis, dan analitis kepada peserta didik didik untuk mencari dan menemukan jawaban
sendiri dari suatu permasalahan yang dihadapi, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
percaya diri (Ibnu Setiawan, 2007: 67).
Dengan demikian, dalam pembelajaran yang menggunakan metode Inquiry peserta didik
tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat
menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu
dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara optimal, namun sebaliknya, peserta didik
akan dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya bila ia menguasai materi pelajaran.
Adapun tujuan utama pembelajaran yang menggunakan metode Inquiry adalah menolong
peserta didik untuk dapat mengembangkan disiplin intelaktual dan ketrampilan berfikir mereka
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu
mereka.
2. Langkah-Langkah Dalam Metode Inquiry
Mengenai langkah-langkah yang diambil dalam penerapan metode Inquiry bisa saja
antara pendidik yang satu dengan lainnya saling berbeda, karena secara teoritis banyak sekali
langkah-langkah ilmiah yang ditawarkan para ahli untuk pelaksanaan metode tersebut. Hal ini
bertujuan supaya dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis,
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental peserta didik
(Ibnu Setiawan, 2007: 67).
Dengan demikian, dalam metode Inquiry peserta didik tak hanya dituntut agar menguasai
materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Peserta didik yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan
berfikir secara optimal, namun sebaliknya peserta didik akan dapat mengembangkan kemampuan
berfikirnya mpeserta didikala ia bisa menguasai materi pelajaran.
Diantara yang disebutkan E. Mulyasa (2007: 93), bahwa metode Inquiry merupakan
metode penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam;
b. Merumuskan masalah yang ditemukan;
c. Merumuskan hipotesis.
d. Merancang dan melakukan eksperimen.
e. Mengumpulkan dan menganalisis data.
f. Menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni:obyektif, jujur, hasrat ingin
tahu, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab.
Adapun Gulo menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan peserta didik melalui
pembelajaran metode Inquiry adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan;
b. Merumuskan hipotesis.
c. Mengumpulkan data.
d. Analisis data.
e. Membuat kesimpulan.
Ada lima tahapan yang ditempuh dalam melakspeserta didikan pendekatan
Inquiry/discovery; (a) Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik, (b) Menetapkan
jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis, (c) Peserta didik mencari
informasi, data fakta yang diperlukan untuk menjawab suatu permasalahan/hipotesis, (d)
Menarik kesimpulan jawaban/generalisasi, dan (e) Mengaplikasikan kesimpulan/generalisasi
dalam situasi baru.
Menurut Wina Sanjaya (2006: 94 ), bahwa pelaksanaan metode Inquiry dapat mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Orientasi.
b. Merumuskan masalah.
c. Mengajukan hipotesis.
d. Mengumpulkan data.
e. Menguji hipotesis.
f. Merumuskan kesimpulan.
Metode Inquiry menurut Ahmad Zayadi (2005: 17) adalah : Suatu teknik atau cara yang
dipergunakan guru PAI untuk mengajar di depan kelas, dimana guru PAI membagi tugas
meneliti suatu masalah ke kelas. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-
masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka
mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka
di dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya
hasil laporan dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang pleno
kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang
terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan peserta didik, hal itu perlu
diperhatikan.
Meskipun para ahli pendidikan dalam mengatakan metode Inquiry berbeda beda, yakni
ada yang menyebut sebagai strategi pembelajaran, model pembelajaran, dan teknik
pembelajaran, inti ataupun esensi dari semua itu tidak jauh beda. Terkadang hanya beda istilah
saja atau dari segi pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan masing- masing ahli pendidikan
mempunyai latarbelakang yang tidak sama.
Berdasarkan langkah-langkah pelaksanaan metode Inquiry diatas, maka secara umum
pembelajaran dengan metode ini dapat dilakspeserta didikan dengan menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Merumuskan masalah untuk dipecahkan.
b. Merumuskan hipotesis.
c. Mengumpulkan data.
d. Menguji hipotesis.
e. Membuat kesimpulan.
B. Pendidikan Agama Islam.
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam.
Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie yang berarti
bimbingan yang diberikan pada peserta didik. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dengan kata education yang berarti pendidikan.
Dalam bahasa Arab istilah ini dikenal dengan kata tarbiyah dengan kata kerjanya rabba
yurobbi-tarbiyatan yang berarti “mengasuh, mendidik, dan memelihara. Adapun pendidikan
secara terminologi, banyak pakar yang memberikan pengertian yang berbeda, antara lain
Langeveld mengatakan, “Pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa
kepada peserta didik yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan.” Sementara itu, John
Dewey mengatakan, “Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental
secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.”
Dalam konteks yang sama Ki Hajar Dewantara mengatakan, “Pendidikan adalah
menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya.”
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pada bab I tentang ketentuan umum pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dari pengertian-pengertian pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah usaha secara sadar yang dilakukan seseorang dengan sengaja untuk menyiapkan peserta
didik menuju kedewasaan, berkecakapan tinggi, berkepribadian/berakhlak mulia dan kecerdasan
berfikir melalui bimbingan dan latihan. Orang tersebut tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan
cara menjalankan ajaran-ajarannya.
Mengenai pengertian pendidikan agama Islam banyak para pakar pendidikan yang
memberikan definisi secara berbeda diantaranya adalah sebagai berikut:
Zakiah Darajat menjelaskan sebagai berikut:
a. Pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta
didik didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan
ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup ( way of life ).
b. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang dilakspeserta didikan berdasarkan
ajaran Islam.
c. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yang
berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik didik agar nantinya setelah selesai
dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama
Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadi ajaran agama Islam itu
sebagai suatu pandangan hidupnya demi kaselamatan hidup di dunia maupun di akhirat
kelak (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2006: 132).
H. M. Arifin dalam Zuhairini, mengatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah,
“Usaha orang dewasa Muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkah dan membimbing
pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) peserta didik didik melalui ajaran
islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangan (Abdul Majid dan Dian Andayani,
2006: 132).
Jadi pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan
berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci
Alqur`an dan hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan
pengalaman. Dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam masyarakat
hingga terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa.”
Hal ini sesuai dengan rumusan UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Agama Islam bahwa “ Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak
mulia”.
Dari sekian banyak pengertian pendidikan agama Islam di atas pada dasarnya saling
melengkapi dan memiliki tujuan yang tidak berbeda, yakni agar peserta didik dalam aktivitas
kehidupannya tidak lepas dari pengalaman agama, berakhlak mulia dan berkepribadian utama,
berwatak sesuai dengan ajaran agama Islam.
2. Dasar Pelaksanaan PAI
Adapun dasar pelaksanaan pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
a. Dasar Yuridis/ Hukum.
1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD`45 bab XI Pasal 29 ayat (1) dan (2) yang berbunyi:
a) Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha esa,
b) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing
dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
c) Dan juga pasal 31 UUD 1945 ayat 1-5.
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yaitu pada bab V tentang peserta didik, pasal 12 ayat (1) bagian a-c .
e. Alqur`an.
Alqur`an adalah firman Allah yang telah disampaikan kepada manusia secara mutawatir.
Firman Allah yang telah menyatakan tentang dasar pendidikan agama Islam yakni :
Dan demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu (Alqur`an) dengan perintah kami. Sebelum
kamu tidaklah mengetahui apakah al-kitab (Alqur`an) dan tidak mengetahui apakah iman itu,
tetapi kami menjadikan Alqur`an itu cahaya, yang kami tunjukakan dengan siapa kami
kehendaki di antara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus. ( QS Al-Syura [42]:52 ).
c. Sunnah.
Hadits Nabi Saw.yang dapat di jadikan dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam, antara
lain hadis dari Adam Bin Abi Dzaib Bin Abdurrahman dari Abu Hurairah r.a., berkata, bersabda
Rasulullah Saw.: “ Setiap peserta didik yang di lahirkan dalam keadaan fitrah ( suci ), tetapi
kedua orang tuanyalah yang menyebabkan Yahudi, Nasrani, atau Majusi, sebagaimana hewan
yang juga melahirkan hewan, semua kalian bisa merasakan diantara itu ada yang buruk
mukanya.” (HR.Bukhari ).
3. Ruang Lingkup Dan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
a. Ruang Lingkup PAI
Ruang lingkup pendidikan agama Islam di SMP meliputi keserasian dan keseimbangan
antara :
1) Keimanan
2) Alqur`an/Hadits.
3) Akhlak.
4) Fiqih/Ibadah.
5) Tarikh.
b. Metode Pembelajaran PAI.
1). Metode Ceramah.
2). Metode Demonstrasi.
3). Metode Drill.
4). Metode Tanya Jawab.
5). Metode Diskusi.
6). Metode Sosio-Drama Dan Bermain Peranan.
7). Metode Problem Solving.
8). Metode Menyelidik.
9). Metode Karya Wisata.
10). Metode Resitasi.
11). Metode Sistem Regu ( Team Teaching )
12). Metode Proyek.
13. Metode Kerja Kelompok.
14). Metode Brainstorming.
15). Metode Praktek.
16). Role-Play.
17). Case-Study.
18). Metode Inquiry. Metode yang peserta didiknya dilepas bebas untuk menemukan sesuatu
melalui proses:Asimilasi ( memasukkan hasil pengamatan ke dalam struktur kognitif peserta
didik yang telah ada )ako-modasi ( mengadadakan perubahan-perubahan ), atau penyesuaian
dalam struktur kognitif yang lama hingga cocok dan sesuai dengan fenomena baru yang
diamat.
C. Aplikasi Metode Inquiry Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Aplikasi metode Inquiry dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah proses
pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang menekankan pada proses berfikir
secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan.
Metode Inquiry menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya metode Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek
belajar dalam proses pembelajaran, peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima
pelajaran melalui penjelasan guru PAI secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan
sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru PAI
dan peserta didik. Oleh sebab itu kemampuan guru PAI dalam menggunakan teknik bertanya
merupakan syarat utama dalam melakukan Inquiry. Metode Inquiry merupakan bentuk dari
pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik (student centered approach).
Dikatakan demikian, sebab dalam pelaksanaannya peserta didik memegang peran yang sangat
dominan dalam proses pembelajaran.
Tujuan penggunaan metode Inquiry adalah mengembangkan kemampuan berfikir secara
sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Dengan demikian, dalam penggunaan metode ini peserta didik tak hanya dituntut agar menguasai
materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode.
Dalam pandangan yang sudah diakui kebenarannya mengatakan, bahwa setiap metode
mempunyai sifat masing-masing, baik mengenai kebaikan ataupun kelemahannya. Jika guru PAI
memahami sifat masing-masing tersebut maka ia akan lebih mudah menetapkan metode yang
paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya. Winarno Surahkmad
mengatakan bahwa dalam pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut :
a. Peserta didik didik
Peserta didik didik merupakan manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Di
Sekolah, guru PAI yang berkewajiban untuk mendidiknya. Peserta didik didik tentunya berasal
dari latar belakang yang berbeda, tinggi rendahnya kemampuan peserta didik didik dalam
menerima dan menangkap rangsangan yang diberikan dalam kegiatan belajar mengajar
merupakan tolak ukur kecerdasan peserta didik didik.
Jumlah peserta didik didik dalam kelas juga memberikan pengaruh dalam penentuan
metode. Dinamika kelas terlihat dengan banyaknya jumlah peserta didik didik dalam kegiatan
belajar mengajar. Semakin banyak jumlah peserta didik maka semakin mudah terjadi konflik dan
cenderung sukar dikelola. Perbedaan individu peserta didik didik pada aspek biologis,
intelektual, dan psikologis sebagaimana di sebut diatas, mempengaruhi pemilihan dan penentuan
metode belajar mengajar.
b. Tujuan.
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Tujuan dalam
kegiatan mengajar akan mempengaruhi kemampuan yang akan dimiliki peserta didik didik,
sehingga kegiatan belajar mengajarpun akan dipengaruhinya. Maka metode yang digunakan
haruslah disesuaikan dengan taraf kemampuan yang hendak di isi kedalam setiap diri peserta
didik didik.
c. Situasi.
Situasi dalam kegiatan belajar mengajar yang guru PAI ciptakan tentunya harus selalu
berubah dari hari ke hari. Kalau tidak maka akan timbul kejenuhan peserta didik didik sihingga
mengurangi konsentrasi mereka menerima materi pelajaran.
d. Fasilitas.
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang kegiatan belajar peserta didik didik di Sekolah.
Sebelum menentukan suatu metode seharusnya seorang guru PAI harus memperhatikan fasilitas
yang ada, jangan sampai setelah menentukan metode pengajaran ternyata tidak ada fasilitas yang
menunjang sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berjalan dengan efektif.
e. Guru PAI .
Setiap guru PAI tentunya memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Ketrampilan setiap
guru PAI pun pasti berbeda sesuai dengan pendidikan yang telah ditempuhnya. Apalagi
pengalaman mengajar, semakin lama seorang guru PAI mengajar maka ketrampilan dia dalam
menggunakan metode tentunya lebih baik daripada yang belum berpengalaman.
Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa kepribadian, latar belakang pendidikan dan
pengalaman mengajar adalah permasalahan intern guru PAI yang dapat mempengaruhi
pemilihan dan penentuan metode mengajar.
2. Perlunya Metode Inquiry Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode
secara akurat, guru PAI akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Metode adalah pelicin jalan
pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar peserta didik didik memiliki
ketrampilan tertentu maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan.
Salah satu metode yang ditawarkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah metode
Inquiry. Metode Inquiry sangat penting diimplementasikan dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Model pembelajaran berupa pencarian dan penemuan jawaban sendiri dari suatu
masalah yang dipertanyakan ini berguna untuk melatih dan mengembangkan berfikir kritis dan
analitis bagi peserta didik dalam menghadapi situasi dan masalah. Selain itu sasaran lain untuk
melatih dan mengembangkan rasa tanggungjawab dalam menghadapi masalah yang mungkin
muncul dalam kehidupan bermasyarakat tempat ia kelak.
Jika dipahami, ada beberapa alasan yang menjadikan metode Inquiry sangat penting
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu :
a. Karena metode Inquiry menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal
untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, artinya
menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar.
b. Penggunaan metode Inquiry dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara
sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari
proses mental.
c. Melatih peserta didik untuk percaya terhadap dirinya sendiri dalam memperoleh
jawaban dari sebuah permasalahan dan mampu mempertahankan apa yang sudah ditemukan
dengan data-data yang diperoleh.
Dengan adanya beberapa alasan tersebut, maka sangat tepat dan sesuai apabila metode
Inquiry diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam karena dalam Islam sendiri
diperintahkan untuk mencari ilmu sampai negeri Cina bukan hanya sekedar menerima atau
mengadopsi saja. Dari isi Hadits ini jelas sekali bahwa dalam Islam sangat menekankan aspek
pencariaan bukan hanya sekedar ikut-ikutan.
Pencarian disini dapat diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang atau
lebih khususnya peserta didik didik dalam menemukan sebuah khasanah keilmuan yang
tujuannya dapat dibuat sebagai landasan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Lebih
konkritnya peserta didik didik dapat mempelajari dan memahami isi dan maksud dari Alqur`an
dan Hadits yang dalam hal ini dapat dibimbing oleh guru PAI .
Memang terkadang dalam materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak semuanya
harus menggunakan metode Inquiry, ada kalanya menggunakan metode-metode yang lain seperti
ceramah, diskusi, resitasi dan menghafal.
3. Langkah-Langkah Metode Inquiry Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Adapun langkah-langkah penggunaan metode Inquiry dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam adalah sebagai berikut :
Dalam pelajaran di SMP ada materi tentang aturan-aturan Syariah Islam di kehidupan sehari-hari
dalam bentuk ibadah, yang meliputi : bagaimana cara wudlu, gerakan dalam sholat, cara
pelaksanaan qurban dan aqiqah. Jika metode Inquiry diaplikasikan dalam pembelajaran PAI,
misalnya dalam kasus “ bagaimana tata cara wudlu yang benar ?”, maka langkah konkret dalam
pencarian dan penemuan jawaban sendiri dari permasalahan yang dipertanyakan tersebut adalah :
a. Persiapan :
1) Guru PAI mengajukan dan merumuskan masalah, seperti kasus tata cara wudlu serta
mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik. Kemudian guru PAI menjelaskan batas-
batas masalah tersebut.
2) Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang diberi permasalahan yang akan
dijawab.
3) Menjelaskan tujuan dan manfaat proses Inquiry.
a) Bahwa tujuan mengetahui tata cara wudlu, adalah dapat berwudlu sesuai syariat.
b) Manfaatnya berwudlu sesuai syariat bagi ibadah dan diri sendiri.
b. Pelaksanaan.
Bersama kelompoknya peserta didik mengidentifikasi masalah yang terjadi.
1) Bagaimana praktek wudlu yang selama ini mereka lakukan dan mereka lihat.
2) Melakukan hipotesis.
a) Peserta didik secara kelompok melakukan analisis masalah berdasarkan pengetahuan yang
telah diperoleh.
b) Kemudian merumuskan hipotesis jawaban masalah yang bersifat sementara tentang tata cara
wudlu dan anggota tubuh yang harus di basuh, contoh :
(1). Niat, membasuh tangan sampai pergelangan, berkumur, menghirup air ke hidung, membasuh
muka, membasuh kedua tangan sampai siku, membasuh sebagian kepala, membasuh kedua
telingga dan membasuh kedua kaki sampai mata kaki. Hal ini yang biasanya dilakukan banyak
orang.
(2). Selain hal tersebut ada hal-hal sunnat wudlu yang perlu diperhatikan seperti mentigakalikan
basuhan, mendahulukan anggota yang kana dari yang kiri, menyelahi jari tangan dan kaki serta
jenggot, dan membaca doa setelah wudlu.
(3). Mengidentifikasikan buku-buku rujukan dengan mengumpulkan data dan pendapat, dalil dan
semua data yang relevan terhadap pembahasan “ tata cara wudlu “.
(4). Menguji hipotesis (peserta didik berusaha menemukan jawaban yang dihadapinya dengan
data yang ada).
Setelah selesai guru PAI meminta kelompok masing-masing mempraktikkan wudlu
(mempresentasikan hipotesa ).
Guru PAI bersama peserta didik menguji hipotesis yang ada. Bagaimana tata cara wudlu yang
benar dan tertib, dengan cara :
(1) Dengan menguji sama dalil-dalil Alqur`an dan Hadits serta pendapat ulama ahli hukum
Islam.
(2) Mengkorelasikan atau menghubungkan antara hukum Islam. hipotesis dengan dalil dan
pendapat ulama
c. Evaluasi/Tindak Lanjut.
Membuat kesimpulan penemuan jawaban dari masalah yang telah selesai diuji.
Dalam langkah-langkah tersebut di atas memang tidak murni menggunakan metode Inquiry,
tetapi memadukan beberapa metode yang dibutuhkan dan saling melengkapi untuk memperoleh
hasil yang maksimal.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Profil SMP Negeri 14 Ambon.
a. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 14 Ambon.
b. Keadaan Guru dan Peserta didik SMP Negeri 14 Ambon
c. Keadaan Sarana dan Prasarana.
2. Aktivitas Pembelajaran SMP Negeri 14 Ambon.
a. Kegiatan Belajar Mengajar
b. Kegiatan Ekstrakurikuler.
B. Rencana Tindakan serta Langkah-Langkahnya.
Proposal PTK ini direncanakan akan dilakukan dalam bentuk siklus, misalnya dalam
materi ”Tata cara berwudhu”. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Siklus I:
a. Persiapan :
1) Guru PAI mengajukan dan merumuskan masalah, seperti kasus tata cara wudlu serta
mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik, kemudian guru PAI menjelaskan
batas-batas masalah tersebut, misalnya:
a) Bagaiman “ tata cara berwudhu “ ?.
b) Guru PAI juga menjelaskan pengertian, wudlu dalam Islam, dalil- dalilnya tata cara
wudlu yang di praktekkan Rasulullah.
2) Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang diberi permasalahan yang akan
dijawab.
3) Menjelaskan tujuan dan manfaat proses Inquiry.
a) Bahwa tujuan mengetahui tata cara wudlu, adalah dapat berwudlu sesuai syariat.
b) Manfaatnya berwudlu sesuai syariat bagi ibadah dan diri sendiri.
b. Pelaksanaan sekaligus Pengamatan
Bersama kelompoknya peserta didik mengidentifikasi masalah yang terjadi.
1) Bagaimana praktek wudlu yang selama ini mereka lakukan dan mereka lihat.
2) Melakukan hipotesis.
a) Peserta didik secara kelompok melakukan analisis masalah berdasarkan pengetahuan yang
telah diperoleh.
b) Kemudian merumuskan hipotesis jawaban masalah yang bersifat sementara tentang tata
cara wudlu dan anggota tubuh yang harus di basuh, contoh :
(1). Niat, membasuh tangan sampai pergelangan, berkumur, dan seterusnya, sebagaimana
yang biasanya dilakukan banyak orang.
(2). Selain hal tersebut ada hal-hal sunnat wudlu yang perlu diperhatikan seperti
mentigakalikan basuhan, mendahulukan anggota yang kana dari yang kiri, dan sebagainya.
(3). Mengidentifikasikan buku-buku rujukan dengan mengumpulkan data dan pendapat, dalil
dan semua data yang relevan terhadap pembahasan “ tata cara wudlu “.
(4). Menguji hipotesis (peserta didik berusaha menemukan jawaban yang dihadapinya
dengan data yang ada).
Setelah selesai guru PAI meminta kelompok masing-masing mempraktikkan wudlu
(mempresentasikan hipotesa ).
Guru PAI bersama peserta didik menguji hipotesis yang ada. Bagaimana tata cara wudlu
yang benar dan tertib, dengan cara :
(1) Dengan menguji secara bersama-sama tentang dalil-dalil Alqur`an dan Hadits serta
pendapat ulama ahli hukum Islam.
(2) Mengkorelasikan atau menghubungkan antara hukum Islam. hipotesis dengan dalil dan
pendapat ulama
c. Evaluasi/Tindak Lanjut.
Membuat kesimpulan penemuan jawaban dari masalah yang telah selesai diuji.
Dalam langkah-langkah tersebut di atas memang tidak murni menggunakan metode Inquiry,
tetapi memadukan beberapa metode yang dibutuhkan dan saling melengkapi untuk
memperoleh hasil yang maksimal.
2. Siklus II:
Sama prosesnya dengan siklus I, yaitu: perencanaan, pelaksnaan dan pengamatan, serta
evaluasi/tindak lanjut, dengan materi yang berbeda. Hasil kedua siklus tersebut akan menentukan
ada atau tidaknya siklus ke III dan seterusnya.
C. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data serta Analisis Data
Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan instrumen sebagai berikut:
1. Observasi
2. Wawancara
3. DOkumentasi
Dalam penelitian ini penulis akan menerapkan fakta berfikir serta metode analisis data
non statistik. Analisis penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi.
Metode deskriptif yang penulis gunakan pendekatan induktif, yaitu peneliti menganalisa
berangkat dari kasus yang bersifat khusus berdasarkan pengalaman nyata (ucapan atau perilaku
subyek penelitian atau situasi di lapangan) untuk kemudian dirumuskan menjadi konsep teori dan
prinsip.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : cv. Pustaka Setia,
1997.
Anshori, Isa. Perencanaan Sistem Pembelajaran. Sidoarjo : Umsida Press, 2008.
Aly, Hery Noer. Watak Pendidikan Islam. Jakarta : Friska Agung Insani, 2003.
Bahri, Djamarah, Saiful dan Asma Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT.Rineka Cipta,
1997.
http://www.smpn 1 bantul.net/profil/selayang-pandang/
http://www.erlangga.co.id/pengaruh Metode Pembelajaran Inquiry Dalam Belajar Sains
Terhadap Motivasi Belajar Peserta didik
http://yastaki56.spaces.live.com/Blog/cns! Macam-macam Metode Pembelajaran.
Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Madrasah, dan
Perguru PAI an Tinggi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Mulyasa,E. Menjadi Guru PAI Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan
Menyenangkan. Bandung : PT. Remaja rosda karya, 2007.
Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis Dan Praktis. Jakarta :
Ciputat Pers, 2002.
N.K, Roestiyah. Didaktik Metodik. Jakarta : Bumi Aksara, 1994.
.......................... Strategi Belajar Mengajar : Teknik Penyajian. Jakarta : Bina Aksara, 1988.
Rahman Shaleh, Abdul. Pendidikan Agama Dan Pengembangan Watak Bangsa. Jakarta :
PT.Raja Grafindo Persada, 2005.
Rasyidin, Al dan Samsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Ciputat Press, 2005.
Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar Dan Micro Teaching. Jakarta :Quantum Teaching,
2005.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada
Media Group, 2008.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan Dan Keserasian
al-Qur`an. Jakarta : Lentera Hati, 2002.
Slameto. Proses pembelajaran Dalam Sistem Kredit ( SKS ). Jakarta : Bumi Aksara, 1991.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2005.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2003.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,
1992.
Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan
Teoritis-Praktis Dan Implementasinya. Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007.
Usman, Basyirudin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta : Ciputat Pers, 2002.
Yunus, Mahfud. Pokok-Pokok Pendidikan Dan Pengajaran. Jakarta: Hidakarya Agung, tt.s
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya : Usaha Nasional, 1983.