Post on 07-Jul-2015
xOBSGIN
MEKANISME PERSALINAN NORMAL
A. BEBERAPA DEFINISI
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar.
Partus immaturus kurang dari 28 minggu lebih dari 20 minggu dengan berat janin
antara 1000-500 gram.
Partus prematurus adalah suatu partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi
belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-2500 gram atau tua
kehamilan antara 28 minggu-36 minggu.
Partus postmaturus atau serotinus adalah pertus yang terjadi 2 minggu atau lebih
dari waktu partus yang diperkirakan.
Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil.
Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali.
Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup
(viable). Nulipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang viable
untuk pertama kali. Multipara atau pleuripara adalah seorang wanita yang pernah
melahirkan bayi yang viable untuk beberapa kali.
Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin viable, berat janin dibawah
500 gram, atau tua kehamilan dibawah 20 minggu.
Inpartu adalah seorang wanita yang dalam keadaan persalinan. Partus biasa atau
partus normal atau partus spontan adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakan
kepala memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan
bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Partus luar
biasa atau partus abnormal ialah bila bayi dilahirkan pervaginam dengan cunam,
atau ekstraktor vakum, versi dan ekstraksi, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya.
B. SEBAB-SEBAB MULAINYA PERSALINAN
Sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan teori-teori yang kompleks.
Faktor-faktor humoral, pengeruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus,
pengeruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor-faktor yang mengakibatkan partus
mulai. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak
mengungkapkan mulai dan berlangsungnya artus, antara lain penurunan kadar
hormon estrogen dan progesteron. Seperti diketahui progesteron merupakan
penenang bagi otot-otot uterus. Menurunnya kadar kedua hormon ini terjadi kira-
kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai kadar prostaglandin dalam kehamilan dari
minggu ke 15 hingga a term meningkat, lebih-lebih sewaktu partus.
Seperti telah dikemukakan, “plasenta menjadi tua” dengan tuanya kehamilan. Villi
koriales mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar estrogen dan progesteron
menurun.
Keadaan uterus yang semakin membesar dan menjadi tegang mengakibatkan ikemia
otot-otot uterus. Hal ini merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi
uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi. Teori berkurangnya nutrisi
pada janin dikemukakan oleh Hipocrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada
janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan. Faktor lain yang
dikemukakan ialah tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser yang
terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, kontraksi uterus dapat
dibangkitkan.
Uraian tersebut diatas adalah hanya sebagian dari banyak faktor-faktor kompleks
sehingga his dapat dibangkitkan.
Selanjutnya dengan berbagai tindakan, persalinan dapat pula dimulai (indiction of
labor) misalnya 1) merangsang pleksus Frankenhauser dengan memasukkan beberapa
gagang laminaria dalam kanalis servikalis, 2) pemecahan ketuban, 3) penyuntikkan
oksitosin (sebaiknya dengan jalan infus intravena), pemakaia prostaglandin, dan
sebagainya. Dalam hal mengadakan induksi persalinan perlu diperhatikan bahwa
serviks sudah matang (serviks sudah pendek dan lembek), dan kanalis servikalis
terbuka untuk satu jari. Untuk menilai serviks dapat juga dipakai Skor Bishop, yaitu
bila nilai Bishop lebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil.
C. BERLANGSUNGNYA PERSALINAN NORMAL
Partus dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan
10 cm. Kala I dinamakan pula kala pembukaan. Kala II disebut pula kala pengeluaran,
oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong keluar
sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri plasenta terlepas dari dinding uterus dan
dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam. Dalam kala itu
diamati-amati, apakah tidak terjadi perdarahan postpartum.
D. KALA SATU PERSALINAN BATASAN
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan
pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksiuterus tidak mengakibatkan perubahan
serviks.
Tanda dan gejala in partu termasuk :
o Penipisan da pembukaan serviks.
o Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2
kali dalam 10 menit).
o Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina.
E. FASE-FASE DALAM KALA I PERSALINAN
o Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap (10 cm). kala I persalinan terdiri dari dua fase,
yaitu fase laten dan fase aktif.
Fase laten dalam kala I persalinan :
1. Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap.
2. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
3. ada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
Fase aktif dalam kala I persalinan :
1. Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan terus meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga
kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40
detik atau lebih).
2. Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau
10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam
(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
(mulitpara).
3. Terjadi penurunan bagian terbawah janin
F. ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK IBU BERSALIN
Anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama merupakan bagian dari
asuhan sayang ibu yagn baik dan aman selema persalinan. Pertama, sapa ibu dan
beritahukan apa yang akan anda lakukkan. Jelaskan pada ibu tujuan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Jawab dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan ole ibu.
Sambil melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, perhatikan adanya tanda-
tanda penyulit atau kondisi gawat darurat dan segera lakukan tindakan yang sesuai
apabila diperlukan.(lihat tabel 2-1 hal 44) Untuk memastikan proses persalinan
akan berlangsung secara aman. Catatkan semua temuan hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik secara seksama dan lengkap. Jelaskan makna temuan dan
kesimpulannya kepada ibu dan keluarganya.
G. ANAMNESIS
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat
kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses
membuat keputusan klinik untuk mementukan diagnosis dan yang
mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai.
Tanyakan pada ibu :
Nama, umur dan alamat.
Gravida dan para.
Hari pertama haid terakhir.
Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu).
Riwayat alergi obat-obatan tertentu.
Riwayat kehamilan yang sekarang :
o Apakah bu pernah melakukan pemeriksaan antenatal? Jika ya,
periksa kartu asuhan antenatalnya (jika mungkin).
o Pernahkan ibu mendapat masalah selama kehamilannya (misalnya ;
perdarahan, hipertensi, dll)?
o Kapan mulai kontraksi?
o Apakah kontraksi teratur? Seberapa sering kontraksi terjadi?
o Apakah ibu masih merasakan gerakan bayi?
o Apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, apa warna cairan
ketuban?
o Apakah kental atau encer? Kapan saat selaput ketuban pecah?
(periksa perineum ibu untuk melihat air ketuban di pakaiannya).
o Apakah keluar cairan bercampur darah dari vagina ibu? Apakah
berupa bercak atau darah segar per vaginam? (periksa perineum ibu
untuk melihat darah segar atau lendir bercampur darah di
pakaiannya).
o Kapan ibu terakhir kali makan atau minum?
o Apakah ibu mengalami kesulitan untuk berkemih?
Riwayat kehamilan sebelumnya :
o Apakah ada masalah selama persalinan atau kelahiran
sebelumnyac(bedah sesar, persalinan dengan ekstraksi vakum
atau forceps, induksi oksitosin, hipertensi yang diinduksi oleh
kehamilan, preeklampsia, perdarahan pascapersalinan)?
o Berapa berat badan bayi yang paling besar pernah ibu lahirkan?
Apakah ibu mempunyai bayi bermasalah pada
kehamilan/persalinan sebelumnya?
o Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi,
gangguan jantung, berkemih dll).
o Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan,
pusing atau nyeri epigastrium bagian atas). Jika ada, periksa
tekanan darahnya dan protein dalam urin ibu.
o Pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas atau berbagai
bentuk kekhawatiran lainnya.
Dokumentasikan semua temuan. Setelah anamnesis lengkap,
lakukan pemeriksaan fisik.
PEMERIKSAAN FISIK
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan
bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi dari hasil
pemeriksaan fisik dan anamnesis diramu/diolah untuk membuat keputusan
klinik, menegakkan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau
keparawatan yang paling sesuai dengan kondisi ibu.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang apa yang akan dilakukan selama
pemariksaan dan apa alasannya. Anjurkan mereka untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan yang diajukan sehingga mereka memahami kepentingan
pemeriksaan.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik :
o Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan fisik.
o Tunjukkan sikap ramah dan sopan, tenteramkan hati dan bantu ibu agar
merasa nyaman. Minta ibu menarik nafas perlahan dan dalam jika ia merasa
tegang dan gelisah.
o Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya (jika perlu, periksa
jumlah urin dan adanya protein dan aseton dalam urin).
o Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat kesehatan
atau nyeri kontraksi, warna konjungtiva, kebersihan, status gizi dan
kecukupan cairan tubuh.
o Nilai tanda-tanda vital ibu (tekanan darah, suhu, nadi dan pernapasan).
Untuk akurasi penilaian tekanan darah dan nadi ibu, lakukan pemeriksaan
itu diantara dua kontraksi.
o Lakukan pemeriksaan abdomen.
o Lakukan periksa dalam.
Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :
1. Menentukan tinggi fundus uteri.
2. Memantau konstruksi uterus.
3. Memantau denyut jantung janin.
4. Menentukan presentasi.
5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin.
Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen, pastikan dulu bahwa ibu sudah
mengosongkan kandung kemihnya, kemudian minta ibu untuk berbaring.
Tempatkan bantal dibawah kepala dan bahunya dan minta ibu untuk menekukkan
lututnya. Jika ibu gugup, beri bantuan agar ia memperoleh nyaman dengan
meminta ibu untuk menarik nafas dalam berulang kali. Jangan biarkan ibu dalam
posisi terlentang dalam waktu lebih dari sepuluh menit.
1. Menentukan tinggi fundus.
Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang berkontraksi. Ukur
tinggi fundus denga menggunakan pita pengukur. Mulai dari tepi atas simfisis
pubis kemudian rentangkan pita pengukur hingga ke puncak fundus mengikuti
aksis atau linea medialis dinding abdomen(lihat gambar 2.1). lebar pita harus
menempel pada dinding abdomen ibu. Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan
puncak fundus uteri adalah tinggi fundus.
2. Memantau konstruksi uterus.
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan untuk
memantau kontraksi uterus. Secara hati-hati, letakkan tangan penolong diatas
uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit.
Tentukan durasi danlama setiap kontraksi yang terjadi. Pada fase aktif, minimal
terjadi dua kontraksi dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau
lebih. Diantara dua kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus.
3. Memantau denyut jantung janin.
Gunakan fetoskop Pinnards atau Dopler untuk mendengar denyut jantung janin
(DJJ) dalam rahim ibu dan untuk menghitung jumlah denyut jantung per menit,
gunakan jarum detik pada jam dinding atau jam tangan. Tentukan titik tertentu
pada dinding abdomen ibu dimana suara DJJ terdengar paling kuat.
Tips : jika DJJ sulit untuk ditemukan, lakukan palpasi abdomen ibu untuk
menentukan lokasi punggung bayi. Biasanya rambatan suara DJJ lebih mudah
didengar melalui dinding abdomen pada sisi yang sama dengan punggung bayi.
Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Mulai penilaian sebelum
atau selama puncak kontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik,
dengarkan sampai sedikitnya 30 detik setelah kontraksi berakhir. Lakukan
penilaian DJJ tersebut pada lebih dari satu kontraksi. Gangguan kondisi kesehatan
janin dicerminkan dari DJJ yang kurang dari 120 atau lebih dari 160 kali per
menit. Kegawatan janin ditunjukkan dari DJJ yang kurang dari 120 atau lebih
dari 180 kali per menit. Bila demikian, baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu
untuk relaksasi. Nilai kembali DJJ setelah 5 menit dari pemeriksaan sebelumnya,
kemudian simpulkan perubahan yang terjadi. Jika DJJ tidak mengalami perbaikan
maka siapkan ibu untuk segera dirujuk.
4. Menentukan presentasi.
Untuk menentukan presentasi bayi (apakah presentasi kepala atau bokong) :
Berdiri disamping dan menghadap ke arah kepala ibu (minta ibu mengangkat
tungkai atas dan menekukkan lutut).
o Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan (hati-hati dan mantap),
pegang bagian terbawah janin yang mengisi bagian bawah abdomen
(diatas simfisis pubis) ibu. Bagian yang berada diantara ibu jari dan jari
tengah penolong adalah penunjuk presentasi bayi.
o Jika bagian terbawah janin belum masuk ke rongga penggul maka bagian
tersebut masih dapat digerakkan. Jika telah memasuki rongga panggul
maka bagian terbawah janin sulit atau tidak dapat digerakkan lagi.
o Untuk menentukan apakah presentasinya adalah kepala atau bokong
maka perhatikan dan pertimbangkan bentuk, ukuran dan kepadatan
bagian tersebut. Bagian berbentuk bulat, teraba keras, berbatas tegas dan
mudah digerakkan (bila belum masuk rongga panggul) biasanya adalah
kepala. Jika bentuknya kurang tegas, teraba kenyal, relatif lebih besar dan
sulit dipegang secara mantap maka bagian tersebut biasanya adalah
bokong. Istilah sungsang digunakan untuk menunjukkan bahwa bagian
terbawah adalah kebalikan dari kepala atau diidentikkan sebagai bokong.
5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin.
Pemeriksaan penurunan bagian terbawah janin ke dalam rongga panggul
melalui pengukuran pada dinding abdomen akan memberikan tingkat
kenyamanan yang lebih baik bagi ibu jika dibandingkan dengan melakukan
periksa dalam (vaginal toucher). Selain itu, cara penilaian diatas (bila dilakukan
secara benar) dapat memberikan informasi yang sama baiknya dengan hasil
periksa dalam tentang kemajuan persalinan (penurunan bagian terbawah janin)
dan dapat mencegah periksa dalam yang tidak perlu atau berlebihan.
Penilaian penurunan kepala janin dilakukan dengan menghitung proporsi bagian
terbawah janin yang masih berada diatas tep atas simfisis dan dapat diukur
dengan lima jari tangan pemeriksa (per limaan). Bagian diatas simfisis adalah
proporsi yang belum masuk pintu atas panggul dan sisanya (tidak teraba)
menunjukkan sejauh mana bagian terbawah janin telah masuk kedalam rongga
panggul.
Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari (perlimaan) adalah :
o 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas simfisis pubis.
o 4/5 jika bagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas
panggul.
o 3/5 jika bagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga
panggul.
o 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas
simfisis dan (3/5) bagian telah turun melalui bidang tengah rongga
panggul (tidak dapat digerakkan).
o 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin
yang berada diatas simfisis dab 4/5 bagian telah masuk kedalam rongga
pangul.
o 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan
luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga
panggul.
Merujuk pada kasus primigravida, inpartu kala satu fase aktif dengan
kepala janin masih 5/5 (tabel 2-1) dimana kondisi ini patut diwaspadai
sebagai kondisi tak lazim. Alasanya adalah pada kala satu persalinan,
kepala sudah masuk ke dalam rongga panggul. Bila ternyata kepala
memang tidak dapat turun, maka bagian terbawah janin (kepala) terlalu
besar dibandingkan dengan diameter pintu atas panggul. Mengingat
bahwa hal ini patut diduga sebagai disproporsi kepala panggul (CPD)
maka sebaiknya ibu dapat melahirkan di fasilitas kesehatan yang
mempunyai kemampuan untuk melakukan operasi seksio sesaria sebagai
antisipasi apabila terjadi persalinan macet (disproporsi). Penyulit lain dari
posisi kepala diatas pintu atas panggul adalah tali pusat menumbung yang
disebabkan oleh pecahnya selaput ketuban yang disertai turunnya tali
pusat.
H. PERIKSA DALAM
Sebelum melakukan periksa dalam, cuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir, kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk
berkemih dan mencuci area genitalia (jika ibu belum melakukannya) dengan sabun
dan air. Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan.
Tenteramkan hati dan anjurkan ibu untuk rileks. Pastikan privasi ibu terjaga selama
pemeriksaan dilakukan.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam termasuk :
1. Tutupi badan ibu sebanyak mungkin dengan sarung dan selimut.
2. Minta ibu berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan
(mungkin akan membantu jika ibu menempelkan kedua telapak kakinya satu
sama lain).
3. Gunakan sarung tangan DTT atau steril saat melakukan pemeriksaan.
4. Gunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT/larutan
antiseptik. Basuh labia secara hati-hati, seka dari bagian depan ke belakang untuk
menghindarkan kontaminasi fses (tinja).
5. Periksa genitalia eksterna, perhatikan apakah ada luka atau massa (benjolan)
termasuk kondilomata, varikositas vulva atau rektum, atau luka parut di
perineum.
6. Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan per
vaginam atau mekonium :
a. Jika ada perdarahan per vaginam, jangan lakukan pemeriksaan dalam.
b. Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban. Jika terlihat
pewarnaan mekonium, nilai apakah kental atau ncer dan periksa DJJ:
I. Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ dengan
seksama menurut petunjuk pada partograf. Jika ada tanda-tanda akan
terjadi gawat janin, lakukan rujukan segera.
II. Jika mekonium kental, nilai DJJ dan rujuk segera.
III. Jika tercium bau busuk, mungkin telah terjadi infeksi
7. Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan jari manis dan ibu jari (gunakan
sarung tangan periksa). Masukkan (hati-hati) jari telunjuk yang diikuti oleh jari
tengah. Jangan mengeluarkan kedua jari tersebut sampai pemeriksaan selesai
dilakukan. Jika selaput ketuban belum pecah, jangan melakuka tindakan
amniotomi (merobeknya).
Alasannya : amniotomi sebelum waktunya dapat meningkatkan resiko infeksi
terhadap ibu dan bayi serta gawat janin.
8. ilai vagina. Luka parut di vagina mengidikasikan adanya riwayat robekan
perineum atau tidakan episiotomi sebelumnya. Hal ini merupakan informasi
penting untuk menentukan tindakan pada saat kelahiran bayi.
9. Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
10. Pastikan tali pusat dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki) tidak teraba
pada saat melakukan periksa dalam. Jika teraba maka ikuti langkah-langkah
gawat darurat (lihat tabel 2-1) dan segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang
sesuai.
11. Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah bagian tersebut
telah masuk ke dalam rongga panggul. Bandingkan tingkat penurunan kepala dari
hasil periksa dalam dengan hasil pemeriksaan melalui dinding abdomen
(perlimaan) untuk kemajuan persalinan.
12. Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (ubun-ubun kecil,
ubun-ubun besar arau fontanela magne) dan celah (sutura) dagitalis untuk
menilai derajat penyusupan atau tumpang tindih tulang kepala dan apakah
ukuran kepala janin sesuai dengan ukuran jalan lahir.
13. Jika pemeriksaan terbawah sudah lengkap, keluarkan kedua jari pemeriksaan
(hati-hati), celupkan sarung tangan ke dalam larutan untuk dekontaminasi,
lepaskan kedua sarung tangan tadi secara terbalik dan rendam dalam larutan
dekontaminan selama 10 menit.
14. Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk yang bersih dan kering.
15. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.
16. Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarganya.
I. MENCATAT DAN MENGKAJI HASIL ANAM NESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK.
Ketika anamnesis dan pemeriksaan telah lengkap :
1. Catatkan semua hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik secara teliti dan lengkap
2. Gunakan informasi yang ada untuk menentukan apakah ibu sudah inpartu,
tahapan dan fase persalinan. Jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm, berarti
ibu berada dalam fase laten kala satu persalinan dan perlu penilaian ulang 4
jam kemudian. Jika pembukaan telah mencapai atau lebih dari 4 cm maka ibu
berada dalam fase aktif kala satu persalinan sehingga perlu dimulai pemantauan
kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf.
3. Tentukan ada tidaknya masalah atau penyulit yang harus di tatalaksana secara
khusus.
4. Setiap kali selesai melakukan penilaian lakukan kajian data yang terkumpul,
dan buat diagnosis berdasarkan informasi tersebut. Susun rencana
penatalaksanaan dan asuhan ibu bersalin. Penatalaksanaan harus didasarkan
pada kajian hasil temuan dan diagnosis.
Contoh : jika kajian hasil temuan berujung pada diagnosis berupa ibu dengan
kehamilan intrauteri, cukup bulan, kala satu persalinan fase aktif dengan DJJ
dan tanda-tanda vital normal, maka rencana selanjutnya adalah terus
memantau kondisi ibu serta janin menurut parameter-parameter pada partograf
dam meberikan asuhan sayang ibu. Tetapi apabila diagnosis menunjukkan
adanya abnormalitas kemajuan persalinan atau komplikasi, maka rencana
selanjutnya adalah persiapan untuk segera merujuk ibu dan sementara
menunggu dirujuk, dilakukan stabilisasi kondisi ibu dan bayi, memantau
progresifitas komplikasi dan memberikan pertolongan secara memadai dan
asuhan sayang ibu (lihat kembali materi membuat keputusan klinik di bab I).
5. Jelaskan temuan diagnosis dan rencana penatalaksanaan kepada ibu dan
keluarganya sehingga mereka mengerti tentang tujuan asuhan yang akan
diberikan.
J. PENGENALAN DIRI TERHADAP MASALAH DAN PENYULIT
Pada saat memberikan asuhan kepada ibu bersalin, penolong harus selalu waspada
terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit. Ingat bahwa menunda
pemberian asuhan kegawatdaruratan akan meningkatkan resiko kematian dan
kesakitan ibu dan bayi baru lahir. Selama anamnesis dan pemeriksaan fisik, tetap
waspada terhadap indikasi-indikasi seperti yang tertera pada tabel 2-1 dan segera
lakukan tindakan yang diperlukan. Langkah dan tindakan yang akan dipilih
sebaiknya dapat memberi manfaat dan memastikan bahwa proses persalinan akan
berlangsung aman dan lancar sehingga akan berdampak baik terhadap keselamatan
ibu dan bayi yang akan dilahirkan.
K. KALA DUA PERSALINAN BATASAN
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
o GEJALA DAN TANDA KALA DUA PERSALINAN
Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah :
Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya.
Perineum menonjol.
Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
Meningkatkan pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi objektif) yang
hasilnya adalah:
Pembukaan serviks telah lengkap, atau
Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
PERSIAPAN PENOLONG PERSALINAN
Salah satu persiapan penting bagi penolong adalah memastikan penerapan
fisik dan praktik pencegahan infeksi (PI) yang dianjurkan, termasuk mencuci
tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan pelingdung bayi
SARUNG TANGAN
Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus selalu dipakai selama
melakukan periksa dalam, membantu kelahiran bayi, episiotomi, penjahitan
laserasi dan asuhan segera bagi bayi bare lahir. Sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril harus menjadi bagian dari perlengkapan untuk
menolong persalinan (partus set) dan prosedur penjahitan (suturing atau
heckting set). Sarung tangan harus diganti apabila terkontaminasi, robek atau
bocor.
PERLENGKAPAN PELINDUNG PRIBADI
Pelindung pribadi merupakan penghalan atau barier antara penolong dengan
bahan-bahan yang berpotensi untuk menularkan penyakit. Oleh sebab itu,
penolong persalinan harus memakai celemek yang bersih dengan penutup
kepala atau ikat rambut pada saat menolong persalinan. Juga gunakan masker
penutup mulut dan pelindung mata (kacamata) yang bersih dan nyaman.
Kenakan semua perlengkapan pelindung pribadi selama membantu kelahiran
bayi dan plasenta serta saat melakukan penjahitan laserasi atau luka
episiotomi.
PERSIAPAN TEMPAT PERSALINAN, PERALATAN DAN BAHAN
Penolongpersalinan harus menilai dimana ruangan oroses persalinan akan
berlangsung. Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan/penerangan yang
cukup (baik melalui jendela, lampu di langit-langit kamar ataupun sumber
cahaya lainnya). Ibu dapat menjalani persalinan di tempat tidurdengan kasur
yang dilapisi kain penutup yang bersih, kain tebal dan kain pelapis anti bocor
(plastik) apabila hanya beralaskan kayu atau kasur yang diletakkan diatas
lantai (dilapisi dengan plastik dan kain bersih). Ruangan harus hangat (tetapi
jangan panas) dan terhalang dari tiupan angin secara langsung. Selain itu,
harus tersedia meja atau pemukaan yang bersih dan mudah dijangkau untuk
meletakkan peralatan yang diperlukan.
Pastikan bahwa semua peralengkapan dan bahan-bahan tersedid dan
berfungsi denganbai;btermasuk perlengkapan untuk menolong persalinan,
menjahit laserasi atau luka episiotomi dan resusitasi bayi bare lahir. Semua
perlengkapan dan bahan-bahan dalam set tersebut harus dalam keadaan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Daftar tilik lengkap intuk bahan-bahan,
perlengkapan dan obat-obat esensial yang dibutuhkan untuk persalinan,
membantu kelahiran dan asuhan bayi bare lahir ada pada lampiran 6.
PENYIAPAN TEMPAT DAN LINGKUNGAN UNTUK KELAHIRAN BAYI
Persiapan untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh yang
berlebihan pada bayi bare lahir harus dimulai sebelum kelahiran bayi itu
sendiri. Siapkan lingkungan yang sesuai bagi proses kelahiran bayi atau bayi
bare lahir dengan memastikan bahwa ruangan tersebut bersih, hangat
(minimal 250C), pencahayaan cukup, dan bebas dari tiupan angin(matikan
kipas angin atau pendingin udara bila sedang terpasang). Bila ibu bermukim di
daerah pegunungan atau beriklim dingin, sebaiknya disediakan minimal 2
selimut, kain atau handuk yang kering dan bersih untuk mengeringkan dan
menjaga kehangatan tubuh bayi.
PERSIAPAN IBU DAN KELUARGA
Asuhan sayang ibu
Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses
persalinan dan kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang tua,
dan kerabat yang disukai ibu sangat diperlukan dalam menjalani proses
persalinan.
Alasannya : hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya
dengan dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses
persalinan (enkin, et al, 2000).
Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu
ibu untuk berganti posisi, melakukan rangasangan taktil, memberikan
makanan dan minuman, teman bicara, dam memberikan dukungan
dan semangat selama persalinan dan melahirkan bayinya.
Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat
kepada ibu dan anggota keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan
kemajuan proses persalinan atau kelahiran bayi kepada mereka.
Tenteramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani dua kala
persalinan. Lakukan bimbingan dan tawarkan bantuan jika deperlukan.
Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran (lihat
gambar 3-1 sampai 3-3 untuk contoh sebagai posisi meneran).
Setelah pembukaan lengakp, anjurkan ibu untuk meneran apabila ada
dorongan kuat dan spontan untuk meneran. Jangan menganjurkan
untuk meneran berkepanjangan dan menahan napas. Anjurkan ibu
untuk beristirahat saat berkontraksi.
Alasan : meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit bernapas
sehingga terjadi kelelahan yang tidak perlu dan meningkatkan resiko
asfiksia pada bayi sebagai akibat turunnya pasokan oksigen melalui
plasenta (Enkin, et al, 2000).
Anjurkan ibu untuk minum selama kala dua persalinan.
Alasan : ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses
persalinan dan kelahiran bayi. Cukupnya supan cairan dapat mencegah
ibu mengalami hal tersebut (Enkin, et al, 2000).
Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala dua persalinan.
Berikan rasa aman dan semangat serta tenteramkan haitnya selama
proses ersalinan berlangsung. Dukungan dan perhatian akan
mengurangi perasaan tegang, membantu kelancaran proses persalinan
dan kelahiran bayi. Beri penjelasan tentang cara dan tujuan dari setiap
tindakan setaip kali penolong akan melakukannya, jawab setiap
pertanyaan yang diajukan ibu, jelaskan apa yang dialami oleh ibu dan
bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan (misalnya tekanan
darah, denyut jantung janin, pemeriksaan dalam).
MEMBERSIHKAN PERINEUM IBU
Praktik terbaik pencegahan infeksi pada kala dua diantaranya adalah
melakukan pembersihan vulva dan perineum menggunakan air matang
(DTT). Gunakan gulungan kapas atau kasa yang bersih, bersihkan mulai dari
bagian atas ke arah bawah (dari bagian anterior vulva ke arah rektum) untuk
mencegah kontaminasi tinja. Letakkan kain bersih di bawah bokong saat ibu
mulai meneran. Sediakan kain bersih cadangan didekatnya. Jika keluar tinja
saat ibu meneran, jelaskan bahwa hal ibu biasa terjadi. Bersihkan tinja
tersebut dengan kain alas bokong atas tangan yang sedang menggunakan
sarung tangan. Ganti kain alas bokong dan sarung tangan DTT. Jika tidak ada
cukup waktu untuk membersihkan tinja karena bayi akan segera lahir maka
sisihkan dan tutupi tinja tersebut dengan kain bersih.
MENGOSONGKAN KANDUNG KEMIH
Anjurkan ibu dapat berkemih setaip 2 jam atau lebi sering jika kandung
kemih selalu terasa penuh. Jika diperlukan, bantu ibu untuk ke kamar mandi.
Jika ibu tidak dapat berjalan ke kamar mandi, bantu ibu agar dapat duduk
dan berkemih di wadah penampung urin.
Alasan : kandung kemih yang penuh mengganggu penurunan kepala bayi,
selain itu juga menambah rasa nyeri pada perut bawah, menghambat
penatalaksanaan distosia bahu, menghalangi lahirnya plasenta dan
perdarahan pasca persalinan.
Jangan melakukan kateterasi kandung kemih secara rutin sebelum atau
setelah kelahiran bayi dan/atau plasenta. Kateterisasi kandung kemih hanya
dilakukan bila terjadi retensi urin dan ibu tidak mampu berkemih sendiri.
Alasan : selain menyakitkan, kateterisasi akan meningkatkan resiko infeksi
dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih ibu.
AMNIOTOMI
Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
perlu diperlukan tindakan amniotomi. Perhatikan warna air ketuban yang
keluarga saat dilakukan amniotomi. Jika terjadi pewarnaan mekonium pada
air ketuban maka lakukan persiapan pertolongan bayi setelah lahir karena
hal tersebut menunjukkan adanya hipoksia dalam rahim atau selama proses
persalinan (lihat lampiran I).
PENATALAKSANAAN FISIOLOGIS KALA DUA
Proses fisiologis kala duapersalinan diartikan sebagai serangkaian peristiwa
alamiah yang terjadi sepanjang periode tersebut dan diakhiri dengan lahirnya
bayi secara normal (dengan kekuatan ibu sendiri). Gejala dan tanda kala dua
juga merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan penolong persalinan
bahwa proses pengeluaran bayi sudah di mulai. Setelah terjadinya
pembukaan lengkap, beritahukan pada ibu bahwa dorongan alamiahnya
yang mengisyaratkan ia untuk meneran dan kemudian beristirahat di antara
kontraksi. Ibu dapat memilih posisi yagn nyaman, baik berdiri, berjongkok
atau miring yang dapat mempersingkat kala dua. Beri keleluasaan untuk ibu
mengeluarkan suara selama persalinan dan kelahiran jika ibu
menginginkannya atau dapat mengurangi rasa tidak nyaman yang
dialaminya.
Pada masa sebelum ini, sebagian besar penolong akan segera memimpin
persalinan dengan menginstruksikan untuk “menarik napas panjang dan
meneran” segera setelah terjadi pembukaan lengkap. Ibu dipimpin meneran
tanpa henti selama 10 detik atau lebih (“meneran dengan tenggorokan
terkatup” atau manuver Valsava), tiga sampai empat kali per kontraksi
(Sagady, 1995). Hal ini ternyata akan mengurangi pasokan oksigen ke bayi
yang ditandai dengan menurunnya denyut jantung janin (DJJ) dan nilai
Apgar yang lebih rendah dari normal (Enkin, et al, 2000). Cara meneran
seperti tersebut diatas, tidak termasuk dalam penatalaksanaan fisiologis kala
dua. Pada penatalaksanaan fisiologis kala dua, ibu memegang kendali dan
mengatur saat meneran. Penolong persalinan hanya memberikan bimbingan
tentang cara meneran yang efeksi dan beneran. Harap diingat bahwa
sebagian besar daya dorong untuk melahirkan bayi, dilahirkan oleh kontraksi
uterus. Meneran hanya menambah daya kontraksi untuk mengeluarakn bayi.
MEMBIMBING IBU UNTUK MENERAN
Bila tanda pasti kala dua telah diperoleh, tunggu sampai ibu merasakan
adanya dorongan spontan untuk meneran. Teruskan pemantauan kondisi ibu
dan bayi.
Mendiagnosa kala dua persalinan dan mulai meneran :
Cuci tangan (gunakan sabun bersih dan air bersih yang mengalir).
Pakai satu sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam.
Beritahu ibu sat prosedur dan tujuan periksa dalam.
Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan
sudah lengkap (10 cm), lalu lepaskan sarung tangan sesuai prosedur
PI (Lihat bab 2 : pedoman periksa dalam).
Jika pembukaan belum lengkap, tenteramkan bu dan bantu ibu
mencari posisi nyaman (bila ingin berbaring) atau berjalan-jalan di
sekitar ruang bersalin. Ajarkan cara bernapas selama kontraksi
berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayinya (lihat pedoman fase
aktif persalinan) dan catat semua temuan pada partograf.
Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap,
beritahukan belum saatnya untuk meneran, beri semangat dan
ajarkan cara bernapas cepat selama kontraksi berlangsung. Bantu ibu
untu memeperoleh posisi yang nyaman dan beritahukan untuk
menahan diri untuk meneran hingga penolong memberitahukan saat
yang tepat untuk itu.
Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu
ibu mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran
secara efektif dan benar dan mengikuti dorongan ilmiah yang terjadi.
Anjurkan keluarga ibu untuk membantu dan mendukung usahanya.
Catatkan hasil pemantauan pada partograf. Beri cukup minum dan
pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu daoat beristirahat di antara
kontraksi.
Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk
meneran, bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila
masih mampu, anjurkan untuk berjalan-jalan). Posisi berdiri dapat
membantu penurunan bayi yang berlanjut dengan dorongan untuk
meneran. Ajarkan cara bernapas selama kontraksi berlangsung.
Pantau kondisi ibu dan bayi (lihat pedoman fase aktif persalinan) dan
catatkan semua temuan pada partograf.
Berikan cukup cairan dan anjurkan/perbolehkan ibu untuk berkemih
sesuai kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15 menit. Stimulasi putting susu
mungkin dapat meningkatkan kekuatan dan kualitas kontraksi. Jika
ibu ingin meneran, lihat petunjuk pada butir tujuh diatas.
Jika ibu tetap ada dorongan untuk meneransetelah 60 menit
pembukaan lengkap, anjurkan ibu untuk mulai meneran di setiap
puncak kontraksi. Anjurkan ibu mengubah posisinya secara teratur,
tawarkan air minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Lakukan
stimulasi puting susu untuk memperkuat kontraksi.
• Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau jika
kelahiran bayi tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak
turunnya kepala bayi mungkin disebabkan oleh disproporsi kepala-
pinggul (CPD).
POSISI IBU SAAT MENERAN
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat
mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala dua karena hal ini dapat
membantu kemajuan persalainan, mencari posisi meneran yang paling efektif
dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik.
Posisi duduk atau setengah duduk dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu
dan memberikan kemudahan baginya untuk beristirahat di antara kontraksi.
Keuntungan dari kedua posisi ini adalah gaya gravitasi untuk membantu ibu
melahirkan bayinya.
L. KALA TIGA DAN EMPAT PERSALINAN BATASAN
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban.
Persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah
itu.
M. FISIOLOGI PERSALINAN KALA TIGA
Pada kala tiga persalinan, otot uterus (mionietriuni) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat pelekatan plasenta. Karena tempat
pelekatan menjdi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka
plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas,
plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke bawah vagina.
Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal di bawah ini :
Perunahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum
miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi
fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta
terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau
alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah kesisi kanan).
Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda
Ahfeld).
Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul dibelakang
plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya
gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacetal pooling) dalam ruang
diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas
tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
Ingat tiga tanda lepasnya plasenta :
1. Perubahan bentuk dan tinggi uterus.
2. Tali pusat memanjang.
3. Semburan darah mendadak dan singkat.
N. MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA
Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah menghsailkan kontraksi uterus
yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan
mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di
Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dimana sebagian disebabkan
oleh atonia uteri dan rtensio plasenta yanng sebenarnya dapat dicegah dengan
melakukan manajemen aktif kala tiga.
Penelitian Prevention of pospartum Hemorrhage Intervention-2006 tentang praktik
manajemen aktif kala tiga (active Management of Third Stage of Labor/AMTSL) di 20
rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa hanya 30% rumah sakit melaksanakan
hal tersebut. Hal ini sangat berbeda jika di bandingkan dengan praktik manajemen
aktif di tingkat pelayanan kesehatan primer (BPS atau Rumah Bersalin) di daerah
intervensi APN (Kabupaten Kuningan dan Cirebon) dimana sekitar 70% melaksanakan
manajemen aktif kala bagi ibu-ibu bersalin yang ditangani. Jika ingin menyelamatkan
banyak ibu bersalin maka sudah sewajarnya jika menajemen aktif kala tiga tidak ingin
hanya dilatihkan tetapi juga dipraktikkan dan menjadi standar asuhan persalinan.
Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala tiga :
• Persalinan kala tiga yang lebih singkat.
• Mengurangi jumlah kehilangan darah.
• Mengurangi kejadian retensio plasenta.
Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama :
• Pemberian suntikan oksitosin dalam satu menit pertama setelah bayi lahir.
• Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
• Masase fundus uteri.
O. PEMBERIAN SUNTIKAN OKSITOSIN
1. Serahkan bayinyang telah terbungkus kain pada ibu untuk diberi ASI.
2. Letakkan kain bersih di atas oerut ibu.
Alasan : kain akan mencegah kontaminasi tangan penolong persalinan yagn sudah
memakai sarung tangan dan mencegah kontaminasi oleh arah pada perut ibu.
3. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain (Undiagnosed twin).
4. Beri tahu ibu bahwa ia akan disuntik.
5. Segera (dalam satu menit pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin 10 menit
1M pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis).
Alasan : oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan kuat dan
efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan
darah. Aspirasi sebelum penyuntikan aka mencegah penyuntikan oksitosin ke
pembuluh darah.
Catatan : jika oksitosin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan stimulasi puting
susu atau menganjurkan ibu untuk menyusukan dengan segera. Ini akan
menyebabkan pelepasan oksitosin secara alamiah. Jika peraturan/program
kesehatan memungkinkan, dapat diberikan misoprostol 600 mcg
(oral/sublingual) sebagai pengganti oksitosin.
P. PENEGANGAN TALI PUSAT TERKENDALI
1. Berdiri disamping ibu.
2. Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala dua) pacta tali
pusat sekitar 5-20 cm dari vulva. Alasan : memegang tali pusat lebih dekat ek
vulva akan mencegah avulsi.
3. Letakkan tangan yang lain pacta abdomen ibu (beralaskan kain) tepat diatas
simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menekan
uterus pacta saat melakukan penegangan pacta tali pusat. Setelah terjadi kontraksi
yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain (pada
dinding abdomen) menekan uterus ke arab lumbal dan kepala ibu (doso-kranial).
Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri.
4. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar dua
atau tiga menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat
terkendali.
5. Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan
tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin
menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta telah lepas
dan dapat dilahirkan.
6. Tetapi jika langkah 5 diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan plasenta
tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya penegangan tali pusat dan tidak ada
tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan lakukan penegangan
tali pusat.
a. Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi
berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali
pusat memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta.
b. Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat
terkendali dan tekanan dorso-kranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti
langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi hingga terasa plasenta
terlepas dari dinding uterus.
7. Setelah plasenta terpisahanjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong
keluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat denga arah sejajar
lantai (mengikuti poros jala lahir).
Alasan : segera lepaskan plasenta yang telah terpisah dari dinding uterus akan
mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.
Jangan melakukan penegangan tali pusat tanpa diikuti dengan tekanan dorso-
kranial secara serentak pada bagian bawah uterus (di atas simfisis pubis).
8. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
mengangkat tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya
untuk diletakkan dalam wadah penampung. Karena sela[ut ketuban mudah robek
; pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara lembutputar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin menjadi satu.
9. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput
ketuban. Alasan : melahirkan plasenta dan selapunya dengan hati-hati akan
membantu mencegah tertinggalnya selaput ketuban di jalan lahir.
10. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal dalam lahir saat melahirkan
plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan
jari-jari tangan anda atau klem ke dalam DTT atau steril atau forsep untuk
keluarkan selaput ketuban yang teraba.
Catatan :
Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit oksitosin IM
dosis kedua. Periksa kandung kemih. Jika ternyata penuh, gunakan teknik aseptik
untuk memasukkan kateter Nelaton disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
mengosongka kandung kemih. Ulangi kembali penegangan tali pusat dan tekanan
dorso-kranial seperti yang diuraikan diatas. Nasehati keluarga bahwa rujukan
mungkin diperlukan jika plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit. Pada menit
ke-30 coba lagi melahirkan plasenta dengan melakukan penegangan tali pusat
untuk terakhir kalinya. Jika plasenta tetap tidak lahir, rujuk segera. Ingat, apabila
plasenta tidak lahir setelah 30 menit, jangan mencoba untuk melepaskan dan
segera lakukan rujukan.
Ilmu anak
Deman berdarah
A. Pengertian / Arti Definisi dan Penyebab DBD
Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia.
Selama nyamuk aides aigypti tidak terkontaminasi virus dengue maka gigitan nyamuk dbd tersebut tidak berbahaya. Jika nyamuk tersebut menghisap darah penderita dbd maka nyamuk menjadi berbahaya karena bisa menularkan virus dengue yang mematikan. Untuk itu perlu pengendalian nyamuk jenis aedes aegypti agar virus dengue tidak menular dari orang yang satu ke orang yang lain
B. Gejala Orang Yang Terserang Penyakit Demam Berdarah Dengue / DBD
1. Badan demam panas tinggi lebih dari 2 hari 2. Nyeri pada ulu hati 3. Terdapat bercak bintik merah di kulit yang tidak hilang walau ditekan, ditarik,
diregangkan dan lain sebagainya. 4. Bisa mengeluarkan darah dari hidung (mimisan), muntah darah, dan melalui
buang air besar. 5. Penderita bisa pucat, gelisah, ujung kaki dan ujung tangan dingin.
Orang yang terindikasi terserang demam berdarah harus secepatnya diberi pertolongan medis dengan dibawa ke puskesmas, dokter atau rumah sakit untuk diobati. Terlambat memberi pertolongan pada penderita dbd dapat menyebabkan penderita meninggal dunia.
C. Informasi Tambahan
Serangan penyakit DBD (demam berdarah dengue bisa muncul kapan saja sepanjang tahun dan bisa menyerang siapa saja mulai dari anak-anak hingga lanjut usia, orang yang sehat kuat hingga yang sedang sakit, orang yang tinggal di perumahan mewah sampai yang gelandangan semua bisa kena penyakit Demam Berdarah Dengue yang berbahaya dan mematikan.
Penyakit DBD berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Masyarakat yang kurang peduli kebersihan lingkungan dan ancaman penyakit berbahaya merupakan lokasi yang sangat baik sebagai endemik dbd. Deperlukan kesadaran dan peran aktif semua lapisan masyarakat untuk mengenyahkan demam berdarah dengue dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
Untuk memberantas nyamuk aedes aegypty yang menularkan demam berdarah dengue diperlukan 3M di wilayah lingkungan tempat tinggal yaitu 3M PLUS yang akan dijelaskan pada bagian lain di web situs organisasi.org ini.
D. Proses Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi penduduk disekitarnya.
E. Pengobatan Penyakit Demam Berdarah Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu). Penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Selanjutnya adalah pemberian obat-obatan terhadap keluhan yang timbul, misalnya : Paracetamol membantu menurunkan demam Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder
Lakukan kompress dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok. Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat dilakukan dengan alkohol. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.
F. Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah :
1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat. perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
3. Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion). 4. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air
seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
TIFUS Demam Tifoid
Dikalangan masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama TIPES atau Tifosa atau Tifus, atau Tifoid. Penyakit ini sangat sering kita dengar dan tifus ini cukup berbahaya , bahkan seringkali menjadi sangat berbahaya sampai memakan korban
Tapi sebenarnya nama yang benar dan digu-
nakan dikalangan medis adalah DEMAM TIFOID. sedangkan TIFUS lebih tepat untuk istilah penyakit Ricketsia, tapi karena masya rakat Indonesia lebih gampangnya memakai nama/istilah Tifus. Apa aja sih gejalanya ? Nah gejala ..sangat bervariasi dari yang awalnya sangat ringan sampai yang mendadak sakit berat dan tak dapat ditolong lagi ! Namanya aja DEMAM TIFOID jadi gejala utamanya adalah Demam ! yang mempunyai ciri khas yaitu timbulnya sering pada SORE hari. dan pada siang hari penderita tidak terlalu merasa panas bahkan mera sa lebih sehat. Sehingga SERING menyebabkan penderita atau ORANG TUA penderi ta MENGURUNGKAN NIAT KE DOKTER ,dan ini tentu sangat berbaha ya nantinya. Panas yang seperti ini biasanya terjadi pada minggu pertama ,sedang kan pada Minggu ke II Panas akan berlangsung dari pagi sampai ma- lam hari. Pada Minggu ke III dapat terjadi penyembuhan dan panas akan segera turun atau dapat terjadi KOMPLIKASI yang dapat berakibat fatal !! GEJALA LAINNYA : - Nyeri Ulu hati ,nyeri lambung - Nyeri Otot , Diare atau bahkan Konstipasi. - Sakit kepala ,mual bahkan sampai muntah-muntah. Apa Penyebabnya ? Penyebabnya adalah kuman yang namanya : Salmonella typhi dan ada lagi satu saudaranya yaitu Salmonella Paratyphi. Kedua kuman ini masuk kebadan kita dengan cara melalui makanan atau minuman yang tercemar dan tertelan masuk kedalam lambung dan seterusnya kuman masuk kedalam usus dan berkembang biak di sana dan mulailah ia akan menimbulkan gejalanya. Sebenarnya kuman ini dapat menyebar ke hati ,paru-paru bahkan da- pat sampai ke Otak dan ini akan berakibat FATAL. Pengobatannya Sampai saat ini DEMAM TIFOID masih dianggap berbahaya ,sehingga dalam pengobatannya Dokter tidak akan sembarangan. Biasanya Dokter akan memberikan ANTIBIOTIKA yang POTEN. untuk Demam Tifoid yaitu al Klorampenikol , Ciprofloksasin dll tentunya ini HARUS DENGAN RESEP DOKTER ! ISTIRAHAT yang sukup bahkan bila perlu TIRAH BARING. DIET lunak untuk meringankan USUS. Pencegahannya Tentu saja jangan makan ditempat yang kurang terjamin kebersihannya Belilah makanan yang masih panas sehingga menjamin kebersihannya
Penyakit Malaria
Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit jenis ini banyak sekali tersebar di wilayah tropik, misalnya di Amerika, Asia dan Afrika. Ada empat type plasmodium parasit yang dapat meng-infeksi manusia, namun yang seringkali ditemui pada kasus penyakit malaria adalah Plasmodium falciparum and Plasmodium vivax. Lainnya adalah Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae.
Tanda dan Gejala Penyakit malaria Masa tunas / inkubasi penyakit ini dapat beberapa hari sampai beberapa bulan yang kemudian barulah muncul tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh penderita seperti demam, menggigil, linu atau nyeri persendian, kadang sampai muntah, tampak pucat / anemis, hati serta limpa membesar, air kencing tampak keruh / pekat karena mengandung Hemoglobin (Hemoglobinuria), terasa geli pada kulit dan mengalami kekejangan. Namun demikian, tanda yang klasik ditampakkan adalah adanya perasaan tiba-tiba kedinginan yang diikuti dengan kekakuan dan kemudian munculnya demam dan banyak berkeringat setelah 4 sampai 6 jam kemudian, hal ini berlangsung tiap dua hari. Diantara masa tersebut, mungkin penderita merasa sehat seperti sediakala. Pada usia anak-anak serangan malaria dapat menimbulkan gejala aneh, misalnya menunjukkan gerakan / postur tubuh yang abnormal sebagai akibat tekanan rongga otak. Bahkan lebih serius lagi dapat menyebabkan kerusakan otak.
Penggolongan Manifestasi Penyakit Malaria Ada beberapa bentuk manifestasi penyakit malaria, antara lain : - Malaria tertiana, disebabkan oleh Plasmodium vivax, dimana penderita merasakan demam muncul setiap hari ketiga. - Malaria quartana, disebabkan oleh Plasmodium malariae, penderita merasakan demam setiap hari keempat. - Malaria serebral, disebabkan oleh Plasmodium falciparum, penderita mengalami demam tidak teratur dengan disertai gejala terserangnya bagian otak, bahkan memasuki fase koma dan kematian yang mendadak. - Malaria pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala dapat timbul sangat mendadak, mirip Stroke, koma disertai gejala malaria yang berat.
Menegakkan Diagnosa Penyakit Malaria Dengan adanya tanda dan gejala yang dikeluhkan serta tampak oleh Tim kesehatan, maka akan segera dilakukan pemeriksaan laboratorium (khususnya pemeriksaan darah) untuk memastikan penyebabnya dan diagnosa yang akan diberikan kepada penderita.
Pengobatan Penyakit Malaria Berdasarkan pemeriksaan, baik secara langsung dari keluhan yang timbul maupun lebih berfokus pada hasil laboratium maka dokter akan memberikan beberapa obat-obatan kepada penderita. Diantaranya adalah pemberian obat untuk menurunkan demam seperti paracetamol, vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh sebagai upaya membantu kesembuhan. Sedangkan obat antimalaria biasanya yang dipakai adalah Chloroquine, karena harganya yang murah dan sampai saat ini terbukti efektif sebagai penyembuhan penyakit malaria di dunia. Namun ada beberapa penderita yang resisten dengan pemberian Chloroquine, maka beberapa dokter akan memberikan antimalaria lainnya seperti Artesunate-Sulfadoxine/pyrimethamine, Artesunate-amodiaquine,
Artesunat-piperquine, Artemether-lumefantrine, dan Dihidroartemisinin-piperquine.
Pencegahan Penyakit Malaria Pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN), berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk, atau upaya pencegahan dengan pemberian obat Chloroquine bila mengunjungi daerah endemik malaria.