Naufal Kurnia ramadhan 20060310017

Post on 05-Dec-2014

140 views 1 download

description

referatt

Transcript of Naufal Kurnia ramadhan 20060310017

CARA PEMERIKSAAN NEUROLOGI

NAUFAL KURNIA.R20060310017

PEMBIMBING:Dr. YOSEPH BUDIMAN.SpS

• Cara pemeriksaan Anamnesis.• Cara pemeriksaan Kesadaran.• Cara pemeriksaan Rangsang Meningeal.• Cara pemeriksaan Saraf Kranialis.• Cara pemeriksaan sistim Motorik.• Cara pemeriksaan sistim Sensorik.• Cara pemeriksaan Refleks.

anamnesis

Anamnesis yang baik membawa kita menempuh setengah jalan ke ara diagnosa yang tepat

2 pola : -Pasien dibiarkan secara bebasmengemukakan semua keluhan sertakelainan yang dideritanya.-Pemeriksa ( dokter ) membimbing pasienmengemukakan keluhannya ataukelainannya dengan jalan mengajukanpertanyaan tertuju.

• “ Keluhan utamanya “ yaitu keluhan yang mendorong pasien datang berobat ke dokter.

• Kemudian ditelusuri tiap keluhan dengan mencari “Riwayat penyakit yang sedang dideritanya.”

• Mulai timbulnya• Krononologi timbulnya gejala gejala.• Perjalanan penyakitnya dimana perlu

ditanyakan.

CARA PEMERIKSAAN KESADARAN

PEMERIKSAAN KESADARAN dapat dinyatakan secara kwantitatif maupun kwalitatif.

CARA PEMERIKSAAN KWANTITATIF(GLASGOW COMA SCALE )

• – MEMBUKA MATA.• – RESPONS VERBAL ( BICARA ).• – RESPONS MOTORIK ( GERAKAN ).

PENILAIAN GLASSGOW COMA SCALE(GCS)

TAMPAKAN SKALA NILAI

EYE OPENING SPONTAN 4

DIPANGGIL 3

RANGSANG NYERI 2

TIDAK ADA RESPON 1

PENILAIAN GLASSGOW COMA SCALE(GCS)

TAMPAKAN SKALA NILAI

VERBAL RESPONSE ORIENTASI BAIK 5

JAWABAN KACAU 4

KATA KATA TIDAK PATUT 3

BUNYI TAK BERARTI 2

TIDAK BERSUARA 1

PENILAIAN GLASSGOW COMA SCALE(GCS)

MOTOR RESPON SESUAI PERINTAH 6

LOKALOSASI NYERI 5

REAKSI PADA NYERI 4

FLEKSI 3

EKSTENSI 2

TIDAK ADA RESPON 1

• Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :

• (Compos Mentis(GCS: 15-14) / Apatis (GCS: 13-12) / Somnolen(11-10) / Delirium (GCS: 9-7)/ Sopor coma (GCS: 6-4) / Coma (GCS: 3))

CARA PEMERIKSAAN KESADARAN .• PITTSBURGH BRAIN STEM SCORE.

• Brainstem reflex Positif Negetif• 1. Refleks bulu mata kedua sisi 2 1• 2. Refleks kornea kedua sisi 2 1 • 3. Doll’s eye movement/ice water calories 2 1

kedua sisi 4. Reaksi pupil kanan terhadap cahaya 2 1

• 5. Reaksi pupil kiri terhadap cahaya 2 1 • 6. Refleks muntah atau batuk 2 1

• Interpretasi : • Nilai minimum : 6• Nilai maksimum : 12 ( nilai / skor makin tinggi makin baik )

CARA PEMERIKSAAN KWALITATIF.• 1. ComposMentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,

dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. • 2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan

sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. • 3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),

memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal. • 4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon

psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.

• 5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.

• 6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

CARA PEMERIKSAAN RANGSANGMENINGEAL

KAKU KUDUK• Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan sbb:• Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien

yang sedang berbaring, kemudian kepala ditekukan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada.

• Selama penekukan diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat

CARA PEMERIKSAAN RANGSANGMENINGEAL .

KERNIG SIGN• Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang

berbaring difleksikan pahanya pada persendian panggul sampai membuat sudut 90 derajat. Setelah itu tungkaibawah diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk sudut lebih dari 135 derajat terhadap paha.

• Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135 derajat , maka dikatakan kernig sign positif.

CARA PEMERIKSAAN RANGSANGMENINGEAL .

BRUDZINSKI SIGN.• Ini meliputi : Tanda leher menurut Brudzinski,

Tanda tungkai kontralateral menurut Brudzinski, Tanda pipi menurut Brudzinski, Tanda simfisis pubis menurut Brudzinski dan istilah ini sering disalahpahamkan dengan Tanda Brudzinski 1 ( Brudzinski’s neck sign),Tanda Brudzinski 2 (Brudzinski’s contralateral legsign) dstnya.

CARA PEMERIKSAAN RANGSANGMENINGEAL

Tanda Leher menurut Brudzinski• Pasien berbaring dalam sikap terlentang, dengan

tangan yang ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring , tangan pemeriksa yang satu lagi sebaiknya ditempatkan didada pasien untuk mencegah diangkatnya badan kemudian kepala pasien difleksikan sehingga dagu menyentuh dada..

• Test ini adalah positif bila gerakan fleksi kepaladisusul dengan gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara reflektorik.

CARA PEMERIKSAAN RANGSANGMENINGEAL .

Tanda tungkai kontra lateral menurutBrudzinski.

• Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan pada sendi lutut, kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi panggul.

• Bila timbul gerakan secara reflektorik berupa fleksi tungkai kontralateral pada sendi lutut dan panggul ini menandakan test ini postif.

CARA PEMERIKSAAN RANGSANGMENINGEAL

Tanda pipi menurut Brudzinski.• Penekanan pada pipi kedua sisi tepat dibawah

os zygomaticus akan disusul oleh gerakann fleksi secara reflektorik dikedua siku dengan gerakan reflektorik keatas sejenak dari kedua lengan.

CARA PEMERIKSAAN RANGSANGMENINGEAL .

Tanda simfisis pubis menurut Brudzinski.• Penekanan pada simfisis pubis akan disusul

oleh timbulnya gerakan fleksi secara reflektorik pada kedua tungkai disendi lutut dan panggul.

CARA PEMERIKSAAN RANGSANGMENINGEAL

Tanda Lasegue.• Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang

berbaring lalu kedua tungkai diluruskan ( diekstensikan ) , kemudian satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan ( fleksi ) persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam keadaan ekstensi ( lurus ) .

• Pada keadaan normal dapat dicapai sudut 70 derajat sebelum timbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai 70 derajat maka disebut tanda Lasegue positif. Namun pada pasien yang sudah lanjut usianya diambil patokan 60 derajat

CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS (N I)

Persiapan :• Pasien hrs sadar & kooperatif• Bahan:kopi,teh,tembakau,jeruk

pepperminth,kamper• Pemeriksaan :• 1.Subyektif : Keluhan pasien• 2.Obyektif• A.Inspeksi• Periksa kedua lubang hidung• yakinkan jalan pernafasan &

mukosa baik.

B.Identifikasi:• 1.Pasien diberitahu bahwa daya

penciumannya hendak diperiksa.• 2.Tutup mata pasien.• 3.Pasien mengidenfikasi apa yang

tercium olehnya bila suatu zat di dekatkan pada lubang hidungnya.

Interpretasi :• Normal Hiperosmia• Anosmia Parosmia• Hiposmia Kakosmia• Halusinasi olfactorik

CARA PEMERIKSAAN SARAF

NERVUS OPTIKUS ( N II ) Pemeriksaan nervus optikus :1. Pemeriksaan tajam pengelihatan.2. Pemeriksaan pengenalan warna.3. Pemeriksaan medan (lapangan) pengelihatan.4. Pemeriksaan fundus (funduskopi).

PEMERIKSAAN & INTERPRETASI TAJAMPENGELIHATAN

Persiapan : Yakinkan tdk ada ggn visus ok penyakit mata.

• Tabel Snellen• Pasien berdiri 6 m dari kartu snellen.• Mata kiri ditutup dengan tangan kiri• dan visus mata kanan diperiksa.• Dengan mata kanannya membaca• huruf-huruf dalam tabel snellen.• Begitu jg sebaliknya u/ mata kiri.• Interpretasi• Visus normal : 6/6• x : jarak penderita dg snellen• y jarak,dimana org normal dpt

melihat• tulisan dlm snellen

Jari-jari Tangan• Visus pasien menurun →< 6/60,visus diperiksa dengan

menghitung jari-jari.• Pasien memberitahukan berapa jari dokter yang

diperlihatkan kepadanya.• Jika sejauh 6 m,tidak dilihat, jarak diperpendek sampai

dapat dilihat.• Interpretasi• Normal:menghitung jari tangan jarak 60 m, jika hanya

dpt menghitung jari-jari tangan dr jarak 5 m→ visus: 5/60

Gerakan Tangan• – Ps/ menentukan arah gerakan tangan pemeriksaan.• – Jarak berapa pasien dg jelas dapat menentukan arah gerakan tangan pemeriksa• .• Interpretasi• Normal : gerakan tangan dari jarak 300 m• Hanya melihat arah gerakan tangan dr 3 m→visus 3/300

Lampu / Cahaya• Memakai rangsangan cahaya.• Mata ps/ disinari dg cahaya lampu→ps/ disuruh menentukan gelap atau terang.Interpretasi• Normal : jarak tak terhingga• Jika dpt melihat cahaya dr jarak 1 m→ visus 1/~.• Cahaya tidak dilihat→visus: nol (nol light perseption)

Pemeriksaan & Interpretasipengenalan warna

Pemeriksaan• – Menggunakan kartu test istihara dan stiling /

benang wol berwarna.• – Ps/ membaca angka berwarna dlm kartu istihara

atau stiling• – Mengambil wol yang berwarna sesuai perintah.Interpretasi• Normal• Buta Warna

Pemeriksaan & Interpretasimedan pengelihatan

Metode test :Tanpa alat :• Test konfrontasi.Dengan alat :• Test kampimeter.• Test perimeter.Persiapan :• – Ps/ kooperatif.• – Ps/ diberi penjelasan test yang akan dilakukan.

Test Kampimeter & Test Perimeter

• • Papan hitam diletakan di depan ps/ jarak 1 atau 2 m.

• • Benda penguji (test objek) berupa bundaran kecil

• berdiameter 1-3 mm.• • Mata ps/ difixasi di

tengah & benda penguji digerakan

• dari perifer ke tengah dari segala jurusan.

Pemeriksaan Funduskopi• Pemeriksa memegang

oftalmaskop dengan tangan kanan.

• o Tangan kiri pemeriksa memfiksasi dahi ps/.

• o Pemeriksa menyandarkan dahinya pd darsum manus tangan kiri yang memegang dahi ps/.

• o Mata kanan ps/ diperiksa dg mata kanan pemeriksa,begitu sebaliknya.

• o Pemeriksa menilai retina & papil nervi optisi.

Interpretasi Funduskopi1. Gambaran retina

Normal :• Latar belakang :merah keoranye-oranyean• Papil nervi optisi : lebih muda• Pembuluh darah berpangkal pd pusat papil memancarkan• cabang-cabangnya ke seluruh retina• Arteri berwarna jernih & vena berwarna merah tua.• Reflek sinar hanya tampak pd arteri• Vena berukuran lebih besar & tampak berkelak-kelok• dibandingkan arteri• Tampak pulsasi pada pangkal vena besar (di papil) dan• penekanan bola mata → pulsasi lebih jelas

2.Gambaran Nervi Optisi

• Normal : bentuk lonjong, warna jingga muda, bagian temporal

• sedikit pucat, batas tegas, bagian nasal agak kabur,

• fisiologik cupping, vena:arteri 3 : 2

Saraf Otak III, IV, VI

Pemeriksaan nervi III,IV,VI:1.Inspeksi saat istirahat :• Kedudukan bola mata• Observasi celah kelopak mata2.Inspeksi saat bergerak :Observasi gerakan mata sesuai perintah3.Pemeriksaan fungsi & reaksi pupil

1.Inspeksi saat istirahat

A.Kedudukan bola mataPemeriksaan– Kedudukan mata kiri dan kanan semetris/tidak– Strabismus, deviasio conjugee, krisis akulogirik– Eksoptalmus / endoftalmusInterpretasi• Normal : Kedudukan bola mata simetris• Kelainan : Stabismus, deviatio conjugee, k risis

okulogirik, eksoptalmus /endoftalmus

B.Observasi celah kelopak mataPemeriksaan :• Penderita memandang lurus kedepan• Perhatikan kedudukan kelopak mata thd pupil & iris.Interpretasi• Normal : simetris kanan-kiri• Kelainan :1.Celah kelopak mata menyempit• Ptosis• Enoftalmus & blefarospasmus2.Celah kelopak mata melebar• Eksoftalmus & proptosis

2. Pemeriksaan gerakan bola mata

• Penilaian gerakan monokular

• Penilaian gerakan kedua bola mata atas perintah

• Penilaian gerakan bola mata mengikuti obyek bergerak

• Pemeriksaan gerakan konjungat reflektorik (doll’s eye movement)

3.Pemeriksaan & InterpretasiPupil-Reaksi pupil

Pemeriksaan :• Observasi bentuk, ukuran

pupil & posisi pupil• Perbandingan pupil kanan

dan kiri• Pemeriksaan reflek pupil• Reflek cahaya langsung• Reflek cahaya tidak• langsung atau konsensuil• Reflek pupil akomodatif /• reflek pupil konvergensi

Interpretasi• Normal :• Bentuk pupil : bulat reguler• Ukuran pupil : 2 mm – 5 mm• Posisi pupil : ditengah-tengah• Isokor• Reflek cahaya langsung (+)• Reflek cahaya konsensuil (+)• Reflek akomodasi/konvergensi (+)• Kelainan :– Pintpoin pupil– Bentuk ireguler– Anisokor dengan kelainan reflek cahaya– Pupil marcus gunn– Pupil argyll robertson– Pupil adie

NERVUS TRIGEMINUS (N V)

- Cabang optalmicus : Memeriksa refleks berkedip klien dengan menyentuhkan kapas halus saat klien melihat ke atas

- Cabang maxilaris : Memeriksa kepekaan sensasi wajah, lidah dan gigi

- Cabang Mandibularis : Memeriksa pergerakan rahang dan gigi

2.Fungsi Sensorik N.Trigeminus

Interpretasi :

Normal : gangguan sensibilitas(-)Kelainan :•Analgesi : tidak merasakan rangsang nyeri•Termanestesi : tidak merasakan rangsangan

suhu•Anestesi : tidak merasakan rangsangan raba

Saraf Otak VII (Nervus Fasialis)

Pemeriksaan fungsi motorik : • mengerutkan dahi (dibagian yang lumpuh

lipatannya tidak dalam), mimik, mengangkat alis, menutup mata (menutup mata dengan rapat dan coba buka dengan tangan pemeriksa), moncongkan bibir atau menyengir, memperlihatkan gigi, bersiul (suruh pasien bersiul, dalam keadaan pipi mengembung tekan kiri dan kanan apakah sama kuat. Bila ada kelumpuhan maka angin akan keluar kebagian sisi yang lumpuh)

N. Kokhlearis dan N. Vestibularis (N VIII)

• A. N.Kokhelaris (N. Akustikus)

• 1.Suara Bisik

2.Uji garputala

• 1.Rinne• Interpretasi :• Rinne (+)• Rinne (-)

• 2.Schwabach• Pemeriksaan :• – Getarkan

garputala,tempelkan pd proc.mastoideus penderita

• – Jika suara garputala tdk di dengar lg oleh penderita,pindahkan ke

• proc.mastoideus pemeriksa.• Interpretasi :• – Schwabach normal• – Schwabach memendek

• 3.Weber• Pemeriksaan :• – Getarkan garputala dan

tempatkan diatas calvaria penderita.

• – Tanyakan kpd penderita ke telinga mana suara garputala terdengar

• lebih keras.• Interpretasi :

B. N.VestibularisPemeriksaan keseimbangan :• Uji romberg• Jalan ditempat dengan mata tertutup • Mengerak-gerakkan kedua anggota bagian atas, keatas,

kebawah dengan mata tertutup• Interpretasi :• Romberg +• Jalan berubah arah kesisi labirin yg rusak• Deviasi kearah labirin yg rusak

Nervus Glosofaringeus & Nervus Vagus( N IX & N X )

1. Pemeriksaan Fungsi Motorik

• A.INSPEKSI LENGKUNG LANGIT-LANGIT

• Minta penderita membuka mulut & suruh ucapkan “Ah,Ah”

• Perhatikan lengkung langit-langit dan posisi uvula

Interpretasi :Normal : Simetris lengkung langit-langitKelainan : Lengkung langit-langit yg sehat bergerak keatas• Lengkung langit-langit yg lumpu tertinggal.B. Pemeriksaan fungsi menelan• – Minta penderita minum air• – Perhatikan mampu minum air atau air masuk ke hidung• Interpretasi:• Normal : mampu minum air dg baik.• Kelainan : air akan masuk ke hidung pd lesi n.IX bilateral

C.Pemeriksaan Fonasi suara• Minta penderita mengucapkan “ a.a.a.a.a.”

Interpretasi :• Normal• Ggn fonasi suara “sangau”

• 2.Pemeriksaan fungsi parasimpatis• Inspeksi sekresi kelenjar ludah• Interpretasi :• Normal• Kelainan : sekresi kelenjar ludah -

3.Pemeriksaan Fungsi Sensorik

A.Replek muntah• Sentuh bagian atas

faring/palatum molle• Interpretasi :• Replek muntah +/ -

B. Pemeriksaan Fungsi pengecapan

• – Minta pasien menjulurkan lidahnya.• – Bersihkan lidah penderita pd 1/3 bagian

belakang.• – Berilah rangsangan pengecapan pd lidah 1/3

belakang.• Interpretasi :• Ageusia Hipoageusia• Parageusia Hemiageusia

Nervus Aksesorius (N XI)

1.Pemeriksaan Fungsi M.Sterno Kleidomastodius– Pasien memutar kepala ke sisi yg sehat.– Pemeriksa meraba M.sterno kleidomastoideus

sisi kontralateral.Interpretasi :• Normal : Kontraksi +• Kelainan : Kontkaksi -

• 2.Pemeriksaan Fungsi M.Trapezius

• A.Saat Istirahat• B.Saat bahu digerakkan• Interpretasi :• Normal : simetris• Kelainan :• Asimetris• kelemahan pd• bahu yg sakit

Nervus Hipoglosus (N XII)

• Pemeriksaan: Inspeksi lidah saat istirahat

• Inspeksi lidah saat dijulurkan

• Pemeriksaan artikulasi kata “ ular loreng lari

• lurus dilorong• Interpretasi :• Normal : Deviasi –• Kelainan : Deviasi +

CARA PEMERIKSAAN SISTIM MOTORIK

1. pengamatan • Gaya berjalan dan tingkah laku • Simetri tubuh dan extermitas • Kelumpuhan badan dab anggota gerak 2.Gerakan volunter • Yang di periksa adalah pasien atas pemeriksa, misalnya Mengangkat kedua tangan dan bahu Fleksi dan extensi artikulus kubiti Mengepal dan membuka jari tangan Mengankat kedua tungkai pada sendi panggul Fleksi dan ekstansi artikulus genu Plantar fleksi dan dorsal fleksi plantar kaki Gerakan jari-jari kaki

3. Palpasi otot.• Pengukuran besar otot.• Nyeri tekan.• Kontraktur.• Konsistensi ( kekenyalan ).

Konsistensi otot yang meningkat terdapat pada.– Spasmus otot akibat iritasi radix saraf spinalis, misal: meningitis, HNP.– Kelumpuhan jenis UMN ( spastisitas ).– Gangguan UMN ekstrapiramidal ( rigiditas ).– Kontraktur otot.

Konsistensi otot yang menurun terdapat pada.– Kelumpuhan jenis LMN akibat denervasi otot.– Kelumpuhan jenis LMN akibat lesi di ”motor end plate”.

Cara menilai kekuatan otot :Dengan menggunakan angka dari 0-5.0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total.1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan

gerakan pada persendiaan yang harus digerakkan oleh otot tersebut.

– 2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat ( gravitasi ).

– 3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat.– 4 : Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi

sedikit tahanan yang diberikan.– 5 : Tidak ada kelumpuhan ( normal ).

Memeriksa fungsi sensorik

• Kepekaan saraf perifer. klien diminta memejamkan mata • a. Menguji sensasi nyeri: dengan menggunakan Spatel lidah yang di patahkan

atau ujung kayu aplikator kapasdigoreskan pada beberapa area kulit, Minta klien untuk bersuara pada saat di rasakan sensasi tumpul atau tajam.

• b. Menguji sensai panas dan dingin: dengan menggunakan Dua tabung tes, satu berisi air panas dan satu air dingin, Sentuh kulit dengan tabung tersebut minta klien untuk mengidentifikasi sensasi panas atau dingin.

• c. Sentuhan ringan : dengan menggunakan Bola kapas atau lidi kapas, Beri sentuhan ringan ujung kapas pada titik-titik berbeda sepanjang permukaan kulit minta klien untuk bersuara jika merasakan sensasi

• d. Vibrasi/getaran : dengan garputala, Tempelkan batang garpu tala yang sedang bergetar di bagian distal sendi interfalang darijari dan sendiinterfalang dari ibu jari kaki, siku, dan pergelangantangan. Minta klien untuk bersuara pada saat dan tempat di rasakan vibrasi

PEMERIKSAAN REFLEKS

Refleks superficial• Refleks dinding perut :• Stimulus : Goresan dinding perut daerah, epigastrik, supraumbilical,

infra Umbilical dari lateral ke medial.• Respons : kontraksi dinding perut• Afferent : n. intercostal T 5 – 7 ( epigastrik )• n. intercostal T 7 – 9 ( supra umbilical )• n. intercostal T 9 – 11 ( umbilica )• n. intercostal T 11 – L 1 ( infra umbilical )• n. iliohypogastricus• n. ilioinguinalis• Efferent : idem

Refleks superficial

• Refleks cremaster :• Stimulus : goresan pada kulit paha sebelah• medial dari atas ke bawah• • Respons : elevasi testis Ipsilateral• • Afferent : n. ilioinguinal ( L 1-2 )• • Efferent : n. genitofemoralis

Refleks fisiologis ( tendon / periosteum )

• Refleks biseps ( B P R ) :• Stimulus : ketokan pada jari

pemeriksa yang ditempatkan pada

• tendonm. biseps brachii, posisi lengan setengah

• ditekuk pada sendi siku.• Respons : fleksi lengan pada

sendi siku• Afferent : n.

musculucutaneus ( c 5-6 )• Efferenst : idem

• Refleks triceps ( T P R ) :• Stimulus : ketukan pada

tendon otot triseps brachii, posisi lengan

• fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi

• Respons : extensi lengan bawah disendi siku

• Afferent : n. radialis ( C 6-7-8 )

• Efferenst : idem

• Refleks patella ( K P R ) :• Stimulus : ketukan pada

tendon patella• Respons : ekstensi

tungkai bawah karena kontraksi m.

• quadriceps Femoris.• Efferent : n. femoralis ( L

2-3-4 )• Afferent : idem

• Refleks achilles ( A P R )• Stimulus : ketukan pada

tendon achilles• Respons : plantar fleksi

kaki karena kontraksi m.• gastrocnemius• Efferent : n. tibialis ( L.

5-S, 1-2 )• Afferent : idem

• Refleks fisiologis ( tendon / periosteum )• - Klonus lutut :• Stimulus : pegang dan dorong os patella ke arah• distal• Respons : kontraksi reflektorik m. quadriceps• femoris selama stimulus berlangsung.• - Klonus kaki :• Stimulus : dorsofleksikan kaki secara maksimal,• posisi tungkai fleksi di sendi lutut.• Respons : kontraksi reflektorik otot betis selama• stimulus berlangsung.

Refleks patologis

• - Babinski• Stimulus : penggoresan

telapak kaki bagian lateral dari

• posterior ke anterior.• Respons : ekstensi ibu

jari kaki dan pengembangan

• (fanning) jari – jari kaki.

• - Chaddock• Stimulus : penggoresan

kulit dorsum pedis bagian lateral,

• sekitar malleolus lateralis dari posterior ke anterior.

• Respons : seperti babinski

• - Oppenheim• Stimulus : pengurutan crista anterior tibiae• dari proksimal ke distal• Respons : seperti babinski• - Gordon• Stimulus : penekanan betis secara keras• Respons : seperti babinski

• - Schaffer• Stimulus : memencet tendon achilles secara keras• Respons: seperti babinski• -Gonda• Stimulus : penekukan ( planta fleksi) maksimal jari kaki keempat• Respons: seperti babinski• - Stransky• Stimulus : penekukan ( lateral ) maksimal jari kaki kelima• Respons: seperti babinski

• Stimulus : pengetukan pada telapak kaki• Respons: fleksi jari – jari kaki pada sendi interphalangealnya

• - Hoffman• Stimulus : goresan pada kuku jari tengah pasien• Respons : ibu jari, telunjuk dan jari – jari lainnya

berefleksi• - Tromner• Stimulus : colekan pada ujung jari tengah pasien• Respons : seperti Hoffman

• TERIMAKASIH.....