Post on 12-Jul-2016
description
PUKAT CINCIN (Purse Seine)MAKALAH METODE PENANGKAPAN IKAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penangkapan Ikandi semester genap
Disusun oleh:
Perikanan B – Kelompok 2
Hasbi Ilmawan 230110130059
Nielam Vioni 230110130061
Zelikha S Pangestu 230110130066
Satrio Bagas R 230110130107
Erik Riksamunir 230110130119
Nabila Dwi Yasti 230110130143
Rocella Viernanda 230110130150
Shintia D Purwita 230110130161
UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANANJATINANGOR
2016
PUKAT CINCIN (Purse Seine)MAKALAH METODE PENANGKAPAN IKAN
LEMBAR PENILAIAN
Perikanan B – Kelompok 2
Nama NPM
Hasbi Ilmawan 230110130059
Nielam Vioni 230110130061
Zelikha S Pangestu 230110130066
Satrio Bagas R 230110130107
Erik Riksamunir 230110130119
Nabila Dwi Yasti 230110130143
Rocella Viernanda 230110130150
Shintia D Purwita 230110130161
UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANANJATINANGOR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kelompok 2 dapat
menyelesaikan penyusunan Makalah Metode Penangkapan Ikan “Purse Seine”
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman.
Harapan kelompok 2 semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui
masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang.
Oleh kerena itu kami harapkan untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Jatinangor, Februari 2016
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Bab Halaman
I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang.......................................................................... 11.2 Tujuan ...................................................................................... 1
II. PEMBAHASAN2.1 Deskripsi Alat............................................................................ 22.1.1 Definisi Purse Seine................................................................ 22.1.2 Sejarah Purse Seine................................................................. 32.1.3 Bagian-bagian Purse Seine..................................................... 32.1.4 Alat Bantu Penangkapan......................................................... 82.1.5 Anak Buah Kapal dan Tugasnya............................................ 92.2 Teknik/ Metode Pengoprasian Alat Tangkap Purse Seine........ 102.2.1 Persiapan Penangkapan.......................................................... 102.2.2 Penurunan Alat....................................................................... 122.2.3 Pengangkatan Alat dan Hasil Tangkapam (Hauling)............. 142.3 Hasil Penangkapan.................................................................... 152.3.1 Hasil Tangkapan Utama.......................................................... 152.3.2 Hasil Tangkapan Sampingan.................................................. 172.4 Daerah Penangkapan................................................................. 18
III. PENUTUP3.1 Simpulan .................................................................................. 203.2 Saran.......................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan usaha perikanan secara nasional mempunyai sasaran
kuantitatif antara lain: pencapaian target produksi, penyediaan ikan dalam negeri,
ekspor dan tenaga kerja. Pemanfaatan sumberdaya perairan ini terutama dalam
usaha perikanan tangkap dapat berhasil dengan baik jika didukung oleh
pengadaan sarana dan prasarana yang memadai. Laut Pasifik disebelah utara
Sulawesi dan Papua merupakan salah satu wilayah perairan yang potensial akan
sumberdaya ikan pelagis, terutama adalah ikan cakalang (Katswonus pelamis,
termasuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP IX).
Ikan pelagis biasanya ditangkap dengan menggunakan alat penangkap ikan
yang disebut dengan purse seine yang dalam statistik perikanan Indonesia disebut
dengan pukat cincin. Disebut demikian karena pada bagian bawah dipasangi
cincin (ring) yang berguna untuk mengerutkan jaring sehingga berbentuk kantong,
oleh sebab itu adapula yang menyebut jaring kantong.
Hasil tangkap yang diperoleh dalam operasi penangkapan ikan dengan
menggunakan purse seine bisa mencapai puluhan hingga ratusan ton, karena sifat
operasinya yang memburu, mengumpulkan, kemudian mengurung kawanan ikan.
Dibandingkan dengan beberapa alat tangkap yang lain, purse seine merupakan
salah satu alat penangkap ikan yang paling efektif karena dapat memperoleh hasil
tangkap yang besar, sehingga kalau dikelola dengan baik akan memberikan
keuntungan yang besar pula.
1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas matakuliah
Metodologi Penangkapan Ikan. Selain itu tujuan utama dari pembuatan makalah
ini agar dapat memberi informasi tentang purse seine, sebagai bahan acuan
pembelajaran, menambah wawasan di bidang perikanan, dapat di implemtasikan
jika berada di lapangan, sebagai bahan acuan untuk menjaga kelestarian laut.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Alat
2.1.1 Definisi Purse Saine
Gambar 1. Purse Seine(Sumber : www.google.com)
Purse Seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi
dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” dilalukan di dalamnya.
Fungsi cincin dan tali kerut atau tali kolor ini penting terutama pada waktu
pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya
tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan.
Prinsip menangkap ikan dengan purse seine adalah dengan melingkari
suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah
dikerucutkan, dengan demikian ikan-ikan terkumpul di bagian kantong. Dengan
kata lain dengan memperkecil ruang lingkup gerak ikan. Ikan-ikan tidak dapat
melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Fungsi mata jaring dan jaring adalah
sebagai dinding penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan. (H.R Barus 1989).
Di Jepang purse seine dapat dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. One Boat Horse Sardine Purse Seine
2. Two Boat Sardine Purse Seine
3. One Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse Seine
4. Two Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse Seine
2
3
5. One Boat Skipjack and Tuna Purse Seine
6. Two Boat skipjack and Tuna Purse Seine
Dari keenam macam purse seine di atas no 2, 3, 5 merupakan purse seine yang
banyak digunakan.
2.1.2 Sejarah Purse Seine
Purse seine, pertama kali diperkenalkan di pantai uatara Jawa oleh BPPL
(LPPL) pada tahun 1970 dalam rangka kerjasama dengan pengusaha perikanan di
Batang (Bpk. Djajuri) dan berhasil dengan baik. Kemudian diaplikasikan di
Muncar (1973 atau 1974) dan berkembang pesat sampai sekarang. Pada awal
pengembangannya di Muncar sempat menimbulakan konflik sosial antara nelayan
tradisional nelayan pengusaha yang menggunakan purse seine. Namun akhirnya
dapat diterima juga. Purse seine ini memang potensial dan produktivitas hasil
tangkapannya tinggi. Dalam perkembangannya terus mengalami penyempurnaan
tidak hanya bentuk (kontruksi) tetapi juga bahan dan perahu atau kapal yang
digunakan untuk usaha perikanannya (H.R Barus 1989).
2.1.3 Bagian-Bagian Purse Seine
Gambar 2. Bagian-bagian Purse Seine(Sumber : www.google.com)
1. Bagian-bagian purse seine yaitu :1. sayap (wing)2. perut (midel)3. bahu (shoulder)4. kantong (bunt)5. pelampung
4
6. tali ris atas7. mata pengguat (selvage)8. tali ris bawah9. pemberat10. tali ring11. cincin (ring)12. tali kerut (purse line)
2. Bagian-bagian utama purse seine yaitu :
Sayap (wing), perut, bahu dan kantong merupakan dagian utama dari pukat
cincin, biasanya bagian ini dibuat dengan menggunakan benang nylon (PA) atau
bahan lainnya. Ukuran mata jaring (mesh size) biasanya sama tetapi kadang kala
berbeda. Hal ini disesuaikan dengan ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Pada
setiap bagian jaring purse seine yang menggunakan ukuran jaring yang berbeda,
biasanya pada bagian sayap merupakan menggunakan ukuran mata jaring yang
paling besar dan makin kearah kantong semakin mengecil.
Penggunaan benang pada umumnya kebalikan dari mata jaring, yaitu dari
sayap ke arah kantong semakin besar, maksudnya agar jaring pada kantong lebih
kuat. Sebab pada bagian kantong merupakan tempat terkumpulnya ikan,
sedangkan pada bagian sayap, perut dan bahu ukuran benangnya relatif lebih kecil
daripada ukuran beang pada kantong, hal ini disebabkan pada bagian-bagian
tersebut hanya merupakan bagian penggiring ikan agar ikan berkumpul di
kantong.
a. Pelampung (buoy)
Pelampung merupakan alat untuk mengapungkan seluruh jaring ditambah
dengan kelebihan daya apung (extra buoyancy), sehingga alat ini tetap mampu
mengapung walaupun di dalamnya ada ikan hasil tangkapan. Bahan yang
dipergunakan sebagai pelampung biasanya memiliki berat jenis (bj) yang lebih
kecil dibandingkan dengan bj air laut, selain itu bahan tersebut tidak menyerap air.
Pada umumnya pelampung purse seine dibuat dari
bahan plastik yang keras. Ukuran pelampung disesuaikan dengan bentuk
dan daya apung benda tersebut, pelampung yang biasanya digunakan pada alat
tangkap ini berbentuk oval. Sedangkan jumlah pelampung tergantung dari extra
5
buoyancy yang diinginkan. Pelampung biasanya dipasang pada tali pelampung
(buoy line) yang besar ukuranya sama dengan tali ris atas yang berbeda hanya
arah pintalan tali tersebut.
b. Pemberat (Sinker)
Pemberat berfungsi untuk menenggelamkan badan jaring sewaktu
dioperasikan, semakin berat pemberat maka jaring utama akan semakin cepat
tenggelamnya. Tetapi daya tenggelam ini tidak sampai menenggelamkan
pelampung jaring, sehingga pelampung jaring harus memiliki extra buoyancy
yang besar. Pemberat dibuat dari benda yang berat jenisnya (bj) lebih besar dari bj
air laut, sehingga benda ini tenggelam di dalam air laut. Bahan yang biasa
dipergunakan adalah timah, bila menggunakan pemberat lain harus dipergunakan
bahan yang tidak mudah berkarat. Metode Penangkapan dan Alat Tangkap Pukat
Cincin (Purse Seine)
c. Tali Ris
Tali yang termasuk dalam tali ris yaitu :
tali ris atas tali ris bawah tali pelampung tali pemberat tali pengguat ris atas tali pengguat ris bawah
Tali ris atas dan tali pelampung harus berbeda arah pintalanya, maksudnya
supaya jaring tetap lurus, demikian juga antara tali pemberat dan tali ris bawah.
Selain itu untuk memperkuat tali ris atas dengan tali pelampung dan jaring serta
untuk memperkuat tali ris bawah, tali pemberat dan jaring ditambah dengan tali
pengguat. Bahan tali ris ini biasanya terbuat dari benang kuralon tetapi banyak
juga yang menggunakan polyester.
Gambar 3. Pemasang Tali Ris Atas(Sumber : www.google.com)
6
Gambar 4. Pemasang Tali Ris Bawah(Sumber : www.google.com)
d. Mata Pengguat (Selvage)
Selvage biasanya dibuat dari benang polyester (PE) atau kadang-kadang
mempergunakan bahan jaring sama dengan jaring utamna yang memiliki ukuran
mata (mesh size) yang sama dengan jaring utama tetapi ukuran benangnya
biasanya lebih besar. Selvage merupakan jaring yang berfungsi untuk
melindunggi bagian tepi jaring utama agar tidak cepat rusak.
e. Tali ring
Tali ring adalah tali yang dipergunakan untuk mengantung cincin (ring)
pada tali ris bawah, bahan yang dipergunakan biasanya terbuat dari tali kuralon.
Tali ring dibuat berbagai macam bentuknya antara lain :
a. Tali ring kaki tunggalb. Tali ring kaki ganda
Gambar 5. Tali ring kaki tunggal(Sumber : www.google.com)
7
Gambar 6. Tali ring kaki ganda(Sumber : www.google.com)
Gambar 7. Tali ring kaki ganda (bentuk dasi)(Sumber : www.google.com)
2 Cincin (Ring)
Cincin atau biasa disebut ring pada umumnya berbentuk bulan, dimana
pada bagian tenggahnya merupakan tempat untuk lewatnya tali kerut, agar ring
terkumpul sehingga jaring bagian bawah tertutup. Bahan yang dipergunakan
biasanya dibuat dari besi dan kadang-kadang kuningan. Ring ini selain memiliki
fungsi seperti tersebut di atas berfungsi juga sebagai pemberat.
g. Tali Kerut (Purse Line)
Tali kerut (purse line) yang biasa disebut oleh nelayan sebagai tali kolor
adalah tali yang berfungsi untuk menggumpulkan ris, sehingga bagian bawah
jaring tertutup dan ikan tidak dapat meloloskan diri. Metode Penangkapan dan
Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse Seine) Tali kerut harus dibuat dari bahan yang
kuat sehingga pada umunya ukuranya relatif lebih besar. Bahan yang
dipergunakan biasanya kuralon (PVA) dan kadang-kadang mengguinakan talki
polyester (PE), dan kadang-kadang untuk purse seine dengan ukuran besar
menggunakan tali baja (warp).
8
2.1.4 Alat Bantu Penangkapan
a. Lampu
Fungsi lampu untuk penangkapan adalah untuk mengumpulkan kawanan
ikan kemudian dilakukan operasi penangkapan dengan menggunakan berbagai
alat tangkap, seperti purse seine.Jenis lampu yang digunakan bermacam-macam,
seperti oncor (obor), petromaks, lampu listrik (penggunaannya masih sangat
terbatas hanya untuk usaha penangkapan sebagian dari perikanan industri).
Ikan-ikan itu tertarik oleh cahaya lampu kiranya tidak terlalu
dipermasalahkan sebab adalah sudah menjadi anggapan bahwa hampir semua
organisme hidup termasuk ikan yang media hidupnya itu air terangsang (tertarik)
oleh sinar atau cahaya (phototaxis positif) dan karena itu mereka selalu berusaha
mendekati asal atau sumber cahaya dan berkumpul disekitarnya.
b. Rumpon
Rumpon merupakan suatu bangunan (benda) menyerupai pepohonan yang
dipasang (ditanam) di suatu tempat ditengah laut. Pada prinsipnya rumpon terdiri
dari empat komponen utama, yaitu : pelampung (float), tali panjang (rope) dan
atraktor (pemikat) dan pemberat (sinkers / anchor). Rumpon umumnya dipasang
(ditanam) pada kedalaman 30-75 m. Setelah dipasang kedudukan rumpon ada
yang diangkat-angkat, tetapi ada juga yang bersifat tetap tergantung pemberat
yang digunakan.
Dalam praktek penggunaan rumpon yang mudah diangkat-angkat itu diatur
sedemikian rupa setelah purse seine dilingkarkan, maka pada waktu menjelang
akhir penangkapan, rumpon secara keseluruhan diangkat dari permukaan air
dengan bantuan perahu penggerak (skoci, jukung, canoes) untuk rumpon tetap
atau rumpon dengan ukuran besar, tidak perlu diangkat sehingga untuk
memudahkan penangkapan dibuat rumpon mini yang disebut “pranggoan” (jatim)
atau “leret” (Sumut, Sumtim).
9
Gambar 8. Rumpon
Pada waktu penangkapan mulai diatur begitu rupa, diusahakan agar ikan-
ikan berkumpul disekitar rumpon dipindahkan atau distimulasikan ke rumpon
mini. Caranya ada beberapa macam misalnya dengan menggiring dengan
menggerak-gerakkan rumpon induk dari atas perahu melalui pelampung-
pelampungnya. Cara lain yang ditempuh yaitu seakan-akan meniadakan rumpon
induk untuk sementara waktu dengan cara menenggelamkan rumpon induk atau
mengangkat separo dari rumpo yang diberi daun nyiur ke atas permukaan air.
Terjadilah sekarang ikan-ikan yang semula berkumpul di sekitar rumpon pindah
beralih ke rumpon mini dan disini dilakukan penangkapan.
Sementara itu bisa juga digunakan tanpa sama sekali mengubah
kedudukan rumpon yaitu dengan cara mengikatkan tali slambar yang terdapat di
salah satu kaki jaring pada pelampung rumpon, sedang ujung tali slambar lainnya
ditarik melingkar di depan rumpon. Menjelang akhir penangkapan satu dua orang
nelayan terjun kedalam air untuk mengusir ikan-ikan di sekitar rumpon masuk ke
kantong jaring. Cara yang hampir serupa juga dapat dilakukan yaitu setelah jaring
dilingkarkan di depan rumpon maka menjelang akhir penangkapan ikan-ikan di
dekat rumpon di halau engan menggunakan galah dari satu sisi perahu.
2.1.5 Anak Buah Kapal dan Tugasnya
Pada kedua kedua unit alat tangkap mini purse seine tersebut masing-
masing mempunyai jumlah Anak Buah Kapal (ABK) yaitu kapal A (KM. AIPA
MALUKU) berjumlah 14 orang sedangkan kapal B (KM. BANGKIT) berjumlah
12 orang, jadi jumlah keseluruhan pada kedua kapal tersebut adalah 26 orang.
10
Dalam satu unit alat tangkap mini purse seine ada beberapa jabatan yang
mempunyai fungsinya masing-masing yaitu terdiri dari Juragan (merangkap
sebagai nahkoda), BAS (Juru mesin), Juru lampu dan Anak Buah Kapal (ABK)
dalam operasi penangkapan. Selain itu tugas Anak Buah Kapal sebagai juru mudi,
sebagai juru mesin, pembawa perahu lampu, penata pelampung, penarik badan
jaring, penata pemberat, penata tali kolor, menarik tali bila scoop net sudah terisi
penuh kemudian melonggarkan tali bila posisi scoop net sudah berada pada mulut
palka, yang bertugas membuka tali cincin yang terhubung dengan cincin besar,
dimana tali cincin dibuka sesuai dengan penarikan jaring berjumlah 2 orang.
Adapun yang bertugas menyusun pelampung berjumlah 2 orang, bertugas
menyusun cincin dan rantai pemberat berjumlah 2 orang, serta bertugas menyusun
jaring sebanyak 10 orang saling berhadapan, cara melipatnya yaitu berjalan dari
depan ke belakang.
2.2 Teknik/Metode Pengoprasian Alat Tangkap Purse Seine
2.2.1 Persiapan Penangkapan
Penyusunan alat tangkap sebelum kapal purse seiner (kapal penangkap
ikan dengan purse seine) merupakan pekerjaan yang harus dikerjakan.
Penyusunan jaring di atas dek kapal biasanya disusun pada samping kiri, samping
kanan, atau buritan kapal. Penempatan alat tangkap di atas kapal ini disesuaikan
arah putaran baling-baling kapal. Pada kapal dengan baling baling kapal putar kiri
(dilihat dari buritan kapal) biasanya pukat cincin diletakan di sisi kiri, pada kapal
dengan baling baling putar kanan alat tangkap diletakan di sisi kanan kapal,
sedangkan penyusunan di buritan kapal dapat dilakukan pada kapal baling-baling
putar kiri maupun kanan.
Gambar 9. Penyusunan jaring di sisi (lambung) kanan kapal(Sumber : www.google.com)
11
Gambar 10. Penyusunan jaring di sisi (lambung) kiri kapal(Sumber : www.google.com)
Gambar 11. Penyusunan jaring di buritan (dek belakang)(Sumber : www.google.com)
Penangkapan dengan purse seine biasanya dilakukan pada sore (setelah
matahari terbenam sampai dengan pagi hari (menjelang matahari terbit), kadang
kala dilakukan siang hari. Waktu penangkapan ini berhubungan dengan
berkumpulnya ikan dengan bantuan alat bantu penangkapan penggumpul ikan
(rumpon dan lampu). Pada saat malam ikan-ikan pelagis yang menjadi target
penangkapan biasanya kumpul bergerombol di daerah sekitar rumpon, sehingga
malam hari adalah waktu yang paling efektif untuk mengoprasikan purese seine.
Tetapi ada pula operasi penangkapan tidak menggunakan rumpon tetapi mencari
gerombolan ikan yang ada dengan menggunakan alat bantu pencari ikan/SONAR
(Sound Navigation and Ranging) yaitu suatu alat yang dapat dipergunakan untuk
mengetahui keberadaan gerombolan ikan di dalam laut.
Pada umumnya nelayan mengoperasikan 2 s/d 4 kali sehari, hal ini
tergantung dari jumlah ikan yang tertangkap. Bila hasilnya banyak maka operasi
penangkapan sampai dengan penyimpanan hasil ke dalam palkah relative
membutuhkan waktu yang lama, sehingga dalam satu hari hanya melakukan dua
kali penangkapan. Demikian sebaliknya bila hasil tangkapan sedikit maka operasi
penangkan sampai dengan penyimpanan memerlukan waktu yang sedikit pula,
sehingga dalam satu hari dapat dioperasikan purse seine lebih dari empat kali.
12
2.2.2 Penurunan Alat (Setting)
Ikan-ikan akan bergerombol di sekitar rumpon yang diberi penerangan
telah terlihat padat maka operasi penangkapan dapat dilaksanakan. Pertama adalah
melepas rumpon dari haluan kapal, rumpon yang di buritan dinaikan ke atas kapal.
Rumpon yang dilepas dan diberi tanda serta penerangan, kemudian kapal
menaikan jangkar menjauhi rumpon sampai dengan jarak yang optimum untuk
melingkari gerombolan ikan di sekitar rumpon.
Operasi penangkapan dengan purse seine perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Arah angin, yaitu jaring harus di atas, maksudnya jaring berada dimana arah
angin datang sedangkan kapal penangkap berada setelah alat tangkap. Sehingga
kapal tidak akan masuk ke dalam lingkaran purse seine, sebab kapal lebih cepat
terbawa angin dibandingkan dengan alat tangkap.
Gambar 12. a). Kedudukan alat tangkap terhadap angin
b). Kedudukan alat tangkap terhadap arus
b. Arah arus, kebalikan dari arah angin, yaitu kapal harus berada di atas arus
sehingga alat tangkap tidak hanyut dibawah kapal, sehingga menyulitkan
penarikan alat tangkap ke atas dek kapal.
c. Arah pergerakan gerombolan ikan.
Jaring harus menghadang arah pergerakan gerombolan ikan sehingga ikan yang
telah dilingkari tidak dapat meloloskan diri. Jaring diturunkan di depan
gerombolan ikan sehingga setelah selesai setting kapal berada dibelakang
gerombolan ikan.
13
Gambar 13. Kedudukan alat tangkap terhadap arah pergerakan ikan(Sumber : www.google.com)
d. Arah datangnya sinar matahari
Operasi penangkapan pada siang hari harus memperhatikan arah datangnya
sinar matahari, sebab bila penempatannya tidak sesuai maka gerombolan ikan
akan memencar sehingga operasi penangkapan tidak berhasil. Terhadap
datangnya sinar matahari alat tangkap harus diletakan sesuai dengan datangnya
sinar matahari dan kapal berada berlawanan dengan datangnya sinar matahari.
Gambar 14. Kedudukan kapal penangkap terhadap arah sinar matahari(Sumber : www.google.com)
Setelah penggaruh-penggaruh tersebut dipertimbangkan dan mencapai
jarak dengan gerombolan yang diinginkan maka pelingkaran jaring dapat dimulai.
Adapun urut-urutan penurunan jaring sebagi berikut :
1. Ujung-ujung tali ris (atas dan bawah) disatukan dengan tali kerut, kemudian
diberi pelampung tanda dan pelampung tersebut di bawa terjun kelaut oleh
seorang anak buah kapal (ABK), pada kapal yang beroperasi dengan dua kapal
ujung tersebut di bawa oleh kapal yang tidak membawa alat tangkap dan kapal
yang satunya membawa alat tangkap.
14
2. Kapal penangkap akan melingkari gerombolan ikan dimulai dengan
menurunkan jaring, pelampung, pemberat, dan cincin, menuju ke arah
pelampung tanda atau kapal pembawa ujung jaring awal, bagi purse seine yang
dioperasikan dengan dua buah kapal. Kapal dengan baling-baling putar kanan
maka arah pelingkaran jaring ke arah kanan dan sebaliknya kapal dengan balin-
baling putar kiri pelingkaran jaring ke arah kiri
3. Pada saat pelingkaran sudah selesai maka ujung jaring yang satu dinaikan ke
kapal penangkap dan selanjutnya tali kerut ditarik hingga cincinnya terkumpul
demikian juga jaring bagian bawah sudah terkumpul menjadi satu di atas dek.
Dengan demikian ikan-ikan sudah terkurung di dalam jaring.
2.2.3 Pengangkatan Alat dan Hasil Tangkapan (Hauling)
Pada saat keadaan tali kerut sudah ditarik cincin dan jaring bagian bwah
sudah terkumpul menjadi satu, maka:
a. Penarikan badan jaring dimulai dari ujung-ujung sayap, hal ini dilakukan
pada purse seine yang menggunakan kantong yang di tenggah-tenggah
jaring atau yang ditarik oleh tenaga manusia. Tetapi pada purse seine yang
ditarik dengan tenaga hidrolik (power block), biasanya kantong dibuat
pada salah satu ujung sayap. Penarikan jaring dilakukan mulai dari ujung
sayap yang tidak berkantong. Penarikan dilakukan dengan melepas ring
dari badan jaring, tetapi pada purse seine yang ditarik manusia cincin tidak
dilepaskan.
b. Setelah bagian wing,middle shoulder naik keatas kapal, maka ikan ikan
terkurung pada bagian bunt yang relatif lebih sempit. Kemudian ikan
dinaikan ke atas kapal dengan memaki serok sampai dengan ikan-ikan
yang ada di dalam bunt terambil semua.
c. Bagian yang masih berada di dalam air di naikan keatas kapal dan disusun
kembali sehingga kapal siap setting.
d. Ikan hasil tangkapan dicuci bersih dan di simapan ke dalam palkah
pendingin.
15
Penarikan isi jaring harus dilakukan dengan cepat namun berhati-hati
mengingat ikan masih dapat lolos dan melarikan diri dengan cara melompati tali
pelampungnya (Ben Yami, 1994).
Menurut (Von Brandt, 1964) mengatakan bahwa proses penarikan isi
jaring dari laut ke atas kapal dapat dipermudah dengan penggunaan alat-alat bantu
seperti :
1. Power block , Dioperasikan secara hidrolik, jaring ditarik dengan winch
dan diangkat dengan menggunakan block.
2. Net houler, Alat penarik jaring.
3. Drum seining , Alat penarik jaring berbentuk drum besar yang letaknya di
buritan kapal.Penarikan isi jaring dengan secara manual dengan
menggunakan tenaga manusia dapat dilakukan ketika penarikan tali kolor
belum selesai semuanya, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi beban
tarik Capstand serta efisiensi waktu untuk operasi selanjutnya.
2.3 Hasil Penangkapan
Hasil tangkapan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu hasil tangkapan
utama (HTU), dimana hasil tangkapan berupa jenis ikan atau biota laut lainnya
yang menjadi target utama (target spesies) dalam kegiatan penangkapan ikan dan
hasil tangkapan sampingan (HTS), yaitu jenis ikan atau biota laut lainnya yang
bukan menjadi target utama (Efkipano 2012).
2.3.1 Hasil Tangkapan Utama
Hasil tangkapan utama adalah jenis ikan-ikan pelagis yang umumnya
tertarik terhadap cahaya dan merupakan ikan ekonomis yang memiliki nilai jual
tinggi (Taufiq 2010). Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse
seine merupakan ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling Species”, yang berarti ikan-
ikan tersebut harus membentuk gerombolan, berada dekat dengan permukaan air
dan sangat diharapkan jarak antara ikan dangan ikan lainnya harus sedekat
mungkin (Taufiq 2010).
Ikan yang menjadi target utama tangkapan purse seine yaitu ikan layang
(Decapterus sp.), kembung (Rastrelliger Sp.), selar (Caranx sp.), tamban
16
(Fringescale sardinella), sarden (Sardinella sirin) tenggiri (Acanthocybium
solandri), dan lain-lain (Limbong et al 2014). Ikan-ikan pelagic shoaling species
yang biasanya tertangkap adalah hering (Clupea sp.), layang (Decapterus sp.),
kembung (Rastrelliger Sp.), selar (Caranx sp.), tongkol (Auxis thazard), cakalang
(Katsuwonus pelamis), tenggiri (Scomberomorus sp.), dan sardine (Sardinella sp.)
(Rahardjo 1978 dalam Perkasa 2004).
Berdasarkan hasil penelitian analisis penanganan (handling) hasil
tangkapan kapal purse seine yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Bajomulyo kabupaten Pati menunjukan bahwa hasil tangkapan kapal purse seine
antara lain ikan layang, lemuru, semar, tongkol, kembung, selar, tembang, bawal,
dan tengiri. Tangkapan didominasi oleh ikan layang yang terdiri dari dua jenis
ikan layang yaitu ikan layang panjang (Decapterus macrosoma) dan ikan layang
pendek (Decapterus russelli). Hasil tangkapan purse seine mendominasi jumlah
hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Bajomulyo yaitu di TPI Unit II
Bajomulyo. Ikan yang paling banyak dihasilkan oleh kapal purse seine adalah
ikan layang (Decapterus sp.) dimana pada tahun 2012 produksi ikan layang
sebesar 26.437.552 kilogram atau sebesar 86 % dari seluruh hasil tangkapan kapal
purse seine (Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo 2012 dalam Hastrini et al
2013).
Berdasarkan hasil penelitian analisis tampilan biologis ikan layang
(Decapterus sp.) hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di ppn pekalongan
menunjukan bahwa pada tahun 2003 hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPN
Pekalongan sebanyak 55.158 ton . Hasil tangkapan tersebut 92,0 % dihasilkan
oleh kapal purse seine dan paling didominasi oleh ikan layang sebesar 22.765 ton
(Prihartini 2006).
Tabel 1. Prosentase Komposisi Hasil Tangkapan Purse seine di PPN Pekalongan Tahun 2003
No. Jenis Ikan Hasil Tangkapan % Hasil(ton) Tangkapan
1. Layang (Decapterus sp.) 22.765 44,92. Lemuru (Amblygaster sp.) 6.853 13,03. Tongkol( Euthynnus sp.) 3.619 7,14. Selar/Bentong (Selar sp.) 5.071 10,0
17
No. Jenis Ikan Hasil Tangkapan % Hasil(ton) Tangkapan
5. Banyar (Rastrelliger sp.) 3.567 7,06. Tembang (Sardinella sp.) 2.428 4,77. Lainnya 6.455 12,7
J U M L A H 50.758 100,0 100,00Sumber : PPN Pekalongan 2004 dalam Prihartini 2006
Berdasarkan hasil penelitian kajian unit penangkapan purse seine di
Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan menunjukan bahwa produksi perikanan
laut menurut jenis ikan dengan menggunakan alat tangkap purse seine selama
periode 2007-2012 mengalami fluktuasi. Hasil tangkapan yang paling dominan
pada tahun 2007 yaitu ikan layang sebesar 3.724 ton, selar sebesar 3.270 ton,
kembung sebesar 3.147 ton, tetenggek sebesar 1.827 ton, layur sebesar 1.660 ton,
teri sebesar 1.477 ton, tenggiri sebesar 1.260 ton, tongkol sebesar 1.062 ton dan
tembang sebesar 872 ton dengan total produksi 18.299 ton, sesuai dengan
Pasaribu (2008) yang menyatakan bahwa sasaran utama dari alat tangkap purse
seine adalah ikan-ikan pelagis yang tertarik terhadap rumpon maupun cahaya
lampu.
Pada tahun 2008 ikan yang paling dominan tertangkap yaitu ikan selar
3.801 ton, dan ikan yang paling sedikit tertangkap yaitu ikan tongkol sebesar 373
ton. Pada tahun 2009 ikan yang paling dominan tertangkap yaitu ikan kembung
sebesar 6.200 ton dan ikan yang paling sedikit tertangkap yaitu ikan tongkol
sebesar 843 ton dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil tangkapan tahun
2008. Pada tahun 2010 ikan yang paling dominan tertangkap yaitu ikan layang
sebesar 5.199 ton dan ikan yang paling sedikit tertangkap yaitu ikan layur sebesar
938 ton. Pada tahun 2011 dan 2012 ikan yang paling dominan tertangkap yaitu
ikan teri sebesar 7.230 ton dan 7.544 ton, sedangkan yang paling sedikit
tertangkap yaitu ikan tongkol sebesar 668 ton dan 965 ton (Ismy 2014).
2.3.2 Hasil Tangkapan Sampingan
Sebagian besar perikanan komersial berurusan dengan hasil tangkapan
sampingan yang secara luas didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tidak
diinginkan nelayan untuk ditangkap mencakup semua biota laut yang bukan
18
merupakan sasaran utama dan benda-benda tidak hidup yang tertangkap ketika
melakukan kegiatan penangkapan ikan. Hal ini terkadang disebut tangkapan yang
tidak disengaja, oleh karena itu hasilnya tidak seluruhnya sampai ke atas geladak
kapal penangkap ikan (Efkipano 2012).
Hasil tangkapan sampingan purse seine yaitu sotong (Sepiina Sp.), layur
(Thirchius savala), buntal (Diodon histrich), bawal putih (Stromateus Cinerus)
dan beberapa hasil tangkapan sampingan yang juga memiliki nilai ekonomis
seperti bawal putih (Stromateus Cinerus) dan sotong (Sepiina Sp.) (Limbong et al
2014). Ikan tangkapan sampingan tidak dimasukkan ke dalam palka dan tidak
dipasarkan untuk diolah menjadi produk yang bernilai jual tinggi namun
diberikan kebebasan untuk ABK agar dapat di konsumsi (Santoso 2011).
2.4 Daerah Penangkapan (Fishing Ground)
Daerah penangkapan atau lazim disebut “fishing ground” adalah suatu
daerah dimana ikan dapat ditangkap dengan hasil tangkapan ikan yang
mengguntungkan. Adapun syarat daerah penangkapan pengoperasian purse seine
yaitu :
a. bukan daerah yang dilarang menangkap ikan
b. terdapat ikan pelagis yang bergerombol
c. perairannya relatif lebih dalam dibandingkan dengan dalamnya jaring
Operasi penangkapan yang membutuhkan rumpon sebagai alat bantu
menangkap ikan, maka kapal penangkap tersebut setelah sampai daerah
penangkapan yang diinginkan maka rumpon diturunnkan ke dalam perairan dan
diberi pelampung tanda kemudian ditinggalkan, biasanya nelayan membawa lebih
dari satu rumpon. Tetapi ada pula Metode Penangkapan dan Alat Tangkap Pukat
Cincin (Purse Seine) rumpon tidak ditinggalkan, tetapi setelah kapal lego jangkar
(menurunkan jangkar) rumpon diturunkan ke dalam air kemudian diikatkan satu
buah di haluan di haluan dan satu buah di buritan kapal. Lampu penerangan
(listrik atau minyak tanah) dinyalakan di sekeliling kapal sehingga kapal tersebut
sanggat terang, maksudnya supaya ikan bergerombol di sekitar kapal.
19
Penggunaan Sonar untuk mencari gerombolan ikan pada kapal penangkap
sanggat diperlukan tetapi cara alami untuk mencari gerombolan ikan dapat dilihat
dengan memperhatikan tanda-tanda adanya ikan, yaitu :
a. burung menyambar-nyambar ke permukaan air laut
b. ikan-ikan yang melompat-lompat
c. di permukaan laut terlihat ada buih-buih atau percikan air laut
d. adanya riak-riak di permukaan
e. warna air laut yang lebih gelap dari warna laut sekitarnya
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Purse Seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi
dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” dilalukan di dalamnya.
Fungsi cincin dan tali kerut atau tali kolor ini penting terutama pada waktu
pengoperasian jaring. Alat bantu penangkapannya menggunakan lampu dan
rumpon. Teknik/Metode Pengoprasian alat tangkap purse seine langkah awal yaitu
persiapan penangkapan lalu penurunan alat, dan pengangkatan alat dan Hasil
Tangkapan (Hauling). Hasil Penangkapan yaitu ada hasil tangkapan utama yaitu
berupa yaitu ikan layang, kembung, selar, tamban, sarden, tenggiri, dan cakalang.
Sementara itu hasil tangkapan sampingan yaitu berupa sotong, layur, buntal,
bawal putih. Adapun syarat daerah penangkapan pengoperasian purse seine yaitu
bukan daerah yang dilarang menangkap ikan, terdapat ikan pelagis yang
bergerombol, dan perairannya relatif lebih dalam dibandingkan dengan dalamnya
jaring.
3.2 Saran
Pada saat menggunakan alat purse seine harus dilakukan lebih hati-hati
agar tidak terjadi kecelakaan. Harus hati-hati juga pada saat ikan akan diambil
tidak rusak.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ayodyoa, 1972. Kapal Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Efkipano, T.D,. Analisis Ikan Hasil Tangkapan Jaring Insang Milenium Dan Strategi Pengelolaannya di Perairan Kabupaten Cirebon. Tesis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Magister Ilmu Kelautan Universitas Indonesia. Depok.
Hastrini, R., dkk. 2013. Analisis Penanganan (Handling) Hasil Tangkapan Kapal Purse Seine Yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo Kabupaten Pati. Jurnal Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Semarang.
Ismy, F., dkk. 2014. Kajian Unit Penangkapan Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan. Jurnal Aquacoastmarine. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Limbong, I., dkk. 2014. Study Technology Purse seine and Operasion In The Village Of Aek Manis Sibolga North Sumatra Province. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Riau.http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFAPERIKA/article/view/2121/2068 (diakses pada tanggal 19 Februari 2016 pukul 18.20).
Pasaribu, L. 2008. Dampak Kenaikan Harga BBM (Solar) Terhadap Penangkapan Ikan Dengan Pukat Cincin. Skripsi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Prihartini, H. 2006. Analisis Tampilan Biologis Ikan Layang (Decapterus Spp) Hasil Tangkapan Purse Seine yang Didaratkan di PPN Pekalongan. Tesis Program Studi Magister Manajemen Sumberdaya Pantai Universitas Diponegoro. Semarang.
Rahardjo, B. 1978. Suatu Studi Pendahuluan Tentang Hidrodinamika dari Purse Seine. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Dalam Perkasa, A. 2004. Analisis Pengaruh Perbedaan Waktu Pengoperasian Terhadap Hasil Tangkapan Pukat Cincin (Purse Seine) di Perairan Prigi Kabupaten Trenggalek. Skripsi Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Santoso, H., dkk. 2011. Teknik Pengoperasian Purse Seine di Km.Timur Laut PT. Pathemaang Raya Bitung Sulawesi Utara. Akademi Perikanan Bitung. Sulawesi Utara.
21
22
https://www.academia.edu/11318152/TEKNIK_PENGOPERASIAN_PURSE_SEINE_DI_KM.TIMUR_LAUT_PT._PATHEMAANG_RAYA_BITUNG_SULAWESI_UTARA (diakses pada tanggal 20 Februari pukul 19.24).
Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia
Taufiq. 2010. Para Pecinta Ikan. Dalam Susanto, H. 2014. Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seinepada Kapal Timur Laut 00. Kementerian Kelautan dan Perikanan Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan. Akademi Perikanan Bitung. Bitung.https://www.academia.edu/11494340/TEKNIK_PENGOPERASIAN_ALAT_TANGKAP_PURSE_SEINE_PADA_KAPAL_TIMUR_LAUT_00 (diakses pada tanggal 19 Februari 2016 pukul 17.30).
Waluyo Subani dan H.R Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut Di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
WWW. MAINE AQUARIUM.COM