Post on 09-Dec-2014
description
MODUL P1
TINGKAT TEKANAN BUNYI (TTB) DAN NOISE MAPPING
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan kompleksitas kehidupan manusia, menyebabkan kebisingan yang
berlebihan di beberapa lingkungan. Kebisingan yang berlebihan merupakan keluhan
masyarakat perumahan terutama di perkotaan. Berdasarkan penelitian yang ada
bahwa kebisingan disebabkan oleh adanya Tingkat Tekanan Bunyi (TTB). Seiring
dengan perkembangannya maka hal tersebut dapat dijadikan sebuah penelitian yang
dilakukan dengan beberapa metode. Sehingga dengan adanya itu manusia meneliti
tentang kebisingan suara pada lingkungan salah satunya adalah penelitian pemetaan
kebisingan. Penelitian pemetaan paling maju dilakukan di Negara-negara Eropa.
Sebagai contoh, Jerman teah melakukan penelitian yang relevan selama lebih dari 25
tahun. Berdasarkan penelitian sebelumnya, kebisingan lalu lintas sering di
identifikasikan sumber utama kebisingan.
Kebisingan biasa mengganggu percakapan sehingga mempengaruhi komunikasi
yang sedang berlangsung. Selain itu dampak gangguan kebisingan secara signifikan
banyak terdapat di daerah dengan populasi tertinggi. Pada papernya, Kang Ting
Tsang telah mengujikan hasil pemetaan kebisingan suara di kota Tainan, Taiwan.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa peta kebisingan dapat berguna untuk
menyelidiki kebisingan di lingkungan perkotaan. Berdasarkan salah satu referensi
penelitian kebisingan tersebut, maka perlu diadakannya penelitian kebisingan sekali
lagi dan dengan metode yang berbeda pula khususnya dalam suatu ruangan yang
diberi sumber bising buatan, sebagai sumber informasi noise yang ada di dalam
ruangan.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun beberapa permasalahan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Besar Tingkat Tekanan Bunyi (TTB) pada suatu ruangan dengan jarak tertentu
beserta pertambahan jaraknya.
2. Pola pemetaan kebisingan ruangan berdasarkan Tingkat Tekanan Bunyi yang di
ukur.
1.3. Tujuan
Dan praktikum ini memiiki beberapa tujuan yakni sebagai berikut:
1. Praktikan mampu menentukan besar Tingkat Tekanan Bunyi pada suatu ruangan
dengan jarak tertentu beserta pertambahan jaraknya.
2. Praktikan mampu menetukan pola pemetaan kebisingan ruangan berdasarkan
Tingkat Tekanan Bunyi yang di ukur.
2. Tinjauan Pustaka
Tingkat Tekanan Bunyi dapat dinyatakan sebagai nilai-nilai puncak dari
perubahan-perubahan tekanan, atau sebagai perubahan tekanan rata-rata di sekitar tingkat
tekanan barometer. Satuan tekanan bunyi sebagai satuan tingkat kebisingan, karena
daerah pendengaran manusia memiliki jangkauan yang sangat lebar (2x10 -5 Pa sampai
200 Pa) dan respon telinga manusia tidak linier terhadap tekanan bunyi, tetap bersifat
logaritmis. Berdasarkan alas an ini maka ukuran tingkat kebisingan biasanya dinyatakan
dalam skala Tingkat Tekanan Bunyi (Sound Pressure Level) dengan satuan decibel (dB).
Berikut adalah persamaan tingkat Tekanan Bunyi tersebut:
SPL=10 log( PP o )
2
Dimana:
SPL : Tingkat Tekanan Bunyi (dB)
P : Tekanan Suara (Pa)
Po : (2x10-5 Pa)
Daya bunyi merupakan karakteristik (sifat yang dipunyai individu) dari suatu
sumber bunyi sehingga tidak dipengaruhi faktor luar, seperti kondisi medium atau jarak
dari sumber bunyi. Daya bunyi tidak tergantung pada dekat atau jauhnya letak titik dari
sumber. Daya bunyi atau disebut juga daya akustik mempunyai definisi seperti definisi
daya pada umumnya, yaitu energi bunyi yang dikeluarkan atau dipancarkan oleh suatu
sumber bunyi setiap satuan waktu, dan mempunyai satuan Joule per detik atau Watt.
Intensitas bunyi didefinisikan sebagai Daya bunyi persatuan luas yang ditembus
oleh gelombang bunyi (satuan watt/m2). Berbeda dengan daya bunyi, intensitas bunyi
sangat tergantung pada jarak dari sumber bunyi dan luasan dimana intensitas bunyi
tersebut dihitung. Semakin jauh dari sumber atau semakin besar luasan yang ditembus,
maka intensitas bunyi semakin kecil. Semakin jauh dari sumber, besarnya daya bunyi
selalu tetap, walaupun intensitas bunyi berubah menjadi semakin kecil.Untuk sumber
bunyi titik dapat dirumuskan :
I= W
4 π d2
Untuk jarak r dan R dari sumber bunyi titik, maka titik-titik tersebut terletak pada
permukaan bola dengan jari-jari r dan R,
Noise Mapping adalah tampilan grafis dari rata-rata Tingkat Tekanan Bunyi pada
beberapa lokasi yang diberikan. Kebisingan dihubungkan dengan beberapa faktor, antara
lain.
a. Intensitas
Intensitas bunyi yang ditangkap oleh telinga berbanding lurus dengan logaritma
kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang dapat didengar.
Tingkat tekanan bunyi diukur dengan skala logaritma dalam decibel (dB).
b. Frekuensi
Frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia terletak antara 20
hingga 20000 Hz. Frekuensi bicara terletak pada rentang 500 – 2000 Hz. Bunyi dengan
frekuensi paling tinggi merupakan bunyi yang paling berbahaya.
c. Durasi
Efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya bunyi bising tersebut
berlangsung, dan berhubungan dengan jumlah total energy yang mencapai telinga dalam.
Sehingga perlu dilakukan pengukuran semua elemen akustik yang dapat mengakibatkan
kebisingan.
d. Sifat
Sifat ini mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil,
berfluktuasi, intermiten). Berdasarkan sifat ini, bising yang paling berbahaya adalah
bising impulsive, yang terdiri dari satu atau lebih lonjakan energi dengan durasi kurang
dari satu detik.
Kebisingan sangat beragam jenisnya dan dapat dikelompokkan berdasarkan
beberapa criteria. Berikut ini adalah jenis kebisingan berdasarkan sifatnya menurut
Roestam (2004).
a. Bising kontinyu dengan spektrum frekuensi luas
Bising jenis ini merupakan bising yang relative tetap dalam amplitudo kurang
lebih 5dB untuk periode 0.5 detik berturut-turut. Contoh untuk kebisingan jenis ini adalah
bunyi kipas angin dan suara di dalam kokpit helicopter.
b. Bising kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit
Bising ini juga relatif tetap, namun hanya memiliki frekuensi saja (pada frekuensi
500, 1000 dan 4000 Hz). Contoh bising jenis ini adalah gergaji sirkuler dan suara katup
gas.
c. Bising terputus-putus
Bising ini tidak terjadi secara terus menerus, melainkan pada periode relatif
tenang. Misalnya adalah suara lalu lintas.
d. Bising impulsive
Bising ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40dB dalam waktu yang
sangat cepat dan mengejutkan pendengarnya. Contohnya adalah ledakan bom dan suara
tembakan.
e. Bising impulsive berulang
Bising ini sama dengan bising impulsif, namun terjadi berulang-ulang. Misalanya
adalah mesin tempa.
3. Metodologi Praktikum
3.1. Alat dan Bahan
Adapun peralatan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:
a) Sound Level Meter (alat ukur tingkat tekanan bunyi)
b) Roll meter
c) Speaker aktif
d) Sumber bunyi (berupa file untuk dimainkan di laptop/PC)
e) Earplug
3.2. Langkah-langkah Praktikum
Adapun langkah-langkah dalam melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Ukurlah panjang dan lebar media yang di ukur dengan panjang 8 meter dan lebar 4
meter sebagai tempat pengukuran.
2. Rangkailah peralatan seperti pada gambar di bawah.
Gambar 1.1 Ragkaian Peralatan Percobaan
3. Copy file “sumber bunyi.mp3” pada laptop atau PC yang akan digunakan sebagai
percobaan.
4. Mainkan file tersebut pada laptop/PC dengan software Winamp/windows media
player/software lainnya dengan mode looping, sehingga akan berbunyi terus menerus
tanpa henti.
5. Ukur Tingkat Tekanan Bunyi pada jarak 1 meter dari sumber bunyi (speaker aktif)
sebanyak 3 kali pengukuran dengan menggunakan Sound Level Meter (SLM).
6. Ulangi langkah 4 untuk jarak 2 meter, 4 meter dan 8 meter.
7. Catat hasil pengukuran tersebut dengan table.
8. Ukur Tingkat Tekanan Bunyi pada titik-titik yang di buat dengan beberapa sabin
sebanyak 3 kali pengukuran dalam selang waktu 15 detik tiap titik.
9. Catat hasil pengukuran pada table di bawah.
Titik
ke-
Nilai Pengukuran ke- Rata-rata
1 2 3
1.
2.
3.
Dst.
Tabel 1.1 Nilai pengukuran dari setiap titik
10. Masukkan nilai rata-rata dari table di atas ke dalam denah (sabin) titik ukur.
11. Buatlah Noise Mapping dengan software MatLab.