MikosisISP2013

Post on 03-Jan-2016

53 views 15 download

Transcript of MikosisISP2013

Dr. SAYU PUTU YUNI PARYATI, drh.,M.Si

BAGIAN MIKROBIOLOGI

UNJANI

2013

SASARAN BELAJARSASARAN BELAJAR

1. Mengetahui jenis-jenis jamur penyebab infeksi saluran nafas

2. Mengidentifikasi morfologi jamur penyebab infeksi saluran nafas untuk kepentingan diagnosis

3. Memahami patogenesis infeksi jamur pada saluran nafas

PENGERTIAN

Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.(Paru juga termasuk saluran nafas)

Sistem Pernapasan ManusiaSistem Pernapasan Manusia

Tanda dan GejalaTanda dan Gejala Tanda dan gejala penyakit infeksi

saluran pernafasan dapat berupa : a. Batuk b. Kesulitan bernafas c. Sakit tenggorokan d. Pilek e. Demam f. Sakit kepala (DepKes.RI, 1993)

Patofisiologi Patofisiologi Terjadinya infeksi bakteri dan flora normal di

saluran nafas. Infeksi oleh bakteri, virus dan jamur dapat

merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme pertahanan pada jalan nafas

seperti filtrasi udara inspirasi di rongga hidung, refleksi batuk, refleksi epiglottis, pembersihan mukosilier dan fagositosis.

Karena menurunnya daya tahan tubuh penderita, maka bakteri pathogen dapat melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut

Akibatnya terjadi invasi di daerah-daerah saluran pernafasan atas maupun bawah.

EtiologiEtiologi

Bakteri Virus Jamur

Pneumonia JamurPneumonia Jamur DEFINISI

Pneumonia Jamur adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh jamur.

Kebanyakan mereka yang terinfeksi hanya akan mengalami gejala yang ringan dan tidak menyadari bahwa mereka sudah terinfeksi. Beberapa akan menderita penyakit yang berat.

PENYEBABAda 3 (tiga) jenis jamur yang sering menyebabkan pneumonia:

1. Histoplasma capsulatum, menyebabkan histoplasmosis

2. Coccidioides immitis, menyebabkan koksidiomikosis

3. Blastomyces dermatitidis, menyebabkan blastomikosis.

HISTOPLASMOSISHISTOPLASMOSIS

(Ohio Valley Fever)(Ohio Valley Fever) GEJALA

Terjadi di seluruh dunia, tetapi lebih sering di sungai-sungai dengan suhu dan iklim tropis. Setelah terhirup, pada sebagian besar orang, jamur tidak menimbulkan gejala. Bahkan kebanyakan baru mengetahui bahwa mereka terinfeksi setelah dilakukan pemeriksaan kulit.

Yang lainnya akan menderita batuk, demam, nyeri sendi, dan nyeri dada. Infeksi dapat menyebabkan pneumonia akut atau berkembang menjadi pneumonia kronis (menahun), dengan gejala yang menetap selama berbulan-bulan.

Sakit paru-paru kronis dengan gejala klinis dan radiologis menyerupai tuberculosis paru kronis dengan caverne

Terjadi paling sering pada usia pertengahan dan pria berusia tua dengan penyakit yang mendasari berupa emfisema dan berlangsung selama beberapa bulan atau tahun dengan periode inaktif dan kadang-kadang sembuh secara spontan (tiba-tiba).

Mikologi

• Kultur pada Sabouraud dextrose agar (25ºC), koloni putih, mycelium seperti benang setelah 2-3 minggu. •phase mold dari H. capsulatum ditandai dengan hifa kecil, bercabang dan memiliki septate hyphae yang menghasilkan microconidia dengan spora yang unik, disebut tuberculate macroconidium. (Diagnostik)•Pada suhu 37ºC budding yeast.•Kultur: koloni putih. Sel Yeast berukuran 5-6 µ, oval dan berada di dalam macrophage. .

PatofisiologiPatofisiologi Jamur dimorfik Menyebar melalui inhalasi (makro &

mikrokonidia) Perubahan dari bentuk miselium

menjadi yeast (ragi) terjadi intraselular Menyebar secara hematogenous

melalui limfe, hati, ginjal Banyak menyerang penderita gagal

sistem imun selular

Kadang infeksi menyebar ke bagian tubuh lain,terutama sumsum tulang, hati, limpa dan saluran pencernaan. Bentuk disseminata (yang menyebar) dari penyakit ini cenderung terjadi pada penderita AIDS dan penderita gangguan sistem kekebalan.

Biasanya diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya jamur pada dahak atau dengan melakukan pemeriksaan darah untuk menemukan antibodi.

Pengobatan umumnya terdiri dari obat anti jamur, seperti itrakonazol atau amfoterisin B.

19

Gambaran HistoplasmosisGambaran Histoplasmosis

Tes Serologi

Terdapat 4 uji yang sering dilakukan, yaitu :

1.Latex agglutination2.Complement Fixation

3.Immunodiffusion4.EIA

Treatment

Obat pilihan (DOC) adalah : • Amphotericin B, (dengan efek samping).•Itraconazole dan Voriconazole

KOKSIDIOIDOMIKOSISKOKSIDIOIDOMIKOSIS(Valley Fever)(Valley Fever)

Secara primer terjadi pada daerah iklim setengah-gurun, terutama Amerika Serikat barat daya dan beberapa tempat di Amerika Selatan dan Amerika Serikat.

Setelah terhirup, jamur mungkin tidak menimbulkan gejala atau menyebabkan pneumonia akut maupun kronis.

Pada beberapa kasus, infeksi menyebar ke tempat lain selain sistem pernafasan, yaitu ke kulit, tulang, sendi dan selaput otak (meningen).

Komplikasi lebih sering terjadi pada pria, terutama orang Filipina dan orang kulit hitam, penderita AIDS dan penderita gangguan sistem kekebalan lainnya.

27

Etiologi: Coccidioides immitis Morfologi yang khas – bentukan menyerupai

arthroconidia pada fase hidup bebas dan spherule megandung endospora di dalam paru

Hidup di tanah dengan pH alkali, udara panas dan bersifat endemic U.S. bagian Selatan

Arthrospores terinhalasi dari debu, membentuk spherula dan nodul dalam paru

Terapi: Amphotericin B

28

Diagnosis ditegakkan dengan ditemukkannya jamur pada contoh dahak atau contoh dari tempat lain yang terinfeksi atau dengan melakukan pemeriksaan darah untuk menemukan antibodi. Pengobatan terdiri dari pemberian obat anti jamur seperti itrakonazol atau amfoterisin B.

Gambaran infeksi:Gambaran infeksi:

Coccidioides immitisCoccidioides immitis

BLASTOMIKOSISBLASTOMIKOSIS Penyebab: Blastomyces dermatitidis Terjadi terutama di daerah tenggara, selatan

dan barat tengah Amerika Serikat dan di daerah sekita Danau Great.

Setelah terhirup, jamur menyebabkan infeksi primer pada paru-paru tapi biasanya tidak menimbulkan gejala. Beberapa penderita akan merasakan sakit seperti flu.

BLASTOMIKOSISBLASTOMIKOSIS Kadang-kadang gejala infeksi kronis paru-

paru berlangsung selama berberapa bulan. Penyakit dapat menyebar ke organ tubuh lain terutama kulit, tulang, sendi dan kelenjar prostat.

Biasanya diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya jamur pada dahak. Pengobatannya berupa pemberian obat anti jamur seperti itrakonazol atau amfoterisin B.

MIKROSKOPIKSeperti pada morfologi makroskopik,

morfologi mikroskopik jamur ini juga bergantung pada temperatur isolasi :

1.Pada suhu 25°C Hifa hyalin yang bersepta. Conidiospora tidak bercabang, muncul

pada hifa vegetatif. Conidia hyaline dan uniseluler, soliter, bulat

2. Pada Suhu 37°C

Sel ragi : bertunas berdiameter 8-12 µm mempunyai dinding refraktil yang berkontur

ganda dasar luas yang menempelkan tunas pada

sel inang Blastokonidia berbentuk bulat.

Blastomyces dermatitidis pada suhu 25°CSumber: http://www.mycology.adelaide.edu.au/Fungal_Jungle/ID4-

Dec05.html

Blastomyces dermatitidis pada fase ragi pada suhu 36°CSumber :

http://www.mycology.adelaide.edu.au/Fungal_Jungle/ID4-Dec05.html

38

TES SEROLOGIS TES SEROLOGIS

Antibodi dapat diukur dengan tes CF dan IgD.

Pada EIA, titer antibodi terhadap antigen A yang tinggi berhubungan dengan infeksi progresi paru.

Secara keseluruhan tes serologis untuk Blastomycosis tidak seberguna tes serologis untuk mikosis lainnya.

Infeksi jamur yang lainnya terjadi terutama pada penderita gangguan sistem kekebalan. Infeksi ini meliputi:

a. Kriptokokosis

b. Aspergilosis

c. Kandidiasis

d. Mukormikosis

Kriptokokosis disebabkan oleh Cryptococcus neoformans Kriptokokosis paling sering ditemukan, bisa

terjadi pada orang yang sehat tapi biasanya akan bersifat berat bila menimpa penderita gangguan sistem kekebalan seperti AIDS.

Kriptokokosis bisa menyebar, terutama ke meningens (selaput otak), yang akan menyebabkan meningitis kriptokokus.

Aspergilosis Disebabkan oleh Aspergillus fumigatus

Aspergillus menyebabkan infeksi paru-paru pada penderita AIDS atau seseorang yang menjalani pencangkokan organ.

Aspergilosis paru sering terjadi pada penderita penyakit imunosupresi yang berat dan tidak memberi respon yang memuaskan terhadap pengobatan dengan obat jamur.

• Aspergillus menyebabkan empat sindrom penyakit, yakni :

1.Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA), 2.Chronic Necrotizing Pneumonia Aspergillosis

(CNPA),  3.Aspergiloma, 4.Aspergilosis invasif. Pada pasien yang imunokompromis, aspergilosis

juga dapat menyebar ke berbagai organ menyebabkan endoftalmitis, endokarditis, dan abses miokardium, ginjal, hepar, limpa, jaringan lunak, hingga tulang.

Allergic Bronchopulmonary AspergillosisAllergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA)(ABPA)

ABPA merupakan reaksi hipersensitivitas terhadap kolonisasi aspergilosis di daerah pohon trakeobronkial dan terjadi berkaitan dengan asma dan fibrosis kistik.

Patofisiologi:terjadi karena terdapat reaksi hipersensitivitas terhadap A. fumigatus akibat pemakaian kortikosteroid terus menerus. Akibatnya akan terjadi produksi mukus yang berlebih karena kerusakan fungsi silia pada saluran pernapasan. Mukus ini berbentuk sumbatan yang mengandung spora A. fumigatus dan eosinofil di lumen saluran napas.

Akan terjadi presipitasi antibodi IgE dan IgG melalui reaksi hipersensitivitas tipe I menyebabkan deposit kompleks imun dan sel-sel inflamasi di mukosa bronkus.

Deposit ini nantinya akan menghasilkan nekrosis jaringan dan infiltrat eosinofil (reaksi hipersensitivitas tipe III) hingga membuat kerusakan dinding bronkus dan berakhir menjadi bronkiektasis.

Tak jarang ditemui spora pada mukus penderita aspergilosis paru.

Chronic Necrotizing Pneumonia Chronic Necrotizing Pneumonia Aspergillosis (CNPA)Aspergillosis (CNPA)

CNPA merupakan proses subakut yang biasanya terdapat pada pasien imunosupresi, terutama berkaitan dengan penyakit paru sebelumnya, alkoholisme, atau terapi kortikosteroid kronik.

Sering kejadian ini terlewat karena sulit dikenali hingga akhirnya terbentuk infiltrat paru dengan kavitas

AspergilomaAspergiloma merupakan fungus ball (misetoma) yang terjadi

karena terdapat kavitas di parenkim akibat penyakit paru sebelumnya.

Penyakit yang mendasarinya bisa berupa TB (paling sering) atau proses infeksi dengan nekrosis, sarkoidosis, fibrosis kistik, dan bula emfisema.

Fungus ball ini dapat bergerak di dalam kavitas tersebut namun tidak menginvasi dinding kavitas.

Adanya fungus ball menyebabkan terjadinya hemoptisis yang berulang.

Patofisiologi:terdapat kolonisasi noninvasif karena di parenkim paru sudah terdapat kavitas, kista, bula, atau bronkus yang mengalami ektasis. Penyebab yang paling sering ialah tuberkulosis, sarkoidosis, dan bronkiektasis

Aspergilosis invasifAspergilosis invasif

terjadi karena imunosupresi dengan gejala progresif yang cepat dan fatal, meliputi invasi ke pembuluh darah dengan berakibat infiltrat multifokal yang lebar dan berkavitas di sekitar pleura, menjalar hingga ke sistem saraf.

Status imunosupresi yang sering menyebabkan aspergilosis invasif ialah AIDS, penyakit granulomatosa kronik, netropenia, tranplantasi sumsum tulang atau organ padat.

Diagnosis aspergilosis tidak ditegakkan secara klinis semata, namun memerlukan interpretasi radiologis dari orang yang berpengalaman

Obat pilihan untuk penyakit ini adalah Amfoterisin B secara intra vena dengan dosis 0,5-1,0 mg/kg BB setiap hari

A fumigatus dengan konidia

A fumigatus pada paru

A niger pada bronchitis

Hifa Aspergillus pada epithel bronchial penderita batuk dengan produksi sputum yg banyak

Serologis AspergillosisSerologis Aspergillosis tes serologi untuk presipitin terhadap A. fumingatus:

(+) > 80 % pasien dengan aspergilloma atau bentuk alergi dari aspergillosis invasif.

Tes serologi untuk galaktomannan dinding sel diagnostik.

Galaktomannan merupakan exoantigen dari Aspergillus, yang dapat tampak pada diagnosis dini oleh invasif aspergillosis.

Spesimen dapat menggunakan apusan bronchoalveolar, dan cairan serebrospinal.

Kandidiasis disebabkan oleh Candida, paling sering oleh

Candida albicans Pada saluran pernapasan paling sering

menyebabkan bronkokandidiasis Infeksi yang jarang, yaitu kandidiasis paru,

sering terjadi pada seseorang dengan jumlah sel darah putih yang rendah, seperti pada penderita leukopenia yang menjalani kemoterapi.

PENULARAN PENYAKITPENULARAN PENYAKIT

Oral : Eksresi feses menulari makanan dan minuman

Kulit : Kontak langsung, pemakaianhanduk, lap atau sapu tangan bersama

DIAGNOSADIAGNOSA

Gejala

Laboratorium

Tanda - tanda klinis

Bahan eksudat, kulit, m. mucosa, trctus alimentarius (mammalia dan burung)

kulit, kuku, genetalia, susu mastitis, darah (Hewan dan manusia)

Media : BA dan SDA Identifikasi : lihat mycologi

PENGENDALIAN DAN PENGENDALIAN DAN PENGOBATANPENGOBATAN

Pengendalaian

Pengobatan

Jaga lingkungan, tidak lembab, tdk hangat, pH netral, tdk alkalis

Mycostitin, eryseovulvin,

Cooper Sulfat, Nystatin,

Amphoterisin

Pencegahan: Tidak ada cara untuk mencegah Kandidiasis.

Obat – obatan tidak biasa dipakai untuk mencegah Kandidiasis karena menyebabkan Candida menjadi kebal terhadap obat-obatan.

Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat menjaga agar Candida tetap seimbang.

Pengobatan: Dapat menggunakan Amfoterisin B

Mukormikosis (fikomikosis) adalah suatu infeksi jamur yang bisa terjadi pada penderita diabetes yang tidak terkontrol.Pada rongga hidung terdapat jaringan mati yang berwarna hitam dan menyumbat aliran darah ke otak sehingga terjadi gejala-gejala neurologis (misalnya sakit kepala dan kebutaan).

Mukormikosis

485485

486486

487487

488488

489489

490490

491491

492492

493493

494494

495495

496496

497497

498498

499499

500500

Keempat penyakit tersebut terjadi di seluruh dunia dan diobati dengan obat anti-jamur, seperti itrakonazol, flukonazol dan amfoterisin B. Tetapi penderita AIDS dan gangguan sistem kekebalan tidak akan sembuh.

Daftar pustakaDaftar pustaka

Bailey and Scott. 1962. Diagnostic Microbiology. London : The C.V. Mosby Company.

Carter, G.R and Wisw, Darla.J. 2004. Essentials of Veterinary Bacteriology and Mycology, 6th edition. Ames, Iowa : A Blackwell Publishing Company.

Chin, James. 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular, edisi 17. Jakarta : Bakti Husada.