Post on 31-Oct-2015
1
PENDAHULUAN
A. Mengajar antara Ilmu dan Seni
Pendidikan modern menganggap bahwa metode
pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam
program pendidikan. Karena itu, banyak sekali penelitian
tentang metode pembelajaran dilakukan, buku-buku tentang
metodologi pembelajaran dibuat, bahkan mahasiswa yang
belajar di berbagai universitas dan institut pendidikan sengaja
dibekali secara khusus mata kuliah metodologi pembelajaran.
Upaya tersebut dilakukan mengingat eratnya kaitan antara
penguasaan metodologi pembelajaran dengan keadaan
mahasiswa sebagai calon guru profesional di masa mendatang.
Dengan demikian, mengajar bukanlah kegiatan yang
sembarangan dan manasuka melainkan berpedoman pada
landasan-landasan dan aturan-aturan yang jelas. Karena itu,
kegiatan mengajar selain dilakukan dengan benar juga harus
menarik. Landasan pemikiran itulah yang memunculkan
persoalan apakah mengajar itu masuk wilayah kegiatan ilmiyah
atau seni.
Untuk menentukan apakah mengajar itu masuk wilayah
kegiatan ilmiyah atau seni atau kedua-duanya, maka terlebih
1
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
2 |
2
dahulu harus diketahui ciri-ciri ilmu dan seni. Ilmu merupakan
kumpulan teori-teori yang didasarkan pada fakta dan data
penelitian yang empiris melalui hasil pikir dan eksperimen
manusia. Melalui penelitian-penelitian ilmiah inilah kaidah-
kaidah mengajar yang baik ditemukan. Sehingga muncul
beberapa metode pembelajaran bahasa asing.
Sementara seni, ciri utamanya adalah kumpulan
keterampilan yang sangat beragam dan bervariasi. Maka
kegiatan menulis, menggambar, bersuara, bernyanyi, bermain
musik dan bergerak merupakan keterampilan-keterampilan
tangan, gerak atau suara yang juga diperlukan dalam kegiatan
belajar mengajar. Semua itu merupakan aktivitas seni (Abdul
Alim Ibrahim, 1973: 23-24).
Maka, seseorang yang hanya menguasai teori mengajar
belum tentu mampu mengajar dengan baik tanpa menguasai
keterampilan tangan, gerak atau suara. Begitu pula sebaliknya,
orang yang memiliki keterampilan tangan, gerak dan suara
yang bagus belum tentu mampu mengajar dengan baik tanpa
didukung pengetahuan tentang teori mengajar yang memadai.
Sebab pengetahuan tentang teori mengajar dan keterampilan
tangan, gerak dan suara merupakan unsur-unsur yang bersatu
padu dalam menciptakan proses pembelajaran bahasa asing
yang baik dan sempurna.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mengajar
merupakan aktivitas gabungan antara ilmu dan seni. Ilmu
untuk memberi kaidah pada proses pembelajaran, sedangkan
seni untuk memberi warna pada aktivitas pembelajaran.
Keduanya menjadi padu dan saling melengkapi.
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
3 |
B. Pentingnya Metode dalam Pendidikan
Para ahli pendidikan sejak dulu hingga sekarang tidak
berhenti meneliti metode-metode untuk mengembangkan dan
meningkatkan proses pembelajaran dalam segala bidang
disiplin ilmu, baik dalam bidang bahasa, eksak, agama maupun
sosial. Bahkan pembicaraan mereka tentang metode mengajar
hampir mengisi sebagian besar isi buku pendidikan. Dalam
sejarah perkembangan pendidikan sangat terlihat bahwa dari
waktu ke waktu selalu ada upaya yang berkesinambungan
untuk menghasilkan metode mengajar yang baik. Upaya
tersebut dilakukan berdasar pada anggapan bahwa metode
merupakan salah satu rukun penting dalam proses
pembelajaran (Abdul Alim Ibrahim, 1973: 31).
Jika dideskripsikan, maka kegiatan pembelajaran tidak
saja melibatkan guru, siswa dan materi, melainkan juga
metode. Guru bertugas menyampaikan pelajaran, siswa
menerima materi pelajaran, sementara materi merupakan
seperangkat bahan ajar yang disampaikan oleh guru kepada
siswa. Agar guru mencapai tujuan pembelajaran secara efektif
dan efesien, maka penguasaan metode pembelajaran menjadi
rukun wajib bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran
tersebut.
Dengan dimikian, suksesnya pembelajaran sebagian
besar tergantung pada metode yang digunakan. Metode yang
baik bisa membantu meminimalisir atau menutupi kekurangan
pada kurikulum yang kurang baik, lemahnya kemampuan
siswa, sukar dipahaminya buku ajar, dan lain sebagainya terkait
dengan kesulitan belajar. Jika guru yang mengajar sering
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
4 |
4
berbeda dalam materi ajar dan kepribadian mereka, maka
perbedaan metode yang digunakan di antara mereka akan
memiliki pengaruh yang lebih besar pada siswa. Karena itu,
para ahli sepakat bahwa metode lebih penting daripada materi
ajar.
C. Keragaman Metode
Metode merupakan proses seni yang sering menuai
perbedaan dan sering pula melahirkan banyak sudut pandang.
Karena itu, tidaklah heran jika pada ujungnya banyak sekali
lahir metode-metode mengajar dalam bidang pendidikan.
Sebagian besar metode itu diberi nama sesuai dengan
pencetusnya, atau dengan ciri-ciri utama, dan atau dengan
karakteristiknya. Contohnya Metode Herbart, Metode Jig Saw,
Metode al-Wahdaat (kesatuan), metode al-Kulliyaat (dari yang
general menuju yang rinci), dan lain sebagainya (Abdul Alim
Ibrahim, 1973: 32).
Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya adalah perbedaan pandangan para ahli pendidikan
tentang kurikulum pembelajaran. Sebagian ahli berpendapat
bahwa kurikulum itu saling berkaitan satu sama lain yang
ujungnya akan mencapai satu tujuan yang sama. Karena itu,
mereka menyarankan agar memelihara keterkaitan antara
materi dengan metode pengajarannya. Sebagian lain
berpandangan bahwa antara materi dan metode adalah dua hal
yang terpisah. Karena itu, mereka melahirkan metode yang lain
untuk materi yang berbeda.
Perbedaan lainnya dipicu oleh perbedaan mereka
mengenai fungsi pendidikan yang paling mendasar. Sebagian
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
5 |
berpendapat bahwa fungsi pendidikan yaitu untuk memahami
warisan masa lalu. Sebagian lainnya berpendapat bahwa fungsi
pendidikan yaitu untuk menyambut dan menghadapi
tantangan hari ini dan esok. Karena itu, tidak diragukan bahwa
setiap pandangan tadi menuntut lahirnya metode tersendiri
dalam mengajar.
Faktor lainnya dipengaruhi juga oleh teori-teori ilmu
jiwa dan pengaruhnya terhadap akal dan pemikiran. Demikian
pula pengalaman dan hasil penelitian para ahli pendidikan serta
perbedaan hasil penelitian mereka.
D. Ciri-ciri Metode yang Baik Setiap metode pembelajaran pada dasarnya, diarahkan
untuk mencapai proses pembelajaran yang efektif dan
mencapai tujuan. Karena itu, sebuah metode haruslah
didasarkan pada beberapa kriteria bahwa metode tersebut
dipandang baik. A. Alim Ibrahim (1973: 34) menjelaskan
bahwa metode yang baik yaitu:
1. Metode yang dapat mengantarkan pembelajaran pada
tujuan yang telah ditetapkan dalam waktu yang singkat
dan dengan usaha yang ringan lagi mudah. Dengan
kata lain, metode tersebut harus efektif dan efesien.
2. Metode yang dapat meningkatkan perhatian dan minat
belajar siswa, serta memotivasi siswa untuk melakukan
kegiatan yang positif, kreatif, interaktif dan
komunikatif.
3. Metode yang memberikan dorongan kepada siswa
untuk berfikir bebas dan membuat keputusan yang
mandiri, sebagaimana dituntut dalam pembelajaran
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
6 |
6
tabr (berbicara dan menulis) dan rasa sastra (tadzawwuq
adaby).
4. Metode yang memberikan dorongan kepada siswa
untuk bisa bekerja sama secara kolektif dan
mengurangi dominasi guru terhadap siswa atau
dominasi orang dewasa terhadap siswa yang masih
kecil.
5. Metode yang lentur dan bervariasi. Satu waktu
bentuknya diskusi, dan pada waktu lain bentuknya
bisa ceramah atau problem solving. Penggunaan satu
metode tertentu secara terus menerus dan
memaksakan penggunaannya dalam setiap waktu dan
keadaan, akan membuat metode itu sangat mandul
dengan seiringnya waktu. Selain itu, siswa pun akan
merasa jenuh dan bosan.
Dengan demikian, penggunaan metode yang bervariasi
itu merupakan suatu keharusan baik dalam suatu kelas, atau
dalam suatu mata pelajaran tertentu atau bahkan dalam suatu
materi atau pokok bahasan tertentu. Hal itu disebabkan bahwa
belajar tidak akan mungkin tercapai hanya dengan satu metode
saja. Seorang siswa terkadang belajar dengan cara menyimak,
atau dengan cara melihat, atau dengan cara berbincang, atau
membaca dan lain sebagainya. Karena itu, metode
pembelajaran harus memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memanfaatkan pelbagai media yang dia miliki untuk
belajar.
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
7 |
E. Pendekatan, Metode dan Teknik
Sebelum mempelajari metode pembelajaran bahasa
Arab, ada baiknya terlebih dahulu mengenal pendekatan.
Sebab pendekatan akan mempengaruhi pemilihan metode.
Pemilihan metode akan mempengaruhi pemilihan teknik
pembelajaran. Ketiga unsur tersebut membentuk sebuah
piramida yang menunjukkan adanya hubungan yang tak
terpisahkan.
Dalam proses belajar mengajar, kita mengenal istilah
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Istilah-istilah
tersebut sering digunakan dengan pengertian yang sama,
artinya orang menggunakan istilah metode dengan pengertian
yang sama dengan pendekatan, demikian pula dengan istilah
teknik dan metode.
Sebenarnya, ketiga istilah tersebut mempunyai makna
yang berbeda, walaupun dalam penerapannya ketiga-tiganya
saling berkaitan. Berikut ini adalah uraian tentang pendekatan,
metode dan teknik pengajaran.
1. Pendekatan
Ramelan (1982) mengutip pendapat Anthony yang
mengatakan bahwa pendekatan itu mengacu pada seperangkat
asumsi yang saling berkaitan, dan berhubungan dengan sifat
bahasa serta pengajaran bahasa. Sementara Edward Antony
dalam Douglas Brown (1994:48) menjelaskan bahwa
pendekatan atau approach is a set of assumptions dealing with the
nature of language, learning and teaching, yaitu sejumlah asumsi
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
8 |
8
tentang hakikat bahasa, belajar dan mengajar. Jadi, pendekatan
merupakan dasar teoritis untuk suatu metode.
Ada beberapa definisi tentang bahasa. Namun yang
paling relevan dengan konteks pengajaran bahasa adalah:
sistem atau aturan manasuka dalam bentuk lambang-lambang bunyi
yang digunakan manusia untuk saling bertukar pikiran dan perasaan
antara anggota masyarakat yang sejenis (Al-Khulli, 1982: 15).
Dari definisi di atas, diketahui bahwa inti bahasa adalah
sebagai berikut:
a. Bahasa adalah aturan. Artinya bahwa bahasa apapun di
dunia ini tunduk dan patuh pada aturan tertentu baik
pada aspek ponetik, morfologis, sintaksis dan semantik.
Jadi, bahasa bukanlah sesuatu yang kacau tanpa aturan.
b. Bahasa adalah sistem manasuka. Artinya bahwa aturan
bahasa tidak berdasarkan alasan logika yang standar.
Sebab faktanya setiap bahasa memiliki aturan tersendiri
yang berbeda dengan bahasa lain. Kalimat dalam bahasa
Arab misalnya, terbagi dalam jumlah ismiyah dan filiyah.
Jumlah ismiyah adalah kalimat yang didahului oleh isim
(kata benda). Sedangkan jumlah filiyah adalah kalimat
yang didahului oleh kata kerja. Dalam bahasa Inggris,
kalimat selalu didahului oleh kata benda, tidak ada
kalimat yang didahului oleh kata kerja. Contoh lain,
dalam bahasa Arab, sifat terletak setelah yang disifati.
Sementara dalam bahasa Inggris, kata adjective (sifat)
terletak sebelum noun (mausf).
c. Bahasa pada dasarnya adalah bunyi atau berbicara.
Artinya bahwa manusia mampu berbicara sebelum dia
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
9 |
mampu menuliskannya. Sebagaimana anak kecil terlebih
dahulu akan belajar berbicara sebelum belajar membaca
dan menulis. Demikian juga banyak ditemukan di dunia
ini manusia yang mampu berbicara tapi mereka tidak
bisa membaca dan menulis. Kenyataan ini sebagai bukti
bahwa bahasa pada dasarnya merupakan aktivitas
berbicara.
d. Bahasa merupakan lambang. Artinya bahwa kata-kata itu
merupakan lambang bagi yang ditunjukinya tetapi bukan
bendanya itu sendiri. Kata rumah misalnya,
melambangkan sesuatu yang ditunjuk oleh kata tersebut,
tetapi bukan bentuk rumah itu sendiri. Karena itu,
pendengar atau pembaca harus menempatkan lambang-
lambang bahasa tersebut agar mampu dipahami dengan
baik.
e. Bahasa yaitu alat untuk mentransfer pemikiran dan
perasaan kepada orang lain.
Asumsi-asumsi tersebut di atas menimbulkan adanya
pendekatan-pendekatan yang berbeda, yakni:
a. Pendekatan yang didasari pendapat bahwa belajar
berbahasa berarti berusaha membiasakan diri
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Tekanannya
pada pembiasaan.
b. Pendekatan yang didasari pendapat bahwa belajar
berbahasa berarti berusaha untuk memperoleh
kemampuan berkomunikasi secara lisan. Tekanan
pembelajarannya pada kemampuan berbicara.
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
10 |
10
c. Pendekatan yang didasari pendapat bahwa dalam
pembelajaran bahasa, yang harus diutamakan ialah
pemahaman terhadap kaidah-kaidah yang mendasari
ujaran, maka tekanan pembelajarannya terletak pada
aspek kognitif bahasa bukan pada kemampuan
menggunakan bahasa.
2. Metode
Metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran
bahasa, yang mencakup pemilihan, penentuan, dan
penyusunan secara sistematis bahan yang diajarkan, serta
kemungkinan pengadaan remedial dan bagaimana
pengembangannya. Sementara menurut Edward Antony dalam
Douglas Brown (1994: 48) is an overall plan for systematic
presentation of language base upon a selected approach, yaitu rencana
yang menyeluruh untuk pengajaran bahasa secara sistematik
berdasar pada pendekatan yang dipilih.
Pemilihan, penentuan, dan penyusunan bahan ajar secara
sistematis, dimaksudkan agar bahan ajar tersebut mudah
diserap dan dikuasai oleh siswa. Semua itu didasarkan pada
pendekatan yang dianut, dengan kata lain, pendekatan
merupakan penentu metode yang digunakan.
Metode mencakup pemilihan dan penentuan bahan ajar
serta kemungkinan pengadaan remedial dan pengembangan
bahan ajar tersebut. Dalam hal ini guru menetapkan tujuan
yang hendak dicapai. Kemudian ia mulai memilih bahan ajar.
Sesudah itu bahan ajar tersebut disusun menurut urutan
tingkat kesukarannya. Di samping itu, guru juga merencanakan
pula cara mengevaluasi, mengadakan remedial serta
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
11 |
pengembangan bahan ajar tersebut. Metode dalam pengertian
di atas, lebih dimaksudkan dengan persiapan dan perencanaan
menyeluruh sebelum memulai pembelajaran.
3. Teknik
Teknik pengajaran merupakan cara guru menyampaikan
bahan ajar yang telah disusun (dalam metode), berdasarkan
pendekatan yang dianut. Sementara menurut Edward Antony
dalam Douglas Brown (1994:48) are the specific activities
manifested in the classroom that are consistent with a method and
therefore in harmony with an approach as well, yaitu sejumah
perbuatan yang sangat rinci di kelas sesuai dengan metode dan
pendekatan yang telah dipilih.
Teknik yang digunakan oleh guru bergantung pada
kemampuan guru itu mencari akal atau siasat agar proses
belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan
baik. Dalam menentukan teknik pengajaran ini, guru perlu
mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi siswa,
sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi lainnya. Untuk metode
yang sama, dapat digunakan teknik pengajaran yang berbeda-
beda, tergantung pada berbagai faktor tersebut.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teknik
pengajaran adalah siasat yang dilakukan oleh guru dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk memperoleh hasil
yang optimal.
F. Kelenturan Penggunaan Metode
Para ahli pendidikan sepakat bahwa dalam kegiatan
mengajar termasuk mengajarkan bahasa asing, penggunaan
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
12 |
12
metode sangat penting bahkan dianggap lebih penting
daripada materi. Namun demikian, penggunaan metode pada
prinsipnya sangat lentur dan tidak kaku. Kelenturan
penggunaan metode dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:
1. Tujuan pembelajaran bahasa. Banyak orang belajar
bahasa dengan tujuan yang berbeda-beda;
2. Materi pelajaran. Ada materi pelajaran yang bersifat
teoretis ada pula yang bersifat praktis. Bahkan ada materi
yang mesti menggunakan media pengajaran seperti
gambar, photo, kaset atau video dan lain sebagainya;
3. Tema yang diajarkan;
4. Keadaan siswa;
5. Jenjang pendidikan;
6. Fasilitas belajar; dan
7. Pengalaman guru.
G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Teknik Pembelajaran Bahasa
Al-Khuli (1982: 26-29) menyebutkan beberapa faktor
yang mempengaruhi teknik pengajaran bahasa asing, di
antaranya yaitu:
1. Kecakapan guru dalam mengelola teknik pengajaran dan
menerjemahkan teknik-teknik pengajaran yang baru;
2. Beban guru. Dengan jadwal pelajaran yang sangat padat,
guru harus mampu memilih metode dan teknik
pengajaran yang tidak mengeluarkan keringat terlalu
banyak;
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
13 |
3. Motivasi guru. Jika guru tidak mempunyai semangat
mengajar yang tinggi, maka mengajarnya pun lambat
laun akan menurun secara drastis. Begitu pula akan
sangat sulit untuk menggunakan teknik pengajaran yang
baru;
4. Kebiasaan guru. Kebiasaan guru yang selalu
menggunakan teknik pengajaran tertentu dalam jangka
waktu yang sangat lama, dapat membuat seorang guru
sulit untuk menerima dan mempraktekan teknik yang
baru;
5. Kepribadian guru. Biasanya sebagian guru merasa sangat
cocok dengan satu teknik tertentu dan sebagian lainnya
tidak. Semua itu sangat bergantung pada kepribadian
guru;
6. Cara guru belajar bahasa asing akan mempengaruhi cara
dia mengajar, sehingga seolah-olah dia mengatakan
belajarlah seperti aku belajar dulu;
7. Minat siswa untuk belajar bahasa asing. Jika minat
belajar siswa tinggi maka guru akan lebih mudah untuk
membuat variasi teknik pengajaran bahasa asing yang
sekiranya dapat menambah semangat siswa;
8. Kecerdasan siswa. Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan suatu hubungan yang erat antara kecerdasan
siswa dengan cara siswa belajar bahasa asing;
9. Usia siswa. Usia yang tidak rata-rata akan mempengaruhi
proses belajar bahasa asing. Sulit untuk mengajarkan
bahasa asing kepada anak-anak dan orang dewasa
sekaligus;
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
14 |
14
10. Harapan siswa. Apakah harapan siswa akan terjawab
dengan belajar bahasa asing atau apakah cara belajar
yang diterima oleh siswa dirasakan dapat mengantarkan
siswa untuk mencapai harapannya;
11. Hubungan antara bahasa Ibu dan bahasa asing. Akan
sangat membantu siswa bila dalam banyak hal terdapat
kaitan antara bahasa asing yang dipelajari di sekolah
dengan bahasa Ibu yang digunakan di rumah. Misalnya
terdapat beberapa kosa kata yang juga agak mirip
digunakan dalam bahasa Ibu;
12. Lamanya program belajar. Waktu belajar yang terlalu
lama akan membuat siswa menjadi jenuh dan bosan;
13. Fasilitas belajar. Dalam pengajaran bahasa asing, fasilitas
belajar bahasa merupakan sebuah keniscayaan yang
wajib ada. Tanpa itu, belajar bahasa tidak akan
sempurna;
14. Tujuan yang ingin dicapai dalam belajar berkaitan erat
dengan metode dan teknik pengajaran yang digunakan;
15. Evaluasi pembelajaran juga harus mampu
mengakomodir aspek-aspek kebahasaan yang dipelajari
oleh siswa. Jika tidak sesuai, maka siswa akan kurang
peduli pada kualitas evaluasi tersebut;
16. Jumlah siswa. Kelas gemuk atau kelas kurus akan sangat
mempengaruhi penggunaan teknik pengajaran bahasa.
Bisa jadi, suatu teknik tertentu cocok digunakan pada
kelas kurus tapi tidak cocok digunakan pada kelas
gemuk.
15
PENDEKATAN & TEORI
PEMBELAJARAN BAHASA
A. Pendekatan Pembelajaran Bahasa
Pendekatan yang telah lama diterapkan dalam
pembelajaran bahasa, antara lain ialah pendekatan tujuan dan
pendekatan struktural. Kemudian menyusul pendekatan yang
dipandang lebih sesuai dengan hakekat dan fungsi bahasa,
yakni pendekatan komunitatif.
1. Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa
dalam setiap kegiatan belajar mengajar, yang harus dipikirkan
dan ditetapkan terlebih dahulu ialah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan
itu dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan
teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan
pembelajaran tersebut dapat dicapai.
Jadi proses belajar mengajar ditentukan oleh tujuan yang
ditetapkan, untuk mencapai tujuan itu sendiri. Berdasarkan
pendekatan tujuan, maka yang penting adalah tercapainya
tujuan. Adapun proses pembelajarannya, bagaimana
2
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
16 |
16
metodenya, bagaimana teknik pembelajarannya tidak
merupakan masalah penting.
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan
dengan cara belajar tuntas. Berarti suatu kegiatan belajar
mengajar dianggap berhasil, apabila sedikitnya 85 % dari
jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai minimal
75 % dari bahan ajar yang diberikan guru. Penentuan
keberhasilan itu didasarkan pada hasil tes sumatif, jika
sekurang-kurangnya 85 % dari jumlah siswa dapat
mengerjakan atau dapat menjawab dengan betul minimal 75 %
dari soal yang diberikan oleh guru maka pelajaran dapat
dianggap berhasil.
2. Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan
dalam pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi yang
menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah. Atas dasar
anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran
bahasa harus diutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa
atau tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu
dititik beratkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa
yang tercakup dalam fonologi, morfologi, dan sintaksis. Dalam
hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan
suku kata menjadi sangat penting, jelas, bahwa aspek kognitif
bahasa diutamakan.
Di samping kelemahan, pendekatan ini juga memiliki
kelebihan. Dengan pendekatan struktural siswa akan menjadi
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
17 |
cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami
kaidah-kaidahnya.
3. Pendekatan Komunikatif
Beberapa prinsip yang mendasari pembelajaran dengan
pendekatan komunikatif, yaitu:
a. Sedapat mungkin menggunakan teks Arab yang autentik,
seperti diambil dari kisah, majalah, surat kabar Arab,
bukan dari materi dialog/wacana yang sengaja
dipersiapkan untuk materi pelajaran bahasa Arab sebagai
bahasa asing, karena materi pelajaran tersebut telah
mengalami 'rekayasa' hingga tidak alami lagi. Bahasa
Arab difungsikan sebagai alat komunikasi antar pelajar
dalam pembelajaran.
b. Siswa dilatih untuk menggunakan berbagai bentuk dan
pola kalimat -sedapat mungkin- dalam mengungkapkan
suatu makna.
c. Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan
komentar, kesan atau pendapat pribadinya tentang
kandungan materi pelajaran yang didengar dan yang
dibacanya. Pada tahap-tahap awal, kekeliruan berbahasa
yang diperbuat siswa dapat ditolerir.
d. Siswa dilatih untuk memahami sosial budaya Arab yang
melatar belakangi ungkapan-ungkapan Arab yang
dipelajarinya.
e. Guru selalu menciptakan situasi dan kondisi yang
kondusif sehingga siswa dengan mudah menggunakan
bahasa Arab dalam situasi yang hidup, bukan sekedar
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
18 |
18
menghafal mufradt (kosakata) dan pola-pola kalimat
secara membeo.
f. Kegiatan berbahasa yang dilakukan siswa mempunyai
peranan penting dalam mengembangkan komunikasi.
g. Peranan bahasa ibu perlu ditekan seminimal mungkin.
Teknik-teknik pembelajaran yang biasa digunakan dalam
rangka pengembangan komunikasi dimaksud antara lain:
bermain peran, teknik problem solving, bermain bahasa. Tiga hal
yang menandai sesuatu kegiatan berbahasa yang komunikatif,
sbb:
a. Adanya 'information gap' ( ) antara orang
pertama dan orang kedua;
b. Kemampuan memilih berbagai alternatif ungkapan
sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada saat itu (
);
c. Adanya apa yang disebut sebagai dengan 'feedback' (
).
Sedikitnya ada dua tahap pembelajaran dengan
pendekatan komunikatif:
a. Tahap awal (weak version), bertujuan memberikan bekal
dan situasi kondisi agar siswa dapat menggunakan
bahasa secara komunikatif. Kegiatan ini diintegrasikan
ke dalam pembelajaran secara keseluruhan, dengan
motto belajar bahasa untuk digunakan (
);
b. Tahap kedua (strong version), pada intinya adalah
terwujudnya pemerolehan pengetahuan bahasa (kognitif)
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
19 |
melalui penggunaan bahasa secara komunikatif, dengan
motto menggunakan bahasa untuk dipelajari (
).
B. Teori Pembelajaran Bahasa
1. Teori Unit
Yang dimaksud dengan pembelajaran Bahasa Arab
dengan TeoriUnit yaitu kita memandang bahwa bahasa
merupakan sebuah satu kesatuan yang utuh dan saling
berkaitan, bukan merupakan cabang-cabang yang terpisah dan
berdiri sendiri. Dalam praktek pembelajaran bahasa Arab,
sistem ini menempatkan teks bacaan sebagai pusat dan acuan
bagi semua materi cabang bahasa dari mulai tabr, iml, kaidah,
latihan dan lain sebagainya (A. Alim Ibrahim, 1973: 50).
Selanjutnya, Ibrahim (1973: 50-51) menjelaskan tiga
landasan dasar yang membangun Teori Unit:
a. Landasan Psikologis
Mengajarkan bahasa menggunakan Teori Unit
secara psikologis akan berdampak sebagai berikut:
1) Semangat siswa terus tumbuh sementara rasa bosan
dan jenuh akan hilang karena banyaknya aktivitas
kebahasaan dan keragaman topik yang dipelajari
pada satu sesi tertentu.
2) Banyak pengulangan yang kembali pada teks utama.
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
20 |
20
3) Memahami suatu objek secara bertahap dari mulai
materi yang menyeluruh menuju materi yang lebih
rinci.
b. Landasan Paedagogis
Mengajarkan bahasa menggunakan Teori Unit
secara paedagogis akan berdampak sebagai berikut:
1) Secara keseluruhan, ragam materi yang diajarkan
pada satu sesi tertentu mengandung arti adanya
keteraitan yang sangat erat antara satu dan yang
lainya.
2) Kemampuan kebahasaan siswa berkembang secara
seimbang, meliputi kemahiran menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis.
c. Landasan Linguistik
Mengajarkan bahasa menggunakan Teori Unit
secara linguistik akan sesuai dengan penggunaan
bahasa. Artinya, ketika anak berbicara, maka dia tidak
lagi membuka kamus untuk mencari tahu makna kata
yang akan diucapkan atau melihat terlebih dahulu buku
kaidah agar bisa membaca kalimat bahasa Arab dengan
benar. Kemahiran berbahasa nampak sangat spontan
baik dalam pemilihan kata maupun cara merangkai
kalimatnya.
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
21 |
2. Teori Parsial
Yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa Arab
dengan Teori Parsial yaitu kita membagi bahasa ke dalam
beberapa cabang yang terpisah dan berdiri sendiri. Ibrahim
(1973: 51) menjelaskan ciri-ciri pembelajaran engajaran bahasa
Arab dengan Teori Parsial adalah:
a. Setiap cabang bahasa Arab memiliki kurikulum dan
metode tersendiri.
b. Setiap cabang bahasa Arab memiliki buku pedoman
tersendiri.
c. Setiap cabang bahasa Arab memiliki jadwal pelajaran,
jadwal ujian dan pengawasan tersendiri dan diberi nilai
berdasarkan mata pelajaran masing-masing.
3. Kelemahan Pembelajaran Bahasa
dengan Teori Parsial
Ada beberapa kelemahan pada pembelajaran bahasa
dengan Teori Parsial, diantaranya yaitu:
a. Pemecahan bahasa menjadi cabang-cabang terpisah
sebenarnya tidak sesuai dengan inti bahasa dan telah
keluar dari sifat alamiyah bahasa itu sendiri. Siswa tidak
mendapatkan pengalaman belajar bahasa secara utuh.
b. Perkembangan kemampuan berbahasa siswa tumbuh
secara tidak seimbang. Pendalaman pada satu cabang
bahasa, akan mengakibatkan siswa lemah pada cabang
yang lain. Belajar kaidah saja misalnya, akan
menyebabkan siswa pasif dalam berbahasa.
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
22 |
22
4. Menggabungkan Teori Unit dan
Parsial
Menggabungkan Teori Unit dan Teori Parsial dalam
pembelajaran bahasa sangatlah mungkin, bahkan akan banyak
manfaat yang diperoleh. Dasar-dasar penggabungan kedua
teori tersebut sebagai berikut:
a. Kita tidak dibenarkan memandang bahwa cabang-
cabang bahasa merupakan bagian yang berdiri sendiri
dan terpisah dari yang lainnya, melainkan merupakan
bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lain
membentuk bahasa itu sendiri.
b. Guru hendaknya memandang bahwa pembagian bahasa
ke dalam cabang-cabang merupakan taksm siniy
(pembagian yang sengaja dibuat) untuk memudahkan
pengajaran bahasa serta menambah perhatian pada satu
kajian tertentu pada satu waktu tertentu.
c. Pembelajaran bahasa asing dengan Teori Unit dapat
diajarkan pertama kali di kelas-kelas pemula atau pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah contoh pada
tingkat Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah kecuali di
pondok pesantren. Sementara pengajaran bahasa asing
dengan Teori Parsial mulai diajarkan pada tingkat
lanjutan semisal di perguruan tinggi pada Jurusan
Pendidikan Bahasa Arab atau Sastra Arab, atau bahkan
di pondok pesantren sudah dimulai pada tingkat
Tsanawiyah dan Aliyah. Di perguruan tinggi misalnya,
pembelajaran bahasa Arab dengan Teori Parsial
diajarkan di Jurusan/Prodi Bahasa Arab dan Jurusan
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
23 |
Bahasa dan Sastra Arab. Di luar kedua jurusan tersebut,
bahasa Arab diajarkan dengan teori unit. Biasanya tujuan
pembelajaran bahasa Arab di kedua jurusan tersebut
lebih diarahkan untuk pendalaman dan kemahiran
berbahasa secara luas.
C. Hubungan antar Cabang-cabang Bahasa
Hubungan antar cabang-cabang bahasa merupakan
hubungan yang substantif dan alamiyah, sebab setiap cabang
bahasa saling mendukung untuk mencapai tujuan yang utama,
yaitu agar siswa mampu menggunakan bahasa dengan baik dan
benar. Secara rinci uraiannya sebagai berikut:
1. Pada pelajaran Muthlaah misalnya terdapat latihan
untuk tabr, rasa sastra (dzauwq adaby), penggunaan
bahasa, imla selain latihan membaca dan memahami.
2. Pada pelajaran Nahwu terdapat latihan untuk tabr, rasa,
imla selain latihan menggunakan bahasa dengan benar.
3. Pada pelajaran Imla terdapat latihan untuk tabr, rasa
sastra (dzauwq adaby), penggunaan bahasa, imla selain
latihan menggambar dan menulis hurup serta kata yang
benar dan bagus.
4. Pada studi sastra yang mencakup nasyd, mahfdht,
nushsh adabiyah, dan balaghah juga terdapat latihan
untuk membaca, tabr, penggunaan bahasa selain latihan
untuk memahami, merasakan, dan pengembangan
kekayaan bahasa.
5.
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
24 |
24
D. Metode Pengajaran Bahasa Asing Berdasarkan Teori Unit
Beberapa metode pembelajaran bahasa Arab dengan
teori Unit yang populer adalah sebagai berikut:
1. Metode Qawid (Grammar Method)
2. MetodeTarjamah (Translation Method)
3. Metode Qawid dan Tarjamah (Grammar and Translation
Method)
4. Metode Langsung (Direct Method)
5. Metode Psikologis (Psychological Method)
6. Metode Ponetik (Phonetic Method)
7. Metode Alamiyah (Natural Method)
8. Metode membaca (Reading Method)
9. Metode Dengar Ucap (Oral Aural Method)
10. Metode Eklektik (Eclectic Method)
Di bawah ini akan diuraikan secara singkat metode-
metode tersebut di atas:
1. Metode Qawid
Metode ini sangat kuno dan sudah mulai ditinggalkan.
Karakteristik metode ini sebagai berikut:
a. Tujuan
1) Difokuskan kepada menghapal kaidah-kaidah
bahasa Arab.
2) Menguasai kaidah yang mendukung kemampuan
membaca.
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
25 |
b. Materi Pelajaran
1) Teks hapalan kaidah
2) Dimungkinkan materi latihan membaca
c. Teknik Pengajaran
1) Tidak menolak digunakannya kata pengantar dalam
Bahasa Ibu dan kegiatan pembelajaran.
2) Pembelajaran dimulai dengan latihan menghapalkan
kaidah-kaidah bahasa Arab dan beberapa contoh
penggunaan kaidah yang terdapat dalam teks
hapalan.
d. Evaluasi
Merujuk pada teks hapalan
e. Keunggulan dan Kekurangan Metode
1) Keunggulan Metode
a) Siswa mampu menghapal kaidah-kaidah bahasa
asing
b) Melatih mental disiplin dan ulet dalam
mempelajari bahasa
c) Guru tidak dituntut banyak memiliki
keterampilan berbicara, melainkan cukup sekadar
menguasai atau hapal kaidah saja.
2) Kekurangan Metode
a) Metode ini tidak memperhatikan keterampilan
berbicara, sehingga penguasaan berbahasa siswa
menjadi sangat pasif.
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
26 |
26
b) Proses pembelajaran bahasa asing menggunakan
metode ini sangat membosankan karena tidak
banyak warna dan variasi kegiatan.
2. Metode Tarjamah
Yaitu mengajarkan bahasa asing dengan cara
menerjemahkan teks-teks bacaan bahasa asing ke dalam bahasa
sehari-hari.
a. Tujuan
1) Difokuskan kepada kemampuan menerjemahkan
2) Menguasai kaidah yang mendukung kemampuan
menerjemahkan
b. Materi Pelajaran
1) Dimungkinkan materi berupa teks bacaan sebagai
bahan latihan menerjemahkan
2) Menyimpulkan intisari terjemahan.
c. Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran Metode Tarjamah dapat
dilakukan dengan dua cara:
1) Guru langsung membacakan teks dan
menerjemahkannya secara keseluruhan. Setelah itu
menerjemahkannya mulai dari kata per kata
kemudian kalimat per kalimat.
2) Guru secara bersama-sama melibatkan siswa dalam
menerjemahkan kata per kata kemudian kalimat per
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
27 |
kalimat sambil siswa mencatat makna kata yang
sulit. Setelah selesai, guru bisa mengulanginya sekali
lagi bila diperlukan. Setelah menyimpulkan pokok-
pokok pikiran yang terdapat pada teks bacaan
tersebut, guru meminta salah seorang siswa untuk
mengulangi terjemahan sementara siswa lain
mendengarkan dengan seksama dan diminta untuk
memperbaikinya bila terjadi kesalahan. Cara seperti
ini akan membuat konsentrasi belajar meningkat.
d. Evaluasi
Merujuk pada teks bacaan
e. Kelebihan Metode
1) Metode ini membekali siswa kemampuan membaca
dan menerjemahkan teks dengan baik.
2) Guru tidak dituntut menguasai empat keterampilan
berbahasa sekaligus.
3) Siswa memiliki wawasan yang luas dengan materi
terjemahan yang beragam.
f. Kekurangan Metode
1) Metode ini tidak memperhatikan keterampilan
berbicara dan menyimak, sehingga penguasaan
berbahasa siswa menjadi sangat pasif.
2) Proses pembelajaran bahasa asing menggunakan
metode ini sangat sulit diterapkan terutama jika
siswa tidak memiliki kekayaan kosa kata yang
memadai dan pengusaan materi yang diterjemahkan.
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
28 |
28
3. Metode Qaw'id dan Tarjamah
Sejarah Lahirnya
Metode ini diduga kuat mulai digunakan pada abad ke-
15 M, merujuk pada abad kebangkitan Eropa (renaissance).
Ketika itu, banyak sekali sekolah dan universitas di Eropa
mengharuskan pelajar dan mahasiswa untuk mempelajari
bahasa Latin karena dianggap mempunyai nilai pendidikan
yang tinggi guna mempelajari teks-teks klasik (Al-Araby,
1981). Akan tetapi, penamaan metode klasik ini dengan
Grammar Translation Method baru dikenal pada abad 19 M.
Metode ini memiliki banyak nama. Terkadang disebut
at-tharqoh al-qodmah terkadang pula disebut at-tharqah at-
taqldiyah. Kedua nama tersebut merujuk pada makna bahwa
metode ini merupakan cerminan yang tepat dari cara bahasa
Yunani Kuno dan bahasa Latin diajarkan selama berabad-
abad. Pada abad ke-19 M, metode ini digunakan secara luas di
benua Eropa (Brown, 2001). Metode ini kemudian digunakan
secara meluas di negara-negara Arab, bahkan di hampir semua
negeri-negeri Islam lainnya termasuk Indonesia, sampai akhir
abad ke-19 M (Effendi, 2004: 31). Metode ini lahir untuk
mensistematikakan materi pembelajaran bahasa Arab, sehingga
tujuan kemahiran membaca, menulis, menerjemahkan dan
penguasaan tatabahasa menjadi tersampaikan secara baik.
Lebih dari itu, porsi latihan untuk berbagai kemahiran tadi
disediakan dalam sub-sub bagian materi ajar dalam setiap
pertemuannya secara cukup.
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
29 |
Asumsi
Dasar metode ini adalah sebuah asumsi yang
mengatakan bahwa ada satu logika semesta yang merupakan
dasar dari semua bahasa di dunia dan bahwa tatabahasa
merupakan bagian dari filsafat dan logika. Dengan demikian,
belajar bahasa dapat memperkuat kemampuan berpikir logis,
memecahkan masalah, dan menghapal.
Dengan demikian, para pelajar bahasa dengan metode
ini didorong untuk menghapal teks-teks klasik berbahasa asing
dan menerjemahkannya dalam bahasa pelajar, terutama teks-
teks yang bernilai sastra tinggi, walaupun dalam teks itu,
terdapat struktur kalimat yang rumit dan kosa kata atau
ungkapan yang tidak terpakai lagi (Fuad Effendi, 2004: 31).
Karakteristik
Karakteristik metode ini adalah sebagai berikut:
a. Tujuan
1) Menguasai keterampilan membaca, menulis dan
menerjemahkan.
2) Menguasai kaidah sebagai syarat utama untuk
menguasai ketiga keterampilan tersebut.
b. Materi Pelajaran
1) Teks bahasa tulisan ( ), dan untuk tingkat
lanjut mulai dengan teks sastrawi.
2) Pelajaran kaidah diajarkan secara sistematis
3) Latihan membaca, menulis dan menerjemahkan.
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
30 |
30
c. Teknik Pengajaran
1) Menggunakan bahasa pengantar Bahasa Ibu (BI)
2) Menjelaskan makna mufradt dan kalimat dengan BI
(terjemah dsb)
3) Latihan menerjemahkan teks.
4) Menganalisa kalimat dari segi kaidah sharaf, nahwu
dan i'rb.
5) Banyak latihan berdasarkan analogi dan deduktif
6) Membandingkan bahasa Arab dengan bahasa ibu
d. Sistematika Penyajian Bahan Ajar
- 1-
) )
2- 3-
- 1-
) )
2- !
e. Keunggulan dan Kelemahan Metode
1) Keunggulan
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
31 |
a) Siswa dapat menguasai kaidah-kaidah bahasa
asing.
b) Siswa mampu membaca dan menulis dalam
waktu relatif singkat dibanding dengan metode
yang lain.
2) Kelemahan
1) Dapat mengakibatkan penguasaan tatabahasa
sebagai 'tujuan', bukan sebagai alat.
2) Terpusat pada pembelajaran di dalam kelas
dengan hanya menggunakan buku pegangan.
3) Siswa sulit berbahasa lisan sebab fokus
pembelajaran hanya pada membaca, menulis dan
tatabahasa.
4) Beban guru relatif ringan sebab tidak dituntut
mahir berbicara.
5) Cocok untuk kelas gemuk dengan jumlah siswa
yang banyak.
6) Siswa tidak memiliki kesempatan yang cukup
untuk berekspresi dan berkreasi bahasa.
4. Metode Langsung
Sejarah Lahirnya
Metode langsung (al-tharqah al-mubsyirah/direct method)
disebut juga metode Berlitz (Izzan, 2011: 88) dikembangkan
oleh Charles Berlitz, seorang ahli dalam pengajaran bahasa, di
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
32 |
32
Jerman menjelang abad ke-19 M (Hermawan, 2011: 175).
Metode langsung muncul bersamaan dengan kemunculan
metode Gouin and the Series Method yang dikembangkan pada
akhir tahun 1800-an oleh Francois Gouin orang Perancis yang
mengajar bahasa Latin. Kedua metode ini memiliki kemiripan
dalam hal menghindari tatabahasa dan terjemahan dalam
pengajaran bahasa. Metode ini muncul sebagai reaksi
penolakan terhadap metode tua yang telah berkembang sejak
berabad-abad sebelumnya yaitu metode klasik atau Grammar
Translation Method yang menitikberatkan pada penguasaan
tatabahasa dan kemampuan menerjemahkan. Dalam
perkembangannya metode langsung menjadi lebih dikenal
secara meluas daripada Gouin and the Series Method (Lengkawati
dalam Revitalisasi Pendidikan Bahasa, 2003: 72).
Asumsi
Metode langsung berasumsi bahwa belajar bahasa Arab
sama dengan belajar Bahasa Ibu, yakni penggunaan bahasa
secara langsung dan intensif dalam komunikasi. Para pelajar
menurut metode ini, belajar bahasa Arab dengan cara
menyimak dan berbicara, sedangkan membaca dan mengarang
dapat dikembangkan kemudian, sebab inti bahasa adalah
menyimak dan berbicara. Oleh karena itu, mereka harus
dibiasakan berpikir dengan bahasa Arab. Maka untuk
mencapai ini semua penggunaan Bahasa Ibu dan Bahasa
Kedua (Bahasa Nasional) ditiadakan sama sekali. Bahkan
unsur tata bahasa di dalam metode ini tidak terlalu
diperhatikan, sebab tekanan intinya adalah bagaimana agar
pelajar pandai menggunakan bahasa Arab (dirsat al-lughah)
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
33 |
yang dipelajari, bukan pandai tentang teori bahasa Arab
(dirsat an al-lughah) yang dipelajari. Tata bahasa nahwu sharaf
hanya diberikan melalui situasi kontekstual dan dilakukan
secara lisan, bukan dengan cara menghafalkan kaidah-kaidah
(Hermawan, 2011: 177).
Metode langsung dalam pembelajaran bahasa Arab
memiliki tujuan agar para pelajar mampu berkomunikasi
dengan bahasa Arab yang dipelajarinya seperti pemilik bahasa
asli (native speaker). Untuk mencapai kemampuan ini para
pelajar diberi banyak latihan secara intensif. Latihan-latihan ini
diberikan dengan asosiasi langsung antara kata-kata atau
kalimat-kalimat dengan maknanya, melalui
demonstrasi/peragaan, gerakan, mimik muka dan sebagainya.
Inti dari asumsi metode langsung adalah:
a. Berbahasa adalah berbicara, maka berbicara dalam
bahasa Arab merupakan aspek yang harus
diperioritaskan. Jika ada materi dalam bentuk bacaan,
maka bacaan itu pertama kali disajikan secara lisan.
b. Sejak dini pelajar dibiasakan berpikir dalam bahasa Arab
yang dipelajari. Cara ini dilakukan agar pelajar pandai
menggunakan bahasa Arab secara otomatis layaknya
Bahasa Ibu.
c. Penggunaan Bahasa Ibu dan Bahasa Kedua atau
terjemahan dalam kegiatan pembelajaran bahasa asing
akan merusak pembelajaran bahasa, hingga tidak perlu
digunakan.
d. Penggunaan tata bahasa secara mendalam dan khusus
dianggap tidak perlu dan tidak bermanfaat dalam
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
34 |
34
mempelajari bahasa. Kalaupun ada hanya diberikan
dengan mengulang-ulang contoh kalimat secara lisan,
bukan dengan menjelaskan definisi atau
menghapalkannya (Al-Khuli, 1982: 22).
Penerapan Metode Langsung
Ahmad Izzan (2011: 87) menggarisbawahi ciri-ciri
Metode Langsung dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai
berikut:
a. Materi pelajaran pertama-tama diberikan kata-demi kata,
kemudian struktur kalimat. Kosa kata dan pola kalimat
diajarkan melalui teknik meniru dan menghapalkan.
b. Kaidah nahwu sharaf diajarkan hanya bersifat sambil
lalu, dan pelajar tidak dituntut menghapal kaidah-kaidah,
yang utama adalah pelajar mampu berbicara dalam
bahasa Arab dengan baik.
c. Dalam proses pengajaran senantiasa menggunakan alat
peraga, baik alat praga langsung (miniatur) maupun
melalui gambar-gambar atau gerakan-gerakan tertentu.
d. Setelah masuk kelas, pelajar benar-benar dikondisikan
untuk menerima pelajaran dan bercakap-cakap dalam
bahasa Arab yang dipelajari, dan dilarang menggunakan
bahasa lain.
Mengacu pada uraian di atas, terdapat beberapa intisari
ciri khas dari metode ini. Karakteristik tersebut bila
dikelompokkan berkenaan dengan lima hal, yaitu:
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
35 |
a. Tujuan Pembelajaran
Tujuan belajar bahasa Arab dengan Metode
Langsung mengarah pada kemampuan bicara dalam
bahasa Arab dengan baik dan benar sehingga mampu
berkomunikasi dengan penutur Arab asli. Sedikitnya ada
dua tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui
metode ini:
1) Menguasai keterampilan berbicara dengan pola fikir
bahasa Arab itu. Metode ini sebenarnya tidak berarti
mengabaikan keterampilan bahasa lainnya, tetapi
porsi latihan berbicara yang sangat banyak,
membuat keterampilan bahasa lainnya kurang
mendapat perhatian.
2) Menguasai ungkapan-ungkapan yang baik dan atas
dasar kaidah.
b. Materi Ajar
Menurut Abdurahman (2010: 21) ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penggunaan Metode
Langsung, terutama dalam materi ajar bahasa Arab,
antara lain:
1) Materi yang diajarkan berupa mufrodt (kosakata)
dan struktur kalimat yang banyak digunakan sehari-
hari.
2) Tatabahasa diajarkan melalui contoh-contoh
ungkapan lisan gurunya, bukan dengan cara
menghapal. Saat memberi contoh, guru secara tidak
langsung memberikan pola-pola tatabahasa dalam
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
36 |
36
penggunaannya dengan baik dan benar, sehingga
siswa tidak salah meniru dan menggunakannya
dalam percakapan mereka.
3) Pengajaran mufrodt yang maknanya konkret
diajarkan dengan menunjukkan langsung benda-
benda perbandingannya (al-iqtirn al-mubsyir),
misalnya dengan menampilkan miniaturnya, benda
langsung, atau gambar. Sedangkan mengajarkan
mufrodt yang maknanya abstrak menjadi kelemahan
dari metode ini.
4) Pengajaran kata kerja (fiil) dilakukan dengan
peragaan secara langsung oleh gurunya atau oleh
siswa yang dianggap mengerti perkataan gurunya.
Contoh, ketika mengajarkan maka seketika
itu guru duduk. Dengan begitu, siswa akan mengerti
bahwa berarti saya duduk. Jadi, tidak
memerlukan terjemah dan tidak perlu
diterjemahkan ke dalam bahasa Ibu.
5) Latihan mendengar dan meniru percakapan dalam
bahasa Arab banyak diberikan agar dapat dicapai
penguasaan bahasa Arab secara otomatis.
6) Melatih cara berpikir menurut bahasa Arab yang
diajarkan.
7) Berani mempraktekkan percakapan, dengan
menghilangkan rasa malu dan takut salah.
8) Memperbanyak perbedaharaan kata dan kalimat
secara terus menerus (Tayar Yusuf, 1985:9), sebagai
contoh: jika setiap hari kita menghapal lima
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
37 |
kosakata, maka dalam satu bulan kita telah dapat
menguasai kosakata bahasa Arab sebanyak 150 kata,
dan untuk satu tahun kita telah menguasai 1900
kata, dan begitulah seterusnya.
9) Selalu melatih alat pendengaran dan pengucapan
agar menjadi fasih dan lancar.
10) Terus menerus banyak membaca buku-buku dalam
bahasa Arab.
c. Aktivitas Berbahasa dalam Pembelajaran
Metode Langsung dalam pembelajaran bahasa Arab
dicirikan dengan aktivitas berbahasa lisan yang
menonjol, yaitu:
1) Penggunaan bahasa Arab secara langsung sebagai
pengantar dalam proses belajar dan mengajar.
Pengajar sedapat mungkin bahkan sama sekali tidak
menggunakan Bahasa Ibu atau Bahasa Kedua.
2) Latihan intensif pada keterampilan menyimak dan
berbicara sekaligus memupuk kebiasaan cara
berpikir dalam bahasa Arab. Untuk itu pertama-
tama guru mengkondisikan peserta didik untuk
menerima pelajaran dalam bahasa Arab dan
memberi arahan agar mereka tidak menggunakan
bahasa lain dalam bertanya jawab. Contoh-contoh
dialog disajikan untuk disimak dengan baik dan
ditiru sampai lancar kemudian dipraktekkan antar
peserta didik secara bergantian. Beberapa peserta
yang sudah maju diberi kesempatan mengadakan
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
38 |
38
dialog yang dianalogikan atau dikembangkan dari
contoh yang disajikan.
3) Tidak menggunakan BI sama sekali
4) Menjelaskan makna mufradt dan kalimat, melalui
sinonim, antonim, konteks (siyq), situasi, dan
syarhul ma'na (menjelaskan makna kata).
5) Memperoleh kaidah melalui mumrasah (latihan) dan
pembiasaan.
6) Banyak digunakan tanya jawab, menirukan dan
menghafal (kurang latihan bersifat analogi dan
induktif ).
7) Digunakan latihan ta'br hur (ungkapan bebas) sejak
awal.
d. Penyajian Materi Ajar
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa hal terkait
materi ajar yang harus diperhatikan oleh guru,
diantaranya:
1) Konten materi disajikan secara bertahap (tadarruj)
disesuaikan dengan taraf kemampuan peserta didik.
2) Materi ajar disajikan pertama kali secara lisan,
peserta didik diarahkan untuk menyimak saja tanpa
melihat bacaan tertulis.
3) Untuk memberi pemahaman tentang bentuk kata
dan struktur kalimat, pengajar tidak
membahas/menganalisis kaidah nahwu-sharafnya
dan tidak memberi hapalan kaidah, melainkan
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
39 |
cukup dengan contoh-contoh yang relevan secara
lisan.
4) Untuk memberi pemahaman makna kata atau
kalimat, pengajar tidak menerjemahkannya ke
bahasa lain, tetapi membahasnya dalam bahasa
Arab melalui asosiasi, padanan kata, peragaan,
gerakan tertentu, mimik muka dan alat peraga
seperti benda sebenarnya, benda tiruan dan gambar.
5) Materi ajar dapat berupa dialog/hiwr antara dua
orangdan antara lebih dari dua orang atau dapat
pula berupa teks/wacana.
6) Tidak ada materi kaidah secara eksplisit, melainkan
diajarkan melalui pembiasaan. Artinya, Guru
membiasakan diri berbicara dan memberi contoh
dengan benar secara kaidah dan mengulang-ulang
hingga siswa menjadi terbiasa.
e. Aktivitas Peserta Didik
Metode Langsung dalam pembelajaran bahasa Arab
dicirikan dengan partisipasi aktif peserta didik dalam
kegiatan yang mendukung kemampuan berbahasa lisan,
yaitu:
1) Melatih pendengaran dan pengucapan agar terbiasa
dengan tuturan bahasa Arab.
2) Banyak mempraktikkan percakapan bahasa Arab
tanpa dibebani rasa malu dan takut salah.
3) Memperbanyak perbendaharaan kosa kata dan
kalimat bahasa Arab
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
40 |
40
4) Banyak membaca buku-buku berbahasa Arab.
f. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar bahasa Arab dengan
menggunakan metode langsung diberikan secara lisan
dengan penekanan pada keterampilan menyimak dan
berbicara.
g. Evaluasi Metode
1) Dapat menciptakan suasana belajar yang real dan
hidup.
2) Motivasi belajar siswa tinggi;
3) Ketiadaan Bahasa Ibu menyebabkan waktu
pembelajaran banyak dihabiskan secara tidak efisien.
4) Ketiadaan kaidah secara eksplisit, siswa tidak
memiliki pegangan untuk berbahasa yang benar.
5) Memerlukan guru yang kreatif, inovatif dan mampu
berbahasa lisan, bahkan guru terbaik menurut
metode ini adalah native speaker.
6) Kegiatan ta'br hur' dapat mengakibatkan intervensi
BI dalam penggunaan kata-kata atau susunan
kalimat. Karena itu, guru sedapat mungkin-
menjauhkan siswa dari pengaruh Bahasa Ibu.
h. Langkah-langkah Pembejalaran
Acep Hermawan (2011: 181) mengurai secara
umum langkah-langkah penerapan metode langsung
dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai berikut:
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
41 |
1) Pendahuluan, memuat berbagai hal yang berkaitan
dengan materi yang akan disajikan baik berupa
apersepsi, atau tes awal tentang materi atau yang
lainnya.
2) Guru memberikan materi berupa dialog-dialog
pendek yang rilek, dengan bahasa Arab yang biasa
digunakan sehari-hari secara berulang-ulang. Materi
ini mula-mula disajikan secara lisan dengan bantuan
gerakan-gerakan, isyarat-isyarat, dramatisasi-
dramatisasi, atau gambar-gambar. Bahkan jika perlu
pelajar dibawa ke alam nyata untuk memudahkan
peragaan atau menunjukan benda-benda yang
berkaitan dengan materi yang disajikan. Jika sudah
mantap bisa dikembangkan ke dalam tulisan.
3) Pelajar diarahkan untuk disiplin menyimak dialog-
dialog tersebut, lalu menirukan dialog-dialog yang
disajikan sampai lancar.
4) Para pelajar dibimbing menerapkan dialog-dialog itu
dengan teman-temannya secara bergiliran. Pelajar
yang sudah maju diberi kesempatan untuk
mengadakan dialog lain yang dianalogikan dengan
contoh yang diberikan guru.
5) Struktur/tata bahasa diberikan bukan dengan
menganalisa nahwu, melainkan dengan memberikan
contoh-contoh secara lisan yang sedapat mungkin
menarik perhatian pelajar untuk mengambil
kesimpulan-kesimpulan sendiri.
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
42 |
42
6) Sebelum penutup, jika diperlukan, evaluasi akhir
berupa pertanyaan-pertanyaan dialog yang harus
dijawab oleh pelajar sebagaimana pola-pola dialog di
atas. Pelaksanaannya bisa saja secara individual atau
kelompok, sesuai dengan situasi dan kondisi. Jika
tidak memungkinkan karena waktu, misalnya, guru
dapat menyajikannya berupa tugas yang harus
dikerjakan di rumah masing-masing pelajar.
Menurut Ibrasyi (1955: 264), langkah-langkah
pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan
metode langsung, yaitu:
1) Memilih topik yang sesuai dengan taraf kemampuan
peserta didik;
2) Kemudian guru mengucapkan kata-kata atau
kalimat yang sesuai dengan tingkat kemampuan
anak didik dengan menggunkan alat peraga bila
diperlukan.
Hal ini sesuai dengan Yusuf (1997: 193) yang
mengatakan bahwa dalam pembelajaran bahasa Arab
perlu dipersiapkan materi dengan baik dan ditetapkan
topik pembahasan. Materi disesuaikan dengan taraf
perkembangan dan kemampuan anak didik, dan dimulai
dengan kata-kata yang dapat dimengerti anak didik.
Lebih lanjut Ahmad Fauzi (1998: 14) mengatakan bahwa
dalam mengajarkan bahasa Arab dengan menggunakan
Metode Langsung, kosakata yang maknanya konkret
dijelaskan dengan menggunakan alat peraga berupa
miniature, gambar, atau media visual. Sedangkan
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
43 |
kosakata yang maknanya abstrak dijelaskan melalui
asosiasi, bahkan sejak permulaan peserta didik dilatih
cara berfikir menurut bahasa yang diajarkan. Demikian
juga latihan mendengar dan meniru banyak diberikan
agar dapat dicapai penguasaan bahasa secara otomatis.
5. Metode Ponetik
Gambaran Umum
Metode ini dianggap sebagai fase pembelajaran bunyi
bahasa dalam Metode Langsung. Penguatan bunyi kata bahasa
asing secara langsung dipandang sebagai media penting untuk
dapat mengucapkan kata dengan benar. Sejak berkembangnya
kajian bahasa tentang bunyi (ponetik) pada paruh kedua abad
ke-20 M, para pengajar dianggap telah mampu menggunakan
hasil kajian ini untuk melahirkan dan mengembangkan sistem
bunyi pada huruf-huruf abjad.
Lahirnya metode ponetik ini semakin mengembangkan
Metode Langsung. Dalam aplikasinya, Metode Ponetik mirip
dengan Metode Psikologis, yaitu berpusat pada latihan
berbicara. Namun sebelum berbicara, metode ini terlebih
dahulu memulai pembelajaran dengan mempelajari perangkat
bunyi (alat-alat yang memproduksi suara) dan cara
mengeluarkan bunyi huruf. Sebelum pembelajaran bahasa
dimulai, siswa terlebih dahulu belajar dengan benar
membunyikan huruf satu per satu hingga tuntas, sebagaimana
mereka juga belajar membaca dan menulis bunyi huruf
abjad/Arab (An-Naqah, 1985: 76-77).
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
44 |
44
Dalam kegiatan pembelajaran, bahasa yang dominan
digunakan di kelas adalah bahasa asing, tetapi jika diperlukan
dalam membantu penjelasan, bisa digunakan Bahasa Ibu. Pada
awal kegiatan pembelajaran, metode ini menggunakan bentuk
lisan dan diakhiri dengan bentuk tulisan. Maksudnya, bunyi
huruf yang diajarkan pada akhirnya akan dituliskan, sehingga
siswa mengetahui tulisan dari bunyi huruf yang dipelajari.
Metode ini telah sukses mengembangkan proses
berbicara yang baik, sehingga mendorong siswa untuk
mempelajari bahasa ke tahapan selanjutnya. Metode Langsung
pun terinspirasi oleh Metode Ponetik, sehingga dalam
mengawali kegiatan pembelajaran bahasa, Metode Langsung
pun memulainya dengan mengajarkan sistem bunyi yang baru
selama berbulan-bulan hingga siswa dipandang mampu paling
tidak mengenal intonasi bunyi, dan pada akhirnya bisa
mengembangkannya pada cara pengucapan bahasa yang benar
tanpa terpengaruh lagi bahasa lokal.
Metode ini mengutamakan ear training dan speak training
yaitu cara menyajikan pelajaran bahasa asing melalui latihan-
latihan mendengarkan dari mulai kosa kata yang berdekatan
bunyinya seperti fine, white, knife, wife, atau chair, hair, fair,
kemudian kalimat yang pendek. Setelah itu, siswa diminta
untuk mengucapkannya.
Karakteristik
Adapun karakteristik metode ini sebagai berikut:
a. Tujuan
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
45 |
1) Menguasai empat keterampilan menyimak,
berbicara (menyebutkan dan membedakan bunyi
huruf dan kata). Sementara keterampilan membaca
dan menulis mendapat porsi perhatian dan latihan
yang sedikit.
2) Menguasai struktur/pola-pola kalimat sederhana
melalui seringnya mendengar.
b. Materi Pelajaran
Materi pelajaran disampaikan secara lisan dan dapat
berbentuk:
1) Huruf Hijiyyah, kosakata dan kalimat sederhana
2) Latihan pola-pola kalimat
c. Teknik Pengajaran
1) Digunakan BI pada saat-saat 'terpaksa'
2) Latihan intensif tentang pola-pola kalimat
sederhana melalui peniruan dan pengulangan.
3) Digunakan media: audio, audio visual terutama
dalam latihan menyimak dan mengucapkan bunyi
huruf dan kata.
d. Evaluasi Metode
1) Siswa mengusai langgam dan intonasi bahasa asing
dengan baik;
2) Siswa menguasai struktur/pola kalimat sederhana
dengan baik;
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
46 |
46
3) Latihan yang kurang tepat dapat mengakibatkan
sikap membeo dan generalisasi yang salah;
4) Memerlukan guru yang kreatif, inovatif, mampu
menyimak, berbicara dan menuliskan bahasa Arab.
6. Metode Psikologis
Gambaran Umum
Metode ini difokuskan untuk mengajarkan kosakata dan
kalimat seputar aktivitas sehari-hari seperti yang berkaitan
dengan bangun pagi, sarapan pagi, pergi ke pasar, pergi ke
sekolah, pergi ke dokter, dan lain sebagainya. Metode ini
sebagai upaya merubah situasi pembelajaran menjadi situasi
peragaan, hingga pada penggunaan berbagai benda, miniatur,
gambar dan lainnya yang dapat dilihat secara langsung oleh
siswa. Dengan begitu, siswa akan dengan cepat belajar
kosakata bahasa asing. Metode ini, secara umum, akan
mengabaikan nilai-nilai sastrawi dan budaya bahasa asing
tersebut. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran, metode
inipun akan mengakhirkan kegiatan membaca kisah pendek,
riwayat dan bentuk sastra lainnya hingga sampai pada
tingkatan yang cukup untuk mempelajarinya (An-Naqah, 1985:
75).
Metode inipun senada dengan Metode Langsung yang
menghindari penggunaan Bahasa Ibu dalam kegiatan
pembelajaran di kelas. Asumsinya, bahwa anak sejak dini harus
sudah diajarkan berfikir dengan bahasa asing, yaitu dengan
cara menghubungkan antara objek, benda, keadaan, dan
pemikiran dengan padanan kata atau kalimatnya secara
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
47 |
langsung. Karena itu, penggunaan media ajar menjadi wajib
dalam metode ini untuk membantu siswa memahami
perkataan guru. Metode ini juga tidak membatasi pada
keterampilan berbicara saja, sebab guru juga dianjurkan untuk
mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami teks,
membaca dan menulis. Tujuan akhir dari metode ini adalah
mengembangkan kemampuan berfikir siswa tentang bahasa
yang dipelajari, baik dalam berbicara, membaca maupun
menulis.
Metode ini disebut juga Metode Asosiasi. Maksudnya,
dalam mengajarkan bahasa asing seorang guru mulai dengan
memilih kelompok benda yang secara fungsi berdekatan dan
menjadi paket yang utuh. Contoh, ketika guru mengajarkan
(pena), maka pena itu merupakan bagian dari alat tulis. Dengan
demikian, semua benda yang menjadi bagian dari alat tulis
seperti buku, tas, penghapus, papan tulis, dan lain-lain harus
juga diajarkan pada sesi yang sama. Inilah inti dari Metode
Psikologis, selalu mendasarkan pembelajaran pada kebiasaan
akal manusia ketika mengingat sesuatu benda, yaitu dengan
mengingat benda lainnya yang paling dekat secara fungsinya.
Karakteristik
Metode Psikologis pun memiliki kekhasan tersendiri dari
metode lainnya. Adapun karakteristik metode ini adalah
sebagai berikut:
a. Tujuan
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
48 |
48
1) Menguasai keterampilan menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Tetapi prioritas pada
keterampilan menyimak dan berbicara;
2) Menguasai struktur/pola-pola kalimat melalui
seringnya mendengar.
b. Materi Pelajaran
Materi Pelajaran disampaikan secara lisan dan dapat
berbentuk:
1) Hiwr/dialog antara dua orang dan antara lebih dari
dua orang dengan tampilan pola-pola kalimat;
2) Teks/wacana dengan topik-topik yang sesuai;
3) Latihan pola-pola kalimat.
c. Teknik Pengajaran
1) Digunakan BI pada saat-saat 'terpaksa';
2) Latihan intensif tentang pola-pola kalimat melalui
peniruan dan pengulangan;
3) Digunakan media: audio, audio visual terutama
dalam latihan menyimak, photo, gambar dan lain
sebagainya.
d. Evaluasi Metode
1) Siswa mampu mengusai kosa kata secara asosiatif;
2) Siswa menguasai struktur/pola kalimat dengan baik;
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
49 |
3) Memerlukan guru yang kreatif, inovatif dan mampu
berbahasa lisan.
7. Metode Alamiyah
Gambaran Umum
Metode ini merupakan lanjutan dari pembelajaran
bahasa dengan Metode Psikologis. Dalam kegiatan
pembelajaran di kelas, metode ini menghindari penggunaan
Bahasa Ibu. Asumsinya bahwa seseorang mampu belajar
bahasa asing dengan metode yang sama digunakan saat dia
belajar bahasa ibunya. Metode ini bersandar pada peragaan
gerak, pengulangan, tanya jawab secara silih berganti sebagai
media untuk memahami bahasa. Dengan metode ini, kosakata
yang dipelajari berkaitan dengan aktivitas sehari-hari. Hasil
pengamatan, ada kesan bahwa guru terasa lelah karena harus
terus berbicara dan menyusun dialog setiap hari, tetapi hasilnya
cukup berhasil terutama untuk anak kecil yang belajar bahasa
asing. Nampak terlihat bahwa pembelajaran dengan metode ini
dapat mempengaruhi tingginya semangat siswa dalam belajar.
Sementara untuk pelajar dewasa kurang berhasil, sebab
sebagian besar siswa dewasa lebih berminat pada kegiatan
berbahasa yang lain seperti membaca dan penguasaan
tatabahasa (An-Naqah, 1984: 77-78).
Adapun teknik pembelajaran dimulai dengan
mengajarkan kata dan ungkapan-ungkapan asing yang
berhubungan dengan aktivitas sehari-hari. Jika makna kata sulit
dipahami dengan penjelasan secara langsung, maka guru
melakukan peragaan, isyarat atau dengan gambar yang
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
50 |
50
memungkinkan bisa menjelaskan makna. Pada prinsipnya,
apapun bisa dilakukan asal tidak menerjemahkannya ke dalam
Bahasa Ibu. Tujuannya agar sejak dini, anak sudah terbiasa
mendengar kalimat-kalimat bahasa asing secara sempurna,
mendengar dialog dalam bentuk tanya jawab dalam bahasa
asing serta berusaha memahaminya tanpa menggunakan
Bahasa Ibu atau Nasional.
Karakteristik
Adapun karakteristik metode ini adalah sebagai berikut:
a. Tujuan
1) Menguasai keterampilan menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Tetapi prioritas pada
keterampilan menyimak dan berbicara.
2) Menguasai struktur/pola-pola kalimat melalui
seringnya mendengar.
b. Materi Pelajaran
Materi pelajaran disampaikan secara lisan dan dapat
berbentuk:
1) Hiwr/dialog antara dua orang dan antara lebih dari
dua orang dengan tampilan pola-pola kalimat.
2) Teks/wacana dengan topik-topik yang sesuai
3) Latihan pola-pola kalimat yang benar secara kaidah,
sehingga materi kaidah tidak perlu diajarkan secara
khusus dan mendalam.
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
51 |
c. Teknik Pengajaran
1) Tidak diperkenankan menggunakan Bahasa Ibu.
2) Latihan intensif tentang pola-pola kalimat melalui
peniruan dan pengulangan.
3) Digunakan media: audio, audio visual terutama
dalam latihan menyimak, photo, gambar dan lain
sebagainya.
d. Evaluasi Metode
1) Siswa mampu mengusai kosa kata dan
ungkapanyang berhubungan dengan aktivitas sehari-
hari.
2) Siswa menguasai struktur/pola kalimat dengan baik.
3) Memerlukan guru yang kreatif, inovatif dan mampu
berbahasa lisan.
8. Metode Membaca
Sejarah Lahirnya
Metode Membaca lahir karena ketidakpuasan terhadap
Metode Langsung yang kurang memperhatikan kemahiran
membaca dan menulis. Karena itu, Prof. Coleman dan kawan-
kawan dalam sebuah laporan yang ditulis pada tahun 1929
menyarankan Metode Membaca yang tujuan utamanya
memberikan porsi latihan lebih banyak pada keterampilan
membaca dan menulis. Menyikapi adanya upaya satu metode
yang dapat menjangkau semua keterampilan bebahasa,
Coleman berpendapat sama sekali tidak realistis dan terlalu
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
52 |
52
berlebihan. Tidak ada satu metode pun yang mampu
menjangkau keempat keterampilan berbahasa secara merata.
Pada perkembangannya, Metode Membaca ini lebih cocok
digunakan di Sekolah Tingkat Atas. Di Amerika Serikat dan di
seluruh negara Eropa, metode ini digunakan di sekolah-
sekolah menengah dan perguruan tinggi. Meski dinamai
Metode Membaca tidak berarti dalam kegiatan
pembelajarannya hanya terbatas pada membaca dan
memahami teks, melainkan latihan menulis dan berbicara pun
diberikan meski dengan porsi yang terbatas (Fuad Effendi,
2004: 41).
Asumsi
Asumsi yang mendasari metode ini adalah:
1) Pembelajaran bahasa tidak bersifat multi-tujuan.
2) Kemampuan membaca adalah tujuan yang paling
realistis ditinjau dari kebutuhan pembelajar bahasa asing.
Karakteristik
Karakteristik metode ini sebagai berikut:
a. Tujuan
a) Difokuskan kepada keterampilan membaca dan
memahami teks.
b) Menguasai kaidah yang mendukung kemampuan
membaca
b. Materi Pelajaran
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
53 |
Materi Pelajaran berupa teks bacaan yang terdiri
dari:
1) Bacaan yang bersifat intensif (mukatsafah)
2) Bacaan yang bersifat ekstensif (muwassaah)
3) Daftar kosa kata baru
4) Dimungkinkan materi latihan terjemah
c. Teknik Pengajaran
1) Tidak menolak digunakannya kata pengantar dalam
Bahasa Ibu dan kegiatan terjemah.
2) Pembelajaran dimulai dengan latihan mengucapkan
kata dan kalimat yang terdapat dalam teks bacaan.
3) Membaca diam dan nyaring. Membaca nyaring
porsinya lebih banyak digunakan.
4) Membaca ekstensif (di luar jam tatap muka)
5) Digunakan berbagai media pelajaran untuk
memahami makna kata dan kalimat.
d. Keunggulan dan Kelemahan
Fuad Effendi (2004: 43) menjelaskan segi
keunggulan dan kelemahan metode membaca sebagai
berikut:
1) Keunggulan
a) Siswa terlatih memahami bacaan dengan analisis,
tidak dengan terjemah.
b) Siswa menguasai kosa kata dengan baik.
c) Siswa mengasai penggunaan tatabahasa.
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
54 |
54
2) Kelemahan
a) Siswa kurang terampil dalam membaca nyaring,
karena kurang porsi latihan.
b) Siswa kurang mahir menyimak dan berbicara,
sebab kurang porsi latihan.
c) Siswa kurang terampil membuat karangan bebas,
sebab kurang porsi latihan.
d) Siswa lemah dalam memahami teks lain yang
belum dipelajari, sebab kosa kata yang dikuasai
terbatas pada kosa kata yang terdapat dalam teks
bacaan saja.
9. Metode Dengar Ucap
Sejarah Lahirnya
Metode ini lahir sebagai penolakan atas Metode Qawid
dan Tarjamah dan Metode Langsung secara bersamaan.
Penolakan terhadap Metode Qawid dan Tarjamah karena
metode tersebut dianggap tidak mengantarkan siswa pada
penguasaan bahasa secara lisan (mahrat al-kalm). Sementara
penolakan terhadap metode langsung karena metode tersebut
dianggap sangat sulit untuk diimplementasikan dalam kegiatan
pembelajaran. Bagaimana pun tidak diperbolehkannya
penggunaan Bahasa Ibu dalam Metode Langsung akan terasa
sangat sulit, usaha dan waktu akan habis terbuang sekedar
untuk mengajarkan satu kosakata yang dianggap sulit. Karena
itu, Metode Dengar Ucap ini lahir untuk mengantarkan siswa
pada kemampuan berbicara serta tidak ragu untuk
menggunakan Bahasa Ibu (terjemah) dalam keadaan terpaksa,
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
55 |
bilamana kosakata yang diajarkan sangat sulit, biasanya
kosakata yang abstrak
Metode ini memiliki banyak nama, terkadang disebut
at-tharqoh asy-syafawiyyah terkadang juga disebut at-tharqoh
al-lughawiyah. Bahkan pertama kali lahir yaitu pada awal abad
20 M, metode ini disebut uslb al-jaisy (gaya bahasa tentara).
Sebab metode ini digunakan pertama kali dalam mengajar
bahasa asing kepada bala tentara yang akan dikirim ke berbagai
negara yang terlibat dalam Perang Dunia II. Dalam situasi
Perang Dunia II, Amerika Serikat memerlukan personalia yang
lancar berbahasa asing untuk ditempatkan di beberapa negara,
baik sebagai penerjemah dokumen-dokumen maupun
pekerjaan lain yang memerlukan komunikasi langsung dengan
penduduk setempat. Untuk itu, Departemen Pertahanan
Negara Amerika Serikat membentuk badan yang dinamai Army
Specialized Training Program (ASTP) dengan melibatkan lima
puluh universitas di AS. Program ini dimulai pada tahun 1943.
Tujuannya agar peserta program dapat mencapai keterampilan
berbicara dalam beberapa bahasa asing dengan pendekatan
dan metode yang baru (Fuad Effendi, 2004: 46).
Pembelajaran bahasa asing model ASTP ini dianggap
berhasil mengantarkan peserta program memiliki keterampilan
berbicara dengan sangat cepat. Karena itu, para ahli linguistik
bersepakat untuk menggunakan model ini di luar program
ketentaraan, dalam arti untuk semua siswa yang belajar bahasa
asing. Model inilah yang kemudian berkembang menjadi
Metode Audio Lingual (at-tharqat as-samiyyah as-syafawiyyah).
Tetapi umumnya program ini lebih bersifat intensif, dengan
jumlah pertemuan yang banyak dalam waktu singkat. Adapun
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
56 |
56
penerapannya di sekolah-sekolah dalam program regular
(hanya satu pertemuan dalam satu minggu) tentu tidak akan
secepat keberhasilan yang diraih pada program intensif.
Asumsi
Metode ini terlahir atas dasar sebuah asumsi bahwa inti
atau hakikat bahasa adalah ujaran (kalm). Karena itu, dalam
hal mengajarkan bahasa, maka pertama kali yang harus
dilakukan adalah sebanyak mungkin siswa diajak untuk
menyimak bahasa sebelum kemudian dilatih berbicara. Hal
tersebut senada dengan pengalaman manusia pada umumnya
ketika belajar Bahasa Ibu. Mula-mula, anak hanya
mendengarkan perkataan orang-orang sekelilingnya, kemudian
seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit, anak mampu
menirukannya, hingga akhirnya berkembang memiliki
kemampuan berbahasa yang baik. Biasanya belajar menyimak
dan berbicara pada anak dilakukan sebelum belajar membaca
dan menulis.
Asumsi yang kedua adalah bahwa bahasa merupakan
kebiasaan. Orang bisa karena terbiasa. Demikian pula dengan
berbahasa. Tidak mungkin seseorang mampu berbahasa
apabila sejak kecil dia tidak dibiasakan berbahasa. Bahasa itu
digunakan, maka siapa yang paling sering menggunakannya
akan lebih lebih cepat memiliki kemampuan berbahasa. Hal ini
terlihat pada perkembangan berbahasa pada anak kecil,
sebagian terlihat begitu cepat, sebagian lainnya sangat lambat.
Asumsi ini dipahami oleh metode ini sebagai dasar
pembelajaran berbahasa, bahwa suatu perilaku akan menjadi
kebiasaan apabila dilakukan secara berulang-ulang. Oleh
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
57 |
karena itu, pengajaran bahasa harus dilakukan dengan teknik
pengulangan atau repetisi (Fuad Effendi, 2004: 47).
An-Naqah (1978: 49) dan al-Khulli (1982: 24)
menjelaskan bahwa pendekatan metode ini merujuk pada hal-
hal berikut:
a. Bahasa itu adalah berbicara bukan menulis;
b. Bahasa itu merupakan sekumpulan kebiasaan yang
sistematis. Menurut metode ini, metode yang paling baik
untuk memperoleh bahasa yaitu membentuk kebiasaan
berbahasa dengan cara memperbanyak latihan
menggunakan pola-pola bahasa.
c. Yang dituntut itu mempelajari bahasa atau dirsat al-
lughah (menggunakannya dalam percakapan sehari-hari)
bukan mempelajari ilmu tentang bahasa dirsat an al-
lughah (teori-teori bahasa). Menurut metode ini,
mengetahui teori dan analisis tatabahasa tidak terlalu
penting, yang paling penting adalah mengucapkannya;
d. Bahasa itu apa yang dikatakan oleh pemilik bahasa
tersebut, bukan materi yang dipaksakan untuk dipelajari.
Artinya, materi yang disajikan menurut metode ini yaitu
pola-pola yang umum digunakan oleh kita dalam
kehidupan sehari-hari. Karena itu, menurut metode ini,
guru bahasa yang paling baik adalah native speaker yang
terlatih.
e. Setiap bahasa memiliki aturan sendiri yang berbeda dari
bahasa lainnya. Karena itu, belajar suatu bahasa asing
tidak perlu dibanding-bandingkan dengan bahasa
lainnya.
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
58 |
58
Karakteristik
Adapun karakteristik metode ini sebagai berikut:
a. Tujuan
1) Menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu
menyimak, berbicara, membaca dan menulis, tetapi
prioritas lebih pada keterampilan menyimak dan
berbicara;
2) Menguasai struktur/pola-pola kalimat.
b. Materi Ajar
Materi Pelajaran disampaikan secara lisan dan bisa
berbentuk:
1) Dialog (hiwr) antara dua orang dan antara lebih dari
dua orang dengan tampilan pola-pola kalimat;
2) Teks/wacana dengan topik-topik dalam situasi
budaya Arab; dan
3) Latihan pola-pola kalimat
c. Teknik Pengajaran
1) Digunakan BI pada saat-saat 'terpaksa'
2) Latihan intensif tentang pola-pola kalimat melalui
peniruan dan pengulangan.
3) Digunakan media: audio, audio visual terutama
dalam latihan menyimak, gambar, pola-pola, photo
dan lain sebagainya.
d. Keunggulan dan Kelemahan Metode
1) Keunggulan
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
59 |
a) Siswa mampu mengucapkan bahasa dengan baik.
b) Siswa menguasai struktur/pola kalimat dengan
baik.
c) Suasana kelas sangat hidup, sebab siswa dituntut
untuk secara terus-menerus merespon stimulus
dari guru.
2) Kelemahan
a) Latihan dapat mengakibatkan sikap membeo &
generalisasi yang salah.
b) Materi kaidah tidak mendapatkan porsi yang
cukup, karena materi kaidah yang dijelaskan
hanyalah kaidah yang tercermin dalam dialog
(hiwr).
c) Memerlukan guru yang kreatif, inovatif dan
mampu berbahasa lisan.
10. Metode Eklektik
Latar Belakang
Telah dipaparkan dengan jelas bahwa masing-masing
metode yang telah telah disebutkan di atas memiliki kelebihan
dan kelemahan. Metode Qawid dan Tarjamah misalnya, lemah
pada keterampilan berbicara. Metode Langsung (Direct Method)
dan Metode Dengar Ucap (Audio Lingual Method) lemah pada
keterampilan membaca dan tatabahasa. Karena itu, metode ini
lahir sebagai penolakan atas kelemahan-kelemahan metode di
atas sekaligus sebagai upaya untuk menggabungkan berbagai
metode dengan hanya mengambil kelebihan-kelebihan tiap
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
60 |
60
metodenya saja. Inilah alasan mengapa metode ini diberi nama
metode eklektik, artinya memilih kelebihan tiap-tiap metode
dan meninggalkan kelemahan-kelemahannya. Bisa disebut
bahwa kehadiran metode eklektik itu untuk memecah
kebuntuan metode-metode lain dalam mengajarkan bahasa
asing, termasuk mengajarkan bahasa Arab.
Metode ini memiliki banyak nama, diantaranya adalah at-
tharqah at-taulfiyyah, at-tharqah al-intiqiyyah, at-tharqah al-
mukhtrah, at-tharqah al-muzdawwijah, dan at-tarqah at-taufqiyah
(Fuad Effendi, 2004: 69).
Asumsi
Adapun asumsi yang mempengaruhi lahirnya metode ini
adalah sebagai berikut:
a. Tidak ada satu pun metode yang sangat baik atau sangat
buruk, melainkan pada masing-masing terdapat
kelebihan dan kekurangan.
b. Kelebihan yang ada pada setiap metode bisa
dimanfaatkan untuk menyempurnakan metode
pembelajaran yang lain.
c. Pada dasarnya, penggunaan metode hanyalah untuk
menyampaikan pengajaran yang efektif dan efesien
sehingga materi yang disampaikan dapat diserap dengan
baik oleh siswa. Karena itu, guru diberi kewenangan dan
kebebasan penuh untuk memilih dan menggunakan
metode yang dianggap paling baik dan cocok untuk
materi yang diajarkan dan tingkat kemampuan siswa.
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
61 |
d. Tidak ada satu pun metode pengajaran yang sangat
relevan dan sesuai untuk semua tujuan belajar bahasa,
semua tingkatan siswa, guru, dan program pembelajaran
bahasa asing.
e. Yang paling penting dalam mengajar adalah fokus pada
guru dan kebutuhannya. Bukankah penerapan metode
mengajar itu disesuaikan dengan kebutuhan guru.
f. Guru harus sadar bahwa memilih teknik mengajar adalah
sangat bebas disesuaikan dengan kebutuhan guru dan
siswa (Al-Khuli, 1982: 26).
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
62 |
62
63
METHODS OF SPIRITED
SEVENTIES
A. Community Language Learning (CLL)
1. Sejarah Lahirnya
Charles A. Curran, seorang spesialis dalam program
konseling dan seorang profesor dalam bidang psikologi di
Logola Universitas Chicago, Amerika Serikat, berusaha
menerapkan konsep psikoterapi dalam bentuk konseling
kepada para mahasiswanya setelah ia terinspirasi oleh Carl
Rogers. Menurut Brown (2000:103), Carl Rogers memiliki
cara untuk memfasilitasi pembelajaran sehingga setiap
individu dalam kelompok dapat dihargai dan merasa berharga.
Karena itu, siswa dan guru harus bergabung bersama-sama.
Inilah alasan utama mengapa Curran menciptakan sebuah
metode khusus yang disebut Komunitas Belajar Bahasa atau
Community Languge Learning (CLL). Dalam metode ini ada dua
peran yang harus dimainkan dalam proses pembelajaran
bahasa. Peran pertama adalah seorang konselor, yang
dimainkan oleh guru dan peran kedua adalah klien, yang
dimainkan oleh para siswa. Konselor merupakan istilah lain
yang digunakan untuk merujuk kepada peran guru dalam
metode ini. Selain menggunakan istilah konselor, istilah bagi
3
M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b
64 |
64
para ahli pendidikan, para pakar konselor dan guru
pembimbing juga ada.
Metode ini didasarkan pada beberapa teori. Pertama,
pada umumnya semua yang dipelajari oleh manusia berada
pada wilayah kognitif dan afektif (Subiyakto, 1988).
Maksudnya, bahwa pelajar mendapat semua masukan dari
dunia luar melalui pikirannya, yang dapat dianggap sebagai
kemampuan kognitif dan juga melalui perasaannya, yang dapat
dianggap sebagai kemampuan afektifnya. Menciptakan
suasana pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain secara
bebas tampaknya menjadi cara terbaik untuk
memaksimalkan kemampuan kognitif seorang siswa serta
kemampuan afektifnya.
Kedua, bahwa belajar bahasa didasarkan pada
beberapa faktor dalam pikiran seperti sikap, emosi dan