Post on 30-Nov-2021
Vol. 1 No. 2 – Juni 2020
171
P-ISSN: 2716-215X E-ISSN: 2722-5283
METODE PENCIPTAAN DINAMIS PADA LUKISAN “PERAHUKU SAYANG, PERAHUKU
MALANG” KARYA AGUSTAN Oleh :
Rifki Aswan, S.Pd, M.Sn1 Agustan, S.Pd, M.Sn2
Universitas Mercu Buana Jakarta Rifki.aswan@mercubuana.ac.id1
agustan@mercubuana.ac.id2
ABSTRAK Gubahan lukisan Agustan menampilkan wujud boneka sarung yang diilustrasikan
dalam berbagai aktifitas. Agu banyak menampilkan eksplorasi kain, terutama menampilkan efek draperi yang hiperealis. Boneka sarung dalam lukisan Agu seolah menampilkan sisi misterius. Membaca Lukisannya seolah membaca kompleksitas manusia dan nilai kemanusiaannya. Salah satu lukisannya berjudul “Perahuku Sayang, Perahuku Malang”. Visualisasinya menampilkan dinamika kebentukan dan struktur tanda yang terserak, namun tetap dalam harmonisasi yang estetik. Hal ini menimbulkan kesan misterius dalam persepsi pengamat, sehingga banyak diperhatikan oleh pengunjung pameran saat itu. Penelitian ini mengidentifikasi tahapan metode penciptaan yang dilakukan Agustan. Penelitian pada lukisan “Perahuku Sayang, Perahuku Malang” ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk mengidentifikasi metode penciptaan yang diterapkan Agustan pada lukisan ini. Dengan tujuan untuk memunculkan satu bentuk metode berkarya dalam bidang seni lukis. Kata Kunci : Metode penciptaan; lukisan; Agustan; Perahuku Sayang; Perahuku Malang.
Rifki Aswan, S.Pd, M.Sn IMAGINARIUM Vol. 1 No. 2 - Juni 2020 Agustan, S.Pd, M.Sn
Copyright © 2020, Jurnal IMAGINARIUM, P-ISSN:2716-215X E-ISSN: 2722-5283 172
PENDAHULUAN
Pameran lukisan bertema “Orang-orang(an)” ditampilkan sejak tanggal 26
Oktober - 2 November 2019. Pameran ini diselenggarakan di 2 Madison Gallery jl.
Bangka Raya N0.20, Kemang, Jakarta Selatan. Pelukisnya adalah Agustan (Agu),
seorang seniman berbakat yang juga berprofesi sebagai dosen di Fakultas Desain
UMB.
Gambar 1. Pameran ‘Orang-Orang(an)’ (Sumber: Dokumentasi Pribadi Agustan)
Gubahan lukisan Agu menampilkan wujud boneka sarung yang diilustrasikan
dalam berbagai aktifitas. Lukisan Agu memang banyak menampilkan eksplorasi kain,
terutama menampilkan efek draperi yang hiperealis. Bagi seniman berambut ikal ini,
sarung merupakan pakaian yang sangat lekat dengan kehidupannya. Sarung sendiri
sudah menjadi bagian dari tradisi Indonesia.
Kita banyak menemukan penggunaan sarung dalam berbagai aktifitas
masyarakat. Entah itu digunakan sebagai pakaian peribadatan, juga kadang
difungsikan dalam aktifitas kasual dirumah (Wibisono , Gilang Tri and Wahyu ,
Widiastuti and Yuliati, 2014). Bahkan sarung digunakan anak-anak untuk bermain,
misalnya main perahu-perahuan, main ninja-ninjaan, dan boneka sarung. Nampaknya
boneka sarung menarik minat Agustan sebagai eksplorasi objek lukisannya.
Kendati dikenal sebagai permainan anak kecil, boneka sarung dalam lukisan
Agu seolah menampilkan sisi misterius. Terasa ada sesuatu yang tersembunyi dibalik
ekspresi Lukisan yang terkesan playfull. Entah Agu malu mengungkapkan secara
gamblang, atau memang sengaja menciptakan labirin tanda yang memancing rasa
Rifki Aswan, S.Pd, M.Sn IMAGINARIUM Vol. 1 No. 2 - Juni 2020 Agustan, S.Pd, M.Sn
Copyright © 2020, Jurnal IMAGINARIUM, P-ISSN:2716-215X E-ISSN: 2722-5283 173
penasaran, agar dapat digali lebih dalam. Membaca Lukisannya seolah membaca
kompleksitas manusia dan nilai kemanusiaannya.
Salah satu lukisan Agustan yang memiliki daya ganggu yang kuat dalam
pameran tersebut adalah lukisan yang berjudul “Perahuku Sayang, Perahuku
Malang”. Visualisasinya menampilkan dinamika kebentukan dan struktur tanda yang
terserak, namun tetap dalam harmonisasi yang estetik. Hal ini menimbulkan sebuah
kesan misterius dalam persepsi pengamat, sehingga banyak diperhatikan oleh para
pengunjung pameran pada saat itu.
Hal yang menarik dalam lukisan ini yaitu kehadirannya mampu membuka
dialog pemaknaan dengan subjek pengamat. Dimana ketika diamati, lukisan ini
menempatkan pengamat dalam upaya dekonstruksi makna terhadap berbagai
rangkaian tanda yang tersebar disetiap sisi bidangnya (Burchill, 2012). Memberikan
refleksi diri dan menyadarkan kembali akan dinamika hidup dalam menanggapi nilai-
nilai kemanusiaan. Hal ini tentu saja dapat terjadi melalui penyajian visual yang
dihadirkan dalam lukisan tersebut.
Dari persoalan diatas, menginspirasi penulis untuk meneliti tentang metode
penciptaan lukisan yang digunakan Agustan, sehingga mampu menghadirkan daya
ganggu dan membuka ruang dialog antara karya dan pengamat. Dalam penelitian ini,
penulis mengidentifikasi tahapan metode penciptaan yang dilakukan Agustan.
Diharapkan dapat memberi penjelasan terhadap salah satu metode kekaryaan yang
diterapkan pelukis Indonesia untuk menambah khasanah ilmu penciptaan seni rupa.
PEMBAHASAN
Biografi Agustan
Agustan lahir di Bone, Sulawesi Selatan 03 maret 1986. Tepatnya di Desa
Sugiale, Kec. Barebbo, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Berdomisili di Jl.Bunga,
Kembangan Jakarta Barat.
PENDIDIKAN
TAHUN KETERANGAN
2004-2011 (S1) Pendidikan Seni Rupa UNM Makassar
Rifki Aswan, S.Pd, M.Sn IMAGINARIUM Vol. 1 No. 2 - Juni 2020 Agustan, S.Pd, M.Sn
Copyright © 2020, Jurnal IMAGINARIUM, P-ISSN:2716-215X E-ISSN: 2722-5283 174
2012-2014 (S2) Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta
PAMERAN
TAHUN TEMA PAMERAN
2015 “Lustrum UMB”, Ulang Tahun Universitas Mercu Buana,
Jakarta
2015 “Trajectory” Makassar Biennale, Makassar
2015 “Dari Masa ke Rasa” orasis Gallery Surabaya
2015 “Drawing Nusantara” Taman Budaya Yogyakarta
2015 “Kenduren” PERAHU art Connection, Yogyakarta
2015 “426 KM” PERAHU art Connection, Yogyakarta
2015 “IIES” artspaceSAY, Mullae-dong, Seoul, Korea Selatan
2014 “AKSARA/RUPA” Purna Budaya UGM, Yogyakarta
2014 “AIR YOGYAKARTA” SAY Art Space, Seoul, KOREA
SELATAN
2014 Pameran Tugas Akhir Penciptaan Seni Murni Pasca Sarjana
Institut Seni Indonesia Yogyakarta, UPT Galeri ISI Yogykarta.
2014 “Prasangka Membawa Nikmat” Kelompk Segitiga Sama Kaki,
Jogja Galeri, Yogyakarta
2013 Exhibition for the 40th Anniversary of Korea-Indonesia
Diplomatic Relationship, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.
2013 “Melihat/dilihat” Pameran Pengajar Seni Rupa di Galeri
Nasional, Jakarta
2013 “Meta Amuk” Pameran Nusantara di Galeri Nasional, Jakarta
2013 “Betawi diantara Etnis Nusantara” Sultan Hotel, Jakarta
2013 “Panorama Indonesia” Pameran drawing di Pasuruan, Jawa
Timur
2013 “Representasi” Galeri Pasca ISI, Yogyakarta
2013 “Cemplang Cemplung” bersama Budi Kustarto, Sangkring Art
Space, Yogyakarta
2013 “Recharge” Pameran Perupa Muda Makassar di Rumata Art
Space, Makassar
2013 “Arus Balik” Kolaborasi dengan Seniman Australia dan
Polandia di Lereng Merapi
2013 “Small Frame” Pameran Bersama di ViaVia Travelers Cafe,
Yogyakarta
2012 “Works on Paper #2” ASWARA HERITAGE Gallery, Kuala
Lumpur, Malaysia
2012 “Narasi Zaman” Pameran Keliling Galeri Nasional, Makassar
2012 “Art Moment Makassar 2012” Pameran Bersama di Benteng
Fort Rotterdam, Makassar
2010 “Refleksi Sebuah Perjalanan” Pameran Bersama di Clarion
Hotel, Makassar
2010 “Milad Seni Rupa Unismuh” di Kampus Unismuh, Makassar
2010 “The Expression Day” di Galeri Colli’ Pakue, Makassar
Rifki Aswan, S.Pd, M.Sn IMAGINARIUM Vol. 1 No. 2 - Juni 2020 Agustan, S.Pd, M.Sn
Copyright © 2020, Jurnal IMAGINARIUM, P-ISSN:2716-215X E-ISSN: 2722-5283 175
2010 “Art Moment Makassar” di Trans Mall, Makassar
2009 “Art Moment FSD” Benteng Fort Rotterdam, Makassar
2008 “Hitam Putih” di Galeri Colli’ Pakue, Makassar
2007 “Forum FPBSS” Pameran Bersama di Hotel Sahid, Makassar
2007 “Milad Seni Rupa UNM ke-37” Galeri Colli’ Pakue, Makassar
2007 “MIPA FAIR” Pameran Bersama di Kampus UNHAS,
Makassar
2006 “Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Nasional VIII” di Gd. Lanto
Dg’ Pasewang Kampus UNM, Makassar
2006 “PASERUNAS” di Gd. Lanto Dg’ Pasewang Kampus UNM,
Makassar
2006 “Milad Seni Rupa UNM ke-36” di Galeri Colli’ Pakue,
Makassar
2005 “Imaji Dua Generasi” Gd. Sao Panrita, Makassar
2004 “Sketsa Tutup Tahun”, di Camba Maros, Sul Sel
2004 “Milad Seni Rupa UNM ke-34” Galeri Colli’ Pakue, Makassar
PENGHARGAAN
TAHUN PENGHARGAAN
2013 Pemenang Terbaik I Perancangan Peristiwa Seni Rupa bersama
kelompok Colliq Puji’edalam Parallel Events biennale Jogja XII
Equator #2
2013 Pemenang Terbaik II Kompetisi Drawing “Panorama Indonesia”
Galeri Nasional Indonesia
2010 Pemenang II “ Lomba Desain Poster Obat Generik”, Menteri
Kesehatan RI, Jakarta
2009 Pemenang I “ Lomba Desain Poster Obat Generik”, Menteri
Kesehatan RI, Jakarta
2009 Juara I Graffity Contest “Orange Art”, UNM, Makssar
2008 Juara I Karikatur “Pagelaran Seni Merdeka II” UKI Paulus,
Makassar
2008 Juara II Graffity Contest “Ekspresi Anak Bangsa” BTP,
Makassar
2007 Juara I Seni Lukis Bernuansa Islami “Halaqah Budaya Nasional
1428H, Makassar
2007 Juara I Graffity Contest “IM3” Lap. Karebosi, Makassar
2007 Juara I Graffity Contest “X Mild” STIKOM Fajar, Makassar
2007 Juara I Graffity Contest “Kampus Ramai” UNM, Makassar
2007 Juara II Graffity Contest “A Mild” Madama FM, UNHAS,
Makassar
2006 Juara III Graffity Contest “A Mild” UNHAS, Makassar
2006 Juara I Seni Lukis “Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Daerah
(PEKSIMIDA)” Makassar
2006 Karya Terbaik Kategori Mahasiswa “Paserunas” UNM,
Makassar.
Rifki Aswan, S.Pd, M.Sn IMAGINARIUM Vol. 1 No. 2 - Juni 2020 Agustan, S.Pd, M.Sn
Copyright © 2020, Jurnal IMAGINARIUM, P-ISSN:2716-215X E-ISSN: 2722-5283 176
Proses Penciptaan Karya
Penciptaan karya ‘Perahuku Sayang, Perahuku Malang” diawali oleh ide dasar
dengan konsep visual eksplorasi sarung. Kebentukannya terinspirasi dari permainan
anak yang menggunakan sarung sebagai bentuk perahu. Bentuk ini dikombinasikan
dengan bentuk boneka sarung dalam sebuah ilustrasi kegiatan. Agustan mencoba
mengilustrasikan aktivitas bermain perahu-perahuan oleh sekelompok anak kecil.
Ada beberapa orang yang menumpang perahu, ada pula yang berada disamping
perahu beraktivitas pada roda kulit jeruk perahu tersebut. Ilustrasi aktifitas ini
menjadi ide dasar lukisan sekaligus menjadi vocal point yang ditempatkan pada
bidang positif karya.
Pada tahap pembuatan sketsa, Agustan mengawali dengan menarik garis-
garis bantu dengan memproporsikan antara ruang bidang lukis dan objek ilustrasi
boneka sarung. Sketsa dikerjakan dengan tarikan-tarikan kuas berwarna ringan,
sekedar sebagai patokan bentuk untuk menorehkan warna dan memunculkan
dimensinya.
Agustan mulai menerapkan warna dasar pada background. Dengan memilih
warna hijau tosca sebagai background, warna flat disebar merata memenuhi bidang
negative kanvas. Warna ini dipilih agar memberikan kesan playfull dan ceria pada
lukisan. Setelah memenuhi background di sekeliling objek ilustrasi, barulah Agustan
mulai focus pada objek ilustrasi.
Ilustrasi aktivitas boneka sarung dikerjakan dengan teknik realis. Agustan
memang dikenal sangat lihai dalam memunculkan kesan draperi kain. Tekstur lipatan
kainnya sangat terasa melalui pemainan tone warna dan kesan cahaya. Memberikan
kesan dimensi yang kuat pada objek. Warna yang dipilih pada boneka sarung juga
menggunakan warna chromatic yang cerah. Menciptakan gambaran yang ceria dan
hiperaktif pada ilustrasinya.
Proses melukis Agustan terkesan sangat spontan dan impulsif dalam
menentukan ide kebentukannya. Namun eksekusi karya dilakukan dengan sangat
teliti dan detail. Disela proses berkarya, Agu terlihat sering melakukan pengamatan
Rifki Aswan, S.Pd, M.Sn IMAGINARIUM Vol. 1 No. 2 - Juni 2020 Agustan, S.Pd, M.Sn
Copyright © 2020, Jurnal IMAGINARIUM, P-ISSN:2716-215X E-ISSN: 2722-5283 177
pada objek-objek yang ada disekitarnya. Fasilitas internet juga menjadi media favorit
dalam menemukan bentuk-bentuk estetik dan inspiratif. Kecenderungan Agustan
dalam mengamati lebih condong pada penikmatan sensasi rasa yang ditimbulkan
bentuk tersebut. Melalui sensibilitas rasanya, objek yang dianggapnya menarik kerap
dipilih sebagai komponen pelengkap dalam lukisan, kendati bentuk tersebut tidak
memiliki relasi tekstual pada konsep utamanya. Seolah-olah bentuk itu mengalir
secara tak sadar memenuhi bidang ground lukisan.
Bentuk-bentuk hapalan yang sudah pernah dilukiskannnya juga tidak sedikit
menampakkan diri pada lukisan ini. Misalnya saja ikan bersayap burung yang terbang,
paduan-paduan warna membentuk pattern atau bentuk tanaman yang dilukis Agu
sebelumnya kembali hadir dalam lukisan ini. Semuanya tertuang dan berbaur diatas
kanvas mengikuti perasaan Agustan disetiap sapuan kuasnya. Hal ini memberikan
gambaran akan kematangan skill teknis yang dimiliki agustan. Jam terbangnya dalam
melukis membangun memori berketubuhannya merekam setiap teknik sapuan dan
tarikan garis. Sebuah pencapaian yang hanya dapat dimiliki melalui repetisi dan teknik
vernacular.
Bentuk Hapalan
Probabilitas visual dalam proses penciptaan karya lukis Agustan semakin
meningkat dalam proses harmonisasi dan pencarian rupa artistik dan estetiknya.
Komposisi objek yang hadir mengalir bersama perasaannya saat itu juga. Hingga
akhirnya lukisan mencapai titik finishing, tak jarang ditemukan lukisan Agustan
memiliki perbedaan yang begitu besar dari konsep awal lukisannya. Konsep yang
tadinya memiliki narasi yang kuat tenggelam dalam kompleksitas objek-objek yang
merupakan sublimasi ketidaksadaran psikis Agustan.
HASIL
Rifki Aswan, S.Pd, M.Sn IMAGINARIUM Vol. 1 No. 2 - Juni 2020 Agustan, S.Pd, M.Sn
Copyright © 2020, Jurnal IMAGINARIUM, P-ISSN:2716-215X E-ISSN: 2722-5283 178
Pameran lukisan bertema orang-orangan ditampilkan sejak tanggal 26
Oktober - 2 November 2019 di 2Madison. Pelukisnya adalah Agustan (Agu), seorang
seniman berbakat yang juga berprofesi sebagai dosen di Fakultas Desain UMB.
Gubahan lukisannya menampilkan wujud boneka sarung yang diilustrasikan dalam
berbagai aktifitas. Lukisan Agu memang banyak menampilkan eksplorasi kain,
terutama menampilkan efek draperi yang hiperealis. Bagi seniman berambut ikal ini,
sarung merupakan pakaian yang sangat lekat dengan kehidupannya. Sarung sendiri
sudah menjadi bagian dari tradisi Indonesia(INDONESIA & Dewa Made, Weda
Githapradana and I Ketut, Suteja and Ida Ayu, 2018). Kita banyak menemukan
penggunaan sarung dalam berbagai aktifitas masyarakat. Entah itu digunakan sebagai
pakaian peribadatan, juga kadang difungsikan dalam aktifitas kasual dirumah. Bahkan
sarung digunakan anak-anak untuk bermain, misalnya main perahu-perahuan, main
ninja-ninjaan, dan boneka sarung. Nampaknya boneka sarung menarik minat Agustan
sebagai eksplorasi objek lukisannya.
Kendati dikenal sebagai permainan anak kecil, boneka sarung dalam lukisan
Agu seolah menampilkan sisi misterius. Terasa ada sesuatu yang tersembunyi dibalik
ekspresi Lukisan yang terkesan playfull. Entah Agu malu mengungkapkan secara
gamblang, atau memang sengaja menciptakan labirin tanda yang memancing rasa
penasaran, agar dapat digali lebih dalam. Membaca Lukisannya seolah membaca
kompleksitas manusia dan nilai kemanusiaannya.
Refleksi Kemanusiaan Agustan
Setiap lukisan yang dipamerkan kali ini menampilkan jejak pemikiran dan
perasaan pelukisnya. Pengungkapannya tidak dengan narasi simbolik yang terencana,
tapi lebih mengalir dengan intuisinya. Wujudnya berupa pecahan/fragmen pemikiran
dan perasaan yang spontan. Berjalan dinamis seirama dengan ke’diri’annya sebagai
subjek yang mempersepsi dalam ruang dan waktu.
Fragmen pemikiran dan perasaan ini merupakan representasi pengaruh
berbagai dimensi kehidupan, baik dalam dimensi ekonomi, sosial, politik, budaya,
ideologi, maupun seksualitas. Letaknya tersebar dalam bidang lukisannya.
Tersimbolisasi melalui rangkaian kecil tanda yang terpisah dari tanda lainnya. Lukisan
Rifki Aswan, S.Pd, M.Sn IMAGINARIUM Vol. 1 No. 2 - Juni 2020 Agustan, S.Pd, M.Sn
Copyright © 2020, Jurnal IMAGINARIUM, P-ISSN:2716-215X E-ISSN: 2722-5283 179
Agu memperlihatkan divergensi manusia dalam menanggapi kehidupan. Bahwa
diwaktu dan ruang yang sama, manusia dihadapkan dengan berbagai tantangan dan
masalah berbeda. Tentu saja hal tersebut menyita perhatian dan mempengaruhi
manusia dalam bertindak dan mengambil keputusan.
Kemanusiaan yang diartikulasikan Agustan dalam lukisannya bukan mengenai
etika, rasa empati atau idealnya seorang manusia. Kemanusiaan yang dimaksud disini
lebih kepada menampilkan manusia apa adanya, yang selalu terhubung dan
terpengaruh oleh dimensi kehidupannya. Dimana tiap tindakan diputuskan melalui
pertimbangan situasi yang dihadapinya. Agu juga menyelipkan gejolak emosi sebagai
bagian dari kemanusiaan itu sendiri. Cerminan lukisannya menghadirkan empati,
gairah, amarah, terkadang juga sinis dan benci. Itulah wujud kemanusiaan yang apa
adanya. Bersitegang diantara baik dan buruk, Benar dan salah, ataupun amal dan
dosa.
Fragmen kemanusiaan ini dapat dilihat dalam karya "perahuku sayang,
perahuku malang". Di tengah kelompok boneka sarung yang bermain, salah satunya
memiliki ukuran yang lebih besar. Ukurannya memberikan penekanan sebagai tokoh
utama. Aktifitas bermain kapal-kapalan menjadi ide awal Agustan mengubah
karyanya. Interaksi sekelompok boneka sarung ini mencerminkan rasa kepedulian.
Interaksi tersebut merepresentasikan dimensi sosial kehidupan Agustan yang
menjadi salah satu fragmen kecil dalam lukisannya.
Beberapa fragmen berbeda terlihat dari munculnya objek buah. Bentuknya
berupa anggur dan jeruk bali sebagai roda perahu. Kita dapat merasakan bahwa roda
kulit jeruk sebenarnya tidak begitu terkait dengan perahu sarung. Mungkin saja ia
tiba-tiba terinspirasi oleh mainan tradisional, yaitu mobil-mobilan kulit jeruk. Kendati
dua objek tersebut tidak terkait, kehadirannya menyiratkan makna tertentu. Disini
Agu menarasikan pesan dalam konteks ekonomi. Roda kulit jeruk dimaknai sebagai
roda ekonomi yang bergerak.
Sarung yang ujungnya dipegang menyerupai perahu, dimaknai sebagai wadah.
Hal tersebut menjadi simbolisasi visi Agu dalam merangkul dan bekerjasama. Bentuk
kerjasamanya tergambarkan melalui ilustrasi aktivitas kelompok. Seolah penuh
Rifki Aswan, S.Pd, M.Sn IMAGINARIUM Vol. 1 No. 2 - Juni 2020 Agustan, S.Pd, M.Sn
Copyright © 2020, Jurnal IMAGINARIUM, P-ISSN:2716-215X E-ISSN: 2722-5283 180
permainan, ketegangan dan kepentingan. Kesan ini memperkuat cerminan dimensi
ekonomi dalam lukisan ini. Agu pribadi memang dikenal senang merangkul orang-
orang disekitarnya untuk bekerjasama. Entah itu teman dekat, kenalan baru, maupun
mahasiswanya sendiri.
Selain itu, terdapat pula elemen visual yang kecil namun tajam. Wujudnya
berupa gigi ikan yang tajam. Hal ini terlihat kontras dengan visualisasi bentuk yang
dominan dinamis dan ceria. Hadirnya elemen kecil dan tajam ini justru memberikan
kesan yang misterius pada lukisannya. Bisa saja merupakan sebuah representasi id
yang merupakan jiwa kebinatangan, naluri yang buas, kekejaman(Freud, 2015).
Ataukah sublimasi kesakitan batin yang tersalurkan lewat lukisan. Entah yang mana
dari keduanya, tapi inilah dimensi kemanusiaan yang ditampilkan Agustan. Sebagai
manusia yang mencitrakan diri dalam eksistensinya, yang bersitegang diantara baik
dan buruk, bahagia dan derita, atau antara empati dan kebencian. Inilah realita
manusia yang sesungguhnya. Fragmen psikologis yang teruang dan berbaur menjadi
satu dalam lukisan boneka sarung.
Metode Penciptaan Yang Dinamis
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, proses penciptaan Agu berangkat dari
ide, pendapat atau pandangannya terhadap sesuatu. Ide ini yang kemudian
diwujudkan dalam konsep visual. Yang menarik adalah konsep yang direncanakan ini
tidak dalam wujudnya yang final. Agu membiarkan visualisasinya terus berkembang
seirama dengan aktualitasnya dalam mempersepsi ruang dan waktu. Penentuan
objek yang ditampilkan dalam lukisan dituntun oleh intuisi dan rasanya saat
menggoreskan cat pada kanvas. Pola berkarya Agustan merupakan kebalikan dari
proses penciptaan Nashar yang memiliki proses intuitif-analitik-intuitif (berpikir
cepat-berpikir lambat-pikir cepat) saat melukis(Gesyada Annisa Namora Siregar,
2017, p. 40). Proses Agustan nampak diawali dari analitik-intuitif-analitik, yaitu
diawali dengan merancang ide awal yang dieksekusi secara realistik, kemudian
mengembangkan ide secara intuitif melalui penetuan rasa pada objek amatan
langsung (benda sekitar) dan tidak langsung (penelusuran gambar di internet).
Kemudian dieksekusi dengan teknik realistik yang notabenenya mengandung
Rifki Aswan, S.Pd, M.Sn IMAGINARIUM Vol. 1 No. 2 - Juni 2020 Agustan, S.Pd, M.Sn
Copyright © 2020, Jurnal IMAGINARIUM, P-ISSN:2716-215X E-ISSN: 2722-5283 181
intensitas logical aesthetic yang lebih besar, sehingga dapat dikategorikan ke dalam
proses analitik (Aswan, 2019, p. 5).
Eksplorasi pencarian bentuk artistik melalui proses imajinasi, pengamatan
langsung, dan penggunaan media virtual secara aktual, membuka peluang keserba-
kemungkinan wujud. Dimana Agu sebagai seniman sendiri tidak dapat
membayangkan seperti apa wujud akhir karyanya. Visualisasinya dituntun oleh
perasaannya selama aktivitas melukis, sehingga banyak rangkaian tanda yang saling
terputus satu sama lain. Rangkaian tanda ini tampil bagaikan pecahan-pecahan teks
yang tersebar dalam bidang lukisannya.
Spontanitas pemilihan objek pada lukisan Agu menciptakan tumpukan layer
dan kesan dimensi yang berbeda. Visualisasinya menggunakan beberapa gaya yang
berbeda, seperti teknik realis, surealis, juga dekoratif dalam satu frame lukisan.
Kebentukan dan dimensinya diharmonisasikan dalam tampilan imajinatif. Misalnya
Ikan bersayap yang terbang, balon yang mempunyai batang menyerupai pohon, serta
boneka sarung yang seolah hidup, diilustrasikan dalam satu lukisan utuh. Semuanya
tampil harmonis dalam ekosistem semesta ruang lukisan Agu. Irrasionalitas
Kebentukan objek diatasi oleh logika imajinasi. Dimana segala sesuatu dapat menjadi
mungkin dalam ruang imajinasi.Walaupun struktur tanda dalam lukisan Agu pecah
dan terpisah, serta banyak tumpukan layer dan dimensi akibat pemilihan berbagai
gaya visual, hal tersebut tidak menjadi kekurangan karya Agustan. Kesatuannya
Rangkaian tanda 1
(gaya realis)
Rangkaian tanda 2
(gaya surealis)
Rangkaian tanda 3
(Gaya Flat)
Rifki Aswan, S.Pd, M.Sn IMAGINARIUM Vol. 1 No. 2 - Juni 2020 Agustan, S.Pd, M.Sn
Copyright © 2020, Jurnal IMAGINARIUM, P-ISSN:2716-215X E-ISSN: 2722-5283 182
malah menjadi kekuatan dan daya ganggu pada karyanya. Membedakan karya-karya
Agu dengan karya seniman lainnya.
Mungkin banyak diantara kita yang merasa bingung menarik makna lukisan
Agu secara utuh. Hal ini terjadi karena konsep berkarya seniman ini memang tidak
untuk bernarasi secara spesifik. Baginya seni bukan hanya persoalan makna, seni itu
adalah kehadiran. Dimana jiwa senimannya ikut hidup dalam karya-karyanya. Karya
ini yang nantinya menjadi diri yang lain, yang hidup, eksis dan berelasi dengan
lingkungannya di ruang dan waktu yang berbeda. Tujuan praktisnya adalah tawaran
pola teknik penciptaan karya yang tidak konvensional, dan visualisasinya menjadi
alternatif wujud karya seni rupa dua-dimensi(Rahim & Amiarsa, 2020).
Agu membuka semesta makna melalui lukisan-lukisannya. Kemerdekaan
berpikir dan mengambil sudut pandang diserahkan sepenuhnya pada pengamat.
Sejalan dengan pendapat Derrida, bahwa pemaknaan itu akan selalu mengalami
penundaan. Tidak ada makna yang absolut. Makna segala sesuatu akan berubah
dalam konteks ruang dan waktu yang berbeda, dan oleh orang yang berbeda
pula(Burchill, 2012). Disinilah kehadiran Agu dalam lukisannya membuka interaksi
dan dialog dengan apresiator karyanya. Interaksi yang terjalin ini nantinya
menentukan penghargaan, peran dan makna eksistensinya dimasa yang akan datang.
Seni memang selalu membuka keserba-kemungkinan pemikiran. Menjadi
motor perkembangan peradaban. 2Madison sebagai salah satu ruang yang mewadahi
kegiatan seni dan desain patut diapresiasi. Kehadirannya menjadi saksi peristiwa seni
dan estetika. Kita patut berbangga dengan kehadiran ruang seni seperti ini. Tidak
hanya memberikan penghiburan pada batin, tapi juga penyegaran pada pemikiran
kita.
PENUTUP
Metode penciptaan dinamis merupakan sebuah cara menciptakan karya seni
dimana wujudnya mengalami perkembangan bentuk seiring dengan munculnya ide
seniman pada saat proses pengerjaan karya. Agustan menerapkan metode
penciptaan dinamis melalui observasi bentuk secara random. Objek Inspiratif yang
Rifki Aswan, S.Pd, M.Sn IMAGINARIUM Vol. 1 No. 2 - Juni 2020 Agustan, S.Pd, M.Sn
Copyright © 2020, Jurnal IMAGINARIUM, P-ISSN:2716-215X E-ISSN: 2722-5283 183
ditorehkan pada bidang lukis dipilih melalui keterpesonaan rasa yang hadir dari
keunikan bentuk yang dijumpainya.
Lukisan ”Perahuku Sayang, Perahuku Malang” menampilkan jejak pemikiran
dan perasaan Agustan, dimana pengungkapannya tidak dengan narasi simbolik yang
terencana, tapi lebih mengalir dengan intuisinya. Wujudnya berupa
pecahan/fragmen pemikiran dan perasaan yang spontan. Berjalan dinamis seirama
dengan ke’diri’annya sebagai subjek yang mempersepsi dalam ruang dan waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Aswan, R. (Universitas M. B. (2019). E-Katalog Pameran Un-Idea. Indo Art Now. https://indoartnow.com/uploads/documents/ecatalog/1525/1568648714-E-KATALOG_UN_ity_IDEA.pdf
Burchill, L. (2012). Jacques Derrida. In Film, Theory and Philosophy: The Key Thinkers. https://doi.org/10.7312/columbia/9780231146180.003.0012
Freud, S. (2015). Beyond the pleasure principle. Psychoanalysis and History. https://doi.org/10.3366/pah.2015.0169
Gesyada Annisa Namora Siregar. (2017). Perupa: Nashar. JURNAL SENIRUPA WARNA, Vol.5 No.1, 37–44. https://jurnal.senirupaikj.ac.id/index.php/jsrw/article/view/3/3
INDONESIA, U. S. A. S. I. M., & Dewa Made, Weda Githapradana and I Ketut, Suteja and Ida Ayu, W. R. (2018). URBANOMAD; SARUNG ANDROGYNY SEBAGAI IDENTITAS MODE INDONESIA. ISI DENPASAR INSTITUTIONAL REPOSITORY.
Rahim, M. A., & Amiarsa, C. G. (2020). PLANA MEMORA : DEKONTEKSTUALISASI WUJUD KARYA SENI RUPA. VISUALITA. https://doi.org/10.33375/vslt.v8i2.2726
Wibisono , Gilang Tri and Wahyu , Widiastuti and Yuliati, Y. (2014). GENERALISASI KERAGAMAN BUDAYA INDONESIA DALAM IKLAN SARUNG GAJAH DUDUK VERSI IDUL FITRI 1434 H. http://repository.unib.ac.id/id/eprint/10132