Post on 17-Jan-2020
METODE BIMBINGAN KONSELING TERHADAP ANAK
BERHADAPAN DENGAN HUKUM DI LEMBAGA PEMBINAAN
KHUSUS ANAK MATARAM
SKRIPSI
Oleh
LINA SURAYYA
NIM : 153.134.058
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2017
METODE BIMBINGAN KONSELING TERHADAP ANAK
BERHADAPAN DENGAN HUKUM DI LEMBAGA PEMBINAAN
KHUSUS ANAK MATARAM
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
LINA SURAYYA
NIM : 153.134.058
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2017
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi Lina Surayya, NIM. 153.134.058, yang berjudul “ Metode Bimbingan
Konseling Terhadap Anak yang Berhadapan dengan Hukum di LPKA Mataram”,
telah memenuhi syarat dan di setujui untuk dimunaqasyahkan. Disetuju ipada tanggal
Juni 2017
Di BawahBimbingan:
Pembimbing I Dr. H. L Ahmad Zaenuri, Lc.MA NIP:197608172006041002
Pembimbing II Muhammad Awwad, M. Pd. I NIP:
ii
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal: Munaqasyah
Mataram, Agustus 2017
Kepada
Yth. Rektor UIN Mataram
di-
Mataram
Assalamu’alaikumwr.wb.
Setelah di periksa dan diadakan perbaikan sesuai masukan pembimbing
dan pedoman skripsi, kami berpendapat bahwa skripsi Lina Surayya
NIM.153.134.058, yang berjudul “Metode Bimbingan Konseling Terhadap
Anak yang Berhadapan Dengan Hukum di LPKA Mataram”, telah memenuhi
syarat untuk diajukan dalam siding munaqasyah skripsi Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Mataram.
Demikian, atas Perhatian Bapak Rektor disampaikan terimakasih.
Pembimbing I Dr. H. L Ahmad Zaenuri, Lc.MA NIP:197608172006041002
Pembimbing II Muhammad Awwad, M. Pd. I NIP:
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertandatangan dibawahini:
Nama : Lina Surayya
Nim : 153. 134. 058.
Jurusan : BimbinganKonseling Islam (BKI)
Fakultas : DakwahdanKomunikasi (FDK)
Institusi : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi “Metode Bimbingan Konseling
Terhadap Anak yang Berhadapan dengan Hukum”, ini secara keseluruhan adalah
hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali padabagian-bagian yang dirujuks
umbernya.
Apabila di belakang hari ternyata karya tulis ini tidak asli, saya siap
dianulir gelar kesarjanaan saya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN
Mataram.
Mataram, Juni2017
Saya Yang Menyatakan
Lina Surayya NIM: 153.134. 058
v
PERSEMBAHAN
Dengan penuh kerendahan hati, saya persembahkan karya sederhana ini
kepada :
1. Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Sahwan dan ibunda Nurul
ihsan yang tiada henti-hentinya berdo’a dan memberikan kasih
sayang yang tulus serta dorongan moral dan materi kepada saya dan
yang telah menjadikan saya sebagai pelita hidup.
2. Orang yang ku cintai dan mencintai aku. Saudara-saudaraku yang
baik hati, Helmi Jauhari, Ahror Sahirsan dan Mu’azzamsyah AL-
hamidi, terimakasih atas do’a, restu, support, motivasi serta materi
yang tiada henti dan tidak pernah minta balasan apapun.
3. Nenek, paman dan bibik yang tiada pamrihnya memberi bantuan
berupa tenaga dan motivasinya untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Dan buat almamater tercinta saya bangga memilikimu.
5. Buat nenek, paman dan bibik yang tiada pamrihnya memberi
bantuan berupa tenaga dan motivasinya untuk menyelesaikan skripsi
ini.
vi
6. Buat teman-temanku yang sangat kusayangi khususnya kelas (BKI
B) angkatan 2013. Yang membuatku merasa lebih berarti dalam
menjalankan kehidupan karena banyak memberikan motivasi kepada
saya.
7. Dan buat almamaterku tercinta saya bangga memilikimu.
vii
MOTTO
Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(QS:Al Ashr (103) 1-3)1
1Departemen Agama Republik Indonesia (QS:Al Ashr (103) 1-3)
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur khadirat Allah
SWT. Berkat limpahan rahmat, nikmat, dan taufik dan inayahnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Metode Bimbingan Konseling Terhadap Anak Berhadapan dengan
Hukum (ABH) di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram.
Salawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan alam Nabi besar
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini maka penulis
menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah banyak membantu dengan ikhlas baik materi maupun
moril serta memberikan bimbingan, saran-saran dan informasi yang
sangat berharga.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. H. Lalu Ahmad Zaenuri, Lc. MA selaku Dosen
Pembimbing 1 dan Rendra Khaldun, M.Ag selaku Dosen
Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk
membimbing dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.
ix
2. Bapak Dr. Suprapto, M. Ag dan Bapak Habib Alwi, M.Si. sebagai
Penguji yang telah memberikan saran konstruktif bagi
penyempurnaan skripsi ini
3. Bapak Rendra Khaldun, M.Ag selaku Ketua Jurusan dan Bapak
H.Masruri, Lc, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Konseling Islam. Terimakasih atas kerja keras dan perjuangan
berserta ilmu-ilmu yang sudah di ajarkan.
4. Ibu Dr. Faizah, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi.
5. Bapak Dr. H. Mutawalli, M.Ags elaku Rektor Universitas Islam
Negeri Mataram.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Mataram yang telah membekali berbagai pengetahuan, sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-temanku yang sangat ku sayangi khususnya kelas (BKI
B) angkatan 2013. Yang membuatku merasa lebih berarti dalam
menjalankan kehidupan karena banyak memberikan motivasi
kepada saya.
8. Dan teman-temanku (Dara Kerinci 28) terimakasih atas
kebersamaannya, baik dalam canda tawa maupun suka duka dan
motivasinya yang selama ini.
x
Penulis tidak dapat berbuat sesuatu untuk membalas budi,
selain memajatnkan do’a semoga kita tergolong hambaNya,
yang beriman serta tetap dalam lindunganNya. Akhir kata,
semoga tugas akhir yang penulis susun dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Amin.
Mataram, Juli 2017
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... i
NOTA DINAS ......................................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................... iii
PERSEMBAHAN ................................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
A. KonteksPenelitian ......................................................................................... 1
B. FokusPenelitian ............................................................................................. 6
C. TujuandanManfaat ........................................................................................ 6
D. RuangLingkupdan Setting Penelitian ............................................................ 7
E. TelaahPustaka ............................................................................................... 7
F. KerangkaTeori............................................................................................... 9
1. PengertianMetode ................................................................................... 9
2. PengertianBimbingandanKonseling ....................................................... 10
3. TujuanBimbingandanKonseling ............................................................ 14
4. FungsiBimbingandanKonseling ............................................................. 14
5. BidangLayananBimbingandanKonseling .............................................. 15
6. JenisLayananBimbingandanKonseling .................................................. 17
7. PengertianRemaja .................................................................................. 19
8. KenakalanRemaja .................................................................................. 21
9. Sebab-sebabKenakalanRemaja .............................................................. 22
10. UpayaMenanggulangiKenakalanRemaja ............................................... 22
G. MetodologiPenelitian ................................................................................... 24
xii
1. PendekatanPenelitian ............................................................................. 24
2. KehadiranPeneliti ................................................................................... 24
3. LokasiPenelitian ..................................................................................... 25
4. Jenis Data Penelitian .............................................................................. 25
5. Sumber Data Penelitian .......................................................................... 26
6. TehnikPengumpulan Data ...................................................................... 26
7. TehnikAnalisis Data ............................................................................... 30
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ..........................................................
A. GambaranUmumLokasiPenelitian ................................................................. 32
1. SejarahSingkat LPKA Mataram ................................................................... 32
2. IdentitasLembaga ......................................................................................... 33
3. LetakGeografis ............................................................................................. 34
4. SaranadanPrasarana...................................................................................... 34
5. TugasPokokPembinaan LPKA Mataram ..................................................... 35
6. GambaranAnakdidik LPKA Mataram ......................................................... 36
7. KeadaanPengurus LPKA Mataram .............................................................. 41
8. VisidanMisi .................................................................................................. 43
9. StrukturOrganisasi ....................................................................................... 44
B. Paparan Data danTemuan .............................................................................. 45
1. MetodeBimbinganKonselingTerhadapAnakBerhadapanDenganHukum di
LPKA Mataram ....................................................................................... 45
a. Bimbingankonselingindividu ........................................................... 45
b. Bimbingankonselingkelompok ........................................................ 47
c. Bimbingan Agama ........................................................................... 48
d. BimbinganBelajar ............................................................................ 50
e. Bimbingankesenian/keterampilan .................................................... 51
f. BimbinganSosial .............................................................................. 52
xiii
2. Hambatan-
HambatanDalamMenjalankanBimbinganKonselingUpayaMengatasi ABH
di LPKA Mataram ................................................................................... 52
a. KurangnyaMotivasi ........................................................................... 53
b. Kurangnyaketerbukaan ABH ............................................................ 54
c. KurangdukungandanPerhatiandari orang tuaterhadap ABH ............. 54
d. KurangnyasaranadanPrasarana .......................................................... 55
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................
A. AnalisisMetodeBimbinganKonselingTerhadapAnakYang
BerhadapandenganHukum ........................................................................... 56
B. AnalisisHambatan-hambatanUpayamengatasi ABH ................................... 68
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................
A. Kesimpulan .................................................................................................. 73
B. Saran ............................................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
LAMPIRAN ..............................................................................................................
xiv
ABSTRAK
METODE BIMBINGAN KONSELING TERHADAP ANAK
BERHADAPAN DENGAN HUKUM DI LEMBAGA PEMBINAAN
KHUSUS ANAK MATARAM
Oleh
Lina Surayya
153.134.058
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui metode bimbingan konseling terhadap anak berhadapan dengan hukum di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram. dan hambatan-hambatan bimbingan konseling terhadap anak berhadapan dengan hukum di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan data melalui proses observasi, wawancara dan dokumentasi. Data penelitian ini menggunakan analisis interaktif Miles and Huberman. Selain itu, data yang diperoleh bersifat keterangan-keterangan, informasi, dokumentasi, dan tidak berupa angka.
Berdasarkan hasil penelitian, di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1). Metode bimbingan konseling terhadap anak berhadapan dengan hukum di Lembaga Pembinaan Khusus Anak, diantaranya metode bimbingan konseling individu dan bimbingan konseling kelompok melalui: bimbingan agama, bimbingan belajar, bimbingan sosial dan bimbingan kesenian atau keterampilan. 2). Adapun hambatan-hambatan bimbingan konseling terhadap anak berhadapan dengan hukum yaitu: kurang keterbukaan klien (Anak Berhadapan dengan Hukum), kurangnya motivasi untuk berubah, kurangnya dukungan dan perhatian dari orang tua anak serta kurangnya fasilitas sarana dan prasarana dalam proses bimbingan konseling di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA).
Kata kunci : Bimbingan, Konseling, Anak Berhadapan dengan Hukum.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Diera globalisasi ini, generasi muda Indonesia telah mengalami krisis
kebangsaan. Hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya generasi muda yang telah
berperilaku tidak sesuai dengan norma-norma dalam bermasyarakat yang sesuai
dengan pancasila. Kenakalan remaja umumnya dilakukan oleh remaja-remaja yang
menjalani proses perkembangan jiwanya. Terkadang kenakalan tersebut juga
dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya faktor keluarga atau orang tua dan
lingkungan.
Faktor keluarga atau orang tua sangat berpengaruh dalam proses
perkembangan seorang anak, karena anak terlebih dahulu belajar dari keluarga
sendiri yang kemudian diterapkan dalam perilaku kehidupannya sehari-hari. Selain
itu faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja
saat ini, karena faktor lingkungan sekitar, teman sebaya dan pergaulan sangat
mempengaruhi dan dapat membentuk kepribadian anak dalam hubungan sosialnya.
Dimana dalam hal ini remaja melakukan interaksi sosial dengan lingkungan
sekitarnya.
Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence yang berarti
“tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilah
adolescence sesungguhnya memiliki arti yang cukup luas, mencakup kematangan
2
mental, emosional, sosial dan fisik. Sedangkan pengertian secara psikologis,
remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi integrasi ke dalam masyarakat
dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah
tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, paling tidak sejajar.1
Remaja juga merupakan usia dimana seorang anak mengalami
perkembangan secara pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari
cara berfikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu
mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan
karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan. Dalam usia
ini remaja berusaha menemukan jati dirinya dan bertindak sesuai dengan hal-hal
yang mereka inginkan dan dianggap benar. Selain itu,remaja juga berusaha
menunjukkan diri dan kemampuan yang dimilikinya dengan bertindak,berperilaku
sesuai yang diinginkan tanpa memikirkan perilaku yang dilakukan benar maupun
salah sehingga terjadinya kenakalan dalam remaja.
Menurut Psikolog, ahli pedagogik mendefinisikan kenakalan remaja
(Juvenile delinquency) merupakan tingkah laku atau perbuatan yang berlawanan
dengan hukum yang berlaku, yang di lakukan oleh anak-anak antara umur 10
tahun sampai umur 18 tahun, dengan sendirinya tidak dikatagorikan dalam apa
yang disebut kenakalan (delinquency) tersebut.2
1Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja( Jakarta:PT.Bumi Aksara,2011), h.9. 2Samsul Munir Amin, Bimbingan Dan Konseling Islam, ( Jakarta: Amzah, 2015), h.368.
3
Kenakalan remaja juga meliputi semua perilaku yang di anggap menyimpang
atau melanggar dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja.
Pada saat ini kenakalan remaja, sudah digolongkan cukup menghawatirkan.
Kondisi ini terlihat dari banyaknya kejadian anak yang digolongkan berhadapan
dengan hukum (ABH). Seperti di lingkungan sekitar kita ini sudah banyak anak-
anak melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang
berlaku saat ini seperti terjadinya perkelahian, maraknya anak-anak minum-
minuman keras, pencurian, perampokan, pembunuhan dan pemerkosaan. Seperti
yang terjadi di LPKA Mataram saat ini, banyak anak-anak yang menyandang
status berhadapan dengan hukum hampir 36 anak yang dibina di LPKA Mataram.
Dengan kasus yang berbeda-beda. Akan tetapi kasus yang paling banyak untuk
saat ini yaitu kasus pencurian. Dari itu semua peneliti tertarik melaksanakan
observasi awal untuk mengetahui berbagai hal terkait dengan permasalahan yang
dihadapi oleh anak yang dibina oleh LPKA Mataram. Setelah melakukan
croscheck mendalam terhadap beberapa anak yang ada di LPKA, peneliti
menemukan fakta yang cukup mencengangkan, banyak ditemukan kasus yang
disebabkan oleh perilaku menyimpang karena tidak adanya bimbingan secara
penuh yang diberikan oleh kedua orang tuanya serta kurangnya pengawasan oleh
guru yang ada di sekolah. 3
Sedangkan masa remaja merupakan masa-masa dimana seseorang sangat
memerlukan dukungan serta bimbingan dari orang-orang sekitarnya. Entah itu
3Observasi, Pengurus LPKA Mataram, tanggal 10 Desember 2015.
4
keluarga, teman sebaya bahkan memerlukan seorang motivator yang ahli yang
tidak lain biasanya disebut dengan konselor, karena konselor merupakan seseorang
yang memberikan bantuan atau bimbingan terhadap individu untuk menyelesaikan
permasalan-permasalahan yang dihadapinya. Bantuan tersebut seringkali
diistilahkan sebagai bimbingan.
Menurut Miller sebagaimana dikutip oleh Anas salahudin dalam bukunya
mengatakan bahwa bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk
mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang di butuhkan untuk melakukan
penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah,keluarga serta masyarakat4.
Sedangkan menurut Division of Conseling psychology konseling merupakan
suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan
perkembangan dirinya, dan untuk mencapai perkembangan optimal kemampuan
pribadi yang di milikinya,proses tersebut dapat terjadi setiap waktu.5
Dari hasil observasi pada tanggal 13 Desember 2015 tepatnya pada hari
Kamis, peneliti menemukan beberapa permasalahan yang terjadi dalam usia
remaja seperti : Pembunuhan, Pencurian, Pelecehan Seksual dan Asusila.yang
tidak sesuai dengan usianya.6
Seharusnya masa remaja memiliki tugas dan perkembangan yang baik,
difokuskan pada upaya meninggalkan masa kekanak-kanakan serta berusaha untuk
4Prayitno dan Erman Amti, Dasar –Dasar Bimbingan dan Konseling(Jakarta: PT.Rineka
Cipta, 2009), h. 93- 94. 5Ibid.,h.100. 6Observasi, Pembina Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram, 13 Desember 2015.
5
mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Seperti yang di
ungkapkan oleh Hurlock, sebagaimana dikutip oleh Ali dan Mohammad Asrori
dalam bukunya mengatakan bahwa anak itu harus menjalankan tugas
perkembangannya saat ini seperti mampu menerima keadaan fisiknya, mampu
menerima keadaan dan memahami peran seks usia dewasa, berusaha mencapai
kemandirian emosional, berusaha mencapai kemandirian ekonomi, dan
mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan
untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.7
Salah seorang penghuni LPKA (Lembaga Pembinaan Khusus Anak)
mengatakan melakukan tindakan kriminal disebabkan oleh orang tuannya
yangbroken home (keluarga yang berantakan atau bercerai), ini salah satu
penyebab terjadinya kenakalan remaja. Mereka kurang mendapatkan kasih sayang
dari orang tuanya dan tidak ada pengawasan secara penuh dari orang-orang
terdekatnya (keluarga). Melakukan tindakan seperti itu sebagai bentuk protes dan
pelampiasan terhadap perilaku orang tuanya, sehingga permasalahan-permasalahan
tersebut menyebabkan anak mudah terpengaruh dan terjerumus oleh pergaulan
bebas. 8
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang. Metode Bimbingan Konseling Terhadap Anak Berhadapan
dengan Hukum (ABH) di LPKA Mataram.
7Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja,,. h.10. 8Peserta didik, Wawancara, pada tanggal 19 Desember 2015.
6
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus penelitian
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana metode bimbingan konseling terhadap anak berhadapan dengan
hukum(ABH) di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram?
2. Apa saja hambatan-hambatan bimbingan konseling anak berhadapan dengan
hukum (ABH) di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui metode bimbingan konseling terhadap anak
berhadapan dengan hukum (ABH) di Lembaga Pembinaan Khusus Anak
Mataram.
b. Untuk mengetahui hambatan bimbingan konseling anak berhadapan
dengan hukum (ABH) di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram.
2. Manfaaat
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
positif pada kajian pelayanan sosial dalam membina anak yang berhadapan
dengan hukum.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan perubahan sikap dan
perilaku terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dan menjadikan
7
mereka merasakan hidup yang lebih baik.Dan dapat memberikan gambaran
dan informasi khususnya bagi pembaca dan masyarakat pada umumnya
tentang metode bimbingan konseling terhadap anak yang berhadapan
dengan hukum.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh peneliti, di sesuaikan dengan
fokus penelitian, yang telah dipaparkan sebelumnya. Dimana peneliti akan
mengkaji tentang Metode Bimbingan Konseling terhadap Anak Berhadapan
dengan Hukum di LPKA Mataram.
Berdasarkan fokus penelitian yang dipaparkan oleh peneliti, peneliti
melakukan penelitian di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram. Jln.
Tojong-OjongDesa Selebung, Kec. Batukliang Loteng NTB.
E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka adalah upaya untuk memadukan penelitian yang telah
dilakukan dengan penelitian terdahulu yang terkait untuk menghindari
duplikasi,plagiasi,repetisi, serta menjamin keaslian dan keabsahan penelitian yang
dilaksanakan peneliti untuk mendapatkan atau menemukan beberapa
pendapat.Hasil yang relevan dengan tema penelitian yang dilakukan oleh peneliti
adalah :
1. Skripsi yang disusun oleh Imran Samsuri dengan judul “Pola Bimbingan
konseling Islam dalam pembinaan anak yang berhadapan dengan hukum (
ABH) yang dibina pada lembaga PSMP Para Mita Mataram.”Dalam skripsi ini
8
peneliti melakukan penelitian di Paramita Mataram.Dalam penelitian ini
peneliti ingin mengetahui bagaimana pola bimbingan konseling Islam dalam
pembinaan anak yang berhadapan dengan hukum. Dalam penelitian ini peneliti
memaparkan tentang anak-anak yang berhadapan dengan hukum yang masih di
bawah umur. Dengan menggunakan metode kualitatif. Adapun hasil dari
penelitiannya adalah memberikan bimbingan secara Islami kepada anak-anak
yang berhadapan dengan hukum dengan cara pembinaan.9
2. Peneliti yang ditulis oleh Mukhlis berjudul ”Strategi Tokoh Agama dalam
Pembinaan Kenakalan Remaja di Dusun Tibu Baru Desa Batu Putih’’. Dalam
penelitian ini memaparkan pembaharuan dari penelitian sebelumnya tentang
strategi tokoh agama dalam pembinaan kenakalan remaja di Dusun Tibu Baru
Desa Batu Putih. Adapun hasil penelitian tentang strategi tokoh agama dalam
melakukan pembinaan terhadap kenakalan remaja adalah melalui ceramah
umum, ormas Islam, jalinan kerjasama dan memberikan pelatihan-pelatihan.
Metode pendekatan yang di lakukan peneliti adalah menggunakan pendekatan
kualitatif. 10
3. Skripsi Harianto dengan judul “Pola Pembinaan Terhadap Anak Yang
Berhadapan Dengan Hukum Studi Pada Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP)
Paramita Mataram.Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apa saja
9 Imran samsuri,Pola Bimbingan Konseling Islam Dalam Pembinaan Anak Yang Berhadapan
Dengan Hukum Yang Di Bina Pada Lembaga Paramita Mataram (IAIN Fakultas Dakwah : 2015), h, 10.
10Mukhlis, Strategi Tokoh Agama Dalam Pembinaan Kenakalan Remaja Di Dusun Tibu Baru Desa Batu Putih.(IAIN Fakultas Dakwah: 2015), h.10.
9
kendala yang dihadapi PSMP Paramita Mataram dalam membina anak yang
berhadapan dengan hukum. Dalam penelitian ini peneliti memaparkan tentang
anak-anak yang berhadapan dengan hukum. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode kualitatif. 11
Berdasarkan hasil penelitian di atas, terdapat kesamaan yang sangat
erat dengan fokus yang akan ditulis oleh peneliti,yaitu sama-sama mengkaji
tentang bimbingan dan pembinaan terhadap anak. Adapun perbedaannya
adalah terletak pada metode bimbingan konseling terhadap anak yang
berhadapan dengan hukum yang bertujuan untuk mencegah dan mengurangi
aktivitas kenakalan remaja.
F. Kerangka Teoritik
Kerangka teoritik merupakan persfektif teoritik yang secara paragmatik
dipakai untuk menegaskan dan menguraikan relevansi teoritik dan teori-teori
terpilih dengan fokus yang sedang diteliti.12
1. Pengertian Metode
Metode secara etimologi berasal dari bahasa yunani, yang terdiri dari
penggalan kata “meta” yang berarti melalui dan “hodos’’ berarti jalan bila
digabungkan metode bias diartikan “ jalan yang harus dilalui’’. Dalam
11 Harianto, Pola Pembinaan Terhadap Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Studi Pada
Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Paramita Mataram.( IAIN Fakultas Dakwah:2015), h.5. 12Tim Penyusun,Pedoman Penulisan Skripsi ( Mataram: Institut Agama Islam Negri IAIN)
Mataram,2014), h.19.
10
pengertian yang lebih luas, metode bias diartikan sebagai segala sesuatu atau
cara digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.13
Agus M. Hardjana mengemukakan metode adalah cara yang telah
dipikirkan secara matang yang dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah
tertentu demi tercapainya sebuah tujuan. Sedangkan menurut almadk
menjelaskan bahwa metode adalah suatu cara dengan menerapkan berbagai
prinsip yang logis terhadap suatu penemuan dan penjelasan kebenaran.Dari
penjelasan di atas bahwa metode adalah cara dalam melakukan sesuatu dan
sebuah rencana dalam pelaksanaan suatu tujuan.14
2. Bimbingan dan Konseling
a. Pengertian Bimbingan
Berdasarkan pasal 27 peraturan pemerintah No. 29/1990, bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
penemuan pribadi,mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan
Menurut Prayitno dan Erman Amti, merumuskan arti bimbingan adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada
seseorang atau beberapa orang individu,baik anak-anak,remaja maupun
dewasa,agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dan mandiri,dengan memanfaatkan kekuatan individu dan
13 M. Luthfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) islam, ( Jakarta : Lembaga
Penelitian UIN syarif hidayatullah, 2008).H. 120. 14www. Seputarpengetahuan.comPengertian Metode. html.diakses 14 Maret 2017.
11
sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang
berlaku.15
Menurut Frank Parson, sebagaimana dikutip oleh Prayitno dan
Erman Amti dalam bukunya mengatakan bahwa bimbingan adalah
bantuan yang diberikan kepada individu untuk memilih, mempersiapkan
diri,dan mengaku suatu jabatan, serta mendapat kemajuan dalam jabatan
yang dipilihnya.16
Adapun hakikat bimbingan dilihat dari pandangan Islam yaitu upaya
untuk membantu individu belajar mengembangkan fitrah atau kembali
kepada fitrah, dengan cara memberdayakan iman,akal dan kemauan yang
dikaruniakan Allah SWT. Kepadanya untuk mempelajari tuntutan Allah
dan Rasulnya, agar fitrah yang ada pada individu itu berkembang dengan
benar dan kukuh sesuai tuntutan Allah SWT. 17
Dengan membandingkan pengertian tentang bimbingan yang telah
dipaparkan di atas,makabimbingan merupakan proses pemberian bantuan
kepada seseorang atau kelompok orang secara terus menerus atau
sistematis oleh guru pembimbing agar individu dan kelompok individu
menjadi pribadi yang mandiri.
15Prayitno,Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta:Rineka
Cipta,2004),h.99. 16Ibid.,h.93. 17 Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islam(Yogyakarta : Pustaka pelajar, 2013), h.22.
12
Bimbingan itu dapat diberikan kepada seseorang individu atau
sekumpulan individu. Ini berarti bahwa bimbingan dapat diberikan secara
individual dan kelompok. Bimbingan dapat diberikan kepada siapa saja
yang membutuhkan tanpa memandang umur (of any age). Sehingga anak
atau orang dewasa dapat menjadi objek bimbingan. Dengan demikian,
bidang gerak bimbingan tidak hanya terbatas pada anak-anak atau remaja
tetapi juga mencangkup orang dewasa. Bimbingan dapat diberikan baik
untuk menghindari kesulitan-kesulitan maupun untuk mengatasi
persoalan-persoalan yang dihadapi oleh individual di dalam
kehidupannya. Ini berarti bimbingan dapat di berikan bukan hanya
mencegah agar kesulitan itu tidak atau jangan timbul. Tetapi juga dapat
diberikan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang telah menimpa
individu belum lebih bersifat pencegahan dari pada penyembuhan.
b. Pengertian Konseling
Konseling merupakan hubungan pribadi yang dilakukan secara
tatap muka antara dua orang atau lebih dalam mana konselor melalui
hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang
dimilikinya,menyediakan situasi belajar,dalam hal ini konseli dibantu
untuk memahami diri sendiri,keadaannya sekarang dan kemungkinan
keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan
potensi yang dimilikinya.
13
Menurut Prayitno dan Erman Amti, sebagaimana dikutip oleh Anas
Salahudin dalam bukunya mengatakan bahwa konseling merupakan
proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling
oleh seseorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami
suatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi klien.18
Menurut Cavanagh, dalam bukunya Gantina dan Eka Wahyuni
mengatakan bahwa konseling merupakan hubungan antara orang yang
memberikan bantuan yang telah mendapatkan pelatihan dengan orang
yang mencari bantuan atau orang yang mendapat bantuan yang didasari
oleh keterampilan yang diciptakan untuk membantu belajar membantu
membagun relasi dengan dirinya dengan orang lain.19
Menurut Rogers, sebagaimana dikutip oleh Nomara Lumanggo
Lubis dalam bukunya mengatakan bahwa konseling merupakan hubungan
saling membantu dimana salah satu pihak (konselor) bertujuan
meningkatkan kemampuan dan fungsi mental pihak lain (klien),agar dapat
menghadapi persoalan atau konflik yang dihadapi dengan lebih baik.20
Jadi, bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang integral
yang tidak dapat dipisahkan. Perkataan Guidance (bimbingan) selalu
18Anas Salahudin,Bimbingan dan Konseling(Bandung:Pustaka Setia,2010),h.15. 19 Gantina dan Eka wahyuni, Teori dan Tehnik Konseling (Jakarta : PT indeks, 2011), h. 8. 20 Namora Lumanggo Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik
(Jakarta : Kencana 2011), h.2.
14
dirangkaikan dengan konseling sebagai kata majemuk, konseling yang
merupakan salah satu teknik bimbingan sering dikatakan sebagai inti dari
keseluruhan pelayanan dan bimbingan.
c. Tujuan konseling
Secara umum dan luas, program konseling dilaksanakan
dengan tujuan sebagai berikut :
1) Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan hidup
pribadi..
2) Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan
produktif dalam masyarakat.
3) Membantu individu dalam mencapai hidup bersama individu-
individu lain.
4) Membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita
dan kemampuan yng dimilikinya.21
Selain itu, tujuan yang hendak dicapai dalam bimbingan dan
konseling kepada anak bimbing juga memiliki beberapa tujuan yaitu:
1. Membantu anak bimbing agar membuat pilihan pendidikan dan
jabatan secara bijaksana.
2. Membantu anak bimbing agar dapat melalui tahap-tahap transisi
dilingkungannya ke dalam dunia kerja dengan baik.
21Ibid., h.38.
15
3. Membantu anak bimbing agar memperoleh penyesuian
kepribadian yang baik.
4. Membantu anak bimbing agar memperoleh penyesuaian diri
penyesuaian baik dalam menghadapi perubahan-perubahan yang
terjadi dalam masyarakat.
Di samping tujuan sebagaimana disebutkan di atas, bimbingan dan
konseling dalam Islam juga memiliki tujuan yang secara rinci disebutkan
sebagai berikut22
a. Untuk menghasilkan suatu perubahan, kesehatan, dan kebersihan
jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai
(muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah), dan
mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya
(mardhiyah).
b. Menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah
laku yang dapat memberikan manfaat, baik pada diri sendiri,
lingkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial
dan lingkungan alam sekitarnya.
c. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu
sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan,
tolong menolong, dan rasa kasih sayang.
22Ibid., h.43.
16
d. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu
sehingga muncul dan berkembng rsa keinginan untuk berbuat taat
kepda Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta
ketabahan menerim ujian-Nya.
e. Untuk menghasilkan potensi Illahi, sehingga dengan potensi itu
individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik
dan benar, ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan
hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamtan bagi
lingkungnnya pada berbagai aspek kehidupan.
d. Metode konseling
Terdapat dua jenis metode konseling yang di antaranya23
1) Konseling Individu
Konseling individu dilakukan bertujuan untuk penggalian masalah
dan membantu klien berdamai dengan masa lalalunya dan
melanjutkan hidupnya dan menerima kenyataan.
2) Konseling kelompok
Konseling kelompok dilakukan berdasarkan hasil asessment dan
observasi terkait masalah yang dihadapi oleh para ABH , konseling
kelompok ini bertujuan untuk membantu ABH dalam menyelesaikan
masalah dalam lingkungan.
23 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta:Amzah, 2010), h.75.
17
e. Teknik Konseling secara individu
Terdapat beberapa metode dalam layanan konseling, antara lain:
1) Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang
mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan.
Perilaku attending yang baik dapat :
a) Meningkatkan harga diri klien.
b) Menciptakan suasana yang aman
c) Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
2) Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang
dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk
atau tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku
attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati.
3) Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien
tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan
terhadap perilaku verbal dan non verbalnya.
4) Eksplorasi
18
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan
pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien
menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu
mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan klien
untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam.
5) Menangkap Pesan (Paraphrasing)
Menangkap Pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan
kembali esensi atau initi ungkapan klien dengan teliti mendengarkan
pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan
sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal : adakah atau
nampaknya, dan mengamati respons klien terhadap konselor.
6) Pertanyaan Terbuka (OpenedQuestion)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing konseli agar mau
berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemikirannya
yang diajukan sebaiknya menggunakann kata tanya apakah,
bagaimana, adakah, dan dapatkah.
7) Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan
terbuka, dalam hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan
tertutup, yang harus dijawab dengan kata Ya atau Tidak atau dengan
kata-kata singkat.
19
Tujuan pertanyaan tertutup untuk Mengumpulkan informasi,
menjernihkan atau memperjelas sesuatu, dan menghentikan
pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang jauh.
8) Interpretasi
Yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman
klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif
konselor, dengan tujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar
klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan
baru tersebut.
9) Mengarahkan (Directing)
Yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan
sesuatu. Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran dengan
konselor atau menghayalkan sesuatu.
10) Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga
arah pembicaraan semakin jelas. Tujuan menyimpulkan sementara
adalah untuk: Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil
kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan, menyimpulkan
kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap, meningkatkan kualitas
diskusi, dan mempertajam fokus pada wawancara konseling.24
24 Sofyan S, Konseling Individu Teori dan Praktek (Bandung: Alfabeta 2014), h.160-167.
20
f. Tehnik konseling secara kelompok
Adapun beberapa tehnik konseling secara kelompok antara lain :
1). Program Home Room
Program ini dilakukan dengan menciptakan suatu kondisi sekolah atau
kelas seperti di rumah, sehingga tercipta suatu kondisi yang bebas dan
menyenangkan.Tujuan utama program ini adalah agar konselor dapat
mengenal klien secara lebih dekat sehingga dapat membantunya secara
efisien.
2). Diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana klien dapat
memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-
sama. Karena setiap klien memperoleh kesempatan untuk mengemukakan
pikirannya masing-masing dalam memecahkan suatu masalah.
3). Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok dapat menjadi suatu tehnik yang baik dalam
bimbingan, karena kelompok memberikan kesempatan kepada individu
untuk berpartisifasi secara baik. Melalui bimbingan ini individu dapat
mengembangkan bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan tertentu.
4). Sosiodrama.
Sosiodrama dapat digunakan sebagai salah satu cara bimbingan
kelompok. bimbingan ini merupakan salah satu cara memecahkan masalah
individu dengan cara drama. Metode ini melalui kegiatan bermain peran.
21
5). Pengajaran Remedial
Remedial (remedial teaching) merupakan suatu bentuk pembelajaran
yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang klien untuk
membantu kesulitan belajar yang dihadapinya.25
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling
a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu
sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik. Seperti
pemahaman tentang peserta didik sendiri, termasuk di dalam lingkungan
keluarga, sekolah serta masyarakat.26
b. Fungsi Preventif, yaitu usaha bimbingan yang ditunjukkan kepada
individu atau sekelompok individu yang belum bermasalah agar siswa
tersebut dapat terhindar dari kesulitan-kesulitan dalam hidupnya. Layanan
bimbingan ini di maksudkan untuk mencegah timbulnya masalah.27
c. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan
lingkungannya.28
25Ibid.,h. 237-277. 26 Samsul Munir Amin, Bimbingan Dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah, 2015), h. 45. 27 Elfi Mu’awanah, Bimbingan Konseling Islam( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.71. 28Ibid.,h.94.
22
d. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu
konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir,
berperasaan dan bertindak (berkehendak).29
4. Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling.
a. Bimbingan pribadi, merupakan suatu bantuan dari konselor kepada
konseli (individu) agar dapat mencapai tujuan dan tugas perkembangan
pribadi dalam mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik. Bidang bimbingan
ini bertujuan untuk membantu individu agar bisa memecahkan masalah-
masalah yang bersifat pribadi. Seperti yang diutarakan oleh Depdikbud
mengatakan bahwa tujuan bimbingan pribadi ini untuk (a) mencapai
tujuan dan tugas perkembangan pribadi, (b) mewujudkan pribadi yang
mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan secara
baik.
b. Bimbingan sosial, yaitu suatu bimbingan atau bantuan dalam menghadapi
dan memecahkan masalah-masalah sosial seperti pergaulan, penyelesaian
masalah konflik, penyesuaian diri dan sebagainya. Menurut Djumhur dan
Surya bimbingan sosial (social guidance)merupakan bimbingan yang
bertujuan untuk membantu individu dalam memecahkan dan mengatasi
kesulitan-kesulitan dalam masalah sosial, sehingga individu mampu
menyesuaikan diri secara baik dan wajar dalam lingkungan sosialnya.
29 Tohirin, Bimbingan Dan Konseling di Sekolah(Jakarta: PT: Raja Grafindo 2009), h. 50.
23
Tujuan utama pelayanan bimbingan sosial ini adalah agar individu yang
dibimbing mampu melakukan intraksi sosial secara baik dengan
lingkungannnya.
c. Bidang bimbingan belajar atau bimbingan akademik adalah suatu bantuan
dari pembimbing (konselor) kepada individu (klien) dalam hal
menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang
sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan
dengan tuntutan-tuntutan belajar di institusi pendidikan. Relevan dengan
makna di atas, Surya menyatakan bahwa bimbingan belajar merupakan
jenis bimbingan yang membantu individu dalam menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah pendidikan. Bidang bimbingan ini
bertujuan untuk membantu individu agar mencapai perkembangan yang
optimal, sehingga tidak menghambat perkembangan belajar individu
(klien).
d. Bimbingan karier merupakan bantuan dalam mempersiapkan diri
menghadapi dunia pekerjaan, pemilihan lapangan pekerjaan atau jabatan
(profesi) tertentu serta membekali diri agar siap memangku jabatan
tersebut dan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari
lapangan pekerjaan yang telah dimasuki. Adapun tujuan dari bimbingan
24
karir yaitu agar individu memperoleh informasi tentang karier atau jabatan
atau profesi tertentu. 30
5. Anak Berhadapan dengan Hukum
Sudah jamak diketahui permasalahan perlindungan anak di Indonesia
sangat berat dan kompleks. Salah satu persoalan yang serius dan mendesak
untuk memperoleh perhatian adalah penanganan anak yang berhadapan
dengan hukum (ABH).
Dimensi berhadapan dengan hukum berarti adanya tindakan-tindakan
anak yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku
dan sah di Indonesia, sehingga dalam konteks ini dapat didefinisikan bahwa
anak-anak yang bermasalah dengan hukum anak-anak yang belum dewasa
menurut hukum dan melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan
hukum yang berlaku dan sah.
Umumnya anak-anak yang berhadapan dengan hukum didefinisikan
sebagai anak yang disangka, didakwa atau dinyatakan bersalah melanggar
ketentuan hukum atau seorang anak yang diduga telah melakukan atau telah
ditemukan melakukan suatu pelanggaran hukum. Dalam kepustakaan hukum,
ABH disebutkan bahwa anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak
yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia 18
(delapan belas) tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut Lembaga
30 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Jakarta :Raja Grafindo
Persada 2013),h.122-129.
25
Perlindungan Anak, memaknai bahwa anak yang berhadapan dengan hukum
adalah anak yang telah melakukan tindakan yang bertentangan dengan
hukum yang berlaku (peraturan perundang-undang).31
Dalam peraturan perundang-undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Menegaskan bahwa pertanggung
jawaban orang tua, Masyarakat, Pemerintah dan Negara merupakan
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus demi
terlindungnya hak-hak anak. Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan
sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai anak
berumur 18 tahun.32Menurut pasal 15 Perlindungan Anak dalam ketentuan
ini meliputi kegiatan yang bersifat langsung dan tidak langsung, dari
tindakan yang membahayakan anak secara fisik dan psikis33
Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997
Tentang Pengadilan Anak. Menegaskan bahwa anak adalah bagian dari
generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan
potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan
strategis dan mempunyai cirri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan
perlindungan.
31 Bang opic, “Perlindungan Anak yang Berhadapan dengan Hukum”, dalam
http//bangopic.wordpres.com/2008/12/17,diambil tanggal 13 juli 2017, pukul 10.00 WITA. 32 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Perlindungan Anak (Jakarta: Permata Press, 1999),
h.317. 33Ibid., h.114.
26
Menurt pasal 4 menegaskan bahwa : 1). Batas umur anak nakal yang
dapat diajukan kesidang anak adalah sekurang-kurangnya 8 tahun tetapi
belum mencapai umur 18 tahun dan belum pernah kawin. 2). Dalam hal anak
melakukan tindak pidana pada batas umur sebagaimana dimaksud dalam ayat
1 dan diajukan kedalam siding pengadilan setelah anak yang bersangkutan
melampaui batas tersebut, tetapi belum mencapai umur 21 tahun, tetap
diajukan ke Sidang Anak.34
a. Jenis-jenis ABH
Adapun jeni-jenis Anak yang Berhadapan dengan Hukum.
1) Anak yang diduga, disangka, didakwa, atau dijatuhi pidana karena
melakukan tindak pidana.
2) Yang menjadi tindak pidana atau yang melihat dan/atau mendengar
sendiri terjadinya suatu tindak pidana.
b. Kategori ABH.
Ada dua kategori perilaku anak yang membuat ia berhadapan dengan
hukum:
1) Perilaku kenkalan anak yang apabila dilakukan orang dewasa tidak
dianggap kejahatan. Seperti: membolos sekolah, kabur dari rumah dan
lain-lain.
34Undang-undang HAM, Pengadilan Anak (Jakarta: Asa Mandiri, 2006), h. 210-212.
27
2) Perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan orang dewasa dianggap
kejahatan atau atau criminal seperti : perampokan, pemerkosaan,
pelecehan seksual dan lain-lain.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak
a) Faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri diantaranya.
a) Lemahnya pertahanan diri.
b) Kurangnya kemampuan penyesuaian diri.
c) Kurangnya dasar-dasar keimanan yang ada dalam diri remaja.
b) Faktor yang berasal dari lingkungan keluarga diantaranya:
a) Anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua.
b) Lemahnya keadaan ekonomi di desa-desa, sehingga kebutuhan anak
tidak terpenuhi.
c) Kehidupan keluarga yang tidak harmonis.
c) Faktor yang berasal dari lingkungan masyarakat diantaranya:
a) Kurangnya pelaksanaan ajaran agama secara konsekwen.
b) Masyarakat yang kurang memperoleh pendidikan.
c) Adanya pengaruh norma-norma baru dari luar.
d) Faktor yang bersumber dari sekolah diantaranya:
a) Faktor guru.
b) Faktor pasilitas pendidikan.
c) Kekurangan guru.35
35Willis, Remaja dan Masalahnya (Bandung : Alfabeta, 2008),h.128-142.
28
G. MetodePenelitian
Metode penelitian pada dasarya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat
empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan
kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri
keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis.36
Metode deskriptif yaitu salah satu metode yang tujuannya untuk menyajikan
gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi
dan klarifikasimengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit
yang diteliti antara penomena yang diuji.
1. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan kulitatif. Dalam
penelitian ini peneliti akan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif
dengan studi lapangan yang dimaksudkan untuk mengumpulkan dan
memaparkan data mengenai metode bimbingan konseling terhadap anak
berhadapan dengan hukum di LPKA mataram.
Alasan peneliti menggunakan pendekatan ini,dikarenakan pendekatan
kualitatif berangkat dari ilmu-ilmu perilaku dan ilmu-ilmu sosial. Esensinya
adalah sebagai sebuah metode pemahaman terhadap dinamika sosial dari
36Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Bandung: Alfabeta, 2012), h.3.
29
kehadiran manusia dan interaksinya dengan lingkungan. Selain itu, kajian ini
juga dimaksudkan untuk memahami situsi sosial secara mendalam37.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam sebuah penelitian terutama dalam penelitian kualitatif kehadiran
peneliti merupakan sebuah keharusan,karena dalam mengumpulkan data-data
yang dibutuhkan terkait masalah penelitian. Dalam proses pengumpulan data
tersebut maka kehadiran peneliti di lokasi penelitian adalah mutlak adanya.
Karena secara langsung peneliti akan mengetahui jenis data yang
dikumpulkan. Apabila kehadiran peneliti tidak bisa dilaksanakan dengan
baik,atau hanya mengandalkan orang lain, maka data-data yang dikumpulkan
bisa jadi tidak sesuai dengan topik pembahasan dan fokus penelitian.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram
(LPKA) terkait dengan metode bimbingan konseling terhadap anak
berhadapan dengan hukum di LPKA Mataram.
Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah peneliti tertarik ketika
melaksanakan observasi awal dimana, banyak kasus anak-anak yang
menyandang status berhadapan dengan hukum yang masih belia, yang tidak
sesuai dengan usianya. Sehingga peneliti sangat tertarik untuk melakukan
penelitian di LPKA Mataram ini.
37Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
(Bandung:Alfabeta,2007),h.399.
30
4. Jenis dan Sumber Data
a. Sumber Data
Menurut Lofand sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
dan lain-lain.38
Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah subyek penelitian
atau informan, atau subjek dari mana data itu diperoleh, dalam penelitian
ini tentu peneliti menggunakan kuisioner atau wawancara dalam
pengumpulan data dan sumber datanya disebut responden, yaitu orang
yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, sedangkan
apabila penelitian menggunakan teknik observasi sumber datanya bisa
berupa benda,gerak atau proses sesuatu.39
Adapun subjek yang dimaksud oleh peneliti disini untuk
mendapatkan data adalah dengan menggunakan tehnik wawancara dengan
para pihak yang terkait, yaitu dengan para pihak yang berwenang di
LPKA (Lembaga Pembinaan Khusus Anak ) Mataram. Adapun data-data
tambahan didapatkan melalui observasi diambil dari hasil berupa catatan-
catatan, yang berisi tentang segala proses yang terkait dengan penelitian.
38Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya ,
2014), h. 157. 39Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi (Mataram: Institut Agama Islam Negeri IAIN)
Mataram, 2014.
31
b. Jenis Data
Adapun jenis data pada penelitian ini berupa data primer yaitu data
pokok, dan data sekunder (data penunjang). Dan yang menjadi bagian data
pokok adalah data yang diperoleh dari responden yang disampaikan
melalui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti
sendiri.
5. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian yang terpenting dalam penelitian,
bahkan merupakan keharusan bagi seorang peneliti dalam penelitian. Adapun
dalam memperoleh data yang di perlukan dalam penelitian ini di antaranya :40
a. Observasi
Observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai perhatian
yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu. Observasi juga
merupakan suatu pengamatan yang khusus dan yang ditujukan pada satu
atau beberapa fase masalah di dalam rangka penelitian, dengan maksud
untuk pemecahan persoalan yang dihadapi.41
Secara umum observasi dapat dilakukan dengan dua cara :
1). Observasi langsung (partisipan)
40Emzir, Metodelogi Penelitian Kualitatif Analisa Data (Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada,
2012), h.37-39. 41Safari Imam Asy’ari, Metodelogi Penelitian Sosial ( Surabaya : Usaha Nasional, 1983), h. 82.
32
Observasi Langsung adalah sebuah proses pengamatanyang di lakukan
oleh observer (peneliti) yang secara langsung ikut mengambil bagian
dalam kehidupan orang-orang yang akan di observasi.
2). Observasi tidak langsung (non partisipan)
Observasi tidak langsung merupakan suatu proses pengamatan
observer tanpa ikut dalam kehidupan orang yang akan diobservasi
yang secara terpisah berkedudukan sebagai pengamat.
Adapun metode observasi yang akan digunakan oleh peneliti
adalah observasi non partisipan yaitu peneliti hadir di lokasi untuk
melakukan suatu proses pengamatan observer tanpa ikut dalam
kehidupan orang yang akan diobservasi yang secara terpisah
berkedudukan sebagai pengamat.
b. Wawancara
Wawancara adalah interaksi bahasa yang berlangsung antara
dua orang dalam situasi saling berhadapan antara salah seorang, yaitu
yang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan
kepada orang yang diteliti yang berputar di sekitar pendapat dan
keyakinannya.
Tujuan peneliti menggunakan metode wawancara dalam
penelitian ini adalah untuk mendapatkan data/informasi yang benar-
benar akurat langsung pada responden, di samping itu juga untuk
menjamin hubungan yang erat antara peneliti dengan responden,
33
sehingga responden tidak kaku dalam memberikan data atau
informasi yang di butuhkan oleh peneliti.42
Dalam menggunakan tehnik wawancara ini berguna sebagai
tehnik pengumpulan data, data yang diperoleh peneliti dengan cara
wawancara secara lisan dan bertatap muka langsung antara peneliti
dan beberapa orang yang di wawancarai.
Macam-macam wawancara :
1) Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang
pewawancaraanya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan. Untuk itu pertanyaan-pertanyaan
di susun dengan rapi dan ketat. Jenis ini dilakukan pada situasi
jika sejumlah sempel yang representatif ditanyai dengan
pertanyaan yang sama dan hal ini pentiang sekali. Pokok - pokok
yang dijadikan dasar pertanyaan di atur secara sangat terstruktur.
Keuntungan wawancara terstruktur ialah jarang mengadakan
pendalaman pertanyaan yang dapat mengarahkan wawancara
agar sampai tidak berbohong.
42Ibid.,h. 120.
34
2) Wawancara tak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas
di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa
garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.43
Wawancara semacam ini di gunakan untuk menemukan
informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Hasil
wawancara ini menekankan perkecualian, penyimpangan.
Penafsiran yang tidak lazim, penafsiran kembali, pendekatan baru,
pandangan ahli, atau perspektif tunggal. Dalam hal ini waktu
bertanya dan cara memberikan respon, yaitu jenis ini jauh lebih
bebas iramanya. Pertanyaan tidak di susun terlebih dahulu,
masalah disesuaikan dengan keadaan dengan ciri yang unik dari
responden, pertanyaan tanya jawab biasanya mengalir seperti
dalam percakapan sehari-hari.44
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara
tidak terstruktur, karena akan lebih memudahkan bagi peneliti
dalam melakukan penelitian dan dalam mendapatkan data-data
yang di perlukan serta dengan menggunakan wawancara
43 Sugiono, Metode penelitian kuantitatif kualitatif(Bandung:PT. Alfabeta,2015), h. 140. 44Lexy J. Melong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1999), h. 190-191.
35
tidakterstruktur sangat cocok untuk permasalahan yang sedang di
angkat oleh peneliti.
c. Dokumentasi
Data ini di kumpulkan dari sumber data yang tertulis baik yang
berhubungan dengan masalah kondisi objektif juga silsilah dan pendukung
lainnya. 45.
6. Teknik Analisa Data
Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat di temukan tema
dan dapat di rumuskan hipotesis kerja seperti yang di sarankan oleh data. Dari
data-data seperti caatatan lapangan dan tanggapan peneliti, gambar, foto,
dokumentasi berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan
analisis dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,
memberikan kode, dan mengkatagorisasikannya. Pengorganisasian dan
pengelolahan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja
yang akhirnya di angkat menjadi teori substansif.46
Berkaitan dengan hal tersebut peneliti menggunakan teknik analisis
interaktif Miles dan Huberman, yang menawarkan satu teknik analisis yang
lazim disebut dengan interactive model. Tehnik analisis ini pada dasarnya
45 Djam’an dan Aan komariah,Metodeologi Penelitian Kualitatif(Bandung:Alfabeta,2009), 236-
238. 46Ibid.,h.190. 28Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan R & D (Bandung:Alfabeta,2014),h.244.
36
terdiri dari tiga komponen: reduksi data (data reduction), penyajian data (data
display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying
conclusion).47
Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap Pertama,
melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data.
Pada tahap kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan (memo)
mengenai berbagai hal. Termasuk berkenaan dengan aktivita serta proses-
proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok,
dan pola-pola data.
Komponen kedua analisis interaktif dari Miles dan Huberman, yakni
penyajian data (data display) melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan
data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan yang lain sehingga
seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatan karena
dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa
bertumpuk maka penyajian data (data display) pada umumnya dapat
membantu proses analisis.
Pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing
and verifying conlclusion), peneliti pada dasarnya mengimplementasikan
prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan ada
kecendrungan dari display data yang telah dibuat. Adakalanya kesimpulan
47 Pawito, penelitian Komunikai Kualitatif (Yogyakarta : PT LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta), h.104.
37
telah tergambar sejak awal, namun kesimpulan final tidak pernah dirumuskan
secara memadai tanpa peneliti menyelesaikan analisis seluruh data yang ada.
Peneliti dalam kaitan ini masih harus mengkonfirmasi, mempertajam, atau
mungkin merevisi kesimpulan-kesimpulan yang telah dibuat untuk sampai
pada kesimpulan final berupa proposisi-proposisi ilmiah mengenai gejala atau
realisasi yang diteliti.48
48Ibid., h.104-106.
38
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat LPKA Mataram
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Mataram terletak di
Dusun Tojong-ojong Desa Selebung Kecamatan Batukliang Kabupaten
Lombok Tengah sebelah Selatan bersebelahan dengan Repuk Puyung,
sebelah Timur bersebelahan dengan Aik Bukak, sebelah Utara bersebelahan
dengan Teratak dan sebelah Barat bersebelahan dengan Aik Darek.Lembaga
Pembinaan Khusus Anak Mataram merupakan hasil alih fungsi bangunan
Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Mataram yang terletak di Jln. Tojong-
Ojong Desa Selebung kecamatan Batukliang kabupaten Lombok Tengah.
Pembentukan Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Mataram.
Berdasarkan keputusan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M.HH-
10.0T.01.01 Tahun 2011 tentang pembentukan Lembaga Pemasyarakatan
Kelas III Gunumg Sugih, Warung Kiara, Tanjung Lembata, Lapas Wanita
Kupang, Lapas Narkotika Samarinda serta Lembaga Pemasyarakatan Anak
Kelas III Mataram. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Anak Mataram yang
diresmikan pada tanggal 16 Juli 2012 oleh Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Nusa Tenggara Barat. Lembaga
39
Pemasyarakatan Anak kelas III Mataram memiliki kapasitas 72 ( tujuh
puluh dua) orang dengan luas tanah perkantoran 10.361 M.49
Lembaga Pembinaan Khusus Anak mataram merupakan
Lembaga Negara di bawah naungan Kementrian Hukum dan Hak Asasi
Manusia yang berfungsi sebagai lembaga yang secara khusus membina anak
yang berhadapan dengan hukum di wilayah Nusa Tenggara Barat.
2. Tugas Pokok Pembinaan LPKA Mataram
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram ( LPKA) yang memiliki
tugas pokok dan fungsi utama untuk membina, membimbing, dan
mengayomi anak didik pemasyarakatan di dalam Lembaga pembinaan
Khusus Anak ini, dengan berdasarkan pada pembinaan Keperibadian dan
kemandirian sehingga mereka di harapkan dapat berubah, bertaubat, dan
memiliki bekal yang cukup baik ketika mereka telah bebas nanti pada
bidang masing-masing.
3. Gambaran Anak Didik di LPKA Mataram
Jumlah anak didik di LPKA Mataram sebanyak 36 orang yang terdiri
dari anak nakal seperti Pembunuhan, Perlindungan anak, pencurian, terhadap
ketertiban dan perampokan. Data anak didik dapat dilihat pada table
berikut.50
49Profil, LPKA Mataram Pada tanggal 27 Maret 2017 50 Dokumentasi diambil tanggal 27 Maret 2017.
40
Tabel II Nama dan Profil Peserta Didik di LPKA Mataram
No Nama Alamat Jenis Kejahatan Lama
Pidana
Pasal
Utama
1. Wahidin Amrin Kota Bima Pembunuhan 7 Tahun
338
2. Lukman Ramli Kota Bima Perlindungan Anak 7 Tahun
82
3. Muhammad Supardi
Lombok Barat Perlindungan Anak 3 Tahun 81 ayat 1
4. Lalu Wida Sandya
Lombok Tengah Perlindungan Anak 3 tahun
81
5. Sahrul Munadi Lombok Barat Perlindungan Anak 2 tahun
81
6. Muhammad Candra
Lombok Tengah Perlindungan Anak 2 tahun
81
7. Muhammad Ali Lombok Tengah Perlindungan Anak 2 tahun
82
8. Haeril Watoni Lombok Timur Perlindungan Anak 1 tahun
82
9. L.Muhammad Taufik
Lombok Tengah Perlindungan Anak 2 tahun
81
10. Indra Alam Kota Bima Perlindungan Anak 3 tahun
81
11. Firdaus Rifa’i Kota Dompu Perlindungan Alam 3 tahun
81
12. Nisfu Sakban Lombok Barat Perlindungan Anak 2 tahun
81
13. M. Nandi Rahman
Sumbawa Perlindungan Anak 1 tahun
81
14. Darwanto Lombok tengah Perampokan 3 tahun 365 KUHP
15. Rian Mahendra Lombok Tengah Perampokan 1 tahun 365 KUHP
16. Irfan Jamuranu Lombok Tengah Perampokan 10 bulan 365 KUHP
17. Obo Harja Lombok Tengah Perampokan 7 bulan 365 KUHP
18. Yudistira Lombok Timur Perampokan 7 bulan 365 KUHP
19 Imam Mustakim Lombok Timur Perampokan 365
41
KUHP 20. Imam Mustakim Lombok Timur Perampokan 7 bulan 365
KUHP 21. L. Hamzan Wadi Lombok Timur Pencurian 1 tahun 363
KUHP 22. Ilham Maulana Sumbawa Pencurian 7 bulan 363
KUHP 23. Candra Kirana Sumbawa Pencurian 8 bulan 363
KUHP 24. Dodi Hartono Sumbawa Pencurian 8 bulan 365
KUHP 25. Juandani Sumbawa Pencurian 10 bulan 363
KUHP 26. Safrino Sumbawa Pencurian 10 bulan 3653
KUHP 27. Agus Pratama Lombok Tengah Pencurian 10 bulan 363
KUHP 28. Sadgor Kumia
Tegar Lombok Tengah Pencurian 7 bulan 363
KUHP 29. Artayuda
Herlambang Sumbawa Pencurian 6 bulan 363
KUHP 30. Jumadi Ahmad Lombok Tengah Pencurian 7 bulan 363
KUHP
31. Idrayanto Mataram Pencurian 3 bulan 363 KUHP
32. Mail Lombok Tengah Pencurian 2 bulan 363 KUHP
33. Andiy Safutra Sumbawa Pencurian 5 bulan 363 KUHP
34. Fajri Ramadani Sumbawa Pencurian 11 bulan 363 KUHP
35. Khaerurrozikin Sumbawa Pencurian 7 bulan 363 KUHP
34. Burhanudin Lombok Barat Kesusilaan 1 tahun
285
36. Herman Sumbawa Ketertiban 3 tahun
170
Berdasarkan tabel nama anak anak atau peserta didik di atas, dapat
dilihat jumlah anak yang berhadapan dengan hukum sangatlah tinggi dan
42
jenis pelanggaran yang mereka lakukan berbeda-beda. Oleh karena itu perlu
adanya lembaga yang bisa membimbing anak agar bisa mengurangi untuk
melakukan tindak pelanggaran hukum tersebut.
Setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada para
responden di lapangan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian yaitu
tentang bagaimana metode bimbingan konseling terhadap anak berhadapan
dengan hukum di LPKA Mataram maka hasil wawancara tersebut adalah :
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan maka peneliti mendapatkan
data yang berkaitan dengan permasalahan diatas. Berikut kegiatan bimbingan
di LPKA Mataram. 51
Tabel III Jadwal kegiatan Pembinaan dan jadwal harian anak didik LPKA Mataram
NO HARI WAKTU KEGIATAN 1 Senin 09.00-10.15
10.15-11.30
13.45-15.15
IMTAQ
KOMPUTER
KEPUSTAKAAN 2 Selasa 09.00-10.15
10.15-11.30
13.45-15.15
IMTAQ
KOMPUTER
KEPUSTAKAAN
3 Rabu 09.00-10.15
10.15-11.30
13.45-15.15
IMTAQ
BHS. INGGRIS
REKREASI
4 Kamis 09.00-10.15
10.15-11.30
IMTAQ
BHS.INGGRIS
51Observasi, LPKA 5 April 2017
43
13.45-15.15 KOMPUTER
5 Jum’at 09.00-10.15
10.15-11.30
13.45-15.15
OLAHRAGA
PRAMUKA/YASINAN
KESENIAN/KETERAMIPLAN
Tabel : IV Jadwal harian anak didik LPKA Mataram.
No Waktu Kegiatan Penanggung Jawab
1. 05.00-05.30 Bangun tidur dan sholat
subuh
Kamtib
2. 05.30-08.00 Bersihkan kamar dan
lingkungan sekitar
Kamtib
3. 08.00-09.00 Sarapan pagi, apel pagi,
dan persiapan belajar
Kamtib
4. 09.00-10.15 Agenda pembinaan Staf pembinaan
5. 10.15-11.30 Agenda pembinaan Staf pembinaan
6. 11.30-12.00 Istirahat dan persiapan
sholat zuhur
Staf pembinaan
7. 12.00-13.00 Sholat zuhur berjamaah Staf pembinaan
8. 13.00-13.15 Apel siang Kamtib
9. 13.15-13.45 Makan siang Kamtib
10. 13.45-15.15 Agenda pembinaan Staf pembinaan
44
11. 15.15-15.45 Sholat asar berjamaah Staf pembinaan
12. 15.45-16.00 Istirahat Kamtib
13. 16.00-17.30 Olahraga / pembinaan Kamtib/staf pembinaan
14. 17.30-17.45 Persiapan apel sore Kamtib
15. 17.45-18.00 Apel sore Kamtib
16. 18.00-18.15 Makan malam Kamtib
17. 18.15-18.45 Sholat magrib berjamaah Staf pembinaan
18. 18.45- 19.30 Membaca Al-Qur’an Staf pembinaan
19. 19.30-20.00 Sholat isya’ berjamaah Staf pembinaan
20. 20.00-05.00 Istirahat malam Kamtib
Dari tabel di atas dapat dilihat jenis kegiatan para ABH setiap hari
dan bentuk-bentuk bimbingan yang mereka dapat setiap hari di LPKA
Mataram untuk mengurangi aktifitas kenakalan pada remaja.
45
4. Keadaan Pengurus LPKA Mataram
Untuk lebih memajukan kegiatan pembinaan rehabilitasi yang ada di
LPKA Mataram pengasuh atau Pembina merupakan komponen yang sangat
menentukan atau memegang peranan penting, karena pengasuh atau
Pembina merupakan narasumber dalam hal ini Pembina harus memiliki
kemampuan professional sebagai tenaga pembimbing sesuai yang
diinginkan masyarakat.
Adapun tenaga pengurus LPKA Mataram dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel : V Data pengurus LPKA Mataram 2017
No Nama Jabatan
1. Faozul Ansori, Amd.IP.S.sos Kepala LPKA
2. Edi Maryatno, SH Kasubag umum
3. Erna Ernawati, S.sos Kaur kepegawean dan tata
usaha
4. Wahyudi Adyanto, SE Kaur keuangan dan
perlengkapan
5. I. Gede Ardhana Putra, SH Kasi registrasi dan
klasifikasi
6. Heri Jufriyanto, SH Kasubsi Registrasi
46
7. Yuliadin Subadi, SH Kasubsi Penilaian dan
pengklasifikasian
8. Riva Dilyanti, Amd.IP, S.sos Kasi pembinaan
9. Dedi Herdi Putra, SH Kasubsipendidikan dan
bimbingan kemasyarakatan
10. I. Made Kartayasa Kasubsi perawatan
11. Sofian Hadi Sasmita, Amd,IP, S.sos Kasi Pengawasan dan
penegakan disiplin
12. M. Saripudin Hazri, Amd.IP,S.sos Kasubsi Administrasi
pengawasan dan penegakan
disiplin
5. Visi dan Misi
a) Visi
Menjadikan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram. Sebagai rumah
tunas bangsa.
b) Misi
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram yang ’’ RAMAH ANAK’’
Religius :Aman
Akhlakul karimah Dalam Suasana :Nyaman
Mandiri :Akrab
Amanah :Kekeluargaan
Humanis
47
6. Struktur Organisasi
Berikut adalah Struktur organisasi LPKA Mataram.
Kasubsi Registrasi Heri Jufrianto, SH
KEPALA LPKA Faozul Ansori. Amd,IP.S.sos
KASUBAG UMUM Edi Maryatno, SH
Kaur kepegawaian & tata usaha Erna Ernawati, S.sos
Kaur keuangan dan perlengkpan
Wahyu Adyanto SE
Kasi pembinaan Riva Dilyanti Amd,IP,S.sos
Kasi pengawas dan penegakan disiplin
Sofian Hadi Sasmita,Amd,IP
AAmd,IP.s
Kasubsi pembinaan & bimbingan
Dedi Hardi Putra, SH
Kasubsi Perawatan
I Made Kertayasa, SH
Kasubsi Administras M. saripuddin,Amd,
IP.s.sos
Kasi registrasi & klasifikasi I Gede Ardhana Putra, SH
Kasubsi penilaian & pengklasifikasian
Yuliadin Subadi, SH
REGU PENGAWASAN
48
B. Metode Bimbingan Konseling Terhadap Anak Berhadapan dengan Hukum
di LPKA Mataram.
Bimbingan merupakan suatu layanan yang diberikan kepada seseorang
maupun sekelompok orang baik yang memiliki masalah maupun yang tidak
memiliki masalah agar dia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki serta mengamalkannya.
Setelah peneliti melaukan observasi dan wawancara kepada para
responden di lapangan yang berkaitan dengan permasalahan peneliti ini yaitu
tentang metode bimbingan konseling terhadap anak yang berhadapan dengan
hukum di LPKA Mataram. Dan menurut hasil wawancara dengan para responden
di lapangan ada beberapa bimbingan yang paling utama yang di lakukan dalam
membina anak yang berhadapan dengan hukum yaitu.
1. Bimbingan Konseling Individu
Konseling individu ini merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan
motivasi anak yang berhadapan dengan hukum, proses ini merupakan bentuk
pertolongan yang diberikan kepada konseli (ABH) agar mampu
menyeleseaikan masalah yang dihadapi dan mampu lebih terbuka dalam
menceritakan permasalahan yang dihadapinya. Seperti yang diungkapkan
oleh Riva Dilyanti selaku kasubsi pembinaan mengatakan bahwa :
Dengan diadakannya konseling secara individu ini diharapkan agar anak-anak yang dibina disini, agar bisa dan mampu lebih terbuka dalam menceritakan permasalahannya. Dengan tujuan untuk mengetahui sejumlah
49
permasalahan yang dihapi oleh anak-anak ini dan agar kita mengetahui apasaja yang melatarbelakanginya melakukan perbuatannya.52
Adapun kasus-kasus yang dihadapi oleh Anak Berhadapan dengan
Hukum (ABH) setelah melakukan wawancara dengan beberapa anak binaan
yang berada di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram ini mengtakan
bahwa :
Pertama kasus Pencurian Wawancara dengan doni (Nama samara) mengatakan bahwa awal mula melakukan kasus pencurian ini karena sering diajak teman bergaulnya main judi, sehingga doni nekat mengambil Hp dan Laptop milik orang lain.53
Selain doni ada juga anak yang memiliki kasus yang sama dengan doni yaitu aldo (Nama samara) mengatakan bahwa hanya karena tidak ada uang untuk membeli rokok aldo nekat mencuri. Ketika peneliti peneliti melakukan penelusuran lebih dalam terhadap kasus yang dihadapi oleh aldo, ia menuturkan dengan jelas apa yang melatarbelakanginya nekat melakukan tindakan pencurian ini. Ia mengatakan bahwa saya mencuri disalah satu tempat wisata yang ada di Lombok, ini merupakan aksi yang kedua kali ditempat yang sama. Dimana aksi yang pertama berhasil mencuri barang-barang berharga milik wisatawan dikawasan pantai Kuta, sasaran yang sering menjadi korban adalah para wisatawan luar negeri. ‘’ Saya pikir para turis itu selalu membawa uang banyak dan barang-barang mahal, sehingga saya lebih tertarik merampok uang para turis asing yang sedang berlibur dikawasan wisata Lombok Tengah, selain itu saya pernah diajak teman saya pergi begal motor aksi yang kedua itu berhasil dan motor itu saya jual dengan harga 3 juta. Akan tetapi pencurian yang ketigakalinya saya berhasil ditangkap oleh aparat kepolisian resort Lombok Tengah sehingga saya harus menjalani proses hukuman di Lembaga Pembinaan Khusus Anak ini. Dan sungguh-sungguh saya sangat menyesali perbuatan saya. Ini mungkin yang terakhirkalinya karena saya menyadari ini semua salah.54
Kedua Dalam kasus ini, pembunuhan yang dilakukan oleh dion (Nama
samara) seorang anak yang sudah tega membunuh temannya sendiri
52 Riva Dilyanti, Wawancara, Lembaga Pembinaan Khusus Anak, 7 April 2017. 53 Doni (Nama samara), Wawancara, Lembaga Pembinaan Khusus Anak 18 April 2017. 54 Aldo (Nama samara), Wawancara, Lembaga Pembinaan Khusus Anak 22 April 2017.
50
dikampungnya Desa Labuhan Kenaga, kec Tambora Kabupaten Bima. Dion
diduga membunuh temannya karena menaruh dendam kepada temannya
karena kerap mengganggu wanita yang merupakan pacarnya. Kronologis
kejadian dion sempat melihat pacarnya jalan dengan korban. dan saat itu
korban mengejek pelaku, tidak terima dengan pelakuan dari korban dion
kemudian mencari korban disebuah tempat dikampungnya sehingga korban
terkapang dan meregang nyawa.
‘’ saya menghabiskan nyawa ss (Nama samara) karena saya dendam dia sering mengganggu pacar saya dan menjelek-jelekkan saya di depan teman-teman saya’’ tuturnya.55
Ketiga, kasus Asusila yang dilakukan oleh salah satu Anak Berhadapan
dengan Hukum yaitu Ardi (nama samara) mengatakan bahwa saya melakukan kasus ini dikarenakan disuruh oleh temannya karena temannya ini yang mempunyai pacar sedangkan saya tidak tau apa-apa sehingga saya terjebak dalam kejadian ini. 56
Fenomena tersebut merupakan cerminan dari banyaknya kejadian anak
yang berhadapan dengan hukum ini memerlukan adanya pembinaan dan
bimbingan secara intensif melalu kegiatan bimbingan dan konseling. Adanya
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram ini diharapkan mampu menjadi
jalan keluar dari permasalahan yang terjadi.
Adapun tahap-tahap melakukan proses bimbingan konseling individu
yang diterapkan di LPKA ini adalah:
55 Dion (Nama samara), Wawancara, Lembaga Pembinaan Khusus Anak , 25 April 2017. 56 Ardi (Nama samara), Wawancara, Lembaga Pembinaan Khusus Anak 26 April 2017.
51
a) Konseling secara langsung di dalam ruangan krisis center LPKA.
Di dalam proses konseling ini petugas sipil lapas sengaja
melakukan pemanggilan pada sejumlah anak didik (ABH) di LPKA.
Langkah ini dilakukan oleh petugas lapas untuk mengetahui sejumlah
persoalan yang tengah di hadapi oleh para penghuni LPKA. Dalam
kegiatan ini para pihak petugas LPKA ini memberikan pandangan
serta motivasi hidup yang harus dijalani oleh ABH karena mereka
harus tetap meneruskan kehidupannya karena perjalanan mereka
masih panjang. Agar kedepannya mereka menjadi pribadi yang lebih
baik lagi. Seperti yang di ungkapkan oleh staf pembinaan mengatakan
bahwa :
Proses bimbingan individu ini dilakukan secara perorangan karena setiap anak yang berhadapan dengan hukum (ABH) ini, memiliki kasus yang berbeda-beda, sehingga kita melakukan konseling secara individu. Agar masalah yang dihadapi oleh anak-anak ini bisa terselesaikan dengan baik agar mereka tidak mengulangi perbuatan- perbuatannya.57
b) Berkolaborasi dengan wali binaan
Program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila
didukung oleh semua pihak, dalam hal ini khususnya para walibinaan
berkolaborasi dengan petugas pembinaan dalam rangka memperoleh
informasi tentang anak binaan seperti ( prestasi belajar, kehadiran dan
pribadinya). Membantu memecahkan masalah dan mengidentifikasi
57 Staf Pembinaan, Wawancara, Lembaga Pembinaan Khusus Anak, 7 April 2017.
52
aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh petugas
pembinaan. Seperti yang diutarakanstaf pembinaan mengatakan
bahwa :
‘’Selain melakukan konseling secara individu disini juga kita berkolaborasi dengan walibinaan agar kita mengetahui prestasi, tingkah laku dan pribadi anak ini yang sebenarnya.58
c) Bekerjasama dengan orang tua
Dalam upaya meningkatkan kualitas program bimbingan, petugas
pembinaan perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua anak
didik. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap anak-
anak tidak hanya berlangsung di LPKA, tetapi juga orang tua
dirumah. Melalui kerja sama ini memungkinkan terjadinya saling
memberikan informasi, pengertian dan tukar pikiran antara petugas
pembinaan dan orang tua anak didik dalam upaya mengembangkan
potensi anak dan memecahkan masalah yang dihadapi anak didik ini.
Selain itu petugas LPKA ini melakukan kunjungan kerumah anak
didik, dengan tujuan untuk memperoleh data tambahan tentanga anak
didik yang berada di LPKA ini. Seperti yang diutarakan oleh staf
pembinaan mengatakan bahwa :
‘’ selain mengadakan konseling secara individu, kita juga bekerjasama dengan orang tua anak-anak binaan ini, dengan tujuan agar kita mengetahui informasi atau data tambahan tentang anak yang dibina disini atau anak yang berhadapan dengan hukum yang berada di Lembaga Pembinaan Khusus Anak ini posisi ini anak binaan
58 Staf Pembinaan, Wawancara, Lembaga Pembinaan Khusus Anak 7 April 2017.
53
diberikan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan pendapatnya dalam bentuk tindakan yang positif. Selain itu, dalam konseling kelompok ini menggunakan metode bermain sambil belajar dimana dalam proses ini peserta didik mampu belajar untuk saling menerima pendapat dan bekerja dan saling menghargai sesama. Agar peserta didik mampu untuk memahami situasi dan kondisi sosial mereka, yang sama-sama merupakan ABH yang sama-sama menjalani proses rehabilitasi dan perlindungan. Seperti yang diutarakan oleh ibu Riva Mengatakan bahwa : ‘’Dengan diadakannya konseling secara kelompok yang diterapkan
di Lembaga Pembinaan Khusus Anak ini bertujuan agar anak-anak yang menjalani proses hukuman atau anak binaan ini memiliki rasa saling menghargai satu sama lain dan mampu menerima diri dan diterima oleh lingkungannya karena dalam posisi ini anak-anak ini diberikan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan pendapatnya. Memang dalam konseling kelompok ini anak-anak belum bisa untuk terlalu terbuka tidak seperti konseling secara individu.59
2. Bimbingan Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan suatu kelompok yang teratur dalam
dari dua individu atau lebih. Metode konseling kelompok ini diterapkan di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak ini bertujuan agar para Anak Berhadapan
dengan Hukum (ABH), memiliki rasa saling menghargai, saling menghormati
dan mampu menerima diri dan diterima oleh lingkungannya karena dalam
posisi ini Anak berhadapan dengan Hukum (ABH) diberikan kesempatan
untuk mengekspresikan pikiran dan pendatnya dalam bentuk tindakan yang
positif. Seperti yang diungkapkan oleh staf pembinaan mengatakan bahwa:
“Di dalam konseling kelompok ini disini kita menggunakan metode sambil bermain sambil belajar agar anak-anak ini tidak mudah jenuh dan bosan, karena anak-anak ini mungkin tidak terbiasa dibimbing seperti yang kita terapkan di Lembaga Pembinaan Khusus anak ini. Semoga dengan kita
59 Riva Dilyanti, Wawancara, Lembaga Pembinaan Khusus Anak 11 April 2017.
54
mengadakan metode ini anak-anak ini senang dan bisa menerima apa yang kita sampaikan60 Dengan diadakannya metode ini agar Anak-anak ini mampu
memahami situasi dan kondisi soaial mereka yang sama-sama merupakan
Anak Berhadapan dengan Hukum yang sama-sama menjalani proses
Rehabilitasi dan Perlindungan.
3. Bimbingan Agama
Proses bimbingan ini adalah bimbingan yang diberikan dengan cara
pemberian materi oleh Pembina anak didik. Kegiatan ini merupakan
bimbingan yang diberikan kepada para ABH guna untuk meningkatkan
pengetahuan yang mencangkup bimbingan agama, budi pekerti, psikologis,
dalam kehidupan sehari-hari agar peserta didik ini berbudi luhur, sopan
santun, bertingkah laku baik, dan jujur. Seperti yang diungkapkan oleh pak
hamid selaku pembimbing peserta didik di LPKA ini.
’’Menurut Pak Hamid untuk membimbing anak-anak ini sangat penting untuk diberikan bimbingan agama ini, karena anak-anak ini sebagian besar latar belakangnya adalah anak-anak nakal yang perlu di didik dan di bimbing supaya mereka mempunyai akhlak yang baik. Dan mengenal mana yang namanya benar dan salah, karena anak-anak ini sangat kurang mendapatkan bimbingan agama yang baik. Karena anak-anak ini ada juga yang tidak bisa mengaji, baca-bacaan solat. Maka dari itu perlulah anak-anak ini di bimbing agar mereka juga bisa berubah nantinya.61
Bimbingan ini juga merupakan upaya yang dilakukan untuk
bagaimana peserta didik ini agar lebih bisa mendekatkan diri mereka
60 Staf Pembinaan, Wawancara, Lembaga Pembinaan Khusus Anak, 11 April 2017. 61 P. Hamid (Pembinaan), Wawancara, Lembaga Pembinaan Khusus Anak, 10 April 2017.
55
kepada Tuhan yang Maha Esa. Didalam bimbingan agama ini anak-anak
diajarkan berbagai macam materi seperti tuntunan sholat, akidah akhlak
dan bimbingan kerohanian, karena kebanyakan dari mereka banyak sekali
yang tidak bisa sholat dan mengaji. Sehingga anak-anak ini selalu di
tekankan untuk melaksanakannya seperti yang diungkapkan oleh P.irfan
sebagai berikut.
’’Dalam menjalankan pembinaan dan bimbingan kepada anak-anak ini kita seringkali tekankan kepada mereka agar rajin-rajin solat, sehingga kita memberikan waktu yang wajib buat mereka untuk melaksanakan solat sunnah. Agar mereka terbiasa nantinya.62
Hal ini juga di ungkapkan oleh salah satu peserta didik bahwa :
‘’Sebelum disini saya tidak pernah mengenal yang namanya solat bahkan tidak tau tata cara melaksanakan wudu’, ayat-ayat pendekpun saya tidak menghafalnya. Tidak pernah mengaji dan selalu bolos sekolah, yang saya lakukan itu hanya bersenang-senang dengan teman-teman dan mencuri turis-turis pendatang itu, karena turis-turis ini punya banyak uang. Setelah disini sedikit tidak saya ada kesadaran.63
Di dalam bimbingan agama memiliki berbagai macam kegiatan
antara lain : 1. Shalat berjama’ah setiap waktu dan kalau tidak
melaksanakannya akan di hukum, ini dilakukan untuk melatih
kedisiplinan kepada anak didik. 2. Pengajian atau ceramah islami yang
selalu diberikan setiap selesai solat. Ini bertujuan untuk mendekatkan diri
62P.Irfan, Wawancara , Lembaga Pembinaan Khusus Anak 10 April 2017. 63Wawan (nama samaran).Wawancara, Lembaga Pembinaan Khusus Anak, 12 April 2017.
56
kepada Tuhan yang Maha Esa. Dan memberikan mereka penyadaran agar
tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama.
4. Bimbingan belajar
Bimbingan belajar merupakan faktor paling utama dalam
pendidikan anak-anak agar anak menjadi individu yang cerdas dan
mempunyai potensi yang tinggi tanpa belajar anak-anak tidak tau bagaimana
cara menulis, membaca dan sebagainya. Seperti yang di sampaikan oleh
bapak kepala LPKA Mataram yang mengatakan bahwa :
Bimbingan belajar ini sangat kita terapkan yang bertujuan untuk mendidik, membimbing dan mengayomi anak-anak didik ini, agar mereka bisa mengembangkan kemampuannya sesuai bakat dan potensi yang dimilikinya.Maka dari itu kita menerapkan sistem pembelajaran layaknya di sekolah seperti : Pendidikan Komputer, Pendidikan Bhs inggris, Geografi, Biologi, Kewarganegaraan, Kesenian Musik, baca tulis hitung, Olah Raga dan Rekreasi. Bahkan kita bekerja sama dengan SMA Negri Terbuka Narmada, SMA Negri 1 Lingsar sekolah SMP 1 AtapBatukliang ini. Agar anak-anak yang di bina disini layaknya orang sekolah biasa dan agar mereka mendapatkan ijazah seperti biasanya.64
Seperti yang diungkapkan oleh salah satu anak binaan mengatakan
bahwa : Semenjak saya disini saya merasa ada perubahan dalam diri saya.
Karena dulu saya tidak pernah belajar, memang saya disekolahkan oleh nenek saya akan tetapi saya tidak pernah masuk sekolah. Yang saya kejakan itu hanya pergi mencari uang dengan cara mencuri, buat kesenangan saya .tanpa sepengetahuan nenek saya, saya sangat menyesal mengerjakan hal-hal seperti itu, sedikit tidak saya berpikir bahwa yang saya kerjakan itu semua salah.65
Belajar memang hal yang paling mendasar dalam kehidupan seseorang
atau sekelompok orang sebab tanpa belajar manusia akan menjadi bodoh.
64 Faozul Ansori, Wawancara , Lembaga Pembinaan Khusus Anak, 15 April 2017. 65Aa, (nama samara), Wawancara, Lembaga Pembinaan Khusus Anak, 20 April 2017.
57
Belajar merupakan unsur terpenting dalam penyelenggaraan setiap jenis
pendidikan, berhasil atau gagalnya pencapai tujuan itu amat bergantung pada
proses belajar yang dialami individu baik dalam lingkungan sekolah,
keluarga maupun masyarakat.
Seperti yang di ungkapkan oleh anak binaan (ABH ) yang mengatakan
bahwa :
’’ Saya merasa senang dengan kita dikasi bimbingan belajar yang di terapkan disini, walaupun kita narapidana disini tapi dengan kita menikmati sistem pembinaan yang kita di kasih disini, selayaknya kita bisa belajar mandiri setidaknya kita tidak ketinggalan pelajaran kita dulu.66
5. Bimbingan Keterampilan / Kesenian
Bimbingan keterampilan ini merupakan salah satu bentuk kerangka
yang berfungsi untuk membimbing dan mengarahkan seluruh peserta didik
sesuai potensi, minat, bakat yang mereka miliki dan mengarahkan perilaku
anak yang tidak sesuai dengan norma menjadi anak yang bermoral dan
beretika. Bimbingan ini merupakan serangkaian kegiatan yang direncanakan
untuk memberikan bekal keterampilan kerja bagi peserta didik untuk
menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan keterampilan kerja sesuai
bakat dan minatnya. Setelah peserta didik mengikuti bimbingan keterampilan
agar anak-anak diharapkan dapat memanfaatkan potensi dan sebagai modal
hidup serta dapat memanfaatkannya secara sosial maupun ekonomi, yang
bertujuan untuk menghilangkan stigma negative masyarakat terhadap anak
66Dimas (nama samara), Wawancara, Lembaga Pembinaan Khusus Anak, 20 April 2017
58
yang berhadapan dengan hukum ini. Adapun bentuk bimbingan keterampilan
yang di berikan kepada peserta didik seperti : Keterampilan membuat bunga,
boneka, bantal, mainan kunci dari kain planel, keterampilan Komputer,
Kesenian Musik, pembuatan kloset, dan bercocok tanam.
Seperti yang diutaran oleh kasi pembinaan oleh ’’Ibu Riva Dilyantibahwa setiap hari jum’at, kami harus melakukan latihan agar anak-anak terbiasa melakukan keterampilan-keterampilan yang telah diberikan.67
6. Bimbingan sosial
Bimbingan sosial dilakukan dengan tujuan sebagai upaya untuk
memulihkan dan mengembangkan tingkah laku positif, mengembangkan
kemauan dan kemampuan peserta didik dalam penyesuaian diri secara cepat
dan tepat di lingkungannya. Sehingga peserta didik mampu melaksanakan
fungsi sosial secara wajar dan mempunyai hubungan yang baik dalam
keluarga, teman dan masyarakat berapa metode bimbingan sosial seperti
:Bimbingan Individu dan Kelompok.
Seperti yang di utarakan oleh staf pembinaan yaitu bimbingan sosial yang di berikan oleh Lembaga yaitu untuk menanamkan sikap dan prilaku positif anak agar sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.68
C. Hambatan-hambatan Bimbingan Konseling Terhadap Anak Berhadapan
dengan Hukum di LPKA Mataram.
Hambatan atau kendala dalam menjalankan bimbingan dan konseling
terhadap anak berhadapan dengan hukum. Dari hasil wawancara dan observasi
67 Riva Dilyanti, Wawancara, Lembaga Pembinaan Khusus Anak, 17 April 2017 68 Staf Pembinaan, Wawancara,Lembaga Pembinaan Khusus Anak 29 April 2017.
59
yang peneliti lakukan ada beberapa hambatan yang di hadapi oleh Pembina
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram upaya untuk mengatasi anak
binaan atau anak berhadapan dengan hukum ini diantaranya.
Kurangnya keterbukaan dalam penggalian masalah yang di hadapi ABH.
Dalam melakukan konseling perlu adanya keterbukaan dan kesadaran agar
konseling berjalan dengan efektif dalam hal ini ibu Riva selaku ketua pembinaan
mengatakan bahwa :
”Dalam proses konseling kami menggunakan metode konseling individu dan kelompok, akan tetapi yang paling sering kita terapkan disini, kita menggunakan konseling kelompok agar ABH mampu menerima diri dan diterima oleh lingkungan tapi dalam konseling kelompok ini kurang efektif, karena kurangnya keterbukaan dari peserta didik ( ABH).69
Adapun hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan bimbingan dan
konseling terhadap anak berhadapan dengan hukum (ABH) diantaranya.
1. Kurangnya Motivasi
Untuk berubah dalam diri ABH ini merupakan salah satu kendala
yang di hadapi oleh LPKA dalam membina ABH, karena dalam hal ini perlu
adanya motivasi dari dalam diri peserta didik untuk berubah dari kebiasaan
buruk yang pernah dilakukan atau dialami supaya tidak melakukan hal-hal
yang menantang agama dan undang-undang. Dalam melakukan pembinaan
sangatlah penting kesadaran dan motivasi yang lebih dari dalam diri ABH
karena tanpa adanya kesadaran diri untuk berubah maka sangat sulit di bina
oleh orang lain.
69Riva Dilyanti Wawancara, Lembaga Pembinaan Khusus Anak, 17 April 2017.
60
Dalam hal ini P.irfan mengatakan bahwa:
“ Untuk membimbing para ABH sangatlah diperlukan motivasi dari para ABH sendiri untuk berubah dan disini para ABH masih kurang motivasi untuk merubah diri supaya mereka bisa berubah dari kesalahan yang diperbutnya70
Untuk membina seorang anak yang nakal sangatlah dibutuhkan
motivasi, untuk berubah, motivasi ini diperlukan karena seorang tidak dapat
dirubah oleh orang lain sebelum seseorang ini merubah dirinya sendiri.
2. Kurangnya Keterbukaan Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH).
Dalam proses bimbingan konseling terutama dalam bimbingan
konseling kelompok, anak binaan (ABH) kurang mampu untuk terbuka segara
langsung dalam menceritakan atau mengungkapkan permasalahan yang
dihadapinya seperti yang dijelaskan oleh Ibu riva mengatakan bahwa:
’’Dalam bimbingan kelompok kami juga merasa bahwa bimbingan kelompok ini kurang efektif karena peserta didik (ABH) masih menutupi diri dan kurang terbuka untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya.71
“Seperti yang diungkapkan oleh ABH juga mengatakan bahwa dalam menjalankan kegiatan ini saya sendiri belum terbiasa dan lebih seneng untuk bermain-main, mungkin faktor ketidak betahan juga yang menjadi hambatan kita untuk menjalankan pembinaan ini, sehingga saya kurang memperhatikan petugas yang memberikan bimbingan terhadap kita.72
70 P.irfan, Wawancara, Lembaga Pembinaan Khusus Anak, 17 April 2017.
71Riva Dilyanti Wawancara, Lembaga Pembinaan Khusus Anak 17 April 2017. 72 Leo (Nama samara),Wawancara,Lembaga Pembinaan khusus Anak, 18 April 2017.
61
3. Kurang dukungan dan Perhatian dari orang tua terhadap Anak Berhadapan
dengan Hukum (ABH).
Untuk meningkatkan motivasi anak agar mampu berbuat mandiri dan
mampu menjadi individu yang lebih positif juga, anak-anak sangat
membutuhkan dukungan dan perhatian dari orang-orang terdekatnya seperti
keluarga terutama dari kedua orang tuanya. tetapi perhatian dan dukungan dari
orang tua anak binaan (ABH) sangat kurang dan menjadi kendala upaya untuk
mengatasi anak dalam proses konseling di Lembaga Pembinaan Khusus Anak
( LPKA). Seperti yang di jelaskan oleh pak Zainul Irfan dan bimbingan
kemasyarakatan.
’’Untuk meningkatkan motivasi dan merubah prilaku maupun menjadikan anak menjadi pribadi yang positif anak sangat membutuhkan perhatian dan dukungan dari orang tua, karena bagaimanapun anak akan sangat mendengarkan kata orang tuanya dan juga untuk meningkatkan motivasi anak (ABH) ini kita sebagai orang tua harus memberikan perhatian, dukungan dan kepercayaan kepada anak agar anak mampu berkembang dan menumbuhkan motivasi dalam diri anak itu. 73
4. Kurangnya sarana dan prasarana yang belum memadai guna kegiatan belajar
mengajar Seperti yang diungkapkan staf pembinaan yaitu tidak tersedianya
Lab Komputer sehingga masih menggunaka laptop pegawai, kurangnya alat-
alat musik yang sudah rusak, minimnya sarana olah raga, dan fasilitas
penunjang pendidikan seperti buku pendidikan, kamus dan tutorial
pembelajaran Komputer. Dan ketidaksediaan konelsi internet juga menjadi
73Zainul Irfan, Wawancara , Lembaga Pembinaan Khusus Anak 17 April 2017.
62
salah satu hambatan yang di hadapi oleh Lembaga Pembinaan Khusus Anak
ini, ini salah satu penghambat pencarian bahan mengajar kepada peserta didik,
penghambat uplod kegiatan pembinaan kedalam blog LPKA dan penghalang
anak didik dalam mempelajari internet dalam proses pembelajaran Komputer.
63
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis Metode Bimbingan Konseling Terhadap Anak Berhadapan Dengan
Hukum Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram.
Berdasarkan paparan data dan temuan yang peneliti peroleh setelah
mengadakan penelitian dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan sesuai
dengan fokus penelitian yang peneliti angkat, setelah mengadakan pengelolaan
data dengan menjadikan Lembaga Pembinaan khusus anak (LPKA) Mataram.
Sebagai tempat lokasi penelitian, maka data-data dan temuan penelitian tersebut
akan peneliti bahas di bab ini. Dari hasil analisis peneliti dapat menggambarkan
metode bimbingan konseling terhadap anak berhadapan dengan hukum sebagai
berikut :
Kehidupan remaja memang penuh dengan problematika. Hal ini
disebabkan karena periode ini merupakan periode transisi yang penuh dengan
perubahan. Pada periode ini terjadi perubahan fisik, psikis, sosial maupun
spiritualnya. Oleh karena itu, dengan perubahan-perubahan yang terjadi
menyebabkan anak mengalami konflik dalam dirinya dan dengan lingkungan.
Maka dari itu anak sangat memerlukan dukungan serta bimbingan terutama
bimbingan dari orang tua serta memenuhi kebutuhan hidup. Maka orang tua harus
memberikan suasana keluarga yang harmonis sehingga anak akan bertumbuh
kembang dengan baik.
64
Anak yang berhadapan dengan hukum sebagai individu yang berada
dalam masa pemulihan (Rehabilitasi) dan perkembangan kearah kematangan atau
kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut anak yang berhadapan dengan
hukum memerlukan bimbingan karena mereka masih belum memahami dirinya
dan lingkungannya.
Seperti yang di utarakan Frank Parson, sebagaimana yang dikutip oleh
Prayitno dan Erman Amti dalam bukunya mengatakan bahwa bimbingan adalah
bantuan yang di berikan kepada individu untuk memilih, mempersiapkan diri, dan
mengaku suatu jabatan, serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang
dipilihnya.74
Bimbingan merupakan suatu layanan yang diberikan kepada seseorang maupun sekelompok orang baik yang memiliki masalah maupun yang tidak memiliki masalah agar dia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki serta mengamalkannya. Adapun metode bimbingan yang di berikan untuk anak-anak atau ABH yaitu dengan melakukan bimbingan seperti bimbingan individu, bimbingan kelompok agama, bimbingan belajar, bimbingan keterampilan/kesenian, dan bimbingan sosial75
Bentuk-bentuk bimbingan konseling di Lembaga Pembinaan Khusus
Anak terhadap (ABH).
1. Layanan Konseling individu
Layanan konseling individu yaitubimbingan yang di tunjukkan kepada
individu (klien) secara face to facedengan cara wawancara. Layanan ini di
berikan kepada individu (klien) yang bermasalah dan umumnya diberikan
74 Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling…,h. 99. 75 Staf Pembinaan, Wawancara LPKA Mataram, 10 April 2017.
65
secara individu.76 Relevan dengan Prayitno, sebagaimana yang dikutip oleh
Tohirin dalam bukunya mengatakan bahwa layanan konseling individu
berlangsung dalam suasana komunikasi atau tatap muka secara langsung
antara konselor dan klien yang membahas berbagai masalah yang dialami
klien.77
Layanan konseling individu merupakan layanan yang diselenggarakan
oleh petugas Pembina LPKA terhadap ABH (klien) dalam rangka
pengentasan masalah pribadi konseli. Dalam suasana tatap muka dilakukan
secara langsung antara konselor dan konseli, membahas berbagai hal tentang
masalah yang dialami oleh konseli . Langkah ini digunakan oleh petugas
LPKA untuk mengetahui sejumlah persoalan yang di hadapi oleh para
penghuni LPKA. Dalam kegiatan ini juga pihak LPKA memberikan
pandangan dan motivasi hidup yang harus dijalani oleh para penghuni LPKA
karena mereka harus tetap meneruskan kehidupan yang lebih baik, karena
mereka masih memiliki masa depan yang panjang sebagai generasi penerus
bangsa.
Layanan konseling ini diterapkan upaya untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan yang dihadapi oleh Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH),
karena tidak semua Anak yang Berhadapan dengan Hukum ini memiliki
masalah yang sama. Namun, Anak berhadapan dengan Hukum disini
76Elfi Mu’awanah, Bimbingan Konseling Islam…,h.67. 77Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah berbasis integrasi., h.158.
66
memiliki kasus yang berbeda-beda seperti Pencurian, Perampokan, Asusila,
Perlindungan Anak dan Pembunuhan. Anak-anak ini bukan semata-mata atau
dengan sengaja melakukan tindakan-tindakan seperti ini melainkan mereka
mempunyai tujuan dan alasan tersendiri sehingga berani dan nekat
melakukannya. Sebut saja kasus anak yang melakukan pencurian ini mereka
melakukan ini demi mendapatkan uang dikarenakan:
a. Keluarganya yang broken home
Karena faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya
kenakalan remaja kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian
orang tua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan kedisiplinan yang
efektif, kurangnya kasih sayang orang tua dapat menjadi pemicu timbulnya
kenakan terhadap anak.
b. Anak yang di latar belakangi oleh sosial ekonomi rendah.
Faktor ekonomi paling berpengaruh terhadap terjadinya tindakan
kriminal, sehingga anak berani melakukanapa saja demi mendapatkan
suatu keinginannya seperti melakukan keinginannya demi mendapatkan
uang.
c. Lingkungan atau tempat tinggal.
Salah satu penyebab terjadinya sebuah karakter, jika seorang anak
hidup dalam lingkungan yang keras atau lingkungan tersebut kurang
peduli terhadap sesama maka yang terjadi adalah anak akan meniru
komunitas tersebut. Salah satunya adalah merokok hal ini bukan rokoknya
67
yang disalahkan namun, alangkah perihatinnya jika kita melihat seorang
anak yang belum cukup umur sudah terbiasa merokok sehingga anak-anak
pada dasarnya sangat memerlukan bimbingan agar anak tidak mudah
terjerumus oleh pergaulan yang tidak baik. Dalam ha ini Lembaga
Pembinaan Khusus Anak memiliki tehnik dan pelaksanaan bimbingan
yaitu :
Adapun tehnik-tehnik pelaksanaan bimbingan dan konseling secara
individu yang dilakukan oleh pihak lembaga berdasarkan teori yaitu :
a) Perilaku Attending
Disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencangkup
komponen kontak mata, bahasa badan, dan bahasa lisan. Perilaku
attending yang baik adalah meningkatkan harga diri klien, menciptakan
suasana yang aman dan mempermudah ekspresi perasaan klien dengan
baik.
Berdasarkan temuan data di lapangan adanya perilaku Attending yang
diperankan oleh pihak lembaga, dengan tujuan agar mempermudah staf
pembinaan (konselor) untuk membuat klien (Anak Berhadapan dengan
Hukum) terlibat pembicaraan dan mudah terbuka, sehingga pihak lembaga
menerapkan perilaku Attending ini. Dengan tujuan untuk meningkatkan
harga diri klien, menciptakan suasana yang aman dan mempermudah
ekspresi perasaan klien (Anak Berhadapan dengan Hukum) dalam
68
menjalankan proses bimbingan dan konseling yang dibina di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Mataram.
b) Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang
dirasakan klien, merasa dan berpikir bersama dengan attending. Empati
ada dua macam yaitu: (a) empati primer yaitu suatu bentuk empati yang
hanya memahami perasaan, pikiran, keinginan dan pengalaman klien.
Tujuannya adalah agar klien terlibat pembicaraan dan terbuka. (b). empati
tingkat tinggi yaitu apabila kepahaman konselor terhadap perasaan,
pikiran, keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh
klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut.
Berdasarkan temuan di Lapangan teknik konseling empati yang
dilakukan oleh konselor untuk merasakan apa yang dirasakan oleh klien.
Tehnik ini dilakukan untuk memahami perasaan, pikiran, keinginan dan
pengalaman klien (Anak Berhadapan dengan Hukum) agar klien mudah
terbuka ketika menjalankan proses bimbingan dan konseling. Teknik ini
bertujuan untuk membuat klien tersentuh dan terbuka untuk
mengemukakan isi hati klien, sehingga konselor bisa merakan apa yang
dirasakan oleh klien (Anak Berhadapan dengan Hukum) yang dibina di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Mataram.
69
c) Refleksi
Refleksi adalah keterampilan konselor untuk memantulkan kembali
kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman klien sebagai
hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan nonverbal. Ada 3 jenis
refleksi yaitu perasaan, pengalaman dan pikiran.
Berdasarka temuan data di lapangan teknik refleksi yang diterapkan
oleh pihak lembaga yaitu agar mempermudah konselor untuk
memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan
pengalaman klien. Sehingga mudah dipahami oleh anak yang dibina di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram.
d) Eksplorasi
Eksplorasi yaitu suatu keterampilan untuk menggali perasaan,
pengalaman dan pikiran. Tehnik ini memungkinkan klien untuk bebas
berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam.
Tehnik ini juga diterapkan oleh pihak lembaga yang dilakukan oleh
konselor untuk menggali perasaan, pikiran dan pengalaman klien. Agar
para Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) yang dibimbing tidak
merasa ketakutan atau grogi dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling,
dengan tujuana agar klien lebih terbuka tanpa rasa takut, ragu, tertekan
dan terancam sehingga seorang konselor mudah memahami permasalahan
yang dihadapi oleh (ABH) yang dibina di Lembaga Pembinaan Khusus
Anak Mataram ini.
70
e) Menagkap pesan utama (Paraphrasing)
Yaitu untuk memudahkan klien memahami ide, perasaan dan
pengalamannya seorang konselor perlu menangkap pesan utamannya, dan
menyatakan secara sederhana dan mudah dipahami dibahasakan oleh
bahasa konselor sendiri. Hal ini perlu karena sering klien mengemukakan
perasaan, pikiran dan pengalamannya berbelit, berputar atau panjang.
Berdasarkan temuan data di lapangan teknik ini diterapkan oleh pihak
lembaga yaitu yang diperankan oleh Pembina (konselor), untuk
mempermudah klien memahami perasaan dan pengalamannya, karena
seorang konselor perlu menangkap pesan utama yang diungkapkan oleh
klien dan menyampaikan secara sederhana agar mudah dipahami oleh
klien yang berada di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)
Mataram. Sehingga mempermudah proses bimbingan dan konseling.
f) Interprestasi
Interprestasi yaitu untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan perlikaku
klien.
Tehnik ini juga diterapkan oleh pihak lembaga yaitu dengan tujuan
mempermudah konselor untuk menggali pikiran, perasaan serta tingkah
laku klien, agar proses konseling berjalan sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Agar sama-sama mempermudah antara konselor dan konseli
dalam proses bimbingan dan konseling.
71
g) Mengarahkan (Directing)
Yaitu untuk mengajak klien berpartisipasi secara penuh di dalam
proses konseling.78.Tehnik ini juga diterapkan di LPKA Mataram dengan
tujuan mengajak klien berpartisipasi serta mengarahkan klien suatu
keterampilan yang menggugah hati klien agar tertarik dengan proses
konseling ini. Agar klien tidak merasa jenuh dan mudah bosan dalam
proses bimbingan dan konseling.
2. Bimbingan Konseling kelompok
Konseling kelompok merupakan suatu kelompok yang teratur dari dua
individu atau lebih. Sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Gadza konseling
kelompok merupakan hubungan antara beberapa konselor dan beberapa klien
yang berfokus pada pemikiran dan tingkah laku yang disadari. Ia menyatakan
bahwa konseling kelompok ini bertujuan untuk memberikan dorongan dan
pemahaman pada klien untuk memecahkan masalahnya.79
Dengan diadakannya pelaksanaan bimbingan ini agar Anak-anak yang
dibina di Lembaga Pembinaan Khusus Anak ini dipermudah untuk bergaul
dengan lingkungannya saat ini, karena lingkungannya saat ini berbeda dengan
yang dulu dikarenakan Lembaga Pembinaan Khusus Anak ini lebih kearah
pembinaan yang dilakukan secara rutin. Dan agar anak mudah memahami
keadaanya saat ini. Sehingga pihak Lembaga mengadakan suatu tehnik
78 Sofyan S. Konseling Individual Teori dan praktek ( Bandung : Alfabeta 2014), h. 160-167 79 Ibid, h. 198
72
konseling terhada anak yang berhadap dengan hukum yang dibina di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak ini. Adapun metode konseling kelompok yang
diterapkan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram yaitu.
a. Program Home Room
Program ini dilakukan dengan menciptakan suatu kondisi sekolah atau
kelas seperti di rumah, sehingga tercipta suatu kondisi yang bebas dan
menyenangkan.Tujuan utama program ini adalah agar konselor dapat
mengenal klien secara lebih dekat sehingga dapat membantunya secara
efisien.Tehnik konseling ini juga diterapkan oleh pihak Lembaga
Pembinaan Khusus Anak Mataram yaitu melakukan kunjungan rumah
anak binaan (klien). Dengan tujuan untuk memperoleh data tambahan
tentang anak yang dibina di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram.
b. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana klien dapat
memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-
sama. Karena setiap klien memperoleh kesempatan untuk mengemukakan
pikirannya masing-masing dalam memecahkan suatu masalah.
Berdasarkan temuan di lapangan teknik ini juga dilakukan di LPKA
Mataram yaitu dengan tujuan mempermudah klien mengemukakan
pikirannya masing-masing seperti saling tukar pendapat satu sama lain.
Agar proses bimbingan kelompok yang dilakukan berjalan dengan lancar.
73
c. Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok dapat menjadi suatu tehnik yang baik dalam
bimbingan, karena kelompok memberikan kesempatan kepada individu
untuk berpartisifasi secara baik. Melalui bimbingan ini individu dapat
mengembangkan bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan tertentu.
Kegiatan kelompok ini juga sering dilakukan di LPKA Mataram yaitu
dengan tujuan agar anak binaan (klien) dapat mengembangkan bakat dan
potensi yang dimilikinya seperti keterampilan dalam bidang kesenian
musik, keterampilan membuat kloset, bunga, bercocok tanam dan lain-lain
sehingga Anak Berhadapan dengan Hukum tidak merasa bosan dalam
melaksanakan kegiatan ini dan tidak merasa ada tekanan dalam diri anak.
d. Sosiodrama.
Sosiodrama dapat digunakan sebagai salah satu cara bimbingan
kelompok. bimbingan ini merupakan salah satu cara memecahkan masalah
individu dengan cara drama. Metode ini melalui kegiatan bermain peran.
Kegiatan ini juga dilakukan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak
Mataram yaitu dengan cara belajar sambil bermain. Agar mempermudah
klien dalam memecahkan masalahnya.
74
e. Pengajaran Remedial
Remedial (remedial teaching) merupakan suatu bentuk pembelajaran
yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang klien untuk
membantu kesulitan belajar yang dihadapinya.80
Berdasarkan temuan data di lapangan metode ini juga dilakukan yaitu
dengan tujuan mempermudah klien mengingat materi yang telah diberikan
oleh Pembina LPKA Mataram. Agar Anak Berhadapan dengan Hukum
tidak mudah lupa sehingga sering diadakannya pengajaran remedial ini.
Karena anak yang dibina di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mataram
ini dalam sistem pembelajaran yang diterapkan ini sama dengan anak-anak
yang sekolah di luar sana.
Metode konseling kelompok ini juga di terapkan di LPKA Mataram
yang bertujuan agar klien memiliki rasa saling menghargai, saling
menghormati, dan mampu menerima diri dan diterima oleh lingkungnnya
karena dalam posisi ini ABH diberikan kesempatan untuk
mengekspresikan pikiran dan pendapatnya dalam bentuk tindakan yang
positif. Selain itu, dalam konseling kelompok ini menggunakan metode
bermain sambil belajar dimana dalam proses ini ABH, mampu belajar
untuk saling menerima pendapat dan bekerja dan saling menghargai
sesama. Agar ABH mampu untuk memahami situasi dan kondisi sosial
mereka yang sama-sama merupakan ABH yang sama-sama menjalani
80Ibid, h. 237-277.
75
proses rehabilitasi dan perlindungan. Adapun bentuk bimbingan kelompok
yang diterapkan di LPKA Mataram seperti bimbingan, agama, bimbingan
belajar, bimbingan sosial dan bimbingan keterampilan.
a. Bimbingan agama
Bimbingan agama sebagai suatu kata yang menjadi pedoman
seseorang untuk berprilaku, terutama hubungannya dengan tuhan. Agama
disebut juga religi yang berasal dari bahasa latin, religio dan berakar pada
kata kerja re-ligare yang berarti mengikat kembali. Artinya adalah
seseorang mengikat dirinya kepada tuhan. Menurut Zainal Abidin, agama
yaitu peraturan perikehidupan manusia yang sesuai dengan akal fikiran,
yang dibawa oleh utusan Allah yang terpilih yaitu Nabi Muhammad untuk
segenap manusia, memberi petunjuk supaya keluar dari kegelapan kearah
cahaya yang terang benderang.81
Seperti yang diterapkan di Lembaga Pembinaan khusus Anak ini, peserta
didik di bina dengan cara :
1) Shalat berjama’ah setiap waktu dan kalau tidak melaksanakannya akan
di hukum, ini dilakukan untuk melatih kedisiplinan kepada anak didik.
2) Pengajian atau ceramah islami yang selalu diberikan setiap selesai
solat. Ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha
Esa. Dan memberikan mereka penyadaran agar tidak melakukan hal-
hal yang dilarang oleh agama.
81 Zainal Abidin, Kunci Ibadah, (Semarang PT: Karya Toha Putra. 2001), h. 14
76
3) Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an merupakan hal yang sangat baik guna
menumbuhkan ketentraman hati dan kesujukan pikiran seseorang.
b. Bimbingan belajar
Bimbingan belajar menurut Mu’awannah, adalah usaha bimbingan
kepada siswa untuk mengatasi kesulitan dalam bidang belajar. Bentuk
bimbingan belajar misalnya membentuk kelompok belajar, memberikan
informasi tentang cara belajar yang baik, memberi informasi cara
mengatur jadwal belajar, cara memusatkan perhatian dalam belajar,
memberikan informasi tentang pola belajar dan sebagainya.82
Bimbingan belajar merupakan proses pemberi bantuan seseorang
kepada orang lain dalam menentukan pilihan dan pemecahan masalah
dalam hidupnya.
Bimbingan belajar merupakan faktor paling utama dalam pendidikan
anak-anak, agar anak menjadi individu yang cerdas dan mempunyai
potensi yang tinggi tanpa belajar anak-anak tidak tau bagaimana cara
menulis, membaca dan sebagainya. Seperti yang diutarakan oleh petugas
pembinaan yaitu. Bentuk-bentuk bimbingan belajar di LPKA Mataram
seperti : Pendidikan Komputer, Pendidikan Bhs inggris, Geografi, Biologi,
82Ibid,h.12
77
Kewarganegaraan, Kesenian Musik, baca tulis hitung, Olah Raga dan
Rekreasi.83
Belajar memang hal yang paling mendasar dalam kehidupan
seseorang atau sekelompok orang sebab tanpa belajar manusia akan
menjadi bodoh. Belajar merupakan unsur terpenting dalam
penyelenggaraan setiap jenis pendidikan, berhasil atau gagalnya pencapai
tujuan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami individu baik
dalam lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat.
c. Bimbingan sosial
Bimbingan sosial menurut Mu’awanah, adalah usaha bimbingan yang
bertujuan membantu siswa mengatasi kesulitannya dalam bidang sosial,
bentuk bimbingan ini misalnya informasi secara berorganisasi, cara
bergaul agar disenangi kelompok, cara-cara mendapatkan biaya sekolah
tanpa harus mengorbankan belajar dan sebagainya. Bimbingan sosial
merupakan bimbingan dalam mengatasi emosi diri, membina hubungan
kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan dengan anggota
keluarga dan masyarakat.
Menurut Staf pembinaan. Mengatakan bahwa bimbingan sosial yaitu
bimbingan sosial yang di berikan oleh Lembaga yaitu untuk menanamkan
83 Staf Pembinaan, Wawancara LPKA Mataram 29 April 2017.
78
sikap dan prilaku positif anak agar sesuai dengan norma-norma yang
berlaku di masyarakat.84
84Staf Pembinaan, Wawancara ,LPKA Mataram , 29 April 2017
79
3. Bimbingan keterampilan/kesenian
Bimbingan keterampilan ini merupakan salah satu bentuk kerangka
yang berfungsi untuk membimbing dan mengarahkan seluruh anak binaan
( ABH) sesuai potensi, minat, bakat yang mereka miliki dan mengarahkan
perilaku anak yang tidak sesuai dengan norma menjadi anak yang
bermoral dan beretika. Bimbingan ini merupakan serangkaian kegiatan
yang direncanakan untuk memberikan bekal keterampilan kerja bagi
peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan
keterampilan kerja sesuai bakat dan minatnya. Setelah peserta didik
mengikuti bimbingan keterampilan agar anak-anak diharapkan dapat
memanfaatkan potensi dan sebagai modal hidup serta dapat
memanfaatkannya secara sosial maupun ekonomi, yang bertujuan untuk
menghilangkan stigma negative masyarakat terhadap anak yang
berhadapan dengan hukum ini. Adapun bentuk bimbingan keterampilan
yang di berikan kepada peserta didik seperti : Keterampilan membuat
bunga, boneka, bantal, mainan kunci dari kain planel, keterampilan
Komputer, Kesenian Musik, pembuatan kloset, dan bercocok tanam.
Dengan diadakannya bimbingan kelompok ini dapat bermanfaat
bagi anak yang dibina karena dengan bimbingan kelompok anak tersebut
akan memperoleh informasi sehingga dapat mempermudah mengambil
keputusan dalam bertingkah laku dalam masyarakat, dan dalam layanan
bimbingan kelompok bisa menimbulkan interaksi dengan anggota-anggota
80
kelompok mereka memenuhi kebutuhan psikologis, seperti kebutuhan
bertukar pikiran dan berbagai perasaan, kebutuhan menemukan nilai-nilai
kehidupan sebagai pegangan, dan kebutuhan untuk menjadi lebih mandiri
serta mampu menyesuaikan diri.
D. Hambatan-hambatan Bimbingan Konseling Terhadap Anak Berhadapan
dengan Hukum di LPKA Mataram
Tidak dapat dipungkiri bahwa bagaimanapun baiknya sebuah organisasi
atau lembaga pasti semuannya memiliki kekurangan atau kendala didalamnya
walaupun semuanya sudah direncanakan sebaik-baiknya. Lembaga Pembinaan
Khusus Anak ini memiliki beberapa hambatan atau kendala dalam melaksanakan
bimbingan konseling upaya mengatasi ABH.
1. Kurangnya Motivasi untuk berubah
Dalam menjalankan pembinaan kepada ABH perlu adanya motivasi
dari dalam diri anak binaan (ABH) untuk menjalankan pembinaan agar bisa
berubah dari kebiasaan buruk yang pernah mereka alami supaya tidak
melakukan hal-hal yang menentang agama dan undang-undang. Dalam
melakukan pembinaan sangatlah penting kesadaran dan motivasi yang lebih
dari dalam diri ABH sendiri, karena tanpa adanya kesadaran diri untuk
berubah maka sangat sulit untuk di bina oleh orang lain.
2. Kurang keterbukaan ABH
Dalam proses bimbingan konseling terutama dalam bimbingan
konseling kelompok, ABH masih belum mampu untuk terbuka secara
81
langsung dalam menceritakan atau mengungkapkan permasalahan yang
dihadapinya. Dalam pelaksanaan layanan konseling Munro dkk
mengemukakan tiga dasar etika konseling yaitu :
a) kerahasiaan
b) keterbukaan
c) dan tanggung jawab pribadi klien
Karena konseling yang berhasil dan bersifat etis hanya apabila didasarkan
pada tiga hal itu. Tidaklah pelayanan konseling bersifat etis apabila
kerahasiaan klien terlanggar, demikian pula tidaklah etis suatu layanan
konseling yang diselenggarakan dalam suasana keterpaksaan klien, dan lagi
tidaklah etis suatu layanan konseling apabila tanggung jawab dan kewajiban
konselor sepenuhnya untuk mengusahakan terlaksananya ketiga dasar etika
konseling itu.85
Dalam proses bimbingan konseling kelompok ABH masih belum
mampu berfokus mengikuti kegiatan ini, karena ABH masih seneng bermain
dan masih sering saling bully dalam mengungkapkan kesalahan orang lain.
ABH juga seringkali saling mengjudge temannya, padahal dalam
proses konseling kelompok itu perlunya saling memberi pemahaman,
keterbukaan, saran, saling mensupport, memberikan masukan, dan berbagai
pengalaman terhadap permasalahan yang dialami temannya agar tujuan yang
di inginkan bisa tercapai atau terwujud. Karena tujuan dari bimbingan
85Ibid.,h.290.
82
konseling itu untuk membantu anak didik memecahkan permasalahan,
memahami dirinya sendiri dan lain-lain.
3. Kurang dukungan dan Perhatian dari orang tua terhadap ABH
Untuk meningkatkan motivasi anak agar mampu berbuat mandiri dan
mampu menjadi individu yang lebih positif juga, anak-anak sangat
membutuhkan dukungan dan perhatian dari orang-orang terdekatnya seperti
keluarga terutama dari kedua orang tuanya. Karena anak itu sangat
memerlukan dukungan serta bimbingan dari orang terdekatnya seperti kedua
orang tuanya. Karena anak terlebih dahulu di didik dan dibina oleh orang
tuanya.
4. Kurangnya sarana dan prasarana
Kurangnya sarana dan prasarana yang belum memadai guna kegiatan
belajar mengajar Seperti yang diungkapkan staf pembinaan yaitu tidak
tersedianya Lab Komputer sehingga masih menggunaka laptop pegawai,
kurangnya alat-alat musik yang sudah rusak, minimnya sarana olah raga, dan
fasilitas penunjang pendidikan seperti buku pendidikan, kamus dan tutorial
pembelajaran Komputer. Dan ketidaksediaan konelsi internet juga menjadi
salah satu hambatan yang di hadapi oleh Lembaga Pembinaan Khusus Anak
ini, ini salah satu penghambat pencarian bahan mengajar kepada peserta
didik, penghambat uplod kegiatan pembinaan kedalam blog LPKA dan
penghalang anak didik dalam mempelajari internet dalam proses
pembelajaran Komputer.
83
Berdasarkan pemaparan di atas bahwa untuk melakukan pembinaan
dengan baik dan benar sangat perlu faktor penunjang seperti sarana dan
prasarana agar apa yang di inginkan terwujud
Upaya untuk melakukan perubahan kepada penyandang masalah sosial
di butuhkan usaha rehabilitatif, dimana fokus utama dalam usaha ini terletak
pada kondisi penyandang masalah sosial, terutama upaya untuk melakukan
perubahan atau perbaikan terhadap kondisi yang tidak diharapankan atau
yang di anggap bermasalah menjadi kondisi yang sesuai dengan harapan atau
standar sosial yang berlaku.
84
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis yang dipaparkan peneliti
mengenai metode bimbingan konseling terhadap anak yang berhadapan
denan hukum dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Metode bimbingan konseling yang diterapkan di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Mataram terhadap anak berhadapan dengan hukum yaitu
pemberian bimbingan individu dan bimbingan kelompok. Dimana
bimbingan individu diberikan guna untuk mengetahui sejumlah persoalan
yang tengah dihadapi oleh Anak Berhadapan dengan Hukum dengan cara:
a) Melakukan konseling secara langsung di ruangan LPKA
Mataram, dengan tujuan untuk memberikan pandangan serta
motivasi kepada ABH. b).Sedangkan bimbingan kelompok
diberikan guna untuk memahami situasi dan kondisi sosial
mereka, yang sama-sama mereka hadepi saat ini. Dengan
tujuan agar ABH mampu saling menghormati dan menghargai
pendapat atau perbedaan satu sama lain. Bimbingan kelompok
ini diberikan seperti Bimbingan agama, bimbingan sosial,
bimbingan belajar dan bimbingan keterampilan. Dengan tujuan
85
agar anak-anak menjadi individu yang cerdas dan mempunyai
pemahaman yang lebih tinggi untuk meraih masa depannya.
2. Hambatan-hambatan bimbingan konseling terhadap anak berhadapan
dengan hukum yaitu. a). Kurangnya keterbukaan ABH yaitu dalam proses
bimbingan konseling terutama dalam bimbingan konseling kelompok,
ABH masih belum mampu untuk terbuka secara langsung dalam
menceritakan atau mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya. b).
kurangnya Motivasiyaitu dalam menjalankan pembinaan kepada ABH
perlu adanya motivasi dari dalam diri anak binaan (ABH) untuk
menjalankan pembinaan agar bisa berubah dari kebiasaan buruk yang
pernah mereka alami supaya tidak melakukan hal-hal yang menentang
agama dan undang-undang. c). kurangnya dukungan serta perhatian dari
orang tua ABH yaitu Untuk meningkatkan motivasi anak agar mampu
berbuat mandiri dan mampu menjadi individu yang lebih positif juga,
anak-anak sangat membutuhkan dukungan dan perhatian dari orang-orang
terdekatnya seperti keluarga terutama dari kedua orang tuanya.
B. Saran
Berdasarkan simpulan diatas peneliti dapat mengajukan beberapa saran :
1. Kepada Lembaga agar lebih meningkatkan dalam memberikan perhatian dan
motivasi kepada para ABH. Meskipun sudah terlihat maksimal, alangkah
lebih baik lagi untuk ditingkatkan atau dipertahankan agar tidak
menurun.Menambah kegiatan yang mengacu pada pembinaan yang lebih
86
positif. Kepada pengurus pembinaan LPKA Mataram harus lebih rajin dan
tetap bersabar dalam menghadapi para ABH.
2. Kepada Anak Yang Berhadapan dengan Hukum
Kepada anak yang berhadapan dengan hukum agar lebih memanfaatkan
peluang untuk melatih keterampilan yang dimiliki, serta mengambil pelajaran
dari tindakannya bahwa dalam melakukan apapun harus lebih waspada dan
berhati-hati dalam mengambil suatukeputusan.
Proses belajar kelompok.
Wawancara dengan ABH